38
TUGAS Kesehatan Lingkungan Tentang PENGENDALIAN DAN DAMPAK PENCEMARAN BAHAN KIMIA OLEH INDUSTRI KARET Oleh : Alfita Dewi 1520322018 Erwinda 1520322019 Novia Putri 1520322021 Feni Mulyana Fitri 1520322031 PROGRAM STUDI S2 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS 1

KEL.1 - Kesling Limbah Pabrik Karet

Embed Size (px)

DESCRIPTION

tugas kuliah, master kesmas,

Citation preview

TUGAS

Kesehatan LingkunganTentang

PENGENDALIAN DAN DAMPAK PENCEMARAN

BAHAN KIMIA OLEH INDUSTRI KARET

Oleh :

Alfita Dewi 1520322018

Erwinda 1520322019

Novia Putri 1520322021

Feni Mulyana Fitri 1520322031

PROGRAM STUDI S2 KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG, 2015

1

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,yang

senantiasa memberikan rahmatNya sehingga penulis dapat menelaah objek

kajian ini dan makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Penulisan makalah ini bertujuan untuk melengkapi tugas yang diberikan

dosen mata kuliah Kesehatan Lingkungan. Selain itu, pembuatan makalah ini

juga bertujuan untuk mengetahui pembahasan tentang Pengendalian dan dampak

pencemaran bahan kimia oleh industri . Dalam pembuatan makalah ini penulis

banyak mendapatkan bantuan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima

kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan dalam pembuatan

makalah ini hingga selesai.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh

karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari

pembaca agar makalah ini menjadi lebih baik dan berdaya guna dimasa

mendatang.

Padang, September 2015

Penulis

2

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................1

DAFTAR ISI...........................................................................................................3

BAB 1 : PENDAHULUAN..................................Error! Bookmark not defined.

1.1 Latar Belakang............................................Error! Bookmark not defined.

1.3 Tujuan Penulisan.........................................Error! Bookmark not defined.

BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................5

2.1 Definisi Lingkungan......................................................................................5

2.2 Pengertian dan Macam- Macam Pencemaran Lingkungan...........................5

2.3 Proses Pengolahan Karet..............................................................................8

2.4 Penyebab dan Dampak Pengolahan Karet.................................................11

2.5 Sumber dan Dampak Pencemaran dari Industri Karet..............................12

2.6 Penanganan/Pencegahan Pencemaran Lingkungan Akibat Industri..........16

2.7 Cara Pengendalian Dampak Pencemaran...................................................17

BAB 3 : PENUTUP..............................................................................................22

3.1 Kesimpulan.................................................................................................22

3.2 Saran............................................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................24

3

BAB 1

PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang

Pencemaran Lingkungan merupakan masalah kita bersama dan hampir

ada di setiap Negara, baik Negara maju maupun Negara berkembang, yang

semakin penting untuk diselesaikan, karena menyangkut keselamatan, kesehatan,

kehidupan dan kelangsungan perkembangan lingkungan kita. Siapapun bisa

berperan serta dalam menyelesaikan masalah pencemaran lingkungan ini,

termasuk kita sendiri.

Permasalahan pencemaran lingkungan yang harus segera kita atasi

bersama diantaranya pencemaran air, tanah udara dan sungai berupa adanya

pencemaran udara perkotaan, kontaminasi tanah oleh sampah, hujan asam,

perubahan iklim global, penipisan lapisan ozon, kotaminasi zat-zat berbahaya dan

sebagainya.

Untuk menyelesaikan masalah pencemaran lingkungan ini, tentunya kita

harus mengetahui sumber pencemaran, bagaimana proses pencemaran itu terjadi

dan bagaimana langkah penyelesaian pencemaran lingkungan itu sendiri, salah

satu pencemaran dalam industri adalah industri karet, berupa pencemaran air dan

bau. Bau merupakan masalah lingkungan yang masih menjadi polemik. Dalam

proses operasionalnya, pabrik karet biasanya terletak di wilayah yang sepi

penduduk dan jauh dari keramaian. Hal ini bertujuan untuk meminimalisasi

sebaran dampak yang merusak kesehatan lingkungan. Namun seiring berjalannya

waktu, perkembangan pertumbuhan penduduk membuat tingginya warga yang

mendiami sekitar lokasi pabrik tersebut. Secara ekonomis, hal ini merupakan

dampak positif dari adanya pabrik sebagai sumber mata pencaharian warga.

Namun, dampak kebauan yang dihasilkan pabrik karet dapat menjadi

masalah baru. Penyakit akibat kebauan seperti sesak nafas dan gatal-gatal

mengancam penduduk sekitar. Oleh karena itu diperlukan teknologi untuk

menanggulangi masalah ini. M. Solichin dan A. Anwar, Staf Peneliti dari Pusat

4

Penelitian Karet LRPI menjelaskan bahwa masalah utama yang terjadi adalah

dalam bokar (bahan olah karet) yang dihasilkan oleh petani karet untuk diolah

menjadi karet remah jenis SIR 20 adalah mutu bokar yang rendah dan bau busuk

yang menyengat sejak dari kebun. Komponen karet selain karet mentah pada

umumnya mengandung 8 atau lebih jenis bahan kimia karet. Setiap jenis bahan

tersebut memiliki fungsi spesifik dan mempunyai pengaruh terhadap sifat,

karakteristik pengolahan dan dampak pada proses pengolahan. Sehubungan hal

tersebut, maka dalam hal ini kami menyusun makalah yang bertemakan

“Pengendalian dan dampak pencemaran bahan kimia oleh industri karet” agar

kita dapat mengetahui pencemaran apa saja yang bisa ditimbulkan oleh Pabrik –

Pabrik Industri dan bagaimana cara pengendaliannya.

1.2 Tujuan

Adapun Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :

1. Untuk mengetahui definisi dari Lingkungan?

2. Untuk mengetahui pengertian dan macam-macam Pencemaran?

3. Dapat mengetahui bagaimana proses pengolahan karet?

4. Dapat mengetahui apa penyebab terjadinya Pencemaran oleh Industri karet?

5. Dapat mengetahui dampak pencemaran bahan kimia oleh Industri karet?

6. Dapat menjelaskan cara pengendalian pencemaran bahan kimia oleh industry

karet?

7. Dapat mengetahui penanganan dan dampak pencemaran oleh pabrik karet?

8. Dapat mengetahui bagaimana cara pengendalian terhadapt pencemaran.

5

BAB II

PEMBAHASAN2.1 Definisi Lingkungan

Sebelum kita membahas tentang pencemaran lingkungan, ada baiknya

kita harus mengetahui terlebih dahulu definisi dari lingkungan itu sendiri. Dalam

makalah ini akan disampaikan beberapa defisini tentang lingkungan. Menurut

Undang Undang No. 23 Tahun 1997, lingkungan hidup adalah kesatuan ruang

dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan

perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan

manusia serta makhluk hidup lain. Sedangkan ruang lingkup lingkungan hidup

Indonesia meliputi ruang, tempat Negara Kesatuan Republik Indonesia yang

berwawasan Nusantara dalam melaksanakan kedaulatan, hak berdaulat, dan

yurisdiksinya.

Dalam lingkungan hidup terdapat ekosistem, yaitu tatanan unsur

lingkungan hidup yang merupakan kesatuan utuh menyeluruh dan saling

mempengaruhi dalam membentuk keseimbangan, stabilitas, dan produktivitas

lingkungan hidup. Merujuk pada definisi di atas, maka lingkungan hidup

Indonesia tidak lain merupakan Wawasan Nusantara, yang menempati posisi

silang antara dua benua dan dua samudera dengan iklim tropis dan cuaca serta

musim yang memberikan kondisi alamiah dan kedudukan dengan peranan

strategis yang tinggi nilainya, tempat bangsaIndonesia menyelenggarakan

kehidupan bernegara dalam segala aspeknya. Secara hukum maka wawasan

dalam menyelenggarakan penegakan hukumpengelolaan lingkungan hidup di

Indonesia adalah Wawasan Nusantara. Sedangkan menurut para ahli antara lain :

Prof. Dr. St. Munadjat Danusaputro, Sh mengatakan Lingkungan hidup sebagai

semua benda dan kondisi, termasuk di dalamnya manusia dan tingkah

perbuatannya, yang terdapat dalam ruang tempat manusia berada dan

mempengaruhi hidup serta kesejahteraan manusia dan jasad hidup lainnya.

2.2 Pengertian Dan Macam-Macam Pencemaran Lingkungan

6

Pencemaran, menurut SK Menteri Kependudukan Lingkungan Hidup No

02/MENKLH/1988, adalah masuk atau dimasukkannya mahluk hidup, zat,energi,

dan/atau komponen lain ke dalam air/udara, dan/atau berubahnya tatanan

(komposisi) air/udara oleh kegiatan manusia dan proses alam, sehingga kualitas

air/udara menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan

peruntukkannya. Untuk mencegah terjadinya pencemaran terhadap lingkungan

oleh berbagai aktivitas industri dan aktivitas manusia, maka diperlukan

pengendalian terhadap pencemaran lingkungan dengan menetapkan baku mutu

lingkungan.

Baku mutu lingkungan adalah batas kadar yang diperkenankan bagi zat

atau bahan pencemar terdapat di lingkungan dengan tidak menimbulkan

gangguan terhadap makhluk hidup, tumbuhan atau benda lainnya. Pada saat ini,

pencemaran terhadap lingkungan berlangsung di mana-mana dengan laju yang

sangat cepat. Sekarang ini beban pencemaran dalam lingkungan sudah semakin

berat dengan masuknya limbah industri dari berbagai bahan kimia termasuk

logam berat.

Pencemaran lingkungan dapat dikategorikan menjadi: Pencemaran Air.

Pencemaran Udara. Pencemaran Tanah.

Macam-macam Pencemaran Lingkungan Seperti yang sudah disebutkan

sebelumnya, pencemaran lingkungan dibagi menjadi tiga yaitu :

1. Pencemaran Air Pencemaran air adalah suatu perubahan keadaan di suatu tempat

penampungan air seperti danau, sungai, lautan dan air tanah akibat aktivitas

manusia dan industri. Walaupun fenomena alam seperti gunung berapi, badai,

gempa bumi dan lain-lain juga mengakibatkan perubahan yang besar terhadap

kualitas air, hal ini tidak dianggap sebagai pencemaran. Pencemaran air dapat

disebabkan oleh berbagai hal dan memiliki karakteristik yang berbeda-beda.

Meningkatnya kandungan nutrien dapat mengarah pada eutrofikasi. Sampah

organik seperti air comberan (sewage) menyebabkan peningkatan kebutuhan

oksigen pada air yang menerimanya yang mengarah pada berkurangnya oksigen

yang dapat berdampak parah terhadap seluruh ekosistem. Industri membuang

berbagai macam polutan ke dalam air limbahnya seperti logam berat,

7

toksinorganik, minyak, nutrien dan padatan. Air limbah tersebut memiliki efek

termal, terutama yang dikeluarkan oleh pembangkit listrik, yang dapat juga

mengurangi oksigen dalam air.

2. Pencemaran Udara Pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih

substansifisik, kimia, atau biologi di atmosfer dalam jumlah yang dapat

membahayakan kesehatan manusia, hewan, dan tumbuhan, mengganggu estetika

dan kenyamanan, atau merusak properti. Pencemaran udara dapat ditimbulkan

oleh sumber-sumber alami maupun kegiatan manusia. Beberapa definisi

gangguan fisik seperti polusi suara, panas, radiasi atau polusi cahaya dianggap

sebagai polusi udara. Sifat alami udara mengakibatkan dampak pencemaran

udara dapat bersifat langsung dan lokal, regional, maupun global. Pencemar

udara dibedakan menjadi pencemar primer dan pencemar sekunder.

a) Pencemar primer adalah substansi pencemar yang ditimbulkan langsung dari

sumber pencemaran udara. Karbon monoksida adalah sebuah contoh dari

pencemar udara primer karena ia merupakan hasil dari pembakaran.

b) Pencemar sekunder adalah substansi pencemar yang terbentuk dari reaksi

pencemarpencemar primer di atmosfer. Pembentukan ozon dalam smog

fotokimia adalah sebuah contoh dari pencemaran udara sekunder. Atmosfer

merupakan sebuah sistem yang kompleks, dinamik, dan rapuh.

3. Pencemaran Tanah Pencemaran tanah adalah keadaan di mana bahan kimia

buatan manusia masuk dan merubah lingkungan tanah alami. Pencemaran ini

biasanya terjadi karena: kebocoran limbah cair atau bahan kimia industri atau

fasilitas komersial; penggunaan pestisida; masuknya air permukaan tanah

tercemar ke dalam lapisan sub-permukaan; kecelakaan kendaraaan pengangkut

minyak, zat kimia, atau limbah; air limbah dari tempat penimbunan sampah serta

limbah industri yang langsung dibuang ke tanah secara tidak memenuhi syarat

(illegal dumping). Ketika suatu zat berbahaya/beracun telah mencemari

permukaan tanah, maka ia dapat menguap, tersapu air hujan dan atau masuk ke

dalam tanah. Pencemaran yang masuk ke dalam tanah kemudian terendap sebagai

zat kimia beracun di tanah. Zat beracun di tanah tersebut dapat berdampak

8

langsung kepadamanusia ketika bersentuhan atau dapat mencemari air tanah dan

udara di atasnya.

2.3 Proses Pengolahan Karet

Proses memproduksi Karet mentah menjadi Karet membutuhkan waktu

yang lama, karet berasal dari tumbuhan karet, dan baru bias dipanen dalam kurun

waktu 6 bulan, setelah di panen karet tersebut harus di ambil terlebih dahulu

getahnya, karena yang akan dimanfaatkan tersebut adalah getah karet. Getah

karet yang telah di panen oleh petani langsung di bawa ke pabtik untuk dilakukan

pengolahan. Pada tahap pengolahan ini yang dilakukan adalah getah dapat

diproses melalui beberapa cara yang umum. Di sini akan diuraikan proses

pembuatan Ribbed Smoked Sheet (RSS) yang sangat populer sampai tahun 1960-

an, dan masih terus dilakukan sampai saat ini. Pada pabrik pengolahan kecil,

lateks kemudian dibekukan dengan menambahkan sedikit asam, dan dicetak pada

wadah berbentuk kotak. Setelah membeku, hasil cetakan kemudian dilepas

(disebut koagulum).

Koagulum kemudian dipres menggunakan roller mill untuk membuang air

yang terkandung di dalamnya, dan membentuk koagulum menjadi lembaran-

lembaran karet basah yang disebut ribbed sheet. Ribbed sheet kemudian

dipotong-potong dengan ukuran tertentu agar mudah digantung pada rak-rak

pengasapan. Kemudian dimasukkan ke dalam rumah pengasapan untuk menjalani

proses pengasapan selama beberapa jam. Ketika dikeluakan dari rumah

pengasapan, warna lembaran karet telah berubah menjadi coklat keemasan dan

disebut dengan nama ribbed smoked sheet. Kualitas RSS ini kemudian diperiksa

secara manual dengan membentangkannya di depan sinar (matahari atau lampu)

dan dilakukan pemutuan sesuai dengan standar yang berlaku. Kemungkinan

lainnya adalah lateks yang terkumpul dimasukkan ke dalam tangki pengumpulan

besar (dengan volume 45 galon) untuk langsung dijual, atau dikenakan beberapa

perlakuan terlebih sebelum diproses lebih lanjut atau dijual dalam bentuk lateks

cair.

Pada pabrik pengolahan besar, lateks dibekukan pada bak besar yag diberi

sekat-sekat sehingga koagulum tercetak sesuai dengan ukuran yang diinginkan.

9

Kemudian koagulum dipres menggunakan roller mill dengan kapasitas yang lebih

besar. Proses selanjutnya adalah sama, menggunakan peralatan yang sama

dengan kapasitas yang lebih besar. Bila sewaktu pengpresan koagulum

ditambahkan minyak kastor, maka sheet akan pecah dan crumb rubber akan

terbentuk. Crumb rubber yang terbentuk kemudian dikeringkan dalam ruang

pengering yang besar, kemudian ditimbang dan dikemas Jika lateks dibiarkan

pada mangkuk pengumpul selama satu malam, lateks akan menggumpal dengan

sendirinya. Demikian juga dengan bekas lateks pada mangkuk pengumpul yang

telah mengering, dapat dibersihkan dan digunakan sebagai bahan pembuat ban

mobil. Lateks kering dan sisa-sisa lateks kering pada mangkuk pengumpul

kemudian dicuci menggunakan mesin pencuci. Hasilnya merupakan crumb

rubber dengan warna yang agak gelap. Crumbr rubber dimasukkan ke dalam

wadah berbentuk kota, kemudian dikeringkan, lalu dipres menggunakan mesin

pres bertekanan tinggi untuk menghasilkan bentuk yang sama.

Macam-macam produksi Karet

1. Karet lembaran

Lateks dari berbagai sumber awalnya dikumpulkan dan dicampur dalam

suatu tangki besar yang disebut dengan tempat pencampuran. Proses

pencampuran ini penting untuk memastikan keseragaman dan konsistensi dari

karet alam itu nantinya. Setelah itu dilakukan proses penggumpalan atau biasa

disebut dengan proses koagulasi. Proses ini dipengaruhi atau tergantung oleh

penambahan koagulan (bahan penggumpal), seperti asam format atau asetat.

Dalam pabrik pengolahan skala kecil, proses koagulasi dilakukan di tangki kecil,

di mana lateks pertama diencerkan dengan air kemudian dilakukan pengentalan

lateks yang dibagi-bagi dalam penampung sekitar 4-5 liter per tempat

penampungan. Kemudian hasil dalam tiap penampungan itu dilakukan proses

penggilingan untuk menghasilkan lembar karet dengan ketebalan yang seragam.

Selanjutnya lembaran-lembaran karet alam tersebut dilakukan proses pengeringan

dengan cara dijemur atau dilakukan proses pengasapan dengan kondisi suhu yang

diatur perubahannya makin lama makin tinggi. Pada petani kecil, lembar karet

alam sering dikeringkan dengan proses ventilasi alami dan kemudian dijual ke

10

pengepul dengan harga yang disepakati oleh para pengepul tersebut. Proses

pembuatan karet lembaran relatif sederhana dan masih umum digunakan pada

perkebunan rakyat dan perkebunan kecil.

2. Crepes

Karet dalam bentuk crepe diproses baik dari lateks maupun dari hasil

mangkuk karet. Metode tradisional pengolahan karet untuk menghasilkan karet

crepe mirip dengan karet lembaran. Langkah tambahan penting dalam membuat

karet crepe adalah penghapusan pigmen karotenoid kuning dalam lateks. Selain

itu, lateks digumpalkan dengan proses koagulasi yang bertahap yaitu:

a. Tahap pertama adalah menghasilkan produk yang stabil

b. Tahap kedua biasa disebut dengan fraksi, di proses ini bahan baku kuning

diolah menjadi crepe warna pucat di mana crepe memiliki kelas yang relatif

rendah

Gumpalan karet alam yang terbentuk kemudian dicuci dan dimasukkan

ke mesin rol berputar dengan kecepatan yang berbeda dan menghasilkan atau

memproduksi karet alam menjadi crepes tipis. Crepes yang dihasilkan kemudian

dikeringkan baik dalam ruang pengeringan panas atau dikeringkan pada area

terbuka.

3. Blok Karet

Sejak pertengahan tahun 1960-an, proses baru telah dikembangkan untuk

memproduksi karet alam yang memiliki tingkatan teknis yang bervariasi dari

bahan baku lateks yang direaksikan dengan koagulan atau penggumpal. Produksi

blok karet ini melibatkan mesin yang relatif lebih canggih dan membutuhkan

daya atau tenaga yang lebih besar, proses produksi blok karet/lateks

Urutan proses produksi karet blok adalah sebagai berikut:

Lateks yang dikumpulkan dari beberapa sumber atau lokasi yang berbeda

pertama-tama dicampur dalam suatu tangki besar. Bahan kimia ditambahkan

untuk mengatur keseragaman kekentalan/viskositas dan warna. Lateks kemudian

digumpalkan dengan menambahkan koagulan (asam format). Gumpalan lateks

yang terbentuk kemudian diolah menjadi potongan-potongan kecil yang teratur

dan memiliki kondisi fisik yang sudah diatur atau diharapkan. Proses pengolahan

11

ini melewati beberapa tahapan dan kondisi tertentu, seperti proses penghancuran

atau penggilingan hingga menjadi remah-remah melewati mesin hammermill

yang kemudian masuk ke proses penggilingan melalui mesin ekstruder. Dalam

beberapa kasus karet remah-remah tersebut mendapat tambahan minyak yang

bersifat tidak menyatu atau tidak kompatibel di mana hanya berfungsi sebagai

pembasah atau wetting saja. Pada kondisi tersebut akan dilakukan proses

pengeringan dengan menggunakan udara panas. Karet kering yang dihasilkan

akhirnya dicampurkan, biasanya dilakukan dengan menggunakan proses tekanan

hidrolik dan kemudian dilakukan pembungkusan dengan menggunakan plastik

untuk mencegah terjadinya adhesi atau lengketnya antara karet blok di peti.

2.4 Penyebab dan Dampak Pencemaran dari Industri

Pembangunan di sektor dunia Industri merupakan cara yang tepat dalam

menaggulangi masalah pengangguran dan kemiskinan. Melalui pembangunan

proyek industri pemerintah dan para pengusaha mampu mempekerjakan rakyat

yang memiliki potensi baik. Hal ini juga dapat meningkatan perekonomian

negara karena dengan proyek industri maka negara dapat mengurangi barang-

barang import. Dunia Industri juga dapat mengajarkan dan mendidik bangsa agar

menjadi bangsa yang produktif, inovatif dan kreatif sehingga dalam beberapa

tahun bangsa kita bisa menghilangkan sifat konsumtif.

Meskipun memiliki dampak positif yang besar bagi bangsa dan negara

namun pembangunan proyek industri sering kali menyebabkan kasus-kasus

pencemaran yang jelas-jelas merusak lingkungan. Banyak proyek-proyek

pembangunan industri maupun kegiatan produksi yang ada didalamnya tidak

memenuhi dan menaati kaidah lingkungan hidup. Sehingga lingkungan sekitar

pabrik industri mengalami pencemaran tanah, air dan udara. Hal ini tentu saja

mengakibatkan gangguan kesehatan bagi masyarakat sekitar pabrik. Banyak

penyakit-penyakit kulit, gangguan pernapasan dan gangguan pencernaan yang

menyerang warga sekitar.

Kasus pencemaran lingkungan akibat industri perlu mendapat perhatian

lebih dari pemerintah. Walaupun sudah ditetapkannya peraturan perundangan

12

tentang hal ini namun masih banyak saja para pengawas dan pelaksana peraturan

yang tidak menjalankan tugasnya dengan baik. Mereka dengan mudah menerima

uang suapan dan membiarkan pabrik-pabrik yang membuang limbahnya ke

daerah pemukiman warga.

Kasus pencemaran udara yang terjadi akibat industri diakibatkan oleh

pembuangan gas pembakaran mesin diesel dan gas sisa produksi yang dibuang

melalui cerobong asap, namun dalam kasus ini cerobong asap yang dipergunakan

sebagai saluran pembuangan sekaligus penyaringan udara sisa sebelum dibuang

tidak memiliki spesifikasi yang baik dalam mengurangi polusi. Selain itu

ketinggian dan kemiringan cerobong asap juga harus ideal sehingga udara sisa

yang dibuang tidak mengenai lingkungan tempat tinggal. Berbeda dengan kasus

pencemaran udara, pencemaran air dan tanah dipengaruhi oleh pembuangan

limbah yang dibuang ke sungai atau saluran air warga. Pencemaran ini

diakibatkan juga oleh pengolahan dan sterilisasi limbah yang kurang baik

sehinngga limbah yang dibuang ke sungai masih menggandung bahan-bahan

logam maupun organik yang berbahaya. Bahan-bahan ini bukan hanya

menggangu kesehatan warga namun juga dapat menganggu populasi hewan dan

tumbuhan air serta dapat menyebabkan mutasi.

          Pada pembangunan industri sering menggunakan bahan-bahan kimia dalam

proses produksi. Bahan-bahan kimia ini sering sekali mengakibatkan keracunan

bagi orang yang tidak sengaja mengenainya. Bahan-bahan kimia tersebut antara

lain HCl, H2S H2SO4, HNO3. Bahan tersebut biasa digunakan dalam melarutkan

cat, vernis, lemak, oli dan karet. Bahan-bahan diatas ada yang bersifat basa dan

asam. Umunya bahan-bahan ini sering mengakibatkan gangguan pernapasan dan

iritasi pada kulit karena sifat asam yang terkandung dalam bahan tersebut.

2.5 Sumber dan Dampak Pencemaran dari Industri Karet

Proses produksi karet meliputi hal-hal berikut: Bahan baku (lateks kebun),

penerimaan lateks di gudang pabrik, pengenceran Lateks, penambahan bahan

kimia, penggumpalan, penggilingan, dan pengemasan. Pada tahapan proses

13

pembuatan karet sangat di butuhkan adalah pasolkan air, karena dalam tahap

pengenceran, dan penggilingan sangat membutuhkan air yang sangat banyak.

Pasokan air bagi proses produksi maupun untuk penunjang memerlukan

jumlah yang besar/banyak dengan fungsinya sebagai pembersih atau pencuci.

Apabila air yang diperoleh dari sumbernya sudah layak sebagai pencuci maka

langsung digunakan atau sebaliknya. Pembakuan air bertujuan untuk

menghilangkan kontaminan yang berada dalam air baku berupa padatan

tersuspensinya, padat terlarutnya dan kontaminasi logam. Apabila tidak

ditemukan unsur logam, maka pengbakuan air dilakukan secara fisika saja yaitu

cara filtrasi dan sedimentasi.

Sumber pencemaran dari Industri Karet

Apabila dilihat dari tahapan poduksi baik dari bahan baku berasal dari

lateks dan bahan olahan karet rakyat (bokar), maka limbah yang terbentuk pada

industri karet dapat berupa limbah padat, limbah cair, dan limbah gas. Kualitas

bahan baku berpengaruh terhadap tingkat kuantitas dan kualitas limbah yang

akan terjadi dengan rincian sebagai berikut :

1. Makin kotor bahan karet olahan akan makin banyak air yang diperlukan

untuk proses pembersihannya, sehingga debit limbah cairpun meningkat.

2. Makin kotor dan makin tinggi kadar air dari bahan baku karet olahan, akan

makin mudah terjadinya pembusukan, sehingga kuantitas limbah gas/bau pun

meningkat.

3. Bahan baku karet olahan yang kotor menyebabkan kuantitas lumpur, tatal dan

pasir relatif tinggi.

Pembersihan dilakukan melalui pengecilan ukuran, proses ini juga

bertujuan untuk memperbesar luas pemukaan karet agar waktu pengeringan

relatif singkat. Dengan demikian, limbah yang terbentuk dominan berbentuk

limbah cair.

Sumber limbah cair dapat dikategorikan dari proses produksi dengan rincian

sebagai berikut:

1. Bahan baku olahan karet rakyat

14

Bahan baku karet rakyat berbentuk koagulum (bongkahan) yang telah

dibubuhi asam semut, dan banyak mengandung air dan unsur pengotor dari karet

baik disengaja maupun tidak disegaja oleh kebun rakyat. Sumber limbahnya

antara lain:

a. Penyimpanan koagulum

b. Sebelum produksi terlebih dulu karet disempot air sehingga menghasilkan

limbah

c. Pencacahan koagulum lalu di cuci dengan air lagi

d. Proses peremahan dengan hammer mill juga menghasilkan limbah cair,

waaupun jumlahnya relatif kecil

2. Bahan baku berasal dari lateks kebun

Dalam proses produksi untuk meghasilkan karet digunakan air lebih

sedikit, tetapi mempunyai bahan kimia didalam air limbahnya. Sumber

limbahnya adalah dari proses pencacahan dan peremahan.

Dampak dari pencemaran berdasarkan parameter lingkungan.

a. BOD

BOD merupakan salah satu parameter limbah yang memberi gambaran

atas tingkat polusi air. Semakin tinggi nilai BOD menunjukkan makin besar

oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme merubah organik. Makin tinggi

kandungan bahan organik akan menyebabkan maka berkurangnya konsentrasi

oksigen terlarut di dalam air yang akhirnya berakibat kematian berbagai biota air.

Pengurangan konsentrasi oksigen terlarut menyebabkan kondisi aerob bergeser

ke kondisi anaerob.

b. COD

COD mirip dengan BOD, bedanya oksigen yang diperlukan merupakan

oksigen kimiawi seperti O2 atau oksidator lainnya untuk mengoksidasi secara

kimia bahan organik menjadi senyawa lain seperti gas metan, amoniak, dan

karbon dioksida. Nilai COD selalu lebih tinggi daripada nilai BOD karena hampir

seluruh jenis bahan organik dapat teroksidasi secara kimia termasuk bahan

organik yang teroksidasi secara biologis.

15

Karakteristik dan Dampak Limbah Industri Karet

Karakteristik dan jumlah limbah yang dihasilkan dari proses produksi karet

dipengaruhi oleh bahan baku yang digunakan.

1. Limbah Cair

Proses pengolahan karet tergolong proses basah, banyaknya kebutuhan air

untuk keperluan pngolahan akan menentukan banyaknya limbah cair yang

dihasilkan, sekaligus menetukan rancangan ukuran sarana pengolah limbah.

Jumlah air yang digunakan dalam proses produksi, hampir seluruhnya menjadi

limbah, karena karet baik berupa bahan baku maupun setengah jadi tidak

menyerap air. Pengaruh kebutuhan air adalah tingkat kotoran yang ada dalam

bahan baku, serta efesiensi kinerja sarana pengolahan. Nilai parameter limbah

pada setiap bagian proses pengolahan berbeda-beda. Nilai parameter BOD atau

COD yang sangat besar dari air buangan menunjukkan tingginya kadar bahan

organiknya, peningkatan kadar bahan organik akan makin mengganggu

ekosistem lingkungan yang menerima air buangan karena oksigen banyak

digunakan oleh bakteri pengurai untuk menghancurkan bahan organik tersebut.

Total padatan merupakan bahan yang berasal dari pemecahan komponen organik,

sedangkan padatan tersuspendi merupakan bahan yang tidak larut di dalam air

dan cenderung mengalami pembusukan jika suhu air meningkat (musim panas).

Dampak negatif juga timbul jika air limbah langsung dibuang ke sungai atau

perairan umum. Bagi pabrik yang berlokasi di areal perkebunan, penanganan

limbah cair relatif mudah, bahkan dapat dimanfaatkan menjadi pupuk tanaman

karetnya.

2. Limbah Padat

Secara umum limbah padat yang terbentuk pada pengolahan karet tidak

tergolong limbah beracun. Limbah biasanya hanya berupa tatal, lumpur, pasir

rotan, kayu, daun, dan plastik bekas kemasan. Bokar yang kotor merupakan

sumber utama pembawa limbah padat. Beberapa jenis padatan dalam jumlah

yang sudah sedemikian besar akan mengganggu keseimbangan ekosistem.

16

Limbah tersebut jika dibuang ke sungai, dalam jangka waktu tertentu akan

menyebabkan pendangkalan badan air. Limbah padat akan dikirim ke TPA dalam

keadaan sudah cukup kering, lebih baik lagi jika sudah bersifat kompos, sehingga

di TPA tinggal proses pelapukan akhir.

3. Limbah Gas

Pabrik karet dalam proses pengolahan menggunakan bahan kimia berupa

ammonia dan asam cuka serta dalam proses pengasapan menggunakan kayu

bakar. Ammonia dan asam cuka yang digunakan berupa gas yang dapat menguap

dan dapat mencemari udara jika penggunaannya melebihi ambang batas yang

ditentukan. Dalam proses pengasapan penggunaan kayu bakar sebagai bahan

bakar juga dapat menyebabkan pencemaran udara. Kayu yang dibakar

mengasilkan polutan berupa Carbon Dioksida, Nitrogen Oksida dan Nitrogen

Dioksida.

          Jika limbah dari bahan-bahan korosif tersebut mencemari lingkungan dan

tidak sengaja dikonsumsi warga maka dalam jangka waktu yang lama dapat

mengakibatkan kerusakan jaringan kulit, mata dan organ tubuh terutama hati dan

ginjal. Bahan- bahan tersebut juga dapat mengakibatkan kebutaan dan hilangnya

kesadaran atau pingsan bila terkena dalam jumlah yang banyak dan jangka waktu

yang sedikit. Maka dari itu kita perlu mengolah bahan-bahan berbahaya tersebut

dengan bijak agar tidak membahayakan lingkungan sekitar.

2.6 Penanganan/Pencegahan Pencemaran Lingkungan akibat Industri

Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Lingkungan

Hidup dijelaskan bahwa upaya penanganan terhadap permasalahan pencemaran

terdiri dari langkah pencegahan terhadap permasalahan pencemaran terhadap

permasalahan pencemaran terdiri dari langkah pencegahan dan pengendalian.

Upaya pencegahan adalah mengurangi sumber dampak lingkungan yang

lebih berat. Ada pun penanggulangan atau pengendaliannya adalah upaya

pembuatan standar bahan baku mutu lingkungan, pengawasan lingkungan dan

penggunaan teknologi dalam upaya mengatasi masalah pencemaran lingkungan.

17

Secara umum, berikut ini merupakan upaya pencegahan atas pencemaran

lingkungan.

1. Mengatur sistem pembuangan limbah industri sehingga tidak

mencemari lingkungan

2. Menempatkan industri atau pabrik terpisah dari kawasan permukiman

penduduk

3. Melakukan pengawasan atas penggunaan beberapa jenis pestisida,

insektisida dan bahan kimia lain yang berpotensi menjadi penyebab dari

pencemaran lingkungan.

4. Melakukan penghijauan.

5. Memberikan sanksi atau hukuman secara tegas terhadap pelaku

kegiatan yang mencemari lingkungan

6. Penggunaan lahan yang ramah lingkungan

7. Melakukan penyuluhan dan pendidikan lingkungan untuk

menumbuhkan kesadaran masyarakat tentang arti dan manfaat lingkungan

hidup yang sesungguhnya disekitar kawasan industri.

2.7 Cara Pengendalian dampak pencemaran

Dampak dari pencemaran yang diakibatkan adanya pabrik karet

berpengaruh terhadap Air dan Udara.

Salah satu upaya untuk pengendalian dampak terhadap air adalah dibuat

saluran pembuangan berupa IPAL khusus untuk pembuangan limbah. IPAL

adalah salah satu teknologi pengolahan limbah cair industri yang bertujuan untuk

menghilangkan/memisahkan cemaran dalam air limbah sebelum dibuang ke

lingkungan sampai memenuhi baku mutu lingkungan. IPAL yang baik adalah

IPAL yang memiliki kriteria : Sedikit memerlukan perawatan, aman dalam

pengoperasiannya, less biaya energy, less product excess (produk sampingan)

seperti lumpur atau sludge IPAL

IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) yang ada pada umumnya

merupakan gabungan dari proses pengolahan air limbah secara fisik-mekanik,

kimia dan biologi. Pengolahan air limbah secara fisik- mekanik dan kimia pada

18

dasarnya sama dengan pengolahan air bersih. kegiatan pembangunan industri

adalah salah satu kegiatan sektor ekonomi yang bertujuan untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat. Limbah yang sering dipermasalahkan adalah limbah

industri karena limbah industri mengandung pencemaran yang dapat merusak

lingkungan hidup. limbah yang sering dihasilkan dapat berbentuk cair,gas

maupun padat. limbah industri dapat didaur ulang atau dimanfaatkan kembali

setelah melalui proses teknologi.

Pengolahan Air Limbah

a. Collecting Reservoir

Air buangan yang berasal dari pengolahan benang karet dialirkan melalui

saluran parit ke bak collecting reservoir. Didalam bak collecting reservoir

terdapat 3 sekat atau sisi dimana pada tiap-tiap pintu/ sekat tersebut ada terdapat

saringan. Bak ini berguna sebagai bak pengontrol sludge atau residu asam asetat

dan karet sehingga diharapkan waste water yang akan mengalir keproses

selanjutnya terbebas dari sludge dan karet tersebut.

b. Equalisation Basin

Air buangan dari collecting reservoir dialirkan kedalam bak Equalisation

Basin. Proses ini bertujuan untuk mengurangi atau mengembalikan variasi –

variasi karakteristik air limbah agar segera tercapai kondisi yang optimum pada

proses pengolahan selanjutnya. Dengan adanya bak equalisasi ini diharapkan

debit aliran dan beban pencemaran yang bervariasi dapat diubah menjadi konstan

atau mendekati konstan.

Fungsi bak equalisasi adalah :

Meredam bahan akibat adanya fluktasi bahan organis yang dapat

mengganggu proses biologis aerob.

Mengendalikan pH air limbah.

Mengurangi fluktasi debit air, sehingga bahan homogeny secara merata atau

teratur diatur pengalirannya menuju proses selanjutnya.

Mencegah terjadinya konsentrasi bahan – bahan homogen beracun yang

tinggi memasuki unit pengolahan biologis yang aerobic.

19

Pada bak equalisasi ini dilakukan aerasi agar terjadinya homogenitas air

limbah serta dapat terjadinya pencapaian Biochemical Oxygen Demand (BOD)

yang diinginkan.

c. Alkalization Basin

Setelah dari bak equalisasi, air kemudian dipompakan kedalam bak

alkalization basin. Proses alkalisasi ini dilakukan untuk memisahkan logam berat

dari air limbah dengan menaikkan pH asam menjadi basa. Dimana dalam hal ini

air limbah mengandung kadar zink yang tinggi, dan zink merupakan salah satu

jenis logam yang mudah terikat dengan zat – zat lainnya.

Pada bak alkalization ini dilakukan pengandjusan larutan caustic soda

(penambahan NaOH 30%) dan penambahan polielektrolit yang secara otomatis

akan membentuk endapan. Dan yang berupa sludge cair akan dialirkan ke bak

sedimentasi basin.

d. Sedimentasi Basin

Air buangan yang berasal dari bak alkalization akan dialirkan kedalam

bak sedimentasi. Proses sedimentasi ini bertujuan untuk mengendapkan fase

lumpur yang terdapat pada air limbah sebagai hasil dari proses alkalisasi. Partikel

air harus cukup besar agar dapat diendapkan dalam jangka waktu tertentu.

Kecepatan pengendapan akan berbanding langsung dengan kuadrat diameter

partikel – partikelnya. Jika partikel membentuk aglomerat maka kecepatan akan

bertambah besar.

Bak sedimentasi ini berbentuk spiral atau dapat dikatakan berbentuk

lingkaran yang mempunyai 3 lapisan. Air limbah yang akan diolah akan masuk

kebagian tengah pada bak pengendapan, kemudian dialirkan kebagian bawah dan

kesamping. Pada waktu air mengalir kepermukaan sludge akan jatuh ke dasar bak

secara gravitasi, kemudian air keluar melalui saluran yang dipasang secara radial.

e. Lifhting Pump Station

Air limbah dari bak sedimentasi akan dialirkan ke Lifhting pump station,

dimana lifhting pump station ini berfungsi sebagai post sementara untuk

20

pengumpulan phase cair. Kemudian air akan dimasukkan kedalam neutralisasi

Basin.

f. Neutralisasi Basin

Bak netralisai dilakukan untuk menetralkan air limbah dari pH 10 menjadi

pH 7 (netral). Pada proses ini dilakukan pengadjusan dengan menambahkan asam

sulfat 30%. Proses netralisasi ini bermanfaatuntuk proses biologi, dimana

diperlukan pH air limbah antara 6 - 8 sehingga tercapainya kondisi yang

optimum.

g. Bak Aerasi Lagon

Air limbah kemudian dimasukkan ke dalam Bak Aerasi Lagon. Fungsi

dari bak aerasi lagon ini adalah untuk menurunkan kadar COD dan BOD pada air

limbah. Bak aerasi inni terdiri dari 5 lagon, dimana setiap lagon dilengkapi

dengan aerator dengan jumlah yang berbeda.

Adapun jumlah aerator pada tiap – tiap lagon yaitu :

· Lagon I terdapat 105 pcs aerator.

· Lagon II terdapat 98 pcs aerator.

· Lagon III terdapat 56 pcs aerator.

· Lagon IV terdapat 56 pcs aerator.

· Lagon V terdapat 56 pcs aerator.

Dalam bak aerasi ini terjadi reaksi penguraian zat organic yang

terkandung di dalam air buangan secara biokimia oleh mikroba yang menjadi gas

karbin monoksida dan sela yang baru. Jumlah mikroorganisme dalam lagon akan

bertambah banyak dengan dihasilkannya sel – sel yang baru. Air buangan yang

berasal dari lagon yang terakhir yaitu lagon V yang akan dialirkan ke dalam bak

clarifier, dimana pada bak ini terdapat 3 lingkaran. Prinsip kerja dari bak clarifier

ini yaitu dengan menggunakan system spuy. Di dalam clarifier terjadi proses

pengendapan, yang dilakukan untuk memisahkan padatan tepung atau kotoran –

kotoran yang mempunyai berat jenis yang lebih rendah dari sludge akan di

kembalikan ke bak equalisasi.

Kemudian air di masukkan ke Post Aeration I dan Post Aeration II.

Dimana pada bak ini terjadi penguraian yang berlangsung dalam kondisi cukup

21

O2 yang berguna untuk kelangsungan kehidupan mikroorganisme. Dari Post

Aeration air buangan dapat dibuang langsung kebadan sungai, yang tentunya

terlebih dahulu dianalisa di dalam laboratorium.

h. Thickening Basin

Selanjutnya Sludge phase limbah yang berasal dari bak sedimentasi akan

dimasukkan ke dalam bak thickening.

i. Diagfragma Pump Station (DPS) dan Filter Press

Phase sludge kemudian akan di tarik ke dalam Diagfragma Pump Station,

selanjutnya akan dimasukkan ke dalam Filter Press. Filter press berfungsi untuk

mengepress kadar air dalam phase sludge, dan phase sludge dapat dibuang secara

langsung ke lingkungan.

j. Incenerator

Phase sludge juga dapat dibakar di Incenerator dengan suhu 800◦C.

Dimana dari 100 kg phase sludge setelah dibakar di incinerator akan berukuran

menjadi 30 kg, dengan kata lain mengurangi phase sludge sebanyak 70%.

22

BAB III

PENUTUP3.1 Kesimpulan

Dari berbagai uraian di atas dapat saya menarik kesimpulan sebagai

berikut : Bahwa pencemaran lingkungan terjadi karena ulah manusia itu sendiri

yang tidak dapat mengolah dan memanfaatkan lingkungan dengan baik.

Pencemaran lingkungan dibagi ke dalam tiga bagian yaitu; (1)

Pencemaran Udara, (2) Pencemaran Air, dan (3) Pencemaran Tanah. Pencemaran

dari limbah industri karet adalah berupa limbah cair, padat dan limbah gas.

Dampak pencemaran lingkungan khususnya bagi kesehatan manusia yaitu

akan berdampak pada tingkat kekebalan tubuh. Semakin banyak pencemaran

yang dilakukan, maka kekebalan tubuh manusia yang berada di sekitar daerah

pencemaran akan menurun sehingga tidak jarang manusia saat ini sering terkena

penyakit seperti penyakit kulit, kerusakan jaringan kulit, mata dan organ tubuh

terutama hati dan ginjal dll.

Cara penanggulangan dampak pencemaran terhadap limbah pada pabrik

karet adalah dengan pengelolaan IPAL yang baik untuk pengelolaan limbah cair,

dan pada limbah padat harus dibuang ke TPA, dan limbah gas cara

penanggulangannya dengan selalu mengganti cerobong asap.

Cara penanganan pencemaran lingkungan dilakukan dengan cara :

1. Mengatur sistem pembuangan limbah industri sehingga tidak mencemari

lingkungan.

2. Menempatkan industri atau pabrik terpisah dari kawasan permukiman

penduduk.

3. Melakukan pengawasan atas penggunaan beberapa jenis pestisida, insektisida

dan bahan kimia lain yang berpotensi menjadi penyebab dari pencemaran

lingkungan.

4. Melakukan penghijauan.

23

5. Memberikan sanksi atau hukuman secara tegas terhadap pelaku kegiatan yang

mencemari lingkungan

6. Membuang sampah pada tempatnya.

7. Penggunaan lahan yang ramah lingkungan.

8. Melakukan penyuluhan dan pendidikan lingkungan untuk menumbuhkan

kesadaran masyarakat tentang arti dan manfaat lingkungan hidup yang

sesungguhnya.

3.2 Saran

Sekiranya pencemaran lingkungan ini adalah masalah kita bersama, untuk

itu selaku insan manusia yang bertanggung jawab dan memegang teguh konsep

keseimbangan alam, maka sudah sepantasnya kita menjaga dan merawat

lingkungan, mulai dari lingkungan tempat tinggal kita sehingga nantinya akan

tercipta lingkungan yang sehat.

24

DAFTAR PUSTAKA

Santoso Budi, 1999, Ilmu Lingkungan Industri, Universitas Gunadarna, Depok.

Michael Allaby, Dictionary of the Environment, The Mac Milian Press, Ltd.,

London, 1979.

Otto Soemarwoto, Analisis Mengenal Dampak Lingkungon, Gadjah Mada

University Press, 2001.

St. Munadjat Danusaputro, Hukum Lingkungan, Buku I Umum, Binacipta, 1980

Pendidikan Lingkungan Hidup untuk SMP/MTS Kelas VII

Undang Undang No. 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup

SK Menteri Kependudukan Lingkungan Hidup No 02/MENKLH/1988,

www.artikellingkunganhidup.com di akses pada tanggal 26 Agustus 2015

catataninformatika.blogspot.com di akses pada tanggal 26 Agustus 2015

Dirjen Perkebunan, 1991. “Study of pollution Control Requerements for Existing PTP Palm Oil and Rubber Factories”. Final Report Vol. 1

Dwi, R. 2003. Dasar Perlindungan Lingkungan Terhadap Limbah Karet. Jurnal Perlindungan Lingkungan Vol: 3.

Intan, S. 2001. Penetapan kandungan polutan terhadap lingkungan. Jurnal Lingkungan Vol:2-4

Lelawati, S. 2008. Pengolahan Limbah Karet. Tigaserangkai: Bandung

Redy, P. 2000. Pengantar Lingkungan. Grafindo: Jakarta Utara

Tanto, W. 2003. Kajian Proses Penyisihan Nutrien Dari Limbah Cair Pabrik Karet Menggunakan Reaktor Tiga Tahap. Jurnal Manajemen dan Kualitas Lingkungan Vol: 1

http://www.academia.edu/9294164/Pengolahan_Limbah_Industri_Karet

25

26