32
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan di Indonesia harus didasarkan pada konsep pembangunan berkelanjutan dan perlindungan lingkungan seperti tercantum dalam GBHN. Pembangunan yang merusak lingkungan bukanlah pembangunan, melainkan bencana yang tertunda. Untuk itu industri- industri di Indonesia haruslah menjalankan industrinya dengan tetap memperhatikan keseimbangan lingkungan. Berdasarkan data statistik International Study Group (IRSG), dari tahun 1986 sampai 1996 produksi karet alam dunia telah meningkat dengan rata-rata tingkat pertumbuhan pertahun sebesar 3,56 persen hingga mencapai5,54 juta ton pada tahun 1996. Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS), harga karet alam selama semester I tahun 2006 mengalami peningkatan mencapai 37 persen, sementara volume ekspornya mencapai 14,7 persen. Hal ini membuktikan bahwa produksi karet alam di Indonesia mengalami peningkatan setiap tahunnya. Meningkatny a produksi karet alam Indonesia tidak terlepas dari meningkatnya permintaan akan karet alam untuk

Dampak Limbah Pabrik Karet

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Dampak limbah pabrik karet

Citation preview

Page 1: Dampak Limbah Pabrik Karet

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pembangunan di Indonesia harus didasarkan pada konsep pembangunan

berkelanjutan dan perlindungan lingkungan seperti tercantum dalam GBHN.

Pembangunan yang merusak lingkungan bukanlah pembangunan, melainkan

bencana yang tertunda. Untuk itu industri-industri di Indonesia haruslah

menjalankan industrinya dengan tetap memperhatikan keseimbangan lingkungan.

Berdasarkan data statistik  International Study Group (IRSG), dari

tahun 1986 sampai 1996 produksi karet alam dunia telah meningkat

dengan rata-rata tingkat pertumbuhan pertahun sebesar 3,56 persen hingga

mencapai5,54 juta ton pada tahun 1996. Berdasarkan laporan Badan Pusat

Statistik (BPS), harga karet alam selama semester I tahun 2006 mengalami

peningkatan mencapai 37 persen, sementara volume ekspornya mencapai

14,7 persen. Hal ini membuktikan bahwa produksi karet alam di Indonesia

mengalami peningkatan setiap tahunnya. Meningkatnya produksi karet

alam Indonesia tidak terlepas dari meningkatnya permintaan akan karet

alam untuk digunakan sebagai bahan baku pada industri otomotif.

Meningkatnya produksi karet alam Indonesia juga tidak terlepas

dari peran perusahaan yang membudidayakan karet dan menghasilkankaret

alam olahan. Industri karet alam yang diperankan oleh PerkebunanRakyat

(PR), Perkebunan Besar Negara (PBN) yang biasa dikenal dengan

PT.Perkebunan Nusantara, serta Perkebunan Besar Swasta

(PBS)membudidayakan tumbuhan karet dan memproduksi berbagai jenis

produk karet alam, antara lain Ribbed Smoked Sheet  (RSS), lateks pekat,

block rubber,tyre rubber, reclaimed rubber,dan crumb rubber atau sering

disebut Standard Indonesia Rubber (SIR).

Industri karet memiliki proporsi yang jauh lebih besar dari industri

lainnya di Indonesia, maka pengendalian limbah pabrik perlu

mendapatkan perhatian serius agar dapat dicapai optimalisasi daya dukung

Page 2: Dampak Limbah Pabrik Karet

lingungan tanpa menimbulkan pencemaran. Industri berpotensi

menimbulkan pencemaran, karena selama proses produksinya industri

karet menghasilkan limbah padat, cair dan gas. Limbah cair merupakan

limbah yang terbanyak terbentuk dari ketiga jenis limbah tersebut.

Menurut Tampubolon (1993) limbah cair yang dihasilkan dari proses

produksi pabrik karet  perkebunan besar mencapai kurang lebih 26,4 m3

per ton karet kering. Tingginya limbah cair tersebut disebabkan karena

selama proses produksinya air merupakan sumber daya yang terbanyak

dibutuhkan untuk proses pengenceran dan untuk pencucian peralatan dan

lantai pabrik.

Produksi bersih adalah suatu pendekatan penanganan limbah yang

bersifat preventif dan terpadu, sehingga dapat mengurangi dampak negatif

terhadap lingkungan melalui pengurangan jumlah limbah yang dihasilkan.

Pendekatan penanganan limbah ini dilakukan melalu penanganan  siklus produksi

dari penyediaan bahan baku sampai produk,dengan cara reduce, recycle, reuse

dan recovery. Dari pendekatan ini akan diperoleh limbah dalam jumlah yang

sedikit sehingga akan mengurangi dampak negative bagi lingkungan. Selain

memberikan manfaat bagi lingkungan. Produksi bersih ini juga menghemat

pengeluaran perusahan karena adanya efisiensi produksi dan pengelolaan limbah.

B. TUJUAN

Makalah ini bertujuan untuk mempelajari dan mengkaji

potensi penerapan produksi bersih pada pabrik karet tanpa mempengaruhi

mutu produk yang dihasilkan. Makalah ini diharapkan dapat mengurangi

jumlah limbah sehingga akan dapat mengurangi dampak negative terhadap

lingkungan yang ditimbulkan dari proses produksi, mengurangi

penggunaan sumber daya dan energi serta dapat memperbaiki efisiensi

proses produksi yang secara langsung dapat memberikan keuntungan

ekonomi bagi perusahaan.

Page 3: Dampak Limbah Pabrik Karet

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Industri Karet

2.1.1 Perkembangan Industri Karet

Seiring dengan meningkatnya konsumsi karet dalam negeri, industri

barang jadi karet menjadi industri yang diminati oleh para investor untuk

dikembangkan. Pertumbuhan rata-rata konsumsi karet alam sejak tahun 1993

sampai tahun 2002 rata-rata mengalami peningkatan sebesar 3,9%, sedangkan

pertumbuhan rata-rata konsumsi karet sintetik berkembang lebih lambat yaitu

2,2% pada periode yang sama. Pertumbuhan total konsumsi karet alam dan

karet sintetik adalah 2,3% pada periode tersebut, yaitu dari 219.000 ton

menjadi 253.000 ton (Honggokusumo, 2004).

Sementara itu menurut Budiman (2004), kebutuhan untuk karet alam

dan karet sintetis di dunia secara kasar akan meningkat sebanyak dua kali lipat

pada 30 tahun ke depan. Pada tahun 2000 kebutuhan akan elastomer berkisar

sejumlah 18 juta ton, sedangkan pada tahun 2035 diyakini akan meningkat

hingga 36 juta ton dengan perbandingan jumlah karet sintetik terhadap karet

alam sebanyak 60 : 40. Jumlah kebutuhan yang besar ini tentunya akan diikuti

dengan peningkatan jumlah produk berbahan baku elastomer, antara lain ban

kendaraan, komponen kendaraan, selang, pipa, alas kaki, karpet, bola

olahraga, rol, belts, sarung tangan, dan lain-lain. Hal ini mencirikan besarnya

peluang ekspor yang dapat diambil oleh industri barang jadi karet di

Indonesia, sehingga pertumbuhan jumlah industri barang jadi yang berbahan

baku elastomer dapat terus meningkat.

2.1.2 Jenis-Jenis Karet

Ada dua jenis karet, yaitu karet alam dan sintetis. Setiap jenis karet ini

memiliki karakteristik yang berbeda, sehingga keberadaannya saling

melengkapi. Kelemahan karet alam bisa diperbaiki oleh karet sintetis dan

sebaliknya, sehingga kedua jenis karet tersebut tetap dubutuhkan.

Page 4: Dampak Limbah Pabrik Karet

1. Karet Alam

Karet alam adalah polimer hidrokarbon yang terkandung pada

lateks beberapa jenis tumbuhan. Sumber utama produksi karet dalam

perdagangan internasional adalah para atau Hevea brasiliensis (suku

Euphorbiaceae). Beberapa tumbuhan lain juga menghasilkan getah lateks

dengan sifat yang sedikit berbeda dari karet, seperti anggota suku ara-

araan (misalnya beringin), sawo-sawoan (misalnya getah perca dan sawo

manila), Euphorbiaceae lainnya, serta dandelion. Sekarang, getah perca

dipakai dalam kedokteran (guttapercha), sedangkan lateks sawo manila

biasa dipakai untuk permen karet (chicle).

Karet alam mengandung seratus persen cis-1,4-poliisoprena, yang

terdiri dari rantai polimer lurus dan panjang dengan gugus isoprenik yang

berulang, seperti pada tabel berikut :

Tabel 1. Komposisi Lateks

Banyak sifat-sifat karet alam ini yang dapat memberikan

keuntungan atau kemudahan dalam proses pengerjaan dan pemakaiannya,

baik dalam bentuk karet atau kompon maupun dalam bentuk vulkanisat.

Dalam bentuk bahan mentah, karet alam sangat disukai karena mudah

menggulung pada roll sewaktu diproses dengan penggiling terbuka dan

dapat mudah bercampur dengan berbagai bahan-bahan yang diperlukan di

dalam pembuatan kompon. Dalam bentuk kompon, karet alam sangat

mudah dilengketkan satu sama lain sehingga sangat disukai dalam

Page 5: Dampak Limbah Pabrik Karet

pembuatan barang-barang yang perlu dilapis-lapiskan sebelum vulkanisasi

dilakukan.

Keunggulan daya lengket inilah yang menyebabkan karet alam

sulit disaingi oleh karet sintetik dalam pembuatan karkas untuk ban radial

ataupun dalam pembuatan sol karet yang sepatunya diproduksi dengan

cara vulkanisasi langsung.

Protein dalam karet alam dapat mempercepat vulkanisasi atau

menarik air dalam vulkanisat. Beberapa lipid ada yang merupakan bahan

pencepat atau antioksidan. Protein juga dapat meningkatkan heat build up

tetapi dapat juga meningkatkan ketahanan sobek.

Karet alam lama kelamaan dapat meningkat viskositasnya atau

menjadi keras. Ada jenis karet alam yang sudah ditambah bahan garam

hidroksilamin sehingga tidak bisa mengeras dan disebut karet CV (contant

viscosity). Karet alam bisa mengkristal pada suhu rendah (misalkan -26°C)

dan bila ini terjadi, diperlukan pemanasan karet sebelum diolah pabrik

barang jadi karet.

2. Karet sintetis

Jika karet alam dibuat dari getah pohon karet, karet sintetis atau

karet buatan dibuat dari bahan baku minyak bumi. Karet sintetis lebih

tahan terhadap berbagai bahan kimia. Contoh karet sintetis yang banyak

digunakan yaitu styrene butadiene rubber (SBR).

2.2 Proses Industri Karet

Bahan baku yang diperoleh industri karet berasal dari industri perkebunan, bahan

baku tersebut berbentuk lateks dan dari perkebunan rakyat berbentuk koagulum

yang sudah diawetkan dengan asam sulfit. Bahan baku tersebut harus dibersihkan

dan juga harus dalam kondisi stabil. Dalam proses pencucian dan penstabilan

karet tersebut diperlukan bahan pencucinya adalah air bersih cukup banyak, dan

umumnya diambil dari air pemukaan sungai.

Sebelum dilakukan proses pencacahan karet yang berbentuk koagulum terlebih

dahulu dilakukan pencucian dengan menyemprotkan air ke tumpukan koagulum

Page 6: Dampak Limbah Pabrik Karet

karet tersebut, selanjutnya dilakukan pemecahan (breaker), dan pencacahan

rextunderyang ditindaklanjuti dengan mixing tank. Kemudian dilakukan proses

penggilingan di crapper berulang-ulang sampai diperoleh karet yang benar-benar

murni atau berdih dan kondisi stabil. Kemudian dilakukan pengeringan selama

kurang lebih dari 8 jam, kemudian dipotong-potong.

Proses produksi karet meliputi hal-hal berikut :

1. Bahan baku (lateks kebun)

2. Penerimaan lateks di gudang pabrik

3. Pengenceran Lateks

4. Penambahan bahan kimia

5. Penggumpalan

6. Penggilingan

7. Pengemasan

Pasokan air bagi proses produksi maupun untuk penunjang memerlukan jumah

yang besar/banyak dengan fungsinya sebagai pembersih atau pencuci. Apabila air

yang diperoleh dari sumbernya sudah layak sebagai pencuci maka langsung

digunakan atau sebaliknya. Pembakuan air bertujuan untuk menghilangkan

kontaminan yang berada dala air baku berupa padatan tersuspensinya, padat

terlarutnya dan kontaminasi logam. Apabila tidak ditemukan unsur logam, maka

pengbakuan air dilakukan secara fisika saja yaitu cara filtrasi dan sedimentasi.

2.3 Limbah Industri Karet

2.3.1 Sumber Limbah Industri Karet

Apabila dilihat dari tahapan poduksi baik dari bahan baku berasal dari

lateks dan bahan olahan karet rakyat (bokar), maka limbah yang terbentuk

pada industri karet dapat berupa limbah padat, limbah cair, dan limbah gas.

Kualitas bahan baku berpengaruh terhadap tingkat kuantitas dan kualitas

limbah yang akan terjadi dengan rincian sebagai berikut :

Page 7: Dampak Limbah Pabrik Karet

1. makin kotor bahan karet olahan akan makin banyak air yang

diperlukan untuk proses pembersihannya, sehingga debit limbah

cairpun meningkat.

2. makin kotor dan makin tinggi kadar air dari bahan baku karet olahan,

akan makin mudah terjadinya pembusukan, sehingga kuantitas limbah

gas/bau pun meningkat.

3. bahan baku karet olahan yang kotor menyebabkan kuantitas lumpur,

tatal dan pasir relatif tinggi.

Pembersihan dilakukan melalui pengecilan ukuran, proses ini juga

bertujuan untuk memperbesar luas pemukaan karet agar waktu

pengeringan relatif singkat. Dengan demikian, limbah yang terbentuk

dominan berbentuk limbah cair.

Sumber limbah cair dapat dikategorikan dari proses produksi dengan rincian

sebagai berikut:

1. Bahan baku olahan karet rakyat

Bahan baku karet rakyat berbentuk koagulum (bongkahan) yang telah

dibubuhi asam semut, dan banyak mengandung air dan unsur pengotor dari

karet baik disengaja maupun tidak disegaja oleh kebun rakyat. Sumber

limbahnya antara lain:

a) penyimpanan koagulum

b) sebelum produksi terlebih dulu karet disempot air sehingga

menghasilkan limbah

c) pencacahan koagulum lalu di cuci dengan air lagi

d) proses peremahan dengan hammer mill juga menghasilkan limbah cair,

waaupun jumlahnya relatif kecil

2. Bahan baku berasal dari lateks kebun

Dalam proses produksi untuk meghasilkan karet digunakan air lebih

sedikit, tetapi mempunyai bahan kimia didalam air limbahnya. Sumber limbahnya

adalah dari proses pencacahan dan peremahan.

Pengaruh tiap parameter terhadap lingukungan dapat dijelaskan sebagai berikut:

Page 8: Dampak Limbah Pabrik Karet

a. BOD

BOD merupakan salah satu parameter limbah yang memberi gambaran

atas tingkat polusi air. Semakin tinggi nilai BOD menunjukkan makin besar

oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme merubah organik. Makin tinggi

kandungan bahan organik akan menyebabkan makn berkurangnya konsentrasi

oksigen terlarut di dalam air yang akhirnya berakibat kematian berbagai biota air.

Pengurangan konsentrasi oksigen terlarut menyebabkan kondisi aerob bergeser ke

kondisi anaerob.

b. COD

COD mirip dengan BOD, bedanya osigen yang diperlukan merupakan

oksigen kimiawi seperti O2 atau oksidator lainnya untuk mengoksidasi secara

kimia bahan organik menjadi senyawa lain seperti gas metan, amoniak, dan

karbon dioksida. Nilai COD selalu lebih tinggi daripada nilai BOD karena hampir

seluruh jenis bahan organik dapat teroksidasi secara kimia termasuk bahan

organik yang teroksidasi secara biologis.

c. Padatan Terendap

Padatan terendap menunjukkan jenis padatan yang terkandung di dalam

cairan limbah yang mampu mengendap di dasar cairan secara gravitasi dalam

waktu paling lama sekitar 1 jam.

d. Padatan Tersuspensi

Padatan tersuspensi adalah padatan yang membentuk suspensi atau koloid.

Secara kasat mata padatan ini terlihat mengapung atau mengambang serta

mengeruhkan air karena berat jenisnya relatif rendah.

e. Padatan Terlarut

Padatan ini bersama-sama dengan suspensi koloid tidak dapat dipisahkan

secara penyaringan. Pemisahannya hanya dapat dilakukan dengan proses oksidasi

biologis atau koagulasi kimia.

Page 9: Dampak Limbah Pabrik Karet

f. Kandungan Nitrogen

Bentuk senyawa nitrogen yang paling umum adlah protein amonia, nitrit

dan nitrat. Ketiga jenis terakhir ini dihasilkan dari perombakan protein, sisa

tanaman dan pupuk yang tersisa di dalam cairan limbah.

g. Derajat Keasaman (pH)

Suatu cairan dikatan bersifat normal bila pH = 7 . makin rendah nilai pH

artinya air makin bersifat asam, sebaliknya makin tinggi bersifat basa.

2.3.2 Karakteristik dan Dampak Limbah Industri Karet

Karakteristik dan jumlah limbah yang dihasilkan dari proses produksi karet

dipengaruhi oleh bahan baku yang digunakan.

1. Limbah Cair

Proses pengolahan karet tergolong proses basah, banyaknya kebutuhan air

untuk keperluan pngolahan akan menentukan banyaknya limbah cair yang

dihasilkan, sekaligus menetukan rancangan ukuran sarana pengolah

limbah. Jumlah air yang digunakan dalam proses produksi, hampir

seluruhnya menjadi limbah, karena karet baik berupa bahan baku maupun

setengah jadi tidak menyerap air. Pengaruh kebutuhan air adalah tingkat

kotoran yang ada dalam bahan baku, serta efesiensi kinerja sarana

pengolahan. Nilai parameter limbah pada setiap bagian proses pengolahan

berbeda-beda. Nilai parameter BOD atau COD yang sangat besar dari air

buangan menunjukkan tingginya kadar bahan organiknya, peningkatan

kadar bahan organik akan makin mengganggu ekosistem lingkungan yang

menerima air buangan karena oksigen banyak digunakan oleh bakteri

pengurai untuk menghancurkan bahan organik tersebut. Total padatan

merupakan bahan yang berasal dari pemecahan komponen organik,

sedangkan padatan tersuspendi merupakan bahan yang tidak larut di dalam

air dan cenderung mengalami pembusukan jika suhu air meningkat

(musim panas). Dampak negatif juga timbul jika air limbah langsung

Page 10: Dampak Limbah Pabrik Karet

dibuang ke sungai atau perairan umum. Bagi pabrik yang berlokasi di areal

perkebunan, penanganan limbah cair relatif mudah, bahkan dapat

dimanfaatkan menjadi pupuk tanaman karetnya.

2. Limbah Padat

Secara umum limbah padat yang terbentuk pada pengolahan karet tidak

tergolong limbah beracun. Limbah biasanya hanya berupa tatal, lumpur,

pasir rotan, kayu, daun, dan plastik bekas kemasan. Bokar yang kotor

merupakan sumber utama pembawa limbah padat. Beberapa jenis padatan

dalam jumlah yang sudah sedemikian besar akan mengganggu

keseimbangan ekosistem. Limbah tersebut jika dibuang ke sungai, dalam

jangka waktu tertentu akan menyebabkan pendangkalan badan air. Limbah

padat akan dikirim ke TPA dalam keadaan sudah cukup kering, lebih baik

lagi jika sudah bersifat kompos, sehingga di TPA tinggal proses pelapukan

akhir.

3. Limbah Gas

Pabrik karet dalam proses pengolahan menggunakan bahan kimia berupa

ammonia dan asam cuka serta dalam proses pengasapan menggunakan

kayu bakar. Ammonia dan asam cuka yang digunakan berupa gas yang

dapat menguap dan dapat mencemari udara jika penggunaannya melebihi

ambang batas yang ditentukan. Dalam proses pengasapan penggunaan

kayu bakar sebagai bahan bakar juga dapat menyebabkan pencemaran

udara. Kayu yang dibakar mengasilkan polutan berupa Carbon Dioksida,

Nitrogen Oksida dan Nitrogen Dioksida.

Page 11: Dampak Limbah Pabrik Karet

BAB III

PENYELESAIAN MASALAH

Pengelolahan Limbah Industri

Pengolahan limbah dapat dikelompokkan kedalam pengolahan dari

sumbernya yang disebut sebagai proses produksi bersih, dan pengelolaan saat

limbah tersebut keluar dari proses produksi.

3.1 Pengolahan limbah dari sumbernya1

Pengolahan limbah dapat dilakukan mulai dari sumber limbah itu

dihasilkan, yaitu dengan meminimalisasi limbah yang dihasilkan, reuse, reycling.

Dalam industri karet meminimalisasi limbah cair dapat dilakukan dengan cara:

a. gudang penyimpanan bahan baku sebaiknya beratap dan air yang

keluar dari bahan baku berupa limbah dialirkan langsung ke IPAL

b. limbah yang berasal dari pencucian awal koagulum dan

pencacahan di mesin Pre Beaker, dan di Hammer Mill dipisahkan

saluran airnya serta diarahkan langsung ke IPAL.

c. Air limbah yang berasal dari proses di tahap ke dua atau ketiga di

creper, tingkat kualitas air tersebut masih dapat digunakan pencucian

tanpa pengolahan.

d. Pemisahan dari saluran air limbah yang haus diolah terpisah

dengan air limbah yang masih dapat digunakan

e. Air yang keluar dari IPAL dapat digunakan kembali sebagai

pencuci di lantai gudang baha baku.

3.2 IPAL

Dalam pengolahan limbah cair dari industri karet adalah karakteristik

limbahnya dan teknologi prosesnya serta jenis produk yang dihasilkan sehingga

dapat dihasilkan keandalannya, keamanan berproduksi.

Dalam pengolahan limbah cair ini perlu diperhatikan menajemen

pengolahan limbah di perusahaanan pengolahan fisik limbah sebagai efluen dari

proses produksi.

Page 12: Dampak Limbah Pabrik Karet

3.2.1 Pengolahan limbah pendahuluan

Bertujuan untuk memisahkan zat atau unsur padatan kasar yang

ada dalam air limbah dengan cara penyaringan untuk meminimalisasi

gangguan dalam proses pengolahan limbah berikutnya. Proses pengolaha

awal ini juga disebut sebagai pengolahan proses fisika

a. penyaringan

bertujuan untuk memisahkan pengotor yang berupa padatan kasar atau

serpihan yang terbawa oleh limbah cair.

b. sedimentasi

sedimentasi adalah proses pemisahan padatan dari cairannya dengan

cara mengendapkan secara gravitasi. Proses ini juga dapat memisahkan

jenis padatan berupa flok hasil proses kimiawi dan hasil proses biologi

c. netralisasi

limbah cair industri pengolahan karet bersifat asam, maka proses

penetralan perlu dilakukan terlebih daulu sebelum pengolahan

lanjutan.

d. Equalisasi

Pross equalisasi sangat dibutuhkan agar aliran relatif konstan dan

kinerja proses operasi pada sistem pengolahan meningkat.

Pengelolahan limbah primer terhadap air limbah cair adalah

penghilangan bahan padat yang tidak melarut didalam air seperti sampah,

kotoran dll. Langkah pertama yang dilakukan adalah skrining yaitu

menghilangkan bahan pencemar yang berukuran besar yang masuk kedalam

limbah cair dengan menggunakan jaring atau peralatan lain. Langkah

selanjutnya adalah penghilangan partikel dengan ukuran yang lebih kecil yang

tidak dapat disaring dari dalam air dengan menggunakan grit removal, yaitu

bahan yang terbuat dari materi yang tidak dapat diurai oleh mikroorganisme

berbentuk sepeti pasir.2

Page 13: Dampak Limbah Pabrik Karet

Tahapan selanjutnya adalah seimentasi primer untuk menghilangkan

benda padat yangn mengapung dan mengendap. Proses ini biasanya dilakukan

melalui penambahan senyawa kimia agar bahan pencemar dapat mengapung

atau mengendap berupa lemak dan dapat dikumpulkan.2

3.2.2 Pengolahan limbah lanjutan

Dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu :

a. pengolahan secara kimiawi

b. pengolahan secara sistim kolam/flokulasi (aerob atau anaerob)

c. pengolahan secara lumpur aktif (biologi)

d. pengolahan secara pemanenan ganggang

pengolahan secara kimia1

a. koagulasi

proses koagulasi adalah perlakuan kimiawi terhadap limbah cair

dengan cara penambahan bahan elektrolit yang berlawanan muatan

dengan koloid. Bahan kimia yang bisa digunakan sebagai koagulan

adalah tawas/ alum, fero sulfat, feri sulfat dan feri khlorida.

b. flokulasi

flokulasi adalah proses pengadukan lambat dan terus meneris

terhadap air yang dikoagulasikan dengan tujuan membentuk flok.

Pengolahan secara sekunder

Pengolahan secara sekunder juga disebut pengolahan secara

biologi yang bertujuan untuk mengirangi senyawa organik terlarut

dalam air limbah.

Pengolahan limbah sekunder adalah pengolahan air yang

berasal dari pemurnian air pada proses primer biasanya dilakukan

melalui proses biologi. Pengaruh yang paling berbahaya dengan

kehadiran senyawa organik bigegrable adalah BOH yaitu konsumsi

oksigen terlarut di dalam air oleh mikroorganisme pada saat

mendegradasi senyawa organik.2

Page 14: Dampak Limbah Pabrik Karet

Salah satu cara yang sering digunakan untuk pengolahan limba

cair secara biologi adalah trickling filter yaitu dengan menyiramkan

limba pada permukaan batuan atau adah padat lainnya yang dipenuhi

oleh mikroorganisme sehingga limbah dikonsumsi oleh

mikroorganisme dalam terairisasi (kaya oksigen) dan jumlah oksigen

yang diperlukan oleh mikroorganisme tersebutu tidak terbatas2

Cara lain untuk pengolahan limbah sekunder untuk proses

pengolahan limbah cair adalah melalui proses pengaktifan lumpur yaitu

dengan cara memasukkan mikroorganisme ke dalam tangki pengolahan

limba sehingga cara ini sangat efektif untuk mengolah limbah cair dan

produknya dapat dipergunakan sebagai gas atau bahan bakar dan

pupuk.2

Pengolahan secara kolam fakultatif1

Pabrik karet yang terletak di lokasi dengan ketersediaan lahan

terbuka yang masih luas seperti di PT Perkebunan atau perkebunan

swasta bes, sistem kolam arobik/anaerobik yang dilanjutkan dengan

kolam fakultatif dinilai merupakan sistem penanganan limbah yang

paling memadai.

a. proses aerob

bahan-bahan organik terlarut akan masuk ke dalam sel secara

absorpsi, sedangkan yang bersifat koloid masuk secara adsorpsi.

Proses espirasi sel mengoksidasi senyawa organik dan menghasilan

senyawa fosfat yang digunakan sebagai sumber tenaga.

1. kolam stabilisasi

proses pengolahan limbah cair dengan cara kolam

stabilisasi berdasarkan konsep pemurnian di alam. Proses biologis

dapat terjadi secara aerobik, fakultatif dan anaerobik.

Lumpur-lumpur yang mengendap dan organik terlarut yang

berada di bagian bawah akan didegradasi oleh bakteri anaerobik

Page 15: Dampak Limbah Pabrik Karet

menghasilkan bahan-bahan anorganik dan komponen-komponen

lain yang berbau.

2. kolam aerasi

kolam aerasi merupakan engolahan degan sistem aerasi

dimana pelarutan oksige diperoleh dari alat-alat mekanis. Alat-alat

untuk aerasi ada yang di permukaan dan ada pula ditempatkan di

dalam air. Pada bagian akhir kolam aerasi harus dilengkapi dengan

alat pengendapan untuk pemisahan lumpur yang dihasilkan dari

proses.

b. proses anaerob

pada kolam anaerobik berlangsung serangkaian reaksi seperti

hidrolisis senyawa organik – organik oleh enzym ekstraselular menjadi

organik terlarut, reaksi aeidogenesis terhadap produk hidrolisis oleh

bakteri fakultatif/obligat anaerob menjadi molekul – molekul.

Pengolahan secara lumpur aktif1

Proses lumpur aktif banyak diterapkan karena mempunyai efisiensi

pengolahan yang tinggi dan lahan yang diperlukan tidak seluas seperti

pengolahan sistem kolam. Biomassa lumpur dlam tangki sedimentasi akan

terpisah dan cairan sebagai endapan. Sebagian lumpur tersebut didaur ulang

dan sisanya dibuang.

Konsentrasi oksigen terlarut dalam proses lumpur aktif diperlukan

untuk kehidupan mikroorgansma, yaitu untuk melakukan oksidasi sumber

karbon (BOD) dan oksidasi senyawa nitrogen (nitrifikasi)

Perlakuan lumpur

Lumpur yang dikeluarkan dari unit pengolahan limbah cair

dibedakan atas lumpur primer dan lumpur sekunder. Lumpur primer berasal

dari hasil perlakuan fsika atau kimia, sedangkan lumpur sekunder berasal

dari perlakuan biologi. Lumpur sekunder umumnya masih memiliki kadar

air yang cukup tinggi. Perlakuan ini dengan pengurangan kadar air

Page 16: Dampak Limbah Pabrik Karet

danmeningkatkan kestabilan sift lumpur menjadi lebih aik agar penanganan

selanjutnya tidak menimbulkan permasalahan baru dalam lingkungan

a. Pemekatan

b. Stabilisasi

Pemanfaatan sludge

Sludge merupakan padatan hasil pengolahan limbah cai yang perlu

dilakukan penangannya atau tempat penyimpanan. Sludge ini selain

mengandung berbagai jenis mikroorganisme juga mengandung berbagai jenis

senyawa organik yang tidaj dapat diuraikan oleh mikroorganisme. Lumpur

yang dibiarkan di tempat terbuka tanpa penanganan lebih lanjut berpotensi

sebagai sumber pencemar.

Pemanfaatan lumpur sebagai pupuk tanaman merupakan salah satu

alternatif yang dapat dilakukan sebagai upaya untuk pengelolaan lingkungan.

Pemanfaatan limbah lumpur sebagai pupuk juga harus memperhatikan

kondisi yang mendukung aktivitas mikroorganisme dalam proses melepaskan

nutrien yang dapat dimanfaatkan untuk tanaman, yaitu kondisi lembab dan

hangat, serta kecukupan bahan makanannya.

Meski berpotensi sebagai pupuk, namun ”sludge” mempunyai

berbagai sifat yang kurang baikyaitu : tekstur yang halus, unsur hara.

Berdasarkan karateristik limbah, proses pengolahan dapat digolongkan

menjadi 3 bagian yaitu proses fisika, kimia dan biologi.2

1. Pengolahan secara fisika

Pada umumnya sebelum dilakukan pengolahan lanjutan terhadap air

buangan, diinginkan agar baha-bahan tersuspensi berukuran besar dan mudah

mengendap atau bahan-bahan yang terapung disisihakan terlebih dahulu.

Penyaringan (screening) merupakan cara yang efisien dan murah untuk

menyisikan bahan yang tersuspensi yang berukuran besar. Bahan tesuspensi yang

mudah mengendap dapat disisihkan secara mudah dengan proses pemgendapan.

Page 17: Dampak Limbah Pabrik Karet

Parameter desain yang utama untuk proses pengendapan ini adalah kecepatan

mengendap partikel dan waktu detensi hidrolisis di dalam bak pengendap.

Proses flotasi banyak digunakan untuk menyisihkan bahan-bahan yang

mengapung seperti minyak dan lemak agar tidak mengganggu proses pengolahan

berikutnya. Flotasi juga dapat digunakan sebagai cara penyisihan bahan-bahan

tersuspensi (clarification) atau pemekatan endapan lumpur (sludge thickening)

dengan memberikan aliran udara ke atas (air flotation)

Proses filtrasi di dalam pengolahan air buangan, biasanya dilakukan

untuk mendahului proses adsorbsi atau proses reverse osmosis nya, akan

dilaksanakan untuk menyisihkan sebanyak mugnkin partikel tersuspensi dari

dalam air agar tidak mengganggu proses adsorbsi atau menyu bat membran yang

dipergunakan dalam proses osmosa.

Proses adsorbsi biasanya dengan karbon aktif, dilakukan untuk

menyisihkan senyawa organik aromatik (misalnya fenol) dan senyawa organik

terlarut lainnya, terutama jika diinginkan untuk menggunakan kembali air bungan

tersebut. Teknologi membran (reverse osmosis) biasanya diaplikasikan untuk

unit-unit pengolahan kecil.

2. Pengolahan secara kimia

Pengolahan air buangan secara kimia biasanya dilakukan untuk

menghilangkan partikel-partikel yang tidak mudah mengendap (koloid) logam-

logam berat, senyawa fosfor, dan zat organik beracun, dengan membubuhkan

bahan kimia tertentu yang diperlukan. Penyisihan bahan-bahan tersebut pada

prinsipnya berlangsung melalui perubahan sifat bahan-bahan tersebut, yaitu dari

tidak dapat diendapkan menjadi mudah diendapkan (flokulasi-koagulasi) baik

dengan tau tanpa reaksi oksidasi reduksi dan juga berlangsung sebagai hasil reaksi

oksidasi.

Pengendapan bahan tersuspensi tidak mudah larut dilakukan dengan

membubuhkan elktrolit yang menpunyai muatan yang berlawanan sengan muatan

koloidnya agar terjadi netralisasi muatan koloid tersebut sehingga khirnya dapat

diendapkan. Penyisihan logam berat dan senyawa fosfor dilakukan dengan

Page 18: Dampak Limbah Pabrik Karet

membubuhkan larutan alkali sehingga terbentuk endapan hidroksida logam-logam

tersebut atau endapan hidroksiapatit.

Penyisihan bahan-bahan organik beracun seperti fenol dan sianida pada

konsentrasi rendah dapat dilakukan dengan mengoksidasinya dengan Cl2, kalsium

permanganat, aerasi , ozon hidrogen peroksida. Pada dasarnya kita dapat

memperoleh efisiensi tinggi dengan pengolahan secara kimia, akan tetapi biaya

pengolahan menjadi mahal karena memerlukan bahan kimia

3. Pengolahan secara biologi

Semua air bungan yang biodegradable dapat diolah secara biologi.

Sebagai pengolahan sekunder, pengolahan secara biologi dipandang sebagai

pengolahan yang paling murah dan efisien. Dalam beberapa dasawarsa telah

berkembang berbagai metode pengolahn biologi dengan segala modifikasinya,

pada dasarnya reaktor pengolahan secra biologi dapat dibedakan atas dua jenis

yaitu:

1. Reaktor pertumbuhan tersuspensi

2. Reaktor pertumbuhan lekat

Page 19: Dampak Limbah Pabrik Karet

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

Pembangunan Indonesia harus didasarkan pada konsep pembangunan

berkelanjutan dan perlindungan lingkungan sesuai dengan GBHN.

Produksi karet alam Indonesia meningkat tiap tahun, tak terlepas dari

meningkatnya permintaan karet alam sebagai bahan baku industri

otomotif

Industri karet dapat menghasilkan beragam produk antara lain ban,

sarung tangan, interior kendaraan, bola olahraga, sepatu dan sandal

karet, selang dan pipa, maupun gelang dan berbagai aksesoris.

Karet dibagi menjadi dua jenis, yaitu karet alam dan sintetik. Karet

alam berasal dari getah pohon yang mengandung 100% cis-1,4

poliisoprena. Sedangkan karet sintetik berasal dari bahan baku minyak

bumi contohnya SBR.

Proses industry karet meliputi bahan baku, pencucian dan penstabilan

bahan baku, pamecahan (breaker), pencacahan (rextunder), mixing

tank, penggilingan, pengerngan dan pemotongan

Limbah industri karet terdiri dari tiga komponen, yaitu limbah padat,

cair dan gas. Pada prinsipnya makin kotor bahan baku, makin banyak

air yang diperlukan untuk proses pembersihan sehingga debit limbah

cair makin meningkat. Makin kotor dan makin tinggi kadar air dalam

bahan baku, makin mudah terjadi pembusukan sehingga kuantitas

limbah gas meningkat. Bahan baku karet yang kotor akan

meningkatkan kuantitas lumpur, tatal dan pasir.

Parameter limbah cair terdiri dari BOD, COD, padatan terendap,

padatan tersuspensi, padatan terlarut, kandungan nitrogen, dan pH.

Limbah cair dapat menyebabkan BOD dan COD tinggi dan

mengganggu ekosistem lingkungan. Padatan tersuspensi cenderung

membusuk bila suhu meningkat. Limbah padat tidak tergolong beracun

Page 20: Dampak Limbah Pabrik Karet

karena berupa tatal, lumpur, pasir, rotan , kayu, daun dan plastik.

Padatan dalam jumlah besar mengganggu ekosistem dan

mengakibatkan pendangkalan badan air. Limbah gas berasal dari

ammonia, CO2 dan asam cuka yang mudah menguap.

Pengolahan limbah dibagi menjadi dua, yakni pengolahan limbah dari

sumber dan pengelolaan limbah keluar dari proses produksi.

Pengolahan limbah dari sumber terdiri dari meminimalisasi limbah

yang dihasilkan, reuse dan recycle. Pengelolaan limbah keluar dari

proses produksi meliputi pengolahan limbah pendahuluan

(penyaringan, sedimentasi, netralisasi, dan equalisasi) dan pengolahan

limbah lanjutan (secara kimia, sistem kolam/flokulasi, lumpur aktif,

permanen ganggang)