Upload
davin-stanley
View
93
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Keluarga merupakan unit terkecil dari kelompok sosial yang
merupakan faktor pendukung utama dalam memberikan bantuan baik materi
maupun moril. Unit dasar ini memiliki pengaruh yang begitu kuat terhadap
perubahan konsep diri seorang individu yang dapat menentukan berhasil
tidaknya perawatan. Dukungan keluarga mempunyai hubungan yang kuat
dengan status kesehatan anggota keluarganya.
Setiap anggota keluarga memiliki kebutuhan dasar fisik, pribadi, dan
sosial. Keluarga harus berfungsi menjadi perantara bagi tuntutan-tuntutan dan
harapan dari semua individu yang ada dalam unit tersebut. Sebuah keluarga
diharapkan dapat bertangung jawab untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan
dari orang tua dan anak-anak, ini menjadi satu tugas yang sulit karena harus
memprioritaskan kebutuhan individu yang beraneka ragam pada saat tertentu.
Meskipun banyak kelompok yang memiliki fungsi perantara, keluarga tetap
menjadi pusat utama yang terpenting dan keluargalah yang menjadi kelompok
bagi setiap individu.
Sebuah unit keluarga, disfungsi apa saja yang mempengaruhi satu atau
lebih anngota keluarga dan dalam hal tertentu seringkali akan mempengaruhi
anngota keluarga lain dan unit ini secara keseluruhan. Ada semacam hubungan
antara keluarga dan status kesehatan keluarga lainnya, bahwa peran dari
anggota keluarga sangat penting bagi setiap aspek perawatan kesehatan
anggota keluarga secara individu, mulai dari strategi hingga fase rehabilitas.
Mengkaji atau menilai keadaan memberikan perawatan kesehatan merupakan
hal yang penting dalam membantu setiap anngota keluarga untuk mencapai
suatu keadaan sehat (Wellnes) hingga tingkat optimum.
Melalui perawatan keluarga yang berfokus pada
peningkatan ,perawatan diri(self care),pendidikan kesehatan,dan konseling
keluarga,serta upaya-upaya yang berarti, dapat mengurangi resiko yang
diciptakan oleh pola hidup dan bahaya dari lingkungan. Tujuan diadakannya
Praktek Belajar Lapangan adalah untuk mengaplikasikan teori-teori yang
didapatkan di Pendidikan dan menerapkannya pada asuhan keperawatan
komunitas pada tingkat keluarga binaan.
Langkah-langkah dari asuhan keperawatan keluarga adalah
pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi. Penulis
melakukan pengkajian pada 15 KK dan dilanjutkan dengan analisa data dan
penskoringan. Berdasarkan 15 KK yang dikaji, penulis mengangkat 3 keluarga
binaan yang mempunyai skala prioritas tertinggi yaitu pada keluarga Tn. AB,
Tn. AG, dan Tn.M, dan penulis mengangkat Tn.AB sebagai keluarga binaan
karena mempunyai skala prioritas tertinggi terhadap masalah kesehatan yaitu
memiliki anggota keluarga yang memiliki masalah aktual dan disertai dengan
perilaku hidup yang kurang baik dar Tn AB.
1.2. Tujuan Penulisan
1.2.1. Tujuan Umum
Mengetahui faktor-faktor resiko masalah kesehatan keluarga binaan
dan menerapkan asuhan keperawatan komunitas pada tingkat keluarga
binaan.
1.2.2. Tujuan Khusus
1. Penulis mampu melaksanakan pengkajian pada keluarga Tn. A.
2. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada keluarga
Tn.A.
3. Penulis mampu membuat rencana asuhan keperawatan pada keluarga
Tn. A.
4. Penulis mampu melaksanakan implementasi keperawatan pada
keluarga Tn. A
5. Penulis mampu membuat evaluasi keperawatan pada keluarga Tn. A.
1.3. Ruang Lingkup
Ruang lingkup penulisan laporan ini, penulis membuat batasan pada
penerapan asuhan keperawatan keluarga di mana Tn. A mempunyai scoring
prioritas tertinggi dari ketiga keluarga yang menjadi binaan penulis yang akan
dilakukan selama 4 hari mulai dari tanggal 14-17 April 2013 di Dusun II Desa
Klumpang Kebun Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang.
1.4. Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan dalam penyusunan laporan ini
adalah metode deskriptif dengan pendekatan studi kasus dan internet dimana
asuhan keperawatan dilakukan melalui :
1. Teknik wawancara
2. Teknik observasi
3. Studi dokumentasi
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Dasar Keluarga
2.1.1 Pengertian
Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh kebersamaan
dan kedekatan emosional serta yang mengidentifikasi dirinya sebagai bagian dari
keluarga (Friedman, 2010).
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang bergabung karena
hubungan darah, perkawinan dan adopsi, dalam satu rumah tangga berinteraksi
satu dengan lainnya dalam peran dan menciptakan serta mempertahankan suatu
budaya (Bailon dan Maglaya, 1989 dalam Setiadi, 2008).
Berdasarkan dari defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian
keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang disatukan oleh ikatan
pernikahan dan mempunyai kedekatan emosional, memiliki peran masing-
masing serta memiliki budaya yang harus dipertahankan bersama.
2.1.2. Tipe keluarga
Dalam Setiadi (2008), tipe keluarga terbagi menjadi 7 yakni sebagai
berikut:
1. Nuclear family (keluarga inti), terdiri dari orangtua dan anak yang masih
menjadi tanggungannya dan tinggal dalam satu rumah,terpisah dari sanak
keluarga lainnya.
2. Extended family (keluarga besar), satu keluarga terdiri dari dari satu atau
dua keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah dan saling bergantungan
satu sama lain.
3. Single parent family, satu keluarga yang dikepalai oleh satu kepala keluarga
dan hidup bersama dengan anak-anaknya yang masih bergantung
dengannya.
4. Nuclear dyed, keluarga yang terdiri dari sepasang suami istri tanpa anak,
tinggal dalam satu rumah yang sama.
5. Blended family, suatu keluarga yang terbentuk dari perkawinan pasangan
yang masing-masing pernah menikah dan membawa anak hasil perkawinan
terdahulu.
6. Three generation family, keluarga yang terdiri dari tiga generasi yaitu
kakek, nenek, bapak, ibu, dan anak dalam satu rumah.
7. Middle age atau elderly couple, keluarga yang terdiri dari sepasang suami
istri paruh baya.
2.1.3. Fungsi keluarga
Menurut Friedman (2010), fungsi keluarga secara umum adalah sebagai
berikut :
1. Fungsi afektif
Fungsi afektif adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan
segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan
orang lain. Fungsi afektif berhubungan dengan fungsi internal keluarga yang
merupakan basis kekuatan dari keluarga. Fungsi afektif berguna untuk
pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan fungsi afektif tampak
melalui keluarga yang bahagia.
2. Fungsi sosialisasi
Fungsi sosialisasi, adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih
anak untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk
berhubungan dengan orang lain di luar rumah. Sosialisasi dimulai sejak
individu dilahirkan dan berakhhir setelah meninggal. Keluarga merupakan
tempat dimana individu melakukan sosialisasi.
3. Fungsi reproduksi
Fungsi reproduksi, adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan
menjaga kelangsungan keluarga. Keluarga berfungsi untuk meneruskan
kelangsungan keturunan dan meningkatkan sumber daya manusia. Dengan
adanya program keluarga berencana, maka fungsi ini sedikit terkontrol.
4. Fungsi ekonomi
Fungsi ekonomi, adalah keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan
keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan
individu dalam meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan
keluarga.
5. Fungsi perawatan kesehatan
Fungsi perawatan/pemeliharaan kesehatan, yaitu fungsi untuk
mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki
produktivitas tinggi. Selain keluarga menyediakan makanan, pakaian dan
rumah, keluarga juga berfungsi melakukan asuhan kesehatan terhadap
anggotanya baik untuk mencegah terjadinya gangguan maupun merawat
anggota yang sakit.
2.1.4. Tahap dan tugas perkembangan keluarga
Duvall (1985) dalam Setiadi (2008), membagi keluarga dalam 8 tahap
perkembangan, yaitu:
1. Keluarga Baru menikah (Berganning Family)
Pasangan baru menikah yang belum mempunyai anak. Tugas
perkembangan keluarga tahap ini antara lain:
a. Membina hubungan intim yang memuaskan.
b. Menetapkan tujuan bersama
c. Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok sosial.
d. Mendiskusikan rencana memilkik anak atau KB.
e. Persiapan menjadi orang tua.
f. Memahami prenatal care.
2. Keluarga dengan anak pertama
Masa ini merupakan transisi menjadi orang tua yang akan
menimbulkan krisis keluarga. Tugas perkembangan keluarga tahap ini
antara lain adalah:
a. Adaptasi perubahan anggota keluarga (peran, interaksi, seksual dan
kegiatan.
b. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.
c. Membagi peran dan tanggung jawab.
d. Bimbingan orangtua tentang pertumbuhan dan perkembangan anak.
e. Konseling KB post partum 6 minggu.
f. Menata ruang untuk anak.
g. Biaya/ dana child bearing.
h. Memfasilitasi role learing anggota keluarga.
i. Mengadakan kebiasaan keagamaan secara rutin.
3. Keluarga dengan anak pra sekolah
Tugas perkembangannya adalah menyesuaikan pada kebutuhan
pada anak prasekolah (sesuai dengan tumbuh kembang, proses belajar dan
kontak sosial) dan merencanakan kelahiran berikutnya. Tugas
perkembangan keluarga pada saat ini adalah:
a. Memenuhi kebutuhan anggota kelurga seperti kebutuhan tempat
tinggal, privasi dan rasa aman
b. Membantu anak untuk bersosialisasi
c. Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan ank
yang lain juga harus terpenuhi
d. Mempertahankan hubungan yang sehat baik di dalam maupun di luar
keluarga (keluarg lain dan Lingkungan sekitar)
e. Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak (tahap paling
repot).
4. Keluarga dengan anak usia sekolah
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah:
a. Membantu sosialisasi anak: tetngga, sekolah dan lingkungan
b. Mempertahankan keintiman pasangan
c. Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin meningkat,
termasuk kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan anggota keluarga
5. Keluarga dengan anak remaja
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah:
a. Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab
mengingat remaja yang sudah bertambah dewasa dan meningkat
otonominya
b. Mempertahankan hubungan yang intim dalam keluarga
c. Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orang. Hindari
perdebatan, permusuhan dan kecurigaan.
d. Perubahan system peran dan peraturan untuk tumbuh kembang
keluarga.
6. Keluarga dengan anak dewasa
Tugas perkembangan keluarga mempersiapkan anak untuk hidup
mandiri dan menerima kepergian anaknya, menata kembali fasilitas dan
sumber yang ada dalam keluarga, berperan sebagai suami, istri, kakek dan
nenek. Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah:
a. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar
b. Memperthnkan keintimn pasangan
c. Membantu orang tua suami/isteri yang sedang sakit dan memasuki
masa tua
d. Membantu anak untuk mandiri di masyarakat
e. Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga
7. Keluarga usia pertengahan
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah:
a. Mempertahankan kesehatan
b. Mempertahankan hubungn yang memuaskan dengan teman sebaya dan
anak-anak
c. Meningkatkan keakraban pasangan
8. Keluarga lanjut usia
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah:
a. Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan
b. Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik
dan pendapatan
c. Mempertahankan keakraban suami isteri dan saling merawat
d. Mempertahankan hubungan dengan anak dan social masyarakat
e. Melakukan life review
2.1.5. Tugas keluarga
Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai tugas
dibidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan. Friedman (2010)
membagi tugas keluarga dalam bidang kesehatan yang harus dilakukan, yaitu:
1. Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya.
2. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi keluarga.
3. Memberikan perawatan anggotanya yang sakit atau yang tidak dapat
membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda.
4. Mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan kesehatan dan
perkembangan kepribadian anggota keluarga.
5. Mempertahankan hubungan timbal balik antar keluarga dan lembaga
kesehatan (pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada).
2.2. Asuhan Keperawatan Keluarga
2.2.1.Pengertian
Asuhan keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian kegiatan yang
diberikan melalui praktik keperawatan dengan sasaran keluarga dengan tujuan
menyelesaikan masalah kesehatan yang dialami keluarga dengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan keluarga (Setiadi, 2008).
2.2.2.Tujuan
1. Meningkatkan kesehatan yang sesuai untuk mengatasi masalah.
2. Memberi dukungan untuk mengatasi masalah.
2.2.3. Sasaran
Keluarga yang beresiko tentang masalah kesehatan yang dialami
keluarga dengan pendekatan proses keperawatan.
2.2.4. Alasan keluarga menjadi salah satu unit asuhan keperawatan
1. Memberikan perawatan kesehatan hingga tingkat optimum
2. Meningkatkan perawatan diri.
2.2.5. Tugas keluarga dalam pelayanan kesehatan
1. Mengenal gangguan kesehatan setiap anggota keluarganya
2. Mengambil keputusan yang tepat
3. Memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit, yang
tidak mampu membantu dirinya karena cacat atau usianya terlalu
muda
4. Mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan untuk
kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga
5. Mempertahankan hunbungan timbal balik antara keluarga dan
lembaga kesehatan dengan memanfaatkan secara optimum fasilitas
kesehatan tersebut.
2.2.6. Langkah-langkah asuhan kepeawatan keluarga
2.2.6.1. Pengkajian
a. Pengertian
Pengkajian Keperawatan adalah sekumpulan tindakan yang di
gunakan perawat untuk mengukur keadaan pasien/keluarga dengan
menggunakan standar norma kesehatan pribadi maupun sosial serta
integritas dan kesanggupan untuk mengatasi masalah.
b. Langkah-langkah
a. Penjajakan Keluarga
Untuk membina hunbungan baik dengan keluarga
b. Pengumpulan Data
c. Tabulasi Data
d. Analisi Data
e. Perumusan Masalah
f. Penentuan Prioritas Masalah
c. Jenis data kesehatan keluarga
a. Data Subjektif
Data yang di rasakan atau data yang di ungkapkan oleh pasien/keluarga
b. Data Objektif
Data yang bisa di lihat atau hasil pengamatan/pemeriksaan.
d. Tipologi Masalah
1. Tahap Penjajakan Pertama
a. Adanya ancaman kesehatan,kurang/tidak sehatdan krisis
b. Kurang/tidak sehat adalah kegagalan dalam memantapkan
kesehatan yang meliputi keadaan sakit apakah telah terdiagnosis
atau belum dan kegagalan tumbuh kembang sesuai dengan
kecepatan yang normal.
2. Tahap Penjajakan Kedua
a. Ketidak sanggupan mengenal masalah
b. Ketidaksanggupan mengambil keputusan mengenai tindakan
kesehatan
c. Ketidaksanggupan merawat/menolong anggota keluarga yang sakit
d. Ketidakmampuan memelihara lingkungan rumah yang bisa
mempengaruhi kesehatan dan pengembangan pribadi anggota
keluarga
3. Ketidakmampuan menggunakan sumber di masyarakat untuk
memelihara kesehatan
2.2.6.2. Diagnosa Keperawatan
Setelah kita mengetahui masalah kesehatan prioritas yang dihadapi
keluarga (klien) kita memilih masalah apa yang dapat di atasi dengan asuhan
keperawatan dan kemudian menetapkan diagnosa keperawatannya. Penetapan
diagnosa keperawatan keluarga selalu mempertimbangkan faktor resiko, faktor
potensial terjadinya penyakit dan kemampuan keluarga dalam menghadapi
masalah kesehatannya. Perumusan diagnosis keperawatan keluarga adalah
problem,etiologi dan simtom (P,E,S ).
2.2.6.3. Prioritas diagnosa keperawatan
Apabila masalah kesehatan keluarga cukup banyak, masalah tersebut
tidak mungkin diatasi semuanya karena ada batasannya.Oleh karena itu, perlu di
susun skala prioritas dengan menggunakan kriteria- kriteria berikut:
Tabel 2.1. Prioritas Diagnosa Keperawatan
No Kriteria Skor Bobot
1 Sifat masalah
Skala : - Ancaman kesehatan
- Tidak/kurang sehat
- Krisis
2
3
1
1
2 Kemungkinan masalah dapat diubah
Skala : - dengan mudah
- Hanya sebagian
- Tidak dapat
2
1
0
2
3 Potensi masalah untuk dicegah
Skala : - tinggi
- Cukup
- Rendah
3
2
1
1
4 Menonjolnya masalah
Skala : - Masalah berat harus ditangani
- Masalah tidak perlu segera ditangani
- Masalah tidak dirasakan
2
1
0
1
2.2.7.4. Intervensi
Rencana asuhan keperawatan merupakan kesimpulan tindakan yang
dilaksanakan dalam menyelesaikan masalah kesehatan dan masalah/diagnosis
keperawatan yang telah ditetapkan.
Syarat Rencana Asuhan Keperawatan
a. Berdasarkan pada masalah yang telah di susun dengan jelas dan benar
b. Rencana harus realistis dan dapat dilaksanakan (ada sarana,metodologi dan
sumber daya manusianya).
c. Sesuai dengan falsafah dan tujuan serta kebijaksanaan pemerintah dan
institusi layanan kesehatan
d. Dibuat bersama keluarga.
e. Rencana di buat secara tertulis agar dapat di tindak lanjuti oleh orang lain
secara berkesinambungan dan mudah di evaluasi
f. Difokuskan pada tindakan yang dapat mencegah masalah/meringankan
masalah yang sedang di hadapi
g. Dilaksanakan berdasarkan pada proses yang sistematis
Langkah Langkah Pengembangan Rencana Asuhan Keperawatan Keluarga :
a. Penentuan Masalah
b. Sasaran
c. Tujuan Perawatan
d. Rencana Tindakan
e. Rencana untuk mengevaluasi perawatan
2.3. KONSEP MEDIS
2.3.1. DEMAM BERDARAH
a. Defenisi
DHF adalah demam khusus yang dibawa oleh aedes aegypty dan
beberapa nyamuk lain yang menyebabkan terjadinya demam. Biasanya
dengan cepat menyebar secara efidemik. Demam berdarah dengue adalah
suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue (arbovirus) yang masuk ke
dalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti.
b. Etiologi
DHF disebabkan oleh virus dengue yang termasuk dalam genus
Flavivirus dan ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti. Infeksi oleh salah satu
serotype menimbulkan antibody seumur hidup terhadap serotype
bersangkutan, tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotipr lain. Virus
dengue ini terutama ditularkan melalui vector nyamuk aedes aegypti.
Nyamuk aedes albopictus, aedes polynesiensis dan beberapa spesies lain
kurang berperan. Jenis nyamuk ini terdapat hampir di seluruh Indonesia
kecuali di ketinggian lebih dari 1000 m di atas permukaan laut.
Perkembangan hidup nyamuk Aedes Aegypti dari telur hingga dewasa
memerlukan waktu sekitar 10-12 hari. Hanya nyamuk betina yang menggigit
dan menghisap darah serta memilih dari manusia untuk memotong telurnya.
Sedangkan nyamuk jantan tidak dapat menghisap darah, melainkan hidup
Dari sari bunga tumbuh-tumbuhan. Umur nyamuk Aedes Aegypti betina
sekitar ± 2 minggu.
c. Tanda dan gejala
1. Demam tinggi mendadak selama 2-7 hari ( tanpa sebab jelas )
2. Manifestasi pendarahan, paling tidak terdapat uji tourniquet positif dan
adanya salah satu bentuk pendarahan yang lain, misalnya : ptekiae,
ekimosis, epistaksis, pendarahan gusi, melena atau hematemesis
3. Pembesaran hati
4. Mual, muntah, tidak ada nafsu makan, diare, dan konstipasi
5. Nyeri ulu hati karena adanya pendarahan di lambung, nyeri otot,
nyeri tulang sendi.
6. Syok yang ditandai nadi lemah dan cepat disertai dengan tekanan nadi
yang menurun ( 20 mmHg atau kurang ), tekanan darah yang menurun
( tekanan sistolik menurun sampai 80 mmHg atau kurang ), dan kulit
yang teraba dingin dan lembab, terutama pada ujung hidung, jari dan
kaki. Penderita gelisah serta timbul sianosis di sekitar mulut.
2.3.2. BAHAYA MEROKOK
a. Defenisi
Dewasa ini rokok semakin gencar meluas di berbagai tempat. Banyak
negara– negara industri yang menilai bahwa merokok telah menjadi perilaku
yang secara sosial dianggap kurang biasa untuk diterima. Hal ini adalah
hasil penyuluhan yang intensif, bukan saja dilaksanakan oleh pemerintah,
melainkan oleh pihak lembaga swadaya masyarakat dan juga pihak
perusahaan – perusahaan.
Setelah mengenal rokok, sebagian orang ada yang masih penasaran
dan ada juga yang masa bodoh dengan adanya rokok. Orang yang masih
penasaran memiliki rasa ingin tahu yang sangat besar. Hal ini sama apabila
seseorang masih penasaran dengan rokok, tentunya mereka akan mencari
tahu bagaimana cara menggunakannya. Biasanya orang mulai merokok
karena orang lain merokok. Hal ini pada umumnya akan berdampak sangat
cepat menyerang anak – anak. Tentunya mereka mulai merokok karena
meniru dari orang terdekat, yaitu orang tuanya yang merokok atau saudara
yang diam – diam merokok. Selain itu, karena faktor lingkungan dan teman
– teman di sekelilingnya yang telah merokok dan terbiasa dengan merokok,
maka seorang anak mulai bisa merokok. Umumnya, anak – anak melakukan
hal ini karena mereka beranggapan
bahwa dengan merokok akan membuat mereka dipandang sudah
dewasa dan pemberani. Jika seseorang telah mencoba menghisap rokok,
biasanya lama – lama hal ini akan berkembang menjadi suatu kebiasaan.
b. Zat-zat yang terkandung dalam rokok
1. Nikotin
Menurut Jeanne Mandagi, (1996 :152) nikotin dalam jumlah
kecil mempunyai pengaruh menenangkan, tetapi kadang – kadang bisa
meradang. Ditambahkan pula oleh Sue Armstrong (1991 : 7) bahwa
nikotin merupakan bahan kimia yang tidak berwarna dan merupakan
salah satu racun paling keras yang kita kenal. Kedua pendapat ini
memberikan penjelasan tentang dampak nikotin pada tubuh dan
karakterisiknya. Hal ini tentunya tergantung pada jumlah dan keadaan
fisiologis serta psikologis orangnya. Dalam jumlah besar, nikotin sangat
berbahaya, yaitu antara 20 m sampai 50 mg nikotin dapat menyebabkan
terhentinya pernapasan.
2. Karbon monoksida
Karbon monoksida merupakan gas beracun yang tidak berbau
sama sekali. Gas ini bisa kita jumpai pada asap yang dikeluarkan mobil.
Karbon monoksida yang terkandung dalam rokok dapat mengikat
dirinya pada HB darah dengan akibat oksigen tersingkir dan tidak dapat
digunakan oleh tubuh ( padahal yang diperlukan tubuh adalah oksigen).
Tanpa oksigen ini, baik otak maupun organ tubuh yang lain tidak dapat
berfungsi. Seperti halnya mesin yang perlu udara untuk membakar
bensin agar mesin
3. TAR
Lebih dari 2000 zat kimia baik berupa gas, maupun partikel
padat terkandung dalam asap rokok. Diantara zat – zat tersebut ada yang
mempunyai efek karsinogen. Tar adalah komponen dalam asap rokok
yang tinggal sebagai sisa sesudah dihilangkan nikotin dan tetesan –
tetesan cairannya. Sebatang rokok menghasilkan 10 – 30 mg tar. Cerutu
dan rokok pipa justru menghasilkan tar yang lebih banyak. Tar
merupakan kumpulan berbagai zat kimia yang berasal dari daun
tembakau sendiri, maupun yang ditambahkan pada tembakau dalam
proses pertanian dan industri sigaret serta bahan pembuat rokok lainnya.
Jeanne Mandagi, (1996 :152). Oleh karena itu, kadar tar yang
terkandung dalam rokok inilah yang berhubungan dengan resiko
timbulnya kanker karena tar mempunyai efek karsinogen.
c. Bahaya rokok terhadap kesehatan
Merokok sudah merupakan hal yang biasa kita jumpai . Kebiasaan ini
sudah begitu luas dilakukan baik dalam lingkungan berpendidikan tinggi
maupun berpendidikan rendah. Merokok sudah menjadi masalah yang
kompleks yang menyangkut aspek psikologis dan gejala sosial. Merokok
memang mengganggu kesehatan. Kenyataan ini tidak dapat kita pungkiri.
Banyak penyakit telah terbukti akibat buruk dari merokok, baik secara
langsung maupun tidak langsung. kebiasaan merokok tidak hanya
merugikan si perokok, tetapi juga bagi orang di sekitarnya.
Asap rokok merupakan polutan bagi manusia dan lingkungan
sekitarnya. Tidak hanya bagi kesehatan, merokok juga menimbulkan akibat
buruk di bidang ekonomi. Di negara industri maju, kini terdapat
kecenderungan untuk berhenti merokok, sedangkan di negara berkembang,
khususnya Indonesia justru cenderung timbul peningkatan kebiasaan
merokok.
Rokok merupakan faktor risiko untuk sekurang – kurangnya 25 jenis
penyakit, diantaranya adalah kanker pundi kencing, kanker perut, kanker
usus dan rahim, kanker mulut, kanker esophagus, kanker tekak, kanker
pancreas, kanker payudara, kanker paru, penyakit saluran pernapasa kronik,
strok, osteoporosis, jantung, kemandulan, putus haid awal, melahirkan bayi
yang cacat, keguguran bayi, bronchitis, batuk, penyakit ulser peptic,
emfisima, otot lemah, penyakit mulut, dan kerusakan mata.
2.3.3. ISPA
a. Defenisi
ISPA adalah infeksi saluran pernafasan yang berlangsung sampai 14
hari (Depkes RI.1992) ISPA adalah infeksi saluran pernafasan atas yang
terjadi pada saluran pernafasan, termasuk didalamnya hidung dan
tenggorokan.
Kuman masuk ke saluran nafas melalui rongga hidung dibawa oleh
udara yang tercemar atau kotor, sebagian besar kuman/virus di bunuh oleh
silia yang ada di rongga hidung dan trakea atau keluar melalui refleks bersin.
Sebagian lagi masuk ke paru-paru dan menginfeksi jaringan paru. Kemudian
masuk ke aliran limfe dan menyebabkan pembengkakan kelenjar getah
bening terdekat seperti di leher. Demam pada penderita ISPA diakibatkan
mekanisme pertahanan tubuh untuk melawan/ mengeluarkan kuman patogen
dari tubuh penderita (Smeltzer.2001).
b. Etiologi
Etiologi dari ISPA yang paling banyak adalah
a. Virus dan tidak membutuhkan terapi antibiotik.
b. Bakteri terutama : kuman streptococcus membutuhkan terapi antibiotic
(smeltzer, 2001).
c. Klasifikasi
Program pemberantasan ISPA mengklasifikasikan ISPA sebagai
berikut (Depkes RI, 1998) menurut umur dan tanda klinis yan didapat :
1. Pneumonia berat ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada
ke dalam.
2. Penumonia ditandai oleh adanya nafas cepat.
3. Bukan peneumonia ditandai secara klinis oleh batuk, pilek, bisa disertai
demam.
Berdasarkan derajat keparahannya ISPA dibagi menjadi 3 menurut
WHO yang telah ditetapkan lokakarya nasional II ISPA (1998) yakni:
1. ISPA ringan
2. ISPA sedang
3. ISPA berat
d. Tanda dan Gejala
1. Tanda-tanda klinis
1) Pada sistem respiratori adalah : tachypnea, nafas tak teratur, retraksi
dinding toraks, nafas cuping cyanosis, suara nafas lemah atau hilang.
2) Pada sistem cardial adalah : tachypnea, bradycardi, hipertensi,
hipotensi dan cardiac arrest.
3) Pada sistem cerebral adalah : gelisah, mudah terangsang, sakit
kepala, bingung, papil bendung, kejang dan cemas.
4) Pada keadaan umum : letih, berkeringan banyak.
2. Tanda-tanda laboratorium
a) Hypoxemia
b) Hypercapnia
c) Asidosis (metabolik atau respiratorik)
Tanda-tanda bahaya pada anak umur 2 bulan -5 bulan adalah : tidak
bisa minum, kejang, kesadaran menurun, stridor dan gizi buruk sedangkan
tanda bahaya pada anak umur < 2 bulan adalah kurang bisa minum, sampai
kurang dari setengah volume yang biasa diminumnya, kejang, kesadaran
menurun, stridor, wheezing, demam dan dingin (Smeltzer.2001).
BAB 3
TINJAUAN KASUS
Asuhan keperawatan komunitas keluarga TN. AB di Desa Klumpang
Kebun Dusun II kecamatan Hamparan Perak pada tanggal 14 maret S/d 17 April
2013.
Didalam melaksanakan keperawatan komunitas pada tingkat keluarga ini
pengumpulan data, meliputi data, mentabulasi data 15 keluarga, dari 15 keluarga
yang di kaji, memprioritaskan masalah dari skor tertinggi sampai skor terendah.
Tabel prioritas masalah dari skor tertinggi sampai rendah
No Nama Diagnosa Keperawatan Score total
1 Tn.AB - Hipertermi pada An A b/d ketidakmampuan
keluarga mengambil keputusan untuk
melakukan tindakan yang tepat pada anggota
keluarga yang sakit
- Resiko terjadinya penyakit paru pada Tn AB
b/d ketidakmampuan keluarga mengenal
masalah kesehatan setiap anggota keluarganya
- Resiko terjadinya penyakit ISPA b/d
ketidakmampuan keluarga mempertahankan
suasana rumah yang sehat
4 2/3
4 1/6
41/6
124/3
2 Tn.AG - Resiko terjadinya penyakit paru pada Tn AB
b/d ketidakmampuan keluarga mengenal
masalah kesehatan setiap anggota keluarganya
- Resiko tinggi kekurangan gizi berhubungan
dengan kurangnya pengetahuan keluarga dalam
mengelolah makanan dengan baik.
- Resiko terjadinya penyakit berhubungan
dengan ketidaktauan keluarga tentang
pemanfaatan fasilitas kesehatan.
3 2/3
3 2/3
3 2/3
11
No Nama Diagnosa Keperawatan Score total
3 Tn.M - Resiko tinggi terjadinya penyakit hipertensi
berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga mengenal masalah kesehatan.
- Resiko kekurangan gizi berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan keluarga dalam
mengelolah makanan.
- Resiko terjadinya pernyakit saluran pencernaan
(diare) berhubungan dengan ketidakmampuan
kerluarga memodifikasi lingkungan yang tidak
memenuhi syarat kesehatan.
3 2/3
3 2/3
2 2/3
10
4 Tn IK - Resiko terjadinya hipertensi berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga dalam
mengenal masalah kesehatan.
- Resiko terjadinya penyakit saluran pernapasan
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
keluarga tentang bahaya merokok.
3 2/3
3 2/3
7 1/3
5 Tn H - Resiko tinggi infeksi saluran pernapasan
berhubungan dengan ancaman kesehatan pada
keluarga
- Resikot tinggi terjadinya penyakit akibat
lingkungan yang kurang bersih berhubungan
dengan nketidakmampuan memodofikasi
lingkungan.
3 2/3
3 ½
7 1/6
6 Tn.Sy - Resiko tinggi infeksi saluran pernapasan
(ISPA) berhubungan dengan adanya ancaman
kesehatan pada keluarga karena suka merokok.
- Resiko tinggi kekurangan gizi berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga untuk
mengolah makanan yang memenuhi syarat
3 2/3
3 2/3
71/3
No Nama Diagnosa Keperawatan Score total
kesehatan.
7 Tn.D - Resiko terjadinya infeksi saluran pernapasan
b/d adanya ancaman kesehatan aktual keluarga
yang suka merokok.
- Kurangnya pengetahuan keluarga mengenai
penyakit menular berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga menggunakan
fasilitas kesehatan yang ada.
3 2/3
3 2/3 71/3
8 Tn. L - Kurangnya pengetahuan keluarga tentang
penyakit diare berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga memanfaatkan
fasilitas yang ada.
- Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan
pengolahan makanan yang bergizi dan
ekonomi yang kurang.
2 2/3
3 2/3 6 1/3
9 Tn.B - Resiko tinggi kekurangan gizi berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga untuk
mengolah makanan yang memenuhi syarat
kesehatan
- Resiko terjadinya penyakit saluran pencernaan
(diare) berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga memodifikasi lingkungan yang tidak
memenuhi syarat kesehatan.
3 2/3
2 2/3 61/3
10 Tn. W - Resiko terjadinya penyakit hipertensi
berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga mengenal masalah kesehatan.
- Resiko terjadinya penyakit saluran pernapasan
berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga mengenal masalah kesehatan.
3 2/3
3 2/3 71/6
No Nama Diagnosa Keperawatan Score total
11 Tn N - Resiko terjadinya penyakit menular
(Dermatitis, TBC) berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga memodifikasi
lingkungan rumah yang sehat.
- Resiko terjadinya penyakit saluran pernapasan
akibat ketidakmampuan keluarga mengenal
masalah kesehatan.
3 2/3
3 2/3
7 1/3
12 Tn SA - Kurangnya pengetahuan keluarga tentang
penyakit diare berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga memanfaatkan
fasilitas yang ada.
- Resiko terjadinya penyakit hipertensi
berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga mengenal masalah kesehatan.
2 2/3
3 2/3
6 1/3
13 Tn F - Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan
pengolahan makanan yang bergizi dan
ekonomi yang kurang.
- Resiko terjadinya penyakit menular
(Dermatitis, TBC) berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga memodifikasi
lingkungan rumah yang sehat.
2 2/3
4 2/3
7 1/3
14 Tn As - Resiko terjadinya infeksi saluran pernapasan
b/d adanya ancaman kesehatan aktual keluarga
yang suka merokok.
- Kurangnya pengetahuan keluarga tentang
penyakit menular berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga memanfaatkan
4 2/3
3 2/3
8 1/3
No Nama Diagnosa Keperawatan Score total
fasilitas yang ada.
15 Tn Ad - Resiko terjadinya infeksi saluran pernapasan
b/d adanya ancaman kesehatan aktual keluarga
yang suka merokok.
- Kurangnya pengetahuan keluarga tentang
penyakit menular berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga memanfaatkan
fasilitas yang ada.
2 2/3
2 2/3
5 1/3
Dari data ke 10 kepala keluarga maka ada 3 kepala keluarga yang menjadi
keluarga binaan menurut score tertinggi yaitu :
1. Keluarga Tn.AB dengan score 12 4/3
2. Keluarga Tn.AG dengan score 11
3. Keluarga Tn.M dengan score 10
FORMTA PENGUMPULAN DATA KESEHATAN KELUARGA STIKes SANTA ELISABETH MEDAN
3.1. Pengkajian
A. PENGUMPULAN DATA
7. Identitas Keluarga
a. Nama Kepala Keluarga : Abdi Pranoto f. Pendidikan : SMA
b. Jenis kelamin : laki-laki g. Pekerjaan : Buruh Lepas
c. Umur : 35 tahun
d. Agama : Islam
e. Suku/bangsa : Jawa h. Penghasilan : Rp 1.500.000
l. Alamat : Dusun 2 pendidikan
8. Data Anggota keluarga yang hidup
No Nama anggota
keluarga
Umur Agama Hubungan
keluarga
Pendidikan Pekerjaan Penghasila
n
Satu
rumah/Tid
ak
Usia
Nikah
Ibu
L P
1. Yanti eriza safitri 3 3 Islam Istri SMP IRT - Satu rumah 18thn
2. Ajis adat Alwi 14 Islam Anak SMP - - Satu rumah -
3. Nurpatiha Nabila 1,4bln Islam Anak - - - Satu rumah -
9. Genogram
: laki-laki
: Perempuan
--------- : Tinggal 1 rumah
10. Data anggota keluarga yang sakit
No Nama Hubungan
keluarga
Umur Jenis penyakit dan
keadaan penyakit sekarang
Gejala dan tanda
termasuk tanda vital
Lama sakit
(tanggal, Bln,
Thn)
Penanggula
ngan
Alasan
tidak
mau
berobat.
1 2 3 L P 6 7 8 9 10
1. An N Anak 14
bln
Batuk, pilek Batuk, pilek, demam. 4 hari (15
maret 2013)
Di bawa ke
klinik dekat
rumah.
-
2. An A Anak 14 Hipertermi Demam menggigil,
tidak selera makan,
mukosa mulut kering,
badan teraba hangat.
TD:110/70, T:38 C,
P: 90, RR: 22 x/i
13 april 2013 Di beri obat
penurun
demam
-
11. Tipe keluarga
Keluarga Tn A adalah keluarga dengan tipe nurlear family dimana
keluarga yang terdiri dari orang tua dan anak yang masih menjadi
tanggungannnya dan tinggal dalam satu rumah, terpisah dari sanak keluarga
lainnya.
12. Suku
Keluarga Tn A adalah suku jawa, kebiasaan dalam keluarga dalam
berkomunikasi yaitu dengan menggunakan bahasa Indonesia.
13. Agama
Keluarga Tn A mengatakan bahwa keluarganya menganut agama
islam dan menjalankan agama islam dan menjalankan kegiatan ibadah sesuai
dengan kepercayaannya.
14. Status sosial ekonomi
Keluarga Tn A mengatakan berpenghasilan Rp.± 1.500.000, untuk
kebutuhan keluarga sudah terpenuhi, Ny. Y juga mengatakan mempunyai
usaha sampingan jualan di depan rumah.
15. Aktvitas rekreasi keluarga
Ny.Y mengatakan tidak mempunyai kebiasaan rutin untuk berekreasi
keluar kota dan ketempat wisata tetapi kadang-kadang mau keluar kota jalan-
jalan meskipun tidak rutin. Namun setiap hari pasti ada kegiatan nonton
bersama keluarga besar.
B. Riwayat kehidupan keluarga
1. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Keluarga Tn.A berada pada tahap keluarga dengan anak usia remaja.
Tugas perkembangan pada tahap ini adalah memenuhi kebutuhan anggota
keluarga seperti rumah, ruang bermain, kebutuhan pertumbuhan dan
perkembangan, keluarga, penyakit yang lazim pada anak-anak, anak jatuh
luka, luka bakar,kecelakaan-kecelakaan lain.
2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Keluarga Tn.A sudah 14 tahun menikah, Ny.Y mengatakan bahwa
mereka menikah atas dasar suka sama suka tanpa paksaan dari manapun dan
tanpa merugikan pihak manapun.
3. Riwayat keluarga inti
Tn mengatakan pernikahanny didasarkan atas ras suka sama suka. Tn
A mengatakan pernikahannya di restui kedua orang tuanya. Pernikahan
berlangsung dengan baik tanpa ada orang ketiga yang tersakiti atau pun di
rugikan.
C. Kebiasaan Hidup sehari-hari
1. Pengaturan makanan Keluarga
Keluarga Ny S mengatakan makan 3 x sehari dengan menu nasi, ikan dan
sayuran. Pengolahan makanan dilakukan secara baik, Beras dicuci sebanyak 1
x saja tanpa di peras. Sayur dicuci dulu baru dipotong. Dan setiap malam
mempunyai kebisaan makan bersama.
2. Kebiasaan istirahat dan tidur.
Keluarga Ny S mengatakan mempunyai kebiasaan tidur yang baik, tanpa
menggunakan obat tidur dan tidak sering terbangun pada malam hari.
3. Aktivitas/ latihan keluarga
Keluarga Tn A mengatakan tidak memiliki kebiasaan berolahraga karena
sibuk dengan aktivitas masin-masing.
4. Kebiasaan yang merugikan kesehatan
Tn A mengatakan mempunyai kebiasaan merokok sejak SMP dan sampai saat
ini. Tn A dapat menghabiskan satu bungkus perhari.
D. Aspek Kesehatan Lingkungan
1. Perumahan dan karakteristik Rumah
Rumah yang ditempati keluarga adalah miliknya sendiri , dengan lantai
semen. Rumah dalam keadaan kurang bersih dan tidak tertata rapi, ventilasi
ada disetiap kamar. Luas ventilasi rumah < 15 % dari luas permukaan lantai.
Pencahayaan rumah disiang hari cukup. Keluarga Tn A mengatakan memiliki
sumber air minum dengan sumur gali.
2. Denah rumah
Kamar mandi dapur
Kamar
Ruang tamu
Kamar
Warung warung
3. Sarana pembuangan tinja
Keluarga memiliki kamar mandi dengan WC cemplung dan jarak sumber air
dengan septic tank < 10 cm namun atap kamar mandi tidak ada.
4. Pembuangan sampah dan air limbah
Keluarga Tn A mengatakan Limbah keluarga di alirkan ke pembuangan
limbah umum yakni di depan rumah.
5. Ternak
Keluarga Tn A mengatakan memiliki ternak ayam dan kandangnya tepat
berada dekat dengan kamar mandi. Saat pengkajian tampak jarak kandang
dengan rumah sangat dekat.
6. Pemanfaatan pekarangan rumah.
Tn A tidak memanfaatkan pekarangan rumahnya.
E. Pengkajian Pelayanan Kesehatan Keluarga
1. Pemanfaatan sarana kesehatan keluarga.
Keluarga Tn A mengatakan telah memanfaatkan fasilitas kesehatan secara
baik misalnya dengan membawa An N keposyandu. Ny Y mengatakan jarak
sarana kesehatan denagn rumah tidak begitu jauh.
2. Tingkat pengetahuan keluarga tentang penyakit menular.
Keluarga Tn A agak bingung ketika ditanyakan mengenai penyakit Demam
Berdarah, ISPA, AIDS, dan dermatitis. Ny Y mengatakan Pernah
mendapatkan penyuluhan tentang Diare dan mengetahui sedikit tentang
TBC..
3. Tingkat pengetahuan keluarga tentang penyakit gizi dan penyakit khronis.
Keluarga Tn A agak bingung ketika ditanyakan mengenai pengertian,
penyebab, tanda dan gejala, serta perawatan dan pencegahan gizi buruk,
stroke, hipertensi, DM, dan Anemia. Ny Y mengatakan tidak mengetahui
penyakit tersebut karena keluarga tidak pernah mengalaminya.
F. Kesehatan Anak remaja
Keluarga Ny Y mengatakan An A belum pernah mendapatakan penyuluhan
tentang pubertas.
G. Ibu Menyusui
Keluarga Ny Y mengatakan telah memberikan ASI Eksklusif untuk An A an
An N namun hanya sampai umur 2 bulan, karena An A dan An Y pada usia 2
bulan sudah diberikan PASI.
H. Keluarga Berencana
Keluarga Ny Y mengatakan telah ikut program KB yakni KB suntik. Dan
tidak memberikan efek pada kesehatannya.
I. Data UKBM
Keluarga Tn A mengatakan sudah mendapatkan JAMKESMAS dan aktif
membawa anak ke Posyandu balita untuk imunisasi. Tn A mengatakan Tidak
pernah menjadi donor darah sebelumya. Kegiatan sosial yang diikuti oleh
anggota keluarga dalam masyarakat adalah Perwiritan da Serikat Tolong
Menolong
3.2. ANALISA DATA
Nama KK :Tn A
Umur : 35 tahun
No Data Etiologi Problem
1. DS:
Ny Y mengatan An A
mengalami demam sejak
sehari yang lalu dan sudah
memberikan obat penurun
panas namun tidak turun.
Ny y mengatakan An A
demam sejak karena tidur
terlalu larut malam.
DO:
An A tampak tidur lemas di
tempat tidur dan tampak
mengigil.
Badan teraba panas.
Hasil TTV:
TD: 110/70, T: 38 C, RR:
22 x/i, P: 90 x/i.
Ketidakmampuan
keluarga
mengambil
keputusan untuk
melakuka
tindakan yang
tepat bagi
keluarga yang
sakit.
Hipertermi pada
An A
2. DS:
Tn A mengatakan memiliki
kebiasaan merokok di
dalam maupun di luar
rumah.
Tn A mengatakan
menghabiskan 1 bungkus
perhari.
Keluarga mengatkan tidak
mengetahui tentang
Ketidakmampuan
keluarga
mengenal
masalah
kesehatan setiap
anggota
keluargnya.
Resiko
terjadinya
penyakit paru
pada Tn A
penyakit ISPA.
DO:
Tampak banyak puntung
rokok di ruang tamu.
Tn A tampak merokok pada
saat pengkajian.
3. DS:
Keluarga Tn A mengatakan
belum pernah mendapatkan
penyuluhan tentang
penyakit ISPA.
Ny y mengatakan An N
sering mengalami batuk dan
pilek dan hanya dibawa ke
klinik dekat rumah.
DO:
Keluarga tampak bingung
saat ditanyakan tentang
penyakit.
Komposisi rumah tidak
memenuhi kriteria rumah
sehat (ruang makan tidak
ada).
Luas ventilasi rumah <15 %
dari luas permukaan lantai.
Jarak kandang dengan
rumah terlalu dekat.
Ketidakmampuan
keluarga
mempertahankan
suasana rumah
yang sehat.
Resiko tinggi
terjadinya
penyakit saluran
Pernapasan:
ISPA.
3.3. Diagnosa Keperawatan
Nama KK : Tn AB
Umu : 35 tahun
No Diagnosa keperawatan Tanggal Nama dan
tanda tanganIdentifikasi Teratasi
1. Hipertermi b/d
ketidakmampuan keluarga
mengambil keputusan untuk
melakukan tindakan yang
tepat pada anggota keluarga
yang sakit d/d Ny Y
mengatakan An A mengalami
demam sejak 1 hari yang lalu
sudah diberi obat penurun
panas namun tidak turun
demamnya. An A tampak
tidur lemas di atasa tempat
tidur.
13 April
2013
2. Resiko terjadinya penyakit
paru pada Tn AB b/d
ketidakmampuan keluarga
mengenal masalah kesehatan
setiap anggota keluarganya
d/d Tn AB mengatakan
memiliki kebiasaan merokok
dan menghabiskan 1 bungkus
perhari. Tampak banyak
puntung rokok di ruang tamu,
Tn A tampak merokok pada
saat pengkajian.
12 april
2013
3. Resiko terjadinya penyakit
ISPA b/d ketidakmampuan
keluarga mempertahankan
suasana rumah yang sehat d/d
Tn AB mengatakan belum
pernah mendapatkan
penyuluhan tentang penyakit
ISPA. Ny Y mengatakan An
A sering mengalami batuk
dan pilek dan hanya dibawa
ke klinik dekat rumah.
12 april
2013
3.4. Penilaian (Scoring) Diagnosa Keperawatan
Kriteria Perhitun
gan
Skor Pembenaran
a. Sifat masalah 3/3 x 1 1 An A sudah mengalami
demam selama 2 hari.
Sudah diberikan obat namun
demam tidak turun.
b. Kemungkinan
masalah dapat
diubah
2/2 x 2 2 Demam dapat segera diatasi
dengan pemberian obat
penurun panas dan banyak
minum air putih.
c. Potensial masalah
untuk dicegah.
1/3 x 1 1/3 Keluarga Tn A cukup
mampu untuk melaksanakan
penanganan pada anak yang
demam.
d. Menonjol masalah 2/2 x 1 1 Ny Y sudah memberikan
obat penurun demam pada
An A.
Total score 4 1/3
a. Sifat masalah 2/3 x1 2/3 Masalah masih ancaman
dan belum terjadi.
b. Kemungkinan
masalah dapat
diubah
2/2 x 2 2 Latar belakang pendidikan
Tn A adalah SMP sehingga
memudahkan untuk
menerima informasi dan
penjelasan yang diberikan
oleh petugas.
c. Potensial masalah
untuk dicegah.
3/3 x 1 1 Berhenti merokok
merupakaan cara terbaik
untuk mengurangi resiko
terjadinya penyakit paru.
d. Menonjol masalah 1/2 x 1 ½ Tn A menyadari bahaya
merokok namun tidak mau
mengurangi karena
kondisinya msaih dalam
keadaan baik.
Total Score 4 1/6
a. Sifat masalah 2/3 x 1 2/3 Penyakit ISPA masih belum
terjadi namun sering
mengalami gejala seperti
batuk dan pilek.
b. Kemungkinan
masalah dapat
diubah
2/2 x 2 2 Latar belakang Ny Y dan Tn
A adalah SMP dan SMA
sehingga memudahkan
untuk menerima informasi.
Ny Y mempunyai banyak
waktu untuk menciptakan
kondisi rumah untuk
pencegahan ISPA.
c. Potensial masalah
untuk dicegah.
3/3 x 1 1 Modifikasi lingkungan dan
hidup bersih dan sehat dapat
mencegah terjadinya ISPA.
d. Menonjol masalah 1/2 x 1 ½ Ny Y menyadari anak sering
batuk dan pilek namun
segera sembuh setelah
diberikan obat.
Total score 4 1/6
124/3
3.3. INTERVENSI
Nama KK : Tn A
Umur : 35 tahun
NO
DP
Tujuan Kriteria evaluasi Intervensi
Umum Khusus Kriteria Standar
1. Keluarga
mampu
memberi
pertolongan
kepada
anggota
keluarga
yang sakit.
1.
1. keluarga mampu
memberi
pepertolongan
pertama pada anggota
keluarga yang sakit
2. keluarga mampu
merawat anggota
keluarga yang sakit
Kognitif
Affective
Psikomotor
Kognitif:
Keluarga mengetahui
cara merawat anggota
keluarga yang demam.
Affective:
Keluarga mau
merawat anggota
keluarga yang sakit.
Psikomotor:
Keluarga menerapkan
perawatan keluarga
yang sakit.
1. Observasi tanda-tanda vital.
2. Observasi hidrasi (misalnya, turgor
kulit, kelembapan membran mukosa.
3. Berikan kompres hangat.
4. Anjurkan untuk banyak minum.
5. Ajarkan keluarga dalam mengukur suhu
untuk mencegah dan mengenali
hipertermi.
6. Kolaborasi untuk pemberian obat
penurun demam.
1 Keluarga
mampu
menyebutka
n cara
pencegahan
demam
berdarah.
1. Keluarga mampu
menyebutkan
pegertian demam
berdarah.
2. Keluarga mampu
menjelaskan
penyebab demam
berdarah.
3. Keluarga mampu
menyebutkan
pencegahan
demam berdarah.
4. Keluarga mampu
menyebutkan
penanganan
demam berdarah.
Kognitif
Affective
Psikomotor
Kognitif:
Keluarga
mengatakan
mengetahui cara
pencegahan demam
berdarah.
Affective:
Keluarga
mengatakan mau
menerapkan cara
pencegahan demam
berdarah.
Psikomotor:
Keluarga
menerapkan 3M di
keluarganya.
1. Kaji pengetahuan keluarga tentang
demam berdarah.
2. beri penyuluhan kesehatan kepada
anggota keluarga tentang cara
pencegahan demam berdarah.
3. Tanyakan kepada anggota keluarga
sejauh mana mampu memahami
penyuluhan kesehatan yang diberikan.
4. Minta keluarga untuk menjelaskan
kembali cara pencegahan demam
berdarah.
5. Diskusikan kepada keluarga tentang
manfaat pencegahan demam berdarah.
6. Diskusikan dan tanyakan kepada
keluarga apakah mau menerapkan
pencegahan demam bedarah di
lingkungan rumahnya.
7. Ajarkan keluarga tentang cara
pencegahan demam berdarah.
8. Beri reinforcement positif atas
keberhasilan keluarga dalam
menerapkan pencegahan demam
berdarah
2. Keluarga
mampu
menjelaskan
tentang
bahaya
merokok
1. Keluarga mampu
menyebutkan zat-zar
yang terkandung
dalam rokok.
2. Keluarga mampu
menjelaskan
penyakit-penyakit
yang disebabkan
karena rokok.
3. Keluarga mampu
menjelaskan manfaat
jika tidak merokok.
4. Keluarga mampu
menjelaskan cara
mengurangi merokok.
Kognitif
Affective
Psikomotor
Kognitif:
Keluarga
mengetahui bahaya
merokok.
Affective:
Keluarga
mengatakan mau
mengurangi
mengkonsumsi
rokok.
Psikomotor:
keluarga
menerapkan
perilaku hidup sehat
dengan berhenti
1. Kaji pengetahuan keluarga bahaya
merokok.
2. beri penyuluhan kesehatan kepada
anggota keluarga tentang bahaya
merokok.
3. Tanyakan kepada anggota keluarga
sejauh mana mampu memahami
penyuluhan kesehatan yang diberikan.
4. Minta keluarga untuk menjelaskan
kembali bahayamerokok
5. Diskusikan kepada keluarga tentang
bahaya merokok.
6. Diskusikan dan tanyakan kepada
keluarga apakah mau mengurangi
mengkonsumsi rokok.
merokok. 7. Ajarkan keluarga tentang cara
mengurangi rokok.
8. Beri reinforcement positif atas
keberhasilan keluarga dalam
menerapkan cara mengurangi rokok.
3. Keluarga
mampu
menjelaskan
tentang
penyakit
ISPA
1. Keluarga mampu
menyebutkan
pegertian ISPA.
2. Keluarga mampu
menjelaskan
penyakit-
penyakit yang
tergolong dalam
penyakit ISPA.
3. Keluarga mampu
menyebutkan
cara pencegahan
ISPA.
4. Keluarga mampu
Kognitif
Affective
Psikomotor
Kognitif
Keluarga
mengetahui
pencegahan ISPA.
Affective
Keluarga mau
menerapkan
pencegahan ISPA
di keluarganya.
Psikomotor:
Keluarga
menerapkan cara
pencegahan
demam berdarah di
1. Kaji pengetahuan keluarga tentang
ISPA
2. beri penyuluhan kesehatan kepada
anggota keluarga tentang cara
pencegahan ISPA
3. Tanyakan kepada anggota keluarga
sejauh mana mampu memahami
penyuluhan kesehatan yang diberikan.
4. Minta keluarga untuk menjelaskan
kembali cara pencegahan ISPA
5. Diskusikan kepada keluarga tentang
manfaat pencegahan ISPA.
6. Diskusikan dan tanyakan kepada
keluarga apakah mau menerapkan
menyebutkan
penanganan
demam be
rumahnya. pencegahan ISPA di lingkungan
rumahnya.
7. Ajarkan keluarga tentang cara
pencegahan ISPA.
8. Beri reinforcement positif atas
keberhasilan keluarga dalam
menerapkan pencegahan ISPA.
3.5. IMPLEMENTASI
Nama KK : Tn A
Umur : 35 tahun
No
DP
Tanggal
& waktu
Implementasi Paraf
1. Sabtu, 13
april 2013
14.00-
15.00
1. mengobservasi tanda-tanda vital.
2. mengobservasi hidrasi (misalnya, turgor
kulit, kelembapan membran mukosa)
3. memberi kompres air hangat.
4. menganjurkan An A untuk banyak
minum air hangat.
5. mengajarkan keluarga dalam mengukur
suhu untuk mencegah dan mengenali
secara dini hipertermi.
6. Memberikan obat penurun demam.
F
I
N
C
E
2. Minggu,
14 april
2013
14.00-
15.00
Pertemuan I
1. Pengertian demam berdarah
1.1. Mendiskusikan bersama keluarga
tentang pengertian demam berdarah.
1.2. Menanyakan kembali kepada Ny. Y
tentang demam berdarah.
1.3. Memberikan kesempatan kepada Ny.
Y untuk mengeluarkan pendapat dan beri
pujian atas kemampuan.
2. Tanda dan gejala demam berdarah.
2.1. Mendiskusikan bersama keluarga
tentang tanda dan gejala demam
berdarah.
2.2. Menanyakan kembali kepada Ny. Y
tentang tanda dan gejala demam
berdarah.
F
I
N
C
E
2.3. Memberikan kesempatan kepada Ny.
Y untuk mengeluarkan pendapat dan beri
pujian atas kemampuan.
3. Penanganan demam berdarah
3.1. Mendiskusikan bersama keluarga
tentang penanganan demam berdarah.
3.2. Menanyakan kembali kepada Ny. Y
tentang gizi pada ibu hamil.
3.3. Memberikan kesempatan kepada Ny.
Y untuk mengeluarkan pendapat dan beri
pujian atas kemampuan.
4. Pencegahan demam berdarah
4.1. Mendiskusikan bersama keluarga
tentang pencegahan demam berdarah
4.2. Menanyakan kembali kepada Ny. Y
tentang pencegahan demam berdarah
4.3. Memberikan kesempatan kepada Ny.
Y untuk mengeluarkan pendapat dan beri
pujian atas kemampuan.
2. Senin, 15
april 2013
Pertemuan II
1. Pengertian rokok
1.1. Mendiskusikan bersama keluarga
tentang pengertian rokok.
1.2. Menanyakan kembali kepada Tn A.
tentang bahaya merokok.
1.3. Memberikan kesempatan kepada Tn A
untuk mengeluarkan pendapat dan beri
pujian atas kemampuan.
2. Zat-zat yang terkandung dalam merokok
2.1. Mendiskusikan bersama keluarga
tentang zat-zat yang terkandung dalam
F
I
N
C
E
rokok.
2.2. Menanyakan kembali kepada Tn A
tentang zat-zat yang terkandung dalam
rokok.
2.3. Memberikan kesempatan kepada Tn A
untuk mengeluarkan pendapat dan beri
pujian atas kemampuan.
3. Penyakit akibat rokok
3.1. Mendiskusikan bersama keluarga
tentang penyakit akibat rokok.
3.2. Menanyakan kembali kepada Tn A
tentang penyakit akibat merokok
3.3. Memberikan kesempatan kepada Tn A
untuk mengeluarkan pendapat dan beri
pujian atas kemampuan.
4. Manfaat tidak merokok.
4.1. Mendiskusikan bersama keluarga
tentang manfaat tidak merokok.
4.2. Menanyakan kembali kepada Tn A
tentang manfaat tidak merokok.
4.3. Memberikan kesempatan kepada Ny.
Y untuk mengeluarkan pendapat dan beri
pujian atas kemampuan.
4. Selasa, 16
april 2013
Pertemuan III
1. Pengertian ISPA
1.1. Mendiskusikan bersama keluarga
tentang pengertian ISPA
1.2. Menanyakan kembali kepada Ny Y.
Tentang penyakit ISPA
1.3. Memberikan kesempatan kepada Ny
Y untuk mengeluarkan pendapat dan
F
I
N
C
E
beri pujian atas kemampuan.
2. Jenis-jenis penyakit ISPA
2.1. Mendiskusikan bersama keluarga
tentang jenis-jenis penyakit yang
tergolong ISPA.
2.2. Menanyakan kembali kepada Ny Y
tentang jenis-jenis penyakit yang
tergolong ISPA.
2.3. Memberikan kesempatan kepada Ny
Y untuk mengeluarkan pendapat dan beri
pujian atas kemampuan.
3. Penanganan ISPA
3.1. Mendiskusikan bersama keluarga
tentang penanganan ISPA.
3.2. Menanyakan kembali kepada Ny Y
tentang penanganan ISPA
3.3. Memberikan kesempatan kepada Ny
Y untuk mengeluarkan pendapat dan beri
pujian atas kemampuan.
4. Pencegahan ISPA
4.1. Mendiskusikan bersama keluarga
tentang pencegahan ISPA.
4.2. Menanyakan kembali kepada Ny Y
tentang pencegahan ISPA
4.3. Memberikan kesempatan kepada Ny.
Y untuk mengeluarkan pendapat dan beri
pujian atas kemampuan.
3.6. EVALUASI
Nama KK : Tn A
Umur : 35 tahun
Tanggal/
jam
NO
DX
Evaluasi Paraf
Minggu,
14 april
2013
1 S: Keluarga mengatakan demam belum turun
meskipun sudah diberikan obat penurun
demam.
O: Badan An A masih teraba Panas.
A: Masalah masih belum teratasi.
P: Lanjutkan Intervensi 1, 2, 3, 4, 5, 6.
F
I
N
C
E
Senin, 15
april 2013
1 S : Keluarga mampu menjelaskan pengertian
demam berdarah.
O : Keluarga serius mendengarkan
penyuluhan yang diberikan.
Keluarga mampu menjawab pertanyaan
yang telah ditanyakan.
A : Keluarga telah mengerti tentang
pencegahan demam berdarah.
P : Pertahankan rencana tindakan dan terus
motivasi keluarga.
F
I
N
C
E
Selasa, 16
april 2013
2 S : Keluarga mampu menjelaskan pengertian
bahaya dan efek dari merokok.
O : Keluarga serius mendengarkan
penyuluhan yang diberikan.
Keluarga mampu menjawab pertanyaan
yang telah ditanyakan.
A : Keluarga telah mengerti tentang bahaya
dari merokok dan efek dari merokok.
P : Pertahankan rencana tindakan dan terus
motivasi keluarga
F
I
N
C
E
Rabu, 17
april 2013
3 S : Keluarga mampu menjelaskan pengertian
ISPA
O : Keluarga serius mendengarkan
penyuluhan yang diberikan.
Keluarga mampu menjawab pertanyaan
yang telah ditanyakan.
A : Keluarga telah mengerti tentang
pencegahan ISPA.
P : Pertahankan rencana tindakan dan terus
motivasi keluarga
F
I
N
C
E