Upload
galuh-thamara
View
274
Download
5
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN GIZI DAUR KEHIDUPAN III
KELOMPOK LANJUT USIA
“CHANGE NOW AND FEEL YOUR BEAUTIFUL OLD DAY’
Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Gizi Daur Kehidupan III
Dosen pengampu:
Choirun Nissa, S.Gz, M.Gizi
Binar Panunggal, S.Gz, MPH
Oleh:
Rizki Khoirur R 22030113120017
Mega Lucyta Sari 22030113120049
Dwi Arum Sulistyaningsih 22030113130073
Galuh Tamarasani S 22030113130101
Fransisca Natalia B 22030113130103
Rizki Karunianti Agustina 22030113130135
PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2015
1
1.1 Identifikasi Masalah
1.1.1 Penyakit
Penyakit, gangguan, maupun kondisi kronik yang dialami oleh lansia dapat
menyebabkan perubahan dalam pola makan sehingga menjadi faktor risiko gizi yang
rendah pada lansia. Berdasarkan hasil survei lapangan pada responden lansia, didapatkan
data mengenai penyakit atau gangguan yang pernah dialami oleh lansia, adalah sebagai
berikut.
Gambar 1. Grafik persentase gangguan yang dialami lansia
Dari gambar 1 menunjukkan sebanyak 44% dari 15 responden lansia mengalami darah
tinggi. Berikut data tabel mengenai tekanan darah responden.
Tabel 1. Data tekanan darah responden
NO RESPONDEN
SBP
(mmHg)
DBP
(mmHg)
1 Musyarofah 140 80
2 Jumiyatun 140 90
3 Soekarno 187 892
4 Aminah 158 77
5 Kasinem 130 80
6 Sarno 120 90
7 Sutarti 120 80
8 Ani 156 70
9 Paikem 160 100
10 Sriwarni 140 110
11 Pradip Kasman 140 90
12 Slamet Noto 140 100
13 Sri Sujiyati 130 90
14 Sutiyem 150 90
15 Nafsiah 180 90
Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan faktor risiko utama untuk stroke,
miokard infark, penyakit pembuluh darah, dan penyakit ginjal kronis.
Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik (SBP) lebih dari 140 mmHg, atau
tekanan darah diastolik (DBP) lebih 90 mmHg. Klasifikasi tekanan darah untuk orang
dewasa berusia 18 tahun atau lebih adalah sebagai berikut:
Normal: sistolik lebih rendah dari 120 mmHg, diastolik lebih rendah dari 80
mmHg
Prehipertensi: sistolik 120-139 mmHg, diastolik 80-89 mmHg
Tahap 1: sistolik 140-159 mmHg, diastolik 90-99 mmHg
Tahap 2: sistolik 160 mm Hg atau lebih, diastolik 100 mmHg atau lebih besar
Hipertensi dapat bersifat primer, yang dapat berkembang sebagai hasil dari lingkungan
atau genetik, atau sekunder, yang memiliki beberapa etiologi, termasuk ginjal dan
pembuluh darah.
3
1.1.2 Gangguan makan
Gangguan mengunyah merupakan salah satu faktor risiko yang menyebabkan
asupan inadekuat pada lansia. Hal tersebut bisa disebabkan karena gigi yang hilang dan
membusuk atau karena rasa sakit di mulut. Berdasarkan hasil survei lapangan pada
responden lansia, didapatkan data perhitungan statistik mengenai gangguan mengunyah
yang dialami oleh lansia, adalah sebagai berikut.
Tabel 2. Data gangguan mengunyah
Gangguan_Mengunyah
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak 11 73.3 73.3 73.3
ya 4 26.7 26.7 100.0
Total 15 100.0 100.0
Data pada tabel 2 menyebutkan bahwa hanya 4 dari 15 orang responden yang mengalami
gangguan mengunyah makanan.
1.1.3 Rutinitas senam
Berdasarkan hasil survei lapangan pada responden lansia, didapatkan data
perhitungan statistik mengenai rutinitas senam yang diikuti oleh lansia, adalah sebagai
berikut.
Tabel 3. Data rutinitas senam
4
rutinitas_senam
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak 14 93.3 93.3 93.3
Ya 1 6.7 6.7 100.0
Total 15 100.0 100.0
Data pada tabel 3 menyebutkan bahwa hanya 1 dari 15 orang responden yang
rutin mengikuti senam kesehatan. Hal tersebut mengindikasikan kurangnya aktivitas fisik
pada lansia.
1.1.4 Obat-obatan
Banyaknya obat-obatan yang dikonsumsi dapat menjadi salah satu faktor
kurangnya asupan makan pada lansia, karena tingginya peluang efek samping yang
dialami pada lansia, seperti perubahan rasa dan nafsu makan, diare, konstipasi, dan lain-
lain. Berdasarkan hasil survei lapangan pada responden lansia, didapatkan data
perhitungan statistik mengenai konsumsi obat yang diikuti oleh lansia, adalah sebagai
berikut.
Tabel 4. Data konsumsi obat
konsumsi_obat
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak 4 26.7 26.7 26.7
ya 11 73.3 73.3 100.0
Total 15 100.0 100.0
5
Data pada tabel 4 menyebutkan bahwa 11 dari 15 orang responden mengonsumsi
obat-obatan, baik itu merupakan obat yang diberikan oleh dokter, maupun beli sendiri.
Obat tersebut dikonsumsi sebagai penghilang sakit seperti obat sakit kepala, obat vertigo
1.1.5 Indeks Massa Tubuh
Berdasarkan Riskesdas 2013, batasan Indeks Massa Tubuh yang digunakan untuk menilai
status gizi penduduk dewasa adalah sebagai berikut:
Kategori kurus IMT < 18,5
Kategori normal IMT ≥18,5 - <24,9
Kategori BB lebih IMT ≥25,0 - <27,0
Kategori obesitas IMT ≥27,0
Berdasarkan hasil survei lapangan pada responden lansia, didapatkan data mengenai
status gizi pada lansia yang diukur berdasarkan indeks massa tubuh, adalah sebagai
berikut.
Gambar 2. Grafik persentase status gizi berdasarkan IMT pada lansia
6
Data diatas menyebutkan bahwa dari 15 orang responden lansia, 13% (2 orang)
mengalami overweight atau BB lebih dan 40% (6 orang) mengalami obesitas.
1.2 Analisis Zat Gizi
1.2.1 Energi
Kebutuhan energi untuk usia 50-64 tahun adalah 2325 kkal untuk laki-laki dan 1900
kkal untuk perempuan, untuk usia 65-80 tahun adalah 1900 kkal untuk laki-laki dan
1550 kkal untuk perempuan, dan untuk usia > 80 tahun adalah 1425 kkal untuk
perempuan. Berdasarkan analisis recall 24 jam yang telah dilakukan, maka
a. Laki-laki
Usia Kebutuhan
Energi
Jumlah lansia Kategori
50-64 tahun 2325 kkal 1 Kurang
65-80 tahun 1900 kkal 3 Kurang
b. Perempuan
Usia Kebutuhan
Energi
Jumlah lansia Kategori
50-64 tahun 1900 kkal 6 Kurang
65-80 tahun 1550 kkal 3 Kurang
>80 tahun 1425 kkal 1 Kurang
Dengan demikian, secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa kebutuhan energi
lansia 100% memiliki kategori kurang berdasarkan kebutuhan energi setiap harinya.
1.2.2 Karbohidrat
Kebutuhan karbohidrat untuk usia 50-64 tahun adalah 349 g untuk laki-laki dan 285 g
untuk perempuan, untuk usia 65-80 tahun adalah 309 g untuk laki-laki dan 252 g untuk
perempuan, dan untuk usia > 80 tahun adalah 232 g untuk perempuan. Berdasarkan
analisis recall 24 jam yang telah dilakukan, maka telah didapatkan bahwa lansia usia
7
50-81 tahun dari responden kami 100% memiliki kategori kurang (15 orang) dari
kebutuhan karbohidrat setiap harinya.
1.2.3 Protein
Kebutuhan protein untuk usia 50-64 tahun adalah 65 g untuk laki-laki dan 57 g untuk
perempuan, untuk usia 65-80 tahun adalah 62 g untuk laki-laki dan 56 g untuk
perempuan, dan untuk usia > 80 tahun adalah 60 g untuk perempuan. Berdasarkan
analisis recall 24 jam yang telah dilakukan, maka telah didapatkan bahwa lansia
wanita usia 50-64 tahun telah didapatkan memiliki kategori cukup (2 orang),
sedangkan untuk usia 65- 81 tahun lansia lainnya memiliki kategori kurang (13
orang) dari kebutuhan protein setiap harinya. Namun, jika dilihat satu per satu, maka
hasilnya adalah sebagai berikut.
Kurang (<80%) =
Cukup (80-100%) =
1.2.4 Lemak
Kebutuhan lemak untuk usia 50-64 tahun adalah 65 g untuk laki-laki dan 53 g untuk
perempuan, untuk usia 65-80 tahun adalah 53 g untuk laki-laki dan 43 g untuk
perempuan, dan untuk usia > 80 tahun adalah 42 g untuk perempuan. Berdasarkan
analisis recall 24 jam yang telah dilakukan, maka telah didapatkan bahwa lansia
wanita usia 50-64 tahun telah didapatkan memiliki kategori cukup (1 orang),
sedangkan untuk lansia lainnya memiliki kategori kurang (14 orang) dari kebutuhan
lemak setiap harinya. Namun, jika dilihat satu per satu, maka hasilnya adalah sebagai
berikut.
Kurang (<80%) =
Cukup (80-100%) =
8
1.2.5 Kalsium
Kebutuhan kalsium untuk usia 50-81 tahun adalah 1000 mg. Berdasarkan analisis
recall 24 jam yang telah dilakukan, maka telah didapatkan bahwa lansia wanita usia
50-81 100% memiliki kategori kurang dari kebutuhan kalsium setiap harinya.
1.2.6 Besi
Kebutuhan besi untuk usia 50-81 tahun adalah 13 mg untuk laki-laki dan 12 mg untuk
perempuan. Berdasarkan analisis recall 24 jam yang telah dilakukan, maka telah
didapatkan bahwa lansia wanita memiliki kategori lebih (1 orang), sedangkan lansia
lainnya memiliki kategori kurang (14 orang) dari kebutuhan besi setiap harinya.
Namun, jika dilihat satu per satu, maka hasilnya adalah sebagai berikut.
Kurang (<80%) =
Lebih (>100%) =
1.2.7 Serat
Kebutuhan serat untuk usia 50-64 tahun adalah 33 g untuk laki-laki dan 28 g untuk
perempuan, untuk usia 65-80 tahun adalah 27 g untuk laki-laki dan 22 g untuk
perempuan, dan untuk usia > 80 tahun adalah 20 g untuk perempuan. Berdasarkan
analisis recall 24 jam yang telah dilakukan, maka telah didapatkan bahwa lansia
wanita usia 50-81 tahun 100% memiliki kategori kurang dari kebutuhan serat setiap
harinya.
1.2.8 Natrium
Kebutuhan natrium untuk usia 50-64 tahun adalah 1300 mg, untuk usia 65-81 tahun
adalah 1200 mg. Berdasarkan analisis recall 24 jam yang telah dilakukan, maka telah
didapatkan bahwa lansia wanita usia 50-64 tahun telah didapatkan memiliki kategori
lebih (1 orang), sedangkan lansia lainnya memiliki kategori kurang (14 orang) dari
kebutuhan natrium setiap harinya. Namun, jika dilihat satu per satu, maka hasilnya
adalah sebagai berikut.
Kurang (<80%) =
9
Lebih (>100%) =
1.2.9 Vitamin A
Kebutuhan vitamin A untuk usia 50-81 tahun adalah 600 mcg untuk lansia laki-laki
dan 500 mcg untuk lansia perempuan. Berdasarkan analisis recall 24 jam yang telah
dilakukan, maka telah didapatkan bahwa lansia perempuan usia 50-64 tahun telah
didapatkan memiliki kategori cukup (1 orang) dan lebih (1 orang), sedangkan untuk
usia 65- 80 tahun lansia laki-laki memiliki kategori cukup (1 orang) dan lebih (1
orang). Sedangkan lansia lainnya memiliki kategori kurang (11 orang) dari
kebutuhan vitamin A setiap harinya. Namun, jika dilihat satu per satu, maka hasilnya
adalah sebagai berikut.
Kurang (<80%) =
Cukup (80-100%) =
Lebih (>100%) =
1.2.10 Vitamin D
Kebutuhan vitamin D untuk usia 50-64 tahun adalah 15 mcg, untuk usia 65-81 tahun
adalah 20 mcg. Berdasarkan analisis recall 24 jam yang telah dilakukan, maka telah
didapatkan bahwa lansia usia 50-80 tahun memiliki kategori kurang (14 orang) dan
lansia wanita 81 tahun memiliki kategori lebih (1 orang) dari kebutuhan vitamin D
setiap harinya. Namun, jika dilihat satu per satu, maka hasilnya adalah sebagai berikut.
Kurang (<80%) =
Lebih (>100%) =
1.3 Analisis Masalah
10
Berdasarkan proses identifikasi masalah yang telah dilakukan, masalah – masalah pada lansia
yang perlu ditindaklanjuti dengan intervensi adalah
1.3.1 Kondisi Hipertensi
Hipertensi merupakan masalah kesehatan yang sangat umum terjadi
dimasyarakat. Prevalensi hipertensi pada dewasa dan lansia cenderung terus
meningkat, karena prevalensi hipertensi meningkat seiring meningkatnya usia, lebih
dari setengah populasi lansia (dengan usia lebih dari 65 th) pada berbagai ras
mengalami hipertensi.1 Berdasarkan hasil identifikasi masalah 44% responden atau
hampir setengah dari responden yang kami wawancarai menderita hipertensi.
Hipertensi yang tidak tertangani dapat menyebabkan masalah kesehatan yang lebih
serius, termasuk penyakit – penyakit degenerative seperti HF (heart failure), penyakit
ginjal stadium akhir, dan penyakit pembuluh darah peripheral.
Orang – orang yang menderita hipertensi, 90 – 95% diantaranya mengalami
hipertensi esensial atau hipertensi primer yang penyebabnya tidak diketahui.1
Meskipun penyebabnya tidak diketahui, hipertensi primer mungkin disebabkan dari
berbagai macam faktor. Faktor gaya hidup atau lifestyle seperti asupan makan
(termasuk asupan natrium yang berlebihan, asupan kalium yang rendah, asupan
alcohol yang berlebihan), kurangnya aktivitas fisik atau olahraga, merokok, stress,
dan obesitas, semuanya dapat berkontribusi terhadap perkembangan hipertensi
primer.2 Sedangkan hipertensi sekunder terjadi akibat adanya masalah lain yang
mendahului, seperti penyakit ginjal, penyakit kardiovaskular lain, gangguan sistem
endokrin, atau gangguan neurogenic.2
Dengan demikian, kondisi hipertensi yang kami temukan pada proses identifikasi
masalah perlu mendapatkan intervensi agar hipertensi yang ada tidak menjadi lebih
parah dan tidak memperburuk kondisi status kesehatan atau status gizi responden.
1.3.2 Ketidakcukupan Asupan Oral
Ketidakcukupan asupan oral pada lansia merupakan masalah terkait gizi yang
sering terjadi pada lansia. Lansia mengalami beberapa perubahan fisiologis, dimana
perubahan fisiologis yang terjadi dapat berpengaruh terhadap kemampuan lansia
11
untuk menjaga tubuhnya agar tetap sehat. Salah satu perubahan fisiologis yang
berkaitan dengan kesehatan yang dapat menyebabkan ketidakcukupan asupan oral
adalah perubahan fisiologis yang terjadi pada sistem gastrointestinal. Selain
perubahan pada sistem gastrointestinal, lansia juga mengalami penurunan pada sistem
persarafan, seperti misalnya penurunan pada kecepatan konduksi saraf, yang
mempengaruhi indera penciuman, pengecap, peraba, dan kesadaran.3
Perubahan kepekaan sensoris terhadap rasa dan bau dapat terjadi pada lansia.
Meskipun terdapat beberapa argument mengenai pada tingkat penuaan kapan, dimana
penuaan tersebut dapat mempengaruhi indera perasa, telah terdapat general
agreement bahwa indera perasa dan pengecap umumnya bertahan hingga usia 60
tahun, ketika indera perasa dan pengecap kemudian mulai mengalami penurunan.3
Makan merupakan aktivitas yang membutuhkan rangsangan sensoris,
tidak hanya rangsangan sensoris yang dilakukan oleh indera pengecap, tapi juga oleh
saraf olfaktori dan mata (beberapa mempercayainya). Indera penciuman yang tumpul
atau tidak peka dapat menyebabkan kenikmantan makanan menjadi tumpul pula,
yang mana seseorang dengan hidung tersumbat dapat secara mudah kehilangan
kepekaan terhadap indera penciumannya. Adanya penurunan terhadap rasa dan bau
juga menyebabkan penurunan pada kemampuan untuk mendeteksi makanan yang
basi, busuk atau gosong. 3
Namun, sulit untuk mengetahui apakah aspek penurunan rangsangan sensoris ini
terjadi akibat adanya penyakit atau memang karena proses penuaan. Jumlah dan
struktur saraf – saraf pengecap tidak signifikan berubah selama proses penuaan,
karena persepsi rasa untuk sukrosa tidak mengalami penurunan seiring bertambahnya
usia. 3
Selain akibat adanya penurunan kepekaan sensoris terhadap rasa dan bau,
ketidakcukupan asupan oral dapat dipengaruhi oleh kemampuan lansia dalam
mengunyah dan menelan makanan. Apa dan kapan kita makan dapat mempengaruhi
kesehatan oral. Sebaliknya, kesehatan oral dapat mempengaruhi apa dan bagaimana
kita makan, status gizi, dan status kesehatan. Kesehatan oral bergantung pada
beberapa sistem organ yang bekerja sama: sekresi gastrointestinal (saliva), sistem
12
rangka (gigi dan rahang), membrane mukosa, otot (lidah, rahang), saraf indera
pengecap, dan saraf olfaktori untuk membau dan mengecap. Gangguan yang terjadi
pada kesehatan oral dan kehilangan gigi berkaitan, tapi tidak sepenuhnya disebabkan
oleh proses penuaan. Lansia yang berusia 65 – 74 tahun dan 75 tahun keatas, secara
berturut – turut sekitar 22 dan 30% sudah tidak lagi mempunyai gigi asli,
dibandingkan dengan 7% lansia yang berusia 45 – 64 tahun.3
Kehilangan gigi menjadi salah satu penyebab ketidakcukupan asupan oral pada
lansia, hilangnya gigi menyebabkan kemampuan mengunyah lansia menjadi
berkurang sehingga lansia cenderung mengonsumsi makanan atau dibuatkan makanan
yang diolah menjadi lunak dan biasanya makanan – makanan yang konsistensi yang
lunak jarang disukai oleh lansia, sedangkan jika diberikan atau mengonsumsi
makanan dengan konsistensi padat atau standar, lansia mengalami kesulitan
mengunyah makanan tersebut. Hal ini kemudian menyebabkan asupan makanan
lansia secara oral menjadi berkurang dan kemudian cenderung tidak adekuat.
Berdasarkan hasil identifikasi masalah, ditemukan bahwa 4 dari 15 responden
kami mengalami gangguan mengunyah yang dapat menjadi salah satu penyebab
mengapa asupan oral lansia menjadi inadekuat, dengan demikian, hal ini perlu
dilakukan intervensi agar asupan oral lansia dapat membaik dan tidak membuat lansia
jatuh ke dalam masalah terkait gizi lainnya yang menyebabkan turunnya status gizi
dan status kesehatan lansia.
Berdasarkan analisis recall yang dilakukan, hasilnya menunjukkan bahwa lansia
yang menjadi responden kami memang mengalami ketidakcukupan asupan oral, yang
terlihat pada beberapa zat gizi yang kami analisis, tingkat kecukupannya sangat
rendah.
a. Energi
Kebutuhan energi untuk usia 50-64 tahun adalah 2325 kkal untuk laki-laki dan
1900 kkal untuk perempuan, untuk usia 65-80 tahun adalah 1900 kkal untuk laki-
laki dan 1550 kkal untuk perempuan, dan untuk usia > 80 tahun adalah 1425 kkal
untuk perempuan. Hasil recall 24 jam menunjukkan bahwa 100% responden kami
baik laki – laki maupun perempuan tingkat kecukupan energinya kurang.
13
b. Karbohidrat
Kebutuhan karbohidrat untuk usia 50-64 tahun adalah 349 g untuk laki-laki
dan 285 g untuk perempuan, untuk usia 65-80 tahun adalah 309 g untuk laki-laki
dan 252 g untuk perempuan, dan untuk usia > 80 tahun adalah 232 g untuk
perempuan. Hasil recall 24 jam menunjukkan bahwa 100% responden kami baik
laki – laki maupun perempuan tingkat kecukupan karbohidratnya kurang.
c. Protein
Kebutuhan protein untuk usia 50-64 tahun adalah 65 g untuk laki-laki dan 57
g untuk perempuan, untuk usia 65-80 tahun adalah 62 g untuk laki-laki dan 56 g
untuk perempuan, dan untuk usia > 80 tahun adalah 60 g untuk perempuan. Hasil
recall 24 jam menunjukkan bahwa
Grafik 1. Tingkat Kecukupan Protein pada Lansia
d. Lemak
Kebutuhan lemak untuk usia 50-64 tahun adalah 65 g untuk laki-laki dan 53 g
untuk perempuan, untuk usia 65-80 tahun adalah 53 g untuk laki-laki dan 43 g
untuk perempuan, dan untuk usia > 80 tahun adalah 42 g untuk perempuan. Hasil
recall 24 jam menunjukkan bahwa
14
Grafik 2. Tingkat Kecukupan Lemak pada Lansia
e. Kalsium
Kebutuhan kalsium untuk usia 50-81 tahun adalah 1000 mg. Hasil recall 24
jam menunjukkan bahwa tingkat kecukupan asupan kalsium pada responden
lansia kami adalah 100% kurang.
f. Besi
Kebutuhan besi untuk usia 50-81 tahun adalah 13 mg untuk laki-laki dan 12
mg untuk perempuan. Hasil recall 24 jam menunjukkan bahwa
Grafik 3. Tingkat Kecukupan Besi pada Lansia
g. Serat
Kebutuhan serat untuk usia 50-64 tahun adalah 33 g untuk laki-laki dan 28 g
untuk perempuan, untuk usia 65-80 tahun adalah 27 g untuk laki-laki dan 22 g
untuk perempuan, dan untuk usia > 80 tahun adalah 20 g untuk perempuan. Hasil
recall 24 jam menunjukkan bahwa tingkat kecukupan serat pada responden lansia
kami adalah 100% kurang.15
h. Natrium
Kebutuhan natrium untuk usia 50-64 tahun adalah 1300 mg, untuk usia 65-81
tahun adalah 1200 mg. hasil recall 24 jam menunjukkan bahwa
Grafik 4. Tingkat Kecukupan Natrium pada Lansia
i. Vitamin A
Kebutuhan vitamin A untuk usia 50-81 tahun adalah 600 mcg untuk lansia
laki-laki dan 500 mcg untuk lansia perempuan. Hasil recall 14 jam menunjukkan
bahwa
Grafik 5. Tingkat Kecukupan Vitamin A pada Lansia
j. Vitamin D
Kebutuhan vitamin D untuk usia 50-64 tahun adalah 15 mcg, untuk usia 65-81
tahun adalah 20 mcg. Hasil recall 24 jam menunjukkan bahwa
16
Grafik 6. Tingkat Kecukupan Vitamin D pada Lansia
1.3.3 Aktivitas Fisik Rendah
Exercise is a true fountain of youth . aktivitas fisik membantu membangun lean
body mass, membantu mempertahankan keseimbangan dan kelenturan tubuh,
berkontribusi terhadap kapasitas aerobik dan terhadap keseluruhan kebugaran tubuh,
meningkatkan kemampuan kognitif pada gaya hidup sedentary yang disebelumnya
dilakukan oleh lansia, dan aktivitas fisik berkaitan dengan keseluruhan kesehatan
psikologis. 3
Aktivitas fisik yang rendah dan juga penurunan kekuatan, ketahanan, dan
keseimbangan memang berkaitan dengan, tapi tidak disebabkan oleh adanya proses
penuaan. 3
Lansia akan mendapatkan manfaat yang lebih daripada orang – orang yang lebih
muda, karena latihan kekuatan merupakan satu – satunya cara untuk
mempertahankan, menjaga, dan membangun massa otot. Selain itu, dengan latihan
kekuatan, akan terjadi peningkatan pada massa otot dimana peningkatan massa otot
ini disertai dengan peningkatan pada kebutuhan kalori. Kebutuhan kalori yang lebih
tinggi akan meningkatkan kesempatan untuk mendapatkan intake zat gizi yang lebih
optimal. 3
Berdasarkan hasil identifikasi masalah yang kami lakukan, kami temukan hasil
bahwa tingkat aktivitas fisik lansia yang kami lihat berdasarkan kebiasaan mengikuti
senam, 14 dari 15 lansia yang menjadi responden kami, menyatakan tidak pernah
mengikuti kegaiatan senam bersama. Hal ini perlu mendapatkan intervensi karena
17
dengan mengikuti kegiatan senam bersama merupakan salah satu cara yang dapat
dilakukan lansia untuk meningkatkan aktivitas fisiknya. Namun, pada kenyataannya
14 dari 15 responden kamu justru tidak mengikuti kegiatan senam bersama ini.
Dengan demikian, intervensi perlu dilakukan agar lansia dapat mengerti tentang
pentingnya melakukan aktivitas fisik atau olahraga yang cukup dan sesuai dengan
pedoman yang ada untuk menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh mereka agar tetap
dalam kondisi yang optimal dan mendukung fungsi tubuh yang lainnya.
1.3.4 Overweight dan Obesitas
Overweight adalah kondisi dimana berat badan melebihi standar dari berat badan
yang telah ditetapkan, dan biasanya overweight juga mengaitkan antara berat badan
dengan tinggi badan. Pada orang dewasa overweight adalah jika berat badan dibagi
tinggi badan kuadrat 23-25 kg/m2. Sedangkan obesitas merupakan kondisi kelebihan
jaringan adipose atau lemak tubuh atau dapat dikatakan bahwa proporsi berat badan
yang tersusun atas jaringan adipose (persen lemak tubuh) melebihi batas yang
dianggap aman atau sehat. Laki – laki dewasa dianggap obesitas jika persen lemak
tubuh mereka ≥ 25% dan wanita dewasa dianggap obesitas jika persen lemak tubuh
mereka ≥ 33%. Obesitas juga dapat ditentukan melalui indeks massa tubuh mereka,
yaitu dengan membagi berat badan per tinggi badan kuadrat. Menurut indeks massa
tubuhnya, dewasa dianggap obesitas jika lebih dari 25 kg/m2. Pada lansia, indeks
massa tubuh saja bukan indikator yang cukup kuat untuk menentukan kelebihan
lemak tubuh yang berkaitan dengan morbiditas dan mortalitas.
1.4 Kerangka Sebab Akibat
Dari analisis masalah tersebut terdapat 2 kerangka sebab akibat pada kasus lansia yaitu
hipertensi dan ketidakcukupan asupan oral.
18
HIPERTENSI
Akivitas fisik yang kurang
Usia
Obesitas / overweight
Gambar 1. Kerangka Sebab Akibat Hipertensi
Gambar 2. Kerangka Sebab Akibat Ketidakcukupan Asupan Oral
Dari kerangka sebab akibat diatas dapat dijelaskan bahwa para lansia di Kelurahan
Poncowolo Timur sebagian besar mengalami hipertensi atau darah tinggi yang
diakibatkan oleh faktor usia, aktifitas fisik yang kurang serta obesitas atau overweight.
Bahkan sebagian besar lansia mengalami penurunan sistem syaraf dan fisiologis tubuh
yang juga diakibatkan oleh faktor usia serta asupan makanan harian yang masih kurang
dari kebutuhan hariannya.
1.5 Pemecahan Masalah
Secara garis besar pengobatan hipertensi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu
pengobatan dengan obat medis (farmakologi) dan non obat (non-farmakologi). Selain itu,
pada keadaan saat obat anti hipertensi diperlukan, pengobatan non-farmakologi dapat
19
Ketidakcukupan Asupan Oral : Energi Karbohidrat Protein Lemak Kalsium Besi Serat Natrium Vitamin A
Peneurunan sistem persyarafan Perubahan fisiologi
digunakan sebagai pelengkap untuk mendapatkan efek pengobatan yang lebih baik,
dimana pengobatan secara non farmakologi dapat dilakukan dengan cara: mengatasi
obesitas atau menurunkan kelebihan berat badan, mengontrol pola makan, mengurangi
asupan garam ke dalam tubuh, meningkatkan konsumsi potasium dan magnesium ke
dalam tubuh, makan makanan jenis padi-padian, menciptakan keadaan rileks,
meningkatkan aktifitas, menyertakan bantuan dari kelompok pendukung, berhenti
merokok dan mengurangi konsumsi alkohol berlebihan, dan melakukan aktifitas fisik
berupa olahraga seperti senam, selama 30-45 menit sebanyak 3-4 kali seminggu.6 WHO,
ACSM, The National Heart Foundation Joint National Committee on Detection,
Evaluation, and Treatment of high Blood Pressure sangat menganjurkan untuk
meningkatkan aktifitas fisik sebagai intervensi pertama dalam upaya pencegahan dan
pengobatan hipertensi.5
1. Senam Sehat Lansia (Speed Your Move, Health your Body!)
Berdasarkan penelitian tentang senam lansia yang dilakukan oleh Sasliza (2012)
menunjukkan bahwa terdapat kecenderungan tekanan darah lebih tinggi pada lanjut
usia yang tidak mengikuti senam lansia dibandingkan dengan lanjut usia yang
mengikuti senam lansia yang dilakukan 30 – 45 menit sebanyak 3 kali seminggu.
Untuk itu perlu adanya dilaksanakan senam lansia sebagai intervensi dalam upaya
pencegahan dan pengobatan hipertensi. Kegiatan senam lansia dilakukan agar setiap
lansia bisa melakukan aktivitas fisik yang lebih dari biasanya.6
Tujuan :
Meningkatkan aktivitas fisik
Mengurangi resiko obesitas dan hipertensi
Sasaran :
Semua lansia di kelurahan poncowolo
Waktu :
Pukul 07.00 – 07.30
Setiap hari sabtu dan minggu
Metode :
Senam dilakukan setiap hari sabtu dan minggu pagi di sekitaran taman
20
Senam akan dipimpin oleh instruktur senam
Senam diikuti oleh seluruh lansia di kelurahan poncowolo
2. Yuk Jalan Pagi (Let’s be the Active One)
Berjalan yang merupakan salah satu jenis latihan aerobic, yang dapat meningkatkan
kadar HDL dan menurunkan kadar LDL sehingga akan meningkatkan cardiac out
put sehingga peredaran darah menjadi lebih lancar dan efisien. Berdasarkan hasil
penelitian Khomarun (2013) terdapat pengaruh yang signifikan dalam perubahan
penurunan tekanan darah sistolik pada responden setelah dilakukan intervensi
sebanyak 40 kali dalam waktu 8 minggu. Kegiatan jalan pagi perlu dilakukan untuk
meningkatkan aktivitas fisik lansia dalam melakukan pencegahan dan pengobatan
hipertensi.4
Tujuan :
Meningkatkan aktivitas fisik
Mengurangi resiko obesitas dan hipertensi
Sasaran :
Semua lansia di kelurahan poncowolo
Waktu :
Pukul 07.00 – 07.30
Setiap hari selasa, rabu, dan kamis
Metode :
Jalan pagi dilakukan setiap hari selasa, rabu, dan kamis pagi di sekitar
daerah poncowolo
Jalan pagi akan dipimpin oleh kader posyandu lansia
Jalan pagidiikuti oleh seluruh lansia di kelurahan poncowolo
3. Edukasi dan Konseling gizi Berbasis Komunitas terhadap Self Management
Program edukasi berbasis komunitas merupakan program yang dirancang untuk
meningkatkan pengetahuan masyarakat sehingga masyarakat mempunyai kekuatan
untuk membangun dirinya sendiri melalui interaksi dengan lingkungan. Edukasi dan
konseling gizi ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan kepada seluruh lanisa,
anggota keluarga termasuk tokoh masyarakat sekitar. Kegiatan ini berisi tentang
21
pemaparan mengenai hipertensi dan gizi seimbang. Menurut McCulloch (2010), self-
management pada penderita hipertensi terdiri dari monitoring tekanan darah,
mengurangi rokok, diet, manajemen berat badan dan mengurangi konsumsi alkohol.5
Tujuan :
Agar seluruh lansia dapat menerapkan hidup sehat
Agar keluarga memberikan dukungan kepada lansia untuk tetap hidup sehat
Agar dapat mengurangi angka hipertensi
Sasaran : Seluruh lansia beserta keluarga dan tokoh masyarakat sekitar
Waktu : Setiap bulan pada minggu pertama posyandu lansia
Metode :
Edukasi yang dilakukan oleh kader kesehatan
Konseling dilakukan oleh ahli gizi
Adanya food modeling makanan-makanan sehat
4. Pemberian Rekomendasi Menu yang tepat pada Lansia
• Kebutuhan energi pada lansia wanita mengalami penurunan usia 54-64 th 1750 kkal, usia
>65 th 1600 kkal, banyak sekali lansia yang kami analisis mengalami kekurangan energi
dan kandungan zat gizi. Berikut contoh menu yang dapat diterpkan untuk Lansia.
• Rekomendasi Menu
Menu Jumlah E P L KH SeratVit. A
Vit. C
Na Kal Besi
G kcal g g g g µg mg mg mg mgMakan Pagi
nasi tim 100 117,1 2,2 0,2 25,7 0,3 0 0 0 3 0,2sayur bayam jagung 75 27,8 1,2 0,4 6,2 1 126 3 14,3 21 0,7
semur tahu 100 137 13,7 4,5 10,6 0,4 0 0 26 34 2,4jus jeruk pepaya 200 101,8 0,4 0 26 1,2 68 36 2 16 0
Makan Siang nasi putih kukus 100 130 2,4 0,2 28,6 0,3 0 0 0 3 0,2sayur sop ayam 75 54 4,4 2,8 2,6 0,5 174 3 17,3 10,5 0,4
ikan kakap 75 62,9 13,7 0,5 0 0 8,3 0,8 46,5 8,3 0,3pepes jamur 100 27 2,2 0,5 5,1 2,2 0 4 2 6 1,7
lodeh tahu and tempe 75 62,2 3,7 4,2 3,6 1,1 8,3 2,3 4,5 30 1,4biscuits, sweet, 75 358,5 3,8 15,8 50,9 0,4 20,3 0 267,8 15,8 0,5
22
cookiesjus mannga 150 82,5 0,2 0,2 21,3 0,8 150 13,5 1,5 4,5 0
Makan Malamnasi putih 100 130 2,4 0,2 28,6 0,3 0 0 0 3 0,2
sayur sop ayam 75 54 4,4 2,8 2,6 0,5 174 3 17,3 10,5 0,4pepes jamur 100 27 2,2 0,5 5,1 2,2 0 4 2 6 1,7ikan kakap 75 62,9 13,7 0,5 0 0 8,3 0,8 46,5 8,3 0,3susu segar 200 131,9 6,4 7,8 9,6 0 110 2 110 230 0,2Jumlah 1566,6 76,9 41,2 226,5 11,2 847 72,3 557,5 257 10,6
Monitoring dan Evaluasi
Intervensi Monitoring EvaluasiSenam sehat Lansia
Lansia rutin mengikuti senam sehat.
Memantau berat badan dan tekanan darah lansia.
Tercapainya aktivitas fisik yang baik pada lansia
Tercapainya berat badan dan tekanan darah yang normal pada lansia
Berkurangnya gejala hipertensi
Yuk Jalan Pagi Lansia rutin mengikuti senam sehat.
Memantau berat badan dan tekanan darah lansia.
Tercapainya aktivitas fisik yang baik pada lansia
Tercapainya berat badan dan tekanan darah yang normal pada lansia
Berkurangnya gejala hipertensi
Edukasi dan Konseling gizi Berbasis Komunitas terhadap Self Management
Melihat kemajuan dari pengetahuan pasien dan keluarga mengenai perawatan penyakit hipertensi
Terjadinya perubahan perilaku pasien dan keluarga terkait hipertensi
Terjadinya perubahan
23
Melihat perubahan perilaku pasien dan keluarga mengenai pola makan yang seimbang pada penyakit hipertensi
perilaku pasien dan keluarga terkait pengetahuan dan pola makan yang seimbang
Pemberian Rekomendasi Menu
Melihat pola makan lansia apakah sudah sesuai dengan rekomendasi menu
Terjadinya perubahan Pola makan Lansia semakin membaik sesuai dengan kebutuhan energinya dan zat gizi lainnya
1.6 Dokumentasi
24
25
DAFTAR PUSTAKA
1. L.K athleeMn ahanM, S,R D,C DE, SylviaE scott StumMpA, ,R DL, DN. Krause's Food
& Nutrition Therapy International Edition. Edisi 12. 2008. Canada : Saunders imprint of
Elsevier Inc.
2. M. Nelms, et al . NutritionTherapy and Pathophysiology 2nd ed.2010. Cengage : BBS
3. Khomarun, E. S. (2013). Pengaruh Aktivitas Fisik Jalan Pagi terhadap Penurunan
Tekanan Darah Pada Lansia dengan Hipertensi Stadium I di Posyandu Lansia Desa
Makam Haji. Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan
4. Rina Saraswati, H. R. (2015). Pengaruh Program Edukasi Berbasis Komunitas terhadap
Self-Management Lansia Hipertensi di Puskesmas GOMBONG 2 Kebumen. pustaka
unpad , 4-5.
5. WATI, S. (2012). Perbedaan Penurunan Tekanan Darah pada Penderita Hipertensiusia
Pertengahan yang Melakukan Senam Lansia dengan yang Tidak Melakukan Senam
Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Pakan. repository unand .
26