7
Prosiding Seminar Teknologi dan Keselamatan PLTN ser/a Fasili/as Nuklir Serpong. 9-10 Februari 1993 PPTKR, PRS GA. Siwabessy - BATAN KESIAPAN BPIS - BUMN INDUSTRI STRATE GIS DIDALAM MENDUKUNG INDUSTRI NUKLIR UNTUK ENERGI MASA DEPAN W AKIL KETUA BADAN PENGELOLA INDUSTRI STRATEGIS (Seminar Teknologi dan Keselamatan PL TN Serta Fasilitas Nuklir) I. PENDAHULUAN Industri nuklirW1tukenergi merupakansuatuindustri berteknologi tinggi secara sistem belum terkuasai oleh industri-industri di Indonesia. Penerapan teknologi tinggi disini terutama W1tuk memenuhi persyaratan keandalan yang sangat tinggi, baikdari segi kontruksi maupun pengendalian perasinya. Bali ini desebabkan oleh besamya daya yang dibangkitkan dan bahaya radioaktif yang dapat ditimbulkan apabila terjadi kegagalan atau kerusakan, baik yang disebabkan oleh faktorteknis maupun oleh kelalaian manusiannya. Dengan akan dimasukkannya Industri nuklir sebagai salah satu alternatif dalam memenuhi kebutuhan energi listrik yang sangat besar di Indonesia, maka pemerintah telah bertekad untuk secara bertahap mengurangi ketergantungan terhadap luar negeri, dalam bidang industri nuklir ini. Badan Pengelola Industri Strategis (BPIS) yang mengemban misi alih teknologi, telah melaksanakan berbagai langkah yang diperlukan untuk penguasaan berbagai jenis teknologi yang diperlukan dalam menunjangprioses industrialisasi di Indonesia. Tennasuk dalam hal ini adalah penguasaan teknologi nuklir secara bertahap. BPIS beranggotakan 10 BUMN, yaitu PT KRAKATAU STEEL, PT IPTN, PT INTI, PT LEN INDUSTRI, PT PINDAD, PT DAHANA, PT INKA, PT PAL, PT BBI, dan PT BARA T A. Setiap BUMN mempunyai bidang keunggulan masing-masing, yang dinilai strategis dalam proses penguasaan teknologi. II. POLA KEBTJAKAN PENGELOLAAN BPIS Program transformasi industri melalui empat tahapan alih teknologi telah diterapkan pada semua· BUMNIS dan menjadi tolok ukur indikator penguasaan teknologi. Dalam rangka menunjang keunggulan yang menjadi arah penguasaan teknologi BUMNIS. Dalam hal ini, BUMNIS akan merencanakan program alih teknologi di dalam melaksanakan misinya sebagai pus at keungguJan pada salah satu wahana transfom1asi industri. Semua Kemampuan Teknologi yang ada dan yang akan dipunyai oleh masing-masing BUMNIS bukan hanya bem1anfaat bagi BUMNIS itusendiri, namunjuga merupakan potensi besar yang dapat dimanfaatkan untuk program kerja sarna antar BUMNIS dalam menghasilkan suatu produk tertentu. Sebagai tindak lanjut penguasaan teknologi setelah penetapan pusat-pusat W1ggulan adalah menyiapkan 1 kemampuan sistem dan sumber daya baik internal di masing-masing BUMNIS maupun secara eksternal. 2.1. Persianan Internal DisUSW1 wadah-wadah organisasi baru dilingkungan BUMNIS yaitu : - Pembentukan Direktorat Teknologi pada BUMIS seba- gai wadah untuk penguasaan kemampuan teknologi, dimaksudkan untuk menghadapi tahap II (integrasi tek- nologi) dan tahap III (pengembangan teknologi) dari tahapanalih teknologi. Dan apabila BUMNIS telahsiap untuk memasuki tahap IV, maka perkembangan lebih lanjut adalah pembe.ntukan fungsi khusus yang akan menangani pengembimgan metoda dan R & D. - Pembentukan Pusat Peningkatan Pengendalian Kualitas (P3K) pada BUMNIS sebagai wadah untukmenangani kegiatan pengembangan sistem pengendalian kualitas dengan sasaran agar kualitas produk yang dihasilkan BUMNIS dapat memenuhi standar kualitas secara internasional, terutama dalam menghadapi iklim globalisasi dimaan kemungkinan besar BUMNIS- BUMNIS akan mendapat subkontrak pekeIjaan dari perusahaan-perusahaan raksasa di luar negeri yang mempersyaratkan kualitas produk harus sesuai dengan standard internasionmal. Dengan demikian BUMNIS harus dapat meningkatkan performasi kualitas produknya agarmampubersaing di dalam perdagangan intemasional. - Pembentukan PusatPeningkatan Pertumbuhan Produk- tivitas Prestasi Perusahaan ( P-6 ) yang dimaksudkan sebagai wadah untuk perbaikan secara terus menerus terhadap penanganan faktor-faktor produksi (Man - Machine - Method - Money - Material) sehingga di- peroleh hasil akhir berupa produk akhir yang dibuat dengan biaya serendah-rendahnya (cost - effective production) serta dengan waktu penyelesaiannya yang tepat jadwal. . Disamping pembentukan wadah-wadah tersebut diatas, diajukan pula stategi penguasaan teknologi yang terencana melalui pertimbangan-pertimbangan yang cem1at. Pertimbangan-pertimbangan tersebut adalah : a. Tetap berada dalam jalur pus at keunggulannya. b. Mengambil referensi dari perusahaan yang lebih maju, baik di dalam maupun di luar negeri.

KESIAPAN BPIS - digilib.batan.go.iddigilib.batan.go.id/e-prosiding/File Prosiding/Energi/PPTKR_93/pros... · BUMNIS-I saat ini telah memiliki atau menguasai tekno-III. PENGUASAAN

Embed Size (px)

Citation preview

Prosiding Seminar Teknologi dan Keselamatan PLTNser/a Fasili/as Nuklir

Serpong. 9-10 Februari 1993

PPTKR, PRS GA. Siwabessy - BATAN

KESIAPAN BPIS - BUMN INDUSTRI STRATE GIS DIDALAMMENDUKUNG INDUSTRI NUKLIR UNTUK ENERGI MASA DEPAN

W AKIL KETUA BADAN PENGELOLA INDUSTRI STRATEGIS

(Seminar Teknologi dan Keselamatan PL TN Serta Fasilitas Nuklir)

I. PENDAHULUAN

Industri nuklirW1tukenergi merupakansuatuindustriberteknologi tinggi secara sistem belum terkuasai olehindustri-industri di Indonesia.

Penerapan teknologi tinggi disini terutama W1tukmemenuhi persyaratan keandalan yang sangat tinggi,baikdari segi kontruksi maupun pengendalian perasinya.Bali ini desebabkan oleh besamya daya yang dibangkitkandan bahaya radioaktif yang dapat ditimbulkan apabilaterjadi kegagalan atau kerusakan, baik yang disebabkanoleh faktorteknis maupun oleh kelalaian manusiannya.Dengan akan dimasukkannya Industri nuklir sebagaisalah satu alternatif dalam memenuhi kebutuhan energilistrik yang sangat besar di Indonesia, maka pemerintahtelah bertekad untuk secara bertahap mengurangiketergantungan terhadap luar negeri, dalam bidangindustri nuklir ini.

Badan Pengelola Industri Strategis (BPIS) yangmengemban misi alih teknologi, telah melaksanakanberbagai langkah yang diperlukan untuk penguasaanberbagai jenis teknologi yang diperlukan dalammenunjangprioses industrialisasi di Indonesia. Tennasukdalam hal ini adalah penguasaan teknologi nuklir secarabertahap. BPIS beranggotakan 10 BUMN, yaitu PTKRAKATAU STEEL, PT IPTN, PT INTI, PT LENINDUSTRI, PT PINDAD, PT DAHANA, PT INKA, PTPAL, PT BBI, dan PT BARA T A. Setiap BUMNmempunyai bidang keunggulan masing-masing, yang

dinilai strategis dalam proses penguasaan teknologi.

II. POLA KEBTJAKAN PENGELOLAAN BPIS

Program transformasi industri melalui empattahapan alih teknologi telah diterapkan pada semua·BUMNIS dan menjadi tolok ukur indikator penguasaanteknologi. Dalam rangka menunjang keunggulan yangmenjadi arah penguasaan teknologi BUMNIS. Dalamhal ini, BUMNIS akan merencanakan program alihteknologi di dalam melaksanakan misinya sebagai pus atkeungguJan pada salah satu wahana transfom1asi industri.

Semua Kemampuan Teknologi yang ada dan yangakan dipunyai oleh masing-masing BUMNIS bukanhanya bem1anfaat bagi BUMNIS itusendiri, namunjugamerupakan potensi besar yang dapat dimanfaatkanuntuk program kerja sarna antar BUMNIS dalammenghasilkan suatu produk tertentu.

Sebagai tindak lanjut penguasaan teknologi setelahpenetapan pusat-pusat W1ggulan adalah menyiapkan

1

kemampuan sistem dan sumber daya baik internal dimasing-masing BUMNIS maupun secara eksternal.

2.1. Persianan InternalDisUSW1 wadah-wadah organisasi baru dilingkunganBUMNIS yaitu :- Pembentukan Direktorat Teknologi pada BUMIS seba­

gai wadah untuk penguasaan kemampuan teknologi,dimaksudkan untuk menghadapi tahap II (integrasi tek­nologi) dan tahap III (pengembangan teknologi) daritahapanalih teknologi. Dan apabila BUMNIS telahsiapuntuk memasuki tahap IV, maka perkembangan lebihlanjut adalah pembe.ntukan fungsi khusus yang akanmenangani pengembimgan metoda dan R & D.

- Pembentukan Pusat Peningkatan Pengendalian Kualitas(P3K) pada BUMNIS sebagai wadah untukmenanganikegiatan pengembangan sistem pengendalian kualitasdengan sasaran agar kualitas produk yang dihasilkanBUMNIS dapat memenuhi standar kualitas secarainternasional, terutama dalam menghadapi iklimglobalisasi dimaan kemungkinan besar BUMNIS­BUMNIS akan mendapat subkontrak pekeIjaan dariperusahaan-perusahaan raksasa di luar negeri yangmempersyaratkan kualitas produk harus sesuai denganstandard internasionmal. Dengan demikian BUMNISharus dapat meningkatkan performasi kualitasproduknya agarmampubersaing di dalam perdaganganintemasional.

- Pembentukan PusatPeningkatan Pertumbuhan Produk­tivitas Prestasi Perusahaan ( P-6 ) yang dimaksudkansebagai wadah untuk perbaikan secara terus menerusterhadap penanganan faktor-faktor produksi (Man ­Machine - Method - Money - Material) sehingga di­peroleh hasil akhir berupa produk akhir yang dibuatdengan biaya serendah-rendahnya (cost - effectiveproduction) serta dengan waktu penyelesaiannya yangtepat jadwal. .

Disamping pembentukan wadah-wadah tersebutdiatas, diajukan pula stategi penguasaan teknologi yangterencana melalui pertimbangan-pertimbangan yangcem1at. Pertimbangan-pertimbangan tersebut adalah :a. Tetap berada dalam jalur pus at keunggulannya.

b. Mengambil referensi dari perusahaan yang lebih maju,baik di dalam maupun di luar negeri.

______ n _- ------ ---- ------

Prosiding Seminar Tekn%gi don Keselamatan PLTNserta Fasilitas Nuklir

Serpong. 9-10 Februari 1993

PPTKR, PRS GA. Siwabessy - BATAN

c. Trend teknologi yang masih berkembang (bukan sunset technology)

d. Aspek bisnis yang menjamin kontinuitas pekerjaan.e. Kemampuan BUMNIS saat ini dan potensi untuk pe­

ngembangannya.

Dimana memlalui pertimbangan-pertimbangantersebut akan dipilih produk unggulan tertentuk untukdapat dijadikan sebagai wahana program alih teknologiyang merupakan penjabaran rencana kerja ten tangteknologi yang akan dikuasai melalui produk unggulanyang telah dipilih tersebut serta tahapan-tahapannya.

2.2 PerslaDan EksternalProgram alih teknologi pada industri strategis

dilakukan untuk mencapai suatu sasaran penguasaanteknologi tertentu, dengan tujuan membangun industristrategis menjadi industri yang mandiri dan menjadiujung tombak industrialisasi dan penguasaan IPTEK diIndonesia. Dengan telah ditetapkannya delapan wahanatransformasi industri, maka untuk masing-masingBUMNIS bila dipetakan akan berada pada wahana­wahana sebagai berikut :1. Industri Dirgantara2. Industri Martitim

3. Industri Transportasi Darat4. Industri Telekomunikasi

Sesuai dengan sasaranltujuan pembentukan BPIS,maka sebagai pus at keunggulan dalam salah satu wahana,BUMNIS harus berusaha menjadi ujung tombak dalampenguasaan Teknologi. Didalam era dimana siklus hidupteknologi semakin pendek, yang timbul karena adanyainovasi-inovasi yang memunculkan teknologi baru, makaBUMNIS perlu melakukan pengamatan terhadap posisiproduk atau proses dalam siklus hidup masing-masingteknologinya, agar segera dapat melakukan tindakanyang diperlukan.

Telah ditetapkan qrah penguasaan teknologi padamasing-masing BUMNIS,yaitu sebagai ujung tombakpenguasaan IPTEK dalam pusat keunggulannya masing­masing. Dimana dalam strateginya, masing-masingBUMIS akan menggunakan salah satu produk unggulansebagai wahana. Apabila dipetakan, akan tampak bahwapada satu BUMNIS tertentuakan terdapat satu kelompokjenis teknologi yang dikuasai atau yang diprogramkanuntuk dikuasai (gambar I).

Pada contoh gambar terse but, tamapak bahwaBUMNIS-I saat ini telah memiliki atau menguasai tekno-

III. PENGUASAAN TEKNOLOGI REKA YASARANCANG BANGUN PROYEK INDUSTRI

Dalam REPELIT A IV, pemerintah telah mengambilkebijakan untuk membangun proyek-proyek industridengan memanfaatkan potensi-potensi rekayasa danindustri pembuatan mesin dan peralatan pabrik ditanahair seoptimal mungkin. Untuk itu kemampuan rekayasadigiatkan dan dikembangkan. Pada tahap awal, prioritasdiarahkan pada reksayasa dan pembangunan untukproyek-proyek kunci seperti pupuk, semen, kertas.Kebijakan ini terus dilaksanakan sehinggaa pada akhirPel ita V, BUMNIS telah mempunyai kemampuan dalambidang manufacturing dari komponen / peralatan pabrik,walaupun masih terdapat banyak kekurangan di dalampenguasaan teknologi rekayasa dan rancang bangun darikomponen-komponen / peralatan pabrik tersebut.

Apabila dilihat dari trend perkembanganpembangunan proyek-proyek industri yang terusmeningkat, maka berarti kebutuhan akan komponenlperalatan pabrik juga akan meningkat. Namun hal initidak otomatis pem1intaan komponen / peralatan hasilproduksi BUMNIS jug~ akan meningkat, karena semuaitu tergantung dari kemampuan BUMNIS untuk bisa

logi-l dan teknologi-2 yang telah dip[eroleh melaluiproduk A sebagai wahana program alih teknologi, sertatengah dalam proses penguasaan teknologi-3 melaluiproduk B. Periode yang akan datang, BUMNIS­Imerencanakan untuk menguasai teknologi-4 danteknologi-5 melalui produk C.

Dalam hal ini, ke lima kelompok jenis teknologiyang diarahkan untuk dikuasai oleh BUMNIS-I tidaklahberdiri sendiri, tetapi antara satu dengan yang lainnyaterdapatsatuhubungan skenario sehingga apabila kelimakelompok jenis teknologi teersebut dapat dikuasai,maka BUMNIS-ldapat mengembangkan produk baruberdasarkan gabungan dari kelompok jenis teknologiyang dikuasai.

Pengelompokan BUMNIS ke dalam suatu polapembinaan dan "pengelolaan dibawah BPIS antara lainadalah untuk memadukan arah dan strategi penguasaanteknologi dalam BUMNIS serperti yang diuraikan diatasdapat diperluas untuk seluruh BUMNIS di dalam BPIS.Dengan demikian, akan dapatdipetakan secara lebih luastentang kelompok jenis teknologi yang telah ataupunyang direncanakan akan dikuasai oleh BUMNIS.

Selanjutnya dengan pola yang sarna akandikembangkan untuk melibatkan Badan Usaha ­BadanUsaha baik swasta maupun miliki pemerintahlainnya, sejalan dengan piramida industri yangmendukung produk unggulan BPIS - BUMNIS.

Pada gambarselanjutnya (gambar2) diilustrasikankemungkinan penggabungan kemampunan teknologi daribeberapa BUMNIS untuk menciptakan produk tertentu.Pakda perkembangan lebih lanjut, dapat pula dilibatkanpihak-pihak diluar BUMNIS, maupun BUMN maupunSwasta ke dalam satuskenarioprogram untukkepentingannasional.

- PT IPTN- PT PAL- PT INKA

- PT INTI, PT LENIndustri

- PT BBI, PT PAL,PT Batara,PT PINDAD

- PT BBI, PT Barata,PT PAL

- PT Barata, PT BB!- PT PINDAD,

Perum Dahana

6. Industri Rekayasa

7. Industri Peralatan Pertanian8. Industri Pertahanan

5. Industri Energi

2

Prosiding Seminar Tekn%gi dan Kese/amatan PLTNserta Fasi/ilas Nuklir

menghasilkan produk sesuai dengan 'state of the arttechnology' dan Q-C-D yang diminta 'owner' atau maincontractor. main contractor, sebagai pihakyang membuatbasic design, sangat berperan dalam menentukanspesifikasi teknis komponen yang di subkontrakkantermasuk penunjukan pihak yang akan menjadisubkontraktor.

3.1. Ruan!! Lin!!kuD Dckeriaan rekavasa dalam pcm­ban!!tman Drovek Industrl

Dalam makalah ini yang dimaksudkan denganpekerjaan rekayasa dalam pembangunan proyek industriadalah pekerjaan yang meliputi bidang-bidang : Engi­neering (E), Procurement (P), Construction & Commis­sioning (C), dan Project Management. Sedangkan pihakyang mendapat kuasa untuk melaksanakan pekerjaan inidisebut sebagai 'Main Contractor' atau EPC-contractor,damana EPC-contractorini sekaligusjuga melaksanakanproject management.

Pada umumnya ruang lingkup yang akan menjadi

tanggungjawab Main Contractoradalah sebagai berikut:a. Pekerjaan 'engineering design', yaitu pekerjaan yang

menyangkut rekayasa dan rancang bangun untukpekerjaan civil, mechanical, electrical dan instrumen­tation. Dalam pelaksanaannya dibagi dalam beberapata-hapan sebagai berikut: Konsep/filosofi design, ba­sic design, dan detail design.

b. Pekerjaan procurement, yaitu pekerjaan perencanaanpengadaan, pemilihan vendor dan fabricastor, placeorder, expedite/inspect, transportation dan receive atsite.

c. Pekerjaan contuction , yaitu perencanaan pekerjaankontruksi, pelaksanaan kegiatan konstruksi seperti :foundation, erection, equpment installation instrumen­tation, piping, electrical, dll.

d. Pekerjaan commissioning, yaitu pekerjaan test majoritems, trial run, commissioning dan testing system se­cara keseluruhan (performance test).

Pada pelaksaan pekerjaan secara turn key, pihakowner tidak terlibat didalam pelaksanaan pembangunanproyek, semua kegiatan pel11bangunan dan pengadaanperalatan diserahkan kepada pihakmain contractorsampaiselesainya proyek.Pihak main contractor dalal11pclaksannan proyek akanmembentuk suatu team yang dipil11pin oleh seorangmanager proyek tennasuk pengendaliannya.

3.2 Pcn!!uasaan b!dan!! des!!!n cn!!inccrln!!.Keterlibatan BUMNIS dalam proyekpel11bangunan

industri pada saat ini umumnya baru berperan sebagaikontraktor pembuat kOl11ponenpada bidang yang sesuaidengan pusat keunggulannya, atau bertindak sebagaisubkontraktor untuk pekerjaan kontruksi dari sebagianproyek.

Bila dial11ati lebih jauh, pada bidang rekayasa /engineering untuk pel11buatan komponen, maka sebagian

3

Serpong, 9-10 Februari 1993PPTKR. PRS GA. Siwabessy - BATAN

besar pekerjaan basic desigm dan detail design dibuatoleh pihak asing, sedangkan BUMNIS melaksanakanpekerjaan sebagian shop drawing untuk kemudianmelakukan kegiatan fabrikasi sesuai dengan fasilitasyang dimiliki. Pada bidang design engineering untukpembangunan suatu proyek industri keterlibatanBUMNIS dibidang engineering situasinya tidak lebihbaik dari pembuatan komponen, bahkan mungkin porsiyang dilaksanakan sangat kecil sekali. Dengan kata lain,dalam kenyataannyam pada pembangunan suatu proyekindustri, hampir seluruh pekerjaan engineering mulaidari concept design, basic design sampai dengan detaildesign dibuat oleh pihak asing. Padahal dalampembangunan proyek -proyek industri, ntlai tambah yang ,paling besar ada pada pekerjaan engineering.

Selain mempunyai nilai tamnbah yang besar, bidangdesign engineering juga berperan besar dalammeningkatkan efek sinergi diantara BUMNIS. Hal inidimungkinkan karena pembuat designlah yangmenentukasn spesifikasi teknis dari setiap komponenyang dibutuhkan untuk proyek tersebut, sehingga BUMISpembuat komponen dapat mengerjakan denganmcnggunakan fasilitas mereka dan dengan menggunakanmaterial hasil BUMNIS/ dalam negeri sebanyakmungkin.

Berdasarkan pengamatan terhadap 'scope of work'dari concept design / concept engineering, basic design/ basic engineering dan detail design / detail engineeringuntuk berbagai proyek industri, terlihat bahwa banyakpekerjaan yang indentikantara satu proyekdengan proyeklainnya. Dcngan kata lain, tenaga ahli (SDM) dari berbagaidisiplin ilmu yang diperlukan mempunyai banyakpersamaan kualifikasinya.

Suatu fakta bahwa sumber daya manusia (SDM)yang ada di BUMNIS-BUMNIS terbatas jumlah dankualitasnya, selain itu proyek-proyek industri yang bisaditangani oleh masing-masing BUMNIS terbatas jum­lahnya. Padahal usaha yang diperlukan untukmeningkatkan kemampuan pada bidang design engi­neering membutuhkan suatu kegiatan yang nyata dandilaksanakan secara berkesinambungan, oleh tenagapelaksana yang sarna.

Melihat kondisi tersebut, saat ini BPIS sedangmerintis dibentuknya engineering centre yang akanmenjadi wahana yang akan menampung kegiatan­kegiatan design engineering. Melalui wadah ini akandilakukan kegiatan poenguasaan teknologi design engi­neering secara terpadu dan berkesinambungan.

Selain itu juga diharapkan dengan adanya engi­neering centre ini, penggunaan sumber daya manusiayang ada diseluruh Indonesia untuk bidang design engi­neering ini dapat seoptimal mingkin.

IV. KESIAPANBPIS-BUMNIS DIDALAMMEN­

DUKUNG INDUSTRI ENERGI

Konsekuensi logis yang timbul dari pertumbuhan

perekonomian terus meningkat adalah meningkatnyakebutuhan akan energi, termasuk diantaranya adalahenergi listrik. Hasil studi yang dilakukan oleh pihak

Prosiding Seminar Teknologi dmr Keselamalan PLTNserta Fasililas Nuklir

PLN, bahwa pertumbuhan kebutuhan listrikdi Indonesia

pacta Pelita VI akan mencapai 10.000 MW (high scenarioPLN). Dari hasil studi kebutuhan listrik tersebut terlihatpeluang yang dapat dimanfaatkan, baik dari segi bisnismaupun dari segi penguasaan teknologi pada industrienergi, khususnya di bidang power station.

Dipilihnya kelompok bidang industri energi

khususnya bidang power station ini, denganpertimbangan-pertimbangan sebagai berikut :- Market serta pertumbuhan kebutuhan yang besar- Nilai yang tinggi- Jaminan kontinuitas / pengulangan pekerjaan, sehingga

diharapkan alih teknologi bisa mencapai sasaran yangdiinginkan.

Kegiatan pembangunan power station, secarakeseluruhan dapat diuraikan ke dalam 2 bagian utamayaitu :- Kegiatan EPC sistem power station, dan- Kegiatan EPC sub-sistem atau komponen powerstation

tersebut.

BPIS juga telah menetapkan BUMNIS-BUMNISyang menjadi pus at keunggulan didalam sistem PowerStation yaitu :- PLTU dan PLTA di PT Barata Indonesia- PLTGU dan PLTP di PT PAL- PLTD dan PLTN di PT BBL

Disamping itu telah ditetapkan pula pusatkeungggulan untuksub-sistem atau komponen dari sistemPower Station tersebut yaitu :- Turbine di PT PAL- Boiler di PT Barata Indonesoa- Generator di PT PINDAD

- BOPP (Balance of Plat ) di PT BBL

Didalam penentuan program penguasaan teknologidi bidang PLTN, BPIS - BUMNIS menempuh langkah­langkah indentik seperti pada produk unggulan yanglain, misalnya pesawat terbang dan kapal niaga, dengansasaran menguasai semua aspek teknologinya termasukdesign dan engineeringnya, dan tidak sekedar membuat/ memanufakture hardwarenya saja, sehingga secarabertahap nilai tambah yang diserap oleh BPIS-BUMNISakan meningkat porsi pekerjaan yang ditangani olehBPIS - BUMNIS menjadi lebih besar dari partnerasingnya, dan kemudian hari BPIS-BUMNIS dapatberperan serta secara aktif didalam proyek-proyekpembangkit listrik termasuk yang bertenaga nuklir.

Program penguasaan teknologi dibidang PL TN inidimulai dari komponen-komponen non reaktor dansederhana, kemudian secara bertahap ditingkatkan kepadakomponen-komponen yang lebih komplex.

., Secara garis besar, langkah-Iangkahnya adalah sbb:Langkah I :

4

Serpong, 9-10 Febrllari 1993PPTKR. PRS GA. Siwabessy - BATAN

Nuclear Island

- Tank (Max.Pressure: lObar, Max Temperature: 150 C)- Heat Exchanger- Filter Housing- Demineralizer

- Heating and Ventilation System (duct)- Piping and Hanger & Support- Cable Tray and Conduit- Steel Structure

Turbine Island

- Main Condenseer- LP Feed Water Heater

- Dearator Heater and Storage tank- Gland Steam Condenser

- Cooling Water Cooler- Lubricating Oil Cooler- Main Oil Tank- LP Heater Drain Tank

- Piping and Hanger & Support- Steam Turbine (partial)- HP Feed Water Heater (partial)- Moisture Seperator & Reheater

Others

- Crane & Hoist

- Auxiliary Boiler System (25 ton/h)- Diesel Generator System (6350 kW)- Building / Stricture- Construction (Instalation)

Langkah 2

- High Pressure Tank- High Pressure Heat Exchanger- Auxiliary pun1pS and Motors- Fan for Ventilation System- Containment Vessel

Langkah 3

- Instrumentation and Control System

Langkah 4

- Reactor Vessel- Core Internal- Control Rod Drive Mechanism- Steam Generator

- Reactor Coolant Pump- Special Component or Equipment (used at PLTN only)

Prosiding Seminar Tekn%gi dan Kese/amatan PLTNserta Fasililas Nuklir

V.KES~PULAN/PENUTUP

Kemampuan industri di Indonesia secara umumdan khususnya BUMNIS didalam menanganipembangunan pembangkit tenaga listrik telah dimulaidari manufakturing komponen-komponen, yangkemudian akan diikuti dengan upaya penguasaan

kemampuan engineering.Meskipun saat ini kemampuan engineeringnya

masih rendah, apalagi untuk pembangkit listrik bertenaganuklir yang memerlukan persyaratan keamanan yangsangat tinggi, namun dengan langkah-Iangkah yangdiambil didalam mengemban misi alih teknologi danmisi bisnis, melalui pentahapan alih teknologi sesuai

Serpong, 9-10 Februari 1993PPTKR, PRS GA. Siwabessy - BATAN

unggulkanmasing-masingBUMNIS, maka kemampuanBPIS-BUMNIS makin meningkat, baik dari sisimanufakturing maupun sisi engineering.

Dalam hal ini diperlukan dukungan dari pihak lain

seperti BAT AN, BPPT, dan pihak lain-lain yang memilikikemampuan dibidang engineering khususnya dalambidang teknologi PLTN.

Selain itu juga suatu program kerja yang terpaduantara BPIS dan BUMNIS-nya dengan BAT AN danBPPT serta pihak-pihak lain yang terkait, untukmengoptimalkan kemapuan sumber daya yang dimilikidalam penguasaan teknologi nuklir khususnya.

BUMNIS 1

ITEKNOLOGI 11

PRODUK A

ITEKNOLOGI 2 t PRODUK B

ITEKNOLOGI 3j

PRODUK D,/

r TEKNOLOGI 4 :

PRODUK C

ITEKNOLOGI 5 :

GAMBAR 1

5

Q'I

---------------,-------------jr------------- I I

I BUMNIS II r------~I PRODUK E I ,

: IL....T_E_KN_O_L_O_G_I6, E PRODUKF: :

I F I II I

I TEKNOLOGI 5 I I

I D I I'I TEKNOLOGI 4 PRODUKD I BUMNIS II IPRODUK II -- ------ F + C .. G IL ===== I BUMNIS I L..- ,r------ I II BUMINIS I PRODUKB II r-----=-:l~ B I II I TEKNOLOGI 31 PRODUKC I I

I L-- C I I

I I II TEKNOLOGI 2 I I

I II A I II PRODUKA I I: TEKNOLOGIl __ .L -.Jl _

GAMBAR2

••.• "t>~ "'f> ~

~§;~.~~t")

a ~~ :;.~5-"'>;. ~

~c~§-

~•...'"i'>gto

~t!:S;!

:g

.~"t>~

~~c~~c,,'O

~.~~~~ ;r~ti:... -.

~~

Prosiding Seminar Teknologi don Keselamalan PLTNserla Fasililas Nuklir

DISKUSI :

Serpong. 9-10 Februari 1993PPTKR, PRS GA. Siwabessy - BATAN

SUNARMO :

Meneruskan masalah kereta, bahwa di Batan sudah banyak kereta yang sudah ada motornya. Sekarang bagaimanacara menggandeng kereta secara nasional Batan dapat muatan untuk memperlancar/mempercepat pelaksanaan I

serta antisipasi pelaksanaan pembangunan dikemudian hari.

GIRl SUSENO :

UTAJA :

Bagaimana usaha-usaha dalam memacu pengembangan dan penelitian (research & development) pada perusahaanyang masuk dalam BPIS ?

SONI SOUSTIA WIRA WAN :

Apa ide dari BPIS dalam rangka peran serta Pengembangan kemampuan Industri dilndonesia untuk pembangunan

suatu PLTN saat ini. Apakah saat ini BPIS sudah memjliki suatu kelompok Engineering yang khusus mempelajariTeknologi PLTN, misal untuk mendapatkan data improvisasi apa saja yang mesti dilakukan oleh Industri-industriyang saat ini baru mampu membuat komponen-komponen untuk Pembangkit-pembangkit Listrik Konvensional.Sebagai infonnasi dari BPPT sendiri ada suatu kelompok pengkaji teknologi PLTN yang siap bergabung! membantubersama-sama para ahli-ahli lainnya dari BA TAN,PLN,: Industri dll untuk kelompok semacam tersebut.

ERWANSYAH:

1. Dalam makalah tidak terdapat infonnasi tentang external lost yang diinternalisasikan daJam kapital2. Bila external-lost diinternalisasikan kepada seluruhjenis pembangkjt listrik (PLTU, PLTB, dll) sejauh mana

mempengaruhi harga per kwh.

FAJAR SUPRAPTO :

1. Feasibility study sejaub mana telah dikembangkan untuk pembangunan PLTN di Gunung Muria.2. Mohon KIM-LIPI diikutkan dalam 4 langkah penguasaan teknologi PLTN.

7