Upload
others
View
10
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
KESULITAN-KESULITAN YANG DIHADAPI GURU EKONOMI
AKUNTANSI DI SMA KOTA YOGYAKARTA DALAM
IMPLEMENTASI KURIKULUM TINGKAT SATUAN
PENDIDIKAN DI KELAS
Studi Eksploratif: 4 SMA Negeri dan 16 SMA Swasta di Kota Yogyakarta
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Akuntansi
Oleh:
Eunike Dia Kristiani
NIM: 041334043
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2008
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
” KEBERHASILAN ADALAH BUAH DARI DOA, KETEKUNAN DAN
PERJUANGAN TANPA HENTI ”
” SEBAB AKU INI MENGETAHUI RANCANGAN-RANCANGAN APA
YANG ADA PADA-KU MENGENAI KAMU, DEMIKIANLAH FIRMAN
TUHAN, YAITU RANCANGAN DAMAI SEJAHTERA DAN BUKAN
RANCANGAN KECELAKAAN, UNTUK MEMBERIKAN KEPADAMU
HARI DEPAN YANG PENUH HARAPAN ”
(YEREMIA 29:11)
I KNOW THE LORD WILL MAKE A WAY FOR ME
Skripsi ini dipersembahkan untuk :
Ø Tuhan Yesus Kristus Juruselamatku,
Ø Bapak dan Ibu,
Ø kakak dan 2 adikku tercinta,
Ø B. Yogi Dwi Hartanto, tenaga baru
dikala aku jenuh mengerjakan skripsi,
Ø Almamaterku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 25 Agustus 2008
Penulis,
Eunike Dia Kristiani
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tanda di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Eunike Dia Kristiani
Nomor Mahasiswa : 041334043
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul : “ Kesulitan-Kesulitan Yang Dihadapi Guru Ekonomi Akuntansi Di SMA Kota Yogyakarta Dalam Implementasi KTSP “ beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengn demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam betuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 23 September 2008 Yang menyatakan,
(Eunike Dia Kristiani)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
ABSTRAK
KESULITAN-KESULITAN YANG DIHADAPI GURU EKONOMI AKUNTANSI DI SMA KOTA YOGYAKARTA DALAM IMPLEMENTASI
KTSP DI KELAS
Eunike Dia Kristiani Pendidikan Akuntansi
Universitas Sanata Dharma 2008
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesulitan-kesulitan yang dihadapi
guru dalam mengimplementasikan KTSP di kelas, termasuk didalamnya rencana tindakan yang dirumuskan untuk mengatasi kesulitan-kesulitan tersebut.
Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kualitatif dengan jenis penelitian eksploratif, yang dilaksanakan di 4 SMA Negeri dan 16 SMA Swasta di Kota Yogyakarta dengan waktu penelitian bulan Maret-Mei 2008. Adapun yang menjadi populasi penelitian adalah seluruh guru Ekonomi dan Akuntansi di SMA Kota Yogyakarta, baik SMA Negeri maupun Swasta. Sedangkan penentuan sampel dengan teknik Propotional Random Sampling. Sehingga sampel yang diambil adalah 40% dari keseluruhan SMA Negeri dan Swasta di Kota Yogyakarta, yaitu 20 SMA diambil secara acak. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, kuesioner dan dokumentasi. Untuk teknik pemeriksaan keabsahan data dengan teknik trianggulasi. Sedangkan teknik analisis data menggunakan reduksi data, penyajian data yang meliputi analisis persentase dan analisis deskriptif, dan kesimpulan (verifikasi).
Hasil dari penelitian ini, yaitu berdasarkan komponen-komponen KTSP, masih banyak guru mengalami kesulitan dalam mengimplementasikan KTSP di kelas. Guru mengatasi kesulitan tersebut dengan berbagai macam upaya baik yang sudah sesuai maupun yang tidak sesuai, yang dapat menjadikan para guru lebih lancar dalam menerapkan atau melaksanakan pembelajaran di kelas. Dan rekomendasi yang diberikan adalah adanya satu proses sosialisasi KTSP yang lebih mendalam dan menyeluruh, guna meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRACT
THE DIFFICULTIES FACED BY ACCOUNTING TEACHERS OF SENIOR HIGH SCHOOLS IN YOGYAKARTA
IN IMPLEMENTING THE CURRICULUM OF EDUCATION UNIT LEVEL IN LEARNING TEACHING ACTIVITIES
Eunike Dia Kristiani
Sanata Dharma University Yogyakarta
2008
This research aims to know the difficulties faced by Accounting teachers in implementing the curriculum of education unit level, including the planning action that is formulated to overcome those difficulties.
This research is a qualitative descriptive research by explorative research style that was held in 4 states Senior High Schools and 16 private Senior High Schools in Yogyakarta. This research was conducted in March until May 2008. The participants of this research were all Accounting teachers of Senior High Schools in Yogyakarta, either state or private Senior High Schools. The samples determined by using Propotional Random Sampling technique. The sample taken ware 40 % of state and private Senior High Schools in Yogyakarta, they were 20 Senior High Schools taken randomly. Data collecting method were interview, questionnaire and documentation. For the authenticity audit technique of date used triangulation technique. The analytical technique of data applied reduction of data, presentation of data convering analysis and descriptive analysis, and conclusion (verification).
The result of this research, which is based on curriculum of education unit level’s components, shows that there are still many teachers who found difficulties in implementing the curriculum of education unit level. The effort of teachers to overcome the difficulties in order to become better in applying thet curriculum in learning teaching activities is doing socialization that curriculum deeply and totally in order to make better the quality of education in Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah
mengaruniakan kasih dan berkat-Nya sehingga pada akhirnya penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk
memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar sarjana pendidikan.
Penulis menyadari, bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, dan masih
banyak sekali perbaikan. Oleh karena itu kiranya ada pihak yang menyempurnakan
melalui penelitian atau tulisan lain. Sebagai sebuah harapan sederhana, penulis
berharap kiranya laporan ini bermanfaat bagi ilmu pengetahuan, terutama dalam
bidang pendidikan dan tulisan ini dapat menjadi referensi bagi penulisan selanjutnya.
Pada kesempatan ini pula, tak lupa penulis sampaikan ucapan terima kasih
kepada banyak pihak yang telah membantu penulis mulai dari saat penelitian hingga
pembuatan skripsi ini. Pihak-pihak tersebut antara lain adalah :
1. Bapak Drs. T. Sarkim, M. Ed., Ph D. , selaku Dekan FKIP Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta yang memberikan izin kepada penulis untuk mengadakan
penelitian.
2. Bapak Y. Harsoyo, S. Pd., M. Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Sosial Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan saran
dan arahan serta izin sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
3. Bapak L. Saptono, S. Pd., M. Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Akuntansi Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan
penulis mengadakan penelitian.
4. Ibu E. Catur Rismiati, S. Pd., M.A., selaku dosen pembimbing yang sabar,
yang mengarahkan penulis tanpa lelah, mulai dari penyusunan proposal
hingga saat penulis menghadapi ujian Skripsi.
5. Ibu Rita Eny Purwanti, S. Pd., M. Si. Dan ibu B. Indah N, S. Pd., S.I.P.,
M.Pd., selaku dosen penguji Skripsi. Trimakasih untuk revisi dan segala
bantuannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
6. Kepala Sekolah dan Guru-guru di 20 SMA Negeri dan Swasta di Kota
Yogyakarta atas waktu yang diberikan serta memberikan izin untuk
melaksanakan penelitian.
7. Bapak dan ibu Dosen FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang
telah memberikan bekal pengetahuan sehingga mendukung terwujudnya
skripsi ini. Serta karyawan Universitas Sanata Dharma yang sudah banyak
membantu.
8. Pak Bambang Irmanto dan Ibu Sri Murgiyanti, yang telah mendidik,
membesarkan dan memberi penulis segala fasilitas. Juga kakakku Krisna dan
adik-adikku Samuel dan Otniel, serta mbah Kakung dan mbah Uti. Keluarga
besar dirumah yang kecil.
9. Mas Yogi, thank’s a lot for your love and kindness…semangat dan harapan
muncul dari mu.
10. Ibu Catur yang bisa menjadi orang tua, sahabat, teman bagi penulis dan Romo
Hiro. Terima kasih atas segala bantuannya dan keceriaan serta dukungan doa
yang telah diberikan kepada penulis.
11. Mas Anank, mas Rino, dan Epi… terima kasih atas kerjasamanya dan
bantuannya selama ini. Kapan nongkrong lagi...=P
12. Sahabat-sahabat aku yang baik…As3, Dika, Nana makasih sudah bantu aku
saat penelitian…Ivan, Wisnu, Robbin makasih atas motivasi dan dukungan
doanya…I love you all
13. Yogi PE’04…makasih banyak sudah memberikan inspirasi dan waktunya,
sehingga aku dapat menyelesaikan skripsi.
14. Teman-teman seperjuangan angkatan 2004, yang jumlahnya sak
brayat...terima kasih atas semuanya...banyak kenangan bersama kalian yang
tidak akan aku lupakan.
15. Pdt. Martinus, Pdt. Yon, yang sudah dukung doa sehingga penulis dapat
menjalankan ujian skripsi dengan lancar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
Masih banyak lagi pihak yang membantu penulis, namun tidak dapat penulis
sebutkan satu-persatu, penulis mohon maaf dan mengucapkan terima kasih atas
segala bentuk bantuan yang telah diberikan. Tuhan Yang Maha Kasih akan membalas
dengan kelimpahan berkat-Nya, amin.
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .............................................................. iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...................................................... v
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ....................................... vi
ABSTRAK ...................... ........................................................................... vii
ABSTRACK................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ................................................................................. xi
DAFTAR ISI ................................................................................................ xii
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xvi
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah …………………………………………… 1
B. Batasan Masalah …………………………………………………… 5
C. Rumusan Masalah …………………………………………………. 6
D. Definisi Operasional ………………………………………………. 6
E. Tujuan Penelitian ………………………………………………….. 7
F. Manfaat Penelitian ………………………………………………… 8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritik …………………………………………….......... 10
B. Hasil yang Relevan ........................................................................... 27
C. Kerangka Berfikir ............................................................................. 29
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ……………………………………………………. 30
B. Tempat dan Waktu Penelitian …………………………………….. 30
C. Subyek dan Obyek Penelitian ……………………………………... 31
D. Populasi dan Sampel Penelitian …………………………………… 31
E. Prosedur Pengumpulan Data ………………………………………. 34
F. Teknik Pengujian Instrumen ………………………………............ 35
G. Prosedur Analisis Data ………………………………………........ 36
BAB VI DESKRIPSI, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi dan Analisis Data
1. Deskripsi Responden ................................................................. 39
2. Analisis Presentase...................................................................... 40
3. Analisis Deskriptif Kualitatif .................................................... 48
B. Pembahasan
1. Kesulitan yang dihadapi guru .................................................... 76
2. Upaya-upaya yang dilakukan guru ............................................ 105
3. Rekomendasi .............................................................................. 132
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
BAB V KESIMPULAN
A. Kesimpulan ............................................................................... 141
B. Saran......................................................................................... 143
C. Keterbatasan ............................................................................. 144
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 146
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Jumlah Sampel Penelitian (Teknik Proposional) ................................... 33
Tabel 2. Random Sampling
(Nama Sekolah yang dijadikan Sampel) ................................................ 33
Tabel 3. Kisi-Kisi Komponen KTSP ................................................................... 34
Tabel 4. Rekapitulasi Keseluruhan Subyek Penelitian ......................................... 39
Tabel 5. Kategori Penyusunan Kuesioner ............................................................ 41
Tabel 6. Presentase Komponen Tujuan Pendidikan ............................................ 42
Tabel 7. Presentase Komponen Struktur dan Muatan KTSP .............................. 43
Tabel 8. Presentase Komponen Kalender Pendidikan ........................................ 45
Tabel 9. Presentase Silabus dan RPP ................................................................. 46
Tabel 10. Cara Mengatasi Kesulitan
(Komponen Tujuan Pendidikan) ......................................................... 64
Tabel 11. Cara Mengatasi Kesulitan
(Komponen Struktur dan Muatan KTSP) ............................................ 65
Tabel 12. Cara Mengatasi Kesulitan
(Komponen Kalender Pendidikan) ........................................................ 68
Tabel 13. Cara Mengatasi Kesulitan
(Komponen Silabus dan RPP) .............................................................. 69
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR GAMBAR
1. Mind Map 1 .............................................................................. 136
2. Mind Map 2 ............................................................................. 137
3. Mind Map 3 ............................................................................. 138
4. Mind Map 4 ............................................................................. 139
5. Mind Map 5 ............................................................................. 140
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Angket Guru ............................................................................... 149
2. Hasil Olah Data ………………………………………………. 161
3. Diagram 1 ................................................................................... 163
4. Diagram 2 …………………………………………………….. 164
5. Surat Ijin Penelitian …………………………………………... 165
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pendidikan merupakan proses pengubahan sikap tata laku seseorang atau
kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran
dan latihan, proses perbuatan, dan cara mendidik. Pendidikan ini merupakan
unsur yang penting dalam menghadapi era globalisasi. Peranan dunia pendidikan
dituntut harus mampu mengimbangi perkembangan jaman yang selalu
berkembang dan berubah maju dengan pesatnya. Karena kemajuan ilmu
pendidikan dan teknologi turut mewarnai dunia pendidikan dewasa ini, maka
penataan kembali sistem pendidikan perlu dilakukan agar mampu melahirkan
calon-calon penerus bangsa yang kompeten, cerdas, kreatif, dan siap pakai, dalam
artian mampu melahirkan sumber daya yang berkualitas.
Untuk mengatasi perubahan-perubahan yang terjadi maka pemerintah
perlu mengkaji ulang sistem pendidikan yang berlaku saat ini. Salah satu
kebijakan yang telah ditetapkan adalah memperbaharui kurikulum. Secara
histories, format kurikulum pendidikan di Indonesia terus mengalami sejumlah
tahapan perubahan. Kalau kita cermati sejak tahun 1945, Indonesia sudah
mengalami kurang lebih tujuh kali perubahan kurikulum. Kurikulum yang
pertama menggunakan istilah Rencana Pelajaran 1947, karena perkembangan
kurikulum diawali dari kurikulum 1950 dan setelah dikeluarkan Undang-undang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Pokok Pendidikan 1950, rencana pelajaran yang digunakan adalah Rencana
Pelajaran 1950, kemudian muncul Rencana Pelajaran Terurai 1952, setelah itu
istilah rencana pelajaran tidak dipakai lagi dan diganti dengan kurikulum 1968
yang lebih bersifat politis. Baru berjalan tujuh tahun disempurnakan menjadi
kurikulum 1975 yang menekankan pada tujuan. Kurikulum 1975 kemudian
diubah menjadi kurikulum 1984 yang mengusung process skill approach. Dan
disempurnakan menjadi kurikulum 1994 dan pada tahun 1999 kurikulum
mengalami penyempurnaan dengan diterbitkannya suplemen GBHN yang
digunakan mulai tahun pelajaran 1999/2000. Kurikulum 1994 mengalami
penyempurnaan lagi dengan istilah Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK).
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) belum berjalan secara maksimal lantaran
baru diterapkan sekitar dua tahun, kini diganti lagi dengan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) yang merupakan penyempurnaan dari kurikulum 2004
(Bianglala, Fl Asih Wulan Senjayani : 27).
Berbeda dengan pergantian kurikulum-kurikulum sebelumnya, pergantian
kurikulum kali ini didasarkan oleh sebuah cara pandang yang secara mendasar
berbeda dengan sebelumnya. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ini
diterapkan untuk meningkatkan mutu pendidikan. Perbedaan mendasar yang
menyertai perubahan kurikulum kali ini adalah diberikannya kepada komite
sekolah, kepala sekolah, dan guru, kewenangan dan tanggungjawab untuk
mengembangkan kurikulum sehingga meningkatkan kreatifitas kepala sekolah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
dan para guru. Perbedaan mendasar tersebut sesuai dengan definisi Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Menurut pakar pendidikan dari Universitas Atmajaya Jakarta M Marcelino
PhD (Suara Pembaharuan, 24 Febuari 2007: 76), Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) merupakan paradigma baru dalam pendidikan dan memberi
tempat pada demokratisasi untuk penentuan kurikulum pendidikan yang sesuai
dengan konteks komunitas di mana sekolah berada, konteks financial, SDM dan
sebagainya dari sekolah yang bersangkutan. Sehingga memungkinkan guru untuk
lebih banyak kreatif dalam melaksanakan proses belajar.
Dengan diberlakukannya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
sebagai kurikulum baru yang mulai dilaksanakan pada tahun 2006 ini, terlihat
sebuah peluang besar bagi para penyelenggara sekolah yaitu sekolah dapat
mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan visi misi yang diyakini. Selain
itu, dengan diberinya sekolah kewenangan dan tanggungjawab mengembangkan
kurikulum maka dapat diperkirakan bahwa kurikulum yang diterapkan di suatu
sekolah bisa jadi berbeda dengan kurikulum yang diterapkan pada sekolah lain
meskipun keduanya berada pada jenjang pendidikan yang sama.
Dalam Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ini,
para gurulah yang paling tahu keunggulan dan kelemahan sekolah. Oleh karena
itu hanya guru yang bisa membantu para siswanya secara kreatif dan pas, karena
guru itu sebagai unsur dalam Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar (PBM) dan
guru adalah ujung tombak pembelajaran bagi siswa. Permasalahannya apakah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
kompetensi guru sudah memadai? Pasalnya selama ini guru tidak ubahnya hanya
seperti robot yang berdiri di depan kelas. Padahal guru dalam hal ini sebagai
penyusun (administrator) dan pelaksana dalam proses penerapan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang sudah disusun. Selain itu Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang dikembangkan oleh satuan pendidikan
harus memuat komponen-komponen tujuan pendidikan sekolah, struktur dan
muatan kurikulum, kalender pendidikan, silabus dan RPP.
Dengan begitu tugas dan beban tanggungjawab guru, khususnya yang
mengajar di kawasan terpencil dengan sarana dan prasarana terbatas, sungguh luar
biasa berat. Sekarang, ketika mereka masih ditambah harus melaksanakan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), maka beban hidupnya makin
bertumpuk-tumpuk. Banyak fenomena-fenomena yang terjadi, guru yang pada
umumnya sudah terkondisi dengan barang jadi tinggal pakai ujungnya sekarang
banyak guru yang mengalami kesulitan untuk mengubah kebiasaannya selama ini.
Selama ini dalam proses belajar mengajar semua bahan sampai jawaban soal-soal
sudah disiapkan oleh penyelenggara pendidikan, guru hanya menyampaikan apa
yang sudah disiapkan tersebut. Dan sekarang, dengan adanya Kurikulum Tingkat
Satuan pendidikan (KTSP), banyak guru yang mengalami kesulitan dalam
menyiapkan soal jawaban, silabus, melakukan penilainan otentik, hingga
melaksanakan pembelajaran dikelas sesuai dengan apa yang telah disusun guru itu
sendiri. Belum lagi dengan kemampuan guru, tak banyak guru yang mampu
mengajar tanpa harus ceramah (Media Indonesia, 7 Maret 2006: 17).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
Berdasarkan uraian diatas, penulis menduga bahwa kesulitan yang
dihadapi guru dalam Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) akan sangat bervariasi. Hal ini dapat dilihat dari komponen-komponen
yang ada di dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), seperti yang
dijelaskan diatas.
Dalam penelitian ini yang akan diteliti oleh penulis adalah guru di sekolah
yang digunakan sebagai pilot project atau uji coba pelaksanaan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Memang semua guru bidang studi
melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), namun peneliti
hanya mengambil guru di bidang ekonomi dan akuntansi. Oleh karena itu peneliti
ingin mengadakan penelitian dengan judul “Kesulitan-kesulitan yang Dihadapi
Guru Ekonomi Akuntansi di SMA Kota Yogyakarta dalam Implementasi
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di Kelas. “
B. BATASAN MASALAH
Penelitian ini dibatasi pada implementasi komponen-komponen
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang terdiri dari tujuan
pendidikan sekolah, struktur dan muatan kurikulum, kalender pendidikan, silabus
dan RPP. Penelitian ini juga dibatasi pada guru bidang ekonomi dan guru bidang
akuntansi sebagai unsur Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar (PBM) dan guru
dalam hal ini sebagai unsur pelaksana dalam proses penerapan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang sudah disusun.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
C. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, penulis merumuskan
masalah sebagai berikut:
1. Apa yang menjadi kesulitan guru dalam mengimplementasikan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di kelas?
2. Bagaimana guru mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam
mengimplementasikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di
kelas?
3. Apa rencana tindakan selanjutnya yang bisa diusulkan dalam
mengimplementasikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di
kelas?
D. DEFINISI OPERASIONAL
Definisi operasional untuk istilah- istilah dalam masalah penelitian di atas
sebagai berikut:
1. Kesulitan: keadaan yang sulit, sesuatu yang sulit (Kamus Bahasa Indonesia,
1989).
2. Guru: salah satu komponen dalam kegiatan belajar mengajar dan memiliki
posisi yang sangat menentukan keberhasilan pembelajaran, karena fungsi
utama guru adalah merancang, mengelola, melaksanakan dan mengevaluasi
pembelajaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
3. Kurikulum: sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh oleh murid untuk
memperoleh ijazah. (Wiryokusumo, 1988 : 3).
4. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: kurikulum operasional yang disusun
oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan (BSNP, 2006:5).
5. Komponen Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: komponen yang
mencakup tujuan, struktur dan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP), kalender pendidikan, silabus dan RPP.
6. Implementasi: diartikan sebagai penerapan atau pelaksanaan,
mengimplementasikan berarti melaksanakan (Kamus Bahasa Indonesia
1989:372).
E. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesulitan-kesulitan yang
dihadapi guru dalam mengimplementasikan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) di kelas serta merumuskan rencana-rencana tindakan yang
perlu dilakukan untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam
mengimplementasikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di kelas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
F. MANFAAT PENELITIAN
Hasil penelitian ini bermanfaat untuk:
1. Bagi Sekolah
a. Bagi Kepala Sekolah:
Sebagai instansi untuk menaikkan kinerja apabila sekolah atau
kepala sekolah mengalami kesulitan dalam hal mengimplementasikan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk follow up (tindak
lanjut).
b. Bagi Guru:
Untuk memberikan gambaran konkrit mengenai kesulitan-
kesulitan yang dihadapi guru dalam Implementasi Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) dan memberikan pengalaman nyata bagi guru
untuk merefleksikan kemungkinan adanya sebagian/keseluruhan dari
kesulitan yang dihadapi guru yang mirip yang kemungkinan terjadi
apabila guru mengimplementasikan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP).
2. Bagi Universitas Sanata Dharma
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi bagi
penelitian selanjutnya serta dapat menambah kepustakaan yang berguna bagi
mahasiswa atau pihak lain yang membutuhkan. Selain itu hasil penelitian ini
dapat berguna bagi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) untuk
lebih bisa mendidik mahasiswanya agar lebih tahu dan paham mengenai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan memberikan solusi-solusi
yang tepat apabila nantinya mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan (FKIP) ini mengalami kesulitan yang sama dalam
mengimlementasikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
3. Bagi Penulis
Dengan penelitian ini, berarti dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman yang berguna, serta penulis dapat berlatih menganalisis suatu
masalah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. TINJAUAN TEORITIK
a. Kurikulum
1. Pengertian Kurikulum
Menurut pandangan lama kurikulum adalah sejumlah mata
pelajaran yang harus ditempuh oleh murid untuk memperoleh ijazah
(Wiryokusumo, 1988 : 3).
Menurut Romine (dalam Wiryokusumo 1988 : 4) menyatakan
pandangan baru kurikulum sebagai berikut:
“Curriculum is interpreted to mean all of the organized courses, activities, and experiences which pupils have under direction of school whether in the classroom or not.”
Webster’s New Collegiate Dictionary (dalam Allan & Linda 1995
: 3) menyatakan bahwa: curriculum as a course of study, as in a college, the whole body of course offered in an educational institution or by department thereof.
Menurut Nana Sudjana (dalam Iswanto 2000 : 26) kurikulum dapat
diartikan sebagai program dan pengalaman belajar serta hasil-hasil belajar
yang diharapkan, yang diformulasikan melalui pengetahuan dan kegiatan
tersusun secara sistematis, diberikan kepada siswa di bawah tanggung
jawab sekolah untuk membantu pertumbuhan atau perkembangan pribadi
dan kompetensi sosial anak didik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
Dari pengertian tersebut ada hal yang tersirat dalam pengertian
kurikulum. Pertama, adalah program atau rencana atau niat atau harapan
atau keinginan. Pada hakekatnya kurikulum potensial, wujud nyatanya
adalah buku kurikulum yang dituangkan dalam garis-garis besar program
pengajaran beserta petunjuk pelaksanaannya. Kedua, adalah pengalaman
belajar atau kegiatan nyata hakekatnya adalah kurikulum aktual, wujudnya
adalah kegiatan nyata pada proses belajar mengajar berlangsung atau lebih
popular disebut pengajaran (instruction). Oleh sebab itu, kurikulum dan
pengajaran tidak bisa dipisahkan tetapi hanya bisa dibedakan. Kurikulum
adalah rencana atau program belajar dan pengajaran adalah pelaksana atau
operasionalisasi dari rencana dan program.
2. Peranan Kurikulum
Pada dasarnya kurikulum merupakan refleksi dari kebudayaan
dimana kurikulum itu berada. Dengan memperhatikan struktur suatu
kebudayaan, lebih memperjelas lagi untuk membedakan suatu kurikulum
yang satu dengan yang lainnya yaitu kurikulum yang menggambarkan hal-
hal yang bersifat pendidikan umum dan yang bersifat pendidikan khusus.
Dalam upaya menerapkan, mengimplementasikan dan mengelola
kurikulum, maka kurikulum memiliki peranan sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
a. Peranan konservatif
Kebudayaan diperlukan oleh manusia dan diwujudkan dalam tingkah
laku, bahkan kebudayaan terwujud dan didirikan dari perilaku
manusia. Semua kebudayaan yang sudah ada harus ditransmisikan
kepada peserta didik selaku generasi penerus, sehingga semua ini
menjadi tanggung jawab kurikulum dalam menafsirkan dan
mewariskan nilai-nilai budaya yang mengandung makna dalam
membina perilaku peserta didik.
b. Peranan Kreatif
Kurikulum harus mampu melakukan kegiatan-kegiatan kreatif dan
konstruktif dalam arti harus menyusun dan mendesain pengalaman
belajar yang bersumber dari masyarakat dan dibuat dalam bentuk mata
pelajaran yang akan disajikan pada peserta didik.
c. Peranan kritis dan evaluatif
Kurikulum berperan aktif sebagai control social dan menekankan pada
unsur-unsur berpikir kritis di mana nilai-nilai sosial yang tidak sesuai
dengan perkembangan teknologi disisihkan dan yang sesuai ditata
untuk siap diorganisasikan menjadi bentuk pengalaman belajar yang
mampu mengembangkan sikap kritis peserta didik kearah
pembentukan pribadi yang terintegrasi dengan kehidupan nyata
masyarakat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
3. Fungsi Kurikulum
Menurut Alexander Inglis (dalam Wiryokusumo, 1988:8),
kurikulum memiliki fungsi sebagai berikut:
1. Fungsi penyesuaian
Lingkungan masyarakat yang bersifat dinamis harus diikuti dengan
kedinamisan hidup setiap anggota masyarakat. Oleh karena itu,
kurikulum harus mampu menata keadaan masyarakat agar dapat
dibawa ke lingkungan sekolah untuk dijadikan objek pelajaran.
2. Fungsi pengintegrasi
Kurikulum harus mampu menyiapkan pengalaman belajar yang dapat
mendidik pribadi yang terintegrasi, karena individu- individu yang
berada di sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang harus
mampu melakukan pengintegrasian sesuai dengan norma masyarakat.
3. Fungsi pembedaan
Kurikulum harus mampu melayani pengembangan-pengembangan
potensi individu yang akan hidup di lingkungan masyarakat.
4. Fungsi penyiapan
Kurikulum juga harus menyiapkan seperangkat pengalaman-
pengalaman belajar yang siap dianalisis oleh peserta didik untuk bekal
hidup bermasyarakat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
5. Fungsi pemilih
Sekolah melakukan penyeleksian secara selektif terhadap pengalaman
belajar yang dapat diorganisir lebih lanjut dalam suatu bentuk
organisasi kurikulum.
6. Fungsi diagnosa
Fungsi ini merupakan fungsi kurikulum yangpada gilirannya akan
mengetahui keberhasilan. Penerapan program-program pengalaman
belajar yang diikuti peserta didik sejalan dengan upaya memahami
bakat dan minat peserta didik.
b. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
1. Pengertian Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ini diterapkan
untuk meningkatkan mutu pendidikan serta meningkatkan kreatifitas para
guru. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum
operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan
pendidikan (BSNP, 2006:5).
2. Acuan Operasional Penyusunan KTSP
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) disusun sesuai
dengan acuan operasional yang berpedoman pada panduan penyusunan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
kurikulum yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (Masnur
Muslich, 2007:18). Acuan operasional tersebut adalah sebagai berikut:
a. Peningkatan iman dan takwa serta akhlak mulia
Keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia menjadi dasar
pembentukan kepribadian peserta didik secara utuh. Kurikulum
disusun yang memungkinkan semua mata pelajaran dapat menunjang
peningkatan iman dan takwa serta akhlak mulia.
b. Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat sesuai dengan tingkat
perkembangan dan kemampuan peserta didik
Kurikulum disusun agar memungkinkan pengembangan keragaman
potensi, minat, kecerdasan intelektual, emosional, spiritual, dan
kinestetik peserta didik secara optimal sesuai dengan tingkat
perkembangannya.
c. Keragaman potensi dan karakteristik daerah dan lingkungan
Daerah memiliki keragaman potensi, kebutuhan, tantangan, dan
keragaman karakteristik lingkungan, oleh karena itu kurikulum harus
memuat keragaman tersebut untuk menghasilkan lulusan yang dapat
memberikan kontribusi bagi pengembangan daerah.
d. Tuntutan pembangunan daerah dan nasional
Pengembangan kurikulum harus memperhatikan keseimbangan
tuntutan pembangunan daerah dan nasional.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
e. Tuntutan dunia kerja
Kurikulum perlu memuat kecakapan hidup untuk membekali peserta
didik memasuki dunia kerja sesuai dengan tingkat perkembangan
peserta didik dan kebutuhan dunia kerja, khususnya bagi mereka yang
tidak melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.
f. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
Kurikulum harus dikembangkan secara berkala dan berkesinambungan
sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
g. Agama
Kurikulum harus dikembangkan untuk meningkatkan toleransi dan
kerukunan umat beragama, dan memperhatikan norma agama yang
berlaku dilingkungan sekolah.
h. Dinamika perkembangan global
Kurikulum harus dikembangkan agar peserta didik mampu bersaing
secara global dan dapat hidup berdampingan dengan bangsa lain.
i. Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan
Kurikulum harus dapat mendorong berkembangnya wawasan dan
sikap kebangsaan serta persatuan nasional untuk memperkuat
keutuhan bangsa dalam wilayah NKRI.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
j. Kondisi sosial budaya masyarakat setempat
Kurikulum harus dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik
social budaya masyarakat setempat dan menunjang pelestarian
keragaman budaya.
k. Kesetaraan Jender
Kurikulum harus diarahkan kepada terciptanya pendidikan yang
berkeadilan dan mendukung upaya kesetaraan jender.
l. Karakteristik Satuan Pendidikan
Kurikulum harus dikembangkan sesuai dengan visi, misi, tujuan,
kondisi, dan ciri khas satuan pendidikan.
3. Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dikembangkan
sesuai dengan relevansinya oleh setiap kelompok atau satuan pendidikan
di bawah koordinasi dan supervisi dinas pendidikan atau kantor
Departemen Agama Kabupaten / Kota untuk pendidikan dasar dan
provinsi untuk pendidikan menengah.
Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
mengacu pada Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL)
dan berpedoman pada panduan penyusunan kurikulum yang disusun oleh
Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), serta memperhatikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
pertimbangan komite sekolah / madrasah. Penyusunan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) untuk pendidikan khusus dikooordinasi dan
disupervisi oleh dinas pendidikan provinsi, dan berpedoman pada Standar
Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) serta panduan
penyusunan kurikulum yang disusun oleh Badan Standar Nasional
Pendidikan (Permendiknas no 22 dan 23, 2006:1).
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dikembangkan
berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut:
1) Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan
peserta didik dan lingkungannya.
Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik
memiliki posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan
menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut pengembangan
kompetensi peserta didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan,
kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan.
Memiliki posisi sentral berarti kegiatan pembelajaran berpusat pada
peserta didik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
2) Beragam dan terpadu
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman
karakteristik peserta didik, kondisi daerah, jenjang dan jenis
pendidikan, serta menghargai dan tidak deskriminatif terhadap
perbedaan agama, suku, budaya, adat istiadat, status social, ekonomi
dan jender.
3) Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan
seni
Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni yang berkembang secara dinamis.
Oleh karena itu, semangat dan isi kurikulum memberikan pengalaman
belajar peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.
4) Relevan dengan kebutuhan kehidupan
Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku
kepentingan (stakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan
dengan kebutuhan, termasuk di dalamnya kehidupan kemasyarakatan,
dunia usaha dan dunia kerja. Oleh karena itu, pengembangan
keterampilan pribadi, keterampilan berpikir, keterampilan sosial,
keterampilan akademik, dan keterampilan vokasional merupakan
keniscayaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
5) Menyeluruh dan berkesinambungan
Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi,
bidang kajian keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan
disajikan secara berkesinambungan antar semua jenjang pendidikan.
6) Belajar sepanjang hayat
Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan,
dan pemberdayaan peserta didik agar mampu dan mau belajar yang
berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum mencerminkan keterkaitan
antara unsur-unsur pendidikan formal, nonformal, dan informal
dengan memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu
berkembang serta arah pengembangan manusia seutuhnya.
4. Komponen Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang
dikembangkan oleh satuan pendidikan harus memuat komponen-
komponen berikut (Masnur Muslich, 2007: 29):
1. Tujuan Pendidikan Sekolah
Tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan dasar dan
menengah dirumuskan mengacu kepada tujuan umum pendidikan
berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
a. Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk
hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
b. Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk
hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
c. Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan
kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta
keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih
lanjut sesuai dengan kejuruannya.
2. Struktur dan Muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Struktur dan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP), meliputi sub komponen:
a. Mata Pelajaran
Berisi “Struktur Kurikulum Tingkat Sekolah” yang disusun
berdasarkan kebutuhan siswa dan sekolah terkait dengan
pencapaian Standar Kompetensi Lulusan (SKL).
b. Muatan Lokal
Berisi tentang jenis, strategi pemilihan dan pelaksanaan mulok
yang diselenggarakan oleh sekolah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
c. Pengembangan Diri
Bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan
kebutuhan, kemampuan, bakat, minat, peserta didik, dan kondisi
sekolah. Pengembangan diri dapat dilaksanakan dalam bentuk
bimbingan konseling dan ekstrakurikuler.
d. Pengaturan Beban Belajar
Berisikan tentang jumlah beban belajar per mata pelajaran, per
minggu per semester dan per tahun pelajaran yang dilaksanakan di
sekolah, sesuai dengan alokasi waktu yang tercantum dalam
Struktur Kurikulum.
e. Ketuntasan Belajar
Berisi tentang kriteria ketuntasan minimal (KKM) per mata
pelajaran yang ditetapkan oleh sekolah.
f. Kenaikan Kelas dan Kelulusan
Berisi tentang kriteria dan mekanisme kenaikan kelas dan
kelulusan, serta penanganan siswa yang tidak naik atau tidak lulus
yang diberlakukan oleh sekolah
g. Penjurusan di SMA/MA
Berisikan tentang kriteria dan mekanisme penjurusan serta strategi/
kegiatan penelusuran bakat, minat dan prestasi yang diberlakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
oleh sekolah, yang disusun dengan mengacu pada panduan
penjurusan yang akan disusun oleh Direktorat terkait.
h. Pendidikan Kecakapan Hidup
Bukan mata pelajaran tetapi substansinya merupakan bagian
integral dari semua mata pelajaran.
i. Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal dan Global
Program yang dikembangkan dengan memanfaatkan keunggulan
lokal dan kebutuhan daya saing global.
3. Kalender Pendidikan
Berisi tentang kalender pendidikan yang digunakan oleh
sekolah, disusun berdasarkan kalender pendidikan yang ditetapkan
oleh Dinas Pendidikan setempat, disesuaikan dengan kebutuhan dan
karakteristik sekolah, kebutuhan peserta didik dan masyarakat, dengan
memperhatikan aturan kalender pendidikan sebagaimana tercantum
dalam Standar Isi.
4. Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaraan (RPP)
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan / atau
kelompok mata pelajaran / tema tertentu yang mencakup standar
kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok / pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian,
penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana yang
menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk
mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi
dan dijabarkan dalam silabus. Rencana Pelaksanaan Pembelajaraan
memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi
pembelajaran, metode pengajaran sumber belajar, dan penilaian hasil
belajar
c. Guru
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia (1990:228) guru adalah orang
yang pekerjaannya atau mata pencahariannya, profesinya mengajar. Menurut
UU sistem pendidikan nasional no 20 tahun 2003 Bab XI pasal 39 ayat 2
mengatakan:
“Pendidik (guru) merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.”
Menurut DR. M.I. soeleman (1985:7), “Guru” pada hakekatnya
merupakan komponen strategis yang memiliki peran yang penting dalam
menentukan gerak maju kehidupan bangsa, bahkan keberadaan guru
merupakan factor condisio sine guanom yang tidak mungkin.
Secara sederhana guru diartikan sebagai orang yang pekerjaannya
mengajar. McLeod, (1989) berasumsi guru adalah seseorang yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
pekerjaanya mengajar orang lain. Jadi pengertian guru adalah tenaga pendidik
yang pekerjaan utamanya mengajar (UUSPN tahun 1989 Bab VII pasal 27
ayat 3).
Sehingga dari beberapa pengertian guru tersebut dapat diketahui
bahwa peranan guru di sekolah dan di masyarakat itu sangatlah penting.
Peranan guru dalam kegiatan belajar mengajar adalah sebagai berikut
(Sanjaya, 2005:148):
1. Informator
Guru dalam hal ini berperan sebagai pemberi informasi yang
nantinya berguna bagi siswa-siswanya.
2. Organisator
Guru sebagai organisator, pengelola kegiatan akademik, silabus,
jadwal pelajaran, dll. Komponen-komponen yang berkaitan dengan
kegiatan belajar mengajar tersebut semua diorganisasikan sedemikian rupa
sehingga dapat mencapai efektivitas dan efisiensi dalam belajar pada diri
siswa.
3. Motivator
Peran guru sebagai motivator adalah meningkatkan kegairahan dan
pengembangan kegiatan belajar siswa, sehingga guru harus dapat
merangsang dan memberi dorongan serta reinforment untuk
medinamisasikan potensi siswa, menumbuhkan aktivitas siswa, dan daya
cipta, dalam rangka mewujudkan dinamika didalam proses belajar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
mengajar. Peranan guru sebagai motivator sangat penting dalam interaksi
belajar-mengajar, karena menyangkut esensi pekerjaan mendidik yang
membutuhkan kemahiran sosial.
4. Pengarah (dedikator)
Guru dalam hal ini dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan
belajar siswa sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan.
5. Inisiator
Guru dalam hal ini sebagai pencetus ide- ide dalam proses belajar.
Yang mana ide- ide tersebut merupakan ide- ide kreatif yang dapat dicontoh
oleh anak didiknya.
6. Transmitter
Dalam kegiatan belajar guru bertindak sebagai penyebar
kebijaksanaan dan pengetahuan.
7. Fasilitator
Guru sebagai fasilitator berperan memberikan fasilitas atau
kemudahan dalam proses belajar-mengajar, misalnya dengan menciptakan
suasana kegiatan belajar yang sedemikian rupa sehingga, serasi dengan
perkembangan siswa sehingga interaksi belajar-mengajar akan
berlangsung secara efektif.
8. Mediator
Guru sebagai mediator dapat diartikan sebagai penengah dalam
kegiatan belajar siswa atau penyedia media. Oleh karena itu guru harus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
mengetahui dan memahami karakteristik masing-masing siswa baik itu
gaya belajar maupun kemampuan dasar yang telah dimiliki. Melalui
pemahaman itu, guru bisa membantu mereka untuk belajar secara optimal.
Misalnya menengahi atau memberikan jalan keluar kemacetan dalam
kegiatan diskusi siswa.
9. Evaluator
Kecenderungan guru berperan sebagai evalutor adalah mempunyai
otoritas untuk menilai prestasi anak didiknya dalam bidang akademis
maupun tingkah laku sosialnya sehingga dapat menentukan bagaimana
anak didiknya berhasil atau tidak. Tetapi untuk mendapatkan hasil yang
baik, maka evaluasi-evaluasi yang dilakukan guru itu mencakup evaluasi
ekstrinsik dan evaluasi intrinsik. Sehingga guru harus berhati-hati dalam
menjatuhkan nilai atau kriteria kebarhasilan. Hal ini tidaklah cukup bila
hanya dilihat dari bisa atau tidaknya mengerjakan mata pelajaran yang
diujikan tetapi masih perlu ada pertimbangan-pertimbangan yang unik dan
kompleks, terutama yang menyangkut perilaku dan values yang ada pada
masing-masing mata pelajaran.
B. HASIL PENELITIAN YANG RELEVAN
Dari hasil penelitian yang dilakukan Cham Kam Wing, The Hong Kong
Institute of Education dalam penelitiannya yang berjudul “ Portofolio Assessment
of Cooperative Learning Groups in Small Classes”. Menyatakan bahwa:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Cooperative learning, as an innovative instruktional strategy, and portofolio assessment, as an alternative assessment, are increasingly being use in Hongkong classrooms. The change from listening to teachers teach and answering examination questions to taking the initiative to learn and demonstrating competence with self-selected evidence is a great challenge to the students.
Cooperative learning is an instructional practice whereby students in small groups help each work together to wards a common goal (Johnson & Johnson, 1999). Various cooperative learning methods have been developed over the years by different scholars and put into actual practice in the classroom. Most of the research conducted on these cooperative learning menthod suggests that cooperative learning develops students’ higher-order thinking skills (Mathews, Cooper, Davidson & Hawkes, 1995), enhances motivation for learning and improve interpersonal relations as well as peer relations (Slavin, 1995).
The definition of portofolio assessment can refers to:1) individual collection of daily drawings, writings and other materials thet provide documentation of child’s strengths and 2) a purposeful collection of student work that exhibits the learners’ efforts, progress, and achievement in one or more areas.
Dari definisi diatas, bagaimanapun juga portofolio assessment bisa
memiliki arti yang berbeda pada setiap orang, bergantung pada apa yang ingin
mereka perjuangkan atau usahakan. Didalam penelitian ini dijelaskan mengenai
hambatan dan kesulitan menggunakan cooperative learning dan portofolio
assessment. Untuk hambatan dan kesulitan cooperative learning pada intinya
adalah 1) kelas yang besar dan 2) penggunaan kemampuan sosial dalam
keterlibatan pada aktivitas kelompok kecil. Hambatan dan kesulitan dalam
menggunakan portofolio assessment adalah 1) writing reflective statements, 2)
choosing evidence for demonstrating competence, marking portofolio ang
conducting self and peer assessment. Guru menghadapi dua kendala besar:1)
kurang waktu dan 2) sulit memilih tipe portofolio.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Kemudian dari hasil penelitian ini dikemukakan kesimpulan akhir,
bagaimana guru mengatasi hambatan dan kesulitan dalam menerapkan
cooperative learning and portofolio assessment dan dampak terhadap kesuksesan
penerapan portofolio assessment.
C. KERANGKA BERFIKIR
Guru Ekonomi dan Akuntansi di SMA Kota Yogyakarta akan mengalami
kesulitan dalam mengimplementasikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) di kelas, karena Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ini merupakan
kurikulum baru yang berbeda dengan kurikulum-kurikulum sebelumnya, yang
guru sendiri diberi kewenangan dan tanggungjawab untuk mengembangkan
kurikulum sendiri. Kesulitan-kesulitam tersebut dapat dilihat dari indikator
komponen-komponen KTSP yang terdiri dari: tujuan pendidikan sekolah, struktur
dan muatan kurikulum, kalender pendidikan, silabus dan RRP. Dari indikator
komponen-komponen tersebut akan terlihat beragam kesulitan yang dihadapi guru
Ekonomi dan Akuntansi dalam mengimplementasikan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) di kelas. Setelah itu dibuat suatu diagram untuk melihat
bahwa terdapat banyak kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam
mengimplementasikan KTSP dikelas, dari komponen-komponen tersulit hingga
termudah. Dan peneliti dapat mengusulkan rencana tindakan selanjutnya untuk
mengatasi kesulitan-kesulitan tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
BAB III
METODE PENELITIAN
A. JENIS PENELITIAN
1. Dilihat dari sudut cara dan taraf pembahasannya, penelitian ini tergolong
penelitian deskriptif-kualitatif yaitu hanya terbatas pada usaha
mengungkapkan suatu masalah dan keadaan sebagimana adanya, sehingga
hanya sekedar mengungkapkan fakta.
2. Jenis penelitian yang digunakan penulis adalah penelitian eksploratif, yaitu
suatu penjajakan yang secara khas dimulai dengan mencari data yang
diterbitkan secara resmi dan peneliti mulai mencari dan membaca bahan yang
dihadapi. Suatu penelitian eksploratif memungkinkan peneliti untuk merevisi
masalah penelitian dan menentukan apa yang dibutuhkan untuk mendapatkan
jawaban-jawaban atas pertanyaan yang diajukan. Melalui eksplorasi peneliti
dapat mengembangkan konsep-konsep secara lebih jelas, menentukan
prioritas dan memperbaiki desain penelitian final (J. Spillane, 2006:35)
B. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN
1. Tempat Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti mengambil lokasi di 20 SMA di Kota
Yogyakarta yang terdiri dari 4 SMA Negeri dan 16 SMA Swasta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Febuari 2008 sampai selesai.
C. SUBYEK DAN OBYEK PENELITIAN
1. Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah guru-guru Ekonomi dan Akuntansi di SMA
yang sudah menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang
merupakan kurikulum baru sehingga guru harus mempersiapkan diri dengan
baik dan mengubah pola pembelajaran yang lama dengan pola pembelajaran
yang baru yang mengarah pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP).
2. Obyek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi obyek penelitian adalah kesulitan
yang dihadapi guru Ekonomi dan Akuntansi dalam mengimplementasikan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di kelas.
D. POPULASI DAN SAMPEL
1. Populasi Penelitian
Populasi merupakan keseluruhan unsur-unsur yang memiliki satu atau
beberapa ciri atau karakteristik yang sama (Hadi, 1986:110). Sedangkan
Suharsimi Arikunto (1986:102) menyatakan bahwa populasi adalah
keseluruhan subyek penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Berdasarkan pengertian populasi diatas, maka populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh guru Ekonomi dan Akuntansi di SMA Kota
Yogyakarta, baik itu negeri maupun swasta. Berdasarkan data dari BPS
Yogyakarta, ada 11 SMA negeri dan 38 SMA swasta di Kota Yogyakarta.
2. Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto,
1993: 104). Pengambilan sampel dari penelitian ini menggunakan teknik
Proportional Random Sampling yaitu pengambilan sampel secara
proposional dari tiap kelompok dan sampel diambil secara acak, sehingga
tiap-tiap subyek memiliki kesempatan yang sama untuk diambil sebagai
anggota sampel.
Untuk studi deskriptif, sampel 10% dari populasi merupakan syarat
minimal agar dapat dikatakan representative. Agar representatif jumlah
sampel setidaknya 20% dari populasi (Kuncoro 2003:111). Dalam penelitian
ini, populasi berjumlah 49 SMA dan sampelnya adalah 40% dari 49 SMA,
yaitu 20 SMA, baik negeri maupun swasta. Jumlah sekolah ditentukan
berdasarkan proposi, sedangkan sekolah sampel dipilih dengan cara random
/ undi. Jadi jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Tabel 1 Jumlah Sampel Penelitian
Teknik Proposional Sekolah Jumlah Sampel
Sekolah Negeri 11 x 20 = 4
49 Sekolah Swasta 38
x 20 = 16 49
Tabel 2 Random Sampling
Sekolah Nama Sekolah
Sekolah Negeri 1. SMA Negeri 11 2. SMA Negeri 10 3. SMA Negeri 7 4. SMA Negeri 8
Sekolah Swasta 5. SMA Bopkri 2 6. SMA Stela Duce 1 7. SMA Sang Timur 8. SMA Bhineka Tunggal Ika 9. SMA Institut Indonesia 10. SMA Bopkri 1 11. SMA Stela Duce 2 12. SMA Budya Wacana 13. SMA Pangudi Luhur 14. SMA Santa Maria 15. SMA Marsudi Luhur 16. SMA Santho Thomas 17. SMA 17’ 1 18. SMA Taman Madya Jetis 19. SMA Taman Madya IP 20. SMA Piri 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
E. PROSEDUR PENGUMPULAN DATA
1. Wawancara: pengumpulan data melalui tanya jawab langsung dengan guru
Ekonomi dan Akuntansi yang telah dipilih untuk mendapatkan / mengkaji
data mengenai kesulitan yang dihadapi guru ekonomi akuntansi dalam
mengimplementasikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di
kelas.
2. Kuesioner: pengumpulan data berupa daftar pertanyaan-pertanyaan yang akan
di berikan kepada guru Ekonomi dan Akuntansi secara tidak langsung.
Kisi-kisi Komponen Dalam Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP).
Tabel 3 Kisi-kisi Komponen KTSP
KOMPONEN SUB KOMPONEN NO ITEM 1. Tujuan Pendidikan Sekolah 1. Tujuan Pendidikan
Sekolah Menengah Atas 2. Visi Pendidikan Sekolah
Menengah Atas. 3. Misi Sekolah Menengah
Atas
1 2
3
2. Struktur dan Muatan KTSP 1. Mata Pelajaran (Materi Pokok Pembelajaran)
2. Pengembangan Diri 3. Pengaturan Beban
Belajar 4. Kriteria Ketuntasan
Belajar 5. Kenaikan Kelas dan
Kelulusan 6. Penjurusan di SMA 7. Pendidikan Kecakapan
Hidup
4 5 6 7
8,9
10 11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
KOMPONEN SUB KOMPONEN NO ITEM 3. Kalender Pendidikan Kalender pendidikan yang
digunakan oleh sekolah 12
4. Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
1. Standar Kompetensi 2. Kompetensi Dasar 3. Kegiatan Pembelajaran 4. Indikator 5. Penilaian Hasil Belajar 6. Alokasi Waktu 7. Sumber Belajar 8. Metode Belajar
13 14 15 16 17 18 19 20
3. Dokumentasi: pengumpulan data penelitian mengenai teori-teori pembelajaran
untuk merumuskan rencana tindakan dan rasionalisasinya serta kualitas
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
F. TEKNIK PENGUJIAN INSTRUMEN
Data atau informasi yang telah dikumpulkan dalam suatu penelitian
kualitatif perlu diuji keabsahannya (kebenarannya) melalui teknik pemeriksaan
keabsahan data (teknik trianggulasi). Teknik Trianggulasi adalah teknik
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data
tersebut untuk keperluan pengecekkan atau sebagai pembanding terhadap data
tersebut.
Pengecekkannya dengan cara mengecek kembali data-data yang diperoleh
baik melalui kuesioner, wawancara maupun dokumentasi. Dalam teknik ini tidak
hanya mengecek kebenarannya saja, akan tetapi berusaha melihat dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
menganalisis hubungan antar berbagai data yang lebih mendalam dan rinci.
Sehingga jika melalui pemeriksaan-pemeriksaan tersebut ternyata ada perbedaan
data atau informasi yang ditemukan maka keabsahan data diragukan
kebenarannya. Dan peneliti akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut dengan
tujuan mengurangi / bahkan mencegah kesalahan dalam hal menganalisis data.
G. PROSEDUR ANALISIS DATA
Prosedur analisis data dalam penelitian ini melalui alur kegiatan yang
terjadi secara bersamaan yaitu reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan
atau verifikasi data (Miles & Huberman, 1992:16).
1. Reduksi data
Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstaran, dan transformasi data kasar dari catatan-
catatan tertulis di lapangan. Reduksi data berlangsung terus-menerus selama
penelitian berlangsung sampai laporan akhir lengkap tersusun. Proses reduksi
data dilakukan setelah data melalui kuesioner terkumpul atau setelah
wawancara.
2. Penyajian data
Penyajian data merupakan sekumpulan informasi tersusun yang
memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan. Dengan melihat
penyajian-penyajian yang telah terkumpul, maka peneliti dapat mengetahui
kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru Ekonomi dan Akuntansi dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
mengimplementasikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan
peneliti dapat menganalisnya (analisis presentase dan analisis deskriptif
kualitatif).
a. Analisis Persentase
Menganalisis untuk mengetahui berapa persen (%) guru ekonomi
dan akuntansi yang mengalami kesulitan dalam mengimplementasikan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di kelas dan mengetahui
berapa persen (%) guru Ekonomi dan Akuntansi yang tidak mengalami
kesulitan dalam mengimplementasikan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) di kelas dengan indikator komponen-komponen
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sebagai berikut: tujuan
pendidikan sekolah, struktur dan muatan sekolah, kalender pendidikan,
silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
b. Analisis Deskriptif Kualitatif
Menganalisis data untuk menemukan kesulitan-kesulitan yang
dihadapi guru ekonomi dan akuntansi di SMA Kota Yogyakarta dalam
implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di kelas
dengan indikator komponen-komponen Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) sebagai berikut: tujuan pendidikan sekolah., struktur
dan muatan sekolah, kalender pendidikan, silabus dan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Penyajian data dalam penelitian ini berbentuk teks naratif dan bagan.
Hal tersebut ditunjukkan agar peneliti tidak kesulitan dalam penguasaan
informasi baik secara keseluruhan maupun terpisah dari data yang telah
terkumpul.
3. Penarikan Kesimpulan atau Verifikasi Data
Analisis data di atas menghasilkan gejala-gejala yang nampak dalam
implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), yang kemudian
dianalisis lebih lanjut untuk mengungkap kesulitan-kesulitan yang dihadapi
guru Ekonomi dan Akuntansi tersebut, dengan bantuan pustaka untuk
melakukan pembahasan atas data yang diperoleh guna menjamin keabsahan
dan keobjektivan data sehingga kesimpulan akhir dapat dipertanggung-
jawabkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
BAB IV
DESKRIPSI, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA
Pada bagian ini akan dikemukakan diskripsi responden, analisis
presentase, dan analisis data kualitatif.
1. Deskripsi Responden
Jumlah keseluruhan Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kota Madya
Yogyakarta adalah 49 sekolah yang terdiri 11 SMA Negeri dan 38 SMA
Swasta. Dari 49 sekolah tersebut, peneliti hanya mengambil 40 % saja untuk
dijadikan sampel, yaitu 20 sekolah yang terdiri atas 4 SMA Negeri dan 16
SMA Swasta. Berikut disajikan tabel mengenai subyek penelitian:
Tabel 4 Rekapitulasi Keseluruhan Subyek Penelitian
No Nama Sekolah Jumlah
Guru 1 SMA Negeri 11 Yogyakarta 3 2 SMA Negeri 10 Yogyakarta 3 3 SMA Negeri 7 Yogyakarta 3 4 SMA Negeri 8 Yogyakarta 2 5 SMA Bopkri 2 Yogyakarta 4 6 SMA Stella Duce 1 Yogyakarta 2 7 SMA Katolik Sang Timur Yogyakarta 2 8 SMA Bhinneka Tunggal Ika Yogyakarta 2 9 SMA Institute Indonesia 1 10 SMA Bopkri 1 Yogyakarta - 11 SMA Stella Duce 2 Yogyakarta 2 12 SMA Budya Wacana Yogyakarta 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
13 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta - 14 SMA Santa Maria Yogyakarta 2 15 SMA Marsudi Luhur Yogyakarta 4 16 SMA Santho Thomas Yogyakarta 2 17 SMA 17,1 Yogyakarta 1 18 SMA Taman Madya Jetis Yogyakarta 3 19 SMA Taman Madya IP Yogyakarta 4 20 SMA Piri 1 Yogyakarta 3 Total 44
Sumber: Hasil observasi, 2008
Dari 20 sekolah yang menjadi sampel penelitian, 2 sekolah tidak jadi
diambil sebagai sampel penelitian karena guru-guru Ekonomi Akuntansi-nya
sedang mengikuti Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) dan Sertifikasi.
Dari 18 sekolah tersebut, semua guru mata pelajaran ekonomi maupun
akuntansi di setiap sekolah diambil sebagai subyek penelitian. Adapun
keseluruhan subyek penelitian yang diperoleh dari 18 sekolah tersebut adalah
44 responden.
2. Analisis Presentase
Pengolahan data untuk mengetahui jumlah presentasi mengenai
“Kesulitan-kesulitan yang di hadapi Guru Ekonomi Akuntansi di SMA Kota
Yogyakarta dalam Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) di Kelas” menggunakan perhitungan manual. Kuesioner dalam
penelitian disusun berdasarkan aspek yang dinilai sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
Tabel 5 Kategori Penyusunan Kuesioner
Komponen Sub Komponen No Item 1. Tujuan Pendidikan Sekolah 1. Tujuan Pendidikan
Sekolah Menengah Atas 2. Visi Pendidikan Sekolah Menengah Atas. 3. Misi Sekolah Menengah Atas
1 2
3
2. Struktur dan Muatan KTSP 1. Mata Pelajaran (Materi Pokok Pembelajaran) 2. Pengembangan Diri 3. Pengaturan Beban Belajar 4. Kriteria Ketuntasan Belajar 5. Kenaikan Kelas dan Kelulusan 6. Penjurusan di SMA 7. Pendidikan Kecakapan
Hidup
4 5 6 7
8,9
10 11
3. Kalender Pendidikan Kalender pendidikan yang digunakan oleh sekolah
12
4. Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
1. Standar Kompetensi 2. Kompetensi Dasar 3. Kegiatan Pembelajaran 4. Indikator 5. Penilaian Hasil Belajar 6. Alokasi Waktu 7. Sumber Belajar 8. Metode Belajar
13 14 15 16 17 18 19 20
Penyusunan aspek yang dinilai atau indikator dalam kuesioner tersebut
disusun untuk mendapatkan berbagai data dari guru untuk mengungkapkan
kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam mengimplementasikan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di kelas. Kuesioner berisi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
beberapa item pertanyaan atau pernyataan yang berhubungan dengan
komponen Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang digunakan
dalam pembelajaran dikelas. Berdasarkan tanggapan dari responden melalui
kuesioner, hasil analisis presentase untuk mengetahui berapa besar guru yang
mengalami kesulitan maupun tidak mengalami kesulitan, disajikan dalam
tabel-tabel berikut ini:
1) Tujuan Pendidikan Sekolah
Hasil perhitungan persentase variabel kesulitan-kesulitan yang di
hadapi guru Ekonomi Akuntansi di SMA Kota Yogyakarta dalam
implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dikelas
menurut komponen Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yaitu
Tujuan Pendidikan Sekolah dapat dilihat dalam tabel 6.
Tabel 6 Komponen Tujuan Pendidikan Sekolah
No Sub Komponen No Item
Kesulitan (%)
Tidak (%)
1 Tujuan Sekolah 1 9 91 2 Visi Sekolah 2 9 91 3 Misi Sekolah 3 9 91
Rata-rata 9 91 Sumber: Hasil olah data kuesioner, 2008
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa dalam
mengimplementasikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di
kelas berdasarkan komponen tujuan pendidikan sekolah yaitu tujuan, visi,
misi sekolah, sebanyak 4 guru (9%) mengalami kesulitan untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
melaksanakan tujuan, visi, misi sekolah dalam pembelajaran di kelas,
sedangkan sebanyak 40 guru (91%) tidak mengalami kesulitan.
2) Struktur dan Muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Hasil perhitungan persentase variabel kesulitan-kesulitan yang di
hadapi guru Ekonomi Akuntansi di SMA Kota Yogyakarta dalam
implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di kelas
menurut komponen Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yaitu
Struktur dan Muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dapat
dilihat dalam tabel 7.
Tabel 7 Struktur dan Muatan KTSP
No Sub Komponen No Item Kesulitan (%)
Tidak (%)
1 Mata Pelajaran 4 14 86 2 Pengembangan Diri 5 61 39 3 Pengaturan Beban Belajar 6 55 45 4 Kriteria Ketuntasan Belajar
(Penilaian) 7 52 48
5 Kenaikan Kelas dan Kelulusan 8 14 86 9 20 80 6 Penjurusan di SMA 10 25 75 7 Pendidikan Kecakapan Hidup 11 61 39 Rata-Rata 38 62
Sumber: Hasil olah data kuesioner, 2008
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa dalam
mengimplementasikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di
kelas berdasarkan komponen struktur dan muatan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP), sebanyak 6 guru (14%) mengalami kesulitan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
dalam menerapkan / menyampaikan materi mata pelajaran dan materi
pokok pembelajaran di kelas, sedangkan sebanyak 38 guru (86%) tidak
mengalami kesulitan, Sebanyak 27 guru (61%) mengalami kesulitan
dalam membimbing pelaksanaan kegiatan pengembangan diri siswa yang
sesuai dengan kebutuhan, kemampuan, bakat, minat peserta didik dan
kondisi sekolah, sedangkan sebanyak 17 guru (39%) tidak mengalami
kesulitan. Sebanyak 24 guru (55%) mengalami kesulitan dalam
melaksanakan beban belajar (tatap muka, mengatur alokasi waktu, struktur
dan mandiri) yang telah diatur sekolah, sedangkan yang tidak mengalami
kesulitan sebanyak 20 guru (45%). Sebanyak 23 guru (52%) mengalami
kesulitan dalam melaksanakan indikator ketuntasan minimal (KKM) mata
pelajaran, sedangkan yang tidak mengalami kesulitan sebanyak 21 guru
(48%). Sebanyak 6 guru (14%) mengalami kesulitan dalam melaksanakan
indikator dan mekanisme kenaikan kelas yang telah disusun oleh sekolah
berdasarkan panduan kenaikan kelas, sedangkan 38 guru (86%) tidak
mengalami kesulitan.
Sebanyak 9 guru mengalami kesulitan dalam menerapkan strategi
penanganan siswa yang tidak naik atau tidak lulus yang diberlakukan oleh
sekolah, sedangkan 35 guru (80%) tidak mengalami kesulitan. Sebanyak
11 guru (25%) mengalami kesulitan dalam melaksanakan penelusuran
bakat, minat, dan prestasi yang diberlakukan oleh sekolah sesuai dengan
indikator dan mekanisme penjurusan di SMA, sedangkan yang tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
mengalami kesulitan sebanyak 33 guru (75%). Sebanyak 27 guru (61%)
mengalami kesulitan dalam menyajikan pendidikan kecakapan hidup
(kecakapan personal, sosial, vokasional) secara terintegrasi dengan
pelajaran Bapak / Ibu di kelas, sedangkan yang tidak mengalami kesulitan
sebanyak 17 guru (39%).
3) Kalender Pendidikan
Hasil perhitungan persentase variabel kesulitan-kesulitan yang di
hadapi guru Ekonomi Akuntansi di SMA Kota Yogyakarta dalam
implementasi KTSP di kelas menurut komponen KTSP yaitu Kalender
Pendidikan dapat dilihat dalam tabel 8.
Tabel 8 Kalender Pendidikan
No Sub Komponen No Item Kesulitan (%)
Tidak (%)
1 Kalender Pendidikan 12 18 82 Rata-rata 18 82
Sumber: Hasil olah data kuesioner, 2008
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa dalam
mengimplementasikan KTSP di kelas berdasarkan komponen kalender
pendidikan sekolah yaitu sebanyak 8 guru (18%) mengalami kesulitan
dalam menyesuaikan pelaksanaan pembelajaran di kelas yang telah
disusun dalam kalender pendidikan yang ditetapkan oleh Dinas
Pendidikan setempat, sedangkan yang tidak mengalami kesulitan
sebanyak 36 guru (82%).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
4) Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Hasil perhitungan persentase variabel kesulitan-kesulitan yang di
hadapi guru Ekonomi Akuntansi di SMA Kota Yogyakarta dalam
implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dikelas
menurut komponen Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yaitu
Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dapat dilihat dalam
tabel 9.
Tabel 9 Silabus dan RPP
No Sub Komponen No Item Kesulitan (%)
Tidak (%)
1 Standar Kompetensi 13 16 84 2 Kompetensi Dasar 14 11 89 3 Kegiatan Pembelajaran 15 64 36 4 Indikator 16 14 86 5 Penilaian 17 16 84 6 Alokasi Waktu 18 14 86 7 Sumber Belajar 19 5 95 8 Metode Belajar 20 32 68 Rata-Rata 22 78
Sumber: Hasil olah data kuesioner, 2008
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa dalam
mengimplementasikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di
kelas berdasarkan komponen kalender pendidikan sekolah, sebanyak 7
guru (16%) mengalami kesulitan menerapkan Standar Kompetensi dalam
melaksanakan pembelajaran di kelas, sedangkan yang tidak mengalami
kesulitan sebanyak 37 guru (84%). Sebanyak 5 guru (11%) mengalami
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
kesulitan menerapkan kompetensi dasar dalam melaksanakan
pembelajaran di kelas, sedangkan yang tidak mengalami kesulitan
sebanyak 39 guru (89%). Sebanyak 28 guru (64%) mengalami kesulitan
dalam melaksanakan kegiatan belajar (model pembelajaran, media
pembelajaran, pengembangan dalam potensi siswa) di dalam kelas,
sedangkan yang tidak mengalami kesulitan sebanyak 16 guru (36%).
Sebanyak 6 guru (14%) mengalami kesulitan dalam pelaksanaan indikator
pencapaian kompetensi di dalam kelas, sedangkan yang tidak mengalami
kesulitan 38 guru (86%).
Sebanyak 7 guru (16%) mengalami kesulitan dalam melakukan
penilaian otentik (unjuk kerja, proyek, hasil kerja, tertulis (paper & pen),
portofolio, sikap, dir i), sedangkan 37 guru (84%) tidak mengalami
kesulitan. Sebanyak 6 guru mengalami kesulitan dalam menyesuaikan
alokasi waktu pembelajaran yang sudah ditentukan dengan
pelaksanaannya di dalam kelas, sedangkan sebanyak 38 guru ( 86%) tidak
mengalami kesulitan. Sebanyak 2 guru (5%) mengalami kesulitan dalam
menyampaikan pembelajaran di kelas dengan sumber belajar yang
beragam, sedangkan yang tidak mengalami kesulitan sebanyak 42 guru
(95%). Sebanyak 14 guru (32%) mengalami kesulitan dalam menerapkan
metode pembelajaran yang akan digunakan di dalam kelas, sedangkan
yang tidak mengalami kesulitan sebanyak 30 guru (68%).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
3. Analisis Deskriptif Kualitatif
Berdasarkan analisis data yang diuraikan diatas yaitu dengan analisis
presentase untuk mengetahui berapa persen guru yang mengalami kesulitan
dan yang tidak mengalami kesulitan dalam mengimplementasikan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), maka dibawah ini diuraikan analisis
deskriptif kualitatif untuk setiap rumusan masalah.
a. Kesulitan yang dialami guru
1) Komponen Tujuan Pendidikan Sekolah
Pada sub komponen tujuan, visi, dan misi pendidikan menegah
atas yaitu pada item yang pertama, kedua maupun ketiga
menghasilkan presentase yang sama. 9 % guru mengalami kesulitan
dalam melaksanakan pembelajaran di kelas dengan menyesuaikan
tujuan pendidikan sekolah, dan guru juga mengalami kesulitan untuk
melaksanakan visi misi sekolah dalam pembelajaran di kelas
dikarenakan guru melihat kondisi siswa yang berbeda-beda dan siswa
sendiri kurang merasa menjadi bagian dari kelas, beberapa guru
menjelaskan bahwa walaupun guru sendiri sudah dikenalkan dengan
tujuan, visi, dan misi sejak awal tetapi guru sendiri banyak yang tidak
paham dengan tujuan, dan visi misi yang ingin dicapai sekolah dan
motivasi siswa itu sendiri sangat minim, sehingga disaat guru
menyampaikan materi pembelajaran di kelas, guru hanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
menyampaikan materinya saja tanpa mengarahkan bahwa materi yang
disampaikan itu mengarah pada tujuan, visi, dan misi sekolah.
Sejumlah 91 % guru yang tidak mengalami kesulitan
menjawab bahwa kemampuan siswanya termasuk anak-anak yang
cerdas sehingga memudahkan guru dalam menyampaikan materi dan
mengarahkannya untuk mencapai tujuan serta visi dan misi sekolah,
guru sebelumnya juga mempersiapkan rencana materi bahan ajar yang
sudah disesuaikan dengan tujuan serta visi dan misi sekolah. Selain itu
menunjuk bahwa guru cukup confident / percaya diri dengan
implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada
bagian ini. Terlepas dengan beberapa anggapan bahwa belum tentu
anggapan / pemikiran guru terhadap diri sendiri bisa saja terlalu over
estimate.
2) Komponen Struktur dan Muatan KTSP.
a) Pada sub komponen mata pelajaran
Untuk item ke empat, 14 % guru mengalami kesulitan
dalam menyampaikan materi mata pelajaran dan materi pokok
pembelajaran di kelas dikarenakan guru sulit mengatur alokasi
waktu pembelajaran (jumlah jam mapel) khususnya mata pelajaran
ilmu pengetahuan dan teknologi. Disamping karena materinya
terlalu banyak dan susah, guru juga melihat tingkat intelektua l
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
siswa yang heterogen dan ada kesenjangan yang cukup mencolok
diantara peserta didik.
Sejumlah 86 % guru yang tidak mengalami kesulitan
menjawab bahwa guru sudah memanfaatkan 4 jam tambahan
seperti yang tertera dalam pengembangan struktur kurikulum,
untuk menambah jam pembelajaran pada mata pelajaran tertentu
yang sudah mereka susun dalam silabus. Selain itu beberapa guru
sudah menguasai materi pokok pembelajaran, dan guru tidak
mengalami kesulitan dalam menyampaikan materi pembelajaran di
kelas karena guru dapat mengajarkan siswa menemukan materi
tersebut dalam kehidupan di masyarakat.
b) Pada sub komponen pengembangan diri
Untuk item kelima, 61 % guru mengalami kesulitan dalam
membimbing pelaksanaan kegiatan pengembangan diri siswa yang
sesuai kebutuhan, kemampuan, bakat, minat peserta didik dan
kondisi sekolah, dikarenakan siswa-siswi terdiri atas latar belakang
yang berbeda-beda dan kemampuan mereka beranekaragam,
sehingga guru sendiri sulit mengenali kemampuan ataupun
kemauan peranak, terlebih adanya fasilitas yang kurang
mendukung dan melihat kondisi sekolah yang tidak mampu
mengakomodir semua keinginan anak. Selain itu guru juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
mengalami kesulitan karena melihat bahwa kebanyakan siswa
kurang menyadari dirinya sebagai pelajar yang harus belajar.
Sejumlah 39 % guru yang tidak mengalami kesulitan
mengutarakan alasannya bahwa guru menguasai kemampuan siswa
didik, jadi tahu harus bagaimana menyingkapinya dan interaksi
antara guru dengan siswa terjalin dengan baik sehingga guru dapat
dengan mudah menganalisa potensi siswa dan memberikan
bimbingan yang sesuai.
c) Pada sub komponen pengaturan beban belajar
Untuk item keenam, 55 % guru mengalami kesulitan dalam
melaksanakan beban belajar dalam pembelajaran di kelas yang
telah diatur sekolah, dikarenakan materi yang diajarkan terlalu
banyak sehingga guru kesulitan dalam mengalokasikan waktu, dan
ada juga materi yang alokasi waktunya masih kurang yang
disebabkan ada hari atau pertemuan libur sehingga menuntut siswa
untuk memahami materi / bahan yang diajarkan. Selain itu, guru
mengalami kesulitan karena terkadang tidak sesuai dengan
rencana, sifat sangat kondisional, dan input siswa kurang secara
akademik.
Sejumlah 45 % guru yang tidak mengalami kesulitan
mengutarakan alasannya bahwa dalam Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) guru diberi kewenangan untuk mengatur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
beban belajar yang akan diterapkannya dalam Kegiatan Belajar
Mengajar (KBM), dan guru berpedoman pada perangkat
pembelajaran / silabus sehingga semua lebih mudah diatasi.
Beberapa guru juga menjawab bahwa sekolah mereka
memperhitungkan sesuai dengan porsi atau prioritas program dan
dengan penambahan jam pembelajaran.
d) Pada sub komponen kriteria ketuntasan belajar
Untuk item yang ketujuh, 52 % guru mengalami kesulitan
dalam melaksanakan indikator ketuntasan minimal (KKM) mata
pelajaran yaitu dalam hal menentukan Standar Kriteria Ketuntasan
Minimal (SKKM) dan waktu / proses pelaksanaan penilaian
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Beberapa guru
mengutarakan alasannya bahwa input siswa yang rendah membuat
guru sulit untuk menentukan standar kriteria ketuntasan minimal
yang sama dengan sekolah lain, alasan lain yang diutarakan guru
adalah karena ada Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang
dibuat guru ada juga Ujian Akhir Nasional (UAN) sehingga guru
kadang merasa nilai yang dibuat kurang berarti dibanding nilai
Ujian Akhir Nasional (UAN) sebagai penentu lulusan. Kurangnya
buku referensi / paket bagi siswa dan untuk materi yang
memerlukan logika dan perhitungan juga merupakan alasan guru
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
mengalami kesulitan dalam melaksanakan indikator ketuntasan
minimal.
Sejumlah 48 % guru yang tidak mengalami kesulitan
mengutarakan alasannya bahwa Kriteria Katuntasan Minimal
(KKM) ditentukan sendiri dengan melihat potensi yang ada
(kemampuan dan menyesuaikan kondisi siswa) serta indikator
yang dibuat diawal mata pelajaran sudah diinformasikan ke siswa,
dan hal lain untuk mengatasinya yaitu dengan kiat-kiat tersendiri
seperti memberikan remidi.
e) Pada sub komponen kenaikan kelas dan kelulusan
Untuk item yang kedelapan, 14 % guru mengalami
kesulitan dalam melaksanakan indikator dan mekanisme kenaikan
kelas yang telah disusun oleh sekolah berdasarkan panduan
kenaikan kelas, yaitu dalam hal siswa dipaksakan untuk naik kelas
dengan pemberian nilai tambahan padahal kognitif siswa
sebenarnya rendah.
Sejumlah 86 % guru yang tidak mengalami kesulitan
memberikan alasan bahwa indikator kenaikan kelas jelas dan
terdapat aturan-aturan yang jelas, guru juga bekerja sesuai alasan
dan mekanismenya yang berlaku, dan guru tidak mengalami
kesulitan dan menggangap lebih mudah sebab ada remidi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Untuk item yang kesembilan, 20 % guru mengalami
kesulitan dalam menerapkan strategi penanganan siswa yang tidak
naik atau tidak lulus yang diberlakukan oleh sekolah, dikarenakan
guru melihat motivasi siswa yang tidak naik kelas maupun yang
tidak lulus biasanya rendah, apalagi siswa yang tidak lulus
diterima di PTS sehingga double sekolah dan kuliah, dan siswa
yang tidak naik kelas biasanya sering tidak masuk atau tidak ikut
pelajaran di sekolah, siswa juga tidak mampu menangkap kognitif-
psikologis-afektif yang diharapkan sehingga gurupun sulit untuk
menangani siswa tersebut karena siswa tidak memiliki beban atas
kegagalannya.
Sejumlah 80 % guru yang tidak mengalami kesulitan
mengutarakan alasannya bahwa anak yang tidak naik kelas
dibimbing sesuai dengan kemampuannya / diberi remidi sampai
tuntas, selain itu siswa yang tidak naik kelas / tidak lulus
mengulang semua kompetensi yang ada pada jenjangnya dan
mengikuti Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) sama seperti siswa
lain pada jenjang yang sama (tidak ada perlakuan khusus).
Kemudian guru bersama BP dan kepala sekolah juga menyadarkan
peserta didik akan sebab-sebab yang membuat peserta didik gagal
dan sekolah juga memberikan pengertian kepada orang tua melalui
surat dan tatap muka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
f) Pada sub komponen penjurusan di SMA
Untuk item yang kesepuluh, 25 % guru mengalami
kesulitan dalam melaksanakan penelusuran bakat, minat dan
prestasi siswanya dikarenakan guru melihat kemampuan siswa
rata-rata sama di setiap mata pelajaran, siswa sendiri juga kadang
tidak menonjol dalam bidang apapun (nilai semua kurang), dan
siswa kurang bisa memunculkan bakat minat yang mereka miliki
sehingga guru sulit untuk membedakan bakat dan minat mereka.
Selain itu guru juga mengungkapkan siswa yang masuk jurusan
IPS maupun IPA belum tentu menguasai dan menyukai pelajaran-
pelajaran pada jurusan tersebut, kadang ada juga orang tua siswa
yang bersih keras anaknya masuk ke IPA padahal anaknya
berminat masuk ke IPS sehingga guru mengalami kesulitan dalam
menelusuri bakat, minat dan prestasi siswa.
Sejumlah 75 % guru yang tidak mengalami kesulitan
mengutarakan alasannya yaitu sekolah sudah punya prosedur yang
jelas mengenai panduan penjurusan, karena sebelum penjurusan
selain berdasarkan nilai juga menyebarkan angket penjurusan ke
siswa dan dengan test kecakapan (IQ), jadi menyesuaikan minat /
bakat dan kemampuan siswa. Selain itu dengan pendekatan
individual atau interaksi yang baik dengan siswa akan membantu
memudahkan penelusuran bakat, minat, prestasi siswa. Ada juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
yang mengungkapkan alasannya bahwa guru tidak mengalami
kesulitan dalam penelusuran bakat, minat, dan prestasi siswa
dalam penjurusan di SMA dikarenakan adanya ketentuan yang
berlaku dan juga kerjasama dengan lembaga lain, misalnya
lembaga pendidikan (lembaga untuk tes bakat minat) seperti
Primagama, SSC, dan Neutron dalam penyelenggaraan Try Out.
g) Pada sub komponen pendidikan kecakapan hidup
Untuk item yang kesebelas, 61 % guru mengalami kesulitan
dalam menyajikan pendidikan kecakapan hidup (kecakapan
personal, sosial, vokasional) secara terintegrasi dengan pelajaran di
kelas, dikarenakan guru merasa lebih terbebani pada target lolos
Ujian Nasional. Selain itu guru juga mengalami kesulitan karena
melihat latar belakang siswa yang berbeda, dan keterampilan anak
yang kurang, kemudian keterbatasan alokasi waktu dan sarana
prasarana.
Sejumlah 34 % guru tidak mengalami kesulitan dalam
menyajikan pendidikan kecakapan hidup (kecakapan personal,
sosial, vokasional) secara terintegrasi dengan pelajaran di kelas.
Guru yang tidak mengalami kesulitan mengutarakan alasannya
yaitu karena peserta didik sangat membutuhkan pendampingan,
dan banyak materi kecakapan yang bisa dilatih dalam pelajaran
yang guru ajarkan seperti penanaman wirausaha (interprenership).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
3) Komponen Kalender Pendidikan.
Untuk item yang kedua belas, 18 % guru mengalami kesulitan
dalam menyesuaikan pelaksanaan pembelajaran dikelas yang telah
disusun dalam kalender pendidikan yang ditetapkan oleh Dinas
Pendidikan setempat, dikarenakan sekolah harus menyusun kalender
pendidikan sendiri dan kalender pendidikan sekolah yang sudah di
susun sejak awal tahun pelajaran harus menyesuaikan dengan kalender
dari dinas yang disusun baru. Alasan lain yang diutarakan guru yaitu
guru mengalami kesulitan karena daya tangkap siswa kurang, perlu
waktu yang banyak dibandingkan yang tertera dalam kalender
pendidikan, selain itu ada waktu yang mendadak digunakan untuk
acara lain, padahal materi yang akan diajarkan banyak.
Sejumlah 82 % guru yang tidak mengalami kesulitan
mengutarakan alasannya yaitu guru selalu berpedoman pada program
tahunan maupun program semester serta kondisi, kemudian guru juga
membuat alokasi waktu dengan menyesuaikan kalender pendidikan
yang ada. Kemudian guru juga mengutarakan alasan lain yaitu materi
dengan waktu perbandingannya sangat longgar sehingga banyak
waktu luang (cadangannya banyak).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
4) Pada komponen silabus dan RPP.
a) Pada sub komponen standar kompetensi
Untuk item ketiga belas, 16 % guru mengalami kesulitan
menerapkan Standar Kompetensi dalam melaksanakan
pembelajaran di kelas, dikarenakan untuk input siswa sekolah
swasta rendah, maka untuk mengejar standardisasi kompetensi
menjadi timpang dengan sekolah negeri, selain itu ada patokan
secara nasional. Alasan lain yang diutarakan guru adalah siswa
kurang serius untuk diajak belajar dan kurangnya waktu karena
banyak kegiatan lain.
Sejumlah 84 % guru yang tidak mengalami kesulitan
mengutarakan alasannya antara lain karena silabus dan RPP
disusun dan dilaksanakan sesuai dengan kondisi sekolah dan dalam
standar kompetensi sudah memuat semua materi dan indikator
pencapaiannya. Misalnya ada hambatan dalam menerapkan
Standar Kompetensi dalam melaksanakan pembelajaran di kelas
dilakukan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) sekolah.
b) Pada sub komponen kompetensi dasar
Untuk item keempat belas, 11 % guru mengalami kesulitan
menerapkan Kompetensi Dasar dalam melaksanakan pembelajaran
di kelas, dikarenakan guru dihadapkan pada kemampuan siswa
yang rendah, dan siswa dari latar belakang yang beraneka ragam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
(sosial, budaya). Selain itu guru juga dihadapkan pada
permasalahan siswa yang kurang serius dalam proses pembelajaran
dan keterbatasan media pembelajaran di sekolah.
Sejumlah 89 % guru yang tidak mengalami kesulitan
mengutarakan alasannya bahwa Kompetensi Dasar sudah sesuai
dengan materi (kompetensi dasar jelas dan materipun jelas), selain
itu karena Kompetensi Dasar sebagai acuan dan disusun untuk
mempengaruhi life skill peserta didik. Ada juga guru yang
memberikan alasan bahwa mereka sebelumnya telah melakukan
diskusi terlebih dahulu dengan guru mata pelajaran yang sama
untuk memantapkan pelaksanaannya.
c) Pada sub komponen kegiatan pembelajaran
Untuk item kelima belas, 64 % guru mengalami kesulitan
dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di dalam kelas,
dikarenakan antara lain keterbatasan pengadaan sarana dan
prasarana (media pembelajaran, refrensi, biaya dan waktu), sulit
dalam membuat model pembelajaran dan mempersiapkan media
pembelajaran yang menarik bagi siswa, kondisi siswa yang kurang
mempersiapkan diri (malas membaca, mencari wawasan), dan guru
juga melihat kemampuan siswa. Alasan lain yang diutarakan guru
adalah kadang materinya sulit untuk divisualkan secara konkrit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Sejumlah 36 % guru yang tidak mengalami kesulitan
mengutarakan alasannya yaitu banyak hal yang bisa dipakai
sebagai media pembelajaran, khususnya di Yogyakarta,
(contohnya: pasar, bank, kantor pajak) dan apapun model
pembelajarannya akan membawa hasil yang maksimal kalau guru
yang bersangkutan menguasai materi dan kreatif dalam
menyampaikannya.
d) Pada sub komponen indikator
Untuk item keenam belas, 14 % guru mengalami kesulitan
dalam pelaksanaan indikator pencapaian kompetensi di dalam
kelas, dikarenakan guru dihadapkan pada permasalahan
kemampuan siswa dan dan motivasi siswa yang rendah, dan guru
susah mengarahkan siswa untuk serius belajar.
Sejumlah 86 % guru yang tidak mengalami kesulitan
mengutarakan alasannya yaitu indikator jelas dan materinya pun
jelas jadi tinggal mengaplikasikan dalam Kegiatan Belajar
Mengajar (KBM), kemudian disesuaikan dengan kondisi peserta
didik dan lingkungan. Dan alasan lainnya adalah guru tidak
mengalami kesulitan karena untuk materi tertentu, guru mengajar
dengan cara mengulang-ulang hingga siswa jelas dan memberi
tugas / PR.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
e) Pada sub komponen penilaian
Untuk item ketujuh belas, 16 % guru mengalami kesulitan
dalam melakukan penilaian otentik (unjuk kerja, proyek, hasil
kerja, paper & pen, portofolio, sikap diri), dikarenakan
keterbatasan kemampuan dan kemauan siswa, dan guru tidak dapat
memberikan penilaian karena ada sebagian siswa yang tidak
pernah mengumpulkan hasil kerja.
Sejumlah 86 % guru yang tidak mengalami kesulitan
mengutarakan alasannya yaitu sudah ada standar penilaian yang
jelas dalam penyusunan suatu jenis tagihan, penilaian disesuaikan
dengan hasil kerja siswa dan diadakan ujian semester, mid
semester, ulangan harian, tugas. Alasan lain yang diutarakan guru
yaitu karena penilaian merupakan sua tu langkah untuk mengukur
kinerja guru dalam melaksanakan pembelajaran di kelas.
f) Pada sub komponen alokasi waktu
Untuk item yang kedelapan belas, 14 % guru mengalami
kesulitan dalam menyesuaikan alokasi waktu pembelajaran yang
sudah ditentukan dengan pelaksanaannya di dalam kelas,
dikarenakan kadang-kadang siswa harus dijelaskan lebih
mendalam, dan kadang waktu banyak terbuang untuk kegiatan
yang tidak terduga (lebih pada kegiatan guru sendiri), misalnya
rapat sekolah / dengan instansi lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Sejumlah 86 % guru yang tidak mengalami kesulitan
mengutarakan alasannya yaitu antara lain dalam penyusunan
alokasi waktu guru melihat keluasan materi serta kalender
pendidikan, dan apabila alokasi waktu pembelajaran kurang dapat
diambilkan waktu cadangan. Selain itu guru tidak mengalami
kesulitan karena guru terampil didalam melaksanakan metode
pembelajaran dikelas.
g) Pada sub komponen sumber belajar
Untuk item yang kesembilan belas, 5 % guru mengalami
kesulitan dalam menyampaikan pembelajaran di dalam kelas
dengan sumber belajar yang beragam, dikarenakan banyak siswa
yang tidak memiliki buku pegangan dan sekolah menyediakan
buku diperpustakaan yang jumlahnya kurang / tidak memenuhi
dengan jumlah siswa. Sedangkan guru sendiri tidak memberikan
modul kepada siswa untuk belajar.
Sejumlah 95 % guru yang tidak mengalami kesulitan
mengutarakan alasannya yaitu guru harus bersifat aktif mencari
sumber / materi pembelajaran agar relevan dan berkembang, dan
dengan sumber belajar yang beragam justru mempermudah
penyampaian materi dan menambah wawasan, juga dengan sumber
belajar yang beragam dapat saling melengkapi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
h) Pada sub komponen metode belajar
Untuk item yang kedua puluh, 32 % guru mengalami
kesulitan dalam menerapkan metode pembelajaran yang akan
digunakan di dalam kelas, dikarenakan sulit menemukan metode
yang paling cocok untuk setiap kompetensi dasar dan dalam
menerapkan metode pembelajaran perlu disesuaikan dengan materi
yang diajarkan. Guru juga mengalami kesulitan dalam menerapkan
metode pembelajaran yang akan digunakan di dalam kelas, untuk
materi yang abstrak.
Sejumlah 68 % guru yang tidak mengalami kesulitan
mengutarakan alasannya yaitu antara lain guru sudah membuat
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang nantinya akan
diterapkan dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dan di dalam
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) terdapat metode-metode
yang akan diterapkan dalam pembelajaran dikelas, metode
pembelajaran tersebut menyesuaikan pokok bahasan / standar
kompetensinya. Selain itu, guru tidak mengalami kesulitan karena
guru juga dituntut untuk semakin terampil di dalam setiap tatap
muka dan jika model atau metode pembelajaran semakin banyak
atau menarik, siswa lebih jelas menerima materi pelajaran. Ada
juga guru yang memberikan alasan yaitu karena sering
menggunakan ceramah dan tanya jawab, sehingga guru tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
mengalami kesulitan dalam menerapkan metode pembelajaran di
dalam kelas.
b. Masalah Kedua : Cara mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam
mengimplementasikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di
kelas. Peneliti mengelompokkan komponen-komponen Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang menjadi kesulitan guru dalam
mengimplementasikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
dikelas ke dalam tabel-tabel berikut ini:
Tabel 10 Komponen Tujuan Pendidikan Sekolah
No Sub Komponen Cara guru mengatasi kesulitan-kesulitan 1 Tujuan Pendidikan SMA • Belajar terus-menerus dan mengikuti
perkembangan • Meningkatkan profesionalisme guru
agar memiliki kompetensi guna mencapai tujuan pendidikan
• Kolaborasi dengan sekolah • Siswa diarahkan dalam bentuk praktek • Menyesuaikan yang telah
direncanakan/ditetapkan 2 Visi SMA • Siswa diarahkan dalam bentuk praktek
dan pengamalan sehari-hari • Menggunakan model pembelajaran
yang bervariasi dengan menyesuaikan visi sekolah
• Disesuaikan dengan kondisi sekolah dan tujuan sekolah
• Menyesuaikan yang telah direncanakan/ ditetapkan
3 Misi SMA • Mengembangkan model pembelajaran yang sesuai dengan misi sekolah
• Siswa diarahkan dalam bentuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
No Sub Komponen Cara guru mengatasi kesulitan-kesulitan pengamatan atau penerapan permasalahan sekolah
• Disesuaikan dengan kondisi sekolah dan tujuan sekolah
• Menyesuaikan yang telah direncanakan / ditetapkan
Sumber: Hasil olah data kuesioner, 2008
Jika dirangkum, pada bagian komponen tujuan pendidikan sekolah
ini, guru mengatasi kesulitannya dengan mengarahkan siswanya untuk
praktek, terus menerus belajar, dan guru sendiri harus profesional dan
mampu menggunakan model pembelajaran yang bervariasi yang sesuai
dengan tujuan dan visi misi sekolah yang akan dicapai.
Tabel 11 Struktur dan Muatan KTSP
No Sub Komponen Cara guru mengatasi kesulitan-kesulitan 1 Mata Pelajaran
• Dengan musyawarah guru (MGMP)
dan sekolah • Dalam hal waktu, lebih diperbanyak
untuk siswa yang kurang mampu menangkap materi dengan cepat
• Dengan memberikan tugas tertulis • Guru harus kompeten dalam
bidangnya • Dikenalkan pada kegiatan sehari-hari
yang mendasar yang berkaitan dengan mata pelajaran tersebut
2 Pengembangan Diri
• Siswa memilih pelajaran pengembangan diri sesuai minat dan bakat
• Memberi pengarahan kepada siswa dalam rangka pengembangan diri siswa
• Analisa potensi yang dimiliki serta kreatif dalam mengembangkan model pembelajaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
No Sub Komponen Cara guru mengatasi kesulitan-kesulitan • Siswa diajak berinteraksi dengan
pemahaman materi • Lebih mengamati setiap anak didik
sesuai dengan potensi dan bakat • Menyediakan sarana dan prasarana
yang dapat mengembangkan potensi diri siswa
3 Pengaturan beban belajar
• Penyesuaian materi ajar dengan waktu yang tersedia
• Siswa diberi tugas / PR untuk dikerjakan
• Menentukan peta-peta konsep dari guru sehingga siswa dapat diajak berkembang dalam proses pembelajaran
4 Kriteria Ketuntasan Belajar
• Siswa yang belum tuntas diberi tugas tambahan (remidi)
• Penyesuaian KKM dengan memperhatikan potensi siswa
• Menyesuaikan standar KKM melihat kategori sulit / tidaknya mapel (mapel ringan, berat, sedang)
5 Kenaikan Kelas dan Kelulusan
• Kolaborasi pihak sekolah bersama para orang tua siswa
• Disesuaikan dengan prestasi, potensi dan kondisi peserta didik
• Pelaksanaan remidi harus sesuai dengan kriteria, jangan asal diberi soal lagi
• Secara khusus siswa dibimbing untuk bisa dan mau belajar, dan masuk / ikut pelajaran di kelas
• Menjalin komunikasi antara guru dan siswa secara berkelanjutan
6 Penjurusan di SMA
• Disesuaikan kondisi siswa / sesuai dengan minat jurusan siswa
• Memotivasi siswa pada awal tahun pelajaran
• Guru lebih bijaksana untuk langkah kedepan siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
No Sub Komponen Cara guru mengatasi kesulitan-kesulitan • Menganalisa potensi siswa dengan
melakukan test IQ dan angket minat siswa
7 Pendidikan Kecakapan Hidup
• Diselipkan dalam mata pelajaran • Disesuaikan dengan materi ajar • Memberi dorongan (motivasi) supaya
peserta didik semangat • Perlu mengetahui latar belakang dan
lingkungan peserta didik • Interaksi dan menganalisa kebutuhan
dan potensi siswa dengan memperhatikan tuntutan masyarakat
• Menggunakan metode pembelajaran kontekstual dan banyak diskusi
Sumber: Hasil olah data kuesioner, 2008
Jika dirangkum, pada bagian komponen struktur dan muatan
KTSP, untuk sub komponen mata pelajaran guru mengatasi hambatannya
dengan mengenalkan siswa pada kegiatan sehari-hari yang mendasar yang
berkaitan dengan mata pelajaran tersebut dan guru sendiri harus lebih
kompeten dalam bidangnya. Untuk sub komponen pengembangan diri,
guru mengatasi hambatannya dengan lebih mengamati setiap anak didik
sesuai dengan potensi, bakat, dan memberikan pengarahan kepada siswa
dalam rangka pengembangan diri siswa, dan menganalisa potensi yang
dimiliki serta kreatif dalam mengembangkan model pembelajaran.
Untuk sub komponen pengaturan beban belajar, guru mengatasi
hambatannya dengan guru menyesuaikan materi ajar dengan waktu yang
tersedia, siswa diberi tugas agar dapat belajar diluar jam pelajaran, dan
guru menentukan peta-peta konsep sehingga siswa dapat diajak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
berkembang dalam proses pembelajaran agar lebih efisien dan efektif.
Untuk sub komponen kriteria ketuntasan belajar, guru mengatasi
hambatannya dengan cara memberikan tugas tambahan / remidi untuk
siswa yang belum tuntas dan menyesuaikan dengan sulit tidaknya materi
(mapel ringan, berat, sedang).
Untuk sub komponen kenaikan kelas dan kelulusan, guru
mengatasi hambatannya dengan cara membimbing siswa secara khusus
untuk bisa dan mau belajar, guru juga menjalin komunikasi secara
berkelanjutan dengan siswa, dan guru benar-benar melaksanakan remidi
yang sesuai kriteria. Untuk sub komponen penjurusan di SMA, guru
mengatasi kesulitannya dengan langkah-langkah kongkrit, seperti lebih
bijaksana dengan menganalisa potensi siswa sehingga guru dapat
memotivasi siswa agar dapat mengembangkan bakat dan minat dari siswa.
Untuk sub komponen pendidikan kecakapan hidup guru mengatasi
kesulitannya dengan cara menyelipkan pendidikan kecakapan hidup dalam
mata pelajaran dan mengetahui latar belakang, lingkungan siswa sehingga
dapat memotivasi siswa untuk bisa berinteraksi dan guru dapat
menganalisa kebutuhan dan potensi siswa.
Tabel 12 Kalender Pendidikan Sekolah
No Sub Komponen Cara guru mengatasi kesulitan-kesulitan 1 Kalender Pendidikan
yang digunakan sekolah
• Membuat cadangan waktu • Kalender pendidikan yang disusun oleh
sekolah hendaknya menyesuaikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
No Sub Komponen Cara guru mengatasi kesulitan-kesulitan kurikulum yang telah ditentukan diknas
• Menyesuaikan kalender acuan dari MKS dan BKS
• Penyusunan alokasi waktu yang baik Sumber: Hasil olah data kuesioner, 2008
Jika dirangkum, pada bagian komponen kalender pendidikan
sekolah, guru mengatasi hambatannya dengan membuat cadangan waktu
dan guru bersama sekolah menyusun alokasi waktu kegiatan pembelajaran
secara terencana.
Tabel 13 Silabus dan RPP
No Sub Komponen Cara guru mengatasi kesulitan-kesulitan 1 Standar Kompetensi • Mengarahkan siswa
• Cari model pembelajaran yang mudah sesuai tingkat kemampuan siswa
• Memahami standar kompetensi dan menguasai materi
• Lebih menekankan pada pemahaman siswa yang didukung oleh pemahaman guru mata pelajaran
• Disesuaikan dengan kondisi sekolah 2 Kompetensi Dasar • Mengarahkan siswa
• menyesuaikan dari diknas dan kondisi sekolah
• Memahami kompetensi dasar dan penguasaan materi
• Pemahaman siswa sangat dibantu pemahaman guru yang bersangkutan
3 Materi Pokok Pembelajaran
• Menambah sumber buku dan mengkombinasikan dimana guru menekankan materi pokok pelajaran tersebut
• Memberikan pengarahan • Guru menyusun materi pembelajaran
yang akan diajarkan, dimana guru menguasai materi dan mencari literature lebih dari 1 guna mendukung keluasan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
No Sub Komponen Cara guru mengatasi kesulitan-kesulitan pengetahuan dalam proses pembelajaran
• Menyesuaikan kondisi sekolah dan siswa
• Menyesuaikan silabus 4 Kegiatan Pembelajaran • Menyesuaikan kegiatan pembelajaran
dengan jumlah jam mengajar • Menyesuaikan situasi dan kondisi siswa
/ proses pembelajaran • Pengarahan dan motivasi • Perlu ada apersepsi, materi pokok dan
penyimpulan • Kreatif dan inovatif dalam mengelola
KBM di kelas • Cari bahan mata pelajaran di berbagai
sumber • Menggunakan metode yang sesuai
dengan materi • Memanfaatkan media yang ada
5 Indikator • Memotivasi siswa untuk meningkatkan kemampuan akademik siswa
• Menentuan indikator yang jelas sesuai dengan kompetensi yang hendak dicapai
• Menyesuaikan dengan materi dan kondisi
6 Penilaian Hasil Belajar • Memberikan ulangan harian, mid semester, ujian akhir semester
• Memberikan remidi (tambahan) sampai tuntas (KKM)
• Diberi soal-soal untuk dikerjakan • Kreatif dalam menentukan jenis tagihan
dan menyusun prosedur penilaian yang jelas
• Disesuaikan dengan materi • Ikut seminar tentang penilaian hasil
belajar dan baca buku sumber • Memberikan tes tertulis, lisan,
penugasan individu atau kelompok 7 Alokasi Waktu • Setiap 1 jam 45’
• Cadangan waktu harus ada • Penyesuaian keluasan materi dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
No Sub Komponen Cara guru mengatasi kesulitan-kesulitan waktu yang tersedia
• Mempercepat tempo KBM sehingga dapat selesai sesuai rencana
8 Sumber Belajar • Memahami macam-macam buku untuk pengayaan
• Referensi di perpus dan dengan TI (Internet), browsing internet koneksi web yang relevan
• Memberikan contoh-contoh dari surat kabar (mas media), masyarakat / pengalaman
• Pemilihan sumber belajar yang tepat dan sesuai
9 Metode Belajar • Menyesuaikan dengan kondisi kelas dan kemampuan siswa dalam menyerap materi
• Mempersiapkan metode pembelajaran yang cocok untuk proses pembelajaran
• Guru harus kreatif membuat metode pembelajaran yang bervariasi agar siswa mampu menerima materi dengan baik
• Memberikan diskusi, informasi, dan penugasan
• Penguasaan metode pembelajaran dan kreatif mengembangkan model-model pembelajaran
• Menyesuaikan media yang ada disekolah Sumber: Hasil olah data kuesioner, 2008
Jika dirangkum, pada bagian komponen silabus dan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), untuk sub komponen standar
kompetensi dan kompetensi dasar guru mengatasi hambatannya dengan
mengarahkan siswa untuk dapat memahami standar kompetensi dan
kompetensi dasar yang telah ditetapkan, dan lebih menekankan pada
pemahaman siswa yang didukung oleh pemahaman guru mata pelajaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Untuk sub komponen materi pokok pembelajaran, guru mengatasi
hambatannya dengan menambahkan sumber buku dan mengkombinasikan
dimana guru menekankan materi pokok pembelajaran tersebut,
memberikan pengarahan kepada siswa, dan guru menyusun secara
sistematis materi pembelajaran yang akan diajarkan dimana guru
menguasai materi dan mencari lebih dari satu literature guna mendukung
keluasan pengetahuan dalam proses pembelajaran.
Untuk sub kegiatan pembelajaran, guru mengatasi hambatannya
dengan menyesuaikan kegiatan pembelajaran dengan jumlah jam belajar
dan menyesuaikan situasi serta kondisi siswa / proses pembelajaran,
memberikan pengarahan dan motivasi, dan kreatif serta inovatif dalam
mengelola Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di kelas. Untuk sub
komponen indikator, guru mengatasi hambatannya dengan memotivasi
siswa untuk meningkatkan kemampuan akademik siswa dan menentukan
indikator yang jelas sesuai dengan kompetensi yang hendak dicapai.
Untuk sub komponen penilaian hasil belajar, guru mengatasi
hambatannya dengan memberikan remidi sampai tuntas, kreatif dalam
menentukan jenis tagihan dan menyusun prosedur penilaian yang jelas,
serta ikut seminar tentang hasil belajar dan baca buku sumber. Untuk sub
komponen alokasi waktu, guru mengatasi hambatannya dengan membuat
cadangan waktu untuk mengganti waktu yang terbuang dan penyesuaian
keluasan materi dengan waktu yang tersedia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Untuk sub komponen sumber belajar, guru mengatasi
hambatannya dengan memilih sumber-sumber belajar yang tepat dan
sesuai kemudian memahaminya untuk pengayaan, menambah refrensi dari
dari berbagai sumber dan media (perpustakaan, surat kabar dan dengan
teknologi (TI) sehingga dapat memberikan contoh yang tepat bagi siswa.
Untuk sub komponen metode belajar, guru mengatasi hambatannya
dengan mempersiapkan metode pembelajaran yang cocok untuk proses
pembelajaran, menyesuaikan dengan kondisi kelas dan kemampuan siswa
dalam menyerap materi, dan menyesuaikan media yang ada di sekolah.
c. Masalah Ketiga: Rencana tindakan selanjutnya yang bisa diusulkan dalam
mengimplementasikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di
kelas. Hasil analisis data berikut mengulas rencana tindakan selanjutnya
yang bisa diusulkan atau yang menjadi harapan para guru agar
pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di kelas
menjadi lebih mudah dan operasional.
1) Komponen Tujuan Pendidikan Sekolah
Pada komponen ini yaitu yang terdiri dari tujuan, visi dan misi
sekolah, mayoritas guru yang mengalami kesulitan merekomendasikan
agar dilaksanakan lokakarya atau pertemuan rutin terjadwal untuk
mempelajari tujuan, visi, dan misi sekolah oleh yayasan / kepala
sekolah / dinas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
2) Komponen Struktur dan Muatan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP)
Pada komponen ini yaitu dari mata pelajaran hingga
pendidikan kecakapan hidup, mayoritas guru yang mengalami
kesulitan merekomendasikan agar guru lebih dibina lagi dan diberi
pelatihan yang lebih mendalam agar semua guru dapat menjadi
profesional dalam bidangnya masing-masing. Sehingga guru tidak
hanya sebatas mengerti mengenai Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP), namun mampu memahami dan menguasai, serta
mempunyai kemampuan mengajar dan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) akan berhasil untuk diterapkan.
Selain itu, guru juga berharap jika ada Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP), tidak perlu ada Ujian Nasional karena
apapun dan bagaimanapun pelaksanaannya terukur oleh Ujian
Nasional, jadi kadang mengesampingkan metode Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) tetapi terfokus siswa agar lulus Ujian
Nasional. Ujian Nasional boleh ada bukan untuk menentukan hasil
akhir, tetapi hanya sebatas untuk mengukur potensi sekolah saja.
Untuk penilaian itu sendiri, mayoritas guru yang mengalami kesulitan
merekomendasikan agar kriteria kelulusan siswa harus diubah bukan
lagi by product tetapi by process (UNAS bukan salah satu penentu
kelulusan siswa).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
3) Komponen Kalender Pendidikan
Pada komponen kalender pendidikan, mayoritas guru
mengalami kesulitan dalam menyesuaikan pelaksanaan pembelajaran
dikelas yang telah disusun dalam kalender pendidikan yang ditetapkan
oleh Dinas Pendidikan setempat. Sehingga merekomendasikan agar
kalender dinas disusun lebih awal sehingga tidak menyulitkan pihak
sekolah dalam menyesuaikan.
4) Komponen Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Pada komponen ini yang terdiri dari Standar Kompetensi
hingga metode pembelajaran, mayoritas guru yang mengalami
kesulitan merekomendasikan, karena kurangnya media pembelajaran
yang bisa dipakai dalam pembelajaran maka baik jika melalui
Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), guru secara tim
menyediakan media dan kolaborasi dengan sekolah-sekolah lain dalam
bentuk kerjasama untuk mendukung alat-alat peraga dan tercapainya
penerapan model / metode pembelajaran. Selain itu, guru juga
berharap adanya penyederhanaan administrasi guru sehingga banyak
waktu yang dicurahkan untuk merancang media / metode pengajaran.
Mayoritas guru yang mengalami kesulitan juga
merekomendasikan agar guru diberikan kebebasan untuk
mengembangkan pengetahuan, seperti pemberian contoh yang
kontektual pada berbagai literature. Sehingga guru bisa menyampaikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
materi dengan lebih baik. Dan untuk mata pelajaran baru seperti TIK,
mulok perlu digalakkan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP).
B. PEMBAHASAN
1. Kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam mengimplementasikan KTSP di kelas ditinjau dari komponen-komponen KTSP.
Dalam pembahasan ini, akan mengulas lebih dalam mengenai analisis
data diatas.
a. Komponen Tujuan Pendidikan
Dalam komponen tujuan pendidikan, guru mengalami kesulitan
dalam melaksanakan pembelajaran dikelas dengan menyesuaikan tujuan
pendidikan sekolah dan mengalami kesulitan untuk melaksanakan visi dan
misi sekolah dalam pembelajaran di kelas karena: Pertama, guru melihat
kondisi siswa yang berbeda-beda. Dari hal ini nampak bahwa guru masih
mengalami kesulitan dalam memahami karakteristik masing-masing siswa
baik itu gaya belajar siswa maupun kemampuan dasar yang telah dimiliki
siswa. Padahal dalam kajian teoritik dijelaskan bahwa peranan guru adalah
sebagai mediator. Sebagai mediator, tugas guru adalah membantu dan
mempermudah siswa untuk belajar. Oleh karena itu guru harus
mengetahui dan memahami karakteristik masing-masing siswa baik itu
gaya belajar maupun kemampuan dasar yang telah dimiliki siswa
(Sanjaya, 2005:148).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Kedua, guru melihat siswa sendiri kurang merasa menjadi bagian
dari sekolah. Dari hal ini nampak bahwa guru kurang dapat memotivasi
siswa untuk belajar dan guru kurang memperkenalkan tujuan, visi, misi
yang hendak dicapai sekolah. Sehingga motivasi siswa sendiri sangat
minim, karena siswa sendiri banyak yang tidak paham dengan tujuan dan
visi, misi sekolah.
Ketiga, guru melihat kemampuan siswa yang bermacam-macam
(heterogen). Hal ini dikarenakan dari guru sendiri mungkin kurang
memahami tujuan, visi, dan misi sekolah. Terlebih tidak adanya sosialisasi
terpadu di tingkat sekolah, karena di tingkat sekolah sendiri kurang
memahami pentingnya tujuan, visi, dan misi itu sendiri. Banyak sekolah
menganggap bahwa tujuan, visi, dan misi hanya sebatas slogan atau motto
dan kurang di implementasikan dalam suatu proses pembelajaran.
Bagi yang tidak mengalami kesulitan, bahwa intepretasi (cara
pandang) guru mengenai kemampuan siswanya termasuk anak-anak yang
cerdas, itu hanya untuk sekolah-sekolah tertentu. Hal ini menjadikan guru
hanya tergantung pada siswa yang mengakibatkan kurangnya optimalisasi
kecerdasan anak. Selain itu guru tidak mengalami kesulitan karena guru
sebelumnya sudah mempersiapkan rencana materi ajar yang sudah
disesuaikan tujuan serta visi misi, dan guru cukup confident dengan
implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada bagian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
ini. Hal ini juga belum tentu benar, karena tidak ada pengembangan dan
pelaksanaan tujuan, visi, dan misi sekolah.
b. Komponen Struktur dan Muatan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP)
Dalam komponen struktur dan muatan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP), guru mengalami kesulitan dalam
mengimplementasikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
dalam pembelajaran di kelas. Kesulitan-kesulitan tersebut adalah sebagai
berikut:
1) Mata Pelajaran
Guru mengalami kesulitan dalam menyampaikan materi mata
pelajaran atau materi pembelajaran dikelas karena: pertama, guru sulit
mengatur alokasi waktu pembelajaran (jumlah jam mapel), khususnya
pada mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam hal ini
guru dihadapkan pada fasilitas yang kurang memadai, antara jumlah
jam pelajaran dengan jumlah mata pelajaran. Misalnya: sekolah
memiliki satu laboratorium (lab komputer, lab kimia, lab fisika, dll)
yang hanya dapat digunakan satu kelas dalam waktu bersamaan.
Sehingga hal ini tidak bisa mengembangkan kemampuan anak.
Dan masih berkaitan dengan jumlah jam mata pelajaran, dalam
hal ini guru dihadapkan pada tingkat intelektual siswa yang heterogen.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Dari sini dapat dibahas lebih lanjut bahwa guru kurang meluangkan
waktu untuk memahami siswa satu persatu, karena beban mengajar
yang banyak, jumlah siswa atau kelas yang banyak, guru juga
memiliki tugas-tugas lainnya seperti administrasi. Sehingga dalam
proses pembelajaran guru sering kali melebihi jatah waktu yang sudah
direncanakan sebelumnya.
Bagi yang tidak mengalami kesulitan dalam menyampaikan
materi mata pelajaran, karena guru sudah memanfaatkan 4 jam
tambahan. Hal ini sudah sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) karena sudah tertera dalam pengembangan
struktur kurikulum, yang mengatakan bahwa Pengembangan Struktur
Kurikulum dengan beberapa cara, salah satunya adalah memanfaatkan
4 jam tambahan untuk menambah jam pembelajaran tertentu atau
menambah mata pelajaran baru (Mansur Muslich, 2007:29). Sehingga
apabila guru mengalami kesulitan maka guru mempergunakan 4 jam
tambahan agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar dan siswa
dapat belajar dengan tuntas.
Kemudian, guru juga tidak mengalami kesulitan karena guru
sendiri sudah menguasai materi pokok pembelajaran. Dalam hal ini
guru sudah memahami secara umum, karena banyak refrensi, guru
sudah mengikuti kegiatan rutin (seminar) yang relevan dengan mata
pelajaran, dan guru sudah sering kali pengalaman mengajar. Sehingga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
dalam menyampaikan materi pembelajaran dapat berjalan dengan
lancar.
2) Pengembangan Diri
Guru mengalami kesulitan dalam membimbing pelaksanaan
kegiatan pengembangan diri siswa yang sesuai kebutuhan,
kemampuan, bakat minat peserta didik dan kondisi sekolah karena:
pertama, siswa-siswi terdiri atas latar belakang yang berbeda dan
kemampuan anak siswa yang beragam. Dari hal ini membuat guru
kesulitan dalam mengenali kemampuan bakat minat anak, karena dari
alasan tersebut guru tidak mampu memahami karakteristik masing-
masing siswa baik itu gaya belajar siswa maupun kemampuan dasar
(bakat minat) yang telah dimiliki siswa.
Kedua, fasilitas yang kurang mendukung. Dengan fasilitas
yang kurang mendukung dari sekolah, guru tidak mampu
mengakomodasi (menerima dan melakukan) semua keinginan anak
sehingga kegiatan pengembangan diri siswa yang sesuai dengan
kemampuan bakat minat siswa menjadi terhambat. Hal ini juga dapat
menjadi faktor utama yang menjadi kesulitan guru dalam komponen
pengembangan diri, karena dengan fasilitas yang kurang memadai,
membuat guru dalam membimbing pelaksanaan kegiatan
pengembangan diri siswa tidak menyesuaikan kemampuan, bakat dan
minat siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Ketiga, kebanyakan siswa kurang menyadari dirinya sebagai
pelajar yang harus belajar. Hal ini dapat menjadi kesulitan guru karena
siswa yang kurang menyadari dirinya sebagai pelajar adalah siswa
yang juga tidak menyadari akan kemampuan bakat minatnya, juga
tanggung jawabnya sebagai pelajar yang harus belajar. Sehingga
menjadikan guru kesulitan dalam menggali dan membimbing kegiatan
pengembangan diri siswa.
Bagi yang tidak mengalami kesulitan dalam membimbing
kegiatan pengembangan diri siswa karena guru sudah menguasai
kemampuan anak didiknya. Hal ini terjadi karena guru memiliki suatu
kemampuan dan pengetahuan yang cukup serta dalam
mengembangkan suatu potensi siswa. Sehingga guru dapat dengan
mudah menyingkapinya dan mudah menganalisa potensi siswa dan
memberikan bimbingan yang sesuai.
3) Pengaturan Beban Belajar
Guru mengalami kesulitan dalam melaksanakan beban belajar
yang telah diatur oleh sekolah, karena: pertama, materi yang diajarkan
terlalu banyak. Dalam hal ini, materi yang banyak akan menjadikan
guru kesulitan dalam mengalokasikan waktu sehingga menuntut
pemahaman siswa untuk dengan cepat memahami materi yang
diajarkan, tanpa mempertimbangkan pemahaman siswa akan materi
tersebut. Namun didalam teori dikatakan bahwa pengaturan beban
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
belajar per mata pelajaran, per minggu, per semester dan per tahun
pelajaran yang dilaksanakan sekolah, sesuai dengan alokasi waktu
yang tercantum dalam Struktur Kurikulum (Mansur Muslich,
2007:29). Jadi berapa banyak materi yang diajarkan itu sudah diatur
per minggu, per semester dan per tahun dan sudah dibuat alokasi
waktunya. Tetapi di dalam pelaksanaannya guru dihadapkan pada
kondisi materi yang banyak, tingkat pemahaman siswa yang berbeda,
ada kegiatan guru diluar jam pelajaran (kegiatan sewaktu-waktu) yang
dapat mengganggu dari proses beban belajar dari siswa.
Kedua, guru melihat input siswa kurang secara akademik dan
sifatnya sangat kondisional. Dari hal tersebut memang benar membuat
guru kesulitan dalam melaksanakan beban belajar, input siswa yang
kurang secara akademik (seperti siswa kurang pandai) akan membuat
guru merasa kesulitan mengatur alokasi waktu sehingga kadang akan
melebihi jatah waktu yang sudah direncanakan, dan kegiatan proses
pembelajaran akan terganggu. Kemudian sifat yang sangat kondisional
disini dapat dilihat dari 2 hal, yaitu kondisi sosial dan kondisi kelas.
Kondisi sosial lebih pada pada faktor kemampuan orang tua untuk
membiayai kebutuhan sekolah. Sedangkan, kondisi kelas lebih pada
kelas yang tidak mendukung / kondusif untuk proses pembelajaran.
Dalam hal ini, guru kurang dapat mengkondusifkan siswa, sehingga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
hal tersebut menghambat guru dalam melaksanakan beban belajar yang
telah diatur sekolah.
Bagi guru yang tidak mengalami kesulitan karena guru sudah
di beri kewenangan untuk mengatur beban belajar dan guru bersama
sekolah sudah memperhitungkan sesuai porsi atau prioritas program.
Hal ini belum tentu benar karena disamping menyesuaikan porsi atau
prioritas program, guru juga harus melihat kemampuan anak didiknya,
karena setiap anak didik memiliki kemampuan yang tidak sama.
4) Kriteria Ketuntasan Belajar
Guru mengalami kesulitan dalam melaksanakan indikator
ketuntasan minimal mata pelajaran karena: pertama, input siswa yang
rendah. Dari hal ini, membuat guru sulit menentukan standar
ketuntasan minimal yang sama dengan sekolah lain. Selain itu, banyak
sekolah-sekolah terlebih di daerah terpencil yang input siswanya
masih rendah, mengatakan bahwa hasil yang diperoleh siswanya
masih banyak yang rendah sehingga Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM) per mata pelajaran yang ditentukan sekolah tidak tercapai.
Kedua, adanya Ujian Akhir Nasional. Hal ini yang sering
dipermasalahkan oleh guru dan benar-benar menjadi kesulitan guru.
Guru berusaha untuk mencapai KKM yang sudah ditentukan oleh
sekolah dan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) itu disesuaikan
dengan keadaan sekolah, siswa, dan lingkungan sekitar. Namun itu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
menjadi sia-sia karena akhirnya kelulusan siswa hanya ditentukan oleh
Ujian Akhir Nasional (UAN) yang hanya 3 hari dan ujian tersebut
disamakan dengan sekolah-sekolah lain, hasilnya pun akan
menyebabkan ketimpangan dengan sekolah-sekolah lain (apalagi
dibandingkan dengan sekolah yang lebih unggul).
Ketiga, kurangnya buku refrensi / paket bagi siswa. Hal ini
juga menjadi kesulitan guru dalam melaksanakan indikator ketuntasan
minimal mata pelajaran, karena buku refrensi yang kurang akan
menghambat proses pembelajaran, dan guru kurang dapat
memanfaatkan sumber lain selain buku paket, sehingga siswa kurang
dapat memahami mata pelajaran yang disampaikan oleh guru dan hasil
yang diperoleh akan jelas terlihat kurang dari Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) yang sudah ditentukan.
Bagi guru yang tidak mengalami kesulitan karena guru melihat
potensi yang ada (kemampuan dan kondisi siswa). Hal ini terjadi
karena guru sudah dapat menganalisa potensi siswa, sehingga dalam
proses pembelajaran yang berlangsung, guru dapat menyampaikan
suatu materi yang disesuaikan dengan kemampuan siswa.
5) Kenaikan Kelas dan Kelulusan
Guru mengalami kesulitan dalam melaksanakan indikator dan
mekanisme kenaikan kelas yang telah disusun oleh sekolah
berdasarkan panduan kenaikan kelas. Hal ini dikarenakan siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
dipaksakan untuk naik kelas dengan pemberian nilai tambahan padahal
kognitif siswa sebenarnya rendah. Alasan tersebut dapat dibenarkan
karena dengan mereka dipaksakan naik kelas, yang sebenarnya mereka
belum bisa naik kelas, akan membuat guru harus bekerja keras untuk
membuat siswanya bisa mengikuti pembelajaran dikelas selanjutnya.
Dan hal tersebut tidak sesuai dengan indikator dan mekanisme
kenaikan kelas yang telah disusun oleh sekolah, karena siswa naik
bukan karena hasil yang benar-benar diperolehnya tetapi karena nilai
tambahan yang diberikan guru.
Bagi guru yang tidak mengalami kesulitan dalam
melaksanakan indikator dan mekanisme kenaikan kelas, karena guru
juga bekerja sesuai alasan dan mekanisme yang berlaku dan guru
menganggap lebih mudah karena ada remidi. Hal ini memang benar,
tetapi untuk sekolah dimana inpu siswa tinggi baik dari masukan
siswanya yang cerdas, dan guru memiliki kualitas (profesional) dan
fasilitas yang mendukung.
Guru mengalami kesulitan dalam menerapkan strategi
penanganan siswa yang tidak naik kelas atau tidak lulus, dikarenakan
guru kurang dapat memotivasi siswa sehingga motivasi siswa yang
tidak naik kelas atau yang tidak lulus rendah. Hal ini menghambat
guru untuk melakukan penanganan terhadap siswa karena siswa
sendiri tidak termotivasi untuk memperbaikinya. Siswa juga tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
mampu menangkap aspek kognitif-psikologis-afektif yang diharapkan
guru / sekolah karena siswa tidak memiliki beban atas kegagalannya.
Dengan adanya siswa yang tidak termotivasi dan tidak terbeban atas
kegagalannya strategi penanganan siswa yang diterapkan guru tidak
akan tercapai. Terlebih lagi pendampingan anak akan terhenti apabila
guru tidak lagi mengajar siswa tersebut.
Bagi guru yang tidak mengalami kesulitan dalam menerapkan
strategi penanganan siswa yang tidak naik kelas karena anak yang
tidak naik kelas dibimbing sesuai kemampuannya / diberi remidi
sampai tuntas. Dalam hal ini guru bersama sekolah sudah memiliki
suatu standar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), yang sudah
ditetapkan suatu sekolah sejak awal proses pembelajaran dilaksanakan.
Pihak sekolah juga sudah memberikan suatu remidi kepada siswa yang
belum tuntas, namun hal ini juga dipengaruhi / sikap siswa yang tidak
tanggap terhadap kebijakan yang telah dilakukan sekolah.
6) Penjurusan di SMA
Guru mengalami kesulitan dalam melaksanakan penelusuran
bakat, minat, dan prestasi yang diberlakukan oleh sekolah sesuai
dengan indikator dan mekanisme penjurusan di SMA. Hal ini
dikarenakan: pertama, kemampuan siswa rata-rata sama disetiap mata
pelajaran dan siswa tidak menonjol dalam bidang apapun. Hal ini
kebanyakan diungkapkan oleh guru-guru sekolah swasta. Dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
kemampuan siswa yang seperti itu, guru sulit untuk melakukan
penelusuran bakat siswa secara akademis. Sehingga terkadang siswa
salah mengambil jurusan yang tidak sesuai dengan kemampuannya,
dan dapat dikatakan sebenarnya siswa sendiri tidak suka dengan
jurusan yang diambilnya. Hal ini juga dikarenakan guru tidak banyak
meluangkan waktu untuk memahami siswanya satu-persatu.
Kedua, siswa kurang bisa memunculkan bakat minat yang
mereka miliki. Hal ini menghambat guru untuk membedakan bakat
dan minat siswa, karena model pembelajaran yang diterapkan oleh
guru kurang bisa mengembangkan bakat minat yang dimiliki oleh
siswa. Sehingga bakat yang dimiliki oleh siswa kurang dapat
dimunculkan, dan membuat guru harus membuat model pembelajaran
yang lebih mengembangkat bakat dan minat siswa serta lebih selektif
dalam melaksanakan penelusuran bakat, minat juga prestasi siswa,
agar jurusan yang diambil siswa itu sesuai dengan kemampuannya.
Bagi guru yang tidak mengalami kesulitan karena sekolah
sudah punya prosedur yang jelas mengenai panduan penjurusan dan
adanya ketentuan yang berlaku, dan bekerjasama dengan lembaga lain,
serta guru melakukan pendekatan individual / interaksi yang baik
dengan siswa. Hal ini juga belum tentu benar karena penjurusan tidak
ditentukan oleh prosedur yang jelas dan kerjasama dengan lembaga
lain saja, namun ditentukan oleh hasil belajar siswa pada setiap akhir
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
semester yang mencapai kriteria ketuntasan minimal yang telah
ditetapkan.
7) Pendidikan Kecakapan Hidup
Guru mengalami kesulitan dalam menyajikan pendidikan
kecakapan hidup secara terintegrasi dengan pelajaran dikelas,
dikarenakan: pertama, guru merasa terbebani pada target lolos Ujian
Nasional. Hal ini dibenarkan karena didalam teori dijelaskan
Pendidikan Kecakapan Hidup bukan mata pelajaran tetapi subtansinya
merupakan bagian integral dari semua mata pelajaran, yang contohnya
adalah keterampilan (Masnur Muslich, 2007:29). Pendidikan
kecakapan hidup sudah terprogram dalam Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP), namun karena Ujian Nasional masih diadakan,
seluruh program Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ini
sebenarnya akan menjadi sia-sia karena guru lebih terbebani pada
Ujian Nasional yang hanya diadakan 3 hari saja untuk menentukan
kelulusan. Sehingga guru lebih terfokus untuk mengejar target lolos
Ujian Nasional yang sebenarnya tidak sesuai dengan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Kedua, latar belakang siswa yang berbeda dan keterampilan
anak yang berbeda. Hal ini menjadi kendala bagi guru karena dari
alasan tersebut terlihat bahwa guru kurang mampu memahami
karakteristik masing-masing siswa seperti bakat keterampilan dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
minat yang telah dimiliki oleh siswa. Sehingga peran dari guru harus
bisa lebih berinteraksi (komunikasi) dengan siswa, agar bakat serta
keterampilan dari siswa dapat tergali.
Ketiga, keterbatasan alokasi waktu dan sarana prasarana. Hal
ini menjadi kendala guru dalam menya jikan pendidikan kecakapan
hidup secara terintegrasi karena waktu hanya habis untuk setiap mata
pelajaran yang diujikan dalam Ujian Nasional, sehingga untuk
penyajian pendidikan kecakapan hidup hanya memiliki waktu yang
relatif sedikit dan terhambat sarana prasarana yang terbatas. Padahal
model pembelajaran pendidikan kecakapan hidup itu dapat diperoleh
dari proses kegiatan mata pelajaran yang sudah terintegrasi atau masuk
kedalam kurikulum atau melalui mata pelajaran keterampilan (Masnur
Muslich, 2007:29), yang memerlukan waktu yang relatif banyak dan
sarana prasarana yang cukup memadai.
Bagi yang tidak mengalami kesulitan karena peserta didik
sangat membutuhkan pendampingan, dan banyak materi kecakapan
yang bisa dilatih dalam pelajaran yang guru ajarkan. Karena siswa
membutuhkan pendidikan kecakapan hidup untuk pengembangan
aspek non akademis siswa agar bermanfaat bagi masa depan siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
c. Komponen Kalender Pendidikan
Dalam komponen kalender pendidikan, guru mengalami kesulitan
dalam menyesuaikan pelaksanaan pembelajaran di kelas yang telah
disusun dalam kalender pendidikan yang ditetapkan oleh Dinas
Pendidikan setempat. hal ini dikarenakan: pertama, sekolah harus
menyusun kalender pendidikan sendiri. Kalender yang disusun sendiri
oleh sekolah harus menyesuaikan atau mengacu pada ketentuan kalender
dari dinas yang disusun baru, padahal kalender pendidikan sekolah
disusun pada awal tahun pembelajaran. Hal seperti ini sudah menyulitkan
guru karena guru terbiasa dengan kalender yang ditentukan oleh pusat,
untuk waktu pembelajaran efektif dan hari libur.
Kedua, daya tangkap siswa kurang. Dengan kemampuan anak
yang kurang, guru harus berulang-ulang memberikan materi pembelajaran
yang sama. Dengan adanya hal ini, guru memerlukan waktu yang banyak
dalam proses pembelajaran dikelas dibandingkan yang tertera dalam
kalender pendidikan. Sehingga guru mengalami kesulitan untuk
menyesuaikan pelaksanaan pembelajaran dengan kalender pendidikan
yang telah disusun. Hal ini lebih diperjelas lagi dalam teori bahwa didalam
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), guru melaksanakan
pembelajaran bukan untuk mengejar materi agar selesai, namun guru
melaksanakan pembelajaran agar siswa jelas dan dapat menyerap materi
yang diajarkan, serta tuntas dalam mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
(KKM) yang ditentukan guru dan sekolah. Sehingga apabila daya tangkap
siswa kurang, guru membutuhkan waktu yang banyak untuk memberikan
pembelajaran, walaupun materi yang diajarkan tidak selesai.
Bagi yang tidak mengalami kesulitan karena guru membuat alokasi
waktu dengan menyesuaikan kalender yang telah disusun oleh pihak
sekolah. Hal ini terjadi karena pihak sekolah bersama dengan guru telah
menyusun suatu kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan beban materi.
Sehingga guru tidak mengalami kesulitan melaksanakan proses
pembelajaran yang menyesuaikan kalender yang disusun sekolah.
d. Komponen Silabus dan RPP
Dalam komponen silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP), guru mengalami kesulitan dalam mengimplementasikan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dalam pembelajaran di
kelas. Kesulitan-kesulitan tersebut adalah sebagai berikut:
1) Standar Kompetensi
Guru mengalami kesulitan menerapkan Standar Kompetensi
dalam melaksanakan pembelajaran di kelas karena: pertama, input
(kemampuan) siswa rendah. Dalam setiap silabus dan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dicantumkan standar kompetensi
yang ingin dicapai, tetapi jika kemampuan siswa rendah dalam artian
siswa kurang pandai, guru akan mengalami kesulitan menerapkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
standar kompetensi dalam pembelajaran di kelas. Terutama hal ini
terjadi di sekolah swasta, maka untuk mengejar standardisasi
kompetensi menjadi timpang dengan sekolah negeri.
Kedua, siswa kurang serius untuk diajak belajar. Dari hal
tersebut nampak bahwa guru kurang dapat mengkondusifkan siswanya
untuk serius belajar. Dengan begitu akan menyebabkan proses belajar
mengajar menjadi tidak kondusif, sehingga penerapan standar
kompetensi akan menjadi terhambat dan proses penerapan standar
kompetensi membutuhkan waktu yang banyak agar tercapai. Hal ini
yang menyebabkan guru mengalami kesulitan dalam menerapkan
standar kompetensi dalam pembelajaran di kelas.
Bagi yang tidak mengalami kesulitan menerapkan Standar
Kompetensi dalam melaksanakan pembelajaran di kelas karena sudah
menyesuaikan kondisi sekolah. Dalam hal ini sudah menyesuaikan
kondisi sekolah berarti kondisi sekolah yang didalamnya termasuk
kondisi siswa dan sarana prasarana pembelajaran. Jadi dengan
menyesuaikan keadaan tersebut proses pembelajaranpun akan menjadi
lebih lancar dan memudahkan guru menerapkan standar kompetensi.
Kemudian, guru tidak mengalami kesulitan karena apabila
mengalami hambatan guru melakukan musyawarah guru mata
pelajaran (MGMP). Dengan musyawarah MGMP, guru dapat
mensharingkan hambatannya, dengan begitu guru akan memperoleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
solusi dari guru-guru lain yang mengajar bidang studi yang sama.
Sehingga hal tersebut akan mempermudah guru dalam menerapkan
standar kompetensi dalam pembelajaran di kelas.
2) Kompetensi Dasar
Guru mengalami kesulitan menerapkan Kompetensi Dasar
dalam melaksanakan pembelajaran dikelas karena: pertama, input
siswa rendah. Dengan input siswa yang rendah, menjadikan siswa
lambat dalam belajar dan hal ini menghambat guru dalam menerapkan
kompetensi dasar sehingga guru membutuhkan waktu yang lama untuk
itu. Seperti dikatakan oleh JH. Block, B. Bloom bahwa ”Peserta didik
yang belajar lambat perlu waktu lebih lama untuk materi yang sama,
mereka dapat berhasil jika kompetensi awal mereka terdiagnosis
secara benar dan mereka diajar dengan metode dan materi yang
berurutan, mulai dari tingkat kompetensi awal mereka”.
Kedua, siswa dari latar belakang yang beraneka macam. Dalam
hal ini guru melihat bahwa siswa memiliki karakteristik yang berbeda-
beda dan hal ini membuat guru kurang dapat memahami karakteristik
masing-masing siswanya. Oleh karena itu guru harus dapat
meluangkan waktu yang cukup untuk memahami karakteristik
siswanya satu persatu, sehingga menjadi kendala guru untuk
menerapkan kompetensi dasar yang ingin dicapai di setiap mata
pelajaran. Jika guru hanya menyampaikan materi pembelajaran saja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
dan mengejar materi agar selesai tanpa memahami karakteristik siswa
maka kompetensi dasar yang sudah disusun dalam silabus dan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tidak akan tercapai.
Padahal di dalam teori dijelaskan bahwa mata pelajaran yang akan
disampaikan ke siswa itu memiliki keterkaitan antara standar
kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dicapai.
Ketiga, keterbatasan media pembelajaran. Hal ini juga menjadi
kendala bagi guru dalam menerapkan kompetensi dasar dalam
pembelajaran dikelas. Karena untuk mencapai kompetensi dasar, guru
harus mampu melaksanakan pembelajaran yang menarik sehingga
mata pelajaran yang disampaikan dapat terserap oleh siswa. Dalam hal
ini membutuhkan media pembelajaran yang bermacam-macam. Dan
dalam teori juga dijelaskan bahwa kurikulum harus dikembangkan
secara berkala dan berkesinambungan sejalan dengan perkembangan
ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (Acuan Operasional KTSP).
Bagi yang tidak mengalami kesulitan karena para guru telah
melakukan diskusi terlebih dahulu dengan guru mata pelajaran yang
sama untuk memantapkan pelaksanaannya. Hal ini dapat dilakukan
guru dalam Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP). Dengan
Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), setiap permasalahan
ataupun kendala dapat disharingkan dan dicari solusinya secara
bersama-sama. Dari hal tersebut guru tidah hanya memperoleh satu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
pengalaman atau masukan saja, tetapi memperoleh bermacam-macam
pengetahuan yang bisa guru jadikan pembelajaran. Sehingga disaat
guru melaksanakan proses pembelajaran, guru memiliki solusi apabila
mengalami hambatan dalam menerapkan kompetensi dasar di setiap
mata pelajaran.
3) Kegiatan Pembelajaran
Guru mengalami kesulitan dalam melaksanakan kegiatan
belajar di dalam kelas dikarenakan: pertama, keterbatasan pengadaan
sarana dan prasarana (media pembelajaran, refrensi, biaya). Dengan
keterbatasan sarana dan prasarana menjadikan guru kesulitan dalam
membuat model pembelajaran dan kesulitan dalam mempersiapkan
media pembelajaran yang menarik bagi siswa. Sehingga dalam proses
pembelajaranpun guru hanya menggunakan sedikit model dan media
pembelajaran dan menjadikan siswa bosan serta jenuh mengikuti suatu
proses pembelajaran. Hal ini berbeda dengan yang diterapkan dalam
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) bahwa kegiatan
pembelajarannya tidak seperti sebelumnya, hanya mengadalkan guru
saja dan guru hanya mengajar dengan ceramah. Tetapi di dalam
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), guru dan siswa harus
bisa melaksanakan proses kegiatan belajar mengajar yang menarik
dengan berbagai macam model pembelajaran dan media pembelajaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
Kedua, kondisi siswa yang kurang mempersiapkan diri. Hal ini
menjadi kendala bagi guru, karena siswa kurang siap untuk menerima
pelajaran yang diberikan guru (siswa malas untuk belajar mencari
wawasan). Dari pernyataan tersebut terlihat bahwa guru kurang
mampu untuk mengatasinya, karena guru tidak bisa mengkondisikan
atau mengkondusifkan siswa untuk siap menerima pelajaran yang akan
guru sampaikan. Sehingga guru mengalami kesulitan dalam
melaksanakan pembelajaran di kelas.
Ketiga, materinya sulit untuk divisualkan secara kongkrit.
Dalam hal ini dimaksudkan bahwa materi yang diajarkan sulit untuk
diperlihatkan atau diterapkan secara keseluruhan, lebih diperjelas lagi
karena kebanyakan guru hanya menggunakan ceramah untuk mengajar
sehingga siswa juga tidak bisa menerima materi tersebut dengan baik.
Hal ini akan menjadikan kegiatan belajar mengajar tidak berjalan
lancar dan proses pembelajaran menjadi terhambat.
Bagi guru yang tidak mengalami kesulitan karena guru
menguasai materi dan kreatif dalam menyampaikannya. Hal ini
mempermudah guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran,
karena dengan menguasai materi dan kreatif dalam menyampaikannya,
guru mampu menyesuaikan materi dengan metode yang tepat dan
menarik yang akan guru gunakan dalam mengajar. Misalnya dalam
belajar ekonomi, guru mengajak siswa untuk mengetahui banyak hal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
dengan menggunakan media pembelajaran yang ada disekitarnya,
seperti pasar, bank, dan kantor pajak. Dengan hal ini menjadikan siswa
tidak bosan dan jenuh dalam mengikuti kegiatan pembelajaran
4) Indikator
Guru mengalami kesulitan dalam pelaksanaan indikator
pencapaian kompetensi di dalam kelas dikarenakan guru dihadapkan
pada permasalahan kemampuan siswa dan motivasi siswa yang
rendah. Dengan permasalahan tersebut menjadikan guru kesulitan
dalam mengarahkan siswa untuk serius belajar. Walaupun di dalam
teori dikatakan bahwa indikator dikembangkan sesuai karakteristik
peserta didik, namun apabila siswa sendiri tidak memiliki kemauan
untuk belajar dan kemampuan siswa rendah menjadikan pelaksanaan
indikator pencapaian kompetensi di dalam kelas tidak tercapai.
Sehingga hal tersebut tidak sesuai dengan teori yang mengatakan,
indikator merupakan penanda pencapaian kompetensi dasar yang
ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur, sikap,
pengetahuan dan keterampilan (Mansur Muslich, 2007:29).
Bagi guru yang tidak mengalami kesulitan karena guru sudah
menyesuaikan kondisi peserta didik. Dengan menyesuaikan kondisi
peserta didik berarti, guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan
melihat kemampuan siswanya. Apabila siswanya kurang cerdas untuk
menangkap setiap materi yang diajarkan, guru sudah dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
mengatasinya dengan mengajar secara berulang-ulang hingga siswa
jelas dan memberikan tugas tambahan seperti Pekerjaan Rumah (PR).
Sehingga pelaksanaan indikator pencapaian kompetensi di dalam kelas
dapat tercapai.
5) Penilaian
Guru mengalami kesulitan dalam melakukan penilaian otentik
dalam seperti unjuk kerja, proyek, hasil kerja, paper & pen, portofolio,
sikap diri. Hal ini dikarenakan: pertama, keterbatasan kemampuan dan
kemauan siswa. Dengan keterbatasan kemampuan dan kemauan siswa
tersebut dapat dilihat bahwa siswa tidak sepenuhnya dapat
menyelesaikan dengan baik tugas seperti unjuk kerja, proyek, paper &
pen, dan portofolio. Sehingga hal ini membuat guru tidak dapat
memberikan penilaian kepada siswa dan menghambat guru dalam
melakukan penilaian otentik.
Kedua, sebagian siswa tidak mengumpulkan hasil kerja. Hal
ini, menyulitkan guru dalam melakukan penilaian otentik, karena
tanpa hasil kerja yang nyata guru tidak bisa memberikan penilaian
kepada siswa tersebut. Seperti dalam teori dijelaskan bahwa ”penilaian
merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis,
dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik
yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
Bagi guru yang tidak mengalami kesulitan karena penilaian
sudah disesuaikan dengan hasil kerja siswa. Dengan menyesuaikan
hasil kerja siswa, maka guru melakukan penilaian otentik berdasarkan
kemampuan siswanya (karakteristik siswa). Sehingga dengan
menyesuaikan hasil kerja siswa, siswa dapat mencapai ketuntasan
dalam belajar. Hal ini juga sesuai yang dikatakan dalam teori prinsip-
prinsip hasil belajar, bahwa jika peserta didik dikelompokkan
berdasarkan tingkat kemampuannya untuk beberapa mata pelajaran,
dan diajar sesuai dengan karakteristik mereka, maka sebagian besar
dari mereka akan mencapai ketuntasan (John B. Carrol, A Model of
School Learning).
Selain itu, guru yang tidak mengalami kesulitan karena
penilaian merupakan suatu langkah untuk mengukur kinerja guru
dalam melaksanakan pembelajaran. Maksudnya dalam hal ini adalah
hasil ketuntasan siswa dalam belajar itu ditentukan oleh seberapa besar
kinerja guru dalam mengajar, dalam memberikan ilmu pengetahuan
hingga siswa dapat mencapai ketuntasan. Namun hal ini belum tentu
benar karena penilaian otentik / penilaian yang mencapai ketuntasan,
bukan saja ditentukan oleh seberapa besar kinerja guru saja tetapi
kemampuan dan kemauan siswanya dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
6) Alokasi waktu
Guru mengalami kesulitan dalam menyesuaikan alokasi waktu
pembelajaran yang sudah ditentukan dengan pelaksanaannya di dalam
kelas. Hal ini dikarenakan: pertama, siswa harus dijelaskan lebih
mendalam. Dari alasan tersebut guru ingin menjelaskan bahwa dengan
kemampuan siswa yang terbatas, maka siswa harus dijelaskan lebih
mendalam atau secara berulang-ulang hingga siswa menangkap apa
yang guru ajarkan. Hal ini menjadikan guru tidak dapat menjelaskan
materi yang diajarkan dalam waktu singkat bahkan akan melebihi
alokasi waktu yang sudah ditentukan. Oleh karena itu alasan tersebut
menjadi kendala bagi guru untuk menyesuaikan alokasi waktu
pembelajaran dengan yang sudah ditentukan.
Kedua, kadang waktu banyak terbuang untuk kegiatan tidak
terduga, misalnya rapat mendadak ataupun kelas yang tidak kondusif
(siswa rame, anak sering kali sulit memahami materi dengan cepat)
Karena waktu banyak yang terbuang akan mengurangi waktu yang
sudah ditentukan untuk melaksanakan pembelajaran di kelas, maka
guru memerlukan waktu tambahan untuk melakukan pembelajaran
agar target yang diinginkan tercapai. Hal ini menjadikan guru tidak
dapat menyesuaikan alokasi waktu yang sudah ditentukan dengan
pelaksanaannya didalam kelas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
Bagi yang tidak mengalami kesulitan karena dalam
penyusunan alokasi waktu guru melihat keluasan materi. Dalam hal ini
berarti guru melihat kategori setiap mata pelajaran (mapel ringan,
berat, sedang), sehingga dengan begitu mempermudah guru dalam
menyusun alokasi waktu dengan pelaksanaannya di dalam kelas.
Kemudian guru yang tidak mengalami kesulitan karena guru
terampil didalam melaksanakan metode pembelajaran di kelas.
Dengan guru terampil melaksanakan metode pembelajaran, berarti
guru mampu mempergunakan berbagai metode pembelajaran yang
sesuai dengan materi yang akan diajarkan. Hal ini dapat membuat
siswa tertarik mengikuti pelajaran dan siswa dapat dengan mudah
menyerap materi yang diajarkan, sehingga guru dalam melaksanakan
pembelajaran dapat menyesuaikan dengan alokasi waktu yang sudah
ditentukan.
7) Sumber belajar
Guru mengalami kesulitan dalam menyampaikan pembelajaran
di kelas dengan sumber belajar yang beragam, karena: pertama,
banyak siswa tidak memiliki buku pegangan. Dalam hal ini terlihat
bahwa selama ini guru kurang dapat memanfaatkan sumber belajar
yang bermacam-macam dan guru hanya menggunakan buku pegangan
saja. Sehingga disaat siswa tidak memiliki buku pegangan (buku
patokan untuk belajar), proses kegiatan belajar mengajar (KBM)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
menjadi terhambat dan guru akan mengalami kesulitan dalam
menyampaikan pembelajaran dengan sumber yang beragam.
Kedua, buku diperpustakaan jumlahnya kurang. Dari alasan
tersebut dapat dijelaskan bahwa apabila siswa tidak memiliki buku
pegangan dan buku diperpustakaan jumlahnya kurang atau tidak
memenuhi jumlah siswa, maka proses Kegiatan Belajar Mengajar
(KBM) akan menjadi terhambat. Tidak mudah bagi guru untuk
melaksanakan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) walaupun guru
memiliki sumber yang beragam karena siswa sendiri tidak memiliki
buku pegangan yang bisa dijadikan patokan belajar.
Bagi guru yang tidak mengalami kesulitan karena guru bersifat
aktif mencari sumber / materi pembelajaran agar relevan dan
berkembang. Hal ini menjadikan guru memperoleh sumber yang
beragam dan mempermudah guru dalam menyampaikan materi
pembelajaran karena guru memiliki wawasan yang luas. Namun hal ini
juga belum tentu benar, karena guru juga harus melihat kondisi
siswanya (siswa memiliki buku pengangan atau tidak). Walaupun guru
memiliki sumber yang beragam namun siswa tidak memiliki buku
pegangan satupun, maka kegiatan pembelajaran tidak akan berjalan
lancar. Guru juga harus memberikan modul dari berbagai sumber yang
beragam kepada siswanya, sehingga siswa memiliki buku patokan
untuk belajar dan proses pembelajaran akan berjalan lancar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
8) Metode belajar
Guru mengalami kesulitan dalam menerapkan metode
pembelajaran yang akan digunakan di dalam kelas, dikarenakan:
pertama, sulit menemukan metode yang paling cocok untuk setiap
kompetensi dasar. Alasan tersebut lebih diperjelas lagi bahwa ada
keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam
mata pelajaran. Disini guru diharapkan mampu melaksanakan
Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) hingga standar kompetensi dan
kompetensi dasar yang telah ditentukan tercapai. Dan dalam
melaksanakan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) tersebut
membutuhkan metode pembelajaran yang cocok untuk mencapai
setiap kompetensi dasar. Hal inilah yang menjadi kendala guru dalam
menerapkan metode pembelajaran di kelas.
Kedua, menerapkan metode pembelajaran perlu disesuaikan
dengan materi yang diajarkan. Dari alasan tersebut dapat dijelaskan
bahwa, tidak semua materi yang diajarkan dapat diserap oleh siswa
jika hanya menggunakan metode pembelajaran yang sama, bahkan
siswa akan menjadi bosan. Jadi metode yang digunakan harus yang
menarik, beragam, dan sesuai materi. Hal inilah yang menjadi kendala
bagi guru dalam menerapkan metode pembelajaran di kelas agar siswa
tidak bosan dalam mengikuti kegiatan belajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
Bagi guru yang tidak mengalami kesulitan karena guru telah
menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang metode
pembelajarannya menyesuaikan pokok bahasannya dan guru terampil
disetiap tatap muka. Dalam hal ini dimaksudkan bahwa guru sudah
merencanakan dan menyusun metode-metode yang sesuai dengan
materi yang disampaikan. Sehingga disaat menerapkan metode
tersebut, guru sudah mempersiapkan segala sesuatunya seperti media
pembelajaran yang menarik yang bisa dijadikan sarana untuk kegiatan
pembelajaran. Dan guru sudah terampil untuk menyampaikan metode
pembelajaran yang dapat menjadikan siswa tidak jenuh dan bosan
dalam mengikuti pembelajaran tersebut.
Kemudian guru tidak mengalami kesulitan karena sering
menggunakan ceramah dan tanya jawab. Metode ini memang sering
dilakukan oleh guru dalam mengajar karena mempermudah guru
dalam menyampaikan materi pembelajaran. Namun hal ini juga belum
tentu benar karena pendekatan / metode yang digunakan guru tersebut
tidak sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Di
dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), guru di
harapkan mampu mempergunakan metode-metode (strategi)
pembelajaran yang relevan dengan mata pelajaran, yang menarik dan
menyenangkan, sehingga proses pembelajaran dapat terlaksana dengan
baik dan lancar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
2. Upaya-upaya yang telah dilakukan oleh guru dalam mengatasi kesulitan- kesulitan yang dihadapi dalam menimplementasikan di kelas.
Berangkat dari hasil pembahasan nomor 1 mengenai kesulitan-
kesulitan yang dihadapi guru dalam mengimplementasikan KTSP di kelas,
maka pembahasan berikut akan mengulas mengenai upaya-upaya yang telah
dilakukan oleh guru dalam mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru
dalam mengimplementasikan KTSP di kelas. Peneliti akan membahas lebih
lanjut untuk mengetahui apakah upaya-upaya yang telah dilakukan guru
tersebut sesuai atau tidak. Adapun upaya-upaya yang telah dilakukan oleh
guru dalam mengatasi hambatan-hambatan tersebut antara lain:
a. Tujuan Pendidikan Sekolah
1) Melaksanakan pembelajaran di kelas dengan menyesuaikan tujuan pendidikan sekolah.
Dalam menyikapi hambatan ini, beberapa guru telah mencoba
untuk mengatasinya dengan cara: 1) kolaborasi dengan sekolah dan
menyesuaikan yang telah direncanakan / ditetapkan. Hal ini dilakukan
guru untuk meminimalisir kesulitan yang dihadapi guru. Dengan
kolaborasi dengan sekolah, yang menjadi kesulitan guru dapat
disampaikan atau disharingkan dan dari situ guru-guru bersama
sekolah dapat mencari solusi yang tepat secara bersama-sama dan
memotivasi untuk guru belajar secara terus-menerus dan mengikuti
perkembangan guna mencapai tujuan sekolah yang diharapkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
Yang ke 2) meningkatkan profesionalisme guru agar memiliki
kompetensi guna mencapai tujuan pendidikan. Hal tersebut dilakukan
guru untuk meminimalisir kesulitan yang dihadapi guru, karena guru
yang profesional adalah guru yang mampu mengarahkan siswanya
kearah yang lebih maju, yang tidak melenceng dengan tujuan sekolah,
dan guru tidak sebatas mengarahkan siswa dalam bentuk abstrak
namun juga praktek yang sesuai tujuan sekolah.
Jadi dapat dikatakan bahwa upaya diatas sesuai untuk
dilakukan karena ada kemauan dan usaha guru mengatasi kesulitannya
dalam melaksanakan pembelajaran dikelas dengan menyesuaikan
tujuan sekolah. Dengan kolaborasi dengan sekolah dan meningkatkan
ke profesionalan guru, akan memudahkan guru dalam mengatasi setiap
kesulitannya. Karena guru profesional akan tercermin dalam
penampilan pelaksanaan pengabdian tugas-tugas yang ditandai dengan
keahlian baik dalam materi atau metode, rasa tanggungjawab, pribadi,
sosial, intelektual, moral, spiritual dan perwujudan unjuk kerja
profesional guru ditunjang dengan jiwa profesional yaitu sikap mental
yang senantiasa mendorong untuk mewujudkan diri sebagai guru
profesional (UU Guru dan Dosen, pasal 1:1).
Yang ke 3) menyesuaikan yang telah direncanakan /
ditetapkan. Upaya ini kurang sesuai karena pada dasarnya guru dalam
melaksanakan pembelajaran dikelas dengan menyesuaikan tujuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
sekolah, memang harus dilaksanakan dengan menyesuaikan tujuan
yang sudah direncanakan dan ditetapkan oleh sekolah.
2) Melaksanakan visi sekolah dalam pembelajaran di kelas.
Dalam menyikapi hambatan ini, beberapa guru telah mencoba
untuk mengatasinya dengan cara: 1) menggunakan model
pembelajaran yang bervariasai dengan menyesuaikan visi sekolah.
Maksudnya disini, guru meminimalisir kesulitan yang dihadapi dalam
melakukan pembelajaran dengan menggunakan macam-macam model
pembelajaran yang bervariasi dengan menyesuaikan materi untuk
mencapai visi sekolah. Upaya yang telah dilakukan guru tersebut
sesuai, karena dengan model pembelajaran yang bervariasi dan sesuai
dengan materi dan visi sekolah akan memudahkan guru dalam
menyampaikan pembelajarannya. Selain itu siswa sendiri menjadi
tidak bosan dan lebih termotivasi untuk mengikuti proses
pembelajaran.
Yang ke 2) siswa diarahkan dalam bentuk praktek dan
pengamalan sehari-hari. Upaya yang telah dilakukan guru tersebut
sesuai, karena dengan begitu siswa akan terjun langsung, tidak hanya
mengenal teorinya saja sehingga akan mempermudah guru dalam
melaksanakan pembelajaran yang sesuai dengan visi sekolah.
Yang ke 3) disesuaikan dengan kondisi sekolah dan tujuan
sekolah; 4) menyesuaikan yang telah direncanakan dan ditetapkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
Upaya tersebut kurang sesuai, karena visi sekolah memang dibuat
dengan menyesuaikan kondisi sekolah dan visi sekolah dibuat untuk
mencapai tujuan sekolah. Kemudian visi sekolah diterapkan dalam
pembelajaran di kelas dengan menyesuaikan yang telah ditetapkan dan
direncanakan sekolah agar tercapai, tinggal bagaimana cara guru
melaksanakan / menerapkan visi sekolah dalam pembelajaran di kelas.
3) Melaksanakan misi sekolah dalam pembelajaran di kelas
Dalam menyikapi hambatan ini, beberapa guru telah mencoba
untuk mengatasinya dengan cara: 1) mengembangkan model
pembelajaran yang sesuai dengan misi sekolah; 2) siswa diarahkan
dalam bentuk pengamatan atau penerapan permasalahan sekolah.
Kedua hal tersebut dilakukan guru untuk meminimalisisr kesulitan
yang dihadapi dalam melaksanakan misi sekolah dalam pembelajaran
di kelas. Upaya tersebut sesuai, karena dengan pengembangan model
pembelajaran, maka guru dapat mengetahui model pembelajaran mana
yang cocok untuk diterapkan. Dan dengan siswa diarahkan dalam
bentuk pengamatan atau penerapan, menjadikan siswa belajar secara
mandiri dan tidak hanya mengetahui teorinya saja, tetapi belajar secara
langsung dalam bentuk praktek. Dengan begitu siswa tidak akan bosan
mengikuti proses pembelajaran dan pelaksanaan misi sekolah
setidaknya akan tercapai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
Yang ke 3) menyesuaikan dengan kondisi sekolah dan tujuan
sekolah; 4) menyesuaikan yang telah direncanakan / ditetapkan. Upaya
tersebut kurang sesuai, karena misi sekolah memang dibuat dengan
menyesuaikan kondisi sekolah dan misi sekolah dibuat untuk
mencapai tujuan sekolah. Kemudian misi sekolah diterapkan dalam
pembelajaran di kelas dengan menyesuaikan yang telah ditetapkan dan
direncanakan sekolah agar tercapai, tinggal bagaimana cara guru
melaksanakan/ menerapkan misi sekolah dalam pembelajaran dikelas.
b. Struktur dan Muatan KTSP
1) Menyampaikan materi mata pelajaran dan materi pokok pembelajaran di dalam kelas.
Dalam menyikapi hambatan ini, beberapa guru telah mencoba
untuk mengatasinya dengan cara: 1) dengan musyawarah guru
(MGMP) dan sekolah. Hal ini dilakukan guru, supaya guru dapat
sharing dengan sesama guru mata pelajaran sehingga dapat dicari
solusinya secara bersama-sama dan guru akan mendapat masukan
yang membangun yang dapat memperlancar guru dalam melaksanakan
proses pembelajaran.
Yang ke 2) guru harus kompeten dalam bidangnya.
Maksudnya, guru yang kompeten adalah guru yang menguasai
bidangnya, dan guru yang mampu menentukan cara yang baik untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
belajar, untuk menganalisis masalah dan menyesuaikan materi yang
diajarkan dengan media yang ada serta kondisi siswanya.
Yang ke 3) siswa dikenalkan pada kegiatan sehari-hari yang
sangat mendasar yang berkaitan dengan mata pelajaran tersebut.
Maksudnya, siswa memiliki potensi yang berbeda-beda, supaya siswa
dapat dengan mudah menyerap materi yang diajarkan maka siswa
diperkenalkan pada kegiatan sehari-hari yang ada disekitarnya, namun
kegiatan tersebut disesuaikan dengan materi dan diajarkan secara
berulang-ulang hingga siswa tuntas dalam menerima materi
pembelajaran.
Ketiga upaya tersebut sesuai dilakukan guru untuk
meminimalisir kesulitan yang dihadapi guru dalam menyampaikan
materi mata pelajaran.
2) Membimbing pelaksanaan kegiatan pengembangan diri siswa yang sesuai dengan kebutuhan, kemampuan, bakat, minat peserta didik, dan kondisi sekolah
Dalam menyikapi hambatan ini, beberapa guru telah mencoba
untuk mengatasinya dengan cara: 1) lebih mengamati setiap anak didik
sesuai dengan potensi bakat. Upaya tersebut sesuai untuk dilakukan
untuk meminimalisir kesulitan yang dihadapi guru dalam
membimbing pelaksanaan pengembangan diri siswa, karena dengan
mengamati setiap anak didik, guru akan lebih mudah mengenal dan
memahami potensi bakat minat siswanya satu persatu. Sehingga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
dengan begitu guru akan lebih mudah memberikan pengarahan dalam
rangka pengembangan diri siswa.
Yang ke 2) analisa potensi yang dimiliki serta kreatif dalam
mengembangkan model pembelajaran. Upaya ini sesuai untuk
dilakukan, karena dengan hal tersebut guru dapat mengenali
kemampuan siswanya lebih mendalam dan dapat mengajak siswa
untuk berinteraksi dengan pemahaman materi. Sehingga siswa pun
akan lebih tertarik mengikuti kegiatan pengembangan diri yang sesuai
bakat dan minat siswa.
Yang ke 3) menyesuaikan dengan kondisi lingkungan; 4)
disesuaikan dengan kebutuhan dan sarana dan dikembangkan diluar
jam di kelas. Upaya tersebut kurang sesuai untuk dilakukan, karena
kegiatan pengembangan diri ini memang bertujuan memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan
mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, kemampuan, bakat,
minat peserta didik dan kondisi sekolah (Mansur Muslich, 2007:29).
Jadi hal tersebut bukan upaya untuk meminimalisir kesulitan guru
dalam membimbing pelaksanaan kegiatan pengembangan diri karena
memang seharusnya guru membimbing pelaksanaan pengembangan
diri siswa yang sesuai dengan kebutuhan, sarana, kondisi dan
dikembangkan diluar jam di kelas karena berbentuk bimbingan
konseling dan ekstrakurikuler.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
3) Melaksanakan beban belajar yang telah diatur sekolah
Dalam menyikapi hambatan ini, beberapa guru telah mencoba
untuk mengatasinya dengan cara: 1) penyesuaian materi ajar yang
dengan waktu yang tersedia. Upaya ini sesuai untuk dilakukan, karena
dalam proses pembelajaran yang ingin dicapai adalah ketuntasan siswa
dalam belajar. Penyesuaian materi ajar dengan waktu yang tersedia
bukan berarti mengejar materi agar selesai, tetapi dengan waktu yang
tersedia guru dapat memilah-milah materi dan menyampaikannya
kepada siswa hingga siswa tuntas dalam belajar.
Yang ke 2) siswa diberi tugas / PR untuk dikerjakan. Upaya
tersebut juga sesuai untuk dilakukan, karena dengan memberikan PR,
siswa dapat lebih banyak belajar diluar jam pelajaran dan memperoleh
banyak pengetahuan. Dengan begitu guru akan lebih mudah
melaksanakan beban belajar yang telah diatur sekolah.
Yang ke 3) Menentukan peta-peta konsep dari guru. Upaya
tersebut sesuai untuk dilakukan, karena dengan menentukan peta-peta
konsep maka guru akan lebih mudah mengatur beban belajar untuk
setiap materi ajar. Dari sini siswa juga dapat diajak berkembang agar
lebih efektif dan efisien dalam proses pembelajaran, karena guru sudah
membagi-bagi materi dan cara penyampaiannya / penerapannya yang
sesuai dengan kondisi seperti potensi anak, banyaknya materi ajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
4) Melaksanakan indikator ketuntasan minimal (KKM) mata pelajaran
Dalam menyikapi hambatan ini, beberapa guru telah mencoba
untuk mengatasinya dengan cara: 1) siswa yang belum tuntas diberi
tugas tambahan (remidi). Dalam hal ini maksudnya bahwa sekolah
harus menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) per mata
pelajaran dengan mempertimbangkan kemampuan rata-rata peserta
didik dan Sumber Daya Manusia (SDM), namun harus dapat mencapai
kriteria ketuntasan ideal (Mansur Muslich, 2007:29). Dan apabila ada
peserta didik yang mencapai hasil dibawah rata-rata atau Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) yang sudah ditentukan (belum tuntas),
maka guru harus memberikan tugas tambahan atau remidial untuk
mencapai kriteria ketuntasan ideal. Sehingga upaya ini sesuai untuk
dilakukan untuk meminimalisir kesulitan yang dihadapi guru dalam
melaksanakan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).
Yang ke 2) menyesuaikan standar Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM) dengan melihat kategori setiap mata pelajaran (mapel ringan,
berat, sedang). Misalnya penentuan Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM) untuk mata pelajaran eksak (matematika, fisika, biologi)
adalah 60 dan non eksak (ekonomi, geografi, sejarah) adalah 65). Hal
ini pun juga akan ada perbedaan kategori setiap mata pelajaran, untuk
penentuan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sekolah favorit
dengan non favorit. Karena dengan begitu akan meningkatkan kualitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
siswa dari segi akademis. Sehingga kesulitan yang dihadapi guru dapat
diminimalisir.
Yang ke 3) penyesuaian Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
dengan memperhatikan potensi siswa. Upaya ini tidak sesuai untuk
dilakukan, karena memang seharusnya sekolah menetapkan Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) per mata pelajaran dengan
mempertimbangkan kemampuan rata-rata peserta didik dan Sumber
Daya Manusia (SDM). Sehingga Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
yang ditentukan oleh sekolah dan guru dapat tercapai.
5) Melaksanakan indikator dan mekanisme kenaikan kelas yang telah disusun oleh sekolah berdasarkan panduan kenaikan kelas dan menerapkan strategi penanganan siswa yang tidak naik atau tidak lulus yang diberlakukan oleh sekolah.
Dalam menyikapi hambatan ini, beberapa guru telah mencoba
untuk mengatasinya dengan cara: 1) kolaborasi pihak sekolah bersama
para orang tua siswa. Upaya tersebut sesuai dilakukan karena dengan
kolaborasi dengan orang tua siswa, maka akan ada kerjasama pihak
sekolah dengan pihak orang tua untuk melakukan penanganan. Hal ini
berarti ada keterlibatan orang tua secara langsung dalam memberikan
penanganan. Misalnya, guru di sekolah akan memberikan pengarahan
agar siswa sadar akan pentingnya belajar dan di rumah orang tua dapat
memberikan pengarahan lebih lanjut yang bisa menjadikan anak
tersebut tidak malas lagi untuk belajar. Sehingga siswa termotivasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
untuk giat belajar lagi dan dapat meminimalisir siswa yang tidak naik
kelas di semester selanjutnya.
Yang ke 2) pelaksanaan remidi harus sesuai dengan kriteria,
jangan asal diberi soal lagi. Upaya tersebut sesuai untuk dilakukan,
karena hal ini untuk meningkatkan kualitas dari siswa itu sendiri.
dengan memberikan remidi yang sesuai kriteria, akan memudahkan
guru melihat potensi / kemampuan anak sampai dimana.
Yang ke 3) secara khusus siswa dibimbing untuk bisa dan mau
belajar, dan masuk / ikut pelajaran di kelas. Upaya tersebut sesuai
untuk dilakukan, karena dengan memberikan bimbingan secara
khusus, berarti guru lebih meluangkan waktu untuk siswanya. Dengan
begitu siswa akan merasa lebih diperhatikan dan guru akan lebih
mudah mengarahkan siswa untuk mau belajar dan ikut pelajaran di
kelas.
Yang ke 4) menjalin komunikasi secara berkelanjutan.
Maksudnya, pendampingan atau komunikasi yang dilakukan guru
tidak hanya berhenti begitu saja, namun guru harus tetap mendampingi
siswa supaya siswa dapat terarahkan. Upaya ini sesuai untuk
dilakukan, karena dengan komunikasi dan pendampingan secara
berkelanjutan akan memudahkan guru untuk menerapkan strategi
penanganan siswa yang tidak naik kelas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
Yang ke 5) disesuaikan dengan prestasi, potensi, dan kondisi
peserta didik. Upaya tersebut kurang sesuai dilakukan, karena dalam
menentukan indikator dan mekanisme kenaikan kelas sudah mengacu
pada prestasi, potensi dan kondisi peserta didik. Jadi pelaksanaannya
pun juga sudah mengacu pada hal tersebut.
6) Melaksanakan penelusuran bakat, minat, dan prestasi yang diberlakukan oleh sekolah sesuai dengan indikator dan mekanisme penjurusan di SMA.
Dalam menyikapi hambatan ini, beberapa guru telah mencoba
untuk mengatasinya dengan cara: 1) memotivasi siswa dengan
menyesuaikan kondisi siswa dengan minat jurusan siswa. Upaya
tersebut sesuai untuk dilakukan karena apabila guru memotivasi siswa
sesuai minat jurusan siswa maka minat siswa akan lebih tergali dan
siswa akan lebih termotivasi untuk mengembangkan bakat minatnya.
Yang ke 2) guru lebih bijaksana untuk langkah kedepan siswa
dengan menganalisa potensi siswa. Upaya tersebut sesuai untuk
dilakukan karena dengan guru bijaksana dalam menganalisa potensi
siswa, misalnya dengan melakukan tes IQ dan melalui angket minat
siswa. Maka dari test berikut guru dapat melihat potensi dan bakat
yang dimiliki siswa, sehingga guru dapat dengan mudah melaksanakan
penelusuran bakat tetapi tetap mempertimbangkan (kemampuan)
terhadap hasil belajar siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
7) Menyajikan pendidikan kecakapan hidup secara terintegrasi dengan pembelajaran di kelas
Dalam menyikapi hambatan ini, beberapa guru telah mencoba
untuk mengatasinya dengan cara: 1) diselipkan dalam mata pelajaran
dan disesuaikan materi ajar. Upaya ini sesuai untuk dilakukan, karena
nilai sosial yang dimasukan dalam mata pelajaran lebih pada
pengembangan etika. Misalnya pada pelajaran ekonomi, siswa
diajarkan mengenai kebutuhan dan kelangkaan hidup dari hal ini siswa
diajarkan pendidikan kecakapan hidup juga, yang mengarah pada
hidup berhemat.
Yang ke 2) memberi dorongan (motivasi) supaya peserta didik
semangat. Upaya ini sesuai untuk dilakukan, karena guru tahu akan
pentingnya pendidikan kecakapan hidup. Sehingga guru selalu
memberikan motivasi kepada siswanya, agar siswa terdorong untuk
mengikuti pendidikan kecakapan hidup yang dapat diperoleh siswa
melalui kegiatan pembelajaran sehari-hari atau dari mata pelajaran
keterampilan (kecakapan vokasional). Seperti yang dikatakan dalam
Acuan Operasional bahwa kurikulum harus memuat kecakapan hidup
untuk membekali peserta didik memasuki dunia kerja sesuai dengan
tingkat perkembangan peserta didik dan kebutuhan kerja.
Yang ke 3) perlu mengetahui latar belakang dan lingkungan
peserta didik. Upaya ini sesuai untuk dilakukan, karena dengan hal ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
guru dapat menyajikan pendidikan hidup yang sesuai Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar dengan kebutuhan siswanya.
Namun didalam teori dikatakan, apabila Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar pada mata pelajaran keterampilan tidak sesuai
dengan kebutuhan siswa dan sekolah, maka sekolah dapat
mengembangkan Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar dan
keterampilan lain sesuai dengan kebutuhan sekolah.
Yang ke 4) menggunakan metode pembelajaran kontekstual
dan banyak diskusi. Upaya ini sesuai untuk dilakukan, karena hal ini
dapat mengembangkan potensi siswa, dan siswa dihadapkan pada hal-
hal baru. Contohnya: untuk menyajikan pendidikan kecakapan hidup
pada mata pelajaran, guru menyajikannya dengan sosiodrama.
c. Kalender Pendidikan
Dalam menyikapi hambatan ini, beberapa guru telah mencoba
untuk mengatasinya dengan cara: 1) membuat cadangan waktu. Upaya ini
sesuai untuk dilakukan, karena apabila ada kegiatan tidak terduga atau
proses pembelajaran melebihi jatah waktu yang sudah ditentukan maka
guru dapat menggunakan cadangan waktu yang sudah dibuat, sehingga
proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar.
Yang ke 2) penyusunan alokasi waktu yang baik. Upaya ini sesuai
untuk dilakukan karena dengan penyusunan alokasi waktu yang baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
berarti guru bersama sekolah telah menentukan alokasi waktu kegiatan
pembelajaran secara terencana. Sehingga hal ini memudahkan guru dalam
perhitungan waktu yang efektif untuk proses pembelajaran dan dapat
meminimalisir hambatan guru dalam menyesuaikan alokasi waktu
pembelajaran dengan pelaksanaannya.
Yang ke 3) kalender pendidikan yang disusun oleh sekolah
hendaknya menyesuaikan kurikulum yang telah ditentukan diknas. Upaya
ini kurang sesuai untuk dilakukan, karena upaya ini bukan untuk
meminimalisir hambatan yang dihadapi guru. Tetapi memang seharusnya
kalender pendidikan yang disusun sekolah itu dibuat dengan
menyesuaikan kurikulum yang telah ditentukan dinas yaitu Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan.
Yang ke 4) menyesuaikan kalender acuan dari Majelis Kerjasama
Sekolah (MKS) dan Biro Kerjasama Sekolah (BKS). Upaya ini kurang
sesuai untuk dilakukan karena memang seharusnya kalender pendidikan
sekolah itu menyesuaikan juga kalender acuan dari MKS dan BKS.
Namun biasanya hal ini dipergunakan untuk sekolah-sekolah di daerah-
daerah tertentu saja, yang mungkin adat istiadatnya masih kental, seperti
contohnya Bali.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
d. Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
1) Menerapkan Standar Kompetensi dalam melaksanakan pembelajaran di kelas.
Dalam menyikapi hambatan ini, beberapa guru telah mencoba
untuk mengatasinya dengan cara: 1) mengarahkan siswa. Upaya ini
sesuai untuk dilakukan, karena guru mengarahkan siswa untuk lebih
dapat memahami standar kompetensi yang telah ditetapkan. Sehingga
hal ini dapat meminimalisir hambatan yang dialami guru dalam
menerapkan Standar Kompetensi dalam pembelajaran di kelas.
Yang ke 2) memahami standar kompetensi dan menguasai
materi. Upaya ini sesuai untuk dilakukan, karena pemahaman siswa itu
sangat didukung oleh pemahaman guru mata pelajaran. Dengan guru
menguasai materi dan memahami standar kompetensi yang akan
dicapai, maka guru juga akan lebih mudah menerapkan standar
kompetensi kepada siswa pada setiap mapel dalam pembelajaran di
kelas.
Yang ke 3) cari model pembelajaran yang mudah sesuai
dengan tingkat kemampuan siswa. Upaya ini kurang sesuai untuk
dilakukan, karena di dalam menerapkan standar kompetensi guru harus
disesuaikan atau dipertimbangkan dengan kemampuan (potensi)
peserta didik. Sehingga model pembelajaran yang digunakan untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
menerapkan standar kompetensi juga harus sesuai dengan kemampuan
siswa, sehingga siswa mampu menyerap apa yang diajarkan guru.
Yang ke 4) disesuaikan dengan kondisi sekolah. Upaya ini
kurang sesuai untuk dilakukan, karena hal ini lebih pada ketercapaian
pada tujuan sekolah dan guru harus menyesuaikan Standar
Kompetensi bukan menyesuaikan kondisi sekolah.
2) Menerapkan Kompetensi Dasar dalam melaksanakan pembelajaran di kelas
Dalam menyikapi hambatan ini, beberapa guru telah mencoba
untuk mengatasinya dengan cara: 1) mengarahkan siswa. Upaya ini
sesuai untuk dilakukan, karena dengan hal ini siswa diarahkan untuk
memahami pembelajaran yang diajarkan guru. Sehingga siswa pun
terarahkan dan guru lebih mudah menerapkan kompetensi dasar yang
ingin dicapai dalam pembelajaran di kelas.
Yang ke 2) memahami kompetensi dasar dan menguasai
materi. Upaya ini sesuai untuk dilakukan, karena pemahaman siswa
sangat dibantu oleh pemahaman guru yang bersangkutan. Dengan guru
memahami kompetensi dasar dan menguasai materi, maka disaat guru
memberikan pemahaman kepada siswa. Pemahaman yang diberikan
adalah pemahaman yang mengarah pada pembelajaran yang sesuai
dengan Kompetensi Dasar yang ingin dicapai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
Yang ke 3) menyesuaikan dari diknas dan kondisi sekolah.
Upaya ini kurang sesuai untuk dilakukan, karena upaya ini bukan
untuk meminimalisir hambatan guru. Kompetensi Dasar yang disusun
dalam silabus memang seharusnya menyesuaikan dari diknas dan
menyesuaikan kondisi sekolah. Dalam hal ini kondisi sekolah
termasuk kondisi siswanya (kemampuan dan potensi siswa), sehingga
Kompetensi Dasar yang telah ditentukan akan dapat dicapai dalam
proses pembelajaran di kelas.
3) Menyampaikan materi pembelajaran di dalam kelas (sama halnya dengan mata pembelajaran dalam komponen struktur dan muatan KTSP)
Dalam menyikapi hambatan ini, beberapa guru telah mencoba
untuk mengatasinya dengan cara: 1) menambah sumber buku dan
mengkombinasikannya, dimana guru menekankan materi pokok
pelajaran tersebut. Upaya ini sesuai untuk dilakukan, karena guru
dapat mengajar tidak hanya dengan satu sumber buku saja, tetapi dapat
mengkombinasikannya dengan sumber yang lain. Dengan menambah
sumber buku dan mengkombinasikannya, guru juga dapat membuat
modul yang bisa menambah wawasan siswa. Dengan begitu siswa
dapat belajar dengan modul yang diberikan guru dan hal ini akan
memudahkan guru dalam menyampaiakan materi pembelajaran.
Yang ke 2) memberikan pengarahan. Upaya ini sesuai untuk
dilakukan, karena dengan hal ini guru lebih dapat mengarahkan siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
untuk belajar. Misalnya: kondisi kelas dan siswa yang tidak kondusif
untuk proses pembelajaran, dengan guru memberikan pengarahan
maka siswa akan dapat terkondisi dan diarahkan. Sehingga dengan
memberikan pengarahan kepada siswa, guru akan sedikit lebih dapat
menyampaikan materi pokok pembelajaran dengan lancar.
Yang ke 3) guru menyusun materi pembelajaran yang akan
diajarkan, dimana guru menguasai materi dan mencari literature lebih
dari satu guna mendukung keluasan pengetahuan dalam proses
pembelajaran. Upaya ini sesuai untuk dilakukan, karena dengan guru
menyusun materi pembelajaran dalam RPP (didalamnya termasuk
rencana kegiatan, materi yang akan diajarkan, metode pembelajaran)
maka kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan sudah terencana
dan tertata. Dan dengan guru menguasai materi dari berbagai
literature, maka guru memiliki wawasan yang luas. Sehingga hal ini
akan memudahkan guru dalam menyampaikan materi pokok
pembelajaran.
Yang ke 4) menyesuaikan kondisi sekolah dan siswa. Upaya ini
kurang sesuai untuk dilakukan, karena hal ini bukan untuk
meminimalisir hambatan guru, tetapi dalam menyampaikan materi
pokok pembelajaran memang seharusnya guru menyesuaikan dengan
kondisi siswanya. Guru harus dapat melihat kemampuan siswanya
dalam menyerap atau menangkap materi yang diajarkan. Sehingga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
dengan guru mampu melihat kemampuan atau mengetahui kondisi
siswanya, guru tidak perlu mengulang-ulang dalam menyampaikan
materi yang sama.
4) Melaksanakan kegiatan belajar di dalam kelas
Dalam menyikapi hambatan ini, beberapa guru telah mencoba
untuk mengatasinya dengan cara: 1) guru menyesuaikan kegiatan
pembelajaran dengan jumlah jam mengajar. Upaya ini sesuai untuk
dilakukan, karena dengan hal ini guru dapat memilah-milah materi
yang sesuai (penting) untuk disampaikan kepada siswa dan guru dapat
melaksanakan proses kegiatan pmbelajaran dengan tidak melebihi
jatah waktu yang sudah ditentukan.
Yang ke 2) menyesuaikan situasi dan kondisi siswa / proses
pembelajaran. Upaya ini sesuai untuk dilakukan, karena dengan
menyesuaikan situasi dan kondisi siswa, guru dapat menentukan
bagaimana kegiatan belajar yang tepat untuk siswanya. Seperti yang
dikatakan dalam teori bahwa, kegiatan pembelajaran dirancang untuk
memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan
fisik melalui interaksi antar peserta didik, peserta didik dengan guru,
lingkungan, sumber belajar dalam rangka pencapaian kompetensi.
Sehingga dalam melakukan kegiatan pembelajaran seperti yang
dimaksudkan diatas, haruslah menyesuaikan situasi dan kondisi siswa
agar kegiatan pembelajaran tersebut tercapai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
Yang ke 3) memberikan pengarahan dan motivasi. Upaya ini
sesuai untuk dilakukan, karena dengan memberikan pengarahan dan
motivasi kepada siswa, guru dapat mengarahkan siswanya untuk
melaksanakan kegiatan pembelajaran. Sehingga tidak terjadi salah
paham konsep atau cara pandang dan guru dapat memberikan
pengarahan untuk memahami materi dengan jalan guru memberikan
kesimpulan.
Yang ke 4) kreatif dan inovatif dalam mengelola Kegiatan
Belajar Mengajar (KBM) di kelas. Kreatif disini maksudnya guru
mencari bahan mata pelajaran dari berbagai sumber, dapat
memanfaatkan media yang ada dan inovatif disini maksudnya guru
menggunakan metode-metode yang menarik, yang sesuai materi.
Upaya ini sesuai untuk dilakukan, dengan guru yang kreatif dan
inovatif, siswa tidak akan bosan dan jenuh dalam mengikuti kegiatan
belajar di kelas, karena guru selalu memiliki ide- ide yang menarik
untuk mengajar. Hal ini akan mempermudah guru dalam
melaksanakan kegiatan belajar di kelas.
5) Pelaksanaan indikator pencapaian kompetensi di dalam kelas Dalam menyikapi hambatan ini, beberapa guru telah mencoba
untuk mengatasinya dengan cara: 1) memotivasi siswa untuk
meningkatkan kemampuan akademik siswa. Upaya ini sesuai untuk
dilakukan, karena dengan hal ini guru dapat mendorong siswa untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
lebih giat belajar (ada perubahan prilaku dari siswa yang malas belajar
menjadi giat belajar), sehingga pelaksanaan indikator pencapaian
kompetensi dapat terlaksana dengan baik. Karena di dalam teori
dijelaskan bahwa indikator merupakan penanda pencapaian
kompetensi yang ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur,
yang mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan.
Yang ke 2) menentukan indikator yang jelas sesuai dengan
kompetensi yang hendak dicapai dan menyesuaikan dengan materi dan
kondisi. Upaya ini kurang sesuai untuk dilakukan, karena memang
seharusnya indikator ditentukan dan dikembangkan sesuai dengan
karakteristik peserta didik, satuan pendidikan dan potensi daerah.
Karena hal ini digunakan sebagai dasar untuk menyusun alat penilaian
atau pencapaian kompetensi.
6) Melakukan penilaian otentik
Dalam menyikapi hambatan ini, beberapa guru telah mencoba
untuk mengatasinya dengan cara: 1) memberikan ulangan harian, mid
semester, dan ujian akhir semester. Upaya ini kurang sesuai untuk
dilakukan dalam meminimalisir hambatan guru dalam melakukan
penilaian otentik, karena hal ini sudah ideal dilaksanakan. Seperti yang
tertera dalam teori bahwa, penilaian itu dilaksanakan untuk memantau
proses, kemajuan, dan perbaikan hasil, yang dapat dilakukan dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
bentuk ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir
semester dan ulangan kenaikan kelas.
Yang ke 2) perlu ada remidi (tambahan) sampai tuntas. Upaya
ini sesuai untuk dilakukan, karena di dalam Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) dijelaskan bahwa siswa itu belajar untuk mencapai
ketuntasan. Apabila hasil yang diperoleh siswa kurang, maka guru
dapat memberikan remidi untuk mendongkrak hasil belajar siswa,
tetapi soal-soal yang digunakan remidi harus berdasarkan kriteria.
Sehingga hasil yang diperoleh siswa dapat mencapai Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) yang sudah ditentukan.
Yang ke 3) kreatif dalam menentukan jenis tagihan (soal) dan
menyusun prosedur penilaian yang jelas. Upaya ini sesuai untuk
dilakukan, karena dengan guru kreatif menentukan jenis tagihan
berarti guru melihat bobot soalnya dan bobot materinya. Bobot soal
yang di buat guru tersebut disesuaikan dengan kemampuan siswanya
dan disesuaikan dengan standar penilaian yang ingin dicapai. Dan guru
menyusun prosedur penilaian yang jelas, dalam hal ini maksudnya
adalah guru membuat rambu-rambu penilaian (cara penilaian) yang
jelas untuk setiap soal yang dibuat guru. Hal ini dilakukan, agar guru
dapat dengan mudah dan jelas memberikan penilaian sesuai patokan
yang sudah dibuat guru. Sehingga mempermudah guru dalam
melakukan penilaian otentik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
Yang ke 4) ikut seminar tentang penilaian hasil belajar dan
baca buku sumber. Upaya ini sesuai untuk dilakukan, karena dengan
mengikuti seminar guru akan mendapat wawasan baru dalam
melaksanakan penilaian hasil belajar. dan dari seminar tersebut guru
juga mendapat buku panduan untuk melaksanakan penilaian yang
tepat.
7) Menyesuaikan alokasi waktu pembelajaran yang sudah ditentukan dengan pelaksanaannya di dalam kelas
Dalam menyikapi hambatan ini, beberapa guru telah mencoba
untuk mengatasinya dengan cara: 1) menentukan alokasi waktu untuk
setiap mata pelajaran yaitu 1 jam 45’. Upaya ini kurang sesuai untuk
dilakukan, karena penentuan alokasi waktu pada setiap kompetens i
dasar didasarkan pada jmlah minggu efektif dan alokasi waktu mata
pelajaran per minggu dengan mempertimbangkan jumlah kompetensi
dasar, keluasan, kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat kepentingan
kompetensi dasar. Dan penentuan 1 jam berapa menit itu disesuaikan
dan ditentukan oleh masing-masing sekolah berdasarkan pernyataan
diatas.
Yang ke 2) mempercepat tempo Kegiatan Belajar Mengajar
(KBM) sehingga dapat selesai sesuai rencana. Upaya ini kurang sesuai
untuk dilakukan, karena memang betul upaya tersebut dilakukan untuk
menyesuaikan alokasi waktu pembelajaran yang sudah ditentukan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
Namun guru juga harus melihat kemampuan siswa dalam menyerap
materi sehingga siswa dapat mencapai ketuntasan dalam belajar.
Yang ke 3) membuat cadangan waktu. Upaya ini sesuai untuk
dilakukan, karena cadangan waktu ini digunakan untuk mengganti
waktu yang terbuang, yang mungkin terbuang untuk kegiatan guru
yang mendadak atau kondisi kelas yang tidak kondusif. Sehingga
dengan cadangan waktu, proses pembelajaran dapat berjalan dengan
lancar.
Yang ke 4) penyesuaian keluasan materi dengan waktu yang
tersedia. Upaya ini sesuai untuk dilakukan, karena dengan hal ini guru
dapat menentukan / menyusun waktu untuk setiap materi yang akan
disampaikan. Sehingga disaat guru menyampaiakan materi
pembelajaran, guru tau materi yang diajarkan tersebut membutukan
waktu berapa banyak. Namun hal ini juga perlu disesuaikan dengan
kemampuan anak dalam menyerap materi.
8) Menyampaikan pembelajaran di dalam kelas dengan sumber belajar yang beragam
Dalam menyikapi hambatan ini, beberapa guru telah mencoba
untuk mengatasinya dengan cara: 1) memilih sumber-sumber belajar
yang tepat, kemudian memahaminya untuk pengayaan. Upaya ini
sesuai untuk dilakukan, karena dengan memilih sumber-sumber yang
tepat guru harus dapat memberikan pembelajaran dan pengayaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
(penjajakan) yang dapat mengembangkan potensi siswa. Sehingga
siswa memperoleh konsep yang benar dan tepat untuk belajar.
Yang ke 2) mencari referensi dari berbagai sumber sumber dan
media. Misalnya: dari perpus, browsing di internet, mas media,
lingkungan sekitar. Upaya ini sesuai untuk dilakukan, karena dengan
hal tersebut guru dapat mempermudah guru dalam menyampaikan
pembelajaran dan memberikan berbagai macam contoh yang relevan
serta nyata. Sehingga siswa dapat belajar tidak hanya dari satu sumber
dan siswa tidak jenuh mengikuti proses pembelajaran (hal ini
memotivasi siswa untuk belajar giat).
9) Menerapkan metode pembelajaran yang akan digunakan di dalam
kelas
Dalam menyikapi hambatan ini, beberapa guru telah mencoba
untuk mengatasinya dengan cara: 1) mempersiapkan metode
pembelajaran yang cocok untuk proses pembelajaran. Dalam hal ini,
dimaksudkan bahwa guru tidak hanya sebatas mempersiapkan metode
pembelajaran yang cocok untuk proses pembelajaran saja, tetapi guru
juga kreatif membuat, mengembangkan metode pembelajaran yang
bervariasi dan menarik agar siswa mampu menerima materi dengan
baik. Contohnya: dengan diskusi, kerja kelompok, dengan sosiodrama.
Upaya ini sesuai untuk dilakukan, karena hal diatas akan mempelancar
guru dalam melaksanakan pembelajaran. Siswa menjadi tidak bosan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
dan siswa menjadi termotivasi belajar dengan metode pembelajaran
yang sudah dipersiapkan guru.
Yang ke 2) menyesuaikan dengan kondisi kelas dan
kemampuan siswa dalam menyerap materi, dan menyesuaikan media
yang ada di sekolah. Upaya ini sesuai untuk dilakukan, karena metode
pembelajaran itu sendiri selalu berkaitan dengan media yang
digunakan. Sehingga dalam menggunakan metode pembelajaran, guru
harus menyesuaikan dengan media yang ada, namun dengan begitu
guru harus tetap kreatif dalam menentukan / membuat metode
pembelajaran agar menarik.
Selain itu strategi atau metode pembelajaran apapun dapat
diterapkan sepanjang strategi atau metode itu relevan dengan
kurikulum 2006. Artinya, strategi atau metode pembelajaran itu
menekankan pada pemecahan masalah, bisa dijalankan dalam berbagai
konteks pembelajaran, mengarahkan siswa untuk pembelajaran
mandiri, mengaitkan pengajaran pada konteks kehidupan siswa yang
bermacam-macam, mendorong terciptanya masyarakat belajar,
menerapkan penilaian otentik dan menyenangkan. Sehingga guru perlu
menyesuaikan kondisi siswa, dan menyesuaikan kemampuan siswa
dalam menyerap materi agar tujuan penerapan strategi dan metode
pembelajaran seperti yang diungkapkan diatas terlaksana dengan baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
3. Rencana tindakan selanjutan yang bisa diusulkan dalam mengimplementasikan KTSP dikelas
Dalam pembahas ini, peneliti akan mengulas lebih dalam mengenai
rencana tindakan selanjutnya.
a. Komponen Tujuan Pendidikan Sekolah
Dalam komponen pertama yang terdiri dari tujuan, visi dan misi,
guru masih ada yang mengalami kesulitan tetapi ada juga yang merasa
baik-baik saja. Langkah penyelesaian masalah yang diambil adalah
melibatkan siswa dalam praktek dan meningkatkan profesionalisme guru.
Hal ini tidak match karena masih bersifat teoritik , ideal dan dengan kata
lain tidak operasional sebelum guru sendiri paham akan tujuan, visi, misi,
mustahil guru dapat melaksanakan pembelajaran di kelas. Sehingga
rekomendasinya adalah dilaksanakan lokakarya / pertemuan rutin
terjadwal untuk mempelajari tujuan , visi, dan misi sekolah oleh yayasan /
kepala sekolah / dinas.
Peneliti juga memberikan rekomendasi, yaitu diberikan sosialisasi
kepada siswa lebih dini, untuk memperkenalkan tujuan, visi dan misi
sekolah. Karena dalam suatu proses pembelajaran itu terdiri dari guru dan
siswa, sehingga tidak hanya guru saja yang paham akan tujuan, visi dan
misi sekolah tetapi siswa juga perlu memahami tujuan, visi, dan misi
sekolah. Sehingga proses pembelajaran yang diharapkan sekolah, yang
sesuai dengan tujuan, serta visi misi sekolah dapat tercapai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
b. Komponen Struktur dan Muatan KTSP
Dalam komponen kedua, yaitu untuk sub komponen
pengembangan diri, kecakapan hidup, beban belajar, dan Kriteria
Ketuntasan Minimal (dari 39% - 48%), setidaknya sedikit guru masih
mengalami kesulitan, tetapi masih banyak guru yang masih mengalami
kesulitan. Untuk mengatasi hambatan tersebut yang sudah dilakukan guru
adalah mengamati peserta didik, MGMP, dll termasuk remidi. Hal ini ada
yang sudah match seperti melakukan remidi untuk siswa yang belum
tuntas, hingga hasil yang diperoleh mencapai KKM yang ditentukan.
Namun ada juga yang belum match karena jawaban mereka lebih bersifat
harapan, pelaksanaan dan belum dilakukan seperti guru hanya sebatas
mengamati siswa saja dan untuk MGMP pun terkadang guru malas untuk
mengikutinya atau hanya sebatas mengikuti tetapi hasil yang diperoleh
tidak diterapkan.
Sehingga rekomendasi dari guru adalah guru lebih dibina dan
diberi pelatihan lebih mendalam agar semua guru dapat menjadi
profesional dalam bidangnya masing-masing dan profesional dalam segala
hal (dalam mengajar, menganalisa potensi, mengarahkan siswa dan
memotivasi siswa) dan guru mampu memahami dan menguasai KTSP
secara keseluruhan. Selain itu guru merekomendasikan agar kriteria
kelulusan siswa harus diubah bukan lagi by product tetapi by process.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
Peneliti juga memberikan rekomendasi, yaitu bahwa untuk
menghindari kegiatan yang bersifat ’slogan’ perlu adanya rencana kerja
yang kongkrit dan monev. Sehingga kegiatan yang belum terlaksana dan
belum tercapai dapat terkontrol dan diperbaiki.
c. Komponen Kalender pendidikan
Dalam komponen ketiga, sebagian besar guru tidak mengalami
kesulitan tetapi ada juga guru yang mengalami kesulitan. Langkah
penyelesaian masalah yang diambil adalah membuat cadangan waktu dan
menyusun alokasi waktu dengan baik. Hal ini tidak match karena guru
bersama sekolah masih kesulitan dalam menyusun kalender sekolah
dengan menyesuaikan kalender pendidikan dari diknas, sehingga sekolah
kadang masih kesulitan menyusun alokasi waktu yang baik. Sehingga
rekomendasinya adalah kalender dari dinas disusun lebih awal sehingga
tidak menyulitkan pihak sekolah dalam menyesuaikan.
Peneliti juga memberikan rekomendasi, yaitu guru sejak awal
perlu diperkenalkan dengan kalender yang dibuat sekolah, dan dijelaskan
lebih mendetail. Sehingga guru dapat membuat program semester
(menghitung minggu efektif, menyesuaikan hari libur / kegiatan lain)
dengan baik dan tepat.
d. Komponen Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Dalam komponen keempat, guru masih mengalami kesulitan
terutama di dalam kegiatan pembelajaran, namun ada juga guru yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
merasa tidak memiliki hambatan dalam melaksanakan komponen ini.
Salah satu permasalahan dalam komponen ini adalah keterbatasan sarana
dan prasarana. Langkah penyelesaian masalah yang diambil adalah
mengarahkan dan memotivasi siswa; kreatif dan inovatif dalam
menentukan model / metode pembelajaran. Hal ini tidak match karena
salah satunya, metode itu sendiri berkaitan dengan media yang digunakan
dan guru kurang dapat mengembangkan pengetahuan. Sehingga
rekomendasinya adalah perlu digalakkan MGMP yang lebih mendalam
antar sekolah, sehingga guru memperoleh wawasan yang luas dan guru
lebih dapat mengembangkan pengetahuan. Mungkin baik jika melalui
MGMP, guru secara tim menyediakan media dan kolaborasi dengan
sekolah-sekolah lain dalam bentuk kerjasama untuk mendukung alat-alat
peraga dan tercapainya penerapan model / metode pembelajaran.
Peneliti juga memberikan rekomendasi yaitu guru diberi
bimbingan secara khusus untuk mempelajari berbagai macam pendekatan
atau stretegi pembelajaran dan model atau metode pembelajaran
(pendekatan konstruktivisme, kontekstual, pembelajaran kooperatif,
strategi inkuiri, dll). Dengan begitu guru diharapkan tidak hanya sebatas
mengenal teorinya saja, tetapi juga kreatif dan inovatif dalam
mengembangkannya serta mampu menerapkan pendekatan dan model
pembelajaran tersebut dikelas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
MIND MAP 1 Komponen Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
sub sub sub sub sub sub sub sub sub sub komponen komponen sub sub komponen komponen sub sub sub sub sub sub sub sub sub
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP)
Tujuan Pendidikan
Sekolah
Struktur dan Muatan
KTSP
Silabus dan RPP
Kalender Pendidikan
Sekolah
Misi Sekolah Visi
Sekolah
Tujuan Sekolah
KKBM
Pengaturan Beban Bljr
Kenaikan Kelas & Kelulusan
Pengembangan Diri
Mata Pelajaran Penjurusan
di SMA
Pendidikan Kecakapan Hidup
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Kegiatan Pembelajaran
Indikator
Penilaian
Metode Belajar Sumber
Belajar
Alokasi Waktu
Materi Pembelajaran
Muatan Lokal
Pend. Berbasis Keunggulan Lokal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
MIND MAP 2 Kesulitan yang dihadapi guru dalam mengimplementasikan KTSP dikelas
Dilihat dari komponen Tujuan Pendidikan Sekolah
sub komponen sub komponen sub komponen
kesulitan kesulitan kesulitan
upaya-upaya upaya-upaya upaya-upaya
berhubungan berhubungan
Komponen Tujuan Pendidikan Sekolah
Tujuan Sekolah Visi Sekolah Misi Sekolah
Kondisi siswa berbeda-beda
Motivasi siswa minim
Guru kurang memahami tujuan, visi,misi
Kolaborasi dengan sekolah
Meningkatkan profesionaisme guru
Model pembelajaran bervariasi
Siswa diarahkan dalam bentuk praktek
Mengembangkan model pembelajaran
Komponen Metode Belajar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
MIND MAP 3 Kesulitan yang dihadapi guru dalam mengimplementasikan KTSP dikelas
Dilihat dari komponen Struktur dan Muatan KTSP
sub komponen sub komponen Kesulitan kesulitan kesulitan kesulitan kesulitan kesulitan kesulitan upaya upaya upaya upaya upaya upaya upaya berhubungan berhubungan upaya berhubungan berhubungan
Komponen Struktur dan Muatan KTSP
Mata Pelajaran Pengembangan
diri Pengaturan
Beban Belajar KKM Kenaikan Kls&
Kelulusan Penjurusan di
SMA Pendidikan
Kecakapan Hdp
Mengatur alokasi waktu
Fasilitas kurang memadai
Latar
belakang siswa berbeda
Kurang menyadari sbg pelajar
Materi banyak
Input siswa rendah
Sifat kondisional
Target UAN
Buku refrensi kurang
Pemberian nilai
tambahan
Motivasi siswa
rendah
Kemampuan siswa rata2 sama
Bakat siswa kurang di munculkan
Sarana prasarana terbatas
Keterampilan anak berbeda
MGMP
Guru hrs kompeten
Siswa dikenalkan pd keg sehari2
upaya
Mengamati peserta didik
Analisa potensi siswa
Sub Komponen Metode Pembelajaran
Sub Komponen Kegiatan pembelajaran
Penyesuaian materi ajar
Siswa diberi tugas / PR
Guru menentukan peta konsep
Sub Komponen Alokasi Waktu
Remidi
Melihat kategori
setiap Mapel
kolaborasi sekolah dgn ortu
Mengarahkan siswa
Menjalin komunikasi berkelanjuta
Memotivasi siswa
Diselipkan dlm Mapel
Memotivasi siswa
Mengetahui latar belakang siswa
Metode Pembelajaran kontekstual
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
MIND MAP 4 Kesulitan yang dihadapi guru dalam mengimplementasikan KTSP dikelas
Dilihat dari komponen Kalender Pendidikan
kesulitan kesulitan
upaya upaya Berhubungan berhubungan
Komponen Kalender Pendidikan
Sekolah menyusun pendidikan sendiri
Daya tangkap siswa kurang
Membuat cadangan waktu
Penyusunan alokasi waktu yang baik
Sub Komponen Alokasi Waktu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
MIND MAP 5 Kesulitan yang dihadapi guru dalam mengimplementasikan KTSP dikelas
Dilihat dari komponen Silabus dan RPP
sub komponen sub komponen sub komponen kesulitan kesulitan kesulitan kesulitan kesulitan kesulitan upaya upaya upaya upaya upaya
Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Materi Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran
Indikator Penilaian Alokasi Waktu
Sumber Belajar
MetodeBelajar
Input siswa rendah
Siswa kurang serius belajar
Latar belakang siswa beraneka ragam
Motivasi siswa rendah
Keterbatasan Media
Siswa Kurang Kondusif
Materi sulit divisualkan
Kemauan terbatas
Siswa tidak mengumpulkan hasil kerja
Waktu byk terbuang
Siswa hrs dijelaskan lbh mendalam
Buku diperpus kurang Menemukan
metode pembelajaran yang cocok
Siswa tdk punya buku pegangan
Menerapkan metode dg menyesuaikan materi
Mengarahkan siswa
Menguasai materi
Memahami standar kompetensi
Memahami kompetensi dasar
Menambah sumber buku
Menyusun materi pembelajaran
Sub Komponen Mata Pelelajaran
Menyesuaikan jumlah jam mengajar
Menyesuaikan situasi kondisi siswa
Memberikan motivasi
Kreatif dan inovatif
Sub Komponen Alokasi Waktu
Memberikan remidi
Kreatif menentukan jenis tagihan
Mengikuti seminar
Sub Komponen KKM
berhubungan
Membuat cadangan waktu
Penyesuaian keluasan waktu
Sub Komponen Kalender Pendidikan
Memilih sumber bljr
Mencari referensi
Siapkan metode pembelajaran yg cocok
Sub Komponen Kegiatan Pembelajaran
berhubunga berhubungan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan analisis data, maka dapat ditarik kesimpulan untuk rumusan
masalah yang pertama bahwa guru mengalami kesulitan dalam
mengimplementasikan KTSP dikelas nampak pada aspek-aspek yang dijelaskan
dalam tabel berikut:
Komponen Sub Komponen Rangking Kesulitan
Tujuan Pendidikan Sekolah
1. Tujuan pendidikan menengah atas
9 %
2. Visi pendidikan sekolah 9 % 3. Misi pendidikan
sekolah 9%
Struktur dan Muatan KTSP
1. Pengembangan diri 61 %
2. Pendidikan kecakapan hidup
61 %
3. Pengaturan beban belajar
55 %
4. Kriteria ketuntasan belajar
52 %
5. Penjurusan di SMA 25 % 20 % 6. Kenaikan kelas dan
kelulusan 14 %
7. Mata pelajaran 14 % Kalender Pendidikan Kalender pendidikan
sekolah 18 %
Silabus dan RPP 1. Kegiatan Pembelajaran 64 % 2. Metode Belajar 32 % 3. Standar Kompetensi 16 %
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
142
4. Penilaian 16 % 5. Indikator 14 % 6. Alokasi waktu 14 % 7. Kompetensi Dasar 11 % 8. Sumber Belajar 5 %
Kemudian cara guru mengatasi kesulitan yang dihadapi dalam
mengimplementasikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dikelas
untuk aspek-aspek yang dijelaskan diatas adalah berbagai macam upaya baik
yang sudah sesuai maupun yang belum sesuai yang dapat menjadikan para guru
lebih lancar dalam menerapkan atau melaksanakan pembelajaran dikelas.
Karena guru kurang paham dengan penyusunan terlebih penerapan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di dalam kelas, maka dapat
direkomendasikan adanya satu proses sosialisasi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) yang lebih mendalam dan menyeluruh (misalnya pelatihan
penyusunan dan penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang
disertai dengan kegiatan monev oleh sekolah / tim independen). Pada intinya,
guru yang menjadi ujung tombak proses pembelajaran dan perlu adanya proses
pendampingan oleh instansi terkait. Sehingga permasalahan kekurangan dalam
hal ini dapat diatasi guna meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
143
B. SARAN
Melihat dari hasil penelitian ini bahwa terdapat beberapa kesulitan
yang dihadapi guru dalam mengimplementasikan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) di kelas, maka hal ini hendaknya perlu untuk ditindak
lanjuti oleh pihak-pihak sebagai berikut:
1. Untuk Guru
Guru diharapkan lebih profesional lagi, baik itu dalam materi
maupun metode, rasa tanggung jawab, pribadi, sosial, intelektual, moral dan
spiritual. Selain itu guru diharapkan mampu memahami dan menerapkan
hukum didaktik dengan benar supaya proses Kegiatan Belajar Mengajar
(KBM) dapat tercapai dengan baik.
2. Untuk Sekolah
Sekolah perlu mengadakan seminar dalam satu sekolah, dengan
sekolah-sekolah lain tidak hanya satu domisili tetapi secara menyeluruh
dalam bentuk Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), setiap sebulan
sekali atau setiap satu semester agar para guru dapat sharing pengalaman
mengajar, dan apabila guru mengalami kesulitan dapat dicari solusi yang
tepat secara bersama-sama sehingga solusi tersebut tidak hanya untuk guru
dalam satu sekolah tetapi untuk semua sekolah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
144
3. Universitas Sanata Dharma
Peneliti berharap, FKIP tidak hanya mengajarkan mengenai profesi
guru secara umum tetapi lebih mendalam lagi. Dan calon guru sebelum
praktik mengajar atau sebelum lulus juga perlu diberi pendalaman mengenai
kurikulum, seperti kurikulum KTSP saat ini. Calon guru tidak hanya
dibekali saat akan melakukan PPL saja dan hanya teorinya, namun
mengenai kurikulum tersebut sudah diajarkan sebelumnya sehingga calon
guru lebih mengerti dan mengenal kurikulum yang dilaksanakan sekarang.
4. Pemerintah
Karena yang menjadi kesulitan guru mayoritas diakibatkan
keterbatasan sarana prasarana di setiap sekolah, maka peneliti berharap
pemerintah mau memperbaiki pendidikan yang ada dengan membantu
memberikan sarana prasarana yang cukup untuk sekolah yang kurang dan
tidak memiliki sarana dan prasarana untuk proses Kegiatan Belajar
Mengajar (KBM), supaya sekolah-sekolah yang ada dapat melakukan proses
pembelajaran dengan lancar dan menghasilkan generasi penerus yang
potensial.
C. KETERBATASAN
1. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah
kuesioner terbuka. Masing-masing pernyataan hanya memiliki pilihan ya
dan tidak, dan alasanya mengapa memilih jawaban tersebut. Hal ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
145
memungkinkan alasan yang dikemukakan responden yang berbeda-beda,
sehingga hasil penelitian tidak sesuai dengan keadaan yang sesungguhnya.
2. Peneliti tidak mampu melacak kejujuran setiap responden dalam
memberikan jawaban. Oleh sebab itu, maka apabila responen menjawab
dengan tidak jujur maka hasil penelitian tidak mencerminkan keadaan yang
sesungguhnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
146
DAFTAR PUSTAKA
Alexander Inglish. 1981. The Principles of Secondari Education. New York.
Amentembun, NA.1973. Guru dalam Administrasi Sekolah. Bandung.
Arikunto, Suharsimi. 1986. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik . Jakarta: Bina Aksara.
Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas.
Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat
satuan Pendidikan (KTSP). Dalam Depdiknas (Online). Tersedia: http://ktsp.diknas.go.id/ktsp-sma.php.
Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Panduan Pengembangan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Jakarta. Hadi, Sutrisno. 1986. Prosedur Penelitian. Jakarta: Bina Aksara. Kuncoro, Mudrajat. 2003. Metode untuk Bisnis dan Ekonomi. Jakarta: Erlangga. Peraturan Mendiknas. 2006. Permen Nomor 22, 23, 24. Dalam peraturan (Online).
Tersedia: http://id.wikipedia.org/wiki/kurikulum-tingkat-satuan-pendidikan. Miles, Mattew B., Huberman, a. Michael. 1984. Qualitative Data Analysis. Beverly
Hills: Sage Publication. Moleong, Lexy. 1989. Metodologi Penelitian kualitatif. Bandung: Remaja Karya.
Muslich, Masnur. 2007. KTSP (Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual). Jakarta: Bumi Aksara.
Nana, Sudjana, 1988. Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah.
Bandung: Sinar Baru. Peraturan Mendiknas Nomor 22. 2006. Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar
dan Menengah. Jakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
147
Peraturan Mendiknas Nomor 23. 2006. Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta.
Peraturan Mendiknas Nomor 24. 2006. Pelaksanaan Peraturan Mentri Pendidikan
Nasional Nomor 22 dan Nomor 23. Jakarta. Poerwadarminto. 1976. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Romie, Stephen. 1954. Building The Hing School Curriculum. New York: The Ronald Press Comp.
Sanjaya, Wina. 2005. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis
Kompetensi. Jakarta: Kencana. Spillane James. 2006. Metodologi Penelitian Bisnis. USD: Yogyakarta Sugiono. 2004. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.
Thomas Gordon. 1983. Guru Yang Efektif. Jakarta: CV. Rajawali. Wiryokusumo Iskandar, Mulyadi Usman, 1988. Dasar-dasar Pengembangan
Kurikulum. Jakarta: Bina Aksara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
148
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
149
KODE
KUESIONER PENELITIAN
KESULITAN-KESULITAN YANG DIHADAPI GURU EKONOMI AKUNTANSI
DI SMA KOTA YOGYAKARTA DALAM IMPLEMENTASI
KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) DI KELAS
Program Studi Pendidikan Akuntansi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
2008
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
150
Hal: Pengisian Kuesioner
Kepada Yth: Bapak / Ibu Guru responden
Di tempat.
Dengan Hormat, Saya adalah Mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Saya bermaksud mengadakan kegiatan penelitian dengan judul ” Kesulitan-Kesulitan yang dihadapi Guru Ekonomi Akuntansi di SMA Kota Yogyakarta dalam Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di Kelas” dalam rangka menempuh skripsi. Sehubungan dengan hal tersebut, saya mohon kesediaan Bapak / Ibu guru untuk menjadi responden dalam penelitian ini. Saya berharap Bapak / Ibu guru berkenan untuk menjawab keseluruhan pertanyaan sesuai dengan keadaan yang sesungguhnya. Sejalan dengan etika penelitian, saya akan menjamin kerahasiaan jawaban Bapak / Ibu guru dan memastikan bahwa jawaban Bapak / Ibu guru hanyalah semata-mata untuk mencapai tujuan penelitian ilmiah ini.
Saya menyadari bahwa pengisian kuesioner ini sedikit banyak mengganggu aktivitas Bapak / Ibu guru. Oleh sebab itu, saya mohon maaf sebelumnya.
Demikian permohonan saya. Atas perhatian dan kerjasama Bapak / Ibu guru, saya mengucapkan terima kasih.
Yogyakarta, 21 Febuari 2008
Mengetahui Hormat Saya,
( E. Catur Rismiati, S.Pd., M.A. ) ( Eunike Dia Kristiani ) Dosen Pembimbing Peneliti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
151
PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER
1. Kuesioner ini terdiri 2 bagian yaitu:
Bagian I : Identitas Responden
Bagian II : Pertanyaan
2. Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang saudara paling anggap sesuai dengan
keadaan pada jawaban yang telah disediakan dan berikan alasannya mengapa
saudara memilih jawaban tersebut?
BAGIAN I
Identitas Responden
SMU :
Nama :
(boleh tidak diisi)
Mengajar : Kelas X, Kelas XI, Kelas XII (coret yang
tidak perlu)
Pengalaman Mengajar: th
Jenis Kelamin :
Golongan :
Status Akreditas Sekolah:
Status Sekolah : Negeri / Swasta (coret yang tidak perlu)
Berapa kali guru mengalami pelatihan atau pendampingan dalam penyusunan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
152
BAGIAN II
Pertanyaan I
A. Tujuan Pendidikan Sekolah, Visi Sekolah, Misi Sekolah, Tujuan Sekolah
1. Apakah Bapak/Ibu guru mengalami kesulitan dalam melaksanakan
pembelajaran di kelas dengan menyesuaikan tujuan pendidikan sekolah?
a. Ya b. Tidak
Alasan:
................................................................................................................................
................................................................................................................................
2. Apa Bapak/Ibu guru mengalami kesulitan untuk melaksanakan visi sekolah
dalam pembelajaran di kela s?
a. Ya b. Tidak
Alasan:
................................................................................................................................
................................................................................................................................
3. Apa Bapak/Ibu guru mengalami kesulitan untuk melaksanakan misi sekolah
dalam pembelajaran dikelas?
a. Ya b. Tidak
Alasan:
................................................................................................................................
................................................................................................................................
B. Struktur dan Muatan KTSP
Mata Pelajaran
4. Apakah Bapak/Ibu guru mengalami kesulitan dalam menerapkan /
menyampaikan materi mata pelajaran dan materi pokok pembelajaran di dalam
kelas?
a. Ya b. Tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
153
Alasan:
................................................................................................................................
................................................................................................................................
Pengembangan Diri
5. Apakah Bapak/Ibu guru mengalami kesulitan dalam membimbing pelaksanaan
kegiatan pengembangan diri siswa yang sesuai dengan kebutuhan, kemampuan,
bakat, minat peserta didik, dan kondisi sekolah?
a. Ya b. Tidak
Alasan:
................................................................................................................................
................................................................................................................................
Pengaturan Beban Belajar
6. Apakah Bapak/Ibu guru mengalami kesulitan dalam melaksanakan beban
belajar (tatap muka, mengatur alokasi waktu, struktur dan mandiri) yang telah
diatur sekolah?
a. Ya b. Tidak
Alasan:
................................................................................................................................
................................................................................................................................
Kriteria ketuntasan Belajar (Penilaian)
7. Apakah Bapak/Ibu guru mengalami kesulitan dalam melaksanakan Indikator
ketuntasan minimal (KKM) mata pelajaran?
a. Ya b. Tidak
Alasan:( jika jawaban iya, dalam hal apa)
................................................................................................................................
...............................................................................................................................
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
154
Kenaikan Kelas dan Kelulusan
8. Apakah Bapak/Ibu guru mengalami kesulitan dalam melaksanakan indikator
dan mekanisme kenaikan kelas yang telah disusun oleh Sekolah berdasarkan
Panduan kenaikan kelas?
a. Ya b. Tidak
Alasan:( jika jawaban iya, dalam hal apa)
................................................................................................................................
...............................................................................................................................
9. Apakah Bapak/Ibu guru mengalami kesulitan dalam menerapkan strategi
penanganan siswa yang tidak naik atau tidak lulus yang diberlakukan oleh
sekolah?
a. Ya b. Tidak
Alasan:
................................................................................................................................
................................................................................................................................
Penjurusan di SMA
10. Apakah Bapak/Ibu guru mengalami kesulitan dalam melaksanakan penelusuran
bakat, minat, dan prestasi yang diberlakukan oleh sekolah sesuai dengan
indikator dan mekanisme penjurusan di SMA?
a. Ya b. Tidak
Alasan:
................................................................................................................................
...............................................................................................................................
Pendidikan Kecakapan Hidup
11. Apakah Bapak/Ibu guru mengalami kesulitan dalam menyajikan pendidikan
kecakapan hidup (kecakapan personal, sosial, vokasional) secara terintegrasi
dengan pelajaran Bapak / Ibu di kelas?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
155
a. Ya b. Tidak
Alasan:( jika jawaban iya, dalam hal apa)
................................................................................................................................
................................................................................................................................
C. Kalender Pendidikan
12. Apakah guru mengalami kesulitan dalam menyesuaikan pelaksanaan
pembelajaran dikelas yang telah disusun dalam kalender pendidikan yang
ditetapkan oleh Dinas Pendidikan setempat?
a. Ya b. Tidak
Alasan:
................................................................................................................................
................................................................................................................................
D. Silabus dan RPP
Standar Kompetensi
13. Apakah guru mengalami kesulitan menerapkan Standar Kompetensi dalam
melaksanakan pembelajaran di kelas ?
a. Ya b. Tidak
Alasan:( jika jawaban iya, dalam hal apa)
................................................................................................................................
................................................................................................................................
Kompetensi Dasar
14. Apakah guru mengalami kesulitan menerapkan Kompetensi Dasar dalam
melaksanakan pembelajaran di kelas?
a. Ya b. Tidak
Alasan:( jika jawaban iya, dalam hal apa)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
156
................................................................................................................................
..............................................................................................................................
Kegiatan pembelajaran
15. Apakah guru mengalami kesulitan dalam melaksanakan kegiatan belajar (model
pembelajaran, media pembelajaran, pengembangan dalam potensi siswa) di
dalam kelas?
a. Ya b. Tidak
Alasan:( jika jawaban iya, dalam hal apa)
................................................................................................................................
................................................................................................................................
Indikator
16. Apakah guru mengalami kesulitan dalam pelaksanaan indikator pencapaian
kompetensi di dalam kelas
a. Ya b. Tidak
Alasan:( jika jawaban iya, dalam hal apa)
................................................................................................................................
................................................................................................................................
Penilaian
17. Apakah guru mengalami kesulitan dalam melakukan penilaian otentik (unjuk
kerja, proyek, hasil kerja, tertulis (paper & pen), portofolio, sikap, diri)?
a. Ya b. Tidak
Alasan:( jika jawaban iya, dalam hal apa)
................................................................................................................................
................................................................................................................................
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
157
Alokasi Waktu
18. Apakah guru mengalami kesulitan dalam menyesuaikan alokasi waktu
pembelajaran yang sudah ditentukan dengan pelaksanaannya di dalam
kelas?
a. Ya b. Tidak
Alasan:( jika jawaban iya, dalam hal apa)
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
Sumber Belajar
19. Apakah guru mengalami kesulitan dalam menyampaikan pembelajaran di dalam
kelas dengan sumber belajar yang beragam?
a. Ya b. Tidak
Alasan:( jika jawaban iya, dalam hal apa)
................................................................................................................................
............................................................................................................................. ..
Metode Belajar
20. Apakah guru mengalami kesulitan dalam menerapkan metode pembelajaran
yang akan digunakan di dalam kelas?
a. Ya b. Tidak
Alasan:
................................................................................................................................
................................................................................................................................
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
158
Pertanyaan II
Setelah Bapak/Ibu guru mengalami kesulitan-kesulitan dalam mengimplementasikan
KTSP di dalam kelas, bagaimana guru mengatasi kesulitan-kesulitan yang di hadapi
tersebut? Jelaskan cara mengatasinya untuk setiap komponen yang dirasa menjadi
kesulitan Bapak/Ibu guru dalam mengimplementasikan KTSP?
INDIKATOR KOMPONEN CARA MENGATASI
Tujuan
Pendidikan
Sekolah
1. Tujuan
Pendidikan
Sekolah
Menengah Atas
2. Visi Sekolah
Menengah Atas
3. Misi Sekolah
Menengah Atas
Struktur dan
Muatan
KTSP
1. Mata Pelajaran
2. Pengembangan
Diri
3. Pengaturan
Beban Belajar
4. Kriteria
Ketuntasan
Belajar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
159
INDIKATOR KOMPONEN CARA MENGATASI
5. Kenaikan Kelas
dan Kelulusan
6. Penjurusan di
SMA
7. Pendidikan
Kecakapan
Hidup
Kalender
Pendidikan
Kalender pendidikan
yang digunakan oleh
sekolah
Silabus dan
RPP
1. Standar
Kompetensi
2. Kompetensi
Dasar
3. Materi Pokok /
Pembelajaran
4. Kegiatan
Pembelajaran
5. Indikator
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
160
INDIKATOR KOMPONEN CARA MENGATASI
6. Penilaian Hasil
Belajar
7. Alokasi Waktu
8. Sumber Belajar
9. Metode Belajar
Pertanyaan III
Apa yang menjadi harapan / usulan Bapak/Ibu guru agar pelaksanaan KTSP di kelas
menjadi lebih operasional dan mudah?
Validasi Instrumen Penelitian / Kuesioner oleh Tim Ahli:
Tanggal Tanda Tangan
1. E. Catur Rismiati, S.Pd., M.A.
2. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si.
3. Drs. Y. B. Adimassana, M.A.
4. Y. Supriyadi Bc. Hk. S.Pd
.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
161
HASIL OLAH DATA PER ITEM SOAL (Untuk mengetahui jumlah presentase guru yang mengalami dan tidak mengalami kesulitan)
SMU / Item Soal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 SMA Bhinneka Tunggal Ika T T T T T T Y T T T Y T T T Y Y Y T Y T SMA Bhinneka Tunggal Ika Y Y Y T T Y Y Y Y Y T Y Y T Y T T T T Y SMA Taman Madya IP T T T T Y T T T T T Y T T T T T T T T T SMA Taman Madya IP T T T T Y Y T T T T Y T T T Y T T T T Y SMA Taman Madya IP T T T T Y Y Y T T T Y T T T Y T T T T Y SMA Taman Madya IP T T T T T T Y T T T T T T T T T T T T T SMA Katolik Sang Timur T T T T T Y T T T T Y T T T Y T T T T T SMA Katolik Sang Timur T T T T Y Y T T Y T Y T T T T T T T T T SMA Stella Duce 1 Yk T T T T Y T Y T Y T Y T T T T T T T T T SMA Stella Duce 1 Yk T T T T Y T T T T Y T Y T T Y T Y T T Y SMA Santo Thomas Yk T T T T Y T Y T Y T T T T T Y Y T T T Y SMA Santo Thomas Yk T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T SMA 17'1 T T T T Y Y Y T T T Y T T T T T T T T T SMA Marsudi Luhur T T T Y Y T Y Y T Y Y Y Y T Y T T Y T T SMA Marsudi Luhur Y Y T Y T Y T Y Y T Y Y Y Y T Y T Y T Y SMA Marsudi Luhur T T Y T Y Y T T T T T T T T Y T T T T T SMA Stella Duce 2 Yk T T T T Y Y Y T T T T T T T Y T Y Y T Y SMA Bopkri 2 T T T T Y T Y T T Y Y T T T T T T T T T SMA Bopkri 2 T T T T T Y T T T T T T T T Y T T T T T SMA Taman Madya Jetis T T T T Y T T T T T Y T T T Y T T T T T SMA Taman Madya Jetis T T T Y T Y Y T T T Y T T T T T T T T T SMA Taman Madya Jetis T T T T Y Y T T Y T Y T T T T T Y T T T SMA Negeri 11 Yk Y T T T Y T Y Y T T Y Y Y T Y T T T T T SMA Negeri 11 Yk T T T T T T Y T Y T T T T T Y T T T T T SMA Negeri 8 Yk T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T SMA Negeri 8 Yk T T T T T Y T T T Y T T T T Y T T T T T SMA Negeri 7 Yk T T T T Y T T T T T T T T T T T T T T T
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
162
SMA Negeri 7 Yk T T T T Y Y Y T T T T T T Y Y T T Y T T SMA Negeri 7 Yk T T T T Y T T T T T T T T T Y T T T T Y SMA Negeri 10 Yk T T T T T T T T T T Y T T T T T T T T T SMA Negeri 10 Yk T T T T T Y T T T T Y T T T T T T T T T SMA Negeri 10 Yk T T T T Y T Y Y Y T Y T T T Y T Y T T T SMA Budya Wacana Y Y Y T Y Y T T T Y Y Y Y Y Y Y T T T T SMA Santa Maria T T T T T T Y T T Y Y T T T T T T T T T SMA Santa Maria T T T T T T T T T T T T T T Y T T Y T T SMA Institute Indonesia T Y Y T Y Y Y T T Y Y T T Y T T Y T Y T SMA Piri 1 T T T T Y Y T T T T Y Y T T Y Y T Y T T SMA Piri 1 T T T Y Y Y Y T T T Y T Y Y Y T T T T Y SMA Piri 1 T T T Y T Y Y T T T Y T T T Y T T T T T SMA Negeri 11 Yk T T T T T T Y T T T T T T T Y T T T T Y SMA Stella Duce 2 T T T T Y Y T T T T Y T T T Y T Y T T Y SMA Boda T T T T Y Y Y T Y Y Y T T T Y Y T T T Y SMA Boda T T T T Y Y Y T T Y Y T T T Y T T T T Y SMA Marsudi Luhur T T T Y Y Y Y Y T Y Y Y Y T Y T T T T Y
Presentase Mengalami Kesulitan (Ya) 9 9 9 14 61 55 52 14 20 25 61 18 16 11 64 14 16 14 5 32 Tidak Kesulitan 91 91 91 86 39 45 48 86 80 75 39 82 84 89 36 86 84 86 95 68
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
163
Diagram I
Jumlah Guru yang mengalami kesulitan dan tidak mengalami kesulitan
dalam mengimplementasikan KTSP di kelas
dalam bentuk presentase (%)
0102030405060708090
100
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Ya (%)Tidak (%)
Item Soal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
164
Tujuan PendidikanSekolahStruktur dan MuatanKTSPKalender Pendidikan
Silabus dan RPP
Diagram II Jumlah Guru yang mengalami kesulitan dalam mengimplementasikan
KTSP di kelas dalam bentuk presentase (%) (Per Komponen)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
165
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI