26
KETUBAN PECAH PREMATUR (KPP) I. LANDASAN TEORI a. PENGERTIAN Ketuban pecah prematur adalah ketuban pecah sebelum ada tanda-tanda in partu dan selanjutnya. Setelah ditunggu selama satu jam belum juga mulai tanda-tanda inpartu (Ida Bagus Manuaba 1993). Ketuban pecah prematur adalah pecahnya selaput ketuban secara spontan yang terjadi sebelum satu jam sebelum proses dan tidak memandang usia kehamilan. (Midwivery Volume 2 puline Nac Call Silers). b. ETIOLOGI 1. Tidak diketahui secara pasti. 2. Servik in kompeten. 3. Ketegangan rahim berlebihan : - Kelainam ganda. - Hidramnion. 4. Kelainan letak jam dalam rahim. a. Letak sunsang. b. Letak tilang. 5. Kemungkinan kesempitan panggul. a. Perut gantung. b. Bagian terendah belum masuk PAP. c. Cephalo pervis disproporsi.

KETUBAN PECAH PREMATUR

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ketuban pecah ketika

Citation preview

Page 1: KETUBAN PECAH PREMATUR

KETUBAN PECAH PREMATUR (KPP)

I. LANDASAN TEORI

a. PENGERTIAN

Ketuban pecah prematur adalah ketuban pecah sebelum ada tanda-tanda in

partu dan selanjutnya. Setelah ditunggu selama satu jam belum juga mulai

tanda-tanda inpartu (Ida Bagus Manuaba 1993).

Ketuban pecah prematur adalah pecahnya selaput ketuban secara spontan

yang terjadi sebelum satu jam sebelum proses dan tidak memandang usia

kehamilan. (Midwivery Volume 2 puline Nac Call Silers).

b. ETIOLOGI

1. Tidak diketahui secara pasti.

2. Servik in kompeten.

3. Ketegangan rahim berlebihan :

- Kelainam ganda.

- Hidramnion.

4. Kelainan letak jam dalam rahim.

a. Letak sunsang.

b. Letak tilang.

5. Kemungkinan kesempitan panggul.

a. Perut gantung.

b. Bagian terendah belum masuk PAP.

c. Cephalo pervis disproporsi.

6. Kelainan kawaan dari selaput ketuban.

7. Infeksi yang membabkan terjadinya proses biomekanik pada selaput

ketuban dalam bentuk proteolitik sehingga memudahkan ketuban

pecah.

c. PATOFISIOLOGI

Page 2: KETUBAN PECAH PREMATUR

Selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangnya jaringan ikal dan

vaskularisasi. Bila terjadi pembukaan serviks maka selaput ketuban sangat

lemah dan mudah pecah dan mengeluaran air ketuban.

Dasar-dasar diagnosa KPP :

Terjadi pengeluaran cairan mendadak disertai bau yang khas dilakukan

pemeriksaan terferning dan nitrosin test.

Utuk menegakkan diagnsoa KPP dilakukan :

a. Pemeriksaan spesulum untuk mengambil sampel cairan ketuban.

b. Melakukan pemeriksaan dalam dengan hati-hati.

d. Penatalaksanaan

KETUBAN PECAH PREMATUR

Masuk rumah sakitAntibiotik, batasi pemeriksaan dalam, pemeriksaan air ketuban

kultur dan bakteri, observasi tanda infeksi dan distres janin.Bidan merujuk ke RS / Puskesmas

Hamil Prematur observasi suhu rectal distres janin konti kosteroid

Kehamilan aterm

GagalReaksi uterus tidak adaKelainan letak kepalaFase laten dan aktik menunjangDistres janinRuptur uteri imminentTernuyata CPD

Kehamilan obstetrisDistres janinLetak sunsangLetak lintangCPDBed obstetric lystGrande multiparaElderly prinigravidaInfertilitasPersalinan obstruktif

Letak kepalaIndikasi induksiInfeksiWaktu

Sectio Cesarea Basil persalinan pervagina

Page 3: KETUBAN PECAH PREMATUR

II. ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Biodata : Nama, Umur, Alamat, Pekerjaan.

2. Keluhan Utama :

Keluarnya cairan yang mendadak disertai bau yang khas banyak atau

sedikit (merembes), warna (jernih, keruh, cairan yang bercampur

darah).

3. Riwayat Penyakit Sekarang

Mulainya timbul keluhan (tanggal, jam), upaya yang dilakukan (pergi

ke bidan, R.S, dokter), hasil upaya (pengobatan yang dilakukan).

4. Riwayat Penyakit Dahulu

Pernah terjadi sebelumnya apa tidak.

5. Riwayat Keluarga

Keturunan kembar dalam keluarga. Penyakit keturunan dan menular.

6. Riwayat Menstruasi

HPHT, HPL, Manarche, Siklus, Lamanya, Disminorhea.

7. Riwayat Obstetrik

Riwayat kehamilan sekarang : Terdapat kelainan letak (letak lintang,

letak sungsang, letak normal / kepala).

8. Riwayat Ginekologi

Terdapat infeksi pada daerah genetalia. Infeksi pada daerah serviks.

9. Riwayat Anak : Jumlah anak, jenis persalinan (spontan, operasi, s.c,

vacum, forsep)

10. Riwayat Patososial

- Ibu merasa cemas dengan keadaan ini (karena pengeluaran cairan

yang banyak).

- Kehamilan ini diharapkan oleh suami / keluarga.

11. Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : baik / tidak.

TB : < 145 cm.

TTV : Dalam batas normal, kecuali diikuti tanda-tanda infeksi.

Page 4: KETUBAN PECAH PREMATUR

Perut : terdapat linea nigra, linea alba, pembesaran perut bisa lebih

besar dari usia kehamilan gemeli, hidramnion.

Genetalia externa : kurangnya cairan yang banyak, merembes, sedikit

dengan bau yang khas, warna (darah, jernih,

keruh)

12. Pemeriksaan Khusus

a. Palpasi

* Leopold I : Tinggi fundos uferi bisa lebih tinggi dari usia

kehamilan (Hidramnion, gemeli) / lebih rendah

letak lintang.

* Leopold II : Teraba 3 bagian besar dengan gemeli teraba

kepala / bokong pada kanan / kiri uterus letak

lintang.

* Leopold III : Teraba 2 balotement gemeli. Tidak teraba

bagian-bagian janin (kosong) letak lintang.

Teraba bokong letak sungsang.

* Leopold IV : Bagian terendah jenis sudah masuk / belum.

b. Abdomen, tidak ada his yang adekuat.

c. Auskultasi

Djj untuk mengetahui kesejahteraan janin.

d. Periksa dalam : terdapat pembukaan pada serviks inkompeten

ketuban bisa positif merembes / negatif. Effesement masih kaku

karena tidak ada tanda-tanda persalinan. Bagian terendah janin.

e. Pemeriksaan panggul : UPL terdapat CPD / tidak

13. Pemeriksaan Penunjang

Test lakmus / nitrazine test : Merah menjadi biru.

Pemeriksaan speculum : Untuk mengambil sampel cairn, untuk

kultur dan pemeriksaan bacteriolosis.

Laboratorium : Leukosit darah meningkat > 15.000 ml3 bila terjadi

infeksi melalui pelvik scor.

USG : untuk mengaktifkan usia kehamilan dan letak janin.

Page 5: KETUBAN PECAH PREMATUR

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan keluarnya air ketuban

yang keluar terus menerus.

2. Cemas berhubungan dengan pengeluaran cairan ketuban yang

terus menerus dan banyak.

3. Resiko terjadinya infective berhubungan dengan ketuban pecah.

4. Resiko terjadinya tali pusat membungbung.

C. PERENCANAAN

Dx 1 : Cemas berhubungan dengan pengeluaran cairan ketuban yang terus

menerus dan banyak.

Tujuan : Memberi rasa nyaman sampai dengan partus.

Kriteria hasil : - Pakaian dalam keadaan keling.

- Keluhan px berkurang

Rencana Tindakan :

1. Beri penyuluhan tentang :

- Akibat ketuban pecah dini.

- Perlunya menjaga kebersihan diri.

2. Ganti pakaian px bila basah.

3. Jaga kebersihan diri dan lingkungan.

4. Observasi keluhan px.

5. Observasi pengeluaran pervaginam.

Rasional

1. Px lebih mengerti tentang keadaanya saat ini.

2. Untuk memberikan rasa nyaman px.

3. Agar tidak terjadi infeksi.

4. Untuk mengetahui keadaan px.

5. Agar bisa.

Dx 2 : Cemas berhubungan dengan pengeluaran cairan ketuban yang terus

menerus dan banyak.

Tujuan : Untuk mengurangi kecemasan pada px

Page 6: KETUBAN PECAH PREMATUR

Kriteria hasil : - Kecemasan px berkurang / tidak cemas.

- Px mengerti dengan keadaannya saat ini.

Rencana Tindakan :

1. Berikan penjelasan / H. E tentang :

2. Berikan dukungan profesional sesuai indikasi.

3. Anjurkan untuk selalu mendekatkan diri kepada Allah.

Rasional

1. Akibat ketuban pecah dini.

2. Dapat menurunkan stress / cemas.

3. Dengan mendekatkan diri kepada Allah SWT, pasien lebih

percaya kepada kebesarannya.

Dx 3 : Resiko terjadinya infective berhubungan dengan ketuban pecah.

Tujuan : Tidak terjadi infestive (24 jam)

Kriteria hasil : - TTV dalam batas normal (T, S, N, RR).

- Tidak ada keluhan tanda-tanda infektive.

Rencana Tindakan :

1. Beri penyuluhan / H.E tentang :

2. Jaga kebersihan px dan lingkungan.

3. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antibiotika.

4. Obs. Suhu restal per 4 jam.

5. Obs. Keluhan px

Dx 3: Resiko terjadinya tali pusat membungbung.

Tujuan : Tidak terjadi tali pusat membungbung sampai dengan partus.

Kriteria hasil : - Tali pusat tidak keluar.

- Tidak terjadi gawat janin.

Rencana Tindakan :

1. Beri penjelasan / H.E tentang :

2. Anjurkan px untuk tirah baring (bedrest).

3. Bantu keperluan px.

4. Obs. Pengeluaran pervagiman.

Page 7: KETUBAN PECAH PREMATUR

5. Obs. DDJ

D. IMPLEMENTASI

Pada tahap ini pengolahan dan perwujudan rencana keperawatan yang

telah disusun pada tahap perawatan yang telah ditentukan dengan tujuan

untuk memenuhi secara optimal.

E. EVALUASI

Evaluasi adalah langkah terakhir dalam proses keperawatan.

Evaluasi adalah kegiatan yang disengaja dan terus menerus melibatkan

klien, perawat dan anggota kesehatan lain. Tujuan evaluasi yaitu untuk

menilai apakah tujuan dalam rencana tindakan keperawatan tercapai atau

tidak, atau timbil masalah baru serta untuk melaksanakan pengkajian

ulang.

BAB I III. TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Pengertian

Ketuban pecah dini :

Adalah pecahnua selaput ketuban secara sepontan pada saat belum inpartu

atau selaput ketuban pecah satu jam kemudian tidak diikuti tanda-tanda

persalinan (tanpa melihat umur persalinan ),(standart pe;ayanan medik

MSF obstetri dan genekologi ).

Adalah pecahnya ketuban sebelum inpartu yaitu bila pembukaan

pembukaan primi kurang dari 3 Cm dan multipara kurang dari 5 Cm,

(Muchtar rustam, 1998 hal 255)

1.2 Etiologi

Penyabab dari ketuban pecah dini masih belum jelas maka usaha prefentif

tidak bisa dilakukan kecuali dalam usaha menekan adanya nifas. Tetapi

beberapa bukti menunjukkan bahwa bakteri atau sekresi maternal yang

menyebabkan iritasi dapat menghancurkan selaput ketuban, kadang-

Page 8: KETUBAN PECAH PREMATUR

kadang juga akibat induksi persalinan yang kurang tepat. (Incompetensi

cervix , (Mary Hemilton).

1.3 Patofisiologi

Tailor dan kawan-kawan menyelidiki hal ini ternyata ada hubunganya

dengan hal-hal sebagai berikut :

a. Adanya hipermotilitas rahim yang sudah lama terjadi sebelum ketuban

pecah, penyakit seperti pielonefritis, sarilisis dan vaginitis terdapat

bersama-sama dengan hipermotilisat rahim ini.

b. Selaput ketuban terlalu tipis ( kelainan ketuban ).

c. faktor-faktor lain yang merupakan predisposisi yaitu multipara,

malporasi, disproporsi, cervix incompeten dan lain-lain.

d. Infeksi (amnionitis atau karioamnionitis )

e. Ketuban pecah dini antifisial (amniotomi) dimana ketuban pecahnya

terlalu dini.

Faktor-faktor yang memudahkan pecahnya selaput ketuban terlalu dini :

a. Karioamnionitis menyebabkan selaput ketuban menjadi rapuh

b. Incompetensi servix : kanalis servikalis yang selalu terbuka karena

kelainan servix uteri ( faktor kogenital, faktor aknisita, faktor

pesikologik).

c. Kelaianan letak : tidak ada bagiaan terendah janain yang menutupi

PAP, yang dapat mengurangi tekanan selaput bagian bawah .

d. Trauma: menyebabkan tekanan intraliterine mendadak meningkat.

1.4 Diagnosis

Daiagnisis arus didasarkana pada :

a. Anamnesa

- Kapan keluarnya cairan

- Warna dan bau

- Adakah partikel-partikel didalam cairan

b. Inspeksi

- Keluar cairan pervaginan

c. Inspekulo

Page 9: KETUBAN PECAH PREMATUR

Bila fundus atau bagian terendam digoyahkan keluar dari OUE

terkumpul di forniks posterior

d. Periksa dalam

- Adanya cairan dalam vaginan

- Selaput ketuban tidak ada

e. Pemeriksaan laboratorium

- Dengan kertas lakmus menunjukkan reaksi basa lakmus

berubah jadi biru yang berarti air ketuban

- Dengan kertas lakmus menunjukkan reaksi asam kertas lakmus

berubah jadi merah bararti air krncing

- Sebagai dasar interpretasi :

- Selaput ketuban mungkin utuh :

Kuning : PH 5,0

Kuning pudar : PH 5,5

Hijau pudar : PH 6,0

- Selaput ketuban pecah ;

Hijau – buru : PH 6,5

Biru kelabu : PH 7,0

Biru pekat : PH 7,5

1.5 Prognosis

Ditentukan oleh penatalaksanaan dan komplikasi –komlikasi yang

mungkin timbul serta umur dariu kehamilan KPD ( Ketuban pecah Dini )

itu senduri mempunyai pengaruh terhadap janin dan ibu baik pada masa

kehamilan maupun masa persalinan.

a. Pengaruh terhadap janian

Walaopun ibu belum menunjukkan gejala-gejala infeksi kejanin

mungkin sudah terkenan intra uteri dulu terjadi sebelum gejala dari ibu

dirasakan jadi akan memungkinkan mortalitas dan morbiditas prenatal,

tali pusdat mencembung, Amniotil Syndrome yaitu kelainan bawaan

akiabat ketuban pecah sejak hamil mudah.

b. Pengaruh terhadap ibu

Page 10: KETUBAN PECAH PREMATUR

Karena jalan lahir telah terbuka antara lain akan dijumpai

- infeksi introportal apalagi bila terlalu sering diperiksa dalam

- peritonitis dan septinemia

- Dry labor

- Infeksi picerperium atau nifas

- Ibu akan lebih capek karena akan tidur terus maka

kemungkinan akan terjadi partus lama, suhu badan naik, nadi

cepat danb nampaklan tanda-tanda infeksi

1.6 Penatalaksanaan persalinan

a. Bila anak belum viable ( < dari 36 minggu ).

Penderita dianjurkan untuk istirahat ditempat tidur dan berikan obat-

obatan antibiotik, profilaksis , sposmolitika, dan rabaransia denghan

tujuan untuk mengundur waktu anak SP valuable

1. Perkiraan BB janin > 1500 gr

- Berikan antibiotik 1 gr / 6 jam IV, dan diter terlebih dahulu,

setelah dua hari dilanjutkan amoksilin 3x500 mmg/br peros

setelah 3 hari

- Berikan kortikosteroid untuk merangsang maturasi yaitu injeksi

deksametason 10 mg IV, 2x selam 24 jam atau injeksi

betametason 12 mg IV 2x selam 24 jam bila belum inpartu

segera terminasi

2. Perkiraan BB janin < 1500 gr

- berikan injeksi antibiotik ampisilin 1 gr/6 jam IV dites dahulu

selama 2 hari dilanjutkan amoxcicilin 3x500 mg/hr per OS

selam 3 hari

- Observasi suhu rektal tiap 3 jam bila suhu rektal 37,6 C , segera

terminasi

- Bila 2x24 jam, air ketuban tidak keluar , lakukanj USG,

- Bila jumlah air ketuban cukup, kehamilan dilanjutkan

( konservatif)

- Bila jumlah aior ketuban sedikit, segera terminasi

Page 11: KETUBAN PECAH PREMATUR

- Bila 2x24 jam, air ketuban masih tetap keluar segera

terminasi

- Bila konservatif, sebelum penderita pulang diberi nasehat:

- Seger akembali kerumah sakit bila ada tanda-tanda

demam atau keluar air ketuban lagi

- Tidak boleh koitus

- Tidaik boleh mempalasi vaginal

b. Bila anak sudah valiable ( . 36 minggu )

Lakukan induksi persalianan / partus 6-12 jam setelah logphose dan

berikan antibiotik profilaksis pada kasusu-kasus tertentu dimana

induksi partus dengan PGE 2 dengan atau drip sintosinon bila gagal

lakukan tindakan operatif.

Bila kasus KPD menyelesaikan persalianan bisa dengan :

1. Partus sepontan

2. Ekstraksi vakum

3. Ekstraksi forsep

4. Embriotomi bila anak sudah meninggal

5. Operasi bila ada indikasi obstetrik

1.7 Komplikasi

a. pada anak

I UFD, asfiksia prematuritas

b. pada Ibu

partus lama, infeksi, atonia uteri , HPP atau infeksi nifas

1.8 KPD yang dilakukan induksi

- bila 12 jam belum ada tanda –tanda awal persalinan atau belum

keluar dari fase laten, induksi dinyatakan gagal dan persalinan

diselesaikan dengan SC

- bila dengan 2 botol ( @ 5 U/500 cc D5

), dengan tetesan maksimum, belum inpartu atau keluar dari

Page 12: KETUBAN PECAH PREMATUR

fase laten induksi persalianan dinyatakan gagal persalinan

diselesaikan dengan SC.

1.9 KPD yang sudah inpartu

- Evaluasi setelah 12 jam his keluar dari fase laten, bila belum

keluar dari fase laten dilakukan akselerasi persalinan dengan

drip oksitosin atau terminasi dengan SC bila ada indikasi untuk

drip oksitisin

- Bila fase laten di dapat tanda-tanda suhu rektal . 37,6 maka

dilakukan akselerasi persalinan dengan drip oksitosin atau

terminasi dengan SC bila ada tanda kontra indikasi drip

oksitosin

1.10 Induksi persalianan

- penilain servix

1. jika skor > 6, biasanya induksi cukup dilakuakan

dengan oksitosin

2. jika skor < 5, matangkan servix lebih dulu dengan

prostagladin

Penilain servix untuk induksi persalinan

( skor Bishop ) :

Faktor Skor

0 1 2 3

- Bukan

- Panjang seservix

- Konsistensi

- Posisi

- Turunya kepala (dari spina

isiadik )

- Turunya kepala (denag

pulsasi abnormal menurut sistem

perlimaan)

Tertutup

> 4

kenyal

posterior

-3

4/5

1-2

3-4

rata-rata

tengah

-2

3/5

3-4

1-2

lunak

anterior

-1

2/5

>5

< 1

-

-

+1+2

1/5

BAB II

Page 13: KETUBAN PECAH PREMATUR

ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN

Dokumentasi pengkajian merupakan catatan hasil pengkajian yang

dilaksanakan untuk mengumpulkan informasi dari pasien, membuat data

dasar tentang klien dan membuat catatan tentang respon kesehatan klien

( A.Aziz Alimul h, 2000 )

a. Identitas atau biodata klien

Meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa,

status perkawinan, pekerjaan, pendidikan, tanggal masuk rumah sakit

nomor register , dan diagnosa keperawatan.

b. Keluhan utam

c. Riwayat kesehatan

- riwayat kesehatan dahulu

penyakit kronis atau menular dan menurun sepoerti jantung,

hipertensi, DM, TBC, hepatitis, penyakit kelamin atau abortus.

- Riwayat kesehatan sekarang

Riwayat pada saat sebelun inpartu di dapatka cairan ketuban

yang keluar pervaginan secara sepontan kemudian tidak di ikuti

tanda-tanda persalinan.

- Riwayat kesehatan keluarga

Adakah penyakit keturunan dalam keluarga seperti jantung,

DM, HT, TBC, penyakit kelamin, abortus, yang mungkin

penyakit tersebut diturunkan kepada klien ( Depkes RI,

1993:66)

- Riwayat psikososial

Riwayat klien nifas biasanya cemas bagaimana cara merawat

bayinya, berat badan yang semakin meningkat dan membuat

harga diri rendah.

d. Pola-pola fungsi kesehatan

- pola persepsi dan tata leksana hidup sehat

Page 14: KETUBAN PECAH PREMATUR

karena kurangnya pengetahuan klien tentang ketuban pecah

dini, dan cara pencegahan, penanganan, dan perawatan serta

kurangnya mrnjaga kebersihan tubuhnya akan menimbulkan

masalah dalam perawatan dirinya

- Pola Nutrisi dan Metabolisme

Pada klien nifas biasanaya terjadi peningkatan nafsu makan

karena dari keinginan untuk menyusui bayinya.

- Pola aktifitas

Pada pasien pos partum klien dapat melakukan aktivitas seperti

biasanya, terbatas pada aktifitas ringan, tidak membutuhkan

tenaga banyak, cepat lelah, pada klien nifas didapatkan

keterbatasan aktivitas karena mengalami kelemahan dan nyeri.

- Pola eleminasi

Pada pasien pos partum sering terjadi adanya perasaan sering

/susah kencing selama masa nifas yang ditimbulkan karena

terjadinya odema dari trigono, yang menimbulkan inveksi dari

uretra sehingga sering terjadi konstipasi karena penderita takut

untuk melakukan BAB.

- Pla istirahat dan tidur

Pada klien nifas terjadi perubagan pada pola istirahat dan tidur

karena adanya kehadiran sang bayi dan nyeri epis setelah

persalinan

- Pola hubungan dan peran

Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien dengan

keluarga dan orang lain.

- Pola penagulangan sters

Biasanya klien sering melamun dan merasa cemas

- Pola sensori dan kognitif

Pola sensori klien merasakan nyeri pada prineum akibat luka

janhitan dan nyeri perut akibat involusi uteri, pada pola kognitif

klien nifas primipara terjadi kurangnya pengetahuan merawat

bayinya

Page 15: KETUBAN PECAH PREMATUR

- Pola persepsi dan konsep diri

Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan kehamilanya,

lebih-lebih menjelang persalinan dampak psikologis klien

terjadi perubahan konsep diri antara lain dan body image dan

ideal diri

- Pola reproduksi dan sosial

Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan

seksual atau fungsi dari seksual yang tidak adekuat karena

adanya proses persalinan dan nifas ( Sharon J. Reeder,

1997:285)

- Pola tata nilai dan kepercayaan

Biasanya pada saat menjelang persalinan dan sesudah

persalinan klien akan terganggu dalam hal ibadahnya karena

harus bedres total setelah partus sehingga aktifitas klien

dibantu oleh keluarganya.

e. Pemeriksaan fisik

- kepala

bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kadang-kadang

terdapat adanya cloasma gravidarum, dan apakah ada benjolan

- Leher

Kadang-kadang ditemukan adanya penbesaran kelenjar tioroid,

karena adanya proses menerang yang salah

- Mata

Terkadang adanya pembengkakan paka kelopak mata,

konjungtiva, dan kadang-kadang keadaan selaput mata pucat

(anemia) karena proses persalinan yang mengalami perdarahan,

sklera kunuing

- Telinga

Biasanya bentuk telingga simetris atau tidak, bagaimana

kebersihanya, adakah cairan yang keluar dari telinga.

- Hidung

Page 16: KETUBAN PECAH PREMATUR

Adanya polip atau tidak dan apabila pada pos partum kadang-

kadang ditemukan pernapasan cuping hidung

- Dada

Terdapat adanya pembesaran payu dara, adanya hiper

pigmentasi areola mamae dan papila mamae

- Pada klien nifas abdomen kendor kadang-kadang striae masih

terasa nyeri. Fundus uteri 3 jari dibawa pusat.

- Genitaliua

Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban, bila

terdapat pengeluaran mekomium yaitu feses yang dibentuk

anak dalam kandungan menandakan adanya kelainan letak

anak.( cristina ibrahim, 1993: 50)

- Anus

Kadang-kadang pada klien nifas ada luka pada anus karena

ruptur

- Ekstermitas

Pemeriksaan odema untuk mrlihat kelainan-kelainan karena

membesarnya uterus, karenan preeklamsia atau karena penyakit

jantung atau ginjal.

- Muskulis skeletal

Pada klien post partum biasanya terjadi keterbatasan gerak

karena adanya luka episiotomi

- Tanda-tanda vital

Apabila terjadi perdarahan pada pos partum tekanan darah

turun, nadi cepat, pernafasan meningkat, suhu tubuh turun.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan merupakan pernyataan yang jelas tentang masalah

kesehatan klien yang dapat diatasi dengan tindakan keperawatan yang

ditetapkan berdasarkan analisa dan intervensi

Page 17: KETUBAN PECAH PREMATUR

3. RENCANA KEPERAWATAN

Perencanaan merupakan tahap kedua dalam menyusun masalah

keperawatan yang dilaksanakan setelah pengumpulan data, menganalisa

dan menetapkan diagnosa keperawatan dan menentukan pendekatan apa

yang digunakan untuk memecahkan masalah penderita atau mengurangiu

masalah

4. PELAKSANAAN

Pada tahap ini dilakukan pelaksanaan dari perencanaan keperawatan yang

telah dilakukan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan pasien secara

optimal.pelaksanaan adalah mengelola dan mewujudkan dari rencana

keperawatan meliputi tindakan yang direncanakan oleh perawat,

melaksanakan anjuran dokter dan ketentuan rumah sakit.

5. EVALUASI

Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang menyediakan

nilai informasi mengenai pengaruh intervensi yang telah direncanakan dan

merupakan perbandingan dari hasil yang diamati dengan kriteria hasil.

( A.Aziz alimul H, 2001)

Page 18: KETUBAN PECAH PREMATUR

DAFTAR PUSTAKA

Arief Mansjoer dkk. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I, 2001 Media Aesculapius

FKUI, Jakarta.

Lismidar, Proses Keperawatan, 1990, Universitas Indonesia, Jakarta.

Mochtar, Rustam, Sinopsis Obstetri, 1998. Buku Kedokteran. EGC, Jakarta.

Winkjo Satro, Hanafiah, Ilmu Kebidanan, 1992, Jakarta.