2
KLEPTOMANIA-ANTARA PENYIMPANGAN PSIKOLOGIS DAN PENYAKIT SOSIAL KLEPTOMANIA adalah kebiasaan aneh seseorang yang suka mengambil barang-barang yang bukan miliknya, entah dengan alasan ‘refleks’, iseng, tidak sadar atau ingin memiliki dengan mencuri atau dengan santai mengambilnya tanpa rasa bersalah dapat dikatakan merupakan salah satu penyimpangan psikologis (mental patologis); yang jika tidak segera diatasi (diterapi) dapat membawa pelaku pada ‘mentally disorder’ atau gangguan jiwa. Mungkin bukan di sini tempatnya membahas tentang berbagai penyimpangan sosial semacam kleptomania, dengan berbagai jenisnya-karena saya sama sekali bukan ahli di bidang ini. Jelas seorang Psikolog atau Psikiater yang berkompeten berbicara masalah ini. Sebagai seseorang yang baru belajar menulis dan guru yang sedang mencoba untuk ‘bersuara’, dan seorang pemerhati lingkungan sosial yang mencoba menalar berbagai fenomena yang ada; dalam tulisan ini, saya berkesempatan untuk ‘sharing’ dan sedikit beropini tentang penyakit sosial yang seringkali tidak kita sadari ada dalam diri-diri kita semua. Kita tidak perlu merasa terlalu arogant untuk mengakui kekleptomanian kita. Kesilauan kita terhadap barang-barang mewah atau tidak mewah yang menjadi incaran kita sebagai kleptoman (istilah yang jelas semau gue) bisa tidak beralasan atau justru beralasan sangat ilmiah & objektif ( dalam pandangan kita). Semoga tidak menjadi sebab kemarahan banyak pihak kalau saya katakan, kita sudah ‘admit’ terhadap budaya klepto. Why & What’s The Prove?. Area operasi kleptoman bukan hanya di Supermarket, Mall atau Public Market - tapi juga sangat mungkin terjadi di Sekolah, Rumah Sakit atau bahkan di rumah kita sendiri, yang memiliki aset yang berpotensi menimbulkan ‘silau’ bagi orang-orang di sekitarnya yang bukan pemilik barang tersebut. Di sini kita bisa melihat korelasi antara penyimpangan sosial dan kecemburuan sosial.

Kleptomania

Embed Size (px)

Citation preview

KLEPTOMANIA-ANTARA PENYIMPANGAN PSIKOLOGIS DAN PENYAKIT SOSIAL

KLEPTOMANIA adalah kebiasaan aneh seseorang yang suka mengambil barang-barang yang bukan miliknya, entah dengan alasan refleks, iseng, tidak sadar atau ingin memiliki dengan mencuri atau dengan santai mengambilnya tanpa rasa bersalah dapat dikatakan merupakan salah satu penyimpangan psikologis (mental patologis); yang jika tidak segera diatasi (diterapi) dapat membawa pelaku pada mentally disorder atau gangguan jiwa. Mungkin bukan di sini tempatnya membahas tentang berbagai penyimpangan sosial semacam kleptomania, dengan berbagai jenisnya-karena saya sama sekali bukan ahli di bidang ini. Jelas seorang Psikolog atau Psikiater yang berkompeten berbicara masalah ini. Sebagai seseorang yang baru belajar menulis dan guru yang sedang mencoba untuk bersuara, dan seorang pemerhati lingkungan sosial yang mencoba menalar berbagai fenomena yang ada; dalam tulisan ini, saya berkesempatan untuk sharing dan sedikit beropini tentang penyakit sosial yang seringkali tidak kita sadari ada dalam diri-diri kita semua.Kita tidak perlu merasa terlalu arogant untuk mengakui kekleptomanian kita. Kesilauan kita terhadap barang-barang mewah atau tidak mewah yang menjadi incaran kita sebagai kleptoman (istilah yang jelas semau gue) bisa tidak beralasan atau justru beralasan sangat ilmiah & objektif ( dalam pandangan kita). Semoga tidak menjadi sebab kemarahan banyak pihak kalau saya katakan, kita sudah admit terhadap budaya klepto. Why & Whats The Prove?. Area operasi kleptoman bukan hanya di Supermarket, Mall atau Public Market - tapi juga sangat mungkin terjadi di Sekolah, Rumah Sakit atau bahkan di rumah kita sendiri, yang memiliki aset yang berpotensi menimbulkan silau bagi orang-orang di sekitarnya yang bukan pemilik barang tersebut. Di sini kita bisa melihat korelasi antara penyimpangan sosial dan kecemburuan sosial.Sebuah keluarga yang harmonis tidak terlepas dari ancaman penyakit kleptomania yang datang pada mereka yang dekat pada karakter materialistik. Contoh seorang anak yang walaupun selalu dibelikan salah satu barang mewah (hp) oleh kedua orang tuanya-yang cukup up to date; namun ternyata menyimpan keinginan yang begitu besar untuk memiliki hp ayah/ibunya yang dalam pandangannya jauh lebih stylist & sophisticated daripada miliknya. Sehingga ketika orang tuanya lengah sedikit, ia dengan santainya tanpa rasa bersalah dan terikat oleh etika dan norma yang ada-mengambil alih kepemilikan hp tersebut (misal dengan menukar SIM di hp itu dengan SIM miliknya dan membawa hp tersebut kemanapun melangkah, menganggap itu sudah jadi miliknya). Seorang kleptoman yang belum parah akan merasa bersalah (setelah merasa lega) kemudian disusul dengan perasaan takut. Tapi bagi penderita yang sudah parah-bisa jadi ia malah merasa sangat menikmati dan bangga melakukan hal itu. These symptoms suggest that kleptomania could be regarded as an obsessive-compulsive type of disorder.Lalu bagaimana dengan kleptomania terhadap aset-aset Negara yang merupakan hayat hidup orang banyak ? Apakah kleptomania semacam ini dapat digolongkan sebagai penyimpangan psikilogis (impulse control disorder) atau penyakit sosial (social disease) ?. Sebagai orang awam, maafkan saya kalau mengatakan kleptomania korupsi (klepkor) adalah persis gabungan keduanya - yang diramu dengan tepung keserakahan, dibumbui dengan terasi nepotisme, garam kemunafikan, bawang kebohongan serta kecap kekacauan pribadi - dan digoreng dengan minyak goreng kepalsuan ditambah dengan santan pelicin sehingga lancar proyek cabe-cabean, untuk waktu yang tidak terbatas. Tidak terdeteksi KPK Alhamdulillah-terdeteksi, toh masih banyak hasil klepkol-klepkol yang berhasil tersimpan di dasar laut dan bumi. Semoga apa yang tersimpan di dasar laut dan bumi pada saatnya akan menjadi milik rakyat kembali. Wallahalambissawab.