Upload
khikmatul-mujizah
View
191
Download
3
Tags:
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Keperawatan Medikal Bedah yang membahas tentang penyakit Urothelial Ca, serta mengulas asuhan keperawatan yang harus diberikan pada pasien dengan kasus tersebut.
Citation preview
NURSINGPUSTAKA.BLOGSPOT.COM
MAKALAH UROTHELIAL CA
Zahid Fikri,S.Kep.Ns
23/01/2013
Urothelial carcinoma of the transitional epithelium is the most frequent bladder cancer in Europe and in the USA, representing 90-95 % of cases, while sqamous cell carcinoma represents only 5% in these countries, but up to 70-80% of cases in the Middle East; annual incidence: 250/106, 2% of cancers, the fourth cancer in males, the seventh in females, 3M/1F; occurs mainly in the 6th-8th decades of life; risk factors: cigarette smoking and occupational exposure (aniline, benzidine, naphtylamine); 20 to 30 yrs latency after exposure.
Zahid Fikri, S.Kep.Ns
nursingpustaka.blogspot.com Page 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gangguan pada sistem urinarius bervariasi dari infeksi yang mudah ditangani
sampai gangguan yang mengancam kehidupan yang memerlukan penggantian organ
atau penanganan jangka panjang dengan dialisis.
Komunitas kanker di Amerika (2002) diperkirakan bertambah pada setiap
kejadian dan jumlah kematian dari seluruh kanker, dilaporkan lebih meningkat dari
sebelumnya. Bagaimanapun, disaat perkiraan jumlah kasus baru pada kanker kandung
kemih telah meningkat, telah berkurang kelalaian pada jumlah kasus baru pada ginjal
dan kanker renal pelvis dibeberapa tahun terakhir. Kanker saluran kemih termasuk
diantaranya ginjal, renal pelvis, ureter, dan pembentuk saluran kemih lainnya termasuk
prostat.
Kemajuan teknologi dan farmakoterapeutik akhir-akhir ini telah memperbaiki
diagnostik dan penanganan yang mungkin untuk gangguan ini. Selain itu, gangguan ini
yang dahulu memerlukan intervensi bedah dan penyembuhan dalam waktu lama,
sekarang dapat ditangani dengan teknik nonbedah dan noninvasif.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana anatomi dan fisiologi pada sistem urinarius?
2. Apa definisi dari Urothelial Ca?
3. Bagaimana Jenis-jenis Urothelial Ca?
4. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan Urothelial Ca?
5. Bagaimana Web Of Caution (WOC) Urothelial Ca?
1.3 Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami anatomi dan fisiologi sistem
urinarius.
2. Mahasiswa dapat memahami dan mengerti definisi Urothelial Ca.
Zahid Fikri, S.Kep.Ns
nursingpustaka.blogspot.com Page 2
3. Mahasiswa dapat mengetahui klasifikasi Urothelial Ca.
4. Mahasiswa dapat memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan Urothelial
Ca secara terampil dan benar.
5. Mahasiswa dapat mengetahui Web Of Caution (WOC) dari Urothelial Ca.
Zahid Fikri, S.Kep.Ns
nursingpustaka.blogspot.com Page 3
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Anatomi dan Fisiologi Sistem Urinarius
Ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra membentuk sistem urinarius. Ginjal
merupakan organ berpasangan dan setiap ginjal memiliki berat kurang lebih 125g,
terletak pada posisi di sebelah lateral vertebra torakalis bawah. Organ ini terbungkus
oleh jaringan ikat tipis yang dikenal sebagai kapsula pelvis. Di sebelah anterior, ginjal
dipisahkan dari kavum abdomen dan isinya oleh lapisan peritoneum. Di sebelah
posterior, organ tersebut dilindungi oleh dinding toraks bawah. Fungsi utama ginjal
adalah mengatur cairan serta elektrolit dan komposisi asam-basa cairan tubuh,
mengeluarkan produk akhir metabolic dari dalam darah, dan mengatur tekanan darah.
Pelvis renalis merupakan resevoar utama sistem pengumpul ginjal. Ureter mempunyai
dua saluran yang panjangnya sekitar 10 sampai 12 inchi (25 hingga 30 cm), terbentang
dari ginjal sampai vesika urinaria. Fungsi satu-satunya adalah menyalurkan urin ke
vesika urinaria. Kandung kemih atau vesika urinaria merupakan organ berongga yang
terletak di sebelah anterior tepat di belakang ospubis. Organ ini berfungsi sebagai
wadah sementara untuk menampung urin. Vesika urinaria mempunyai tiga muara, dua
dari ureter dan satu menuju uretra. Dua fungsi vesika urinaria adalah sebagai tempat
penyimpanan urin sebelum meninggalkan tubuh dan berfungsi mendorong urin keluar
tubuh (dibantu uretra). Uretra adalah saluran kecil yang dapat mengembang, berjalan
dari vesika urinariasampai keluar tubuh. Uretra pada laki-laki panjangya sekitar 8 inchi
(20 cm), uretra berjalan lewat penis. Sedangkan pada wanita panjangnya sekitar 1,5
inchi (4 inchi), bermuara tepat di sebelah anterior vagina. Sfingter urinarius eksterna
merupakan otot volunter yang bulat untuk mengendalikan proses awal urinasi. Muara
uretra keluar tubuh disebut meatus urinarius.
Zahid Fikri, S.Kep.Ns
nursingpustaka.blogspot.com Page 4
2.2 Definisi Urothelial Ca
Kanker (Ca) adalah istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan
gangguan pertumbuhan selular dan merupakan kelompok penyakit dan bukan hanya
penyakit tunggal. Karena kanker adalah penyakit selular, ini dapat timbul dari jaringan
tubuh mana saja, dengan manifestasi yang mengakibatkan kegagalan untuk mengontrol
proliferasi dan maturasi sel.
Epitel dari selaput lendir dijalan urine, piala ginjal, saluran kemih, dan kandung
kemih yang disebut urotel, harus menghadapi banyak hal. Sebenarnya keadaan itu
sendiri bukan sesuatu yang istimewa, karena tugas epitel adalah untuk menangkis atau
meniadakan semua yang tidak diharapkan. Epitel kulit merupakan contoh dari keadaan
tersebut. Urotel terkenal sebagai epitel peralihan karena merupakan bentuk peralihan
dari epitel dari selaput lendir terdifensiasi kearah epitel selenteng. Urotel berhubungan
dengan ampas, termasuk juga zat beracun dan yang menimbulkan kanker serta
khemikala sisa asap rokok dan zat warna tertentu yang terkenal jahat. Terutama pada
pemajanan jangka panjang, seperti dialami oleh selaput lendir kandung kemih, resiko
terjadinya tumor ganas tentu meningkat. Kanker itu adalah kanker urotel. Kanker
urotel biasanya dimulai sebagai polip, tubuhan jinak yang agak menonjol diatas
permukaan, bertangkai dan tumbuh lamban. Atau mungkin juga pertumbuhannya lebih
meluas dan melebar tanpa timbul bengkak diatas permukaan. Perubahan sifat menjadi
ganas secara teratur muncul dikandung kemih, tetapi di piala ginjal dan saluran kemih
jarang terjadi, disini urine hanya lewat saja. Gambaran klinisnya bercirikan perdarahan
atau penutupan. (kanker, apakah itu?, pengobatan, harapan hidup dan keluarga.
Heerdson hal.369-370)
2.3 Jenis-jenis Urothelial Ca
2.2.1 Kanker Ginjal
Definisi
Kanker ginjal menyebabkan 2% dari semua penyakit kanker yang
menyerang orang dewasa di Amerika Serikat; penyakit ini menyerang laki-laki
hampir dua kali lebih banyak daripada wanita. Faktor risikonya mencakup
penggunaan tembakau, pajanan oksupasional dengan zat kimia industri, obesitas
Zahid Fikri, S.Kep.Ns
nursingpustaka.blogspot.com Page 5
dan dialisis (insidens kista renal serta tumor renal meningkat pada pasien-pasien
yang mengalami terapi dialisis dalam waktu lama).
Seperti organ tubuh lainnya, ginjal kadang bisa mengalami kanker. Pada
dewasa jenis kanker ginjal yang paling sering ditemukan adalah karsinoma sel
ginjal (adenokarsinoma renalis, hipernefroma) yang berasal dari sel-sel yang
melapisi tubulus renalis. Sebagian tumor ginjal yang solid (padat) adalah kanker,
sedangkan kista (rongga berisi cairan) biasanya jinak. (www.medicastore.com)
Etiologi
Dalam keadaan normal, sel-sel di dalam saluran kemih tumbuh dan
membelah secara wajar. Tetapi kadang sel-sel mulai membelah diluar kendali dan
menghasilkan sel-sel baru meskipun tubuh tidak memerlukannya. Hal ini akan
menyebabkan terbentuknya suatu massa yang terdiri jaringan berlebihan, yang
dikenal sebagai tumor.
Tidak semua tumor merupakan kanker (keganasan). Tumor yang ganas
disebut tumor maligna. Sel-sel dari tumor ini menyusup dan merusak jaringan
sekitarnya. Sel-sel ini juga keluar dari tumor asalnya dan memasuki aliran darah
atau sistem getah bening dan akan terbawa ke bagian tubuh lainnya (proses ini
dikenal sebagai metastase tumor).
Penyebab mengganasnya sel-sel ginjal tidak diketahui. Tetapi penelitian
telah menemukan faktor-faktor tertentu yang tampaknya meningkatkan resiko
terjadinya
kanker ginjal. Resiko terjadinya karsinoma sel ginjal meningkat sejalan
dengan bertambahnya usia. Kanker ini paling sering terjadi pada usia 50-70
tahun. Pria memiliki resiko dua kali lebih besar dibandingkan wanita.
Faktor resiko lainnya adalah:
Merokok
Kegemukan
Tekanan darah tinggi (hipertensi)
Zahid Fikri, S.Kep.Ns
nursingpustaka.blogspot.com Page 6
Lingkungan kerja (pekerja perapian arang di pabrik baja memiliki resiko
tinggi, juga pekerja yang terpapar oleh asbes)
Dialisa (penderita gagal ginjal kronis yang menjalani dialisa menahun
memiliki resiko tinggi)
Penyinaran
Penyakit Von Hippel-Lindau.
Manifestasi Klinis
Banyak tumor renal tidak menimbulkan gejala dan baru diketahui sebagai
massa abdomen yang teraba setelah dilakukan pemeriksaan fisik yang rutin. Trias
klasik yang terjadi kemudian dalam perjalanan penyakitnya terdiri atas hematuria,
rasa nyeri dan massa di daerah pinggang. Tanda yang biasanya menjadi petunjuk
pertama ke arah tumor renal adalah hematuria tanpa rasa nyeri. Hematuria ini bisa
intermiten dan
mikroskopis atau kontinyu dan tampak nyata (makroskopis). Mungkin di daerah
punggung terasa pegal (nyeri yang tumpul) sebagai akibat dari tekanan balik yang
ditimbulkan oleh kompresi ureter, peluasan tumor ke daerah perirenal atau
perdarahan ke dalam jaringan ginjal. Nyeri yang bersifat kolik terjadi jika bekuan
darah atau massa sel tumor bergerak turun melalui ureter. Gejala akibat metastasis
dapat menjadi manifestasi pertama tumor renal dan bisa mencakup penurunan berat
badan yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya, peningkatan perasaan lemah serta
anemia.
Pada stadium dini, kanker ginjal jarang menimbulkan gejala. Pada stadium
lanjut, gejala yang paling banyak ditemukan adalah hematuria (adanya darah di
Zahid Fikri, S.Kep.Ns
nursingpustaka.blogspot.com Page 7
dalam air kemih). Hematuria bisa diketahui dari air kemih yang tampak
kemerahan atau diketahui melalui analisa air kemih. Dan tekanan darah tinggi
terjadi akibat tidak adekuatnya aliran darah ke beberapa bagian atau seluruh
ginjal, sehingga memicu dilepaskannya zat kimia pembawa pesan untuk
meningkatkan tekanan darah.
Polisitemia sekunder terjadi akibat tingginya kadar hormon eritropoietin,
yang merangsang sumsum tulang untuk meningkatkan pembentukan sel darah
merah.
Gejala lainnya yang mungkin terjadi:
o Nyeri pada sisi ginjal yang terkena
o Penurunan berat badan
o Kelelahan
o Demam yang hilang-timbul
Diagnosa
Pada pemeriksaan fisik, kadang bisa diraba atau dirasakan benjolan di perut.
Jika dicurigai kanker ginjal, maka dilakukan beberapa pemeriksaan berikut:
o Urografi intravena
Adalah suatu teknik rontgen yang digunakan untuk menampilkan ginjal dan
saluran kemih bagian bawah.
Suatu zat radioopak disuntikan melalui pembuluh vena. Zat tersebut akan
terdapat dalam ginjal biasanya dalam waktu kurang dari 5 menit. Kemudian
dilakukan pemotretan, yang hasilnya akan menunjukkan gambaran ginjal serta
perjalanan zat radioopak ke dalam kandung kemih. Jika ginjal tidak berfungsi
dengan baik, maka urografi vena tidak akan memberikan hasil yang baik, karena
ginjal tidak dapat mengkonsentrasikan zat radioopak di dalam ginjal. Sebagia
Zahid Fikri, S.Kep.Ns
nursingpustaka.blogspot.com Page 8
efek samping dari penyuntikan radioopak, terjadi gagal ginjal akut pada 1 dari
200 kasus. Penyebabnya tidak diketahui, tetapi resikonya lebih tinggi pada:
- Usia lanjut atau memiliki riwayat gangguan ginjal
- Diabetes mellitus
- Dehidrasi
- Myeloma multiple
Kepada orang-orang tersebut, sebelum zat radioopak disuntikkan, diberikan
cairan infus dan dosis yang rendah atau sebagai pilihan, kadang digunakan
pemeriksaan CT Scan.
o USG
Menggunakan gelombang suara untuk menghasilkan gambaran struktur anatomi
ginjal, teknik ini sederhana, tidak menimbulkna nyei dan aman. USG bisa
digunakan untuk:
- Mempelajari ginjal, ureter dan kandung kemih; dengan gambaran yang baik
meskipun ginjal tidak berfungsi baik.
- Memperkirakan ukuran ginjal dan mendiagnosis sejumlah kelainan ginjal,
termasuk perdaran ginjal.
- Menentukan lokasi yang terbaik guna mengambil contoh jaringan untuk
keperluan biopsi. USG merupakan metode diagnostic terbaik untuk penderita
gagal ginjal stadium lanjut, yang ginjalnya tidak dapat mengambil atau
mentolerir zat radioopak. Kandung kemih yang terisi dengan urin bisa
terlihat dengan jelas pada USG. USG juga dapat digunakan untuk
mendeteksi tumor kandung kemih, tetapi hasilnya lebih baik jika digunakan
CT Scan.
o CT Scan
Merupakan pemeriksaan yang lebih mahal dibandingkan dengan USG dan
Urografi Intravena, tetapi mempunyai beberapa keuntungan:
- CT Scan dapat membedakan struktur padat dengan cairan, sehingga sangat
berguna dalam menilai jenis dan luasnya tumor ginjal atau massa lainnya
yang menyebabkan perubahan pada saluran kemih. Untuk memberikan
gambaran yang lebih jelas, bisa disuntikkan zat radioopak melalui pembuluh
vena.
Zahid Fikri, S.Kep.Ns
nursingpustaka.blogspot.com Page 9
- CT Scan dapat membantu menentukan penyebaran tumor ke luar ginjal.
- Campuran air dan zat radioopak yang dimasukkan ke dalam kandung kemih
selama pemeriksaan CT Scan dapat dengan jelas menggambarkan tumor
kandung kemih.
o MRI
Dapat memberikan informasi mengenai massa ginjal yang tidak dapat
ditampilkan oleh teknik lainnya. Bentuk suatu tumor dapat digambarkan secara 3
dimensi. Massa padat dapat dibedakan dari massa berrongga (kista), cairan di
dalam kista bisa dibedakan antara perdarahan dengan infeksi. MRI juga
memberikan gambaran yang sempurna dari pembuluh darah dan struktur di
sekitar ginjal, tetapi endapan kalsium dan batu ginjal akan lebih jelas terlihat
pada CT Scan.
Jika tumornya berupa kista, bisa diambil contoh cairan untuk dilakukan
analisa. Aortografi dan angiografi arteri renalis bisa dilakukan sebagai persiapan
pembedahan untuk memberikan keterangan tambahan mengenai tumor dan arteri
renalis. Pada angiografi disuntikkan zat radioopak ke dalam arteri. Angiografi
merupakan pemeriksaan yang paling invasive dan hanya dilakukan pada keadaan
tertentu, misalnya untuk menilai aliran darah ke ginjal. Komplikasi dari
angiografi adalah cedera pada arteri dan organ di sekitarnya, reaksi terhadap zat
radioopak serta perdarahan.
Penatalaksanaan
Saat ini pengobatan standar untuk kanker yang masih terbatas di ginjal
adalah pembedahan untuk mengangkat seluruh ginjal (nefrektomi simplek atau
nefrotomi radikal). Pada nefrektomi simplek dilakukan pengangkatan ginjal saja
sedangkan pada
nefrotomi radikal dilakukan pengangkatan ginjal dan kelenjar adrenal diatasnya,
jaringan disekitar ginjal serta beberapa kelenjar getah bening.
Embolisasi Arteri Renalis, pada pasien dengan karsinoma renal yang sudah
bermetastasis, embolisasi arteri renalis dilakukan untuk menyumbat aliran darah
ke dalam tumor dan dengan demikian akan membunuh sel-sel tumor. Beberapa
hari setelah pemeriksaan angiografi selesai dilakukan, sebuah kateter dimasukkan
ke dalam arteri renalis dan bahan yang membentuk emboli (Gelfoam, bekuan
darah autolog, kumparan baja) diinjeksikan ke dalam pembuluh arteri tersebut
Zahid Fikri, S.Kep.Ns
nursingpustaka.blogspot.com Page 10
serta dibiarkna terbawa oleh aliran darah untuk menyumbat pembuluh darah
tumor secara mekanis. Penyumbatan ini akan menurunkan suplai darah setempat
yang membuat pengangkatan ginjal (nefrektomi) lebih mudah dilakukan. Terapi
embolisasi juga menstimulasi respon imun, karena infark pada jaringan kanker sel
renal akan melepaskan antigen yang berkaitan dengan tumor dan kemudian
meningkatkan respon pasien terhadap lesi metastatik. Prosedur ini dapat pula
mengurangi jumlah sel-sel tumor yang masuk ke dalam sirkulasi vena ketika
dilakukan tindakan manipulasi selama pembedahan. Setelah embolisasi arteri
renalis dan membuat infark jaringan tumor, kompleks gejala yang khas serta
diberi nama “sindrom pascainfark” akan terjadi selama 2 hingga 3 hari. Pasien
akan merasa nyeri yang terlokalisir di daerah pinggang serta abdomen,
mengalami kenaikan suhu tubuh dan mengemukakan keluhan gastrointestinal.
Rasa nyeri diatasi dengan preparat analgetik parenteral sementara aspirin
diberikan untuk mengendalikan panas. Antiemetik, pembatasan masukan oral dan
terapi rumatan dengan cairan infuse dilakukan untuk mengatasi keluhan
gastrointestinal.
Terapi Biologi, keberhasilan dalam dalam mengatasi tumor renal dengan
cara memodifikasi respons biologi pernah dilaporkan. Pasien dapat diobati
dengan interleukin-2 (IL-2), yaitu suatu protein yang mengatur pertumbuhan sel.
Cara ini dapat dilakukan secara tunggal atau dalam bentuk kombinasi bersama
dengan sel-sel pembunuh yang diaktifkan oleh limfokin (LAK; Lymphokines-
Activated Killer cells); LAK merupakan sel darah putih yang sudah distimulasi
oleh IL-2 untuk meningkatkan kemampuannya dalam membunuh sel-sel kanker.
Interferon, yaitu pengubah respons biologi lainnya, juga sedang diselidiki sebagai
suatu bentuk terapi untuk menangani kanker ginjal yang sudah lanjut.
Terapi Penyinaran, biasanya digunakan untuk mengurangi nyeri pada
kanker yang telah menyebar ke tulang. Efek samping dari terapi penyinaran
adalah kulit di tempat penyinaran menjadi merah atau gatal, mual dan muntah.
Imunoterapi, menggunakan sistem kekebalan tubuh untuk melawan kanker.
Diberikan suatu zat yang dikenal sebagai pengubah respon biologis, misalnya
interferon tau interleukin-2. Secara normal, zat tersebut dihasilkan oleh tubuh dan
juga dibuat di laboratorium untuk membantu mengobati penyakit. Efek samping
Zahid Fikri, S.Kep.Ns
nursingpustaka.blogspot.com Page 11
yang timbul berupa menggigil, demam, mual, muntah, dan penurunan nafsu
makan.
Prognosis
Jika kanker belum menyebar, maka pengangkatan ginjal yang terkena dan
pengangkatan kelenjar getah bening akan memberikan peluang untuk sembuh.
Jika tumor telah menyusup ke dalam vena renalis dan bahkan telah mencapai
vena kava, tetapi belum menyebar sisi tubuh yang jauh, maka pembedahan masih
bisa memberikan harapan kesembuhan. Tetapi kanker ginjal cenderung menyebar
dengan cepat, terutama ke paru-paru. Jika kanker telah menyebar ke tempat yang
jauh, maka prognosisnya jelek karena tidak dapat diobati dengan penyinaran,
kemoterapi maupun hormone.
2.2.2. Kanker Pelvis Renalis dan Ureter
Definisi:
Kanker dapat terjadi pada sel-sel yang melapisi pelvis renalis dan ureter.
Kanker pada sel-sel yang melapisi pelvis renalis disebut karsinoma sel
transisional.
Pelvis renalis adalah bagian ginjal yang berfungsi sebagai corong yang
mengalirkan air kemih ke ureter.
Ureter adalah tabung atau saluran yang menghubungkan ginjal dengan
kandung kemih.
Etiologi:
Penyebab mengganasnya sel-sel ginjal tidak diketahui, adapun faktor resiko
terjadinya karsinoma sel transisional adalah:
- Kanker kandung kemih
- Pemakaian obat penghilang nyeri fenacetin jangka panjang.
Manifestasi Klinis
Zahid Fikri, S.Kep.Ns
nursingpustaka.blogspot.com Page 12
Gejala awal biasanya berupa hematuria (darah di dalam air kemih).
Jika aliran air kemih tersumbat, bisa terjadi nyeri kram di daerah antara tulang
rusuk dan tulang pinggul, atau di perut bagian bawah.
Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan urografi intravena
atau urografi retrograd. Pada urografi retrograde, zat radioopak dimasukkan
melalui kateter ke dalam ureter. Dengan tehnik ini akan diperoleh gambaran yang
jelas dari kandung kemih, ureter dan ginjal bagian bawah, jika urografi intravena
gagal. Urografi retrograd juga bisa digunakan untuk menemukan adanya
penyumbatan ureter atau untuk menilai seseorang yang alergi terhadap zat
radioopak intravena. CT Scan dapat membantu membedakan tumor dengan batu
ginjal atau bekuan darah dan menunjukkan pertumbuhan kanker. Pemeriksaan
mikroskopik terhadap air kemih bisa menunjukkan adanya sel-sel kanker.
Ureteroskopi atau nefroskopi digunakan untuk mengamati atau kadang untuk
mengobati tumor yang kecil.
Penatalaksanaan
Jika kanker belum menyebar, maka dilakukan pengangkatan ginjal dan
ureter (nefroureterektomi). Tetapi jika ginjal tidak berfungsi dengan baik atau jika
penderita hanya memiliki satu ginjal, maka tidak dilakukan pengangkatan ginjal,
karena penderita akan tergantung kepada dialisa. Jika telah menyebar dilakukan
kemoterapi.
Prognosis
Zahid Fikri, S.Kep.Ns
nursingpustaka.blogspot.com Page 13
Jika kanker belum menyebar dan bisa diangkat seluruhnya melalui
pembedahan, maka prognosisnya baik. Setelah pembedahan, penderita menjalani
pemeriksaan sitoskopi (pengamatan kandung kemih) secara rutin, karena
penderita kanker sel transisional memiliki resiko untuk menderita kanker
kandung kemih. Jika kanker kandung kemih ditemukan pada stadium dini, maka
kandung kemih diangkat atau diobati dengan obat anti kanker yang dimasukkan
ke dalam kandung kemih.
2.2.3 Kanker Kandung Kemih
Definisi
Kanker kandung kemih lebih sering ditemukan pada pasien-pasien yang
berusia diatas 50 tahun dan lebih banyak mengenai laki-laki daripada wanita
(3:1). Statistik menunjukkan bahwa tumor ini menyebababkan hampir 1 dari 25
kasus kanker yang terdiagnosis di Amerika serikat. Ada dua bentuk kanker
kandung kemih, yaitu: bentuk superfisial (yang cenderung kambuhan) dan bentuk
invasif. Sekitar 80% hingga 90% dari semua kanker kandung kemih merupakan
sel transisional (yang berarti bahwa tumor tersebut berasal dari sel-sel transisional
kandung kemih), sementara tipe lainnya tumor tersebut adalah sel skuamosa dan
adenokarsinoma.
Dinding kandung kemih dilapisi oleh sel transisional dan sel skuamosa,
lebih dari 90% kanker kandung kemih berasal dari sel transisional disebut
karsinoma sel transisional, sisanya adalah karsinoma sel skuamosa.
(www.medicastore.com)
Etiologi
Penyebab yang pasti dari kanker kandung kemih tidak diketahui, tetapi
penelitian telah menunjukkan bahwa kanker ini memiliki beberapa faktor resiko:
1. Usia
Resiko terjadinya kanker kandung kemih meningkat sejalan dengan
pertambahan usia.
2. Merokok
Merupakan faktor resiko yang utama, kanker kandung kemih dua kali lebih
banyak menyerang perokok daripada yang bukan perokok.
3. Lingkungan pekerjaan
Zahid Fikri, S.Kep.Ns
nursingpustaka.blogspot.com Page 14
Beberapa pekerja memiliki resiko yang lebih tinggi untuk menderita kanker
ini karena tempatnya bekerja ditemukan bahan-bahan karsinogenik (penyebab
kanker). Misalnya pekerja industri karet, kimia, bahan kulit, pewarna, tinta
atau cat.
4. Infeksi
Terutama infeksi parasit yang mengiritasi kandung kemih (skistosomiasis
kronis)
5. Pemakaian siklofosfamid atau arsenic untuk mengobati kanker dan penyakit
lainnya.
6. Ras
Orang kulit putih memiliki resiko dua kali lebih besar, resiko terkecil terdapat
pada orang Asia.
7. Pria, memiliki resiko 2-3 kali lebih besar.
8. Riwayat keluarga
Orang-orang yang keluarganya ada yang menderita kanker kandung kemih
memiliki resiko lebih tinggi untuk menderita kanker ini. Peneliti sedang
mempelajari adanya perubahan gen tertentu yang mungkin meningkatkan
resiko terjadinya kanker ini.
Manifestasi Klinis
Tumor ini biasanya muncul dari basis vesika urinaria dan meliputi orifisium
uretra serta kolumna vesika urinaria (leher kandung kemih). Hematuria berat dan
tanpa nyeri adalah gejala kanker kandung kemih yang paling sering ditemukan.
Infeksi saluran kemih merupakan komplikasi yang lazim terdapat dan
menyebabkan gejala berkemih yang sering, urgensi dan disuria. Namun
demikian, setiap perubahan pada urinasi atau perubahan urin dapat menunjukkan
adanya kenker kandung kemih. Nyeri di daerah panggul atau punggung dapat
terjadi pada metastasis kanker tersebut.
Diagnosa
Pemeriksaan air kemih menunjukkan adanya darah dan sel-sel kanker.
Sistografi atau Urograi Intravena bisa menunjukkan adanya ketidakteraturan pada
garis luar dinding kandung kemih. USG, CT Scan atau MRI bisa menunjukkan
Zahid Fikri, S.Kep.Ns
nursingpustaka.blogspot.com Page 15
adanya kelainan dalam kandung kemih. Sistokopi dilakukan untuk melihat
kandung lemih secara langsung dan mengambil contoh jaringan untuk
pemeriksaan mikroskopik. Kadang sistokopi digunakan untuk mengangkat
kanker.
Penatalaksanaan
Penanganan kanker kandung kemih bergantung derajat tumornya (yang
didasarkan pada derajat diferensiasi sel), stadium pertumbuhan tumor ( derajat
invasi lokal serta ada tidaknya metastase) dan multisentrisitas tumor tersebut
(apakah tumor tersebut memiliki banyak pusat). Usia pasien dan status fisik,
mental serta emosional harus dipertimbangkan dalam menemukan bentuk
terapinya.
Reseksi transuretra atau fulgurasi (kauterisasi) dapat dilakukan pada
pipiloma yang tunggal (tumor epitel benigna). Prosedur ini akan melenyapkan
tumor lewat insisi bedah atau arus listrik dengan menggunakan instrument yang
dimasukkan melalui uretra.
Penatalaksanaan kanker kandung kemih superfisial merupakan suatu
tantangan karena biasanya sudah terjadi abnormalitas yang meluas pada mukosa
kandung kemih. Keseluruhan lapisan dinding saluran kemih atau urotelium
menghadapi risiko mengingat perubahan karsinomatosa bukan hanya ditemukan
dalam mukosa kandung kemih tetapi juga dalam mukosa pelvis renal, ureter dan
uretra. Kekambuhan merupakan masalah yang serius; kurang lebih 25% hingga
40% tumor superfisial akan kambuh kembali sesudah dilakukan fulgerasi atau
reaksi transuretra.
Penderita papiloma benigna harus menjalani tindak lanjut dengan pemeriksaan
sitologi dan sistoskopi secara berkala sepanjang hidupnyakarena kelainan
malignansi yang agresif dapat timbul dari tumor ini.
Kemoterapi dengan menggunakan kombinasi metotreksat, vinblastin,
dexorubisin (Adriamisin) dan cisplatin (M-VAC) terbukti efektif untuk
menghasilkan remisi parsial karsinoma sel transisional kandung kemih pada
sebagian pasien. Kemoterapi intravena dapat dilakukan bersama dengan terapi
radiasi.
Zahid Fikri, S.Kep.Ns
nursingpustaka.blogspot.com Page 16
Kemoterapi topikal (kemoterapi intravesikal atau terapi dengan
memasukkan larutan obat antineoplastik ke dalam kandung kemih yang membuat
obat tersebut mengenai dinding kandung kemih) dapat dipertimbangkan jika
terdapat risiko kekambuhan yang tinggi, jika terdapat kanker in situ atau jika
reseksi tumor tidak tuntas. Kemoterapi topikal adalah pemberian medikasi
dengan konsentrasi tinggi (thiotepa, doxorubisin, mitomisin, ethoglusid, dan
Bacillus Calmette-Guerin atau BCG) untuk meningkatkan penghancuran jaringan
tumor. BCG kini dianggap sebagai preparat intravesikal yang paling efektif untuk
kanker kandung kemih yang kambuhan karena preparat ini akan menggalakkan
respns imun tubuh terhadap kanker. Pasien dibolehkan makan dan minum
sebelum prosedur pemasukan (instilasi) obat dilaksanankan, setelah kandung
kemih terisi penuh, pasien harus menahan larutan preparat intravesikal tersebut
selama 2 jam sebelum mengalirkannya keluar dengan berkemih. Pada akhir
prosedur, pasien dianjurkan untuk buang air kecil dan meminum cairan
sekehendak hati (adlibitum) untuk membilas preparat tersebut dari dalam
kandung kemih.
Radiasi tumor dapat dilakukan sebelum pembedahan untuk mengurangi
mikroekstensi neoplasma dan viabilitas sel-sel tumor sehingga kemungkinan
kambuhnya kanker tersebut di daerah sekitarnya atau kemungkinan penyebaran
sel-sel kanker lewat sistem sirkulasi darah atau sistem limfatik dapat dikurangi.
Terapi radiasi juga dilakukan bersama pembedahan atau dilakukan untuk
mengendalikan penyakit pada pasien dengan tumor yang tidak bisa dioperasi.
Sistektomi sederhana (pengangkatan kandung kemih) atau sistektomi radikal
dilakukan pada kanker kandung kemih yang invasif atau multifocal.
Sistektomi radikal pada pria meliputi pengangkatan kandung kemih, prostat serta
vesikulus seminalis dan jaringan vesikal disekitarnya. Pada wanita, sistektomi
radikal meliputi pengangkatan kandung kemih, ureter bagian bawah, uterus, tuba
falopii, ovarium, vagina anterior dan uretra. Operasi ini dapat mencakup pula
limfadenektomi (pengangkatan nodus limfatikus). Pengangkatan kandung kemih
memerlukan prosedur diversi urin.
Zahid Fikri, S.Kep.Ns
nursingpustaka.blogspot.com Page 17
Kanker kandung kemih varietas sel transisional memiliki respons yang
buruk terhadap kemoterapi. Cisplatin, doxorubisin dan siklofosfamid sudah
digunakan dengan berbagai takaran serta jadwal pemberian dan tampaknya
merupakan kombinasi yang paling efektif.
Kanker kandung kemih juga dapat diobati dengan infuse langsung preparat
sitotoksik melalui suplai darah arterial organ yang terkena sehingga bisa tercapai
konsentrasi preparat kemoterapeutik yang lebih tinggi dengan efek toksik
sistemik yang lebih kecil. Untuk kanker kandung kemih yang lebih lanjut atau
untuk pasien dengan hematuria yang membandel (khususnya setelah terapi
radiasi), sebuah balon besar berisi air yang ditempatkan dalam kandung kemih
akan membuat nekrosis tumor dengan mengurangi suplai darah ke dinding
kandung kemih (terapi hidrostatik). Terapi instilasi dengan cara memasukkan
larutan formalin, fenol dan perak nitrat dapat meredakan gejala hematuria dan
stranguria (pengeluaran urin yang lambat dan nyeri) pada sebagian pasien.
2.2.4 Kanker Urethra
Definisi :
Kanker urethra adalah suatu keganasan yang jarang terjadi, yang ditemukan
di dalam urethra. Urethra merupakan saluran tempat keluarnya air kemih dari
kandung kemih. Pada wanita, panjang urethra adalah sekitar 3,75 cm dan
ujungnya adalah berupa lubang yang terletak diatas vagina. Pada pria, panjang
urethra adalah sekitar 20 cm menembus kelenjar prostat dan berakhir sebagai
sebuah lebang di ujung penis.
Kanker urethra lebih sering terjadi pada wanita. Bagian dari urethra yang
terletak di dekat lubang keluarnya disebut urethra anterior dan kanker yang
bermula dari daerah ini disebut kanker urethra anterior. Bagian dari urethra yang
Zahid Fikri, S.Kep.Ns
nursingpustaka.blogspot.com Page 18
terletak di dekat kandung kemih disebut urethra posterior dan kanker yang
berawal di daerah ini disebut kanker urethra posterior.
Kadang penderita kanker kandung kemih juga menderita kanker urethra
yang disebut sebagai kanker urethra yang berhubungan dengan kanker kandung
kemih.
Kanker urethra kambuhan adalah kanker urethra yang kambuh kembali
setelah diobati, bisa kambuh ditempat yang sama atau di bagian tubuh lain.
Karunkulus urethra adalah pertumbuhan jinak (non-kanker) yang lebih
sering terjadi, berupa pertumbuhan kecil, berwarna merah dan menimbulkan
nyeri di samping lubang urethra pada wanita. Karunkulus urethra menyebabkan
adanya darah dalam air kemih dan keadaan ini diatasi dengan pengangkatan
melalui pembedahan.
Etiologi
Penyebab terjadinya keganasan pada sel-sel urethra belum diketahui.
Manifestasi Klinis
Gejala pertama biasanya adanya darah di dalam air kemih (hematuria), yang
mungkin hanya dapat diketahui dengan pemeriksaan mikroskopik atau bisa juga
tampak sebagai air kemih yang berwarna kemerahan. Aliran air kemih bisa
tersumbat,
sehingga penderita mengalami kesulitan dalam berkemih atau aliran kemih
menjadi
lambat atau sedikit.
Diagnosa
Dilakukan pemeriksaan fisik untuk mengetahui dan merasakan adanya
benjolan di dalam urethra. Pada pria, sebuah sitoskopi bisa dimasukkan ke dalam
penis untuk melihat urethra. Jika ditemukan sel atau tanda-tanda kelainan, maka
diambil contoh jaringan untuk diperiksa dengan mikoskop (biopsi).
Penatalaksanaan
Zahid Fikri, S.Kep.Ns
nursingpustaka.blogspot.com Page 19
Pengobatan untuk kanker urtrhra bisa dilakukan dengan cara:
1. Pembedahan untuk mengangkat kanker urethra terdiri dari:
1. Elektrofulgurasi, menggunakan arus listrik untuk mengangkat kanker.
Tumor dan daerah di sekitarnya dibakar lalu diangkat dengan pisau bedah.
2. Terapi laser.
3. Sistouretrektomi (pengangkatan kandung kemih dan uretra).
Pada pria, sebagian penis yang mengandung kanker urethra bisa diangkat
melalui pembedahan yang disebut penektomiparsial. Kadang dilakukan
pengangkatan seluruh penis (penektomi). Setelah sebagian atau seluruh
penisnya diangkat, bisa dilakukan bedah plastic untuk membuat penis yang
baru. Pada wanita bisa dilakukan pembedahan untuk mengangkat urethra,
kandung kemih dan vagina. Setelah itu dapat dibuat vagina baru dengan
bedah plastik.
2. Terapi penyinaran. Menggunakan sinar X dosis tinggi atau sinar energy tinggi
lainnya untuk membunuh sel-sel kanker.
3. Kemoterapi, menggunakan obat-obatan untuk membunuh sel-sel kanker.
Kanker Urethra Anterior
Untuk wanita:
sternal atau internal
mengangkat uretra dan organ di panggul bawah (eksanterasi anterior) atau
untuk mengangkat tumornya saja (jika kecil). Dibuat saluran baru untuk
membuang air kemih (diversi uriner).
Untuk Pria:
Zahid Fikri, S.Kep.Ns
nursingpustaka.blogspot.com Page 20
Kanker Urethra Posterior
Untuk wanita, dilakukan terapi penyinaran yang diikuti oleh pembedahan atau
pembedahan saja untuk mengangkat urethra, organ panggul bawah
(eksenterasi anterior) atau tumornya saja (jika kecil). Kelenjar getah bening
di dalam panggul biasanya diangkat (diseksi kelenjar getah bening) dan
kelenjar getah bening dipaha bagian atas bisa diangkat atau bisa juga
dibiarkan. Di buat saluran baru untuk
membuang air kemih.
Untuk pria, pengobatan terdiri dari terapi penyinaran yang diikuti dengan
pembedahan atau pembedahan saja untuk mengangkat kandun kemih dan
prostat (sistoprostatektomi) serta penis dan urethra (penektomi) kelenjar getah
bening di dalam pelvis diangkat, kelenjar getah bening dip aha bagian atas
bisa diangkat bisa tidak. Dibuat saluran baru untuk membuang air kemih.
Kanker Urethra yang berhubungan dengan kanker kandung kemih
Dapat dilakukan pengangkatan kandung kemih dan urethra (sistourektomi).
Kanker Urethra Kambuhan
Pengobatan tergantung kepada teknik pengobatan yang pernah dijalani
penderita sebelumnya. Jika sebelumnya telah dilakukan pembdahan, maka
pengobatannya berupa terapi penyinaran dan pembedahan untuk mengengkat
Zahid Fikri, S.Kep.Ns
nursingpustaka.blogspot.com Page 21
kanker. Jika sebelumnya telah dilakukan terapi penyinaran, maka
pengobatannya berupa pembedahan.
2.4 Asuhan Keperawatan
2.4.1 Pengkajian
Pengkajian pada klien meliputi:
a. Riwayat kesehatan :
Riwayat penyakit yang pernah di derita:
Apakah klien pernah menderita tumor atau kanker sebelumnya.
Riwayat penyakit keluarga:
Apakah ada keluarganya yang pernah menderita tumor.
Tanyakan gaya hidup klien :
Apakah klien merokok, pola makanan, pekerjaan (apakah berhubungan
langsung dengan radioaktif atau radiasi pada klien)
b. Pemeriksaan Fisik
1. Blood:
Palpitasi nyeri dada pada pengerahan kerja, terjadi perubahan pada
tekanan darah.
2. Breath:
Kemungkinan terjadi dispnoe dan pemajanan abses.
3. Brain:
Klien merasakan nyeri dengan skala yang tinggi rata-rata di atas 5,
kecemasan dan ketakutan.
4. Bowel:
Anoreksia, mual muntah, intoleransi makanan.
Terjadi perubahan pada berat badan; penurunan berat badan hebat,
berkurangnya massa otot.
5. Bladder:
Zahid Fikri, S.Kep.Ns
nursingpustaka.blogspot.com Page 22
Perubahan eliminasi urinarius, misalnya nyeri atau rasa terbakar pada saat
berkemih, hematuria.
6. Bone:
Adanya benjolan yang mungkin teraba pada ginjal, ureter, kandung
kemih, urethra.
c. Pemeriksaan Diagnostik:
Pada pemeriksaan fisik, ginjal yang normal tidak teraba dari luar, tetapi ginjal
yang membengkak atau tumor ginjal bisa teraba dari luar, kandung kemih yang
membengkak juga bisa teraba dari luar. Pemeriksaan colok dubur dilakukan
untuk merasakan kelenjar prostat. Pemeriksaan dalam vagina bisa membantu
memberi keterangan mengenai kandung kemih dan urethra.
prosedur diagnostik yang dilakukan untuk mendiagnosis kelainan ginjal dan
saluran kemih adalah:
1. Tes seleksi tergantung riwayat, manifestasi klinis, dan indeks kecurigaan untuk
kanker tertentu.
2. Skan (misalnya MRI, CT Scan) dan USG.
Dilakukan untuk tujuan dignostik, identifikasi metastatic, dan evaluasi respons
pada pengobatan.
3. Biopsi (aspirasi, eksisi, jarum melubangi)
Dilakukan untuk diagnosis banding dan menggambarkan pengobatan.
4. Analisa Urin
Terdiri dari analisa kimia (untuk mendeteksi protein, gula , dan keton) dan
pemeriksaan mikroskopik (untuk mendeteksi sel darah merah dan sel darah
putih).
2.4.2 Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri (akut) berhubungan dengan proses penyakit (kompresi atau destruksi
jaringan saraf , infiltrasi saraf atau suplai vaskularnya, obstruksi jaringan saraf,
inflamasi).
Zahid Fikri, S.Kep.Ns
nursingpustaka.blogspot.com Page 23
2. Perubahan eliminasi urin berhubungan dengan adanya inflamasi pada sistem
urinarius.
3. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan perdarahan (hematuria).
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
hipermetabolik berkenaan dengan kanker.
5. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan
sekunder dan imunosupresi.
6. Intoleran aktivitas berhubungan dengan penurunan imunologis, perubahan status
nutrisi, anemia.
7. Keletihan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik, peningkatan
kebutuhan energi (status hipermetabolik), kebutuhan psikologis atau emosional
berlebihan.
8. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi (kanker), ancaman atau perubahan
pada status kesehatan atau sosioekonomik, fungsi peran, pola interaksi, dan
ancaman kematian.
2.4.3 Implementasi dan Intervensi
1. Diagnosa: Nyeri (akut) berhubungan dengan proses penyakit (kompresi atau
destruksi jaringan saraf , infiltrasi saraf atau suplai vaskularnya,
obstruksi jaringan saraf, inflamasi).
Data Subyektif:
- Tanyakan intensitas, lama, awitan, letak dan skala nyeri.
- Tindakan yang dilakukan oleh klien untuk mengatasi nyeri.
Data Obyektif:
- P: Provoks=Nyeri bertambah saat melakukan aktivitas, dan nyeri berkurang
saat klien istirahat.
- Q:Quality=Adanya pengungkapan nyeri, misalnya nyeri yang dirasakan
seperti ditusuk-tusuk.
Zahid Fikri, S.Kep.Ns
nursingpustaka.blogspot.com Page 24
- R:Region=Adanya nyeri di sekitar abdomen.
- S:Severe+Tingkat keparahan nyeri.
- T:Time=Nyeri muncul ketika melakukan aktivitas.
Keadaan Umum
- Mobilisasi, amati apakah klien merasa terganggu dengan nyeri yang dialami.
- Amati ekpresi wajah, adanya pucat, meringis.
- Palpasi massa dengan lembut ukur pembengkakan jaringan lunak akibat
adanya massa.
- Adanya nyeri tekan.
Tujuan: Setelah diberikan intervensi nyeri yang dirasakan pasien berkurang atau
hilang.
Kriteria Hasil:
- Klien mengatakan nyerinya berkurang.
- Klien menunjukkan mekanisme koping spesifik untuk nyeri dan metode untuk
mengontrol nyeri.
Tindakan atau Intervensi Rasional
Mandiri
Tentukan riwayat nyeri, misal lokasi, nyeri,
frekuensi, durasi, dan intensitas (skala 0-
10), dan tindakan penghilang yang
digunakan.
Berikan tindakan kenyamanan dasar (misal
reposisi, gosokan punggung) dan aktivitas
hiburan (misal musik, televisi).
Informasi memberikan data dasar untuk
mengevaluasi kebutuhan atau keefektifan
intervensi. Catatan: pengalaman nyeri
adalah individual yang digabungkan dengan
baik respons fisik dan emosional.
Meningkatkkan relaksasi dan membantu
memfokuskan kembali perhatian.
Zahid Fikri, S.Kep.Ns
nursingpustaka.blogspot.com Page 25
Dorong penggunaan keterampilan
manajemen nyeri (misal teknik relaksasi,
visualisasi, bimbingan imajinasi), tertawa,
musik, dan sentuhan terapeutik.
Evaluasi penghilang nyeri atau kontrol.
Nilai aturan pengobatan bila perlu.
Kolaborasi
Kembangkan rencana manajemen nyeri
dengan pasien dan dokter.
Berikan analgesic sesuai indikasi.
Memungkinkan pasien untuk berpartisipasi
secara aktif dan meningkatkan rasa kontrol.
Tujuannya adalah kontrol nyeri maksimum
dengan pengaruh minimum pada AKS.
Rencana terorganisasi mengembangkan
kesempatan untuk kontrol nyeri. Terutama
dengan nyeri kronis, pasien atau orang
terdekat harus aktif menjadi partisipan
dalam manajemen dirumah.
Nyeri adalah komplikasi sering dari kanker,
meskipun respons individual berbeda. Saat
perubahan penyakit atau pengobatan terjadi,
penilaian dosis dan pemberian akan
diperlukan. Catatan: Adiksi atau
ketergantungan pada obat bukan masalah.
2. Diagnosa: Perubahan eliminasi urin berhubungan dengan adanya inflamasi pada
sistem urinarius.
Data Subyektif:
Klien mengatakan terjadi penurunan haluaran urin (retensi), rasa terbakar pada
saat berkemih.
Data Obyektif:
- Perubahan pola berkemih
Zahid Fikri, S.Kep.Ns
nursingpustaka.blogspot.com Page 26
- Hematuria
Tujuan:
Setelah dilakukan intervensi klien dapat berkemih dengan jumlah normal dan
pola biasanya.
Kriteria Hasil:
- Berkemih dengan jumlah normal dan pola bisanya.
- Tak mengalami tanda obstruksi.
Tindakan atau Intervensi Rasional
Mandiri
Awasi pemasukan dan pengeluaran dan
karakteristik urin.
Selidiki adanya keluhan kandung kemih
penuh; palpasi untuk distensi suprapubik.
Perhatikan penurunan keluaran urin.
Kolaborasi
Ambil urin untuk kultur dan sensitivitas.
Siapkan utuk tes diagnostik, prosedur sesuai
indikasi.
Memberikan informasi tentang fungsi ginjal
dan adanya komplikasi, contoh infeksi dan
perdarahan. Perdarah dapat
mengindikasikan peningkatan obstruksi dan
iritasi ureter.
Retensi urin dapat terjadi, menyebabkan
distensi jaringan (kandung kemih atau
ginjal) dan potensial resiko infeksi, gagal
ginjal.
Terdiri dari analisa kimia (untuk mendeteksi
protein, gula, dan keton) dan pemeriksaan
mikroskopik (untuk mendeteksi sel darah
merah dan sel darah putih).
Selang nefrostomi atau kateter dapat
dipegang untuk mempertahankan aliran
urin.
Zahid Fikri, S.Kep.Ns
nursingpustaka.blogspot.com Page 27
3. Diagnosa: Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan perdarahan
(hematuria).
Data Subyektif:
- Klien mengatakan ketika berkemih keluar darah.
- Klien merasa dehidrasi.
Data obyektif:
- Turgor kulit jelek
- Tanda-tanda vital tidak stabil
- Mata cowong
Tujuan:
Setelah dilakukan intervensi hematuria berhenti.
Kriteria Hasil:
Menunjukkan perbaikan keseimbangan cairan yang dibuktikan oleh haluaran
urine adekuat dengan berat jenis normal, tanda vital stabil, membrane mukosa
lembab, turgor kulit baik, pengisian kapiler cepat.
Tindakan atau Intervensi Rasional
Mandiri
Awasi tanda vital: bandingkan dengan hasil
normal pasien atau sebelunya. Ukur TD
dengan posisi duduk, berbaring, berdiri bila
mungkin.
Catat respons fisiologis inividual pasien
terhadap perdarahan, mis., perubahan
Perubahan TD dan nadi dapat untuk
perkiraan kasar kehilangan darah (mis.,
TD<90mmHg, dan nadi>110 diduga 25%
penurunan volume atau kurang lebih 1000
ml).Hipotensi postural menunjukkan
penurunan volume sirkulasi.
Simptomatologi dapat berguna dalam
Zahid Fikri, S.Kep.Ns
nursingpustaka.blogspot.com Page 28
mental, kelemahan, kegelisahan, ansietas,
pucat, berkeringat, takipnea, peningkatan
suhu.
Ukur CVP, bila ada
Kolaborasi
Berikan cairan/darah sesuai indikasi:
- Darah lengkap segar/kemasan sel darah
merah.
Plasma beku segar (FFP) dan/atau
trombosit.
mengukur berat/lamanya episode
perdarahan. Memburuknya gejala dapat
menunjukkan berlanjutnya perdarahan atau
tidak adekuatnya penggantian cairan.
Menunjukkan volume sirkulasi dan respons
jantung terhadap perdarahan dan
penggantian cairan; mis., nilai CVP antara 5
dan 20 cmH2O biasanya menunjukkan
volume adekuat.
Penggantian cairan tergantung pada derajat
hipovolemia dan lamanya perdarahan (akut
atau kronis). Tambahan volume (albumin)
dapat diinfuskan sampai golongan darah dan
pencocokan silang dapat diselesaikan dan
tranfusi darah dimulai.
4. Diagnosa: perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
hipermetabolik berkenaan dengan kanker.
Data Subyektf:
- Klien mengatakan keluhan masukan makanan tidak adekuat.
- Klien mengatakan terjadi perubahan sensasi pengecap.
- Klien kehilangan minat pada makanan.
- Klien tidak mampu untuk mencerna yang dirasakan (aktual).
Data Obyektif:
- Penurunan berat badan.
Zahid Fikri, S.Kep.Ns
nursingpustaka.blogspot.com Page 29
- Penurunan lemak subkutan atau massa otot.
- Sariawan, rongga mulut terinflamasi.
- Kram abdomen.
Tujuan:
Setelah dilakukan intervensi, terjadi penambahan berat badan pada klien dan
bebas tanda malnutrisi.
Kriteria Hasil:
- Mendemonstrasikan berat badan stabil, penambahan berat badan progresif
kearah tujuan dengan normalisasi nilai laboratorium dan bebas tanda
malnutrisi.
- Pengungkapan pemahaman pengaruh individual pad masukan adekuat.
- Berpartisipasi dalam intervensi spesifik untuk merangsang nafsu makan atau
peningkatan masukan diet.
Tindakan atau Intervensi Rasional
Mandiri
Pantau masukan makanan setiap hari.
Ukur tinggi, berat badan dan ketebalan
lipatan kulit trisep (atau pengukuran
antropometrik lain sesuai indikasi).
Pastikan jumlah penurunan berat
badan saat ini. Timbang berat badan
setiap hari atau sesuai indikasi.
Mengidentifikasi kekuatan atau
defisiensi nutrisi.
Membantu dalam identifikasi melnutrisi
protein-kalori, khususnya bila berat
badan dan pengukuran antropometrik
kurang dari normal.
Zahid Fikri, S.Kep.Ns
nursingpustaka.blogspot.com Page 30
Dorong pasien untuk makan diet tinggi
kalori kaya nutrient, dengan masukan
cairan adekuat. Dorong penggunaan
suplemen dan makanan sering atau
lebih sedikit.
Dorong penggunaan teknik relaksasi,
visualisasi, bimbingan imajinasi,
latihan sedang sebalum makan.
Kolaborasi
Tinjau ulang pemeriksaan
laboratorium sesuai indikasi, misal
jumlah limfosit total, transferin serum,
dan albumin.
Kebutuhan jaringan metabolik
ditingkatkan begitu juga cairan (untuk
menghilangkan produk sisa). Suplemen
dapat memainkan peran penting dalam
mempertahankan masukan kalori dan
protein adekuat.
Dapat mencegah awitan penurunan
anoreksia dan memungkinkan klien
meningkatkan masukan oral.
Membantu mengidentifikasi derajat
ketidakseimbangan biokimia atau
malnutrisi dan mempengaruhi pilihan
intervensi diet. Catatan: pengobatan
antikanker dapat juga mengubah
pemeriksaan nutrisi sehingga semua
hasil harus diperbaiki dengan status
klinis klien.
5. Diagnosa: Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan
ketidakadekuatan pertahanan sekunder dan imunosupresi.
Data Subyektif:
Pasien mengatakan sering lelah, sering sakit.
Data Obyektif:
Keadaan umum pasien terlihat lemah.
Tujuan:
Mencegah dan mengurangi resiko terjadinya infeksi.
Zahid Fikri, S.Kep.Ns
nursingpustaka.blogspot.com Page 31
Kriteria Hasil:
- Mengidentifikasi dan berpartisipasi dalam intervensi untuk mencegah
atau mengurangi resiko infeksi.
- Tetap tidak demam dan mencapai pemulihan tepat waktu.
Tindakan atau Intervensi Rasional
Mandiri
Tegakkan hygiene personal.
Kaji semua system (kulit, pernafasan,
genitourinaria) terhadap tanda /gejala
infeksi secara kontinu.
Hindari / batasi prosedur invasive. Dan taati
teknik aseptic.
Kolaborasi
Dapatkan kultur sesuai indikasi.
Berikan antibiotic sesuai indikasi.
Membantu potensial sumber infeksi dan/
atau pertumbuhan skunder.
Pengenalan dini dan intervensi sesegera
mungkin dapat mencegah progresi pada
situasi/ sepsis yang lebih serius.
Menurunkan resiko kontaminasi, membatasi
entri portal terhadap agen infeksius.
Mengidentifikasi organisme penyebab dan
terapi yang tepat.
Antibiotik mampu mengatasi kuman
penyebab infeksi.
6. Diagnosa: Intoleran aktivitas berhubungan dengan penurunan imunologis,
perubahan status nutrisi, anemia.
Data Subyektif:
- Klien mengatakan mudah lelah
- Klien mudah mengantuk
- Klien mengatakan kesulitan melakukan aktivitas berat
Data Obyaktif:
Zahid Fikri, S.Kep.Ns
nursingpustaka.blogspot.com Page 32
- Peningkatan RR
- Peningkatan TD
- HB menurun dari normal (Normal=12-15 mmHg)
Tujuan:
Klien mampu melakukan kegiatan sehari-hari tanpa batasan aktivitas.
Kriteria Hasil:
- Melaporkan peningkatan toleransi aktivitas
- Menunjukkan penurunan tanda fisiologis intoleran, misal: nadi,
pernafasan, TD masih dalam rentan normal pasien.
Tindakan atau Intervensi Rasional
Mandiri
Kaji kemampuan pasien untuk
melakukan tugas / AKS normal, catat
laporan kelelahan, keletihan, dan
kesulitan menyelsaikan tugas.
Kaji kehilangan/ gangguan
keseimbangan gaya jalan, kelemahan
otot.
Awasi TD, nadi, pernafasan selama
dan sesudah aktivitas. Catat respon
terhadap tingkat aktifitas.
Berikan lingkungan tenang.
Pertahankan tirah baring bila
diindikasikan. Batasi gangguan
berulang yang tidak direncanakan.
Membantu potensial sumber infeksi
dan/ atau pertumbuhan skunder.
Pengenalan dini dan intervensi
sesegera mungkin dapat mencegah
progresi pada situasi/ sepsis yang lebih
serius.
Menurunkan resiko kontaminasi,
membatasi entri portal terhadap agen
infeksius.
Mengidentivikasi organisme penyebab
Rasional
Mempengaruhi pilihan intervensi/
bantuan.
Menunjukkan perubahan neurologi
karena defisiensi vitamin B12
mempengaruhi keamanan pasien/ resiko
cedera.
Manifestasi cidera pulmonal dari upaya
jantung dan paru untuk membawaa
jumlah oksigen adekuat ke jaringan.
Meningkatkan istirahat untuk
menurunkan kebutuhan oksigen tubuh
dan menurunkan regangan jantung da
paru.
Zahid Fikri, S.Kep.Ns
nursingpustaka.blogspot.com Page 33
Ubah posisi pasien dengan perlahan
dan pantau terhadap pusing.
Prioritaskan jadwal asuhan
keperawatan untuk meningkatkan
istirahat.
Berikan bantuan dalam aktivitas/
ambulasi bila perlu.
Gunakan teknik penghematan energi,
misal : mandi dengan duduk, duduk
untuk melakukan aktivitas.
Anjurkan pasien untuk menghentika
aktivitas bila palpitasi.
dan terapi yang tepat.
Hipotensi postural atau hipoksia serebral
dapat menyebabkan pusing, berdenyt
dan peningkatan resiko cidera.
Menpertahankan tingkat energi da
regangan pada jantung dan sistem
pernafasan.
Membantu bila pelu, harga diri
ditingkatkan bila pasien melakukan
sesuatu sendiri.
Mendorong pasien melakuka banyak
aktifitas denga mematasi penyimpangan
energi dan mencegah kelemahan.
Regangan/ stres kardiopulmonal
berlebih dapat menimbulkan
dekompensasi/ kegagalan.
7. Diagnosa: Keletihan berhubungan dengan penurunan produksi energi
metabolik, kebutuhan psikologis atau emosional berlebihan.
Data Subyektif:
- Penurunan kinerja
- Ketidakmampuan untuk mempertahankan rutinitas biasanya
- Penurunan kemampuan berkonsentrasi
- Letargi atau gelisah
Data Obyektif:
- Klien terlihat lelah dan letih.
Zahid Fikri, S.Kep.Ns
nursingpustaka.blogspot.com Page 34
Tujuan:
Setelah dilakukan intervensi, klien dapat memperbaiki rasa berenergi.
Kriteria Hasil:
- Melaporkan perbaikan rasa berenergi
- Berpartisispasi dalam aktivitas yang diinginkan pada tingkat
kemampuan
Tindakan atau Intervensi Rasional
Mandiri
Rencanakan perawatan untuk
memungkinkan periode istirahat.
Jadwalkan aktifitas periodic bila pasien
mempunyai energy paling banyak.
Libatkan pasien /orang terdekat dalam
jadwal perencanaan.
Tingkatkan aktivitas sesuai
kemampuan. Dorong pasien untuk
melakukan apa saja bila mungkin,
missal: mandi, duduk, bangun dari
kursi, berjalandll.
Dorong masukan nutrisi
Kolaborasi
Berikan O2 suplemen sesuai indikasi.
Rujuk pada terapi fisik/okupasi.
Periode istirahat sangat diperlukan untuk
memperbaiki/ menghemat energy.
Perencanaan akan memungkinkan pasien
menjadi aktif selama wakti dimana
tingkat energy lebih tinggi, yang dapat
memperbaiki perasaan sejahtera dan rasa
control.
Meningkatkan kekatan/stamina dan
kemampuan pasien untuk lebih aktif
tampa kelelahan yang b erarti.
Nutrisi adekuat diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan energy aktivitas.
Adanya animea/hipoksemia menurunkan
ketersediaan O2 untuk ambilan selular
dan memperberat keletihan.
Zahid Fikri, S.Kep.Ns
nursingpustaka.blogspot.com Page 35
Latihan yang terprogam mampu
meningkatkan kekuatan dan tonus otot,
mingkatkan rasa sejahtera. Pengunaan
alat adaptasi mampu membantu
menghemat energy.
8. Diagnosa: ansietas berhubungan dengan lingkungan rumah sakit
yang tak dikenal, ketakpastian tentang hasil pengobatan kanker,
perasaan putus asa dan tak berdaya, ketidakcukupan pengetahuan
tentang kanker dan pengobatan, efek proses penyakit
,ketidakadekauatan tindakan penghilangan nyeri
Data subyektif:
Klien mengatakan masalah dengan perubahan dalam kejadian
hidup dan keluhan somatik.
Data Obyektif:
Klien mengekspresikan ketakutan, gemetar, terlihat gelisah.
Tujuan:
Klien menunjukkan rentan yang tepat dari perasaan dan
berkurangnya rasa takut.
Kriteria hasil:
Klien tampak rileks, dan melaporkan ansietas berkurang
Intervensi
Berikan kesempatan untuk klien dan
keuarga mengungkapkan perasaan (marah,
rasa bersalah, kehilangan dan nyeri)
Rasionalisasi
Kontak yang sering oleh perawat
menunjukkan penerimaan dan penumbuhan
rasa percaya. Perawat tidak boleh membuat
asumsi tentang reaksi klien atau anggota
keluarga.
Zahid Fikri, S.Kep.Ns
nursingpustaka.blogspot.com Page 36
Dorong diskusi terbuka tentang kanker,
pengalaman orang lain, dan potensial
pengontrol dan penyembuhannya.
Identifikasi mereka yang beresiko terhadap
ketidak berhasilan penyesiaian:
kekuatan ego yang buruk
kemampuan pemecahan
masalah tak efektif
kurang motivasi
control focus eksternal
Tunjukkan adanya harapan
Tingkatkan aktivitas dan latihan fisik.
Bantu dalam identifikasi sumber nyeri.
Berikan inform,asi akurat tentang:
penyebab nyeri
seberapa lama anyeri akan
berlangsung.
Penjelasan dan hasil diskusi tentang kanker
dapat menberikan pengetahuan kepada
klien dan keluarganya serta memberi
dorongan dan harapan.
Klien yang teridentifikasi sebagai resiko
tinggi memerlukan rujukan untuk
konseling .
Harapan diperlukan untuk mengatasi
beratnya beban pengobatan.(McCaughan &
Sexon, 1991)
Aktifitas fisik memberikan pengalihan dan
rasa normal
Tidak semua nyeri berhubungan dengan
distruksi jaringan. nyeri dengan sumber
yang berbeda memerlukan intervensi yang
berbeda.
Klien yang mengerti dan disiapkan
terhadap nyeri dapat meringgankan stress
dan tingkat ketergantungan fisik.
Zahid Fikri, S.Kep.Ns
nursingpustaka.blogspot.com Page 37
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
1. Urethelial Ca diklasifikasikan menjadi:
a. Kanker Ginjal
b. Kanker Ureter
c. Kanker Kandung Kemih
d. Kanker Urethra
2. Kanker urothelial
Epitel dari slaput lendir dijalan urine, piala ginjal, saluran kemih, dn kndung kemih
yang disebut urotel, harus menghadapi banyak hal. Sebenarnya keadaan itu sendiri
bukan sesuatu yang istimewa, karena tugas epitel adalah untuk menangkis atau
meniadakan semua yang tidak diharapkan. Epitel kulit merupakan ontoh dari keadaan
tersebut. Urotel terkenl sebagai epitel peralihan karena merupakan bentuk peralihan
dari epitel dari selaput lendir terdifensiasi kearah epitel selenteng. Urotel berhubungan
dengan ampas, termasuk juga zat beracun dan yang menimbulkan kanker serta
khemikala sisa asap rokok da zat warna tertentu ang terkenal jahat. Terutama pada
pemajanan jangka panjang, seperti dialami leh selaput lendir kandung kemih, resiko
terjadinya tumor ganas tentu meningkat. Kanker itu adalah kanker urotel. Kanker
urotel biasanya dimulai sebagai polip, tubuhan jinak yang agak menonjol diatas
permukaan, bertangkai dan tumbuh lamban. Atau mungkin juga pertumbuhannya lebih
meluas dan melebar tanpa timbul bengkak diatas permukaan. Perubahan sifat menjadi
ganas secara teratur muncul dikandung kemih, tetapi di piala ginjal dan saluran kemih
jarang terjadi, disini urine hanya lewat saja. Gambaran klinisnya bercirikan perdarahan
atau penutupan.
2.Kanker ginjal yang paling sering ditemukan adalah Carcinoma sel ginjal
(adenocarcinomarenalis, hipernefroma) yang berasal dari sel-sel yang melapisi
tubulus
renalis. Penyebab mengganasnya sel-sel ginjal tidak diketahui tetapi penelitian telah
Zahid Fikri, S.Kep.Ns
nursingpustaka.blogspot.com Page 38
menemukan faktor-faktor tertentu yang tampaknya meningkatkan resiko terjadinya
kanker ginjal, antara lain: merokok, kegemukan,hipertensi, lingkungan kerja, dialisa,
penyinaran, penyakit Van Hippel-Lindau. Pada stadium dini, kanker ginjal jarang
menimbulkan gejala. Pada stadium lanjut, gejala yang paling banyak ditemukan adalah
hematuria, gejala lainnya yang munkin terjadi yaitu nyeri pada sisi ginjal yang terkena,
penurunan berat badan, kelelahan, demam yang hilang timbul. Pemeriksaan diagnostik
jika dicurigai kanker ginjal dapat dilakukan pemeriksaan urografi intravena, USG, CT
Scan, MRI. Saat ini, pengobatan standar untuk kanker yang masih terbatas diginjal
adalah pembedahan untuk mengangkat seluruh ginjal (nefrektomi simpek/nefrotomi
radikal) embolisasi arteri renalis, terapi biologis, terapi penyinaran, imunoterapi.
3. Kanker dapat terjadi pada sel-sel yang melapisi pelvis renalis dan ureter. Kanker pada
sel-sel yang melapisi pelvis renalis disebut carcinoma cell transitional. Penyebab
mengganasnya sel-sel tidak diketahui, adapun faktor resiko terjadinya carcinoma cell
transitional adalah kanker kandung kemih dan pemakaian obat penghilang nyeri vena
cetin jangka panjang. Gejala awal biasanya berupa hematuria. Jika kanker belum
menyebar, maka dapat dilakukan pengangkatan ginjal dan ureter (nefroureterektomi).
4. Sekitar 80% hingga 90% dari semua kanker kandung kemih merupakan cell
transitional (yang berarti bahwa tumor tersebut berasal dari sel-sel transitional kandung
kemih. Dinding kandung dilapisi oleh sel transisional dan sel skuamosa, lebih dari 90%
kanker kandung kemih berasal dari sel transisional disebut karsinoma sel transisional,
sisanya adalah karsinoma sel skuamosa). Penyebab yang pasti dari kanker kandung
kemih tidak diketahui, tetapi penelitian telah menunjukkan bahwa kanker ini memiliki
beberpa faktor resiko antara lain: usia, merokok, lingkungan pekerjaan, infeksi,
pemakaian siklofosfamid atau arsenik untuk mengobati kanker dan penyakit lainnya,
ras, riwayat keluarga. Hematuria berat dan tanpa nyeri adalah gejala kanker kandung
kemih yang sering ditemukan. Adanya perubahan, pada urinasi atau perubahan urin
dapat menunjukkan adanya kanker kemih, nyeri didaerah panggul atau punggung dapat
terjadi pada metastasis kanker tersebut.
Penatalaksanaan kanker kandung kemih dapat dilakukan dengan kemoterapi,
kemoterapi topikal, radiasi, sistektomi.
Zahid Fikri, S.Kep.Ns
nursingpustaka.blogspot.com Page 39
5. Kanker urethra merupakan suatu keganasan yang jarang terjadi. Kanker urethra lebih
sering terjadi pada wanita. Kanker urethra dapat dibagi menjadi : kanker urethra
anterior, kanker urethra posterior, kanker urethra yang berhubungan dengan kandung
kemih, kanker urethra kambuhan, karunkulus urethra. Penyebab terjadinya keganasan
pada sel-sel urethra belum diketahui. Gejala pertama biasanya adanya darah didalam
air kemih (hematuria). Pengobatan untuk kanker urethra bisa dilakukan dengan cara
pembedahan, terapi penyinaran dan kemoterapi.
SARAN
Merokok, kegemukan, hipertensi, lingkungan kerja, dialisa merupakan faktor resiko
kanker ginjal. Kanker ini paling sering terjadi pada usia 50-70 tahun, jadi diharapkan
masyarakat lebih berhati-hati pada usia tersebut diatas.
Sebagai seorang perawat dan mahasiswa, kita harus memberikan health education
kepada masyarat tentang penyebab serta faktor resiko dari kanker ginjal maupun kanker
saluran kemih lainnya.
Zahid Fikri, S.Kep.Ns
nursingpustaka.blogspot.com Page 40
WOC Urothelial Ca
Etiologi:
idiopatik
Pembelahan sel diluar
kendali
Massa yang berlebihan
Tumor
Bekuan darah atau massa
sel tumor bergerak turun
melalui ureter
Mengalami
keganasan
Perluasan kedaerah
perirenal
Perdarahan kedalam
jaringan ginjal
Kanker ureter
Kanker kandung
kemih
Mengalami
pembesaran
abdomen
MK: Nyeri
Perfusi jaringan
me↓
MK: Gg.Perfusi jaringan
Mengalami
keganasan
MK: Ansietas
Metastasis
melalui aliran
darah
Infiltrasi kejaringan
tetangga
hematuria
Kanker
urethra
Inflamasi saluran kemih
MK: Gg,eliminasi urine
Kanker ginjal
Faktor Resiko:
Obesitas,hipertensi,lingkungan
kerja,dialisa,penyinaran
Paling sering pada usia 50-
70tahun.Pria 2x lbh rentan
drpd manita
Zahid Fikri, S.Kep.Ns
nursingpustaka.blogspot.com Page 41
Mengaami
keganasan
MK: Ansietas
Pemeriksaan
diagnostik
kemoterapi Terapi
penyinaran
pembedahan
Urgrafi
intravena
Imuoterapi Emboliasi
arteri renalis
Terapi
biologi
Pemeriksaan
diagnostik
MRI
CT-Scan
USG
sistouretrektomi
Terapi laser
elektrfulgurasi
Sistektomi
Reseksi
transuretra/fuglurasi
nefroureterectomi
PENATA LAKSANA
Penektomi Topikal