Upload
others
View
12
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
KOMPARASI PERAN PERBANKAN SYARIAH ANTAR NEGARA
INDONESIA, MALAYSIA, BAHRAIN DAN UEA (UNI EMIRAT ARAB)
DITINJAU DARI LAPORAN KEUANGAN
(Analisis laporan keuangan pada perbankan syariah yang ada di Indonesia,
Malaysia, Bahrain dan UEA (Uni Emirat Arab))
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-syarat
Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Mei Sari Utami Harahap
NIM: 109082000052
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H/2015 M
i
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Pribadi:
Nama : Mei Sari Utami Harahap
No. KTP : 1220045805910002
Lahir : Gunung tua, 18 Mei 1991
Alamat : JL. Kertamukti gang. Haji Nipah no.01 Kosan Najda.
Ciputat
Agama : Islam
No. Kontak : 081376303918 / (0635) 510 194
Email : [email protected]
B. Pendidikan:
1. TK YPIPL (Yayasan Pendidikan Islam Padang Lawas) Gunung tua
1995 – 1996
2. TK YPIPL (Yayasan Pendidikan Islam Padang Lawas) Gunung tua
1996 – 1997
3. SD Negeri 01 Gunung tua
1997 – 2003
4. MTs Pesantren Modern Unggulan Terpadu Darul Mursyid, Sipirok
2003 – 2006
5. MA Pesantren Modern Unggulan Terpadu Darul Mursyid, Sipirok
2006 – 2009
6. S1 Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2009 – 2015
C. Pengalaman Organisasi
1. Anggota OPPDM (Organisasi Pelajar Pesantren Darul Mursyid)
Pembina Asrama bagian kebersihan
2006 – 2007
vi
Anggota Inti OPPDM Divisi Ilmiah
2007 – 2008
2. Anggota BEMJ Akuntansi UIN Jakarta
2009 – 2010
3. Anggota KMSU (Komunitas Mahasiswa Sumatera Utara)
2011 – 2012
4. Sebagai Bendahara Umum II di KMSU
2012 – 2013
5. Anggota Tari di Sanggar TMII Anjungan Sumatera Utara
2012 – 2013
D. Latar Belakang Keluarga
Ayah : H. Agus Tamam Harahap
Lahir : Gunung tua, 11 Desember 1964
Ibu : Hj. Retna Dumila Hasibuan
Lahir : Gunung tua, 01 Agustus 1969
Saudara/i kandung : Nur Kholija Harahap (Ziza)
Ummi Kalsum Harahap (Ummi)
Atina Rohmaito Harahap (Ito)
Ahmad Akbar Harahap (Akbar)
Fauziah Harahap (Zia)
No. Kontak : (0635) 510194
Alamat : JL. Masjid Raya Pasar Gunung tua, kec. Padang
bolak
Kode pos: : 22753
vii
COMPARATIVE ROLE OF ISLAMIC BANKING AMONG COUNTRIES
INDONESIA, MALAYSIA, BAHRAIN, AND UAE (UNITED ARAB
EMIRATES) IN TERMS OF THE FINANCIAL STATEMENTS
Abstrack
Islamic bank principle prohibiting usury in all types of transactions require
Islamic banks carrying out business activities on the basis of health, fairness, and
transparency in the operations of Islamic banks. Align the profit goals with
aspects of Islamic morality that underlies all of its operations. Because it did the
formation of mutually beneficial partnership in the can must be out of business by
legal means. This study sought to test the extent of compliance with sharia banks
in Indonesia, Malaysia, Bahrain, and the UAE (United Arab Emirates) to disclose
their compliance with Islamic principles of Islamic values in the financial
reporting of Islamic banks in four countries.
Analysis was conducted on 12 companies of Islamic banking, in which each
country took the third object of research. By using Disclosure Scoring researcher
seeking disclosure level comparison of the values of Islam in the financial
statements between Islamic banks. The results showed that the values of Islam has
not been revealed in the Islamic financial statements, only one-third of the
exposed parts of the course that the whole item of disclosure provided. From all
the research object, the bank that has the highest ratings in disclosure of the values
of Islam in its financial statements is the Bank Syariah Mandiri (BSM) and Bank
BNI Syariah (BNIS) with 13 items in total disclosure, while the lowest ranking is
in ABC Islamic Bank in Bahrain by 5 items.
Keyword : Indonesia's financial statements comparison with foreign countries,
disclosure of the values of Islam
viii
KOMPARASI PERAN PERBANKAN SYARIAH ANTAR NEGARA
INDONESIA, MALAYSIA, BAHRAIN DAN UEA (UNI EMIRAT ARAB)
DITINJAU DARI LAPORAN KEUANGAN
Abstrak
Prinsip bank syariah yang melarang adanya riba pada semua jenis transaksinya
mengharuskan bank syariah melaksanaan aktivitas bisnis atas dasar kesehatan,
keadilan, dan keterbukaan bank syariah dalam menjalankan usahanya.
Menyelaraskan antara tujuan profit dengan aspek moralitas islam yang melandasi
semua operasionalnya. Karena itu melakukan pembentukan kemitraan yang saling
menguntungkan yang di dapat harus dari usaha dengan cara yang halal.
Penelitian ini berusaha menguji seberapa besar tingkat kepatuhan bank-bank
syariah yang ada di Indonesia, Malaysia, Bahrain, dan UEA (Uni Emirat Arab)
dalam mengungkapkan kepatuhannya terhadap prinsip syariah dari nilai-nilai
islam pada pelaporan keuangan bank syariah di empat negara. Analisis dilakukan
pada 12 perusahaan perbankan syariah, dimana masing-masing negara mengambil
3 objek penelitiannya. Dengan menggunakan metode Disclosure Scoring peneliti
berusaha mencari perbandingan tingkat pengungkapan nilai-nilai islam dalam
laporan keuangan antar bank syariah. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa nilai-
nilai islam belum banyak terungkap dalam laporan keuangan syariah, hanya
sepertiga bagian saja yang terungkap dari keseluruhan item pengungkapan yang
disediakan. Dari seluruh objek penelitian, bank yang memiliki peringkat tertinggi
dalam pengungkapan nilai-nilai islam dalam laporan keuangannya adalah Bank
Syariah Mandiri (BSM) dan Bank BNI Syariah (BNIS) dengan total
pengungkapan 13 item, sedangkan peringkat terendah ada pada ABC Islamic
Bank di Bahrain sebanyak 5 item.
Kata kunci : perbandingan laporan keuangan Indonesia dengan negara Asing,
pengungkapan nilai-nilai islam
ix
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr. wb.
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah, serta
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada junjungan Nabi Muhammad
SAW, suri tauladan terbaik bagi umat Islam serta pembawa risalah wahyu Allah
SWT Al-Qur’an dan Al-Hadist yang menjadi pedoman hidup umat Islam sampai
akhir zaman.
Skripsi ini merupakan tugas akhir yang harus diselesaikan sebagai syarat guna
meraih gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa banyak pihak yang telah membantu
dalam proses penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu, syukur Alhamdulillah
penulis hanturkan atas kasih sayang Allah SWT yang telah memberikan
kemudahan dan kelancaran dalam penyelesaian tugas akhir ini. Selain itu, penulis
juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-
besarnya kepada:
1. Kedua orang tuaku tercinta yang telah memberikan perhatian penuh, kasih
sayang, dorongan semangat dan doa yang tidak henti-hentinya kepada
penulis. Terima kasih atas kesabaran dalam menanti kelulusan anakmu ini.
Terima kasih atas pengorbanan yang telah kalian lakukan untuk anak-anak
kalian. Semoga Allah SWT memberikan kedudukan yang tinggi dan
membalas pengorbanan kalian dengan sebaik-baik balasan. Aamiin.
2. Suamiku tercinta dan terkasih yang selalu memberikan semangat dalam
penyelesaian skripsi ini tatkala penulis hampir menyerah, tetapi dia selalu
memberikan perhatian lebih untuk hal ini. Terimakasih kesayanganku atas
pengorbananmu ikhlas berjauhan demi pendidikan tinggi seorang istri, kau
x
dan putri kita Firsha Indah Chumairoh Siregar adalah penyemangat juga
penguat hatiku, semoga Allah membalas kelembutan hatimu dan rezekimu
selalu dilancarkan Allah SWT. Aamiin.
3. Adik-adik ku, Azizah, Ummi, Ito, Akbar dan Fauzia yang juga slalu
mendorongku untuk menyelesaikan skripsi ini, walapun dengan gaya
bahasa mereka yang terkadang menyindir penulis yang berujung semangat
buat penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Semoga kalian adik-adikku
bisa menjadi anak-anak yang soleh dan solehah, yang selalu diberkati
orang tua dan membahagiakan kedua orang tua di dunia dan akhirat.
4. Wawak, terimakasih sudah membantuku meringkan sedikit masalahku
dalam menjaga anakku Firsha selama aku menuntaskan tugas akhir kuliah
ini. juga kepada oppung beserta seluruh keluargaku yang lain yang tidak
bisa kusebutkan satu-persatu namanya terimakasih atas bantuan, perhatian,
dan dorongan semangat yang kalian berikan untukku. Semoga Allah selalu
memberikan kesehatan dan umur panjang padakalian serta semoga Allah
membalas kebaikan kalian dengan kebaikan dan pahala yang berlimpat.
Amiin
5. Dr. Arief Mufraini, Lc., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Ibu Yessi Fitri, SE., M.Si., Ak., CA selaku ketua jurusan akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Bapak Hepi Prayudiawan, SE.,Sk.,MM selaku sekretaris jurusan akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
8. Ibu Dr. Rini, Ak., M.Si., CA selaku dosen pembimbing skripsi I yang telah
bersedia menyediakan waktunya yang sangat berharga untuk membimbing
penulis selama menyusun skripsi. Terimakasih atas segala masukan guna
menyelesaikan skripsi ini.
9. Ibu Fitri Damayanti, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi II yang telah
bersedia menyediakan waktu, memberikan masukan, pengarahan dan
bimbingan dalam penulisan skripsi ini. Terimakasih atas segala bimbingan
dan konsultasi yang telah diberikan kepada penulis.
xi
10. Seluruh staf pengajar dan karyawan Universitas Islam Negeri yang telah
memberikan bantuan kepada penulis.
11. Sahabat terbaikku Sarotunna Siregar, yang telah banyak memberikan
nasihat dan dorongan semangat untukku. Terimakasih atas kebaikanmu
selama ini. Jazakillah khair. Untuk sahabat-sahabatku Rani, Ecy, Enji,
Devi, Nisa, Beta, Dhani, Zakiyah dan sahabat-sahabatku yang lain yang
tidak dapat kusebutkan namanya satu-persatu. Terimakasih atas kebaikan
kalian. Semoga persahabatan kita abadi.
12. Saudara-saudaraku seiman, ikhwatifillah: Hasna, Iin, Mumun, Dede, Iga,
Irpan, Wilda, Gucci, dan ukhtifillah yang lain. Terimakasih atas semua
nasihat yang kalian beri. Walaupun penulis sempat kebingungan karena
menampung kebanyakan pendapat tetapi aku tetap bersyukur dan merasa
beruntung karena takdir Allah mempertemukanku dengan orang-orang
seperti kalian. Semoga kita bisa terus saling menasihati dalam kebaikan.
Jazakumullah khairan jaza.
13. Saudaraku seiman dan seperjuangan Era, semoga kita tetap berada dalam
jalan kebenaran dan semoga kita tetap semangat dalam menimba ilmu
Allah. Teman serta adik bagiku, kita sama-sama berjuang dalam
menyelesaikan tugas akhir kuliah ini mudah ataupun sulit kita lalui
bersama, saling mendukung satu sama lain. Semoga apapun yang kau
impikan dan cita-citakan untukmu dimasa depan akan tercepai dengan
seizin Allah. Aamiin
14. Saudara-saudaraku di KMSU (Komunitas Mahasiswa Sumatera Utara)
yang telah memberikanku banyak pengalaman dan pembelajaran.
Terimakasih atas ukhuwah yang telah terbina selama ini, semoga jalinan
persaudaraan ini tetap berlanjut hingga akhir masa.
15. Teman-teman akuntansi Regulerku periode 2009 Syauffa, Reni, Randi,
Reza. ku ucapkan terimakasih banyak atas bantuan kalian dan kesabaran
kalian dalam menjawab segala pertanyaan-pertanyaanku terkait skripsi ini,
semoga ilmu yang kalian miliki kian hari kian merekat dalam diri kalian.
Karena ilmu yang bermanfaat itu adalah ilmu yang diamalkan. Tian, Irul,
xii
Wira kalian pelengkap dalam pertemanan ini. Kita dipertemukan di
jurusan akuntansi UIN Jakarta dan menjadi teman sesama teman yang bisa
saling menghibur dan menjaga silaturahmi dengan baik.
16. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu, penulis
mengucapkan syukron jazakumullah Khairon katsiran.
Penulis sepenuhnya menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki
penulis. Oleh sebab itu, menulis mengharapkan segala bentuk saran serta
masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak.
Jakarta, 10 November 2015
Mei Sari Utami Harahap
xiii
DAFTAR GAMBAR
1. Kerangka konseptual akuntabilitas
syariah........................................................................................................30
xiv
DAFTAR TABEL
1. Value added statement versi Baydoun dan Willet
(1994;2000)................................................................................................31
2. Perbedaan karakteristik akuntansi konvensional dengan akuntansi
syariah........................................................................................................32
3. Persamaan dan perbedaan elemen-elemen akuntansi dalam perumusan
standar untuk islamic accounting model versus British-America
model..........................................................................................................38
4. Tabel penelitian sebelumnya......................................................................41
5. Objek penelitian.........................................................................................59
6. Analisis annual report................................................................................59
xv
DAFTAR ISI
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ............................................... i
SURAT PENGESAHAN KOMPREHENSIF .................................................... ii
SURAT PENGESAHAN SKRIPSI .................................................................... iii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH .............................................. iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................ v
ABSTRACK ....................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR......................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL................................................................................................ xiv
DAFTAR ISI ....................................................................................................... xv
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ....................................................................... 10
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................... 10
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori yang Berkenaan Dengan Variabel yang diambil
1. Pengertian Bank ....................................................................... 12
2. Pengertian Syariah ................................................................... 14
3. Peranan Bank Syariah .............................................................. 16
4. Syariah Enterprise Theory ....................................................... 18
B. Kerangka Konsep Teoritis Akuntansi Syariah
1. Syariah Islam ........................................................................... 20
2. Standar Akuntansi Perbankan Syariah ..................................... 23
xvi
3. Kerangka Dasar ........................................................................ 24
4. Penyajian dan Pengungkapan Pelaporan Keuangan Bank
Syariah Berdasarkan Nilai Tambah ......................................... 28
5. Pengungkapan Nilai-nilai Islam (Islamic Values) Menurut
Para Ahli .................................................................................. 31
C. Penelitian Sebelumnya ................................................................... 41
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian ....................................................................... 44
B. Metode Pemilihan Sampel ...................................................................... 45
C. Metode Pengumpulan Data ..................................................................... 46
D. Metode Analisis Data .............................................................................. 47
sBAB IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ............................................ 58
B. Analisa dan Pembahasan ......................................................................... 59
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ............................................................................................. 94
B. Saran ........................................................................................................ 95
DAFTAR PUSTAKA
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perbankan Syariah sudah berkembang di berbagai negara, upaya untuk
melakukan implementasi sistem keuangan Islami empat dekade terakhir
berjalan begitu gencar, sehingga masyarakat islam tengah berupaya
mendorong perkembangan perbankan syariah tumbuh sehat dan konsisten
menjalankan prinsip syariah, serta tersebar luas hingga menjangkau lapisan
masyarakat yang membutuhkan.
Wacana tentang sistem keuangan islam atau sistem keuangan syariah
mulai muncul ketika sebuah institusi keungan berskala kecil diperkenalkan di
Mid Gamar Mesir dari 1963 sampai 1967, yang kemudian di ikuti dengan
pendirian lembaga tabung haji di Malaysia tahun 1971. Mengikuti sukses ini,
maka pada dekade 70-an beberapa institusi keuangan islam didirikan, dan
yang paling penting diantaranya adalah IDB (Islamic Development Bank) di
bawah sponsor OKI (Organisasi Konferensi Islam). Industri ini (Industri
keuangan islam) berkembang secara mengesankan sejak itu. (Agus Triyanta,
2009:209-228).
Tingginya respon terhadap perbankan syariah dipicu oleh
ketidakpuasan terhadap konsep dan operasi perbankan konvensional.
Penyerahan risiko usaha terhadap salah satu pihak dinilai melanggar norma
keadilan, dimana risiko penghimpunan dana sepenuhnya ditanggung oleh
2
bank, sebaliknya risiko kredit sepenuhnya ditanggung oleh debitur. Dalam
jangka panjang sistem perbankan konvensional juga berpotensi menyebabkan
penumpukan kekayaan pada segelintir orang yang memiliki kapital besar.
Menurut (Gudarzi Farahani, 2012:07), The International Monetary
Fund(IMF) menunjukkan dimana telah dinyatakan laporan dari Bank
Islam/Syariah adalah salah satu bagian yang merupakan pertumbuhannya
sangat pesat dalam industri keuangan dengan tingkat persenan 10-15
persenlebih pertumbuhan di dekade yang lampau, dan di dunia, aset Bank
Islam/Syariah di estimasikan bertumbuh sekitar 15 persen. Per tahunnya akan
mencapai $ 1 trillion di tahun 2016.
Hari ini, setelah kurang lebih empat dekade dari upaya pengenalan
pertamanya, institusi keuangan islam merupakan sebuah bisnis dengan
jaringan yang mendunia dan terdiri dari berbagai macam enterprise, sejak dari
perbankan asuransi, pasar modal, reksa dana dan berbagai institusi keuangan
lainnya. Meski demikian, diantara kesemuanya itu, perbankan islam telah
menunjukkan perkembangan yang sangat berarti, bahkan hari ini perbankan
islam di estimasi mengelola asset US $ 250-300 Milyar. Ini secara subtansial
dapat lebih tinggi lagi jumlahnya jika mengagregasikan retail dan sektor usaha
besar sekaligus. Perbankan islam hari ini beroperasi lebih di 75 negara, bukan
hanya di negara muslim tetapi telah tersebar melampaui Eropa, Amerika dan
Timur Tengah (Triyanta, 2009 : 209-228).
Perkembangan ini terus merebak ke berbagai negara yang berpenduduk
muslim untuk memperjuangkan perkembangan perbankan syariah dengan
3
berbagai metode yang mungkin dilakukan oleh masing-masing
negara.Tentunya hal ini dapat kita lihat perkembangannya melalui beberapa
hal, diantaranya adalah pada perkembangan produk yang dikembangkan pada
masing-maisng negara (Hasbulloh : Perbankan Syariah di Negara Muslim).
Selain pengungkapan keterkaitan dengan perbankan syariah, juga
pengembangan produk yang dikembangkan di berbagai negara muslim
diantaranya Indonesia, malaysia, Iran dan Bangladesh. Gerakan finansial
Islam telah tinggal landas dengan cukup berhasil dan tidak mungkin ada orang
yang mampu menarik ke belakang lagi. Bank-bank Islam individual tampak
cukup baik kinerjanya sejauh ini sekalipun banyak mengalami kesulitan-
kesulitan dan kejutan-kejutan internal dan eksternal yang mereka alami.
Sejumlah besar pengalaman telah diperoleh, konsep-konsep makin lebih jelas,
kemajuan yang baik juga mulai diperlihatkan pada penggunaan metode-
metode primer, penerimaan publik juga terus meluas, dan deposito yang
dimobilisasi dari kaum muslimin yang bahkan menyukai bank-bank
konvensional yang berbasis bunga juga mulai meningkat. Kebanyakan bank-
bank internasional yang besar telah memiliki unit atau perusahaan anak
(subsidiary companies) yang melaksanakan kegiatan perbankan islam. Dalam
laporan november yang dibuat oleh Moody’s Investor Service menunjukkan
bahwa bank-bank islam telah ikut membantu memulihkan keruntuhan
ekonomi global yang terjadi saat ini (Karaoub & Abbot, 2009. dalam Sutan
Remy Sjahdeini, 2014:53). Krisis keuangan global ternyata menjadi pemicu
bagi berkembangnya perbankan islam. Seperti dikatakan oleh Islamic Bank of
4
Britain bahwa peningkatan yang signifikan atas nasabah non-muslim bank
tersebut telah terjadi sejak krisis keuangan melanda Britania (Britain). Seperti
yang dikatakan oleh Steven Amos, kepala pemasaran dari Islamic Bank of
Britain bahwa, “Our core business will always be muslims but the numbers of
non-muslims are really picking up” (Daily Mail, 2008). Dunia barat yang
penduduknya sebagian besar non-muslim telah makin tertarik dengan
melakukan kegiatan perbankan berdasarkan prinsip syariah. Hari itu terjadi
setelah mereka mengalami pukulan yang berat sehubungan dengan krisis
keuangan global yang dipicu oleh kasus subprime mortgages (Sutan Remy
Sjahdeini, 2014:53).
Namun demikian persoalan tetap ada tetapi tidak ada alasan untuk
percaya bahwa persoalan-persoalan ini tidak dapat diawasi. Gerakan ini
diharapkan akan terus memiliki momentum di masa yang akan datang selama
Islam tetap menjadi kekuatan di dunia muslim.
Meskipun institusi keuangan itu selalu berevolusi, kebangkitan
perbankan islam tidak dapat dikatakan sebagai semata-mata proses evolusi
dari industri keuangan yang ada. Harus dipahami bahwa pandangan hidup
muslim (worldview) yang melihat islam sebagai sebuah perangkat aturan dari
perilaku untuk seluru area kehidupan termasuk aspek ekonomi, merupakan
sebuah kekuatan pendorong (driving foce) atas kelahiran perbankan islam.
Sebagai institusi keuangan yang berbasis pada agama. Bisnis perbankan
syariah karenanya secara ketat didikte oleh ajaran agama, yakni Qur‟an dan
Sunnah Rasulullah. Jadi adalah suatu hal yang pasti bahwa sistem perbankan
5
islam secara substansial berbeda dari perbankan konvensional. (Agus
Triyanta, 2009:211).
Perbedaan yang disebut diatas pada gilirannya mempengaruhi aspek
operasional dan produk yang ditawarkan oleh perbankan islam. Sebagai
institusi intermediary keuangan, bank islam dan juga bank konvensional yang
membuka layanan perbankan islam, menawarkan produk yang mencakup
berbagai simpanan dan skema pembiayaan dengan berdasarkan pada berbagai
kontrak yang ada dalam muamalah. Melalui produk ini misal dari perbankan
islam dapat tertunaikan yakni untuk menyediakan kebutuhan likuiditas yang
bebas dari bunga, yang hal ini sangat kontras dengan pesaing dari counterpart
konvensionalnya yang menyandarkan pada bunga dalam memperoleh
pendapatan.
Apabila kita terus cermati perkembangannya, sektor keuangan syariah
mengalami pertumbuhan yang cukup siginifikan. Salah satu yang menjadi
indikatornya adalah pertumbuhan lembaga-lembaga keuangan syariah yang
menjadi alternatif bagi para investor dan pelaku ekonomi yang menuntut
institusi dan instrumen keuangan (Islamic Financial Institution) yang
memenuhi ketentuan dan prinsip syariah (Syariah Compliance).
Di tengah-tengah krisis keuangan global yang melanda dunia dengan
sistem ekonomi kapitalisnya, lembaga keuangan syariah kembali
membuktikan daya tahannya dari terpaan krisis. Lembaga-lembaga keuangan
syariah tetap stabil dan memberikan keuntungan, kenyamanan serta
keamanan bagi para pemegang sahamnya, pemegang surat berharga,
6
peminjam dan para penyimpan dana di bank-bank syariah. Bahkan industri
keuangan syariah malah mengalami pertumbuhan sebesar 1 triliun dollar.
Kesuksesan bank syariah ini disebabkan para investor lebih nyaman
jika menanamkan investasinya di lembaga-lembaga keuangan syariah
mengedepankan keadilan, menjauhi riba serta seluruh investasi dan produknya
dilakukan secara etis dan bertanggungjawab dari sisi sosial.
Sebagai hasil dari pandangan yang berdasarkan pada keyakinan agama
tersebut, perbankan islam menunjukkan kekhasannya yang sangat mencolok
dalam hal relasi antara bank dengan nasabah. Bank Islam boleh jadi memiliki
pengalaman relasi dengan nasabah dalam sebuah model yang berbeda jika
dibandingkan dengan perbankan konvensional. Hal ini tidak bermaksud untuk
mengatakan bahwa faktor ekonomi tidak begitu penting, akan tetapi bagi
nasabah yang beragama islam, afiliasi mereka terhadap bank islam boleh jadi
karena atas dasar keyakinan mereka atas sentimen agama. Ajaran islam yang
telah menetapkan bahwa riba adalah sesuatu yang harus dijauhi dan karenanya
orang muslim dilarang untuk bertransaksi dalam hal keuangan yang
mengandung unsur riba. Jadi dalam tingkat tertentu afiliasi nasabah muslim
terhadap bank mungkin bukan semata-mata karena alasan ekonomi tapi juga
karena alasan ideologis.
Atas dasar kekhasan seperti diatas satu hal yang pasti bahwa
terasosiasikannya perbankan islam dengan kata-kata islam atau syariah adalah
dikarenakan adanya kaitan yang erat antara aspek konseptual dan praktis dari
bisnis perbankan ini dan prinsip-prinsip islam atau syariah. Dengan kata lain,
7
adalah selalu benar untuk dapat dikatakan bahwa salah satu aspek mendasar
yang membedakan perbankan islam dan konvensional adalah kepatuhan pada
prinsip syariah (shari’ah compliance).
Terlebih lagi keberadaan industri ini juga sarat dengan moralitas dan
nilai-nilai agama Islam, sehingga perkembangannya akan merupakan refleksi
dari upaya implementasi nilai-nilai tersebut ke dalam operasional perbankan
syariah. Dengan memahami bahwa industri ini membawa sekaligus dua
dimensi nilai, yaitu nilai profesional dalam dunia keuangan dan nilai
kepatuhan atas prinsip-prinsip syariah, maka cakupan stakeholder industri ini
pun menjadi lebih luas.
Dibandingkan bank konvensional, bank syariah terhitung sebagai
industri cukup baru di dunia. Meski demikian, bank tanpa bunga ini mampu
bersaing dengan bank konvensional di berbagai negara. Bahkan, di Timur
Tengah, bank syariah tumbuh lebih pesat dibandingkan bank pesaingnya. Di
Indoensia, dalam beberapa tahun terakhir, perbankan syariah terus
menunjukkan perkembangan yang lebih cepat dari perkiraan. Bank-bank
konvensional mulai berlomba membuka divisi syariah karena melihat minat
masyarakat yang demikian tinggi pada produk perbankan syariah.
Bank syariah dari satu negara ke negara lain, selain memiliki persamaan
prinsip dan umum, juga memiliki perbedaan-perbedaan karena lingkungannya
yang berbeda. Perbedaan ini juga akan tercermin pada variasi penggunaan
akad yang berbeda dalam produk dan jasa yang ditawarkan bank syariah.
Faktor-faktor yang memengaruhi perbedaan tersebut bermacam-macam,
8
antara lain: 1) sistem ekonomi yang dianut oleh suatu negara 2) aliran
pemikiran atau madzhab yang dianut oleh negara atau mayoritas penududuk
muslimnya 3) kedudukan bank syariah dalam undang-undang 4) pendekatan
pengembangan produk yang dipilih.
Kedudukan bank syariah dalam undang-undang sangat memengaruhi
ruang gerak bank syariah di negara tersebut. Bank syariah yang beroprasi di
bawah undang-undang perbankan sayariah akan lebih leluasa beroprasi secara
syariah dibandingkan dengan bank syariah yang beroprasi di bawah undang-
undang perbankan secara umum. Karena karakteristik bank syariah yang khas
dan berbeda dengan bank konvensional, bank syariah akan terbelengu ruang
geraknya apabila dibatasi dengan undang-undang perbankan konvensional.
Dengan adanya perbedaan tersebut produk, jasa, dan instrumen
keuangan syariah yang ada dan dipasarkan dalam satu negara mungkin tidak
ditawarkan di negara lain karena ulama negara tersebut berpendapat akad yang
dipergunakan tidak sesuai dengan prinsip syariah sesuai dengan madzhab
yang dianut oleh negara atau Muslim di negara tersebut. Sebagai contoh, akad
BBA di Malaysia menggunakan akad bay’ al-Inah di dalamnya yang dianggap
tidak sesuai dengan prinsip syariah oleh ulama Timur Tengah maupun
Indonesia.
Perbedaan-perbedaan tersebut membuat produk, jasa, dan instrumen
keuangan syariah di dunia sangat berbeda-beda, bervariasi, dan tidak ada
standar. Untuk itu, lembaga keungan internasional seperti IFSB (Islamic
Financial Services Board) dan AAOIFI (Accounting and Auditing
9
Organization of Islamic Financial Institution) adalah dua lembaga keuangan
islam yang bertugas untuk melakukan persamaan, standarisasi produk, dan
operasi bank syariah secara internasional.
Dalam praktinya dunia perbankan syariah di indonesia menerapkan tiga
standar sekaligus dalam kegiatan operasionalnya, standar tersebut ialah:
standar AAOIFI berguna untuk penyeragaman ketentuan dan aturan seperti
pengukuran, pengakuan dan pelaporan dalam produk yang dikeluarkan oleh
perbankan yang bersangkutan khususnya bila berkaitan dengan institusi
keuangan dan perbankan islam di luar negeri.
PSAK syariah berguna sebagai pedoman bank syariah dalam
melaksanakan kegiatan nya di dalam negeri, PSAK ini juga berfungsi sebagai
standar dalam menjaga kepercayaan stakeholder terhadap mereka yang
dibuktikan dengan syariah compliance. Dan yang terakhir, standar IFRS,
standar ini sebenarnya berfungsi untuk menyeragamkan pengukuran,
pengakuan dan pelaporan entitas keuangan diseluruh dunia. Namun, karena
tidak semua standar yang ada mengatur khusus tentang perbankan syariah
maka standar AAOIFI lah yang menjadi pedoman utama bagi institusi
keuangan dan perbankan syariah di indonesia dalam hubungan dengan bank
maupun stakeholder di luar negeri.
Kesimpulannya, bahwa standar yang digunakan oleh perbankan syariah
sebagian besar mengikuti standar AAOIFI yang di adopsi ke dalam PSAK
syariah namun dalam kaitannya dengan standar IFRS juga diterapkan selama
tidak bertentangan dengan prinsip dan nilai-nilai syariah. Maka dari itu,
10
peneliti mengangkat judul berupa “Komparasi Peran Perbankan Syariah
Antar Negara Indonesia, Malaysia, Bahrain dan Uni Emirate Arab di
Tinjau dari Laporan Keungan” dengan melakukan analisis Islamic Values
terhadap laporan keuangan tahunan di setiap perusahaan bank syariah di
negara-negara yang telah di tentukan oleh peneliti.
Penelitian ini merujuk kepada penelitian sebelumnya, yaitu penelitian
yang dilakukan oleh Ika Budiarti (2012) yang berjudul “Analisis
Pengungkapan Islamic Values dalam Pelaporan Keuangan Bank Syariah
menurut Paradigma Akuntansi Syariah Filosofis-Teoritis”. Perbedaan
penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah dari penelitian Ika Budiarti
(2012), peneliti mengambil variabel “pengungkapan Islamic Values dalam
Laporan Keuangan Bank Syariah”. Perbedaannya, pada penelitian Ika Budiarti
hanya menganalisis langsung pengungkapan Islamic Values pada laporan
keuangan bank-bank umum syariah yang ada di indonesia sedangkan
penelitian ini, menganalisis langsung pengungkapan Islamic Values pada
laporan keuangan bank-bank syariah yang ada di negara Indonesia, Malaysia,
Bahrain dan UEA (Uni Emirat Arab) kemudian membandingkan bank
syariah mana di antara negara tersebut yang lebih banyak mengungkapkan
nilai-nilai Islam (Islamic Values).
11
B. PERUMUSAN MASALAH
Dalam penulisan skripsi ini penulis mengangkat masalah mengenai :
1. Apakah dalam laporan keuangan tahunan bank syariah di Indonesia,
Malaysia, Bahrain dan UEA (Uni Emirat Arab) telah mengungkapkan
nilai-nilai keislamannya (Islamic Values)?
2. Bagaimanakah perbandingan pengungkapan nila-nilai islam (Islamic
Values) dalam pelaporan keuangan tahunan antar Bank Syariah di
Indonesia, Malaysia, Bahrain, dan UEA (Uni Emirat Arab)?
C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
1. Tujuan penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
a. Untuk menganalisis apakah bank sayriah telah mengungkapkan
nilai-nilai islam dalam laporan keuangan tahunannya di Negara-
negara yang akan diteliti oleh peneliti, seperti: Indonesia,
Malaysia,Bahrain dan UEA (Uni Emirat Arab).
b. Negara manakah yang lebih banyak mengungkapkan nilai-nilai
islam di laporan keuangan tahunannya.
2. Manfaat Penelitian
a. Memberikan bukti empiris tentang negara manakah yang lebih
banyak dalam mengungkapkan nilai-nilai islam apakah negara:
dalam negeri (Indonesia) dengan di luar negeri (Malaysia, Bahrain,
UEA (Uni Emirat Arab).
12
b. Bagi peneliti selanjutnya
Penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan referensi bagi peneliti
selanjutnya untuk lebih mengembangkan penelitian mengenai
pengkajian ilmu akuntansi syariah dalam perbedaan-perbedaan
pencatatan laporan keuangannya disetiap Negara.
c. Bagi penulis
Melalui penelitian ini diharapkan bisa menambah pengetahuan dan
membuka wawasan mengenai ilmu akuntansi syariah dan juga
perbedaan-perbedaan yang terdapat di perbankan syariah diseluruh
dunia. Khususnya dinegara-negara yang diteliti oleh peneliti.
12
BAB II
LANDASAN TEORI
A. PENGERTIAN BANK
1. Pengertian Bank
Menurut Undang-undang No. 10 tahun 1998 perubahan Undang-
undang No.7 tahun 1992 tentang perbankan:
“Bank adalah lembaga yang mengumpulkan dana dari masyarakat
berupa simpanan dan menyalurkan dalam bentuk pinjaman dan
bentuk lainnya dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat. Perbankan
adalah semua yang menyangkut tentang kelembagaan, menyangkut
keuangan, kegiatan usaha serta aturan dan proses didalam melakukan
kegiatannya”.
Selain itu banyak pakar yang memberikan defenisi mengenai bank,
antara lain sebagai berikut:
Menurut Muchdarsyah Sinungan:
“Bank adalah suatu lembaga keuangan, yaitu suatu badan yang
berfungsi sebagai finansial intermediary atau perantara keuangan
dari dua pihak, yakni pihak yang kelebihan dana dan yang
kekurangan dana. Sebagai lembaga institusi yang penting
peranannya dalam masyarakat bank adalah suatu lembaga keuagan
yang kekgiatan pokoknya mengumpulkan uang, memberikan
pinjaman dan jasa didalam aktifitas kegiatan beredarnya uang. Bank
mengumpulkan dan menampung simpanan uang dari masyarakat (to
receive deposits) bisa berupa tabungan, giro, deposito. Uang tersebut
akan dihimpun dan dikembalikan lagi untuk keperluan masyarakat
dalam bentuk pinjaman (to make loans)”.
Menurut H. Abdurrachman:
“Bank adalah suatu jenis lembaga keuangan yang melaksanakan
berbagai macam jasa, seperti memberikan pinjaman, mengedarkan
mata uang, bertindak sebagai tempat penyimpanan benda-benda
berharga, membiayai usaha-usaha perusahaan lain dan lainnya”.
13
Menurut F. E. Ferry:
“Bank adalah suatu badan usaha yang transaksinya berkaitan dengan
uang, simpanan dari nasabah, menyediakan dana atas setiap
penarikan, melakukan penagihan cek-cek atas perintah nasabah,
memberikan kredit dan atau menanamkan kelebihan simpanan
tersebut sampai dibutuhkan untuk pembayaran kembali”.
Dari beberapa pemaparan para ahli diatas mengenai pengertian
Bank, peneliti berpendapat bahwa Bank merupakan instasi yang bergerak
dibidang jasa keuangan yang melakukan banyak kegiatan seperti,
penghimpunan dana melalui berbagai instrumen dan menyalurkan kembali
kepada masyarakat sebagai sumber pembiayaan bagi masyarakat dan
dunia usaha serta melakukan jasa-jasa keuangan lainnya seperti transfer,
jasa kliring dan lainnya.
Ada tiga kegiatan utama yang dilakukan perbankan antara lain:
(Kasmir, 2003, hal.12)
a. Mengumpulkan dana
Maksudnya adalah mengumpulkan dana yang beredar di
masyarakat, dikelola untuk dikembalikan lagi untuk keperluan
masyarakat. Kegiatan penghimpunan dana ini disebut dengan istilah
Funding.
b. Mengelola dana yang terkumpul untuk dikembalikan lagi ke
masyarakat.
Maksudnya adalah dana yang telah dikumpulkan dan dikelola
dikembalikan lagi ke masyarakat bisa berbagai macam bentuknya
misalnya untuk bank konvensional bisa berupa pemberian pinjaman
atau kredit apabila masyarakat membutuhkan, sedangkan
pembiayaan adalah istilah yang ada di bank syariah. Kegiatan yang
dilakukan oleh perbankan untuk menyalurkan dana ini disebut
dengan istilah lending
c. Memberikan jasa bank lainnya.
Selain mengumpulkan dana, mengelola dan mengembalikan
lagi ke masyarakat perbankan juga mempunyai kegiatan yang lain
misalnya bisa sebagai lembaga yang memberikan pembayaran
kompensasi bisa berupa gaji, pensiun, tunjangan hari tua, ataupun
hadiah. Melalui bank kita juga bisa melakukan berbagai macam
14
pembayaran mulai dari membayar listrik, kartu kredit, sekolah,
telepon, air, sampai membayar rumah. Bank juga bisa sebagai
tempat penagihan/ inkaso, pengiriman uang/ transfer, penjualan mata
uang asing/ valas, menyimpan dokumen (save deposit box) dan
masih ada beberapa jasa lainnya yang bisa dilayani oleh bank.
2. Pengertian Syariah
Pada saat terjadi permasalahan pada bank konvensional serta krisis
moneter, kehadiran bank syariah telah memberikan jalan keluar bagi
pelaku bisnis. Bank islam atau selanjutnya disebut dengan bank syariah,
adalah bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga.
Bank syariah dapat juga diartikan sebagai lembaga keuangan atau
perbankan yang operasional dan produknya dikembangkan berlandaskan
Al-Qur‟an dan hadits Nabi Muhammad SAW. (Ahmad Gozali, 2004.
Dalam Budi Utami, 2010 :05).
Bank Syariah adalah tipe bank yang mendunia, meskipun bank islam
memiliki karakter tersendiri. Kelebihan bank islam memainkan dua fungsi
dasar, yaitu manajement investasi dan bank perniagaan (Rifat Ahmed
Abdul Karim, 2001:178).
Bank syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya
memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya, dalam lalulintas
pembiayaan serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan
dengan prinsip islam (Muhammad, Manajemen Syariah, 2002) bank
syariah adalah bentuk perbankan yang mengikuti suatu ketentuan-
ketentuan syariah islam (Dahlan Siamat, Manajemen Lembaga Keuangan,
Jakarta).
15
Prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum islam
antara bank dan pihak lain untuk menyimpan dana dan atau pembiayaan
kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah. Meskipun secara
sistem perbankan syariah telah menunjukkan kinerja keuangan yang lebih
baik, sistem perbankan syariah sementara ini masih memberikan tingkat
return yang lebih rendah kepada nasabah dibandingkan dengan yang dapat
diberikan oleh perbankan konvensional. Peningkatan efisiensi operasional
yang berdampak pada perbaikan tingkat return bermitra dengan bank
syariah yang mana selain mengharapkan jasa keuangan yang sesuai
dengan syariah, juga tentunya mengharapkan tingkat return yang lebih
baik.
Menurut Anaour hasan,”Secara empirik bahwa bank syariah lebih
memberikan keuntungan yang lebih dibanding dengan bank konvensional
dengan menggunakan neraca atau pembukuan yang sama”. (Hassoune,
Islamic bank’s profitability in an interest rate cycle, international journal
of islamic financial service, vol.4, No.2)
Pendapat lain mengatakan “Bank Syariah menjaga prinsip-prinsip
yang diterima umum tentang pembagian laba rugi di sisi kewajibannya.
Setidaknya sebatas prinsip saja. Nasabah bank syariah tidak mendapat
bunga di rekekning mereka, tapi untuk simpanan atau investasi akan
mendapatkan bagi hasil, Bank Syariah menggunakan pembukuan khusus
agar penyaluran profitnya dapat digunakan secara perlahan-lahan (juga
16
pada penyaluran profit/nisbahnya)”. (Mahmoud A. El- Gamal, Interest and
The Paradox of Contemporary Islamic Law and Finance.)
Jadi bank syariah suatu bank yang menggunakan sistem syariah
berlandaskan Al-Quran dan Hadist terutama menyangkut tata cara
muamalat secara islam yang dapat digunakan secara universal (Budi
Utami, 2010:05).
3. Peranan Bank Syariah
Upaya untuk memperoleh keuntungan sebesar-besarnya merupakan
tujuan yang bisa dicanangkan oleh bank komersial. Hal ini berbeda dengan
bank syariah yang didirikan untuk mengembangkan jasa serta produk
berdasarkan sistem syariah islam.
Prinsip utama bank syariah terdiri atas larangan atas riba pada semua
jenis transaksi sehingga pelaksanaan aktivitas bisnis atas dasar kesetaraan
(equality), keadilan (fairness) dan keterbukaan (transparancy). Bank
syariah dalam menjalankan usahanya menyelaraskan antara tujuan profit
dengan aspek moralitas islam yang melandasi semua operasionalnya,
karena itu bank syariah melakukan pembentukan kemitraan yang saling
menguntungkan yang didapat harus dari usaha dengan cara yang halal.
Bank syariah diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap
pertumbuhan ekonomi masyarakat melalui pembiayaan-pembiayaan yang
dikeluarkan oleh bank syariah. Melalui pembiayaan ini bank syariah dapat
17
menjadi mitra dengan nasabah sehingga hubungan bank syariah dengan
nasabah adalah hubungan kemitraan
Peranan bank syariah secara khusus:
1. Menjadi perekat naasionalisme baru
2. Memberdayakan ekonomi umat dengan beroperasi secara transparan
3. Memberikan return yang lebih baik
4. Mendorong penurunan spekulasi dari pasar keuangan
5. Mendorong pemerataan pendapatan
6. Peningkatan efisiensi mobilitas dana.
Peranan bank syariah menurut AAOIFI (Accounting and Auditing
Organization for Islamic Financial Institution). Fungsi dan peranan bank
syariah terbagi atas empat yaitu (tim pengembangan perbankan syariah
IBI) :
1. Sebagai manajer investasi
2. Sebagai investor
3. Sebagai penyedia jasa keuangan dan lalu lintas pembayaran
4. Pelaksanaan kegiatan sosial
Sistem perbankan syariah berbeda dengan sistem perbankan
konvensional karena sistem keuangan dan perbankan syariah adalah
merupakan subsistem dari suatu sistem ekonomi islam yang cakupannya
lebih luas. Oleh karena itu, perbankan syariah tidak hanya dituntut untuk
menghasilkan profit secara komersial, namun di tuntut secara sungguh-
sungguh menampilkan realisasi nilai-nilai syariah.
18
Tujuan dari pendirian bank-bank islam ini umumnya adalah untuk
mempromosikan dan mengembangkan aplikasi dari prinsip-prinsip islam,
syariah, dan tradisinya ke dalam transaksi keuangan dan perbankan serta
bisnis lain yang terkait. Prinsip utama yang dianut oleh bank syariah
adalah:
1. Larangan riba (bunga) dalam berbagai bentuk transaksi
2. Menjalankan bisnis dan aktivitas perdagangan yang berbasis pada
memperoleh keuntungan yang sah menurut syariah
3. Menumbuhkembangkan zakat.
Sepanjang praktek perbankan konvensional tidak bertentangan
dengan prinsip-prinsip islam, maka bank-bank syariah telah mengadopsi
sistem dan prosedur perbankan yang ada. Namun, bila terjadi pertentangan
dengan prinsip-prinsip syariah, maka bank-bank syariah merencakan dan
menerapkan prosedur mereka sendiri guna menyesuaikan aktivitas
perbankan mereka dengan prinsip-prinsip syariah islam. Untuk itu maka
dewan syariah berfungsi memberikan masukan kepada perbankan syariah
guna memastikan bahwa bank syariah tidak terlibat dalam unsur-unsur
yang tidak disetujui oleh islam (Budi Utami, 2010:06).
4. Teori Shariah Enterprise (Shariah Enterprise Theory)
Dari beberapa konsep teoritis yang ada, maka konsep teoritis yang
mampu memberikan dasar dalam pembentukan prinsip dan teknik
akuntansi yang menghasilkan bentuk akuntabilitas dan informasi yang
dibutuhkan oleh stakeholders adalah enterprise theory. Shariah enterprise
19
theory merupakan enterprise theory yang telah diinternalisasi dengan nilai-
nilai islam guna menghasilkan teori yang transendental dan lebih humanis.
Teori ini mengakui adanya pertanggungjawaban tidak hanya kepada
pemilik perusahaan saja melainkan kepada kelompok stakeholders yang
lebih luas. Menurut Enterprise Teori, stakeholders meliputi Tuhan,
manusia, dan alam. Tuhan merupakan pihak paling tinggi dan menjadi
satu-satunya tujuan hidup manusia. Dengan menempatkan Tuhan sebagai
stakeholder tertinggi, maka tali penghubung agar akuntansi syariah tetap
bertujuan pada “membangkitkan kesadaran ke Tuhanan” para
penggunanya tetap terjamin. Konsekuensi menetapkan Tuhan sebagai
stakeholder tertinggi adalah digunakannya sunnatullah sebagai basis bagi
konstruksi akuntansi syariah. Intinya adalah bahwa dengan sunnatullah ini,
akuntansi syariah hanya dibangun berdasarkan pada tata-aturan atau
hukum-hukum Tuhan. (Triyuwono, 2003)
Stakeholder pada theory enterprise dibedakan menjadi dua
kelompok yaitu direct-stakeholder dan inderect-stakeholder. Direct
stakeholder merupakan pihak-pihak yang secara langsung memberikan
kontribusi pada perusahaan, baik dalam bentuk keuangan (financial
contribution) maupun non-keuangan. Karena mereka memberikan
kontribusi kepada perusahaan, maka mereka mempunyai hak untuk
mendapatkan kesejahteraan dari perusahaan. Sementara yang dimaksud
dengan inderect stakeholder adalah pihak-pihak yang sama sekali tidak
memberikan kontribusi kepada perusahaan (baik secara keuangan maupun
20
non-keuangan), tetapi secara syariah mereka adalah pihak yang memiliki
hak untuk mendapatkan kesejahteraan dari perusahaan.
Golongan stakeholder terkahir dari theory enterprise adalah alam.
Alam adalah pihak yang memberikan kontribusi bagi hidup-matinya
perusahaan sebagaimana pihak Tuhan dan manusia. Perusahaan eksis
secara fisik karena didirikan di atas bumi, menggunakan energi yang
tersebar di alam, memproduksi dengan menggunakan bahan baku dari
alam, memberikan jasa kepada pihak lain dengan menggunakan energi
yang tersedia di dalam dan lain-lainnya. Namun demikian, alam tidak
menghendaki distribusi kesejahteraan dari perusahaan dalam bentuk uang
sebagaimana yang diinginkan manusia. Wujud distribusi kesejahteraan
berupa kepedulian perusahaan terhadap kelestarian alam, pencegahan
pencemaran, dan lain-lainnya.
B. KERANGKA KONSEP TEORITIS AKUNTANSI SYARIAH
1. Syariah Islam
Akuntansi yang berbasis syariah islam dapat dijelaskan melalui
grass root dimilikinya yakni akuntansi dan syariah. Akuntansi memiliki
banyak defenisi Diantaranya menurut Committe on Accounting
Terminology dari American Institute of Certified Public Accountants
(AICPA) menyatakan bahwa, “ akuntansi adalah seni mencatat,
mengklasifikasikan dan meringkas dalam bentuk yang berarti dan dalam
unit financial tentag transaksi–transaksi dan events, yang paling tidak,
21
memiliki sifat keuangan dan menginterpretasikan hasil–hasilnya”
(Triyuwono, 2006: 42).
American Institute of Certified Public Accountants (AICPA)
membuat Statement of the Accounting Principle Board, No. 4 yang
menyatakan bahwa “akuntansi adalah aktivitas jasa. Fungsinya adalah
memberikan informasi kuantitatif, terutama financial information, tentang
entitas bisnis yang dimaksudkan dapat berguna dalam membuat economic
decison dalam membuat alternatif yang rasional diantara beberapa
alternatif tindakan” (Triyuwono, 2006: 12)
“akuntansi sebagai sebuah aktivitas yang dirancang untuk
mengidentifikasi, mengukur, dan mengkomunikasikan informasi tentang
economic entity yang dimaksudkan dapat berguna dalam membuat
keputusan-keputusan ekonomi” (Triyuwono, 2006: 15).
Ikatan Akuntansi Indonesia (2007) syariah merupakan ketentuan
hukum islam yang mengatur aktivitas umat manusia yang berisi perintah
dan larangan, baik yang berhubungan dengan hablumminalloh mapun
hablumminannas dengan sesama makhluk. Prinsip syariah yang berlaku
umum dalam kegiatan muamalah (transaksi syariah) mengikat secara
hukum bagi semua pelaku dan pemangku kepenting (stakeholder) entitas
yang melakukan transaksi syariah.
Menurut Nurhayati (2009) menyatakan defenisi akuntansi syariah
sebagai berikut “Muhasabah (akuntansi syariah), yaitu suatu aktivitas
yang teratur berkaitan dengan pencatatan transaksi-transaksi, tindakan-
22
tindakan, keputusan-keputusan yag sesuai dengan syariat, dan jumlah-
jumlahnya, didalam catatan-catatan refresentatif, serta berkaitan dengan
pengukuran hasil-hasil keuangan berimplikasi pada transaksi-transaksi,
tindakan-tindakan, dan keputusan-keputusan tersebut untuk membantu
pengambilan keputusan yang tepat”.
Akuntansi syariah dapat diartikan sebagai proses akuntansi atas
transaksi-transaksi yang sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan Allah
SWT. (Kariyoto, 2013: 2)
Akuntansi syariah pada hakikatnya adalah penggunaan akuntansi
dalam menjalankan syariah islam. Akuntansi islam adalah “meta rule”
yang berasal diluar konsep akuntansi yang harus dipatuhi, yaitu hukum
syariah yang berasal dari Tuhan yang bukan ciptaan manusia, dan
akuntansi islam sesuai dengan kecenderungan manusia yaitu “hanief”
yang menuntut agar perusahaan juga memiliki etika dan tanggungjawab
sosial, bahkan ada pertanggungjawaban di akhirat, dimana setiap orang
akan mempertanggungjawabkan tindakannya di hadapan Tuhan yang
memiliki akuntansi sendiri (rakib dan Atid) yang mencatat semua
tindakan manusia bukan saja pada bidang ekonomi, tetapi juga masalah
sosial dan pelaksanaan hukum syariah lainnya. Maka dari beberapa
pendapat diatas, peneliti menyimpulkan bahwa akuntansi Islam adalah
proses pencatatan transaksi-transaksi atau kejadian-kejadian yang terjadi
dalam perusahaan dengan menggunakan aturan yang sesuai dengan Al-
Quran dan Al-Hadist.
23
2. Standar Akuntansi Perbankan Syariah
Langkah pengembangan standar akuntansi keuangan bank syariah
sudah dimulai sejak tahun 1987. Kehadiran akuntansi syariah merupakan
tuntutan dari lahirnya lembaga-lembaga ekonomi yang berbasis syariah
termasuk didalamnya adalah bank syariah. Akuntansi yang digunakan
sementara ini oleh lembaga-lembaga keuangan syariah adalah PSAK
(Pedoman Standar Akuntansi Keuangan) No. 59 tahun 2003, yaitu
diterbitkan oleh IAI. Akuntansi bank syariah adalah akuntansi yang
berhubungan dengan aspek-aspek lingkungan. Karena syariah adalah
mencakup seluruh aspek kehidupan umat manusia, baik ekonomi, politik,
sosial dan filsafat moral. Dengan kata lain, syariah berhubungan dengan
seluruh aspek kehidupan manusia, termasuk didalamnya adalah akuntansi.
PSAK (Pedoman Standar Akuntansi Keuangan) No. 59 secara resmi
dikeluarkan pada tanggal 1 Mei 2002 dan secara resmi diterapkan sejak 1
Januari 2003 oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan yang terdiri dari;
Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Bank
Syariah dan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Akuntansi
Syariah. PSAK No. 59 ini kemudian dijabarkan dalam PAPSI (Pedoman
Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia) 2003, yang berperan mengatur
secara teknis dan rinci penjabaran PSAK 59.
Tujuan akuntansi keuangan bank syariah salah satu adalah dapat
meningkatkan kepatuhan kepada prinsip syariah dalam semua transaksi
dan kegiatan usaha. Penerbitan kedua ketentuan ini diharapkan dapat
24
menambah kelengkapan, keakuratan, dan kejelasan informasi yang
disampaikan dalam laporan keuangan perbankan syariah, sehingga lebih
mudah dipahami dan dipercaya oleh masyarakat (PAPSI), 2003:iv).
Tujuan akuntansi keuangan bank syariah dalam
3. Kerangka Dasar
Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Bank Syariah adalah:
1) Menentukan hak dan kewajiban pihak terkait, termasuk hak dan
kewajiban yang berasal dari transaksi yang belum sesuai dengan dan
atau kegiatan ekonomi lain, sesuai dengan prinsip syariah yang
berdasarkan pada konsep kejujuran, keadilan, dan kepatuhan kepada
nilai-nilai bisnis islam.
2) Menyediakan informasi keuangan yang bermanfaat bagi pemakai
laporan keuangan untuk pengambilan keputusan
3) Meningkatkan kepatuhan terhadap prinsip syariah pada dasarnya
dalam semua transaksi dan kegiatan usaha.
Tujuan laporan keuangan bank syariah pada dasarnya sama dengan
tujuan laporan keuangan secara umum dengan tambahan, antara lain,
menyediakan:
1) Informasi kepatuhan bank terhadap prinsip syariah, serta informasi
pendapatan dan beban yang tidak sesuai dengan prinsip syariah bila
ada dan bagaimana pendapatan tersebut diperoleh serta
penggunaannya.
25
2) Informasi untuk membantu mengevaluasi pemenuhan
tanggungjawab terhadap amanah dalam mengamankan dana,
menginvestasikan pada tingkat keuntungan yang layak.
3) Informasi mengenai tingkat keuntungan investasi yang diperoleh
pemilik dan pemilik dana investasi terikat.
4) Informasi mengenai pemenuhan fungsi sosial bank, termasuk
pengelolaan dan penyaluran zakat.
Menurut Muhammad (2002), tujuan utama menyajikan informasi
keuangan adalah:
1) Dasar pengambilan keputusan
2) Monitoring perkembangan khususnya keuangan bank syariah
3) Pengendalian keuangan
4) Evaluasi terhadap pencapaian tujuan.
Sementara itu menurut Muhammad (2002:11) Dalam Al-Quran surat
Al-Baqarah ayat 282 ada tiga nilai yang menjadi prinsip dasar dalam
operasional akuntansi syariah, prinsip-prinsip akuntansi syariah yaitu; 1)
prinsip pertanggung jawaban (accountability), 2) prinsip keadilan, 3)
prinsip kebenaran.
Prinsip pertanggungjawaban (accountability) selalu berkaitan dengan
amanah. Bagi kaum muslim persoalan amanah merupakan hasil transaksi
manusia dengan sang khalik mulai dari alam kandungan manusia dibebani
oleh Allah untuk menjalankan fungsi kekhalifahan dimuka bumi, inti
kekhalifahan adalah menjalankan atau menunaikan amanah. Banyak ayat
26
Al-Quran yang menjelaskan tentang proses pertanggungjawaban manusia
sebagai pelaku amanah Allah dimuka bumi. Implikasi dalam bisnis dan
akuntansi adalah bahwa apa yang telah diamanatkan dan diperbuat kepada
pihak-pihak yang terkait.
Pada prinsip keadilan bukan merupakan nilai penting dalam etika
kehidupan sosial dan bisnis saja, tetapi juga merupakan nilai inheren yang
melekat dalam fitrah manusia. Yang berarti manusia pada dasarnya
memiliki kapasitas dan energi untuk berbuat adil dalam setiap aspek
kehidupan. Dalam kontek akuntansi menegaskan, kata adil dalam ayat 282
surat Al-baqarah, secara sederhana dapat berarti setiap ttransaksi yang
dilakukan oleh perusahaan harus dicatat dengan benar. Dengan kata lain
tidak ada window dressing dalam praktik akuntansi perusahaan.
Sedangkan pada prinsip kebenaran adalah menurut Muzahid (2012)
prinsip ini sebenanya tidak dapat dilepaskan dengan prinsip keadilan.
Sebagai contoh dalam akuntansi, ketika perusahaan melakukan
pengakuan, pengukuran laporan pada perusahaan, akan dapat dilakukan
dengan baik apabila dilandaskan pada nilai kebenaran. Kebenaran ini
dapat menciptakan nilai keadilan dalam mengakui, mengukur, dan
melaporkan transaksi-transaksi dalam ekonomi. Dengan demikian
pengembangan akuntansi islam, nilai-nilai kebenaran, kejujuran dan
keadilan harus diaktualisasikan dalam praktik akuntansi. Secara garis
besar nilai-nilai kebenaran membentuk akuntansi syariah dapat
diterangkan sebagaiberikut:
27
a. Akuntansi muslim harus meyakini bahwa Islam sebagai way of life
(Q.S. 3 : 85)
b. Akuntansi harus memiliki karakter yang baik, jujur, adil, dan dapat
dipercaya (Q.S. An-Nisa : 135).\
c. Akuntan bertanggungjawab melaporkan semua transaksi yang
terjadi (muamalah) dengan benar, jujur serta teliti, sesuai dengan
syariah Islam (Q.S Al-Baqarah : 7- 8)
d. Dalam penilaian kekayaan (aset), dapat digunakan harga pasar atau
harga pokok kekauratan penialiannya harus dipersaksikan pihak
yang kompeten dan independen (Al-Baqarah : 282)
e. Standar akuntansi yang diterima umum dapat dilaksanakan
sepanjang tidak bertentangan dengan syariah islam.
f. Transaksi yang tidak sesuai dengan ketentuan syariah, harus
dihindari, sebab setiap aktivitas usaha harus dinilai halal-
haramnya. Faktor ekonomi bukan alasan tunggal untuk menentuan
berlangsungnya kegiatan usaha.
Oleh sebab itu secara praktis laporan keuangan bank syariah yang
berkualitas harus memenuhi kriteria yaitu; dapat dipahami
(understandability), relevan (relevance) andal, dapat dibandingkan
(comparability), dapat diuji kebenarannya (auditability).
28
4. Penyajian dan Pengungkapan Pelaporan Keuangan Bank Syariah
Berdasarkan Nilai Tambah
Terbitnya PSAK No. 59 tak lepas dari adanya tuntutan yang
semakin mendesak kebutuhan akan standar akuntansi untuk perbankan
syariah di Indonesia. PSAK No. 59 dalam penyusunanya banyak
mereferensi metode yang digunakan oleh AAOIFI (Accounting and
Auditing Organization for Islamic Financial Institutions) yaitu Accounting
and Auditing Standars for Islamic Financial Institutions. PSAK No. 59
dalam penyajian dan pengungkapan dan pelaporan keuangan bank syariah
masih menggunakan elemen-elemen yang tidak jauh berbeda dengan
akuntansi konvensional. Meskipun terdapat elemen laporan keuangan
tambahan seperti laporan perubahan dana investasi tidak terikat, laporan
dana infak, zakat dan shodaqoh serta laporan dana Qardhul Hasan. Namun
demikian PSAK No. 59 dipandang masih sarat dengan nilai-nilai
kapitalisme. Karena orientasi dari akuntansi bank syariah saat ini masih
berorientasi pada pemilik modal. Kondisi ini belakangan mendorong para
pakar akuntansi syariah mengungkapkan pentingnya konsep nilai tambah
dalam laporan keuangan bank syariah. Lahirnya konsep nilai tambah tidak
lepas dari peran para pakar akuntansi syariah antara lain; Gambing, Karim,
Baydoun, Willeet, Triyuwono, Hamed dan Harahap. Mereka yang telah
melakukan ijtihad yaitu pengarahan segala upaya dengan sebuah
pandangan untuk membentuk sebuah pendapat (judgement) yang
independen tentang suatu permasalahan. Lahirnya konsep nilai tambah
29
bersumber dari adanya perbedaan tujuan akuntansi, dan konsep
kepemilikan yang dirumuskan oleh pakar akuntansi syariah dengan tujuan
yang ada pada PSAK No. 59 saat ini.
Tujuan akuntansi syariah adalah untuk membantu keadilan sosial
dan ekonomi serta mengakui pemenuhan kewajiban kepada stakeholders,
sosial dan Tuhan. Pendapat ini didasarkan pada Al-Quran surat al Hadid
ayat 24:
“sesungguhnya kami telah mengutus rasul-rasul kami dengan
membawa bukti yang nyata dan telah kami turunkan bersama mereka Al
Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan”
(Q.S. Al Hadid: 24).
Sedangkan berkaitan dengan pemenuhan kewajiban (akuntabilitas)
dapat dilihat konsep kepemilikan dalam islam pada surat Thaha ayat 6:
“Kepunyaan-Nyalah semua yang ada dilangit, semua yang ada
dibumi, semua yang ada diantara keduanya, dan semua yang ada dibawah
tanah” (Q.S. Thaha: 6)
Berkaitan dengan konsep pemilikan, bahwa kepemilikan mutlak
adalah ditangan Allah, maka manusia diberi tugas oleh Tuhan untuk
menjadi Khalifah (wakil Tuhan) dalam mengelola bumi, sehingga karena
tugas ini manusia akan dimintai pertanggungjawaban (akuntabilitas) dalam
pelaksanaannya. Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat:
sesungguhnya aku hendak menjadikan (manusia) khalifah dimuka
bumi…(Q.S. Al Baqarah: 30). Sesungguhnya aku yakin bahwa aku akan
30
menemui hisab terhadap diriku (Q.S. Al Haqqah: 20) adanya ayat tersebut
menjelaskan posisi manusia sebagai khalifah, sehingga konsep
pertanggungjawaban begitu ditekankan dengan perintah Allah melalui
istilah “hisab” atau perhitungan/ akuntabilitas di hari pembalasan. Konsep
pertanggungjawaban (akuntabilitas) ini yang mendasari Haniffa dan
Hudaib (2001), merumuskan kerangka konseptual akuntabilitas yang
berdasarkan prinsip-prinsip islam:
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual Akuntabilitas Syariah
Syariah
Moral Sosial Ekonomi Politik
Akuntansi Syariah
Tujuan
(Pemenuhan kewajiban kepada Allah, lingkuangan sosial,
individu oleh pihak yang terlibat dalam kegiatan ekonomi dan
membantu mencapai keadilan)
Teknik Akuntansi
a. Pengukuran (measurement) keutamaan
untuk: zakat purpose yaitu menentukan
zakat yang wajib dikeluarkan dari laba dan
pendistribusian
b. Pengungkapan
1. Mengungkap informasi yang terkait
dengan hukum syariah
2. Mengungkap informasi keuangan yang
terkait dengan interest free
3. Zakat infak dan shadaqah
4. Gaji dan hak pegawai
5. Mengungkap informasi kualitatif yang
berkaitan dengan tujuan perusahaan
6. Mengungkap informasi kualitatif yang
berkaitan dengan tujuan perusahaan
Faktor Manusia
Otoritas dan Pelaksanaan
Landasan
Moral dan etika yang dilandasi
hukum Allah dengan tujuan untuk:
1. Ketaqwaan
2. Kebenaran
3. pertanggungjawaban
31
5. Pengungkapan Nilai-nilai Islam (Islamic Values) Menurut Para Ahli
a. Baydoun and Wallet
Akuntansi syariah menurut Baydoun dan Wallet (1994) mempunyai
dua prinsip esensial yaitu full disclosure dan social accountability yang
diturunkan dari pertanggungjawaban menurut syariah setiap muslim kepada
masyarakat secara umum. Oleh karena itu Baydoun dan Willet (1994, 2000)
mengusulkan Format Islamic Corporate Report dengan pengungkapan yang
lebih luas dibandingkan dengan akuntansi konvensional. Selain neraca
(historical cost), laporan laba rugi, laporan arus kas, dan laporan perubahan
ekuitas, dan laporan keuangan yang menunjukkan karakteristik perusahaan
yang islami seperti: laporan perubahan dana investasi terikat, dan laporan
sumber dan penggunaan dana zakat dan qard, mereka juga mengusulkan
neraca (current value) dan laporan nilai tambah (Value Added Statement).
Tambahan laporan keuangan tersebut di anggap sesuai dengan karakteristik
akuntansi syariah yang menunjukkan perhatian entitas terhadap kepentingan
sosial (indirect stakeholders) dan lingkungan alam.
Tabel 2.2
Value Added Statement versi Baydoun dan Willet (1994; 2000)
Sources:
Revenues
Bought in items
Revaluations
Distributions:
Beneficiaries (eg. Zakat, Khumus)
Government (eg. Taxes)
Employees (eg. Wages)
Owners (eg. Dividens)
Charities, Moques (eg. Gifts)
Reinvested Funds:
Profit Retained (Note)
Revaluations
X
(X)
X
X
X
X
X
X
X
X
X
SUMBER : MULAWARMAN, DKK. (2006)
32
Menurut Baydoun dan Willet (2000) dalam Harahap (2001: 215), bentuk laporan
keuangan perusahaan yang lebih cocok dengan akuntansi islam adalah Value
Added Reporting bukan laporan laba rugi konvensional. Menurut beliau laporan
Value Added Reporting cenderung kepada prinsip-prinsip pertanggung jawaban
sosial. Dalam value added reporting informasi yang disajikan meliputi laba
bersih yang diperoleh perusahaan sebagai nilai tambah yang kemudian di
distribusikan secara adil kepada kelompok yang terlibat dengan perusahaan
dalam menghasilkan nilai tambah. Selain value added reporting, Baydoun dan
Willet (2000) merekomendasikan laporan keuangan islam dalam bentuk current
value balance sheet. Filosofi yang mendasari lahirnya kedua bentuk laporan
keuangan tersebut sebagai bagian dari Islamic corporate report adalah sebagai
berikut:
Tabel 2.3
Perbedaan Karakteristik Akuntansi Konvensional dengan Akuntansi Syariah
Karakteristik Sistem Akuntansi Konvensional System Akuntansi Syariah
System Akuntansi Syariah Ekonomi yang rasionalism Ketauhidan (Unity of God)
Prinsip Sekuler
Individualis
Memaksimalkan
Keuntungan
Survival of the fittest
Ditekankan pada proses
(mechine mechanism)
Syariah
Kepentingan Ummat
Keuntungan yang wajar
Persamaan
Rahmatan lil „alamin
Kriteria Berdasarkan pada hukum
perdagangan masyarakat
kapitalis modern dari pada etika.
Penyajian informasi yang sangat
terbatas.
Informasi yang ditujukan atau
bertanggung jawab kepada
pemilik.
Berdasarkan pada etika yang
bersumber pada hukum Al-
Quran dan Al-Hadist.
Full disclosure untuk memenuhi
kebutuhan informasi keuangan
yang sesuai dengan syariah dan
memenuhi kebutuhan Islamic
Finance Report User.
Pertanggung jawaban kepada
ummat/ masyarakat luas
(khususnya dalam
memanfaatkan sumber daya)
Sumber : Harahap (2001)
33
b. Gambling dan Karim
Gambling dan Karim (1991) menyebutkan bahwa persoalan
penilaian aset dibangun dengan baik oleh prinsip syariah berhubungan
dengan zakat. Akuntansi mempunyai sebuah aturan yang signifikan dalam
menyediakan informasi yang memungkinkan organisasi bisnis untuk
menentukan jumlah yang dapat dikenakan zakat. Ini adalah salah satu tujuan
menentukan laporan keuangn dalam organisasi islam.
Berkaitan dengan pengukuran zakat, Gambling dan Karim (1991)
dalam Muhammad (2002) menyatakan bahwa untuk kepentingan zakat
pengukuran yang lebih relevan digunakan adalah current cost accounting
(CoCoA) yang dikemukakan Chambers (1966), dan tidak menggunakan
historical cost accounting. Dengan demikian, apabila historical cost
accounting ditinggalkan maka konsekuensinya adalah penilaian persediaan
dengan metode cost or market whichever is lower (COMWIL) tidak relevan
lagi.
Sehubungan dengan masalah pengklasifikasian aktiva, Gambling
dan karim (1991: 93) menyatakan bahwa pengklasifikasian aktiva menjadi
aktiva lancar (currents assets) dan aktiva tidak lancer (non-current assets)
mempunyai pandangan yang berbeda dalam syariat islam. Dari kaca mata
syariah tentunya pengklasifikasian aktiva tersebut digunakan untuk
mengidentifikasi aktiva yang terkena zakat (zakatable assets).
Gambling dan Karim (1991: 93) juga menyatakan, bahwa zakat
dikenakan terhadap aktiva yang diperoleh untuk diperdagangkan, yaitu
modal kerja bersih (net working capital) termasuk kas, dan bukan pada
aktiva yang dibeli untuk digunakan dalam operasi, yaitu aktiva tetap (fixed
assets). Dari pernyataan ini jelas bahwa konsep pengakuan dan penilaian
aktiva didasarkan pada harga pasar (market value), sebab dalam perhitungan
zakat nilai yang dianggap memenuhi persyaratan syariah adalah harga pasar.
c. Hameed
Hameed (2003) mendefenisikan akuntansi islami (syariah sebagai
proses akuntansi yang menyediakan informasi yang sesuai (tidak hanya
terbatas pada data keuangan) kepada stakeholders sebuah entitas untuk
menjamin bahwa institusi tersebut beroperasi secara berkelanjutan sesuai
dengan prinsip syariah dan membawanya kepada tujuan socio-economic.
34
Berdasarkan tujuan tersebut, maka akuntansi syariah harus holistic dalam
pelaporannya dengan ukuran financial dan non financial dengan
mempertimbangkan peristiwa dan transaksi ekonomi, sosial, lingkuangan
dan religious yang harus diukur dan dilaporkan/diungkapkan.
Berkaitan dengan tujuan dan sifat akuntansi syariah, informasi yang
perlu diungkapkan dalam laporan keuangan menurut Hameed (2001) dalam
Harahap (2001: 211) yaitu informasi tentang:
1. Memelihara dan meningkatkan nilai perusahaan
2. Perlindungan terhadap hak-hak semua pihak yang terlibat dalam bisnis
3. Perlindungan hak-hak masyarakat, dan tanggung jawab sosial
4. Informasi tentang system pencegahan dini terhadap berbagai bentuk
dosa dan kerugian
5. Informasi yang dibutuhkan lembaga lain seperti bank, pemerintah, pasar
modal.
6. Informasi likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas.
7. Informasi tentang pegawai, SDM, dan sebagainya.
8. Peranan perusahaan/ lembaga dalam mendorong pelaksanaan syariah
atau dakwah.
d. Haniffa and Hudaib
Dalam makalahnya yang berjudul “Disclosure Practices of Islamic
Financial Institution: An Exploratory Study”, Haniffa dan Hudaib (2004)
merumuskan informasi-informasi yang penting diungkapkan dalam laporan
keuangan, yaitu:
1. Informasi mengenai konsep amanah (perwalian) harus di ungkapkan
dalam pernyataan Misi dan tujuan perusahaan, termasuk di dalamnya
komitmen lembaga keuangan islam dalam operasi dan penyajian
pengembalian ke para pemegang saham dan deposan dalam prinsip
syariat islam; saat ini dan masa depan dalam melayani kebutuhan umat
islam dan masyarakat umum; menarik dalam aktivitas investasi yang
halal dan menunjukkan komitmen untuk memenuhi uqud (kontrak)
melalui surat perjanjian yang ditujukan kepada semua pihak.
2. Informasi mengenai anggota tim managemen
3. Informasi mengenai produk dan jasa yang bebas riba (bebas bunga) dan
halal (sah) yang ditawarkan, dan juga aktivitas serta produk yang masuk
35
dalam kategori madub (meragukan) juga harus sepenuhnya diungkapkan
dalam laporan keuangan.
4. Bagaimana keuntungan dari setiap kegiatan yang memiliki unsure haram
termasuk transaksi riba dan meragukan yang berada di luar kendali dan
bagaimana cara menanganinya harus benar-benar diungkapkan.
5. Setiap penawaran produk baru harus mendapatkan persetujuan dari DPS
dan dasar persetujuan tersebut berdasarkan konsep syariah yang harus
secara jelas diterangkan dan diungkapkan dalam laporan keuangan.
6. Pengungkapan sumber dan jumlah zakat dan kepada siapa zakat
dibayarkan
7. Informasi mengenai upah, pekerjaan (misalnya jam kerja, libu dan cuti,
kesehatan dan kesejahteraan, dan lain-lain), dan pemberian kesempatan
yang sama dalam pengembangan dan pelatihan karyawan.
8. Informasi mengenai jumlah dan penerima manfaat dari amal serta bentuk
kontribusi kepada masyarakat seperti keterampilan, waktu atau usaha.
Demikian pula sponsor dari kegiatan dan masyarakat serta keterlibatan
dalam kampanye sosial pemerintahan harus juga diungkapkan.
e. Harahap
Harahap (2008) dalam kerangka teori akuntansi syariah yang
dirumuskannya menyebutkan bahwa dalam pelaporan keuangan, harga harus
menggambarkan nilai riil yang berlaku saat periode pelaporan. Ini bebarti
metode penilaian yang disarankan Harahap adalah Realizable/ market value/
fair value.
Harahap (2002) juga mengatakan bahwa kemunculan employee
Reporting, value added accounting, socio-economic accounting, dan
environmental accounting untuk hanya beberapa nama, merupakan bukti dari
kekurangan system akuntansi capital dalam menciptakan prinsip-prinsip
keadilan dan kebenaran diantara para stakeholder perusahaan.
Untuk memfasilitasi pertanggungjawaban tersebut maka beberapa
kemungkinan bentuk dan jenis laporan keuangan akuntansi islam adalah
sebagai berikut:
1. Neraca dimana dimuat juga informasi tentng karyawan, dan akuntansi
SDM
2. Laporan nilai tambah sebagai pengganti laporan laba rugi
36
3. Laporan arus kas
4. Socio economic atau laporan pertanggung jawaban sosial
5. Catatan penyelesaian laporan keuangan yang bias berisi laporan:
a. Mengungkapkan lebih luas tentang laporan keuangan yang disajikan
b. Laporan tentang berbagai nilai dan kegiatan yang tidak sesuai dengan
syariat islam. Misalnya dengan juga menyajikan pernyataan dari
Dewan Pengawas Syariah
c. Menyajikan informasi tentang efisiensi, good governance dan
laporan produktifitas.
Beberapa item yang dapat di ungkapkan melalui laporan keuangan:
1. Informasi tentang karyawan:
a. Cuti hamil yang diberikan perusahaan
b. Bonus/THR
c. Rasio pendapatan pegawai tertinggi dan terendah
d. Jam kerja biasa dan sewaktu ramadhan
e. Perbedaan jam kerja, ruangan wanita dan laki-laki
2. Aspek lingkungan:
a. Tingkat polusi yang ditimbulkan perusahaan
b. Complain masyarakat/ tetangga
c. Penyediaan sarana ibadah
d. Perlindungan karyawan, keamanan kerja, pekerja malam
e. Pemeliharaan lingkungan yang nyaman
3. Aspek sosial:
a. Zakat yang dibayarkan
b. Infaq dan shadaqah
c. Pemeliharaan dan bantuan orang miskin dan anak yatim
d. Bantuan pembangunan masjid, sarana pendidikan dan sarana sosial
lainnya
e. Bantuan keamanan lingkungan
f. Bantuan untuk kegiatan masyarakat.
f. Khan
Khan (1994) menyatakan bahwa tujuan informasi akuntansi untuk
bank syariah berbeda dengan bank konvensional karena dua alas an yaitu:
37
1. Bank syariah berhubungan dengan kerangka syariah sehingga konsep
transaksinya berbeda dengan bank konvensional.
2. Penggunaan infomasi yang dihassilkan bank syariah mempunyai
kebutuhan yang berbeda dengan penggunan informasi bank
konvensional. Pengguna infomasi bank syariah menurut Khan (1994)
tidak hanya direct stakeholders saja seperti shareholders, investor, dewan
pengawas syariah, bank sentral, pemerintah, namun juga indirect
stakeholders seperti general public, non-muslim observers, peneliti, dan
karyawan. Oleh karena itu informasi yang diungkapkan tidak hanya
untuk direct stakeholders seperti informasi yang membantu mengevaluasi
kemampuan menjaga aset, memelihara likuiditas, penggunaan sumber
daya yang profitable dan kepatuhan terhadap syariah namun juga
informasi pertanggungjawaban kepada karyawan, customers, masyarakat
dan lingkungan.
g. Taheri
Mohammad R. Taheri dalam artikelnya yang berjudul The Basic
Principles of Islamic Economy and Their Effects on accounting Standars
Setting (2000) berpendapat bahwa kebijakan akuntansi untuk akuntansi
model islami akan lebih berorientasi nilai (value-oriented). Hal ini didasarkan
adanya tiga komponen dasar dalam ekonomi islam yaitu prinsip multi
kepemilikan dalam islam, prinsip kebebasan ekonomi dengan batasan yang
ditentukan, dan prinsip keadilan sosial. Berkaitan dengan prinsip-prinsip
tersebut, maka laporan keuangan harus ditujukan untuk memenuhi
kepentingan Negara, manajemen dan masyarakat.
Dalam artikelnya Taheri (2000) memberikan pendapat mengenai
konsep teoritis akuntansi:
“in the Islamic accounting model, primary focus is on the balance
sheet. The impact of exchange between a firm and its social environment is
considered and distribution of income in the firm and society are noticed. In
this model income is based on asset-liability approach. Income, which is in
the form of comprehensive income, may be used by the combination of
socioeconomic accounting and value-added statement for presentation.”
Tanpa mengaplikasikan syariah islam, perumusan standar akuntansi
islam tidak mungkin dilakukan. Elemen-elemen yang harus dipertimbangkan
38
meliputi elemen-elemen ekonomi islam yang paling penting yaitu keadilan
sosial melalui pengaplikasian larangan riba, zakat, dan etika islam. Faktor-
faktor lain seperti lingkunan dan elemen-elemen luar yang mempengaruhi
masyarakat muslim, penerapannya mungkin berdasarkan ijtihad melalui
penerapan “waktu” dan “tempat”.
Persamaan dan perbedaan elemen-elemen akuntansi dalam
perumusan standar untuk Islamic accounting model versus British-American
model dirangkum dalam tabel berikut.
Tabel 2.4
Persamaan dan perbedaan elemen-elemen akuntansi dalam perumusan
standar untuk Islamic accounting model versus British-America model
Elements British-America Model An Islamic Model
Economic Approach Micro Macro
Primary Users Investors and Creditors State, Management,
People
Accounting Policy Goal Oriented Value Oriented
Asset Valuation Historical Cost Price Current Exit Price
Income Determination Revenue-Expenses Approach Asset-Liability Approach
Time Value Money Yes No
Time Period Yes Yes
Primary Focus Income Statement Balance Sheet
Theoritical Concept Entity Theory Proprietary Theory
Going Concern Postulate Based on Income Based on Islamic Law
Fixed Interest Yes No
Legalistic Orientation Common Law Religious Law
Accounting Rules Technical Ethical
Accounting Ethics Professional Ethics Religious Ethics
Stock Exchage Market Yes Yes
Bonds Yes Yes with request
condition
Accounting Approach Value Approach Event Approach
Dichotomy of Business
and Private Morality
Yes No
Sumber : Taheri (2000)
39
h. Triyuwono
Triyuwono (2002) memformulasikan tujuan dasar laporan keuangan
akuntansi syariah yang bersifat “materi” adalah pemberian informasi untuk
pengambilan keputusan ekonomi sedangkan yang bersifat “spirit” adalah
akuntabilitas. Kedua tujuan ini bersifat mutually inclusive yaitu tujuan yang
satu tidak dapat meniadakan yang lain dan berada dalam satu kesatuan. Ia
berargumen bahwa akuntansi syariah merupakan instrument akuntabilitas
yang digunakan oleh manajemen kepada Tuhan (akuntabilitas vertical),
stakeholders dan alam (akuntabilitas horizontal). Mengenai informasi yang
harus diberikan/ diungkapkan oleh akuntabilitas syariah, Triyuwono (2002a.
214) berpendapat:
“ perlu diketahui bahwa dalam pemikiran ini, pemberian informasi
tidak terbata pada pemberian informasi kuantitatif, sebagaimana pada
akuntansi modern. Tetapi juga melingkupi infomasi kualitatif, baik yang
bersifat ekonomi maupun yang bersifat social, spiritual, dan politik bisnis.”
Triyuwono dan As‟udi (2001) dalam Suwiknyo (2007) memberikan
kesimpulan dalam penellitian mereka yaitu:
“konsep laba business income lebih relevan dengan akuntabilitas
syariah, dibandingkan dengan konsep laba historical cost. Konsep business
income sesuai dengan mekanisme zakat dan system tanpa bunga yang
berlaku dalam ajaran islam. Konsep business income adalah nilai saat ini
(current value) yang dikembangkan menjadi dua bentuk nilai yaitu nilai
masukan dan nilai keluaran. Nilai masukan menghasilkan laba yang disebut
business profit, sedangkan nilai keluaran menghasilkan laba yang disebut
realizable profit.”
Triyuwono (2006) dalam syariah enterprise theory menyajikan value
added statement (laporan nilai tambah) sebagai salah satu laporan
keuangannya. Adapun pihak yang berhak menerima pendistribusian nilai
tambah ini diklasifikasikan menjadi dua golongan, yaitu:
1. Pihak yang terkait langsung dengan bisnis perusahaan (direct
stakeholders) yang terdiri dari: pemegang saham, manajemen, karyawan,
kreditur, pemasok, pemerintah, dan lain-lainnya.
2. Pihak yang tidak terkait langsung dengan bisnis perusahaan (indirect
stakeholders), yang terdiri dari: masyarakat mustahiq (penerima zakat,
40
infaq, dan shadaqah) dan lingkungan alam (misalnya untuk pelestarian
alam).
i. Yaya
Yaya (2001) berpandangan bahwa diperlukan perubahan yang besar
(extensive overhaul) akuntansi konvensional untuk menjadi akuntansi
syariah. Ia berpandangan bahwa akuntansi konvensional gagal mencapai
tujuan sosial ekonomi dalam islam. Tujuan sosial ekonomi dalam islam
menjadi landasan dalam setiap fikih/aturan islam yang berkaitan dengan isu
ekonomi karena permasalahan ekonomi saat ini sangat rumit sementara
beberapa contoh permasalahan pasar modal tidak di atur secara langsung oleh
prinsip syariah tetapi substansi masalahnya dapat diputuskan oleh prinsip
syariah yang berlandaskan tujuan sosial ekonomi dalam islam. Contoh lain
adalah masalahzakat penghasilan. Meskipun zakat penghasilan tidak diatur
secara langsung dalam prinsip syariah, tetapi karena sesuai dengan tujuan
sosial ekonomi dalam islam, hamper semua pemikir dapat menerimnya dan
bahkan telah dilaksanakan dalam beberapa masyarakat islam.
Yaya (2002) berargumen bahwa perkembangan pelaporan akuntansi
barat dapat dipertimbangkan sebagai sarana pelaporan akuntansi islami masa
depan. Hal ini disebabkan perkembangan tersebut sejalan dengan pemikiran
akuntansi islami yang memandang organisasi tidak hanya terlibat dalam
peristiwa ekonomi namun juga peristiwa sosial dan lingkungan seperti
penggunaan sumber daya alam dan tenaga kerja yang disediakan oleh
masyarakat dan lingkungan.
j. Rahman
Pemikiran Rahman (2000) dalam artikelnya yang berjudul Islamic
Accounting Standars difokuskan pada pencapaian tujuan zakat, bagaimana
system zakat, dan bagaimana system penilaian aset untuk tujuan zakat.
Menurutnya, penilaian aset berdasarkan pada harga jual (selling price) yang
berlaku pada saat zakat jatuh tempo. Sehingga pengukuran zakat parallel
dengan konsep Continuously Contemporary Accounting (CoCoA) Chambers,
atau Current Cash Equipment.
Gagasan tentang nilai tukar (value-in-exchage) telah dimasukkan
dalam metode penilaian. Hal ini mengacu pada kemampuan suatu objek tukar
untuk memperoleh kuantitas lain. Ini simultan antara harga jual suatu aset
41
dengan harga pembelian barang lain. Penilaian juga merupakan item yang
spesifik. Ini artinya seseorang yang membayar zakat harus
mempertimbangkan umur, manfaat dan kekurangannya aset ketika dalam
penilaian.
C. PENELITIAN SEBELUMNYA
Tabel 2.4
adapun peneletian sebelumnya yang peneliti ambil adalah:
NO Peneliti Judul Metodologi penelitian Hasil penelitian
1 Agus
Triyanta
(2009)
Implementasi
KepatuhanSyariah
dalam Perbankan
Islam (Syariah)
(Studi
Perbandingan
antara Malaysia
dan Indonesia)
Studi perbandingan di lihat
dari aspek kepatuhan syariah,
yaitu :
1) Aspek perkembangan
perbankan islam (syariah),
2) Kerangka kepatuhan
syariah,
3) Dewan syariah,
4) Proses dalam memastikan
kepatuhan syariah
Analisa terhadap
kerangka kepatuhan
syariah mengungkapkan
bahwa semakin kuat dan
mendetail kerangka
regulasi yang ada,
semakin kecil celah
kelemahan hukum, dan
karenanya, kepatuhan
syariah dapat lebih
mudah untuk dijaga.
2 Hafiez
Sofyani
dan
Anggar
Setiawan
(2013)
Perbankan Syariah
dan
Tanggungjawab
Sosial: Sebuah
Studi Komparasi
Indonesia dan
Malaysia dengan
Pendekatan Islamic
Social Reporting
Index dan Global
Reporting Initiative
Index
Menggunakan teknik analisis
isi (Content Analysis) dengan
pendekatan scoring atau
pembobotan dalam rangka
menilai kinerja sosial yang
dilaksanakan dan dilaporkan
oleh objek penelitian.
Kinerja sosial perbankan
syariah di Indonesia dan
Malaysia yang di ukur
dengan indeks ISR,
secara statistik tidak
terdapat perbedaan
signifikan. Juga, antara
kinerja sosial perbankan
syariah di Indonesia dan
Malaysia yang di ukur
dengan indeks GRI,
secara statistik juga tidak
terdapat perbedaan
signifikan. Secara
keseluruhan kinerja
sosial perbankan syariah
di Indonesia dan
Malaysia, baik di ukur
dengan indeks GRI,
semua bank syariah tidak
satupun yang
melaksanakan aktivitas
42
sosialnya secara
sempurna (100%). Hal
ini disebabkan oleh 2
faktor: pertama,
dikarenakan bank syariah
memang tidak
melaksanakan aktivitas
sosial yang sebenarnya
mereka mampu untuk
melaksanakannya seperti
melaporkan aktivitas
gharar dan nasabah-
nasabah yang bermasalah
dengan bank syariah
(untuk pendekatan indeks
ISR). Dalam kasus ini
hampir semua bank
syariah di Indonesia tidak
melaporkannya. Kedua,
dipengaruhi oleh adanya
item-item pengukuran
dengan model indeks ISR
dan model indeks GRI
yang memang bank tidak
melaksanakan aktivitas
itu, seperti bantuan untuk
aktivitas politik, audit
lingkungan terkait
limbah, dan lain-lain.
3 Budi
Utami
(2009)
Perbandingan
penentu keputusan
pemilihan
perbankan (studi
kasus pada bank
rakyat indonesia
syariah dan bank
rakyat indonesia
konvensional)
Dalam penelitian ini memakai
analisis data secara kuantitatif
dengan menggunakan uji
validitas, dan reliabilitas
kuesioner. Pengolahan data
dalam penelitian yang akan
dilakukan ini akan
menggunakan metode
Deskriptif yaitu data yang
berasal dari opini responden
yang bersifat kuantitatif di
ubah menjadi angka-angka,
sehingga dapat dilakukan
analisis secara kuantitatif
yang digunakan adalah
metode analisis faktor
Berdasarkan dari hasil
analisis dan pembahasan
serta mengacu pada
tujuan, maka dapat
diambil kesimpulan
bahwa BRI Syariah
dalam menyatakan faktor
profesionalitas, faktor
akses, popularitas,
fasilitas, sistem bagi hasil
dan faktor produk BRI
Syariah mempengaruhi
perilaku mereka dalam
menentukan pilihannya
atas jasa perbankan.studi
yang dilakukan
menunjukkan bahwa
43
fktor profesionalitas
nasabah sangat puas
dengan pelayanan yang
diberikan BRI Syariah
sedangkan pada BRI
konvensional
menunjukkan bahwa
faktor fasilitas lebih
dominan dibandingkan
faktor-faktor lain.
4 Gudarzi
Farahani,
dkk
(2012)
Analysis of Islamic
Bank‟s Financing
and Economic
Growth: Case
Study Iran and
Indonesia
Metode yang digunakan
untuk penelitian ini adalah
analisis regresion.
negarainidipilihberdasarkan
ketersediaandata.salah satu
alasanutama untuk
memilihnegara-negara
iniadalahkesamaandi pasar
keuanganmerekayangpenggu
naan
datahomogenmenyebabkanko
efisienyang lebih
akuratdanhasil yang
lebihkonsisten.
Beberapa studi telah
melakukan analisis
hubungan dan akibat dari
pengembangan keuangan
atas pertumbuhan
ekonomi, istilah dari
pendalaman aturan
keuangan untuk
menyatakan
pertumbuhan
ekonominya. Penelitian
ini menemukan
sedikitnya muncul 3
pendapat: 1. Keuangan
yang dikemudi
pertumbuhan, 2.
Pertumbuhan yang
mengemudi keuangan,
dan 3. Bi- directional.
44
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian survei (survey research) yang berupa
penelitian dan pengujian hipotesa (explanatory) yang menggunakan metode
deskriptif. Penelitian ini termasuk kedalam penelitian komparatif. Penelitian
komparatif adalah suatu penelitian yang bersifat membandingkan. Penelitian
ini dilakukan untuk membandingkan persamaan dan perbedaan dua atau lebih
fakta-fakta dan sifat-sifat objek yang diteliti berdasarkan kerangka pemikiran
tertentu. Pada penelitian ini variabelnya masih mandiri tetapi untuk sampel
yang lebih dari satu atau dalam waktu yang berbeda.
Menurut Nazir (2005:58) penelitian komparatif adalah sejenis
penelitian deskriptif yang ingin mencari jawaban secara mendasar tentang
sebab-akibat, dengan menganalisis faktor-faktor penyebab terjadinya ataupun
munculnya suatu fenomena tertentu.Jadi penelitian komparatif adalah jenis
penelitian yang digunakan untuk membandingkan antara dua kelompok atau
lebih dari suatu variabel tertentu.
Dalam penelitian ini peneliti membandingkan peran perbankan syariah
yang berada di Negara Indonesia, Malaysia,Bahrain dan UEA (Uni Emirat
Arab) yang ditinjau dari laporan keuangan perbankan syariah. Populasi dalam
penelitian ini adalah perusahaan perbankan syariah yang berada dibeberapa
45
Negara yang telah menggunakan standar AAOIFI, dalam penelitian ini
Negara-negara yang di ambil, yaitu :
1. Indonesia
2. Malaysia
3. Bahrain
4. UEA (Uni Emirat Arab)
B. Metode Pemilihan Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah laporan keuangan bank syariah yang
ada di Negara Indonesia, Malaysia,Bahrain, dan UEA (Uni Emirat Arab)
berdasarkan tahun 2013. Jumlah sampel minimum yang akan di ambil oleh
peneliti adalah dari masing-masing kelompok responden adalah 9 laporan
keuangan tahun berjalan, hal ini sesuai dengan rules of thumb yang
dikemukakan oleh Roscoe dalam sekaran (2003). Metode yang digunakan
peneliti dalam pemilihan sampel penelitian adalah pemilihan sampel bertujuan
(purposive sampling), dengan teknik berdasarkan pertimbangan (judgement
sampling) yang merupakan tipe pemilihan sampel secara tidak acak yang
informasinya diperoleh dengan menggunakan pertimbangan tertentu
(umumnya disesuaikan dengan tujuan atau masalah penelitian) (Indriantoro
dan supomo, 2002:131) dengan kriteria sebagai berikut:
46
PERBANKAN SYARIAH
Negara
Tahun
Indonesia Malaysia Bahrain Uni Emirate
Arab (UEA)
2013
Bank
Syariah
Mandiri
Hong Leong
Islamic Bank
Berhad
ABC
Islamic
Bank
Abu Dhabi
Islamic Bank
2013
Bank
Muamalat
Indonesia
Syarikat
Takaful
Malaysia
Berhad
Al Salam
Bank
Emirates
Islamic Bank
2013 Bank BNI
Syariah
Ingress
Corporation
Berhad
Kuwait
Finance
House
Bahrain
Sarjah
Islamic Bank
C. Metode Pengumpulan Data
metode pengumpulan data dalam penelitian ini antara lain dengan :
1. Data sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari pihak lain yang
dipublikasikan dalam bentuk yang sudah jadi (J. Supranto, 1992).
2. Studi pustaka
Studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan mengadakan
studi penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan,
dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang
dipecahkan (Nazir, 1988 dalam Agung, 2011 : 16.14)
3. Internet
Yaitu metode pengumpulan data dan informasi diperoleh dari situs
website. Data yang diperoleh berupa data perusahaan perbankan syariah di
47
luar Negeri berupa laporan keuangan perusahaan perbankan syariah dan
data-data lain.
D. Metode Analisis Data
Dalam mmenganalisis data, peneliti menggunakan analisis deskriptif
dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif adalah suatu penelitian
yang bertujuan mendeskripsikan atau menjelaskan mengenai suatu hal dari
data yang ada. Penelitian ini terbatas pada usaha mengungkapkan masalah
atau keadaan atau peristiwa sebagaimana adanya sehingga bersifat
mengungkapkan fakta.
Teknik analisis yang dilakukan peneliti adalah pengujian secara fakta
berdasarkan landasan teoritis dan realita yang terjadi atau diterapkan pada
objek penelitian tersebut. Maksudnya adalah peneliti akan memfokuskan pada
seberapa besar tingkat kepatuhan bank-bank umum syariah pada prinsip
syariah melalui penerapan dan pengungkapan komponen-komponen laporan
keuangan pada laporan keuangan tahunan pada masing-masing bank. Peneliti
akan mengukur tingkat kepatuhan bank-bank umum syariah terhadap
pencatatan/pelaporan unsur-unsur pada laporan keuangan dalam laporan
tahunan, kemudian membandingkan tingkat kepatuhan tersebut antar bank
umum syariah yang ada di setiap Negara yang di teliti.
Metode yang digunakan penulis dalam menganalisis pengungkapan
Islamic Values pada laporan keuangan tahunan adalah dengan menggunakan
metode Disclosure Scoring. Pengungkapan Islamic Values ini terdiri dari 8
bagian, dan tiap bagian tersebut dibagi lagi menjadi beberapa item sehingga
48
jumlah item pengungkapan yang disediakan berjumlah 31 item. Masing-
masing akan diberikan skor untuk setiap pengungkapan. Tiap item pada
masing-masing objek akan diberikan nilai 1 jika item tersebut diungkapkan
dalam laporan keuangan tahunan objek tersebut, dan nilai 0 jika item tersebut
tidak ada atau tidak diungkapkan dalam laporan keuangan tahunan objek
tersebut. Total pengungkapan kemudian dijumlahkan untuk menunjukkan
tingkat pengungkapan Islamic Values bank melalui laporan keuangan
tahunannya.
Laporan keuangan tahunan pada masing-masing bank umum syariah
tahun 2013 dibaca, dianalisis, dan diberikan skor, berdasarkan pada instrument
penelitian yang diambil dari penelitian Harahap dan Basri (2004). Bedanya,
pada penelitian tersebut tiap item akan diberikan nilai sesuai dengan
banyaknya item tersebut diungkapkan, sedangkan pada penelitian ini tiap item
pengungkapan hanya diberikan nilai 1 jika item tersebut diungkapkan dengan
tidak memperdulikan berapa kali atau berapa banyak item tersebut
diungkapkan dalam laporan tahunan. Peneliti tidak menghitung banyaknya
suatu item diungkapkan dalam laporan keuangan bertujuan untuk
mempermudah dalam melihat dan membandingkan antara jumlah item yang
disediakan dengan jumlah item yang telah diungkapkan dalam laporan
keuangan bank tersebut. Dengan demikian, tingkat pengungkapan terhadap
seluruh item-item Islamic Values antar bank dapat terlihat dengan jelas.
Keterbatasan analisis isi diambil untuk mengidentifikasi pengungkapan
informasi yag sesuai dengan nilai-nilai islam pada masing-masing bagian.
49
Laporan tahunan seluruhnya dibaca sebelum scoring karena pengungkapan
Islamic Values dapat ditemukan di berbagai macam bagian dari laporan
tahunan tersebut, termasuk laporan atau sambutan direktur utama, sambutan
dewan pengawas syariah, laporan SDM, laporan CSR, catatan atas laporan
keuangan dan sebagainya.
58
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
Populasi yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah bank-bank
syariah yang ada di negara Indonesia, Malaysia, Bahrain dan UEA (Uni
Emirat Arab). Sektor perbankan syariah di pilih dalam penelitian ini karena
perbankan syariah merupakan lembaga keuangan dimana penerapan sistem
dan prinsip-prinsip syariah untuk pertama kalinya dilakukan. Fokus penelitian
ini adalah ingin melihat seberapa besar kepatuhan bank-bank umum syariah
dalam menerapkan prinsip-prinsip serta nilai-nilai islam yang diungkapkan
dalam laporan keuangan tahunan.
Dalam penelitian ini peneliti hanya menggunakan laporan keuangan
perbankan syariah dalam periode tahun 2013. Bank umum syariah yang
dijadikan sempel dalam penelitian ini adalah sebanyak 12 bank. Adapun data
bank umum syariah yang akan dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
59
Tabel. 3.1
Perbankan Syariah di Indonesia, Malaysia, Bahrain, dan UEA
PERBANKAN SYARIAH
N
Th Indonesia Malaysia Bahrain
UEA (Uni Emirate
Arab)
2013
Bank Syariah
Mandiri
(A)
Affin Islamic
Bank Berhad
(D)
ABC Islamic
Bank
(G)
Abu Dhabi Islamic
Bank
(J)
2013
Bank
Muamalat
Indonesia
(B)
Bank Islamic
Malaysia
Berhad
(E)
Al Salam Bank
Bahrain
(H)
Emirates Islamic
Bank
(K)
2013
Bank BNI
Syariah
(C)
Kuwait
Finance House
(Malaysia)
Berhad
(F)
Kuwait
Finance House
Bahrain
(I)
Sharjah Islamic Bank
(L)
Adapun perbandingan isi laporan keuangan yang dapat dijadikan
pertimbangan dalam menganalisis pelaporan/pencatatan dalam laporan
keuangan antar bank di beberapa negara adalah sebagai berikut:
Tabel. 3.2
Analisis Annual Report Tahun 2013
No Daftar Isi Indonesia Malaysia Bahrain UEA
A B C D E F G H I J K L
1 Visi, misi, dan nilai
perusahaan √ √ √ - √ - √ √ √ √ - -
2 Laporan/sambutan
dewan komisaris √ √ √ - - - - - - - - -
3
Laporan/sambutan
direktur
utama/direksi
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ -
4
Laporan/sambutan
dewan pengawas
syariah
√ √ √ √ √ √ √ √ √ - √ -
5 Ikhtisar keuangan √ √ √ √ √ - √ √ √ √ - -
60
6 Laporan sumber
daya √ - √ - - - - - - - - -
7 Laporan pertanggung
jawaban sosial √ √ √ - - - - √ √ √ - -
8 Laporan tata kelola
perusahaan (GCG) √ √ √ - √ √ √ √ - √ - -
9 Produk dan layanan - √ - - - - - - - - - -
10 Laporan keuangan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Peneliti memasukkan content atau daftar isi laporan keuangan dalam
penelitian ini bertujuan untuk membandingkan tingkat kepatuhan dan
transparansi bank syariah dalam melaporkan seluruh kegiatan operasionalnya
serta pencapaian hasil yang diperoleh selama periode tahun 2013. Selain itu,
tujuan dari dimasukkannya content laporan keuangan adalah untuk
mempermudah peneliti dalam menganalisis pengungkapan kepatuhan suatu
bank syariah dalam melaporkan keuangan perusahaannya. Adapun item-item
yang peneliti ambil dari content adalah sesuai dengan Peraturan Standar
Akuntansi Syariah (PSAK) no. 101 yang menjelaskan tentang komponen
penyajian laporan keuangan bank syariah yang lengkap.
Laporan tahunan yang di-publish ke masyarakat di dunia online adalah
laporan keuangan dan laporan manajemen. Tetapi ada 1 bank yang hanya
mempublish laporan keuangannya saja yaitu bank Sharjah Islamic Bank (L)
dari negara UEA (Uni Emirat Arab). Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa
setiap perbankan syariah di negara-negara mempunyai karakter tersendiri
dalam mencatat laporan keuangannya. Hal ini tidak dapat dinilai bahwa
laporan tahunan bank yang berada di luar Indonesia tidak mematuhi Standar
yang ada. Karena, setiap masing-masing negara memiliki standar pencatatan
61
laporan keuangan. Maka dari itu peneliti menetapkan Standar AAOIFI
sebagai alat untuk mengukur apakah suatu bank telah memenuhi atau tidak
pencatatan laporan keuanganya.
Berdasarkan standar AAOIFI, perusahaan disamping membuat laporan
keuangan berkaitan sumber dana zakat dan penggunaannya, juga membuat
laporan responsibilitas sosial dan lingkungan, dari tabel di atas fokus peneliti
adalah melihat kelengkapan setiap bank dalam melaporakan: laporan sumber
daya manusia (human resource depelopment), laporan pertanggung jawaban
sosial (CSR), dan laporan tata kelola perusahaan (GCG), dan laporan
keuangan.
Laporan sumber daya manusia (SDM) utamanya digunakan untuk
menganalisis pengungkapan item-item dalam Employee Report atau laporan
kepegawaian. Tidak semua bank melaporkan Sumber Daya Manusia (SDM)
hanya bank-bank syariah yang berada di Indonesia saja yang mengungkapkan
laporan SDM, sedangkan bank syariah lain di Negara Malaysia, Bahrain, dan
UEA (Uni Emirat Arab) tidak melaporkan Sumber Daya Manusia (SDM).
Laporan pertanggung jawaban sosial atau Corporate Social
Resposibility (CSR) utamanya digunakan untuk menganalisis pengungkapan
item-item dalam Social Responsibility Report. Belum semua bank syariah
mengungkapkan laporan CSR terlihat dari tabel di atas hanya bank syariah di
Indonesia yang hampir semua mengungkapkan laporan CSR sedangkan di
Malaysia tidak satupun bank syariah yang mengungkapkan tentang laporan
CSR. Di Bahrain hanya ABC Islamic Bank (G) yang tidak mengungkapkan
laporan CSR berbeda dengan UEA (Uni Emirat Arab) hanya Abu Dhabi
62
Islamic Bank yang mengungkapkannya selain itu tidak ada yang
mengungkapkan laporan CSRnya.
Laporan tata kelola perusahaan atau Good Corporate
Governance(GCG) yang utama digunakan untuk menganalisis hasil
pengawasan dan opini dewan pengawas syariah mengenai nilai dan kegiatan
yang tidak sesuai dengan syariat islam. Laporan GCG ini telah di ungkapkan
oleh sebagian besar bank syariah, dan sebagian besar tidak
mempublikasikannya dalam laporan seperti Affin Islamic Bank Berhad di
Malaysia, Kuwait Finance House Bank di Bahrain (I), Emirat Islamic Bank
(K) dan Sarjah Islamic Bank (L) di UEA (Uni Emirat Arab).
Laporan keuangan utamanya digunakan untuk menganalisis
pengungkapan valuation method atau metode penilaian, value added
reporting atau laporan nilai tambah,dan informasi mengenai likuiditas,
profitabilitas, solvabilitas dan resiko bank syariah. Pengguna metode
penilaian (valuation method) di analisis dalam catatan atas laporan keuangan
(CALK). Metode penilaian elemen-elemen neraca bank syariah terutama
penilaian aset yang akan dikenakan zakat diungkapkan dalam ikhtisar
kebijakan akuntansi. Laporan keuangan ini telah di ungkapkan seluruh bank
syariah di Indonesia, Malaysia, bahrain dan UEA (Uni Emirat Arab).
Laporan nilai tambah (value added reporting) sebagai laporan bentuk
baru yang memiliki formatnya tersendiri, posisinya merupakan pengganti
laporan laba-rugi atau sebagai pendamping laporan laba rugi. Namun,
dikarenakan belum ada satupun bank syariah menggunakan laporan nilai
tambah maka pengungkapan item-item yang ada dalam laporan nilai tambah
63
akan dianalisis dalam laporan laba rugi. Informasi mengenai likuiditas,
profitabilitas, solvabilitas dan resiko bank syariah akan dianalisis dalam
catatan atas laporan keuangan (CALK), sedangkan untuk isi (content) yang
lain digunakan sebagai pelengkap atau penunjang jika item yang dimaksud
tidak terdapat dalam content yang utama.
B. Hasil Analisis Pengungkapan Islamic Values dalam Laporan Keuangan
1. Valuation Method (metode penilaian)
No Disclosure Item Indonesia Malaysia Bahrain
UEA
(Uni Emirat
Arab)
A B C D E F G H I J K L
A Valuation Method:
Nilai sekarang
(current value)
Metode pengukuran:
Current cost
accounting, net
realizable value, atau
continuously
contemporary
accounting (CoCoA)
Chambers
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Dasar penilaian harta (aktiva) dalam islam berkaitan erat dengan
mekanisme perhitungan zakat. Penilaian aktiva akan menjadi dasar
terhadap besarnya kewajiban zakat yang harus dibayarkan. Aktiva yang
wajib dikenakan zakat bagi perusahaan adalah aktiva lancar yang akan
diolah (diputar) untuk menghasilkan pendapatan. Aktiva yang masuk
dalam kategori aktiva lancar adalah kas dan setara kas, piutang, aktiva
yang diperoleh untuk diperdagangkan (misalnya persediaan, surat-surat
64
berharga, real estate dan lain-lain), serta aktiva pembiayaan (misalnya
mudharabah, musyarakah, salam dan istisna‟ dan lain-lain).
Dasar penilaian aktiva untuk kepentingan zakat adalah current value
dimana zakat yang dibayarkan atas kepemilikan aktiva dinilai berdasarkan
harga pasar saat ini. Zakat yang dikeluarkan harus dihitung berdasarkan
nilai aset atau kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Metode
pengukuran yang dapat digunakan adalah current costaccounting, net
realizable value atau continously contemporary accounting (CoCoA)
Chambers.
Valuation method memiliki nilai nol untuk penggunaan nilai
sekarang (current value) pada elemen-elemen neraca bank. Itu artinya
bank-baik di Indonesia, Malaysia, Bahrain dan UEA (Uni Amirat Arab)
tidak menggunakan nilai sekarang untuk menilai dan mengukur aset-
asetnya. Bank-bank tersebut umumnya masih menggunakan harga
perolehan (nilai historis) untuk menilai dan mengukur aset kecuali
beberapa akun tertentu yang disusun berdasarkan pengukuran lain
sebagaimana diuraikan dalam kebijakan akuntansi masing-masing akun
tersebut, seperti misalnya pengecualian yang ada di Indonesia: surat
berharga tertentu, aset yang diambil alih sehubungan dengan pembiayaan
dicatat sebesar nilai bersih yang dapat direalisasikan (net realizable value),
perhitungan pendapatan yang tersedia untuk bagi hasil, dan pendapatan
imbalan jasa tertentu dan pendapatan administrasi pembiayaan.
65
Pengecualian yang ada di Malaysia: derivative financial invesment,
financial asset held for trading, dan financial asset available for sale. Lain
halnya di negara Bahrain pengecualian yang di akui adalah: invesment held
through profit or loss, available for sale equity invesment, invesment
properties, dan invesment in real estate. Sedangkan pengecualian di
negara UEA (Uni Emirat Arab): financial asset through profit or loss,
financial asset available for sale, financial asset through other
comprehensif income, dan invesment properties.
2. Value-Added Reporting (Laporan Nilai Tambah)
No Disclosure Item Indonesia Malaysia Bahrain
UEA (Uni
Emirat
Arab)
A B C D E F G H I J K L
B Value-Added
Reporting:
1 Gaji untuk
karyawan
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
2 Pajak untuk
pemerintah
1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0
3 Deviden kepada
pemilik
0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1
4 Zakat untuk
beneficiaries
1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
5 Waqaf dan infak
untuk charities
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Total 3 2 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3
Value-added Reporting atau laporan nilai tambah hakikatnya adalah
sebuah bentuk laporan yang menginfomasikan pendistribusian nilai
66
tambah yang dihasilkan perusahaan kepada stakeholders yang berhak
menerimanya. Value-added Reporting mengandung interpretasi nilai
keadilan di dalamnya. Baik Indonesia, Malaysia, Bahrain dan UEA (Uni
Emirat Arab) belum ada bank syariah yang melaporkan pendistribusian
nilai tambah dalam suatu format yang utuh. Mereka masih menggunakan
bentuk laporan laba-rugi konvensional untuk menginformasikan
pendapatan yang dihasilkan serta beban-beban yang dikeluarkan.
Dalam penelitian ini pengungkapan kuantitatif pendistribusian nilai
tambah dianalisis pada laporan lab-rugi, sedangkan untuk pengungkapan
kualitatif diambil dari penjelasan dalam catatan atas laporan keuangan.
Menurut hasil penelitian, nilai tambah yang diungkapkan lebih banyak
didistribusikan untuk gaji karyawan dan zakat untuk beneficiaries.
Sedangkan untuk pajak pemerintah, dividen kepada pemilik serta waqaf
dan infaq untuk charities sebagian besar bank tidak memasukkannya
dalam laporan laba-rugi.
Bank yang memasukkan kewajiban zakat dalam laporan laba-rugi
hanya Bank Syariah Mandiri (A), Affin Islamic Bank Berhad (D), dan
Bank Islam Malaysia Berhad (E) sedangkan bank yang menyajikan
laporan zakat dengan terpisah yaitu, ABC Islamic Bank (G) dan Emirat
Islamic Bank (K). Dalam laporan konsolidasi sumber dan penggunaan
dana zakat dan kebajikan di laporan keungan ABC Islamic Bank (G)
bahwa zakat dihitung dengan dasar perhitungan zakat oleh bank menurut
standar akuntansi keuangan No 9 Yang di umumkan oleh Accounting and
67
Auditing Organization for Islamic Financial Institution (AAOIFI)
menggunakan metode dana investasi bersih.
Dalam perusahaan saham tentu harus dikeluarkan zakatnya, karena
saham merupakan salah satu alternatif media investasi memiliki potensi
tingkat keuntungan dan kerugian yang lebih besar dibandingkan media
investasi lainnya dalam jangka panjang. Menurut para ahli fiqih
kontemporer menerbitkan saham, memiliki dan menjual-belikan serta
melakukan kegiatan bisnis saham adalah Halal, tidak dilarang dalam Islam
selama perusahaan yang didukung oleh dana saham tersebut tidak
melakukan kegiatan bisnis yang terlarang, misalnya membuat minuman
keras atau melakukan praktek ribawi. Perusahaan yang bergerak dibidang
perdagangan wajib dizakati sahamnya plus dividen sebesar 2,5%,
sedangkan saham perusahaan industri murni, maka yang dizakati adalah
laba bersih perusahaan setahun sebesar 10%. Emirat Islamic Bank (K)
menyajikan laporan kewajiban zakat para pemegang saham di Bank K
pada periode tahun 2013.
Pasal (72-G) dari Anggaran Dasar menetapkan bahwa: "Para
pemegang saham independen akan memberikan Zakat (Sedekah) untuk
uang mereka (modal disetor) dan Perusahaan akan menghitung bagi
mereka hak Zakat per saham dan memberitahukan mereka setiap
tahunnya. Mengenai uang yang dimiliki oleh Perusahaan sebagai
cadangan, laba ditahan dan lain-lain, yang mana Zakat adalah kewajiban.
Perusahaan wajib membayar Zakat mereka sebagaimana yang ditetapkan
68
oleh Badan Pengawas Fatwa dan syariat, dan mentransfer zakat tersebut
kepada Dana zakat diatur dalam Pasal (75) Bab 10 dari Anggaran Dasar. "
Saham 'Zakat mungkin dihitung menggunakan salah satu metode
berikut:
Metode Pertama
Zakat pada saham yang dibeli untuk tujuan perdagangan (untuk
menjual mereka ketika nilai pasar naik) adalah sebagai berikut:
1. Zakat kelompok per saham = nilai saham dikutip + kas dividen per
saham untuk tahun ini
2. Zakat per saham = Zakat kelompok per saham x 2,5775%
3. Zakat bersih per saham = Zakat per saham - 0,1854 UEA Fils (Zakat
cadangan dan laba ditahan per saham, yang dibayarkan oleh Bank)
4. Jumlah Zakat dibayarkan pada saham = Jumlah saham x Zakat
bersih per saham
Catatan: Zakat dihitung di 2,5775% untuk tahun Gregorian, dan pada
2,5% untuk tahun Hijriah, karena sebelas hari perbedaan
antara kedua kalender.
Metode kedua
Zakat pada saham yang dibeli untuk akuisisi (untuk mendapatkan
keuntungan dari pengembalian tahunan):
Saham Zakat = Jumlah saham' dividen untuk tahun x 10%.(Emirat
Islamic Bank, Annual Report 2013:18)
69
Bank yang mengungkapkan dividennya dalam laporan/sambutan
Direktur Utama/Direksi yaitu Kuwait Financial House (Malaysia Berhad
(F) dan Abu Dhabi Islamic Bank (J). Dari tabel di atas dapat terlihat dari
item-item yang disajikan tidak ada bank syariah baik di Indonesia,
Malaysia, Bahrain dan UEA (Uni Emirat Arab) yang mengungkapkan
value-added reporting secara lengkap atau keseluruhan.
3. EmployeeReport
N
o Disclosure Item
Indonesia Malaysia Bahrain
UEA
(Uni Emirat
Arab)
A B C D E F G H I J K L
C Employee Report:
1 Jumlah karyawan 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 Lokasi karyawan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 Distribusi umur
karyawan
0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4 Jam kerja 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5 Biaya pegawai
(gaji, upah, dan
bonus)
1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
6 Skim pensiun 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1
7 Perbedaan jam
kerja
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
8 Perbedaan ruangan
laki-laki dan
wanita
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
9 Cuti hamil 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Total 3 3 4 2 1 2 1 1 1 2 2 2
Laporan mengenai tenaga kerja atau karyawan sebagian besar
terungkap dalam laporan Sumber Daya Manusia (SDM) dan catatan atas
laporan keuangan (CALK). Item-item yang paling sering terungkap adalah
70
informasi mengenai biaya pegawai yang menginformasikan pembagian
gaji, upah dan bonus, serta skim pensiun. Sedangkan informasi-informasi
mengenai lokasi karyawan, perbedaan jam kerja, perbedaan ruang laki-laki
dan wanita, serta kebijakan cuti hamil tidak terungkap dalam laporan
keuangan bank-bank syariah tersebut.
Bank syariah yang paling banyak mengungkapkan item-item dalam
employee report adalah bank BNI Syariah (C) sebanyak 4 poin. Hal ini
karena selain informasi mengenai biaya pegawai yang menginformasikan
pembagian gaji, upah, bonus, serta skim pensiun juga, mengungkapkan
tentang jumlah karyawan dan distribusi umur karyawan. Hanya di Negara
Indonesia yang mengungkapkan jumlah karyawan dan distribusi umur
karyawan. Hal ini disebabkan, dalam laporan keuangan tahunan bank
syariah yang berada di negara seperti Malaysia, Bahrain dan UEA (Uni
Emirat Arab) tidak menyajikan laporan Sumber Daya Manusia (SDM)
sehingga, informasi tentang pengungkapan Employee Report peneliti
temukan dari Catatan Atas Lapora Keuangan (CALK).
71
4. SocialResponsibility Report
No
Disclosure Indonesia Malaysia Bahrain
UEA
(Uni Emirat
Arab)
D
Social
Responsibility
Report:
A B C D E F G H I J K L
1
Social benefits
kepada
masyarakat
misalnya,
perbaikan/pemelih
araan lingkungan,
penyediaan sarana
ibadah,
penyediaan bisnis
dan lapangan
kerja, kontribusi
terhadap
pengembangan
ekonomi, usaha
pengurangan
kemiskinan,
peranan dalam
kegiatan dakwah
1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0
2
Social cost kepada
masyarakat
misalnya kenaikan
biaya hidup
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3
Social benefits
kepada general
public misalnya
pajak yang
dibayarkan kepada
pemerintah
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4
Social cost kepada
general public
misalnya jasa
yang dikonsumsi,
telepon, telegram,
listrik
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Total 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0
72
Sebagian besar bank umum syariah yang ada di Indonesia sudah
memiliki kesadaran untuk melaksanakan program pertanggungjawaban
sosial atau Corporate Social Responcibility (CSR). Program CSR
merupakan salah satu cerminan nilai-nilai Islam yang harus dilaksanakan
sebagai wujud kepedulian perusahaan terhadap lingkungan dan masyarakat
yang membutuhkan. Seluruh kegiatan sosial yang dilaksanakan perusahaan
harus diungkapkan di dalam laporan keuangan sebagai bentuk
pertanggungjawaban perusahaan kepada stakeholders atau kegiatan
operasional perusahaan tersebut. Tingginya nilai kepedulian perusahaan
terhadap kesejahteraan lingkungan dan masyarakat semakin menjadi
reputasi perusahaan di mata stakeholders terutama masyarakat luas juga
semakin meningkat.
Namun, di dalam penelitian ini bank syariah di negara Malaysia,
Bahrain dan UEA (Uni Emirat Arab) belum mengungkapkan laporan
pertanggungjawaban sosialnya ke dalam laporan keuangan masing-masing
bank yaitu Affin Islamic Bank Berhad (D) dan Kuwait Financial House
(Malaysia) Berhad (F) di Malaysia, ABC Islamic Bank (G) di Bahrain,
Emirat Islamic bank (K) dan Sharjah Islamic Bank (L) di UEA (Uni
Emirat Arab). Affin Islamic Bank Berhad (D) menyampaikan tentang
kegiatan sosialnya dalam Chairman‟s Statemen.
73
5. Environmental accounting
No Disclosure Item Indonesia Malaysia Bahrain UEA (Uni
Emirat Arab)
E Environmental
accounting: A B C D E F G H I J K L
1
Kebijakan,
program, dan
strategi
lingkungan
1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0
2 Tren kinerja 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 Kepatuhan
terhadap aturan
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4 Environmental
expenditure
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5 Risk assesment 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
6
Efek/akibat
terhadap
lingkungan
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Total 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Seperti halnya Value-added reporting, Environmental accounting
juga belum bisa diterapkan dalam laporan keuangan perusahaan-
perusahaan di Indonesia dikarenakan belum adanya standar yang mengatur
tentang pengungkapkan ini. Environmental accounting atau akuntansi
lingkungan merupakan sebuah bentuk pelaporan dari pengalokasian dana
untuk kebijakan-kebijakan yang dibuat perusahaan terhadap kelestarian
lingkungan disekitar perusahaan.
Environmental accounting sebenarnya mutlak diperlukan terutama
bagi perusahaan yang kegiatan operasionalnya dapat memberikan efek
negatif terhadap lingkungan seperti pembuangan limbah. Perusahaan harus
berpikir seoptimal mungkin berbagai bentuk upaya untuk mencegah
74
terjadinya pencemaran, dan semua itu perlu diungkapkan dalam laporan
keuangan perusahaan.
Dalam penelitian ini Environmental accounting belum terungkap
secara utuh dalam pelaporan keuangan bank syariah. Hanya ada tiga bank
yang telah mengungkapkan aspek kepedulian terhadap kelestarian
lingkungan. Yaitu Bank Syariah Mandiri (BSM) mengungkapkan
kepeduliannya terhadap lingkungan secara kualitatif dalam skim
pembiayaan kecil yaitu dengan melakukan pembiayaan dengan dana DNS-
KNLH, BNI Syariah (BNIS) mengungkapkan kepeduliannya terhadap
lingkungan secara kualitatif dalam Laporan Kebijakan dan Anggaran dan
Realisasi, dan Abu Dhabi Islamic Bank (ADIB) mengungkapkan
kepeduliannya terhadap lingkungan dari Laporan Corporate
Responsibility.
Sebagai bank syariah yang memiliki misi keberpihakan kepada
segmen ekonomi kecil, Bank Syariah Mandiri (A) terus menerus berupaya
untuk meningkatkan perananya dalam pemberdayaan usaha kecil melalui
berbagai pembiayaan, baik komersial maupun program. Pembiayaan
program yang disalurkan oleh BSM merupakan kerja sama BSM dengan
beberapa instansi pemerintah yakni kementrian Koordinator
Perekonomian, Kementrian Pertanian dan Kementriam Lingkungan Hidup.
Pembiayaan dengan dana DNS-KNLH adalah pembiayaan program
kerja sama antara BSM dengan Kementrian Negara Lingkungan
Hidup (KNLH) untuk pembiayaan usaha mikro dan kecil dengan
memanfaatkan Debt for Nature Swap (DNS) di sektor lingkungan.
Penggunaan pembiayaan DNS-KNLH pada umumnya untuk
pembiayaan investasi. Total plafon/dana yang dikelola BSM untuk
75
pembiayaan ini sebesar Rp 83,39 Miliar, dengan baki debet
pembiayaan sebesar Rp 41 Miliar. Jenis-jenis pembiayaan investasi
yang dapat dibiayai dengan skema ini adalah:
a. Peralatan pencegahan pencemaran: peralatan produksi bersih, energi
efisiensi dan perubahan teknologi, peralatan pencegahan lapisan
ozon.
b. Industri daur ulang yaitu seluruh peralatan yang dapat digunakan
untuk menghemat sumber daya alam dan mengurangi limbah (daur
ulang limbah, plastik, logam dan kayu).
c. End-of-pipe technologies:
Instalasi pengolahan air limbah, instalasi pengendalian pencemaran
udara, instalasi pengolahan sampah.
d. Peralatan laboratorium:
Peralatan untuk analisis emisi untuk perbaikan kendaraan bermotor.
e. Peralatan laboratorium untuk analisa kualitas lingkungan: pergantian
bahan baku yang lebih ramah lingkungan dan sertifikasi industri
yang ramah lingkungan.
(Pembiayaan BSM, 2013: 142)
Di tahun 2013, kegiatan CSR BNI Syariah mengusung tema
“Commitment for Humanity” dengan fokus program mencakup bidang
pendidikan, pemberdayaan ekonomi, serta lingkungan dan kesehatan.
Ketiga bidang tersebut menjadi 3 pilar utama dari tema ini.
1. Commitment for Education
Program CSR untuk meningatkan pendidikan masyarakat di
lingkungan kumuh, marjinal, dan berpenghasilan rendah (dhuafa)
dengan kriteria yang disesuaikan pada masing-masing daerah. Salah
satu program CSR dalam pilar ini antara lain adalah pembangunan
rumah cerdas.
2. Commitment for Economic Empowerment
Program CSR untuk memberdayakan ekonomi masyarakat
agar menjadi masyarakat yang mandiri dan unggul dengan
mendukung keterampilan lokal masyarakat setempat didaerah
76
masing-masing. Program CSR dalam pilar ini antara lain mencakup
kerajinan, tenun, makanan khas setempat, dan lain-lain.
3. Commitment for Environmental and Health
Program CSR untuk meningkatkan kualitas lingkungan yang
baik dan peningkatan kesehatan masyarakat antara lain melalui
pembangunan tanaman di wilayah tandus, penyediaan air bersih, dan
lain-lain.
Untuk penyelenggaraan program CSR BNI Syariah di tahun 2013,
perusahaan telah menyediakan anggaran CSR tahun 2011-2013 dengan
sisa anggaran pada tahun 2012 sebesar Rp 1.441.736.870. sedangkan total
realisasi biaya untuk program CSR BNI Syariah sepanjang tahun 2013
mencapai Rp 1.385.246.019. anggaran untuk program CSR berasal dari
dana CSR perusahaan yang bersumber dari keuntungan perusahaan yang
telah dianggarkan.
Dalam pelaksanaannya, program CSR BNI Syariah diselenggarakan
bekerja sama dengan mitra, baik pemerintah maupun non pemerintah yang
berskala nasional dan dapat dipercya. BNI Syariah sebagai pemilik
program, namun pelaksaan di lapangan dilakukan bersama mitra untuk
menjalankan, memonitor dan mengevaluasi program. Beberapa mitra BNI
Syariah antara lain adalah UPZ BNI Syariah, Baznas, BAMUIS BNI,
Rumah Zakat, Dompet Dhuafa, dan lain-lain. (kebijakan BNI Syariah,
2013: 221)
77
Bank Abu Dhabi Islam juga mengungkapkan tenntang kepedulian
mereka terhadap lingkungan dalam laporan CSR yang berisikan:
Sejalan dengan target pemerintah UEA mengurangi jejak karbon
sebesar 20% pada tahun 2015, dan diberi komitmen tumbuh Bank
untuk tanggung jawab lingkungan, kantor pusat baru ADIB saat ini
sedang konstruksi di Abu Dhabi telah menerapkan prinsip-prinsip
desain praktik terbaik ditujukan untuk meminimalkan energi dana
input dan output limbah, dan memaksimalkan daur ulang dan
kualitas lingkungan. Akibatnya pembangunan telah menerima LEED
Pra-Sertifikasi Emas Penilaian dari US Green Building Council dan
juga berfokus pada menerima kategorisasi yang tepat di bawah
program Estidama UEA. lebih lanjut inisiatif lingkungan yang
sukses dilakukan berfokus pada system untuk pengurangan
penggunaan kertas, daur ulang, dan penghematan energi melalui
baik AC dan manajemen pencahayaan.
(CSR Abu Dhabi Islamic Bank, 2013: 39)
6. Informasi mengenai konsep operasi bank syariah
No Disclosure Item Indonesia Malaysia Bahrain
UEA (Uni
Emirat
Arab)
A B C D E F G H I J K L
F Informasi mengenai
konsep operasi bank
syariah yang
membantu
pengguna untuk
memahami bisnis
dan aturan syariah
yang telah
dijalankan seperti
pendapatan atau
biaya yang dilarang,
pelanggaran kontrak
1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0
Informasi mengenai konsep operasi bank syariah lebih banyak
penjelasan mengenai pendapatan non halal dan penggunaanya, serta
penjelasan mengenai sistem akad transaksi seperti akad murabahah,
78
mudharabah, dan sebagainya, yang dimasukkan atau diaplikasikan ke
dalam produk dan layanan yang dikeluarkan oleh masing-masing bank.
Bank syariah yang mengungkapkan dana non halal hanya bank
syariah yang berada di negara Indonesia. Sedangkan bank syariah di
negara lainnya tidak mengungkapkan hal tersebut. Informasi mengenai
pendapatan dana non halal dan penggunaannya terdapat dalam kutipan:
Pendapatan non-halal menjadi sumber dana sosial bank yang terdiri
dari:
a. Dana Sosial Ex Penalty, yakni dana yang berasal dari denda
keterlambatan (penalty) pembayaran angsuran atau denda lain yang
berhubungan dengan transaksi antar pihak Bank dengan pihak ketiga
b. Dana Sosial Ex Jasa Giro, yakni dana sosial yang berasal dari giro
yang diterima oleh Bank dari penempatan pada bank konvensional.
c. Dana Sosial Lainnya, yakni dana sosial yang berasal dari komisi, fee,
atau dalam pendapatan dalam bentuk lainnya dari rekanan Bank
selain pendapatan yang berhak diterima sebagai ketentuan
manajemen.
Berikut laporan penggunaan pendapatan dan penggunaan dana
sosial/kebajikan PT Bank Syariah Mandiri tahun 2013. Dana
kebajikan bersumber dari: denda sebesar Rp 27.300.018.406,
sumbangan/hibah, penerimaan non-halal sebesar Rp 191.243.336,
dana sosial lainnya sebesar Rp 607.935.204. penggunaan dana
kebajikan disalurkan melalui LAZNAS BSM sebesar Rp
614.916.321, dan yang sudah terpakai untuk dana kebajikan sebesar
Rp 614.916.321.
(laporan keuangan BSM, 2013: 252)
Pendapatan non-halal selama tahun 2013 masih terdapatan bunga
bank konvensional sebesar Rp 954.894.717. dimana dana ini
merupakan bunga yang diterima dari rekening Bank Muamalat di
bank konvensional peserta jaringan ATM bersama. Selain dana dari
pendapatan bunga bank konvensional, masih terdapat dana denda
(ta‟zir) sebesar Rp 2.271.166.905, dimana denda (ta‟zir) ini
merupakan denda atas keterlambatan pembayaran dari nasabah
debitur yang disengaja. Selanjutnya, seluruh dana tersebut akan
digunakan untuk kepentingan sosial. Bank Muamalat melakukan
kegiatan yang menggunakan pendapatan non halal tersebut kedalam
salah satu program Corporat Social Responsibility perusahaan. Atas
penggunaan pendapatan non halal tersebut seperti: pembangunan
MCK, air bersih di Brebes, kampung hijau Muamalat Bengkulu,
79
kampanye Go Green, pembangunan rumah sakit di Solo, biaya
administrasi dan rekenig, dan kegiatan sosial lainnya. Dengan total
keseluruhan Rp 552.969.400.
(laporan keuangan BMI, 2013: 349)
Pendapatan non halal yang menjadi sumber dana sosial BNI Syariah
antara lain terdiri dari:
Pendapatan yang berasal dari denda keterlambatan (penalty)
pembayaran angsuran atau denda yang berhubungan dengan
transaksi antar pihak bank dengan pihak ketiga.
Dana sosial yang berasal dari giro yang diterima oleh bank dari
pendapatan pada bank konvensional.
Dana sosial yang berasal dari komisi, fee, atau dalam pendapatan
dalam bentuk lainnya dari rekanan Bank selain pendapatan yang
berhak diterima sebagai ketentuan manajemen.
Pendapatan yang berasal dari penutupan rekenig sebelum jatuh
tempo.
Jadi, saldo dana kebajikan di tahun 2013 sebesar Rp 428.000.000.
jumlah ini di dapatkan dari total keseluruhan pendapatan non halal,
infaq dan sadaqah, denda, juga saldo akhir dana kebajikan di tahun
2012. Penggunaan dana non halal selama tahun 2013 yang dikelola
oleh Unit Pengelola Zakat (UPZ) BNI Syariah, didistribusikan
kepada untuk membantu, pendidikan seperti misalnya pembangunan
PPSDMS dan pengadaan tas sekolah bagi murid. Bantuan kepada
yang terkena bencana misalnya bencana banjir di daerah yang sering
banjir.bantuan kesehatan berupa anggaran kegiatan layanan
kesehatan Car Free Day, program layanan kesehatan, dan lain-lain.
Bantuan berupa dakwah misalnya pembangunan masjid, tabligh
akbar dan lain-lain.
(laporan keuangan BNI Syariah, 2013: 196)
Beberapa bank Syariah di Malaysia dan Bahrain mengungkapkan
tentang Anti-pencucian uang (Anti-money Laundering). Pencucian Uang
adalah suatu upaya perbuatan untuk menyembunyikan atau menyamarkan
asal usul uang/dana atau harta kekayaan hasil tindak pidana melalui
berbagai transaksi keuangan agar uang atau harta kekayaan tersebut
tampak seolah-olah berasal dari kegiatan yang sah/legal.
Pada umumnya pelaku tindak pidana berusaha menyembunyikan
atau menyamarkan asal-usul harta kekayaan yang merupakan hasil dari
80
tindak pidana dengan berbagai cara agar harta kekayaan hasil kejahatannya
sulit ditelusuri oleh aparat penegak hukum sehingga leluasa memanfaatkan
harta kekayaan tersebut baik untuk kegiatan yang sah maupun tidak sah.
Oleh karena itu, tindak pidana pencucian uang tidak hanya mengancam
stabilitas dan integritas sistem perekonomian dan sistem keuangan,
melainkan juga dapat membahayakan sendi-sendi kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Bank syariah yang menjelaskan tentang kepatuhan mereka untuk
mencegah praktik Anti-pencucian uang (Anti-money laundering) seperti:
Bank islam akan menjalankan perniagaannya selaras dengan standar
etika yang tinggi dan mematuhi semua undang-undang dan peraturan
syariah yang berkaitan dengan institusi kewangan. Walaupun telah sedia
maklum bahawa bank mungkin tidak senantiasa dapat menentukan sama
ada sesuatu urus niaga berasal daripada atau, merupakan sebahagian
daripada aktivititas yang menyalahi undang-undang bank akan
mengendalikan perniagaannya berdasarkan prinsip am yang berikut:
a. Mematuhi undang-undang dan peraturan berkaitan pencegahan
pengubahan wang haram dan pembiayaan keganasan seperti yang
ditetapkan oleh Bank Negara Malaysia.
b. Mengekalkan sistem kawalan dalaman dan mewujudkan prosedur
bagi memastikan pematuhan berterusan dan pengambilan tindakan
segera berkaitan pencegahan pengubahan wang haram/pencegahan
pembiayaan keganasan (AML/CFT).
c. Melantik Pegawai Pematuhan Khususan (DCO) yang
bertanggungjawab melaksanakan prosedur dan langkah-langkah
AML/CFT.
d. Mewujudkan program pematuhan bagi memastikan kesedaran
tentang prosedur dan keperluan AML/CFT serta bagi memantau
langka-langkah AML/CFT.
81
e. Mewujudkan usaha wajar untuk semua pelanggan termasuk
pelaksanaan dasar KYC serta usaha wajar yang dipertingkat untuk
para pelanggandan urus niaga yang mempunyai resiko lebih tinggi.
f. Mewujud dan mengekalkan yang bersesuaian bagi memantau akuan
dan aktiviti pelanggan untuk mendapatkan bukti urus niaga
meragukan yang mungkin menunjukkan aktiviti pengubahan wang
haram.
g. Menyimpan dokumentasi pengenalan dan urus niaga seperti yang
ditetapkan dalam perundangan.
h. Melaporkan kepada pihak berkuasa yang berkenaan secara
menyeluruh dan tepat pada masanya tentang semua aktiviti
meragukan yang dikenal pasti jika terdapat sebab yang munasabah
untuk mengesyaki bahawa kesalahan pengubahan wang haram telah
atau sedang dilakukan.
i. Memberikan kerja sama sepenuhnya kepada pihak penguat kuasa
undang-undang dan pihak berkuasa kawal setia tentang isu
AML/CFT.
(etika, integriti&amanah BIMB, 2013:203)
Sebagai lisensi penuh Islamic Bank, Bank memiliki kewajiban
hukum untuk mencegah pembiayaan pencucian uang dan kontra terorisme
dengan di lingkup Anti Pencucian Uang dan Anti-Terorisme Pendanaan
Act 2001 ("AMLATFA"). Dengan demikian, Bank di depan kedepan
Pemerintah dan inisiatif BNM yang berkelanjutan dalam pencegahan
penggunaan sistem perbankan pada setiap titik untuk pencucian uang atau
pendanaan terorisme.
Bank telah menunjukkan komitmennya penuh kepatuhan dengan
Anti-Pencucian Uang/Kontra Pendanaan Terorisme ("AML /CFT")
persyaratan dengan membentuk robustand komprehensif kerangka kerja,
kebijakan, prosedur, proses dan system untuk pencegahan dan deteksi
pencucian uang dan pendanaan teroris. Kepala Kepatuhan melapor
langsung kepada Ketua Dewan pada AMLhal/CFT sejak Januari 2013.
(laporan keuangan KFHMB, 2013: 16)
82
Perusahaan telah berjanji untuk sepenuhnya mematuhi rekomendasi
yang dibuat oleh Komite Basel dan FATF. Hal ini selain kebutuhan untuk
mematuhi peraturan yang berlaku dikeluarkan di setiap negara di mana
perusahaan beroperasi dan Peraturan Pencucian Uang yang dikeluarkan
oleh Bank Sentral Bahrain. Substansi Peraturan CBB dan rekomendasi
yang dibuat oleh Komite Basel/FATF telah dimasukkan ke dalam tubuh
perusahaan ABC Anti-Pencucian Uang Manual, teks yang tersedia di
intranet ABC. Hukum AML Bahrain/peraturan yang berlaku untuk semua
unit dari perusahaan baik di dalam maupun di luar Bahrain. Dimana
standar lokal berbeda dengan standar yang lebih tinggi harus diterapkan.
(appendix ABC Islamic Bank, 2013:79)
Bank telah membentuk unit independen dan berdedikasi untuk
mengkoordinasikan pelaksanaan kepatuhan dan Anti Pencucian Uang dan
Pendanaan Program Anti-Teroris. Program ini mencakup kebijakan dan
prosedur untuk mengelola kepatuhan terhadap peraturan, anti pencucian
uang, standar pengungkapan materi dan informasi sensitif dan pedagang.
Sejalan dengan komitmen untuk memerangi pencucian uang dan
pendanaan teroris, Al Salam Bank – Bahrain melalui itu kebijakan Anti-
Pencucian Uang memastikan bahwa pengendalian internal yang memadai
pencegahan dan detektif dan sistem beroperasi secara efektif. Kebijakan
mengatur pedoman dan prosedur penerimaan klien, pemeliharaan dan
pemantauan sejalan dengan Bank Sentral Bahrain dan standar internasional
seperti rekomendasi FATF dan Makalah Basel Committee.
83
Semua ke dalam dan luar transfer elektronik disaring terhadap daftar
sanksi diidentifikasi dikeluarkan oleh peraturan tertentu tubuh termasuk
Dewan Keamanan PBB Sanksi Komite dan US Department of Treasury -
OFAC, selaindengan yang ditunjuk oleh Bank Sentral Bahrain. Program
kepatuhan juga memastikan bahwa semua Bank Sentral berlaku peraturan
Bahrain dipatuhi dan / atau ketidakpatuhan terdeteksi dan ditangani secara
tepat waktu. Program ini mencakup kepatuhan terhadap peraturan set oleh
Departemen Perindustrian & Perdagangan dan Bahrain Bourse. Bank telah
memulai langkah-langkah untuk mematuhi Rekening Asing Kepatuhan
Pajak Act (FATCA) persyaratan sebagai dan ketika diperlukan oleh
regulator. (Laporan Keuangan ASIB, 2013:49)
7. Informasi mengenai likuiditas, profitabilitas, solvabilitas, dan risiko bank
syariah
No Disclosure Item Indonesia Malaysia Bahrain
UEA (Uni
Emirat Arab)
A B C D E F G H I J K L
G Informasi mengenai
rasio keuangan bank:
1 Likuiditas 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0
2 Profitabilitas 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0
3 Solvabilitas 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4 Risiko bank syariah 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Total 4 3 4 1 1 1 1 2 1 3 1 1
Dari sekian banyak item-item pengungkapkan yang ada, informasi
mengenai likuiditas, profitabilitas, solvabilitas dan risiko bank syariah
merupakan item yang paling sering diungkapkan dalam laporan keuangan
84
setiap perusahaan. Likuiditas merupakan rasio yang menggambarkan
kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendek.
Profitabilitas merupakan rasio yang menggambarkan mengenai
kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalu semua kemampuan dan
sumber yang ada. Rasio solvabilitas menggambarkan kemampuan
perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjang atau kewajiban-
kewajibannya bila perusahaan dilikuidasi. Sedangkan risiko bank syariah
menginformasikan risiko yang sedang dan akan dihadapi bank serta
bagaimana manajemen risiko yang dilakukan sebagai upaya untuk
menanggulangi maupun mencegah risiko tersebut. Semua itu harus
diungkapkan dalam laporan keuangan agar para pengguna khususnya
investor dapat mengetahui keadaan atau tingkat kesehatan bank tersebut.
Informasi mengenai rasio dan risiko keuangan bank syariah lebih
banyak diambil dari ikhtisar keuangan, manajemen risiko, dan dari laporan
atau sambutan direktur utama. Ada juga yang peneliti temukan dari catatan
atas laporan keuangan seperti risiko bank syariahnya. Likuiditas,
profitabilitas, dan risiko manajemen memang sudah banyak diungkapkan
dalam laporan keuangan bank-bank syariah. Rasio likuiditas bank syariah
yang diungkapkan tersebut adalah FDR (Financing to Deposit Ratio), rasio
profitabilitas yang terungkap meliputi ROA (Return On Asset), ROE
(Return On Equity), NIM (Net Income Margin), rasio solvabilitas yang
terungkap yaitu DER (Debt to Equity Ratio), dan DAR (Debt to Asset
Ratio), sedangkan risiko bank syariah hampir seluruhnya terungkap dalam
laporan keuangan masing-masing bank syariah.
85
Dari hasil diatas terlihat bahwa bank syariah yang paling banyak
mengungkapkan dan penuh dalam mengungkapkan informasi mengenai
kondisi kesehatan keuangan bank di Negara Indonesia yaitu Bank Syariah
Mandiri dan Bank BNI Syariah, karena hanya bank BSM dan BNI Syariah
yang mengungkapkan rasio solvabilitas perusahaannya dalam laporan
keuangan, hanya BMI yang tidak mengungkapkan rasio solvabilitasnya.
Sedangkan pada laporan keuangan bank di Malaysia tidak satupun bank
syariah melaporkan tentang rasio likuiditas, profitabilitas dan
solvabilitasnya bank tersebut hanya menyajikan tentang risiko bank
syariahnya saja. Bank syariah di negara Bahrain rata-rata tidak
mengungkapkan rasio perusahaannya, tetapi pada Al-Salam Islamic Bank
(ASIB) menyajikan rasio profitabilitasnya yaitu Cost Income Ratio (laba).
Sedangkan bank syariah di UEA (Uni Emirat Arab) Abu Dhabi Islamic
Bank saja yang mengungkapkan rasio likuiditas dan profitabilitasnya dan
bank lainnya tidak mengungkap rasio perusahaannya.
8. Pernyataan dari Dewan Pengawas Syariah mengenai nilai dan kegiatan
yang tidak sesuai dengan syariat Islam
No Disclosure Item Indonesia Malaysia Bahrain
UEA (Uni
Emirat Arab)
A B C D E F G H I J K L
H Pernyataan dari
Dewan Pengawas
Syariah (DPS)
mengenai nilai dan
kegiatan yang tidak
sesuai dengan syariat
Islam
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
86
Dalam setiap bank syariah keberadaan Dewan Pengawas Syariah
mutlak diperlukan. Inilah satu satu yang membedakan antara bank syariah
dengan bank konvensional. Peran utama Dewan Pengawas Syariah adalah
mengawasi jalannya operasional bank agar selalu sesuai dengan ketentuan-
ketentuan syariah, sedangkan tugas lainnya adalah meneliti dan membuat
rekomendasi produk baru dari bank di awasinya, serta memberikan opini
dari aspek syariah terhadap pelaksanaan operasional bank syariah secara
keseluruhan dalam laporan publikasi bank. Untuk itu, sebagian besar
posisi Dewan Pengawas Syariah ditempati oleh para ulama yang mengerti
hukum-hukum syariat islam.
Menurut hasil analisis, pernyataan yang dibuat oleh Dewan
Pengawas Syariah (DPS) dalam laporan/sambutan Dewan Pengawas
Syariah menunjukkan bahwa tidak ada pelanggaran terhadap nilai atau
prinsip Islam yang dilakukan bank dalam kegiatan operasionalnya. Seluruh
Dewan Pengawas Syariah memberikan pernyataan bahwa kegiatan
perbankan yang dilakukan oleh bank yang diawasinya, baik pelayanan,
produk, maupun standar operasional prosedur selama periode tahun 2013.
Bank syariah yang tidak menyajikan laporan Dewan Pengawas Syariahnya
adalah Sharjah Islamic Bank (L), Ini disebabkan karena bank islam
Sharjah hanya menyajikan laporan keuangan tidak mempublishkan laporan
manajemen perusahaannya.
87
Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak ada satupun bank baik di
negara Indonesia, Malaysia, Bahrain dan UEA (Uni Emirat Arab) yang
menunjukkan ketidak patuhannya terhadap nilai-nilai dan kegiatan yang
sesuai dengan syariat islam. Salah satu faktor penyebab tidak
terungkapnya pelanggaran terhadap nilai-nilai islam adalah karena bank
hanya mensosialisasikan hasil temuan dan opini Dewan Pengawas Syariah
kepada unit kerja terkait yang dapat di akses oleh seluruh karyawan melalu
media internal. Adapun pernayatan bank syariah mengenai kepatuhan
perusahaan terhadap nilai islam sebagai berikut:
Atas nama Dewan Direksi Bank saya ingin mengakui pekerjaan yang
sangat baik dari Fatwa syariah dan Dewan Pengawas yang terdiri dari
ulama dihormati Shaikh Dr. Ajeel Jasem Al-Nashmi (Ketua), Shaikh Dr
Khalid Mathkour Al-Makhkour (Anggota) dan Shaikh Mohammed Abdul
Razaq Dr. Al-Tabtabaee (Anggota) yang terus bekerja tanpa lelah untuk
memastikan produk dan proses Bank mematuhi prinsip – prinsip Islam.
(Chairman‟s statement KFHB, 2013:09)
ABC Islam berkomitmen untuk mematuhi semua aturan yang
berlaku dan peraturan di semua bisnis dan geografi. ABC Islam telah
menerbitkan pedoman tertulis untuk staf pada kebijakan dan prosedur
untuk pelaksanaan yang tepat dari hukum, peraturan, aturan dan standar
(termasuk dalam kaitannya dengan konflik bunga). Ini termasuk Kode Etik
88
dan Kebijakan Kepatuhan, yang disetujui oleh Direksi dan diperbarui
secara teratur. Kebijakan Kepatuhan ABC Islam mengharuskan semua
pejabat dan staf untuk memenuhi kedua surat dan semangat semua yang
relevan hukum, aturan, peraturan dan standar yang baik praktek pasar.
ABC Islam berkomitmen untuk mematuhi hukum dan peraturan berkaitan
dengan Anti-Pencucian Uang ("AML"), memerangi pendanaan terorisme
("CFT"), tahu pelanggan Anda dan sanksi internasional, serta rekomendasi
yang relevan dari Komite Basel dan Financial Action Task Force. (laporan
GCG ABC Islamic Bank, 2013:27)
C. Total Pengungkapan Islamic Value dalam Pelaporan Keuangan Bank
Syariah
Total pengungkapan Islamic Value dalam laporan keuangan Bank
Syariah di Negara Indonesia, Malaysia, Bahrain dan UEA (Uni Emirat Arab)
secara rinci dapat dilihat pada lampiran 01. Hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa dari 31 total item-item pengungkapan Islamic Value
yang disediakan, hanya sebagian kecil dari item-item tetrsebut yang
diungkapkan dalam laporan keuangan bank-bank umum syariah tersebut.
Perbandingan pengungkapan Islamic Values dalam laporan keuangan antar
bank syariah dalam 4 negara disajikan dalam tabel dibawah ini:
89
Perbandingan Pengungkapan Islamic Values antar Bank Syariah di 4 negara
No Disclosure Item Indonesia Malaysia Bahrain
UEA (Uni Emirat
Arab)
A B C D E F G H I J K L
A Valuatin Method
(1 item)
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
B Value-Added Reporting
(5 item)
3 2 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3
C Employee Report
(9 item)
3 3 4 3 1 2 1 1 1 2 2 2
D Social Responsibility (4
item)
1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0
E Environmental
accounting (6 item)
1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0
F Informasi mengenai
konsep operasi bank
(1 item)
1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0
G Informasi mengenai
likuiditas, profitabilitas,
solvabilitas dan risiko
bank syariah (4 item)
4 3 4 1 1 1 1 2 1 3 1 1
H Pernyataan dari DPS
(1 item)
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Total Item (31 item) 13 10 13 7 7 6 5 7 7 11 7 6
89
90
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa dari ke 12 bank syariah
yang dijadikan sebagai sampel dalam penelitian ini, hanya Bank Syariah
Mandiri dan BNI Syariah yang memiliki peringkat tertinggi dalam
mengungkapkan Islamic Values yaitu sebanyak 13 item, sedangkan yang
paling sedikit pengungkapannya adalah ABC Islamic Bank di Bahrain
sebanyak 5 item. Dapat disimpulkan bahwa dalam pengungkapan nilai-nilai
islam negara yang paling banyak mengungkapkan nilai islamnya adalah
negara Indonesia, sedangkan negara yang paling sedikit tingkat pengungkapan
nilai islamnya adalah negara Bahrain dan juga Malaysia.
Tabel tersebut memperlihatkan bahwa tidak ada satupun bank syariah
baik di Indonesia, Malaysia, Bahrain dan UEA (Uni Emirat Arab) yang
menggunakan metode penilaian (valuation method). Bank-bank syariah
tersebut umumnya masih menggunakan harga perolehan (historical cost)
untuk menilai dan mengukur aset, bukan nilai sekarang (current value) yang
akan digunakan untuk kepentingan perhitungan zakat sesuai dengan tujuan
utama akuntansi syariah.
Untuk pengungkapan Value-Added Reporting, sejauh ini belum ada
satupun bank syariah yang membuat laporan nilai tambah dalam satu format
yang utuh. Laporan ini memang belum diterapkan karena masih dalam bentuk
rancangan dan belum bisa dimasukkan kedalam standar pengungkapan atau
pelaporan, terlebih lagi jika laporan nilai tambah ini harus disesuaikan dengan
90
91
syariat Islam sehingga menjadi laporan nilai tambah syariah (Shariah Value
Added Statement atau SVAS).
Menurut aliran akuntansi syariah filosofis teoritis value added reporting
diterapkan dalam laporan keuangan sebagai pengganti laporan laba rugi atau
sebagai pendamping laporan laba-rugi. Dalam penelitian ini ppendistribusian
nilai tambah kepada stakeholders yang terkait langsung maupun tidak
langsung dianalisis dalam laporan laba-rugi. Tingkat pengungkapan value
added reporting bank syariah baik di Indonesia, Malaysia, Bahrain, dan UEA
(Uni Emirat Arab) masih rata tidak ada bank yang mengungkapkan secara
keseluruhan nilai tambah perusahaannya.
Pengungkapan sukarela atau voluntary disclosure yang sudah banyak
diterapkan laporan keuangan adalah employee report dalam bentuk laporan
sumber daya manusia (SDM) dan corporate social responsibiliity (CSR) atau
laporan pertanggung jawaban sosial. Item-item yang ada dalam kedua
voluntary disclosure tersebut juga masih belum banyak diterapkan oleh bank-
bank syariah. Bank yang memiliki nilai tertinggi dalam mengungkapkan
employee reportnya adalah BNI Syariah sebanyak 4 poin dan yang terendah
adalah Bank Islam Malaysia Berhad (E) dari malaysia, juga bank-bank syariah
dari negara Bahrain yang bernilai 1 poin. Sedangkan untuk pengungkapan
social responsibility, tingkat tertinggi pengungkapan CSRnya bernilai 1 poin
sedangkan tingkat terendahnya bernilai 0 poin. Rata-rata bank hanya
92
mengungkapkan 1 poin saja dalam laporn pertanggungjawabannya dan bank
syariah yang bernilai 0 yang mana bank tidak mempublish laporan
pertanggungjawabannya.
Sama seperti value added reporting, pengungkapan Environmental
accounting juga belum diterapkan dalam laporan keuangan tahunan. Hanya
ada dua bank syariah yang mengungkapkannya dalam laporan keuangan yaitu
Bank Syariah Mandiri (A) dan Bank Abu Dhabi Islamic Bank (J) dan itupun
tidak semua item-item yang di dalam Environmental accounting di ungkapkan
bank tersebut. Sedangkan bank syariah lainnya tidak ada mengungkapkan
Environmental accounting.
Pada poin F, G, dan H, dapat kita lihat pada bagian Informasi mengenai
konsep operasi bank yang membantu pengguna untuk memahami bisnis dan
aturan syariah yang telah dijalankan. Rata-rata bank syariah baik di Indonesia
maupun di negara Malaysia, Bahrain dan UEA telah mengungkapkannya
dalam laporan keuangan. Mengenai informasi likuiditas, profitabilitas,
solvabilitas dan risiko bank syariah seperti di negara Malaysia, Bahrain dan
UEA masih terbilang kurang mengungkapkan rasio pernyataan kesehatan
terhadap bank syariah tersebut karena sedikitnya pengungkapan rasio
likuiditas, profitabilitas dan solvabilitas, akan tetapi pada pengungkapan risiko
bank syariah bank-bank di tiga negara tersebut telah mengungkapkanya. Dan
bank syariah yang paling banyak mengungkapkan tentang poin G adalah bank
93
yang berada di negara Indonesia. Sedangkan pada poin H yaitu pernyataan
dari DPS, bank dari negara UEA yaitu Abu Dhabi Islamic Bank (J) tidak
melmpirkan atau menyajikan mengenai pernyataan dari DPS dalam laporan
keuangan tahunannya begitu juga dengan Sharjah Islamic Bank (L).
Perbedaan hasil dari penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah
pada penelitian sebelumnya menemukan bank syariah pada laporan dewan
pengawas syariahnya mengungkapkan kegiatan yang tidak sesuai dengan
syariat islam sedangkan peneliti yang sekarang tidak menemukan satupun
bank syariah yang mengungkapkan ketidak sesuaian dengan syariat islam
dalam melaksanakan kegiatannya.
94
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kepatuhan terhadap
pengungkapan nilai-nilai islam dalam pelaporan keuangan bank umum
syariah. Analisis dilakukan pada 12 laporan keuangan tahunan bank syariah
tahun 2013 yang terbagi dalam 4 Negara. Masing-masing negara yaitu
Indonesia, Malaysia, Bahrain dan UEA (Uni Emirat Arab). Dengan
menggunakan metode Disclosure Scoring, maka dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Hasil analisis terhadap laporan keuangan tahunan bank syariah
menunjukkan bahwa sedikit sekali nilai-nilai islam yang telah
diungkapkan dalam laporan keuangan tahunan masing-masing bank
tersebut. Sedikitnya pengungkapan tersebut disebabkan standar
akuntansi keuangan masih menetapkan nilai historis untuk melakukan
penilaian terhadap aset, serta belum adanya standar yang mewajibkan
perusahaan untuk mengungkapkan laporan pertanggung jawaban seperti
laporan nilai tambah, laporan pegawai, laporan pertanggungjawaban
sosial, dan laporan akuntansi lingkungan.
2. Pengungkapan nilai-nilai islam (Islamic Values) dalam laporan
keuangan tahunan antar bank syariah menunjukkan bahwa dari
keduabelas bank syariah tersebut bank yang memiliki peringkat
95
tertinggi dalam mengungkapkan nilai-nilai islam dalam laporan
keuangan tahunannya adalah Bank Syariah Mandiri (A) yaitu sebanyak
13 item. Sedangkan yang paling sedikit pengungkapannya adalah ABC
Islamic Bank Berhad (G) yaitu sebanyak 5 item.
B. SARAN
Penelitian ini dimasa mendatang diharapkan dapat memberikan manfaat
dalam dunia perekonomian islam, khususnya akuntansi syariah. Adapun
saran-saran yang dapat diberikan peneliti kepada berbagai pihak dari
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi tim penyusun standar akuntansi keuangan
a. Dalam menyusunan atau merevisi standar akuntansi keuangan
disarankan agar selalu memperhatikan setiap aspek nilai yang
terkandung di dalamnya.
b. Setiap perubahan kebijakan dalam aturan-aturan standar akuntansi
keuangan tidak bertentangan dengan prinsip nilai syariah sehingga
diharapkan dimasa mendatang dapat lahir suatu bentuk akuntansi
syariah yang dapat merefleksikan nilai-nilai pertanggungjawaban,
keadilan, dan kebenaran sesuai dengan sumber landasan filosofinya.
2. Bagi lembaga keuangan syariah maupun non syariah
a. Diharapkan agar selalu memegang nilai pertanggungjawaban dan
nilai keadilan distributif secara langsung maupun tidak.
96
b. Dalam hal pengungkapan, diharapkan lembaga keuangan dapat
menerapkan nilai-nilai syariah dalam setiap aktivitas serta
mengungkapkannya secara penuh (full disclosure) dalam laporan
keuangan tahunannya sebagai bentuk pertanggungjawaban sosial
kepada masyarakat.
3. Bagi peneliti selanjutnya
a. Disarankan untuk melakukan penelitian terhadap perbandingan
pengungkapan nilai-nilai islam (Islamic Values) dalam laporan
keuangan perusahaan yang bergerak dibidang industri atau bidang
lain. Karena menurut peneliti bidang lain selain perbankan juga
harus menerapkan nilai-nilai islam di dalam perusahaannya agar
tercipta kenyamanan terhadap stakeholders juga masyarakat
lingkungan sekitar.
DAFTAR PUSTAKA
Antonio, Muhammad Syafi’i, 2001 “Bank Syariah dari Teori ke Praktik” Jakarta:
Salemba Empat
Gambling, Trevor dan Rifaat Abdel Karim. 1991 “Business and Accounting Ethics in
Islam”, London: Mansell
Harahap, Sofyan Syafri. 2008. Kerangka Teori & Tujuan Akuntansi Syariah. Jakarta:
Pustaka Quantum
Harahap Sofyan Syafri. 2004. “Akuntansi Islam” Jakarta: Bumi Aksara
Hanifa, Ross dan Muhammad Hudaib. 2004 “Disclosure Practices of Islamic
Financial Institusions” An Exploratory Study. Working paaper No
04/32, September 2004
Harahap, Sofyan Syafri & Yuswar Z Basri. 2004. Socio-Economic Disclosure in
Annual Report oh Indonesian Banks. Makalah Simposium Nasional
Sistem Ekonomi Islam II, Pusat Pengembangan Bisnis dan Ekonomi
Islam (PPBEI) FE-UB, Malang 28-29 Mei 2004.
Ikatan Akuntansi Indonesia . 2007 “Standar Akuntansi Keuangan” Jakarta : Salemba
Empat
Kariyoto, 2013 “Akuntansi Dalam Perspektif Syariah Islam” Volume 7 No.2
Muhammad, 2002. Pengantar Akuntansi Syariah. Jakarta: Salemba Empat
Muzahid, Mukhlisul. “Kerangka Konseptual Akuntansi Konvensional dan Akuntansi
Syariah” 2012
Nurhayati, Sri Wasilah, 2009 “ Akuntansi Syariah di Indonesia” Jakarta : Salemba
Empat
Purwitasari, Fadilla “Analisis Pelaporan Perbankan CSR Perbankan Syariah dalam
Perspektif Syariah Enterprise Theory” skripsi Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Diponegoro. 2011
Rahman, Shadia. 2000 “Islamic Accounting Standars”.
www.islamic_accounting.com
Ratmono, Dwi. 2004 “ Pengungkapan Islamic Values dalam Pelaporan Keuangan
Bank Syariah Menurut Paradigma Akuntansi Syariah Filosofis-Teoritis
dan PSAK 59”. Makalah Simposium Nasional Sistem Ekonomi Islam II,
Pusat Pengembangan Bisnis dan Ekonomi Islam (PPBEI) Fe-UB,
Malang
Sjahdeini, Sutan Remy. 2014. “Perbankan Syariah” Jakarta : Prenadamedia Group
Taheri, Muhammad R. 2000 “The Basic Principles of Islamic Economy and Their
Effects Islam, Vol.I, No.2
Triyuwono, Iwan. 2006 “Perspektif Metodologi dan Teori Akuntansi Syariah”
Jakarta: Rajagrafindo Persada
Triyanta, Agus. 2009. Implementasi Kepatuhan Syariah dalam Perbankan Islam
(Syariah) (Strudi Perbandingan antara Malaysia dan Indonesia).
Yogyakarta
Utami, Budi. 2010. Perbandingan Penentu Keputusan Pemilihan Perbankan (Studi
Kasus pada Bank Rakyat Syariah dan Bank Rakyat Konvensional).
Jakarta