Upload
purna-setyawan
View
78
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
KOMUNIKASI KEPERAWATAN
Profesi keperawatan memerlukan kecakapan komunikasi yang fleksibel.
Komunikasi yang dilakukan oleh perawat dengan pasien sebagai lawan
komunikasi memerlukan kemampuan khusus dan kepedulian sosial yang kental.
Oleh karena itu, perawat perlu membekali diri dengan kemampuan berkomunikasi
yang mencerminkan ketrampilan intelektual, teknis, dan antar pribadi yang
tercermin dalam perilaku yang melukiskan perhatian dan kasih sayang.
A. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Proses Komunikasi
Faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi, baik yang menjadi kendala
maupun pendukung merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari proses
komunikasi. Uraian ini berbicara tentang hal tersebut dengan berorientasi pada
peran perawat dalam melaksanakan tugasnya.
1. Faktor Sumber Informasi
Beberapa sumber pesan komunikasi dapat disebutkan sebagai berikut :
a. Bahasa Pengantar
Bahasa asing merupakan kendala dalam penerimaan pesan/informasi
yang diterima oleh komunikan/penerima pesan meskipun bahasa asing
yang dipakai sudah digunakan secara luas, seperti bahasa inggris
sekalipun.
b. Faktor Teknis
Faktor ini berhubungan dengan teknis operasional dalam mencari
informasi dari sumber yang berpengaruh, misalnya seorang pejabat tinggi.
c. Ketersediaan dan keterjangkauan sumber informasi
Tersedianya berbagai sumber informasi di era komunikasi dewasa ini
memudahkan seseorang untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan
dapat diperoleh dengan biaya terjangkau.
2. Faktor Komunikator
Peran ini didukung oleh faktor ekspresi baik verbal maupun nonverbal.
a. Penampilan dan Sikap
Penampilan fisik seperti keserasian pakaian, kerapian, dan gaya bicara,
kecakapan mengolah kata dan kefasihan mengucapkannya serta sikap
sopan dan ramah komunikator dapat merupakan faktor pendukung
keberhasilan dalam komunikasi.
b. Penguasaan Masalah
Seorang komunikator yang baik harus mampu untuk menguasai masalah.
Dengan demikian ia akan dapat bersikap positif dalam menyampaikan
informasi. Disamping itu, seorang komunikator juga harus memiliki rasa
percaya diri.
c. Penguasaan Bahasa
Kemampuan berbahasa merupakan faktor penting bagi seorang
komunikator. Dengan kemampuan berbahasa yang baik ia akan dapat
berkomunikasi dengan sistematis , terarah, dan efektif.
d. Kesempatan
Kesempatan yang mendukung tersampaikannya informasi secara
lengkap. Tempat dan waktu merupakan faktor penting bagi terjadinya
kesempatan.
e. Saluran
Pancaindera merupakan saluran komunikasi untuk mendapatkan dan
menyampaikan informasi.
3. Faktor Pesan
Faktor pesan meliputi teknik penyampaian, bentuk pesan, kesesuaian pesan
dengan kebutuhan informasi, kejelasan pesan, dan kesederhanaan pesan.
a. Teknik penyampaian pesan
Pesan dapat disampaikan secara langsung, secara verbal dan/atau
nonverbal. Faktor bahasa dan faktor teknik merupakan dua unsure penting
dalam penyampaian pesan.
b. Bentuk pesan
Bentuk informasi dapat bersifat informatif, persuasif, dan koersif
(memkasa). Pesan informatif menyajikan fakta untuk pengambilan
kesimpulan. Informasi persuasif bersifat mempengaruhi audience agar
menerima informasi yang dikomunikasikan. Pesan kohesif bersufat
memaksa dengan ancaman sanksi apabila komunikan tidak menerima
pesan.
c. Pesan yang sesuai dengan kebutuhan
Daya tarik suatu pesan atau informasi ditentukan oleh kebutuhan
komunikan akan informasi yang disampaikan oleh komunikator. Apabila
komunikan berkepentingan dengan informasi yang disampaikan oleh
komunikator maka ia akan mendengarkannya dengan cermat. Namun
apabila komunikan merasa tidak memerlukan informasi tersebut maka ia
akan mengabaikannya.
d. Kejelasan informasi
Efektivitas suatu pesan/informasi ditentukan oleh faktor kejelasan. Karena
itu penyampaian suatu informasi perlu memperhatikan kemampuan
komunikator dalam menggunakan bahasa baik secara lisan maupun secara
tertulis.
e. Sederhana
Agar mudah dipahami pesan/imformasi yang disampaikan oleh
komunikator dikemas ringkas namun muatan isinya jelas.
4. Faktor Media
Dalam komunikasi pancaindera merupakan media yang apabila media ini
lengkap dan sempurna akan mendukung keberlangsungan komunikasi. Tetapi
apabila terdapat kekurangan pada media ini dapat mempengaruhi persepsi.
5. Faktor Umpan Balik
Komunikasi aktif ditengarai terjadinya umpan balik. Faktor-faktor berikut
merupakan umpan balik yang berpengaruh
a. Relevansi dan arti umpan balik
b. Sifat umpan balik
c. Ketepatan waktu
6. Faktor Komunikan
Beberapa faktor berikut ini menentukan kelancaran dan efektivitas
komunikasi:
a. Penampilan dan sikap
b. Pengetahuan
c. System social
d. Saluran
7. Faktor Efek
B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Komunikasi dalam Keperawatan
Faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi dalam pelayanan
keperawatan meliputi:
1. Persepsi
2. Nilai
3. Emosi
4. Pengetahuan
5. Peran dan Hubungan
6. Kondisi Lingkungan
C. Teknik dalam Berkomunikasi
Banyak teknik dapat diterapkan dalam berkomunikasi. Teknik
berkomunikasi yang banyak diterapkan pada saat berhadapan dengan pasien dapat
diterangkan sebagai berikut:
1. Mendengarkan dengan aktif
Meliputi beberapa hal sebagai berikut :
Pasien dan keluarga merasa diperhatikan, didengar dan dipahami
Pasien dan keluarga merasa dihargai
Pasien dan keluarga dapat dengan mudah mendengarkan dan
memperhatikan informasi yang disampaikan oleh perawat
Pasien dan keluarga merasa nyaman
Memudahkan terjadinya komunikasi dua arah
Untuk dapat menjadi pendengar yang baik diperlukan sikap sebagai berikut:
Memandang ke arah pasien dengan simpatik pada saat berbicara
Menunjukkan sikap bersungguh-sungguh
Tidak menyilangkan kaki dan tangan, tidak bersedekap
Menghindari gerakan yang tidak perlu
Menganggukkan kepala jika psien menyampaikan hal yang penting atau
memerlukan umpan balik.
2. Mengajukan pertanyaan
Untuk mendapatkan informasi yang spesifik perawat perlu mengajukan
pertanyaan kepada padien dan keluarga. Pernyataan yang diajukan dapat
meliputi:
a. Pertanyaan terbuka, yaitu pertanyaan yang mendorong pasien untuk
menentukan pokok pembicaraan.
Misalnya, “apa yang sedang anda pikirkan?”
b. Pengulangan pertanyaan Pertanyaan ini bertujuan mengulang pokok
pikiran yang telah diungkapkan oleh pasien dan keluarga.
Misalnya, “ Anda mengatakan bahwa ayah anda telah meninggal ketika
anda berusia 7 tahun?”
c. Pertanyaan klarifikasi Pertanyaan ini diajukan sebagai upaya untuk
menjelaskan ide atau pikiran pasien yang kurang jelas atau meminta
pasien untuk menjelaskan maksudnya.
d. Pertanyaan refleksi Pertanyaan ini bertujuan meluruskan kembali ide,
perasaan, pertanyaan dan isi pembicaraan kepada pasien.
Misalnya, “Anda tampak resah, apakah ini berhubungan dengan
pembicaraan paman anda tadi pagi?”
3. Menyampaikan informasi
Penyampaian informasi perlu memperhatikan factor-faktor sebagai berikut:
Menggunakan bahasa yang sederhana agar mudah dipahami oleh pasien
Menggunakan kata-kata yang jelas
Menggunakan kata-kata yang positif
Menunjukkan sikap yang bersemangat
D. KomunikasiVerbal dan Non Verbal
Komunikasi diklasifikasikan dalam dua jenis yaitu komunikasi verbal dan
nonverbal, yang keduanya memerlukan efektivitas dalam praktiknya.
1. Komunikasi Verbal
Komunikasi verbal yang efektif perlu memerhatikan beberapa hal sebagai
berikut:
o Jelas dan ringkas
Komunikasi verbal yang efektif harus sederhana, singkat dan langsung.
o Menggunakan kosa kata yang sederhana
Demi efektivitas komunikasi perawat perlu menyederhanakan kosa kata,
terlebih istilah yang bersifat teknis dalam bidang keperawatan dan
kedokteran.
o Selaan dan kesempatan berbicara
Salah satu faktor penentu keberhasilan komunikasi verbal ialah
kecepatan dan tempo bicara yang tepat.
o Waktu dan relevansi
Menyampaikan pesan kepada klien perlu memperhatikan ketepatan
waktu dan relevansi. Misalnya, pada saat klien/pasien sedang menangis
kesakitan bukan waktu yang tepat untuk menyampaikan menjelaskan
risiko yang mungkin terjadi sebagai akibat suatu tindakan medis.
2. Komunikasi Non-verbal
Komunikasi non-verbal meliputi beberapa hal sebagai berikut:
o Metakomunikasi
Suatu komentar terhadap isi pembicaraan dan sifat hubungan antara
pembicara dan pendengar disebut metakomunikasi. Misalnya, tersenyum
meskipun dalam hati kecewa atau marah.
Penampilan fisik
Nada suara atau intonasi bicara
Ekspresi wajah
KOMUNIKASI DALAM PROSES KEPERAWATAN
Pelaksanaan asuhan keperawatan tidak dapat dipisahkan dari peran
komunikasi. Tahapan komunikasi dalam keperawatan meliputi tahap pengkajian,
perumusan diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Tahapan
keperawatan merupakan suatu metode sistematik yang diterapkan secara langsung
oleh perawat dan klien untuk mengidentifikasi dan menentukan masalah,
merencanakan dan melakukan tindakan serta mengevaluasi keberhasilan tindakan
yang dilakukan kepada klien.
1. Tahap Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal proses keperawatan yang dilakukan
oleh perawat untuk mengumpulkan data klien. Data tersebut diperlukan sebagai
dasar pelaksanaan proses keperawatan pada tahap selanjutnya.
Kemampuan berkomunikasi sangat berpengaruh pada kelengkapan data
pasien/klien. Oleh karena itu peningkatan komunikasi seorang perawat perlu
mendapat perhatian.
Ada beberapa hal yang terjadi factor kendala bagi klien dalam
menyampaikan, menerima dan memahami informasi yang diterimanya. Beberapa
hal yang menjadi kendala tersebut meliputi kemampuan berbahasa, ketajaman
panca indra kelemahan fungsi kognitif, gangguan structural dan kelumpuhan.
1. Kemampuan bahasa
2. Ketajaman pancaindera
3. Kelemahan fungsi kognitif
4. Gangguan structural
Kendala-kendala dalam proses komunikasi selain yang tersebut di
dalam uraian diatas meliputi beberapa hal sebagai berikut :
1. Kurangnya penggunaan sumber informasi yang tepat
2. Kurangnya perencanaan dalam berkomunikasi
3. Penampilan, sikap dan kecelakaan yang kurang tepat selama
komunikasi berlangsung
4. Kurangnya pengetahuan
5. Perbedaan presepsi
6. Perbedaan harapan
7. Komunikasi fisik dan mental
8. Kesalahan informasi
2. Perumusan Diagnosa
Diagnosa keperawatan yang tepat memerlukan sikap komunikatif perawat
dan sikap kooperatif klien.
1. Perencanaan
Pengembangan rencana tindaka keperawatan kepada klien diperlukan
interaksi dan komunikasi dengan klien. Hala ini untuk menentukan
alternative rencana keperawatan yang diterapkan.
2. Implementasi
Tahap implementasi merupakan resensi dari perencanaan yang telah
diterapkan terlebih dahulu. Aktifitas ini memerlukan keterampilan dalam
berkomunikasi dengan klien. Ada dua kategori umum pada aktivitas
perawat dalam berkomunikasi. Pertama, saat mendekati klien untuk
membantu memenuhi kebutuhan; kedua, pada saat klien mengalami
masalah psikologis.
Tindakan komunikasi pada saat mendekati klien meliputi:
Menunjukan raut wajah yang mencerminkan ketulusan agar tercipta
suasana saling percaya saat berkomunikasi
Kontak pandang yang menunjukkan perhatian dan kesungguhan
perawat
Berfokus pada klien
Bersikap terbuka untuk menumbuhkan keberanian klien dalam
mengikuti tindakan keperawatan yang dilakukan
Mendengarkan aktif dengan penuh perhatian untuk menghimpun
informasi dari klien. Perawat lebih banyak mendengarkan daripada
berbicara. Ini akan dapat menumbuhkan kepercayaan klien kepada
perawat.
Bersikap tenang selamaberada didepan pasien.
3. Evaluasi
3. Upaya Mengatasi Kendala dalam Kounikasi
1. Meningkatkan kesadaran diri
Kesadaran diri merupakan faktor penting untuk memperbaiki kekurangan
yang terjadi selama berlangsungnya komunikasi.
2. Melatih keterampilan antar pribadi
Kemampuan berkomunikasi yang baik, sistematis, dan sopan merupakan
modal penting yang harus dimiliki oleh seorang perawat dalam menjalin
komunikasi antar pribadi.
3. Meningkatkan pengetahuan tentang konsep
Untuk menghindari hambatan komunikasi ada dua hal yang perlu
diketahui oleh perawat. Selanjutnya, intervensi dapat diuraikan sebagai
berikut:
a. Intervensi Preskriptif
b. Intervensi Informative
c. Intervensi Konfrontatif
d. Intervensi Katartik
e. Intervensi Katalitik
f. Intervensi Suportif
4. Wawancara Keperawatan
Dalam proses keperawatan, wawancara merupakan suatu aktivitas yang
tidak terpisahkan dari profesi keperawatan.
Wawancara antara perawat dank lien dilakukan untuk memperoleh
informasi tentang kondisi pasien, membahas hasil pemeriksaan, merencanakan
tindakan yang akan dilakukan, dan mengevaluasi keberhasilan tindakan yang telah
dilakukan.
Informasi dan data perawat pada saat wawancara dapat diajdikan acuan
dalam rencana tindakan keperawatan lebih lanjut termasuk kunjungan rumah.
Wawancara dapat memperat hubungan antarpribadi dalam pelayanan
keperawatan.
1. Jenis Wawancara Keperawatan
Wawancara keperawatan digolongkan dalam dua jenis: (1) wawancara
untuk berbagi informasi, dan (2) wawancara terapeutik.
a. Wawancara untuk berbagi informasi
b. Wawancara admisi
c. Wawancara riwayat kesehatan
2. Wawancara Terapeutik
Dalam pelaksanaan wawancara terapeutik ditempuh dua pendekatan,
secara langsung langsung dan tidak langsung.
a. Wawancara langsung
Beberapa keuntungan wawancara langsung antara lain:
1. Memerlukan kecakapan professional dalam memberikan
pelayanan kesehatan sehingga klien mendapatkan pelayanan
berdasarkan latihan dan pengalaman professional.
2. Pendekatan langsung memberikan informasi yang khas dan
realistik tentang masalah yang terjadi, dan memberikan solusi
yang dapat dilakukan. Pendekatan ini dapat memperjelas
presepsi dan perasaan klien secara langsung.
3. Pendekatan ini lebih efektif daripada pendekatan secara tidak
langsung.
b. Wawancara tidak langsung
Wawancara tidak langsung banyak digunakan adalm psikoterapi.
Dalam hal ini perawat mengarahkan klien. Sebagai tenaga
professional, perawat memberikan dorongan tentang cara megatasi
permasalahan yang dihadapinya. Dengan mendengarkan secara
empatik pasien diharapkan dapat menjelaskan dengan leluasa
mengenai persoalan – persoalan yang dihadapi secara verbal.
5. Tahapan dalam Wawancara
Wawancara yang efektif dapat dilakukan dengan memperhatikan tahapan
yang meliputi persiapan, pembukaan, eksplorasi, dan terminasi.
1. Tahap persiapan
Tugas perawat yang harus diperhatikan pada tahap ini :
a. Merencanakan pertemuan pertama klien. Pada tahapan ini
perlu diketahui tindakan yang telah dilakukan kepada klien,
aktivitas klien, dan tempat pertemuan.
b. Memperhatikan kelebihan dan kekurangan diri. Klien
mempunyai berbagai permasalahan yang semuanya tidak
mudah ditangani oleh professional kesehatan. Misalnya:
kecanduan alcohol, keinginan melakukan aborsi, dan
sebagainya. Dalam kondisi yang demikian perawat perlu
persiapan terlebih dahulu sebelum bertemu dengan klien yang
menghadapi permasalahan berat. Persiapan dalam hal ini
memerlukan kesadaran akan kekurangan dan keunggulan atau
kelebihan yang ada pada diri perawat. Hal ini akan sangat
membantu bagi perawat atau tenaga medis untuk menolong
klien.
2. Tahap pembukaan
Tahap ini bermula ketika pertama kali perawat atau tenaga
kesehatan berkomunikasi dengan klien dalam memberikan
pertolongan.
Harapan klien yang besar pada tahap ini apabila tidak terwujud
dapat menurunkan kepercayaan klien kepada perawat atau tenaga
kesehatan. Pada tahap ini ada empat tugas yang harus diperhatikan
oleh perawat atau tenaga kesehatan:
a. Menjaga suasana terapeutik yang merupakan pengikat
kepercayaan dan perhatian klien kepada perawat.
b. Menjelaskan tujuan wawancara agar klien dapat berpartisipasi
dalam asuhan keperawatan dan menghindar kesalahan dalam
komunikasi.
c. Merumuskan ikatan dengan klien yang merupakan kesepakatan
kedua pihak dengan tujuan untuk mencapai partisipasi demi
tercapainya harapan kedua pihak selama berhubungan.
d. Menjaga tujuan bersama. Tujuan yang telah ditetapkan oleh
kedua pihak harus senantiasa dijaga agar tujuan wawancara
tercapai sesuai dengan tujuan.
3. Tahap eksplorasi
Tahap eksplorasi merupakan fase pengungkapan informasi oleh klien
setelah komunikasi antara klien dan perawat atau tenaga kesehatan
terjalin sehingga klien dapat memberikan informasi tentang
permasalahannya secara terbuka.
Dalam tahap