Upload
meilaa-arrdyan
View
344
Download
7
Embed Size (px)
Citation preview
Konsep Kebutuhan Dasar Manusia
Posted on April 17, 2011 by muzavipahlevi
Kebutuhan dasar manusia adalah unsure-unsur yang dibutuhkan manusian dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun fisiologis, yang tentunya untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan. Kebutuhan manisia menurut Abraham Maslow dalam Teori Hirarki Kebutuhan menyatakan bahwa setiap manusia memiliki lima kebituhan dasar yaitu kebutuhan fisiologis (makan dan minum), keamanan, cinta, harga diri, dan aktualisasi diri (Sumber: Potter And Patricia, 1997).
Ciri Kebutuhan Dasar Manusia
Manusia memiliki kebutuhan dasar yang bersifat heterogen. Setiap orang umumya memiliki kebutuhan dasar yang sama, akan tetapi terdapat perbedaan budaya, maka kebutuhan tersebutpun ikut bebbeda. Dalam memenuhi kebutuhannya, manusia menyesuaikan diri dengan prioritas yang ada. Lalu jika gagal memenuhi kebutuhannya makamanusia akan berfikir lebih keras dan bergerak untuk memenuhi kebutuhannya.
Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Dasar Manusi
Kebutuhan dasar manusia dipengaruhi oleh berbagai factor, diantaranya adalah :
Penyakit
Adanya penyakit dalam tubuh dapat menyebabkan perubahan pemenuhan kebutuhan, baik secara biologis maupun fisiologis, karena beberapa fungsi organ tubuh memerlukan pemenuhan kebutuhan lebih besar daripada biasanya.
Hubungan Keluarga
Hubungan keluarga yang baik dapat meningkatkanpemenuhan kebutuhan dasar karena adanya saling percaya, merasakan kesenangan hidup, tidak ada rsa curiga, dan lain-lain.
Konsep Diri
Konsep diri manusia memiliki peran dalam pemenuhan kebutuhan dasar. Konsep diri yang posotif dapat memberikan makna dan keutuhan (wholeness) bagi seseorang. Konsep diri yang sehat dapat memberikan perasaan positif terhadap diri sendiri. Orang yang merasa posituf terhadap dirinya akan mudah berubah, mudah mengenali kebutuhan dan mengembangkan cara hidup yag sehat, sehingga mudah memenuhi kebutuhan dasarnya.
Tahap Perkembangan.
Sejalan dengan meningkatnya usia, manusia mengalami perkembangan. setiap tahap perkembangan tersebut memiliki tingkat kebutuhan yang bebeda, baik kebutuhan biologis,
psikososial, social, maupun spiritual, mengingat fungsi organ tubuh juga mengalami proses kematangan dengan dengan aktivitas yang berbeda.
Pendapat Beberapa Ahli Tentang Konsep Kebituhan Dasar Manusia.
Virginia Handerson
Virginia Handerson membagi kebutuhan dasar manusia kedalam 14 komponen berikut :
1) Bernafas secara normal.
2) Makan dan minum yang cukup.
3) Eliminasi.
4) Bergerak dan memepertahan postur tubuh yang diinginkan.
5) Tudur dan istirahat.
6) Memilih pakaian yang tepat.
7) Mempertahankan suhu tubuh dalam kisaran normal dengan. menyesuaikan pakaian yang dikenakan dengan memodifikasi lingkungan.
8) Menjaga kebutuhan diri dan penampilan.
9) Berkomunikasi dengan orang lain dalam mengekspresikan emosi, kebutuhan, kakhawatiran dan opini.
10) Menghindari bahaya dari lingkungan dan dan menghindari membehayakan orang lain.
11) Beribadah sesuai dengan agama dan keyakinan.
12) Bekerja sedemikian rupa sebagai modal membiayai kebutuhan hidup.
13) Berpain atau berpartisipasi dalam berbagai bentuk rekreasi.
14) Belajar, menemkan, atau mamuaskan rasa ingn tahu yang mengarah pada perkembangan yang normal, kesehatan, dan penggunaan fasilitas kesehatanyang tersedia.
Jean Watson
Jean Watson membagi kebutuhan dasar manusia kedalam dua peringkat utama, yaitukebutuhan yang tingkatnya lebih rendah (lower order needs) dan kebutuhan yang tingkatnya lebih tinggi (higher order needs). Pemenuhan kebutuhan yang tingkatnya lebih rendah tidak selalu membantu
upaya kompleks mausia untuk mencapai aktualisasi diri. Tiap kebituhan dipandang dalam konteksnya terhadap kebutuhan lain, dan semuanya dianggap penting.
Gambar:
Hierarki Kebutuhan Dasar Manusia Menurut Jean Watson
Abraham Maslow
Dikenal dengan nama Teori Hierarki Kebutuhan Dasar Manusia:
1) Kebutuha Fisiologis.
Adalah kebutuhan paling dasar, yaitu kebutuhan oksigen, cairan dan elektrolit, nutrisi, keseimbangan suhu tubuh, eliminasi, tempat tinggal, istirahat dan tidur serta kebutuhan seksual.
2) Kebutuhan rasa aman dn perlindungan.
Dibagi menjadi 2 yakni fisik dan psikologis:
Fisik: meliputi perlindungan atas ancaman terhadap tubuh atau hidup seperti penyakit, kecelakaan, bahaya lingkungan, dan sebagainya.
Psikologis: perlindungan atas ancaman dari pengalaman yang baru dan asing seperti kekhawatiran seorang anak ketika masuk sekolah untuk pertama kali karena merasa terancam oleh keharusan untuk berinteraksi dengan orang lain.
3) Kebuthan rasa cinta serta rasa memiliki dan dimiliki.
Member dan menerima kasih saying, mendapatkan kehangatan keluarga, memiliki sahabat, diterima oleh kelompok social, dan sebagainya.
4) Kebutuhan akan harga diri
Kebutuhan ini terkait dengan keinginan untukmendapatkan kekuatan, meraih prestasi, kepercayaan diri dan kemerdekaan diri. Selain itu, orang juga memerlukan pengakuan dari orang lain.
5) Kebutuhan aktualisasi diri.
Merupakan kebutuhan tertinggi dalam Hierarku Maslow, merupakan kebutuhan untuk berkontribusi pada orang lain/lingkungan serta mencapaipotensi diri sepenuhnya.
Gambar :
Kebutuhan Dasar Manusia Menurut Abraham Maslow
BAB I
PENDAHULUAN
Personal hygiene adalah upaya yang dilakukan dalam upaya memelihara kebersihan dan
kesehatan dirinya baik secara fisik maupun mental. Berpenampilan bersih darum dan rapih
merupakan dimensi yang sangat penting dalam mengukur tingkat kesejahteraan individu secara
umum. Menurut Roper (2002), aktivitas ini dikembangkan menjadi rutinitas guna memberikan
perasaan stabil dan aman pada diri individu. Tingkat kebersihan sendiri dinilai dari penampilan
individu dan upayanya dalam menjaga kebersihan dan kerapian tubuhnya setiap hari. Hal ini
sangat penting mengingat kebersihan merupakan kebutuhan dasar utama yang dapat
mempengaruhi status kesehatan dan kondisi psikologis secara umum.
Perilaku kebersihan diri dapat dipengaruhi oleh nilai serta kebiasaan yang dianut
individu, disamping faktor budaya,social, norma keluarga,tingkat pendidikan, status ekonomi,
dan lain sebaganya. Adanya masalah dalam kebersihan diri akan berdampak pada kesehatan
seseorang. Saat seseorang sakit salah satu penyebabnya adalah kebersihan diri yang kurang. Ini
harus menjadi perhatian kita bersama, sebab kebarsihan merupakan faktor penting dalam
mempertahankan derajat kesehatan individu (Taylor 1989). Sebagai contoh, adanya perubahan
pada kulit dapat menimbulkan berbagai ganguan fisik dan psikologis. Ganguan fisik yang terjadi
dapat mengakibatkan perubahan konsep diri. Sedangkan gangguan psikologis terjadi karena
kondisi tersebut mungkin mengurangi keindahan penampilan dan reaksi emosional (Doenges
dkk).peran perawat dalam hal ini sangat dibutuhkan guna meningkatkan personal hygiene
individu melalui kegiatan penyuluhan dan meningkatkan pengetahuan tentang upaya kebersihan
diri melalui penerapan prinsip hidup bersih dan sehat.
BAB II
ISI
1. Konsep Personal Hygiene
Dalam kehidupan sehari-hari kebersihan merupakan hal yang sangat penting dan harus
diperhatikan karena kebersihan akan mempengaruhi kesehatan dan psikis seseorang. Kebersihan
itu sendiri dangat dipengaruhi oleh nilai individu dan kebiasaan. Hal-hal yang sangat
berpengaruh itu di antaranya kebudayaan , sosial, keluarga, pendidikan, persepsi seseorang
terhadap kesehatan, serta tingkat perkembangan.
Jika seseorang sakit, biasanya masalah kebersihan kurang diperhatikan. Hal ini terjadi
karena kita menganggap masalah kebersihan adalah masalah sepele, padahal jika hal tersebut
dibiarkan terus dapat mempengaruhi kesehatan secara umum.
Personal Hygiene berasal dari bahasa Yunani yaitu personal yang artinya perorangan dan
hygiene berarti sehat. Kebersihan seseoang adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan
dan kesehatan seseoran untuk kesejahteraan fisik dan psikis.
2. Fisiologi Kulit
Sistem integumen terdiri atas kulit, lapisan subkutan di bawah kulit dan pelengkapnya, seperti
kelenjar dan kuku. Kulit terdiri atas 2 lapisan yaitu lapisan epidermis yang terdapat pada bagian
atas yang banyak mengandung sel-sel epitel. Sel-sel epitel ini mudah sekali mengalami
regeneras. Lapisan ini tidak mengandung pembuluh darah.
Lapisan kedua adalah lapisan dermis yang terdiri atas jaringan otot, saraf folikel rambut dan
kelenjar. Pada kulit terdapat 2 kelenjar : pertama kelnejar sebasea yang menghasilkan minyak
yang disebut sebun yang berfungsi meminyaki kulit dan rambut. Kedua, kelenjar serumen yang
terdapat dalam telingga yang berfungsi sebagai pelumas dan berwarna cokelat.
Fungsi Kulit :
1. Proteksi tubuh
2. Pengaturan temperatur tubuh
3. Pengeluaran pembuangan air
4. Sensasi dari stimulus lingkungan
5. Membantu keseimbangan carian da eletrolit
6. Memproduksi dan mengabsorpsi vitamin D
3. Tujuan Personal Hygiene
1. Meningkatkan derajat kesehatan seseorang
2. Memelihara kebersihan diri seseorang
3. Memperbaiki personal hyiene yang kurang
4. Mencagah penyakit
5. Menciptakan keindahan
6. Meningkatkan rasa percaya diri
4. Macam-macam Personal Hygiene
1. Perawatan kulit kepala dan rambut
Cara-cara merawat kulit kepala dan rambut:
Cuci rambut 1-2 kali seminggu dengan memakai sampo yang cocok
Pangkas rambut agar terlihat rapi
Gunakan sisir yang bergerigi besar untuk merapikan rambut keriting dan olesi rambut dengan
minyak
Jangan menggunakan sisir yang bergerigi tajam karena bisa melikai kulit kepala
Pijat kulit kepala pada saat mencuci rambut untuk merangsang pertumbuhan rambut
Pada jenis rambut ikal dan keriting, sisir rambut mulai dari bagian ujung sampai ke pangkal
dengan pelan dan hati-hati
2. Perawatan mata
Cara-cara merawat mata:
Usaplah kotoran mata dari sudut mata bagian dalam hingga sudut mata bagian luar
Saat mengusap mata, gunakan kain yang paling bersih dan lembut
Lindungi mata dari kemasukan debu dan kotoran
Bila menggunakan kacamata hendaklah selalu dipakai
Bila mata sakit cepat periksa ke dokter
3. Perawatan hidung
Cara-cara merawat hidung
Jaga agar lubang hidung tidak kemasukan air dan benda kecil
Jangan biarkan benda kecil masuk kelubang hidung, sebab nantinya akan menyumbat saluran
nafas serta menyebabkan luka pada membran mukosa
Sewaktu mengeluarkan debu dari lubang hidung, hembuskan secara perlahan dengan
membiarkan kedua lubang hidung tetap terbuka
Jangan mengeluarkan kotoran dari lubang hidung dengan menggunakan jari karena dapat
mengiritasi mukosa hidung
4. Perawatan telingga
Cara-cara merawat telinga
Bila ada kotoran yang mrnyumbat telinga, keluarkan secara pelan dengan menggunakan
penyedot telinga
Bila menggunakan air yang disemprotkan, lakukan dengan hati-hati agar tidak menimbulkan
kerusakan telinga akibat tekanan air yang terlalu tinggi
Aliran air yang masuk hendaknya diarahkan kesaluran telinga dan bukan langsung ke gendang
telinga
Jangan menggunakan peniti atau jepit rambut untuk membersihkan kotoran telinga karena dapat
menusuk gendang telinga
5. Perawatan kuku kaki dan tangan
Cara-cara merawat kuku
Kuku jari tangan dapat dipotong dengan pengikir atau memotongnya dalam betukk oval atau
menikuti bentuk jari. Sedangkan kuku kaki dipotong dalam bentuk lurus
Jangan memotong kuku terlalu pendek karena dapat melukai kulit disekitar kuku
Jangan membersihkan kotoran dibalik kuku dengan benda tajam, sebab akan merusak jaringan
dibawah kuku
Potong kuku seminggu sekali atau sesuai kebutuhan
Khusus untuk jari kaki, sebaiknya kuku dipotong segera setelah mandi atau direndam dengan air
hangat terlebih dahulu
Jangan menggigiti kuku karena dapat merusak jaringan kuku
6. Perawatan genetalia
Cara-cara merawat genitalia
Membersihkan area genitalia eksterna pada saat mandi (wanita)
Perawatan yang sama dilakukan saat mandi terutama pada mereka yang belum disirkumsisi
(pria)
7. Perawatan gigi dan mulut
Cara-cara merawat gigi dan mulut
Tidak makan makanan yang terlalu manis dan asam
Tidak menggunakan gigi untuk menggigit atau mencongkel benda keras
Menghindari kecelakaan seperti jatuh yang dapat menyebabkan gigi patah
Menyikat gigi sesudah makan dan khususnya sebelum tidur
Meletakkan sikat gigi pada sudut 450 dipertemuan antara gigi dan gusi dan sikat menghadap
kearah yang sama dengan gusi
Menyikat gigi dari atas kebawah dan seterusnya
Memeriksakan gigi secara teratur setiap enam bulan
8. Perawatan tubuh secara keseluruhan
Cara-cara merawat tubuh secara keseluruhan:
Biasakan mandi dua kali sehari atau setelah beraktivitas
Gunakan sabun yang tidak bersifat iritatif
Sabuni seluruh tubuh terutama lipatan-lipatan kulit, sela-sela jari, ketiak, belakang telinga dll.
Jangan gunakan sabun mandi untuk wajah
Segera keringkan tubuh dengan handuk yang lembut dari wajah, tangan, badan hingga kaki
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Personal Hygiene
1. Body image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya karena
adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli terhadap kebersihannya.
2. Praktik sosial
Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan terjadi perubahan
pola Personal Hygiene
3. Status sosial-ekonomi
Personal Hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, sampo, alat
mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya
4. Pengetahuan
Pengetahuan Personal Hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat
meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita DM ia harus menjaga kebersihan
kakinya.
5. Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu maka tidak boleh dimandikan.
6. Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan seseorang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan dirinya seperti
penggunaan sabun, sampo, dan lain-lain.
7. Kondisi fisik
Pada keadaan sakit tertentu kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk
melakukannya.
6. Dampak yang Sering Timbul pada Masalah Personal Hyiene
Dampak Fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya kebersihan
perorangan dengan baik. Gangguan fisik yang sering terjadi adalah gangguan integritas kulit,
gangguan membrane mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga, dan gangguan fisik pada
kuku.
Dampak Psikososial
Masalah social yang berhubungan dengan Personal Hygiene adalah gangguan kebutuhan rasa
nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan
interaksi sosial.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Personal hygiene adalah uapaya yang dilakukan dalam upaya memelihara kebersihan dan
kesehatan dirinya baik secara fisik maupun mental. Berpenampilan bersih darum dan rapih
merupakan dimensi yang sangat penting dalam mengukur tingkat kesejahteraan individu secara
umum. Perilaku kebersihan diri dapat dipengaruhi oleh nilai serta kebiasaan yang dianut
individu, disamping faktor budaya,social, norma keluarga,tingkat pendidikan, status ekonomi,
dan lain sebaganya. Adanya masalah dalam kebersihan diri akan berdampak pada kesehatan
seseorang. Jika seseorang sakit, biasanya masalah kebersihan kurang diperhatikan. Hal ini terjadi
karena kita menganggap masalah kebersihan adalah masalah sepele, padahal jika hal tersebut
dibiarkan terus dapat mempengaruhi kesehatan secara umum.
B. Saran
Bagi para pembaca, masalah kebersihan adalah hal yang sangat penting dan jangan
menganggap masalah kebersihan adalah masalah sepele, karena Jika seseorang sakit, biasanya
masalah kebersihan kurang diperhatikan.
DAFTAR PUSTAKA
Adam, S. (1994). Higiene Perseorangan. Jakarta: Bharata Karya Aksara
Mubarak, Wahid Iqbal dkk. (2007). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia Teori dan Aplikasi
Dalam Praktik. Gersik: Buku EGC
Konsep Nyeri Terbit Artikel Pada Jun 15, 2012 8 komentar
Konsep Nyeri. Nyeri adalah perasaan tidak nyaman, baik ringan maupun berat. Nyeri ini hanya dapat dirasakan oleh individu tersebut tanpa dapat dirasakan oleh orang lain, serta mencakup pola fikir, aktifitas seseorang secara langsung, dan juga perubahan hidup seseorang. Nyeri merupakan tanda dan gejala penting yang dapat menunjukkan telah terjadinya gangguan secara fisiologikal. Demikian sedikit pengertian dan konsep nyeri. Untuk kali ini Blog Keperawatan akan mencoba berbagi sedikit mengenai konsep nyeri ini dan semoga bisa memberikan manfaat.
Ada juga pengertian nyeri dari beberapa ahli diantaranya yaitu :
Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual dan potensial (Brunner & Suddarth, 2002)
Nyeri adalah sensasi ketidaknyamanan yang dimanisfestasikan sebagai penderitaan yang diakibatkan oleh persepsi jiwa yang nyata, ancaman dan fantasi luka (Kozier dan Erb, 1983)
Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang berhubungan dengan kerusakan jaringan atau potensial menyebabkan kerusakan jaringan (Perry & Potter, 2005)
Selanjutnya kita melangkah kepada penyebab dari nyeri. Penyebab nyeri diantaranya yaitu :1. Trauma. Trauma ini juga terbagi menjadi beberapa macam. Penyebab trauma ini terbagi menjadi :
1. Mekanik. Rasa nyeri yang diakibatkan oleh mekanik ini timbul akibat ujung-ujung saraf bebas mengalami kerusakan. Contoh dari nyeri akibat trauma mekanik ini adalah akibat adanya benturan, gesekan, luka dan lain-lain.
2. Thermis. Nyeri karena hal ini timbul karena ujung saraf reseptor mendapat rangsangan akibat panas, dingin, misal karena api dan air.
3. Khemis. Nyeri yang ditimbulkan karena adanya kontak dengan zat kimia yang bersifat asam atau pun basa kuat.
4. Elektrik. Nyeri yang ditimbulkan karena adanya pengaruh aliran listrik yang kuat mengenai reseptor rasa nyeri yang menimbulkan kekejangan otot dan luka bakar.
2. Neoplasma. Neoplasma ini juga terbagi menjadi dua yaitu : Neoplasma Jinak. Neoplasma Ganas.
3. Gangguan sirkulasi darah dan kelainan pembuluh darah. Hal ini dapat dicontohkan pada pasien dengan infark miokard akut atau pun angina pektoris yang dirasakan adalah adanya nyeri dada yang khas.
4. Peradangan. Nyeri yang diakibatkan karena adanya kerusakan ujung-ujung saraf reseptor akibat adanya peradangan atau terjepit oleh pembengkakan. Contohnya adalah nyeri karena abses.5. Trauma psikologis.
Setelah kita mengetahui akan penyebab dari nyeri pada konsep nyeri ini maka selanjutnya kita melangkah kepada klasifikasi nyeri.Klasifikasi nyeri dibedakan menjadi : 1. Menurut Tempat Nyeri.
1. Periferal Pain. Periferal pain ini terbagi menjadi 3 yaitu nyeri permukaan (superfisial pain), nyeri dalam (deep pain), nyeri alihan (reffered pain). Nyeri alihan ini maksudnya adalah nyeri yang dirasakan pada area yang bukan merupakan sumber nyerinya.
2. Central Pain. Nyeri ini terjadi karena perangsangan pada susunan saraf pusat, spinal cord, batang otak.
3. Psychogenic Pain. Nyeri ini dirasakan tanpa adanya penyebab organik, tetapi akibat dari trauma psikologis.
4. Phantom Pain. Phantom Pain ini merupakan perasaan pada bagian tubuh yang sudah tak ada lagi, contohnya pada amputasi. Phantom pain timbul akibat dari stimulasi dendrit yang berat dibandingkan dengan stimulasi reseptor biasanya. Oleh karena itu, orang tersebut akan merasa nyeri pada area yang telah diangkat.
5. Radiating Pain. Nyeri yang dirasakan pada sumbernya yang meluas ke jaringan sekitar.
2. Menurut Sifat Nyeri. Insidentil. Yaitu sifat nyeri yang timbul sewaktu-waktu dan kemudian menghilang. Steady. Yaitu sifat nyeri yang timbul menetap dan dirasakan dalam waktu yang lama.
Paroxysmal. Yaitu nyeri yang dirasakan berintensitas tinggi dan kuat sekali dan biasanya menetap selama 10 – 15 menit, lalu menghilang dan kemudian timbul kembali.
Intractable Pain. Yaitu sifat nyeri yang resisten dengan diobati atau dikurangi. Contoh pada arthritis, pemberian analgetik narkotik merupakan kontraindikasi akibat dari lamanya penyakit yang dapat mengakibatkan kecanduan.
3. Menurut Berat Ringannya Nyeri.1. Nyeri Ringan yaitu nyeri yang berada dalam intensitas yang rendah.2. Nyeri Sedang yaitu nyeri yang menimbulkan suatu reaksi fisiologis dan juga reaksi psikologis.
3. Nyeri Berat yaitu nyeri yang berada dalam intensitas yang tinggi.
4. Menurut Waktu Serangan.1. Nyeri Akut. Nyeri akut biasanya berlangsung singkat, misalnya nyeri pada fraktur. Klien yang
mengalami nyeri akut pada umumnya akan menunjukkan gejala-gejala antara lain : respirasi meningkat, Denyut jantung dan Tekanan darah meningkat, dan pallor.
2. Nyeri Kronis. Nyeri kronis berkembang lebih lambat dan terjadi dalam waktu lebih lama dan pada umumnya penderita sering sulit mengingat sejak kapan nyeri mulai dirasakan.
Selanjutnya melangkah pada patofisiologi nyeri. Patofisiologi nyeri ini dapat digambarkan sebagai berikut :Reseptor nyeri disebut nosiseptor. Nosiseptor mencakup ujung-ujung saraf bebas yang berespon terhadap berbagai rangsangan termasuk tekanan mekanis, deformasi, suhu yang ekstrim, dan berbagai bahan kimia. Pada rangsangan yang intensif, reseptor-reseptor lain misalnya badan Pacini dan Meissner juga mengirim informasi yang dipersepsikan sebagai nyeri. Zat-zat kimia yang memperparah nyeri antara lain adalah histamin, bradikini, serotonin, beberapa prostaglandin, ion kalium, dan ion hydrogen. Masing-masing zat tersebut tertimbun di tempat cedera, hipoksia, atau kematian sel. Nyeri cepat (fast pain) disalurkan ke korda spinalis oleh serat A delta, nyeri lambat (slow pain) disalurkan ke korda spinalis oleh serat C lambat.
Serat-serat C tampak mengeluarkan neurotransmitter substansi P sewaktu bersinaps di korda spinalis. Setelah di korda spinalis, sebagian besar serat nyeri bersinaps di neuron-neuron tanduk dorsal dari segmen. Namun, sebagian serat berjalan ke atas atau ke bawah beberapa segmen di korda spinalis sebelum bersinaps. Setelah mengaktifkan sel-sel di korda spinalis, informasi mengenai rangsangan nyeri diikirim oleh satu dari dua jaras ke otak- traktus neospinotalamikus atau traktus paleospinotalamikus (Corwin, 2000 : 225).
Informasi yang di bawa ke korda spinalis dalam serat-serat A delta di salurkan ke otak melalui serat-serat traktus neospinotalamikus. Sebagian dari serat tersebut berakhir di reticular activating system dan menyiagakan individu terhadap adanya nyeri, tetapi sebagian besar berjalan ke thalamus. Dari thalamus, sinyal-sinyal dikirim ke korteks sensorik somatic tempat lokasi nyeri ditentukan dengan pasti (Corwin, 2000 : 225).
Informasi yang dibawa ke korda spinalis oleh serat-serat C, dan sebagian oleh serat A delta, disalurkan ke otak melalui serat-serat traktus paleospinotalamikus. Serat-serat ini berjalan ke daerah reticular dibatang otak, dan ke daerah di mesensefalon yang disebut daerah grisea periakuaduktus. Serat- serat paleospinotalamikus yang berjalan melalui daerah reticular berlanjut untuk mengaktifkan hipotalamus dan system limbik. Nyeri yang di bawa dalam traktus paleospinotalamik memiliki lokalisasi yang difus dan berperan menyebabkan distress emosi yang berkaitan dengan nyeri (Corwin, 2000 : 225).http://askep-net.blogspot.com/2012/06/konsep-nyeri.html
KONSEP DASAR INFEKSI
INFEKSI
KONSEP DASAR INFEKSI
a.Pengertian Infeksi
Infeksi adalah prosesinvasif oleh mikroorganismedan berpoliferasi di dalam tubuh yang
menyebabkan sakit (Potter & Perry, 2005).
Infeksi adalah invasi tubuh oleh mikroorganisme dan berproliferasi dalam jaringan tubuh. (Kozier, et
al, 1995).
Dalam Kamus Keperawatan disebutkan bahwa infeksi adalah invasi dan multiplikasi
mikroorganisme dalam jaringan tubuh, khususnya yang menimbulkan cedera seluler setempat akibat
metabolisme kompetitif, toksin, replikasi intraseluler atau reaksi antigen-antibodi. Munculnya infeksi
dipengaruhi oleh beberapa faktor yang saling berkaitan dalam rantai infeksi. Adanya patogen tidak berarti
bahwa infeksi akan terjadi.
Menurut Utama 2006, Infeksi adalah adanya suatu organisme pada jaringan atau cairan tubuh
yang disertai suatu gejala klinis baik lokal maupun sistemik. Infeksi yang muncul selama seseorang
tersebut dirawat di rumah sakit dan mulai menunjukkan suatu gejala selama seseorang itu dirawat atau
setelah selesai dirawat disebut infeksi nosokomial. Secara umum, pasien yang masuk rumah sakit dan
menunjukkan tanda infeksi yang kurang dari 72 jam menunjukkan bahwa masa inkubasi penyakit telah
terjadi sebelum pasien masuk rumah sakit, dan infeksi yang baru menunjukkan gejala setelah 72 jam
pasien berada dirumah sakit baru disebut infeksi nosokomial.
Infeksi nosokomial ini dapat berasal dari dalam tubuh penderita maupun luar tubuh. Infeksi
endogen disebabkan oleh mikroorganisme yang semula memang sudah ada didalam tubuh dan
berpindah ke tempat baru yang kita sebut dengan self infection atau auto infection, sementara infeksi
eksogen (cross infection) disebabkan oleh mikroorganisme yang berasal dari rumah sakit dan dari satu
pasien ke pasien lainnya.
b.Rantai Infeksi
Menurut Perry Potter, 2005 proses terjadinya infeksi seperti rantai yang saling terkait antar
berbagai faktor yang mempengaruhi, yaitu agen infeksi, reservoir, portal of exit, cara penularan, portal of
entry dan host/ pejamu yang rentan.
Gambar 2.1. Rantai Proses Terjadinya Infeksi
Perry Potter (2
1)Agen Infeksi
Mikroorganisme yang termasuk dalam agen infeksi antara lain bakteri, virus, jamur dan protozoa.
Mikroorganisme di kulit bisa merupakan flora transient maupun resident. Organisme ini siap ditularkan,
kecualidihilangkan dengan cuci tangan. Organisme residen tidak dengan mudah bisa dihilangkan melalui
cuci tangan dengan sabun dan deterjen biasa kecuali bila gosokan dilakukan dengan seksama.
Menurut Utama 2006 menyampaikan bahwa pasien akan terpapar berbagai macam
mikroorganisme selama ia rawat di rumah sakit. Kontak antara pasien dan berbagai macam
mikroorganisme ini tidak selalu menimbulkan gejala klinis karena banyaknya faktor lain yang dapat
menyebabkan terjadinya infeksi nosokomial. Kemungkinan terjadinya infeksi tergantung pada :
i)karakteristik mikroorganisme.
ii)resistensi terhadap zat-zat antibiotika.
iii)tingkat virulensi
iv)dan banyaknya materi infeksius.
Penyebab infeksi dibagi menjadi 4 kategori, yaitu:
i) Bakteri
Bakteri merupakan penyebab terbanyak dari infeksi. menurut Utama 2006, Bakteri dapat ditemukan
sebagai flora normal dalam tubuh manusia yang sehat. Keberadaan bakteri disini sangat penting dalam
melindungi tubuh dari datangnya bakteri patogen. Tetapi pada beberapa kasus dapat menyebabkan
infeksi jika manusia tersebut mempunyai toleransi yang rendah terhadap mikroorganisme.
Bakteri patogen lebih berbahaya dan menyebabkan infeksi baik secara sporadik maupun endemik.
Contohnya :
(a) Anaerobik Gram-positif, Clostridium yang dapat menyebabkan gangren.
(b) Bakteri gram-positif: Staphylococcus aureus yang menjadi parasit di kulit dan hidung dapat menyebabkan
gangguan pada paru, pulang, jantung dan infeksi pembuluh darah serta seringkali telah resisten terhadap
antibiotika.
(c) Bakteri gram negatif: Enterobacteriacae, contohnya Escherichia coli, Proteus, Klebsiella, Enterobacter.
Pseudomonas sering sekali ditemukan di air dan penampungan air yang menyebabkan infeksi di saluran
pencernaan dan pasien yang dirawat. Bakteri gram negatif ini bertanggung jawab sekitar setengah dari
semua infeksi di rumah sakit.
(d) Serratia marcescens, dapat menyebabkan infeksi serius pada luka bekas jahitan, paru, dan peritoneum.
http://nurlinazainuddin.blogspot.com/2011/01/konsep-dasar-infeksi.html
\
TANDA-TANDA VITAL (Vital Sign)
Pegertian
Tanda-tanda vital/vital sign merupakan indikator dari status kesehatan (menandakan keefektifan
sirkulasi, respirasi, fungsi neural & endokrin tubuh). Pengukuran TTV memberikan data dasar
untuk mengetahui respon terhadap stress fisiologi / psikologi, respon terapi medis &
keperawatan, perubahan fisiologis. Hal ini sangat penting sehingga disebut TANDA VITAL.
Waktu dilakukannya pemeriksaan TTV ;
Saat klien masuk ke fasilitas kesehatan
Di RS / fasilitas kesehatan dengan jadwal rutin sesuai program
Sebelum dan sesudah prosedur bedah
Sebelum dan sesudah prosedur diagnostik invasif
Sebelum dan sesudah pemberian pengobatan yang mpengaruhi karvas, respirasi & fungsi kontrol
suhu
Saat KU klien berubah
Sebelum dan sesudah intervensi keperawatan yang pengaruhi TTV
Saat klien melaporkan adanya distress fisik non spesifik
Empat komponen TTV;
Suhu tubuh
Denyut nadi
Respirasi
Tekanan dara
Tujuan dilakukan TTV:
Mengetahui data obyektif
Menget KU klien
Menget perkembangan penyakit klien
Membntu menentukan diagnosa & intervensi keperawatan
TEKANAN DARAH
Tekanan darah merupakan kekuatan lateral pada dinding arteri oleh darah yang didorong
dengan tekanan dari jantung. Aliran darah mengalir pada sistem sirkulasi karena perubahan
tekanan.
Sistole Kontraksi jantung mendorong drh dg tekanan tinggi. DiastoleTekanan minimal yg
mendesak dinding arteri setiap wktu
Faktor yang bertanggung jawab terhadap Tekanan Darah.
*Tahanan perifer: Pada dilatasi pembuluh darah & tahanan turun ,TD akan turun
*Volume darah ; Bila volume meningkat , TD akan meningkat
*Viskositas darah. Semakin kental darah akan meningkatkan TD
*Elastisitas dinding pembuluh darah : penurunan elastisitas pembuluh darah akan meningkatkan
TD
TD abnormal
~Hipertensi : Tekanan systole >130mmHg,diastole >90mmHg
~Hipotensi: Tekanan sistole <90>
~Hipotensi ortostatik postural: penurunan TD saat bergerak dari posisi duduk ke berdiri disertai
pusing,berkunang-kunang sampai pingsan.
Usia mmHg
1 BBL 40(rerata)
2 1bln 85/54
3 1th 95/65
4 6 th 105/65
5 10-13 th 110/65
6 14-17 th 120/70
7 Dewasa tengah 120/80
8 Lansia 140/90
(fundamental keperawatan , edisi4, vol 1)
NADI
Nadi adalah sensasi aliran darah yang menonjol dan dapat diraba diberbagai tempat pada
tubuh. Nadi merupakan salah satu indikator status sirkulasi. Nadi diatur oleh sistem saraf
otonom.
*Saraf simpatik:me nadi
*Saraf parasimoatik:me nadi
Faktor yang mempengaruhi nadi:
~Latihan fisik
Latihan akan meningkatkan RR.
~Suhu
Suhu meningkat maka nadi akan meningkat.
~Emosi
Nyeri akut dan ansietas meningkatkan stimulasi simpatik,mempengaruhi
frekuensi jantung.
~Obat2an
Obat kronotopik positif (epineprin akan meningkatkan nadi).
~Peradarahan
Kehilangan darah akan meningkatkan stimulasi simpatik sehingga
meningkatkan nadi.
~Perubahan postur tubuh
Dari berbaring ke duduk kemudian berdiri akan meningkatkan nadi.
~Gangguan paru
Penyakit mengakibatkan oksigenasi buruk sehingga nadi meningkat.
Frekuensi jantung normal
Usia Denyut/mnt
.Bayi 120-160/mnt
.Todler 90-140/mnt
.Prasekolah 80-110/mnt
.Usia sekolah 75-100/mnt
.Remaja 60-90/mnt
.Dewasa 60-100/mnt
(fundamental keprwtn,edisi4,vol 1)
KARAKTER NADI
Frekuensi
1. Takikardi: Frekuensi > 100x/mnt
2. Bradikardi: Frekuensi <>
Iramanormal : interval egular setiap denyut nadi
Kekuatan / amplitude kualitas nadi
~0: Tidak teraba
~+1: Lemah,dapat dirasakan dengan penekanan yang kuat
~+2: Normal, mudah dipalpasi
~+3: Mudah dipalpasi , kuat
Kesamaan bandingkan secara kanan & kiri kec nadi karotis
Tempat Pengukuran Nadi:
*Arteri temporal *Arteri radialis
*Arteri karotis *Arteri ulnalis
*Arteri apical *Arteri femoral
*Arteri brakhialis *Arteri popliteal
*Arteri tibia posterior *Arteri dorsalis pedis
PERNAFASAN
Pernafasan adalah mekanisme tubuh menggunakan pertukaran udara antara atmosfir
dengan darah serta darah dengan sel.
Mekanisme pernafasan meliputi:
*Ventilasi yaitu pergerakan udara masuk ke luar paru
*Difusi yaitu pertukaran O2 & CO2 antara alveoli & sel darah merah
*Perfusi yaitu distribusi oleh sel drh merah ke dan dari kapiler darah
Kontrol Fisiologis :
Pusat pengaturan batang otak
Ventilasi diatur oleh kadar O2 & CO2 serta ion hidrogen dalam darah
Peningkatan PCO2 berakibat sistem kontrol pernafasan di otak meningkatkan frekuensi dan
kedalaman.
Faktor yang mempengaruhi pernafasan:
Olahraga meningkatkan RR
Nyeri akut dan kecemasan (meningkatkan RR)
Anemia (meningkatkan RR)
Posisi tubuh (postur tubuh yang lurus dan tegak meningkatkan ekspansi paru
Medikasi ( analgetik narkotik dan sedatif meningkatkan RR)
Cedera batang otak (meningkatkan RR)
Hal yang perlu diperhatikan dalam pengkajian pernafasan:
Frekuensi pernafasan
Kedalaman pernafasan
Irama pernafasan
Difusi dan perfusi
Frekuensi pernafasan :
Usia Frek/mnt
~BBL 35-40
~Bayi 30-50
~Todler 25-32
~Anak2 20-30
~Remaja 16-19
~Dewasa 12-20
(Fundamental keperawatan .edisi 4, vol 1)
Gangguan dalam pola nafas:
Bradipneu: Nafas teratur ,lambat secara tidak normal ( pernafasan kurang dari 12x/menit).
Takipneu: Nafas teratur,cepat secara tidak normal (pernafasan lebih dari 20x/menit).
Hiperneu: Nafas sulit,dalam ,lebih dari 20x/menit
Apneu: Nafas berhenti untuk beberapa detik
Hiperventilasi: Frekeunsi dan kedalaman nafas meningkat
Hipoventilasi: Frekuensi nafas abnormal dalam kecepatan dan kedalaman
Pernaf Cheyne stokes: Frekuensi dan kedalamn nafas tidak teratur ditandai dengan periode apneu
dan hiperventilasi yang berubah
Pernaf Kusmaul: pernafasan dalam secara tidak normal dalam frekuensi meningkat
Pernaf Bio: Nafas dangkal secara tidak normal diikuti oleh periode apneu yang tidak teratur.
Faktor yang memepengaruhi TD:
»Usia TD orang dewasa cenderung meningkat seiring pertambahan usia
»Stress meningkatkan TD
»Ras dipengaruhi oleh kebiasaan, genetic dan linkungan
»Medikasi analgesik narkotik dapat meningkatakan TD
»Variasi diurnal TD berubah-ubah spanjang hari, biasanya rendah pada pagi
hari
»Jenis kelamin secara klinis tidak perbedaan yang signifikan ,setelah pubertas pria lebih tinggi
setelah menopause maka wanita lebih tinggi.
SUHU TUBUH
Suhu tubuh Merupakan perbedaan antara jumlah panas yang diproduksi oleh proses tubuh
dan jumlah panas yang hilang ke lingkungan. Pusat pengaturan suhu tubuh adalahl hipotalamus
(bekerja sbg termostat).
4 cara produksi panas :
1. Metabolisme tubuh:merupakan serangkaian reaksi kimia untuk menghasilkan energi (panas).
2. Sekresi hormon tyroid: meningkatan metabolisme dalam pemecahan glukosa dan lemak.
3. Kerja otot: latihan akan meningkatkan metabolisme.
4. Rangsangan pd sistem saraf : saat gula darah turun terjadi rangsangan pada saraf simpatik yang
kemudian akan terjadi sekresi epineprin dan non epineprin yang akan meningkatkan suhu tubuh.
Pengeluaran Panas
-Radiasi.
Perpindahan panas dari permukaan satu obyek ke permukaan obyek lain tanpa keduanya
bersentuhan.
- Konduksi.
Perpindahan panas dari satu obyek ke obyek lainnya dg kontak langsung.
- Konveksi.
Perpindahan panas karena pergerakan udara.
- Evaporasi.
Perpindahan energi panas ketika cairan tbh mjd gas
(Kulit merupakan tempat utama pengeluaran panas)
Faktor yang mempengaruhi suhu tubuh :
Usia: pengaturan suhu tubuh tidak stabil sampai pubertas, lansia sangat sensitif terhadap suhu yang
ekstrim
Olahraga: meningkatkan produksi panas
Kadar hormon: wanita mengalami fruktuasi suhu tubuh yang lebih besar dari pria
Lingkungan
Irama sikardian: suhu tubuh secara normal berubah secara normal 0,5 drjt selama 24 jam, titik
terendah pada pukul 1-4 dini hari
Rentang Normal.
Rentang normal suhu 36-38°C
Tergantung tempat pengukuran suhu:
≠ Oral rata237°C
≠ Rektal rata237,5°C
≠ Aksila rata236,5°C
Tempat pengukuran suhu:
~Suhu inti:
Rektum
membran tympani
Esofagus
Arteri pulmoner
kandung kemih
~Suhu permukaan:
Kulit
Aksila
Oral
~Tempat pengukuran suhu yg sering dilakukan:
-Oral
Tetapi tidak boleh dilakukan pada klien dengan bedah / trauma oral,klien dengan epilepsy atau
gemetar karena kedinginan, pada bayi dan anak kecil yang menangis serta klien yang tidak sadar.
-Aksila
Tidak boleh dilakukan pada bayi,klienyang sangat kurus,klien dengan luka di ketiak dan operasi
pada mamae.
-Rektal
Tidak boleh dilakukan pada klien dengan bedah / kelainan rectal,nyeri pada area rectal /
perdarahan,klien dengan berpenyakit kelamin, pada bayi baru lahir.
http://dhewi-hany.blogspot.com/2012/05/tanda-tanda-vital-vital-sign.html
(SOP) PEMERIKSAAN FISIK HEAD TO TOE
BAB I
PENDAHULUAN
Tujuan :
1. Untuk mengumpulkan data dasar tentang kesehatan klien.
2. Untuk menambah, menginformasi, atau menyangkal data yang diperoleh dalam riwayat keperawatan.
3. Untuk menginformasi dan mengidentifikasi diagnose keperawatan
4. Untuk membuat penilaian klinis tentang perubahan status kesehatan klien dan
penatalaksanaannya.
5. Untuk mengevaluasi hasil fisiologis dari asuhan.
Peralatan
Lidi kapas
Cytobrush
Bantalan sekali pakai
Selimut
Bagan mata (mis. Snellen chart)
Senter dan lampu sorot
Formulir (mis. Fisik, laboratorium)
Handschoon (bersih atau steril)
Skort untuk klien
Pelumas larut air
Oftalmoskop
Otoskop
Slide untuk Papanicolaou smear
Handuk kertas
Palu perkusi
Penggaris
Pin pengaman
Skala dengan meteran pengukur tinggi
Wadah specimen dan slide mikroskop
Sfigmomanometer dan manset
Stetoskop
Forsep swab atau spon
Pita meteran
Thermometer
Tisu
Spatel lidah
Garpu tala
Speculum vagina
( Potter & Perry,2002)
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Konsep Teori
Pemeriksaan fisik merupakan peninjauan dari ujung rambut sampai ujung kaki pada setiap system
tubuh yang memberikan informasi objektif tentang klien dan memungkinkan perawat untuk mebuat
penilaian klinis. Keakuratan pemeriksaan fisik mempengaruhi pemilihan terapi yang diterima klien dan
penetuan respon terhadap terapi tersebut.(Potter dan Perry, 2005)
Pemeriksaan fisik dalah pemeriksaan tubuh klien secara keseluruhan atau hanya bagian tertentu yang
dianggap perlu, untuk memperoleh data yang sistematif dan komprehensif, memastikan/membuktikan
hasil anamnesa, menentukan masalah dan merencanakan tindakan keperawatan yang tepat bagi klien.
( Dewi Sartika, 2010)
Adapun teknik-teknik pemeriksaan fisik yang digunakan adalah:
1. Inspeksi
Inspeksi adalah pemeriksaan dengan menggunakan indera penglihatan, pendengaran dan
penciuman. Inspeksi umum dilakukan saat pertama kali bertemu pasien. Suatu gambaran atau kesan
umum mengenai keadaan kesehatan yang di bentuk. Pemeriksaan kemudian maju ke suatu inspeksi
local yang berfokus pada suatu system tunggal atau bagian dan biasanya mengguankan alat khusus
seperto optalomoskop, otoskop, speculum dan lain-lain. (Laura A.Talbot dan Mary Meyers, 1997)
Inspeksi adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat bagian tubuh yang diperiksa melalui
pengamatan (mata atau kaca pembesar). (Dewi Sartika, 2010)
Fokus inspeksi pada setiap bagian tubuh meliputi : ukuran tubuh, warna, bentuk, posisi,
kesimetrisan, lesi, dan penonjolan/pembengkakan.setelah inspeksi perlu dibandingkan hasil normal dan
abnormal bagian tubuh satu dengan bagian tubuh lainnya.
2. Palpasi
Palpasi adalah pemeriksaan dengan menggunakan indera peraba dengan meletakkan tangan
pada bagian tubuh yang dapat di jangkau tangan. Laura A.Talbot dan Mary Meyers, 1997)
Palpasi adalah teknik pemeriksaan yang menggunakan indera peraba ; tangan dan jari-jari, untuk
mendeterminasi ciri2 jaringan atau organ seperti: temperatur, keelastisan, bentuk, ukuran, kelembaban
dan penonjolan.(Dewi Sartika,2010)
Hal yang di deteksi adalah suhu, kelembaban, tekstur, gerakan, vibrasi, pertumbuhan atau massa,
edema, krepitasi dan sensasi.
3. Perkusi
Perkusi adalah pemeriksaan yang meliputi pengetukan permukaan tubuh unutk menghasilkan
bunyi yang akan membantu dalam membantu penentuan densitas, lokasi, dan posisi struktur di
bawahnya.(Laura A.Talbot dan Mary Meyers, 1997)
Perkusi adalah pemeriksaan dengan jalan mengetuk bagian permukaan tubuh tertentu untuk
membandingkan dengan bagian tubuh lainnya (kiri/kanan) dengan menghasilkan suara, yang bertujuan
untuk mengidentifikasi batas/ lokasi dan konsistensi jaringan. Dewi Sartika, 2010)
4. Auskultasi
Auskultasi adalah tindakan mendengarkan bunyi yang ditimbulkan oleh bermacam-macam organ
dan jaringan tubuh.(Laura A.Talbot dan Mary Meyers, 1997)
Auskultasi Adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara mendengarkan suara yang dihasilkan
oleh tubuh. Biasanya menggunakan alat yang disebut dengan stetoskop. Hal-hal yang didengarkan
adalah : bunyi jantung, suara nafas, dan bising usus.(Dewi Sartika, 2010)
Dalam melakukan pemeriksaan fisik, ada prinsip-prinsip yang harus di perhatikan, yaitu sebagai berikut:
a. Kontrol infeksi
Meliputi mencuci tangan, memasang sarung tangan steril, memasang masker, dan membantu klien
mengenakan baju periksa jika ada.
b. Kontrol lingkungan
Yaitu memastikan ruangan dalam keadaan nyaman, hangat, dan cukup penerangan untuk melakukan
pemeriksaan fisik baik bagi klien maupun bagi pemeriksa itu sendiri. Misalnya menutup pintu/jendala
atau skerem untuk menjaga privacy klien
1. Komunikasi (penjelasan prosedur)
2. Privacy dan kenyamanan klien
3. Sistematis dan konsisten ( head to toe, dr eksternal ke internal, dr normal ke abN)
4. Berada di sisi kanan klien
5. Efisiensi
6. Dokumentasi
2.2. Tujuan Pemeriksaan Fisik
Secara umum, pemeriksaan fisik yang dilakukan bertujuan:
1. Untuk mengumpulkan data dasar tentang kesehatan klien.
2. Untuk menambah, mengkonfirmasi, atau menyangkal data yang diperoleh dalam riwayat
keperawatan.
3. Untuk mengkonfirmasi dan mengidentifikasi diagnosa keperawatan.
4. Untuk membuat penilaian klinis tentang perubahan status kesehatan klien dan
penatalaksanaan.
5. Untuk mengevaluasi hasil fisiologis dari asuhan.
Namun demikian, masing-masing pemeriksaan juga memiliki tujuan tertentu yang akan di jelaskan nanti
di setiap bagian tibug yang akan di lakukan pemeriksaan fisik.
2.3. Manfaat Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik memiliki banyak manfaat, baik bagi perawat sendiri, maupun bagi profesi
kesehatan lain, diantaranya:
1. Sebagai data untuk membantu perawat dalam menegakkan diagnose keperawatan.
2. Mengetahui masalah kesehatan yang di alami klien.
3. Sebagai dasar untuk memilih intervensi keperawatan yang tepat
4. Sebagai data untuk mengevaluasi hasil dari asuhan keperawatan
2.4. Indikasi
Mutlak dilakukan pada setiap klien, tertama pada:
1. klien yang baru masuk ke tempat pelayanan kesehatan untuk di rawat.
2. Secara rutin pada klien yang sedang di rawat.
3. Sewaktu-waktu sesuai kebutuhan klien
2.5. Prosedur pemeriksaan fisik
Persiapan
a. Alat
Meteran, Timbangan BB, Penlight, Steteskop, Tensimeter/spighnomanometer, Thermometer,
Arloji/stopwatch, Refleks Hammer, Otoskop, Handschoon bersih ( jika perlu), tissue, buku catatan
perawat.
Alat diletakkan di dekat tempat tidur klien yang akan di periksa.
b. Lingkungan
Pastikan ruangan dalam keadaan nyaman, hangat, dan cukup penerangan. Misalnya menutup pintu/jendala atau skerem untuk menjaga privacy klien
c. Klien (fisik dan fisiologis)
Bantu klien mengenakan baju periksa jika ada dan anjurkan klien untuk rileks.
A) Prosedur Pemeriksaan
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur
3. Lakukan pemeriksaan dengan berdiri di sebelah kanan klien dan pasang handschoen bila di
perlukan
4. Pemeriksaan umum meliputi : penampilan umum, status mental dan nutrisi.
Posisi klien : duduk/berbaring
Cara : inspeksi
1. Kesadaran, tingkah laku, ekspresi wajah, mood. (Normal : Kesadaran penuh, Ekspresi sesuai,
tidak ada menahan nyeri/ sulit bernafas)
2. Tanda-tanda stress/ kecemasan (Normal :)Relaks, tidak ada tanda-tanda cemas/takut)
3. Jenis kelamin
4. Usia dan Gender
5. Tahapan perkembangan
6. TB, BB ( Normal : BMI dalam batas normal)
7. Kebersihan Personal (Normal : Bersih dan tidak bau)
8. Cara berpakaian (Normal : Benar/ tidak terbalik)
9. Postur dan cara berjalan
10. Bentuk dan ukuran tubuh
11. Cara bicara. (Relaks, lancer, tidak gugup)
12. Evaluasi dengan membandingkan dengan keadaan normal.
13. Dokumentasikan hasil pemeriksaan
B) Pengukuran tanda vital (Dibahas kelompok 2 lebih dalam)
Posisi klien : duduk/ berbaring
1. Suhu tubuh (Normal : 36,5-37,50c)
2. Tekanan darah (Normal : 120/80 mmHg)
3. Nadi
a) Frekuensi = Normal : 60-100x/menit ; Takikardia: >100 ; Bradikardia: <6
b) Keteraturan= Normal : teratur
c) Kekuatan= 0: Tidak ada denyutan; 1+:denyutan kurang teraba; 2+: Denyutan
mudah teraba, tak mudah lenyap; 3+: denyutan kuat dan mudah teraba
4. Pernafasan
a) Frekuensi: Normal= 15-20x /menit; >20: Takipnea; <15 Bradipnea
b) Keteraturan= Normal : teratur
c) Kedalaman: dalam/dangkal
d) Penggunaan otot bantu pernafasan: Normal : tidak ada
setelah diadakan pemeriksaan tanda-tanda vital evaluasi hasil yang di dapat dengan
membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan yang
didapat.
C) Pemeriksaan kulit dan kuku
Tujuan
1) Mengetahui kondisi kulit dan kuku
2) Mengetahui perubahan oksigenasi, sirkulasi, kerusakan jaringan setempat, dan hidrasi.
Persiapan
1) Posisi klien: duduk/ berbaring
2) Pencahayaan yang cukup/lampu
3) Sarung tangan (utuk lesi basah dan berair)
Prosedur Pelaksanaan
a. Pemeriksaan kulit\
Inspeksi : kebersihan, warna, pigmentasi,lesi/perlukaan, pucat, sianosis, dan ikterik.
Normal: kulit tidak ada ikterik/pucat/sianosis.
Palpasi : kelembapan, suhu permukaan kulit, tekstur, ketebalan, turgor kulit, dan edema.
Normal: lembab, turgor baik/elastic, tidak ada edema.
setelah diadakan pemeriksaan kulit dan kuku evaluasi hasil yang di dapat dengan membandikan dengan
keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat tersebut.
b. Pemeriksaan kuku
Inspeksi : kebersihan, bentuk, dan warna kuku
Normal: bersih, bentuk normaltidak ada tanda-tanda jari tabuh (clubbing finger), tidak ikterik/sianosis.
Palpasi : ketebalan kuku dan capillary refile ( pengisian kapiler ).
Normal: aliran darah kuku akan kembali < 3 detik.
setelah diadakan pemeriksaan kuku evaluasi hasil yang di dapat dengan membandikan dengan keadaan
normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat tersebut.
c. Pemeriksaan kepala, wajah, mata, telinga, hidung, mulut dan leher
Posisi klien : duduk , untuk pemeriksaan wajah sampai dengan leher perawat
berhadapan dengan klien
D) Pemeriksaan kepala, wajah, mata, telinga, hidung, mulut dan leher
1. Pemeriksaan kepala
Tujuan
a) Mengetahui bentuk dan fungsi kepala
b) Mengetahui kelainan yang terdapat di kepala
Persiapan alat
a) Lampu
b) Sarung tangan (jika di duga terdapat lesi atau luka)
Prosedur Pelaksanaan
Inspeksi : ukuran lingkar kepala, bentuk, kesimetrisan, adanya lesi atau tidak, kebersihan rambut dan kulit kepala, warna, rambut, jumlah dan distribusi rambut.
Normal: simetris, bersih, tidak ada lesi, tidak menunjukkan tanda-tanda kekurangan gizi(rambut jagung
dan kering)
Palpasi : adanya pembengkakan/penonjolan, dan tekstur rambut.
Normal: tidak ada penonjolan /pembengkakan, rambut lebat dan kuat/tidak rapuh.
setelah diadakan pemeriksaan kepala evaluasi hasil yang di dapat dengan membandikan dengan
keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat.
2. Pemeriksaan wajah
Inspeksi : warna kulit, pigmentasi, bentuk, dan kesimetrisan.
Normal: warna sama dengan bagian tubuh lain, tidak pucat/ikterik, simetris.
Palpasi : nyeri tekan dahi, dan edema, pipi, dan rahang
Normal: tidak ada nyeri tekan dan edema.
setelah diadakan pemeriksaan wajah evaluasi hasil yang di dapat dengan membandikan dengan keadaan
normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat tersebut.
3. Pemeriksaan mata
Tujuan
a) Mengetahui bentuk dan fungsi mata
b) Mengetahui adanya kelainan pada mata.
Persiapan alat
a) Senter Kecil
b) Surat kabar atau majalah
c) Kartu Snellen
d) Penutup Mata
e) Sarung tangan
Prosedur Pelaksanaan
Inspeksi: bentuk, kesimestrisan, alis mata, bulu mata, kelopak mata, kesimestrisan, bola mata, warna
konjunctiva dan sclera (anemis/ikterik), penggunaan kacamata / lensa kontak, dan respon terhadap
cahaya.
Normal: simetris mata kika, simetris bola mata kika, warna konjungtiva pink, dan sclera berwarna putih.
Tes Ketajaman Penglihatan
Ketajaman penglihatan seseorang mungkin berbeda dengan orang lain. Tajam penglihatan
tersebut merupakan derajad persepsi deteil dan kontour beda. Visus tersebut dibagi dua yaitu:
1). Visus sentralis.
Visus sentralis ini dibagi dua yaitu visus sentralis jauh dan visus sentralis dekat.
a. visus centralis jauh merupakan ketajaman penglihatan untuk melihat benda benda yang letaknya jauh.
Pada keadaan ini mata tidak melakukan akomodasi. (EM. Sutrisna, dkk, hal 21).
b. virus centralis dekat yang merupakan ketajaman penglihatan untuk melihat benda benda dekat misalnya
membaca, menulis dan lain lain. Pada keadaan ini mata harus akomodasi supaya bayangan benda tepat
jatuh di retina. (EM. Sutrisna, dkk, hal 21).
2). Visus perifer
Pada visus ini menggambarkan luasnya medan penglihatan dan diperiksa dengan perimeter.
Fungsi dari visus perifer adalah untuk mengenal tempat suatu benda terhadap sekitarnya dan
pertahanan tubuh dengan reaksi menghindar jika ada bahaya dari samping. Dalam klinis visus sentralis
jauh tersebut diukur dengan menggunakan grafik huruf Snellen yang dilihat pada jarak 20 feet atau
sekitar 6 meter. Jika hasil pemeriksaan tersebut visusnya e”20/20 maka tajam penglihatannya dikatakan
normal dan jika Visus <20/20 maka tajam penglihatanya dikatakan kurang Penyebab penurunan tajam
peglihatan seseorang bermacam macam, salah satunya adalah refraksi anomaly/kelainan pembiasan.
prosedur pemeriksaan visus dengan menggunakan peta snellen yaitu:
Memperkenalkan diri dan menjelaskan maksud tujuan pemeriksaan.
Meminta pasien duduk menghadap kartu Snellen dengan jarak 6 meter.
Memberikan penjelasan apa yang harus dilakukan (pasien diminta mengucapkan apa yang akan
ditunjuk di kartu Snellen) dengan menutup salah satu mata dengan tangannya tanpa ditekan
(mata kiri ditutup dulu).
Pemeriksaan dilakukan dengan meminta pasien menyebutkan simbol di kartu Snellen dari kiri ke
kanan, atas ke bawah.
Jika pasien tidak bisa melihat satu simbol maka diulangi lagi dari barisan atas. Jika tetap maka
nilai visus oculi dextra = barisan atas/6.
Jika pasien dari awal tidak dapat membaca simbol di Snellen chart maka pasien diminta untuk
membaca hitungan jari dimulai jarak 1 meter kemudian mundur. Nilai visus oculi dextra = jarak
pasien masih bisa membaca hitungan/60.
Jika pasien juga tidak bisa membaca hitungan jari maka pasien diminta untuk melihat adanya
gerakan tangan pemeriksa pada jarak 1 meter (Nilai visus oculi dextranya 1/300).
Jika pasien juga tetap tidak bisa melihat adanya gerakan tangan, maka pasien diminta untuk
menunjukkan ada atau tidaknya sinar dan arah sinar (Nilai visus oculi dextra 1/tidak hingga).
Pada keadaan tidak mengetahui cahaya nilai visus oculi dextranya nol.
Pemeriksaan dilanjutkan dengan menilai visus oculi sinistra dengan cara yang sama.
Melaporkan hasil visus oculi sinistra dan dextra. (Pada pasien vos/vodnya “x/y” artinya mata
kanan pasien dapat melihat sejauh x meter, sedangkan orang normal dapat melihat sejauh y
meter.
Pemeriksaan Pergerakan Bola Mata
Pemeriksaan pergeraka bola mata dilakukan dengan cara Cover-Uncover Test / Tes Tutup-Buka Mata
Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi adanya Heterophoria.
Heterophoria berhubungan dengan kelainan posisi bola mata, dimana terdapat penyimpangan posisi
bolamata yang disebabkan adanya gangguan keseimbangan otot-otot bolamata yang sifatnya
tersembunyi atau latent. Ini berarti mata itu cenderung untuk menyimpang atau juling, namun tidak
nyata terlihat.
Pada phoria, otot-otot ekstrinsik atau otot luar bola mata berusaha lebih tegang atau kuat untuk
menjaga posisi kedua mata tetap sejajar. Sehingga rangsangan untuk berfusi atau menyatu inilah
menjadi faktor utama yang membuat otot -otot tersebut berusaha extra atau lebih, yang pada akhirnya
menjadi beban bagi otot-otot tersebut, wal hasil akan timbul rasa kurang nyaman atau Asthenopia.
Dasar pemeriksaan Cover-Uncover Test / Tes Tutup-Buka Mata :
Pada orang yang Heterophoria maka apabila fusi kedua mata diganggu (menutup salah satu
matanya dengan penutup/occluder, atau dipasangkan suatu filter), maka deviasi atau
peyimpangan laten atau tersembunyi akan terlihat.
Pemeriksa memberi perhatian kepada mata yang berada dibelakang penutup.
Sewaktu tutup di buka, bila terlihat adanya gerakan dari luar (temporal) kearah dalam (nasal)
pada mata yang baru saja di tutup, berarti terdapat kelainan EXOPHORIA.
Sewaktu tutup di buka, bila terlihat adanya gerakan dari dalam (nasal) luar kearah
(temporal)pada mata yang baru saja di tutup, berarti terdapat kelainan ESOPHORIA.
Sewaktu tutup di buka, bila terlihat adanya gerakan dari atas (superior) kearah bawah (inferior)
pada mata yang baru saja di tutup, berarti terdapat kelainan HYPERPHORIA.
Sewaktu tutup di buka, bila terlihat adanya gerakan dari bawah (inferior) kearah atas (superior)
pada mata yang baru saja di tutup, berarti terdapat kelainan HYPORPHORIA.
Alat/sarana yang dipakai: Titik/lampu untuk fiksasi Jarak pemeriksaan :
o Jauh : 20 feet (6 Meter)
o Dekat : 14 Inch (35 Cm)
Penutup/Occluder
Prosedur Pemeriksaan :
1. Minta pasien untuk selalu melihat dan memperhatikan titik fiksasi, jika objek jauh kurang jelas,
maka gunakan kacamata koreksinya.
2. Pemeriksa menempatkan dirinya di depan pasien sedemikian rupa, sehingga apabila terjadi
gerakan dari mata yang barusa saja ditutup dapat di lihat dengan jelas atau di deteksi dengan
jelas.
3. Perhatian dan konsentrasi pemeriksa selalu pada mata yang ditutup.
4. Sewaktu tutup di buka, bila terlihat adanya gerakan dari luar (temporal) kearah dalam (nasal)
pada mata yang baru saja di tutup, berarti terdapat kelainan EXOPHORIA. Exophoria dinyatakan
dengan inisial = X (gambar D)
5. Sewaktu tutup di buka, bila terlihat adanya gerakan dari dalam (nasal) luar kearah
(temporal)pada mata yang baru saja di tutup, berarti terdapat kelainan ESOPHORIA. Esophoria
dinyatakan dengan inisial = E (gambar C)
6. Sewaktu tutup di buka, bila terlihat adanya gerakan dari atas (superior) kearah bawah (inferior))
pada mata yang baru saja di tutup, berarti terdapat kelainan HYPERPHORIA. Hyperphoria
dinyatakan dengan inisial = X (gambar E)
7. Sewaktu tutup di buka, bila terlihat adanya gerakan dari bawah (inferior) kearah atas (superior)
pada mata yang baru saja di tutup, berarti terdapat kelainan HYPOPHORIA. Hypophoria
dinyatakan dengan inisial = X (gambar F)
8. Untuk mendeteksi Heterophoria yang kecil, seringkali kita tidak dapat mengenali adanya suatu
gerakan, seolah kondisi mata tetap di tempat. Untuk itu metode ini sering kita ikuti dengan
metode tutup mata bergantian (Alternating Cover Test).
Setelah diadakan pemeriksaan mata evaluasi hasil yang di dapat dengan membandikan dengan keadaan
normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat tersebut.
4. Pemeriksaan telinga
Tujuan
Mengetahui keadaan telinga luar, saluran telinga, gendang telinga, dan fungsi pendengaran.
Persiapan Alat
a) Arloji berjarum detik
b) Garpu tala
c) Speculum telinga
d) Lampu kepala
Prosedur Pelaksanaan
Inspeksi : bentuk dan ukuran telinga, kesimetrisan, integritas, posisi telinga, warna, liang telinga
(cerumen/tanda-tanda infeksi), alat bantu dengar..
Normal: bentuk dan posisi simetris kika, integritas kulit bagus, warna sama dengan kulit lain, tidak ada
tanda-tanda infeksi, dan alat bantu dengar.
Palpasi : nyeri tekan aurikuler, mastoid, dan tragus
Normal: tidak ada nyeri tekan.
setelah diadakan pemeriksaan telinga evaluasi hasil yang di dapat dengan membandikan dengan
keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat tersebut.
Pemeriksaaan Telinga Dengan Menggunakan Garpu Tala
a. Pemeriksaan Rinne
1. Pegang agrpu tala pada tangkainya dan pukulkan ke telapak atau buku jari tangan yang berlawanan.
2. Letakkan tangkai garpu tala pada prosesus mastoideus klien.
3. Anjurkan klien untuk memberi tahu pemeriksa jika ia tidak merasakan getaran lagi.
4. Angkat garpu tala dan dengan cepat tempatkan di depan lubang telinga klien 1-2 cm dengan posisi garpu
tala parallel terhadap lubang telinga luar klien.
5. Instruksikan klien untuk member tahu apakah ia masih mendengarkan suara atau tidak.
6. Catat hasil pemeriksaan pendengaran tersebut.
b. Pemeriksaan Webber
1. Pegang garpu tala pada tangkainya dan pukulkan ke telapak atau buku jari yang berlawanan.
2. Letakkan tangkai garpu tala di tengah puncak kepala klien .
3. Tanyakan pada klien apakah bunyi terdengar sama jelas pada kedua telinga atau lebih jelas pada salah
satu telinga.
4. Catat hasil pemeriksaan dengan pendengaran tersebut
5 Pemeriksan hidung dan sinus
Tujuan
a) Mengetahui bentuk dan fungsi hidung
b) Menentukan kesimetrisan struktur dan adanya inflamasi atau infeksi
Persiapan Alat
a) Spekulum hidung
b) Senter kecil
c) Lampu penerang
d) Sarung tangan (jika perlu)
Prosedur Pelaksanaan
Inspeksi : hidung eksternal (bentuk, ukuran, warna, kesimetrisan), rongga, hidung ( lesi, sekret,
sumbatan, pendarahan), hidung internal (kemerahan, lesi, tanda2 infeksi)
Normal: simetris kika, warna sama dengan warna kulit lain, tidak ada lesi, tidak ada sumbatan,
perdarahan dan tanda-tanda infeksi.
Palpasi dan Perkusi frontalis dan, maksilaris (bengkak, nyeri, dan septum deviasi)
Normal: tidak ada bengkak dan nyeri tekan.
setelah diadakan pemeriksaan hidung dan sinus evaluasi hasil yang di dapat dengan membandikan
dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat tersebut.
6 Pemeriksaan mulut dan bibir
Tujuan
Mengetahui bentuk kelainan mulut
Persiapan Alat
a) Senter kecil
b) Sudip lidah
c) Sarung tangan bersih
d) Kasa
Prosedur Pelaksanaan
Inspeksi dan palpasi struktur luar : warna mukosa mulut dan bibir, tekstur , lesi, dan stomatitis.
Normal: warna mukosa mulut dan bibir pink, lembab, tidak ada lesi dan stomatitis
Inspeksi dan palpasi strukur dalam : gigi lengkap/penggunaan gigi palsu, perdarahan/ radang gusi,
kesimetrisan, warna, posisi lidah, dan keadaan langit2.
Normal: gigi lengkap, tidak ada tanda-tanda gigi berlobang atau kerusakan gigi, tidak ada perdarahan
atau radang gusi, lidah simetris, warna pink, langit2 utuh dan tidak ada tanda infeksi.
Gigi lengkap pada orang dewasa berjumlah 36 buah, yang terdiri dari 16 buah di rahang atas dan 16
buah di rahang bawah. Pada anak-anak gigi sudah mulai tumbuh pada usia enam bulan. Gigi pertama
tumbuh dinamakan gigi susu di ikuti tumbuhnya gigi lain yang disebut gigi sulung. Akhirnya pada usia
enam tahun hingga empat belas tahun, gigi tersebut mulai tanggal dan dig anti gigi tetap.
Pada usia 6 bulan gigi berjumlah 2 buah (dirahang bawah), usia 7-8 bulan berjumlah 7 buah(2
dirahang atas dan 4 dirahang bawah) , usia 9-11 bulan berjumlah 8 buah(4 dirahang atas dan 4 dirahang
bawah), usia 12-15 bulan gigi berjumlah 12 buah (6 dirahang atas dan 6 dirahang bawah), usia 16-19
bulan berjumlah 16 buah (8 dirahang atas dan 8 dirahang bawah), dan pada usia 20-30 bulan berjumlah
20 buah (10 dirahang atas dan 10 dirahang bawah)
setelah diadakan pemeriksaan mulut dan bibir evaluasi hasil yang di dapat dengan membandikan
dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat tersebut.
7 Pemeriksaan leher
Tujuan
a) Menentukan struktur integritas leher
b) Mengetahui bentuk leher serta organ yang berkaitan
c) Memeriksa system limfatik
Persiapan Alat
Stetoskop
Prosedur Pelaksanaan
Inspeksi leher: warna integritas, bentuk simetris.
Normal: warna sama dengan kulit lain, integritas kulit baik, bentuk simetris, tidak ada pembesaran
kelenjer gondok.
Inspeksi dan auskultasi arteri karotis: lokasi pulsasi
Normal: arteri karotis terdengar.
Inspeksi dan palpasi kelenjer tiroid (nodus/difus, pembesaran,batas, konsistensi, nyeri,
gerakan/perlengketan pada kulit), kelenjer limfe (letak, konsistensi, nyeri, pembesaran), kelenjer parotis
(letak, terlihat/ teraba)
Normal: tidak teraba pembesaran kel.gondok, tidak ada nyeri, tidak ada pembesaran kel.limfe, tidak
ada nyeri.
Auskultasi : bising pembuluh darah.
Setelah diadakan pemeriksaan leher evaluasi hasil yang di dapat dengan membandikan dengan keadaan
normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat tersebut.
8 Pemeriksaan dada( dada dan punggung)
Posisi klien: berdiri, duduk dan berbaring
Cara/prosedur:
A) System pernafasan
Tujuan :
a) Mengetahui bentuk, kesimetrisas, ekspansi, keadaan kulit, dan dinding dada
b) Mengetahui frekuensi, sifat, irama pernafasan,
c) Mengetahui adanya nyeri tekan, masa, peradangan, traktil premitus
Persiapan alat
a) Stetoskop
b) Penggaris centimeter
c) Pensil penada
Prosedur pelaksanaan
Inspeksi : kesimetrisan, bentuk/postur dada, gerakan nafas (frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya
pernafasan/penggunaan otot-otot bantu pernafasan), warna kulit, lesi, edema, pembengkakan/
penonjolan.
Normal: simetris, bentuk dan postur normal, tidak ada tanda-tanda distress pernapasan, warna kulit
sama dengan warna kulit lain, tidak ikterik/sianosis, tidak ada pembengkakan/penonjolan/edema
Palpasi: Simetris, pergerakan dada, massa dan lesi, nyeri, tractile fremitus.
(perawat berdiri dibelakang pasien, instruksikan pasien untuk mengucapkan angka “tujuh-tujuh” atau
“enam-enam” sambil melakukan perabaan dengan kedua telapak tangan pada punggung pasien.)
Normal: integritas kulit baik, tidak ada nyeri tekan/massa/tanda-tanda peradangan, ekspansi simetris,
taktil vremitus cendrung sebelah kanan lebih teraba jelas.
Perkusi: paru, eksrusi diafragma (konsistensi dan bandingkan satu sisi dengan satu sisi lain pada tinggi
yang sama dengan pola berjenjang sisi ke sisi)
Normal: resonan (“dug dug dug”), jika bagian padat lebih daripada bagian udara=pekak (“bleg bleg
bleg”), jika bagian udara lebih besar dari bagian padat=hiperesonan (“deng deng deng”), batas
jantung=bunyi rensonan----hilang>>redup.
Auskultasi: suara nafas, trachea, bronchus, paru. (dengarkan dengan menggunakan stetoskop di lapang
paru kika, di RIC 1 dan 2, di atas manubrium dan di atas trachea)
Normal: bunyi napas vesikuler, bronchovesikuler, brochial, tracheal.
Setelah diadakan pemeriksaan dada evaluasi hasil yang di dapat dengan membandikan dengan keadaan
normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat tersebut.
B) System kardiovaskuler
Tujuan
a) Mengetahui ketifdak normalan denyut jantung
b) Mengetahui ukuran dan bentuk jantug secara kasar
c) Mengetahui bunyi jantung normal dan abnormal
d) Mendeteksi gangguan kardiovaskuler
Persiapan alat
a) Stetoskop
b) Senter kecil
Prosedur pelaksanaan
Inspeksi : Muka bibir, konjungtiva, vena jugularis, arteri karotis
Palpasi: denyutan
Normal untuk inspeksi dan palpasi: denyutan aorta teraba.
Perkusi: ukuran, bentuk, dan batas jantung (lakukan dari arah samping ke tengah dada, dan dari atas ke
bawah sampai bunyi redup)
Normal: batas jantung: tidak lebih dari 4,7,10 cm ke arah kiri dari garis mid sterna, pada RIC 4,5,dan 8.
Auskultasi: bunyi jantung, arteri karotis. (gunakan bagian diafragma dan bell dari stetoskop untuk
mendengarkan bunyi jantung.
Normal: terdengar bunyi jantung I/S1 (lub) dan bunyi jantung II/S2 (dub), tidak ada bunyi jantung
tambahan (S3 atau S4).
Setelah diadakan pemeriksaan system kardiovaskuler evaluasi hasil yang di dapat dengan membandikan
dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat tersebut.
9 Dada dan aksila
Tujuan
a) Mengetahui adanya masa atau ketidak teraturan dalam jaringan payudara
b) Mendeteksi awal adanya kanker payudara
Persiapan alat
a) Sarung tangan sekali pakai (jika diperlukan)
Prosedur pelaksanaan
Inspeksi payudara: Integritas kulit
Palpasi payudara: Bentuk, simetris, ukuran, aerola, putting, dan penyebaran vena
Inspeksi dan palpasi aksila: nyeri, perbesaran nodus limfe, konsistensi.
Setelah diadakan pemeriksaan dadadan aksila evaluasi hasil yang di dapat dengan membandikan dengan
keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat tersebut.
10 Pemeriksaan Abdomen (Perut)
Posisi klien: Berbaring
Tujuan
a) Mengetahui betuk dan gerakan-gerakan perut
b) Mendengarkan suara peristaltic usus
c) Meneliti tempat nyeri tekan, organ-organ dalam rongga perut benjolan dalam perut.
Persiapan
a) Posisi klien: Berbaring
b) Stetoskop
c) Penggaris kecil
d) Pensil gambar
e) Bntal kecil
f) Pita pengukur
Prosedur pelaksanaan
Inspeksi : kuadran dan simetris, contour, warna kulit, lesi, scar, ostomy, distensi, tonjolan,
pelebaran vena, kelainan umbilicus, dan gerakan dinding perut.
Normal: simetris kika, warna dengan warna kulit lain, tidak ikterik tidak terdapat ostomy, distensi,
tonjolan, pelebaran vena, kelainan umbilicus.
Auskultasi : suara peristaltik (bising usus) di semua kuadran (bagian diafragma dari stetoskop)
dan suara pembuluh darah dan friction rub :aorta, a.renalis, a. illiaka (bagian bell).
Normal: suara peristaltic terdengar setiap 5-20x/dtk, terdengar denyutan arteri renalis, arteri iliaka dan
aorta.
Perkusi semua kuadran : mulai dari kuadran kanan atas bergerak searah jarum jam, perhatikan
jika klien merasa nyeri dan bagaiman kualitas bunyinya.
Perkusi hepar: Batas
Perkusi Limfa: ukuran dan batas
Perkusi ginjal: nyeri
Normal: timpani, bila hepar dan limfa membesar=redup dan apabila banyak cairan =
hipertimpani
Palpasi semua kuadran (hepar, limfa, ginjal kiri dan kanan): massa, karakteristik organ, adanya
asistes, nyeri irregular, lokasi, dan nyeri.dengan cara perawat menghangatkan tangan terlebih
dahulu
Normal: tidak teraba penonjolan tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa dan penumpukan cairan
Setelah diadakan pemeriksaan abdomen evaluasi hasil yang di dapat dengan membandikan
dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat tersebut.
11 Pemeriksaan ekstermitas atas (bahu, siku, tangan)
Tujuan :
1. Memperoleh data dasar tetang otot, tulang dan persendian
2. Mengetahui adanya mobilitas, kekuatan atau adanya gangguan pada bagian-bagian tertentu.
Alat :
1. Meteran
Posisi klien: Berdiri. duduk
Inspeksi struktur muskuloskletal : simetris dan pergerakan, Integritas ROM, kekuatan dan tonus
otot.
Normal: simetris kika, integritas kulit baik, ROM aktif, kekuatan otot penuh.
Palapasi: denyutan a.brachialis dan a. radialis .
Normal: teraba jelas
Tes reflex :tendon trisep, bisep, dan brachioradialis.
Normal: reflek bisep dan trisep positif
Setelah diadakan pemeriksaan ekstermitas atas evaluasi hasil yang di dapat dengan membandikan
dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat tersebut.
12 Pemeriksaan ekstermitas bawah (panggul, lutut, pergelangan kaki dan telapak
kaki)
Inspeksi struktur muskuloskletal : simetris dan pergerakan, integritas kulit, posisi dan letak,
ROM, kekuatan dan tonus otot
Normal: simetris kika, integritas kulit baik, ROM aktif, kekuatan otot penuh
Palpasi : a. femoralis, a. poplitea, a. dorsalis pedis: denyutan
Normal: teraba jelas
Tes reflex :tendon patella dan archilles.
Normal: reflex patella dan archiles positif
Setelah diadakan pemeriksaan ekstermitas bawah evaluasi hasil yang di dapat dengan
membandingkan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat
tersebut.
13 Pemeriksaan genitalia (alat genital, anus, rectum)
Posisi Klien : Pria berdiri dan wanita litotomy
Tujuan:
1. Melihat dan mengetahui organ-organ yang termasuk dalam genetalia.
2. Mengetahui adanya abnormalitas pada genetalia, misalnya varises, edema, tumor/ benjolan,
infeksi, luka atau iritasi, pengeluaran cairan atau darah.
3. Melakukan perawatan genetalia
4. Mengetahui kemajuan proses persalinan pada ibu hamil atau persalinan.
Alat :
1. Lampu yang dapat diatur pencahayaannya
2. Sarung tangan
Pemeriksaan rectum
Tujuan :
1. Mengetahui kondisi anus dan rectum
2. Menentukan adanya masa atau bentuk tidak teratur dari dinding rektal
3. Mengetahui intregritas spingter anal eksternal
4. Memeriksa kangker rectal dll
Alat :
1. Sarung tangan sekali pakai
2. Zat pelumas
3. Penetangan untuk pemeriksaan
Prosedur Pelaksanaan
1. Wanita:
Inspeksi genitalia eksternal: mukosa kulit, integritas kulit, contour simetris, edema, pengeluaran.
Normal: bersih, mukosa lembab, integritas kulit baik, semetris tidak ada edema dan tanda-tanda infeksi
(pengeluaran pus /bau)
Inspeksi vagina dan servik : integritas kulit, massa, pengeluaran
Palpasi vagina, uterus dan ovarium: letak ukuran, konsistensi dan, massa
Pemeriksaan anus dan rectum: feses, nyeri, massa edema, haemoroid, fistula ani pengeluaran dan
perdarahan.
Normal: tidak ada nyeri, tidak terdapat edema / hemoroid/ polip/ tanda-tanda infeksi dan pendarahan.
Setelah diadakan pemeriksaan di adakan pemeriksaan genitalia evaluasi hasil yang di dapat dengan
membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat tersebut.
2. Pria:
Inspeksi dan palpasi penis: Integritas kulit, massa dan pengeluaran
Normal: integritas kulit baik, tidak ada masa atau pembengkakan, tidak ada pengeluaran pus atau
darah
Inspeksi dan palpassi skrotum: integritas kulit, ukuran dan bentuk, turunan testes dan mobilitas, massa,
nyeri dan tonjolan
Pemeriksaan anus dan rectum : feses, nyeri, massa, edema, hemoroid, fistula ani, pengeluaran dan
perdarahan.
Normal: tidak ada nyeri , tidak terdapat edema / hemoroid/ polip/ tanda-tanda infeksi dan
pendarahan.
Setelah diadakan pemeriksaan dadadan genitalia wanita evaluasi hasil yang di dapat dengan
membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat tersebut.
2.6. Evaluasi
Perawat bertanggung jawab untuk asuhan keperawatan yang mereka berikan dengan
mengevaluasi hasil intervensi keperawatan. Keterampilan pengkajian fisik meningkatkan evaluasi
tindakan keperawatan melalui pemantauan hasil asuhan fisiologis dan perilaku. Keterampilan
pengkajian fisik yang sama di gunakan untuk mengkaji kondisi dapat di gunakan sebagai tindakan
evaluasi setelah asuhan diberikan.
Perawat membuat pengukuran yang akurat, terperinci, dan objektif melalui pengkajian fisik.
Pengukuran tersebut menentukan tercapainya atau tidak hasil asuhan yang di harapkan. Perawat tidak
bergantung sepenuhnya pada intuisi ketika pengkajian fisik dapat digunakan untuk mengevaluasi
keefektifan asuhan.
2.7. Dokumentasi
Perawat dapat memilih untuk mencatat hasil dari pengkajian fisik pada pemeriksaan atau pada akhir
pemeriksaan. Sebagian besar institusi memiliki format khusus yang mempermudah pencatatan data
pemeriksaan. Perawat meninjau semua hasil sebelum membantu klien berpakaian, untuk berjaga-jaga
seandainya perlu memeriksa kembali informasi atau mendapatkan data tambahan. Temuan dari
pengkajian fisik dimasukkan ke dalam rencana asuhan.
Data di dokumentasikan berdasarkan format SOAPIE, yang hamper sama dengan langkah-langkah proses
keperawatan.
Format SOAPIE, terdiri dari:
1. Data (riwayat) Subjektif, yaitu apa yang dilaporkan klien
2. Data (fisik) Objektif, yaitu apa yang di observasi, inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi oleh
perawat.
3. Assessment (pengkajian) , yaitu diagnose keperawatan dan pernyataan tentang kemajuan atau
kemunduran klien
4. Plan (Perencanaan), yaitu rencana perawatan klien
5. Implementation (pelaksanaan), yaitu intervensi keperawatan dilakukan berdasarkan rencana
6. Evaluation (evaluasi), yaitu tinjauan hasil rencana yang sudah di implementasikan.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Pemeriksaan fisik dalah pemeriksaan tubuh klien secara keseluruhan atau hanya bagian tertentu
yang dianggap perlu, untuk memperoleh data yang sistematif dan komprehensif,
memastikan/membuktikan hasil anamnesa, menentukan masalah dan merencanakan tindakan
keperawatan yang tepat bagi klien.
Pemeriksaan fisik Mutlak dilakukan pada setiap klien, tertama pada klien yang baru masuk ke tempat
pelayanan kesehatan untuk di rawat, secara rutin pada klien yang sedang di rawat, sewaktu-waktu
sesuai kebutuhan klien. Jadi pemeriksaan fisik ini sangat penting dan harus di lakukan pada kondisi
tersebut, baik klien dalam keadaan sadar maupun tidak sadar.
Pemeriksaan fisik menjadi sangat penting karena sangat bermanfaat, baik untuk untuk menegakkan
diagnosa keperawatan . memilih intervensi yang tepat untuk proses keperawatan, maupun untuk
mengevaluasi hasil dari asuhan keperawatan.
3.2. Saran
Agar pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan baik, maka perawat harus memahami ilmu
pemeriksaan fisik dengan sempurna dan pemeriksaan fisik ini harus dilakukan secara berurutan,
sistematis, dan dilakukan dengan prosedur yang benar.
DAFTAR PUSTAKA
Admit. Pemeriksaan Fisik. http://nursingbegin.com/tag/pemeriksaan-fisik/( online)
diakses 17 September 2010.
Bates, Barbara. 1998. Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan. Jakarta. EGC
Bickley, Lynn S. 2008. Buku Saku Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan Bates.
Jakarta. EGC
Burnside, John W. 1995. Diagnosis Fisik. Jakarta. EGC
Candrawati. Susiana.Pemeriksaan Fisik system Kardiovaskuler.Diakases tanggal 18
September 2010
Dealey, Carol.2005. The Care Of Wound A Guides For Nurses.Navarra.Balckwell
Publishing.
Kusyanti, Eni,dkk. 2006. Keterampilan dan Prosedur Laboratorium. Jakarta: EGC.
Body Mechanics / Mekanika TubuhMekanika Tubuh
A. PengertianMekanika Tubuh adalah suatu usaha mengkoordinasikan sistem muskuloskeletal dan sistem syaraf dalam mempertahankan keseimbangan, postur dan kesejajaran tubuh selama mengangkat, membungkuk, bergerak, dan melakukan aktivitas sehari-hari ( Potter & Perry, 2005).
B. Body Mekanik meliputi 3 elemen dasar yaitu :
1. Body Alignment (Postur Tubuh)Susunan geometrik bagian-bagian tubuh dalam hubungannya dengan bagian tubuh yang lain.
2. Balance / KeseimbanganKeseimbangan tergantung pada interaksi antara pusat gravity, line gravity dan base of support.
3. Koordinated body movement (Gerakan tubuh yang terkoordinir)Dimana body mekanik berinteraksi dalam fungsi muskuloskeletal dan sistem syaraf.
C. Prinsip body mekanik
1. Gravity2. Balance (Keseimbangan)
3. Weight (berat)
D. Pergerakan dasar yang digunakan dalam Body Mekanik
1. Walking / berjalanKestabilan berjalan, sangat berhubungan dg ukuran base of support
2. Squating / jongkokSquating mempertinggi atau meningkatkan keseimbangan tubuh, ketika seseorang mengangkat obyek yg terletak dibawah pusat grativitas tubuh.
3. Pulling / menarikBeberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum menarik benda, diantaranya ketinggian, letak benda, posisi kaki dan tubuh sewaktu menarik (seperti condong ke depan dari panggul), sodorkan telapak tangan dan lengan atas dibawah pusat gravitasi pasien, lengan atas dan siku diletakkan pada permukaan tempat tidur, pinggul, lutut dan pergelangan kaki ditekuk dan lalu lakukan penarikan.
4. Pivoting / berputarPivoting adalah suatu tehnik dimana tubuh dibungkukkan dlm rangka menghindari terjadinya resiko keseleo tulang
E. Faktor-faktor yang mempengaruhi body mekanik :
1. Status kesehatan2. Kondisi kesehatan seseorang akan berpengaruh terhadap keseimbangan tubuh sehingga
aktivitasnya menjadi terganggu.
3. Nutrisi
4. Pemenuhan kebutuhan tubuh akan nutrisi sangat penting karena mempengaruhi produksi energi yang digunakan untuk mobilisasi.
5. Emosi
6. Situasi dan kebiasaan
7. Gaya hidup
8. Pengetahuan
F. Sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan aktivitas:
1. TulangTulang merupakan organ yang mempunyai berbagai fungsi, fungsi mekanis untuk membentuk rangka dan tempat melekatnya berbagai otot, fungsi sebagai tempat menyimpan mineral kususnya kalsium dan fosfor yang bisa dilepaskan setiap saat sesuai kebutuhan, fungsi tempat sumsum tulang dalam membentuk sel darah, dan fungsi pelindung organ-organ dalam.
2. Otot dan tendoTubuh memiliki mempunyai kemampuan berkontraksi yang memungkinkan tubuh bergerak sesuai keinginan. Otot memiliki origo dan insersinya tulang, serta dihubungkan dengan tulang melalui tendon, yaitu suatu jaringan ikat yang melekat sangat kuat pada tempat insersinya tulang.3. LigamenLigamen merupakan bagian yang menghubungkan tulang dengan tulang. Ligamen pada lutut merupakan penjaga stabilitas.
4. Sistem syarafSyaraf terdiri dari syaraf pusat (otak dan medula spinalis) dan syaraf tepi (percabangan dari syaraf pusat). Bagian somatis memiliki fungsi sensorik dan motorik. Kerusakan pada syaraf pusat seperti kerusakan tulang belakang akan menyebabkan kelemahan umum, sedangkan kerusakan saraf tepi menyebabkan terganggunya daerah yang diinervasi dan kerusakan pada saraf radial akan menyebabkan drop hand atau gangguan sensorik di daerah radial tangan.
5. SendiSendi merupakan tempat dua atau lebih tulang bertemu.
G. Konsekuensi body mekanik yang buruk
1. Jatuh2. Cidera belakang
Harber (1985), memberikan daftar penyebab cidera belakang yang paling sering terjadi pada perawat yang bekerja di rumah sakit yaitu :
1. Mengangkat pasien ke atas tempat tidur (48%)2. Membantu pasien turun dari tempat tidur (30%)
3. Memindahkan bed (27%)
4. Mengangkat pasien keatas brankat(22%)
A. Macam-macam bodi mekanik
1. Body alignment
a. Membantu pasien berdiriPengertian:Suatu tindakan keperawatan yang dilakukan pada klien yang imobilisasi atau klien lemah untuk memberikan bantuan berdiri.b. Membantu pasien dudukPengertian:Suatu tindakan keperawatan yang dilakukan pada klien yang imobilisasi atau klien lemah untuk memberikan bantuan duduk ditempat tidur.Tujuan:Mengurangi risiko cedera muskuloskeletal pada semua orang yang terlibat.c. Mengatur berbagai posisi klien
1) Posisi fowler
Posisi fowler adalah posisi setengah duduk atau duduk, dimana bagian kepala tempat tidur lebih tinggi atau dinaikkan setinggi 15°- 90°.Tujuannya untuk mempertahankan kenyamanan dan memfasilitasi fungsi kenyamanan pasien, Melakukan aktivitas ttu, Mengatasi kesulitan pernafasan & KV pernafasan pasien.Fowler : 45 – 90o dan Semi fowler : 15 – 45o
2) Posisi dorsal recumbent
Adalah dimana posisi kepala dan bahu pasien sedikit mengalami elevasi diatas bantal, kedua lengan berada di samping sisi tubuh, posisi kaki fleksi dengan telapak kaki datar diatas tempat tidur. Tujuannya untuk memeriksa daerah genetalia, pasang cateter, serta pada proses persalinan
3) Posisi Trendelenburg
Adalah posisi pasien berbaring di TT dg bagian kepala lebih rendah daripada bagian kakiTujuan : Melancarkan peredaran darah ke otak
4) Posisi antitrendelenberg
Adalah posisi pasien berbaring di TT dengan kaki lebih tinggi dari kepala.Tujuan : tindakan menurunkan tekanan intrakranial pada pasien trauma kapitis.
5) Posisi pronasi/ tengkurap
Adalah dimana posisi pasien berbaring diatas abdomen dengan kepala menoleh kesalah satu sisi. Kedua lengan fleksi disamping kepala. Posisi ini memiliki beberapa tujuan diantaranya :
Memberikan ekstensi penuh pada persendian pinggul dan lutut.
Mencegah terjadinya fleksi kontraktur dari pinggul dan sendi.
Membantu drainase dari mulut.
6) Posisi lateral (side lying)
Yaitu seorang tidur diatas salah satu sisi tubuh, dengan membentuk fleksi pada pinggul dan lutut bagian atas dan meletakkannya lebih depan dari bagian tubuh yang lain dengan kepala menoleh kesamping.Tujuan posisi ini : Mengurangi lordosis & meningkatkan kelurusan punggung , Baik untuk posisi tidur & istirahat, Membantu menghilangkan tekanan pada sakrum
7) Posisi supine/ terlentang.
Ini biasanya disebut berbaring telentang, datar dengan kepala dan bahu sedikit elevasi dengan menggunakan bantal. Posisi pasien harus di tengah-tengah tempat tidur, sekitar tiga inci di bawah kepala tempat tidur.Tujuan : Klien pasca operasi dengan anestesi spinal, Mengatasi masalah yg timbul akibat pemberian posisi pronasi yg tidak tepat.
8) Posisi Sim’s
Adalah posisi dimana tubuh miring kekiri atau kekanan.Tujuan posisi ini :
untuk memberikan kenyamanan dan memberikan obat per anus (supositoria). Memfasilitasi drainase dari mulut pada klien tidak sadar
Mengurangi penekanan pada sakrum & trokanter mayor pada klien paralisis
Memudahkan pemeriksaan perineal
Untuk tindakan pemberian enema
9) Posisi Genu pectoral/knee chest position
posisi pasien berbaring dengan kedua kaki ditekuk dan dada menempel pada bagian alas TTTujuan : memeriksa daerah rectum & sigmoid
10) Posisi Litotomi
posisi pasien berbaring terlentang dengan mengangkat kedua kaki dan menariknya keatas bagian perutTujuan : Merawat atau memeriksa genetalia pada proses persalinan, memasang alat kontrasepsi
11) Posisi Orthopneik
posisi adaptasi dari fowler tinggi. Klien duduk di TT atau tepi TT dg meja yang menyilang diatas TT (90o)Tujuan : membantu mengatasi masalah kesulitan bernafas dg ekspansi dada maksimum, membantu klien yg mengalami inhalasi
2. Ambulasi
1. Memindahkan klien dari tempat tidur (TT) ke kursi/ kursi roda
1). Memindahkan klien dari tempat tidur ke kursiPengertian : Memindahkan klien yang tirah baring ke kursi
2). Memindahkan klien dari tempat tidur (TT) ke kursi rodaPengertian : Memindahkan klien dari tempat tidur ke kursi roda
2. Memindahkan klien dari tempat tidur (TT) ke brankard (TT) dan sebaliknya
1) Memindahkan klien dari TT ke brankard/ TT dan sebaliknya dengan cara diangkat.2) Memindahkan klien dari TT ke brankar/ TT dan sebaliknya dengan easy move3). Memindahkan klien dari TT ke brankard dan sebaliknya dengan Scoop Stretcher
3. Membantu klien berjalanTujuan: Memulihkan kembali toleransi aktivitas, Mencegah terjadinya kontraktur sendi dan flaksid otot
4. Membantu klien dengan alat bantu jalan (Kruk)Tujuan : Membantu melatih kemampuan gerak klien, melatih dan meningkatkan mobilisasi.Mencapai kestabilan klien dalam berjalan.Manfaat : Klien mampu berjalan dengan menggunakan alat bantu dan meningkatnya kemampuan mobilisasi klien.
Asuhan Keperawatan pada klien dengan gangguan bodi mekanik
PengkajianUntuk melakukan pengkajian body mekanik dan alignment lakukan inspeksi terhadap pada pasien pada saat berdiri,duduk maupun berbaring. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengkaji antara lain :
Posisi berdiriLakukan inspeksi melalui sudut pandang secara : Anterior,Lateral dan posterior. Pasien dalam posisi berdiri dengan kepala tegak dan mata lurus kedepan serta bahu dan pinggul harus lurus dan sejajar, apabila posisi tidak sesuai dengan posisi berdiri yang benar maka dapat diidentifikasikan bahwa ada gangguan pada otot dan tulang pasien.
Posisi dudukPada saat keadaan ini normalnya kepala dan dada akan akan memiliki keadaan yang sama pada
saat posisi berdiri yaitu kepala pasien harus tegak lurus dengan leher dan verterba kolumna telapak kaki lurus berpijak pada lantai. Pasien yang dalam keadaan abnormal akan mengalami kelemahan otot atau pralis otot serta adanya sensasi (kerusakan saraf)
Posisi berbaringLetakan pasien pada posisi lateral semua bantal dan penyokong posisi dipindahkan dari tempat tidur, kemudian tubuh ditopang dengan kasur yang cukup dan vertebra harus lurus dengan alas yang ada . apabila dijumpai kelainan pada pasien, maka terdapat penurunan sensasi atau gangguan sirkulasi serta adanya kelemahan.
Cara berjalanDikaji untuk mengetahui mobilitas dan kemungkinan resiko cedera akibat dari terjatuh, pasien diminta berjalan sepanjang 10 langkah kemudian perawat memperhatikan hal-hal berikut ini :
1) Kepala tegak, pandangan lurus kedepan, punggung tegak.2) Tumit menyentuh tanah terlebih dahulu sebelum jari-jari kaki.3) Langkah lembut, terkoordinasi dan ritmik4) Mudah untuk memulai dan mengakhiri berjalan5) Jumlah langkah per menit (pace) 70-100 X per menit, kecuali pada orang tua mungkin 40 X per menit.
Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan tulang2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neurovasculer
3. Resiko cedera berhubungan dengan gangguan keseimbangan yang disertai kelemahan otot
4. Perencanaan Keperawatan
Nyeri akut b.d terputusnya kontinuitas jaringan tulangDefinisi: perasaan sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa; awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi berlangsung < 6 bulan.
Tujuan:1) Klien mengatakan nyeri yang dirasakan berkurang.2) Klien dapat mendeskripsikan bagaimana mengontrol nyeri3) Klien mengatakan kebutuhan istirahat dapat terpenuhi4) Klien dapat menerapkan metode non farmakologik untuk mengontrol nyeri
Intervensi:1) Identifikasi nyeri yang dirasakan klien (P, Q, R, S, T)2) Eksplor faktor-faktor penyebab nyeri3) Kaji pengalaman klien masa lalu dalam mengatasi nyeri.4) Pantau tanda-tanda vital.
5) Berikan tindakan kenyamanan.6) Ajarkan teknik non farmakologik (relaksasi, fantasi, dll) untuk menurunkan nyeri.7) Jelaskan prosedur yang dapat meningkatkan nyeri dan mengurangi nyeri8) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian: analgetik sesuai indikasi
Gangguan mobilitas fisik b.d gangguan neuromuskuler.Definisi: keterbatasan pada pergerakan fisik tubuh atau satu atau lebih ekstrimitas secara mandiri dan terarah
Tujuan:1) Aktivitas fisik meningkat2) ROM normal3) Melaporkan perasaan peningkatan kekuatan dalam bergerak.4) Klien bisa melakukan aktivitas.
Intervensi:1) Pastikan keterbatasan gerak sendi yang dialami.2) Motivasi klien untuk mempertahankan pergerakan sendi.3) pastikan klien bebas dari nyeri sebelum diberikan latihan.4) Ajarkan ROM exercise aktif dan pasif; jadual; keteraturan, latih ROM pasif dan aktif5) Anjurkan dan Bantu klien duduk di tempat tidur sesuai toleransi.6) Atur posisi setiap 2 jam atau sesuai toleransi.7) Fasilitasi penggunaan alat Bantu.8) Jelaskan manfaat ROM aktif dan pasif9) Kolaborasi dengan fisioterapi
Pelaksanaan (cheklist terlampir)
Bodi alignment
Membantu klien dengan masalah berdiri dan duduk Mengatur berbagai posisi klien
Papan sandaran
Ambulasi
Memindahkan klien dari tempat tidur ke (TT) ke kursi/ kursi roda/ brankar dan sebaliknya Membantu klien berjalan
Membantu klien dengan alat bantu jalan
EvaluasiEvaluasi yang diharapkan dari hasil tindakan keperawatan untuk mengatasi gangguan postur tubuh adalah tidak terjadi perubahan atau kesalahan dalam postur tubuh dan pasien mampu melaksanakan aktifitas dengan mudah serta tidak merasakan kelemahan.
Kelainan postur yg didpat atau congenital mempengaruhi efisiensi system moskuloskeletal, spt kesejajaran tubuh keseimbangan dan penampilan.
Macam2 abnormal:
a. TortikolisDiskripsi: mencondongkan kepala ke sisi yang sakit, dimana otot sternokleidomastoideus berkontraksi.Penyebab: kondisi congenital.Penatalaksanaan: operasi, pemanasan, topangan, atau imobilisasi berdasarkan penyebab dan tingkat keparahan.
b. Kifosis
Diskripsi : peningkatan kelengkungan pada kurva spinal torakal.Penyebab : kondisi congenital, penyakit tulang atau ricket tuberkolosis spinal.Penatalaksanaan: latihan peregangan spinal, tidur tanpa bantal, menggunakan papan tempat tidur, memakai jaket, penggabungan spinal (berdasarkan penyebab dan tingkat keparahan).
c. KifolordosisDiskripsi: kombinasi dari kifosis dan lordosis.Penyebab: kondisi congenital.Penatalaksanaan: sama dengan metode yang digunakan untuk kifosis dan lordosis berdasarkan penyebab.
d. Skoliosis
Diskripsi: kurvatura spinal lateral, tinggi pinggul dan bahu tidak sama.Penyebab: kondisi congenital, poliomyelitis, paralisis spastic, panjang kaki tidak samaPenatalaksanaan: immobilisasi dan operasi (berdasarkan penyebab dan tingkat keparahan).
e. KifoskoliosisDiskripsi: tidak normalnya kurva spinal anteroposteriol dan lateral.
Penyebab: kondisi congenital, poliomyelitis, kor pulmonal.Penatalaksanaan: immobilisasi dan operasi (berdasarkan penyebab dan tingkat keparahan).
f. Dysplasia Pnggung KongenitalDiskripsi: ketidakstabilan pinggul dengan keterbatasan abduksi pinggul, dan kadang-kadang kontraktur adduksi (kaput vemur tidak bersambung dengan assetatbulum karena abnormal kedangkalan assetatbulum).Penyebab: kondisi congenital (biasanya dengan kelahiran sungsang).Penatalaksanaan: mempertahankan abduksi paha yang terus menerus sehingga kaput vemur menekan ke bagian tengah assetatbulum, beban abduksi, gips, pembedahan.
g. Knock-knee (genu varum)diskripsi: kurva kaki yang masuk ke dalam sehingga lutut rapat jika seseorang berjalan.Penyebab: kondisi congenital, penyakit tulang atau ricket.Penatalaksanaan: knee braces, operasi jika tidak dapat diperbaiki oleh pertumbuhan.
h. Lordosis
adalah kelainan pada tulang belakang dimana hyperekstensi dari tulang lumbal.Diskripsi: kurva anterior pada spinal lumbal yang melengkung berlebihan.Penyebab: kondisi congenital, kondisi temporer missal, kehamilan.Penatalaksanaan: latihan peregangan spinal berdasarkan penyebab.
http://beequinn.wordpress.com/nursing/kebutuhan-dasar-manusia-i-kdm-i/body-mechanics-mekanika-tubuh/
OKSIGENASI
1. PENGERTIAN
Oksigen (O2) adalah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme untuk
mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh. Oksigenasi adalah peristiwa menghirup
udara dari luar yang mengandung Oksigen (O2) kedalam tubuh serta menghembuskan Karbondioksida
(CO2) sebagai hasil sisa oksidasi.
Penyampaian oksigen ke jaringan tubuh ditentukan oleh sistem respirasi (pernafasan), kardiovaskuler
dan hematology.
2. SISTEM PERNAFASAN
Sistem pernafasan terdiri dari organ pertukaran gas yaitu paru-paru dan sebuah pompa ventilasi yang
terdiri atas dinding dada, otot-otot pernafasan, diagfragma, isi abdomen, dinding abdomen dan pusat
pernafasan di otak. Pada keadaan istirahat frekuensi pernafasan 12-15 kali per menit. Ada 3 langkah
dalam proses oksigenasi yaitu ventilasi, perfusi paru dan difusi.
1). Ventilasi
Ventilasi adalah proses keluar masuknya udara dari dan paru-paru, jumlahnya sekitar
500 ml. Ventilasi membutuhkan koordinasi otot paru dan thoraks yang elastis serta persyarafan
yang utuh. Otot pernapasan inspirasi utama adalah diagfragma.Diafragma dipersyarafi oleh
saraf frenik, yang keluarnya dari medulla spinalis pada vertebra servikal keempat.
Udara yang masuk dan keluar terjadi karena adanya perbedaan tekanan udara antara
intrapleura dengan tekanan atmosfer, dimana pada inspirasi tekanan intrapleural lebih negative
(725 mmHg) daripada tekanan atmosfer (760 mmHG) sehingga udara masuk ke alveoli.
Kepatenan Ventilasi terganutung pada faktor :
1. Kebersihan jalan nafas, adanya sumbatan atau obstruksi jalan napas akan menghalangi
masuk dan keluarnya udara dari dan ke paru-paru.
2. Adekuatnya sistem saraf pusat dan pusat pernafasan
3. Adekuatnya pengembangan dan pengempisan paru-paru
4. Kemampuan otot-otot pernafasan seperti diafragma, eksternal interkosa, internal interkosa,
otot abdominal.
2). Perfusi Paru
Perfusi paru adalah gerakan darah melewati sirkulasi paru untuk dioksigenasi, dimana pada sirkulasi
paru adalah darah deoksigenasi yang mengalir dalam arteri pulmonaris dari ventrikel kanan
jantung.Darah ini memperfusi paru bagian respirasi dan ikut serta dalam proses pertukaan
oksigen dan karbondioksida di kapiler dan alveolus. Sirkulasi paru merupakan 8-9% dari curah
jantung. Sirkulasi paru bersifat fleksibel dan dapat mengakodasi variasi volume darah yang besar
sehingga digunakan jika sewaktu-waktu terjadi penurunan voleme atau tekanan darah sistemik.
3). Difusi
Oksigen terus-menerus berdifusi dari udara dalam alveoli ke dalam aliran darah dan karbon dioksida
(CO2) terus berdifusi dari darah ke dalam alveoli. Difusi adalah pergerakan molekul dari area
dengan konsentrasi tinggi ke area konsentrasi rendah. Difusi udara respirasi terjadi antara
alveolus dengan membrane kapiler. Perbedaan tekanan pada area membran respirasi akan
mempengaruhi proses difusi. Misalnya pada tekanan parsial (P) O2 di alveoli sekitar 100 mmHg
sedangkan tekanan parsial pada kapiler pulmonal 60 mmHg sehingga oksigen akan berdifusi
masuk ke dalam darah. Berbeda halnya dengan CO2 dengan PCO2 dalam kapiler 45 mmHg
sedangkan pada alveoli 40 mmHg maka CO2 akan berdifusi keluar alveoli.
Anatomi paru
Paru-paru merupakan sebuah organ yang sebagian terdiri dari gelembung-gelembung udara
atau alveoli. Paru-paru dibagi menjadi 2 bagian, yaitu :
1) Paru-paru kanan, terdiri dari 3 lobus, yaitu lobus superior, lobus media, dan lobus inferior.
2) Paru-paru kiri, terdiri dari 2 lobus, yaitu lobus superior dan lobus inferior. (Syaifuddin,
1997).
Gambar 1. Lobus Pulmo Sinistra dan dekstra. (Syaifuddin,
1997)
Bronkhus terminalis masuk ke dalam saluran yang agak lain yang disebut Vestibula, dan di
sini membrane pelapisnya mulai berubah sifatnya; lapisan epitelium bersilia diganti dengan
sel epitelium yang pipih.
Dari Vestibula berjalan beberapa Infundibula dan di dalam dindingnya dijumpai kantong-
kantong udara itu. Kantong udara atau Alveoli itu terdiri atas satu lapis tunggal sel epitelium
pipih, dan di sinilah darah hamper langsung bersentuhan dengan udara hingga suatu
jaringan pembuluh darah kapiler mengitari Alveoli dan pertukaran gas pun terjadi. (Evelyn C.
P, 2002).
Gambar 2. Diagram dari akhiran sebuah Bronkhliolus didalam
Alveoli. (Pearce. E. C, 2002)
3. SISTEM KARDIOVASKULER
a. Struktur dan letak jantung
Jantung terbagi oleh sebuah septum (sekat) menjadi dua belah, yaitu kiri dan kanan.
Setiap belahan kemudian dibagi menjadi dua ruang, pada bagian di atas disebut “atrium” dan
bagian bawah disebut “ventrikel”. Pada masing-masing belahan terdapat satu atrium dan satu
ventrikel. Atrium dan ventrikel dihubungkan oleh lubang yang terdapat katup, pada bagian
sebelah kanan disebut katup (valvula) trikuspidalis dan pada bagian sebelah kiri disebut katub
mitral atau katub bikuspidalis. (Pearce, 1999)
Jantung terbungkus oleh membran yang disebut perikardium. Membran ini terdiri atas
dua lapisan dalam dan luar. Lapisan dalam disebut perikardium viseralis (membran serus yang
lekat sekali pada jantungnya) dan lapisan luar disebut perikardium parentalis (lapisan yang
membungkus jantung sebagai kantong longgar). Keduanya dipisahkan oleh cairan pelumas yaitu
cairan serus yang berfungsi mengurangi gesekan pada gerakan memompa dari jantung itu
sendiri.
Jantung terdiri dari tiga lapisan, antara lain: epikardium (luar), miokardium (otot), endokardium
(lapisan dalam/endotel).
Gambar 1. Struktur jantung dan perjalanan aliran darah melalui kamar
jantung, sesuai petunjuk anak panah
b. Fisiologi jantung
Jantung berfungsi sebagai pemompa darah dari pembuluh vena ke dalam sirkulasi
pulpomal paru-paru vena, vena pulmonalis, atrium kiri, lewat katup mitral, ventrikel kiri, katup
aorta, arteri, arteriola, kapiler, venula, vena, vena cava inferior, dan kembali ke atrium kanan
yang disebut “sirkulasi sistematik”, sedangkan aliran darah dari atrium kanan masuk lewat katup
trikuspidalis, sirkulasi paru-paru yang disebut “sirkulasi pulmonalis”.
Gangguan aliran dalam jantung mengakibatkan oksigenasi tidak adekuat, darah arteri dan
vena tercampur yang mengakibatkan perfusi sel-sel berkurang. Gerakan jantung terdiri atas dua
jenis, yaitu kontraksi (systole) dan relaksasi (diastole). Kontraksi kedua atrium terjadi serentak
disebut systole atrial dan relaksasi atrium disebut diastole atrial, demikian pula untuk kontraksi
ventrikel disebut systole ventrikel dan relaksasi ventrikel disebut diastole ventrikel. Kontraksi
ventrikel lamanya 0,3 detik dan relaksasi lamanya 0,5 detik. Kontraksi kedua atrium pendek
sedangkan kontraksi ventrikel lebih lama dan kuat.
Daya pompa jantung pada organ yang sedang istirahat berdebar sekitar 70 kali/menit dan
memompa 70 ml setiap denyutan. Dengan demikian jumlah darah yang dipompa setiap menit
sekitar 5 liter. Sewaktu banyak bergerak kecepatan denyut jantung dapat mencapai 150
kali/menit, sehingga daya pompa jantung adalah 20-25 liter/menit. (Evelya C. Pearce, 2002).
Gambar 2. Gambaran skematik aliran darah melalui system
kardiovaskuler
4. HEMATOLOGI
Oksigen membutuhkan transport dari paru-paru ke jaringan dan karbondioksida dari jaringan ke paru-
paru. Sekitar 97% oksigen dalam darah dibawa eritrosit yang telah berikatan dengan hemoglobin (Hb)
dan 3% oksigen larut dalam plasma. Setiap sel darah merah mengandung 280 juta molekul Hb dan setiap
molekul dari keempat molekul besi dalam hemoglobin berikatan dengan satu molekul oksigen
membentuk oksihemoglobin (HbO2). Reaksi pengikatan Hb dengan O2 dipengaruhi oleh suhu, Ph,
konsentrasi 2,3 difosfogliserat dalam darah merah.
Dengan demikian besarnya Hemoglobin (Hb) dan jumlah eritrosit akan mempengaruhi transport gas.
5. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBUTUHAN OKSIGEN
1. Faktor Fisiologi
1. Menurunnya kapasitas pengikatan O2 seperti anemia
2. Menurunnya konsentrasi O2 yang diinspirasi seperti pada obstruksi saluran
napas bagian atas
3. Hipovolemia sehingga tekanan darah menurun mengakibatkan transpor O2
terganggu
4. Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam, ibu hamil, luka
dan lain-lain.
5. Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada seperti pada kehamilan,
obersitas, musculus skeleton yang abnormal, penyakit kronik seperti TBC paru
2. Faktor Perkembangan
1. Bayi prematur : yang disebabkan kurangnya pembentukan surfaktan
2. Bayi dan toodler : adanya resiko infeksi saluran pernafasan akut
3. Anak usia sekolah dan remaja , resiko saluran pernafasan dan merokok
4. Dewasa muda dan pertenggahan : diet yang tidak sehat, kurang aktivitas, stress
yang mengakibatkan penyakit jantung dan paru-paru
5. Dewasa tua : adanya proses penuaan yang mengakibatkan kemungkinan
arteriosklerosis, elastisitas menurun, ekspansi paru menurun
3. Faktor Prilaku
1. Nutrisi : misalnya pada obesitas mengakibatkan penurunan ekspansi paru, gizi
yang buruk menjadi anemia sehingga daya ikat oksigen berkurang, diet yang
terlalu tinggi lemak menimbulkan arteriosklerosis.
2. Exercise (olahraga berlebih) : Exercise akan meningkatkan kebutuhan oksigen
3. Merokok : nikotin menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah perifer dan
koroner
4. Substance abuse (alkohol dan obat-obatan) : menyebabkan intake nutrisi (Fe)
menurun mengakibatkan penurunan hemoglobin, alkohol menyebabkan depesi
pusat pernafasan
5. Kecemasan : menyebabkan metabolisme meningkat
4. Faktor Lingkungan
1. Tempat kerja (polusi)
2. Suhu lingkungan
3. Ketinggian tempat dari permukaan laut
5. PERUBAHAN FUNGSI JANTUNG
Perubahan-perubahan fungsi jantung yang mempengaruhi kebutuhan oksigenasi adalah sebagai
berikut :
1. Gangguan Konduksi
Gangguan konduksi (hantaran) seperti distritmia (takikardia/bradikardia)
2. Perubahan Cardiac Output (Curah Jantung)
Menurunnya cardiac output seperti pada pasien dekom menimbulkan hipoksia
Jaringan.
3. Kerusakan fungsi katub seperti pada stenosis, obstruksi, regurgitasi darah yang
mengakibatkan vetrikel bekerja lebih keras.
4. Myocardial iskhemial infrark mengakibatkan kekurangan pasokan darah dari
arteri koroner ke miokardium.
6. PERUBAHAN FUNGSI PERNAFASAN
1. Hiperventilasi
Merupakan upaya tubuh dalam meningkatkan jumlah O2 dalam paru-paru agar pernafasan lebih cepat
dan
dalam. Hiperventilasi dapat disebabkan karena :
a. Kecemasan
b. Infeksi / sepsis
c. Keracunan obat-obatan
d. Kertidakseimbangan asam basa seperti pada asidosis metabolik
Tanda-tanda dan gejala hiperventilasi adalah takikardia, napas pendek, nyeri dada (chest pain),
menurunnya
konsentrasi, disorientasi, tinnitus.
2. Hipoventilasi
Hipoventilasi terjadi ketika ventilasi alveolar tidak adekuat untuk memenuhi penggunaan O2 tubuh atau
untuk
mengeluarkan CO2 dengan cukup, biasanya terjadi pada keadaan atelektasis (kolaps paru).
Tanda-tanda dan gejala pada keadaan hipoventilasi adalah nyeri kepala, penurunan kesadaran,
disorientasi,
kardiakdistritma, ketidakseimbangan elektrolit, kejang, dan kardiak arrest.
3. Hipoksia
Tidak adekuatnya pemenuhan O2 seluler akibat dari defisiensi O2 yang diinspirasi atau meningkatnya
penggunaan O2 pada tingkat seluler. Hipoksia dapat disebabkan oleh :
a. Menurunya hemoglobin
b. Berkurangnya konsentrasi O2 jika berada di puncak gunung
c. Ketidakmampuan jaringan mengikat O2 seperti keracunan sianida
d. Menurunnya difusi O2 dari alveoli ke dalam darah seperti pada pneumonia
e. Menurunnya perfusi jaringan seperti syok
f. Kerusakan / gangguan ventilasi
Tanda-tanda hipoksia antara lain : kelelehan, kecemasan, menurunnya kemampuan konsentrasi, nadi
meningkat, pernafasan cepat dan dalam, sianosis dan clubbing.
DAFTAR PUSTAKA
Tarwoto, Wartonah. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Edisi 3. Jakarta : Salemba Mardika tahun 2006.
Hidayat, Aziz Alimul. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Edisi 2. Jakarta : Salemba Mardika 2007
Perry, Potter. Fundamental of nursing Edisi 4. Volume 1 & 2. Jakarta : EGC. 1997
KONSEP DASAR CAIRAN DAN ELEKTROLIT
BAB I
PENDAHULUAN
A. KONSEP DASAR CAIRAN DAN ELEKTROLIT
Air merupakan salah satu dari dua pelarut terpenting dalam tubuh. Dia memiliki keistimewaan
karena memiliki konsentrasi molar yang tinggi yang menyebabkannya dapat menyediakan ion hidrogen
yang tidak ada habisnya dalam tubuh. Air dan lemak adalah dua pelarut utama dalam tubuh. Membran
sel lemak memisahkan cairan intraseluler dengan cairan ekstraseluler. Bahan yang larut dalam air tidak
akan dengan mudah melewati membran lemak kecuali ada mekanisme transportasi khusus. Dapat
diharapkan bahwa air tidak akan dengan mudah melewati membran sel. Bahkan, dalam dua lapisan
lemak buatan, air tidak dapat melintas dengan mudah dan hal ini konsisten dengan harapan kita. Tetapi
kebalikannya, air melintasi hampir semua membran dalam tubuh dengan mudah! Molekul air melintasi
membran sel dengan 2 jalur yang dapat kita katakan sebagai jalur lemak dan jalur saluran air. Jalur
lemak merujuk pada air yang melintasi dua lapisan lemak dari membran sel dengan cara difusi. Hal ini
penting karena jalur ini tersedia dalam semua sel dalam tubuh. Komposisi lemak dari berbagai membran
sel bervariasi sehingga angka aliran cairan yang melintasi membran sel juga bervariasi. Pada sebagian
membran fluktuasi air sangat tinggi dan tidak dapat diperhitungkan dengan difusi air yang melintasi
barier lemak. Fakta ini mengarah pada satu hipotesis bahwa membran harus mengandung protein yang
menyediakan saluran air yang melewati saluran tersebut air dapat lewat. Saluran air sekarang sudah
ditemukan. Aliran air melalui saluran ini dapat terjadi sebagai hasil dari difusi atau filtrasi.
Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metabolisme tubuh
membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespons terhadap stressor fisiologis dan lingkungan.
Keseimbangan cairan adalah esensial bagi kesehatan. Dengan kemampuannya yang sangat besar untuk
menyesuaikan diri, tubuh mempertahankan keseimbangan, biasanya dengan proses-proses faal
(fisiologis) yang terintegrasi yang mengakibatkan adanya lingkungan sel yang relatif konstan tapi
dinamis. Kemampuan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan cairan ini dinamakan
“homeostasis”.
BAB II
ISI
Cairan & elektrolit sangat penting untuk mempertahankan homeostasis tubuh. Cairan tubuh
menempati kompartemen intrasel & ektrasel. Distribusi cairan tubuh: otot 50%, kulit 20%. Darah 20%
organ2 lainnya 10% Cairan Ektrasel. Semua cairan yg terdapat di luar sel yg terdiri dari ion2 & berbagai
bahan nutrisi yg dibutuhkan oleh sel u/ mempertahankan fungsi sel. Cairan ekstrasel bergerak secara
konstan pada seluruh tubuh & ditransport dgn cepat ke dlm sirkulasi melalui dinding kapiler
A. KOMPARTEMEN CAIRAN
Seluruh cairan tubuh didistribusikan diantara dua kompartemen utama, yaitu : cairan
intraselular (CIS) dan cairan ekstra selular (CES). Pada orang normal dengan berat 70 kg, Total cairan
tubuh (TBF) rata-ratanya sekitar 60% berat badan atau sekitar 42 L. persentase ini dapat berubah,
bergantung pada umur, jenis kelamin dan derajat obesitas ( Guyton & Hall, 1997)
1. Cairan Intraselular (CIS) = 40% dari BB total Adalah cairan yang terkandung di dalam sel. Pada orang
dewasaq kira-kira 2/3 dari cairan tubuh adalah intraselular, sama kira-kira 25 L pada rata-rata pria
dewasa (70 kg). Sebaliknya, hanya ½ dari cairan tubuh bayi adalah cairan intraselular.
2. Cairan Ekstraselular (CES) = 20% dari BB total Adalah cairan diluar sel. Ukuran relatif dari (CES)menurun
denganq peningkatan usia. Pada bayi baru lahir, kira-kir ½ cairan tubuh terkandung didalam (CES).
Setelah 1 tahun, volume relatif dari (CES) menurun sampai kira-kira 1/3 dari volume total. Ini hampir
sebanding dengan 15 L dalam rata-rata pria dewasa (70 kg).
Lebih jauh (CES) dibagi menjadi :
a) Cairan interstisial (CIT) : Cairan disekitar sel, sama dengan kira-kira 8 L pada orang dewasa. Cairan limfe
termasuk dalam volume interstisial. Relatif terhadap ukuran tubuh, volume (CIT) kira-kira sebesar 2 kali
lebih besar pada bayi baru lahir dibanding orang dewasa.
b) Cairan intravaskular (CIV) : Cairan yang terkandung di dalam pembuluh darah. Volume relatif dari (CIV)
sama pada orang dewasa dan anak-anak. Rata-rata volume darah orang dewasa kira-kira 5-6 L (8% dari
BB), 3 L (60%) dari jumlah tersebut adalah PLASMA. Sisanya 2-3 L (40%) terdiri dari sel darah merah
(SDM, atau eritrosit) yang mentranspor oksigen dan bekerja sebagai bufer tubuh yang penting; sel darah
putih (SDP, atau leukosit); dan trombosit. Tapi nilai tersebut diatas dapat bervariasi pada orang yang
berbeda-beda, bergantung pada jenis kelamin, berat badan dan faktor-faktor lain. Adapun fungsi dari
darah adalah mencakup :
pengiriman nutrien (mis ; glokusa dan oksigen) ke jaringan
transpor produk sisa ke ginjal dan paru-paru
pengiriman antibodi dan SDP ke tempat infeksi
transpor hormon ke tempat aksinya
sirkulasi panas tubuh
3. Cairan Transelular (CTS) Adalah cairan yang terkandung di dalam rongga khusus dari tubuh. Contoh (CTS)
meliputi cairan serebrospinal, perikardial, pleural, sinovial, dan cairan intraokular serta sekresi lambung.
Pada waktu tertentu (CTS) mendekati jumlah 1 L. Namun, sejumlah besar cairan dapat saja bergerak
kedalam dan keluar ruang transelular setiap harinya. Sebagai contoh, saluran gastro-intestinal (GI)
secara normal mensekresi dan mereabsorbsi sampai 6-8 L per-hari.
Secara Skematis Jenis dan Jumlah Cairan Tubuh dapat digambarkan sebagai berikut :
B. FUNGSI CAIRAN TUBUH
1. Sarana untuk mengangkut zat-zat makanan ke sel-sel
2. Mengeluarkan buangan-buangan sel
3. Mmbentu dalam metabolisme sel
4. Sebagai pelarut untuk elektrolit dan non elektrolit
5. Membantu memelihara suhu tubuh
6. Membantu pencernaan
7. Mempemudah eliminasi
8. Mengangkut zat-zat seperti (hormon, enzim, SDP, SDM)
C. KOMPOSISI CAIRAN TUBUH
Semua cairan tubuh adalah air larutan pelarut, substansi terlarut (zat terlarut)
1. Air adalah senyawa utama dari tubuh manusia. Rata-rata pria Dewasa hampir 60% dari berat badannya
adalah air dan rata-rata wanita mengandung 55% air dari berat badannya.
2. Solut (terlarut) Selain air, cairan tubuh mengandung dua jenis substansi terlarut (zat terlarut) elektrolit
dan non-elektrolit.
a) Elektrolit : Substansi yang berdiasosiasi (terpisah) di dalam larutan dan akan menghantarkan arus listrik.
Elektrolit berdisosiasi menjadi ion positif dan negatif dan diukur dengan kapasitasnya untuk saling
berikatan satu sama lain (miliekuivalen/liter) atau dengan berat molekul dalam garam ( milimol/liter
mEq/L ). Jumlah kation dan anion, yang diukur dalam miliekuivalen, mol/L dalam larutan selalu sama.
Kation : ion-ion yang mambentuk muatan positif dalam larutan. Kation ekstraselular utama adalah
natrium (Na+), sedangkan kation intraselular utama adalah kalium (K+). sementara kation yang lainnya
adalah (Ca+) dan (Mg+). Sistem pompa terdapat di dinding sel tubuh yang memompa natrium ke luar dan
kalium ke dalam
Anion : ion-ion yang membentuk muatan negatif dalam larutan. Anion ekstraselular utama adalah klorida
( Cl ), sedangkan anion intraselular utama adalah ion fosfat (PO4ɜˉ -).
Karena kandungan elektrolit dari palsma dan cairan interstisial secara esensial sama, nilai
elektrolit plasma menunjukkan komposisi cairan ekstraselular, yang terdiri atas cairan intraselular dan
interstisial. Namun demikian, nilai elektrolit plasma tidak selalu menunjukkan komposisi elektrolit dari
cairan intraselular. Pemahaman perbedaan antara dua kompartemen ini penting dalam mengantisipasi
gangguan seperti trauma jaringan atau ketidakseimbangan asam-basa. Pada situasi ini, elektrolit dapat
dilepaskan dari atau bergerak kedalam atau keluar sel, secara bermakna mengubah nilai elektrolit
palsma.
b) Non-elektrolit : Substansi seperti glokusa dan urea yang tidak berdisosiasi dalam larutan dan diukur
berdasarkan berat (miligram per 100 ml-mg/dl). Non-elektrolit lainnya yang secara klinis penting
mencakup kreatinin dan bilirubin.
D. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit diantaranya
adalah :
1. Usia
Variasi usia berkaitan dengan luas permukaan tubuh, metabolisme yang diperlukan dan berat
badan. selain itu sesuai aturan, air tubuh menurun dengan peningkatan usia. Berikut akan disajikan
dalam tabel perubahan pada air tubuh total sesuai usia.
2. Jenis kelamin
Wanita mempunyai air tubuh yang kurang secara proporsional, karena lebih banyak
mengandung lemak tubuh
3. Sel-sel lemak
Mengandung sedikit air, sehingga air tubuh menurun dengan peningkatan lemak tubuh
4. Stres
Stres dapat menimbulkan peningkatan metabolisme sel, konsentrasi darah dan glikolisis otot,
mekanisme ini dapat menimbulkan retensi sodium dan air. Proses ini dapat meningkatkan produksi ADH
dan menurunkan produksi urine
5. Sakit
Keadaan pembedahan, trauma jaringan, kelainan ginjal dan jantung, gangguan hormon akan
mengganggu keseimbangan cairan
6. Temperatur lingkungan
Panas yang berlebihan menyebabkan berkeringat. Seseorang dapat kehilangan NaCl melalui
keringat sebanyak 15-30 g/hari
7. Diet
Pada saat tubuh kekurangan nutrisi, tubuh akan memecah cadangan energi, proses ini akan
menimbulkan pergerakan cairan dari interstisial ke intraselular.
E. PERGERKAN CAIRAN TUBUH
Mekanisme pergerakan cairan tubuh berlangsung dalam tiga proses, yaitu:
1. Difusi adalah perpindahan larutan dari area berkonsentrasi tinggi menuju area berkonsentrasi
rendahdengan melintasi membrane semipermeabel. Pada proses ini, cairan dan elektrolit masuk
melintasi membrane yang memisahkan dua kompartemen sehingga konsentrasi di kedua kompartemen
ini seimbang. Kecepatan difusi ini dipengaruhi oleh tiga hal, yakni ukuran molekul, konsentrasi larutan,
temperature larutan.
2. Osmosis adalah perpindahan cairan melintasi membrane semipermiabel dari area yang berkonsentrasi
rendah ke area berkonsentrasi tinggi. Pada proses ini, cairan melintasi membrane untuk mengencerkan
cairan yang berkonsentrasi tinggi sampai diperoleh keseimbangan di kedua sisi membrane. Perbedaan
osmotic ini di pengaruhi oleh distribusi protein tidak merata. Karena ukuran molekulnya besar protein
tidak dapat bebas melintasi membrane plasma. Akibatnya, terjadi ketidakseimbangan tekanan osmotic
koloid (tekanan onkotik) sehingga cairan tertarik kedalam ruang intravaskuler.
3. Transpor Aktif adalah pengangkutan yang digunakan oleh molekul untuk berpindah melintasi
membrane sel melawan gradient konsentrasinya. Dangan kata lain, transport aktif adalah gerakan
molekul dari konsentrasi yang satu ke konsentrasi yang lain tanpa memandang tinggkatannya. Proses ini
membutuhkan energy dalam bentuk adenosine triphosphat (ATP). ATP berguna untuk mempertahankan
konsentrasi ion kalium dan natrium dalam ruang ekstrasel dan intrasel memlalui suatu proses yang
disebut pompa”natrium-kalium”.
F. PENGATURAN KESEIMBANGAN CAIRAN
Pengaturan keseimbangan cairan terjadi melalui mekanisme berikut:
1. Rasa Haus adalah keingina yang disadari terhadap kebutuhan akan cairan. Rasa haus biasanya muncul
apabila osmolalitas plasma mencapai 295 mOsm/kg. osmoreseptor yang terletak dipusat rasa haus
hipotalamus sensitive terhadap perubahan osmolalitas pada cairan ekstrasel.
2. Hormone ADH, hormone ini dibentuk di hipotalamus dan disimpan dalam neurohipofisis pada hipofisis
posterior. Stimuli utama untuk sekresi ADH adalah peningkatan osmolalitas dan penurunan cairan
ekstrasel. Selain itu sekresi juga terjadi pada kondisi stress, trauma, pembedahan, nyeri, dan
penggunaan beberapa jenis anestetik dan obat-obatan.hormon ini meningkatkan reabsorbsi air pada
duktus pengumpul sehingga dapat menahan air dan mempertahankan volume cairan ekstrasel. ADH
juga disebut sebagai vasopressin karena mempunyai efek vasokontriksi minor pada arteriol yang dapat
meningkatkan tekanan darah.
3. Hormone Aldosteron, hormone ini disekresi oleh kelenjar adrenal dan bekerja pada tubulus ginjal untuk
meningkatkan absorbs natrium. Retensi natrium mengakibatkan retensi air. Pelepasan aldosteron
dirangsang oleh perubahan konsentrasi kalium, kadar natrium serum, dan system rennin-angiotensin.
4. Prostaglandin, merupakan asam lemak alami yang terdapat dibanyak jaringan dan berperan dalam
proses radang, pengontrolan tekanan darah, kontraksi uterus, dan motilitas gastrointestinal. Di ginjal,
prostaglandin berperan mengatur sirkulasi ginjal, resorpsi natrium.
5. Glukokortikoid, meningkatkan resorpsi natrium dan air sehingga memperbesar volume darah dan
mengakibatkan retensi natrium. Oleh karena itu, perubahan kadar glukokortikoid mengakibatkan
perubahan pada keseimbangan volume darah (Tambajong, 2000).
Asupan cairan pada individu dewasa berkisar 1500-3500ml/hari. Sedangkan haluaran cairannya adalah
3500ml/hari. Pengeluaran cairan ini dapat terjadi melalui beberapa organ yakni:
Kulit. Pengeluaran cairan melalui kulit diatur oleh kerja saraf simpatis yang merangsang aktivitas kelenjar
keringat. Rangsangan pada kelenjar keringat ini disebabkan oleh aktifitas otot, temperature lingkungan
yang tinggi, dan kondisi demam. Pengeluaran cairan ini dikenal dengan IWL (Insensibel Water Loss). IWL
melalui kulit berkisar antara 15-20 ml/24 jam atau 350-400 ml/hari.
Paru-paru, meningkatnya jumlah cairan yang keluar melalui paru merupakan suatu bentuk respons
terhadap perubahan kecepatan dan kedalaman napas karena pergerakan atau kondisi demam. IWL
untuk paru adalah 350-400ml/hari.
Pencernaan. Dalam kondisi normal, jumlah cairan yang hilang melalui system pencernaan setiap harinya
berkisar antara 100-200 ml. penghitungan IWL secara keseluruhan adalah 10-15ml/kgBB/24jam, dengan
penambahan 10% dari IWL normal setiap kenaikan 1OC.
Ginjal. Merupakan organ pengekskresi cairan utama pada tubuh. Pada individu dewasa, ginjal
mengekskresikan sekitar 1500ml/hari.
G. GANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
Ketidakseimbangan cairan
Hal ini terjadi apabila kompensasi tubuh tidak mampu mempertahankan homeostasis.
Gangguan keseimbangan cairan dapat berupa defisit volume cairan dan sebaliknya.
1. Defisit volume cairan (fluid volume defisit [FVD]) adalah suatu kondisi ketidakseimbangan yang ditandai
dengan defisiensi cairan dan elektrolit diruang ekstrasel, namun proporsi antara keduanya mendekati
normal. Kondisi ini juga dikenal dengan hipovolemia. Secara umum, kondisi defisit volume cairan
(dehidrasi) terbagi menjadi 3 yaitu:
a. Dehidrasi isotonic. Ini terjadi apabila cairan yang hilang sebanding dengan jumlah elektrolit yang hilang.
b. Dehidrasi hipertonik. Ini terjadi jika jumlah cairan yang hilang lebih besar dari jumlah elektrolit yang
hilang.
c. Dehidrasi hipotonik. Ini terjadi bila jumlah cairan yang hilang lebih sedikit daripada jumlah elektrolit
yang hilang.
2. Volume cairan berlebih (fluid volume eccess [FVE]) adalah ketidakseimbangan yang ditandai
dengankelebihan (retensi) cairan dan natrium di ruang ekstrasel. Kondisi ini dikenal juga dengan istilah
hipervolemia. Overdehidrasi umumnya disebabkan olehgangguan pada fungsi ginjal. Manifestasi
kelebihan cairan ekstrasel adalah:
a. Edema perifer atau edema pitting
b. Asites
c. Kelopak mata bengkak
d. Bunyi nafas ronkhi basah diseluruh lapang paru
e. Penambahan berat badan yang tidak lazim
Ketidakseimbangan Elektrolit
a. Hiponatremia adalah kekurangan kadar natrium di cairan ekstrasel yang menyebahkan perubahan
tekanan osmotic. Hipernatremia kelebihan kadar natrium di cairan ekstrasel yang menyebahkan
perubahan tekanan osmotic ekstrasel
b. Hipokalemia adalah kekurangan kadar kalium di cairan ekstrasel yang menyebabkan pindahnya kalium
keluar sel. Hiperkalemia adalah kelebihan kadar kalium di cairan ekstrasel, yang menyebabkan
terhambatnya transmisi impuls jantung yang menyebabkan serangan jantung.
c. Hipokalsemia adalah kekurangan kadar kalsium di cairan eksrasel yang menyebabkan pengeroposan
tulang. Hiperkalsemia adalah kelebihan kadar kalsium di cairan eksrasel yang menyebabkan penurunan
eksitabilitas otot yang menimbulakan flaksidasis.
d. Hipomagnesemia terjadi apabila kadar magnesium serum kurang dari 1,5 mEq/l. hipermagnesemia
terjadi bila kadar magnesium serum lebih dari 3,4 mEq/l.
e. Hipokloremia adalah penurunan kadar ion klorida dalam serum. Hiperkloremia adalah peningkatan
kadar ion klorida dalam serum.
f. Hipofosfatemia adalah penurunan kadar fosfat dalam serum. Hiperfosfatemia adalah peningkatan
kadar fosfat dalam serum.
H. KESEIMBANGAN ASAM BASA
Gangguan keseimbangan air – elektrolit menyebabkan gangguan keseimbangan asam basa Sistem
Buffer: zat yang dapat mencegah perubahan kadar ion hidrogen bebas dlm larutan, bila mendapat
tambahan asam/ basa
Ada beberapa Istilah dalam keseimbangan asam basa
Asidemia adalah pH darah < 7.35
Alkalemia adalah pH darah > 7.45
Asidosis adalah penurunan kadar bikarbonat serum
Alkalosis adalah peningkatan kadar bikarbonat serum
Tubuh melindungi diri dari perubahan pH dengan:
1. Mengencerkan produk asam
2. Sistem buffer
3. Regulasi pernapasan – mengatur kadar pCO2 plasma
4. Reabsorbsi bikarbonat yang difiltrasi di ginjal, ekskresi H+ & NH4+
Gangguan Keseimbangan Asam Basa
Asidosis Metabolik
pH menurun, bikarbonat menurun, BE (-)
pCO2 à bukti tubuh menetralisir racun
Sebab:
1. Produksi ion H+ berlebihan, misalnya:
Meningkatkan metabolisme (demam, distress pernapasan, kejang, dll)
Meningkatkan asam organik (dehidrasi, hipoxia, hipoperfusi)
Ketosis (DM, kelaparan)
2. Kehilangan bikarbonat berlebihan, misalnya: diare, drainase ileostomi
3. Pemberian asam (HCl, asam amino)
4. Kegagalan ginjal untuk mengeluarkan asam yg berlebihan
Derajat beratnya asidosis metabolic ditentukan oleh turunnya base akses
Kompensasi: hiperventilasi... CO2 ↑ keluar (napas cepat, dalam = kussmaul respiration)
Komplikasi: hipotensi, edema paru, hipoksia jaringan, depresi SSP, koma, kejang
Alkalosis Metabolik
Konsentrasi H+ turun
Sebab:
1. Muntah (HCl, K+ hilang)
2. K+ hilang berlebihan (melalui urin, GIT)
3. Penambahan HCO3 ke dalam CES (misalnya th/ iv)
4. ↑ reabsorbsi HCO3. Misalnya: sindroma Cushing, Bartter, Hipoaldosteronisme primer
Kompensasi: hipoventilasi à hipoksemia
Lab: pH ↑, CO ↑, BE (+), pO2 ↓, HCO3 ↑
Asidosis Respiratorik
Akibat dr hipoventilasi alveolar sehingga produksi CO2 > ekskresi CO2
Terjadi pada:
Penyakit paru berat: membran hialin, bronchopneumonia, edema paru
Penyakit neuromuskuler: sindroma Guillian Barre, overdosis obat sedatif
Obstruksi jalan napas: bronchospasme
Kompensasi
Ginjal à membentuk dan meningkatkan reabsorbsi bikarbonat
Gejala klinik:
Hipoksia
Vasodilatasi (karena CO2 ↑)
Laboratorium: pH ↓ - pCO2 ↑ - HCO3 ↑ - BE (+)
Alkalosis Respiratorik
Ekskresi CO2 melalui paru-paru berlebihan sehingga pCO2 ↓
Sebab:
- hiperventilasi (kerusakan otak, emosi); keracunan salisilat
Lab: pH ↑ - pCO2 ↓ – bikarbonat ↓ - BE (-)
Mekanisme kompensasi
Gangguan respiratorik – dikompensasi oleh ginjal
Gangguan metabolik – dikompensasi oleh mekanisme respirasi
Tingkat kompensasi dibagi dalam:
Tidak dikompensasi (mekanisme kompensasi tidak bekerja)
Kompensasi partial (pH tidak sampai normal)
Kompensasi penuh (pH kembali normal)
Kompensasi berlebihan
Perkiraan gangguan asam basa dpt diketahui dg memeriksa darah arteri (pemeriksaan ASTRUP = Analisa
Gas Darah)
Yang dinilai adalah: pH, pCO2, HCO3, BE
Selain itu ada faktor penting lain: pO2, O2 saturation
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keseimbangan cairan adalah esensial bagi kesehatan. Dengan kemampuannya yang sangat
besar untuk menyesuaikan diri, tubuh mempertahankan keseimbangan, biasanya dengan proses-proses
faal (fisiologis) yang terintegrasi yang mengakibatkan adanya lingkungan sel yang relatif konstan tapi
dinamis. Kemampuan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan cairan ini dinamakan
“homeostasis”.
B. Saran
Bagi para pembaca, masalah keseimbangan cairan dan elektrolit adalah hal yang sangat penting
dan jangan menganggap masalah ini adalah masalah sepele, karena Jika seseorang sakit, biasanya
masalah keseimbangan cairan dan elektrolit kurang diperhatikan.
DAFTAR PUSTAKA
Tambayong, J. (2000). Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Gibson, J. (2002). Fisiologi dan Anatomi Modern untuk Perawat. (ed.2). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC
Tarwoto, W. (2003). Kebutuhan Dasar Manusia & Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Mubarak, W. I. Dan Chayatin, N. (2007). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Diposkan oleh rama di 07.39
Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook
Tidak ada komentar:
Poskan KomentarPosting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)
Cari Blog Ini
Memuat...
Daily Calendar
Just Say
Hai para blogger???? salam sehat dariku... :)
PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI
PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI
By: H.Arham Alam,S.Kep,Ns.
Pendahuluan
Semua sel tubuh membutuhkan makanan yang cukup, makanan merupakan kebutuhan pokok untuk hidup, dan beberapa zat makanan penting sekali untuk kesehatan. Bila makanan tidak mengandung zat gizi yang dibutuhkan sel tubuh kelancaran kerja fisiologis akan terganggu.
Pengertian
“ Nutrisi merupakan proses total yang terlibat dalam konsumsi dan penggunaan zat makanan yang meliputi cara pemakaian gizi oleh proses-proses dalam tubuh, seperti pertumbuhan, penggantian jaringan dan pemeliharaan kegiatan dalam tubuh secara keseluruhan “ (Dasar-dasar ilmu keperawatan,436).
“ Nutrition is term that include the bodily processed in the ingestion and metabolisme of food = Nutrisi meliputi semua proses tubuh yang melibatkan ingesti dan metabolisme makanan “(Fundamental of nursing concept,1979,419)
“ Nutrisi adalah ilmu yang mempelajari zat makanan (nutrient) dan zat-zat lain yang ada dalam makanan serta kerjanya, interaksinya dan keseimbangannya dalam hubungannya dengan kesehatan dan penyakit melalui proses ingesti, absorpsi, transportasi, pemakaian dan ekskresi dari makanan “ (Essential of nutrition therapy, 1985,3)
Nutrisi sebagai Kebutuhan Dasar Manusia 1. Zat makanan / nutrien yang didapat dari pemasukan makanan --à materi-materi yang
dibutuhkan oleh tubuh. 2. Nutrien sangat penting untuk pertumbuhan dan perbaikan jaringan, pemeliharaan serta fungsi
normal dari sel tubuh.
3. Nutrien akan digunakan untuk memproduksi energi berupa ATP ( Adenosin triphospat ) untuk seluruh aktifitas tubuh :
Pergerakan otot
Transmisi impuls saraf Tergantung pada energi yang
Proses berfikir di produksi dari makanan yang
Produksi panas dikonsumsi individu
Nutrisi sebagai Kebutuhan Dasar Manusia
Nutrien dibutuhkan untuk membuat zat-zat penting seperti hormon dan enzim
- Jika tubuh mengalami kekurangan beberapa zat penting maka akan terjadi ketidakmampuan untuk : Tumbuh
Risiko buruk bagi tubuh
Memelihara fungsi & pergantian jaringan
Fisiologi Nutrisi Makanan akan diproses tubuh melalui tahap-tahap : Ingesti, Digesti, absorpsi, metabolisme dan ekskresi.
A. Ingesti
Ad/ proses masuknya makanan kedalam tubuh yang terdiri dari : Dimulai dari koordinasi otot-otot lengan dan tangan untuk membawa makanan ke mulut Proses mengunyah proses pemecahan, penyederhanaan makanan dr ukuran besar menjadi
ukuran lebih kecil. Proses mengunyah melibatkan gigi & kontrol volunter otot-otot mulut bila makanan berada pd gigi, gusi, palatum keras & lidah, maka akan terjadi refleks mengunyah yg volunter (disadari), yg diatur o/ SSP.
Proses menelan merupakan tahap terakhir dr peristiwa ingesti, yaitu bergeraknya makanan dr mulut ke esophagus, & masuk lambung. Proses ini terjadi secara refleks sebagai akibat adanya penekanan pd bagian faring & mulai sejak makanan sudah dikunyah secara adekuat, serta refleks ini akan menahan proses respirasi.
B. Digesti
- Merupakan rangkaian kegiatan fisik dan kimia pada makanan yang dibawa kedalam tubuh.
- Terjadi penyederhanaan zat makanan sehingga dapat diabsorpsi oleh saluran intestinal.
- Saluran yang berperan antara lain : mulut, pharing, esophagus, lambung, usus halus, usus besar.
Proses kimiawi pada digesti :
1. Karbohidrat
Amilum dipecah menjadi maltosa/somaltosa oleh enzim ptialin yang dihasilkan kelenjar ludah, yang dibantu oleh enzim amilase dari pancreas, sehingga karbohidrat sampai pada usus halus sudah menjadi maltosa/disakarida lainnya (laktosa & sukrosa). Disakarida akan dirubah menjadi monosakarida pada permukaan dinding usus halus dengan bantuan enzim laktase, sakrose dan maltose
2. Protein
Terjadi perubahan secara kimiawi mulai dari lambung, dimana protein dirubah menjadi pepton oleh enzim pepsin masuk ke duodenum dirubah menjadi peptida oleh enzim tripsin (dihasilkan pancreas) berubah menjadi asam amino oleh enzim dipermukaan usus halus.
3. Lemak
Dilambung hanya diemulsikan saja dirubah menjadi asam lemak dan gliserol dengan bantuan enzim lipase pancreas.
C. Absorpsi
Adalah proses dimana nutrien yang telah berbentuk paling sederhana diserap oleh usus
Nutrien diserap berupa : (glukosa karbohidrat), asam amino (protein), asam lemak dan gliserol (lemak), tanpa kecuali vitamin, mineral dan air.
Setelah diserap oleh usus nutrien akan dilanjutkan ke saluran darah dan getah bening masuk ke hati melewati vena porta
Tempat – tempat absorpsi nutrisi :
1. Vitamin yang larut dalam air, asam lemak/gliserol, natrium. Kalsium, besi dan klorida diusus halus bagian atas
2. Monosakarida, asam amino, dan zat lain usus halus bagian tengah
3. Garam empedu, vit B12 dan natrium usus halus bagian bawah
4. Air, hidrogen, natrium colon
D. Metabolisme
Merupakan bagian akhir dlm penggunaan makanan di tubuh. Proses ini meliputi semua perubahan kimia yg dialami zat makanan sejak diserap o/ usus hingga dikeluarkan o/ tubuh sebagai sampah
1. Karbohidrat
Merupakan zat utama penunjang tubuh dlm penyediaan energi yg berbentuk glukosa
Dalam sel glukosa dirubah energi dengan perubahan proses oksidasi yang menghasilkan ATP, kalori dan zat buangan (air dan CO2)
Penyimpanan glukosa dalam bentuk glikogen dihati dan otot
Glikogen sewaktu – waktu dirubah menjadi glukosa kembali bila tubuh memerlukannya
Glikogen akan mensuplai kebutuhan energi bila glukosa sudah tidak memungkinkan lagi, dan dapat berjalan hingga 12 jam
Bila glikogen dan glukosa habis tubuh akan memecah protein dan lemak sebagai bahan energi
Karbohidrat digunakan tubuh utk energi hampir 60 % dr kebutuhan energi keseluruhan
Kebutuhan karbohidrat utk orang dewasa dgn aktivitas sedang 5,5 gr/kgBB/hari
1 gram karbohidrat memberikan energi 4 kalori
Proses masuknya glukosa ke intra sel sangat dibantu dengan peran insulin yang dihasilkan pancreas
Makanan yang mengandung tinggi karbohidrat : padi-padian, roti, susu, buah-buahan, sayuran, umbi-umbian.
2. Lemak
Merupakan sumber energi yang paling produktif 1 gram lemak menghasilkan 9 kalori
Merupakan kelengkapan makanan yang penting sebagai wahana berbagai vitamin yang larut dalam lemak, dan pemegang andil penting yang membuat makanan terasa enak
Lemak terkontribusi dalam kulit terutama pada kelenjar adiposa dan folikel rambut
Kandungan lemak dlm subcutis sangat membantu tubuh dlm mengatur temperatur
Lemak juga berfungsi untuk mencegah organ dlm injury
Bila tidak digunakan untuk energi, lemak terus disimpan dalam tubuh sehingga dapat meningkatkan berat badan
Kebutuhan lemak untuk orang dewasa dengan aktivitas sedang 1,5 gr/kgBB/hari.
Jenis lemak : a. Lemak tak jenuh
Dapat dengan mudah bergabung dengan molekul lain/membentuk struktur lain HDL (High Density Lipid) mudah dimetabolisme oleh hati.
b. Lemak jenuh
- Tidak mudah bergabung dengan molekul lain LDL (Low Density Lipid) sukar dimetabolisme menjadi zat lain
- Kolesterol merupakan satu bentuk lemak jenuh, diperlukan untuk melengkapi cairan empedu untuk pencernaan lemak, juga sebagai bahan dasar beberapa jenis hormon steroid.
- Makanan yang banyak mengandung lemak : daging
3. Vitamin
Merupakan bahan makanan pelengkap yang penting
Vitamin tidak menghasilkan kalori dalam jumlah yang berarti tapi memegang peranan penting dalam berbagai proses yang diperlukan guna menjaga kesehatan
Vitamin bersifat organik, dan tidak dapat dihasilkan oleh tubuh
Vitamin larut dalam lemak : A, D, E dan K, bila kelebihan jumlah vitamin ini akan memungkinkan terjadinya keracunan karena sulit dibuang melalui ginjal.
Vitamin larut dalam air : C dan B, kelebihan vitamin ini akan dibuang melalui ginjal
Vitamin C membantu absorpsi zat besi
Vitamin Kebutuhan tubuh akan vitamin :
Vitamin A : 5000 iu Vitamin B1 : 1,2 mg
Vitamin B2 : 1,5 mg
Vitamin B6 : 2 mg
Vitamin B12 : 3 mg
Vitamin C : 45 mg
Vitamin D : 400 iu
Vitamin K : 300 – 500 mcg
4. Mineral
Mineral mudah larut dalam air yang fungsi utamanya menjaga keseimbangan asam dan basa cairan tubuh
Umumnya mineral terdapat cukup banyak dalam makanan bila diet normal dan berimbang jarang kekurangan mineral
Kalsium dibutuhkan untuk menumbuhkan dan mempertahankan sistem kerangka tubuh, terutama pada anak – anak, kehamilan dan menyusui
Kalium dapat membantu frekuensi dan kekuatan kontraksi otot jantung bila kalium pada ekstra sel banyak penurunan frekuensi dan dilatasi pembuluh darah jantung
Kekurangan zat besi dapat menyebabkan penurunan Hb
Mineral Kebutuhan mineral tubuh :
Kalsium : 800 mg Iodium : 110 mg
Besi : 10 mg
Magnesium : 350 mg
Posphor : 800 mg
Kalium : 1959-5850 mg
Natrium : 2300 – 6900 mg
5. Air
Merupakan bahan yang sangat diperlukan tubuh, walau tidak menghasilkan energi bagi tubuh.
Kandungan air dalam tubuh 60 – 70% dan merupakan bahan terpenting untuk proses sekresi dan ekskresi
Fungsi paling nyata untuk air adalah untuk bertahan (Survival)
6. Kalori
Kalori ad/ panas yg dihasilkan tubuh dr hasil pembakaran zat gizi (nutrien)
Satu kalori adalah jumlah panas yang diperlukan untuk meningkatkan suhu 1 kg air sebesar 1 derajat celcius
Produksi panas oleh tubuh pada tingkat terendah kimia sel dan aktivitas tubuh disebut angka metabolisme dasar. Angka metabolisme dasar bagi laki – laki dewasa adalah 1700 dan bagi wanita dewasa adalah 1400.
Kebutuhan makanan dan kalori berbeda antar individu, tergantung pada :
Berat badan dan tinggi badan Usia dan jenis kelamin
Aktivitas fisik
Iklim/cuaca
Selama masa kehamilan dan menyusui
E. Ekskresi
Ekskresi atau eliminasi merupakan pekerjaan tubuh untuk membuang zat sisa dari metabolisme yang tidak terpakai lagi untuk keperluan tubuh. Proses ini terjadi dalam bermacam – macam bentuk, antara lain : defekasi (zat sisa dari saluran cerna), Miksi (zat sisa dari saluran kemih), diaporesis (pengeluaran keringat), dan ekspirasi (pengeluaran air dan CO2).
Faktor – faktor yang Meningkatkan Kebutuhan Nutrisi
Periode pertumbuhan yang cepat (infant, toddler, remaja dan hamil) Selama perbaikan jaringan karena proses luka/pembedahan
Meningkatnya suhu tubuh (tiap kenaikan suhu 10 F, kalori naik 7 %)
Meningkatnya aktivitas otot
Jenis kelamin (BMR laki – laki lebih tinggi dari wanita)
Berat badan (secara kuantitatif, peningkatan berat badan akan meningkatkan metabolisme)
Terjadi infeksi (untuk pembentukan zat fagositer bakteri patogen)
Stress (meningkatkan produksi hormon thyroid sehingga meningkatkan epinephrin yang mensupport metabolisme)
Meningkatnya kehilangan nutrisi karena kehilangan cairan (hemorhagi, diare, drainage, dialisa ginjal, laktasi, menstruasi, luka bakar, dll)
Penyakit kronis yang mempengaruhi fisiologi nutrisi (diabet, hyperthyroid, kanker, psikosis, penyakit ginjal/hati, masalah pernafasan)
Faktor – faktor yang Mempengaruhi Penurunan Kebutuhan Nutrisi
Penurunan laju pertumbuhan Penurunan angka metabolisme dasar
Hypotermia (penurunan metabolisme sel)
Hypothyroid (penurunan BMR)
Jenis kelamin (Wanita < pria)
Gaya hidup yang cenderung pasif
Immobilisasi/bedrest
Kehilangan berat badan (karena penurunan aktivitas otot untuk bergerak)
Pengaturan konsumsi makanan dan minuman
Mekanisme yang menyebabkan orang makan dan minum, jenis dan jumlah makanan dan minuman yang dibutuhkan secara pasti belum jelas
Faktor – faktor yang berperan dalam pengaturan makanan :
Lapar Tdk menyenangkan Haus
Kekenyangan telah cukup banyak makan
Pengaturan makan dipengaruhi oleh beberapa hal : Aktivitas Usia, jenis kelamin, dll
Pengaturan konsumsi makanan hypothalamus
Pengaturan konsumsi makanan ; kurus dan gemuk
Aspek budaya kegiatan makanan
Sikap menyukai/tidak, kebiasaan makan hasil dari proses belajar
Faktor – faktor budaya yang berkaitan dengan kegiatan makan : Praktek keagamaan Vegetarian
Budaya/kultur
Kebangsaan
Psikososial
Sifat
Tambahan dan pelengkap makanan Pelengkap makanan preparat yang mengandung vitamin, mineral atau protein, atau
kombinasinya dengan zat makanan lain.
Tambahan makanan zat yang digunakan untuk menyempurnakan warna makanan, rasa, konsistensi, dan stabilitas makanan
Type tambahan makanan yang banyak digunakan :
Bahan pengawet Zat anti oksidasi
Zat untuk adonan stabil
Zat penebal
Pewarna
Pemanis
pengembang
PENGKAJIAN NUTRISI
Pengkajian nutrisi merupakan bagian integral dari perawatan kesehatan untuk meningkatkan kesehatan klien dan menurunkan angka rawat inap. Pengkajian nutrisi melibatkan pengumpulan informasi mengenai klien untuk mengetahui status nutrisi, mengidentifikasi kebutuhan nutrisi dan menetapkan rencana tindakan bagi klien sesuai dengan kebutuhan
Tujuan Pengkajian
1. Mengidentifikasi adanya malnutrisi dan efeknya terhadap status kesehatan klien2. Mengidentifikasi pola makan yang berlebihan dan hubungannya dengan kejadian
obesitas, diabet, hypertensi, penyakit cardio vaskuler dan kanker
3. Mengidentifikasi parameter nutrisi untuk status kesehatan klien yang optimal dan kondisi yang fit.
Saat mengkaji status nutrisi klien dan menentukan rencana keperawatan, perawat harus mempertimbangkan kebutuhan klien secara menyeluruh dihubungkan dengan nutrisi.
Komponen pengkajian dan pendekatan holistik antara lain :
Kebudayaan dan pola konsumsi makanan Makanan yang lazim dikonsumsi
Tingkat aktivitas fisik
Standard hidup
Pengkajian status nutrisi secara tim Tim pelaksanaan pengkajian nutrisi terdiri dari :
Perawat , Dokter , Ahli gizi
Komponen pengkajian nutrisi
Data Biografi
Khususnya untuk usia dan jenis kelamin dapat membantu menemukan faktor resiko khusus. Mis : Dewasa tua mempunyai kebutuhan nutrisi yang hampir sama dengan dewasa muda, tapi bila aktivitas menurun maka kebutuhan akan kalori juga menurun. Contoh lain anemia defisiensi besi sering terjadi pada remaja wanita daripada remaja pria.
Keluhan Utama
Keluhan yang lazim terjadi antar lain :Kehilangan berat badan, kelebihan berat badan, kelemahan, gangguan gastrointestinal, perubahan kulit dan gangguan pergerakan.
Kebutuhan Nutrisi dalam Asuhan Keperawatan BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia dalam mempertahankan
keseimbangan fisiologis maupun psikologis, yang tentunya bertujuan untuk mempertahankan
kehidupan dan kesehatan. Kebutuhan dasar manusia menurut Abraham Maslow dalam Teori
Hierarki Kebutuhan menyatakan bahwa setiap manusia memiliki lima kebutuhan dasar, yaitu kebutuhan
fisiologis (makan, minum), keamanan, cinta, harga diri, danaktualisasi diri ( Potter dan Patricia, 1997 ).
Tubuh butuh energi untuk aktifitas sehingga dibutuhkan intake nutrisi yang tepat dan
mencakup. Nutrisi adalah zat-zat gizi atau zat-zat lain yang berhubungan dengan kesehatan dan
penyakit, termasuk keseluruhan proses dalam tubuh manusia untuk menerima makanan atau bahan-
bahan dari lingkungan hidupnya dan menggunakan bahan-bahan tersebut untuk aktifitas penting dalam
tubuh serta mengeluarkan sisanya. Nutrisi juga dapat dikatakan sebagai ilmu tentang makanan, zat-zat
gizi dan zat-zat lain yang terkandung, aksi, reaksi, dan keseimbangan yang berhubungan dengan
kesehatan dan penyakit ( Tarwoto dan Wartonah, 2010 ).
Tujuan adanya kebutuhan nutrisi dalam asuhan keperawatan adalah untuk memberikan
gambaran kepada penulis tentang kebutuhan nutrisi dalam asuhan keperawatan dan cara
penanganannya menurut konsep ilmu. Kebutuhan nutrisi dalam asuhan keperawatan memberikan
gambaran tentang apa yang harus dilakukan dan kesulitan – kesulitan yang akan dihadapi saat penulisan
makalah. Dengan kebutuhan nutrisi dalam asuhan keperawatan, seorang penulis mampu mengambil
sikap dan keputusan yang tepat dalam mengatasi masalah penulisan makalah. Oleh karena itu, makalah
ini akan membahas tentang kebutuhan nutrisi dalam asuhan keperawatan.
Berdasarkan ketertarikan penulis terhadap kebutuhan nutrisi dalam asuhan keperawatan, maka
lahirlah makalah yang berjudul “ Kebutuhan Nutrisi dalam Asuhan Keperawatan “.
B. Tujuan Penulisan
Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan penulisan ini adalah :
1. Mengetahui Proses Pencernaan Makanan.
2. Mengetahui Absorpsi Gastrointestinal.
3. Mengetahui Metabolisme.
4. Mengetahui Laju Metabolisme Basal.
5. Mengetahui Elemen-elemen Nutrisi atau Zat Gizi.
6. Mengetahui Kebutuhan Nutrisi Berdasarkan Tahap Perkembangan.
7. Mengetahui Faktor yang Mempengaruhi Nutrisi Seseorang.
C. Manfaat Penulisan
Hasil pelaksanaan penulisan makalah ini akan memberi manfaat yang berarti bagi mahasiswa
dan instansi, diantaranya adalah :
1. Bagi Mahasiswa
Penulisan makalah ini bermanfaat bagi mahasiswa dalam memberikan informasi kepada
mahasiswa yang belum mengetahui tentang kebutuhan nutrisi dalam asuhan keperawatan.
2. Bagi Instansi
Dengan penulisan makalah ini, akan memberikan manfaat bagi instansi sebagai media informasi
pembelajaran yang dapat membantu dalam proses belajar mengajar serta penambah wawasan
informasi dalam materi pembelajaran KDDK.
BAB II
ISI DAN TEORITIS
A. Proses Pencernaan Makanan
Pencernaan makanan merupakan proses pemecahan makanan menjadi bagian yang lebih
kecil, proses pencernaan dilakukan secara mekanik dan secara kimiawi.
1. Pencernaan secara mekanik
Pencernaan makanan makanan secara mekanik lebih banyak terjadi dalam rongga mulut yaitu
mekanik mengunyah. Makanan dikunyah rata-rata 20-25 kali, tetapi tergantung dari jenis makanan.
Makanan yang sudah dikunyah selanjutnya masuk ke esofagus melalui proses menelan (deglutition).
2. Pencernaan secara kimiawi
Pencernaan makanan secara kimiawi di lambung dilakukan melalui pencampuran makan
dengan asam lambung, mukus dan pepsin, kemudian dihasilkan komponen karbohidrat, protein dan
lemak.
Proses pencernaan makanan tidak terlepas dari peran organ-organ asesoris sistem pencernaan,
di antaranya:
a. Hati
Hati memproduksi cairan empedu yang kemudian keluar melalui dua saluran yaitu duktus
hapitikus kanan dan kiri. Salah satu funsi dari hati ialah regulasi metabolik.
b. Kandung empedu
Fungsi utama dari kandung empedu adalah menyimpan cairan?garam yang dihasilkan oleh hati
sekitar 1 liter setiap hari.
c. Pankreas
Pankreas merupakn kelenjar yang yang mempunyai dua fungsi yaitu fungsi endrokin dan
eksorin. Sel-sel endrokin adalah pulau-pulau legerhans menghasilkan hormon insulin dan glukagon yang
berperan dalam pengaturan kadar gula darah. Sedangkan sel eksorin pankreas adalah sel acinar dan
epitel yang menghasilkan cairan pankreas seperti enzim-enzim pencernan, air, dan ion-ion.
B. Absorpsi Gastrointestinal
Absorpsi merupakan pemindahan agen subtract seperti air, elektrolit, vitamin, dan nutrisi
melewati membrane epithelium digestif dan masuk ke cairan interstisial dari saluran pencernaan. Setiap
hari kira-kira 8-9 liter air dan 1 kg nutrisi melewati membrane dinding usus dari lumen usus masuk ke
aliran darah ( Hinchliff, 1996 ).
C. Metabolisme
Nutrisi yang sudah disbsorpsi dan masuk dalm sistem sirkulasi selanjutnaya akan dimanfaatkan
untuk energi tubuh melalui reaksi kimia yang disebut metabolisme. Metbolisme adalah jumlah
keseluruhan reaksi kimia dan fisik pengubah energi dalam tubuh yang menopang dan mempertahankan
kehidupan (sloane, 2004)
Untuk dapat terjadi metabolisme, sel membutuhka oksigen dan nutrisi termaksuk vitamin, ion
mineral, dan substansi organik seperti enzim.
D. Laju Metabolisme Basal
Laju metabolisme basal (basal metabolisme rate) adalah energi yang digunakan tubuh pada saat
istirahat, yaitu untuk keguatan fungsi tubuh seperti aktivitas jantung, pernapasan, peristaltik usus, dan
kegitan kelenjar-kelenjar tubuh.
Besarnya kebutuhan energi basal ini dipengaruhi faktir-faktor berikut.
1. Usia.
2. Jenis kelamin.
3. Tinggi badan dan berat badan.
4. Kelainan endokrin.
5. Temperatur lingkungan.
6. Keadaan sakit.
7. Keadaan hamil.
8. Keaadaan psikologis seperti stres dan ketegangan.
E. Elemen-elemen nutrisi atau zat gizi
Tubuh membutuhkan nutirsi untuk kelangsungan fungsi-fungsi tubuh. Zat gizi berfungsi sebagi
penghasil energi bagi funsi organ, untuk pergerekan, serta kerja fisik.
Elemen nutrisi atas karbohidrat,protein, lemak, vitamin, mineral dan air.
1. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber energi utama tubuh. Karbohidrat akan terurai dalam bentuk
glukosa yang kemudian dimanfaatkan tubuh dan kelebiahan glukosa akan disimpan dalm hati dan
jaringan otot dalam bentuk glikogen.
2. Protein
Protein memberi energi 4 kkal/g. pencernaan protein terjadi di lambung selanjutnya asam
amino di edarkan oleh darah. Asam amino dapat di ubah menjadi lemak dan di simpan dalam jaringan
adiposa atau di katabolisasi menjadi energi melalui glikogenesis.
3. Lemak
Lemak merupakan bentuk penhasilan energi tubuh yang utama.lemak memberi energi 9 kkal/g
lemak mulai dicerna dimulut dengan bantuan lipese lingual. Hasil hidrolisis lemak perperan dalam
emulsifikasi.asam lemak sebagi simpanan metabolik disimpan dalam bentuk triagliserol. Diusus halus,
lemak diemulsifikasi oleh garam empedu dan lesitin. Asam lemak kemudian akan diabsorpsi di
internasional kemudian ditransport ke hepar. Asam lemak tak jenuh adalah asam lemak esensial padea
tubuh manusia.
4. Vitamin
Tubuh tidak mensintesis vitamin dan bergantung pada asupan diet. Vitamin juga berfungsi
sebagai antioksidan, yaitu substansi yang menetralisisr radikal bebas.
5. Minaral
Mineral sebagai katalis reaksi biokimia. Mineral merupakan bahan makanan anorganik yang
berfungsi antara lain untuk menjaga keseimbang tubuh serta bahan penyusun tubuh beberapa mineral
berfungsi untuk bermacam-macam kegiatan tubuh, termasuk dalam sistem.
6. Air
Berasal dari minum,makanamn,dan sayuran.fungsi air dalam tubuh adalah sebagai berikut :
a. Sebagai pelarut zat makanan untuk memudahkan proses pencernaan makanan.
b. Mengaktifkan enzim-enzim yang terlibat dalam metabolisme dan mengatur keseimbangan
cairan dalam tubuh.
c. Sebagai alat angkut berbagai senyawa dan enzim.
d. Mengatur suhu tubuh.
F. Kebutuhan Nutrisi Berdasarkan Tahap Perkembangan
1. Ibu Hamil dan Menyusui
Lebih banyak membutuhkan kalori, kalsium , folat, zat besi dan ASI pada ibu hamil. Kebutuhan
yang lebih banyak diperlukan pada ibu menyusui yaitu kalsium, protein, air dan kalori.
2. Bayi
Mengalami tumbuh kembang pesat pada 1 tahun pertama. Usia 6 bulan pertama, bayi hanya
mengkomsumsi susu. Makanan tambahan di berikan pada usia 6 bulan. Biskuit di berikan pada yang
sudah tumbuh giginya.
3. Toddler dan Preschool
Usia ini, nafsu makan anak dan kecepatan pertumbuhan mulai menurun sehingga perlu intake
nutrisi yang penting untuk tumbuh kembang anak. Anak perlu asupan protein, kalsium, fosfor, vitamin A
dan C, dan zat besi yang tinggi.
4. Chilid dan Adolescent
Pertumbuhannya meningkat pada usia ini. Gigi permanen sudah tumbuh dan sisitem
percernaannya sudah matur. Peningkatan pertumbuhan organ reproduksi pada remaja. Membutuhkan
karbohidrat, protein, vitamin dan mineral yang tinggi.masalah yang terjadi pada remaja adalah obesitas,
diet lemak, bulimia anoreksia nervosa.
5. Adult dan Order Aldult
Penyembuhan dan metabolisme berhenti sehingga butuh kalori sedikit. Khususnya pada wanita
menopose. Diet yang di ancurkan untuk dewasa tua adalah rendah kalori, serat, kalsium, zat besi,
vitamin C, D dan B.
G. Faktor Yang Mempengaruhi Nutrisi Seseorang
1.Status Kesehatan
Individu dengan kesehatan yang kurang akan memerlukan nutrisi yang lebih karena dukungan
nutrisi adalah bagian esensial penyembuhan setiap penanganan medis.
2. Kultur dan Agama
Kubudayaan dan agama yang dianut individu sangat mempengaruhi pola dietnya. Makanan dan
diet tertentu harus diberkan bila sesuai.
3. Status Sosioekonomi
Pembelajaran makanan tergantung dari jumlah yang dimilki/ pendapatan. Menentukan
makanan berdasar jumlah orang yang ada dirumah tersebut.
4. Pilihan Pribadi
Kesukaan datau ketidaksukaan pilihan individu terhadap makanan. Makanan mewah sebagai
simbol status sosial. Perlu pertimbangan ketika individu tersebut akan melakukan diet terapeutik.
5. Faktor Psikologis
Ketika seseorang stress memiliki perilaku diet berbeda–beda. Makan berdasarkan perpesi dan
motivasi individu.
6. Alkohol dan Obat
Hiper alkohol dan obat menyebabkan defisiensi nutrisi. Alkohol merusak sistem gastrointetianal
dan obat mengurangi absorpsi zat gizi.
7. Kesalahan Informasi Makanan
Menganggap makanan tertentu bergizi rendah kerena keyakinan atau mitor terhadap kamanan.
BAB III
KASUS PEMICU
A. Aplikasi kebutuhan nutrisi dalam asuhan keperawatan dengan kasus
Ketidakseimbangan Nutrisi
Ny. O beragama islam dan berusia 38 tahun masuk RS karena tiba-tiba pingsan di rumah.
Keluarga Ny. O mengatakan sejak tiga hari yang lalu klien mengeluh mual dan selalu muntah setiap
makan. Saat ini Ny. O terlihat sangat lemah, wajah tampak pucat, berat badan sekarang 45 kg turun 20%
dari berat badan sebelum sakit. Hasil pemeriksaan lab di dapatkan Hb 10.2, kadar albumin 2.1gr/dl, S:
38C TD: 90/60mmhg, nadi 80x/menit. F.nafas: 16x/menit.
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
1. Nama klien : Ny. O.
2. Umur : 38 tahun.
3. Jenis kelamin : Perempuan.
4. Alamat : -
5. Agama : Islam.
6. Data Subjektif : Klien mengatakan mual dan muntah.
7. Data Objektif : Klien terlihat lemah, wajah tampak pucat, berat badan turun, Hb:
10.2, Kadar albumin: 2.1, S: 38C, dan TD: 90/60mmHg.
B. Analisa Data
NoData
Problem EtiologiData Subjektif Data Objektif
1 Kl Klien mengatakan mual dan muntah.
Klien terlihat lemah
Wajah tampak pucat
Berat badan turun
Hb: 10.2 Kadar albumin:
2.1 S: 38C TD: 90/60mmHg
Ketidak seimbangan nutrisi.
Ketidakmampuan mencerna makanan.
Ketidak mampuan menyerap nutrisi.
Ketidak mampuan memasukan makanan.
C. Diagnosa Keperawatan
Kemungkinan berhubungan dengan :
1. Gangguan nutrisi
2. Ketidakmampuan menyerap nutrisi
D. Intervensi
1. Nutrition Management
a. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien
b. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
c. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
d. Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
2.Nutrition Monitoring
a. BB pasien dalam batas normal
b. Monitor adanya penurunan BB
c. Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan
d. Monitor mual dan muntah
e. Monitor kada albumin,total protein ,Hb,dan kadar Ht
f. Monitor pucat ,kemerahan,dan kekeringan jaringan konjungtiva.
g. Monitor kalori dan intake nutrisi
E. Implementasi
1.Memonitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori.
2.Mengkolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi.
3.Memberikan informasi tentang kebutuhan nutrisi.
4.Mengkaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi.
5.Mengecek berat badan pasien.
6.Memonitor adanya penurunan berat badan.
7.Memberikan obat.
8.Memonitor mual dan muntah.
9.Memonitor kadar Albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht.
10.Memonitor kekeringan jaringan konjungtiva.
11.Memonitor kalori dan intake nutrisi.
F. Evaluasi
S : Pasien mengatakan tidak mual dan tidak merasa muntah setap makan.
O: 1. Tekanan Darah.
2. Pasien terlihat tidak lemah,dan pucat
3. BB normal
4. Pasien tidak mual dan muntah setiap makan
5. Kadar Albumin
6. RR
A: 1. Tekanan darah dalam batas normal
2. Berat badan dalam batas normal
3. Kemampuan menyerap nutrisi adekuat
P : 1. Berikan obat
2. Memjadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan
3.Monitor kalori dan intake nutrisi
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pencernaan makanan merupakan proses pemecahan makanan menjadi bagian yang lebih
kecil, proses pencernaan dilakukan secara mekanik dan secara kimiawi.
Absorpsi merupakan pemindahan agen subtract seperti air, elektrolit, vitamin, dan nutrisi
melewati membrane epithelium digestif dan masuk ke cairan interstisial dari saluran pencernaan. Setiap
hari kira-kira 8-9 liter air dan 1 kg nutrisi melewati membrane dinding usus dari lumen usus masuk ke
aliran darah ( Hinchliff, 1996 ).
Nutrisi yang sudah disbsorpsi dan masuk dalm sistem sirkulasi selanjutnaya akan dimanfaatkan
untuk energi tubuh melalui reaksi kimia yang disebut metabolisme. Laju metabolisme basal (basal
metabolisme rate) adalah energi yang digunakan tubuh pada saat istirahat, yaitu untuk keguatan fungsi
tubuh seperti aktivitas jantung, pernapasan, peristaltik usus, dan kegitan kelenjar-kelenjar tubuh.
Tubuh membutuhkan nutirsi untuk kelangsungan fungsi-fungsi tubuh. Zat gizi berfungsi sebagi
penghasil energi bagi funsi organ, untuk pergerekan, serta kerja fisik. Elemen nutrisi atas
karbohidrat,protein, lemak, vitamin, mineral dan air.
B. Saran
Mengingat pelaksanaan penulisan makalah ini baru berjalan sepekan sehingga hasil yang
diperoleh belum maksimal. Oleh karena itu, disarankan kepada penulis untuk dapat melengkapi
informasi tentang kebutuhan nutrisi dalam asuhan keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Saryono.; Anggriyana Tri Widianti. 2011. Catatan Kuliah : Kebutuhan Dasar Manusia ( KDM ). Yogyakarta: Nuha Medika.
Tarwoto,; Wartonah. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
A. Aziz alimul H. 2009. Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan jilid 2. Jakarta: Salemba Medika.
Wong, Dona L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC.