103
i KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGA STUDI ANALISIS QUR’AN SURAT AL BAQARAH AYAT 132-133 DALAM TAFSIR IBNU KATSIR SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam OLEH SITI SUKRILAH NIM: 11111144 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK) INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI(IAIN) SALATIGA 2015

KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/187/1/Siti...kelas D. 11. Semua yang bekerja di Perpustakaan IAIN Salatiga dan Perpustakaan dan Arsip

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/187/1/Siti...kelas D. 11. Semua yang bekerja di Perpustakaan IAIN Salatiga dan Perpustakaan dan Arsip

i

KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGA

STUDI ANALISIS QUR’AN SURAT AL BAQARAH

AYAT 132-133 DALAM TAFSIR IBNU KATSIR

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

OLEH

SITI SUKRILAH

NIM: 11111144

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI(IAIN)

SALATIGA

2015

Page 2: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/187/1/Siti...kelas D. 11. Semua yang bekerja di Perpustakaan IAIN Salatiga dan Perpustakaan dan Arsip

ii

Page 3: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/187/1/Siti...kelas D. 11. Semua yang bekerja di Perpustakaan IAIN Salatiga dan Perpustakaan dan Arsip

iii

KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGA

STUDI ANALISIS QUR’AN SURAT AL BAQARAH

AYAT 132-133 DALAM TAFSIR IBNU KATSIR

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

OLEH

SITI SUKRILAH

NIM: 11111144

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI(IAIN)

SALATIGA

2015

Page 4: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/187/1/Siti...kelas D. 11. Semua yang bekerja di Perpustakaan IAIN Salatiga dan Perpustakaan dan Arsip

iv

KEMENTERIAN AGAMA RI

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN(FTIK)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

Jl. Stadion 03 telp. (0298) 323706, 323433 salatiga 50721

Website: www.iainsalatiga.ac.id E-mail: [email protected]

Mufiq, S.Ag., M.Phil.

DOSEN IAIN SALATIGA

Persetujuan Pembimbing

Lamp : 4 Eksemplar

Hal : Naskah Skripsi

Saudari :SITI SUKRILAH

Kepada:

Yth. Dekan FTIK IAIN Salatiga

di Salatiga

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya

maka bersama ini, kami kirimkan naskah skripsi mahasiswa:

Nama : SITI SUKRILAH

NIM : 111 11 144

Jurusan : Pendidikan Agama Islam (PAI)

Judul :KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM

KELUARGA STUDI ANALISIS QUR‟AN SURAT AL

BAQARAH AYAT 132-133 DALAM TAFSIR IBNU

KATSIR

Dengan ini kami mohon skripsi mahasiswa tersebut di atassupaya segera

dimunaqasyahkan.

Demikian agar menjadi perhatian.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb Salatiga, 29 Agustus 2015

Pembimbing

Mufiq, S.Ag., M.Phil.

NIP. 19690617 199603

Page 5: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/187/1/Siti...kelas D. 11. Semua yang bekerja di Perpustakaan IAIN Salatiga dan Perpustakaan dan Arsip

v

1004

KEMENTERIAN AGAMA RI

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN(FTIK)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

Jl. Stadion 03 telp. (0298) 323706, 323433 salatiga 50721

Website: www.iainsalatiga.ac.id E-mail: [email protected]

SKRIPSI

KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGA

STUDI ANALISIS QUR’AN SURAT AL BAQARAH

AYAT 132-133 DALAM TAFSIR IBNU KATSIR

DISUSUN OLEH

SITI SUKRILAH

NIM 111 11 144

Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan

Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri

(IAIN) Salatiga, pada tanggal 22 September 2015 dan telah dinyatakan memenuhi

syarat guna memperoleh gelar sarjana S1 Kependidikan Islam.

Susunan Panitia Penguji

Ketua Penguji : Dr. Agus Waluyo, M.Ag.

Sekretaris Penguji : Mufiq, S.Ag., M.Phil.

Penguji I : Imam Mas Arum, M.Pd.

Penguji II : Siti Rukhayati, M.Ag.

Page 6: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/187/1/Siti...kelas D. 11. Semua yang bekerja di Perpustakaan IAIN Salatiga dan Perpustakaan dan Arsip

vi

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda-tangan di bawah ini:

Nama : SITI SUKRILAH

NIM : 111 11 144

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan

hasil karya saya sendiri bukan jiplakan karya tulis orang lain. Pendapat atau

temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan

kode etik ilmiah.

Salatiga, 29 Agustus 2015

Yang Menyatakan

Siti Sukrilah

NIM. 111 11 144

Page 7: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/187/1/Siti...kelas D. 11. Semua yang bekerja di Perpustakaan IAIN Salatiga dan Perpustakaan dan Arsip

vii

MOTTO

“Sesungguhnya Allah menilai proses, tidak sekedar hasil akhir”

Page 8: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/187/1/Siti...kelas D. 11. Semua yang bekerja di Perpustakaan IAIN Salatiga dan Perpustakaan dan Arsip

viii

PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayahNya, penulis

persembahkan skripsi ini kepada:

1. Alm. Bapakku dan Ibundaku tercinta, Bapak Moh Daman Huri Alm. dan

Ibu Mir‟atun yang telah banyak berkorban tanpa letih dan pamrih demi

kesuksesan putrinya.Terimakasih atas cinta, kasih sayang, doa, bimbingan

dan nasihat dalam kehidupan ini. Semoga selalu diberikan kesehatan,

kebahagiaan, dan mendapat limpahan kasih sayang Allah Swt dunia

akhirat.

2. Kakak-kakakku tersayang, Mba Kholidatun, Mba Istiqlaliyah, Mba

Muttaqiyatun, Mba Siti, Mba Sol, Mba Hayati, Mas Muttaqin, Mas Najib,

Mas Mujib, Mas Syakir yang telah membantu membiayai sekolah dan

kuliahku, yang selalu memberi arahan, motivasi, doa dan sumber inspirasi

dalam hidupku. Semoga sehat selalu, diberi keselamatan di dunia dan

akhirat kelak, dimudahkan rezekinya dan selalu dalam kebahagiaan dan

lindungan Allah Swt.

3. Bapak/Ibu guru dari RA, MI, MTs., MA, serta Bapak/Ibu dosen IAIN

Salatiga yang telah mengajar dan membimbingku hingga mengetahui

berbagai ilmu pengetahuan. Semoga selalu diberi kesehatan, keselamatan

serta keberkahan hidup oleh Allah SWT.

4. Sahabatku dari kecil hingga sekarang yang selalu memberikan motivasi

dalam hidupku. Semoga amal baiknya selalu diterima oleh Allah SWT.

Page 9: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/187/1/Siti...kelas D. 11. Semua yang bekerja di Perpustakaan IAIN Salatiga dan Perpustakaan dan Arsip

ix

KATA PENGANTAR

Assalamu‟alaikum Wr. Wb

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha

Penyayang. Segala puji dan syukur senantiasa penulis haturkan kepada Allah Swt.

Atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat diberikan

kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga

tercurah kepada Rasulullah Saw, keluarga, sahabat dan para pengikut setianya.

Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi tugas dan melengkapi

syarat guna untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan Islam. Skripsi ini adalah

“KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGA STUDI ANALISIS

QUR‟AN SURAT AL BAQARAH AYAT 132-133 DALAM TAFSIR IBNU

KATSIR”. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari berbagai pihak yang telah

memberikan dukungan moril maupun materiil. Dengan penuh kerendahan hati,

penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.

3. Siti Rukhayati M.Ag. , selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI).

4. Mufiq, S.Ag., M.Phil., sebagai Dosen Pembimbing skripsi yang telah

memberikan bantuan dan bimbingan dengan ikhlas dan sabar serta

pengorbanan waktunya dalam upaya membimbing penulis untuk

menyelesaikan skripsi ini.

Page 10: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/187/1/Siti...kelas D. 11. Semua yang bekerja di Perpustakaan IAIN Salatiga dan Perpustakaan dan Arsip

x

5. Drs. H. Moh. Saerozi, M.Ag., sebagai pembimbing sebelumnya yang telah

memberikan bantuan dan bimbingannya dengan ikhlas dan sabar

sertapengorbanan waktunya dalam upaya membimbing penulis.

6. Dra. Ulfah Susilowati. M.Si. selaku Dosen pembimbing akademik yang telah

membantu peneliti selama menuntut ilmu di IAIN Salatiga.

7. Bapak dan Ibu Dosen IAIN Salatiga yang telah membekali berbagai ilmu

pengetahuan, sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini.

8. Karyawan-karyawati IAIN Salatiga yang telah memberikan layanan serta

bantuan.

9. Sahabat-sahabatku Sulastri, Mila, Ani, Ana, Setya, Iis, Ma‟rifah,terima kasih

atas dukungan, motivasi serta inspirasinya.

10. Teman-teman seperjuanganku angkatan 2011, khususnya teman-teman PAI

kelas D.

11. Semua yang bekerja di Perpustakaan IAIN Salatiga dan Perpustakaan dan

Arsip Daerah Kota Salatiga atas pelayanannya yang sangat baik.

12. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam penyelesaian

skripsi ini semoga amal kebaikannya diterima di sisi Allah Swt.

Semoga amal mereka diterima sebagai amal ibadah oleh Allah SWT serta

mendapatkan balasan yang berlipat ganda amiin. Penulis sadar bahwa dalam

penulisan ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena

itu, dengan kerendahan hati penulis mohon saran dan kritik yang sifatnya

membangun demi kesempurnaan penelitian skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi penulis pada khususnya maupun pembaca pada umumnya dan

Page 11: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/187/1/Siti...kelas D. 11. Semua yang bekerja di Perpustakaan IAIN Salatiga dan Perpustakaan dan Arsip

xi

memberikan sumbangan bagi pengetahuan dunia pendidikan. Aamiin ya robbal

„alamiin.

Wassalamu‟alaikum Wr. Wb

Salatiga, 29 Agustus 2015

Penulis,

Siti Sukrilah

Page 12: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/187/1/Siti...kelas D. 11. Semua yang bekerja di Perpustakaan IAIN Salatiga dan Perpustakaan dan Arsip

xii

ABSTRAK

Sukrilah, Siti. 2015. Konsep Pendidikan Tauhid dalam Keluarga Studi Analisis

Qur‟an Surat Al Baqarah Ayat 132-133 Dalam Tafsir Ibnu

Katsir.Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah

dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga.

Pembimbing: Mufiq, S.Ag., M.Phil..

Kata Kunci: Konsep Pendidikan Tauhid, Keluarga

Pendidikan tauhiddalam keluarga merupakan dasar terpenting dalam

pembentukan diri pribadi suatu insan yang berguna untuk menghadapi masa

depan yang penuh tantangan. Pendidikan tauhid dalam keluarga yang baik

diharapkan kehidupan suatu umat akan semakin baik dan maju sehingga dengan

ini akan menimbulkan adanya keteguhan iman umat muslim sepanjang hayat.

Pendidikan tauhid dalam keluarga pada era kemajuan teknologi seperti sekarang

ini semakin tidak mudah untuk diterapkan pada kenyataannya.Pendidikan tauhid

yang pertama kali harus dimulai adalah dari sebuah keluarga. Salah satunya

adalah melalui teladan, latihan, dan pembiasaan diriseperti dalam qur‟an surah al

Baqarah ayat 132-133 yang terdapat dalam Tafsir Ibnu Katsir.

Fokus penelitian yang akan dikaji adalah: 1. Bagaimana biografi Ibnu

Katsir. 2. Bagaimana konsep pendidikan Tauhid dalam Islam menurut al Qur‟an

Surat al Baqarah ayat 132-133. 3. Bagaimana konsep pendidikan tauhid dalam

keluarga menurut Ibnu Katsir. 4. Relevansi konsep pendidikan tauhid dalam

keluarga menurut Tafsir Ibnu Katsir di kehidupan sekarang.

Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research),

sedangkan dalam pengumpulan datanya menggunakan metode dokumetasi

(documentation research methode),analisis data yang digunakan dalam skripsi ini

adalah analisis isi (content analysis).

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa: 1. Ibnu Katsir adalah seorang ahli

tafsir dan sejarah ternama. Ia juga seorang ahli fiqih dan ahli hadis. Ibnu Katsir

lahir pada tahun 700 H/1300 M di timur Bashri yang masuk wilayah Damaskus

dan wafat pada tahun 774 H di Damaskus. Salah satu karya ilmiah Ibnu Katsir

yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah kitab Tafsîr al Qurân al „Azîmyang

termasyhur dengan sebutan Tafsir Ibnu Katsirpada Qur‟an Surat al Baqarah ayat

132-133. 2. Konsep pendidikan tauhid dalam Islam menurut al Qur‟an Surat al

Baqarah ayat 132-133 merupakan proses membimbing manusia untuk tetap teguh

kepercayaannya bahwa Allah Maha Esa dan hanya tunduk kepada-Nya sampai

akhir hayat. 3. Sedangkan konsep pendidikan tauhid dalam keluarga menurut Ibnu

Katsir dalam Qur‟an Surat al Baqarah ayat 132-133 adalah,

upayamembinamanusiadalammenyerahkandirisecaramutlakkepadaAllah SWT

sepanjang hayatnya dalam keluarga secara berkesinambungan sampai

keturunannya di masa depan kelak meskipun berbeda cara atau metode dalam

pelaksanaannya. 4. Adapun relevansi pendidikan tauhid dalam keluarga dimasa

sekarang adalah bahwa pendidikan tauhid di masa sekarang ini harus berusaha

lebih keras lagi untuk terus memperhatikan dengan membuat metode yang variatif

agar anak didik dapat mengikuti dengan nyaman dan tidak terbebani akan aturan-

aturan yang harus dilaluinya untuk mencapai tujuan dari pendidikan tauhid ini.

Page 13: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/187/1/Siti...kelas D. 11. Semua yang bekerja di Perpustakaan IAIN Salatiga dan Perpustakaan dan Arsip

xiii

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL ................................................................................................................. i

LEMBAR BERLOGO .......................................................................................... ii

JUDUL .................................................................................................................. iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................................................... iv

PENGESAHAN KELULUSAN ........................................................................... v

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .......................................................... .. vi

MOTTO ................................................................................................................ vii

PERSEMBAHAN ................................................................................................. viii

KATA PENGANTAR .......................................................................................... ix

ABSTRAK ............................................................................................................ xi

DAFTAR ISI ...................................................................................................... ..xiii

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xvi

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................ 5

C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 5

D. Kegunaan Penelitian ........................................................................ 6

E. Metode Penelitian............................................................................. 7

F. Definisi Operasional ......................................................................... 12

G. Sistematika Penulisan ..................................................................... 15

Page 14: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/187/1/Siti...kelas D. 11. Semua yang bekerja di Perpustakaan IAIN Salatiga dan Perpustakaan dan Arsip

xiv

BAB II BIOGRAFI IBNU KATSIR ............................................................... 16

A. Riwayat Hidup Ibnu Katsir .............................................................. 16

1. Riwayat Keluarga ........................................................................ 16

2. Riwayat Pendidikan ..................................................................... 17

3. Karya-karya Ibnu Katsir .............................................................. 19

4. Riwayat Pengabdian .................................................................... 21

B. Sistematika Tafsir Ibnu Katsir ......................................................... 22

1. Gambaran Umum Tafsir Ibnu Katsir ........................................... 22

2. Metode Tafsir Ibnu Katsir ............................................................ 24

3. Corak Tafsir Ibnu Katsir .............................................................. 24

4. Karakteristik ................................................................................. 25

BAB III KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGA .......... 28

A. Pengertian ........................................................................................ 28

B. Konsep Pendidikan Tauhid dalam Al Qur‟an .................................. 32

C. Konsep Menurut Ibnu Katsir ........................................................... 37

BAB IV RELEVANSI KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM

KELUARGA ....................................................................................... 46

A. Analisis Qur‟an Surat Al Baqarah Ayat 132-133 ............................ 46

B. Relevansi Konsep Pendidikan Tauhid dalam Keluarga Di kehidupan

Sekarang ........................................................................................... 51

Page 15: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/187/1/Siti...kelas D. 11. Semua yang bekerja di Perpustakaan IAIN Salatiga dan Perpustakaan dan Arsip

xv

BAB IV PENUTUP ........................................................................................... 61

A. Kesimpulan ..................................................................................... 61

B. Saran ............................................................................................... 64

C. Penutup .......................................................................................... 65

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 16: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/187/1/Siti...kelas D. 11. Semua yang bekerja di Perpustakaan IAIN Salatiga dan Perpustakaan dan Arsip

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Tugas Pembimbing Skripsi

Lampiran 2 Daftar Nilai SKK

Lampiran 3 Lembar Bimbingan Skripsi

Lampiran 4 Riwayat Hidup Penulis

Lampiran 5 Lembar Power Point

Page 17: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/187/1/Siti...kelas D. 11. Semua yang bekerja di Perpustakaan IAIN Salatiga dan Perpustakaan dan Arsip

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pendidikan sebagai suatu bentuk kegiatan manusia dalam kehidupannya

juga menempatkan tujuan sebagai sesuatu yang hendak dicapai, baik tujuan yang

dirumuskan itu bersifat abstrak sampai pada rumusan-rumusan yang dibentuk

secara khusus untuk memudahkan pencapaian yang lebih tinggi. Pendidikan

merupakan bimbingan terhadap perkembangan manusia menuju ke arah cita-cita

tertentu, maka yang merupakan masalah pokok bagi pendidikan ialah memilih

arah atau tujuan yang ingin dicapai (Hasbullah, 2009: 10). Dengan begitu hal yang

paling utama adalah dalam rangka penghambaan diri terhadap Allah SWT dengan

waktu yang telah dianugerahkan kepada manusia selama masih hidup.

Prof. Dr. Kamal Hasan memberikan penjelasan pendidikan dalam

perspektif Islam, adalah suatu proses seumur hidup untuk mempersiapkan

seseorang agar dapat mengaktualisasikan peranannya sebagai khalifatullah di

muka bumi. Dengan kesiapan tersebut, diharapkan dapat memberikan sumbangan

sepenuhnya terhadap rekonstruksi dan pembangunan masyarakat dalam mencapai

kebahagiaan dunia dan akhirat (Kurniasih, 2010: 63).Hal itu dimulai dari lingkup

yang paling kecil yaitu sebuah keluarga tempat dimana seorang anak tinggal.

Orangtua memiliki kewajiban untuk membentuk generasi pengubah

peradaban.Salah satu caranya adalah dengan mengembangkan kreativitas anak-

anak dengan nilai-nilai spiritualitas.Berdasarkan ajaran Islam, tanggung jawab

pendidikan, pembentukan kualitas, dan kepribadian anak merupakan tanggung

Page 18: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/187/1/Siti...kelas D. 11. Semua yang bekerja di Perpustakaan IAIN Salatiga dan Perpustakaan dan Arsip

2

jawab kedua orang tua (Kurniasih, 2010: 149). Tidak bisa orang tua menyalahkan

orang lain jikalau anak sedang terpengaruh oleh budaya luar yang tidak sesuai

dengan norma.

Pada masa sekarang ini, pengaruh keluarga mulai melemah karena

perubahan sosial, politik, dan budaya yang terjadi.Keluarga telah kehilangan

fungsinya dalam pendidikan.Sebagian tanggung jawab keluarga beralih kepada

orang-orang yang menggeluti profesi tertentu, seperti halnya pabrik roti, benang,

tekstil dan lain-lain.Pabrik roti, benang, tekstil berperan sebagai sesuatu yang

dijadikan tumpuan bagi orang tua dalam memenuhi kebutuhan untuk keluarga

sehari-hari.Jika diamati, hal tersebut telah mengambil waktu dan tenaga yang

banyak dari setiap harinya sehingga waktu untuk keluarga adalah waktu untuk

istirahat.Kalaupun dapat dilakukan untuk keluarga masih kurang maksimal.Di

sinilah orang tua seharusnnya sadar bahwa anak-anak sekarang mengalami

kerugian yang besar.Karena kurangnya kebersamaan antara anak dengan orang

tua, sehingga anak kurang memiliki kedekatan emosional dengan mereka yang

menyebabkan anak kurang begitu peka terhadap mereka.Di sini keluarga memiliki

peranan yang besar dalam mendidik dan mempengaruhi anak-anak (Zurayk, 1994:

21). Dengan waktu-waktu yang telah dilalui, maka apa saja yang telah dilihat,

didengar, dan dirasakan anak merupakan suatu pembelajaran untuknya di masa

depan nanti. Banyak sekali orang tua tidak dapat lagi mendampingi serta medidik

anaknya karena waktu yang telah tersita oleh pekerjaan mereka untuk memenuhi

materi keluarga.

Lembaga pendidikan, harus melatih anak didiknya untuk bersikap sopan,

Page 19: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/187/1/Siti...kelas D. 11. Semua yang bekerja di Perpustakaan IAIN Salatiga dan Perpustakaan dan Arsip

3

mempunyai sikap sosial yang baik, menjadi warga negara yang baik, disiapkan

untuk mengambil tempat yang tepat di dunia, untuk bekerja sama dengan orang

lain namun memiliki pandangan mandiri, untuk mematuhi aturan pendisiplinan

(Kane, 2004: 216). Pendidikan anak tergantung sejauh mana kerja sama antara

sekolah dan keluarga, guru dan orang tua (Zurayk, 1994: 23). Tidak hanya dilepas

begitu saja setelah diserahkan di dalam sebuah lembaga pendidikan, kemudian

dengan mudah mengkambing hitamkan lembaga pendidikan jika anak berbuat

sebuah penyelewengan.Akan tetapi tetap ada pantauan dan interaksi yang

mendukung untuk perkembangan pendidikan anak hingga kembali berkumpul

keluarga.

Untuk membentuk anak yang saleh, dibutuhkan pendidikan yang terarah

sebagaimana diajarkan Al-Qur‟an.Pendidikan agama, pendidikan budi pekerti dan

pendidikan moral perlu ditanamkan sedini mungkin kepada anak sehingga

terbentuk karakter anak yang jelas menjadi dambaan orang tua, nusa, bangsa dan

agamanya (Marijan, 2012: 18). Gangguan pada pertumbuhan kepribadian

seseorang mungkin disebabkan pecahnya kehidupan keluarga batih (keluarga

yang terdiri dari: suami/ayah, istri/ibu, dan anak-anak yang belum menikah)

secara fisik maupun mental (Soekanto; 23). Banyak dijumpai terbentuknya

keluarga yang kurang persiapan matang sebelumnya, sehingga banyak terjadi

masalah-masalah yang tidak bisa di atasi dan menimbulkan meluasnya masalah

hingga dampaknya sampai ke masyarakat.

Orang tua tidak bisa cuci tangan terhadap moral si anak.Telah menjadi

pendapat umum bahwa keteladanan lebih berharga bagi tumbuh dan

Page 20: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/187/1/Siti...kelas D. 11. Semua yang bekerja di Perpustakaan IAIN Salatiga dan Perpustakaan dan Arsip

4

berkembangnya moral anak daripada seribu nasihat.Keteladanan yang diikuti

pembelajaran adalah dua perilaku yang menyatu, membangun bangunan kokoh

tak mudah untuk digoyahkan.Kokoh sekali (Marijan, 2012: 40).Berpedoman pada

Al Qur‟an mengenai kisah-kisah orang terdahulu yang berpegang teguh pada tali

agama Allah layaknya dalam Surat Albaqarah ayat 132-133 terdapat nama-nama

seperti Ibrahim, Ismail dan Iskhak, Ya‟qub.

Bagi kaum muslimin, Ibrahim adalah manusia teladan dalam hal ketaatan

kepada Allah dan keteguhan menegakkan tauhid.Ia digambarkan oleh Alqur‟an

sebagai manusia pilihan, kekasih Allah, saleh, siddik, muslim, hanif, dan lain

sebagainya. Tidak mengherankan bahwa institusi haji, korban dan khitan, yang

dimulai oleh Ibrahim, tetapi dihidupkan oleh Islam (IAIN Syarif Hidayatullah,

1992: 393).

Dalam Surat al Baqarah ayat 132-133 terdapat ajaran nilai pendidikan

anak yang pastinya memiliki cakupan dengan nilai-nilai pendidikan, penulis

tertarik mengetahui konsep pendidikan tauhid dalam keluarga dalam ayat tersebut

melalui kajian pustaka atas Tafsir Ibnu Katsir.Berdasarkan latar belakang di atas,

maka peneliti tertarik untuk mengangkat tema tersebut dengan mengambil judul

skripsi “KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGA (STUDI

ANALISIS QUR‟AN SURAT AL BAQARAH AYAT 132-133 DALAM

TAFSIR IBNU KATSIR)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang penulis paparkan diatas maka

Page 21: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/187/1/Siti...kelas D. 11. Semua yang bekerja di Perpustakaan IAIN Salatiga dan Perpustakaan dan Arsip

5

yang menjadi masalah pokok dalam bahasan ini adalah:

1. Bagaimana Biografi Tafsir Ibnu Katsir?

2. Bagaimana konsep pendidikan tauhid dalam Islam menurut Alqur‟an Surat

Albaqarah ayat 132 dan 133?

3. Bagaimana konsep pendidikan tauhid dalam keluarga menurut Tafsir Ibnu

Katsir?

4. Bagaimana Relevansi Konsep pendidikan tauhid dalam keluarga menurut

Tafsir Ibnu Katsir di kehidupan sekarang?

C.Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penulis dapat menentukan

tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana Biografi Tafsir Ibnu Katsir.

2. Untuk mengetahui bagaimana konsep pendidikan tauhid dalam Islam menurut

Alqur‟an Surat Albaqarah ayat 132 dan 133.

3. Untuk mengetahui bagaimana konsep pendidikan tauhid dalam keluarga

menurut Tafsir Ibnu Katsir.

4. Untuk mengetahui bagaimana Relevansi Konsep pendidikan tauhid dalam

keluarga menurut Tafsir Ibnu Katsir di kehidupan sekarang.

D.Kegunaan Penelitian

Manfaat dari penelitian ini dapat dikemukakan menjadi dua sisi:

Page 22: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/187/1/Siti...kelas D. 11. Semua yang bekerja di Perpustakaan IAIN Salatiga dan Perpustakaan dan Arsip

6

1. Manfaat teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis, dapat

berguna sebagai sumbangan pemikiran bagi dunia pendidikan khususnya

dunia pendidikan Islam.

b. Dapat menambah khasanah teoritis tentang konsep pendidikan tauhid

dalam keluarga.

2. Manfaat praktis

a. Bagi Penulis

Menambah wawasan penulis mengenai konsep pendidikan tauhid dalam

keluarga untuk selanjutnya dijadikan sebagai pedoman sebagai seorang

pendidik.

b. Bagi Lembaga pendidikan

Sebagai masukan yang membangun guna meningkatkan kualitas lembaga

pendidikan yang ada, termasuk para pendidik yang ada di dalamnya dan

penentu kebijakan dalam lembaga pendidikan serta pemerintah secara

umum.

Dapat menjadi pertimbangan untuk diterapkan dalam dunia

pendidikan pada lembaga-lembaga pendidikanyang ada di Indonesia

sebagai solusi terhadap permasalahan yang ada.

E.Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Page 23: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/187/1/Siti...kelas D. 11. Semua yang bekerja di Perpustakaan IAIN Salatiga dan Perpustakaan dan Arsip

7

Metode penelitian ini merupakan penelitian pustaka (library reseach) yang

difokuskan pada penelusuran dan penelaahan literature serta bahan pustaka

lainnya.

2. Sumber Data

a. Sumber primer

Kitab Tafsir Ibnu Katsir karya Imam Jalil Alkhafidz „Imaduddin

Abi Fida‟ Ismail Ibnu Katsir Alqurasyiyyu Addimasyqy.

b. Sumber sekunder

Sumber data lain yang digunakan penulis dalam penelitian ini

berupa buku-buku lain yang berhubungan dengan permasalahan yang

menjadi pokok bahasan penelitian ini, antara lain: TerjemahTafsir Ibnu

Katsir, Alqur‟an dan terjemahannya DEPAG, Ulumul Qur‟an,

Ensiklopedi Tematis dunia Islam,Studi Ilmu Alqur‟an, Ensiklopedi Islam

Indonesia, Solusi Alqur‟an, dan buku-buku lain yang bersangkutan

dengan pembahasan skripsi ini.

3. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan suatu langkah penelitian, diperlukan

prosedur sistematik, logis dan valid, baik secara langsung (primer) atau

tidak langsung (seconder) dan (tersier). Metode ini terkait dengan

keperluan analisis dan pelaksanaan pembahasan (process) riset secara

benar untuk menemukan kesimpulan, memperoleh jawaban (output) dan

sebagai upaya untuk memecahkan suatu persoalan yang dihadapi

(Ruslan, 2010: 27)

Page 24: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/187/1/Siti...kelas D. 11. Semua yang bekerja di Perpustakaan IAIN Salatiga dan Perpustakaan dan Arsip

8

Adapun tenik pengumpulan data yang penulis lakukan dalam

penelitian ini adalah dengan mencari dan mengumpulkan buku yang

menjadi sumber data primer dan sekunder yang relevan. Setelah data

terkumpul maka dilakukan penelaahan serta sistematis dalam

hubungannya dengan masalah yang diteliti, sehingga diperoleh data atau

informasi untuk bahan penelitian.

4. Teknik Analisis Data

Menurut Miles & Huberman (1992: 16) bahwa analisis terdiri dari

tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu: reduksi data,

penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi.

a. Reduksi Data

Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan

perhatian pada penyederhanaan dan transformasi data “kasar” yang

muncul dari catatan-catatan. Reduksi data berlangsung terus menerus

selama proyek yang berorientasi penelitian kualitatif berlangsung.

Reduksi data merupakan bagian dari analisis. Reduksi data

merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan,

menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan

mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa hingga

kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi.

Dengan “reduksi data” peneliti tidak perlu mengartikannya

sebagai kuantifikasi. Data kualitatif dapat disederhanakan dan dalam

aneka macam yakni: melalui seleksi yang ketat, melalui ringkasan

Page 25: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/187/1/Siti...kelas D. 11. Semua yang bekerja di Perpustakaan IAIN Salatiga dan Perpustakaan dan Arsip

9

atau uraian singkat, menggolongkannya dalam satu pola yang lebih

luas dan sebagainya. Kadang kala dapat juga mengubah data ke

dalam angka-angka atau peringkat-peringkat, tetapi tindakan ini

tidak selalu bijaksana.

b. Penyajian Data

Menurut Miles & Huberman membatasi suatu “penyajian”

sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan

adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Mereka

meyakini bahwa penyajian-penyajian yang lebih baik merupakan

suatu cara yang utama bagi analisis kualitatif yang valid. Semuanya

dirancang guna menggabungkan informasi yang tersusun dalam

suatu bentuk yang padu dan mudah diraih. Dengan demikian seorang

penulis yang merupakan juga penganalisis dapat melihat apa yang

sedang terjadi, dan menentukan apakah menarik kesimpulan yang

benar ataukah terus melangkah melakukan analisis yang menurut

saran yang dikisahkan oleh penyajian sebagai sesuatu yang mungkin

berguna.

c. Menarik Kesimpulan

Penarikan kesimpulan menurut Miles & Huberman hanyalah

sebagian dari satu kegiatan dari konfigurasi yang utuh. Kesimpulan-

kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian berlangsung.

Verifikasi itu mungkin sesingkat pemikiran kembali yang melintas

dalam pikiran penganalisis (peneliti) selama ia menulis, suatu

Page 26: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/187/1/Siti...kelas D. 11. Semua yang bekerja di Perpustakaan IAIN Salatiga dan Perpustakaan dan Arsip

10

tinjauan ulang pada catatan-catatan lapangan, atau mungkin menjadi

begitu seksama dan makan tenaga dengan peninjauan kembali serta

tukar pikiran di antara teman sejawat untuk mengembangkan

“kesepakatan intersubjektif” atau juga upaya-upaya yang luas untuk

menempatkan salinan suatu temuan dalam seperangkat data yang

lain. Makna-makna yang muncul dari data yang lain harus diuji

kebenarannya (Huberman, 1992: 16-18).

Dalam penarikan kesimpulan penulis juga menggunakan metode

antara lain:

1) Pendekatan deduktif

Pendekatan deduktif yaitu penulisan kritik dan esai dengan

menetapkan ukuran yang benar-benar dipahami dan diyakini

secara objektif dan konsisten.Ukuran yang digunakan diantaranya

tentang kaidah moral, kaidah sosial, kaidah hukum, atau kaidah

ilmiah.Penulis harus netral, tidak boleh mengikuti emosi dan

kehendak sendiri.Penilaian harus diberikan secara jujur dan

objektif (Haryanta, 2012: 200).

Dengan pendekatan deduktif ini penulis menganalisis data

yang berupa berbagai interpretasi tafsir Surat Albaqarah ayat 132-

133 baik dari sumber data primer maupun sekunder untuk

kemudian ditemukan kekhususan konsep pendidikan tauhid dalam

keluarga yang terkandung di dalam surat Albaqarah ayat 132-133.

2) pendekatan Induktif

Page 27: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/187/1/Siti...kelas D. 11. Semua yang bekerja di Perpustakaan IAIN Salatiga dan Perpustakaan dan Arsip

11

Pendekatan induktif yaitu penulisan kritik dan esai dimana

penulis dapat langsung mengamati karya sastranya dan langsung

membuat kesimpulan berdasarkan penilaian dari sudut

pandangnya (Haryanta, 2012: 200-201).

Berangkat dari analisa konsep khusus pendidikan tauhid

dalam keluarga yang terkandung dalam surat Al Baqarah ayat

132-133, kemudian konsep tersebut dapat ditarik kesimpulan

yang merupakan esensi dari konsep pendidikan yang terkandung

dalam surat Albaqarah ayat 132-133 secara umum.

3) Metode Tahlili

Metode tahlili adalah metode tafsir yang bermaksud

menjelaskan kandungan ayat-ayat al Qur‟an dari seluruh

aspeknya, dimulai dengan menguraikan arti kosa kata yang diikuti

dengan penjelasan mengenai arti ayat secara global, kemudian

mengemukakan munasabah (korelasi) ayat-ayat serta

menjelaskan hubungan maksud ayat-ayat tersebut dilanjutkan

dengan membahas asbabun nuzul (latar belakang turunnya ayat)

dan dalil-dalil yang berasal dari Rasul, atau sahabat, atau para

tabi‟in yang kadang-kadang bercampur baur dengan pendapat

para penafsir itu sendiri dan diwarnai oleh latar belakang

pendidikannya, dan sering pula bercampur baur pembahasan-

pembahasan dan lainnya yang dipandang dapat membantu

memahami nash al Qur‟an tersebut (Al Farmawi, 1996: 12)

Page 28: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/187/1/Siti...kelas D. 11. Semua yang bekerja di Perpustakaan IAIN Salatiga dan Perpustakaan dan Arsip

12

F. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahfahaman dengan maksud judul yang penulis

angkat, maka akan dijelaskan batasan masing-masing istilah dari judul

skripsi ini.

1. Konsep Pendidikan Tauhid

Konsep pendidikan tauhid terdiri dari tiga kata, yaitu konsep,pendidikan

dan tauhid.

a. Konsep yang penulis maksud seperti dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia dijelaskan bahwa, “Konsep yaitu: rancangan, ide atau

pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret (Pusat bahasa

Depdiknas, 2007: 588).

b. Kata pendidikan berasal dari kata didik. Kata didik mendapatkan

awalan “me” sehingga menjadi “mendidik” berarti memelihara dan

memberi latihan diperlukan adanya sebuah pengajaran, tuntunan dan

pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Kemudian

pengertian pendidikan adalah proses perubahan sikap dan tingkah

laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan

manusia melalui usaha pengajaran dan pelatihan (Islamuddin, 2012:

3).

c. Kata tauhid berasal dari bahasa Arab tawhîd yang berarti

mengesakan. Tauhid adalah meyakini bahwa Allah SWT itu Esa dan

tidak ada sekutu bagi-Nya. Kesaksian ini dirumuskan dalam kalimat

syahadat lâ ilâha illâ Allâh (tidak ada Tuhan selain Allah). Kata

Page 29: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/187/1/Siti...kelas D. 11. Semua yang bekerja di Perpustakaan IAIN Salatiga dan Perpustakaan dan Arsip

13

tauhid adalah bentuk masdar (infinitif) dari kata kerja lampau

wahhada yang merupakan derivasi dari akar kata wahdah yang

berarti keesaan, kesatuan, dan persatuan (Dewan Redaksi

Ensiklopedi, 1994: 90).

Berdasarkan beberapa istilah di atas, maka konsep pendidikan tauhid yang

dimaksud penulis adalah gambaran dari proses perubahan sikap dan tingkah

laku seseorang dalam mengetahui, mengenal dan mendekatkan diri kepada

Allah Yang Maha Esa.

2. Keluarga

Kata keluarga dalam arti sempit didasarkan pada hubungan darah yang

terdiri atas ayah, ibu, dan anak yang disebut dengan keluarga inti. Sedangkan

dalam arti luas, semua fihak yang ada hubungan darah sehingga tampil sebagai

clan atau marga yang dalam berbagai budaya setiap orang memiliki nama kecil

dan nama keluarga atau marga (Ulfatmi, 2011: 20).

Maka, konsep pendidikan tauhid dalam keluarga adalah gambaran

mewujudkan suasana belajar untuk mengembangkan segala potensi secara

sadar disertai keyakinan bahwa selalu ada Allah yang Maha Esa dalam sebuah

kelompok dimana seseorang tinggal untuk bekal manusia dalam menjalani

sebuah kehidupan sebagai khalifatullah di bumi.

3. Surat Al Baqarah

Surat Al Baqarah adalah surat yang terpanjang dalam al Qur‟an yang turun

di Madinah dalam masa tidak kurang dari sembilan tahun. Panjangnya masa

tersebut, ditambah dengan keragaman penduduk Madinah, baik suku, agama,

Page 30: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/187/1/Siti...kelas D. 11. Semua yang bekerja di Perpustakaan IAIN Salatiga dan Perpustakaan dan Arsip

14

maupun kecenderungan, menjadikan surah ini mengandung 286 ayat yang

keseluruhannya terdiri dari dua setengah juz dari tiga puluh juz ayat-ayat al

Qur‟an.

Al Baqarah (seekor sapi) adalah namanya yang paling populer. Ini karena

dalam surah ini ada uraian tentang sapi yang diperintahkan Allah SWT kepada

Bani Israil (penganut agama Yahudi) untuk menyembelihnya dalam rangka

menampik tuduh menuduh antara mereka menyangkut pembunuhan yang tidak

dikenal siapa pelakunya.

Ia dinamai juga as sinâm yang berarti puncak, karena tiada lagi puncak

petunjuk setelah kitab suci ini. Juga az Zahrâ‟, yakni terang benderang, karena

kandungan surah ini menerangi jalan dengan benderang menuju kebahagiaan

dunia dan akhirat, serta menjadi penyebab bersinar terangnya wajah siapa yang

mengikuti petunjuk-petujuknya (Shihab, 2012: 11-12).

4. Tafsir Ibnu Katsir

Pada dasarnya, Tafsir Ibnu Katsir merupakan sebuah tafsir yang

pengarangnya bertumpu pada penjelasan sekadarnya yang hanya berguna bagi

ulama tertentu saja. Kemudian para ulama itu memperdalam topik-topik ayat

yang ditafsirkan selaras dengan minat mereka secara terinci dan luas.

Penjelasan sekadarnya itu dimaksudkan agar ulama memperdalam pokok-

pokok ilmu tafsir selaras dengan kompetensi naluri keilmuan dan

pemahamannya dalam membahas hal-hal yang kompleks menjadi sederhana

dan yang sulit menjadi terurai dan gamblang (Rifa‟i, 1999: dalam Pengantar

Cetakan Pertama)

Page 31: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/187/1/Siti...kelas D. 11. Semua yang bekerja di Perpustakaan IAIN Salatiga dan Perpustakaan dan Arsip

15

G.Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi merupakan suatu cara menyusun dan

mengolah hasil penelitian dari data serta bahan-bahan yang disusun menurut

susunan tertentu, sehingga menghasilkan kerangka skripsi yang sistematis

dan mudah dipahami. Adapun sistematika akan penulis jelaskan sebagai

berikut:

BAB I : Pendahuluan, pada bab ini berisi: latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian,

metode penelitian, definisi operasional dan sistematika

penulisan.

BAB II : Berisi Biografi Ibnu Katsir, karya- karya Ibnu Katsir, dan

sistematika Tafsir Ibnu Katsir.

BAB III : Konsep pendidikan tauhid dalam keluarga yang berisi

pengertian, konsep dalam Alqur‟an, dan konsep menurut Ibnu

Katsir.

BAB IV : Relevansi konsep pendidikan tauhid dalam keluarga berisi

analisis atas Alqur‟an Surat Albaqarah ayat 132-133, dan

Relevansi di kehidupan sekarang.

BAB V : Penutup menguraikan tentang kesimpulan dan saran.

BAB II

BIOGRAFI IBNU KATSIR

A. Riwayat Hidup Ibnu Katsir

Page 32: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/187/1/Siti...kelas D. 11. Semua yang bekerja di Perpustakaan IAIN Salatiga dan Perpustakaan dan Arsip

16

1. Riwayat Keluarga

Ibnu Katsir adalah seorang ahli tafsir dan sejarah ternama. Nama lengkapnya

ialah Abu al-Fida, Imaduddin Ismail Ibnu Umar Ibnu Katsir al-Quraisyi al-

Basrawi ad-Dimasyqi, yang terkenal dengan Ibnu Katsir(IAIN Syarif

Hidayatullah, 1992: 365).

Ibnu Katsir merupakan seorang ahli fiqih, ahli hadis, ahli sejarah, dan ahli

tafsir. Hafiz Ibnu Hajar berkata ”Ia adalah seorang ahli hadis dan fuqaha.

Karangan-karangan Ibnu Katsir itu memenuhi negeri selagi ia masih hidup dan

dimanfaatkan setelah ia meninggal” (Quthan, 1995: 228).

Ibnu Katsir lahir pada tahun 700 H/1300 M di timur Bashri yang masuk

wilayah Damaskus. Pada usia 3 tahun, kira-kira tahun 703 H, ayahnya wafat.

Sejak saat itu, Ibnu Katsir diasuh oleh kakaknya di Damaskus. Di kota inilah ia

pertama kali mengenyam pendidikan,(Ghofur, 2008: 105-106)yaitu pada masa

Dinasti Mamluk, dan yang berkuasa pada saat itu adalah Sultan an-Nashir Ibnu

Qalawun yang kemudian turun tahta pada tahun 1308 M, dan digantikan oleh al-

Malik al-Muzhaffar Baybars al-Jazhangir yang berpusat di Kairo (Jindan, 1999:

26).

Ibnu Katsir meninggal dunia tak lama setelah menulis kitab al-Ijtihâd fî

Talab al-Jihâd(Ghofur, 2008: 109).Ia wafat di Damaskus pada tahun 774

H(Thanthawi, 2013: 143). Ia dikebumikan di pemakaman sufi, tepat di samping

makam gurunya, Ibnu Taimiyah(Ghofur, 2008: 109).

2. Riwayat Pendidikan

Page 33: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/187/1/Siti...kelas D. 11. Semua yang bekerja di Perpustakaan IAIN Salatiga dan Perpustakaan dan Arsip

17

Guru pertama yang membimbing Ibnu Katsir ialah Burhanuddin al-Fazari,

seorang ulama penganut mazhab Syafi‟i(Ghofur, 2008: 106). Pada saat itu, Imam

Syafi‟i dikenal sebagai salah seorang ahli teori dan sintesis hukum terbesar dalam

sejarah intelektual Islamsetelah wafatnya, karena Imam Syafi‟i diberkati memori

yang luar biasa dan intelektual yang tajam. Imam Syafi‟i mampu menyelaraskan

metodologi hukum Abu Hanifah dan Malik dan menciptakan sebuah sintesis

hukum baru yang komprehensif dan original(Mojlum Khan, 2012: 141).

Selama bertahun-tahun Ibnu Katsir tinggal di Damaskus. Bersama kakaknya,

ia hidup sangat sederhana. Meski demikian, tekadnya untuk menuntut ilmu sangat

besar. Kecerdasan dan daya hafal yang kuat menjadi modal utama baginya untuk

mengkaji, memahami, dan menelaah berbagai disiplin ilmu. Misalnya, tafsir,

tarikh, hadis, fiqih, dan sejarah.

Walaupun dalam hukum fikih ia menyatakan diri sebagai pengikut aliran

Syafi‟i, namun hal itu tidak menghalanginya untuk belajar dan mendalami ilmu-

ilmu keislaman dari tokoh Ibnu Taimiyah (661-738 H) walaupun sedikit ia

terpengaruh oleh jalan pemikiran tokoh tersebut. Oleh karena ia sangat dekat

dengan Ibnu Taimiyah dan menyayanginya. Ia pernah difitnah karena dekatnya

dengan gurunya tersebut(Ghofur, 2008: 106).Ibnu Taimiyah terjerat fitnah yang

menuduhnya sebagai ahli bid‟ah dan dituduh mengajarkan kepada masyarakat

bahwa “Allah berada di atas singgasanaNya” itu dapat diterjemahkan dengan

Allah turun dari singgasana sebagaimana manusia turun dari tempat duduknya;

artinya Allah berada dalam, atau dibatasi dengan ruangan. Kendati berusaha untuk

Page 34: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/187/1/Siti...kelas D. 11. Semua yang bekerja di Perpustakaan IAIN Salatiga dan Perpustakaan dan Arsip

18

membela diri, namun para sufi terus mendiskreditkan dirinya dipimpin sufi yang

sangat berpengaruh pada kala itu, Syeikh Nashr al-Manjibi (Jindan,1999: 43).

Nama Ibnu Katsir mulai diperhitungkan di jagat intelektual Damaskus,

Suriyah, ketika terlibat dalam sebuah penelitian untuk menetapkan hukuman

terhadap seorang zindik yang didakwa menganut paham hulûl, yakni suatu paham

yang berkeyakinan bahwa Allah bersemayam dalam diri hamba. Penelitian itu

diprakarsai Gubernur Suriah, yakni Altunbuga an-Nasiri.

Walau reputasi akan sikap pribadi dan kecerdasan Ibnu Katsir mulai meroket,

namun ia tak cepat puas. Ia bermaksud mendalami ilmu hadis kepada Jamaluddin

al-Mizzi (Ghofur, 2008: 106) (654-742 H) seorang tokoh hadis terkenal di

Syam/Syiria (yang sekarang di kenal dengan Suriyah) ibu kotanya di Damaskus

yaitu pada zaman sebelum Islam adalah ibu kota Kerajaan Romawi Timur.

Damaskus merupakan kota lama yang dibangun kembali dalam zaman Daulah

Bani Umayyah dan dijadikan ibu kota negara sejak pemerintahan Muawiyah bin

Abi Sufyan, khalifah pertama Bani Umayyah (Amin, 2010: 288).

Buku-buku karya tokoh tersebut, sempat dibaca dan dipelajari Ibnu Katsir

langsung dari pengarangnya tersebut. Begitu tertarik Syeh al-Hafiz al-Mizzy

dengan sikap pribadi dan kecerdasan muridnya itu, sehingga pada akhirnya Ibnu

Katsir diambilnya menjadi menantu(IAIN Syarif Hidayatullah, 1992: 365-366).

Di usia yang relatif muda, ia sanggup menghafal banyak matan, mengenali sanad,

memeriksa kualitas perawi, biografi tokoh, dan sejarah. Tak tanggung-tanggung ia

juga sempat mendengar hadis langsung dari ulama Hijaz serta memperoleh ijazah

dari al Wani. Karena keahlian itulah, kelak ia dipercaya menduduki jabatan yang

Page 35: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/187/1/Siti...kelas D. 11. Semua yang bekerja di Perpustakaan IAIN Salatiga dan Perpustakaan dan Arsip

19

sesuai dengan ilmunya. Ia juga berguru kepada Kamaluddin bin Qadi Syuhbah

dan Ibnu Taimiyah(Ghofur, 2008: 106).

Al-Badr al-Aini mengatakan bahwa Ibnu Katsir menjadi panutan ulama pada

masanya. Ia terkenal sebagai seorang yang amat tekun mendengarkan kajian-

kajian agama, kendatipun bukan dari ulama yang sealiran dengannya. Ia tekun

mengumpulkan hasil-hasil kajian, dan rajin mengajarkan dan merawikan hadis

yang didengarnya. Dalam sejarah tercatat, bahwa ia termasuk orang yang paling

banyak mengetahui hadis Rasulullah, fatwa sahabat dan ulama tabiin, disamping

pengetahuannya yang amat terinci dalam bidang sejarah.

Kitab Tafsir dan Tarikh yang terkenal itu adalah sebagai bukti dari pernyataan

tersebut. Dengan demikian, ia terkenal sebagai seorang yang berpandangan luas

dalam bidang tafsir dan sejarah. Ketelitiannya dalam ilmu pengetahuan tersebut

membuat ia amat populer di kalangan ulama. Dalam bidang hadis, seperti

dikatakan oleh seorang muridnya ahli sejarah Syihabuddin Ibnu Hijji, Ibnu Katsir

disamping banyak hafal teks-teks hadis, juga tahu membedakan hadis yang punya

cacat dan hadis yang sahih. Keahliannya itu dikenal di kalangan para gurunya.

3. Karya-karya Ibnu Katsir

Banyak karya-karya ilmiah yang diwariskan oleh Ibnu Katsir diantaranya

ialah Tafsîr al Qurân al „Azîm sebanyak sepuluh juz. Haji Khalifah dalam

kitabnya Kasyf az Zunûn berkomentar bahwa bobot kitab tafsir tersebut terletak

pada penafsirannya yang didasarkan atas hadis Rasulullah dan al atsar (fatwa

sahabat dan tabiin). Dan di sana-sini dilakukan kritik hadis.

Page 36: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/187/1/Siti...kelas D. 11. Semua yang bekerja di Perpustakaan IAIN Salatiga dan Perpustakaan dan Arsip

20

Kitab-kitab lain karya ilmiahnya ialah kitab al Kâmil fî Ma‟rifat as Siqât

wa ad Du‟afâ‟ wa al Majâhil sebanyak lima juz dalam bidang penilaian terhadap

perawi hadis, kitab Syarh Sahîh al Bukhâri, tapi sayang kitab ini tidak sempat

diselesaikannya. Kemudian kitab al Ijtihâd fî Talb al Jihâd, kitab Manâqib al

Imâm asy Syâfi‟i(IAIN Syarif Hidayatullah, 1992: 366).Selain itu, ia juga menulis

Fadâ‟il Al-Qurân yang berisi ringkasan sejarah Al-Qur‟an(Ghofur, 2008: 107).

Sebagai ulama Hadis, selain Ibnu Katsir mengajarkan hadis, ia juga

menghasilkan beberapa kitab ilmu hadis diantaranya Jâmi‟ al-Masânîd wa as-

Sunan (sejumlah delapan jilid yang berisi nama-nama sahabat periwayat hadis),

al-Kutub as-Sittah, al Muhtasar (ringkasan Muqaddimah Ibnu Salâh) dan Adillah

at-Tanbîh lî „Ulûm al-Hadîs (lebih dikenal dengan nama al-Bâ‟is al-Hadîs).

Bidang ilmu sejarah juga dikuasai Ibnu Katsir.Ia menulis beberapa kitab

sejarah, antara lain, al-Bidâyah wa an-Nihâyah (sebanyak 14 jilid), al-Fusûl fî

Sîrah ar-Rasûl, dan Tabaqât asy-Syâfiiyyah. Dari jajaran kitab sejarah, al-Bidâyah

wa an-Nihâyah dianggap paling penting. Bahkan, kitab ini merupakan sumber

primer untuk menguak sejarah Dinasti Mamluk di Mesir.Ada dua penggalan

sejarah yang tertuang dalam buku tersebut, Pertama, sejarah kuno yang mencakup

sejarah penciptaan alam sehingga masa kenabian Rasulullah SAW.Kedua, sejarah

Islam mulai periode dakwah Nabi di Mekah hingga pertengahan abad ke-8 H.

Peristiwa penting yang berangsung setelah hijrah disusun berdasarkan tahun

kejadian tersebut(Ghofur, 2008: 109).

Pengarang kitab Kasyf az Zunûn berkomentar bahwa buku al Bidâyat wa an

Nihâyat adalah kitab yang amat luas dalam bidang sejarah, bobot kitab-kitabnya

Page 37: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/187/1/Siti...kelas D. 11. Semua yang bekerja di Perpustakaan IAIN Salatiga dan Perpustakaan dan Arsip

21

terletak pada penyajian yang banyak didasarkan atas dalil-dalil al Qur‟an dan

hadis, terutama dalam mengungkapkan kejadian alam, termasuk kejadian umat

manusia(IAIN Syarif Hidayatullah, 1992: 366).

Di bidang fikih, kepakaran Ibnu Katsir juga tak diragukan. Bahkan oleh

penguasa tempo itu, ia kerap dimintai pendapat menyangkut pelbagai persoalan

kenegaraan dan kemasyarakatan. Umpamanya, dalam kasus pengesahan

keputusan tentang pemberantasan korupsi tahun 1358 M, upaya rekonsiliasi

pascaperang saudara, peristiwa Pemberontakan Baydamur (1361 M), dan seruan

Jihad (1368 M – 1369 M)(Ghofur, 2008: 109).

4. Riwayat Pengabdian

Tahun 1348 H, Ibnu Katsir menggantikan gurunya, Adz-Dzahabi, di Turba

Umm Salih (Lembaga Pendidikan). Selanjutnya ia diangkat menjadi kepala Dar

al-Hadis al-Asyrafiyah (Lembaga Pendidikan Hadis) setelah wafatnya Hakim

Taqiyyudin as-Subki tahun 1355 H(Ghofur, 2008: 106).

Tafsîr Ibnu Kasîr penulisannya dimulai setelah ia diangkat menjadi guru besar

oleh Gubernur Mankali Bugha di Masjid Umayyah, Damaskus, pada tahun 1366

M. Hingga saat ini Tafsîr Ibnu Kasîr masih menjadi bahan rujukan, karena

pengaruhnya begitu besar dalam bidang keagamaan(Ghofur, 2008: 107).

B. Sistematika Tafsir Ibnu Katsir

1. Gambaran Umum Tafsir Ibnu Katsir

Tafsîr Al-Qur‟ân al-Karîm, terdiri dari 10 jilid. Kitab ini termasyhur

dengan sebutan Tafsîr Ibnu Kasîr. Berbagai cetakan dan penerbitan lainnya

Page 38: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/187/1/Siti...kelas D. 11. Semua yang bekerja di Perpustakaan IAIN Salatiga dan Perpustakaan dan Arsip

22

pada umumnya formatnya hampir sama, hanya saja dengan semakin majunya

teknologi naskah cetakan tafsir ini dicetak dengan semakin bagus. Bahkan

sekarang kitab ini telah banyak beredar dalam bentuk CD dan e-book

(elektronic book) dalam bentuk file dan umumnya berakhiran .pdf yang dapat

didownload atau dikirim langsung kedalam email (electronic mail) sehingga

dengan memanfaatkan teknologi komputer dan menggunakan jaringan internet

pengkajian dapat dilakukan secara relatif cepat dan akurat. Seperti bisa dilihat

di www.mukomukoshare.com/2015/01/tafsir-ibnu-katsir-30-juz-bahasaArab.

html.

Karya yang terkenal dengan Tafsîr Ibnu Katsîr ini telah diringkas oleh

seorang ahli tafsir Muhammad Ali as Sabuni berkebangsaan Siria, guru besar

pada Universitas Umm al Qura di Mekah. Ringkasan tersebut terdiri dari tiga

juz, dicetak atas biaya seorang miliuner di Saudi Arabia, untuk diwakafkan

kepada umat Islam, tanpa diperjual belikan(IAIN Syarif Hidayatullah, 1992:

366).

Ibnu Katsir menafsirkan firman Allah itu dengan hadis-hadis yang

sanad-sanadnya itu sampai kepada Rasulullah SAW. Kata-kata tentang apa

yang diperlukan itu mudah dipahami dan sederhana dan sebagian kata-kata itu

menguatkan yang sebagian lagi. Dia menilai riwayat-riwayat itu, katanya ada

sebahagian yang dhaif dan ada pula yang sah(Quthan, 1995: 207).

Seperti contoh tentang riwayat yang dhoif:

Tentang israiliyat, Ibnu Katsir membolehkan mencantumkannya dalam

tafsir dengan syarat israiliyat yang digunakan memilih sanad yang shahih,

Page 39: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/187/1/Siti...kelas D. 11. Semua yang bekerja di Perpustakaan IAIN Salatiga dan Perpustakaan dan Arsip

23

tidak bertentangan dengan syariat dan ini digunakan hanya untuk istidlal atau

bukti penafsiran pada surah al Baqarah ayat 67. Dalam penafsiran dari ayat ini,

dapat ditemukan satu cerita aneh dan panjang yang menceritakan tentang laki-

laki dari Bani Israil (Anonim. 31 Desember2012. Telaah Tafsir Alqur‟an al

Adzim Karya Ibnu Katsir. http://hijausegarsaja.blogspot.com/2012/12/telaah-

tafsir-al-quran-al-adzim-karya.html. Diakses pada tanggal 23 Juni 2015).

Sedangkan riwayat yang sah seperti halnya dalam surat al Baqarah ayat

133 yaitu:

ىىا واحد.()وحه معشر األوباء أوالد عالث د

“Kami para nabi adalah anak-anak yang berlainan ibu, sedang agama

kami adalah satu” (Bukhari, Muslim dan abu Dawud) (Ghoffar, 2004: 279).

Tafsir ini disusun oleh Ibnu Katsir berdasarkan sistematika tertib

susunan ayat-ayat dan surat-surat dalam mushaf al-Quran yang lazim disebut

sebagai sistematika tertib mushafi. Secara rinci kandungan dan urutan tafsir

yang terdiri dari empat jilid ini ialah jilid 1 berisi tafsir surah al-Fatihah (1) s/d

an-Nisa (4), jilid II berisi tafsir surah al-Maidah (5) s/d an-Nahl (16), jilid III

berisi tafsir surah al-Isra‟ (17) s/d Yasin (36), dan jilid IV berisi surah as-

Saffat (37) s/d an-Nas (114)(Anonim. 17 April 2012. Metode Tafsir Ibnu

Katsir dalam Tafsirnya. http://helfinarayya.blogspot.com/2012/04/metode-

ibnu-katsir-dalam -tafsirnya.html. Diakses pada tanggal 15 Mei 2015).

2. Metode Tafsir Ibnu Katsir

Ibnu Kasir dalam menafsirkan al-Qur‟an dapat dikategorikan sebagai

manhaj tahlili (metode analitis). Metode tahlily ialah pendekatan yang dipakai

Page 40: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/187/1/Siti...kelas D. 11. Semua yang bekerja di Perpustakaan IAIN Salatiga dan Perpustakaan dan Arsip

24

mufassir dalam membahas al-Qur‟an ayat demi ayat sesuai dengan

rangkaiannya yang tersusun di dalam al Qur‟an (Kuswaya, 2009: 54).

Dalam menulis tafsir, Ibnu Katsir merumuskan metode sendiri. Ia

menafsirkan [ayat] Al-Qur‟an [yang lain]. Bila tidak didapatkan, maka

mengacu kepada hadis. Jika tidak ada, maka merujuk pendapat para sahabat.

Apabila langkah ketiga juga menemui sandungan, pendapat tabiin merupakan

pijakan (Ghofur, 2008: 107).

Di sana-sini secara kritis dibedakan antara berita yang benar dan berita

yang dinilai tidak benar. Dalam sejarah periode sesudah hijrah Rasulullah ke

Madinah disusun berdasarkan urutan tahun, sampai ke akhir masa hidup

pengarangnya (IAIN Syarif Hidayatullah, 1992: 366).

3. Corak Tafsir Ibnu Katsir

Tafsir Ibnu Katsir yaitu tafsir yang terkenal dengan tulisan ma‟tsur/tafsir

bi al-riwayah. Karena pengarang selalu memperhatikan riwayat dari ahli-ahli

tafsir salaf. Ia meriwayatkan hadis dan atsar dengan disandarkan kepada yang

mengatakan, namun ia membicarakan pula tentang kerajihan hadis dan atsar

itu serta menolak hadis yang munkar atau yang tidak shahih. Itulah sebabnya

tafsir ini tergolong tafsir ma‟tsur yang baik.

Adapun cara Ibnu Katsir dalam menafsirkan al Qur‟an; pertama-tama

dengan menyebutkan satu ayat kemudian menafsirkannya dengan redaksi yang

mudah serta ringan dan menyertainya dengan dalil-dalil dari ayat yang lain,

lalu membandingkan ayat-ayat tersebut sehingga arti dan maksudnya menjadi

jelas. Satu arti yang dalam satu tempat dianggap global, maka pada tempat lain,

Page 41: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/187/1/Siti...kelas D. 11. Semua yang bekerja di Perpustakaan IAIN Salatiga dan Perpustakaan dan Arsip

25

bisa diperincikan. Apabila menemui kesulitan dalam melakukan hal itu maka

menafsirkan dengan sunah (Ash-Shabuuniy, 1991: 314-315) atau hadis-hadis

marfu‟ yang bersangkut dengan ayat dan menerangkan apa-apa yang

diperlukan. Keduanya itu diberikutkan kepada atsar sahabat dan perkataan

Tabi‟in. Sudah itu kepada Ulama Salaf(Quthan, 1995: 228).

4. Karakteristik

Para ulama tafsir yang menafsirkan Al Qur‟an menurut tarikat kebanyakan

Salaf, yang datang sesudah terkumpul riwayat dan menerima kekayaan riwayat

yang ditinggalkan sahabat dan tabi‟in terbagi menjadi dua: yang dipelopori

oleh Ibnu Jarir At Thabary dan oleh Ibnu Katsir. Ibnu Katsir termasuk

golongan yang bersungguh-sungguh memperhatikan riwayat dan mempelajari

sanad-sanadnya.

Ibnu Katsir lebih teliti dalam memperhatikan sanad.Karenanya, beliau

menolak segala riwayat-riwayat Ibnu Jarir mengenai kisah Zaid dan

Zainab.Sedangkan Ibnu Jarir At Thabary termasuk golongan yang memilih

Atsar dari himpunan-himpunan itu, mana yang dipandang lebih munasabah

bagi al-Qur‟an dan mana yang lebih dekat kepada lughah dan mana yang

sesuai dengan yang Ma‟tsur dari Nabi dan mudah diketahui dari

agama.Golongan ini tiada terlalu memperhatikan nilai matan.Dalam pada itu

dapat juga riwayat-riwayat itu dimasuki oleh Israiliyat dan hadis maudlu‟

(Ash-Shiddieqy, 1980: 242-243).

Keistimewaan Ibnu Katsir di dalam tafsirnya itu seringkali dia

menerangkan dengan hadis ma‟tsur kemungkaran-kemungkaran Israilliyat.Juga

Page 42: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/187/1/Siti...kelas D. 11. Semua yang bekerja di Perpustakaan IAIN Salatiga dan Perpustakaan dan Arsip

26

dia menyebutkan kata-kata Ulama dalam hukum-hukum yang berkenaan

dengan fikhi.Dan mendiskusikan mazhab-mazhab mereka dan kadang-kadang

menunjukkannya (Quthan, 1995: 207).

Disamping itu, ada beberapa hal yang menyebabkan kelemahan dari

Tafsir bi al-Ma‟tsûr tersebut, yaitu:

a) Banyaknya riwayat yang disiapkan musuh Islam, seperti orang zindik, baik

dari Yahudi maupun Nasrani.

b) Bercampur baurnya riwayat yang shahih, juga banyaknya perkataan yang

di bangsakan kepada sahabat dan tabi‟in tanpa seleksi, sehingga

tercampurlah yang hak dan yang batil.

c) Adanya riwayat-riwayat israiliyat yang mengandung dongeng dan hal itu

tidak dapat dibenarkan (Al Munawar, 2003: 79).

Kata Israiliyat adalah bentuk jamak dari kata israiliyah.Menurut para

peneliti, israiliyyah berarti sebuah cerita atau peristiwa yang dinukil dari

sumber israiliy.Israiliy adalah segala yang berkaitan dengan Israil dan Israil itu

sendiri adalah julukan bagi Nabi Ya‟qub as.Yang dimaksud dengan Bani Israil

adalah kaum Yahudi anak keturunan Ya‟qub dengan demikian, lafal israiliyat

digunakan untuk menunjukkan cerita-cerita dan dongeng-dongeng yang dinukil

dan diambil dari sumber-sumber Yahudi. Kata Israiliyat, secara berangsur

menemukan arti yang lebih luas lagi, yang dalam istilah para mufasir juga

digunakan untuk menunjukkan setiap hikayat dan cerita fiktif yang disadur dari

sumber-sumber agama Yahudi dan Nasrani atau setiap sumber terdahulu.

Bahkan sebagian ulama memberikan makna cakupan yang lebih luas lagi

Page 43: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/187/1/Siti...kelas D. 11. Semua yang bekerja di Perpustakaan IAIN Salatiga dan Perpustakaan dan Arsip

27

sehingga kata israiliyat digunakan untuk menunjukkan segala sesuatu yang

tidak berdasar dari musuh-musuh Islam, baik Yahudi maupun yang lain, yang

tersusup dalam sumber-sumber hadis dan tafsir (kaum muslim). Dengan

demikian, penggunaan kata israiliyat untuk hal-hal yang memiliki warna

Yahudi, merupakan penggunaan secara mayoritas (taghlib) karena memang

kebanyakan dari hal-hal yang batil dan bersifat khurafat yang tersebar di

tengah masyarakat (Islam) dengan sebutan israiliyat, berasal dari sumber-

sumber Yahudi, sementara kaum Yahudi sesuai dengan penegasan al Qur‟an

adalah orang-orang yang paling memusuhi mukminin (Ma‟arif, 2012: 131).

Seperti hadis:

واالدخل الجىتال سبعت أبىاء ولدالس

“Anak zina tidak masuk ke surga hingga tujuh turunan”

Hadis tersebut menyalahi firman:

والتسروازرة وزرأخري

“Dan tiada seseorang yang bersalah memikul kesalahan orang lain” (QS.

Al An‟am: 164) (Ash-Shiddieqy, 1980: 242).

Page 44: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/187/1/Siti...kelas D. 11. Semua yang bekerja di Perpustakaan IAIN Salatiga dan Perpustakaan dan Arsip

28

BAB III

KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGA

A. Pengertian

Menurut Kamus Kebahasaan dan Kesusastraan yang dimaksud dengan

konsep yaitu gambaran mental dari objek, proses atau segala sesuatu yang

berada di luar bahasa dan yang digunakan akal budi untuk memahami

sesuatu (Haryanta, 2012: 135).

Sedangkan pendidikan adalah proses untuk memberikan manusia

berbagai macam situasi yang bertujuan memberdayakan diri. Jadi, banyak

hal ketika membicarakan pendidikan. Aspek-aspek yang biasanya paling

dipertimbangkan antara lain: penyadaran, pecerahan, pemberdayaan, dan

perubahan perilaku (Soyomukti, 2010: 27).

Menurut Ki Hajar Dewantara pendidikan merupakan tuntutan bagi

pertumbuhan anak-anak. Artinya pendidikan menurut segala kekuatan

kodrat yang ada pada diri anak-anak, agar mereka sebagai manusia

sekaligus sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan

kebahagiaan setinggi-tingginya.

Di dalam UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

tercantum pengertian pendidikan: bahwa pendidikan adalah usaha sadar

dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

agar anak didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya sehingga

memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

Page 45: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/187/1/Siti...kelas D. 11. Semua yang bekerja di Perpustakaan IAIN Salatiga dan Perpustakaan dan Arsip

29

kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan oleh dirinya,

masyarakat, bangsa, dan negara (Suwarno, 2006: 21-22).

Kata tauhid adalah awal dan akhir dari seruan Islam. Ia adalah suatu

kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Suatu kepercayaan yang

menegaskan bahwa hanya Tuhanlah yang menciptakan, memberi hukum-

hukum, mengatur dan mendidik alam semesta ini (Tauhid Rububiyah).

Sebagai konsekuwensinya, maka hanya Tuhan itulah yang satu-satunya

yang wajib disembah, dimohon petunjuk dan pertolongannya, serta yang

harus ditakuti (Tauhid Uluhiyah). Bahwa Tuhan itu Zat yang luhur dari

segala-galanya, Hakim Yang Maha Tinggi, Yang tiada terbatas, Yang

Kekal, Yang tiada berubah-ubah. Yang tiada kesamaannya sedikit pun di

alam ini, sumber segala kebaikan dan kebenaran, Yang Maha Adil dan

Suci. Tuhan itu bernama Allah SWT (Subhanahu Wa Ta‟ala= Maha Suci

Dia dan Maha Tinggi). Lawan tauhid adalah syirik, yaitu

mempersekutukan Tuhan. Suatu kepercayaan tentangadanya lagi Tuhan

selain Allah SWT (Razak, 1996: 39). Untuk sekarang ini banyak teknologi

canggih dan uang yang dijadikan sebagai sesuatu yang serba guna dan

sebagai sesuatu yang tiada batas dalam melakukan sesuatu, sehingga

disadari atau tidak telah mengalihkan perhatian dan waktunya dalam

mengingat serta mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Tauhid dapat membebaskan manusia dari seribu satu macam belenggu-

belenggu kejahatan duniawi. Tauhid membebaskan manusia dari

penjajahan, perbudakan dan penghambaan, baik oleh sesama manusia,

Page 46: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/187/1/Siti...kelas D. 11. Semua yang bekerja di Perpustakaan IAIN Salatiga dan Perpustakaan dan Arsip

30

maupun oleh hawa nafsu dan harta benda. Karena tauhid, manusia hanya

akan menghambakan diri kepada Allah semata (Razak, 1996: 43).

Adapun kata keluarga memiliki beberapa pengertian di antaranya yaitu:

1. Sekelompok orang yang berketurunan dari nenek moyang yang sama

(Komaruddin, 1987: 98).

2. kelompok orang yang ada hubungan darah atau perkawinan.

Kelompok tersebut terbagi atas:

a. keluarga nuklir (Orang-orang yang termasuk keluarga ialah ibu,

bapak dan anak-anaknya)

b. keluarga luas (mencakup semua orang yang berketurunan

daripada kakek nenek yang sama, termasuk keturunan masing-

masing istri dan suami)

c. keluarga prokreasi (keluarga dimana individu itu merupakan

orang tua)

d. keluarga orientasi (keluarga dimana individu itu merupakan salah

keturunan. Dalam arti kata kiasan, istilah keluarga juga digunakan

untuk segolongan orang yang hidup bersama dan ada ikatan-

ikatan jiwa bersama; atau segolongan orang yang hidup dalam

suatu rumah besar/ rumah keluarga)

e. keluarga batin/ nuclear family (kelompok kekerabatan terdiri dari

ayah, ibu dan anak-anak yang belum memisahkan diri sebagai

keluarga batin tersendiri)

Page 47: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/187/1/Siti...kelas D. 11. Semua yang bekerja di Perpustakaan IAIN Salatiga dan Perpustakaan dan Arsip

31

f. keluarga luas/ extended family (kelompok kekerabatan yang

terdiri dari tiga anak empat keluarga batin yang terikat oleh

hubungan orang tua anak atau saudara-saudara kandung dan oleh

satu tempat tinggal bersama yang besar) (Saddily, 1973: 645-

646).

Keluarga adalah wadah pertama dan utama bagi pertumbuhan dan

pengembangan anak. Jika suasana dalam keluarga itu baik dan

menyenangkan, maka anak akan tumbuh baik pula. Jika tidak, maka akan

terhambatlah pertumbuhan anak tersebut. Pertumbuhan iman terhadap

anak dimulai dari sejak awal pembentukan keluarga, karena itu hanya dari

calon ayah dan ibu yang saleh akan tumbuh jiwa keberagamaan anak.

Perkembangan akidah, kecerdasan, akhlak, kejiwaan, rasa keindahan dan

kemasyarakatan anak, berjalan serentak dan seimbang. Kebiasaan

penerapan nilai-nilai agama dalam keluarga akan berpengaruh dalam

pembentukan pribadi anak (Ulfatmi, 2011: 121).

Sejalan dengan hal itu, maka sebagai wadah dimana pendidikan

dilaksanakan, rumah tangga atau keluarga – meminjam pemetaan yang

dirumuskan WHO - berfungsi dalam tiga hal penting:

1) Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, keterampilan

dan membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang

dimiliki.

2) Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang

dalam memenuhi perannya sebagai orang dewasa.

Page 48: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/187/1/Siti...kelas D. 11. Semua yang bekerja di Perpustakaan IAIN Salatiga dan Perpustakaan dan Arsip

32

3) Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya

(Ulfatmi, 2011: 27).

Orang tua merupakan figur sentral bagi terlaksananya proses

pendidikan. Mereka adalah pengelola sistem terkecil dari masyarakat

itu.Oleh karena itu secara operasional pendidikan anak yang

berlangsung dalam keluarga, masyarakat dan sekolah merupakan

tanggung jawab utama orang tua, tidak bisa dilepaskan begitu saja

kepada guru di sekolah.Dibebankannya pendidikan di pundak orang tua

oleh karena – pada umumnya – mereka dibekali naluri membina dan

mendidik anak karena itu pendidikan dari orang tua sering disebut

pendidikan alami atau pendidikan kodrat.Kewajiban itu dapat

dilaksanakan dengan mudah dan wajar karena orang tua memang

mencintai anaknya.Ini merupakan sifat manusia yang dibawa sejak

lahir.Manusia diciptakan mempunyai sifat mencintai anaknya (Ulfatmi,

2011: 61).

B. Konsep Pendidikan Tauhid dalam Islam Menurut Surat Al Baqarah

Islam menempatkan pendidikan sebagai sesuatu yang sangat

penting dalam kehidupan umat manusia yang harus ditempuh bahkan

merupakan sebuah kewajiban.

Orang pertama yang bertanggug jawab terhadap keluarga adalah

orang tua (ayah dan ibu). Dari kedua orang inilah pendidikan harus

dimulai. Keberhasilan tingkat paling awal ini akan membawa kepada

keberhasilan pendidikan keluarga dan masyarakat.

Page 49: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/187/1/Siti...kelas D. 11. Semua yang bekerja di Perpustakaan IAIN Salatiga dan Perpustakaan dan Arsip

33

Fungsi yang paling penting dalam kehidupan keluarga adalah

fungsi pendidikannya. Artinya, keluarga merupakan lembaga pendidikan

yang apabila berfungsi dengan baik akan mewarnai fungsi-fungsi lainnya

dalam kehidupan keluarga. Dan dalam prakteknya, hampir dalam setiap

fungsi keluarga selalu ada muatan pendidikannya. Contoh, dalam fungsi

ekonomi misalnya, selalu ada norma-norma ekonomi yang harus

diajarkan kepada anak, bagaimana agar anak bersikap hidup hemat,

bagaimana agar ia rajin menabung, dan seterusnya.

Yang menjadi penekanan dalam al-Baqarah ayat 132-133 adalah

pendidikan mengesakan Allah. Atau sering disebut dengan tauhid. Dari

dasar ayat inilah kemudian lahir konsep ilmu yang kewajiban mencarinya

bersifat „ainy dan kifayah. Yakni agama dan umum, yang sebenarnya

merupakan satu kesatuan dimana keduanya bersumber dari Allah SWT

(Gojali, 2004: 164-165).

Allah berfirman:

ين فال توتن إال ووصى بآإب راىيم بنيو وي عقوب يابن إن اهلل اصطفى لكم الد

وأنتم مسلمون

Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya,

demikian pula Ya‟kub. (Ibrahim berkata): “Hai anak-anakku!

Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah

kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam”(DEPAG, 1993: 34).

Pada Q.S al-Baqarah ayat 132 di atas ada kata al-dîn dan

muslimûn. Kata al-dîn terdiri huruf dâl, yâ‟, dan nûn berarti sejenis

Page 50: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/187/1/Siti...kelas D. 11. Semua yang bekerja di Perpustakaan IAIN Salatiga dan Perpustakaan dan Arsip

34

ketundukan dan kerendahan hati, sehingga kata tersebut dapat berarti taat

dan tunduk. Kata al-dîn jika dihubungkan dengan al-islâm berarti

beribadah kepada Tuhan, atau taat dan tunduk kepada syariat-Nya. Kata

dâna – yadînu – daynan berarti meminjam atau hutang.

Kata al-dîn diartikan dengan agama dan daynan berarti meminjam

atau berhutang, kesemuanya menggambarkan hubungan dua belah pihak.

Pihak pertama mempunyai kedudukan yang lebih tinggi dibanding pihak

kedua. Tuhan yang menurunkan agama dengan manusia yang menaati

ajaran agama menunjukkan bahwa Tuhan, sebagai pihak pertama, lebih

tinggi dari manusia, sebagai pihak yang kedua.

Pengertian Islam dalam kata al-muslimûn menurut al Marâghî

adalah agama islam, sebagaimana penjelasannya, Allah memilih Ibrahim

karena seruannya terhadap ajaran Islam setelah melihat tanda-tanda yang

menunjukkan keesaan Allah. Memang banyak agama yang dikenal oleh

manusia, tetapi yang ini, yakni intinya adalah penyerahan diri secara

mutlak kepada Allah, dan amal salehnya serta tidak syirik/

mempersekutukan Allah (Budihardjo, 2009: 163-164).

Menurut Al Qur‟an, Ibrahim bukanlah seorang Yahudi atau

Kristen, melainkan seorang yang hanif dan muslim. Perkataan hanif

menunjukkan kepada yang murni, suci, dan benar dengan titik inti

pandangan Ketuhanan Yang Maha Esa atau tauhid, sedangkan perkataan

muslim menunjukkan kepada pengertian sikap tunduk (dîn) dan pasrah

total hanya kepada kemurnian, kesucian, dan kebenaran, yang di atas

Page 51: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/187/1/Siti...kelas D. 11. Semua yang bekerja di Perpustakaan IAIN Salatiga dan Perpustakaan dan Arsip

35

segalanya ialah tunduk dan pasrah total kepada Tuhan Yang Maha Esa

(islâm). Kedua pengertian itu merupakan hakikat kemanusiaan yang paling

asasi dan abadi (perennial), sebagai lanjutan atau konsekuensi adanya

perjanjian primordial antara manusia dan Tuhan untuk menghamba

kepada-Nya dan berbuat kebaikan yang akan menghantarkan kepada

Penciptanya itu(Taufik Abdullah, 2002: 185).

Allah berfirman:

كنتم شهدآء إذ حضر ي عقوب الموت إذ قال لبنيو ما ت عبدون من ب عدي قالوا أم

عبد إلك وإلو ءابآئك إب راىيم وإساعيل وإسحاق إالىا واحدا ونن لو ن

مسلمون

Adakah kamu hadir ketika Ya‟qub kedatangan (tanda-tanda) maut,

ketika ia berkata kepada anak-anaknya: “Apa yang kamu sembah

sepeninggalku”. Mereka menjawab. “Kami akan menyembah Rabb-mu

dan Rabb nenek moyang-mu, Ibrahim, Ismail dan Ishak, (yaitu) Rabb

Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk kepada-Nya”(DEPAG, 1993: 34).

Sedangkan pada ungkapan إلها واحدا (yaitu Ilah Yang Maha Esa)

dalam Q.S al-Baqarah ayat 133, berbicara tentang tauhid (keesaan Allah).

Pengertian Esa adalah merupakan pusat bagi seluruh sifat-sifat Allah yang

wajib dimiliki-Nya. Esa berarti Esa zat-Nya, Esa perbuatan-Nya, Esa

kemauan-Nya, Esa Kekuasaan-Nya dan sifat-sifatNya yang lain.

Jadi, tak satupun yang menyamaiNya. Dia adalah al-Kholiq

selainNya adalah makhluk.

Page 52: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/187/1/Siti...kelas D. 11. Semua yang bekerja di Perpustakaan IAIN Salatiga dan Perpustakaan dan Arsip

36

Perkataan Esa tidak sama (artinya) dengan perkataan satu. Satu itu

merupakan (kata) bilangan atau angka.

Sedangkan angka itu fungsinya bisa dipecah, bisa di jumlah, dan

dikalikan maupun dibagi. Jadi, satu itu bisa dibagi atau dipecah menjadi

setengah, sepertiga, seperempat, enam, dan seterusnya.

Tetapi, Esa tidak seperti satu yang bisa ditambah, dikurangi,

dikalikan, dan dibagi, sehingga mengakibatkan macam-macam bagian dan

jenis maupun sifat. Karena itu (arti) kata Esa, sekaligus menolak

kepercayaan, faham, pengertian dan pendapat tentang adanya kekuatan

selain Allah. Juga, Allah itu sangat tidak bisa dikata terdiri dari beberapa

oknum; dua oknum, tiga oknum dan oknum seterusnya.

Tidak juga bisa dikatakan Tuhan pertama, tuhan kedua dan

seterusnya. Atau Tuhan Muda, setengah tua dan Tuhan tua. Begitu juga

tidakada Tuhan anak,Tuhan bapak, dan kemudian butuh Tuhan ibu dan

Tuhan nenek dan seterusnya. Hal itu amat mustahil (Falih dan Yusuf,

1973: 19).

Surat al Baqarah berisi wasiat berpegang teguh pada agama Islam

dan mengesakan Allah SWT mengingatkan kepada setiap orang tua

(terutama bapak) akan kewajibannya memberikan pendidikan tauhid

kepada anaknya. Seperti nasehat Ibrahim dan Ya‟qub kepada anaknya

yaitu adanya larangan untuk meninggalkan agama Islam sampai akhir

hayat nanti dan selalu taat dan tunduk atas apa yang difirmankan oleh

Allah SWT. “Janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam”,

Page 53: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/187/1/Siti...kelas D. 11. Semua yang bekerja di Perpustakaan IAIN Salatiga dan Perpustakaan dan Arsip

37

hal ini merupakan isyarat bahwa nasehat harus bersifat menyeluruh pada

setiap aspek keislaman, mulai dari masalah keimanan, dakwah, aturan-

aturan, hukum, keutamaan-keutamaan, sampai pada masalah adab dan tata

krama yang termasuk dalam pendidikan tauhid tersebut.

C. Konsep Menurut Ibnu Katsir

Bila melihat dalam al Qur‟an banyak ide atau gagasan kegiatan

atau usaha pendidikan, salah satunya dapat dilihat dalam surat al Baqarah

ayat 132-133. Dalam al Qur‟an surat al Baqarah tidak menjelaskan banyak

tentang kehidupan Ibrahim dan keturunannya hanya dijelaskan tentang

wasiatnya kepada anak-anaknya yang merupakan konsep pendidikan

tauhid dalam keluarga untuk dikembangkan dalam kehidupan sehari-hari.

Sebagaimana Allah telah menjadikan Ibrahim dan keturunannya

sebagai contoh proses pendidikan dari seorang bapak kepada anak-

anaknya dan contoh tersebut dikemukakan oleh Allah SWT kepada Nabi

Muhammad SAW untuk disampaikan kepada segenap umatnya.

Seperti yang telah dicontohkan oleh Ibrahim dan Ya‟qub dalam surat

al Baqarah ayat 132-133 bahwa selain ibu, pengaruh ayah terhadap

anaknya sangat besar pula. Dimata anaknya ia seorang tertinggi gengsinya

dan terpandai diantara orang-orang yang dikenalnya. Cara ayah itu

melakukan pekerjaannya sehari-hari berpengaruh pada cara pekerjaan

anaknya. Ayah merupakan penolong utama, lebih-lebih bagi anak yang

agak besar, baik laki-laki maupun perempuan, bila ia mau mendekati dan

dapat memahami hati anaknya(Daradjat, 2011: 35-36).

Page 54: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/187/1/Siti...kelas D. 11. Semua yang bekerja di Perpustakaan IAIN Salatiga dan Perpustakaan dan Arsip

38

Dalam Q.S al-baqarah ayat 132 kalimat:

ووصى بآإب راىيم بنيو وي عقوب

“Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-

anaknya, demikian pula Ya‟qub”.

Ibnu Katsir menafsirkannya bahwa, Ibrahim telah mewasiatkan

agama ini, yaitu Islam. Atau dhamir (kata ganti) itu kembali kepada

kalimat yang tersebut dalam firman Nya,

أسلمت لرب العالمي

“Aku tunduk patuh kepada Rabb semesta alam”.

Menurut Ibnu Katsir, karena kesungguhan mereka memeluk Islam

dan kecintaan mereka kepadanya, mereka benar-benar memeliharanya

sampai saat wafatnya. Dan mereka pun mewasiatkannya kepada anak cucu

mereka yang lahir setelah itu. Sebagaimana firman AllahSWT:

وجعلها كلمة باقية ف عقبو

“Dan (Ibrahim) menjadikan kalimat tauhid itu kalimat yang kekal kepada

keturunannya”. (QS. Az-Zukhruf: 28) (Ghoffar, 2004: 277).

Ibnu Katsir menekankan bahwa tauhid di sini merupakan suatu

sistem pandangan hidup yang menegaskan adanya proses kesatuan dan

kemanunggalan dalam berbagai aspek hidup dan kehidupan. Semua yang

ada bersumber hanya pada Tuhan satu saja, yang menjadi asas kesatuan

ciptaanNya dalam berbagai bentuk, jenis, dan bidang kehidupan

(Abdullah, 2011: 107).

Page 55: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/187/1/Siti...kelas D. 11. Semua yang bekerja di Perpustakaan IAIN Salatiga dan Perpustakaan dan Arsip

39

Dalam firman Allah:

ين فال توتن إال وأنتم مسلمون يابن إن اهلل اصطفى لكم الد

(Ibrahim berkata: “Hai anak-anakku, sesungguhnya Allah telah

memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam

memeluk agama Islam”).

Ibnu Katsir menafsirkan dalam wasiat/ perkataan Ibrahim tersebut

bahwa ”Berbuat baiklah kalian ketika menjalani kehidupan ini, dan

berpegang teguhlah pada agama ini, niscaya Allah SWT akan

menganugerahkan kematian kepada kalian dalam keadaan itu (dalam

Islam), karena seringkali seseorang meninggal dunia dalam agama yang

diyakininya dan dibangkitkan dalam agama yang dianutnya. Dan Allah

telah menggariskan sunnahnya, bahwa siapa yang menghendaki kebaikan

akan diberi taufik dan dimudahkan baginya oleh Allah, dan siapa yang

berniat kepada kebaikan, maka akan diteguhkan pada-Nya” (Ghoffar,

2004: 277).

Pendapat ini berarti Ibnu Katsir menekankan aspek perbuatan apa

yang telah diperbuat manusia semasa hidupnya baik itu dosa ataupun

pahala, Allah telah menetapkan amal-amalnya sesuai apa yang ia kerjakan,

amal itu tidak akan pernah berubah sampai kapanpun. Allah tetap akan

mencatat pahala dan dosanya walaupun hanya sebesar biji bayam, Allah

akan mempertanggungjawabkan apa yang telah diperbuatnya (Yunila,

2013: 120).

Yang demikian itu Dalam Tafsirnya Ibnu katsir tidak bertentangan

dengan apa yang diterangkan dalam hadits shahih, dimana Rasulullah

Page 56: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/187/1/Siti...kelas D. 11. Semua yang bekerja di Perpustakaan IAIN Salatiga dan Perpustakaan dan Arsip

40

bersabda:

ق ب س ف اع ر ذ و أ ع با ال ا إ ه ى ب و ه ى ب ن ى ك ا م ت ح ,ت ى ج ال ل ه أ ل م ع ل م ع ل ,ل ج الر ن إ

ت ح ار الى ل ه أ ل م ع ب ل م ع ل ل ج الر ن إ ا. و ه ل خ د ف ار الى ل ه أ ل م ع ل م ع ف ,اب ت ك ال ه ل ع

د ف ت ى ج ال ل ه أ ل م ع ب ل م ع ف اب ت ك ال ه ل ع ق ب س ف اع ر ذ و أ ع با ال ا إ ه ى ب و ه ى ب ن ى ك ا م

ها ل خ

“Sesungguhnya seseorang itu benar-benar mengerjakan amalan

penghuni surga, sehingga jarak antara dirinya dengan surga tinggal satu

depa atau satu hasta, tetapi ia di dahului oleh kitab (yang berada di

Lauhul Mahfud: catatan takdir), maka ia pun mengerjakan amalan

penghuni neraka, sehingga ia pun masuk neraka. Dan sesungguhnya

seseorang itu benar-benar mengerjakan amalan penghuni neraka hingga

jarak antara dirinya dengan neraka tinggal satu depa atau satu hasta,

tetapi iadi dahului oleh kitab. Maka ia pun mengerjakan amalan penghuni

surga sehingga ia pun masuk surga”. (Mutafaq „alaih)

Dan Allah sendiri telah berfirman:

ا من أعطى وات قى } ق بالسن }5فأم ره لليسرى }6{ وصد ا 7{ فسن يس { وأم

ل واست غن } ب بالسن }8من ب ره 9{ وكذ {01للعسرى }{ فسن يس

“Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan

bertakwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga), maka

Kami kelak akan menyiapkan baginyajalan yang mudah.Dan adapun

orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup, serta mendustakan

pahala yang terbaik, maka kelak Kami akan menyiapkan bagi mereka

(jalan) yang sukar” (QS. Al-Lail 5-10) (Ghoffar, 2004: 277 - 278).

Pendapat ini berarti Ibnu Katsir menekankan bahwa pada dasarnya,

Tuhan menciptakan manusia di dalam kehidupan ini tidak sekadar untuk

makan, minum, hidup dan kemudian mati, seperti kematian yang dialami

oleh sekian makhluk hidup yang lain. Lebih dari itu, ia diciptakan agar

Page 57: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/187/1/Siti...kelas D. 11. Semua yang bekerja di Perpustakaan IAIN Salatiga dan Perpustakaan dan Arsip

41

berpikir, menentukan, mengatur, mengurus segala persoalan, mencari dan

memberi kemanfaatan (Syaltut, 1966: 211).

Kemudian, peristiwa penyampaian wasiat itu juga terjadi diantara

Nabi Ya‟qub dan anak-anaknya saat menjelang kematian, yang merupakan

peristiwa yang sangat besar. Sebab, mereka di hadapan seorang yang

menghadapi sakaratul maut(Aizid, 2014: 274).

Selanjutnya Ibnu Katsir menyatakan bahwa Allah SWT berfirman

sebagai hujjah atas orang-orang musyrik Arab dari anak keturunan Ismail

dan juga atas orang-orang kafir dari keturunan Israil- yaitu Ya‟qub bin

Ishak bin Ibrahim as. bahwa ketika kematian menjemputnya, Ya‟qub

berwasiat kepada anak-anaknya supaya beribadah kepada Allah semata,

yang tiada sekutu bagi-Nya. Ya‟qub berkata:

بدون من ب عدي قالوا ن عبد إلك وإلو ءابآئك إب راىيم وإساعيل وإسحاق ما ت ع

“Apa yang kamu sembah sepeninggalku? Mereka menjawab: Kami

akan menyembah Ilah nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail, dan Ishak“.

Ibnu Katsir menafsirkan pada hal ini termasuk bab taghlib

(penyamarataan), karena sebenarnya Ismail adalah paman Ya‟qub.

An-Nahlas mengatakan: “Masyarakat Arab biasa menyebut paman

dengan sebutan ayah” (Ghoffar, 2004: 279).

Ibnu Katsir menekankan bahwa pengaruh ayah dalam iklim sosial

di dalam keluarga dapat menegaskan bahwa dialah yang memberikan

banyak pengalaman kepada anak.Di samping itu, ayahlah yang membuat

Page 58: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/187/1/Siti...kelas D. 11. Semua yang bekerja di Perpustakaan IAIN Salatiga dan Perpustakaan dan Arsip

42

syarat-syarat untuk nilai-nilai utama, atau akhlak yang berfungsi untuk

menghubungkan segala perilaku dengan peraturan sosial dan menjelmakan

keberadaannya untuk anak-anak mereka.Tentu saja hal itu terjadi secara

implisit, terlihat dalam perilaku setiap individu di sekitar anak yang sedang

berkembang. Namun kebanyakan para ayah lebih banyak menguatkan

aturan-aturan sosial dibandingkan dengan orang lain (Murshafi, 2009:

110).

Ibnu Katsir menekankan dari pertanyaan “Apa yang kalian sembah

sepeninggalku?” itulah yang yang sangat merisaukan Nabi Ya‟qub saat

menghadapi sakaratul maut, yaitu masalah keimanan kepada Allah SWT,

sebagai masalah satu-satunya sekaligus warisan hakiki. Kemudian anak-

anak nabi Ya‟qub menjawab pertanyaan tersebut sehingga jawabannya

membuat ia merasa tenang atas akidah mereka (Aizid, 2014: 274).

Dari penjelasan dia atas, interaksi sosial merupakan rangkaian dari

proses pendidikan yang menghasilkan perubahan pada diri seseorang. Jadi,

pendidikan sosial selalu beriringan dengan pembelajaran (Murshafi, 2009:

37).

Selanjutnya firman Allah SWT:

واحداإالىا “(Yaitu) Ilah yang Maha Esa”.

Ibnu katsir mengartikannya bahwa, kami mengesakan dalam

penghambaan kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu

apapun (Ghoffar, 2004: 279).

Page 59: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/187/1/Siti...kelas D. 11. Semua yang bekerja di Perpustakaan IAIN Salatiga dan Perpustakaan dan Arsip

43

Ibnu Katsir menekankan bahwa keberadaan Allah bersama

kemahaesaan-Nya, bersendiri-Nya dalam ciptaan, pengelolaan dan

kebebasan bertindak-Nya terhadap alam, kesucian-Nya dari persekutuan di

dalam keagungan dan kekuatan, dan dari penyamaan di dalam Dzat dan

sifat-sifat-Nya.Juga bersendiri-Nya dalam menerima hak peribadahan dan

penyucian, dan dihadapkan kepada-Nya permohonan, pertolongan dan

ketaatan. Maka, tidak ada Tuhan yang Maha pencipta selain Dia, tidak ada

pengelola melainkan Dia, tidak akan bisa menyamai-Nya sedikit pun apa-

apa selain Dia, tidak ada sesuatu pun bersekutu dengan-Nya di dalam

kekuasaan dan keagungan-Nya, dan tidak akan tunduk dan tertuju hati

manusia kepada sesuatu selain Dia (Syaltut, 1966: 15).

ونن لو مسلمون

“Dan hanya Kepada-Nya-lah kami berserah diri.”

Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan ayat ini: “Kami benar-

benar taat dan tunduk”, sebagaimana firman-Nya:

ماوات واألرض طوعا وكرىا وإليو ي رجعون ولو أسلم من ف الس

“Padahal kepada-Nya segala apa yang ada di langit Dan di bumi

berserah diri, baik dengan suka maupun terpaksa.Dan hanya kepada

Allah mereka dikembalikan.” (QS. Ali Imran: 83).

Ibnu katsir mengartikannya bahwa, Islam adalah agama seluruh

nabi, meskipun syari‟at mereka berbeda dan manhaj mereka pun berlainan.

Sebagaimana firman Allah:

Page 60: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/187/1/Siti...kelas D. 11. Semua yang bekerja di Perpustakaan IAIN Salatiga dan Perpustakaan dan Arsip

44

ومآأرسلنا من ق بلك من رسول إالنوحي إليو أنو آل إلو إآل أنا فاعبدون

“Dan kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu

melainkan Kami wahyukan kepadanya, bahwasanya tidak ada sesembahan

yang sebenarnya melainkan Aku, maka beibadahlah kepada-Ku.” (QS. Al

Anbiya‟: 25) (Ghoffar, 2004: 279).

Ibnu katsir menekankan bahwa Allah memilih dari hamba-hamba-

Nya orang-orang yang dikehendaki-Nya, dan diberikan-Nya kepada orang

tersebut tugas kerasulan dengan perantaraan Malaikat dan wahyu yang

diwahyukan-Nya kepada makhluk-Nya.Kemudian diutus-Nya orang itu

kepada hamba-hamba-Nya sebagai seorang Rasul yan menyampaikan

agama kepada mereka, dan diserunya mereka kepada iman dan amal yang

baik (Syaltut, 1966: 16).

Cukup banyak ayat-ayat al Qur‟an dan juga hadits-hadits

Rasulullah yang membahas masalah ini, Ibnu Katsir ketika menafsirkan

ayat 133 al Baqarah, menyebutkan hadis yang berbunyi:

د اح ا و ى ى د ث ال ع د ال و أ اء ب و األ ر ش ع م ه ح و

“Kami para nabi adalah anak-anak yang berlainan ibu, sedang

agama kami adalah satu”. (HR. Al-Bukhari, Muslim dan Abu

Dawud)(Ghoffar, 2004: 279).

Penekanan tafsiran Ibnu Katsir, seperti dalam pendapat Ali Fikry salah

seorang ahli pendidikan Mesir menyatakan bahwa kecenderungan nafsu itu

berpindah dari orang tua secara turun-temurun.Oleh karena itu, anak

adalah rahasia dari orang tuanya.Manusia sejak awal perkembangannya

Page 61: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/187/1/Siti...kelas D. 11. Semua yang bekerja di Perpustakaan IAIN Salatiga dan Perpustakaan dan Arsip

45

berada di dalam garis keturunan dari keagamaan orang tuanya. Jika orang

tuanya muslim, otomatis anaknya menjadi muslim, dan jika mereka kafir

maka anaknya akan menjadi kafir pula (Arifin, 2011: 43).

Selanjutnya ditekankan lagi bahwa Islam menetapkan pengaruh gen

dalam pertumbuhan manusia, sikapnya, dan kehidupannya yang berbeda-

beda. Gen adalah kekuatan alami yang dipindahkan dari satu orang ke

orang lain, atau dari sifat ke sifat yang lain. Keluarga adalah gen atas

pemindahan sifat-sifat keturunan yang ada (Murshafi, 2009: 50).

Kemudian, anak tidak terpengaruh dengan budaya yang ada. Akan tetapi,

ia akan terpengaruh dengan budaya tertentu atau sikap-sikap tertentu yang

disuguhkan orang lain kepadanya (Murshafi, 2009: 36).

Page 62: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/187/1/Siti...kelas D. 11. Semua yang bekerja di Perpustakaan IAIN Salatiga dan Perpustakaan dan Arsip

46

BAB IV

RELEVANSIKONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGA

A. Analisis Qur’an Surat Al Baqarah Ayat 132-133

Dari sekian banyak ajaran al Qur‟an, yang paling mendasar adalah

ajaran tauhid – dalam pengertian akidah ketuhanan dan ibadah. Allah

menciptakan jin dan manusia serta seluruh makhluk-Nya agar mereka

bertauhid dalam kedua bidang itu. Berbagai syari‟at yang diturunkan Allah

pada hakikatnya dalam rangka menegakkan prinsip tauhid (Dahlan, 1997:

209). Prinsip tauhid yang dimaksud di sini bahwa umat Islam menyembah

Tuhan yang satu yaitu Allah SWT, Rasulullah sebagai teladan, Alqur‟an

sebagai pedoman, dan Ka‟bah sebagi qiblatnya.

Prinsip tauhid sangat penting bagi setiap orang, karena menurut al

Qur‟an, keselamatan atau kecelakaan seseorang di akhirat ditentukan oleh

benar atau tidaknya ia bertauhid (Dahlan, 1997: 211).

Nabi Ya‟qub adalah putra Nabi Ishaq, dan Nabi Ishaq adalah putra

Nabi Ibrahim dari istri pertamanya Sarah. Selain berputra Ishaq, dari

istrinya yang kedua, Hajar, Nabi Ibrahim juga berputra Ismail yang

belasan tahun lebih tua dari Ishaq. Dari Ismail inilah diturunkan Nabi

Muhammad SAW, penutup para nabi dan rasul. Maka Ibrahim pun sering

disebut sebagai “Bapak para nabi”. Dari sisnilah pentingnya kedudukan

Nabi Ibrahim dalam sistem keimanan islam. Dialah yang dijuluki sebagai

Page 63: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/187/1/Siti...kelas D. 11. Semua yang bekerja di Perpustakaan IAIN Salatiga dan Perpustakaan dan Arsip

47

“Bapak orang beriman” dalam tiga tradisi agama yaitu Yahudi, Kristen,

dan Islam (Taufik, 2002: 182).

Kata ووص بها إبرا هم بىه وعقىب(Ibrahim mewasiatkan ucapan

itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya‟qub), begitu pentingnya pesan

yang hendak disampaikan, sehingga pesan tersebut diulang pada peristiwa

sakaratul maut nabi Ya‟qub.

Ayat-ayat surat al Baqarah ini menyebutkan dua posisi anak.

Pertama anak sebagai anak kandung dan kedua anak dalam lingkup satu

tempat tinggal yang bukan anak kandung.

Dari penjelasan di atas kataابى(hai anak-anakku) dapat

disimpulkan bahwa anak-anak Ibrahim dan juga anak-anak Ya‟qub selain

anak kandung juga dalam hal tradisi Arab yang menyebut paman dengan

sebutan ayah karena Ismail adalah paman Ya‟qub. Disini dapat dilihat

bahwa, anak belajar dari keluarganya dari cara hidup sesuai dengan

budaya yang berlaku pada waktu dan tempat tertentu. Keluarga secara

tidak langsung telah mengajarkan kepada anak akan budaya keluarga

melalui bentuk-bentuk umum yang terlihat seperti dalam berkomunikasi

berupa isyarat, bahasa, maupun kosa kata. Dari cara-cara melakukan

sesuatu seperti mengamati, berusaha, dan dalam hal sosial seperti gotong

royong, saling menghargai dan dalam proses mencapai sesuatu.

Lafal إن هللا اصطف لكم الده فال تمىته إال وأوتم

sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka)مسلمىن

janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam).Agama Islam

Page 64: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/187/1/Siti...kelas D. 11. Semua yang bekerja di Perpustakaan IAIN Salatiga dan Perpustakaan dan Arsip

48

bukanlahagama ruhani dan akidah saja, akan tetapi Islam adalah agama

dan negara, akhlak, ideologi kehidupan dan konstitusi sosial (Zuhaili,

1995: 118). Selain itu, agama merupakan pembatas antara yang halal dan

yang haram.Bukan hanya sebagai identitas suatu kaum atau sebagai alat

untuk memenuhi suatu persyaratan dalam mencapai sesuatu.

Dalam firman Allah:

ما تعبدون مه بعدي؟ قالىا وعبد إلهك وإله ابا ئك إبراهم وإسماعل وإسحق

(Apa yang kamu sembah sepeninggalku”.Mereka menjawab.“Kami

akan menyembah Rabb-mu dan Rabb nenek moyang-mu Ibrahim, Ismail

dan Ishak).Percakapan yang menyatakan bahwa pengajaran akan

menyembah Allah harus diperhatikan dengan serius, maka dari itu harus

dikedepankan dulu pendidikan akan tauhid ini. Jangan sampai pendidikan

agama hanya mengisi akan pengertian, dan jauh akan pemahaman dan

pengamalan. Dalam prakteknya, anak didik hanya mengerti bahwa Tuhan

Maha Melihat akan tetapi anak tetap saja berani mencuri. Anak tahu

bahwa manusia sebagai makhluk Tuhan harus yakin akan keberadaan-Nya,

namun anak belum tahu apa hakekatnya yakin tersebut.

Kalimat إلها واحدا(Yaitu Ilah Yang Maha Esa) menunjukkan bahwa

tidak ada yang serupa dan tidak boleh menyekutukanNya dengan yang

lain. Karena, jika ada yang beranggapan demikian, maka termasuk dosa

besar dan tidak akan dapat diampuni. Dahulu, banyak berhala dijadikan

Tuhan oleh orang-orang kafir.Sekarang, orang-orang kafir menggiring

generasi Islam kepada Tuhan-Tuhan teknologi canggih yang dengan

Page 65: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/187/1/Siti...kelas D. 11. Semua yang bekerja di Perpustakaan IAIN Salatiga dan Perpustakaan dan Arsip

49

mudah dapat menjadikan manusia lalai.Misalkan, melalui game, film, atau

tayangan informasi dari internet yang membungkus kebaikan dengan

segudang tipu daya.

Lafal ووحه له مسلمىن (dan hanya kepada-Nyalah kami berserah

diri) adalah isyarat bahwa manusia harus yakin dalam tunduk dan

menyembah hanya kepada Allah. Karena, seperti yang dikatakan Ahmad

Tafsir bahwa iman ialah rasa, bukan pengertian.Iman yang sebenarnya

bukan terletak pada mengerti, melainkan pada rasa iman.Tegasnya rasa

selalu melihat Allah atau dilihat Allah. Kondisi begini sama sekali tidak

bisa diterangkan dan dipahami akal yang ada di kepala. Memang kunci

pendidikan agama itu adalah pendidikan agar anak didik itu beriman, jadi

berarti membina hatinya, bukan membina mati-matian akalnya.Pendidikan

di rumah yang sesungguhnya paling dapat diandalkan untuk membina hati,

membina rasa bertuhan.Iman itu di hati, bukan di kepala (Tafsir, 2008:

188). Banyak orang yang beranggapan kalau seorang anak sudah terlihat

rajin dalam beribadah maka hal tersebut sudah cukup bagi orang tua. Akan

tetapi manusia tidak tahu apa yang ada di hati seseorang, maka setidaknya

keluarga dapat mengetahui secara emosional tentang pribadi seorang anak

sehingga orang tua dapat terus mengawasi dan membimbing anak dalam

bertauhid.

Para ahli psikologi dan pendidikan menyatakan bahwa tahun-tahun

pertama kehidupan anak merupakan masa paling penting bagi

pembentukan kepribadian dan penanaman sifat-sifat dasar.Ini tidak berarti

Page 66: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/187/1/Siti...kelas D. 11. Semua yang bekerja di Perpustakaan IAIN Salatiga dan Perpustakaan dan Arsip

50

bahwa perkembangan anak terbatas hanya sampai pada tahun-tahun

tersebut sehingga tidak ada perubahan sesudah itu.Yang dimaksud adalah

bahwa dasar-dasar yang paling penting di dalam kehidupan anak

diletakkan pada masa-masa tersebut (Aly dan Munzier, 2003: 201).

Apabila anak sudah tumbuh remaja, akan lebih sulit untuk menanamkan

nilai-nilai luhur dibandingkan dengan anak pada tahun-tahun pertama

setelah lahir yang sifat dan kebiasaannya masih dapat diubah. Seperti

halnya ranting pohon akan lebih mudah dibentuk selama itu masih menjadi

ranting, dan batang pohon yang sudah bengkok akan sulit untuk diluruskan

karena telah menjadi batang.

Jadi, keluarga sebagai pusat pendidikan tidak hanya berpengaruh

pada tahun-tahun pertama dari kehidupan anak, tetapi terus berlangsung

dalam berbagai fase umur anak. Keluarga secara alami merupakan pusat

pendidikan urgen yang pengaruhnya selalu terbawa kedalam pusat

pendidikan dan lembaga sosial lainnya. Oleh sebab itu, anak pada

hakikatnya merupakan ekspresi kebudayaan keluarga (Aly dan Munzier,

2003: 204). Yang dimaksud dengan kebudayaan keluarga adalah materi;

tingkat sosial, pendidikan, dan pikiran; pola-pola hubungan yang berlaku;

serta prinsip-prinsip dan nilai-nilai yang mengatur tingkah laku individu

keluarga (Aly dan Munzier, 2003: 206). Karenanya, perbaikan terhadap

kebudayaan keluarga serta upaya memperkayanya dengan berbagai

pengalaman edukatif dan pola-pola tingkah laku yang lurus pada

gilirannya akan membias pada perbuatan sekolah dan pusat-pusat

Page 67: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/187/1/Siti...kelas D. 11. Semua yang bekerja di Perpustakaan IAIN Salatiga dan Perpustakaan dan Arsip

51

pendidikan lainnya. Keluarga secara alami merupakan lingkungan yang

real dan definitif, dimana anak dapat berinteraksi dengan berbagai kondisi

dan situasinya serta mengetahui dimensi-dimensinya (Aly dan Munzier,

2003: 204).

Menurut Emha Ainun Nadjib bagaimana memperkenalkan Islam

dengan cara yang menarik, niscaya harus terus menerus direformasi.

Bukan penyesuaian diri terhadap segala kemajuan zaman melainkan tetap

berdiri di atas landasan tauhid Islam dengan memodifikasi ungkapan-

ungkapan budayanya (Drawaty dan Safei, 2001: 190). Untuk itu kreatifitas

dan do‟a selalu dibutuhkan di dalam berbagai waktu dan tempat,

maksudnya agar manusia selalu berpikir dalam bertindak dengan tidak

melupakan bahwa segala sesuatu terjadi semuanya atas kehendak Tuhan.

B. RelevansiKonsep Pendidikan Tauhid dalam Keluarga Di Kehidupan

Sekarang

Dilihat dari segi pendidikan, keluarga merupakan satu kesatuan

hidup (sistem sosial) yang menyediakan situasi belajar (Hasbullah, 2009:

87).Salah satu kesalah kaprahan dari para orang tua dalam dunia

pendidikan sekarang ini adalah adanya anggapan bahwa hanya sekolahlah

yang bertanggung jawab terhadap pendidikan anak-anaknya, sehingga

orang tua menyerahkan sepenuhnya pendidikan anaknya kepada guru di

sekolah (Hasbullah, 2009: 22).Padahal di sekolah umumnya guru lebih

fokus mengajarkan ilmu-ilmu akademis daripada pendidikan tentang

bertauhid, meskipun ilmu-ilmu akademis tersebut selalu berkaitan dengan

Page 68: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/187/1/Siti...kelas D. 11. Semua yang bekerja di Perpustakaan IAIN Salatiga dan Perpustakaan dan Arsip

52

keberadaan Tuhan.

Pada umumnya agama seseorang ditentukan oleh pendidikan,

pengalaman dan latihan-latihan yang dilaluinya pada masa kecilnya dulu.

Seorang yang pada masa kecilnya tidak pernah mendapatkan didikan

agama, maka pada masa dewasanya nanti ia tidak akan merasakan

pentingnya agama dalam hidupnya. Lain halnya dengan orang yang

diwaktu kecilnya mempunyai pengalaman-pengalaman agama, maka

orang itu akan dengan sendirinya mempunyai kecenderungan kepada

hidup dalam aturan-aturan agama, terbiasa menjalankan ibadah, takut

melangkahi larangan-larangan agama dan dapat merasakan betapa

nikmatnya hidup beragama (Daradjat, 1970: 35).

Sikap anak terhadap sekolah terutama akan dipengaruhi oleh sikap

orang tuanya. Begitu juga sangat diperlukan kepercayaan orang tua

terhadap sekolah (pendidik) yang menggantikan tugasnya selama di

ruangan sekolah.Hal ini sangat penting untuk diperhatikan, mengingat

akhir-akhir ini seringnya terjadi tindakan-tindakan kurang terpuji

dilakukan anak didik, sementara orang tua seolah tidak mau tahu, bahkan

cenderung menimpakan kesalahan kepada sekolah (Hasbullah, 2009: 90).

Orang tua tidak boleh berpandangan bahwa setelah anak dimasukkan

kedalam lembaga pendidikan orang tua hanya bertanggung jawab dalam

hal pembiayaan saja, akan tetapi orang tua tetap berkewajiban

membimbing dan memberi arahan bagaimana cara bersikap dimanapun

berada kepada anak saat anak tengah bersama dengan keluarga.

Page 69: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/187/1/Siti...kelas D. 11. Semua yang bekerja di Perpustakaan IAIN Salatiga dan Perpustakaan dan Arsip

53

Tatkala berbicara tentang metode pendidikan agama di sekolah,

salah satu kesimpulan penting ialah bahwa kunci keberhasilan pendidikan

agama di sekolahbukan terutama terletak pada metode pendidikan agama

yang digunakan dan penguasaan bahan; kunci pendidikan agama di

sekolah sebenarnya terletak pada pendidikan agama di dalam rumah

tangga.Inti pendidikan agama dalam rumah tangga itu ialah taat kepada

Tuhan, hormat kepada orang tua, dan hormat kepada guru.Di sekolah

hormat kepada guru inilah kuncinya. Bila anak didik tidak hormat kepada

guru, berarti ia juga tidak akan menghormati agama. Bila agama Islam dan

guru agama tidak dihormati, maka metode pendidikan agama yang baik

pun tidak akan ada artinya. Itulah yang umumnya terlihat sekarang,

terutama disekolah umum.Oleh karena itu, pendidikan agama dalam rumah

tangga tidak boleh terpisah dari pendidikan agama di sekolah; mula-mula

adalah pendidikan agama dalam rumah tangga sebagai fondasi, kemudian

dilanjutkan di sekolah sebagai pengembangan rinciannya (Tafsir, 2008:

158-159). Dalam kondisi seperti ini, tugas mendidik dalam keluarga

menjadi terbantu oleh adanya sekolah, karena saling terkait satu-sama lain.

Setiap orang tua tentu menginginkan anaknya menjadi orang yang

berkembang secara sempurna.Mereka menginginkan anak yang dilahirkan

itu kelak menjadi orang yang sehat, kuat, berketrampilan, cerdas, pandai

dan beriman.Bagi orang Islam, beriman itu adalah beriman secara

Islam.Dalam taraf yang sederhana, orang tua tidak ingin anaknya lemah,

sakit-sakitan, penganggur, bodoh, dan nakal.Dan terakhir, pada taraf

Page 70: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/187/1/Siti...kelas D. 11. Semua yang bekerja di Perpustakaan IAIN Salatiga dan Perpustakaan dan Arsip

54

paling minimal ialah jangan nakal. Kenakalan akan menyebabkan orang

tua mendapat malu dan kesulitan (Tafsir, 2008: 155). Bahkan, sebagian

dari istri dan anak-anak ada yang menjadi musuh, dalam arti bahwa

dengan ulahnya, mereka dapat menjerumuskan suami atau ayahnya

melakukan perbuatan yang melanggar agama.Namun munculnya tingkah

laku itu juga bisa disebabkan ketidak pedulian seorang ayah terhadap anak.

Dengan alasan kesibukan menekuni karier atau mengurus bisnis, tak

tersisa lagi waktunya untuk ikut serta mendidik anak, padahal peranan

orang tua jauh lebih vital dan menentukan dibandingkan dengan dua faktor

lainnya: lingkungan dan guru (Asghary, 1994: 215). Mekipun tidak dapat

dipungkiri, bahwa manusia hidup di dunia itu memerlukan bekal.Akan

tetapi hal tersebut semestinya merupakan sarana yang digunakan untuk

mencapai ridho-Nya dan bekal untuk di akhirat kelak.

Banyak orang tua yang berpikir bahwa dengan droping segala

keperluan pendidikan dan uang jajan yang besar, semua masalah telah

selesai.Tidak sedikit orang tua yang waktunya terhisap oleh kesibukan luar

rumah. Tak sempat lagi ia berkumpul secara lengkap dengan keluarga,

apalagi berdialog dan membina komunikasi dengan anak. Akibatnya

mereka menyerap kebudayaan apa saja dan kemudian cendrung mencintai

hura-hura yang dengan sengaja memang disodorkan oleh musuh Islam

untuk menghancurkan generasi mudanya (Asghary, 1994: 215).

Sekarang ini laju globalisasi banyak mempengaruhi anak-anak dan

mengakibatkan lemahnya generasi bangsa.Generasi yang lemah, bukan

Page 71: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/187/1/Siti...kelas D. 11. Semua yang bekerja di Perpustakaan IAIN Salatiga dan Perpustakaan dan Arsip

55

hanya lemah dalam aspek sosial ekonomi, melainkan juga lemah dalam

akidah dan erosi dalam akhlak.Kesenjangan bimbingan orang tua dan

miskinnya komunikasi (muwajah, face to face) antara orang tua dan anak,

dapat dipergunakan oleh kaum yang dengki kepada Islam untuk meracuni

generasi muda itu (Asghary, 1994: 216). Misalnya, mengajarkan

bagaimana cara berpakaian, berkomunikasi, dan bersikap di masa sekarang

berbeda dengan apa yang di syari‟atkan oleh agama melalui berbagai

media yang ada baik cetak maupun non cetak.

Anak sering pula menyebabkan orang tua lupa kepada Allah dan

rasul-Nya.Mereka sibuk mengurus anak-anaknya.Mereka bekerja mati-

matian untuk mencari uang agar semua permintaan anaknya dapat

dipenuhi, karena cinta kepada anak.Kadang-kadang permintaan yang tidak

masuk akal pun dipenuhi, demi cinta kepada anak.Sayang anak

menyebabkan orang tua korupsi atau mencuri. Semuanya itu menyebabkan

orang lupa kepada Allah dan Rasul-Nya (Tafsir, 2008: 162).

Orang tua mendidik anaknya karena kewajaran, karena kodratnya;

selain itu karena cinta.Tujuan pendidikan tauhid dalam keluarga ialah agar

menjadi anak yang saleh. Tujuan lain adalah kelak anak itu agar tidak

menjadi musuh orang tuanya, yang mencelakakan orang tuanya (Tafsir,

2008: 163). Untuk itu, orang tuabersamaan dengan mencurahkan cinta

kasihnya harus pandai-pandai dalam mendidik anak.

Musuh-musuh Islam, baik Yahudi dan Nasrani yang kapitalis

(sistem ekonomi dimana perdagangan, industri dan alat-alat dikendalikan

Page 72: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/187/1/Siti...kelas D. 11. Semua yang bekerja di Perpustakaan IAIN Salatiga dan Perpustakaan dan Arsip

56

oleh pemilik swasta dengan tujuan untuk menguasai ekonomi dunia)

maupun yang komunis (mementingkan kepentingan individu dan

mengesampingkan kepentingan buruh), pada dasarnya mempunyai sikap

yang sama dalam melemahkan Islam melalui pengembangan pemahaman

agama kepada pemeluknya. Mereka tidak lagi melihat aktivitas

pemurtadan sebagai cara terbaik. Telah lama mereka memiliki cara lain

yang lebih efektif, yakni metode menanamkan kesan mencintai

kemewahan dan demokrasi pada generasi muda Islam. Demokrasi di sini

adalah dalam makna kebebasan untuk tidak patuh kepada orang tua, harus

berani menghujatnya dan protes kepada kemutlakan peranan pihak orang

tua (Asghary, 1994: 216). Tidak ada lagi yang namanya sikap takzim

antara anak dengan orang tua, murid dengan guru, yang lebih muda kepada

yang lebih tua umurnya, rasa menghargai serta menyayangi kepada yang

lebih muda berubah dengan cara bersikap seolah seperti dengan teman

sebayanya dengan kebebasan yang ia miliki.

Jadi, tujuan mereka kini bukanlah mengumpulkan angka secara

kuantitas tentang muslim yang murtad dari agamanya. Generasi muda

tetap Islam, tetapi perilaku mereka digiring dan diarahkan kepada:

1. Perilaku yang bebas tanpa kendali seperti gaya kehidupan remaja di

Barat, dimana sang remaja itu diantisipasi untuk bersikap bebas dalam

protes kepada orang tua (plus guru), walau cara itutidak sejalan dengan

etika dunia beradab.

Page 73: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/187/1/Siti...kelas D. 11. Semua yang bekerja di Perpustakaan IAIN Salatiga dan Perpustakaan dan Arsip

57

2. Meracuni cara berpikir mereka untuk memutlakkan kedudukan rasio.

Padahal dalam Islam, akal itu bukan segalanya. Akal hanya sebagai alat

belaka, bukan akal yang dijadikan agama.

3. Menanamkan sikap kritis yang tidak proposional kepada generasi muda

Islam, agar generasi muda itu membuang rasa kepedulian mereka

kepada agama.

4. Merangsang generasi muda untuk mencintai hidup santai, hura-hura,

penuh glamour, serta pergaulan bebas, dan meracuni mereka dengan

impian dan khayalan melalui minuman keras, ganja, heroin, narkotik,

serta perjudian. Iming-iming hadiah hampir dalam segala bentuk

produksi dan jasa telah menimbulkan akibat sampingan yang begitu

memprihatinkan dalam masyarakat (Asghary, 1994: 216-217).

Pendidikan keluarga sangat penting mengingat keluarga menerima

anak dalam keadaan belum bisa bicara, belum memiliki pengalaman, dan

belum dapat menggunakan sarana komunikasi. Kemudian keluarga

memulai proses sosial anak dari kondisi “belum berupa apa-apa”,

membantunya secara bertahap untuk berinteraksi dengan segala sesuatu

yang ada di dalam lingkungan fisik dan sosial, serta mempersiapkannya

untuk memasuki lembaga-lembaga masyarakat dan berbagai aktivitas

kehidupan pada umumnya. Sebagai pusat pendidikan sosial, keluarga tidak

menanamkan tujuan dan pikirannya secara langsung kepada anak, bahkan

tidak pula kebiasaan-kebiasaan motorik seperti memejamkan mata dan

menghindarkan rasa sakit secara refleks. Langkah pertama yang dilakukan

Page 74: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/187/1/Siti...kelas D. 11. Semua yang bekerja di Perpustakaan IAIN Salatiga dan Perpustakaan dan Arsip

58

keluarga hanyalah mempersiapkan kondisi mendorong individu untuk

menguasai sebagian cara kerja nyata. Langkah lain yang bersifat

komplementer ialah mengikutsertakan individu di dalam kerja komunitas

agar mampu melihat dalam keberhasilan atau kegagalan mereka (Aly dan

Munzier, 2003: 204). Hal ini juga agar dapat menghindarkan anak dari

panjang angan-angan serta menumbuhkan rasa menghargai proses dari

pada akan suatu hasil.

Secara operasional hal-hal yang dapat dilakukan untuk pendidikan

tauhid dalam keluarga bila diterapkan dalam kehidupan sehari-hari

diantaranya:

a. Kondisikan kehidupan di rumah tangga kita menjadi kehidupan

Muslim. Contohnya, tidak iri kepada orang lain, dan jujur. Lakukan

semua perintah Allah yang wajib dan sunah, yakni salat puasa, zikir,

doa akan makan, sesudah makan, akan tidur, berpakaian, akan pergi,

masuk rumah, dan sebagainya. Usahakan agar anak-anak mengetahui

hal itu, dan usahakan agar mereka juga melakukannya sekalipun

mereka belum memahami mengapa begitu. Ini pembiasaan.

b. Sejak kecil anak sering dibawa ke masjid, ikut salat, ikut mengaji

sekalipun ia belum mengaji sungguhan. Suasana itu akan

mempengaruhi jiwanya, masuk kedalam jiwa tanpa melalui proses

berpikir.

c. Adakan pepujian di rumah, di mushalla, atau di masjid. Pepujian

terdiri atas banyak ucapan: ada shalawat, do‟a, ayat-ayat Al-qur‟an.

Page 75: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/187/1/Siti...kelas D. 11. Semua yang bekerja di Perpustakaan IAIN Salatiga dan Perpustakaan dan Arsip

59

Pepujian ini, bila diucapkan melalui pengeras suara masjid tatkala

menjelang subuh, akan besar pengaruhnya pada jiwa.

d. Pada saat libur sekolah, sebaiknya anak dimasukkan ke pesantren

kilat. Pesantren kilat yang terbaik adalah pesantren kilat yang

diselenggarakan di pesatren dengan model pendidikan asli pesantren.

Jika libur sekolah satu bulan, cukup dipesantrenkan kira-kira 20 hari

saja.

e. Libatkan anak ke dalam setiap kegiatan keagamaan di kampung,

seperti panitia Ramadhan, panitia zakat fitrah, panitia idul fitri dan

idul qurban, panitia kurbannya sendiri, panitia pengajian anak-anak,

mengurus khatib, atau mengurus pengajian.

Keterlibatan ini penting sekali maknanya bagi pendidikan agama

anak.Ia mulai mengetahui dan mengalami tanggung jawabnya sebagai

petugas Allah, mulai memperhatikan pembinaan agama Allah. Ia akan

menyadari sedikit demi sedikit bahwa dirinya harus beragama dengan

baik. Ganjil jika anak mengurus kegiatan agama, sedangkan dirinya sendiri

tidak beragama dengan benar.Semua ini memerlukan dukungan dari kedua

orang tua, juga dari anggota masyarakatnya.

Pendidikan agama di sekolah hanya bersifat membantu, terutama

membantu dalam menambah pengetahuan anak.Memang, sekolah juga

diharapkan dapat menanamkan iman dalam hati anak didiknya, tetapi

kemungkinan berhasilnya amat kecil. Oleh karena itu, sekali lagi kerja

sama sekolah dengan rumah tangga amat perlu, terutama dalam pendidikan

Page 76: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/187/1/Siti...kelas D. 11. Semua yang bekerja di Perpustakaan IAIN Salatiga dan Perpustakaan dan Arsip

60

agama anak (Tafsir, 2008: 188-189). Dengan maksud agar anak merasa

nyaman dan merasa tidak terbebani dalam menjalani berbagai aturan hidup

yang berlaku, dan dapat menjadi bekal untuk diwariskan kepada anak

cucunya kelak.

Page 77: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/187/1/Siti...kelas D. 11. Semua yang bekerja di Perpustakaan IAIN Salatiga dan Perpustakaan dan Arsip

61

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah melakukan pembahasan dan menganalisis pada bab

sebelumnya maka dapat penulis simpulkan;

1. IbnuKatsiradalahseorangahlitafsirdansejarahternama. Ia juga seorang

ahli fiqih dan ahli hadis. Namalengkapnyaialah Abu al-Fida,

Imaduddin Ismail Ibnu Umar IbnuKatsir al-Quraisyi al-Basrawi ad-

Dimasyqi, yang terkenaldenganIbnuKatsir. Banyak karya-karya Ibnu

Katsir, salah satunya yaitu Tafsir Al Qur‟an Al „adzim yang

termasyhur dengan Tafsir IbnuKatsir. Ibnu Katsir lahir pada tahun 700

H/1300 M di timur Bashri yang masuk wilayah Damaskus dan wafat

pada tahun 774 H di Damaskus.

Guru pertama yang membimbing Ibnu Katsir ialah Burhanuddin al-

Fazari, seorang ulama penganut mazhab Syafi‟i. Banyak karya-karya

ilmiah yang diwariskan oleh Ibnu Katsir di antaranya ialah Tafsîr al

Qurân al „Azîmkitab ini termasyhur dengan sebutan Tafsir Ibnu

Katsiryang berjumlah sepuluh juz.

Kitab Tafsir ini penulisannya dimulai setelah Ibnu Katsir

diangkat menjadi guru besar oleh Gubernur Mankali Bugha di Masjid

Umayyah, Damaskus, pada tahun 1366 M.Tafsir Ibnu Katsir yaitu

tafsir yang terkenal dengan tulisan ma‟tsur/tafsir bi al-riwayah. Cara

Ibnu Katsir dalam menafsirkan al Qur‟an; pertama-tama dengan

Page 78: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/187/1/Siti...kelas D. 11. Semua yang bekerja di Perpustakaan IAIN Salatiga dan Perpustakaan dan Arsip

62

menyebutkan satu ayat kemudian menafsirkannya dengan redaksi yang

mudah serta ringan dan menyertainya dengan dalil-dalil dari ayat yang

lain, lalu membandingkan ayat-ayat tersebut sehingga arti dan

maksudnya menjadi jelas.

2. Konsep pendidikan tauhid dalam keluarga yang dapat diambil dari

Qur‟an Surat al Baqarah ayat 132-133 terdiri dari:

a. Pengertian secara umum konsep pendidikan tauhid dalam keluarga

yaitu, gambaran proses untuk memberdayakan diri menghamba

hanya kepada Allah SWT dalam lingkup kelompok dimana

seseorang tinggal dalam satu keturunan sehingga tampil sebagai

clan atau marga.

b. Konsep pendidikan tauhid dalam Islam menurut al Qur‟an Surat al

Baqarah ayat 132-133 merupakan proses

membimbingmanusiauntuktetapteguhkepercayaannyabahwa Allah

Maha Esa dan hanya tunduk kepada-Nyasampaiakhirhayat.

3. Konsep pendidikan tauhid dalam keluarga menurut Ibnu Katsir yang

terkandungdalam Qur‟an Surat al Baqarah ayat 132-133 adalah,

upayamembinamanusiadalammenyerahkandirisecaramutlakkepadaAlla

h SWT dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapunsepanjang

hayatnya padasuatu kelompokdimanamanusiahidup dan menetap

secara berkesinambungan sampai keturunannya di masa depan kelak

meskipun berbeda cara atau metode dalam pelaksanaannya.

Page 79: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/187/1/Siti...kelas D. 11. Semua yang bekerja di Perpustakaan IAIN Salatiga dan Perpustakaan dan Arsip

63

4. Relevansi dalam kehidupan Sehari-hari

Ada Relevansi atauhubungansaling keterkaitan antara pendidikan

tauhid dalam keluarga yang terkandungdalam Qur‟an Surat al Baqarah

ayat 132-133 dalam Tafsir Ibnu Katsir dengan kehidupan sehari-hari

tentangpentingnyapenanamanpendidikan tauhid yang

harusdilakukansejakdiniuntukmembentukkarakterkepribadian yang

kuat yaitu supaya terus berpegang teguh pada agama Islam sampai

akhir hayat. Terlebih di era globalisasi yang

memberikanbanyakkemudahannamuntidakjarangjugamemberikandam

paknegatifkepadamanusia. Sehingga pendidikan tauhid

adalahsebagaipondasi paling pentinguntukmembentengimanusia agar

dapatmemilih yang positifdanmembuang yang negatif.Karena tauhid

adalah tujuan dari semuasegikehidupanmanusia.

Melalui pendidikan tauhid dalam keluarga pada Qur‟an Surat al

Baqarah ayat 132-133 dalam Tafsir Ibnu Katsir ini adalah salah satu

cara penyampaian penanamam nilai-nilai pendidikan tauhid yang tidak

akan terlupakan oleh anak-anak dikarenakan penyampaian pesan

tersebut dilakukan oleh seorang bapak kepada anak-anaknya

menjelang akhir hidupnya (sakaratul maut). Tidak hanya

menyampaikan bagaimana cara mendidik anak dan menanamkan

tauhid kepada anak namun juga menghadirkan karakter kepribadian

seorang ayah yang patut diteladani. Karena seorang anak adalah

generasi penerus bangsa selanjutnya. Dan bangsa yang kuat adalah

Page 80: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/187/1/Siti...kelas D. 11. Semua yang bekerja di Perpustakaan IAIN Salatiga dan Perpustakaan dan Arsip

64

ketika memiliki generasi penerus yang kuat, yang tidak hanya

berpengetahuan dan pandai namun juga memiliki karakter kepribadian

yang kuat melalui pendidikan tauhid dalam keluarga.

B. Saran

1. Bagi Orang Tua

Pendidikan tauhid adalah hal yang paling mendasar yang harus

orang tua ajarkan kepada anak-anak jika ingin memiliki anak-anak

yang soleh dan shalihah. Karena pendidikan tauhid adalah fondasi

yang nantinya akan membentuk karakter anak. Banyak orang yang

berpengetahuan dan pandai namun banyak juga yang terjermus dalam

keburukan. Makadariituperanpedidikan tauhid

sangatpentinguntukmembentengidanmeluruskanjalanmenujukehidupan

yang lebihbaik.Dan peran paling sentraldalammenanamkanpendidikan

tauhid kepadaanak di sampingseorang guru adalah orang

tua.Semakindinianakdikenalkandenganpendidikan tauhid

makaakansemakinkuatkarakterkepribadiannya. Untuk itu, orang tua

harus berusaha lebih keras lagi untuk terus memperhatikan pendidikan

tauhid dalam keluarga dengan membuat metode pembelajaran yang

variatif agar anak dapat mengikuti dengan nyaman dan tidak merasa

terbebani dengan aturan-aturan yang harus dilaluinya untuk mencapai

tujuan pendidikan tauhid ini.

2. Bagi Dunia Pendidikan

Page 81: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/187/1/Siti...kelas D. 11. Semua yang bekerja di Perpustakaan IAIN Salatiga dan Perpustakaan dan Arsip

65

Metode pembelajaran dalam pendidikan harus semakin

dikembangkan terlebih di era globalisasi sekarang ini. Banyak cara

yang bisa dilakukan. Salah satunyadenganpenggunaan metode

pembelajaran yang

efektifdanefisiendalamrangkamelaksanakanpendidikanmelalui

beragam metode yanginspiratifdalammendidik anak.

3. Bagi Dunia Penelitian

Banyak hal yang masih perlu dikaji tidak hanya melalui wasiat

para Nabi akan tetapi kita juga dapat mengkaji dari berbagai aspek

yang dapat menginspirasi dan justru belum banyak diketahui oleh

banyak orang.

C. Penutup

Alhamdulillahirobbil‟alamin atas segala nikmat rahmat, taufiq,

hidayah, dan inayah Allah SWT, sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini dengan segala keterbatasan dan kemampuan yang dimiliki.

Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya

dan bagi pembaca umumnya. Penulis sadar bahwa dalam tulisan ini masih

banyak terdapat kekurangan dan kesalahan, maka tidak lupa kritik serta

saran yang membangun senantiasa penulis harapkan demi sempurnanya

skripsi ini

Page 82: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/187/1/Siti...kelas D. 11. Semua yang bekerja di Perpustakaan IAIN Salatiga dan Perpustakaan dan Arsip

1

Daftar Pustaka

Abdullah, Abd. Rahman. 2011. Aktualisasi Konsep Dasar Pendidikan Islam:

Rekonstruksi Pemikiran dalam Tinjauan Filsafat Pendidikan Islam.

Yogyakarta: UII Press.

Abdullah, Taufik. 2002. Ensiklopedi Tematis Dunia Islam: Akar dan Awal.

Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve.

Aizid, Rizem. 2014. Kitab Sejarah Terlengkap 25 Nabi Terkemuka. Jogjakarta:

Safirah.

Al Farmawi, Abd Al Hayy . 1996. Metode Tafsir Mawdhu‟iy Sebuah Pengantar.

Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Al Munawar, SaidHusin. 2003. Al-Qur‟an Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki.

Jakarta: Ciputat Press.

Aly, Hery Noer dan Munzier. 2003. Watak Pendidikan Islam. Jakarta: Friska

Agung Insani.

Amin, SamsulMunir. 2010. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Amzah.

Arifin, M. 2011. Ilmu Pendidikan Islam: Tinjauan Praktis Berdasarkan

Pendekatan Interdispliner. Jakarta: Bumi Aksara.

Asghary, Basri Iba. 1994. Solusi Al Qur‟an: Tentang Problema Sosial, Politik,

Budaya. Jakarta: Rineka Cipta.

Ash-Shabuuniy, MuhammadAli. 1991. Studi Ilmu Al-Quran. Bandung: Pustaka

Setia.

Ash-Shiddieqy, Hasbi. 1980. Sejarah dan Pengantar Ilmu Al Qur‟an/Tafsir.

Jakarta: Bulan Bintang.

Ash-Shiddieqy, Hasbi. 1980. Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis. Jakarta: Bulan

Bintang.

B. Milles, Matthew & A. Micahael Huberman, 1992 Analisis Data Kualitatif,

Jakarta: UI-Press.

Budihardjo. 2009. Apakah Rasul Ulul „Azmi Islam?. Salatiga: STAIN Salatiga

Press.

Dahlan, Abd. Rahman. 1997. Kaidah-kaidah Penafsiran Al Qur‟an. Bandung:

Page 83: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/187/1/Siti...kelas D. 11. Semua yang bekerja di Perpustakaan IAIN Salatiga dan Perpustakaan dan Arsip

2

Mizan.

Daradjat, Zakiah. 2011. Ilmu pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

Daradjat, Zakiah. 1970. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan Bintang.

Departemen Agama Republik Indonesia. 1993. Al Qur‟an dan Terjemahannya.

Semarang: CV. Al Waah.

Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam. 1994. Ensiklopedi Islam 5. Jakarta: Ichtiar

Baru Van Hoeve.

Drawaty, Nanih Machen dan Agus Ahmad Safei. 2001. Pengembangan

Masyarakat Islam: Dari Ideologi, Strategi, Sampai Tradisi. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Falih, Ashadi dan Cahyo Yusuf.1973. Akhlak Pembentuk Pribadi Muslim.

Semarang: Aneka Ilmu.

Ghoffar, M. Abdul. 2004. Tafsir Ibnu Katsir. Bogor: Pustaka Imam Syafi‟i.

Ghofur, SaifulAmin. 2008. Profil Para Mufasir Al-Qur‟an. Yogyakarta: Pustaka

Insan Madani.

Gojali, Nanang. 2004. Manusia, Pendidikan, dan Sains: Dalam Perspektif Tafsir

Hermeneutik. Jakarta: Rineka Cipta.

Haryanta, AgungTri. 2012. Kamus Kebahasaan dan Kesusastraan. Surakarta:

Aksara Sinergi Media.

Hasbullah. 2009. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.

http://helfinarayya.blogspot.com/2012/04/metode-ibnu-katsir-dalam-

tafsirnya.html.

http://hijausegarsaja.blogspot.com/2012/12/telaah-tafsir-al-quran-al-adzim-

karya.html.

IAIN Syarif Hidayatullah. 1992. Ensiklopedi Islam Indonesia. Jakarta:

Djambatan.

Islamuddin, haryu. 2012. Psikologi Pendidikan. Jember: STAIN Jember Press.

Jindan, KhalidIbrahim . 1999. Teori Politik Islam: Telaah Kritis Ibnu Taimiyah

Tentang Pemerintahan Islam. Surabaya: Risalah Gusti.

Kurniasih, Imas. 2010. Mendidik SQ Anak Menurut Nabi Muhammad SAW.

Yogyakarta: Pustaka Marwa.

Page 84: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/187/1/Siti...kelas D. 11. Semua yang bekerja di Perpustakaan IAIN Salatiga dan Perpustakaan dan Arsip

3

Komaruddin. 1987. Kamus Riset. Bandung: Angkasa.

Kuswaya, Adang. 2009. Studi Kritis Metode Tafsir Tradidisonal ala Hasan

Hanafi. Salatiga: STAIN Salatiga Press.

Ma‟arif, Majid. 2012. Sejarah Hadis. Jakarta: Al-Huda.

Marijan. 2012. Metode Pendidikan Anak: Membangun Karakter Anak yang

Berbudi Mulia, Cerdas dan Berprestasi. Yogyakarta: Sabda Mulia.

Mojlum Khan, Muhammad. 2012. 100 Muslim Paling Berpengaruh Sepanjang

Sejarah. Jakarta: Noura Books

Murshafi, Muhammad Ali. 2009. Mendidik Anak Agar Cerdas dan Berbakti. Solo:

Ziyat Visi Media.

Nasib Ar Rifa‟i, Muhammad. 1999. Kemudahan Dari Allah: Ringkasan Tafsir

Ibnu Katsir. Jakarta: Gema Insani.

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Kamus besar Bahasa

Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Quraish Shihab, M. 2012. Al Lubab: Makna, Tujuan dan Pelajaran Dari Surah-

surah al Qur‟an. Tangerang: Lentera Hati.

Quthan, Mana‟ul. 1995. Pembahasan Ilmu Al-Qur‟an 2. Jakarta: Rineka Cipta.

Razak, Nasruddin. 1996. Dienul Islam: Penafsiran Kembali Islam Sebagai Suatu

Aqidah dan Way of Life. Bandung: Al Ma‟arif.

Rock Kane, Pearl. 2004. Tak Sengaja Menjadi Guru: Kisah-kisah yang

Menggugah dan Sarat Hikmah tentang Pengalaman Pertama mengajar.

Bandung: Mizan Learning Center.

Ruslan, Rosady. 2010. Metode Penelitian: Public Relations dan Komunikasi.

Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Saddily, Hassan. 1973. Ensiklopedi Umum. Jakarta: Jajasan Kanisius

Soekanto, Soerjono. Sosiologi Keluarga: Tentang Ikhwal keluarga, Remaja dan

Anak. Jakarta: Rineka Cipta.

Soyomukti, Nurani. 2010. Teori-Teori Pendidikan: Tradisional, (Neo) Liberal,

Marxis-Sosialis, Postmodern. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Suwarno, Wiji.2006. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jogjakarta: Ar-Ruz.

Syaltut, Mahmud. 1966. Islam Aqidah dan Syari‟ah. Jakarta: Pustaka Amani.

Page 85: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/187/1/Siti...kelas D. 11. Semua yang bekerja di Perpustakaan IAIN Salatiga dan Perpustakaan dan Arsip

4

Tafsir, Ahmad. 2008. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Thanthawi, MuhammadSayyid. 2013. Ulumul Qur‟an: Teori dan Metodologi.

Jogjakarta: IRCiSoD.

Ulfatmi. 2011. Keluarga Sakinah Dalam Perspektif Islam: Studi Terhadap

Pasangan Yang Berhasil Mempertahankan Keutuhan Perkawinan Di Kota

Padang. Jakarta: Kementerian Agama RI.

Yunila, Wira. 2013. Catatan Kematian: Saat Helaian Terakhir Itu Tiba.

Yogyakarta: Buku Pintar.

Zuhaili, Wahbah.1995. Al Qur‟an Paradigma Hukum dan Peradaban. Surabaya:

Risalah Gusti.

Zurayk, Ma‟ruf. 1994. Aku dan Anakku: Bimbingan Praktis Mendidik Anak

Menuju Remaja. Bandung: Al Bayan.

Page 86: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/187/1/Siti...kelas D. 11. Semua yang bekerja di Perpustakaan IAIN Salatiga dan Perpustakaan dan Arsip

1

Page 87: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/187/1/Siti...kelas D. 11. Semua yang bekerja di Perpustakaan IAIN Salatiga dan Perpustakaan dan Arsip

1

DAFTAR NILAI SKK

Nama : SITI SUKRILAH Jurusan : Tarbiyah

NIM : 11111144 Progdi : PAI

P.A. : Dra. Ulfah Susilowati, M. Si.

No. Jenis Kegiatan Pelaksanaan Jabatan Nilai

1.

Orientasi Pengenalan Akademik

dan Kemahasiswaan (OPAK) oleh

DEMA STAIN Salatiga

20-22 Agustus 2011 Peserta 3

2.

Achievement Motivation Training

(AMT) “Membangun Mahasiswa

Cerdas Emosi, Spiritual, dan

Intelektual” oleh CEC & Ittaqo

STAIN Salatiga

23 Agustus 2011 Peserta 2

3.

Orientasi Dasar Keislaman

(ODK) “ menemukan muara

sebagai mahasiswa rahmatan lil

alamin” oleh STAIN Salatiga

24 Agustus 2011 Peserta 2

4.

Seminar Entrepreneurship dan

Koprasi oleh KOPMA & KSEI

STAIN Salatiga

25 Agustus 2011 Peserta 2

5.

USER EDUCATION (Pendidikan

Pemakai) oleh UPT

PERPUSTAKAAN STAIN

Salatiga

19 September 2011 Peserta 2

6.

Pendidikan dan Latihan Calon

Pramuka Pandega ke-21 (PLCPP

XXI) oleh Racana Kusuma

Dilaga-Woro Srikandhi STAIN

Salatiga

30 September s/d

03 Oktober 2011 Peserta 2

7.

Seminar Regional Kejurnalistikan

“ Reorientasi Peran Jurnalistik

dalam Prespektif sosial dan

Budaya pada Era Post Modern”

oleh LPM Dinamika

06 Oktober 2011 Peserta 4

8.

Seminar Regional “Meningkatkan

Nasionalisme Ditengah

Goncangan Disintegrasi dan

26 Oktober 2011 Peserta 2

Page 88: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/187/1/Siti...kelas D. 11. Semua yang bekerja di Perpustakaan IAIN Salatiga dan Perpustakaan dan Arsip

2

Pengikisan Ideologi Nasional”

oleh Komando Resimen

Mahasiswa Mahadipa

Kalimosodo STAIN Salatiga

9.

Daurah Mar‟atus Shalihah (DMS)

dengan tema “Let‟s be an

Inspiring Women” oleh LDK

Darul Amal STAIN Salatiga

26 November 2011 Peserta 2

10.

Penggunaan Maktabah Syamilah

& Mengetik Arab Cepat Dalam

Acara “ STAIN ARABY” dengan

tema: “Bahasa Arab Sebagai

Penunjang Perkuliahan

Mahasiswa”. Oleh ITTAQO

STAIN Salatiga

17 Maret 2012 Peserta 2

11.

Seminar Nasional

Entrepreneurship ”Tren Bisnis

Berbasis Multimedia dan

Teknologi Informatika sebagai

Wujud Pasar Modern” oleh

KOPMA FATAWA STAIN

Salatiga

21 April 2012 Peserta 8

12.

Seminar Regional

“Peran Mahasiswa dalam

Mengawal BSLM (BLT) Tepat

Sasaran” oleh DEMA STAIN

Salatiga

03 Mei 2012 Peserta 4

13.

Bedah Buku Himpunan

Mahasiswa Islam (HMI) dengan

judul: “Sang Maha Segala-

galanya Mencintai Sang Maha-

Siswa”. Oleh Himpunan

Mahasiswa Islam (HMI) Cabang

Salatiga Komisariat Walisongo

14 Mei 2012 Peserta 2

14.

“Nisa‟ Mencari Bakat” (Lomba

hasta Karya) dalam Milad X LDK

Darul Amal STAIN Salatiga

17 Mei 2012 Peserta 2

15. DMS (Dauroh Mar‟atus

Sholehah) 1 dengan tema 26 Mei 2012 Peserta 2

Page 89: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/187/1/Siti...kelas D. 11. Semua yang bekerja di Perpustakaan IAIN Salatiga dan Perpustakaan dan Arsip

3

“Unbreakable Muslimah” oleh

LDK Darul Amal STAIN Salatiga

16.

Seminar Nasional

Ekonomi Syariah Bukan Ekonomi

Biasa “Penerapan Nilai-Nilai

Syariah dalam Praktik

Perekonomian ” oleh KSEI

STAIN Salatiga

02 Juni 2012 Peserta 8

17.

Pra Youth Leadership Training

dengan tema “Surat Cinta

Pembasmi Galau” oleh KAMMI

Komisariat Salatiga

06 Oktober 2012 Peserta 2

18.

Pendidikan dan Latihan Calon

Pramuka Pandega ke – 22

(PLCPP XXII) oleh Racana

Kusuma Dilaga-Woro Srikandhi

STAIN Salatiga

12 – 15 Oktober

2012 Panitia 3

19.

Dialog Publik dan Silaturahim

Nasional dengan tema

“Kemanakah Arah Kebijakan

BBM? Mendorong Subsidi BBM

Untuk Rakyat” oleh Pergerakan

Mahasiswa Islam Indonesia

(PMII) Kota Salatiga

10 Nopember 2012 Peserta 8

20.

Sesorah Basa Jawa (SBJ) dengan

tema “Mekar Ngrembagaaken

Budaya Jawi Kanthi Jumbuhaken

Lathi, Ati lan Pakerti” oleh LDK

Darul Amal STAIN salatiga

26 Nopember 2012 Peserta 2

21.

Seminar Pencegahan Bahaya

NAPZA (Narkotika, Psikotropika,

dan Zat Adiktif), HIV/AIDS

Mewaspadai Pergaulan Bebas

Untuk membentuk Remaja yang

Tangguh & Launching PIK

SAHAJASA STAIN Salatiga

29 April 2013 Peserta 2

22.

Tafsir Tematik

“ Sihir dalam Prespektif Al-

Qur‟an dan Hukum Negara” oleh

04 Mei 2013 Peserta 2

Page 90: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/187/1/Siti...kelas D. 11. Semua yang bekerja di Perpustakaan IAIN Salatiga dan Perpustakaan dan Arsip

4

JQH STAIN Salatiga

23.

Seminar Nasional “How to

Develop the Best Generation”

oleh Comunicative English Club

(CEC) STAIN Salatiga

01 Juni 2013 Peserta 8

24.

Seminar Festival Dakwah MILAD

XI LDK STAIN Salatiga dengan

tema “Ya Allah, Aku Jatuh Cinta”

11 Juni 2013 Peserta 2

25.

Seminar Nasional “Mendetakkan

Jantung Bangsa dengan

Jurnalisme” oleh LPM Dinamika

STAIN Salatiga

07 Oktober 2013 Peserta 8

26.

KISMIS (Kajian Intensif

Mahasiswa) “Agar Shalat Bukan

Sekedar Kewajiban, Namun

Kebutuhan” oleh LDK Darul

Amal STAIN Salatiga

10 Oktober 2013 Peserta 2

27.

Seminar Nasional “Guru Kreatif

dalam Implementasi Kurikulum

2013” oleh HMJ Tarbiyah STAIN

Salatiga

18 Nopember 2013 Peserta 8

28.

Islamic Public Speaking Training

(IPST) oleh LDK Darul Amal

STAIN Salatiga

05 Desember 2013 Peserta 2

29.

Dialog Energi “Dampak Kenaikan

Tarif Dasar Listrik Terhadap

Perekonomian Indonesia Solusi

Menciptakan Listrik Murah Untuk

Rakyat Kecil dan Industri Dalam

Negeri” oleh Dewan Mahasiswa

(DEMA) STAIN Salatiga

12 Desember 2013 Peserta 2

30.

Tafsir Tematik “Konsep

Pemiimpin Ideal Menurut Al

Qur‟an: Telaah Al Qur‟an Surat

Al An‟am Ayat 165” oleh JQH

Al Furqon STAIN Salatiga

17 Mei 2014 Peserta

31. Peserta Tahfidz 1 Juz Gebyar Seni 05 Nopember 2014 Peserta 2

Page 91: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/187/1/Siti...kelas D. 11. Semua yang bekerja di Perpustakaan IAIN Salatiga dan Perpustakaan dan Arsip

5

Qur‟aniyy (GSQ) Umum Ke-VI

Se-Jawa Tengah oleh JQH Al

Furqon STAIN Salatiga

32.

“Seminar nasional

Entrepreneurship” oleh Gerakan

Pramuka Racana Kusuma Dilaga

– Woro Srikandi STAIN Salatiga

16 Nopember 2014 Peserta 8

33.

“Training Personality Plus

Regional Jawa Tengah” oleh

KARIMA Learning & Training

Center

23 Nopember 2014 Peserta 2

34.

Seminar keagamaan “Bahagia

Sejak Mahsiswa” di STAIN

Salatiga yang ditayangkan di

TVRI Jawa Tengah

26 Nopember 2014 Peserta 2

35.

PERBASIS (Perbandingan

Bahasa Arab Bahasa Inggris)/

CEA (Comparison English

Arabic)” oleh CEC dan Ittaqo

STAIN Salatiga

27 Nopember 2014 Peserta 2

36.

Kajian Intensif Mahasiswa

“Fenomena Islam Di Salatiga”

oleh LDK Darul Amal STAIN

Salatiga

28 Nopember 2014 Peserta 2

37.

Pentas Seni dan Diskusi “Potret

Kebudayaan Papua Bagian Dari

Kekayaan Indonesia” oleh Forum

Mahasiswa Satu Inspirasi

(FORMASI)

11 Desember 2014 Peserta 2

38.

“Seminar Nasional perlindungan

Hukum Terhadap Usaha Mikro

Menghadapi Pasar Bebas

ASEAN” oleh HMPS-AS STAIN

Desember 2014 Peserta 8

Page 92: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/187/1/Siti...kelas D. 11. Semua yang bekerja di Perpustakaan IAIN Salatiga dan Perpustakaan dan Arsip

6

Page 93: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/187/1/Siti...kelas D. 11. Semua yang bekerja di Perpustakaan IAIN Salatiga dan Perpustakaan dan Arsip

1

Page 94: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/187/1/Siti...kelas D. 11. Semua yang bekerja di Perpustakaan IAIN Salatiga dan Perpustakaan dan Arsip

1

Biodata Penulis

Nama : Siti Sukrilah

Tempat , Tanggal Lahir : Kab. Semarang, 12 mei 1991

Alamat : Ngabean, Gunung Pati, Semarang, RT/RW 04/04

Nama Orang tua

Ayah : Muhammad Daman Huri (Alm.)

Ibu : Mir‟atun

Alamat : Ngabean, Gunung Pati, Semarang, RT/RW 04/04

Riwayat Pendidikan:

1. RA Darul Ulum Reksosari Suruh Kab. Semarang, lulus pada tahun 1997.

2. MI Darul Ulum Reksosari Suruh Kab. Semarang, lulus pada tahun 2003.

3. MTs Darul Ulum Reksosari Suruh Kab. Semarang, lulus pada tahun 2008.

4. MAN Suruh Kab. Semarang, lulus pada tahun 2011.

Salatiga September 2015

Penulis

Siti Sukrilah

Page 95: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/187/1/Siti...kelas D. 11. Semua yang bekerja di Perpustakaan IAIN Salatiga dan Perpustakaan dan Arsip

1

KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGA

(STUDI ANALISIS QURA’N SURAT AL BAQARAH

AYAT 132-133 DALAM TAFSIR IBNU KATSIR)

Oleh:

Siti Sukrilah

NIM: 11111144

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA (IAIN)

SALATIGA

2015

LATAR BELAKANG MASALAH

Pada masa sekarang ini, pengaruh

keluarga mulai melemah dikarenakan

adanya perubahan sosial, politik, dan

budaya yang terjadi.

Waktu dan tenaga orang tua untuk

memberikan pendidikan kepada anak

secara langsung telah tersita oleh

berbagai aktivitas dalam memenuhi

kebutuhan materi keluarga sehari-

hari, sehingga pendidikan tauhid

dalam keluarga menjadi sangat

kurang.

Page 96: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/187/1/Siti...kelas D. 11. Semua yang bekerja di Perpustakaan IAIN Salatiga dan Perpustakaan dan Arsip

2

Lanjutan .......

Yang akan dibahas dalam pokok masalah ini adalah:

1. Biografi Ibnu Katsir

2. Konsep pendidikan tauhid dalam Islam menurut Qur‟an Surat al Baqarah ayat 132-133

3. Konsep pendidikan tauhid dalam keluarga studi analisis Qur‟an Surat al Baqarah ayat 132-133 dalam Tafsir Ibnu Katsir

4. Relevansi konsep pendidikan tauhid dalam keluarga menurut tafsir Ibnu Katsir di kehidupan sekarang

Lanjutan ...........

Metode yang digunakan dalam penelitian ini

merupakan penelitian pustaka (library reseach)

yang difokuskan pada penelusuran dan

penelaahan literature serta bahan pustaka

lainnya yang terdiri dari:

1. sumber primer (Kitab Tafsir Ibnu Katsir karya

Imam Jalil Alkhafidz „Imaduddin Abi Fida‟

Ismail Ibnu Katsir Alqurasyiyyu Addimasyqy.)

2. Sumber sekunder (Alqur’an dan terjemahannya

DEPAG, Ulumul Qur’an, Ensiklopedi Tematis

dunia Islam, Studi Ilmu Alqur’an, Ensiklopedi

Islam Indonesia, Solusi Alqur’an, dan buku-

buku lain yang bersangkutan dengan

pembahasan skripsi ini).

Page 97: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/187/1/Siti...kelas D. 11. Semua yang bekerja di Perpustakaan IAIN Salatiga dan Perpustakaan dan Arsip

3

Lanjutan .....Tenik pengumpulan data yang penulis lakukan dalam penelitian ini adalah dengan mencari dan mengumpulkan buku yang menjadi sumber data primer dan sekunder yang relevan. Setelah data terkumpul maka dilakukan penelaahan serta sistematis dalam hubungannya dengan masalah yang diteliti, sehingga diperoleh data atau informasi untuk bahan penelitian.

Lanjutan ...........

Teknik analisis data yang penulis

lakukan adalah dengan

menggunakan analisis yang

terdiri dari tiga alur kegiatan

yang terjadi secara bersamaan

yaitu: reduksi data, penyajian

data, dan penarikan

kesimpulan/verifikasi.

Page 98: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/187/1/Siti...kelas D. 11. Semua yang bekerja di Perpustakaan IAIN Salatiga dan Perpustakaan dan Arsip

4

1. Ibnu Katsir adalah seorang ahli tafsir dan sejarah

ternama. Ia juga seorang ahli fiqih dan ahli hadis.

Ibnu Katsir lahir pada tahun 700 H/1300 M di timur

Bashri yang masuk wilayah Damaskus dan wafat pada

tahun 774 H di Damaskus. Salah satu karya ilmiah

Ibnu Katsir yang akan dibahas dalam skripsi ini

adalah kitab Tafsîr al Qurân al ‘Azîm yang

termasyhur dengan sebutan Tafsir Ibnu Katsir pada

Qur’an Surat al Baqarah ayat 132-133

KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM

KELUARGA STUDI ANALISIS QUR‟AN SURAT AL-

BAQARAH AYAT 132-133 DALAM TAFSIR IBNU

KATSIR

Konsep = segala sesuatu yang digunakan

akal budi untuk memahami sesuatu

Pendidikan = proses perubahan sikap dan

tingkah laku seseorang

Tauhid = mengesakan Allah

Keluarga = semua fihak yang ada

hubungan darah sehingga tampil sebagai

clan atau marga yang dalam berbagai

budaya

Page 99: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/187/1/Siti...kelas D. 11. Semua yang bekerja di Perpustakaan IAIN Salatiga dan Perpustakaan dan Arsip

5

ه فال تمىته إال إن هللا اصطف لكم الد به إبراهم بىه وعقىب ابى ووصسلمىن أ ىتم هد ء إذ ح ر عقىب المىث إذ قا لبىه ما } 132 وأوتم م

تعبدون مه بعد قالىا وعبد إلهك وإله ءاب ئك إبراهم وإسماعل وإسحا إالها }133 واحد ا ووحه له مسلمىن

Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada

anak-anaknya, demikian pula Ya’kub. (Ibrahim

berkata): “Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah

telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah

kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam”

132

Adakah kamu hadir ketika Ya’qub kedatangan

(tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-

anaknya: “Apa yang kamu sembah sepeninggalku”.

Mereka menjawab. “Kami akan menyembah Rabb-mu

dan Rabb nenek moyang-mu, Ibrahim, Ismail dan

Ishak, (yaitu) Rabb Yang Maha Esa dan kami hanya

tunduk kepada-Nya” 133

2. Konsep pendidikan tauhid

dalam Islam menurut al Qur‟an

Surat al Baqarah ayat 132-133

merupakan proses membimbing

manusia untuk tetap teguh

kepercayaannya bahwa Allah

Maha Esa dan hanya tunduk

kepada-Nya sampai akhir hayat.

Page 100: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/187/1/Siti...kelas D. 11. Semua yang bekerja di Perpustakaan IAIN Salatiga dan Perpustakaan dan Arsip

6

Pendidikan dalam Islam merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan umat manusia yang harus ditempuh bahkan merupakan sebuah kewajiban.

Orang pertama yang bertanggug jawab terhadap pendidikan keluarga adalah orang tua (ayah dan Ibu) untuk bekal dalam menghadapi kehidupan masa depan anak.

Pada Q.S al-Baqarah ayat 132 kata al-dîn jika dihubungkan dengan al-islâm berarti beribadah kepada Tuhan, atau taat dan tunduk kepada syariat-Nya.

Sedangkan pada ungkapan إلها واحدا(yaitu Ilah Yang Maha Esa) dalam Q.S al-Baqarah ayat 133, berbicara tentang tauhid (keesaan Allah). Pengertian Esa adalah merupakan pusat bagi seluruh sifat-sifat Allah yang wajib dimiliki-Nya.

Page 101: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/187/1/Siti...kelas D. 11. Semua yang bekerja di Perpustakaan IAIN Salatiga dan Perpustakaan dan Arsip

7

Seperti nasehat Ibrahim dan Ya‟qub

kepada anaknya yaitu adanya

larangan untuk meninggalkan

agama Islam sampai akhir hayat

tersebut tidak hanya menyampaikan

bagaimana cara mendidik anak dan

menanamkan tauhid kepada anak

namun juga menghadirkan karakter

kepribadian seorang ayah yang

patut diteladani.

3. Sedangkan konsep pendidikan

tauhid dalam keluarga menurut

Ibnu Katsir dalam Qur‟an Surat al

Baqarah ayat 132-133 adalah, upaya

membina manusia dalam

menyerahkan diri secara mutlak

kepada Allah SWT sepanjang

hayatnya dalam keluarga secara

berkesinambungan sampai

keturunannya di masa depan kelak

meskipun berbeda cara atau metode

dalam pelaksanaannya.

Page 102: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/187/1/Siti...kelas D. 11. Semua yang bekerja di Perpustakaan IAIN Salatiga dan Perpustakaan dan Arsip

8

anak-anak Ibrahim dan juga anak-anak

Ya‟qub selain anak kandung juga dalam

hal tradisi Arab yang menyebut paman

dengan sebutan ayah karena Ismail

adalah paman Ya‟qub.

proses pendidikan tauhid pada Lafal

Ilaahawwaahida “(Yaitu) Ilah yang Maha

Esa”.

Ibnu katsir mengartikannya bahwa, kami

(anak-anak Ya‟qub) mengesakan dalam

penghambaan kepada-Nya dan tidak

menyekutukan-Nya dengan sesuatu

apapun.

4. Adapun relevansi pendidikan

tauhid dalam keluarga dimasa

sekarang adalah bahwa pendidikan

tauhid di masa sekarang ini harus

berusaha lebih keras lagi untuk

terus memperhatikan dengan

membuat metode yang variatif agar

anak didik dapat mengikuti dengan

nyaman dan tidak terbebani akan

aturan-aturan yang harus dilaluinya

untuk mencapai tujuan dari

pendidikan tauhid ini.

Page 103: KONSEP PENDIDIKAN TAUHID DALAM KELUARGAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/187/1/Siti...kelas D. 11. Semua yang bekerja di Perpustakaan IAIN Salatiga dan Perpustakaan dan Arsip

9

Dalam mendidik anak, diharapkan bahwa adanya kerjasama antar pihak orang tua dan guru, tidak hanya diserahkan kepada lembaga pendidikan saja terutama pada pendidikan tauhid. Karena pendidikan tauhid adalah pondasi paling penting untuk membentengi manusia agar dapat memilih yang positif dan membuang yang negatif dan tauhid merupakan tujuan dari semua segi kehidupan manusia.

TERIMA KASIH

..........................