Upload
others
View
10
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
KONSERVASI DAN REVITALISASI CAGAR BUDAYA PUGUNG
RAHARJO KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
(Studi pada Objek Wisata Taman Purbakala Pugung Raharjo )
(Skripsi)
Oleh
ELANIA SUKMA NABILLA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
ABSTRAK
KONSERVASI DAN REVITALISASI CAGAR BUDAYA PUGUNG
RAHARJO KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
(Studi pada Objek Wisata Taman Purbakala Pugung Raharjo)
Oleh
ELANIA SUKMA NABILLA
Taman Purbakala Pugung Raharjo merupakan salah satu cagar budaya yang
sangat penting untuk dilestarikan di Kabupaten Lampung Timur dan merupakan
dasar filosofi yang digunakan sebagai warisan budaya untuk jati diri dan
dikaitkan dengan fungsi pendidikan, manfaat ekonomis melalui kepariwisataan,
dan fungsi akademis untuk menjaga dan menyelamatkan basis data tentang cagar
budaya. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengembangan dan pelestarian
Taman Purbakala Pugung Raharjo menggunakan manajemen pariwisata, teori
pengembangan wisata, dan upaya konservasi dan revitalisasi yang telah
dilakukan. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan
kualitatif dengan mengambil lokasi penelitian di Dinas Pariwisata Kabupaten
Lampung Timur. Hasil penelitian dari aspek daya tarik yang terdapat pada
Taman Purbakala tidak ada daya tarik yang unik yang mampu menjadi ciri khas.
Akses jalan kabupaten menuju Taman Purbakala sudah beraspal serta mudah
untuk dilalui, tetapi justru akses jalan di area Taman Purbakala masih berupa
jalan setapak yang mengalami kerusakan. Fasilitas yang ada masih terbatas dan
tidak ada perbaikan. Lembaga pariwisata hanya mampu berperan dalam
membuat Taman Gautama dan belum mampu membantu masyarakat sekitar
dalam meningkatkan kreativitas sebagai ciri khas dari Taman Purbakala Pugung
Raharjo. Dinas Pariwisata Kabupaten Lampung Timur tidak mengetahui rencana
strategis untuk mengembangkan Taman Purbakala Pugung Raharjo. Konservasi
hanya dilakukan satu kali pada tahun 2015 dengan cara yang tradisional.
Revitalisasi belum pernah dilakukan oleh BPCB Banten. BPCB Banten terfokus
pada cagar budaya di Pulau Jawa.
Kata Kunci: Cagar Budaya, Manajemen Pariwisata, Taman Purbakala,
Konservasi, Revitalisasi
ABSTRACT
CONSERVATION AND REVITALIZATION OF PUGUNG RAHARJO
CULTURAL HERITAGE EAST LAMPUNG REGENCY
(Study of Tourism Object Purbakala Pugung Raharjo Park)
By
ELANIA SUKMA NABILLA
Purbakala Pugung Raharjo Park is one of the important cultural heritage to be
preserved in East Lampung Regency and is a philosophical basis that is used as a
cultural heritage for identity and is associated with the function of education,
economic benefits through tourism, and academic function to maintain and save
the database about cultural heritage. The research aims to analyze and describe the
development of the Purbakala Pugung Raharjo Park using tourism management,
tourism development theory, and conservation and revitalization efforts that have
been carried out. This type of research is a descriptive study with a qualitative
approach by taking the location of research in the East Lampung Regency
Tourism Department. The results of the research on the aspects of attraction found
in the Purbakala Park has no unique appeal that is able to become a characteristic.
Access to the district road to the Purbakala Park has been paved and easy to pass
through, but instead the access road in the Purbakala Park area is still a damaged
road. The existing amenities are still limited and there are no improvement. The
ancillary is only able to play a role in making Taman Gautama and have not been
able to help the surrounding community in increasing creativity as a distinctive
feature of Purbakala Pugung Raharjo Park. The East Lampung Regency Tourism
Department does not know of a strategic plan to develop Purbakala Pugung
Raharjo Park. Conservation is only done once in 2015 in a traditional way.
Revitalization has never been done by BPCB Banten. BPCB Banten only focuses
on cultural heritage on Java.
Keywords: Cultural Heritage, Tourism Management, Purbakala Park,
Conservation, Revitalization
KONSERVASI DAN REVITALISASI CAGAR BUDAYA PUGUNG
RAHARJO KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
(Studi pada Objek Wisata Taman Purbakala Pugung Raharjo )
Oleh
ELANIA SUKMA NABILLA
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar
SARJANA ILMU PEMERINTAHAN
Pada
Jurusan Ilmu Pemerintahan
Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
RIWAYAT HIDUP
Peneliti memiliki nama lengkap Elania Sukma Nabilla.
Peneliti dilahirkan di Kabupaten Lampung Timur pada
tanggal 20 Juli 1997 sebagai putri pertama dari pasangan
Bapak Amlani Ahmad dan Ibu Sri Wahyuningsih. Peneliti
memiliki dua orang adik perempuan bernama Elsa Rizqika
Sukma Nabilla dan Elycia Asri Sukma Nabilla.
Pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) Masyariqul Anwar Pugung Raharjo
diselesaikan pada tahun 2003, Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SD Negeri 1
Pugung Raharjo pada tahun 2009, Sekolah Menengah Pertama (SMP) diselesaikan di
SMP Negeri 1 Sekampung Udik pada tahun 2012, dan Sekolah Menengah Atas
(SMA) diselesaikan di SMA Negeri 9 Bandar Lampung pada tahun 2015.
Pada tahun 2015 Peneliti terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Ilmu Pemerintahan,
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Lampung melalui jalur SBMPTN.
Pada periode pertama Januari sampai Maret 2018 (selama 40 hari), Peneliti mengikuti
kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang bertempat di Pekon Umbul Buah,
Kecamatan Kotaagung Timur, Kabupaten Tanggamus.
Selama menjadi mahasiswa, Peneliti juga aktif berorganisasi. Peneliti pernah menjadi
wakil ketua umum Unit Kegiatan Mahasiswa Social and Political English Club
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung periode tahun 2017-2018,
anggota Unit Kegiatan Mahasiswa Beladiri Taekwondo, dan Staff Minat Bakat Badan
Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung
periode tahun 2016-2017.
Peneliti juga pernah mengikuti beberapa kegiatan, yaitu Peneliti pernah mejadi
volunteer dalam kegiatan Socialize The Education (STE) yang diselenggarakan oleh
UKM-F SPEC FISIP Unila, menjadi volunteer dalam kegiatan Pelatihan dan
Pendampingan Bahasa Inggris Lanjutan di Kecamatan Kelumbayan, Kabupaten
Tanggamus yang diselenggarakan oleh LPPM Universitas Lampung, dan pernah
menjadi volunteer dalam kegiatan Seminar ASEAN yang diselenggarakan oleh
Direktorat Jenderal Kerja Sama ASEAN Kementerian Luar Negeri RI.
MOTTO
Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya
sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah selesai dari
suatu urusan, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain, dan
hanya Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.
(QS. Al-Insyrah: 6-8)
Orang yang bersungguh-sungguh akan terlihat hasilnya. Kesalahan-kesalahan
teknis hanyalah keterbatasan.
(Dr. R. Pitojo Budiono, M.Si)
You Never Walk Alone.
(BTS)
Jangan pernah takut dengan bayangan, karena itu menandakan ada cahaya di
sekitarmu.
(Elania Sukma Nabilla)
PERSEMBAHAN
Ku persembahkan karya sederhana ini kepada
Ibundaku tercinta Sri Wahyuningsih dan Ayahandaku tercinta Amlani Ahmad
sebagai tanda bakti, hormat dan cintaku
Terimakasih atas doa, restu, dan dukungan yang telah kalian berikan
Ijinkan aku untuk bisa menjadi kebanggaan dan bisa membahagiakan kita semua
Adik-adikku tersayang Elsa Rizqika Sukma Nabilla dan Elycia Asri Sukma
Nabilla serta seluruh keluarga besar yang telah mendukungku selama proses
perkuliahan
Almamater Tercinta Universitas Lampung
SANWACANA
Assalamuala’ikum Wr. Wb
Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan
karunia dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian dan
penyusunan Skripsi dengan judul “KONSERVASI DAN REVITALISASI CAGAR
BUDAYA PUGUNG RAHARJO KABUPATEN LAMPUNG TIMUR (Studi
pada Objek Wisata Taman Purbakala Pugung Raharjo )”. Penyusunan Skripsi
ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Ilmu Pemerintahan di Universitas Lampung.
Peneliti menyadari bahwa proses penelitian dan penyusunan skripsi ini dapat
diselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak, khususnya yang berada pada Jurusan
Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.
Maka dari itu, peneliti mengucapkan rasa syukur dan terima kasih yang sebesar-
besarnya, khususnya kepada :
1. Allah SWT yang senantiasa memberikan karunia dan ridho-Nya, sehingga
peneliti dapat menyelesaikan proses pendidikan dan penyusunan skripsi ini
dengan baik dan Rasulullah Muhammad SAW, seorang suri tauladan bagi umat
Islam yang senantiasa dinantikan syafa’atnya di Yaumul Akhir kelak.
2. Untuk ibuku tersayang Sri Wahyuningsih, sosok perempuan luar biasa yang
mempersembahkan seluruh hidupnya untuk keluarga, tanpa mengeluh tentang
luka dan nyaris tak pernah mendahulukan kebutuhannya sebelum kebutuhan
kami terpenuhi. Betapa bangga kami terlahir dari rahim malaikat tanpa sayap
yang Allah ciptakan. Terima kasih untuk setiap cinta, kasih sayang sayang, dan
kepercayaan yang telah ibu berikan kepadaku. Untuk ayahku tercinta Amlani
Ahmad, terima kasih telah mencintaiku dengan cara ayah sendiri. Terima kasih
atas segala pelajaran hidup yang selalu kau berikan, semangat dan keikhlasan
yang selalu menjadi panutan. Terima kasih telah menjadi kebanggaanku, atas
peluh yang tercurah dan punggung yang tak pernah lelah. Tiada semangat dan
motivasi terbesarku selain Ayah dan Ibu. Doakan aku agar mampu
membahagiakan dan membanggakan Ayah dan Ibu selalu. Semoga kita selalu
bahagia. Aamiin
3. Adik-adikku tersayang Elsa Rizqika Sukma Nabilla dan Elycia Asri Sukma
Nabilla, terima kasih telah memberikan motivasi serta doa dalam proses
menyelesaikan studi ini. Tetap semangat dan terus gapai impian kalian sesulit
apapun jalan yang harus dilewati. Doakan cak semoga selalu menjadi panutan
yang baik untuk kalian. Semoga adik-adikku tersayang menjadi orang yang
sukses di dunia dan akhirat. Aamiin
4. Bapak Dr. Syarief Makhya selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Lampung.
5. Bapak Drs. R. Sigit Krisbintoro, M.IP. selaku Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung sekaligus sebagai
Dosen Pembimbing Akademik peneliti. Terima kasih atas bimbingan, saran,
kritik yang telah Bapak berikan dalam masa perkuliahan sehingga peneliti dapat
menyelesaikan perkuliahan dengan baik.
6. Ibu Dr. Feni Rosalia, M.Si selaku Pembimbing Utama yang telah banyak
memberikan arahan dan bimbingan kepada peneliti serta bersedia meluangkan
waktu untuk peneliti, tenaga, dan pikiran dalam proses penyusunan skripsi ini.
Terima kasih Ibu telah sangat berjasa dan memberikan banyak pelajaran kepada
peneliti, sejak awal bimbingan sampai selesainya skripsi ini dengan penuh
kesabaran dan perhatian. Peneliti sungguh merasa sangat beruntung memiliki ibu
sebagai dosen pembimbing. Semoga Allah SWT selalu melimpahkan berkah
kepada Ibu dan keluarga. Aamiin
7. Bapak Dr. R. Pitojo Budiono, M.Si selaku Dosen penguji yang telah banyak
memberikan arahan, saran, dan motivasi sehingga peneliti dapat mengerjakan
Skripsi ini dengan baik sampai selesai. Terima Kasih Bapak telah begitu sabar
memahami kesulitan yang saya hadapi dan dengan sabar menjelaskan kembali
apa yang sebaiknya tertulis dalam skripsi saya. Semoga Allah SWT selalu
melimpahkan berkah kepada Bapak dan keluarga. Aamiin
8. Bapak Budi Harjo, S.Sos., M.IP selaku Pembimbing Pembantu yang telah
banyak memberikan arahan dan bimbingan dengan kesabaran meluangkan waktu
dan pikiran kepada peneliti dalam proses penyusunan skripsi ini. Terima kasih
sekali Bapak telah sangat berjasa dan memberikan banyak pelajaran kepada
peneliti. Tetap jadi dosen terfavorit bagi semua mahasiswa Jurusan Ilmu
Pemerintahan ya Pak. Semoga Allah SWT selalu melimpahkan berkah kepada
Bapak dan keluarga. Aamiin
9. Seluruh Dosen dan Staff Ilmu Pemerintahan FISIP Unila, terima kasih atas ilmu
dan waktu yang telah diberikan kepada peneliti selama ini di Jurusan Ilmu
Pemerintahan.
10. Staff Magister Ilmu Pemerintahan FISIP Unila Mba Yeri dan Mas Andi, terima
kasih telah banyak sekali membantu peneliti mengatasi kesepian saat sedang
menunggu giliran bimbingan di gedung f, terima kasih telah menyumbangkan
snack dan buah-buahan saat peneliti kelaparan, terima kasih telah meminjamkan
ruang dan meminjamkan printer saat peneliti sedang mendadak membutuhkan.
11. Terima kasih kepada Abang dan Mbak Ilmu Pemerintahan 2012, 2013, 2014 atas
kritik, saran dan bantuannya selama peneliti menempuh studi. Sukses untuk kita
semua. Aamiin.
12. Sahabat-sahabat kampusku tersayang Dara, Aca, Iga, Puput, Feygy, Uwo Sapi,
Intan, Ikhsan, Yopi, Pascal, dan Rahmad. Terima kasih atas segala bantuan dan
kenangan selama perkuliahan. Terima kasih selalu ada dari awal hingga akhir.
Terima kasih selalu menjadi pendengar yang terbaik. Terima kasih selalu
mengingatkan saat peneliti sedang lupa. Terima kasih telah hadir di dalam hidup
peneliti. Terima kasih telah menjadi saksi kegembiraan, kesedihan, air mata, dan
tawa bahagia peneliti. Maaf belum banyak memberi. Kalian tidak akan pernah
terlupakan. Semoga dikemudian hari kita bertemu dengan kesuksesan kita
masing-masing. Aamin
13. Sahabat-sahabatku sedari di bangku sekolah Asti, Alfi, Meilinda, Dwi, Suci,
Azizah, Zahra, Edo, Arip, Doan, Wildan, dan teman-teman lainnya yang tidak
dapat peneliti sebutkan satu persatu. Terima kasih atas segala dukungan yang
selalu diberikan. Terima kasih atas silaturahim yang selalu terjaga. Sukses untuk
kita semua.
14. Teman-teman seperjuangan Ilmu Pemerintahan angkatan 2015 Dila, Santini,
Silvi, Bibil, Ica, Nay, Rizki, Aviv, Fadel, Merita, Untsa, Mba Fani, Amelisa,
Ayuni, Anriz, dan teman-teman lainnya yang tidak dapat peneliti sebutkan satu
persatu, karena kebersamaan kita yang sangat berkesan, selalu menghibur di
setiap macam aktivitas. Tidak terasa menghabiskan waktu, meluangkan waktu,
memberikan motivasi dan selalu memberikan semangat di bangku perkuliahan.
Semoga dikemudian hari kita bertemu dengan kesuksesan kita masing-masing.
15. Teman-teman lintas jurusan Hana, Cahyo, Male, Pio, Wando, Kak Nisrina, Tria,
Nabila, Yesi, Eggy, Aisyah dan teman-teman lainnya yang tidak dapat peneliti
sebutkan satu persatu. Terima kasih untuk kenangan yang diberikan. Untuk
segala pembelajaran dan perhatian yang peneliti terima. Kalian tidak akan
terlupakan. Semoga kita tetap menjadi teman dan semoga dikemudian hari kita
bertemu dengan kesuksesan kita masing-masing. Aamiin
16. Teman-teman di BEM FISIP Mba Deya, Bang Eja, Mba Sisil, Bang Bani, Mba
Yuni, Bang Juanda, Bang Nick, Vika, Bobby, Shelsa, Ana, Ria, Rika, Cindy, dan
teman-teman lainnya yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu.
Terimakasih untuk kerjasama, bantuan dan semangat yang tercipta. Begitu
berkesan, begitu indah,dan penuh dengan drama. Semoga pengabdian yang
dilalui bisa menjadi pembelajaran berharga.
17. Teman-teman di SPEC FISIP Nova, Irma, Intan, Donna, Didit, teman-teman
lainnya yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu. Terimakasih untuk
kerjasama, bantuan dan semangat yang tercipta. Begitu berkesan, begitu
indah,dan penuh dengan drama. Semoga pengabdian yang dilalui bisa menjadi
pembelajaran berharga.
18. Teman-teman KKN Periode 1 Unila 2018 Pekon Umbul Buah Tanggamus Kak
Puwala, Elsi, Kak Aulia, Kak Jerry, Fajar, dan Kak Aldi. Terima kasih atas cerita
dan pengalaman selama KKN. Untuk semua drama, bahagia, dan air mata yang
tidak akan terlupakan. Sukses selalu untuk kita semua. Aamiin
19. Seluruh pihak yang sudah membantu peneliti dalam mengumpulkan data-data
penelitian dan menyelesaikan skripsi ini Bapak Almaturidi, Bapak Turwidi,
Bapak Adianto, Mas Rahmad, dan seluruh pihak yang terlibat. Terima kasih
tanpa bantuan kalian peneliti tidak akan bisa menyelesaikan skripsi ini tepat pada
waktunya.
Bandar Lampung, 26 Februari 2019
Peneliti,
Elania Sukma Nabilla
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ......................................................................................... i
DAFTAR TABEL ................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................ iv
I. PENDAHULUAN ......................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................... 15
C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 15
D. Kegunaan Penelitian ................................................................. 16
II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 17
A. Kajian Kepariwisataan .............................................................. 17
1. Objek Wisata ....................................................................... 19
B. Manajemen Pariwisata .............................................................. 21
C. Kajian Ilmu Arkeologi .............................................................. 29
D. Kerangka Berpikir …………………………………………… 36
III. METODOLOGI PENELITIAN .................................................. 40
A. Tipe Penelitian .......................................................................... 40
B. Fokus Penelitian ........................................................................ 42
C. Lokasi Penelitian ……………………………………………. . 43
D. Jenis dan Sumber Data ............................................................. 43
1. Jenis Data ............................................................................. 43
2. Sumber Data......................................................................... 46
E. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 50
F. Teknik Pengolahan Data .......................................................... 53
G. Teknik Analisis Data................................................................. 54
H. Teknik Keabsahan Data ............................................................ 56
IV. GAMBARAN UMUM PENELITIAN ........................................ 58
A. Gambaran Umum Kabupaten Lampung Timur ........................ 58
1. Profil Wilayah Lampung Timur.......................................... 58
2. Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk Kabupaten
Lampung Timur .................................................................. 60
3. Pariwisata Kabupaten Lampung Timur .............................. 61
B. Gambaran Umum Dinas Pariwisata Kabupaten
Lampung Timur ........................................................................ 62
1. Visi dan Misi Dinas Pariwisata Kabupaten
Lampung Timur .................................................................. 62
2. Tugas dan Fungsi Dinas Pariwisata Kabupaten
Lampung Timur .................................................................. 63
3. Struktur Kepengurusan Dinas Pariwisata Kabupaten
Lampung Timur .................................................................. 64
C. Gambaran Umum Taman Purbakala Pugung Raharjo .............. 67
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................... 70
A. Aspek-Aspek Pengembangan Pariwisata .................................. 70
1. Daya Tarik (Attraction)....................................................... 70
2. Mudah Dicapai (Accesable) ................................................ 77
3. Fasilitas (Amenities) ............................................................ 82
4. Lembaga Pariwisata (Ancillary) ......................................... 87
B. Manajemen Pariwisata oleh Dinas Pariwisata Kabupaten
Lampung Timur ........................................................................ 92
C. Upaya Konservasi dan Revitalisasi Cagar Budaya ................... 95
VI. SIMPULAN DAN SARAN…………………………………….. 107
A. Simpulan ………………………………………………... 107
B. Saran ……………………………………………………. 110
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Jenis Wisata Strategis di Kabupaten Lampung Timur
Tahun 2018 …………………………………………………………. 4
2. Jumlah Kunjungan Wisatawan Kawasan Wisata Unggulan
(KWU) Tahun 2012-2017 ……………………………………. ……. 5
3. Jumlah Kunjungan Wisatawan Objek Wisata Taman Purbakala
Pugung Raharjo Tahun 2012-2017 …………………………............ 8
4. Jumlah Kunjungan Wisatawan Objek Wisata Taman Purbakala
Pugung Raharjo Tahun 2017...................................................... …….. 9
5. Penelitian Terdahulu …………................................................. …….. 12
6. Keterangan Pengambilan Data Primer Penelitian …………………... 44
7. Keterangan Pengambilan Data Sekunder …………………………… 46
8. Informan Penelitian …………………………………………………. 49
9. Nama Kecamatan, Jumlah Desa, dan Luas Wilayah
Per-Kecamatan ……………………………………………………… 59
10. Jumlah Wisatawan Study Tour dan Penelitian Tahun 2018………… 99
11. Triangulasi Data ……………………………………………………. 102
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Bagan Kerangka Berpikir...................................................... 36
2. Peta Kabupaten Lampung Timur ………………………….. 60
3. Struktur Organisasi Dinas Pariwisata Kabupaten
Lampung Timur ……………………………………………. 66
4. Peta Temuan Peninggalan Taman Purbakala ……………... 68
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pariwisata merupakan salah satu faktor penentu pengembangan dan
pembangunan yang dapat berpengaruh terhadap berbagai aspek kehidupan,
seperti aspek ekonomi, aspek sosial, aspek politik, dan aspek budaya di
suatu negara. Muljadi (2010:35) mengemukakan bahwa pembangunan
pariwisata nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang
berkesinambungan. Pariwisata sebagai salah satu faktor penentu
pengembangan yang paling potensial, senantiasa berkembang secara
dinamis sesuai dengan keadaan lingkungan yang strategis didukung oleh
peningkatan penghasilan, maka aktivitas kepariwisataan akan semakin
meningkat ke arah yang lebih baik.
Suatu daerah yang mempunyai potensi kepariwisataan, baik wisata alam,
wisata budaya, maupun wisata bahari dapat dikelola dan dikembangkan
menjadi suatu daerah wisata. Pasal 4 Undang-Undang Nomor 10 Tahun
2009 tentang Kepariwisataan menyebutkan bahwa terdapat sepuluh tujuan
penyelenggaraan kepariwisataan Indonesia, yakni: (1) meningkatkan
pertumbuhan ekonomi, (2) meningkatkan kesejahteraan rakyat, (3)
2
menghapus kemiskinan, (4) mengatasi pengangguran, (5) melestarikan
alam, lingkungan , dan sumber daya, (6) memajukan kebudayaan, (7)
mengangkat citra bangsa, (8) memupuk rasa cinta tanah air, (9)
memperkukuh jati diri dan kesatuan bangsa, (10) mempererat persahabatan
antar bangsa.
Attar (2013: 76) menyatakan bahwa banyak wisatawan lokal maupun
wisatawan asing datang berkunjung dengan maksud tidak hanya untuk
melihat keindahan alamnya saja, tetapi juga ingin melihat dan mempelajari
budaya lokal yang terdapat di daerah sekitar tempat pariwisata tersebut.
Suatu budaya di setiap daerah akan muncul dan berbeda-beda dikarenakan
oleh kebiasaan sehari-hari yang dilakukan oleh penduduk lokal. Masyarakat
di setiap daerah harus diberdayakan semaksimal mungkin, karena hal itu
yang akan menjadi salah satu daya tarik wisatawan lokal maupun wisatawan
asing untuk datang berkunjung.
Indonesia sebagai negara dengan ribuan pulau beraneka ragam keindahan
alam dan penduduknya terdiri dari ratusan suku bangsa yang memiliki
potensi wisata alam, sosial, dan budaya yang besar. Potensi dan sumber
daya yang ada harus dikembangkan dan dimanfaatkan untuk menjadi objek
wisata yang menarik. Daya tarik utama wisatawan yang berkunjung ke
Indonesia adalah karena keindahan alam dan kekayaan seni budaya yang
sangat menarik untuk dikembangkan.
Yoeti (2008:4) menyatakan bahwa Indonesia adalah Negara Tujuan Wisata
(Tourist Destination Country), hal ini berarti Indonesia akan semakin
3
dituntut kesiapan sumber daya manusia pariwisata yang kompeten dan
profesional untuk mengantisipasi pertumbuhan pariwisata yang lebih cepat
dari pertumbuhan ekonomi. Pariwisata yang baik akan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dan meningkatkan pembangunan nasional. Salah
satu wilayah yang memiliki potensi sumber daya baik alam maupun budaya
yang beraneka ragam yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat adalah Provinsi Lampung.
Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang menjadi
daerah tujuan wisata dan menikmati maraknya perkembangan industri
wisata di Indonesia. Provinsi Lampung telah melakukan berbagai macam
aktivitas untuk membangun dan mengembangkan pariwisatanya dalam
rangka untuk mendukung tercapainya tujuan pariwisata Indonesia.
Pengembangan pariwisata erat kaitannya dengan pelestarian nilai-nilai
kebudayaan dan kepribadian bangsa dengan mengelola dan memanfaatkan
sumber daya dan potensi yang ada.
Kegiatan kepariwisataan di Provinsi Lampung cukup berkembang dengan
baik, terutama di Kabupaten Lampung Timur yang memiliki beraneka
ragam jenis wisata, seperti : wisata budaya dengan objek berupa
peninggalan ragam budaya dan tradisi, peninggalan sejarah dan purbakala,
wisata alam bahari maupun suaka margasatwa, dan berbagai jenis wisata
buatan yang sangat menarik untuk dikunjungi.
4
Tabel 1. Jenis Wisata Strategis di Kabupaten Lampung Timur
No Objek Wisata Jenis Wisata
1. Taman Nasional Way
Kambas Wisata Alam
2. Pantai Mangrove Center Wisata Alam
3. Danau Beringin Indah Wisata Alam
4. Pesanggrahan Way Curup Wisata Alam
5. Danau Way Jepara Wisata Alam
6. Taman Purbakala Pugung
Raharjo Wisata Budaya
7. Desa Tradisonal Wana Wisata Budaya
8. Museum Budaya Wisata Budaya
9. Agrowisata Balai Benih
Induk Wisata Buatan
10 Agrowisata Labuhan Ratu Wisata Buatan
Sumber : Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Timur No. 4 Tahun 2012 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lampung Timur Tahun 2011-
2031
Tabel 1. tentang Jenis Wisata Strategis di Kabupaten Lampung Timur
menyebutkan bahwa terdapat tiga jenis objek wisata yang menjadi objek
wisata strategis di Kabupaten Lampung Timur, yakni wisata alam, wisata
budaya, dan wisata buatan. Taman Purbakala Pugung Raharjo merupakan
salah satu objek wisata budaya yang cukup strategis dan menarik untuk
dikembangkan. Keunggulan yang dimiliki meliputi keindahan alam yang
masih asri, adanya punden-punden dan arca-arca peninggalan sejarah, serta
keramahan masyarakat sekitar objek wisata yang mampu menambah daya
tarik wisatawan.
Peraturan Daerah No. 3 Tahun 2016 tentang Rencana Induk Pengembangan
Pariwisata Daerah Kabupaten Lampung Timur Tahun 2016-2030
menyebutkan bahwa terdapat tiga objek wisata yang ditetapkan menjadi
5
Kawasan Wisata Unggulan (KWU), yaitu Taman Nasional Way Kambas,
Taman Purbakala Pugung Raharjo, dan Pantai Kerang Mas. Objek-objek
wisata tersebut dijadikan sebagai Kawasan Wisata Unggulan dengan
pertimbangan-pertimbangan penting, seperti mampu meningkatkan
kunjungan wisatawan nusantara dan mancanegara, mampu meningkatkan
kualitas kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat sekitar, dan mampu
menunjang program pembangunan pariwisata berkelanjutan di Kabupaten
lampung Timur.
Tabel 2. Jumlah Kunjungan Wisatawan Kawasan Wisata Unggulan (KWU)
Tahun 2012-2017
Sumber : Data Kepariwisataan Kabupaten Lampung Timur, Tahun 2018
Tabel 2. tentang Jumlah Kunjungan Wisatawan Kawasan Wisata Unggulan
(KWU) Tahun 2012-2017 menyebutkan bahwa Taman Purbakala Pugung
Raharjo adalah Kawasan Wisata Unggulan (KWU) yang memiliki jumlah
wisatawan paling sedikit dibandingkan dengan Taman Nasional Way
Kambas dan Pantai Kerang Mas. Hal ini tentunya menjadi catatan dari
Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Timur untuk mencari tahu
penyebab rendahnya jumlah wisatawan yang berkunjung ke Taman
No Objek
Wisata
Tahun
2012 2013 2014 2015 2016 2017
1. Taman
Nasional
Way
Kambas
23.863
jiwa
19.908
jiwa
22.763
jiwa
72.033
jiwa
168.783
jiwa
77.550
jiwa
2. Taman
Purbakala
Pugung
Raharjo
6.194
jiwa
3.401
jiwa
4.923
jiwa
4.757
jiwa
8.517
jiwa
13.257
jiwa
3. Pantai
Kerang
Mas
24.592
jiwa
21.604
jiwa
32.531
jiwa
(tidak
ada
data)
112.335
jiwa
38.600
jiwa
6
Purbakala Pugung Raharjo. Pemanfaatan dan pengelolaan objek wisata yang
belum maksimal dapat menjadi penyebab rendahnya jumlah wisatawan yang
berkunjung.
Nugroho (2014:657) mengemukakan bahwa pemerintah daerah memiliki
kewenangan untuk mengelola kekayaan daerah yang secara nyata ada dan
berpotensi meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai kekhasan,
kondisi, dan potensi unggulan daerah yang sesuai dengan karakteristik
daerah masing-masing. Strategi pengembangan objek wisata harus
dituangkan dalam produk formal agar dapat diimplementasikan dan juga
dievaluasi. Pemerintah dalam hal ini memiliki tanggung jawab mengatur,
membina, menyelenggarakan, dan mengendalikan pariwisata. Hal ini sesuai
dengan apa yang tertuang dalam Pasal 2 Peraturan Daerah Provinsi
Lampung No. 6 tahun 2012 tentang Kepariwisataan.
Hal inilah yang menjadi fokus dari Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung
Timur untuk terus mengembangkan Taman Purbakala Pugung Raharjo dan
dapat memperbaiki masalah-masalah yang ada. Berbagai cara telah
dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan nilai jual Taman Purbakala
agar menarik minat wisatawan. Salah satunya dengan mengeluarkan
kebijakan tentang memugar dan konservasi situs purbakala, menetapkan
situs purbakala sebagai kawasan strategis kabupaten dari sudut kepentingan
sosial budaya serta menyusun rencana rinci untuk pengembangan kawasan
Taman Purbakala Pugung Raharjo yang diatur dalam Peraturan Daerah
7
Kabupaten Lampung Timur No. 4 tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Lampung Timur Tahun 2011-2031.
Dinas Pariwisata Kabupaten Lampung Timur memiliki beberapa langkah
strategis demi memaksimalkan potensi daerah yang dimiliki oleh Kabupaten
Lampung Timur yang dituangkan dalam Peraturan Daerah Kabupaten
Lampung Timur No. 3 Tahun 2016 tentang Rencana Induk Pengembangan
Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kabupaten Lampung Timur Tahun 2016-
2030. Taman Purbakala Pugung Raharjo sebagai objek kawasan wisata
budaya memiliki arahan pengembangan yang tercantum di dalam RIPPDA,
yaitu:
1. Memperbaiki aksesibilitas jalan di dalam kawasan objek wisata yang
aman bagi wisatawan
2. Penyediaan sarana informasi budaya yang di dalamnya termuat
sejarah/historis dari objek wisata
3. Perbaikan sarana dan infrastruktur yang mendukung kegiatan wisata di
objek wisata tersebut
4. Pengemasan potensi alam, lingkungan desa dan budaya sebagai daya
tarik wisata.
Taman Purbakala Pugung Raharjo sebagai salah satu destinasi wisata
budaya di Kabupaten Lampung Timur memiliki program unggulan yang
dilakukan setiap tanggal 28 Oktober, yaitu Festival Napak Tilas Taman
Purbakala yang memiliki berbagai rangkaian kegiatan, seperti lomba tari
tradisional, kegiatan pramuka, lomba mewarnai, tour sejarah napak tilas dan
8
lain sebagainya untuk menarik wisatawan yang datang. Lomba fotografi
dengan latar belakang Taman Purbakala Pugung Raharjo pun kerap
dilakukan dengan hadiah menarik yang ditawarkan. Hal ini berdampak
langsung terhadap jumlah wisatawan yang berkunjung ke Taman Purbakala
Pugung Raharjo seperti yang dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3. Jumlah Kunjungan Wisatawan Objek Wisata Taman Purbakala
Pugung Raharjo Tahun 2012-2017
Tahun Jumlah Wisatawan
2012 6.194 jiwa
2013 3.401 jiwa
2014 4.923 jiwa
2015 4.757 jiwa
2016 8.517 jiwa
2017 13.257 jiwa
Sumber : Data dari Koord. Juru Pelihara Taman Purbakala Pugung Raharjo, Tahun
2018
Tabel 3. tentang Jumlah Kunjungan Wisatawan Objek Wisata Taman
Purbakala Pugung Raharjo Tahun 2012-2017 menyebutkan bahwa jumlah
pengunjung pada tahun 2013 mengalami penurunan sebanyak 45% dari
jumlah wisatawan pada tahun 2012. Tahun 2014, jumlah pengunjung
mengalami kenaikan sebanyak 44,7% dan pada tahun 2015 jumlah
pengunjung Taman Purbakala kembali mengalami penurunan sebanyak
3,4%. Hal ini menjadi koreksi dari berbagai pihak yang secara langsung atau
tidak langsung ikut berperan aktif dalam pengelolaan dan pengembangan
Taman Purbakala Pugung Raharjo, sehingga pada tahun 2016, jumlah
pengunjung Taman Purbakala Pugung Raharjo berhasil mengalami kenaikan
yang cukup signifikan, yaitu sebanyak 79% dibandingkan tahun 2015 dan
9
kemudian pada tahun 2017, jumlah pengunjung kembali mengalami
kenaikan yaitu sebesar 55,7% dari jumlah pengunjung tahun 2016.
Berdasarkan data tersebut, dapat terlihat bahwa pada tahun 2012 hingga
tahun 2015, jumlah wisatawan yang berkunjung ke Taman Purbakala
Pugung Raharjo mengalami ketidakseimbangan ditandai dengan kenaikan
lalu diikuti penurunan jumlah pengunjung dan begitu juga sebaliknya. Dua
tahun selanjutnya, yaitu tahun 2016 dan 2017 pemerintah daerah berhasil
mengembangkan upaya untuk meningkatkan jumlah pengunjung, hal ini
ditandai dengan meningkatnya jumlah pengunjung pada tahun 2016 dan
kembali meningkat pada tahun 2017.
Tabel 4. Jumlah Kunjungan Wisatawan Objek Wisata Taman Purbakala
Pugung Raharjo Kabupaten Lampung Timur Tahun 2017
Bulan Jumlah
Wisatawan Lokal
Jumlah
Wisatawan Asing
Januari 1.269 -
Februari 1.147 -
Maret 1.231 -
April 1.496 -
Mei 706 -
Juni 983 3
Juli 1.176 5
Agustus 211 1
September 198 2
Oktober 3.585 -
November 341 1
Desember 914 2
JUMLAH 13.257 14
Sumber : Data dari Koord. Juru Pelihara Taman Purbakala Pugung Raharjo, Tahun
2018
10
Tabel 4. tentang Jumlah Kunjungan Wisatawan Objek Wisata Taman
Purbakala Pugung Raharjo Kabupaten Lampung Timur Tahun 2017
menyebutkan bahwa wisatawan banyak berkunjung pada saat musim liburan
dan saat diadakannya event-event khusus di Taman Purbakala Pugung
Raharjo. Jumlah pengunjung paling banyak terjadi pada Bulan Oktober,
dimana pada bulan tersebut Bupati Lampung Timur mengadakan sebuah
festival yang dinamakan Festival Napak Tilas Taman Purbakala yang
diadakan di Taman Purbakala Pugung Raharjo. Hal ini dapat disimpulkan
bahwa, banyak wisatawan akan berkunjung pada saat diadakannya festival
atau event-event khusus untuk menarik minat serta nilai jual objek wisata
Taman Purbakala Pugung Raharjo tersebut.
Penelitian yang dilakukan oleh Primadany (2013) menyatakan bahwa
perkembangan dan kemajuan suatu objek wisata dipengaruhi oleh upaya
pemerintah daerah dalam mempromosikan dan membuat kebijakan yang
tepat dan efisien. Objek wisata memerlukan suatu strategi yang terencana
dan tersusun agar objek wisata tersebut dapat berkembang secara optimal.
Peran pemerintah daerah adalah sebagai motor penggerak yang memiliki
kewenangan dalam pengembangan objek wisata.
Pengembangan dan pengelolaan objek Taman Purbakala Pugung Raharjo
hendaknya dilakukan dengan cara yang lebih fokus dan mendalam karena
Taman Purbakala Pugung Raharjo merupakan salah satu cagar budaya yang
sangat penting untuk untuk dilestarikan serta merupakan dasar filosofi yang
digunakan sebagai warisan budaya untuk jati diri dan dikaitkan dengan
11
fungsi pendidikan, manfaat ekonomis melalui kepariwisataan, dan fungsi
akademis untuk menjaga dan menyelamatkan basis data tentang sumber
daya tersebut.
Bentuk pelestarian cagar budaya berbeda dengan pelestarian objek wisata
lainnya. Diperlukan perlakuan khusus untuk tetap mempertahankan keaslian
objek dan menjaganya agar tidak punah. Undang-Undang No. 11 Tahun
2010 Tentang Cagar Budaya menjelaskan pelestarian diperlukan sebagai
upaya untuk mempertahankan keberadaan cagar budaya dan nilainya dengan
cara melindungi, mengembangkan, dan memanfaatkannya.
Bangunan bersejarah dikategorikan sebagai bangunan cagar budaya juga
digunakan sebagai upaya pemerintah dalam melindungi dan melestarikan
kekhasan suatu wilayah. Perlindungan terhadap benda cagar budaya yang
termuat dalam Undang-Undang No. 11 Tahun 2010 dalam pasal 3
menjelaskan bahwa pelestarian terhadap cagar budaya bertujuan untuk:
a. Melestarikan warisan budaya bangsa dan warisan umat manusia
b. Meningkatkan harkat dan martabat bangsa melalui cagar budaya
c. Memperkuat kepribadian bangsa
d. Meningkatkan kesejahteraan rakyat
e. Mempromosikan warisan budaya bangsa kepada masyarakat
internasional.
Hal itu tidaklah mudah untuk dilakukan dan diperlukan usaha yang
maksimal dari Pemerintah Kabupaten Lampung Timur, masyarakat serta
berbagai pihak yang secara langsung maupun tidak langsung berkaitan
12
dengan pelestarian serta pengembangan pariwisata agar upaya tersebut
dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Berdasarkan penelusuran, peneliti
menemukan sejumlah penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian
yang akan diteliti. Berikut ini adalah penelitian terdahulu yang peneliti
sajikan dalam bentuk tabel.
Tabel 5. Penelitian Terdahulu
No. Nama Peneliti Tahun Judul Penelitian
1. Lusita Intan 2017
Implementasi Kebijakan
Pengembangan Objek Wisata
Pantai Tanjung Setia Kecamatan
Pesisir Selatan Kabupaten Pesisir
Barat
2. Intan Anggraeni 2017
Implementasi Kebijakan
Pengelolaan Taman Nasional Way
Kambas Terhadap Status Sosial
Ekonomi Masyarakat Sekitar
Kawasan
(Studi pada Taman Nasional Way
Kambas, Lampung Timur,
Lampung)
3.
Superda A.
Masyono
Bambang Suhada
2015
Strategi Pengembangan Sektor
Kepariwisataan di Kabupaten
Lampung Timur
4. Hermawan
Pratidina 2015
Model Implementasi Kebijakan
Pengembangan Pariwisata dalam
Meningkatkan Destinasi
Pariwisata di Kabupaten Bogor
5. Nanang Saptono 2012
Situs Pugung Raharjo dalam
Konteks Pengembangan
Pariwisata Sumber : Diolah Peneliti, Tahun 2018
Perbedaan penelitian yang akan peneliti lakukan dengan penelitian-
penelitian terdahulu adalah pada penelitian yang dilakukan oleh Intan
(2017) hanya menganalisis masalah dan hambatan dalam implementasi
kebijakan Objek Wisata Tanjung Setia yang dipengaruhi oleh faktor sumber
daya, baik sumber daya manusia maupun sumber daya finansial sehingga
13
membuat implementasi kebijakan tidak berjalan dengan sebagaimana
mestinya. Penelitian yang dilakukan oleh Intan (2017) mengambil
kesimpulan bahwa implementasi kebijakan objek wisata Tanjung Setia
masih memiliki hambatan dalam faktor sumber daya dan komunikasi antar
agen pelaksana.
Penelitian kedua dilakukan oleh Anggraeni (2017) dengan mengambil
lokasi pada Taman Nasional Way Kambas. Penelitian tersebut
menggunakan model implementasi kebijakan milik George C. Edward III
dengan beberapa variabel yang digunakan sebagai acuan penelitian.
Penelitian ini menggunakan tipe penelitian eksplanatori dan menggunakan
pendekatan kuantitatif yang bertujuan untuk menganalisis hubungan-
hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya yang saling
mempengaruhi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat
pengaruh positif antara implementasi kebijakan pengelolaan Taman
Nasional Way Kambas terhadap status sosial ekonomi masyarakat di sekitar
kawasan.
Penelitian ketiga merupakan jurnal yang ditulis oleh Masyono dan Bambang
Suhada (2015) dengan mengambil fokus pada penataan dan pengembangan
berbagai objek wisata yang ada di Kabupaten Lampung Timur secara
gradual dan sistematis dengan melengkapi segala fasilitas pendukungnya.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menetapkan objek
pariwisata yang perlu mendapatkan skala prioritas sebagai wisata unggulan
14
yang akan dikembangkan serta mendapat rumusan strategi dalam rangka
pengembangan objek wisata di Kabupaten Lampung Timur.
Penelitian keempat merupakan jurnal yang ditulis oleh Hermawan dan
Pratidina (2015) dimana membahas mengenai pelaksanaan pembangunan
bidang kepariwisataan di Indonesia selama ini secara umum selalu
menghadapi masalah pokok, yaitu: keterbatasan SDM kepariwisataan, baik
secara kuantitas maupun kualitas (kompeten dan professional); belum
baiknya infrastruktur (sarana dan prasarana), khususnya akses jalan dan
jaringan transportasi, menuju destinasi sehingga berpengaruh terhadap
kinerja sektor kepariwisatan; serta koordinasi lintas-instansi dan lintas-
pelaku yang belum optimal.
Penelitian kelima merupakan jurnal yang ditulis oleh Saptono (2012) yang
memfokuskan pada persepsi masyarakat terhadap kawasan Taman
Purbakala Pugung Raharjo. Peneliti mengemukakan bahwa untuk
mengembangkan wisata diperlukan adanya potensi dan persepsi masyarakat.
Metode yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah deskriptif
khususnya metode rapid rural appraisal (RRA), participstory rural
appraisal (PRA) atau partisipasi penilaian masyarakat dan metode
participatory learning actions (PLA) atau partisipari tindakan pembelajaran.
berdasarkan potensi, persepsi, serta berbagai peluang, pengembangan
pariwisata di Pugung Raharjo agar bersifat berkelanjutan dilakukan secara
terpadu dengan melibatkan peran masyarakat.
15
Berdasarkan pemaparan masalah tersebut, peneliti menganggap penting
untuk melakukan penelitian untuk mengetahui pengembangan objek wisata
Taman Purbakala Pugung Raharjo. Peneliti tertarik ingin melakukan
penelitian dengan judul “Konservasi dan Revitalisasi Cagar Budaya
Pugung Raharjo Kabupaten Lampung Timur (Studi pada Objek
Wisata Taman Purbakala Pugung Raharjo)”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti mengambil
rumusan masalah yaitu “Bagaimanakah pengembangan dan pelestarian yang
dilakukan oleh pemerintah daerah terhadap cagar budaya Taman Purbakala
Pugung Raharjo?”
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang diangkat, maka tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui pengembangan dan pelestarian Taman Purbakala Pugung
Raharjo, Kecamatan Sekampung Udik, Kabupaten Lampung Timur dengan
menggunakan aspek-aspek pengembangan pariwisata menurut Medlik,
manajemen pariwisata yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata Kabupaten
Lampung Timur, dan upaya konservasi dan revitalisasi cagar budaya yang
dilakukan.
16
D. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini adalah :
1. Kegunaan Teoritis
Secara teoritis, hasil dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan
kontribusi terhadap pemikiran dan menambah ilmu pengetahuan dalam
kajian Ilmu Pemerintahan, khususnya dalam lingkup pelestarian cagar
budaya.
2. Kegunaan Praktis
Secara praktis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan
sebagai masukan dan sumbangan pemikiran oleh Dinas Pariwisata
Kabupaten Lampung Timur atau bagi pembuat kebijakan (stakeholder)
untuk dapat memberikan alternatif dalam mengembangkan wisata
Taman Purbakala Pugung Raharjo dengan memperhatikan berbagai hal
yang dapat menjadi suatu penghalang di masa yang akan datang.
Penelitian ini juga diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan
masyarakat untuk ikut serta mengembangkan dan mengelola objek
wisata Taman Purbakala agar dapat memberikan keuntungan untuk
masyarakat dan lingkungan sekitar objek wisata.
17
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Kepariwisataan
Pariwisata adalah suatu kegiatan yang bersifat sementara dimana seseorang
bepergian ke suatu tempat dengan alasan tertentu. Hal ini sesuai dengan
pendapat Suwantoro (2004:3) yang mengungkapkan bahwa pengertian
pariwisata adalah suatu proses kepergian sementara dari seseorang atau
lebih menuju tempat lain di luar tempat tinggalnya. Dorongan kepergiannya
adalah karena berbagai kepentingan baik karena kepentingan ekonomi,
kepentingan politik, sosial, agama, maupun kepentingan lain seperti untuk
menambah pengetahuan atau hanya sekedar untuk menambah pengalaman
hidup.
Kata pariwisata berasal dari kata “pari” dan “wisata”. Pari artinya banyak,
berkali-kali, dan berputar-putar, sedangkan wisata berarti perjalanan atau
bepergian. Istilah pariwisata juga berhubungan erat dengan pengertian
perjalanan wisata, yaitu sebagai suatu perubahan tempat tinggal sementara
seseorang di luar tempat tinggalnya karena suatu alasan dan bukan untuk
melakukan kegiatan yang menghasilkan upah. Jadi, pengembangan
pariwisata merupakan suatu rangkaian upaya untuk mewujudkan kesesuaian
dalam penggunaan berbagai sumber daya pariwisata yang memanfaatkan
18
berbagai aspek yang berkaitan secara langsung maupun tidak langsung
dengan kelangsungan pengembangan pariwisata.
Strategi pengembangan pariwisata bertujuan untuk mengembangkan produk
dan pelayanan yang berkualitas, seimbang dan bertahap. Interaksi sosiologis
dalam pengembangan pariwisata mengakibatkan timbulnya eksternalitas
positif maupun negatif. Pendekatan multidisiplin harus diberlakukan dalam
pembangunan dan pengembangan pariwisata yang semakin kompleks.
Berkaitan dengan hal ini, maka pendidikan pariwisata diharapkan mampu
memberikan kontribusi yang berarti, yang berupa sumbangan-sumbangan
pemikiran maupun tindakan nyata yang dibutuhkan untuk pengembangan
kepariwisataan.
Ada dua pedoman umum untuk suatu organisasi pariwisata yang baik, yaitu
harus terjalinnya kerjasama dan koordinasi diantara :
a. Para pejabat yang duduk dalam organisasi baik tingkat nasional,
provinsi, maupun lokal
b. Para pengusaha yang bergerak dalam industry pariwisata seperti usaha
perjalanan, usaha penginapan, usaha angkutan, usaha rekreasi dan
sektor hiburan, lembaga keuangan pariwisata, usaha cinderamata, dan
pedagang umum.
c. Organisasi yang tidak mencari untung yang erat kaitannya dengan
pariwisata
d. Asosiasi profesi dalam pariwisata.
19
Pengembangan pariwisata memerlukan dukungan kebijakan pariwisata yang
tepat serta mampu menjadi pijakan dan panduan bagi tindakan strategis di
masa mendatang. Hal ini penting bagi pengembangan pariwisata yang
berkelanjutan. Suwantoro (2004:57) mengatakan bahwa untuk
mengembangkan objek pariwisata di Indonesia, terdapat beberapa pola
kebijakan yang harus diperhatikan agar mampu mengembangkannya secara
maksimal. Pola kebijakan objek wisata tersebut meliputi :
a. Prioritas pengembangan objek
b. Pengembangan pusat-pusat penyebaran kegiatan wisatawan
c. Meningkatkan kegiatan penunjang pengembangan objek wisata.
1. Objek Wisata
Objek dan daya tarik wisata merupakan salah satu unsur penting dalam
dunia kepariwisataan. Objek dan daya tarik wisata dapat mensukseskan
program pemerintahan dalam melestarikan adat dan budaya bangsa
sebagai asset yang dapat dijual kepada wisatawan. Pendit (1999: 11)
mengemukakan bahwa jenis-jenis pariwisata tersebut adalah sebagai
berikut:
a. Wisata Budaya
Perjalanan yang dilakukan atas dasar keinginan untuk memperluas
pandangan hidup seseorang dengan jalan mengadakan kunjungan
atau peninjauan ke tempat lain atau ke luar negeri, mempelajari
keadaan rakyat, kebiasaan adat istiadat mereka, cara hidup mereka,
budaya dan seni mereka. Seiring perjalanan serupa ini disatukan
20
dengan kesempatan-kesempatan mengambil bagian dalam kegiatan
budaya, seperti eksposisi seni (seni tari, seni drama, seni musik, dan
seni suara), atau kegiatan yang bermotif kesejarahan dan sebagainya.
b. Wisata Cagar Alam (Taman Konservasi)
Jenis wisata ini biasanya diselenggarakan oleh agen atau biro
perjalanan yang mengkhususkan usaha-usaha dengan jalan mengatur
wisata ke tempat atau daerah cagar alam, taman lindung, hutan
daerah pegunugan dan sebagainya yang kelestariannya dilindungi
oleh undang-undang.
c. Wisata Maritim atau Bahari
Jenis wisata ini banyak dikaitkan dengan kegiatan olahraga di air,
lebih-lebih di danau, pantai, teluk, atau laut seperti memancing,
berlayar, menyelam sambil melakukan pemotretan, kompetisi
berselancar serta berbagai rekreasi perairan yang banyak dilakukan
di daerah-daerah maritim.
d. Wisata Konvensi
Berbagai negara membangun wisata konvensi dengan menyediakan
fasilitas bangunan dengan ruangan-ruangan tempat bersidang bagi
para peserta suatu konferensi, musyawarah, konvensi atau pertemuan
lainnya baik yang bersifat nasional maupun internasional.
21
e. Wisata Pertanian (Agrowisata)
Jenis wisata ini biasanya digunakan untuk tujuan studi maupun
melihat–lihat keliling sambil menikmati segarnya tanaman beraneka
warna dan suburnya pembibitan berbagai jenis sayur–mayur dan
palawija di sekitar perkebunan yang dikunjungi.
f. Wisata Buru
Jenis wisata ini banyak dilakukan di negera-negara yang memang
memiliki daerah atau hutan tempat berburu yang dibenarkan oleh
pemerintah dan digalakkan oleh berbagai agen atau biro perjalanan.
Wisata buru ini diatur dalam bentuk safari buru ke daerah atau hutan
yang telah ditetapkan oleh pemerintah negara yang bersangkutan.
g. Wisata Ziarah
Jenis wisata ini dikaitkan dengan agama, sejarah, adat istiadat, dan
kepercayaan umat atau kelompok dalam masyarakat. Wisata ziarah
banyak dilakukan oleh perorangan atau rombongan ke tempat-tempat
suci, ke makam-makam orang besar atau pemimpin yang
diagungkan.
B. Manajemen Pariwisata
Suwantoro (2004:3) mengungkapkan bahwa pengertian pariwisata adalah
suatu proses kepergian sementara dari seseorang atau lebih menuju tempat
lain di luar tempat tinggalnya. Dorongan kepergiannya adalah karena
berbagai kepentingan baik karena kepentingan ekonomi, kepentingan
politik, sosial, agama, maupun kepentingan lain seperti untuk menambah
22
pengetahuan atau hanya sekedar untuk menambah pengalaman. Yoeti
(2008:21) menjelaskan bahwa suatu perjalanan dianggap sebagai perjalanan
wisata bila memenuhi tiga persyaratan yang diperlukan, yaitu:
1. Harus bersifat sementara.
2. Harus bersifat sukarela (voluntary) dalam arti tidak terjadi karena
dipaksa.
3. Tidak bekerja yang sifatnya menghasilkan upah atau bayaran.
Sedangkan istilah manajemen sering diidentikkan dengan istilah
pengelolaan. Tidak sedikit orang yang mengartikan pengelolaan sama
dengan arti manajemen. Antara manajemen dan pengelolaan memiliki
tujuan yang sama, yaitu tercapainya tujuan organisasi lembaga. G. R. Terry
(Hasibuan, 2001: 12) mengartikan bahwa manajemen adalah suatu proses
yang khas yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian yang dilakukan untuk
menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditentukan melalui
pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya.
Pada dasarnya, pembahasan tentang manajemen adalah pembahasan tentang
beberapa fungsi fundamental yang harus dilaksanakan untuk memperoleh
gambaran utuh tentang apa yang mesti dilakukan demi tercapainya tujuan
bersama. G. R. Terry (Hasibuan, 2001: 14) memberikan gambaran yang
lebih jelas tentang fungsi manajemen, yaitu:
1. Perencanaan (planning)
2. Pengorganisasian (organizing)
23
3. Penggerakan (actuating)
4. Pengawasan (controlling)
Berikut ini adalah penjelasan dari keempat fungsi manajemen tersebut:
a. Perencanaan (Planning)
Perencanaan adalah fungsi yang sangat vital yang bukan hanya tugas
seorang pemimpin tetapi juga harus melibatkan setiap orang dalam
sebuah organisasi guna menentukan apa yang harus dikerjakan dan
bagaimana cara mencapainya.
b. Pengorganisasian (Oragnizing)
Pengorganisasian adalah mengalokasikan seluruh pekerjaan yang harus
dilaksanakan antara kelompok kerja, menetapkan wewenang relative
serta tanggung jawab masing-masing individu atas komponen kerja, dan
menyediakan lingkngan kerja yang tepat dan sesuai. Dengan kata lain,
pengorganisasian adalah kegiatan yang berhubungan dengan mengatur
manusia atau pegawai sebuah lembaga.
c. Penggerakan (Actuating)
Pergerakan adalah tindakan untuk mengusahakan agar semua anggota
suka berusaha untuk mencapai sasaran-sasaran agar sesuai dengan
perencanaan dan usaha-usaha organisasi. Penggerkan atau pelaksanaan
dilakukan setelah fungsi perencanaan, agar pelaksanaan berjalan sesuai
dengan perencanaan maka sangat ditekankan pada bagaimana cara atau
strategi seorang pemimpin dalam menggerakan pegawainya. Hal ini
sangat penting untuk menghindari agar bawahan tidak melaksanakan
24
tugasnya di bawah tekanan atau paksaan tetapi atas dasar pilihan sadar
dengan penuh tanggung jawab.
d. Pengawasan (Controlling)
Tanpa adanya fungsi pengawasan maka fungsi-fungsi yang lainnya tidak
akan berjalan efektif dan efisien karena pengawasan tidak hanya
berlangsung pada saat pelaksanaan tetapi juga pada saat perencanaan
dan pengorganisasian. Pada dasarnya dalam fungsi pengawasan juga
terdapat proses pengevaluasian untuk menjaga agar seluruh kegiatan
tidak melenceng dari tujuan yang ingin dicapai.
Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa manajemen pariwisata
adalah suatu tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian,
penggerakan, dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta
mencapai sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya
manusia dan sumber daya lainnya dalam bidang pariwisata. Manajemen
pariwisata memerlukan aspek potensi yang dimiliki oleh objek wisata
tersebut sebagai input awal penawaran wisata agar dapat dilakukan proses
manajemen. Konsep manajemen dan pariwisata terlebih dahulu akan
dijelaskan dengan konsep-konsep sebagai berikut:
a. Aspek Penawaran Pariwisata
Medlik (Ariyanto,2005:45) mengatakan bahwa terdapat empat aspek
yang harus diperhatikan dalam penawaran pariwisata. Aspek-aspek
tersebut adalah:
25
4. Attraction (daya tarik), dimana daerah tujuan wisata dalam menarik
wisatawan hendaknya memiliki daya tarik baik daya tarik berupa
alam maupun masyarakat dan budayanya .
5. Accesable (bisa dicapai), hal ini dimaksudkan agar wisata domestik
dan mancanegara dapat dengan mudah dalam pencapaian tujuan ke
tempat wisata.
6. Fasilitas (Amenities), syarat yang ketiga ini memang menjadi salah
satu syarat Daerah Tujuan Wisata (DTW) dimana wisatawan dapat
dengan kerasan tinggal lebih lama di daerah tersebut.
4. Adanya Lembaga Pariwisata (Ancillary), wisatawan akan semakin
sering mengunjungi dan mencari DTW (Daerah Tujuan Wisata)
apabila di daerah tersebut wisatawan dapat merasakan keamanan,
(Protection of Tourism) dan terlindungi baik melaporkan maupun
mengajukan suatu kritik dan saran mengenai keberadaan mereka
selaku pengunjung / orang bepergian.
b. Aspek Permintaan Pariwisata
Lebih lanjut Medlik (Ariyanto,2005:48) menjelaskan terdapat tiga
pendekatan yang digunakan untuk menggambarkan permintaan
pariwisata, tiga pendekatan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Pendekatan ekonomi, pendapat para ekonom mengatakan dimana
permintaan pariwisata menggunakan pendekatan elastisitas
permintaan/pendapatan dalam menggambarkan hubungan antara
26
permintaan dengan tingkat harap ataukah permintaan dengan
variabel lainnya.
2. Pendekatan geografi, para ahli geografi berpendapat bahwa untuk
menafsirkan permintaan harus berpikir lebih luas dari sekedar
penaruh harga, sebagai penentu permintaan karena termasuk yang
telah melakukan perjalanan maupun yang karena suatu hal belum
mampu melakukan wisata karena suatu alasan tertentu.
3. Pendekatan psikologi, para ahli psikologi berpikir lebih dalam
melihat permintaan pariwisata, termasuk interaksi antara kepribadian
calon wisatawan, lingkungan dan dorongan dari dalam jiwanya
untuk melakukan kepariwisataan.
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Pariwisata
Medlik (Ariyanto,2005:51) mengungkapkan bahwa faktor utama dan
faktor lain yang mempengaruhi permintaan pariwisata dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1. Harga, harga yang tinggi pada suatu daerah tujuan wisata maka
akan memberikan imbas/timbal balik pada wisatawan yang akan
bepergian/calon wisata, sehingga permintaan wisatapun akan
berkurang begitupula sebaliknya.
2. Pendapatan, apabila pendapatan suatu negara tinggi maka
kecendrungan untuk memilih daerah tujuan wisata sebagai tempat
berlibur akan semakin tinggi dan bisa jadi mereka membuat sebuah
27
usaha pada Daerah Tujuan Wisata (DTW) jika dianggap
menguntungkan.
3. Sosial Budaya, dengan adanya sosial budaya yang unik dan
bercirikan atau dengan kata lain berbeda dari apa yang ada di negara
calon wisata berasal maka, peningkatan permintaan terhadap wisata
akan tinggi hal ini akan membuat sebuah keingintahuan dan
penggalian pengetahuan sebagai khasanah kekayaan pola pikir
budaya mereka.
4. Sospol (Sosial Politik), dampak sosial politik belum terlihat apabila
keadaan Daerah Tujuan Wisata (DTW) dalam situasi aman dan
tenteram, tetapi apabila hal tersebut berseberangan dengan
kenyataan, maka sospol akan sangat terasa dampak atau
pengaruhnya dalam terjadinya permintaan.
5. Intensitas keluarga, banyak atau sedikitnya keluarga juga berperan
serta dalam permintaan wisata hal ini dapat diratifikasi bahwa
jumlah keluarga yang banyak maka keinginan untuk berlibur dari
salah satu keluarga tersebut akan semakin besar, hal ini dapat dilihat
dari kepentingan wisata itu sendiri.
6. Harga barang substitusi, harga barang pengganti juga termasuk
dalam aspek permintaan. Barang-barang pengganti dimisalkan
sebagai pengganti Daerah Tujuan Wisata (DTW) yang dijadikan
cadangan dalam berwisata seperti : Bali sebagai tujuan wisata utama
28
di Indonesia, akibat suatu dan lain hal Bali tidak dapat memberikan
kemampuan dalam memenuhi syarat-syarat Daerah Tujuan Wisata
(DTW), sehingga secara tidak langsung wisatawan akan mengubah
tujuannya kedaerah terdekat seperti Malaysia dan Singapura.
7. Harga barang komplementer, barang yang saling membantu atau
dengan kata lain barang komplementer adalah barang yang saling
melengkapi, dimana apabila dikaitkan dengan pariwisata barang
komplementer ini sebagai obyek wisata yang saling melengkapi
dengan obyek wisata lainnya.
d. Prinsip-Prinsip Dasar Pengelolaan Pariwisata
Pengelolaan pariwisata haruslah mengacu pada prinsip-prinsip
pengelolaan yang menekankan nilai-nilai kelestarian lingkungan alam,
komunitas, dan nilai sosial yang memungkinkan wisatawan menikmati
kegiatan wisatanya serta bermanfaat bagi kesejahteraan komunitas
lokal. Pengelolaan pariwisata harus memperhatikan prinsip-prinsip
berikut:
1. Pembangunan dan pengemabangan pariwisata haruslah didasarkan
pada kearifan lokal yang merefleksikan keunikan peninggalan
bdaya dan keunikan lingkungan.
2. Preservasi, proteksi, dan peningkatan kualitas sumber daya yang
menjadi basis pengembangan kawasan pariwisata,
3. Pengembangan atraksi wisata ditambah yang mengakar pada
khasanah budaya lokal.
29
4. Pelayanan kepada wisatawan yang berbasis keunikan budaya dan
lingkungan lokal.
5. Memberikan dukungan dan legitimasi pada pembangunan dan
pengembangan pariwisata jika terbukti memberikan manfaat
positif, tetapi sebaliknya mengendalikan atau menghentikan
aktivitas pariwisata tersebut jika melampaui ambang batas
(carrying capacity) lingkungan alam atau akseptabilitas sosial
walaupun di sisi lain mampu meningkatkan pendapatan masyarakat
sekitar.
C. Kajian Ilmu Arkeologi
Arkeologi adalah salah satu ilmu penting dalam dunia pengetahuan.
Sedyawati (2012:18) mengemukakan bahwa arkeologi adalah disiplin ilmu
yang tujuannya untuk mengungkapkan kehidupan manusia masa lalu
melalui kajian-kajian atas tinggalan-tinggalan kebendaannya. Tanudirjo
(2000:17) menjelaskan bahwa dalam studi arkeologi terdapat temuan-
temuan berupa benda, bisa juga disebut dengan material resource atau
cultural resource yang memiliki nilai penting sejarah, ilmu pengetahuan dan
kebudayaan yang sangat memungkinkan untuk dilindungi serta dilestarikan.
Tanudirjo (2000:19) menjelaskan bahwa sumber daya arkeologi merupakan
dasar filosofi yang kegunaannya sebagai warisan budaya untuk jati diri
(cultural identity) dikaitkan dengan fungsi pendidikan, manfaat ekonomis
melalui kepariwisataan, dan fungsi akademis untuk menjaga dan
menyelamatkan basis data tentang sumber daya tersebut. Objek arkeologi
30
merupakan objek yang tidak dapat dipindahkan (non moveable) dengan
pengertian bahwa konteks ruang sedapat mungkin dipertahankan, maka
untuk melestarikan serta melindungi suatu objek arkeologi memerlukan
bantuan bidang ilmu lainnya seperti bidang ilmu konservasi.
Upaya penanganan objek arkeologi yang memiliki sifat terbatas, tidak dapat
diperbaharui, sangat rapuh dan kemampuan bertahan pada bahan sangat
rentan akan kerusakan, oleh karena itu membutuhkan penerapan ilmu bantu
yaitu ilmu konservasi. Konservasi merupakan ilmu yang bertujuan untuk
menjaga kelangsungan keanekaragaman seperti makhluk hidup maupun
benda mati dan memeliharanya agar tidak punah. Tjandrasasmita (1995: 65)
mengemukakan bahwa upaya pelestarian dilakukan dengan tetap
memperhatikan bentuk aslinya, sehingga perlu diadakan studi konservasi.
Tjandrasasmita (1995:29) mengemukakan bahwa konservasi dalam
pengertian yang sederhana adalah kegiatan perawatan dengan cara
pengawetan terhadap benda cagar budaya yang telah mengalami pelapukan
dan kerusakan baik secara mekanis, fisis, kimia, maupun biologi.
Konservasi memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya perbaikan,
pemeliharaan, penyusunan kembali komponen suatu bangunan pada bentuk
aslinya tanpa mengabaikan nilai sejarah, arkeologi, arsitektur, dan
sebagainya.
Konservasi pada dasarnya merupakan kajian ilmu yang bersifat memelihara
dan melestarikan suatu objek agar tetap ada hingga dimasa yang akan
datang. Upaya yang dilakukan untuk memelihara untuk memelihara dan
31
melestarikan sumber daya arkeologi semaksimal mungkin tanpa
menghilangkan nilai yang ada pada objek arkeologi tersebut, oleh karena itu,
dalam pelaksanaannya harus melalui pedoman-pedoman yang berlaku secara
hukum. Cara merawat cagar budaya untuk mencegah dan menanggulagi
kerusakan telah diatur dalam Undang-Undang No. 11 Tahun 2010 Tentang
Cagar Budaya.
Pelestarian dan perawatan cagar budaya yang telah diatur dalam Undang-
Undang No. 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya dilakukan dengan
pembersihan, pengawetan, dan perbaikan atas kerusakan dengan
memperhatikan keaslian bentuk, tata letak, gaya, bahan, dan / atau teknologi
cagar budaya. Dalam melakukan pelestarian, pemerintah daerah juga
melakukan konservasi dan revitalisasi terhadap objek cagar budaya agar
tidak punah di zaman modern ini.
Undang-Undang No. 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya menjelaskan
bahwa konservasi adalah tindakan untuk melakukan perlindungan atau
pengawetan atau sebuah kegiatan untuk melestarikan sesuatu dari kerusakan,
kehancuran, kehilangan, dan sebagainya. Secara umum pengertian
konservasi adalah suatu usaha pemeliharaan, pengelolaan, dan perlindungan
secara berkesinambungan yang dilakukan terhadap sesuatu untuk
menghindari kepunahan dan kerusakannya dengan cara mengawetkan,
melestarikan, atau mengefiensikan penggunaannya. Konservasi bukan berarti
menghentikan sama sekali pemanfaatan lingkungan, hanya saja
32
pemanfaatannya harus diperhatikan dengan bijaksana. Konservasi meliputi
tiga hal, yaitu:
1. Perlindungan, berarti melindungi proses ekologis dan sistem penyangga
kehidupan.
2. Pelestarian, berarti melestarikan sumber daya alam dan keanekaragaman
hayati.
3. Pemanfaatan, berarti memanfaatkan secara bijaksana sumber daya alam
dan lingkungannya.
Tujuan dari dilakukannya kegiatan konservasi terhadap objek-objek cagar
budaya adalah sebagai berikut:
a. Untuk memelihara maupun melindungi tempat-tempat yang dianggap
bernilai supaya tidak hancur, beralih, berganti, bersalin, bertukar atau
punah.
b. Untuk menekankan kembali pada pemakaian bangunan lama supaya
tidak terlantar, disini maksudnya apakah dengan cara menghidupkan
kembali guna yang sebelumnya dari bangunan tersebut atau mengganti
fungsi lama dengan fungsi baru yang memang diperlukan.
c. Untuk melindungi benda-benda sejarah ataupun benda jaman purbakala
dari kehancuran atau kerusakan yang diakibatkan oleh faktor alam,
mikro organism, dan kimiawi.
d. Untuk melindungi benda-benda remover alam yang dilakukan langsung
yaitu dengan teknik membersihkan, memelihara, dan membaguskan baik
itu secara fisik maupun secara langsung dari pengaruh berbagai macam
33
aspek, misalnya seperti faktor kawasan yang bisa merusak benda-benda
tersebut.
Pengertian revitalisasi yang tercantum dalam Undang No. 11 Tahun 2010
Tentang Cagar Budaya adalah kegiatan pengembangan yang ditujukan
untuk menumbuhkan kembali nilai-nilai penting cagar budaya dengan
penyesuaian fungsi ruang baru yang tidak bertentangan dengan prinsip
pelestarian dan nilai budaya masyarakat. Proses revitalisasi sebuah kawasan
mencakup perbaikan aspek fisik, aspek ekonomi, dan aspek sosial.
Pendekatan revitalisasi harus mampu mengenali dan memanfaatkan potensi
lingkungan (sejarah, makna, keunikan lokasi, dan citra tempat). Untuk
melaksanakan revitalisasi perlu adanya keterlibatan masyarakat.
Keterlibatan yang dimaksud bukan sekedar ikut serta untuk mendukung
aspek formalitas yang memerlukan adanya partisipasi masyarakat, selain itu
masyarakat yang terlibat tidak hanya masyarakat di lingkungan itu saja,
tetapi masyarakat dalam arti luas.
Tujuan dari revitalisasi kawasan adalah untuk meningkatkan vitalitas
kawasan terbangun melalui intervensi perkotaan yang mampu menciptakan
pertumbuhan dan stabilitas ekonomi lokal, terintegrasi dengan sistem kota,
layak huni, berkeadilan sosial, berwawasan budaya dan lingkungan. Sasaran
dalam revitalisasi ini adalah:
34
1. Meningkatnya stabilitas ekonomi kawasan melalui ntervensi untuk:
a. Meningkatkan kegiatan yang mampu mengembangkan penciptaan
lapangan kerja, peningkatan jumlah usaha dan variasi usaha serta
produktivitas kawasan.
b. Menstimulasi faktor-faktor yang mendorong peningkatan
produktivitas kawasan.
c. Mengurangi jumlah kapital bergerak keluar kawasan dan
meningkatkan investasi yang masuk ke dalam kawasan.
2. Mengembangkan penciptaan iklim yang kondusif bagi kontinuitas dan
kepastian usaha.
3. Meningkatnya nilai properti kawasan dengan mereduksi berbagai faktor
eksternal yang menghambat sebuah kawasan sehingga nilai properti
kawasan sesuai dengan niai pasar dan kondusif bagi investasi jangka
panjang.
4. Terintegrasinya kantong-kantong kawasan kumuh yang terisolir dengan
sistem kota dari segi spasial, prasaranan, sarana serta kegiatan ekonomi,
sosial, dan budaya.
5. Meningkatnya kuantitas dan kualitas prasarana lingkungan seperti jalan
dan jembatan, air bersih, drainase,sanitasi dan persampahan, serta sarana
kawasan seperti pasar, ruang untuk indurstri, ruang ekonomi informal,
dan formal, fasilitas sosial dan budaya, dan sarana transportasi.
6. Meningkatnya kelengkapan fasilitas kenyamanan (amenities) kawasan
guna mencegah proses kerusakan ekologi lingkungan.
35
7. Terciptanya pelestarian asset warisan budaya perkotaan dengan
mencegah terjadinya perusakan diri sendiri (self-destruction) dan
perusakan akibat kreasi baru (creative-destruction), melestarikan tipe
dan bentuk kawasan, serta mendorong kesinambungan dan tumbuhnya
tradisi sosial dan budaya lokal.
8. Penguatan kelembagaan yang mampu mengelola, memelihara, dan
merawat kawasan revitalisasi.
9. Penguatan kelembagaan yang meliputi pengembangan sumber daya
manusia, kelembagaan dan peraturan / ketentuan perundang-undangan.
10. Membangun kesadaran dan meningkatkan kompetensi pemerintah
daerah agar tidak hanya fokus membangun kawasan baru.
36
D. Kerangka Berpikir
Gambar 1. Bagan Kerangka Berpikir
Sumber : Peneliti, Tahun 2019
Objek Cagar Budaya Taman Purbakala Pugung Raharjo
Tujuan Pelestarian Cagar Budaya :
1. Melestarikan warisan budaya bangsa
dan warisan umat manusia
2. Meningkatkan harkat dan martabat
bangsa melalui cagar budaya
3. Memperkat kepribadian bangsa
4. Meningkatkan kesejahteraan rakyat
5. Mempromosikan warisan budaya
bangsa kepada masyarakat
internasional.
Aspek-Aspek
Pengembangan Pariwisata :
1. Daya Tarik (Attraction)
2. Mudah Dicapai
(Accesable)
3. Fasilitas (Amenities)
4. Lembaga Pariwisata
(Ancillary)
Pengembangan dan Pelestarian Cagar Budaya Taman
Purbakala Pugung Raharjo
Undang-Undang No. 11 Tahun 2010
tentang Cagar Budaya
Manajemen
Pariwisata oleh
Dinas
Pariwisata
Kabupaten
Lampung
Timur
Upaya
Konservasi dan
Revitalisasi
Cagar Budaya
37
Adapun kerangka berpikir tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
Taman Purbakala Pugung Raharjo merupakan sastu-satunya objek cagar
budaya yang ada di Kabupaten Lampung Timur. Sesuai dengan Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya, maka yang dimaksud
dengan cagar budaya adalah warisan budaya yang bersifat kebendaan
berupa Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Situs Cagar Budaya,
dan Kawasan Cagar Budaya yang perlu dilestarikan keberadaannya karena
memiliki nilai sejarah, pengetahuan, pendidikan, agama, dan kebudayaan
melalui proses-proses penetapan cagar budaya yang kemudian dilakukan
upaya-upaya untuk pelestarian.
Tujuan dari pelestarian cagar budaya menurut Undang-Undang Nomor 11
tahun 2010 adalah untuk melestarikanwarisan budaya bangsa dan warisan
umat manusia, meningkatkan harkat dan martabat bangsa melalui cagar
budaya, memperkuat kepribadian bangsa, meningkatkan kesejahteraan
rakyat, mempromosikan warisan budaya bangsa kepada masyarakat
internasional. Tujuan-tujuan tersebut dirasa penting untuk diwujudkan
karena merupakan dasar filosofi yang digunakan sebagai warisan budaya
untuk jati diri dan dikaitkan dengan fungsi pendidikan, manfaat ekonomis
melalui kepariwisataan, dan fungsi akademis untuk menjaga dan
menyelamatkan basis data tentang sumber daya tersebut.
38
Medlik (Ariyanto,2005:45) menjelaskan bahwa terdapat empat aspek yang
harus diperhatikan dalam pengembangan pariwisata. Aspek-aspek tersebut
adalah:
1. Daya Tarik (Attraction), daerah tujuan wisata dalam menarik wisatawan
hendaknya memiliki daya tarik baik daya tarik berupa alam maupun
masyarakat dan budayanya .
2. Mudah Dicapai (Accesable), hal ini dimaksudkan agar wisata domestik
dan mancanegara dapat dengan mudah dalam pencapaian tujuan ke
tempat wisata.
3. Fasilitas (Amenities), syarat yang ketiga ini memang menjadi salah satu
syarat Daerah Tujuan Wisata (DTW) dimana wisatawan dapat dengan
kerasan tinggal lebih lama di daerah tersebut.
4. Adanya Lembaga Pariwisata (Ancillary), wisatawan akan semakin
sering mengunjungi dan mencari Daerah Tujuan Wisata (DTW) apabila
di daerah tersebut wisatawan dapat merasakan keamanan (Protection of
Tourism) dan terlindungi baik melaporkan maupun mengajukan suatu
kritik dan saran mengenai keberadaan mereka selaku pengunjung /
orang bepergian.
Selain memperhatikan aspek-aspek pengembangan wisata, pelestarian
Taman Purbakala Pugung Raharjo juga perlu memperhatikan
manajemen yang dilakukan oleh pihak Dinas Pariwisata Kabupaten
Lampung Timur dalam upaya pengembangan yang dilakukan serta
39
upaya konservasi dan revitalisasi terhadap cagar budaya Taman
Purbakala Pugung Raharjo agar tidak punah dan tetap dilestarikan
keberadaannya. Kemudian akan diketahui bagaimana pengembangan
dan pelestarian cagar budaya Taman Purbakala Pugung Raharjo.
40
III. METODOLOGI PENELITIAN
Penulis akan memaparkan metode penelitian yang digunakan sebagai alat
penelitian. Pemaparan ini terdiri dari tipe penelitian, fokus penelitian, lokasi
penelitian, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data, teknik pengolahan
data, teknik analisis data dan teknik keabsahan data.
A. Tipe Penelitian
Pengembangan yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Lampung
Timur yang berkaitan dengan hal pelaksanaan pengembangan dan
pelestarian cagar budaya Taman Purbakala Pugung Raharjo di Kabupaten
Lampung Timur akan dijelaskan dengan menggunakan tipe penelitian
deskriptif yang artinya menggambarkan suatu keadaan dengan
menggunakan pendekatan kualitatif.
Kirk dan Miller (Sudarto,1995:62) menyebutkan bahwa metode penelitian
kualitatif adalah metode yang digunakan dalam ilmu pengetahuan sosial
yang secara fundamental bergantung pada pengamatan manusia serta
pembahasan penelitian berhubungan dengan orang-orang tersebut. Argumen
peneliti menggunakan pendekatan kualitatif yaitu pertama, pengembangan
pariwisata sangat membutuhkan masukan serta saran yang dapat
diwawancara.
41
Kedua, pelestarian cagar budaya budaya Taman Purbakala Pugung Raharjo
ini membutuhkan sejumlah data lapangan yang sifatnya publik dan
konseptual.
Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah metode penelitian
deskriptif. Nazir (2003: 16) menjelaskan bahwa metode deskriptif
merupakan metode yang menggambarkan fenomena yang sedang terjadi
berdasarkan data-data yang telah didapatkan, sehingga peneliti dapat
mengidentifikasi fenomena dan menentukan tahap berikutnya untuk
menarik suatu kesimpulan.
Peneliti berpendapat bahwa penelitian deskriptif kualitatif dapat lebih
menjelaskan dengan bahasa-bahasa yang dapat menggambarkan suatu
fenomena sehingga lebih sistematis. Fenomena tersebut baik berupa
aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, dan perbedaan antara
fenomena yang satu dengan fenomena yang lainnya. Jenis penelitian
kualitatif lebih kepada penelitian mendalam dan akurat serta hasil penelitian
akan lebih banyak berupa uraian deskriptif serta analisis sehingga
pertanyaan dalam penelitian dapat terjawab.
Tipe penelitian ini meneliti tentang pengembangan dan pelestarian yang
dilakukan oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Lampung Timur terhadap cagar
budaya Taman Purbakala Pugung Raharjo dengan menggunakan aspek-
aspek pengembangan pariwisata menurut Medlik, manajemen pariwisata
yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Lampung Timur, dan
upaya-upaya konservasi dan revitalisasi cagar budaya yang telah dilakukan,
42
sehingga akan didapatkan bagaimana pengembangan dan pelestarian Taman
Purbakala Pugung Raharjo yang tepat dan sesuai dengan permasalahan yang
ada.
B. Fokus Penelitian
Moleong (2004:237) menjelaskan bahwa fokus penelitian bertujuan untuk
membatasi penelitian kualitatif agar penulis tidak terjebak dalam beragam
data yang didapatkan. Fokus penelitian dapat membantu penulis dalam
menyaring data-data yang relevan dengan pertanyaan penelitian dalam
rumusan masalah. Fokus peneliti pada penelitian ini adalah pengembangan
dan pelestarian yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Lampung
Timur dalam mengembangkan Taman Purbakala Pugung Raharjo sesuai
dengan aspek-aspek pengembangan pariwisata, manajemen pariwisata yang
dilakukan oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Lampung Timur, dan upaya-
upaya konservasi dan revitalisasi cagar budaya yang telah dilakukan.
Medlik (Ariyanto,2005:45) menjelaskan terdapat empat aspek yang harus
diperhatikan dalam pengembangan pariwisata. Aspek-aspek tersebut adalah:
1. Daya tarik (Attraction), daerah tujuan wisata dalam menarik wisatawan
hendaknya memiliki daya tarik baik daya tarik berupa alam maupun
masyarakat dan budayanya .
2. Bisa dicapai (Accesable), hal ini dimaksudkan agar wisata domestik
dan mancanegara dapat dengan mudah dalam pencapaian tujuan ke
tempat wisata.
43
3. Fasilitas (Amenities), syarat yang ketiga ini memang menjadi salah satu
syarat Daerah Tujuan Wisata (DTW) dimana wisatawan dapat tinggal
lebih lama di daerah tersebut.
4. Adanya Lembaga Pariwisata (Ancillary), wisatawan akan semakin
sering mengunjungi dan mencari Daerah Tujuan Wisata (DTW) apabila
di daerah tersebut wisatawan dapat merasakan keamanan (Protection of
Tourism) dan terlindungi baik melaporkan maupun mengajukan suatu
kritik dan saran mengenai keberadaan mereka selaku pengunjung/orang
bepergian.
C. Lokasi Penelitian
Lokasi yang dipilih dalam penelitian ini adalah wilayah objek wisata Taman
Purbakala Pugung Raharjo dan rumah informasi Taman Purbakala Pugung
Raharjo yang beralamat di Desa Pugung Raharjo, Kecamatan Sekampung
Udik, Kabupaten Lampung Timur sebagai tempat objek wisata yang akan
diteliti dan juga wilayah kerja pemerintahan Kabupaten Lampung Timur
untuk melengkapi informasi penelitian dengan mengambil fokus pada Dinas
Pariwisata Kabupaten Lampung Timur yang beralamat di Sukadana Ilir,
Kecamatan Sukadana, Kabupaten Lampung Timur.
D. Jenis dan Sumber Data
1. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan gabungan dari
dua jenis data, yaitu:
44
a. Data primer
Arikunto (2010:22) menjelaskan bahwa data primer merupakan data
dalam bentuk verbal atau kata-kata yang diucapkan secara lisan,
gerak-gerik atau perilaku yang dilakukan oleh subjek yang dapat
dipercaya, yakni subjek penelitian atau informan yang berkenaan
dengan variabel yang diteliti atau data yang diperoleh dari responden
secara langsung. Keterangan pengambilan data primer peneliti sajikan
dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 6. Keterangan Pengambilan Data Primer Penelitian
Kelompok
Informan No. Nama Instrumen
Waktu
Pengambilan Data
Primer
Dinas
Pariwisata
Kabupaten
Lampung
Timur
1 Almaturidi, S.E. Wawancara 22 November 2018,
Pukul 14.00 WIB
2 Adianto, S.Sos.,
M.M Wawancara
10 Desember 2018
Pukul 10.15 WIB
Juru pelihara
Taman
Purbakala
Pugung
Raharjo
1 Turwidi Wawancara 1 Desember 2018
Pukul 10.00 WIB
Perangkat
Desa Pugung
Raharjo
1 Sumarlan Wawancara 10 Desember 2018
Pukul 15.45 WIB
Pokdarwis
Taman
Gautama
1 Sumiyanto Wawancara 1 Desember 2018
Pukul 16.08 WIB
Pengunjung
1 Asti Wahyu
Astari Wawancara
2 Desember 2018
Pukul 10.28 WIB
2 Sahril Anwar Wawancara 2 Desember 2018
Pukul 11.00 WIB
Masyarakat
Desa Pugung
Raharjo
1 Galih Suryo
Prayogo Wawancara
1 Desember 2018
Pukul 11.28 WIB
2 Widi Prasetyo Wawancara 1 Desember 2018
Pukul 12.07 WIB
Sumber: Data hasil Penelitian, Tahun 2018
45
b. Data Sekunder,
Data sekunder merupakan data-data tertulis yang digunakan sebagai
informan pendukung dalam analisis data primer. Data ini pada
umumnya berupa dokumen-dokumen tertulis yang terkait dengan
proses pengelolaan dan pengembangan objek wisata oleh Dinas
Pariwisata Kabupaten Lampung Timur.
Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh melalui dokumen-
dokumen yang berkaitan dengan penelitian, yaitu gambaran umum
mengenai objek wisata Taman Purbakala Pugung Raharjo, Rencana
Strategis pengembangan pariwisata Lampung Timur, foto-foto
dokumentasi, dan data-data terkait informasi Taman Purbakala
Pugung Raharjo, serta buku dan peraturan terkait kepariwisataan,
Tupoksi Dinas Pariwisata Kabupaten Lampung Timur, katalog
destinasi wisata Kabupaten Lampung Timur, serta jumlah pengunjung
objek wisata Taman Purbakala Pugung Raharjo. Keterangan informasi
pengambilan data sekunder peneliti sajikan dalam bentuk tabel
sebagai berikut:
46
Tabel 7. Keterangan Pengambilan Data Sekunder Penelitian
No Keterangan Informasi Data
Sekunder Penelitian Sumber Data
Waktu Pengambilan
Data Sekunder
1. Rencana Induk
Pengembangan Pariwisata
Daerah (RIPPDA)
Dinas Pariwisata
24 Agustus 2018,
Pukul 10.00 WIB
2. Data Kunjungan Wisata Dinas Pariwisata
24 Agustus 2018,
Pukul 10.00 WIB
3. Gambaran Umum Taman
Purbakala Pugung Raharjo
Rumah Informasi
Taman Purbakala
13 Oktober 2018,
Pukul 13.30 WIB
4. Data Kunjungan Taman
Purbakala Pugung Raharjo
Rumah Informasi
Taman Purbakala
13 Oktober 2018,
Pukul 13.30 WIB
5. Katalog Objek Pariwisata
Kabupaten Lampung Timur Dinas Pariwisata
26 November 2018,
Pukul 09.30 WIB 6. Data Kepariwisataan
Kabupaten Lampung Timur Dinas Pariwisata
26 November 2018,
Pukul 09.30 WIB
7. Tupoksi Dinas Pariwisata
Kabupaten Lampung Timur Dinas Pariwisata
10 Desember 2018
Pukul 10.15 WIB
8. Struktur Organisasi Dinas
Pariwisata Kabupaten
Lampung Timur
Dinas Pariwisata
10 Desember 2018
Pukul 10.15 WIB
9. Kabupaten Lampung Timur
Dalam Angka 2018 Dinas Pariwisata
10 Desember 2018
Pukul 10.15 WIB
Sumber: Data hasil penelitian, Tahun 2018
2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini antara lain :
a. Informan
Informan adalah pihak yang terkait dan dinilai memiliki informasi
yang terkait dan dinilai memiliki informasi tentang pelaksanaan
pengembangan pariwisata di Taman Purbakala Pugung Raharjo.
Informan sebagai sumber data dalam penelitian ini ditentukan
dengan menggunakan teknik purposive sampling.
Sugiyono (2014:85) menjelaskan bahwa teknik purposive sampling
adalah teknik pengambilan sampel dengan cara menetapkan ciri
khusus yang sesuai dengan tujuan penelitian. Penentuan teknik ini
agar didapati informasi dengan tingkat validitas dan reabilitas yang
47
tinggi. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka peneliti
menetapkan beberapa kelompok informan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Dinas Pariwisata Kabupaten Lampung Timur
Argumen peneliti memilih Dinas Pariwisata adalah karena Dinas
Pariwisata Kabupaten Lampung Timur merupakan instansi yang
terlibat langsung dalam pengelolaan pariwisata di Kabupaten
Lampung Timur dan sebagai instansi yang merumuskan
kebijakan dalam pengelolaan pariwisata. Informan yang akan
dipilih yaitu Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Lampung
Timur dan Kepala Bidang Pemasaran Pariwisata Dinas
Pariwisata Kabupaten Lampung Timur.
2. Perangkat Desa
Perangkat Desa Pugung Raharjo merupakan pemerintahan yang
memiliki wewenang secara langsung dalam pengelolaan objek
wisata Taman Purbakala Pugung Raharjo. Informan yang akan
dipilih dalam penelitian ini yaitu Kepala Desa Pugung Raharjo.
3. Kelompok Sadar Wisata Taman Gautama (Pokdarwis)
Pokdarwis adalah suatu lembaga yang berfungsi sebagai sarana
penyaluran aspirasi pengembangan pariwisata Taman Purbakala
Pugung Raharjo. Informan yang akan dipilih dalam penelitian
ini yaitu Ketua Pokdarwis Taman Gautama.
48
4. Koordinator Juru Pelihara Taman Purbakala Pugung Raharjo
Koordinator juru pelihara merupakan orang yang bertugas
secara langsung terhadap pemeliharaan dan penjagaan Taman
Purbakala Pugung Raharjo dan juga sebagai penjaga rumah
informasi Taman Purbakala Pugung Raharjo.
5. Masyarakat Desa Pugung Raharjo
Masyarakat yang diprioritaskan adalah masyarakat yang berada
di sekitar Taman Purbakala Pugung Raharjo yang secara
langsung mendapatkan dampak dari pengembangan pariwisata.
6. Pengunjung/Wisatawan Objek Wisata Taman Purbakala Pugung
Raharjo
Pengunjung objek wisata Taman Purbakala Pugung Raharjo
merupakan meraka yang menjadi tujuan dari pengembangan
pariwisata. Dengan adanya pengunjung maka akan terlihat
bagaimana keberhasilan pengembangan pariwisata, hal ini juga
dapat menjadi tolak ukur penilaian pengembangan pariwisata di
Taman Purbakala Pugung Raharjo.
49
Tabel 8. Informan Penelitian
Kelompok
Informan No. Nama
Jenis
Kelamin Jabatan/Pekerjaan
Dinas
Pariwisata
Kabupaten
Lampung
Timur
1 Almaturidi, S.E. Pria
Kepala Dinas Pariwisata
Kabupaten Lampung
Timur
2 Adianto, S.Sos.,
M.M Pria
Kepala Bidang
Pemasaran Pariwisata
Dinas Pariwisata
Kabupaten Lampung
Timur
Juru pelihara
Taman
Purbakala
Pugung
Raharjo
1 Turwidi Pria
Koordinator Juru
Pelihara Taman
Purbakala Pugung
Raharjo
Perangkat
Desa Pugung
Raharjo
1 Sumarlan Pria Kepala Desa Pugung
Raharjo
Pokdarwis
Taman
Gautama
1 Sumiyanto Pria Ketua Pokdarwis Taman
Gautama
Pengunjung
1 Asti Wahyu
Astari Wanita Mahasiswi
2 Sahril Anwar Pria Guru
Masyarakat
Desa Pugung
Raharjo
1 Galih Suryo
Prayogo Pria Wiraswasta
2 Widi Prasetyo Pria Buruh/Pekerja
Sumber: Data hasil penelitian, Tahun 2018
b. Peristiwa atau kejadian
Peristiwa atau kejadian merupakan suatu peristiwa-peristiwa yang
terjadi atau pernah terjadi pada proses pengelolaan dan
pengembangan objek wisata Taman Purbakala yang dilakukan oleh
Dinas Pariwisata Kabupaten Lampung Timur.
c. Dokumen-Dokumen
Dokumen yang dimaksud adalah dokumen-dokumen yang
berkaitan dengan proses pengelolaan dan pengembangan objek
50
wisata Taman Purbakala yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata
Kabupaten Lampung Timur.
E. Teknik Pengumpulan Data
Peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :
1. Wawancara
Silaen dan Widiyono (2013:153) menjelaskan bahwa wawancara adalah
alat pengumpulan data yang digunakan dalam komunikasi langsung yang
berbentuk sejumlah pertanyaan lisan yang diajukan. Wawancara
dilakukan secara langsung untuk memperoleh data dari informan terkait
dengan fokus penelitian, sehingga sasaran yang akan diwawancarai
adalah pihak-pihak yang terkait dengan permasalahan yang dijadikan
sumber data.
Wawancara tersebut dilakukan dengan cara bertemu secara langsung
dengan Bapak Almaturidi, S.E. selaku Kepala Dinas Pariwisata
Kabupaten Lampung Timur yang didampingi oleh Bapak Adianto,
S.Sos., M.M selaku Kepala Bidang Pemasaran Pariwisata Dinas
Pariwisata Kabupaten Lampung Timur. Berdasarkan petunjuk dari Bapak
Adianto, S.Sos., M.M peneliti dirasa perlu untuk mendatangi Rumah
Informasi Taman Purbakala Pugung Raharjo yang merupakan pihak
pengelola dan pusat informasi Taman Purbakala Pugung Raharjo. Maka
peneliti mewawancarai Bapak Turwidi selaku koordinator Juru Pelihara
Taman Purbakala Pugung Raharjo.
51
Selain mewawancarai pihak instansi yang saling berkoordinasi dalam
pengembangan objek wisata Taman Purbakala Pugung Raharjo, peneliti
juga mewawancara pihak pemerintah Desa Pugung Raharjo yang
memiliki wewenang secara legal untuk menjalankan pengembangan
objek wisata Taman Purbakala Pugung Raharjo. Peneliti mewawancarai
Bapak Sumarlan selaku Kepala Desa Pugung Raharjo.
Agar mendapatkan data yang valid, maka peneliti juga melakukan
wawancara kepada masyarakat Desa Pugung Raharjo (terutama
masyarakat yang tinggal di sekitar objek wisata Taman Purbakala
Pugung Raharjo), dan wisatawan selaku pihak yang langsung ikut
merasakan kondisi yang terjadi di dalam objek wisata Taman Purbakala
Pugung Raharjo.
Selain itu, untuk melengkapi informasi, peneliti juga mendatangi
masyarakat yang tergabung dalam kelompok sadar wisata (Pokdarwis)
yang ada di Desa Pugung Raharjo yaitu Pokdarwis Taman Gautama.
Peneliti mewawancarai Bapak Sumiyanto selaku ketua Pokdarwis Taman
Gautama.
2. Studi Dokumentasi
Silaen dan Widiyono (2013:163) mengungkakan bahwa studi
dokumentasi adalah peninggalan tertulis mengenai data berbagai kegiatan
atau kejadian dari suatu organisasi yang dari segi waktu belum lama
terjadi. Dokumentasi dapat diasumsikan sebagai sumber data tertulis
yang terbagi dalam dua kategori, yaitu sumber data resmi dan sumber
52
data tidak resmi. Sumber data resmi merupakan dokumen yang
dikeluarkan oleh lembaga atau perorangan atas nama lembaga. Sumber
tidak resmi adalah dokumen yang dikeluarkan oleh individu tidak atas
nama lembaga.
Dokumen yang digunakan dapat berupa dokumen yang diperoleh dari
Dinas Pariwisata Kabupaten Lampung Timur, serta dokumen-dokumen
lainnya yang dapat berupa lampiran skripsi, melalui peraturan dan
kebijakan atau peraturan terkait, transkrip wawancara, dan foto-foto
dokumentasi terkait objek yang akan diteliti.
3. Observasi
Selain melakukan wawancara secara langsung kepada informan yang
dianggap dapat memberikan informasi yang diperlukan, untuk
memperoleh data tambahan serta mencocokkan data yang ada, maka
diperlukan adanya observasi. Silaen dan Widiyono (2013:155)
menjelaskan bahwa observasi adalah kegiatan yang meliputi pemusatan
perhatian terhadap suatu objek penelitian dengan menggunakan seluruh
indra. Kegiatan observasi dilakukan dengan melakukan pencatatan yang
sistematis terhadap unsur-unsur yang dirasakan oleh indra mengenai
gejala-gejala yang muncul pada objek penelitian.
Observasi atau pengamatan langsung dilakukan dengan cara, peneliti
secara langsung berkunjung dan beraktivitas di objek wisata Taman
Purbakala Pugung Raharjo yang terletas di Desa Pugung Raharjo,
Kecamatan Sekampung Udik, Kabupaten Lampung Timur. Observasi
53
sudah mulai dilakukan sejak tanggal 31 Maret 2018. Selanjutnya, dalam
rangka memperdalam informasi yang dibutuhkan selama penelitian,
observasi dilakukan secara intensif mulai tanggal 24 Agustus 2018.
Melalui observasi, peneliti mencari informasi lebih banyak dengan
melihat dan merasakan sendiri kondisi objek wisata Taman Purbakala
Pugung Raharjo sebagai objek yang sedang diteliti. Ketika melakukan
observasi peneliti juga mencocokkan informasi yang telah didapat
dengan informan setelah dilakukan wawancara. Observasi dilakukan
dengan cara berkeliling, mengamati, dan mendokumentasikan area
Taman Purbakala Pugung Raharjo sehingga peneliti dapat memberikan
gambaran yang jelas mengenai kondisi objek yang sedang diteliti.
F. Teknik Pengolahan Data
Peneliti dalam penelitian ini memperoleh data dari lapangan, sehingga
peneliti dituntut untuk melakukan pengolahan data yang telah terkumpul
dengan proses sebagai berikut :
1. Editing Data
Tahapan editing data ini merupakan sebuah proses yang memiliki tujuan
agar data yang dikumpulkan dapat memberikan kejelasan, sehingga dapat
mudah untuk dibaca dan bersifat konsisten. Peneliti melakukan
pemilahan terhadap hasil wawancara yang relevan dimana data yang
relevan ini akan diolah dalam bentuk bahasa yang lebih baik sesuai
dengan kaidah yang sebenarnya. Kata-kata yang tidak baku atau tidak
54
sesuai dengan EYD (Ejaan Yang Disempurnakan) dan diluar konteks
akan peneliti pilah dan sesuaikan dengan kebutuhan penelitian.
2. Interpretasi Data
Interpretasi data pada penelitian ini tidak hanya menjelaskan atau
menganalisis data yang ada, tetapi data juga diinterprestasikan secara
baik untuk mendapatkan sebuah kesimpulan hasil penelitian. Peneliti
memberikan penjabaran serta penjelasan dari berbagai data yang telah
masuk dan melewati tahap editing. Interpretasi penulisan dilakukan oleh
peneliti untuk menampilkan data yang diperoleh dari hal-hal yang
bersifat rahasia, sehingga penulis memilah kata yang terbaik agar tidak
menimbulkan kesan yang dapat menimbulkan kerugian oleh berbagai
pihak.
G. Teknik Analisis Data
Sugiyono (2014:246) menjelaskan bahwa teknik analisis data dalam
penelitian kualitatif dilakukan pada saat pengumpulan data berangsung, dan
setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Penelitian ini
menggunakan tiga kegiatan analisis data yang terdapat dalam model Miles
dan Huberman, yaitu :
1. Reduksi Data (Data Reduction)
Reduksi data merupakan suatu proses pemilihan, pemusatan perhatian
pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data awal yang
muncul dari catatan tertulis. Reduksi data merupakan suatu analisis yang
mempertajam, memilih, memfokuskan, membuang, serta menyusun data
55
dengan suatu cara untuk dapat menarik kesimpulan atau digambarkan
dan diverifikasi.
Tahap reduksi data merupakan proses berpikir yang sensitif serta
memerlukan kecerdasan dan keluasan serta kedalaman seorang peneliti.
Reduksi data ini dilakukan dengan mendiskusikannya dengan teman atau
orang dipandang ahli. Melalui diskusi itu, maka wawasan peneliti akan
berkembang, sehingga hasil data yang dihasilkan merupakan temuan dan
pengembangan teori yang signifikan. Tahap ini dilakukan peneliti pada
saat proses bimbingan skripsi terhadap dosen pembimbing peneliti
maupun kepada dosen pembahas.
2. Penyajian Data (Data Display)
Peneliti menyajikan data yang dapat berupa asumsi, konsep, definisi,
maupun sebuah deksripsi informasi yang tersusun untuk menarik
kesimpulan dan pengambilan tindakan selanjutnya. Peneliti
mendeskripsikan informasi yang telah diklasifikasikan sebelumnya
kemudian diolah dan yang disajikan dalam bentuk teks naratif yang
disajikan dengan sistematis untuk memberikan gambaran secara jelas
kepada pembaca. Setelah data diperoleh, maka data tersebut akan
disajikan dalam bentuk informasi yang kemudia akan dikaitkan dengan
dokumen yang ada ataupun erangka pemikiran yang menjadi panduan
serta teori yang digunakan, sehingga semua informasi yang ditampilkan
mempunyai makna dan arti.
56
3. Verifikasi Data
Peneliti berusaha menarik kesimpulan dan melakukan verifikasi melalui
uji kebenaran makna dari setiap data yang digunakan. Peneliti akan
menarik kesimpulan dari data-data yang telah di telaah untuk menjawab
pertanyaan dari rumusan masalah. Kesimpulan ini akan memperlihatkan
kecocokan catatan atau hipotesis yang telah diangkat dengan hasil yang
telah dianalisis. Penarikan kesimpulan juga dilakukan untuk memberi
deskripsi singkat dari banyaknya informasi yang diperoleh serta
mendapatkan informasi akhir.
H. Teknik Keabsahan Data
Teknik keabsahan data adalah derajat ketepatan antara data yang terjadi
pada objek penelitian dengan data yang dapat dilaporkan oleh peneliti.
Penelitian ini menggunakan teknik keabsahan data dengan cara uji
kredibilitas melalui proses triangulasi. Moloeng (2004:178) menjelaskan
bahwa triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan
pengecekkan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut.
Triangulasi data dilakukan untuk menguji kebenaran dan keabsahan data.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan triangulasi metode yang
dilakukan dengan cara mencocokkan data yang didapat melalui teknik
wawancara, observasi dan studi dokumentasi.
57
Data yang didapat dari hasil wawancara dengan pihak Dinas Pariwisata
Kabupaten Lampung Timur kemudian dianalisis dan dicocokkan dengan
data-data yang didapat melalui studi dokumentasi. Langkah berikutnya
adalah peneliti mengkonfirmasi kebenaran data dengan cara melakukan
observasi di lapangan guna memperoleh kecocokan dengan data lain. Data
lain yang dimaksud adalah keterangan dari informan penelitian di lapangan
yang meliputi keterangan dari aparat Desa Pugung Raharjo, keterangan
pengunjung serta keterangan dari masyarakat, kelompok sadar wisata dan
koordinator juru pelihara Taman Purbakala Pugung Raharjo. (Matrik
Trianggulasi terlampir)
Melalui Triangulasi data, maka diperoleh informasi yang valid dan jelas
mengenai pengembangan dan pelestarian cagar budaya Taman Purbakala
Pugung Raharjo Kabupaten Lampung Timur. Melalui hasil triangulasi,
dapat terlihat apakah rumusan masalah penelitian sudah terjawab, dan tujuan
penelitian sudah tercapai.
58
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Gambaran Umum Kabupaten Lampung Timur
1. Profil Wilayah Kabupaten Lampung Timur
Kabupaten Lampung Timur merupakan salah satu kabupaten di
Provinsi Lampung. Luas wilayah Kabupaten Lampung Timur kurang
lebih 5.325,03 km2
atau 532.503,00 hektar atau sekitar 15% dari total
wilayah Provinsi Lampung (total wilayah Provinsi Lampung seluas
25.376 km2) dengan batas wilayahnya adalah sebagai berikut:
1. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Bantul dan Metro
Raya Kota Metro, serta Kecamatan Seputih Raman Kabupaten
Lampung Tengah.
2. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Rumbia, Seputih
Surabaya, dan Seputih Banyak Kabupaten Lampung Tengah, serta
Kecamatan Menggala Kabupaten Tulang Bawang.
3. Sebelah Timur berbatasan dengan Laut Jawa, Provinsi Banten, dan
DKI Jakarta.
4. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Tanjung Bintang,
Ketibung, Palas, dan Sidomulyo Kabupaten Lampung Selatan.
59
Kabupaten Lampung Timur dibentuk berdasarkan Undang-Undang
No. 12 Tahun 1999 yang secara resmi menjadi kabupaten pada
tanggal 27 April 1999. Kabupaten Lampung Timur yang beribukota di
Sukadana memiliki luas 433.789 km2 yang terbagi dalam 264
desa/kelurahan dan 24 kecamatan.
Tabel 9. Nama Kecamatan, Jumlah Desa, dan Luas Wilayah Per-
Kecamatan
No. Nama
Kecamatan
Ibukota
Kecamatan
Jumlah
Desa
Luas Wilayah
Ha (%)
Total
1. Sukadana Sukadana 20 75.675,50 14,21
2. Batanghari Banar Joyo 17 14.887,95 2,80
3. Sekampung Sumber Gede 17 14.834,39 2,79
4. Marga Tiga Tanjung
Harapan 13 25.072,94 4,71
5. Sekampung
Udik
Pugung
Raharjo 15 33.912,45 6,37
6. Jabung Negara Batin 15 26.784,54 6,37
7. Pasir Sakti Mulyo Sari 8 19.393,83 3,64
8. Waway Karya Sumberejo 11 21.107,32 3,96
9. Marga
Sekampung Peniangan 8 17.732,34 3,33
10. Labuhan
Maringgai
Labuhan
Maringgai 11 19.498,73 3,66
11. Mataram Baru Mataram Baru 7 7.956,11 1,42
12. Bandar
Sribhawono Saribhawono 7 18.570,67 3,49
13. Melinting Wana 6 13.929,74 2,62
14. Gunung
Pelindung Negeri Agung 5 7.852,25 1,47
15. Way Jepara Braja Sakti 15 22.926,92 4,31
16. Braja Selebah Braja Hajosari 7 24.760,68 4,65
17. Labuhan Ratu Labuhan Ratu 11 48.551,22 9,12
18. Metro Kibang Margototo 7 7.677,83 1,44
19. Bumi Agung Donomulyo 8 7.317,47 1,37
20. Batanghari
Nuban
Sukaraja
Nuban 13 18.068,84 3,40
21. Pekalongan Pekalongan 12 10.012,81 1,88
22. Raman Utara Kota Raman 11 16.136,91 3,03
23. Purbolinggo Taman Fajar 12 22.203,37 4,17
24. Way Bungur Tambah Subur 8 37.638,19 7,07
Sumber: Kabupaten Lampung Timur Dalam Angka 2018
60
Gambar 2. Peta Kabupaten Lampung Timur
2. Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Lampung Timur
Salah satu ciri pokok penduduk di negara berkembang seperti
Indonesia, selain jumlahnya besar, secara geografis penyebarannya juga
tidak merata. Kabupaten Lampung Timur dengan luas wilayah sekitar
15% dari total wilayah Provinsi Lampung memiliki ciri yang sama.
Persebaran penduduk yang tidak merata, tidak terlepas dari adanya
pengaruh geografis yaitu aspek kultur, historis, dan ekologi, serta
dukungan kualitas dan kuantitas infrastruktur. Persebaran penduduk
berorientasi pada potensi pertanian dan bergeser ke argoindustri,
sehingga terjadi pola pergeseran yang kurang ideal dengan kepadatan
tertinggi pada daerah sentral daerah industri dan akses yang lebih baik.
Kabupaten Lampung Timur Dalam Angka tahun 2018 menunjukkan
bahwa jumlah penduduk Kabupaten Lampung Timur tahun 2017 adalah
1.027.476 jiwa. Jumlah tersebut terdiri dari laki-laki berjumlah 525.169
jiwa dan perempuan sebanyak 502.307 jiwa dengan sex ratio sebesar
105. Kecamatan dengan populasi penduduk terpadat adalah Kecamatan
61
Pekalongan, yaitu sebanyak 498 jiwa per kilometer persegi, sedangkan
kecamatan dengan populasi penduduk terendah adalah Kecamatan Way
Bungur dengan kepadatan 65 jiwa per kilometer persegi.
3. Pariwisata Kabupaten Lampung Timur
Kabupaten Lampung Timur dalam Angka 2018 menjelaskan bahwa
hotel atau akomodasi lainnya di Kabupaten Lampung Timur tersedia
sebanyak 13 unit dengan 200 kamar dan 243 tempat tidur. Akomodasi-
akomodasi ini tersebar pada 8 kecamatan dari total 24 kecamatan yang
ada di Kabupaten Lampung Timur. Jumlah wisatawan di Kabupaten
Lampung Timur terus meningkat dari tahun 2012-2016. Akan tetapi,
pada tahun 2017 jumlah wisatawan menurun dibandingkan dengan
tahun sebelumnya yang hanya mencapai 188.742 wisatawan.
Kabupaten Lampung Timur setidaknya memiliki 20 tempat wisata yang
menjadi daya tarik wisatawan. Jenis tempat wisata tersebut terbagi
dalam jenis wisata alam atau konservasi, wisata budaya, agrowisata,
dan wisata edukasi. Tempat wisata tersebut tersebar dalam 14
kecamatan dari total 24 kecamatan yang terdapat pada Kabupaten
Lampung Timur.
62
B. Gambaran Umum Dinas Pariwisata Kabupaten Lampung Timur
1. Visi dan Misi Dinas Pariwisata Kabupaten Lampung Timur
Dinas Pariwisata Kabupaten Lampung Timur dalam mengakomodasi
dinamika dan aspirasi yang berkembang telah menetapkan visi, yaitu
“Menjadikan Sektor Pariwisata sebagai Salah Satu Andalan
Pembangunan Lampung Timur”. Dinas Pariwisata Kabupaten Lampung
Timur juga telah menetapkan beberapa misi untuk mewujudkan visi
yang telah dibuat tersebut. Beberapa misi Dinas Pariwisata Kabupaten
Lampung Timur adalah:
1. Pelestarian dan perkembangan terhadap potensi alam dan budaya
masyarakat Kabupaten Lampung Timur sebagai jati diri
kepariwisataan Lampung Timur.
2. Peningkatan pengembangan kepariwisataan untuk menarik minat
wisatawan berkunjung ke Kabupaten Lampung Timur.
3. Menarik investor berkunjung dan menanamkan modal di bidang
kebudayaan dan pariwisata.
4. Peningkatan, pembangunan dan pengembangan objek wisata
unggulan.
5. Melestarikan dan mengembangkan kebudayaan dan seni daerah
dalam pembangunan daerah Kabupaten Lampung Timur.
6. Meningkatkan keterpaduan dan keharmonisan pembangunan
kebudayaan dan pariwisata antar sektor, antar pusat dan daerah.
7. Meningkatkan sumber daya manusia di bidang kepariwisataan dan
menguasai ilmu pengetahuan serta teknologi.
63
8. Mewujudkan kelembagaan dan pelayanan masyarakat.
2. Tugas dan Fungsi Dinas Pariwisata Kabupaten Lampung Timur
Dinas Pariwisata Kabupaten Lampung Timur mempunyai tugas
menyelenggarakan sebagian urusan rumah tangga daerah di bidang
pariwisata berdasarkan kebijakan yang ditetapkan oleh kepala daerah
dan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dinas
Pariwisata Kabupaten Lampung Timur memiliki beberapa fungsi untuk
menyelenggarakan tugas-tugasnya. Fungsi Dinas Pariwisata Kabupaten
Lampung Timur adalah sebagai berikut:
1. Penyelenggaraan perumusan dan penetapan kebijakan teknis
kepariwisataan.
2. Penyelenggaraan perumusan dan penetapan kebijakan di bidang
pengembangan ekonomi kreatif, destinasi, usaha pariwisata, bidang
pemasaran pariwisata, bidang kelembagaan dan pemberdayaan
sumber daya manusia pariwisata.
3. Penyelenggaraan koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan
di bidang pengembangan destinasi dan usaha pariwisata, bidang
pemasaran pariwisata, bidang kelembagaan dan pemberdayaan
sumber daya manusia pariwisata.
4. Pelaksanaan kebijakan di bidang pembangunan dan perintisan daya
tarik wisata dalam rangka pertumbuhan destinasi pariwisata dan
pembangunan daerah serta peningkatan kualitas dan daya saing
pariwisata.
5. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh pimpinan.
64
3. Struktur Kepengurusan Dinas Pariwisata Kabupaten Lampung
Timur
Pegawai Dinas Pariwisata Kabupaten Lampung Timur dibagi dalam
beberapa bagian tugas untuk mempermudah pelaksanaan tugas yang
telah diberikan. Struktur organisasi Dinas Pariwisata Kabupaten
Lampung Timur dibuat berdasarkan Peraturan Bupati Lampung Timur
Nomor 65 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas
dan Fungsi, serta Tata Kerja Dinas Pariwisata Kabupaten Lampung
Timur. Struktur organisasi Dinas Pariwisata Kabupaten Lampung Timur
terdiri dari:
A. Kepala Dinas
B. Sekretariat, terdiri dari:
- Subbag Umum dan Kepegawaian
- Subbag Perencanaan dan Keuangan
C. Bidang Pengembangan Ekonomi Kreatif, Destinasi, Usaha
Pariwisata, terdiri dari:
- Seksi Pengembangan Sarana Pariwisata
- Seksi Pengelolaan Objek dan Daya Tarik Wisata
- Seksi Ekonomi Kreatif dan Usaha Pariwisata
D. Bidang Pemasaran Pariwisata, terdiri dari:
- Seksi Promosi Pariwisata
- Seksi Atraksi Wisata
- Seksi Pelayanan Informasi Wisata
65
E. Bidang Kelembagaan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Pariwisata, terdiri dari:
- Seksi Penyuluhan Pariwisata
- Seksi Kelembagaan dan Pengembangan Sumber Daya
Manusia Pariwisata
- Seksi Kerjasama dan Kemitraan Pariwisata
F. Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD)
G. Kelompok Jabatan Fungsional, terdiri dari sejumlah jabatan
fungsional yang terbagi dalam berbagai kelompok sesuai dengan
keahlian dan keterampilannya.
Struktur organisasi Dinas Pariwisata Kabupaten Lampung Timur dapat
digambarkan sebagai berikut:
66
Gambar 3. Struktur Organisasi Dinas Pariwisata Kabupaten Lampung Timur
KEPALA DINAS
ALMATURIDI, S.E.
NIP. 19640404 199203 1 011
SEKRETARIS
Dra. ESTUNING WARIANI T., M.Pd.
NIP. 19660202 199412 2 002 UPTD
KELOMPOK
JABATAN
Kepala Sub Bagian Umum
dan Kepegawaian
SRI SUNDARI, S.E.
NIP. 19640922 199901 2 001
Kepala Sub Bagian
Perencanaan dan Keuangan
MARDIYANI, S.E., M.M
NIP. 19770915 200212 2 005
Pelaksana
SITI RUKIYAH, S.Sos., M.M
NIP. 19741009 200212 2 001
Pelaksana
BAKHRIN
NIP. 19660511 200701 1 026
Pelaksana
WINARNI, S.I.P
NIP. 19760419 200701 2 016
Pelaksana
TIAH SUSANTI
NIP. 19670804 198603 2 001
Pelaksana
ICKE YOANITA
NIP. 19830625 200801 2 005
Plt. KEPALA BIDANG
PENGEMBANGAN EKONOMI
KREATIF DAN DESTINASI
USAHA
RIFIAN HADI, S.Pd., M.Pd.
NIP. 19721110 199303 1 005
KEPALA BIDANG
PEMASARAN PARIWISATA
ADIANTO, S.Sos., M.M
NIP. 19771206 200604 1 012
KEPALA BIDANG KELEMBAGAAN
DAN PENGEMBANGAN SUMBER
DAYA PARIWISATA
YEMI HASTARITA, S. Sos.
NIP. 19780605 200212 2 009
Kepala Seksi Pengembangan
Sarana Pariwisata
RIFIAN HADI, S.Pd., M.Pd.
NIP. 19721110 199303 1 005
Kepala Seksi Pengelolaan Objek
dan Daya Tarik Wisata
DEXA APRIYANTI, S. Si. T.
NIP. 19850410 200804 2 002
Kepala Seksi Ekonomi Kreatif
dan Usaha Pariwisata
LINDA SULFA, S.S., M.M.
NIP. 19730407 200003 2 002
Kepala Seksi Promosi
Pariwisata
ZURIAH, S.E., M.M.
NIP. 19740711 200604 2 013
Kepala Seksi Atraksi Wisata
SUSILO WARDHANI, M.M.
NIP. 19660205 198903 2 008
Plt. Kepala Seksi Pelayanan
Informasi Pariwisata
TITIS SANTI, S.T., M.M.
NIP. 19830303 200501 2 011
Kepala Seksi Penyuluhan
Pariwisata
I KETUT S., S. Sn.
NIP. 19671231 199603 1 016
Kepala Seksi Kelembagaan Dan
Pengembangan Sumber Daya
Pariwisata
TATIANA, S.Pd.
NIP. 19630719 198807 2 001
Kepala Seksi Kerjasama dan
Kemitraan Pariwisata
RUDI HARTONO
NIP. 19650313 199003 1 011
67
C. Gambaran Umum Taman Purbakala Pugung Raharjo
Taman Purbakala Pugung Raharjo adalah salah satu situs kepurbakalaan
yang terletak di Desa Pugung Raharjo, Kecamatan Sekampung Udik,
Kabupaten Lampung Timur, Provinsi Lampung, berjarak kurang lebih 52
km dari Kota Bandar Lampung jika ditempuh melalui Kecamatan Tanjung
Bintang dan berjarak kurang lebih 125 km jika ditempuh melalui Kota
Sukadana. Taman Purbakala Pugung Raharjo terletak pada wilayah datar
dengan ketinggian sekitar 80 meter dan secara astronomis Taman Purbakala
Pugung Raharjo terletak pada 05018’04” LS dan 105033’41” BT. Taman
Purbakala merupakan sebuah situs peninggalan Zaman Megalitikum, Zaman
Klasik, dan Zaman Perkembangan Islam.
Daya tarik Taman Purbakala Pugung Raharjo adalah situs dan peninggalan-
peninggalan yang ada di tempat penemuan serta di dalam museum.
Peninggalan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Penemuan yang berasal dari Zaman Megalitikum:
1. Benteng Tanah: Ukuran tinggi 2 sampai 3,5 meter dengan parit 3
sampai 4 meter dengan panjang benteng mencapai 1.200 meter
2. Punden Berundak: Punden yang ditemukan sebanyak 13 buah baik
yang berukuran besar maupun berukuran kecil.
3. Tumpang Ratu (Ratu Berlubang): Tempat pemujaan arwah nenek
moyang
4. Kompleks Batu Mayat: Batu tegak berukuran tinggi 205 meter dan
diameter 40 cm.
68
5. Batu Bergores: Batu yang pada zaman dahulu digunakan untuk
mengasah kekuatan.
6. Patung Tipe Polinesia
7. Manik-manik dan Peralatan Rumah Tangga Zaman Primitif
8. Kolam Megalitik
b. Penemuan yang berasal dari Zaman Klasik:
1. Patung Putri Badhariah
2. Prasasti Bungkuk
3. Keramik Asing
4. Punden Batu Bata
c. Penemuan yang berasal dari Zaman Perkembangan Islam:
1. Prasasti Dalung
2. Batu Nisan
Gambar 4. Peta Temuan Peninggalan Taman Purbakala
Pada awalnya kompleks Taman Purbakala Pugung Raharjo adalah wilayah
yang dianggap angker oleh masyarakat di sekitarnya, sehingga wilayah
tersebut dibiarkan menjadi kawasan hutan belantara dengan berbagai macam
69
pepohonan besar yang tumbuh dengan liar di sekitarnya yang menambah
kesan seram. Tahun 1954, datanglah transmigran dari wilayah Sekampung,
Batanghari, dan Metro. Transmigran tersebut mulai membuka lahan di hutan
Pugung untuk tempat permukiman dan daerah ladang pertanian. Pada saat
itulah mereka menemukan susunan batu-batu besar, gundukan tanah yang
berbentuk bujur sangkar dan sebuah arca batu.
Taman Purbakala Pugung Raharjo memiliki delapan sumber mata air yang
sangat jernih yang keluar dari sela-sela pepohonan. Masyarakat sekitar
percaya bahwa kolam mata air ini memiliki kekuatan magis untuk
menyembuhkan segala macam penyakit dan dapat membuat seseorang awet
muda apabila mandi dan meminum air dari kolam tersebut. Kolam mata air
ini digunakan airnya oleh masyarakat untuk upacara ritual dan dianggap suci
karena air jernih dari kolam mata air ini tidak pernah kering walaupun
dilanda musim kemarau.
Taman Purbakala Pugung Raharjo juga memiliki sebuah rumah informasi
yang biasanya disebut dengan Museum Taman Purbakala Pugung Raharjo.
Museum ini menyimpan berbagai peninggalan yang ditemukan di lokasi
Taman Purbakala Pugung Raharjo agar tidak rusak dan hancur. Selain untuk
menyimpan berbagai peninggalan purbakala, museum ini juga berfungsi
sebagai pusat informasi Taman Purbakala Pugung Raharjo. Pengunjung
yang datang biasanya akan mengunjungi museum terlebih dahulu, kemudian
pengunjung akan diantarkan menuju Taman Purbakala Pugung Raharjo oleh
penjaga yang sedang bertugas untuk menjamin keamanan pengunjung.
107
VI. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Hasil pembahasan mengenai konservasi dan revitalisasi cagar budaya
Pugung Raharjo Kabupaten Lampung Timur (studi pada objek wisata
Taman Purbakala Pugung Raharjo) yang dianalisis menggunakan aspek-
aspek pengembangan pariwisata menurut Medlik, manajemen pariwisata
yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Lampung Timur, dan
upaya-upaya konservasi dan revitalisasi yang telah dilakukan, maka dapat
diambil kesimpulan secara umum bahwa pengembangan dan pelestarian
Taman Purbakala Pugung Raharjo belum sesuai dengan aspek-aspek
pengembangan pariwisata, manajemen pariwisata, dan upaya-upaya
konservasi dan revitalisasi cagar budaya. Penjelasan mengenai kesimpulan
penelitian akan peneliti uraikan sebagai berikut:
1. Aspek daya tarik atau attraction dalam Taman Purbakala Pugung
Raharjo belum sesuai dengan aspek-aspek pengembangan pariwisata
karena daya tarik yang terdapat pada Taman Purbakala Pugung Raharjo
kurang menarik untuk dikunjungi. Daya tarik yang ada di Taman
Purbakala Pugung Raharjo hanya terbatas pada daya tarik alam yang ada
di lokasi objek wisata tersebut. Dinas Pariwisata Kabupaten Lampung
108
Timur belum mampu mengembangkan daya tarik budaya dan daya tarik
buatan yang seharusnya ada pada setiap objek wisata budaya. Tidak ada
atraksi-atraksi unik yang mampu menjadi cirri khas Taman Purbakala
Pugung Raharjo yang membuat wisatawan merasa tertarik untuk selalu
mengunjungi Taman Purbakala Pugung Raharjo.
2. Aspek mudah dicapai atau accesable berdasarkan Peraturan Daerah
Kabupaten Lampung Timur No. 3 Tahun 2016 tentang Rencana Induk
Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kabupaten Lampung
Timur Tahun 2016-2030 belum sesuai dengan aspek-aspek
pengembangan pariwisata. Akses jalan dari Kota Bandar Lampung
menuju Taman Purbakala Pugung Raharjo sudah beraspal dan aman
serta mudah untuk dilalui, akan tetapi justru keadaan jalan setapak yang
berada di dalam area Taman Purbakala Pugung Raharjo masih
mengalami kerusakan dan belum ada perbaikan dalam beberapa tahun
belakangan. Hal itu menyebabkan ketidaknyamanan wisatawan yang
datang berkunjung.
3. Aspek fasilitas atau amenities dalam pengembangan Taman Purbakala
Pugung Raharjo belum sesuai dengan aspek-aspek pengembangan
pariwisata. Fasilitas yang masih terbatas dan kurang memadainya
perawatan yang dilakukan serta tidak adanya lokasi penjualan souvenir
khas Taman Purbakala Pugung Raharjo mengurangi minat pengunjung
yang datang. Media sosial yang digunakan untuk lebih mengenalkan
objek wisata Taman Purbakala Pugung Raharjo juga belum mampu
meningkatkan jumlah pengunjung di luar Kabupaten Lampung Timur.
109
4. Aspek lembaga pariwisata atau ancillary dalam pengembangan
pariwisata Taman Purbakala Pugung Raharjo belum sesuai dengan
aspek-aspek pengembangan pariwisata. Keberadaan Pokdarwis Taman
Gautama yang terbentuk sejak tahun 2015 hanya mampu membuat area
bermain Taman Gautama pada akhir tahun 2018 dan belum mampu
membantu masyarakat sekitar dalam meningkatkan kreatifitas untuk
membuat souvenir sebagai ciri khas dari Taman Purbakala Pugung
Raharjo seperti yang telah dijelaskan pada Peraturan Daerah Kabupaten
Lampung Timur No. 3 Tahun 2016 tentang Rencana Induk
Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kabupaten Lampung
Timur Tahun 2016-2030
5. Pada indikator manajemen pariwisata yang dilakukan oleh Dinas
Pariwisata Kabupaten Lampung Timur belum berhasil dilakukan. Dinas
Pariwisata Kabupaten Lampung Timur belum melakukan manajemen
yang baik untuk pengembangan Taman Purbakala Pugung Raharjo.
Pihak Dinas Pariwisata Kabupaten Lampung Timur mengatakan bahwa
tidak ada strategi yang dibuat dan hanya mengandalkan festival-festival
yang dilakukan serta keadaan objek wisata saja. Dinas Pariwisata
Kabupaten Lampung Timur mengatakan bahwa pihaknya tidak
mengetahui perihal strategi pengembangan pariwisata.
6. Upaya konservasi dan revitalisasi belum berhasil dilakukan secara
maksimal. Konservasi hanya dilakukan satu kali pada tahun 2015 dan
belum pernah dilakukan konservasi lanjutan terhadap situs Taman
Purbakala Pugung Raharjo. Upaya revitalisasi cagar budaya belum
110
pernah dilakukan. Pihak BPCB Banten masih memfokuskan kegiatan
revitalisasi cagar budaya di Pulau Jawa.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan tersebut, maka peneliti memberikan saran terhadap
konservasi dan revitalisasi cagar budaya Pugung Raharjo Kabupaten
Lampung Timur (studi pada objek wisata Taman Purbakala Pugung
Raharjo) sebagai berikut:
1. Membuat suatu lokasi yang digunakan sebagai kantin atau tempat
berdagang masyarakat, sehingga masyarakat tidak hanya berdagang saat
diadakannya festival di Taman Purbakala Pugung Raharjo dan
masyarakat dapat memperjual belikan hasil kreatifitas sebagai souvenir
ciri khas Taman Purbakala Pugung Raharjo.
2. Memprioritaskan penganggaran untuk perbaikan infrastuktur jalan guna
mengantisipasi kondisi dan permasalahan yang muncul. Pemerintah
Kabupaten Lampung Timur seharusnya dapat menggunakan APBD
secara efektif dan maksimal untuk sektor pariwisata dan mengurangi
ketergantungan dana yang berasal dari Balai Pelestarian Cagar Budaya
(BPCB) Banten.
3. Perlu adanya peningkatan koordinasi dan keterpaduan program antar
pihak yang terkait dalam pengembangan Taman Purbakala Pugung
Raharjo dengan mengadakan forum-forum dan pembuatan laporan
secara rutin untuk memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan kebijakan
pengembangan pariwisata di Taman Purbakala Pugung Raharjo.
111
4. Mengadakan pemberdayaan dan pelatihan secara rutin dengan
masyarakat agar mampu meningkatkan kreatifitas dan kemampuan
masyarakat sekitar.
5. Memanfaatkan media sosial facebook, twitter, instagram, dan youtube
secara lebil optimal sebagai upaya untuk mengenalkan dan memberikan
informasi terbaru mengenai objek wisata Taman Purbakala Pugung
Raharjo.
6. Memperbaiki pengelolaan dan manajemen pariwisata agar sesuai dengan
pengembangan wisata budaya, sehingga objek wisata yang ada dapat
berkembang dengan maksimaldengan menonjolkan ciri khas yang unik
dan langka yang membuat wisatawan merasa penasaran dan berminat
untuk terus mengunjungi Taman Purbakala Pugung Raharjo.
7. Memfokuskan upaya konservasi dan revitalisasi agar dapat dilakukan
secara berkala di Taman Purbakala Pugung Raharjo untuk
menghidupkan kembali nilai-nilai yang terkandung dalam bangunan
cagar budaya.
8. Memperbanyak program-program yang berkaitan dengan fungsi
pendidikan sebagai sarana edukasi bagi masyarakat.
112
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku :
Agustino, Leo. 2008. Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Ariyanto. 2005. Ekonomi Pariwisata. Jakarta: Rineka Cipta
Hasibuan, Malayu S.P. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi
Aksara
Indiahono, Dwiyanto. 2017. Kebijakan Publik Berbasis Dynamic Policy
Analysis (Edisi Ke-2 Revisi). Yogyakarta: Gava Media.
Moelong, Lexy J. 2004. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Muljadi, A.J. 2010. Kepariwisataan dan Perjalanan. Jakarta: Rajawali Pers.
Nazir, Moh. 2003.Metode Penelitian. Jakarta: PT Ghalia Indonesia.
Nugroho, Riant. 2014. Publik Policy. Jakarta : Elex Media Komputindo.
Pendit, I Nyoman S. 1999. Ilmu Pariwisata: Sebuah Pengantar Perdana.
Jakarta: PT Pradnya Paramita
Sedyawati, Edi. 2012. Budaya Indonesia: Kajian Arkeologi, Seni, dan Sejarah.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Silaen, Sofar dan Widiyono. 2013. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: In
Media.
Sudarto. 1995. Metodologi Penelitian Filsafat. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
113
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Suryadana, M. Liga. 2015. Pengantar Pemasaran Pariwisata. Bandung:
Alfabeta
Suwantoro, Gamal. 2004. Dasar-Dasar Pariwisata. Yogyakarta: Andi.
Tjandrasasmita, Uka. 1995. Arkeologi Islam Nusantara. Jakarta: KPG
Wahab, Solichin Abdul. 2016. Analisis Kebijakan : dari Formulasi ke
Penyusunan Model-Model Implementasi Kebijakan Publik. Jakarta: Bumi
Aksara.
Winarno, Budi. 2012. Kebijakan Publik (Teori, Proses, dan Studi Kasus).
Yogyakarta: CAPS.
Yoeti, Oka A. 2008. Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata. Jakarta:
Pradaya Pratama
-------------------. 2008. Manajemen Pariwisata. Jakarta: Kompas
Sumber Skripsi :
Intan, Lusita. 2017. Implementasi Kebijakan Pengembangan Objek Wisata
Pantai Tanjung Setia Kecamatan Pesisir Selatan Kabupaten Pesisir Barat.
Skripsi.
Anggraeni, Intan. 2017. Implementasi Kebijakan Pengelolaan Taman Nasional
Way Kambas Terhadap Status Sosial Ekonomi Masyarakat Sekitar Kawasan
(Studi pada Taman Nasional Way Kambas, Lampung timur, Lampung).
Skripsi.
Sumber Jurnal:
Attar, Muhammad. 2013. Analisis Potensi dan Arahan Strategi Kebijakan
Pengembangan Desa Ekowisata. Dalam Journal of Indonesian
Tourism and Development Studies. Vol. 1. No. 2. Hlm. 68-78.
114
Hermawan dan Pratidina. 2015. Model Implementasi Kebijakan Pengembangan
Pariwisata Dalam meningkatkan Destinasi Pariwisata di abupaten Bogor.
Dalam Jurnal Sosial Humaniora. Vol. 6. No. 2. Hlm. 94-103.
Masyono, Superda A. dan Bambang Suhada. 2015. Strategi Pengembangan
Sektor Kepariwisataan di Kabupaten Lampung Timur. Dalam Jurnal
Derivatif. Vol.9. No.1. Hlm.129-139.
Primadany, Sefira Ryalita. 2013. Analisis Strategi Pengembangan Pariwisata
Daerah. Dalam Jurnal Administrasi Publik. Vol. 1. No. 4. Hlm. 135-143.
Saptono, Nanang. 2012. Situs Pugung Raharjo dalam Konteks Pengembangan
Pariwisata. Dalam Jurnal Balai Arkeologi Bandung. Vol.1. No.2. Hlm.290-
308.
Tanudirjo, Daud A. 2000. Reposisi Arkelogi dalam Era Global. Buletin Cagar
Budaya. Vol. 1. No. 2. Hlm. 11-26
Sumber Dokumen :
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah
Peraturan Daerah Provinsi Lampung No. 6 Tahun 2012 Tentang Rencana Induk
Pembangunan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Provinsi Lampung
Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Timur No. 4 Tahun 2012 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lampung Timur Tahun 2011-2031
Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Timur No. 3 Tahun 2016 tentang
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah Kabupaten Lampung
Timur Tahun 2016-2030
Data Kepariwisataan Kabupaten Lampung Timur
Kabupaten Lampung Timur Dalam Angka 2018