Upload
dinda-ayu-alestine
View
35
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
keluarga berencana
Citation preview
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Program Keluarga Berencana
1. Pengertian Keluarga Berencana
Keluarga Berencana menurut WHO (World Health Organisation) adalah
tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk :
a. Mendapatkan objektif - objektif tertentu.
b. Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan.
c. Mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan.
d. Mengatur interval di antara kelahiran.
e. Mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami
isteri.
f. Menentukan jumlah anak dalam keluarga.
Sasaran utama dari pelayanan KB adalah Pasangan Usia Subur
(PUS). Pelayanan KB diberikan di berbagai unit pelayanan baik oleh
pemerintah maupun swasta dari tingkat desa hingga tingkat kota dengan
kompetensi yang sangat bervariasi. Pemberi layanan KB antara lain
adalah Rumah Sakit, Puskesmas, dokter praktek swasta, bidan praktek
swasta dan bidan desa. Jenis alat / obat kontrasepsi antara lain kondom,
pil KB, suntik KB, IUD, implant, vasektomi, dan tubektomi. Untuk jenis
pelayanan KB jenis kondom dapat diperoleh langsung dari apotek atau
toko obat, pos layanan KB dan kader desa.
2. Tujuan Keluarga Berencana (KB)
Kebijakan Keluarga Berencana (KB) bertujuan untuk
mengendalikan pertumbuhan penduduk melalui usaha penurunan
tingkat kelahiran. Kebijakan KB ini bersama-sama dengan usaha-usaha
pembangunan yang lain selanjutnya akan meningkatkan
kesejahteraan keluarga. Upaya menurunkan tingkat kelahiran dilakukan
dengan mengajak pasangan usia
subur (PUS) untuk berkeluarga berencana. Sementara itu penduduk yang
8
9
belum memasuki usia subur (Pra-PUS) diberikan pemahaman dan
pengertian mengenai keluarga berencana. Untuk menunjang dan
mempercepat pencapaian tujuan pembangunan KB telah ditetapkan
beberapa kebijakan, yaitu perluasan jangkauan, pembinaan terhadap
peserta KB agar secara terus menerus memakai alat kontrasepsi,
pelembagaan dan pembudayaan NKKBS serta peningkatan
keterpaduan pelaksanaan keluarga berencana.
Hartanto (2004) menyatakan bahwa untuk mencapai tujuan KB yaitu
mewujudkan Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS)
penggarapan KB diarahkan pada dua bentuk sasaran, yaitu : 1)
sasaran langsung, yakni Pasangan Usia Subur (PUS) usia 15 – 49 tahun,
dengan jalan mereka secara bertahap menjadi peserta KB yang aktif
lestari, sehingga memberi efek langsung penurunan fertilitas dan 2)
sasaran tidak langsung, yaitu organisasi-organisasi, lembaga-lembaga
kemasyarakatan, instansi-instansi pemerintah maupun swasta, tokoh-
tokoh masyarakat (alim ulama, wanita dan pemuda) yang diharapkan
dapat memberikan dukungannya dalam pelembagaan NKKBS.
3. Visi dan Misi Keluarga Berencana (KB)
Visi KB berdasarkan paradigma baru program Keluarga
Berencana Nasional adalah untuk mewujudkan ”Keluarga berkualitas
tahun 2015”. Keluarga yang berkualitas adalah keluarga yang sehat,
maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal,
berwawasan kedepan, bertanggungjawab, harmonis
dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Visi “Keluarga
berkualitas 2015″ dijabarkan dalam salah satu misinya kedalam
peningkatan kualitas pelayanan Keluarga Berencana dan Kesehatan
Reproduksi (BKKBN, 2007).
B. Kontrasepsi
Kontrasepsi berasal dari kata Kontra berarti mencegah atau melawan.
Sedangkan Konsepsi adalah pertemuan antara sel telur (sel wanita) yang
10
matang dan sel sperma (sel pria) yang mengakibatkan kehamilan.
Jadi kontrasepsi adalah menghindari / mencegah terjadinya kehamilan
sebagai akibat pertemuan sel telur yang matang dengan sel sperma
tersebut. Dalam menggunakan kontrasepsi, keluarga pada umumnya
mempunyai perencanaan atau tujuan yang ingin dicapai. Tujuan tersebut
diklasifikasikan dalam tiga kategori, yaitu menunda / mencegah
kehamilan, menjarangkan kehamilan, serta menghentikan / mengakhiri
kehamilan atau kesuburan.
Menurut Imbarwati (2009) cara kerja kontrasepsi bermacam macam tetapi
pada umumnya yaitu :
a. Mengusahakan agar tidak terjadi ovulasi.
b. Melumpuhkan sperma.
c. Menghalangi pertemuan sel telur dengan sperma.
1. Macam-macam Alat Kontrasepsi
a. Kontrasepsi Suntik
Everett (2007) menyatakan bahwa kontrasepsi suntik menyebabkan
lendir servik mengental sehingga menghentikan daya tembus sperma,
mengubah endometium menjadi tidak cocok untuk implantasi dan
mengurangi fungsi tuba falopii. Namun fungsi utama kontrasepsi
suntik dalam mencegah kehamilan adalah menekan ovulasi.
Terdapat beberapa indikasi dari pemakaian kontrasepsi suntik, yakni :
usia reproduksi, telah memiliki anak ataupun belum memiliki
anak, ingin mendapatkan kontrasepsi dengan efektifitas tinggi,
menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai, setelah
melahirkan dan tidak menyusui, setelah abortus atau keguguran,
telah banyak anak, tetapi belum menghendaki tubektomi,
perokok, tekanan darah
<180/110 mmHg, dengan masalah gangguan pembekuan darah
atau anemia bulan sabit, menggunakan obat untuk epilepsi
(fenitoin dan barbiturat) atau obat tuberkulosis (rifampisin), tidak
dapat memakai kontrasepsi yang mengandung estrogen, sering lupa
mengunakan pil kontrasepsi, anemia defisiensi besi dan mendekati
menopause yang
11
tidak mau atau tidak boleh menggunakan pil kontrasepsi kombinasi
(Sarwono, 2003).
Kotraindikasi dari penggunaan alat kontrasepsi suntik antara lain :
hamil atau diduga hamil, perdarahan pervaginam yang belum jelas
penyebabnya, tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid
terutama amenorea, diabetes mellitus disertai komplikasi dan
menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara
(Sarwono,
2003).
Mekanisme KB suntik secara umum dapat dibagi menjadi 2 (dua),
yaitu :
a) Primer : mencegah ovulasi
Kadar Folikel Stimulating Hormon (FSH) dan Lutheinizing
Hormon (LH) menurun dan tidak terjadi sentakan LH (LH surge).
Respons kelenjar hypophyse terhadap gonadotropin -
releasing hormone eksogenus tidak berubah, sehingga member
kesan proses terjadi di hipotalamus dari pada di kelenjar
hypophyse. Ini berbeda dengan POK yang tampaknya
menghambat ovulasi melalui efek langsung pada kelenjar
hypophyse. Penggunaan kontrasepsi suntikan tidak
menyebabkan keadaan hipo-estrogenik.
Pada pemakaian DMPA, endometrium menjadi dangkal
dan artofis dengan kelenjar-kelenjar yang tidak katif. Sering
stroma menjadioedematous. Dengan pemakaian
jangka lama, endometrium dapat
sedemikian sedikitnya, sehingga tidak
didapatkan atau hanya didapat sedikit sekali jaringan bila
dilakukan biopsy. Tetapi perubahan-perubahan tersebut akan
kembali menjadi normal dalam waktu 90 hari setelah
suntikan DMPA yang terakhir.
12
b) Sekunder
a. Lendir serviks menjadi lebih kental dan sedikit, sehingga
merupakan barier terhadap spermatozoa
b. Membuat endometrium menjadi kurang baik/layak untuk
implantasi dari ovum yang telah dibuahi
c. Mungkin mempengaruhi kecepatan transport ovum di dalam
tuba fallopii (Hanafi, 2004).
Keuntungan yang di dapat pengguna dari pemakaian alat kontrasepsi
suntik adalah : sangat efektif, pencegahan kehamilan jangka panjang,
tidak berpengaruh pada hubungan suami istri, tidak mengandung
estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap penyakit jantung,
dan gangguan pembekuan darah, tidak memiliki pengaruh
terhadap ASI, sedikit efek samping, klien tidak perlu menyimpan
obat suntik, dapat digunakan oleh perempuan usia > 35
tahun sampai perimenopause, membantu mencegah
kanker endometrium dan kehamilan ektopik, menurunkan
kejadian penyakit jinak payudara, mencegah beberapa
penyebab penyakit radang panggul dan
menurunkan krisis anemia bulan sabit (sickle cell) (Sarwono, 2003).
Kerugian dari penggunaan alat kontrasepsi ini adalah : terjadinya
perubahan pada pola haid, klien sangat bergantung pada tempat sarana
pelayanan kesehatan, tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu
sebelum suntikan berikutnya, permasalahan berat badan
merupakan efek samping tersering, tidak menjamin perlindungan
terhadap penularan infeksi menular seksual, hepatitis B virus, atau
infeksi virus HIV, terlambatnya kembali kesuburan bukan karena
terjadinya kerusakan atau kelainan pada organ genetalia,
melainkan belum habisnya pelepasan obat suntikan dari
deponya (tempat suntikan), terjadi perubahan pada lipid serum
pada penggunaan jangka panjang, pada penggunaan jangka
panjang dapat sedikit menurunkan kepadatan tulang
(densitas), pada penggunaan jangka panjang dapat
13
menimbulkan kekeringan vagina, menurunkan libido, gangguan emosi
(jarang), sakit kepala, nervosas, jerawat (Sarwono, 2003).
b. Kontrasepsi Kondom
Macam-macam kondom menurut Hartono (2003) yaitu : 1)
kondom kulit, cirinya : terbuat dari membran usus biri-biri, tidak
meregang atau mengkerut, menjalankan panas tubuh sehingga
dianggap tidak mengurangi sensitivitas selama senggama. Harga
lebih mahal dari jenis lain dan hanya sedikit beredar dipasaran,
kondom lateks, paling banyak dipakai, murah dan elastis, dan 3)
kondom plastik, paling tipis, juga mengantarkan panas tubuh, lebih
mahal dari kondom lateks.
Kegagalan alat kontrasepsi kondom biasanya disebabkan oleh kondom
yang bocor atau robek karena pemakaian yang kurang teliti dan tidak
mematuhi petunjuk pemakaian. Angka kegagalan adalah
berkisar antara 15% - 36%. Sedangkan keuntungan yang dapat
diperoleh dari penggunaan alat kontrasepsi kondom adalah
melindungi pengguna dari penularan penyakit AIDS dan penyakit
kelamin menular lainnya yang ditularkan melalui hubungan seksual,
selain itu kondom dapat dibeli bebas di apotik dan toko obat
serta mudah penggunaannya. (Sarwono, 2003)
Efek samping yang dapat pengguna alat kontrasepsi kondom
adalah dapat tertinggalnya kondom di dalam vagina, terjadinya infeksi
ringan dan sejumlah kecil pengguna mengaku alergi
terhadap karet (Sarwono, 2003)
c. Kontrasepsi Pil
Jenis pil kontrasepsi yang beredar di Indonesia sebagian besar adalah
jenis pil kombinasi. Secara teoritis dari penggunaan alat
kontrasepsi pil pada 100 orang ditermukan angka resiko kegagalan
sebesar 0,1 sampai dengan 1,7. Menurut Everett (2007) keuntungan
yang didapat dari penggunaan pil kontrasepsi adalah :
14
1. Efektivitasnya tinggi, dapat dipercaya jika dikonsusmsi sesuai
aturannya.
2. Pemakai pil dapat hamil lagi, bilamana dikehendaki kesuburan
dapat kembali dengan cepat.
3. Tidak mengganggu kegiatan seksualitas suami istri.
4. Siklus haid teratur.
5. dapat menghilangkan keluhan nyeri haid.
6. Untuk pengobatan kemandulan, kadang-kadang dapat dipakai
untuk memancing kesuburan.
7. Untuk mengobati wanita dengan perdarahan yang tidak teratur.
8. Untuk mengobati perdarahan haid pada wanita usia muda
Kontra indikasi penggunaan pil kontrasepsi adalah tidak
dianjurkan bagi wanita hamil, menyusui eksklusif, hepatitis,
perdarahan, jantung, stroke, kencing manis, kanker payudara dan
wanita yang tidak menggunakan pil setiap hari (Saefudin, 1996).
Efek samping ringan yang kemungkinan bisa di derita oleh
pengguna adalah berupa mual muntah, pertambahan berat badan,
perdarahan tidak teratur, retensi cairan, edema, mastalgia, sakit
kepala, timbulnya jerawat, alopesia, dan keluhan ringan lainnya.
Keluhan ini berlangsung pada bulan-bulan pertama pemakaian pil.
Efek samping berat bagi pengguna pil kontrasepsi adalah dapat
terjadi trombo embolisme mungkin karena terjadinya peningkatan
aktivitas faktor-faktor pembekuan atau karena pengaruh vaskuler
secara langsung. Memungkinkan timbulnhya karsinoma servik
uteri.
d. Kontrasepsi Implan
Menurut Saefudin (1996) penggunaan alat kontrasepsi
implan memiliki resiko kehamilan antara 0,2 – 1 pada
pemakaian 100 pengguna. Keuntungan yang di dapat dari
penggunaan implan adalah dapat dipasang dalam jangka waktu 5
(lima) tahun, kontrol medis ringan, dapat dilayani di daerah pedesaan
dan biaya murah, sedangkan
15
efek samping yang kemungkinan akan diderita pengguna adalah
terjadinya gangguan menstruasi terutama selama 3 – 6 bulan pertama
dari pemakaian, pengguna akan mengalami masa haid yang lebih
panjang, lebih sering atau amenorea (Sarwono, 2003).
e. Kontrasepsi IUD atau Spiral
Berdasarkan bentuknya IUD dapat dibedakan menjadi bentuk terbuka
(open device, misalnya : lippes loop, CU-T, Cu-T, marguies,
spring cooil, multiload, nova-T, dll) dan bentuk tertutup (closed
device, misalnya : ota ring, antigon, grafenberg ring, hall stone,
dll). Pada bentuk tertutup bila terjadi dislokasi kedalam rongga perut
maka harus dikeluarkan, karena dapat menyebabkan masuknya
usus ke dalam lubang atau cincin dan kemudian terjadilah ileus
(Sarwono, 2003).
Tingkat efektivitas IUD sangat tinggi untuk mencegah dalam jangka
waktu yang lama. Angka kehamilan pengguna IUD berkisar antara 1,5
– 3 per 100 wanita pengguna pada tahun-tahun pertama dan angka ini
menjadi lebih rendah lagi untuk tahun-tahun berikutnya (Everett,
2007). Keuntungan yang di dapat pengguna alat kontrasepsi IUD
adalah dapat meningkatkan kenyamanan hubungan suami istri karena
rasa aman terhadap resiko kehamilan, dapat dipasang segera
setelah melahirkan atau keguguran, kesuburan cepat kembali
setelah IUD di cabut/dibuka, cocok untuk mencegah kehamilan
atu menjarangkan kehamilan dalam jangka panjang, tidak
mengganggu hubungan pasutri, tidak terpengaruh dengan “faktor
lupa” dari pemakai, tidak ada efek samping hormonal, tidak
mengganggu laktasi dan tidak berinteraksi dengan obat-obatan.
Menurut Krisnadi (2002) bahwa kontra indikasi penggunaan alat
kontrasepsi IUD adalah pada wanita yang mempunyai enfeksi pelvis,
wanita yang sedang menderita penyakit hubungan seksual
(PHS, AIDS, Genore, Klamidia) atau selama 3 bulan terakhir, wanita
dengan
16
banyak patner, wanita dengan kanker mulut rahim atau kanker
alat reproduksi lainnya (ovarium, endometrium) dan wanita
dengan penyakit trofoblast (mola, kariokasinoma) dan TBC
kandungan. Efek samping yang kemungkinan dapat diderita oleh
pengguna IUD adalah terjadinya infeksi panggul apabila
pemasangan tidak tepat dan dapat terjadi rasa sakit berupa kram
perut setelah pemasangan (Hartanto,
2004).
f. Kontrasepsi Medis Operatif Wanita (MOW)
Tingkat keefektifan alat kontrasepsi MOW sangat tinggi dan dapat
segera efektif post operatif (Hartanto, 2004), dengan keuntungan yang
bisa di dapat antara lain vasektomi tuba akan menghadapi
dan mencapai klimakterium dalam suasana alami (Manuaba,
1998). Kontra indikasi vasektomi antara lain adalah :
1. Peradangan dalam rongga panggul
2. Peradangan liang senggama akut (vaginatis sevisitis akut)
3. Penyakit kardiovaskuler berat, penyakit paru berat atau
penyakit paru lain yang tidak memungkinkan akseptor berada
dalam posisi genupektorial.
4. Obesitas berlebihan
5. Bekas laparotomi
Efek samping yang kemungkinan di derita oleh pengguna
vasektomi adalah terjadinya resiko internal sedikit lebih tinggi,
kemungkinan infeksi serius sedikit lebih tinggi dan sedikit sekali
kematian yang berhubungan dengan anestesi. (Hartanto, 2004)
g. Kontrasepsi Medis Operatif Pria (MOP)
Alat kontrasepsi MOP memiliki tingkat efektivitas yang tinggi dengan
masa efektif 6 – 10 minggu setelah operasi, seangkan keuntungan
yang bisa didapat oleh pengguna adalaht : eknik operasi kecil
yang sederhana dapat dikerjakan kapan saja dan dimana saja,
komplikasi
17
yang dijumpai sedikit dan ringan, hasil yang diperoleh
(efektivitas) hampir 100%, biaya murah dan terjangkau oleh
masyarakat, dan bila pasangan suami, istri karena suatu sebab ingin
mendapatkan keturunan lagi kedua ujung vas deferens dapat
disambung kembali (operasi rekanalisasi) (Sarwono, 2003).
C. Kendala yang dialami pasangan suami istri dalam pelaksanaan Keluarga
Berencana (KB).
Terdapat beberapa kendala yang dialami oleh masyarakat pada
waktu pelaksanaan program Keluarga Berencana (KB) yang dapat
dilihat dari beberapa sudut pandang, antara lain :
1) Dari sudut budaya
Suami beranggapan seolah kesehatan reproduksi bukan urusan mereka,
melainkan urusan istri saja sehingga mereka enggan mencari
informasi mengenai Keluarga Berencana. Sebagai perwujudan
partisipasi aktif suami dalam kesehatan reproduksi dan Keluarga
Berencana, maka didorong untuk memperhatikan kesehatan seluruh
anggota keluarga dan memberi dukungan pada istrinya dalam
urusan Keluarga Berencana dengan melalui penyebaran informasi.
2) Dalam segi control pengambilan keputusan didominasi kaum pria.
Padahal dalam pengambilan keputusan untuk mengikuti program
Keluarga Berencana harus merupakan hasil kesepakatan antara suami istri.
Diupayakan melalui seruan mengenai komunikasi antar pribadi suami istri
dalam pengambilan keputusan kesehatan reproduksi dan Keluarga
Berencana dalam rumah tangga.
3) Pengaruhnya dalam konteks hubungan suami istri.
4) Minimnya komunikasi dua pribadi yang berbeda.
Bila disatukan tanpa perekat yang kuat berupa komunikasi yang kuat pula,
maka akan menimbulkan berbagai masalah. Namun apabila suami
istri bersedia meluangkan waktu untuk berkomunikasi membahas
kesehatan
18
reproduksi dan keluarga berencana mereka dengan mengutamakan
kesetaraan peran dan tanggung jawab, maka akan timbul kesepakatan.
D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Alat Kontrasepsi KB
Suntik
Pemilihan alat kontrasepsi KB suntik dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor di antaranya, yaitu : Umur, pendidikan, pekerjaan,
pendapatan, dukungan suami dan pengetahuan (Hartanto, 2004)
1. Umur
Umur adalah usia ibu yang secara garis besar menjadi indikator
dalam kedewasaan dalam setiap pengambilan keputusan yang mengacu
pada setiap pengalamannya. Usia yang cukup dalam mengawali atau
memasuki masa perkawinan dan kehamilan akan membantu
seseorang dalam kematangan dalam menghadapi persoalan atau
masalah, dalam hal ini keputusan untuk menggunakan alat
kontrasepsi setelah melahirkan. Demikian sebaliknya dengan usia
kurang dari 16 tahun maka kemungkinan
kematangan pikiran dan perilaku juga kurang terlebih menghadapi
perubahan dan adaptasi setelah melahirkan.
2. Pendidikan
Tingkat pendidikan turut menentukan mudah tidaknya seseorang
menyerap dan memahami pengetahuan tentang persiapan menghadapi
persalinan yang mereka peroleh (Kodyat, 1999). Dari kepentingan
keluarga pendidikan itu sendiri amat diperlukan seseorang lebih
tanggap terhadap pemilihan alat kontrasepsi yang cocok dan aman.
Tingkat pendidikan turut menentukan rendah tidaknya seseorang
menyerap dan memakai pengetahuan (Notoatmodjo, 2007), demikian
halnya dengan pemilihan alat kontrasepsi KB suntik.
3. Pekerjaan
Banyak ibu-ibu bekerja mencari nafkah, baik untuk kepentingan
sendiri maupun keluarga. Faktor bekerja saja nampak belum berperan
sebagai timbulnya suatu masalah pada pemilihan alat kontrasepsi yang
cocok bagi
19
mereka. Pada ibu-ibu yang bekerja di luar rumah sudah
membuat cenderung untuk memilih alat kontrasepsi yang relatif aman,
praktis, cepat dan dapat dilayani di tempat-tempat pelayanan kesehatan
yang terdekat dari rumah.
4. Pendapatan (Ekonomi)
Pendapatan biasanya berupa uang yang mempengaruhi kesiapan keluarga
dalam mempersiapakan semua kebutuhan keluarga. Pendapatan
berpengaruh pada daya beli seseorang untuk membeli sesuatu. Pendapatan
merupakan salah satu faktor yang paling menentukan kuantitas
maupun kualitas kehidupan seseorang. Tingkatan seseorang untuk
memenuhi kebutuhan hidup disesuaikan dengan penghasilan yang ada.
Pemilihan alat kontrasepsi KB suntik juga menjadi pertimbangan bagi
ibu yang bekerja maupun ibu rumah tangga, karena bagi seorang ibu
yang bekerja di luar rumah juga memiliki kebutuhan yang lebih dari ibu
rumah tangga biasa.
5. Dukungan Suami
Dukungan suami merupakan dorongan terhadap ibu baik secara moral
maupun material, dimana dukungan suami sangat mempengaruhi
ibu dalam pemilihan alat kontrasepsi yang cocok, adapun dukungan
suami perhatian, dimana perhatian yang diberikan sangat
membantu ibu menentukan penggunaan alat kontrasepsi yang cocok
untuk mereka dan memberikan rasa nyaman dan percaya diri dalam
mengambil keputusan tersebut. Informasi, dimana suami yang
mendukung akan memberikan informasi tentang mempemilihan alat
kontrasepsi, baik informasi yang didapat dari TV maupun majalah dan
koran.
6. Pengetahuan (Knowledge)
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui pancaindra manusia yakni melalui indra
penglihatan, penciuman, pendengaran, perasa dan peraba. Pengetahuan
atau kognitif merupakan domain sangat penting dalam membentuk
tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2007). Pengetahuan mencakup ingatan
yang dipelajari dan
20
disimpan dalam ingatan, hal tersebut meliputi fakta, kaidah, dan
prinsip serta metode yang diketahui. Pengetahuan yang disimpan
dalam ingatan akan digali pada saat yang dibutuhkan melalui bentuk
mengingat atau mengenal kembali (Notoatmodjo, 2007).
Notoatmodjo (2007), yang mengutip dari Bloom menyatakan bahwa
tingkat pengetahuan di dalam domain kognitif, meliputi :
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya, termasuk kedalam pengetahuan dalam tingkat ini
adalah mengingat kembali (recall). Kata kerja untuk mengukur
bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain mampu
menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, dan sebagainya.
b. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang obyek yang diketahui materi tersebut secara
benar. Orang yang telah paham terhadap suatu objek materi harus
dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan
terhadap obyek yang telah dipelajari.
c. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi nyata sebelumnya.
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu
struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e. Sintesis (Syntesis)
Menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru.
21
f. Evaluasi (Evaluation)
Ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilain terhadap suatu materi atau objek. Penilaian ini
berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau berdasarkan
kriteria yang sudah ada.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut Notoatmodjo
(2007), yaitu :
a. Tingkat Pendidikan
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka dia akan lebih
mudah dalam menerima hal-hal baru sehingga akan lebih mudah pula
untuk menyelesaikan hal-hal baru tersebut.
b. Informasi
Seseorang yang mempunyai sumber informasi yang lebih banyak akan
memberikan pengetahuan yang jelas.
c. Budaya
Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan
seseorang, karena informasi-informasi baru akan di saring kira-kira
sesuai dengan kebudayaan yang ada dan agama yang dianut.
d. Pengalaman
Pengalaman disini berkaitan dengan umur dan pendidikan individu,
maksudnya pendidikan yang tinggi pengalaman akan luas sedang umur
semakin banyak (bertambah tua).
e. Sosial Ekonomi
Tingkatan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup disesuaikan
dengan penghasilan yang ada, sehingga menuntut pengetahuan yang di
miliki harus dipergunakan semaksimal mungkin. begitupun dalam
mencari bantuan ke sarana kesehatan yang ada, mereka sesuaikan
dengan pendapatan keluarga
22
Ada berbagai macam cara untuk mencari atau memperoleh kebenaran
pengetahuan sepanjang sejarah, yaitu : (Notoatmodjo, 2007)
a. Cara tradisional
Untuk memperoleh pengetahuan, cara kuno atau tradisional dipakai
orang memperoleh kebenaran pengetahuan, sebelum ditemukannya
metode ilmiah untuk metode penemuan secara sistematik dan logis.
b. Cara coba-salah (Trial and error)
Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan
mungkin sebelum adanya peradaban. Pada waktu itu seseorang apabila
menghadapi persoalan untuk masalah, upaya pemecahannya dilakukan
dengan cara coba-coba saja. Dimana metode ini telah digunakan orang
dalam waktu yang cukup lama untuk memecahkan berbagai masalah.
Bahkan sekarang ini metode coba-coba masih sering dipergunakan
terutama oleh mereka yang belum atau tidak mengetahui cara
memecahkan masalah (Notoatmodjo, 2007).
c. Kekuasaan atau otoritas
Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali kebiasaan dan
tradisi-tradisi yang dilakukan oleh orang tanpa melakukan
penalaran apakah yang dilakukan tersebut baik atau tidak. Kebiasaan
ini biasanya diwariskan turun temurun dari
generasi berikutnya. Dimana pengetahuan,
diperoleh berdasarkan otoritas atau kekuasaan, baik tradisi,
otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama, otoritas ilmu
pengetahuan (Notoatmodjo, 2007).
d. Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman adalah guru yang baik, dimana pengalaman itu merupakan
sumber pengetahuan, atau pengetahuan itu merupakan suatu cara untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan. Pengalaman pribadipun dapat
digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Perlu diperhatikan
bahwa tidak semua pengalaman pribadi dapat menuntun seseorang
untuk menarik kesimpulan dengan benar, maka perlu berfikir kritis dan
logis (Notoatmodjo, 2007).
23
e. Melalui jalan pikir
Sejalan dengan perkembangan kebudayaaan umat manusia, cara
berfikir manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu
menggunakan penalarannya dalam memperoleh
pengetahuannya. Dengan kata lain dalam memperoleh kebenaran
pengetahuan manusia telah menggunakan jalan pikirannya baik
melalui induksi dan deduksi (Notoatmodjo, 2007).
f. Cara modern dalam memperoleh pengetahuan
Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau metodologi
penelitian, dimana cara ini mula-mula mengadakan
pengamatan langsung terhadap gejala-gejala alam atau
kemasyarakatan kemudian hasil pengamatannya
tersebut dikumpulkan dan diklasifikasikan dan
akhirnya diambil kesimpulan umum (Notoatmodjo, 2007).
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
yang bertujuan untuk mengetahui atau menanyakan tentang isi materi yang
ingin diukur dari subyek penelitian atau responden (Notoatmodjo, 2007).
Tingkat pengetahuan yang akan ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita
sesuaikan dengan tingkat pengetahuan yang akan kita ketahui, dalam
hal ini tentang persiapan menghadapi persalinan.
E. Kerangka Teori
Umur Pendidikan Pekerjaan Pendapatan Dukungan Suami Pengetahuan
FasilitasKesehatan
Gambar 2.1 Kerangka teori
Pemilihan Alat kontrasepsi KB
Suntik
1. Pengambilan keputusan
2. Hubungan suamiistri
3. Komunikasi4. Informasi
Sumber : Modifikasi Notoatmodjo (2003)
24
F. Kerangka Konsep
Variabel bebas Variabel terikat
Pendidikan
Dukungan Suami PenggunaanKB suntik
Pengetahuan
Gambar 2.2 Kerangka konsep
G. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas (independent variable) dalam penelitian ini adalah
pendidikan, dukungan suami dan pengetahuan akseptor KB suntik
Pasangan Usia Subur (PUS) di Puskesmas Kedungmundu Semarang.
2. Variabel terikat (dependent variable) dalam penelitian ini adalah
penggunaan KB suntik Pasangan Usia Subur (PUS) di Puskesmas
Kedungmundu Semarang.
H. Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah :
Ada hubungan antara pendidikan dengan penggunaan KB suntik Pasangan
Usia Subur (PUS) di Puskesmas Kedungmundu Semarang.
Ada hubungan antara pengetahuan dengan penggunaan KB suntik
Pasangan Usia Subur (PUS) di Puskesmas Kedungmundu Semarang.
Ada hubungan antara dukungan suami dengan penggunaan KB suntik
Pasangan Usia Subur (PUS) di Puskesmas Kedungmundu Semarang.