Upload
others
View
19
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
KONTRIBUSI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA REMAJA
DAN PENGARUHNYA TERHADAP PERKEMBANGAN
KEAGAMAAN SISWA KELAS XI DI SMA NEGERI 14
MAKASSAR
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar
Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) Pada Jurusan Pendidikan
Agama Islam Fakultas Agama Islam Universitas
Muhammadiyah Makassar
ABD.BARIY
105190090510
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
1436 H/ 2015 M
iii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Dengan penuh kesadaran penulis/ peneliti yang bertanda tangan di
bawah ini menyatakan bahwa skripsi ini benar adalah hasil karya penulis/
peneliti sendiri. Jika dikemudian hari terbukti bahwa ia merupakan duplikat,
tiruan, plagiat, dibuat atau dibantu secara langsung oleh orang lain baik
keseluruhan, maka skripsi dan gelar sarjana yang diperoleh karenanya batal
hukum.
Penulis
ABD.BARIY NIM: 1051900905 10
Makassar: 01 Muharram 1436 25 Oktober 2014
vi
PRAKATA
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Swt Tuhan semesta alam, yang
Maha Pengasih yang tidak pilih kasih, Maha Penyayang yang rasa
sayangnya tak terhenti dan berkat Rahmat, Taufik dan Inayah-Nyalah,
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul
“Kontribusi Pendidikan Agama Islam Pada Remaja Dan Pengaruhnya
Terhadap Perkembangan Keagamaan Remaja Kelas XI di SMAN 14
Makassar”.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Rasulullah Saw.
Beserta keluarganya, sahabatnya dan kepada seluruh umat islam di seluruh
alam.
Karya ilmiah/skripsi yang sederhana ini diajukan kepada Fakultas
Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam. Penulis menyadari
sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan sebagaimana
yang diharapkan, walaupun waktu, tenaga, dan pikiran yang telah
diperjuangkan dengan segala keterbatasan kemampuan penulis dan bagi
pembaca umumnya.
vii
Dengan kerendahan hati, penulis menyadari sepenuhnya akan
kemampuan dan kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu,
penulis tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, saran serta motivasi semua
pihak baik langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan skripsi ini.
Sebelumnya penulis mengucapkan terima kasih dan rasa hormat yang
setinggi-tingginya selama penyusunan skripsi ini dan selama penulis belajar
di Fakultas Agama Islam Jurusan Pendidikan Agama Islam, penulis banyak
mendapat bantuan, motivasi, serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, penuilis menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan
kepada :
1. Kedua orang tua tercinta Bapak Basri M dan Ibu Nurdia A, yang dengan
segala kerendahan dan kemuliaan hati telah mendidik, membesarkan,
dan mendukung seluruh proses perjalanan studi penulis, yang telah
menjadi inspirasi terbesar dalam hidup penulis untuk menyelesaikan
skripsi ini.
2. DR. H. Irwan Akib M. Pd, Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Drs. H. Mawardi Pewangi M. Pd.I, Dekan Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Makassar.
4. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Amirah Mawardi, S. Ag., M.Si.
dan Sekertaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Dr. Hj. Maryam, M.Th.I.
yang senantiasa membantu penulis dalam persoalan akademik.
viii
5. Ibu Dra. Hj. Nurhaeni DS, M.Pd. dan Ibu Dra. Nur Ani Azis, M. Pd.I selaku
pembimbing yang telah memberikan pengarahan, petunjuk dan motivasi
serta doa pada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Bapak / ibu para dosen yang telah mentransfer ilmu pengetahuan kepada
penulis yang penuh manfaat dan berkah, semoga amal jariahnya selalu
mengalir.
7. Semua karyawan Tata Usaha Fakultas Agama Islam yang selalu melayani
penulis dengan ikhlas, penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya.
8. Kepada Anugerah Harisandi, S. Pd.I yang telah banyak memberikan
masukan dalam penulisan skripsi ini.
9. Terima kasih Kepala sekolah, Guru, Siswa serta Staf SMA Negeri 14
Makassar
10. Kakakku Tercinta Nusriani Basri, Nurfadila Basri, dan Adikku Muyassara
Basri dan semua keluargaku yang telah memberikan semangat dan
dukungan moril kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
11. Teman-temanku yang tercinta mahasiswa “PAI” angkatan 2010 terkhusus
kelas B yang tidak sempat penulis sebutkan satu persatu
12. Terakhir ucapan terima kasih juga disampaikan kepada mereka yang tidak
penulis sebutkan satu persatu tetapi telah banyak membantu baik dalam
bentuk moril maupun materi dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga
ix
semua pihak yang telah membantu memperoleh balasan dari Allah Swt,
amin.
Penulis sangat menyadari bahwa dalam penulisan skrispi ini masih
banyak terdapat kesalahan dan kekurangan. Untuk itu dengan kerendahan
hati penyusun mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun
demi kesempurnaan laporan ini serta demi meningkatkan kualitas dan
profesionalitas serta integritas dalam dunia pendidikan.
Akhirnya penulis berharap bahwa apa yang telah penyusun curahkan
dalam laporan skrispsi ini dapat bermanfaat bagi penyusun pada khususnya
dan pembaca pada umumnya amin.
Penulis
ABD. BARIY NIM: 105 1900905 10
Makassar : 01 Muharram 1436 25 Oktober 2014
x
ABSTRAK
Abd. Bariy. 105 19 00905 10. Kontribusi Pendidikan Agama Islam
Pada Remaja dan Pengaruhnya Terhadap Perkembangan Keagamaan
Siswa Kelas XI di SMAN 14 Makassar. (Dibimbing oleh Nurhaeni DS. dan
Nur Ani Azis).
Penelitian ini bertujuan: Untuk mengetahui kontribusi Pendidikan
Agama Islam pada remaja kelas XI di SMA Negeri 14 Makassar,
perkembangan keagamaan remaja kelas XI di SMA Negeri 14 Makassar,
Dan kontribusi Pendidikan Agama Islam berpengaruh pada perkembangan
keagamaan remaja kelas XI yang ada di SMA Negeri 14 Makassar.
Jenis penelitian ini adalah lapangan ( field research ) dengan
pendekatan kualitatif dengan mengeksploitasi data di lapangan. Penelitian ini
bersifat deskriptif kualitatif yaitu menjelaskan dan mengungkapkan fenomena
yang berkaitan dengan permasalahan yang sedang diteliti.
Hasil penelitian membuktikan bahwa Kontribusi Pendidikan Agama
Islam pada remaja kelas XI SMA Negeri 14 Makassar dikategorikan Sangat
Bermanfaat dimana dibuktikan dari hasil angket 40 orang atau (76%)
responden menyatakan bahwa Kontribusi Al-Qur’an pada pembelajaran
Pendidikan Agama Islam sangat bermanfaat. Dan perkembangan
keagamaan remaja kelas XI SMA Negeri 14 Makassar dikategorikan Sangat
Baik dengan pembuktian berdasarkan hasil angket 48 orang atau (90%)
responden menyatakan bahwa Perkembangan keagamaan yang terjadi
setelah mempelajari dan memahami buku paket Pendidikan Agama Islam
sangat baik karena mengembangkan pengetahuan Agama siswa kelas XI di
SMA Negeri 14 Makassar. Sedangkan dalam kontribusi Pendidikan Agama
Islam berpengaruh pada perkembangan keagamaan remaja kelas XI SMA
Negeri 14 Makassar dikategorikan Sangat berpengaruh dimana dibuktikan
dari hasil angket 37 orang atau (70%) responden menyatakan bahwa
mempelajari dan memahami isi pada al-qur’an sangat berpengaruh terhadap
perkembangan keagamaan siswa kelas XI SMA Negeri 14 Makassar.
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL…………………………………………………………….....i
PERSETUJUAN PEMBIMBING……………………………………………........ii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI……………………………………………..iii
PENGESAHAN SKRIPSI ………………………………………………………. iv
BERITA ACARA MUNAQASYAH………………………………………............v
PRAKATA …………………………………………………………………............vi
ABSTRAK ………………………………………………………………………..…x
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………..xi
DAFTAR TABEL………………………………………………………………….xiii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 6
D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 7
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Kontribusi…………………………………………………....8
B. Pengertian Masa Remaja………………………………...……………..9
C. Kontribusi Pendidikan Agama Islam
Pada Remaja……………………………………………………………13
D. Perkembangan Keagamaan Pada Remaja………………………….21
xii
E. Pengaruh Kontribusi Pendidikan Agama Islam Pada
Perkembangan Keagamaan Remaja…………………………………32
BAB III : METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ........................................................................... 37
B. Lokasi Dan Objek Penelitian ...................................................... 37
C. Variabel Penelitian ...................................................................... 37
D. Defenisi Operasional Variabel ................................................... 38
E. Populasi Dan Sampel ................................................................. 39
F. Instrumen Penelitiaan ................................................................. 41
G. Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 43
H. Teknik Analisis Data …………………………………………………44
BAB IV : HASIL PENELITIAN
A. Selayang Pandang Lokasi Penelitian……………………………..46
B. Kontribusi Pendidikan Agama Islam Pada Remaja Kelas XI di
SMA Negeri 14 Makassar……………………………………..……53
C. Perkembangan Keagamaan Remaja Siswa Kelas XI di SMA
Negeri 14 Makassar………………………………………………..58
D. Kontribusi Pendidikan Agama Islam Berpengaruh Pada
Perkembangan Keagamaan Remaja Kelas XI Di SMA Negeri
14 Makassar………………………………………………………….66
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………………………………..72
B. Saran…………………………………………………...…………….73
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel I Keadaan Populasi Guru dan Siswa ......................................... 40
Tabel II Keadaan Sample ..................................................................... 41
Tabel III Struktur organisasi SMA Negeri 14 Makassar ......................... 48
Tabel IV Keadaan Guru di SMA Negeri 14 Makassar ............................ 49
Tabel V Keadaan Siswa Kelas XI di SMA Negeri 14 Makassar ............ 52
Tabel VI Keadaan Sarana dan Prasarana SMA Negeri 14 Makassar ... 52
Tabel VII Kontribusi Al-Qur’an Pada Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam ........................................................................... 54
Tabel VIII Penggunaan Buku Paket Pendidikan Agama Islam Pada
Proses Pelajaran Agama Islam………………………………..…55
Tabel IX Pengajian Rutin Setiap 1 Kali Seminggu………………………..56
Tabel X Perkembangan Yang Terjadi Setelah Mempelajari dan
Memahami Isi Pada Al-Qur’an…………………………………...58
Tabel XI Perkembangan Yang Terjadi Setelah Mempelajari dan
Memahami Buku Paket Pendidikan Agama Islam……………..59
Tabel XII Perkembangan Yang Terjadi Setelah Mengikuti Pengajian
Rutin Setiap 1 Kali Seminggu…………………………………….62
Tabel XIII Mempelajari dan Memahami Isi Al-Qur’an Berpengaruh
Terhadap Perkembangan Keagamaan Siswa………………….66
xiiii
Tabel XIV Mempelajari dan memahami buku paket Pendidikan Agama
Islam berpengaruh terhadap perkembangan keagamaan
siswa………………………………………………………………...67
Tabel XV Pengajian Rutin Setiap 1 Kali Seminggu Berpengaruh Pada
Tingkat Keagamaan Siswa……………………………………….68
.............. ...
ANGKET PENELITIAN UNTUK SISWA
KONTRIBUSI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA REMAJA DAN PENGARUHNYA
TERHADAP PERKEMBANGAN KEAGAMAAN SISWA KELAS XI DI SMA NEGERI
14 MAKASSAR
ABD.BARIY (105 19 00905 10)
I. KETERANGAN ANGKET
1. Angket ini dimaksudkan untuk memperoleh data objektif dari siswa
dalam penyusunan skripsi.
2. Dengan mengisi angket ini, berarti Anda telah ikut serta membantu
kami dalam penyelesaian studi.
II. PETUNJUK PENGISIAN ANGKET
1. Sebelum Anda menjawab daftar pertanyaan yang telah disiapkan,
terlebih dahulu isi daftar identitas yang telah disediakan.
2. Bacalah dengan baik setiap pertanyaan, kemudian beri tanda silang (x)
pada jawaban yang dianggap paling tepat.
3. Isilah angket ini dengan jujur serta penuh ketelitian sehingga semua
soal dapat dijawab. Sebelumnya tak lupa saya ucapkan banyak terima
kasih atas segala bantuannya.
III. IDENTITAS SISWA
1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis kelamin :
4. Hari/Tgl :
IV. DAFTAR PERTANYAAN
1. Bagaimana menurut Anda tentang kontribusi Al-Qur’an pada
pembelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas XI SMA Negeri 14
Makassar?
a. Sangat Bermanfaat c. Tidak Bermanfaat
b. Bermanfaat
.............. ...
2. Bagaimana Menurut anda dengan adanya buku paket Pendidikan Agama Islam
dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam ?
a. Sangat Membantu
b. Kurang Membantu
c. Tidak Membantu
3. Bagaimana Menurut anda dengan adanya pengajian rutin setiap 1 kali seminggu di
sekolah?
a. Baik
b. Tidak baik
c. Sangat Baik
4. Menurut anda, Bagaimana perkembangan keagamaan yang terjadi setelah
mempelajari dan memahami isi pada Al-Qur’an ?
a. Sangat Baik
b. Kurang Baik
c. Tidak Baik
5. Menurut anda, Bagaimana perkembangan keagamaan yang terjadi setelah
mempelajari dan memahami buku paket Pendidikan Agama Islam?
a. Sangat Baik c. Kurang Baik
b. Cukup Baik
6. Menurut anda, Bagaimana perkembangan keagamaan yang terjadi setelah
mengikuti pengajian rutin setiap 1 kali seminggu?
a. Sangat Baik c. Kurang Baik
b. Cukup Baik
7. Menurut anda, Apakah setelah mempelajari dan memahami isi pada Al-Qur’an
berpengaruh terhadap perkembangan keagamaan siswa kelas XI SMA Negeri 14
Makassar?
a. Sangat berpengaruh c. Tidak Berpengaruh
b. Berpengaruh
8. Menurut anda, Apakah setelah mempelajari dan memahami buku paket Pendidikan
Agama Islam berpengaruh pada perkembangan keagamaan siswa kelas XI SMAN
14 Makassar?
a. Berpengaruh c. Sangat Berpengaruh
b. Tidak berpengaruh
9. Menurut anda, Apakah setelah mengikuti pengajian rutin setiap 1 kali seminggu
berpengaruh pada perkembangan keagamaan siswa kelas XI SMA Negeri 14
Makassar?
a. Sangat Berpengaruh c. Berpengaruh
b. Tidak Berpengaruh
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masa remaja merupakan masa peralihan yang ditempuh seseorang
dari kanak-kanak menuju dewasa, atau merupakan kepanjangan dari masa
kanak-kanak sebelum mencapai dewasa.Dalam masa peralihan yang
demikian, seorang remaja telah seperti orang dewasa, hanya saja belum
matang perkembangan jiwanya, segi emosi dan sosialnya masih memerlukan
waktuuntuk berkembang menjadi dewasa.Remaja memiliki beberapa karakter
yang khas, salah satunya adalah dorongan untuk berprestasi. Dorongan
berprestasi ini akan memacu seorang remaja untuk berkarya, sesuai dengan
jiwanya, seorang remaja berusaha untuk menemukan jati dirinya. Seringkali
terlihat remaja terombang ambing dalam gejolak emosi yang tidak terkuasai
yang kadang-kadang berpengaruh terhadap kesehatan atau sekurang-
kurangnya pada kondisi jasmani.Bahkan pada diri remaja sering mengalami
kegoncangan jiwa dan kebimbangan serta berubah-ubah pendirian.Pada
masa remaja, remaja mulai ragu-ragu terhadap keyakinan
agamanya.Sebagian besar itu kebimbangan terjadi akibat pertumbuhan.
Dalam pertumbuhan, remaja merasa bahwa cara berpikirnya yang
kekanak- kanakan tidak sesuai dengan kematangan yang dicapainya.
Banyak seniman yang merasa gagal dalam memberikan pendidikan agama
1
2
kepada anak- anaknya pada masa kanak-kanak pertama, karena
kebimbangan yang dirasakan remaja terhadap keyakinan agamanya.
Kebimbangan remaja adalah bukti ia bersedia memikirkan persoalan
hidupnya yang rumit dan penting.Segala persoalan dan problema yang
terjadi pada remaja-remaja itu,sebenarnya bersangkut paut dan kait-berkait
dengan usia yang mereka lalui,dan tidak dapat dilepas dengan pengaruh
lingkungan dimana mereka tinggal. Dalam hal itu, suatu faktor penting yang
memegang peranan yangmenentukan dalam kehidupan remaja adalah
agama.Dalam kondisi semacam itu, tidak cukup remaja hanya dibekali
ilmupengetahuan dan keterampilan saja. Namun lebih dari itu harus dibekali
dengan iman dan taqwa sehingga terwujud generasi yang baik, yang akan
membentuksuatu masyarakat yang adil dan makmur.
Agama mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan
manusia.Agama merupakan pedoman, pembimbing dan pendorong dalam
diri manusiauntuk mencapai kualitas hidup yang baik dan sempurna.Salah
satu wujudkehidupan masyarakat yang berpegang pada moralitas hanya bisa
melaluipendidikan, khususnya pendidikan agama.Karena pendidikan
agamamerupakan usaha memperkuat iman dan taqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa sesuai dengan agama yang dianut oleh peserta didik yang
bersangkutan.Pendidikan agama berkaitan erat dengan pendidikan yang
3
berkenaan dengan aspek-aspek sikap dan nilai, antara lain nilai spiritual dan
moral.
Tantangan zaman kita terhadap pendidikan agama adalah bahwa kita
harus berani mencari dan menggali akar persoalan yang
menyebabkantimbulnya berbagai keluhan, kekecewaan dan ketidakpuasan
dari berbagaikalangan tentang pelaksanaan pendidikan agama bagi anak-
anak dan remaja kita. Ditinjau dari tahap perkembangan kejiwaan remaja
yang sesuai tingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) /Sekolah
Lanjutan Tingkat Atas (SLTA), para remaja telah merasakan kebendaan yang
bersifat material dan kemajuan teknologi itu memang lebih kuat dari pada
bidang-bidang agama. Keberadaan pendidikan agama di sekolah memang
sudah sesuai dengan dasar negara yaitu Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945 yang mementingkan agama dan kedudukannya pada tempat
yang terhormat serta dijunjung tinggi. Hal ini ditunjukkan pada pasal 31
ayat 1. Meskipun demikian, pendidikan agama tidak cukup dijalur sekolah
saja karena waktunya yang terbatas dan banyak pelajaran lain. Maka harus
dibantu dengan pendidikan luar sekolah. Apalagi bagi mereka yang terpaksa
droup-out. Jalur pendidikan luar sekolah merupakan pendidikan yang
diselenggarakan diluar sekolah melalui kegiatan belajar mengajar yang tidak
harus berjenjang dan berkesinambungan. Pada jalur pendidikan luar sekolah
itulah, masyarakat mendirikan lembaga pendidikan agama yang harus
4
memberikan pengetahuan dan ketrampilan agama. Dulu lembaga demikian
itu berupa pengajian di rumah-rumah, surau dan masjid.Ada dua macam
kegagalan : mungkin anak itu tidak dapat menyelesaikan suatu unit sekolah
misalnya sekolah dasar, atau mungkin dia dapat menamatkan suatu unit
sekolah tetapi tidak berhasil memperoleh tempat di sekolah formal yang lebih
tinggi atau tidak berhasil memasuki lapangan pekerjaan.berkaitan pula
dengan tingkat ekonomi dan sosial keluarga anak, nilai yang dipatuhi
keluarga, dan pada sementara keluarga tempat si anak hidup yang kurang
memadai, masalah sekolah hanya penyempurna dan tidak ada nilainya.
Sedangkan pada keluarga menengah dari segi tingkat sosial,
mereka memandang pendidikan atau pengajaran sebagai jalan untuk
mendapatkan pekerjaan yang lebih baik, disamping sekolah memang suatu
keharusan sosial.Sedangkan anak yang datang dari tingkat sosial yang
rendah atau dibawah menengah, memilih pelajaran menengah yang terakhir
setelah selesainya sekolah menengah seperti sekolah ekonomi, sekolah
pertanian, tehnik menengah sebabnya adalah karena masalah biaya dan
memperpendek masa sekolah.Adapun dari segi kepribadian, ternyata pelajar
yang putus sekolah adalah mereka yang dalam berbagai penampilan kurang.
Pada beberapa sekolah ditemukan bahwa penilaian pelajar terhadap
temannya yang putus sekolah kemudian menunjukkan bahwa mereka itu
kurang daripada temannya dari segi rupa (tampan/cantik) dan mereka kurang
5
mengenal kelakuan sosial,juga mereka lebih menyendiri, pemalu dan lebih
menderita dari pada yang lain. Ini berarti mereka kurang penyesuaian diri dari
segi pribadi dan social dibandingkan teman yang meneruskan
pelajarannya.Dengan demikian, maka pendidikan agama Islam bagi remaja
tersebut mutlak perlu diperhatikan baik oleh orang tua maupun masyarakat
secarasungguh-sungguh. Karena besar pengaruhnya dan akan dirasakan
banyakmanfaatnya. Dengan bekal ilmu, taqwa dan ketrampilan diharapkan
merekamampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar.
sebagaimana tuntunan ajaran agama yang telah digariskan dalam al-qur‟an
( Qs. Thaha 20 : 132 ).
Terjemahnya :
“Dan perintahkanlah kepada keluarga mu mendirikan sholat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, kamilah yang member rezeki kepadamu. Dan akhirat yang baik itu adalah bagi orang yang bertaqwa”. ( Departemen Agama RI 2004 : 25)
„‟Dari pemaparan ayat diatas penulis dapat mengambil kesimpulan
bahwa perintah dalam mengerjakan ibadah sholat harus dengan hati yang
sabar, serta dengan keikhlasan agar Allah Swt senantiasa memberi rejeki
6
dan juga menjadikan kita orang yang bertakwa.sebagaimana juga dikatakan
sholat menghindarkan kita dari perbuatan keji dan mungkar‟‟.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kontribusi Pendidikan Agama Islam pada remaja kelas XI
di SMA Negeri 14 Makassar?
2. Bagaimana perkembangan keagamaan remaja kelas XI di SMA Negeri
14 Makassar?
3. Apakah kontribusi Pendidikan Agama Islam berpengaruh pada
perkembangan keagamaan remaja kelas XI yang ada di SMA Negeri
14 Makassar?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui bagaimana kontribusi Pendidikan Agama Islam
pada remaja kelas XI di SMA Negeri 14 Makassar.
2. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan keagamaan remaja
kelas XI di SMA Negeri 14 Makassar.
3. Untuk mengetahui apakah kontribusi Pendidikan Agama Islam
berpengaruh pada perkembangan keagamaan remaja kelas XI yang
ada di SMA Negeri 14 Makassar.
7
D. Manfaat atau Kegunaan Penelitian
Adapun manfaat dan kegunaan penelitian ini yaitu dengan adanya
penelitian ini dan pengkajian mendalam mengenai pokok permasalahan
seperti di atas, disamping menanamkan wawasan dan cakrawala berfikir dan
juga sebagai bahan informasi khususnya kepada kanak- kanak dan remaja
dan pada khususnya semua masyarakat sehingga menjadi bahan informasi
kepada semua kalangan pada umumumnya.
Manfaat ini diharapkan menjadi salah satu karya ilmiah dan turut
memberikan kontribusi pemikiran yang berorientasi pada masa depan yang
lebih baik agar kelak nantinya dapat mengembangkan tugas sebagai amanah
yang harus dijalankan dengan penuh ketulusan dan keihklasan serta sebagai
syarat untuk memperoleh gelar sarjana Pendidikan Agama Islam pada
Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Kontribusi
Kontribusi berasal dari bahasa inggris yaitu contribute, contribution,
maknanya adalah keikutsertaan, keterlibatan, melibatkan diri maupun
sumbangan.
Sedangkan secara terminology pengertian kontribusi menurut Young
Trainer adalah keadaan diri dimana kita rela melakukan sesuatu,
membagikan sebagian atau bahkan keseluruhan dari apa yang kita miliki.
Berarti dalam hal ini kontribusi dapat berupa materi atau tindakan. Hal
yang bersifat materi misalnya seorang individu memberikan pinjaman
terhadap pihaklain demi kebaikan bersama. Kontribusi dalam pengertian
sebagai tindakan yaitu berupa perilaku yang dilakukan oleh individu yang
kemudian memberikan dampak baik positif maupun negatif terhadap pihak
lain.
Sebagaimana dalam hadist Nabi Muhammad Saw:
ء أثقل ف ه وسلم قال ما من ش عل صلى الل ب رداء عن الن عن أب الد
)رواه الترمذي( المزان من حسن الخلق.
8
9
Artinya:
Dari Abu Darda', dari Nabi Saw, beliau bersabda, "Tiada suatu yang
lebih berat dalam timbangan seorang mukmin di hari Kiamat kelak
daripada akhlak yang mulia" ( Habib Abdullah 2003 : 33 ).
“Dari pemaparan hadist diatas maka penulis dapat menyimpulkan
bahwa kita di perintahkan agar senantiasa berakhlak yang baik kepada
sesama karena itu merupakan suatu sifat yang sangat mulia‟‟.
Dengan berkontribusi berarti individu tersebut juga berusaha
meningkatkan efisisensi dan efektivitas hidupnya. Hal ini dilakukan dengan
cara menajamkan posisi perannya, sesuatu yang kemudian mejadi bidang
spesialis, agar lebih tepatsesuai dengan kompetensi. Kontribusi dapat
diberikan dalam berbagai bidang yaitu pemikiran, kepemimpinan,
profesionalisme, finansial, dan lainnya.
B. Pengertian Masa Remaja
Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan
manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa
kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologis, perubahan
psikologis, dan perubahan sosial. Remaja sering kali didefinisikan sebagai
periode transisi antara masa kanak-kanak ke masa dewasa, atau masa usia
10
belasan tahun, atau seseorang yang menunjukkan tingkah laku tertentu
seperti susah diatur, mudah terangsang perasaannya dan sebagainya.
Kartini Kartono (1995: 148) “masa remaja disebut pula sebagai penghubung antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa”. Pada periode ini terjadi perubahan-perubahan besar dan esensial mengenai kematangan fungsi-fungsi rohaniah dan jasmaniah, terutama fungsi seksual.
Disisi lain Sri Rumini dan Siti Sundari (2004: 53) “menjelaskan masa
remaja adalah masa peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang
mengalami perkembangan semua aspek/fungsi untuk memasuki masa
dewasa”.
World Health Organization (WHO) mendefinisikan remaja dalam
(Sarlito Wirawan Sarwono, 2006: 7) adalah suatu masa ketika:
a. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tandatanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.
b. Individu mengalami perkembangan psikologi dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa.
c. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.
Berdasarkan beberapa pengertian remaja yang telah dikemukakan
para ahli, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa remaja adalah individu yang
sedang berada pada masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa
dewasa dan ditandai dengan perkembangan yang sangat cepat dari aspek
fisik, psikis dan sosial.
11
Terdapat batasan usia pada masa remaja yang difokuskan pada
upaya meninggalkan sikap dan perilaku kekanak-kanakan untuk mencapai
kemampuan bersikap dan berperilaku dewasa. Menurut Kartini Kartono
(1995: 36) dibagi tiga yaitu:
a. Remaja Awal (12-15 Tahun)
Pada masa ini, remaja mengalami perubahan jasmani yang sangat
pesat dan perkembangan intelektual yang sangat intensif, sehingga
minat anak pada dunia luar sangat besar dan pada saat ini remaja tidak
mau dianggap kanak-kanak lagi namun belum bisa meninggalkan pola
kekanak-kanakannya.Selain itu pada masa ini remaja sering merasa
sunyi, ragu-ragu, tidak stabil, tidak puas dan merasa kecewa.
b. Remaja Pertengahan (15-18 Tahun)
Kepribadian remaja pada masa ini masih kekanak-kanakan tetapi
pada masa remaja ini timbul unsur baru yaitu kesadaran akan
kepribadian dan kehidupan badaniah sendiri. Remaja mulai menentukan
nilai-nilai tertentu dan melakukan perenungan terhadap pemikiran
filosofis dan etis. Maka dari perasaan yang penuh keraguan pada masa
remaja awal ini rentan akan timbul kemantapan pada diri sendiri. Rasa
percaya diri pada remaja menimbulkan kesanggupan pada dirinya untuk
melakukan penilaian terhadap tingkah laku yang dilakukannya.Selain itu
pada masa ini remaja menemukan diri sendiri atau jati dirnya.
12
c. Remaja Akhir (18-21 Tahun)
Pada masa ini remaja sudah mantap dan stabil.Remaja sudah
mengenal dirinya dan ingin hidup dengan pola hidup yang digariskan
sendiri dengan keberanian.Remaja mulai memahami arah hidupnya dan
menyadari tujuan hidupnya.Remaja sudah mempunyai pendirian tertentu
berdasarkan satu pola yang jelas yang baru ditemukannya.Remaja
adalah masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa. Seorang remaja
sudah tidak lagi dapat dikatakan sebagai kanak-kanak, namun ia masih
belum cukup matang untuk dapat dikatakan dewasa. Ia sedang mencari
pola hidup yang paling sesuai baginya dan inipun sering dilakukan
melalui metoda coba-coba walaupun melalui banyak kesalahan.
Kesalahan yang dilakukannya sering menimbulkan kekuatiran serta
perasaan yang tidak menyenangkan bagi lingkungannya, orangtuanya.
Kesalahan yang diperbuat para remaja hanya akan menyenangkan
teman sebayanya. Hal ini karena mereka semua memang sama-sama
masih dalam masa mencari identitas.
Sebagaimana dalam hadist Nabi Muhammad Saw :
صلى ب ه وسلم، قال عن أنس بن مالك،عن الن روا، الل عل روا ولا تعس س
وبشروا، ولا تنفروا )أخرجه البخاري(
13
Artinya :
Dari anas bin malik dari nabi SAW ” mudahkanlah dan jangan kamu
persulit, gembirakanlah dan jangan kamu membuat lari”. ( Muhammad
Hasan 2003 : 22 ).
„‟Dari pemaparan hadist di atas maka penulis dapat mengambil
kesimpulan bahwa ketika kita memberikan pelajaran kepada anak
seharusnya dalam keadaan yang tenang dan sabar agar supaya anak dapat
senang dan bahagia saat proses belajar mengajar berlangsung‟‟.
Di samping hal-hal yang menggembirakan dengan kegiatan remaja-
remaja pada waktu yang akhir-akhir ini dan pembinaan yang dilakukan oleh
organisasi-organisasi pelajar dan mahasiswa, kita melihat pula arus
kemorosotan moral yang semakin melanda di kalangan sebagian pemuda-
pemuda kita, yang lebih terkenal dengan sebutan kenakalan remaja. Dalam
surat kabar-surat kabar sering kali kita membaca berita tentang perkelahian
pelajar, penyebaran narkotika, pemakaian obat bius, minuman keras,
penjambret yang dilakukan oleh anak-anak yang berusia belasan tahun,
meningkatnya kasus-kasus kehamilan di kalangan remaja putri
dan lain sebagainya.
C. Kontribusi Pendidikan Agama Islam Pada Remaja
Pendidikan agama Islam yang diberikan disekolah tidak hanya dari
segi kognitif, tetapi guru sebagai pendidik mampu memberikan pendidikan
14
agama Islam secara afektif dan psikomotorik. Selama ini, pembelajaran
Pendidikan Agama Islam yang diberikan disekolah lebih berorientasi kepada
aspek kognitif sehingga peserta didik mengetahui tentang benar dan salah,
perintah dan larangan, akan tetapi tidak dapat menerapkannya dalam
tindakan yang nyata. Untuk itu pembelajaran Pendidikan Agama Islam harus
berorientasi kepada pengamalan dan tindakan yang nyata dalam kehidupan
sehari-hari. Dalam hal ini, diperlukan pembiasaan, keteladanan, dan
perubahan mindset peserta didik tentang pentingnya agama dalam
kehidupan ini. Karenanya guru Pendidikan Agama Islam mesti berupaya
seoptimal mungkin untuk menjadi teladan (figur-central) bagi peserta
didiknya dalam bersikap dan menerapkan agama di setiap tindakannya.
Selain itu, guru dituntut pula mengembangkan pendekatan dan metodologi
pembelajaran yang dapat merubah mindset peserta didik.
Sebagaimana dalam hadist Nabi Muhammad Saw :
ه وسهم كم معزوف صذقة. عه فة قال قال وبكم صهى الل عه حذ
)رواه مسهم و انبخاري(
Artinya:
Dari Hudzaifah, Nabi Saw bersabda, " Setiap kebaikan adalah
sedekah." ( Husein 2004 : 41 )
15
„‟Dari pemaparan hadist diatas maka penulis dapat mengambil
kesimpulan bahwa ketika kita melakukan suatu kebaikan maka yakinlah itu
akan berbuah manis, sebab kebaikan itu adalah sedekah‟‟.
Inovasi dan kreatifitas guru Pendidikan Agama Islam tentu sangat
diperlukan. Hal ini menunjukkan bahwa faktor eksternal sangat berpengaruh
terhadap pembentukan karakter anak. Untuk itu selain pendidikan agama
islam yang diberikan disekolah, peran orang tua juga dibutuhkan dalam
pembentukan karakter anak.
Pembentukan karakter dasar seorang anak sejak dini tentu sangat
erat hubungannya dengan apa yang diajarkan dalam sisi edukatif pendidikan
agama islam. Telah begitu banyak bukti dan realita yang benar-benar
membuktikan secara nyata bahwasannya pembelajaran pendidikan agama
islam berperan besar dan mayoritas mampu mengantarkan tiap individu
menghadapi kesulitan dan problematika yang ada dengan arif dan bijaksana.
Sekolah sebagai wahana pembelajaran tak diragukan berperan besar dalam
pengembangan karakter siswa.Sekolah telah mengantar anak-anak dan
remaja dalam menyelesaikan tugas perkembangannya hingga memasuki
masa dewasa dengan baik.
Sebagaimana firman Allah Swt dalam Q,S An-Nahl ayat 97 :
16
Terjemahnya :
“Barangsiapa yang mengerjakan amal shalih, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik.‟‟ ( Departemen Agama R.I 2008:55 )
„‟Dari pemaparan ayat di atas, maka penulis dapat menyimpulkan
bahwa maksud dari ayat diatas adalah kita di perintahkan oleh Allah swt
sebagai makhluknya baik perempuan maupun laki-laki agar senantiasa
selalu berbuat kebajikan di dalam menjalani kehidupan agar supaya Allah
swt memberikan kehidupan yang baik pula.‟‟.
Adapun Penyebab timbulnya juvenile delinquency (kenakalan remaja),
antara lain:
1. Masalah yang datang dari Lingkungan Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pertama dan paling utama dalam
membentuk jiwa dan kepribadian anak. Keluarga yang baik tentu akan
sangat menguntungkan bagi pembentukan jiwa dan kepribadian,
sementara keadaan keluarga yang jelek akan sangat tidak
17
menguntungkan bagi pembentukan jiwa dan kepribadian anak.Keadaan
keluarga yang memberi efek negatif bagi pembentukan dan
perkembangan pribadi anak, biasanya adalah disintegrasi di dalam
keluarga , yang dapat disebabkan oleh :
a. Broken home; struktur keluarga yang tak lengkap, seperti ada yang
meninggal dunia, bercerai atau ada yang tidak bisa hadir di tengah
keluarga dalam rentang waktu yang cukup panjang.
b. Quasi broken home; kedua orang tua yang terlalu sibuk dengan
tugas dan pekerjaannya, sehingga kesempatan memperhatikan anak
sangatlah kurang. Pada dua penyebab di atas, perbuatan deliquen
dapat muncul yang dilatar belakangi oleh tidak diterimanya kasih
sayang yang penuh oleh sang anak, sehingga dia menyalurkan
keinginan tersebut dengan berbagai cara dan kesempatan,
manakala itu juga tidak terpuaskan, maka ia akan mewujudkannya
dalam bentuk tindakan lain, yang kadang kala
termasuk dalam perbuatan yang merugikan.
2. Masalah yang datang dari Lembaga Pendidikan Formal Secara umum
Upaya yang dilakukan oleh sekolah adalah dalam rangka membentuk
kepribadian yang utuh bagi para peserta didiknya, namun tidaklah dapat
dimungkiri di sekolah juga sering dapat menbentuk anak (tentu relatif kecil)
untuk menjadi delikuen.
18
Hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya perilaku buruk (delikuen)
bagi peserta didik, adalah :
a. Pengaruh Teman
Dalam keseharian anak senantiasa berinteraksi dengan teman-
temannya, dan karena memang tidak semua anak yang berada di
sekolah sudah baik prilakunya, sehingga hal yang tidak dapat dimungkiri
sering akan membawa pengaruh negative bagi kepribadian
anak. Besarnya pengaruh teman ini dapat dibuktikan dengan adanya
perilaku seperti rasa senasib sepenanggungan yang diakui tingkat
solidaritasnya sangat tinggi, namun berkembang ke arah negatif dan
delikuen, yaitu rasa solider „membela teman‟ yang berkembang ke arah
pembelaan yang tidak mau melihat yang „salah‟, maka terjadilah
fenomena baru saling keroyok antar kelompok di suatu sekolah dan
bahkan antar sekolah. Dan bahkan bisa menimbulkan gejala distorsi
moral lainnya seperti perilaku terlalu bebas, sangat berani membantah,
tidak tetap pendirian dan bahkan mudah putus asa.
b. Tindakan tenaga pendidik
Tidak dapat dipungkiri ditengah sekian banyak pendidik yang
profesional, ada segelintir pendidik yang tidak/ belum profesional, yang
tindakan kadang kala dapat membuat anak putus asa, seperti
menghukum tidak didasarkan atas dasar pendangan „harus mendidik‟,
19
memperlakukan anak yang bersalah seperti seorang pesakitan, jarang
masuk mengajar dan lain sebagainya, akan mengundang jiwa anak
untuk menantang dan melanggar disiplin yang berlaku, dan ini kalau
tidak teratasi dengan cepat bisa mengarah dan berkembang ke tindakan-
tindakan delikuen.
Sebagaimana firman Allah Swt dalam Q,S An-Nahl : 125
ادع إلى سبل ربك بالحكمة والموعظة الحسنة
Terjemahnya:
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
( Departemen Agama R.I 2003:25)
„‟Dari pemaparan ayat diatas, maka penulis dapat mengambil
kesimpulan bahwa tuhan telah memerintahkan kita agar saling memperingati
satu sama lain begitu pula pada saat proses belajar mengajar‟‟.
c. Lingkungan Sekolah
Keadaan lingkungan sekolah yang kurang nyaman, ditambah lagi
dengan kegiatan yang sangat padat tapi tidak dikemas dalam bentuk
menyenangkan, menyebabkan anak merasa tidak betah bahkan merasa
tidak aman berada di sekolah, ini sering menyebabkan anak mau
20
secepatnya tidak berada di sekolah, yang menyebabkan terjadinya anak
yang membolos, yang akhirnya dapat mengundang tindakan yang tidak
di inginkan.
3. Masalah yang datang dari Masyarakat
Perkembangan iptek dan kemodernan tata kehidupan, telah memberi
pengarus pada akselarasi perubahan sosial, yang ditandai dengan
berbagai peristiwa yang dapat menimbulkan ketegangan jiwa, seperti
persaingan perekonomian, ketenaga kerjaan, berita media massa,
ketimpangan sosial dan lain-lain.
Ketegangan-ketegangan yang terjadi di masyarakat, akan banyak
mempengaruhi kejiwaan para remaja, seperti adanya yang merasa
rendah diri atau direndahkan, dsb. yang mengundang lahirnya tindakan-
tindakan yang tidak di inginkan. Berbagai Wujud tindakan delikuen yang
sering dilakukan oleh para remaja, antara lain : Kejahatan dengan
kekerasan, Pembunuhan, Pencurian, Penggelapan, Penipuan,
Pemerasan, Gelandangan, Penggunaan Narkoba, dll.
4. Dasar-Dasar Agama Yang Kurang
Hal ini terkadang tidak terlalu diperhatikan oleh orang tua yang sibuk
dengan segala usaha dan kegiatan mereka dan juga oleh pihak sekolah
terkadang kurang memperhatikan hal ini.karena jika remaja tidak
21
mendapat pendidikan agama yang baik mereka akan jauh dari Tuhan
dan pasti tingkah laku mereka akan sembarangan.
5. Kebebasan Yang Berlebihan
Ada orang tua yang dalam mendidik anak mereka menerapkan pola
asuh yang demokratis yang berlebihan sehingga anak menjadi yang
keras kepala dan sering memaksakan kehendaknya kepada orang tua
dan pola asuh seperti ini akan berakibat buruk pada anak.
D. Perkembangan Keagamaan Pada Remaja
Menurut penelitian Ernest Harms perkembangan agama anak-anak itu
melalui beberapa fase (tingkatan). Dalam bukunya The Development of
Religios on Children ia mengatakan bahwa perkembangan agama pada
anak-anak itu melalui tiga tingkatan yaitu:
1. The Fairy Tale Stage (Tingkat Dongeng)
Tingkatan ini dimulai pada anak yang berusia 3 – 6 tahun. Pada
tingkatan ini konsep mengenai Tuhan lebih banyak dipengaruhi oleh
fantasi dan emosi. Pada tingkat perkembangan ini akan menghayati
konsep ke Tuhanan sesuai dengan tingkat perkembangan
intelektualnya. Kehidupan masa ini masih banyak dipengaruhi
kehidupan fantasi hingga dalam menanggapi agama pun anak masih
22
menggunakan konsep fantastis yang diliputi oleh dongeng-dongeng
yang kurang masuk akal.
2. The Realistic Stage (Tingkatan Kenyataan)
Tingkat ini dimulai sejak anak masuk Sekolah Dasar hingga sampai
ke usia (masa usia) adolesense. Pada masa inianak sudah
mencerminkan konsep-konsep yang berdasarkan kepada kenyataan
(realis). Konsep ini timbul melalui lembaga-lembaga keagamaan dan
pengajaran agama dari orang dewasa lainnya. Pada masa ini ide
keagamaan pada anak di dasarkan atas dorongan emosional, hingga
mereka dapat melahirkan konsep Tuhan yang formalis. Berdarkan hak
itu maka pada masa ini anak-anak tertarik dan senang pada lembaga
keagamaan yang mereka lihat dikelola oleh orang dewasa dalam
lingkungan mereka. Segala bentuk tindak (amal) keagamaan mereka
ikuti dan mempelajarinya dengan penuh minat.
3. The Individual Stage (Tingkat Individu)
Pada tingkat ini akan telah memiliki kepekaan emosi yang paling
tinggi sejalan dengan perkembangan usia mereka. Konsep
keagamaan yang individualistis ini terbagi atas tiga golongan, yaitu:
a) Konsep keTuhanan yang konvensional dan konservatif dengan
dipengaruhisebagian kecil fantasi. Hal tersebut disebabkan oleh
pengaruh luas.
23
b) Konsep ke Tuhanan yang lebih murni yang dinyatakan dalam
pandangan yang bersifat personal (perorangan).
c) Konsep Ke Tuhanan yang bersifat humanistik. Agama telah
menjadi etos humanis pada diri mereka dalam menghayati ajaran
agama. Perubahan ini setiap tingkatan dipengaruhi oleh faktor
intern yaitu perkembangan usia dan faktor ekstern berupa
pengaruh luar yang dialaminya.
Disini juga akan dibahas tentang bagaimana menanggulangi kenakalan
remaja dari beberapa lingkungan:
1. Lingkungan Keluarga
Dalam hal pembinaan terhadap remaja, orang tua seharusnya
yang berperan aktif dalam memberikan motivasi bagi anak remaja, dan
masalah kenakalan remaja juga sangat bergantung pada pola asuh yang
diterapkan orang tua bagi anak. Dan hal ini harus sudah di mulai sejak
dini mungkin sehingga ketika anak memasuki masa remaja mereka tidak
salah dalam pergaulan dan mereka menjadi anak yang penurut dan taat
kepada orang tua. Karena hal ini sangat berpengaruh dengan pola asuh
maka di sini penulis juga memberikan beberapa contoh pola.
Sebagaimana dalam Hadist Rasulullah Saw:
24
ه وسهم إن أبز انبز عه صهى الل عه ابه عمز قال قال رسول الل
. )رواه انتزمذي( صهة انمزء أهم ود أبه بعذ أن ون
Artinya:
“Dari ibnu Umar ia berkata, "Rasulullah Saw bersabda, Sesungguhnya Sebaik-baiknya bakti adalah seseorang yang menyambung tali silaturrahmi kepada orang-orang yang dicintai bapaknya setelah ia meninggal dunia’’. (Muhammad Rifa‟I 2001 : 50)
„‟Dari pemaparan hadist diatas maka penulis dapat mengambil
kesimpulan bahwa sesungguhnya tali silaturahmi itu tdk akan pernah ada
putusnya walaupun orang itu sudah tiada‟‟.
a. Pola Asuh Otoriter
Pola asuh otoriter adalah pola asuh yang dimana anak yang akan
selalu menjadi mendominasi setiap pengambilan keputusan dan orang
tua hanya bisa mengikuti setiap apa yang diinginkan anak, hal ini terjadi
karena orang tua biasanya terlalu berlebihan dalam memanjakan anak
dan jika ini yang dilakukan oleh orang tua, maka anak akan menjadi
anak yang bebas, karena apapun yang ia lakukan pasti akan disetujui
oleh orang tua, dan jika hal ini tidak segera dirubah maka anak akan
menindas orang tuanya sendiri.
b. Pola Asuh Permisif
Pola asuh permisif adalah pola asuh yang dimana anak yang akan
selalu menjadi mendominasi setiap pengambilan keputusan dan orang
25
tua hanya bisa mengikuti setiap apa yang diinginkan anak, hal ini terjadi
karena orang tua biasanya terlalu berlebihan dalam memanjakan anak
dan jika ini yang dilakukan oleh orang tua, maka anak akan menjadi
anak yang bebas, karena apapun yang ia lakukan pasti akan disetujui
oleh orang tua, dan jika hal ini tidak segera dirubah maka anak akan
menindas orang tuanya sendiri.
Setelah kita melihat beberapa pola asuh diatas, yang harus dan perlu
diperhatikan dalam setiap sistem pola asuh dan setiap tindakan orang
tua terhadap anak harus berpedoman pada firman Tuhan agar tidak
salah arah dan akan selalu berjalan sesuai dengan koridornya, pola asuh
sangat penting dan sangat bermanfat bagi pendidikan anak dalam
keluarga, jadi dari penjelasan diatas kita dapat mengatakan bahwa untuk
menangulangi kenakalan remaja yang perlu kita lakukan adalah
merubah pola asuh yag salah selama ini. ganti dengan pola asuh yang
baik dan sesuai dengan Alkitab agar anak bertumbuh menjadi anak yang
patuh dan taat.
2. Lingkungan Sekolah
Sekolah sebagai lembaga pendidikan juga harus berperan aktif dalam
penanggulangan terhadap kenakalan remaja. terutama guru, guru yang
merupakan orang tua dari anak ketika ia berada disekolah seharusnya
juga bisa memainkan perannya dengan baik. Guru tidak boleh hanya
mementingkan pengetahuan anak dibidang ilmu. Namun, harus
26
memperhatikan juga kehidupan remaja dan bisa menjadi mentor yang
baik bagi anak dalam pertumbuhan iman remaja. Dalam hal ini peran
guru pendidikan agama Kristen sangat dibutuhkan, sehingga guru PAI
bisa menjadi Pembina bagi remaja,dalam hal ini kerja sama antar orang
tua dan sekolah juga harus terjalin dengan baik, agar pembinaan dari
sekolah bisa lebih efektif.
3. Lingkungan Masyarakat
Di samping hal di atas masyarakat juga mengambil peran
pentingdalam menanggulangi kenakalan remaja antara lain dengan:
a. Memberi nasihat secara langsung kepada anak yang
bersangkutan agar anak tersebut meninggalkan kegiatannya yang
tidak sesuai dengan seperangkat norma yang berlaku, yakni
norma hukum, sosial, susila dan agama.
b. Membicarakan dengan orang tua/wali anak yang bersangkutan
dan dicarikan jalan keluarnya untuk menyadarkan anak tersebut.
c. Langkah yang terakhir, masyarakat harus berani melaporkan
kepada pejabat yang berwenang tentang adanya perbuatan
dilenkuen sehinggasegera dilakukan langkah-langkah prevensi
secara menyeluruh.
Menurut Bimo Walgito, upaya lain dapat dilakukan dengan mengadakan penyensoran film- film yang lebih menitikberatkan pada segi pendidikan, mengadakan ceramah melalui Radio, Televisi ataupun melaluimedia yang lain mengenai soal-soal pendidikan pada umumnya.Mengadakan pengawasan terhadap
27
peredaran buku-buku komik, majalah-majalah,pemasangan-pemasangan iklan dan lain sebagainya. ( Bimo, 2002 : 32 )
Pendidikan anak adalah tanggung jawab utama dari kedua orang tuanya.
Oleh karena itu baik buruknya pendidikan anak tergantung baik buruknya
pola pendidikan dari kedua orang tuanya. Banyak faktor yang menyebabkan
faktor keberhasilan pendidikan jika faktor tersebut mendukung pendidikan
moral yang baik begitu pula pendidikan juga akan gagal jika faktor-faktor itu
justru mendukung pendidikan moral yang rusak, oleh karena itu sebagai
pendidik dan orang tua bagi anak sebaiknya kita perhatikan beberapa faktor
pendukung dan penghambat tersebut supaya kita dapat memberikan
pendidikan terbaik untuk anak agar menjadi orang yang bahagia didunia dan
akhiratnya berikut beberapa faktor tersebut:
1. Rumah
Rumah adalah tempat pendidikan pertama kali bagi seorang anak dan
merupakan tempat yang paling berpengaruh terhadap pola hidup seorang
anak. Anak yang hidup di tengah keluarga yang harmonis, yang selalu
melakukan ketaatan kepada Allah „Azza Wa Jalla, sunah-sunnah
Rasulullah Shallallahu‟alaihi Wa Sallam ditegakkan dan terjaga dari
kemungkaran, maka ia akan tumbuh menjadi anak yang taat dan
pemberani. Oleh karena itu, setiap orang tua muslim harus
memperhatikan kondisi rumahnya. Ciptakan suasana yang Islami,
tegakkan sunnah, dan hindarkan dari kemungkaran. Mohonlah
28
pertolongan kepada Allah agar anak-anak kita menjadi anak-anak yang
bertauhid, berakhlak dan beramal sesuai dengan sunnah Rasulullah serta
mengikuti jejak para salafush-shalih.
2. Sekolah.
Sekolah merupakan lingkungan baru bagi anak. Tempat bertemunya
ratusan anak dari berbagai kalangan dan latar belakang yang berbeda,
baik status sosial maupun agamanya. Di sekolah inilah anak akan
terwarnai oleh berbagai corak pendidikan, kepribadian dan kebiasaan,
yang dibawa masing-masing anak dari lingkungan dan kondisi rumah
tangga yang berbeda-beda. Begitu juga para pengajar berasal dari
berbagai latar belakang pemikiran dan budaya serta kepribadian.
Bagaimanakah keadaan mereka? Apakah memiliki komitmen terhadap
aqidah yang lurus? Ataukah sebagai pengekor budaya dan pemikiran
Barat yang rusak? Ataukah para pengajar memiliki pemikiran dan
keyakinan yang dibangun berdasarkan nilai agama? Ataukah hanya
sekedar pengajar yang menebarkan racun pemikiran dan budaya busuk,
sehingga menghancurkan anak-anak kita? Seorang pengajar merupakan
figur dan tokoh yang menjadi panutan anak-anak dalam mengambil
semua nilai dan pemikiran tanpa memilah antara yang baik dengan yang
buruk. Karena anak-anak memandang, guru adalah sosok yang
disanjung, didengar dan ditiru. Sehingga pengaruh guru sangat besar
terhadap kepribadian dan pemikiran anak. Oleh sebab itu, seorang
29
pengajar harus membekali diri dengan ilmu dîn (agama) yang Shahîh
sesuai dengan pemahaman Salafush-Shalih dan akhlak yang mulia, serta
rasa sayang kepada anak didik. Dan tidak kalah penting, dalam
membentuk kepribadian anak di sekolah, adalah kurikulum pendidikan.
Apakah kurikulum tersebut berasal dari manhaj Islam, sehingga dapat
mendukung untuk menegakkan ajaran Allah, sunnah Rasul dan ajaran
Salafus-Shalih? Ataukah hanya sekedar menegakkan nilai dan wawasan
kebangsaan, semangat nasionalisme dan kesukuan?
3. Radio dan Televisi
Dunia telah terbuka lebar bagi kita, dan dunia pun sudah berada di
hadapan kita, bahkan di depan mata kita melalui beragam channel TV.
Sarana-sarana informasi, baik melalui beragam radio dan televisi memiliki
pengaruh yang sangat berbahaya dalam merusak pendidikan anak. Dari sisi
lain, radio dan televisi sebagai sumber berita, wahana penebar wacana baru,
menimba ilmu pengetahuan dan menanamkan pola pikir pada anak. Namun
kedua media itu juga menjadi sarana efektif dan senjata pemusnah massal
para musuh Islam untuk menghancurkan nilai-nilai dasar Islam dan
kepribadian islami pada generasi muda, karena para musuh selalu membuat
rencana dan strategi untuk menghancurkan para pemuda Islam, baik secara
sembunyi maupun terang-terangan.
Acara televisi seperti itu sangat berbahaya. Ia dapat menghancurkan
kepribadian dan akhlak anak, serta merobohkan sendi-sendi aqidah yang
30
telah tertanam kokoh, sehingga para pemuda menjadi generasi yang labil
dan lemah, tidak memiliki kepribadian. Ada seorang dokter yang kini aktif
di salah satu yayasan. Di salah satu stasiun televisi, dia bercerita bahwa
dirinya mulai mencoba merokok sejak kelas 4 SD, kemudian minum
minuman keras, menghisap ganja, dan itu terus berlangsung hingga saat
kuliah di kedokteran dengan kadar semakin besar. Yang menarik disini,
ternyata yang menjadi motivasi sang dokter ini melakukan hal itu, karena
ia ingin meniru gaya yang ditampilkan di dalam film koboi, bahwa seorang
tokoh koboi kelihatan gagah berani dengan menenggak minuman keras.
Sang dokter juga mengatakan, selama melakukan hal itu tidak ada yang
memberi pengajaran atau pun mengingatkannya. Oleh karena itu, orang
tua harus berhati-hati dan waspada terhadap bahaya televisi.
4. Internet.
Dari hari ke hari, semakin nampak jurang pemisah antara peradaban
Barat dan fitrah manusia. Setiap orang yang menggunakan hati kecil dan
pendengarannya dengan baik, pasti ia akan menyaksikan, betapa budaya
Barat telah merobek dan mencabik-cabik nilai kemanusiaan, seperti dalam
hal internet. Media ini telah menyumbangkan dampak negatif, sebab
bahaya yang timbul dari internet lebih banyak daripada manfaatnya.
Bahkan media ini sudah mengenyampingkan nilai kemuliaan dan kesucian
dalam kamus kehidupan manusia. Misalnya, ada suatu situs khusus yang
menampilkan berbagai gambar porno, sehingga dapat menjerat setiap
31
muda mudi dengan berbagai macam perbuatan keji dan kotor. Akibat
yang ditimbulkan ialah kehancuran. Inilah perang pemikiran yang paling
dahsyat dan berbahaya yang dicanangkan Yahudi untuk menghancurkan
nilai Islam dan generasi muslim. Banyak negara-negara Eropa dan Arab
merasa sangat terganggu dan mengalami berbagai kenyataan pahit akibat
kehadiran media internet ini. Wahai para pendidik, jagalah anak-anakmu
dari bahaya racun media tersebut!
5. Telepon.
Manfaat telepon pada zaman sekarang ini tidak diragukan lagi, dan
bahkan telepon telah mampu menjadikan waktu semakin efektif, informasi
semakin cepat dan berbagai macam usaha ataupun pekerjaan mampu
diselesaikan dalam waktu sangat singkat. Dalam beberapa detik saja, anda
mampu menjangkau seluruh belahan dunia. Namun sangat disayangkan,
ternyata kenikmatan tersebut berubah menjadi petaka dan bencana yang
menghancurkan sebagian rumah tangga umat Islam. Telepon, jika tidak
digunakan sesuai dengan manfaatnya, maka tidak jarang justru akan
menimbulkan bencana yang besar bagi keluarga muslim. Seringkali
kejahatan menimpa keluarga muslim berawal dari telepon, baik berupa
penipuan, pembunuhan, maupun perzinaan. Dan yang sering terjadi, baik
pada remaja maupun orang dewasa, yaitu hubungan yang diharamkan
bermula dari telepon. Karena dengan telepon, kapan saja hubungan bisa
32
terjalin dengan mudah; apalagi sekarang, alat ini semakin canggih dan
biayapun semakin murah.
Oleh karena itu, kita harus waspada terhadap bahaya yang
ditimbulkan oleh pesawat ini. Gunakan telepon dengan semestinya. Hindari
penggunaan yang tidak penting, disamping menghemat biaya juga terhindar
dari bahaya. Dan yang perlu diwaspadai, telepon dengan lawan jenis, baik
seorang murid dengan gurunya, atau seorang thalabul ‘ilmi dengan ustadz,
apalagi di antara para remaja putra maupun putri; karena setan tidak akan
membiarkan kalian selamat dari jeratannya. Allahu musta’an.
E. Pengaruh Kontribusi Pendidikan Agama Islam Pada Perkembangan
Keagamaan Remaja
Untuk membantu anak remaja dalam mengendalikan diri dan membentuk
kepribadian mereka, maka pada saat mereka menginjak usia remaja, dengan
krisis kejiwaan yang mereka hadapi, maka diperlukan adanya didikan agama
yang lebih intens kepada mereka.
Sebagaimana firman Allah Swt dalam Q,S. Al-Imran : 138
ان للناس وه قنهذا ب دى وموعظة للمت
Terjemahnya:
“(Al Qur'an) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan
petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.
(Departemen Agama R.I 2005 : 67).
33
„‟Dari pemaparan ayat diatas maka penulis dapat mengambil kesimpulan
bahwa Al-Qur‟an adalah pedoman hidup manusia dan juga sebagai petunjuk
bagi orang-orang yang selalu bertaqwa kepada Allah Swt‟‟.
Yang paling urgen dalam pendidikan agama disini bukanlah pelajaran
agama yang diberikan secara sengaja dan teratur oleh guru sekolah saja.
Akan tetapi adalah penanaman jiwa agama secara benar yang dimulai dari
rumah tangga dilanjutkan oleh sekolah dan masyarakat, sebagai upaya
terpadu bagi pembentukan sifat dan sikap yang baik bagi anak.Jika tidak
dikenalkannya si anak akan jiwa agama yang benar, akan lemahlah hati
nuraninya (super ego), karena kosong dari nilai-nilai yang baik. Jika hati
nuraninya lemah, atau unsur pengontrol dalam diri si anak kosong dari nilai-
nilai yang baik, maka sudah tentu akan mudah mereka terperosok ke dalam
kelakuan-kelakuan yang tidak baik. Untuk mengisi nurani anak dengan nilai-
nilai yang baik, yang dapat mewujudkan sifat dan sikap yang baik pada anak,
maka ada dua peran utama dari pendidikan agama, yakni pertama
melakukan integralisasi keimanan sebagai dasar tumbuh dan
berkembangnya kesehatan mental, dan kedua internalisasi akhlak melalui
pembiasaan Integralisasi Keimanan.
Banyak kemungkinan upaya yang dapat dilakukan dalam meminimalisir
munculnya tindakan delinkuen dikalangan remaja, yang salah satunya yang
34
dimungkinkan adalah menumbuhkembangkan kesadaran beragama lewat
Pendidikan Agama Islam.
Pada masa adolesen (antara 13-21 tahun) anak sedang mengalami
goncangan jiwa, manakala jiwa mereka tertekan dan mengalami ketegangan,
sering mereka tidak mampu lagi mengendalikannya secara stabil, maka
sering tindakan delikulen dimunculkan dalam perilaku sebagai wujud
penyaluran goncangan jiwa tadi. Masalah kesehatan / ketenangan jiwa
adalah masalah erat kaitannya dengan masalah supra logis, yaitu keimanan
dan kepercayaan yang merupakan awal beragamanya seseorang.
Keimanan dan kepercayaan ini menjadi integral dari kepribadian, asal
bukan pengakuan di lisan semata, sebab penyelewengan-penyelewengan
yang datangnya dari orang-orang yang mengaku ber Tuhan itu karena
kurang tertanamnya jiwa agama (mental religius) dalam kepribadiannya .
Pengakuan yang berlawanan dengan keadaan yang sesungguhnya, akan
mengakibatkan terganggunya kesehatan mentalnya dan dapat
mempengaruhi kelakuan dan sikapnya dalam hidup, bahkan akan
mempengaruhi kesehatan badannya. Disamping itu, ada beberapa alasan
lain mengapa kesadaran beragama dijadikan alasan untuk mengeleminir
munculnya tindakan yang tidak di inginkan di kalangan remaja , yakni :
Pertama, dengan kesadaran yang dilandasi keyakinan yang benar dan
tinggi terhadap suatu agama, maka pemeluknya akan mempunyai tempat
35
menyalurkan tekanan-tekanan yang menimpa jiwanya kepada Tuhan yang
diyakininya, hal ini selaras dengan apa yang dikemukan oleh Harun
Nasution, bahwa agama merupakan pengakuan terhadap adanya hubungan
manusia dengan kekuatan ghaib yang harus dipatuhi.
Kedua, agama merupakan suatu sistem tingkah laku ( code of conduct ),
yang memungkinkan pemeluknya yang punya kesadaran beragama tinggi,
lebih memilih taat pada agamanya ketimbang melakukan tindakan yang tidak
di inginkan. Ketiga, kemungkinan timbulnya rasa takut bersalah dan
senantiasa diawasi oleh Tuhan, akan menghindarkan pemeluk agama untuk
melakukan perbuatan delikuen.
Keempat, kepercayaan akan meredam dan menghilangkan kelabilan dan
kegelisahan jiwa, serta mendatangkan ketenangan. Jika ini didapatkan tentu
orang tidak akan pernah melakukan tindakan delikulen.
Hal demikian dapat dipahami karena memang agama adalah hubungan
manusia dengan suatu kekuatan suci yang lebih tinggi dari dia, darimana ia
merasa tergantung dan berusaha mendekatinya.
Sebagaimana dalam firman Allah Swt dalam Q,S Al-luqman ayat 13:
36
Terjemahnya :
“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar ". ( Departemen Agama R.I 2002 : 45 )
„‟Dari pemaparan ayat diatas maka penulis dapat mengambil
kesimpulan bahwa maksud dari ayat diatas adalah kita sebagai umat islam
jangan sekali-kali mempersekutukan atau menduakan Allah Swt karena itu
merupakan dosa yang sangat besar‟‟.
Jadi untuk menghindarkan para remaja melakukan tindakan
delinkuen, maka Pendidikan Agama harus dapat mengintegrasikan
keyakinan yang mantap dalam pembentukan kepribadian para remaja,
sehingga mereka dapat memperoleh kesehatan mental, sehingga bukan
hanya akan mudah membina dan membiasakan sifat dan sikap yang baik,
tapi secara langsung akan mampu menghindarkan mereka dari tindakan
delenkuen.
37
BAB III
MOTODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah lapangan ( field research ) dengan
pendekatan kualitatif yang mengeksploitasi data di lapangan. Penelitian
ini bersifat deskriptif kualitatif yaitu dengan menjelaskan dan
mengungkapkan fenomena yang berkaitan dengan permasalahan yang
sedang diteliti.
B. Lokasi dan Objek Penelitian
Adapun lokasi penelitian ini adalah di SMA Negeri 14 Makassar.
Dengan pokok pikiran bahwa lokasi tersebut efektif untuk melakukan
suatu penelitian dimana dalam lokasi tersebut memiliki suatu pengaruh
akademik yang sangat kompleks terhadap prestasi siswa. Adapun objek
penelitian ini adalah Guru dan Siswa kelas XI SMA Negeri 14 Makassar.
C. Variabel Penelitian
Indikator terpenting yang menentukan keberhasilan penelitian adalah
kejelasan variabel yang akan diteliti, sebab variabel peneliti penelitian
adalah objek penelitian atau yang menjadi kajian dalam suatu
penelitian.Variabel penelitian ini ada dua yaitu :
37
38
1. Kontribusi Pendidikan Agama Islam pada remaja siswa kelas XI di
SMA Negeri 14 Makassar sebagai variabel bebas (independen
variabel) yang diberi simbol (x)
2. Pengaruhnya terhadap perkembangan keagamaan sebagai
variabel terikat yang diberi simbol (y).
D. Defenisi Operasional Variabel
1. Kontribusi Pendidikan Agama Islam pada remaja
Kontribusi Pendidikan Agama Islam pada remaja adalah upaya
pengembangan, mendorong serta mengajak peserta didik hidup lebih
dinamis dengan berdasarkan nilai-nilai yang tinggi dan kehidupan yang
mulia. Dengan proses tersebut, diharapkan akan terbentuk pribadi
peserta didik yang lebih sempurna, baik yang berkaitan dengan potensi
akal, perasaan maupun perbuatannya.
2. Pengaruhnya terhadap perkembangan keagamaan
Pengaruhnya terhadap perkembangan keagamaan adalah perubahan
sikap dan perilaku anak dalam memahami Pendidikan Agama Islam
seiring bertumbuh kembangnya fisik dan bertambahnya usia yang
mempengaruhi perilaku anak dari sejak kanak-kanak sampai ia dewasa.
Dengan demikian pemahaman agama anak bertambah yang kemudian di
aplikasikan dalam kesehariannya.
39
Dari pengertian tersebut diatas maka penulis dapat menyimpulkan
bahwa yang di maksud dengan kontribusi Pendidikan Agama Islam pada
remaja kelas XI SMA Negeri 14 Makassar dan pengaruhnya terhadap
perkembangan keagamaan adalah suatu upaya pengembangan Agama
peserta didik dalam mendorong agar terciptanya suatu pribadi yang lebih
baik dan dinamis yang kemudian dapat diaplikasikan dalam
kesehariannya.
E. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Penentuan jumlah populasi dalam suatu penelitian merupakan salah
satu langkah penting karena dalam populasi diharapkan di peroleh data
yang diperlukan. Untuk mengetahui secara jelas populasi yang akan
dijadikan objek penelitian, terlebih dahulu penulis mengemukakan
pengertian populasi.
Suharsimi Arikunto ( 2010:173 ) mengatakan bahwa:
Populasi adalah keseluruhan subjek elemen atau karakteristik objek
yang ingin di teliti dalam wilayah penelitian. Karena populasi
merupakan objek penelitian yang merupakan sumber pengambilan
dan pengumpulan data oleh peneliti yang kemudian akan diolah dan
di analisis.
Berdasarkan defenisi yang telah dikemukakan diatas,maka penulis
dapat menyimpulkan bahwa populasi adalah keseluruhan objek
penelitian yang dijadikan sumber data yang memiliki karakteristik
40
penelitian yang terdapat di lokasi penelitian. Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh siswa kelas XI di SMA Negeri 14 Makassar Tahun
pelajaran 2014/2015. Jumlah siswa kelas XI di SMA Negeri 14 Makassar
215 orang dan Guru sebanyak 53 orang. Selengkapnya dapat di lihat dari
tabel berikut:
Tabel I
Keadaan Populasi Siswa Kelas XI Dan Guru SMA Negeri 14 Makassar
NO
Siswa dan Guru
Jenis Kelamin
Jumlah
Laki-Laki Perempuan
1. Siswa kelas XI 90 125 215
2. Guru 14 39 53
Jumlah 104 164 268
Sumber data sekolah SMAN 14 Makassar Tahun 2014
2. Sampel
Untuk memudahkan peneliti untuk melakukan proses pengumpulan
data, maka peneliti perlu membatasi jumlah subjek penelitian.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka penulis mengacu kepada
prinsip penentuan sampel penelitian yang dikemukakan oleh Suharsimi
Arikunto. 2010.
“ Apabila subjek penelitian kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya, jika subjeknya besar, dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% beberapa saja, tergantung dari kemampuan peneliti dilihat dari segi
41
waktu, tenaga, dana, dan besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti.’’
Adapun teknik yang digunakan dalam penarikan sampel pada
penelitian ini adalah berdasarkan pendapat Suharsimii Arikunto yaitu
20% dari populasi, yaitu 20% x 268 = 53 orang. Untuk lebih jelasnya
lihat tabel berikut :
Tabel II
Keadaan Sampel Siswa Kelas XI Dan Guru SMA Negeri 14 Makassar
No Siswa dan Guru Jenis Kelamin
Jumlah Laki-Laki Perempuan
1. Siswa kelas XI 15 35 50
2. Guru - 3 3
Jumlah 15 38 53
Sumber data sekolah SMAN 14 MAKASSAR Tahun 2014
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat bantu yang digunakan oleh peneliti
untuk memperoleh data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya
lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih
mudah dikelola.
Adapun instrumen yang penulis akan pergunakan dalam penelitian
untuk mengetahui Kontribusi Pendidikan Agama Islam Pada Remaja
42
Siswa Kelas XI di SMA Negeri 14 Makassar Dan Pengaruhnya Terhadap
Perkembangan Keagamaan tersebut terdiri atas:
1. Pedoman Observasi
Pedoman Observasi adalah suatu alat bantu dimana peneliti akan
melakukan pengamatan berdasarkan pedoman tentang apa yang akan
diamati. Metode ini digunakan untuk memperoleh data lapangan tentang
situasi umum lokasi penelitian.
2. Angket
Angket adalah pengumpulan data dengan menggunakan daftar
pertanyaan tertulis yang di sampaikan kepada orang lain yang ingin di
peroleh datanya atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk
dijawabnya.
3. Pedoman wawancara
Pedoman wawancara adalah alat tanya jawab dalam penelitian yang
berlangsung secara lisan terhadap responden dimana dua orang atau
lebih bertatap muka mendengar informasi-informasi atau keterangan
yang berkaitan dengan materi pembahasan.
4. Catatan Dokumentasi
Adalah salah satu alat yang di pergunakan untuk mengumpulkan data-
data melalui catatan-catatan (data-data), dokumen, arsip yang dapat
memberikan data yang di perlukan oleh peneliti.
43
G. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data yaitu
sebagai berikut:
1. Library Reseach (Kepustakaan)
Adalah pengumpulan data yang dilakukan penulis dalam penelitian
dengan pengkajian dan catatan terhadap literature atau buku-buku,
internet dan referensi yang sesuai dengan kebutuhan pembahasan
skripsi ini, juga majalah dan karya ilmiah yang relevan dengan masalah
yang dibahas dalam berupa konsep, teori dan gagasan para ahli
sehubungan dengan objek yang di bahas, metode pengumpulan data ini
terbagi atas dua bagian:
a. Kutipan langsung yakni penulis mengutip langsung pendapat para
ahli yang terdapat dalam buku-buku referensi yang berhubungan
dengan pembahasan tanpa merubah redaksi kalimatnya dan
makna yang tekandung di dalamnya.
b. Kutipan tidak langsung yakni kutipan pendapat-pendapat para ahli
yang terdapat dalam referensi dalam bentuk uraian yang berbeda
dengan konsep aslinya tetapi makna tujuannya sama.
44
2. Field Reseach (Lapangan)
Adalah suatu teknik pengumpulan data dengan melakukan langsung
dilapangan tentang objek yang akan diteliti untuk memperoleh data yang
konkrit yang ada hubungannya dengan masalah yang ada dalam
penelitian ini dengan menggunakan metode sebagai berikut:
1. Observasi yaitu peneliti mengamati langsung di lapangan secara
sistematis berkenaan dengan fenomena-fenomena yang nampak
dalam pembinaan anak remaja atau siswa kelas XI di SMA Negeri 14
Makassar.
2. Wawancara yaitu mengumpulkan data melalui informasi kepada
remaja atau siswa kelas XI di SMA Negeri 14 Makassar dengan cara
tanya jawab.
3. Angket yaitu pengumpulan data dengan cara menggunakan daftar
pertanyaan tertulis yang di sampaikan kepada orang lain yang ingin di
peroleh datanya.
4. Dokumentasi yaitu pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-
dokumen atau sumber-sumber yang berkaitan dengan objek penelitian
yang ada di lokasi penelitian
H. Teknik Analisis Data
Untuk menganalisis data maka penulis menggunakan metode sebagai
berikut:
45
1. Metode induktif, yaitu teknik analisis data melalui penjelasan yang
bersifat khusus kemudian menarik kesimpulan secara umum.
2. Metode Deduktif, yaitu teknik analisis data melalui penjelasan bersifat
umum kemudian menarik kesimpulan secara khusus.
Selain itu data yang diperoleh dari hasil angket, peneliti menggunakan
teknik analisis data dengan memakai rumus presentase yaitu:
P =N
F x 100%
Keterangan :
P = Angka presentase
F = Frekuensi yang sedang di cari presentasinya
N = Jumlah sampel
46
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Selayang Pandang Lokasi Penelitian
1. Sejarah Singkat SMA Negeri 14 Kota Makassar
Sekolah adalah salah satu lembaga pendidikan yang
menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, membina, dan
mengembangkan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan. Sekolah
bukan hanya mengembangkan potensi peserta didik yang bersifat keilmuan
melainkan juga membimbing peserta didik agar mempumyai perilaku dan
kepribadian yang sesuai dengan tuntutan dan nilai-nilai ajaran agama.Tugas
sekolah dalam membina kepribadian tidaklah mudah karena membutuhkan
waktu yang lama dalam membentuk kepribadian siswa.Untuk mencapai hal
tersebut maka yang paling utama yaitu memperbaiki kualitas
pendidikan.Inilah yang menjadi indikator sekolah SMA Negeri 14 Makassar
didirikan.
SMA Negeri 14 Makassar didirikan pada tahun 1991, yang
merupakan peralihan dari sekolah SPG 2 pada tahun 1989-1991, dan kini
menjadi SMA Negeri 14 Makassar sampai saat ini.
46
47
SMA Negeri 14 Makassar terletak di JL.Baji Minasa No. 9,
Kecamatan Mariso, Kelurahan Tamarunang, dekat dengan BPOM Kota
Makassar.
2. Visi, Misi, dan Tujuan SMA Negeri 14 Kota Makassar
Adapun visi, misi dan tujuan SMA Negeri 14 Makassar
a. Visi
“Menjadi unggul dalam berprestasi ditunjang oleh imtaq dengan
kondisi jasmani dan rohani yang berpijak pada budaya bangsa”.
b. Misi
1. Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara maksimal.
2. Menumbuhkan semangat keunggulan secara insentif kepada seluruh
siswa.
3. Melaksanakan pelatihan kurikulum berbasis kompotensi di sekolah
dan ditingkat provinsi.
4. Mengaktifkan MGMP sekolah antar sekolah untuk meningkatkan
mutu pembelajaran bagi setiap guru.
5. Mengaktifkan bimbingan belajar (perbaikan dan pengayaan) untuk
menambah wawasan belajar siswa.
6. Menumbuhkan penghayatan terhadap ajaran agama yang dianutnya.
7. Meningkat apresiasi terhadap seni dan budaya bangsa.
c. Tujuan Sekolah
1. Menciptakan lingkungan sekolah sebagai lingkunagan belajar.
48
2. Menciptakan siswa yang berkualitas.
3. Meningkatkan perolehan Nilai rata-rata US/UN.
4. Meningkatkan presentase kelulusan masuk perguruan tinggi.
5. Meningkatkan kemampuan profesionalisme guru.
6. Menegakkan 9K.
7. Meningkatkan pembinaan kelompok SAINS dan KIR agar mampu
menjadi finalis tingkat kota Makassar.
8. Meningkatkan pembinaan kegiatan pengembangan diri dan
olahraga.SMA Negeri 14 Makassar yang sekarang dipimpin oleh
Drs.Harpansa Memilliki siswa sebanyak 915 pada tahun ajaran
2014/2015.
3. Struktur Organisasi SMA Negeri 14 Makassar Tahun Ajaran
2014/2015.
Tabel 3
Struktur Organisasi SMA Negeri 14 Makassar
KEPALA SEKOLAH
KOMITE Kep.Ur.Tata Usaha
\JDMMKRORKKRK
RKR
Staf Tata Usaha Wkl.Ur.Sarana
dan Prasarana
Wkl.Ur.Kesiswaan Wkl.Ur.Kurikulum
Guru-Guru
49
4. Keadaan Guru
Guru adalah tenaga pendidik yang memberikan sejumlah ilmunya
pengetahuan kepada anak didik di sekolah. Selain memberikan sejumlah
ilmu pengetahuan, guru juga bertugas menanamkan nilai-nilai dan sikap
kepada anak didik agar memiliki kepribadian yang paripurna.Dengan
keilmuan yang dimilikinya, guru membimbing anak didik dalam
mengembangkan potensinya. Berikut adalah nama guru, kepala sekolah,
wakil kepala sekolah dan para staf di SMA Negeri 14 Makassar.
Tabel 4
Keadaan Guru di SMA Negeri 14 Makassar
NAMA JABATAN STATUS
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Drs. Harpansa Drs. Anwar Masab Drs. Bakri B, M.M.Pd Drs. Nasriadi, M.M.Pd Dra. Hj. Asmara Dewi Hj. Musyawirah S.Pd Dra. Hj. Kurniati Drs. Anwar MM Dra. Husaimah.M.M.Pd Eny Asfiati,S.Pd
Kepsek WaKasek Wakasek Guru Guru Guru Guru Wakasek Guru Guru
PNS PNS PNS PNS PNS PNS PNS PNS PNS PNS
Pend.Agama
aaa
PKN
B.Indonesia B.Inggris
Matematika Fisika
Kimia Biologi Sejarah Geografi Ekonomi Sosiologi
TIK Muatan Lokal BK B. Jerman Penjas Seni Budaya
50
11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52
Drs. Ramlan Dra. Nurlaila ML, S.Pd Dra.Hj.Rahmawati.M.M.Pd Drs.Dadjeng,M.M.Pd Dra. Nur Djanni, M.Pd Dra.Hj.Iswati M.M.Pd Dra.Hj.Siti Robajah Dra. H. Dewi Manja, M.Pd Dra. A. Maiti Dra. Nurcaya Ukkas Dra.Nurhidayah Noor Dra.Hj.Nurfaizah Dra. Jundaiswari Fatmawati Anwar,S.Pd Drs. Akbar Razak Dra. Nirwati Rauf Dra. Susilawati Sri Kasyimirani S, S.Pd Jariyah, S.Pd Hj. Siti Masnur S, S.Pd Arriani S,S.Pd,M.M.Pd Drs. M.Yunus Dra.Hj.Agustiaty Kurusi Anisa Talib, S.Pd Mercy Sumakul K, S.Pd Dra.Hj.Sri Nurul Hayati Nisbah, S.Pd Nurlina Anas,S.Pd,M.Pd Pantja Nurwahidin,M.Pd Drs.Sukri Ismail,S.Pd Sugiarti,S.Pd M. Ardi Ali, S.Sos Nitawani,S,Pd Ani Susilawati, S.Pd Tati Juliati, S.Pd Tuty Widyanti, S.Si Agustin Dwi N,S.Pak Rahmawati,S.Kom Muada, S.Pd Syahrul, S.Kom Mirna Idris, S.Pd
Guru Guru Guru Guru Wakasek Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru
PNS PNS PNS PNS PNS PNS PNS PNS PNS PNS PNS PNS PNS PNS PNS PNS PNS PNS PNS PNS PNS PNS PNS PNS PNS PNS PNS PNS PNS PNS PNS PNS PNS PNS PNS PNS GTT GTT GTT GTT GTT GTT
51
53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63
Jumriah,S.Pd Supriadi,S.Sos Sri Indiyani,S.Sos Sitti Rosmini,S.Sos Dra. Bidje Sri Mulyasri Said,S.Sos Sitti Rabiah, S.Sos Arifin Syam Rahman Saenal Dg. Puji
Guru TU TU TU TU TU TU TU TU TU TU
GTT Kep. TU Honorer Honorer Honorer Pustakawan Honorer Honorer Honorer Honorer Honorer
Sumber data : SMA Negeri 14 Makassar Tahun 2014
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa pada SMA Negeri 14 Kota
Makassar sebanyak 63 orang yang terdiri dari: 1 orang kepala sekolah, 4
orang wakil kepala sekolah, 48 tenaga pengajar/guru dan 10 orang staf tata
usaha.
5. Keadaan Siswa
Siswa merupakan individu yang menerima pelajaran.Jika tugas guru
adalah mengajar, maka tugas siswa adalah belajar. Oleh karena itu saling
berkaitan satu sama lain yang tidak dapat dipisahkan dan berjalan seiring
dalam proses belajar mengajar.
Jumlah keseluruhan siswa kelas XI SMA Negeri 14 Makassar yang ada
sebanyak 215 siswa. tapi yang menjadi objek pada penelitian ini sebanyak 50
orang. Berikut adalah tabel keadaan siswa kelas XI SMA Negeri 14
Makassar.
52
Tabel 5
Keadaan Siswa Kelas XI di SMA Negeri 14 Makassar
No Guru dan Siswa
Jenis Kelamin
Jumlah Laki-laki Perempuan
1. Guru PAI 14 39 53
2. Siswa Kelas XI 90 125 215
Jumlah 104 164 268
Sumber: Dokumentasi SMA Negeri 14 Makassar Tahun 2014
6. Keadaan Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana sangat penting dan harus ada dalam sebuah
instansi sekolah karena menunjang kualitas sebuah sekolah dan dapat
menjadikan proses belajar mengajar berjalan dengan baik.
Tabel 6
Keadaan Sarana dan Prasarana SMA Negeri 14 Makassar
No Sarana dan Prasarana Banyak Keterangan
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10 11 12 13 14 15 16
Gedung Sekolah R. Kepsek R. Wakasek R. Guru R. Tata Usaha R. Kelas R. Laboratorium R. Perpustakaan R. Komputer R. Multimedia R. Tata Usaha R. BK R. UKS R. Mushallah R. Koperasi R. Tunggu
1 unit 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit
23 unit 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit
Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik
53
17 18 19 20 21 22
Meja Siswa Kursi Siswa Meja Guru Kursi Guru Komputer Lemari
635 unit 883 unit 40 unit 43 unit 36 unit 41 unit
Baik Baik Baik Baik Baik Baik
Sumber data: Kantor SMA Negeri 14 Makassar Tahun 2014
B. Gambaran Kontribusi Pendidikan Agama Islam Pada Remaja Kelas XI
di SMA Negeri 14 Makassar
Pendidikan Agama Pendidikan berarti usaha-usaha sistematis dan
pragmatis dalam membentuk anak didik agar supaya mereka hidup sesuai
dengan ajaran Islam. Jadi yang dimaksud dengan pendidikan agama
bukanlah pendidikan (khusus) agama melainkan pendidikan yang
berdasarkan agama atau menurut pandangan agama.Dan mutlak harus
diberikan kepada pelajar baik lewat formal maupun non formal.Apalagi sejak
pengumuman Menteri pendidikan dan kebudayaan (Bander Johan) dan
Menteri Agama (A. Wahid Hasyim).
Dra. Nirwati Rauf (Guru pendidikan agama Islam di SMAN 14 Makassar), menjelaskan bahwa : Kontribusi yang diberikan kepada siswa kelas XI pada proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 14 Makassar adalah berupa buku paket Pendidikan Agama Islam dan budi pekerti kelas XI dan AL-Qur’an dari kementrian Agama. (15 november 2014)
Pemerosotan tingkat keagamaan dan peningkatan perusuhan persepsi
keagamaan harus dicegah Kepada seluruh lembaga-lembaga pendidikan
mulai dari tingkat dasar sampai ke perguruan tinggi, agar mereka tidak
54
memisahkan antara ilmu dan agama lalu mengajarkannya ilmu pengetahuan
terpisah dari ilmu agama dan ilmu agama terpisah dari ilmu pengetahuan
Pemisahan ini sangat jelek pengaruhnya terhadap pendidikan dan betapa
lebih jeleknya pengaruhnya terhadap pendidikan dan betapa lebih jeleknya
jika di sekolah-sekolah diajarkan materi-materi pelajaran dengan berbagai
metode yang berlawanan dengan gambaran dan ajaran-ajaran agama
tersebut. Adapun Kontribusi Pendidikan Agama Islam Pada Remaja kelas XI
SMAN 14 Makassar dapat kita lihat melalui tabulasi angket berikut di bawah
ini:
Tabel 7
Presentase Keadaan Siswa Dalam Kontribusi Al-Qur’an Pada
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Alternatif Jawaban Frekuensi (F) Persentasi (P)
Bermanfaat 10 19 %
Sangat Bermanfaat 40 76 %
Tidak Bermanfaat 3 5%
Jumlah 53 100 %
Sumber data : Tabulasi angket no. 1
Berdasarkan tabulasi angket di atas dapat diketahui bahwa kontribusi
Al-qur’an pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam sebagian besar ini
dibuktikan dengan 10 atau 19 % responden memilih menjawab “Bermanfaat”
55
dan 40 atau 76% responden memilih alternatif jawaban kedua yaitu “Sangat
Bermanfaat” dan 3 atau 5% yang menjawab “Tidak Bermanfaat”.
Peneliti menyimpulkan bahwa Kontribusi Al-Qur’an pada pembelajaran
Pendidikan Agama Islam sangat bermanfaat dengan melihat alternative
jawaban siswa yang menunjukkan bahwa 40 responden dengan presentase
76% memilih alternative jawaban “Sangat Bermanfaat” pada kontribusi AL-
Qur’an ketimbang dengan melihat presentase yang “Bermanfaat” sebanyak
10 responden dengan presentase 19% dan “Tidak Bermanfaat” sebanyak 3
responden dengan presentase 5%.
Selain tanggapan di atas tentang kontribusi Al-qur’an pada
pembelajaran Pendidikan Agama Islam, adapula tanggapan tentang
Penggunaan Buku Paket Pendidikan Agama Islam Pada Proses Pelajaran
Agama Islam.
Tabel 8
Presentase Siswa Dalam Penggunaan Buku Paket Pendidikan Agama
Islam Pada Proses Pelajaran Pendidikan Agama Islam
Alternatif Jawaban Frekuensi (F) Persentasi (P)
Sangat Membantu 52 98%
Kurang Membantu 1 2%
Tidak Membantu - -
Jumlah 53 100 %
Sumber data : Tabulasi angket no. 2
56
Berdasarkan tabulasi angket di atas dapat diketahui bahwa
Penggunaan Buku Paket Pendidikan Agama Islam Pada Proses Pelajaran
Agama Islam sebagian besar ini dibuktikan dengan 52 atau 98 % responden
memilih menjawab “Sangat membantu” dan 1 atau 2% responden memilih
alternatif jawaban kedua yaitu “Kurang Membantu” dan tak seorangpun
yang menjawab “Tidak Membantu”.
Peneliti menyimpulkan bahwa penggunaan buku paket pada proses
pelajaran Pendidikan Agama Islam sangatlah penting sebagai alat
pendukung dan pembantu pada proses pembelajaran Agama Islam kelas XI
SMA Negeri 14 Makassar. Hal ini dapat dilihat dengan melihat presentase
98% atau 52 responden yang memilih jawaban “Sangat Membantu”.
Selain tanggapan di atas tentang Penggunaan Buku Paket Pendidikan
Agama Islam Pada Proses Pelajaran Agama Islam, adapula tanggapan
tentang bagaimana Pengadaan Pengajian Rutin Setiap 1 Kali Seminggu di
Sekolah.
Tabel 9
Presentase Siswa Dalam Pengajian Rutin Setiap 1 Kali Seminggu di Sekolah
Alternatif Jawaban Frekuensi (F) Persentasi (P)
Baik 24 45%
Tidak Baik - -
Sangat Baik 29 55%
Jumlah 53 100 %
Sumber data : Tabulasi angket no. 3
57
Berdasarkan tabulasi angket di atas dapat diketahui bahwa Pengajian
Rutin Setiap 1 Kali Seminggu di Sekolah sebagian besar ini dibuktikan
dengan 24 atau 45 % responden memilih menjawab “Baik” dan tak seorang
pun responden memilih alternatif jawaban kedua yaitu “Tidak Baik” dan 29
atau 55% responden yang menjawab “Sangat Baik”.
Peneliti menyimpulkan bahwa pengajian rutin setiap 1 kali seminggu
sangatlah baik dalam hal membentuk karakter manusia menjadi karakter
yang islami. Hal ini sangatlah jelas dengan melihat presentase 50% atau 24
responden yang menjawab “Baik”, dan juga 55% atau 29 responden yang
menjawab “sangat Baik”.
Peranan remaja sebagai generasi muda islam Pada mulanya apakah itu
disebut pemuda, remaja, generasi muda Islam, niscayalah itu juga
maksudnya yaitu kata yang mengandung pengertian, manusia yang berasal
dari kelompok umur tertentu, biasanya antara umur 15 sampai dengan 40
tahun. Sekarang kelompok remaja di Indonesia berjumlah kurang lebih
sepertiga dari penduduk Nusantara ini.Sehingga generasi muda Islam
diarahkan untuk mempersiapkan kader-kader perjuangan Islam dan
pembangunan nasional. Dengan materi pendidikan, keterampilan,
kesejahteraan jasmani, daya kreasi, patriotisme, idealisme, kepribadian dan
budi pekerti yang luhur.Untuk itu perlu diciptakan iklim yang sehat sehingga
kemungkinan kreatifitas generasi Islam berkembang secara wajar dan
bertanggung jawab. Untuk itu perlu adanya usaha-usaha guna
58
mengembangkan generasi muslim untuk melihatkannya dalam proses
kehidupan berbangsa dan bernegara serta melaksanakan pembangunan
nasional. Jadi generasi Islam harus bisa menempa diri, berdidikasi tinggi, dan
penuh tanggung jawab.Jika semata-mata bergantung pada yang lebih tua
baik dalam bersikap, bertindak laku, dan menyuarakan fikiran dan pendapat,
tentu hal ini sangat disayangkan, bukan berarti bahwa generasi muda harus
menolak atau menutup diri terhadap kalangan generasi yang lebih tua.
Barangkali akan lebih bijaksana jika pendapat atau pikiran generasi yang
lebih tua itu didengar dan dipertimbangkan terhadap kepentingan dan
aspirasi pemuda maka suara mereka belum tentu negatif semua. Maksudnya
agar kita lebih arif mempertimbangkan sesuatu yang perlu diikuti dan mana
yang tidak relevan dijadikan pegangan. Maka sebagai generasi muda jangan
hanya mendendakan kejayaan masa lalu, tidak hanya meratapi kekalahan
masa kini dan tidak hanya berangan-angan untuk mendapatkan kemenangan
akan datang.
C. Gambaran Perkembangan Keagamaan Remaja Siswa Kelas XI di
SMA Negeri 14 Makassar
Tabel 10
Presentase Siswa Dalam Perkembangan Keagamaan Yang Terjadi
Setelah Mempelajari dan Memahami Isi Pada Al-Qur’an
Alternatif Jawaban Frekuensi (F) Persentasi (P)
Sangat Baik 53 100%
Kurang Baik - -
59
Tidak baik - -
Jumlah 53 100 %
Sumber data : Tabulasi angket no. 4
Berdasarkan tabulasi angket di atas dapat diketahui Perkembangan
yang terjadi setelah mempelajari dan memahami isi pada Al-Qur’an sebagian
besar ini dibuktikan dengan 53 atau 100 % responden memilih menjawab
“Sangat Baik” dan tak seorangpun responden memilih alternatif jawaban
kedua yaitu “kurang Baik” dan tak seorangpun yang menjawab “Tidak Baik”.
Peneliti menyimpulkan bahwa Al-Qur’an sangat baik dan berperan
besar dalam hal mengembangkan karakter siswa menjadi individu yang
islami. Hal ini terbukti dengan melihat presentase 100% atau 53 responden
mayoritas siswa menjawab “Sangat Baik”.
Selain tanggapan di atas tentang perkembangan keagamaan yang
terjadi setelah mempelajari dan memahami isi pada Al-Qur’an, adapula
tanggapan tentang bagaimana Perkembangan keagamaan yang terjadi
setelah mempelajari dan memahami buku paket pendidikan agama islam
Tabel 11
Presentase Siswa Dalam Perkembangan Keagamaan Yang Terjadi Setelah Mempelajari dan Memahami Buku Paket Pendidikan Agama
Islam
Alternatif Jawaban Frekuensi (F) Persentasi (P)
Sangat Baik 48 90%
60
Cukup Baik 5 10%
Kurang Baik - -
Jumlah 53 100 %
Sumber data : Tabulasi angket no. 5
Berdasarkan tabulasi angket di atas dapat diketahui Perkembangan
keagamaan yang terjadi setelah mempelajari dan memahami buku paket
Pendidikan Agama Islam sebagian besar ini dibuktikan dengan 48 atau 90 %
responden memilih menjawab “Sangat baik” dan 5 atau 10 % responden
memilih alternatif jawaban kedua yaitu “Cukup Baik” dan tak seorangpun
yang menjawab “Kurang Baik”.
Peneliti menyimpulkan bahwa buku paket Pendidikan Agama Islam
cukup berperan sangat baik dalam hal mengembangkan pengetahuan
Agama siswa kelas XI SMA Negeri 14 Makassar. Terbukti dengan melihat
dari hasil angket bahwa 90% atau 48 responden memilih jawaban “sangat
baik”.
Peran guru dalam membentuk karakter anak sangatlah penting, dimana
guru tersebut harus berusaha menjadi guru ideal, di samping menjadi contoh
moralitas yang baik, diharapkan guru memiliki wawasan keilmuan dan
pengetahuan yang luas sehingga materi yang disampaikan dalam hal ini
Pendidikan Agama Islam dapat ditinjau dari berbagai disiplin keilmuan yang
lain. Memahami psikologi anak didik sangat diperlukan pula.
61
Belajar Pendidikan Agama Islam di sekolah bagi anak didik bukan saja
belajar tentang yang boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan
(halal dan haram), tetapi mereka belajar adanya pilihan nilai yang sesuai
dengan perkembangan anak didik, dari hasil itu, guru PAI dapat
memaksimalkan diri untuk berfikir strategi agar anak didik mengamalkan nilai-
nilai keagamaan. Guru PAI dalam mentransfer nilai tidak hanya diberikan
dalam bentuk ceramah, tetapi bagaimana guru berkreasi dalam memberikan
strategi pembelajaran kepada anak didik, sehingga suasana belajar tidak
monoton dan anak didik terasa menyenangkan dan tidak bosan dengan
suasana belajar. Guru Pendidikan Agama Islam diharapkan mengikuti
perkembangan metode pembelajaran mutakhir untuk menggunakan media
teknologi informasi dalam pembelajarannya demi untuk memberikan yang
terbaik kepada anak didik kedepannya. Hal diatas banyak dilakukan oleh
guru PAI pada Sekolah yang peneliti lakukan yaitu Siswa Kelas XI di SMAN
14 Makassar, banyak kegiatan yang dilakukan oleh Guru PAI yang tentunya
didukung oleh sekolahnya masing-masing dalam menerapkan ilmu-ilmu
kepada anak-anak.
Pentingnya Pendidikan Agama Islam dalam pembentukan karakter anak
tidak terlepas dari peran guru selaku pendidik yang akan merubah karakter
peserta didik disekolah, berdasarkan hasil wawancara kepada responden
Dra. Nirwati Rauf (Guru pendidikan agama Islam di SMA Negeri 14
Makassar), menjelaskan bahwa :
62
Guru PAI dalam mentransferkan ilmunya kepada anak didik, juga berusaha untuk memberikan didikan secara efektif serta mendorong anak didik untuk mengaplikasikan ilmu-ilmu yang telah diperoleh. Selain itu pula guru tersebut harus tegas dalam membimbing anak didiknya dalam mematuhi tata tertib sekolah, apabila ada anak yang melakukan kesalahan mesti dijatuhkan teguran dan hukuman, tetapi dalam tindakan wajar, karena baru-baru ini terjadi seorang guru diadukan oleh orang tua muridnya ke pengadilan dan dijatuhi hukuman dengan alasan telah merebut hak azasi manusia, karena guru tersebut memotong rambut anak didiknya yang telah panjang. Hukuman yang diberikan kepada anak didik bersifat mendidik dan tidak mempengaruhi mental dan jiwa dari anak tersebut.Anak tidak boleh terlalu dimanja, karena anak yang dimanjakan berarti meningkatkan kepercayaan bahwa dia selalu mendapatkan apa yang diinginkan, oleh karena itu guru dan orang tua serta masyarakat berusaha bagaimana anak itu bisa hidup dengan penuh kemandirian”. (15 november 2014)
Sedangkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan dengan siswa yaitu Guru Agama Islam di SMAN 14 Makassar, telah memberikan perubahan sikap dan karakter dalam diri anak didik untuk menjadi orang yang berkarakter seperti : Melahirkan sikap jujur, Tumbuhnya Kesadaran melaksanakan ibadah, Meminimalkan siswa dalam berprilaku yang sesuai dengan ajaran Islam, menumbuhkan jiwa sosial.
Berdasarkan penjelasan diatas penulis menyimpulkan bahwa
pembekalan sejak dini Pendidikan Agama Islam terhadap remaja sangat
signifikan. Pendidikan Agama mempunyai pengaruh yang sangat besar
dalam meminimalisir dekadensi moral anak-anak hari ini.Besarnya tarikan
pengaruh yang tidak baik dari lingkungan harus diimbangi dengan besarnya
Pendidikan Agama kepada para peserta didik.
Tabel 12
Presentase Siswa Dalam Perkembangan Keagamaan Yang Terjadi
Setelah Mengikuti Pengajian Rutin Setiap 1 Kali Seminggu.
63
Alternatif Jawaban Frekuensi (F) Persentasi (P)
Sangat Baik 46 87 %
Cukup Baik 7 13 %
Kurang Baik - -
Jumlah 53 100 %
Sumber data : Tabulasi angket no. 6
Berdasarkan tabulasi angket di atas dapat diketahui bahwa
Perkembangan keagamaan yang terjadi setelah mengikuti pengajian rutin
setiap 1 kali seminggu sebagian besar ini dibuktikan dengan 46 atau 87 %
responden memilih menjawab “Sangat baik” dan 7 atau 13% responden
memilih alternatif jawaban kedua yaitu “Cukup Baik” dan tak seorangpun
yang menjawab “Kurang Baik”.
Peneliti menyimpulkan bahwa pengajian rutin setiap 1 kali seminggu
sangat baik karena mampu mengembangkan keagamaan siswa menjadi
individu yang baik dan juga islami. Hal ini di buktikan dengan melihat hasil
angket dengan presentase 87% atau 46 responden memilih jawaban “Sangat
Baik”.
Adapun hambatan-hambatan yang terjadi dalam pembentukan Karakter
remaja di SMA Negeri 14 Makassar, yaitu : Sekolah sebagai wahana
pembelajaran tak diragukan berperan besar dalam pengembangan karakter
siswa. Sekolah telah mengantar anak-anak dan remaja dalam menyelesaikan
tugas perkembangannya hingga memasuki masa dewasa dengan baik.Di
64
sekolah ini otak, hati, dan badan anak di ditumbuh kembangkan agar lebih
cerdas, peka dan sehat. Namun dalam pelaksanaan pendidikan karakter di
sekolah dasar, dalam pelaksanaan masih ditemukan beberapa
permasalahan, dikarenakan perkembangan jaman anak sekarang jauh
berbeda dengan anak-anak terdahulu. Berikut beberapa hambatan hasil
penelitian yang dialami oleh kedua sekolah dalam membentuk karakter anak
di sekolah dasar diantaranya.
Pengaruh televisi/Internet/Kemajuan teknologi yang disalahgunakan.
Acara televisi yang beragam dapat memberikan pengaruh negatif apabila
tidak didampingi orang tua siswa. Televisi saat ini bukan merupakan barang
yang asing dalam kehidupan rumah tangga. Bukan juga barang mewah yang
hanya bisa dimiliki oleh orang-orang tertentu saja. Namun sekarang telivisi
layaknya sebuah kebutuhan yang harus dimiliki oleh setiap keluarga.Tidak
bisa dipungkiri bahwa peran televisi juga besar di era teknologi informasi
yang makin cepat. Yang bisa kita peroleh yaitu dalam pemanfaatannya
sebagai sumber ilmu pengetahuan, penyiaran informasi yang lebih cepat
daripada media lain, dan menambah kosa kata baru yanag bermanfaat.
Namun tentu saja mudharatnya tetap ada bahkan mungkin lebih besar
daripada manfaatnya, selebihnya adalah hal-hal yang sia-sia bahkan bisa
merusak pemikiran.
65
1. Lingkungan Masyarakat, Pergaulan di masyarakat dengan teman-
temannya dapat mempengaruhi akhlaknya Lingkungan sangat
berpengaruh bagi perkembangan karakter anak. Bila anak berada pada
lingkungan yang baik maka akan dapat memberikan pengaruh yang baik
pula bagi perkembangan karakter anak, dan begitu juga sebaliknya
lingkungan yang tidak baik juga dapat memberikan pengaruh yang tidak
baik bagi perkembangan karakter anak. Sebagai orangtua harus jeli dan
pintar-pintar memilihkan lingkungan yang baik bagi anak, karena akan
menentukan perkembangan karakter anak Anda. Lingkungan ini dapat
dimisalkan seperti lingkungan tempat Anda tinggal, lingkungan bermain
anak Anda, ataupun lingkungan sekolah anak Anda.
2. Tidak sinkronnya pendidikan atau aturan di sekolah dan di rumah suatu
aturan yang diterapkan disekolah harus diterapkan juga di rumah jika
sebaliknya maka akan menghambat pada tujuan pembentukan karakter
anak, contoh : Siswa hanya boleh nonton TV pada hari sabtu – ahad
dengan didampingi orang tua.
3. Peran guru belum dapat menjadi teladan atas nilai-nilai karakter yang
dipilihnya. Permasalahan yang paling berat adalah peran guru untuk
menjadi teladan dalam mewujudkan nilai-nilai karakter secara khusus
sesuai dengan nilai karakter mata pelajaran dan nilai-nilai karakter umum
di sekolah.Kurang contoh keteladanan Guru dan orangtua menjadi faktor
66
utama dalam pembentukan karakter anak, krisis keteladanan dari
keduanya dapat menimbulkan perilaku yang tidak baik.
4. Sekolah belum dapat memilih nilai-nilai karakter yang sesuai dengan
visinya. Jumlah nilai-nilai karakter demikian banyak, sehingga sekolah
menghadapi kesulitan memilih nilai karakter mana yang sesuai dengan
visi sekolahnya. Hal itu berdampak pada gerakan membangun karakter di
sekolah menjadi kurang terarah dan fokus, sehingga tidak jelas pula
monitoring dan penilaiannya.
5. Minimnya jam pelajaran pendidikan Agama Islam di Sekolah Umum,
sehingga, pemahaman agama bagi siswa/siswi di sekolah dasar umum
sangat minim. Dalam satu minggu, itu hanya ada tiga jam mata pelajaran
agama yang diberlakukan di sekolah-sekolah umum. Ini di nilai masih
sangat kurang, terbukti masih banyak anak-anak usia sekolah yang belum
bisa baca tulis Alquran, termasuk ajaran-ajaran dasar agama.
D. Gambaran Kontribusi Pendidikan Agama Islam Berpengaruh Pada
Perkembangan Keagamaan Remaja Kelas XI di SMA Negeri 14
Makassar.
Tabel 13
Presentase Siswa Dalam Mempelajari dan Memahami Isi Pada Al-
Qur’an Berpengaruh Terhadap Perkembangan Keagamaan Siswa
Alternatif Jawaban Frekuensi (F) Persentasi (P)
Sangat Berpengaruh
37 70 %
67
Berpengaruh 16 30 %
Tidak Berpengaruh - -
Jumlah 53 100 %
Sumber data : Tabulasi angket no. 7
Berdasarkan tabulasi angket di atas dapat diketahui bahwa Mempelajari
dan memahami isi pada al-qur’an berpengaruh terhadap perkembangan
keagamaan siswa sebagian besar ini dibuktikan dengan 37 atau 70 %
responden memilih menjawab “Sangat Berpengaruh” dan 16 atau 30 %
responden memilih alternatif jawaban kedua yaitu “Berpengaruh” dan tak
seorangpun yang menjawab “Tidak Berpengaruh”.
Peneliti menyimpulkan bahwa Keberadaan Al-Qur’an di kalangan siswa
sangatlah besar pengaruhnya dalam membentuk sifat dan moral siswa kelas
XI SMA Negeri 14 Makassar. Melihat dari hasil angket membuktikan bahwa
70% atau 37 responden menjawab “Sangat Berpengaruh”.dalam mempelajari
dan memahami isi pada Al-Qur’an terhadap perkembangan keagamaan
siswa kelas XI SMA Negeri 14 Makassar.
Selain tanggapan di atas tentang Al-Qur’an berpengaruh terhadap
perkembangan keagamaan siswa, adapula tanggapan tentang mempelajari
dan memahami buku paket Pendidikan Agama Islam berpengaruh pada
perkembangan keagamaan siswa kelas XI SMA Negeri 14 Makassar.
Tabel 14
Mempelajari dan Memahami Buku Paket Pendidikan Agama Islam
Berpengaruh Terhadap Perkembangan Keagamaan Siswa
68
Alternatif Jawaban Frekuensi (F) Persentasi (P)
Berpengaruh 40 76%
Tidak Berpengaruh - -
Sangat Berpengaruh
13 24%
Jumlah 53 100 %
Sumber data : Tabulasi angket no. 8
Berdasarkan tabulasi angket di atas dapat diketahui bahwa Mempelajari
dan memahami buku paket Pendidikan Agama Islam berpengaruh terhadap
perkembangan keagamaan siswa sebagian besar ini dibuktikan dengan 40
atau 76 % responden memilih menjawab “Berpengaruh” dan tak satupun
responden memilih alternatif jawaban kedua yaitu “Tidak Berpengaruh” dan
13 atau 24 % responden yang menjawab “Sangat Berpengaruh”
Peneliti menyimpulkan bahwa keberadaan buku paket Pendidikan
Agama Islam di sekolah berpengaruh terhadap perkembangan keagamaan
siswa kelas XI SMAN 14 Makassar. Hal ini di buktikan dengan melihat hasil
angket yang memilih jawaban “Berpengaruh” dengan presentase 76% atau
40 responden.
Selain tanggapan di atas tentang Mempelajari dan memahami buku
paket Pendidikan Agama Islam berpengaruh terhadap perkembangan
keagamaan siswa, adapula tanggapan tentang pengajian rutin setiap 1 Kali
seminggu berpengaruh pada perkembangan keagamaan siswa.
Tabel 15
Presentasi Siswa Dalam Pengajian Rutin Setiap 1 Kali Seminggu
Berpengaruh Pada Perkembangan Keagamaan Siswa
69
Alternatif Jawaban Frekuensi (F) Persentasi (P)
Sangat Berpengaruh
30 56%
Tidak Berpengaruh 2 3%
Berpengaruh 21 41%
Jumlah 53 100 %
Sumber data : Tabulasi angket no. 9
Berdasarkan tabulasi angket di atas dapat diketahui bahwa Pengajian
Rutin Setiap 1 Kali Seminggu Berpengaruh Pada Perkembangan
Keagamaan Siswa sebagian besar ini dibuktikan dengan 30 atau 56 %
responden memilih menjawab “Sangat Berpengaruh” dan 2 atau 3%
responden memilih alternatif jawaban kedua yaitu “Tidak Berpengaruh”
dan 21 atau 41% responden yang menjawab “Berpengaruh”.
Peneliti menyimpulkan bahwa pengajian rutin 1 kali seminggu sangat
berpengaruh pada perkembangan keagamaan siswa kelas XI SMA Negeri 14
Makassar. Melihat dari hasil angket membuktikan bahwa 56% atau 30
responden memilih jawaban “Sangat Berpengaruh”.
Suatu sistem pendidikan dapat dikatakan bermutu, jika proses belajar-
mengajar berlangsung secara menarik dan menantang sehingga peserta
didik dapat belajar sebanyak mungkin melalui proses belajar yang
berkelanjutan. Proses pendidikan yang bermutu akan membuahkan hasil
pendidikan yang bermutu dan relevan dengan pembangunan.
Dra. Nirwati Rauf (Guru pendidikan agama Islam di SMA Negeri 14 Makassar), menjelaskan bahwa : Kontribusi berupa Al-Qur’an dan Buku paket Pendidikan Agama Islam sangat besar pengaruhnya terhadap
70
perkembangan keagamaan siswa kelas XI di SMA Negeri 14 Makassar terutama dalam keaktifan belajar, serta pengamatan terhadap lingkungan yang ada hubungannya dengan materi pembelajaran. (15 november 2014)
Untuk mewujudkan pendidikan yang bermutu dan efisien perlu disusun
dan dilaksanakan program-program pendidikan yang mampu membelajarkan
peserta didik secara berkelanjutan, karena dengan kualitas pendidikan yang
optimal, diharapkan akan dicapai keunggulan sumber daya manusia yang
dapat menguasai pengetahuan, keterampilan dan keahlian sesuai dengan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang.
Beberapa hal di atas tidak dapat dicapai dengan baik manakala
seorang pendidik tidak memahami perkembangan peserta didik dengan
komprehensif. Implikasi perkembangan peserta didik dapat meliputi:
1. Bagi peserta didik. Pertama, siswa harus siap mengikuti kegiatan
pembelajaran yang dalam pelaksanaannya dimungkinkan untuk bekerja baik
secara individual, pasangan, kelompok kecil ataupun klasikal.Kedua, anak
harus siap mengikuti kegiatan pembelajaran yang bervariasi secara aktif
misalnya melakukan diskusi kelompok, mengadakan penelitian sederhana,
dan pemecahan masalah sesuai dengan tingkat perkembangannya.
2. Bagi Pendidik. Pendidik harus memahami karakter dan perkembangan
anak serta kreatif baik dalam menyiapkan kegiatan/pengalaman belajar bagi
anak, memilih kompetensi dari berbagai mata pelajaran dan mengaturnya
71
agar pembelajaran menjadi lebih bermakna, menarik, menyenangkan dan
utuh.Jadi adanya sebuah kesiapan untuk memulai pembelajaran.
3. Sarana prasarana, sumber belajar dan media. Dalam proses pembelajaran
tematik, diperlukan berbagai sarana dan prasarana belajar, berbagai sumber
belajar, dan optimalisasi penggunaan media pembelajaran yang bervariasi
dan integratif dengan tidak meninggalkan sumber belajar yang telah
ditentukan.
4. Proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, Kegiatan pembelajaran
hendaknya bervariasi dan dapat dilaksanakan baik di dalam kelas maupun di
luar kelas. Semua yang ada disekeliling kelas atau sekolah dapat
dimanfaatkan sebagai sumber belajar. Di samping itu, pemilihan metode
yang variatif juga akan berdampak pada hasil dan proses pembelajaran yang
dilakukan sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik.
5. Implikasi dalam pendidikan Islam akan mampu menjawab berbagai
persoalan yang dihadapi oleh anak baik masa kini maupun masa depannya.
Karena pada dasarnya pendidikan Islam merupakan satu kesatuan dari
sebuah sistem yang berupaya mengembangkan pandangan dan semangat
hidup islami yang dimanifestasikan dalam sikap hidup dan keterampilan
dalam berfikir, bertindak dan berperilaku islami.
73
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian dan pembahasan pada bab sebelumnya, serta
hasil deskripsi dan interpretasi data yang peneliti lakukan dalam
bab IV, maka peneliti dapat mengemukakan kesimpulan bahwa:
1. Gambaran kontribusi Pendidikan Agama islam pada remaja kelas
XI SMA Negeri 14 Makassar dikategorikan Sangat Bermanfaat
dimana dibuktikan dari hasil angket 40 orang atau (76%)
responden menyatakan bahwa Kontribusi Al-Qur’an pada
pembelajaran Pendidikan Agama Islam sangat bermanfaat.
2. Gambaran perkembangan keagamaan remaja kelas XI SMA
Negeri 14 Makassar dikategorikan sangat baik dengan melihat
Perkembangan yang terjadi setelah mempelajari dan memahami
buku paket Pendidikan Agama Islam hal ini sesuai dengan apa
yang ditemukan oleh peneliti berdasarkan tabulasi angket dan hasil
wawancara.
3. Gambaran kontribusi Pendidikan Agama Islam berpengaruh pada
perkembangan keagamaan remaja kelas XI SMA Negeri 14
Makassar dikategorikan sangat berpengaruh, Hal ini di buktikan
dengan hasil tabulasi angket dan hasil pengamatan peneliti.
72
73
B. Saran
1. Dalam melakukan penelitian yang sama ,diharapkan kepada
peneliti untuk mengembangkan instrumen sendiri agar hasil yang
diperoleh lebih baik dan dapat dipertanggungjawabkan.
2. Guru Pendidikan Agama Islam mesti berupaya seoptimal mungkin
untuk menjadi teladan (figur-central) bagi peserta didiknya dalam
bersikap dan menerapkan agama di setiap tindakannya.
3. Guru Pendidikan Agama Islam dituntut pula mengembangkan
pendekatan dan metodologi pembelajaran yang dapat merubah
mindset peserta didik. Inovasi dan kreatifitas guru Pendidikan
Agama Islam tentu sangat diperlukan.
4. Faktor eksternal sangat berpengaruh terhadap pembentukan
karakter anak., untuk itu, selain pendidikan agama islam yang
diberikan disekolah, peran orang tua juga dibutuhkan dalam
pembentukan karakter anak.
PEDOMAN WAWANCARA
NAMA RESPONDEN : .........................................................................
Pertanyaan:
1. Menurut Anda, kontribusi seperti apa yang di berikan kepada siswa kelas
XI pada proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 14
Makassar ?
2. Menurut anda, Bagaimana perkembangan keagamaan yang terjadi pada
Siswa Kelas XI di SMA Negeri 14 Makassar ?
3. Menurut Anda, Apakah kontribusi Pendidikan Agama Islam Berpengaruh
Pada Perkembangan Keagamaan Siswa Kelas XI di SMA Negeri 14
Makassar?
DAFTAR PUSTAKA
Al-qur’an dan Terjemahnya.
Adi W. Gunawan, Hipnosis –The art of subconscious communication,
(Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2005) h.27-30
Abu Dawud, Sunan Abu Dawud , Al Maktabah As Syamilah: As Sholat, 418.
Al-Halwani, Aba Firdaus, Melahirkan Anak Saleh, Yogyakarta: Mitra Pustaka,
1999.
Devito. 1997 . ilmu komunikasi . Grafindo. Jakarta.
Djohan Effendi, “Peranan Keluarga dalam Pendidikan Agama”, Nasehat
Perkawinan, Tatanan Hidup Perkawinan dan Keluarga,
XVII,September, 2009,hlm. 19-20.
Effendy,O. Uchjana. 1996. Psikologi Remaja. PT. Remaja Rosdakarya.
Bandung.
Effendy,O. Uchjana.2000. Pengantar Psikologi Anak. PT. Remaja
Rosdakarya. Bandung.
Haddad, Imam Habib Abdullah, Nasehat Agama dan Wasiat Iman,
Semarang: CV Toha Putra: 2003.
Hasan, M. Ali, Mengamalkan Sunnah Rasulullah, Jakarta: Siraja, 2003.
Joseph Murphy D.R.S.,2002. Rahasia kekuatan Pikiran Bawah Sadar,
spectrum. Jakarta.
Jalaluddin. 2008. Psikologi Agama. Jakarta: PT Grafindo Persada
Lillweri, alo. 1997. Dasar-Dasar Psikologi.PT. Citra Aditya Bakti. Bandung.
Mahfudz, M. Jalaluddin, Psikologi Anak dan Remaja, t.t.: Pustaka Al-Kautsar,
t.t.
Muhammad, Husein, Fiqih Perempuan, Yogyakarta: LKiS, 2001.
Muslim, Romdoni, Hadits Akhlak, Jakarta: Restu Ilahi, 2004.
Nashih Ulwan , Abdullah. 1992. Pola Pendidikan Anak. Bumi Aksara.
Jakarta.
Prasmana, 2002. Berbagai Aspek Aspek Ilmu Psikologi. Remaja. Surabaya.
Prasetyo,2000. Pola Komunikasi keluarga. PT. Alumni. Bandung.
Rakhmat,Jalaluddin. 1994. Psikologi Komunikasi. Remaja Rosdakarya.
Bandung
Rifa’i, Moh., Terjemah/ Tafsir Al Qur’an, Semarang: CV Wicaksana, 1997.
Sunaryo, Hubungan Timbal Balik di Lingkungan Sekolah dan Keluarga
Sebagai Pola Pengembangan Metodologi, (Jakarta : Bulan
Bintang, 2005)
Syahid, Mahmud, Akidah dan Syariah Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1990.
Supratikyo, Tirman. 1995. Komunikasi Antar Pribadi : Tinjauan
Psikologi. Kanisius. Yogyakarta.
Sarwono, Sarlito Wirawan. 2004. Psikologi Remaja. Jakarta: PT Grafindo
Persada
Yusuf, Islam dan Problema-problema Masyarakat, (Bandung : 2004).
Zarkasih. Monday, 26 April 2010 09:40 (mahardhikazifana.com, diakses 17
Oktober 2011).
Zakiyah Daradjat, 1998. Pembinaan Remaja, ( Jakarta : Bulan Bintang), hlm.
69