Upload
doddy-rizqi-anggriawan
View
241
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Makalah Pelanggaran Etika Profesi
Citation preview
MAKALAH
PSSI : KONTROVERSI NURDIN HALID
ETIKA PROFESI dan TATA KELOLA KORPORAT
KELOMPOK 9
Ongky Dehani Andrianto
Doddy Rizqi Anggriawan
Arnanda Arvi Untari
Hayu Dwi Adiyanti
Profil PSSI ( persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia)
1. Sejarah PSSI
Soeratin Sosrosoegondo yang seorang sarjana teknik sipil Soeratin menyadari
sepenuhnya untuk mengimplementasikan apa yang sudah diputuskan dalam pertemuan para
pemuda Indonesia 28 Oktober 1928 (Sumpah Pemuda).
Soeratin melihat sepakbola sebagai wahana terbaik untuk menyemai nasionalisme di
kalangan pemuda sebagai tindakan menentang Belanda. Kegagalan Indonesische Voetbal
Bond (IVB)50 untuk mempersatukan sepakbola menjadi permasalahan yang mesti segera
dievaluasi. Jika segera tak teratasi, maka agenda menyamakan gendang tarian antara
sepakbola dengan perlawanan di dunia akan terhambat.
Alasan terbentuknya PSSI yang lain didasari karena sakit hatinya masyarakat pribumi
sebab PSM Mataram Yogyakarta yang ingin mengadakan pertandingan amal dan mengajak
tim-tim dari NIVB yang berada dalam naungan Belanda untuk ikut dalam laga amal tersebut
justru medapat hinaan dari pihak Belanda yang menyebut anggota NIVB dilarang bertanding
melawan tim-tim Inlander51 yang belum teratur baik. Kemudian hinaan tersebut disikapi
secara serius, tokoh–tokoh sepakbola Yogyakarta bersatu untuk mengundang para Bondbond
Indonesia untuk merapatkan barisan menentang NIVB yang semakin keterlaluan.
Akhirnya, pada tanggal 10-11 April 1933 di Gedung Hande Proyo dibentuklah panitia
persiapan pembentukan organisasi yang diketuai HA Hamid dan sekretaris Ir. Soeratin serta
anggota H.Anwar Noto dan M Daslam Hadiwasito.
Keputusan rapat itu menghasilkan empat agenda yang harus dikerjakan dalam tempo
waktu yang singkat:
1. Membentuk panitia konferensi.
2. Menyelenggarakan konfrensi untuk membentuk suatu badan organisasi bond-bond
Indonesia untuk menyaingi keberadaan NIVB.
3. Menyiapkan konferensi tanggal 19 April 1930 di Gedung Sositet Hande Priyo
Yogyakarta.
4. Mengundang semua bond-bond yang ada di pulau Jawa untuk datang.
Pada awal kongres hanya tujuh Bond pribumi yang menyatakan akan hadir di
antaranya adalah, Voetbal Indonesische Jacatra (VIJ), Bandoeng Voetbal Indonesische Bond
(BIVB), Madioenshe Voetbal Bond (MVB), Soerabaja Voetbal Indonesische Bond (SIVB),
Indonesische Voetbal Bond Magelang (IVBM), Persis Solo dan tuan rumah PSM Mataram.
Dalam kaitanya mengatasi permasalahan IVB dan hinaan dari pihak Belanda membuat
Soeratin Sosroegondo bertolak ke Jakarta. Pengurus Voetbal Indonesische Jacatra (VIJ) dan
pelaku sepakbola lainnya kemudian mengadakan pertemuan di hotel Hotel Binnenhof Jalan
Kramat no.17, semua orang yang hadir sepakat bahwa dalam waktu dekat akan segera
dibentuk organisasi sepakbola bumiputera yang kepengelolaanya akan lebih serius dan
professional yang berlandaskan kepada perjuangan. Sampai akhirnya, 30 April 1930 di
Gedung Sositet Hande Pryo Jalan Yudonegara Yogyakarta, dengan sukarela IVB
membubarkan diri dan muncul suatu organisasi baru, yang orang akan lebih sering
menyebutnya dengan panggilan PSSI yang awalnya bernama Persatuan Sepak Raga Seluruh
Indonesia menjadi Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia yang juga menetapkan Ir. Soeratin
sebagai Ketua Umum PSSI. Nama PSSI ini diubah dalamkongres PSSI di Solo 1950.52 Usai
membentuk kepengurusan organisasi, rapat kemudian dilanjutkan membahas pertimbangan
sikap PSSI terhadap NIVB yang selama ini sering merendahkan bond-bond bumiputera.
Secara bergantian wakil dari Bandung, Jakarta dan Yogyakarta mengaduk sikap-sikap NIVB
yang terkadang amat keterlaluan melarang para pemainnya untuk bergabung dengan bond
bumiputera. Mereka sepakat untuk menolak berdamai dengan NIVB dan genderang perang
akan terus ditabuh demi harga diri bangsa Indonesia.
2. Perkembangan PSSI
Pasca Soeratin ajang sepakbola nasional ini terus berkembang walaupun
perkembangan dunia sepakbolaan Indonesia mengalami pasang surut dalam kualitas pemain,
kompetisi dan organisasinya, akan tetapi, olahraga yang dapat diterima di semua lapisan
masyarakat ini tetap bertahan apapun kondisinya. PSSI sebagai induk sepakbola nasional
memang telah berupaya membina timnas dengan baik, menghabiskan dana milyaran rupiah,
walaupun hasil yang diperoleh masih kurang masksimal. Peringkat terbaik Indonesia adalah
peringkat 80 dunia dan kini berada di peringkat 169 dibawah Singapura, Malaysia,Vietnam,
Thailand bahkan Myanmar.53 Hal ini disebabkan pada cara pandang yang keliru. Untuk
mengangkat prestasi Timnas, tidak cukup hanya membina Timnas itu sendiri, melainkan juga
dua sektor penting lainnya yaitu kompetisi dan organisasi Sementara tanpa disadari kompetisi
nasional kita telah tertinggal oleh negara-negara Asia.
Sesuatu yang lebih menarik adalah dapat dilihat sebagian besar ketua umum PSSI
adalah tokoh politik ada pula memang pelaku sepak bola seperti contohnya Maladi yang
menjadi ketua umum PSSI peride 1950-1959, beliaumenjabat sebagai Menteri Komunikasi
dan Informasi juga pernah menjabat sebagai Menteri Pemuda dan Olahraga di era Soekarno
dan pernah menjadi penjaga gawang Timnas Indonesia. Malui Saelan ketua umum PSSI
1964-1967 juga seorang pemain sepakbola legendaris PSSI. tokoh-tokoh yang pernah
menjabat sebagai ketua umum PSSI juga banyak sebagai tokoh politik seperti Ali Sadikin
yang memimpin PSSI periode 1977-1981. Beliau pernah menjabat sebagai menteri
perhubungan di era Soekarno dan menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta 1966- 1977.
Azwar Anas ketua umu PSSI tahun1991-1999 di masa kepemimpinanya sebagai ketua PSSI
beliau juga merangkap jabatan sebagai menteri perhubungan 1988-1993 dan Menkokesra
1993-1998. Disusul oleh Jend (Purn) TNI Agum gumelar seorang tokoh calon wakil presiden
yang berpasangan dengan Hamzah Haz yang menjabat sebagai ketua umum PSSI periode
1999-2003. Beliau juga pernah menjabat sebagai Menteri Perhubungan serta ketua umum
KONI (Komite Olahraga Nasional Indonesia) pusat.
Periode 2003-2011 adalah masa kepemimpinan Nurdin Halid, Pada masa ini wajah
PSSI mulai melahirkan berbagai polemik dan kontoversi di dalamnya. Belum ada
Peningkatan prestasi timnas Indonesia juga menjadi isu yang membuat gerah para supporter
Indonesia karena Jebloknya prestasi timnas. Tiga kali gagal ke semifinal SEA Games yakni
tahun 2003, 2007, dan 2009. Tahun 2005 lolos ke semifinal. Dan merosotnya prestasi
Indonesia yang kini ke peringkat 170 versi FIFA dibawah Thailand Vietnam dan Malaysia.54
Merupakan peringkat terendah dalam sejarah persepakbolaan Indonesia. Setelah masa
Nurdin, Komite Normalisasi dan Komite Bading PSSI menunjuk Djohar Arifin Hussein
sebagai ketua umum PSSI periode 2011 sampai sekarang.
3. Periode Nurdin Halid (2003-2011)
Konflik PSSI pada masa Nurdin Halid termasuk jenis konflik Interpesonal yang
berkembang menjadi konflik di dalam organisasi dan berkembang lagi menjadi konflik antar
organisasi.
1. Konflik interpersonal adalah pertentangan antar seseorang dengan orang lain karena
pertentengan kepentingan atau keinginan. Hal ini sering terjadi antara dua orang yang
berbeda status, jabatan, bidang kerja dan lain-lain. Konflik interpersonal ini merupakan suatu
dinamika yang amat penting dalam perilaku organisasi karena dapat berkembang menjadi
konflik besar tergantung pengaruh para pihak yang berkonflik. Pengaruh konflik antara
Nurdin halid dan Arifin Panigoro mempengaruhi beberapa pihak yang berada dalam
kepengurusan PSSI akhirnya terpecah mejadi kubu-kubu yang terpecah dan timbul konflik.
2. Konflik di dalam organisasi yang sama. Konflik ini merupakan tipe konflik yang
banyak terjadi di dalam organisasi-organisasi. Konflik PSSI di era Nurdin ditandai dengan
berjalannya LPI yang diprakarsai oleh penguasaha Arifin Panigoro. Ketidakpuasan beberapa
orang atas kinerja PSSI yang kemudian membentuk kelompok tandingan yang gunanya
sebagai alat untuk menuntut keadilan dan kualitas kompetisi. Konflik menjadi semakin panas,
PSSI mulai membentengi dengan menggunkaan ancaman kepada pihak yang terlibat di IPL
yaitu pembekuan dan pelarangan hak bagi pemain untuk memperkuat Tim Nasional.
3. Konflik antar organisasi. Terjadi antara organisasi yang berbeda, tidak padunya
PSSI dan pemerintah dalam mengatasi konflik. PSSI menggunakan statuta FIFA yang berisi
tidak boleh ada pihak ketiga yang ikut campur dalam masalah rumah tangga PSSI, baik
pemerintahatau lembaga yang lain. Ancaman pembekuan assosiasi selalu dilontarkan PSSI
ketika pemerintah akan turun tangan dalam mengatasi konflik PSSI, sebagaimana yang
diutarakan Nurdin dalam rapat dengar Komisi X DPR RI. Nurdin mengecam pemerintah
yang mengusik indepensensi PSSI dan Menpora Andi Malarangeng yang terlalu ikut campur
dalam urusan dalam negeri PSSI bahkan menggunakan Undang-Undang Pemerintah di dalam
tubuh PSSI. Andi Malarangeng membantah melakukan intervensi terhadap PSSI pemerintah
hanya menjalankan fungsinya sebagai lembaga yang mengawasi keolahragaan di Indonesia.73
Sebagaimana dijelaskan diatur dalam undang-undang Nomor 3 tahun 2005 yang berisikan
pemerintah bertugas dan mempunyai wewenang untuk membina, melaksanakan, mengatur,
mengelola dan mengawasi keolahragaan nasional yang sebagaimana dijelaskan dalam pasal
13 ayat 1 yang berbunyi: “Pemerintah mempunyai kewenangan untuk mengatur, membina,
mengembangkan, melaksanakan, dan mengawasi penyelenggaraan keolahragaan secara
nasional”.
Penyebab konflik dalam tubuh PSSI awalnya terjadi karena penolakan Nurdin Halid
untuk mengundurkan diri demi alasan etika dari pimpinan tertinggi PSSI ketika dirinya
terjerat kasus korupsi. Himbauan tersebut diutarakan para tokoh nasional seperti, Jusuf Kalla
( wakil presiden ) dan Adyaksa Dault ( Menegpora ), serta Rita Sobowo ( ketua KONI
Pusat ), akan tetapi alih-alih Nurdin mundur, Nurdin bahkan merubah statuta FIFA Pasal 32
mengenai ketua umum yang sebelumnya berbunyi "harus tidak pernah terlibat dalam kasus
kriminal" (bahasa Inggris: “They..., must not have been previously found guilty of a criminal
offense....") diubah dengan menghapuskan kata "pernah" (bahasa Inggris: "have been
previously") sehingga artinya menjadi "harus tidak sedang dinyatakan bersalah atas suatu
tindakan kriminal" (bahasa Inggris: "... Must not found guilty of a criminal offense...").
Peran pemerintah dalam mengatasi kemunduran persepakbolaan Indonesia dengan
mengadakan KSN (Kongres Spakbola Nasional). Kegagalan timnas Indonesia di Sea Games
kalah oleh Myanmar 1-3 di Laos tahun 2009 menjadi acuan pemerintah untuk mengadakan
kongres tersebut. Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono mengadakan
rapat khusus kabinet membahas persepakbolaan nasional. Menteri Koordinasi Kesejahteraan
Rakyat Agung Laksono dan Menteri Pemuda dan Olahraga mengumumkan rencana
penyelenggaraan Kongres Sepak Bola Nasional. KSN (Kongres Sepakbola Nasional) yang
diinisiasi SIWO (Seksi Wartawan Olahraga) yang dibuka resmi oleh presidan Susilo
Bambang Yudhoyono di Malang 29 April 2010. Dalam KSN tersimpan ambisi untuk
merombak total organisasi PSSI yang terpuruk dalam prestasi olahraga bahkan di wilayah
Asia Tenggara.
Sidang yang dipimpin oleh Agum Gumelar mengeluarkan tujuh Rekomendasi Malang
yang mendesak PSSI melakukan reformasi organisasi dan programnya beberapa poin
rekomendasi antara lain :
1. PSSI perlu segera melakukan reformasi dan restrukturisasi atas dasar usul, saran
dan kritik serta harapan masyarakat, dan mengambil langkah-langkah kongkret
sesuai aturan yang berlaku untuk mencapai prestasi yang diharapkan masyarakat.
2. Perlu adanya pembangunan dan peningkatan infrastruktur olahraga khususnya
sepakbola.
3. PSSI perlu meningkatkan komunikasi, koordinasi dan sinkronisasi dengan seluruh
stake holder terutama KONI dan pemerintah.
4. Dilakukan pembinaan sejak usia dini melalui penangan secara khusus melalui
pendekatan IPTEK, dengan melibatkan tim yang terdiri dari dokter, psikolog,
pemandu bakat, dan pakar olahraga, dan perlu segera disusun kurikulum standar
nasional untuk penyelenggaraan Sekolah Sepakbola, PPLP dan PPLM sepakbola
5. Metode pembinaan atlet pelajar atau muda agar memperhatikan pendidikan
formalnya.
6. Pemerintah menyediakan anggaran dari APBN dan APBD untuk mendukung dan
menunjang target dan pencapaian sasaran untuk menuju prestasi (karena dana
APBD masih diperlukan untuk stimulan).
7. Perlu segera disusun dan dilaksanakan program pembinaan prestasi yang fokus
kepada pembentukan tim nasional untuk menjadi juara dalam SEA Games 2011 di
Indonesia.
Sorotan yang terjadi dalam sidang KSN adalah dibatalkannya rekomendasi yang
kedelapan yang berisi: Pemerintah dan masyarakat perlu mengawal hasil rekomendasi yang
konkret, dalam hal ini diminta kepada Presiden RI untuk membentuk Dewan Sepakbola
Nasional yang bersifat Independen. Dihapusnya rekomendasi kedelapan menandakan
kegagalan pemerintah dalam upaya mengawasi kinerja Nurdin Halid dan reformasi
kepengurusan di PSSI.
KSN yang awalnya bertujuan untuk mengawasi kinerja Nurdin Halid terlihat tidak
sesuai rencana, padahal pemerintah telah menggelontorkan dana sebesar lima milyar untuk
menggelar KSN. Bila ditelaah hasil KSN yang merupakan tujuh butir resolusi seperti hanya
pemberian mandat baru yang diberikan kepada Nurdin Halid. Rekomendasi ke delapan yang
sangat krusial yang berisikan pembentukan Dewan PSSI untuk mengawasi pimpinan PSSI
akhirnya gagal terealisasi karena ditolak oleh seluruh jajaran PSSI dengan alasan institusi itu
tidak ada dalam AD/ART PSSI. Hegemoni Nurdin Halid ketika itu sulit digoyang. Seminggu
sebelum KSN berlangsung Nurdin Halid mengumpulkan para pengurus Pengprov se
Indonesia di Surabaya untuk konsolidasi terkalit KSN. Hampir dipastikan seluruh pengurus
Provinsi PSSI memberikan jaminannya untuk mendukung Nurdin Halid untuk menghadapi
KSN hasil akhir KSN pun dapat ditebak kubu SIWO dan PWI tidak siap mengahadapi
kekuatan pengurus PSSI.
Konflik juga berkaitan dengan kepentingan publik dan perilaku pemimpin terhadap
masyarakat, kekecewaan masyarakat karena kinerja yang buruk dan kebijakan yang dinilai
merugikan masyarakat. Kegagalan Timnas kompetisi piala AFF yang memaksa Indonesia
puas hanya sebagai runner-up menjadikan Nurdin sebagai bulan-bulanan pecinta sepakbola.
Alokasi tiket pertandingan yang carutmarut menyebabkan terjadi kericuhan di area Gelora
Bung Karno menandakan kegagalan PSSI menangani persepakbolaan Indonesia terlihat jelas.
Aksi damai dan demonstrasi anti Nurdin Halid berlangsung di Gelora Bung Karno menuntut
Nurdin Halid mundur dari kepemimpinan PSSI. Dalam buku Dosa-Dosa Nurdin Halid yang
ditulis oleh Erwiyantoro membeberkan permasalahan dan penyelewengan yang dilakukan
Nurdin Halid ketika menjabat ketua PSSI yang disebut sebagai sepuluh dosa Nurdin halid
antara lain adalah:
1. Nurdin menggunakan politik uang saat bersaing menjadi Ketua Umum PSSI
periode lalu (November 2003) dengan Sumaryoto dan Jacob Nuwa Wea.
2. Nurdin dituding mengubah format kompetisi dari satu wilayah menjadi dua wilayah
dengan memberikan promosi gratis kepada 10 tim (Persegi Gianyar, Persiba
Balikpapan, Persmin Minahasa, Persekabpas Pasuruan, Persema, Persijap, dan
Petrokimia Putra, PSPS, Pelita Jaya, serta Deltras).
3. Nurdin terindikasi melakukan jual beli trofi pada musim kompetisi 2003 lantaran
juara yang tampil punya kepentingan politik. Karena ketua atau manajer klub yang
bersangkutan akan bertarung di pemilihan kepala daerah atau pilkada.
4. Jebloknya timnas yang tiga kali gagal ke semifinal SEA Games pada 2003, 2007,
dan 2009. Tahun 2005 lolos ke semifinal, namun PSSI saat itu dipimpin Pjs
(pejabat sementara) Agusman Effendi.
5. Nurdin membohongi Federasi Sepakbola Dunia (FIFA) dengan menggelar
musyawarah nasional luar biasa (Munaslub) di Makassar, Sulawesi Selatan, pada
2008 untuk memperpanjang masa jabatannya.
6. Tak jelas laporan keuangan terutama dana Goal Project dari FIFA yang diberikan
setiap tahunnya.
7. Banyak terjadi suap dan makelar pertandingan, bahkan banyak yang melibatkan
petinggi PSSI, seperti Kaharudinsyah dan Togar Manahan Nero.
8. Nurdin tak punya kekuatan untuk melobi polisi sehingga sejumlah pertandingan
sering tidak mendapatkan izin atau digelar tanpa penonton.
9. Nurdin adalah satu-satunya Ketua Umum PSSI dalam sejarah yang memimpin
organisasi dari balik jeruji besi.
10. Terlalu banyak intervensi terhadap keputusan-keputusan Komisi Disiplin sebagai
alat lobi untuk kepetingan pribadi dan menjaga posisinya sebagai Ketua Umum
PSSI.
Pergesekan wewenang terjadi kembali di dunia persepakbolaan Indonesia ketika
pemerintah dengan tangan terbuka mendukung digulirkan LPI, hal tersebut menuai protes
dari PSSI karena melanggar statuta FIFA. LPI yang didirikan oleh Pengusaha Arifin
Panigoro, visi dan misi LPI tidak menggunakan fasilitas negara seperti APBD dan APBN,
LPI juga memberikan dana segar senilai 20 milyar rupiah bagi tim yang ikut ke LPI. PSM
Makassar adalah klub pertama yang menunjukkan antusiasnya bergabung ke LPI, kemudian
disusul Persema Malang, Persebaya Surabaya dan Persibo Bojonegoro.
Nuansa Politik kental dalam pendirian LPI, salah satunya adalah perpindahan PSM
Makasaar dari ISL ke LPI karena PSM dipimpin oleh Arif Sirajudin, walikota PSM Makassar
yang baru pindah dari partai Golkar ke Demokrat, karena gagal mengalahkan Gubernur
Sulawesi Selatan Syahrul Yasin Limpo dalam pemilihan ketua DPD partai Golkar, Arif
Sirajudin merasa di curangi karena dalam pemilihan ketua DPD seharusnya menggunakan
voting namun tibatiba menggunakan aklamasi untuk memilih Yasin Limpo sebagai ketua
DPD. Sidang yang dipimpin Nurdin Halid yang juga menjabat sebagai ketua wilayah
Sulawesi mengecewakan pihak Arif Sirajudin, merasa dikhianati Arif akhirnya pindah ke
Demokrat dan untuk menunjukkan loyalitasnya Arif membawa tim yang dipimpinnya
menyebrang ke LPI.
Politik di kubu PSSI pun terlihat. Sosok Nirwan Bakrie sebagai adik kandung
Aburizal Bakrie. Nurdin Halid sendiri duduk di DPP partai Golkar sebagai salah satu ketua,
dengan demikian ada kekuatan politik besar di belakang Nurdin. Hal tersebut telah
ditampilkan oleh Nurdin, walaupun tanpa disadarinya, membawa Tim Nasional dan pelatih
Alfred Riedl lengkap dengan para asisten pelatihnya mengunjungi kediaman Aburizal Bakrie
menjelang pertandingan final piala AFF 2010. Beberapa hari kemudian Nurdin Halid
mengucapkan terima kasih kepada Aburizal Bakrie yang telah membantu PSSI selama ini.
Bahkan Nurdin secara terang-terangan mengungkapkan alasan menurunkan tiket piala AFF
karena himbauan ketua umum partai Galkar bukan karena himbauan presdien RI, pernyataan
aneh karena Nurdin lebih loyal terhadap Aburizal Bakrie daripada Presiden RI.
Partai Demokrat sebagai penguasa eksekutif memberikan dukungan kepada LPI, hal
tersebut terlihat ketika pemerintah terkesan memaksakan bergulirnya LPI, walaupun PSSI
menolak keras hal tersebut karena melanggar statuta FIFA yang menyebutkan hanya ada satu
kompetisi di bawah naungan assosiasi. Pemerintah sejatinya telah membuka negosisasi dan
siap untuk memediasi namun PSSI tidak hadir dalam proses mediasi yang dilakukan
pemerintah. Menpora melalui BOPI (Badan Olahraga Profesional Indonesia) mengizinkan
bergulirnya LPI.
Sosok Arifin Panigoro sebagai pendiri LPI menjadi perhatian publik, selain seorang
pengusaha, Arifin panigoro adalah seorang Politisi. Arifin pada masa OrdeBaru menjadi
kader partai Golkar, karena runtuhnya orde baru pada tahun 1998 Arifin menyebrang ke
PDIP. Arifin mendapatkan posisi penting di DPP PDIP sebagai salah satu ketua. Aifin juga
menjadi ketua Fraksi di DPR RI. Karena konflik internal PDIP Arifin membentuk partai PDP
(Partai Demokrasi Pembaharu). Arifin juga sempat diisukan sempat merapat ke partai
Demokrat. Pendirian LPI tidak mungkin terjadi bila tidak ada campur tangan pemerintah dan
dukungan kuat partai Demokrat. Isu yang beredar LPI dapat digunakan untuk mengakhiri
dominasi Nurdin Halid di PSSI, Nurdin dapat dikatakan perwakilan dari partai Golkar, ketika
berhasil mengulingkan Nurdin dari kepemimpinan PSSI maka dominasi Golkar akan pupus
di kepengurusan PSSI.
Keputusan pengesahan LPI disesalkan PSSI karena menurut UU No 3 tahun 2005
pasal 51 menjelaskan bahwa dalam penyelenggaraan pertandingan olahraga yang
mendatangkan massa wajib mendapatkan rekomendasi induk olahraga yang bersangkutan.
Tetapi pemaparan pihak kepolisian yang diwakili Komjen Wahyono menjelaskan bahwa
kalau kompetisi tersebut bersifat amatir harus ada rekomendasi induk cabang olahraga,
namun jika bersifat profesional harus ada izin pelenggaraan dari BOPI. Manakala BOPI
memberikan izin, maka Polri akan memeberikan izin dan pelayanan. Atas
diselenggarakannya LPI, PSSI melakukan berbagai cara dalam menjegal kompetisi LPI
berupa ancaman bagi yang terlibat dalam LPI baik para pemain, wasit dan official berupa
larangan memperkuat Tim Nasional dan pencabutan lisensi. Ancaman itupun ditanggapi
dingin oleh pemerintah karena menurut pemerintah semua warga negara berhak untuk
mendapatkan kesempatan membela Indonesia.
Ungkapan Nurdin Halid yang mengatakan lebih loyal kepada Aburizal bakrie secara
tidak langsung dianggap pelecehan terhadap Presiden RI. Tahun 2011 berkenaan dengan
pemilihan calonm ketua umum PSSI yang baru. Sosok Arfin belum kuat untuk mengalahkan
Nurdin yang mendapat dukungan kuat dari semua jajaran PSSI, kubu Arifin Panigoro
menggandeng KASAD Jendral George Toisutta sebagai pasangan Arifin Panigoro. Mengapa
George Tosisutta yang diangkat menjadi pasangan Arifin Panogoro pun menjadi misteri,
sosok yang puluhan tahun tidak terkait dengan sepakbola Indonesia tiba-tiba muncul sebagai
calon ketua umum PSSI bahkan menggeser posisi Arifin Panigoro. Mantan wakil Presiden
Jusuf Kalla pun berkomentar George sebagai figur yang cocok memimpin PSSI. George
mengungkapkan alasan menerima tanggung jawab sebagai calon ketua umum PSSI
merupakan amanah, amanah dari siapa? Amanah selalu datang dari orang yang berkuasa dan
dihormati. Keberadaan George selalu menjadi misteri, karena sosok George tidak pernah
terlibat di sepakbola nasioal walaupun dikabarkan sudah lama aktif di Persatuan Sepakbola
Angkatan Darat (PSAD). Keberadaan George juga dinilai dapat menjadi bulldozer bagi
kelompok Nurdin Halid seperti adanya indikasi kegagalan kongres di Pekanbaru dan Jakarta
adanya peran TNI terlibat didalamnya.
Kegagalan kongres Pekanbaru maret 2011, berubah ricuh dan bernuansa kekerasan
karena keterlibatan oknum-oknum militer, kongres juga diambil alih oleh kelompok 78 yang
mendukung duet GT-AP sebagai pemegang suara sah PSSI. Kegagalan tersebut dinilai
pemerintah merupakan kegagalan kepemimpinan Nurdin Halid, atas kegagalan tersebut
pemerintah mengeluarkan berbagai sikap antara lain :
1. Menunggu sikap FIFA atas keputusan kongres PSSI tanggal 26 Maret 2011 di
Pekanbaru yang diikuti oleh 78 anggota PSSI pemilik hak suara.
2. Jika keputusan kongres tersebut disikapi secara positif oleh FIFA, maka pemerintah
bersama KONI/KOI mendukung segera dilaksanakannya kongres PSSI untuk
memilih ketua umum, wakil ketua umum, dan Anggota Executive Committee PSSI
Periode 2011-2015 sesuai jadwal yang telah ditetapkan oleh FIFA yaitu sebelum
tanggal 30 April 2011.
3. Apabila FIFA bersikap lain, maka Pemerintah bersama KONI/KOI mendukung
segera diselenggarakannya kongres PSSI untuk memilih Komite Pemilihan dan
Komite Banding Pemilihan yang baru, dan selanjutnya melaksanakan kongres
pemilihan ketua umum, wakil ketua umum, dan Anggota Executive Committee
PSSI Periode 2011-2015.
4. Apabila situasi butir 3 yang terjadi, maka Pemerintah bersama KONI/KOI
beranggapan bahwa Pengurus PSSI di bawah pimpinan ketua umum Nurdin Halid
dan Sekretaris Jenderal Noegraha Besoes tidak kompeten untuk memimpin
organisasi PSSI, dan tidak kompeten untuk menyelenggarakan kongres PSSI.
5. Untuk mencegah hal-hal yang bisa menyebabkan terulangnya kegagalan kongres
PSSI karena ketidak kompetenan pengurus PSSI, terutama ketidak tertiban di
dalam penentuan hak suara, distribusi undangan, penentuanperaturan pemilihan,
agenda kongres, serta ketidak bertanggung jawaban dalam penyelenggaraan
kongres, maka dengan ini Pemerintah menyatakan tidak mengakui lagi pengurus
PSSI di bawah pimpinan ketua umum Saudara Nurdin Halid dan Sekretaris
Jenderal Noegraha Besoes, serta seluruh kegiatan keolahragaan yang
diselenggarakan kepengurusan PSSI tersebut.
6. Kebijakan ini diambil berdasarkan kewenangan pemerintah yang terdapat pada
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 serta Peraturan Pemerintah Nomor 16
Tahun 2007. Kebijakan ini juga diambil demi menyelamatkan organisasi PSSI dan
melindungi kepentingan persepakbolaan nasional.
7. Dengan kebijakan ini, maka seluruh jajaran pemerintahan baik di pusat maupun di
daerah, termasuk Kepolisian Negara Republik Indonesia, tidak dapat lagi
memberikan pelayanan dan fasilitasi kepada kepengurusan PSSI di bawah
pimpinan ketua umum Nurdin Halid dan Sekretaris Jenderal Noegraha Besoes,
serta seluruh kegiatan keolahragaannya.
8. Dengan ini pula maka pemerintah menghentikan sementara penyaluran dana yang
bersumber dari APBN, sampai terbentuk kepengurusan PSSI yang baru periode
2011-2015.
9. Demi kepentingan nasional, maka persiapan Tim Nasional sepakbola Indonesia
untuk menghadapi SEA Games 2011 harus terus berjalan. Dalam hal ini
Pemerintah bersama KONI/KOI sepakat bahwa KONI/ KOI bersama Program
Indonesia Emas (PRIMA) akan menjalankan persiapan Tim Nasional.
10. Seluruh pertandingan LSI, Divisi Utama, Divisi I, II, dan III tetap berjalan
sebagaimana mestinya dengan supervisi KONI/KOI bersama Pengprov PSSI dan
Klub setempat.
11. Pemerintah bersama KONI/KOI akan terus berkomunikasi dan bekerjasama
dengan FIFA untuk mencari solusi terbaik dalam rangka penyelenggaraan kongres
PSSI serta terpilihnya Komite Eksekutif PSSI Periode 2011-2015 yang kredibel.
12. Pemerintah bersama KONI/KOI meminta dukungan dan doa seluruh rakyat
Indonesia, seluruh pecinta bola di manapun berada agar langkah-langkah yang
diambil ini akan berujung pada terbentuknya Pengurus PSSI yang kredibel dan
kemajuan sepakbola Indonesia.
13. Sudah saatnya sepakbola Indonesia kembali menjadi yang terbaik di Asia
Tenggara, menjadi salah satu Macan Asia, dan berbicara pada tingkat dunia.
Dalam penanganan konflik yang dianggap lebih besar assosiasi tertinggi
menggunakan lembaga abitrase, yaitu pihak ketiga yang menentukan wewenang dan
mengambil keputusan. Metode arbirtari menggunakan cara setiap pihak membeberkan
argumen terbaik tim abitrase memenangkan salah satu pihak. Taktik ini jelas membawa
kerugian besar terhadap kedua belah pihak. Namun, konflik tahap tinggi dapat diselesaikan.
Arbitrasi, terutama yang mengikat harus ditegakkan. Semua pihak harus mematuhi dan
menerima keputusan tim arbitrasi. Metode yang dianggap ampuh ini biasanya akan
menimbulkan konflik baru karena ada pihak yang dikalahkan tidak puas dengan keputusan
lembaga abitrase.
PSSI membentuk lembaga abitrase yaitu Komite Banding dan Komite Verifikasi,
Komite Banding PSSI mecoret pasangan Arifin Panigoro dan Geogre Toisuta serta Nurdin
Halid dan Nirwan Bakrie. Dicoretnya duet GT-AP membuat kecaman dari kelompok 78.
Himbauan dari Menpora untuk meninjau ulang pencoretan GT-AP juga merupakan tekanan
yang dianggap mengganggu independensi Komite Banding karena melanggar statuta FIFA.
Berikut keputusan lengkap Komite Banding PSSI pada tanggal 25 Februari 2011:
1. Komite Banding telah memeriksa dan meneliti berkas-berkas keberatan banding
yang disampaikan para pembanding. Ada empat orang, yakni Arifin Panigoro,
George Toisutta, Tuti Daud dan Sihar Sitor.
2. Untuk menjaga independensi dan obyektivitas yang diambilnya, Komite Banding
dengan mengingat adanya ancaman, intimidasi, tekanan dan intervensi
memutuskan mengambil keputusan atas keputusan Komite Pemilihan dan
keberatan dari para pembanding, maka Komite Banding menolak banding Arifin
Panigoro, Geogre Toisutta, pada waktu yang bersamaan Komite Banding menolak
keputusan Komite Pemilihan yang memilih pasangan Nurdin Halid dan Nirwan
Bakrie sebagai calon ketua umum PSSI.
3. Komite Banding menyerahkannya kepada PSSI sebagai pemberi mandat kepada
Komite Banding
4. Komite Banding mengucapkan terima kasih kepada PSSI yang telah mempercayai
kami sebagai anggota Komite Banding. Komite Banding juga mengucapkan
terima kasih kepada media massa, pecinta sepakbola di seluruh Indonesia dan
pihak-pihak yang turut memberi kontribusi pemikiran selama Komite Banding
bekerja.
Terkait sikap pemerintah dan intervensi pemerintah terhadap PSSI dan keputusan
pemerintah menghentikan fasilitas yang diberkan kepada PSSI serta adanya TNI dalam
kongres Pekanbaru, DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) turun tangan untuk memediasi. Komisi
X DPR RI memanggil Menteri Pemuda dan Olahraga Andi Mallarangeng terkait pengambil
alihan Kantor PSSI pasca kerusuhan saat kongres di Pekanbaru, 26 Maret 2011 lalu dan
tentang kehadiran TNI dalam kongres Pekanbaru. 82Beberapa langkah yang dilakukan
pemerintah menuai pro dan kontra. Satu pihak beranggapan pemerintah terlalu berani dan
terlalu mengintervensi PSSI dan melanggar statuta FIFA di pihak yang lain memang itu
adalah tugas pemerintah adalah mengatur dan mengawasi kegiatan olahraga di Indonesia.