99
KORELASI ANTARA PENGGUNAAN GADGET DAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PEMBENTUKAN AKHLAKUL KARIMAH MAHASISWA SEMESTER VI JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM IAIN PONOROGO TAHUN AKADEMIK 2019-2020 SKRIPSI OLEH DIANA KHOIRIYYAH NIM 210316195 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO 2020

KORELASI ANTARA PENGGUNAAN GADGET DAN KECERDASAN …

  • Upload
    others

  • View
    9

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KORELASI ANTARA PENGGUNAAN GADGET DAN KECERDASAN …

KORELASI ANTARA PENGGUNAAN GADGET DAN KECERDASAN EMOSIONAL

DENGAN PEMBENTUKAN AKHLAKUL KARIMAH MAHASISWA SEMESTER VI

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM IAIN PONOROGO

TAHUN AKADEMIK 2019-2020

SKRIPSI

OLEH

DIANA KHOIRIYYAH

NIM 210316195

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

2020

Page 2: KORELASI ANTARA PENGGUNAAN GADGET DAN KECERDASAN …

KORELASI ANTARA PENGGUNAAN GADGET DAN KECERDASAN EMOSIONAL

DENGAN PEMBENTUKAN AKHLAKUL KARIMAH MAHASISWA SEMESTER VI

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM IAIN PONOROGO

TAHUN AKADEMIK 2019-2020

SKRIPSI

Diajukan Kepada

Institut Agama Islam Negeri Ponorogo

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Dalam Menyelesaikan Program Sarjana

Pendidikan Agama Islam

OLEH

DIANA KHOIRIYYAH

NIM 210316195

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

2020

Page 3: KORELASI ANTARA PENGGUNAAN GADGET DAN KECERDASAN …

ABSTRAK

Khoiriyyah, Diana. 2020. Korelasi antara Penggunaan Gadget dan Kecerdasan Emosional

dengan Pembentukan Akhlakul Karimah Mahasiswa Semester VI Jurusan

Pendidikan Agama Islam IAIN Ponorogo Tahun Akademik 2019-2020.

Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu

Keguruan Institut Agama Islam Negeri Ponorogo. Pembimbing Dr. Moh.

Mukhlas, M.Pd.

Kata Kunci: Penggunaan Gadget, Kecerdasan Emosional, Akhlakul Karimah.

Akhlakul karimah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pengalaman ajaran

Islam. Bergaul dengan akhlakul karimah berarti telah melaksanakan perintah Allah Swt. dan

Rasul-Nya. Itulah yang kelak akan menjadi salah satu perantara yang dapat mengantarkan

seorang muslim menuju ketenangan dan kesuksesan hidup di dunia. Akhlakul karimah dapat

dilihat dari bagaimana mereka berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain. Maraknya

penggunaan gadget dapat mempengaruhi komunikasi dan interaksi sosial, sehingga

munculnya emosi mahasiswa. Oleh sebab itu, mahasiswa sangat perlu diajarkan kecerdasan

emosional, sehingga mereka bisa bijak dalam menanggapi emosi orang lain. Ternyata

kecerdasan emosional perlu lebih dihargai dan dikembangkan pada mahasiswa bahkan sejak

menjadi siswa (peserta didik), sehingga sedini mungkin mereka telah diberi pengertian

tentang kecerdasan emosional sampai ke perguruan tinggi. Karena hal inilah yang mendasari

keterampilan seseorang di tengah masyarakat kelak, sehingga akan membuat seluruh

potensinya dapat berkembang secara lebih optimal.

Penelitian ini bertujuan untuk (1) Menjelaskan hubungan antara penggunaan gadget

dengan pembentukan akhlakul karimah mahasiswa semester VI jurusan Pendidikan Agama

Islam IAIN Ponorogo tahun akademik 2019-2020. (2) Menjelaskan hubungan antara

kecerdasan emosional dengan pembentukan akhlakul karimah mahasiswa semester VI

jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Ponorogo tahun akademik 2019-2020, dan (3)

Menjelaskan korelasi penggunaan gadget dan kecerdasan emosional dengan pembentukan

akhlakul karimah mahasiswa semester VI jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Ponorogo

tahun akademik 2019-2020.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif yang bersifat korelasional di

mana di dalamnya terdapat 3 variabel, yaitu variabel penggunaan gadget dan kecerdasan

emosional sebagai variabel independen dan pembentukan akhlakul karimah sebagai variabel

dependen. Populasi penelitian berjumlah 423 dan sampelnya 85 mahasiswa dengan teknik

sampling proportional stratified sampling. Instrumen pengumpulan data menggunakan

angket, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisisnya menggunakan teknik korelasi

product moment dan korelasi berganda.

Berdasarkan analisis data dapat disimpulkan bahwa (1) tidak terdapat korelasi yang

signifikan antara penggunaan gadget dengan pembentukan akhlakul karimah mahasiswa

semester VI jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Ponorogo tahun akademik 2019-2020.

Hasil ini berdasarkan hasil hitung dengan nilai rtabel= 0,213 dan rhitung= 0,0098, maka rhitung <

rtabel yang artinya Ho diterima. (2) terdapat korelasi yang signifikan antara kecerdasan

emosional dengan pembentukan akhlakul karimah mahasiswa semester VI jurusan

Pendidikan Agama Islam di IAIN Ponorogo tahun akademik 2019-2020. Hasil ini

berdasarkan hasil hitung nilai rtabel= 0,213 dan rhitung= 0,330, maka rhitung > rtabel yang artinya

Ho ditolak. (3) terdapat korelasi yang signifikan antara penggunaan gadget dan kecerdasan

emosional dengan pembentukan akhlakul karimah mahasiswa semester VI jurusan

Pendidikan Agama Islam di IAIN Ponorogo tahun akademik 2019-2020. Hasil ini

Page 4: KORELASI ANTARA PENGGUNAAN GADGET DAN KECERDASAN …

berdasarkan hasil hitung nilai fhitung =5,28 dan ftabel =3,11 dimana fhitung > ftabel yang artinya Ho

ditolak.

Page 5: KORELASI ANTARA PENGGUNAAN GADGET DAN KECERDASAN …

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI

Skripsi atas nama saudari:

Nama : Diana Khoiriyyah

NIM : 210316195

Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Judul :Korelasi antara Penggunaan Gadget dan Kecerdasan Emosional dengan

Pembentukan Akhlakul Karimah Mahasiswa Semester VI Jurusan Pendidikan Agama

Islam IAIN Ponorogo Tahun Akademik 2019-2020.

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji dalam ujian munaqosah.

Ponorogo,27 Agustus 2020

Mengetahui,

Page 6: KORELASI ANTARA PENGGUNAAN GADGET DAN KECERDASAN …

KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIAINSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

PENGESAHAN

Skripsi atas nama saudara :

Telah dipertahankan pada sidang Munaqasah di Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Institut Agama Islam Negeri Ponorogo, pada :

Tim Penguji Skripsi :

1. Ketua Sidang : Dr. MUHAMMAD THOYIB, M.Pd2. Penguji I : Dr. M. MIFTAHUL ULUM, M.Ag3. Penguji II : Dr. MOH. MUKHLAS, M.Pd

Hari : SelasaTanggal : 27 Oktober 2020

Hari : JumatTanggal : 2 Oktober 2020

dan telah diterima sebagai bagian dari persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam, pada :

Nama : DIANA KHOIRIYYAHNIM : 210316195Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu KeguruanJurusan : Pendidikan Agama IslamJudul Skripsi : KORELASI PENGGUNAAN GADGET DAN KECERDASAN

EMOSIONAL DENGAN PEMBENTUKAN AKHLAKUL KARIMAH MAHASISWA SEMESTER VI JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM IAIN PONOROGO TAHUN AKADEMIK 2019-2020

Page 7: KORELASI ANTARA PENGGUNAAN GADGET DAN KECERDASAN …
Page 8: KORELASI ANTARA PENGGUNAAN GADGET DAN KECERDASAN …

PERNYATAAN TELAH MELAKUKAN REVISI

Dengan ini saya menyatakan bawah:

Nama : Diana Khoiriyyah

NIM : 210316195

Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Judul Skripsi : Korelasi antara Penggunaan Gadget dan Kecerdasan Emosional dengan

Pembentukan Akhlakul Karimah Mahasiswa Semester VI Jurusan

Pendidikan Agama Islam IAIN Ponorogo Tahun Akademik 2019-2020.

Telah melakukan revisi, dan perbaikan sesuai dengan catatan yang disarankan dalam sidang

Munaqosah Ujian Skripsi dan ACC

Demikan surat pernyataan ini dibuat untuk digunakan sebagaimana mestinya

Ponorogo, 27 Oktober 2020

Penguji 1

Dr. M. Miftahul Ulum, M.Ag.

NIP. 197403062003121001

Page 9: KORELASI ANTARA PENGGUNAAN GADGET DAN KECERDASAN …

SURAT PERNYATAAN

TELAH MELAKSANAKAN REVISI NASKAH SKRIPSI

Dengan ini saya menyetakan bahwa :

Nama : DIANA KHOIRIYYAH

NIM : 210316195

Jurusan : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

Judul Skripsi : Korelasi Penggunaan Gadget dan Kecerdasan Emosional

dengan Pembentukan Akhlakul Karimah Mahasiswa

Semester VI Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN

Ponorogo Tahun Akademik 2019-2020

Telah melaksanakan REVISI SKRIPSI, dan perbaikan sesuai dengan catatan yang

disarankan dalam sidang ujian, dan telah saya setujui

Ponorogo, 9 Oktober 2020

Penguji II

Dr. MOH. MUKHLAS, M.Ag.

NIP. 196701152005011003

Page 10: KORELASI ANTARA PENGGUNAAN GADGET DAN KECERDASAN …
Page 11: KORELASI ANTARA PENGGUNAAN GADGET DAN KECERDASAN …
Page 12: KORELASI ANTARA PENGGUNAAN GADGET DAN KECERDASAN …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Akhlakul karimah merupakan manifestasi keimanan dan keislaman paripurna

seorang muslim. Terbukti akhlakul karimah dinilai efektif dalam menuntaskan suatu

permasalahan serumit apapun. Pada dasarnya nilai-nilai akhlakul karimah yang dibawa

Islam mampu menjawab problematika yang sedang diderita umat Islam saat ini. Memang

tidak disangsikan lagi bahwa segala tindakan manusia, apapun bentuknya pada

hakikatnya dimaksudkan untuk mencapai kebahagiaan. Sementara itu, kebahagiaan

menurut sistem akhlak Islam, hanya dapat dicapai dengan mengikuti aturan Allah, yakni

menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, sebagaimana disebutkan dalam

al-Qur’an dan hadits. Apabila akhlakul karimah telah tertanam dalam jiwa, maka nilai-

nilai dan budaya asing yang masuk ke dalam masyarakat kita lewat berbagai media

teknologi dapat disaring dan diseleksi. Dengan demikian, kita dapat mengambil unsur

positifnya dan meninggalkan unsur negatifnya.1

Akhlakul karimah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pengalaman

ajaran Islam. Bergaul dengan akhlakul karimah berarti telah melaksanakan perintah Allah

Swt. dan Rasul-Nya. Hal itulah yang kelak akan menjadi salah satu perantara yang dapat

mengantarkan seorang muslim menuju ketenangan dan kesuksesan hidup di dunia.2

Sadar atau tidak sadar bahwa hidup kita selalu dipengaruhi oleh lingkungan dan

orang lain yang menjadi bagian dari proses pendidikan. Dalam pendidikan manusia akan

mengerti dengan berbagai wawasan ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain itu manusia

juga mampu mengenal dan memahami dirinya sendiri dengan baik, berkomunikasi dan

1 Henry R. Meyer, Manajemen dengan Kecerdasan Emosional. (Bandung: Nuansa Cendekia, 2008), 120-

122.

2 Muhyiddin Abdusshomad, Etika Bergaul: di Tengah Gelombang Perubahan. (Surabaya: Khalista, 2007),

5.

1

Page 13: KORELASI ANTARA PENGGUNAAN GADGET DAN KECERDASAN …

2

berinteraksi dengan sesama, mengekspresikan dirinya sendiri dengan benar dan baik,

mengembangkan dirinya sendiri sebagai manusia dengan penuh tanggung jawab dan

menjadi manusia yang dewasa, mandiri dan lain sebagainya.3

Akhlakul karimah dapat dilihat berdasarkan bagaimana mereka berinteraksi dan

berkomunikasi. Beberapa faktor yang dibahas peneliti dalam mempengaruhi akhlakul

karimah disini antara lain penggunaan gadget dan kecerdasan emosional. Yang mana

dalam penggunan gadget memiliki dampak positif dalam pembentukan akhlakul karimah

atau bahkan dampak buruk. Dampak positif seperti menggunakan youtube untuk melihat

pengajian dan google chrome untuk mencari informasi yang baik dan dapat diterapkan

dalam kehidupan. Sedangkan dampak buruknya seperti kecanduan dalam penggunakan

gadget sehingga lupa akan kehidupan nyata ataupun tidak menghiraukan keadaan sekitar

dan lain sebagainya.

Akhlakul karimah mahasiswa sekarang kurang baik. Hal ini dapat dilihat dari

kegiatan di dalam kelas, yang mana mahasiswa kurang memerhatikan dosen dan

temannya ketika presentasi atau menjelaskan di depan karena sibuk bermain game atau

membalas whatsapp. Adapun di luar kelas, meskipun mahasiswa jurusan PAI tapi

mereka kurang memperlihatkan akhlak yang baik dengan berbicara kotor, tertawa

dengan kencang. Seharusnya mahasiswa jurusan PAI yang nantinya akan menjadi guru

PAI bisa menjadi panutan para murid dengan menerapkan sikap-sikap baik dalam diri

sendiri dan bisa mengontrol diri. Akhlak itu berada pada diri sendiri, gimana pribadi mau

berakhlakul karimah maka harus tau bagaimana yang harus dilakukannya. Kalau kuat

imannya maka tidak akan berpengaruh dengan lingkungannya sedangkan jika lemah

imannya, bisa jadi akan terlena atau terhasut dengan lingkungan. Karena faktor dalam

3 Al Tridhonanto dan Beranda Agency, Meraih Sukses dengan Kecerdasan Emosional. (Jakarta: PT Alex

Media Komputindo, 2010) 16.

Page 14: KORELASI ANTARA PENGGUNAAN GADGET DAN KECERDASAN …

3

pembentukan akhlak juga dari lingkungan seperti keluarga dan teman. Orang tua

berperan aktif dalam mendidik anak berakhlakul karimah.4

Agama Islam telah memberi pedoman dan petunjuk bagi umat manusia

bagaimana mereka harus baergaul, bermu’amalah dan berhubungan satu dengan yang

lain di dalam suatu masyarakat dan dunia, di mana tiap pribadi merasa aman, tenang dan

tentram, karena ia tahu bahwa ia dikelilingi oleh sesama manusia yang beradap, bertata

krama, tolong menolong, sayang menyayangi, cinta mencinta dan bukannya oleh

makhluk-makhluk yang liar dan buas yang hanya mencari kesempatan untuk

menerkamnya. Di antara petunjuk-petunjuk dan ajaran-ajaran yang diberikan oleh Islam

itu ialah bahwa orang harus bersikap lemah lembut, sopan santun dalam pergaulannya

dengan sesama manusia, tidak usah menggunakan kekerasan atau kekejaman dalam

kata-kata maupun dalam tindak dan geraknya.5

Penggunaan gadget membuat mahasiswa lupa akan keadaan sekitar dan itu dapat

menyebabkan kerenggangan persaudaraan, yang mana orang Indonesia terlebih

penduduk Jawa yang menggunggulkan sopan santun dan ramah tamah. Namun gadget

mengubah budaya tersebut menjadi punah. Dengan adanya gadget tersebut, anak

menjadi susah ketika diperintah orang tuanya dan menggampangkan perintah dan

pekerjaannya sebab lebih memberatkan game.6

Di era globalisasi semua kalangan mulai dari anak-anak, remaja, sampai orang tua

sudah tidak asing lagi dengan alat atau teknologi super canggih dan bisa dibuat untuk

mengakses informasi dari belahan dunia manapun dengan mudah yang biasa disebut

dengan gadget.7 Gadget yang banyak digunakan mahasiswa adalah jenis handphone,

dimana alat elektronik ini sangat banyak manfaatnya, mulai dari komunikasi, game

4 Wawancara, Zahrotun Ni’mah, 17 Maret 2020 pukul 19:00

5 Sayid Sabiq, Islam: Dipandang dari Segi Rohani-Moral Sosial. (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1994), 220.

6 Wawancara, Ghina Rizky Nazhifah, 11 Maret 2020 pukul 16:20.

7 Tri Puspita Sri et.al, “Pengaruh Penggunaan Gadget terhadap Personal Sosial Anak Usia Pra Sekolah di

TKIT Al-Mukmin”, D-III Kebidanan Stikes PKU Muhammadiyah Surakarta, vol. 13 No. 2, 2016, 72.

Page 15: KORELASI ANTARA PENGGUNAAN GADGET DAN KECERDASAN …

4

online hingga kegunaannya untuk mencari ilmu pengetahuan dan informasi dari belahan

dunia. Penggunaan gadget memberikan sisi yang positif bila digunakan dengan baik.

Sekarang gadget telah menjadi bagian dari kehidupan manusia. Perkembangannya

sangat berpengaruh terhadap kehidupan manusia, kehidupan yang bermula dari

kesederhanaan kini menjadi kehidupan yang sangat modern. Hal ini dipengaruhi oleh

perkembangan teknologi yang dari hari ke hari semakin canggih. Pesatnya perkembangan

teknologi gadget ini berdampak sangat besar dengan meningkatnya penggunaan gadget

yang mudah terkoneksi dengan internet.

Ketika berinteraksi atau berbicara dengan orang lain, apalagi hal itu dilakukan

dalam forum resmi, semisal rapat, diskusi dan sebagainya, penampilan dan sikap

seseorang menjadi hal yang sangat penting. Kesalahan seseorang dalam bersikap akan

menghilangkan simpati dan kepercayaan orang lain. Kalau sudah seperti ini, maka

kegagalan komunikasi yang akan dibangun tinggal menunggu waktu.8

Komunikasi merupakan wahana yang sangat penting di era globalisasi ini.

Komunikasi tidak mengenal waktu dan tempat. Setiap orang bisa berkomunikasi kapan

saja dan dimana saja tanpa mesti meninggalkan aktivitas yang sedang dilakukan. Dengan

kemajuan dalam bidang teknologi komunikasi, komunikasi dapat dilakukan dengan lebih

hemat, baik dalam biaya maupun waktu.9

Banyak dampak positif yang ditimbulkan dari gadget antara lain mempermudah

informasi tanpa batas wilayah, mempermudah dalam mencari sumber informasi yang

dibutuhkan juga mempermudah dalam hal pekerjaan dan proses pembelajaran, dengan

adanya aplikasi-aplikasi yang canggih di dalam gadget seperti game, internet, jejaring

sosial dan lain-lain, selain itu menjadikan seseorang tidak gagap teknologi. Adanya

gadget juga dapat mempengaruhi akhlak mahasiswa. Gadget dapat digunakan sarana

8 Muhyiddin Abdusshomad, Etika Bergaul: di Tengah Gelombang Perubahan, 91.

9 M. Imam Pmungkas, Akhlak Muslim Modern: Membangun Karakter Generasi Mud,. (Bandung: Penerbit

Marja, 2012), 23.

Page 16: KORELASI ANTARA PENGGUNAAN GADGET DAN KECERDASAN …

5

untuk berperilaku baik dengan adanya tayangan-tayangan tentang akhlak di jejaring

sosial seperti YouTube.

Kecerdasan emosional mengajarkan dan meningkatkan citra seseorang. Setiap

orang memiliki gagasan yang berbeda, misalnya sejumlah sifat seperti kehalusan budi,

keadaban, keramahtamahan, kesopanan, empati dan etika. Tentu menjadi suatu

pengalaman yang sangat menyenangkan bersama individu semacam ini. Dia secara

otomatis memberikan hormat. Hal kecil seperti ini sangatlah berarti. Penghormatan harus

diperoleh, bukan dibeli. Selalu menyenangkan berhubungan dengan seksekutif yang

berbakat sekaligus halus budi. Apabila manusia menjalani kehidupan tanpa adanya emosi

merupakan kehidupan tanpa kesan, karena suatu peristiwa tentu disertai emosi, maka

peristiwa tersebut mempunyai kesan yang kuat dalam diri seseorang. Akan tetapi apabila

ledakan emosi berlebihan sehingga mengalahkan nalar dan rasional, maka kurang baik

bagi kehidupan dan itulah yang perlu dilatih, dicerdaskan sebagaimana teori kecerdasan

emosional.10

Yang terpenting dari seorang muslim bukan sekedar kecerdasan emosional

tetapi perhiasan yang menyatu dengan dirinya berupa akhlakul karimah.

Berdasarkan latar belakang dan fenomena-fenomena di atas peneliti melakukan

penelitian tentang “Korelasi Penggunaan Gadget dan Kecerdasan Emosional dengan

pembentukan Akhlakul Karimah Mahasiswa Semester VI Jurusan Pendidikan

Agama Islam di IAIN Ponorogo Tahun Akademik 2019-2020”

B. Batasan Masalah

Banyak faktor-faktor atau variabel yang dapat ditindaklanjuti dalam penelitian

ini. Namun, karena luasnya bidang cakupan dan agar tidak terjadi kerancuan dalam

penelitian serta mengingat keterbatasan metodologi, teori, dan lain sebagainya sehingga

peneliti belum bisa meneliti lebih jauh dari variabel yang dipilih, maka perlu adanya

batasan masalah. Faktor-faktor dalam pembentukan akhlakul karimah meliputi faktor

10

Henry R. Meyer, Manajemen dengan Kecerdasan Emosional, hlm 140.

Page 17: KORELASI ANTARA PENGGUNAAN GADGET DAN KECERDASAN …

6

internal yang berasal dari keadaan peserta didik itu sendiri dan faktor eksternal yairu

berasal dari lur peserta didik seperti pendidikan keluarga sekolah dan masyarakat.

Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah “Variabel penggunaan gadget,

variabel kecerdasan emosional dan variabel pembentukan akhlakul karimah.”

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka peneliti merumuskan berbagai permasalahan

sebagai berikut:

1. Adakah hubungan yang signifikan antara penggunaan gadget dengan pembentukan

akhlakul karimah mahasiswa semester VI jurusan Pendidikan Agama Islam di IAIN

Ponorogo tahun akademik 2019-2020?

2. Adakah hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosional dengan pembentukan

akhlakul karimah mahasiswa semester VI jurusan Pendidikan Agama Islam di IAIN

Ponorogo tahun akademik 2019-2020?

3. Adakah korelasi yang signifikan antara penggunaan gadget dan kecerdasan emosional

dengan pembentukan akhlakul karimah mahasiswa semester VI jurusan Pendidikan

Agama Islam di IAIN Ponorogo tahun akademik 2019-2020?

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan menjelaskan hubungan pembentukan

akhlakul karimah yang dipengaruhi oleh penggunaan gadget dan kecerdasan

emosional pada mahasiswa. Adapun tujuan penelitian yaitu:

1. Menjelaskan hubungan antara penggunaan gadget dengan pembentukan akhlakul

karimah mahasiswa semester VI jurusan Pendidikan Agama Islam di IAIN Ponorogo

tahun akademik 2019-2020.

2. Menjelaskan hubungan antara kecerdasan emosional dengan pembentukan akhlakul

karimah mahasiswa semester VI jurusan Pendidikan Agama Islam di IAIN Ponorogo

tahun akademik 2019-2020

Page 18: KORELASI ANTARA PENGGUNAAN GADGET DAN KECERDASAN …

7

3. Menjelaskan korelasi penggunaan gadget dan kecerdasan emosional dengan

pembentukan akhlakul karimah mahasiswa semester VI jurusan Pendidikan Agama

Islam di IAIN Ponorogo tahun akademik 2019-2020.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritik

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi dalam menguji teori penggunaan

gadget dan kecerdasan emosional dengan pembentukan akhlakul karimah mahasiswa

pada mata pelajaran aqidah akhlak.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi siswa, hasil penelitian ini diharapkan mahasiswa memahami pentingnya

pembentukan akhlakul karimah sehingga mampu menumbuhkan kepribadian yang

baik.

b. Bagi dunia penelitian, sebagai acuan penelitian mengenai faktor-faktor yang

mempengaruhi akhlak.

c. Bagi peneliti yang akan datang, sebagai referensi dalam penelitian selanjutnya dan

dapat meneliti lebih jauh dari variabel penelitian ini.

F. Sistematika Pembahasan

Sistematika penyusunan laporan hasil kuantitatif akan dibagi menjadi tiga bagian

utama, yaitu bagian awal, bagian inti, dan bagian akhir. Untuk memudahkan dalam

penulisan, maka pembahasan dalam laporan penelitian ini nanti akan penulis

kelompokkan menjadi V bab yang masing-masing bab terdiri dari sub bab yang

berkaitan. Sistematika pembahasan ini adalah:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini akan menjelaskan gambaran umum yang akan diteliti dan alasan yang

mendasari penulis dalam mengambil judul dan tema penelitian ini. Di samping itu, juga

menjelaskan tujuan serta manfaat dari penelitian yang dilakukan penulis. Bab ini terdiri

Page 19: KORELASI ANTARA PENGGUNAAN GADGET DAN KECERDASAN …

8

dari latar belakang penelitian, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, dan sistematika pembahasan.

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini membahas telaah hasil penelitian terdahulu, landasan teori tentang hubungan

penggunaan gadget, kecerdasan emosional, dan pembentukan akhlakul karimah serta

kerangka berpikir dan pengajuan hipotesis. Bab ini dimaksudkan sebagai kerangka acuan

teori yang dipergunakan untuk melakukan penelitian.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini berisi metode penelitian yang mana penelitian ini menggunakan penelitian

kuantitatif non eksperimen dikarenakan peneliti tidak terjun langsung dalam

pembentukan akhlakul karimah melainkan menggunakan instrumen angket. Pembahasan

dalam bab ini meliputi rancangan penelitian, populasi, sampel, dan responden, instrumen

pengumpulan data, teknik pengumpulan data, serta teknik analisis data.

BAB IV HASIL PENELITIAN

Pada bab ini penulis menyampaikan temuan dan hasil penelitian yang telah diteliti

meliputi gambaran umum lokasi penelitian, deskripsi data, pengujian hipotesis, serta

pembahasan dan interpretasi.

BAB V PENUTUP

Bab ini berisi kesimpulan atau jawaban dari rumusan masalah yang diperoleh dari hasil

penelitian, keterbatasan penelitian, dan saran-saran yang perlu disampaikan dan diajukan

oleh penulis sebagai bahan pertimbangan penelitian berikutnya.

Page 20: KORELASI ANTARA PENGGUNAAN GADGET DAN KECERDASAN …

9

BAB II

TELAAH HASIL PENELITIAN TERDAHULU, LANDASAN TEORI,

KERANGKA BERPIKIR, DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Telaah Hasil Penilitian Terdahulu

Hasil telaah pustaka yang dilakukan penulis sebelumnya yang ada kaitannya

dengan variabel yang diteliti antara lain:

1. Skripsi karya Nurul Hasanah pada tahun 2018 dengan judul ”Hubungan Kecerdasan

Emosional dengan Akhlak Siswa di SMA Swasta Harapan Paya Bakung Kabupaten

Deli Serdang.”

Hasil penelitian menunjukkan (1) Tingkat kecerdasan emosional siswa SMA

Swasta Harapan Paya Bakung termasuk dalam kategori tinggi dengan persentase

sebesar 48% dan rata-rata nilai sebesar 65,5. (2) Tingkat akhlak siswa SMA Swasta

Harapan Paya Bakung termasuk dalam kategori tinggi dengan skor 60% dan rata-

rata nilai sebesar 51,5. (3) Terdapat hubungan positif dan signifikan antara

kecerdasan emosional dengan akhlak siswa Sma Swasta Harapan Paya Bakung.

Dengan nilai koefisien korelasi r sebesar 0.580 (korelasi tingkat sedang). Taraf

signifikan p= 0.000 (signifikan, jika p< 0.05) serta sumbangan efektif R2 sebesar

0.337 (33.7%).

Adapun persamaan skripsi yang ditulis oleh peneliti dengan peneliti tersebut

adalah sama-sama meneliti variabel Y yang mana membahas tentang akhlak dan

variabel X tentang kecerdasan emosional. Metode yang digunakan yaitu metode

kuantitatif dan menggunakan uji statistic. Fokus penelitianpun memiliki kesamaan

yaitu menggunakan korelasi, sedangkan perbedaannya adalah dalam skripsi peneliti

hanya menggunakan 3 variabel saja dan skripsi tersebut menggunakan 2 variabel.

10

Page 21: KORELASI ANTARA PENGGUNAAN GADGET DAN KECERDASAN …

10

2. Skripsi karya Denak Sintia Rahmawati pada tahun 2018 dengan judul ”Analisis

Penggunaan Gadget terhadap Akhlak Anak (Studi Kasus di SD N 01 Kebonharjo,

Klaten)”.

Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa: (1) dampak dari teknologi

khususnya gadget terhadap pembentukan kepribadian atau akhlak anak antara lain

anak akan menjadi lebih pemalas, kurangnya rasa percaya diri pada anak,

berkurangnya kemampuan berkomunikasi anak, anak akan lebih tertutup (introvert),

ketergantungan anak untuk terus bermain gadget, dan dampak negative yang paling

berbahaya adalah anak dengan bebas dapat mengakses situs-situs dewasa di internet

yang dapat merusak moral anak.; (2) Dalam mengatasi ketergantungan gadget anak

orang tua dapat memberikan kesibukan kegiatan kepada anaknya, mengganti gadget

dengan alat bermain tradisional, mengajak anak untuk explore alam yang paling

penting yaitu orang tua bisa meluangkan waktunya untuk bermain dan

berkomunikasi dengan anaknya; (3) Sebagai orang tua yang cerdas, orang tua harus

memberikan batasan waktu kepada anaknya untuk bermain gadget, selalu

mendampingi anak saat bermain gadget, memberi pengertian tentang dampak positif

dan negatif teknologi sehingga anak tau mana yang baik dan mana yang buruk, dan

orang tua harus memantau kegiatan anak setiap harinya.

Adapun persamaan skripsi yang ditulis oleh peneliti dengan peneliti tersebut

adalah sama-sama meneliti variabel X yaitu penggunaan gadget dan variabel Y yaitu

akhlak. Sedangkan perbedaannya yaitu dalam skripsi tersebut difokuskan pada studi

kasus dan skripsi peneliti difokuskan pada korelasi. Variabel skripsi tersebut

berjumlah 2 variabel sedang skripsi peneliti memiliki 3 variabel.

Page 22: KORELASI ANTARA PENGGUNAAN GADGET DAN KECERDASAN …

11

3. Skripsi karya Irwansyah Suwahyu pada tahun 2017 dengan judul ”Pengaruh

Penggunaan Media Sosial terhadap Akhlak dan Prestasi Belajar Peserta Didik di

SMA UII Yogyakarta”.

Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa: 1) Secara kuantitatif penelitian

ini memberikan kesimpulan bahwa penggunaan media sosial (X) memiliki pengaruh

terhadap akhlak (Y1) peserta didik. Namun pada kajian awal penelitian ini, pengaruh

tersebut tidak disebutkan apakah negatif atau positif karena hal inilah yang ingin

dijawab dalam kajian penelitian ini. Setelah dilakukan uji hipotesis dalam penelitian

ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh penggunaan media sosial terhadap akhlak

peserta didik. Hal ini dapat dilihat dari nilai kontribusi media sosial yang tinggi

dengan rata-rata 80% tingkat penggunaan media sosial dengan pembentukan akhlak

mereka yang baik. 2) Dalam uji yang dilakukan menunjukkan bahwa hipotesis

terhadap adanya pengaruh penggunaan media sosial terhadap prestasi belajar memang

menunjukkan bahwa t tabel lebih besar dari pada t hitung 2.00>1.788, namun dengan

analisis terhadap jawaban ini menunjukkan bahwa media sosial memberikan pengaruh

yang negatif. 3) Pada hasil data kuantitatif menunjukkan bahwa penggunaan media

sosial yang tinggi berbanding terbalik dengan nilai peserta didik saat UTS. Hal ini

berbanding lurus dengan data kualitatif yang penulis dapatkan dimana media sosial

sangat berpengaruh negatif terhadap prestasi belajar peserta didik dengan nilai UTS

PAI mereka yang turun. Hal ini dikarenakan mereka tidak mampu membatasi

penggunaannya. Penggunaan yang berlebihan bahkan saat proses pembelajaranpun

akan sangat berdampak buruk terhadap prestasi belajar mereka.

Adapun persamaan skripsi yang ditulis oleh peneliti dengan peneliti tersebut

adalah sama-sama meneliti variabel Y yaitu akhlak. Metode yang digunakan yaitu

metode kuantitatif dan menggunakan uji statistik serta memiliki jumlah variabel

yang sama yaitu tiga variabel. Sedangkan perbedaannya yaitu dalam skripsi tersebut

Page 23: KORELASI ANTARA PENGGUNAAN GADGET DAN KECERDASAN …

12

difokuskan pada pengaruh dan skripsi peneliti difokuskan pada korelasi. Variabel

skribsi tersebut ganda pada variabel Y dan skripsi peneliti ganda pada variabel X.

B. Landasan teori

1. Akhlakul Karimah

a. Pengertian Akhlakul Karimah

Menurut bahasa kata akhlak memiliki arti budi pekerti atau kelakuan.

Adapun secara estimologis akhlak berasal dari bahasa Arab yaitu ََخَلَق jamaknya

Kata tersebut dengan bentuk tsulatsi mazid yang memiliki arti 1.أَخْلَاقََ

perangai,kelakuan, tabiat, kebiasaan ataupun peradaban yang baik.2

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), akhlak sepadan dengan

budi pekerti. Jika ditelusuri lebih jauh, akhlak juga sepadan dengan moral.

Menurut KBBI moral adalah ajaran tentang baik buruk yang diterima umum

mengenai perbuatan, akhlak berkaitan erat dengan nilai-nilai baik dan buruk yang

diterima secara umum di tengah masyarakat.3 Secara umum, akhlak adalah

sebuah sistem yang lengkap yang terdiri dari karakteristik-karakteristik akal atau

tingkah laku yang membuat seseorang menjadi istimewa. Karakteristik-

karakteristik tersebut membentuk kerangka psikologi seseorang dan membuatnya

berperilaku sesuai nilai-nilai yang cocok dengan dirinya dalam berbagai kondisi.4

Dalam Islam, akhlak dibagi menjadi 2 yaitu aklaqul karimah ( akhlak

terpuji) dan akhlakul mazmumah (akhlak tercela). Dalam penelitian ini saya akan

memaparkan mengenai akhlakul karimah saja, yang mana akhlakul karimah disini

adalah tingkah laku yang terpuji yang merupakan tanda kesempurnaan iman

seseorang kepada Allah. Akhlakul karimah dilahirkan berdasarkan sifat-sifat yang

1 Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia. (Surabaya: Pustaka Progressif, 1997),

364.

2 Asmaran As, Pengantar Studi Akhlak (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2002),185.

3 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Jakarta: Balai Pustaka, 2015), 225.

4 M. Imam Pamungkas, Akhlak Muslim Modern: Membangun Karakter Generasi Muda, 23.

Page 24: KORELASI ANTARA PENGGUNAAN GADGET DAN KECERDASAN …

13

terpuji. Al-Ghazali menerangkan bentuk keutamaan akhlakul karimah yang

dimiliki seseorang misalnya sabar, benar dan tawakal, itu dinyatakan sebagai

gerak jiwa dan gambaran batin seseorang yang secara tidak langsung menjadi

akhlaknya. 5

b. Faktor-Faktor Pembentuk Akhlak

Akhlak terbentuk melalui proses pembiasaan sehingga terbentuk karakter

yang selaras dengan nilai-nilai yang berlaku dalam suatu lingkungan. Agar

karakter dapat diarahkan pada nilai-nilai yang baik dan positif maka perlu

diketahui faktor-faktor apa saja yang berperan dalam pembentukan karakter atau

akhlak tersebut.6

Setiap manusia memiliki sifat yang berbeda-beda dan sifat-sifat itu dapat

berubah-ubah setiap saat, terkadang timbul sifat yang buruk, hal itu terjadi karena

ada beberapa faktor internal dan eksternal sebagai berikut:7

1) Faktor Internal

Faktor internal meliputi keadaan peserta didik itu sendiri yang

meliputi latar belakang kognitif (pemahaman ajaran agama, kecerdasan)

afektif (motivasi, minat sikap, bakat, konsep diri dan mandiri). Pengetahuan

agama seseorang akan mempengaruhi pembentukan akhlak karena ia dalam

pergaulan sehari-hari tidak dapat terlepas dari ajaran agama. Selain

kecerdasan yang dimiliki, peserta didik juga harus mempunyai konsep diri

yang matang. Konsep diri dapat diartikan gambaran mental seseorang

terhadap dirinya sendiri, pandangan terhadap dirinya sendiri, penilaian

terhadap dirinya serta usaha untuk menyempurnakan dan mempertahankan

5 Abdullah Rasyid, Akidah Akhlak. (Bandung: Husaini, 1989), 73.

6 M. Imam Pamungkas, Akhlak Muslim Modern: Membangun Karakter Generasi Muda. 27.

7 Luqman Rizkyanto, Pembinaan Akhlak Al-Karimah Siswa di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Sukosewu

Blitar, Skripsi, Fakultas Tarbiyah UIN Malang, 9.

Page 25: KORELASI ANTARA PENGGUNAAN GADGET DAN KECERDASAN …

14

diri. Dengan adanya konsep diri yang baik, anak tidak akan mudah

terpengaruh dengan pergaulan salah.

2) Faktor Eksternal

Faktor eksternal berasal dari luar peserta didik, yang meliputi

pendidikan keluarga, pendidikan sekolah dan pendidikan lingkungan

masyarakat. Salah satu aspek yang turut memberikan saham dalam

terbentuknya corak sikap tingkah laku seseorang adalah faktor lingkungan.

Selama ini dikenal adanya tiga lingkungn yaitu lingkungan keluarga, sekolah

dan masyarakat.

c. Pokok Keutamaan Akhlak

Konsep keutamaan berawal dari sebuah pertanyaan sentral yang

dikemukakan oleh Aristoteles dalam catatan kuliahnya yang kemudian

dikumpulkan oleh anaknya menjadi sebuah buku yang diberi nama Ethika

Nechomachea. Pertanyaan-pertanyaan itu antara lain berbunyi “apakah kebaikan

manusia itu?” dan jawabannya adalah “kebaikan manusia merupakan aktivitas

jiwa dalam kesesuaiannya dengan keutamaan.”8

Ahmad Amin mengatakan keutamaan ialah akhlak yang baik. Sedangkan

akhlak itu sendiri diartikan sebagai kehendak yang dibiasakan, sehingga bila

seseorang yang dapat membiasakan kehendaknya dengan sesuatu yang baik,

maka dia mempunyai sifat yang utama.9

Hamka mengemukakan bahwa “keutamaan terjadi ketika sesudah

menempuh perjuangan batin. Didalam kehidupan selalu terjadi perjuangan di

antara hawa nafsu dengan akal yang waras. Hawa nafsu mengajak mengerjakan

yang memberi mudharat dan akal mengajak mengerjakan yang manfaat itu

8 James Rachels, Filsafat Moral. (Yogyakarta: Kanisius, 2004), 306.

9 Abd. Haris, Etika Hamka: Konstruksi Etik Berbasis Rasional Religius. (Yogyakarta: PT. LkiS Printing

Cemerlang, 2010), 121.

Page 26: KORELASI ANTARA PENGGUNAAN GADGET DAN KECERDASAN …

15

sebelum terjadi perjuangan. Bila mana akalnya menang, dipilihnya manfaat,

jadilah dia seorang yang utama. Kalau terjadi sebaliknya, jadilah dia seoraang

yang durjana. Perangai yang baik sebelum dibiasakan, tetap melalui perjuangan.

Seorang yang utama senantiasa membiasakan mengerjakan yang disuruh akalnya.

Mula-mula dengan berjuang, lama-lama menjadi kebiasaan. Tak ubahnya dengan

pencuri yang membiasakan mencuri dan tidak merasa takut lagi memasuki

penjara, karena mencuri telah jadi kebiasaan dan masuk penjara itu memang

sudah dipikirkannya lebih dulu.”10

Berikut ini rincian pokok keutamaan akhlak manurut Ibn Miskawaih:11

1) Kebijaksanaan

Kebijaksanaan (al-hikmat) adalah kemampuan dan kemauan

seseorang menggunakan pemikirannya secara benar untuk memperoleh

pengetahuan apa saja sehingga mendapatkan pengetahuan yang rasional.

Pengetahuan rasional tersebut kemudian diaplikasikan dalam wujud

perbuatan berupa keputusan untuk wajib melaksanakan atau meninggalkan

sesuatu.12

Ada sebelas macam keutamaan yang berada dibawah kebijaksanaan,

yaitu: kefasihan lidah/berbicara, cerdas, keyakinan pendapat, keteguhan hati,

selalu benar, iman yang kokoh, suka bersahabat, murah hati, tenang, tepat

janji dan rendah hati.13

2) Keberanian

Keberanian (al-syaja’at) merupakan keutamaan jiwa al-ghadabiyyat.

Keutamaan ini muncul pada diri manusia selagi nafsunya dibimbing oleh jiwa

10

Ibid, 124.

11 Ibnu Miskawaih, Menuju Kesempurnaan Akhlak, Terj.Helmi Hidayat. (Bandung: Mizan, 1994), 46-49.

12 Suwito, Filsafah Pendidikan Akhlak Ibnu Miskawaih: Kajian atas Asumsi Dasar, Paradigma dan

Kerangka Teori Ilmu Pengetahuan. (Yogyakarta: Belukar, 2004), 99.

13 Ibid, 98.

Page 27: KORELASI ANTARA PENGGUNAAN GADGET DAN KECERDASAN …

16

al-nathiqat. Artinya, ia tidak takut terhadap hal-hal yang besar jika

pelaksanaannya membawa kebaikan dan mempertahankannya merupakan hal

yang terpuji. Keberanian dalam hal ini adalah karakter tidak takut untuk

menyampaikan kebaikan dan kebenaran dan ini merupakan sifat terpuji.

Posisi al-syaja’at berada di tengah antara sifat pengecutterhadap sesuatu yang

tidak seharusnya ditakuti dan nekat yakni kondisi sifat berani tetapi tanpa

pertimbangan14

Ibnu Miskawaih menyebutkan pemberani itu setidaknya ditandai oleh

enam hal:15

a) Dalam soal kebaikan, ia memandang ringan terhadap sesuatu yang

hakikatnya berat

b) Ia sabar terhadap persoalan yang menakutkan

c) Memandang ringan terhadap sesuatu yang umumnya dianggap berat oleh

orang lain, sehingga ia rela mati dalam memilih persoalan yang paling

utama

d) Tidak bersedih terhadap sesuatu terhadap sesuatu yang tidak bisa

dicapainya

e) Tidak gundah apabila menerima berbagai cobaan

f) Kalau ia marah dan mengadakan pembalasan, maka kemarahan dan

pembalasannya dilakukan sesuai dengan ukuran, obyek, dan waktu yang

diwajibkan.

Dari uraian di atas diperoleh pemahaman bahwa gejala terbesar

keberanian adalah tetapnya pikiran ketika berbagai bahaya datang. Kondisi

14

Ibid, 99.

15 Ibid, 100.

Page 28: KORELASI ANTARA PENGGUNAAN GADGET DAN KECERDASAN …

17

seperti ini hanya akan diperoleh karena adanya faktor ketenangan dan

keteguhan jiwa dalam menghadapi segala hal.16

3) Menjaga kesucian diri

Keutamaan ini akan muncul pada diri manusia apabila nafsunya

dikendalikan oleh pikirannya. Artinya, ia mampu menyesuaikan pilihan yang

benar sehingga bebas, tidak dikuasai dan tidak diperbudak oleh nafsunya.17

Al-nafs al-bahimiyyah yang menjadi pangkal terciptanya al-‘iffah

(menjaga kesucian diri), menjadi dominan pada diri manusia dibanding al-

nafs yang lain. Diantara daya yang muncul pertama kali dari al-nafs al-

bahimiyyah ini adalah daya makan-minum. Karena makan-minum ini

menjadi faktor dominan bagi kelangsungan hidup. Menurut Ibnu Miskawaih,

pertimbangan dasar yang perlu diperhatikan bagi makan-minum adalah untuk

kesehatan tubuh, menghindari sakitnya haus dan lapar, serta mencegah

penyakit, bukan karena kelezatan atau kenikmatan semata. Oleh karenanya,

latihan terus menerus perlu dilakukan dalam menentukan kualitas, kuantitas

dan jenis makanan dan minuman, agar tidak membawa efek buruk lagi tercela

seperti cepat marah, nekad, malas dan lain-lain. Latihan secara rutin yang

harus dimulai sejak awal pertumbuhan manusia baik menyangkut makan-

minum, berpakaian, dan lainnya yang berkaitan dengan kebutuhan fisik,

diarahkan untuk mencapai posisi tengah atau sedang, bukan berkelebuhan

atau kekurangan. Pada fase awal ini fungsi syari’at harus lebih diutamakan

oleh orang tua dalam menentukan sikap pertengahan anak-anakknya, karena

semakin lama, pikiran mereka dapat mengetahui alasannya.18

16

Ibid, 101

17 Ibid, 104.

18 Ibid, 105.

Page 29: KORELASI ANTARA PENGGUNAAN GADGET DAN KECERDASAN …

18

4) Keadilan

Keadilan merupakan gabungan dari ketiga keutamaan al-nafs yang

disebuatkan sebelumnya yaitu kebijaksanaan, keberanian dan menjaga

kesucian diri. Dikatakan demikian karena seseorang tidak dapat disebut

ksatria apabila ia tidak adil. Demikian karena seseorang tidak dapat disebut

pemberani apabila ia tidak mengetahui keadilan jiwa/dirinya dan

mengarahkan semua indranya untuk tidak mencapai tingkat nekad maupun

pengecut. Al-hakim tidak akan memperoleh al-hikmat, kalau ia tidak

menegakkan keadilan dalam berbagai pengetahuannya dan tidak

mmenjauhkan diri dari sifat kelancangan (as-safah) dan kedunguan (al-

balah). Dengan demikian manusia tidak akan dikatakan adil kalau ia tidak

mengetahui cara mengharmonisasikan al-hikmat, al-syaja’at dan al-‘iffat.19

Keadilan yang diupayakan manusia diarahkan kepada keadilan

terhadap dirinya dan terhadap orang lain. Terhadap kedua arah keadilan ini,

masing-masing mempunyai tingkat kesulitan. Keadilan untuk diri sendiri

berarti keseimbangan dan keharmonisan masing-masing jiwa yang ada dalam

dirinya. Adapun cara memperoleh keadilan terhadap orang lain dapat tercipta

melalui berbagai pendekatan, yang intinya harus diperoleh kesamaan.

Keadilan hanya akan diperoleh bila segala aspek yang mungkin ada pengaruh

bagi terciptanya ketidakadilan (berbuat aniaya atau teraniaya), diwaspadai.

Kalau demikian, yang disebut adil di sini berarti adil buat diri dan juga pihak

lain, termasuk terhadap alam dan Tuhan.20

Pokok keutamaan akhlak yang dimaksudkan Ibnu Miskawaih adalah

terciptanya keharmonisan pribadi dengan lingkungannya: sesama manusia,

19

Ibid, 108.

20 Ibid, 113.

Page 30: KORELASI ANTARA PENGGUNAAN GADGET DAN KECERDASAN …

19

alam dan Tuhan. Keharmonisan dalam akhlak tampaknya dapat pula

dipahami sebagai sikap menghindari konflik.21

2. Kecerdasan Emosional

a. Pengertian Kecerdasan Emosional

Para ahli psikologi menyebutkan bahwa IQ memiliki peran 20% dalam

menentukan keberhasilan hidup, sedang 80% nya faktor lainnya, diantaranya

kecerdasan emosional. Dalam hidup banyak sekali masalah-masalah yang tidak

dapat dipecahkan semata dengan menggunakan kemampuan intelektual

seseorang. Kematangan emosi ternyata sangat menentukan keberhasilannya.

Dengan kata lain, kecerdasan emosi mempunyai kontribusi yang sangat besar

dalam mencapai keberhasilan hidup. Feldem mendefinisikan kecerdasan sebagai

kemampuan memahami dunia, berpikir secara rasional dan menggunakan sumber-

sumber secara efektif pada saat dihadapkan dengan tantangan.22

Adapun emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak, rencana

seketika untuk mengatasi masalah yang ditanamkan secara berangsur-angsur oleh

evolusi.23

Pengertian emosi paling harfiah yaitu setiap kegiatan atau pergolakan

pikiran, perasaan atau nafsu, suatu keadaan mental yang hebat atau meluap-luap.24

Emosi adalah perasaan tertentu yang bergejolak dan dialami seseorang serta

berpengaruh pada kehidupan mahasiswa. Emosi memang sering dikonotasikan

sebagai sesuatu yang negatif. Bahkan ada beberapa budaya emosi dikaitkan

dengan sifat marah seseorang. Sebenarnya terdapat banyak macam emosi, antara

lain sedih, takut, kecewa dan sebagainya yang semuanya berkonotasi negatif.

Emosi lain seperti senang, puas, gembira, dan lain-lain, semuanya berkonotasi

21

Ibid, 113.

22 Hamzah B. Uno, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran. (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010), 59.

23 Daniel Goleman, Emotional Intelligence, terj. T. Hermaya. (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1997), 7.

24 Ibid, 411.

Page 31: KORELASI ANTARA PENGGUNAAN GADGET DAN KECERDASAN …

20

positif.25

Oleh karena itu, emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran-pikiran

khasnya. Suatu keadaan biologis, psikologis, dan serangkaian kecenderungan

untuk bertindak.26

Sebagaimana dikutip Abuddin Nata, Daniel Goleman mengatakan bahwa

kecerdasan emosional mengandung beberapa pengertian. Pertama, kecerdasan

emosi tidak hanya berarti bersikap ramah. Pada saat-saat tertentu yang diperlukan

mungkin bukan sikap ramah melainkan misalnya sikap tegas yang barangkali

memang tidak menyenangkan, tetapi mengungkapkan kebenaran yang selama ini

dihindari. Kedua, kecerdasan emosi bukan berarti memberikan kebebasan kepada

perasaan untuk berkuasa memanjakan perasaan, melainkan mengelola perasaan

sedemikian rupa sehingga terekspresikan secara tepat dan efektif, yang

memungkinkan orang bekerja sama dengan lancar menuju sasaran bersama.27

Kecerdasan emosional merujuk kepada kemampuan mengenali perasaan

kita sendiri dan orang lain. Seorang ahli kecerdasan emosi, mengatakan bahwa

yang dimaksud dengan kecerdasan emosi di dalamnya termasuk kemampuan

mengontrol diri,memacu, tetap tekun, serta dapat memotivsi diri sendiri.

Kecakapan tersebut mencakup pengelolaan bentuk emosi baik yang positif

maupun negatif.28

25

Purwa Atmaja Prawira, Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Baru. (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,

2013), 159.

26 Hamzah Uno, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran, 64.

27 Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan: Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di Indonesia. (Jakarta:

Kencana,2003), 42.

28 Daniel Goleman, Emotional Intelligence, Xiii.

Page 32: KORELASI ANTARA PENGGUNAAN GADGET DAN KECERDASAN …

21

b. Aspek-Aspek Kecerdasann Emosional

Lima wilayah kecerdasan emosional adalah sebagai berikut:29

1) Kesadaran Diri

Kesadaran diri dalam mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi

merupakan dasar kecerdasan emosional. Pada wilayah ini diperlukan adanya

pemantauan perasaan dari waktu ke waktu agar timbul wawasan dan

pemahaman tentang diri. Ketidak mampuan untuk mencermati perasaan yang

sesungguhnya membuat diri berada dalam kekuasaan perasaan. Sehingga tidak

peka akan perasaan yang sesungguhnya yang berakibat buruk bagi

pengambilan keputusan masalah.

2) Mampu mengelola emosi

Kemampuan dalam mengelola emosi sebagai landasan dalam mengenal

diri sendiri atas emosi. Emosi dikatakan berhasil jika dikelola. Adapun langkah

yang dilakukan hendaknya mampu menghibur diri ketika ditimpa kesedihan,

dapat melepas kecemasan, kemurungan atau ketersinggungan dan bangkit

kembali dengan cepat dari semua itu.

Sebaliknya, orang yang buruk kemampuannya dalam mengelola emosi

akan terus-menerus bertarung melawan perasaan, melarikan diri pada hal-hal

negatif. Maka pada dasarnya semua perilaku membawa akibat dalam

kemampuan mengatasi emosi diri sendiri agar bisa mengungkapkan secara

tepat dalam mengatasi emosi yang dialaminya.

3) Memotivasi diri

Merupakan usaha yang dilakukan seseorang tergerak untuk melakukan

sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendaki. Kemampuan

29

Al Tridhonanto dan Beranda Agency, Meraih Sukses dengan Kecerdasan Emosional, 10.

Page 33: KORELASI ANTARA PENGGUNAAN GADGET DAN KECERDASAN …

22

seseorang dalam memotivasi diri dapat ditelusuri melalui berbagai hal, di

antaranya:

a) Cara mengendalikan dorongan hati

b) Derajat kecemasan yang berpengaruh terhadap unjuk kerja sekarang

c) Kekuatan berpikir positif

d) Optimisme

Seseorang memiliki kemampuan memotivasi diri akan cenderung

memiliki pandangan yang positif dalam menilai segala sesuatu yang terjadi

dalam dirinya. Selain itu juga memiliki keinginan yang berbeda-beda antara

satu orang dan orang lainnya.

4) Mampu berempati

Kata empati memiliki arti kemampuan alam perasaan seseorang untuk

menempatkan diri ke dalam alam perasaan orang lain sehingga bisa memahami

pikiran, perasaan dan perilakunya. Manusia yang berempati merupakan

kemampuan seseorang dalam menghangatkan suasana untuk menempatkan

dirinya pada situasi dan perasaan orang lain, tetapi dia tetap berada di luar

perasaan orang lain dan tetap mempertahankan perasaan dirinya.

5) Mampu menjalin sosial dengan orang lain

Di dalam menjalin sosial dengan orang lain sebagai sifat yang hakiki

pada diri manusia sebagai makhluk yang sosial. Kemampuan tersebut

dibuktikan manusia dalam pergaulan dengan orang lain dan penampilan yang

selaras dengan alam perasaannya sendiri. Selain itu dia juga bisa memimpin

dan mengorganisir orang lain dan mampu mengatasi permasalahan yang

muncul dalam pergaulan antar sesama manusia.30

30

Al Tridhonanto dan Beranda Agency, Meraih Sukses dengan Kecerdasan Emosional, 11-12.

Page 34: KORELASI ANTARA PENGGUNAAN GADGET DAN KECERDASAN …

23

Orang yang paling sulit dipahami adalah diri sendiri. Karena itu,

menganalisis diri sendiri dalam pikiran, kata-kata dan tindakan adalah baik.

Kecerdasan emosional mengajarkan kepada seseorang bagaimana bekerja

dengan orang lain penuh makna. Motivasi dan pemberdayaan adalah faktor

kuncinya. Relasi perlu ditumbuhkembangkan. Penyakit masa depan berasal

dari kelalaian masa lalu. Kegelisahan sebagaimana anda sadari, tidak pernah

berakhir dan tidak mempunyai tujuan. Pengajaran emosional meliputi cara

berpikir, bertindak dan menyembuhkan baru. Kecerdasan emosional

menyatukan emosi dan kecerdasan. Mengubah penyakit emosi menjadi

kesenangan mensyaratkan: 31

a) Berpikir ke depan

b) Mengubah orientasi

c) Kegembiraan emosional

d) Berpikir “di luar kotak”

e) Manajemen diri32

c. Usaha-Usaha Pengembangan Kecerdasan Emosional

Kecerdasan emosional tidak berkembang secara alamiah namun harus

dipupuk dan diperkuat melalui proses pelatihan dan pendidikan yang

berkesinambungan. Tiga langkah utama dalam mengembangkan kecerdasan

emosional, yaitu:33

1) Membuka hati

Hati adalah simbol pusat emosi yang dapat merasakan nyaman atau tidak

nyaman. Oleh karena itu, kita dappat memulai dengan membebaskan hati kita

31

Henry R. Meyer, Manajemen dengan Kecerdasan Emosional, hlm 138.

32 Ibid, hlm 138.

33 Agus Nggermanto, Intellegent Qoutient, Kecerdasan Quantum, Cara Cepat Melejitkan IQ, EQ, dan SQ

secara Harmoni. (Bandung: Nuansa Cendekia, 2001), 100-102.

Page 35: KORELASI ANTARA PENGGUNAAN GADGET DAN KECERDASAN …

24

dari impuls pengaruh yang membatasi kita untuk menunjukkan kasih sayang

satu sama lain.

2) Menjelajahi daratan emosi

Setelah membuka hati, kita dapat melihat kenyataan dan menemukan peran

emosi dalam kehidupan, sehingga kitaakan menjaddi lebih bijak dalam

menanggapi perasaan orang lain disekitar kita.

3) Bertanggung jawab

Untuk memperbaiki dan mengubah kerusukan hubungan, kita harus mengambil

tanggung jawab. Setelah dapat membuka hati dan memahami perasaan emosi

orang disekitar kita. Dan ketika terjadi permasalahan antara kita dengan orang

lain, sangat sulit melakukan perbaikan tanpa ada tindak lanjut. Setiap orang

harus memahami permasalahan dan memutuskan bagaimana memperbaikinya.

3. Penggunaan Gadget

a. Pengertian gadget

Gadget adalah sebuah istilah dalam bahasa Inggris yang mengartikan

sebuah alat elektronik kecil dengan berbagai macam fungsi khusus. Gadget

diambil dari bahasa Inggris yang memiliki arti alat untuk merujuk suatu instrumen

yang memiliki tujuan dan fungsi praktis spesifik yang berguna yang umumnya

diberikan terhadap suatu yang baru.34

Gadget diciptakan untuk memudahkan konsumen dalam menggunakan

media komunikasi.35

Fasilitas chatting pada smartphone dapat memberikan atau

dapat meningkatkan efektivitas pesan komunikasi dengan menggunakan emoticon

untuk membantu mengekspresikan perasaan serta teks dan grafis sehingga

34

Puji Asmaul Husna, Pengaruh Penggunaan Media Gadget pada Perkembangan Karakter Anak, Jurnal

Dinamika Penelitian Media Komunikasi Sosial Keagamaan, Volume 17, Nomor 2, November 2017, 318.

35 Chusnul Chotimah, Komunikasi Pendidikan. (Tulungagung: IAIN Tulungagung Press, 2015), 71.

Page 36: KORELASI ANTARA PENGGUNAAN GADGET DAN KECERDASAN …

25

efektivitasnya dapat mengimbangi komunikasi tatap muka.36

Definisi komunikasi

adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui

atau tanpa media yang menimbulkan akibat tertentu. Kegiatan komunikasi pada

prinsipnya adalah aktivitas pertukaran ide atau gagasan secara sederhana.37

Jadi penggunaan gadget adalah bagaimana seseorang memanfatkan dalam

penggunaan gadget sesuai kebutuhannya seperti berkomusikasi atau kebutuhan

pendidikan dan lainnya yang terkait dalam aktivitas kehidupannya.

b. Manfaat penggunaan gadget

Secara umum gadget memiliki fungsi dan manfaat yang relatif sesuai

dengan penggunaannya sebagai berikut:38

1) Komunikasi

Pengetahuan manusia semakin luas dan maju. Jika zaman dahulu manusia

berkomunikasi melalui batin kemudian berkembang melalui tulisan yang

dikirimkan melalui pos, sekarang zaman era globalisasi manusia dapat

berkomunikasi dengan mudah, cepat, praktis dan lebih efisien dengan

menggunakan handphone.

2) Sosial

Gadget memiliki banyak fitur dan aplikasi yang tepat untuk kata dapat berbagi

berita, kabar dan cerita. Sehingga dengan pemanfaatan tersebut dapat

menambah teman dan menjalin hubungan kerabat yang jauh tanpa harus

menggunakan waktu yang relatif lama untuk berbagi.

36

Batitbang, SDM Kominfo, Dinamika Perkembangan Pemanfaatan Teknologi Komunikasi Serta

Implikasi di Masyarakat. (Jakarta: Media Bangsa, 2013), 455.

37 Bambang Samsul Arifin, Psikologi Sosial. (Bandung: CV Pustaka Setia, 2015), 208.

38 Chandra Anugrah Putra, Pemanfaatan Gadget sebagai Media Pembelajaran, jurnal, Volume 2 , Nomor

2, t.t

Page 37: KORELASI ANTARA PENGGUNAAN GADGET DAN KECERDASAN …

26

3) Pendidikan

Seiring berkembangan zaman, sekarang belajar tidak hanya terfokus dengan

buku, namun dengan melalui gadget kita dapat mengakses berbagai ilmu

pengetahuan yang kita perlukan tentang pendidikan, politik, ilmu pengetahuan

umum, ataupun agama tanpa harus repot pergi keperpustakaan yang mungkin

jauh untuk dijangkau39

4) Hiburan

Gadget juga bermanfaat untuk menghilangkan kepenatan melalui hiburan yang

ditawarkan seperti musik, permaianan, video dan perangkat lunak multimedia

lainnya.40

Teknologi gadget yang memiliki beragam manfaat dan kelebihan juga

dapat mengakibatkan dampak positif dan negatif bagi penggunanya. Dampak

positif dari penggunaan gadget yaitu akan lebih efisien dalam penggunaan waktu

dalam berkomunikasi. Dampak bagi siswa yaitu siswa menjadi lebih maju dalam

mengikuti perkembangan zaman.41

Dampak positif penggunaan gadget:

1) Memudahkan untuk berinteraksi dengan orang banyak lewat media sosial

2) Mempersingkat jarak dan waktu. Hubungan jarak jauh tidak lagi menjadi

masalah dan menjadi halangan.

3) Mempermudah para mahasiswa mengkonsultasikan pelajaran dan tugas-

tugas yang belum dimengerti.

39

Puji Asmaul Husna, Pengaruh Penggunaan Media Gadget pada Perkembangan Karakter Anak, 319.

40 Chandra Anugrah Putra, Pemanfaatan Gadget sebagai Media Pembelajaran, jurnal, Volume 2 , Nomor

2, t.t

41 Maya Ferdiana Rozalia, “Hubungan Intensitas Pemanfaatan Gadget DENGAN Prestasi Belajar Siswa

Kelas V Sekolah Dasar,” Pemikiran dan Pengembangan Sekolah Dasar(JP2SD) Vol. 5 No. 2. (September, 2017),

724-725.

Page 38: KORELASI ANTARA PENGGUNAAN GADGET DAN KECERDASAN …

27

4) Mengetahui informasi-informasi tentang kegiatan-kegiatan yang akan

diadakan di tempat pendidikan.42

5) Manusia menjadi lebih berinovasi akibat perkembangan gadget.

Dampak negatif dari gadget adalah:

1) Penggunaan gadget berlebihan (kecanduan).

2) Adanya gadget, kemudahan dalam mengakses berbagai media informasi

dan teknologi, menyebabkan anak malas bergerak dan beraktivitas.

3) Berdampak pada gangguan kesehatan.43

4) Menjadi pribadi yang tertutup.

5) Gangguan tidur.

6) Suka menyendiri

4. Keterkaitan antara Penggunaan Gadget, Kecerdasan Emosional dengan

pembentukan Akhlakul Karimah

Akhlakul karimah mahasiswa tidak semua buruk ataupun baik, jadi sebagian

mahasiswa ada yang memiliki akhlakul karimah dan ada yang kurang baik, tinggal

bagaimana latar belakang yang mereka miliki berbeda-beda, mungkin ada

mahasiswa yang sudah dididik dan diterapkan namun ada juga yang tidak

diterapkan. Contohnya dalam satu kelas ketika presentasi ada mahasiswa yang

benar-benar memperhatikan dan ada yang tidak, namun hal itu juga dipengaruhi

oleh lingkungan kelas. Dari pandangan narasumber, bahwa lingkungan kelas yang

dominan oleh mahasiswa yang rajin dan bertatakrama maka akan lebih

memperhatikan dosen dan teman yang menjelaskan serta segan untuk bermain

42

Doni Harfiyanto, “Pola Interaksi Sosial Siswa Pengguna Gadget di SMA I Semarang,” Edukasi, Vol 4

No 1 (Tahun 2016), 2.

43 Wahyu Novitasari, “Dampak Penggunaan Gadget terhadap Interaksi Sosial Anak Usia 5-6 Tahun,”

Jurnal PAUD Teratai, Vol 5 No 3 (Tahun 2016), 2.\\

Page 39: KORELASI ANTARA PENGGUNAAN GADGET DAN KECERDASAN …

28

gadget. Lingkungan kelas juga berpengaruh seperti mahasiswa yang tinggal di

pondok dan tidak. “Mahasiswa yang tidak mondok itu ta’dzim (memuliakan)nya

terhadap guru itu kurang, sedang mahasiswa yang mondok itu ta’dzim seperti

tunduk dan rendah hati. Karena dalam pondok kyai akan mengajarkan untuk

menghormati guru dengan baik, memperbaiki akhlak, seperti halnya Rasulullah

Muhammad diutus ke bumi untuk memperbaiki akhlak. Hal itu diterapkan oleh para

kyai.” Ungkap Eva. 44

Akhlakul karimah mahasiswa dapat dilihat dari bagaimana mereka

berkomunikasi dan berinteraksi terhadap orang lain. Maraknya penggunaan gadget

dapat mempengaruhi komunikasi dan interaksi dalam sosial sehingga munculnya

emosi mahasiswa, oleh sebab itu mahasiswa sangat perlu diajarkan mengenai

kecerdasan emosional sehingga mereka bisa bijak dalam menanggapi emosi orang

lain. Kecerdasan emosional itu sendiri apabila baik dalam penerapannya maka bisa

membentuk akhlakul karimah pada diri mahasiswa

Gadget saat ini sangat berperan terlebih lagi sebagai alat komunikasi dan

lebih menarik dibandingkan dengan berkomunikasi secara langsung, secara tatap

muka. Gejala ini disebut komunikasi hyperpersonal45

yaitu komunikasi dengan

perantara jaringan internet yang secara sosial lebih menarik dari pada komunikasi

secara langsung.

Adanya teknologi canggih seperti gadget bukan berarti efektivitas

komunikasi berkurang atau bahkan terhambat, tetapi lebih membantu setiap orang

untuk melakukan komunikasi secara gamblang. Hanya saja sebelum adanya gadget

dan teknologi canggih lainnya, orang akan bertegur sapa dan melakukan kontak

ketika berada dalam satu tempat ataupun bersimpangan di jalan. Hadirnya gadget

44

Wawancara, Elliya Nafilatul Afifah, 17 Maret 2020 pukul 19:30.

45 https://id.m.wikipedia.org/wiki/Model_hiperpersonal diaksen 17 February 2020 pukul 07:30

Page 40: KORELASI ANTARA PENGGUNAAN GADGET DAN KECERDASAN …

29

membuat orang-orang asyik dengan dunia maya yang dimiliki masing-masing dan

lupa dengan adanya teman yang sebenernya berada disampingnya. Banyak orang

menghindar dari perjumpaan dengan orang lain dengan berbagai alasan. Manusia

hanya dianggap sebagai objek, bukan lagi manusia selayaknya saat mereka

bertemu. Dengan adanya gadget manusia juga harus pandai-pandai menyaring dari

apa yang dilihat dari gadget tersebut, apa yang baik diterapkan dalam kehidupan

sehari-hari serta menjadi tolak ukur kepribadiannya, menambah wawasannya

sehingga bisa membedakan mana yang baik dan buruk yang pantas dilakukan.

Penggunaaan gadget memiliki pengaruh yang cukup besar dalam kehidupan

manusia. Seringkali orang-orang yang tak bertanggunggung jawab dan

menyalahgunakannya. Gadget dijadikan tempat untuk bergosip, mencari kesalahan

orang lain, mengabaikan teman saat berbicara bahkan dengan menggunakannya

seringkali membuat lupa akan waktu, lalai pada kewajibannya untuk menjalankan

ibadah kepada Allah dan mengulur-ulur waktu sehingga pekerjaan terbengkalai.

Terlebih maraknya aplikasi baru akhir-akhir ini yaitu tiktok, membuat mahasiswa

memperlihatkan akhlak kurang baik yang mana bergaya serta berpakaian vulgar

sehingga kurang pantas sebab mereka seorang pelajar yang telah didik dari TK

hingga perguruan tinggi saat ini sebaiknya bertindak sewajarnya atau lebih baik

apabila bisa memanfaatkan aplikasi yang marak tersebut sebagai tempat

menyebarkan dakwah.

Namun di sisi lain, gadget dapat memberikan pengaruh baik terhadap

pendidikan akhlak seseorang. Jejaring sosial seperti YouTube sudah banyak

tayangan mengenai pendidikan akhlakul karimah yang disampaikan oleh para alim

agama. Dengan adanya konten-konten yang membahas tentang keagamaan,

terutama perilaku baik, seperti birrul walidain, adab ketika bertamu, adab

berpakaian bagi para muslim, adab berteman, dan sebagainya membuat orang yang

Page 41: KORELASI ANTARA PENGGUNAAN GADGET DAN KECERDASAN …

30

menonton secara tidak langsung mempelajarinya dan menerapkannya dalam

kehidupan sehari-hari mereka.

Manusia memiliki tiga kecerdasan yaitu kecerdasan intelektual, kecerdasan

emosi dan kecerdasan spiritual. Ketiga kemampuan tersebut sangat membantu

seseorang dalam meningkatkan kualitas diri, mengabaikan salah satu kemampuan

tersebut menyebabkan banyak individu dililit masalah secara pribadi maupun sosial

masyarakat.46

Dalam penelitian ini kecerdasan spiritual disangkutkan dengan akhlakul

karimah. Yang mana kecerdasan spiritual merupakan kemampuan individu

terhadap mengelola nilai-nilai, norma-norma dan kualitas kehidupan dengan

memanfaatkan kekuatan-kekuatan pikiran bawah sadar atau lebih dikenal dengan

suara hati. Kecerdasan spiritual juga memiliki makna bahwa seseorang individu

yang ridho yang memiliki rasa tanggung jawab kepada sang pencipta serta kemauan

menghayati nilai-nilai agama. Keridhoan dapat diartikan sebagai kemampuan

seseorang untuk menerima dengan hati yang rela peraturan-peraturan yang telah

digariskan oleh agama. Tanggung jawab kepada sang pencipta dapat membantu

seseorang individu untuk terus belajar dan bekerja tanpa rasa jemu. Allah

membimbing dengan siapa yang mengikut keridhoan-Nya melalui jalan-jalann

keselamatan dan membawa mereka dengan izin-Nya keluar dari kegelapan menuju

cahaya, menunjuki mereka jalan yang lapang. Komaruddin Hidayat memberi

penekanan bahwa manusia modern dalam Islam tidak boleh melupakan matahari

dalam melihat segala sesuatu. Hal ini membutuhkan kecerdasan spiritual, lanjutnya,

sehingg hati dan nalar akan dapat bekerja sama.47

46

Iskandar, Psikologi Pendidikan: Sebuah Orientasi Baru. (Jakarta: Referensi, 2012), 68.

47 Ibid, 65-66.

Page 42: KORELASI ANTARA PENGGUNAAN GADGET DAN KECERDASAN …

31

Pemikiran psikologi sufistik Al-Ghazali yang menyatakan bahwa

kecerdasan emosional merupakan kecerdasan qalbiyah yang memiliki potensi

dalam mengembangkan akhlak (tingkah laku) lahiriah sehingga menjadi baik sesuai

fitrah aslinya. Dimana qalb berfungsi sebagai pemandu, pengontrol, dan pengendali

semua tingkah laku manusia.48

Penelitian yang dilakukan oleh Djazimi menjelaskan bahwa faktor internal

yang memberi pengaruh terhadap kualitas akhlak seseorang antara lain adalah

kondisi emosional seseorang tersebut. Dijelaskan bahwa setiap pengalaman yang

melibatkan emosi ekstrim akan memberikan efek langsung yang lebih nyata pada

perilaku (akhlak) anak sekaligus efek jangka lebih panjang pada perkembangan

kepribadian mereka.49

Betapa pentingnya kecerdasan emosional dikembangkan pada setiap

mahasiswa. Karena betapa banyak kita jumpai mahasiswa, dimana mereka begitu

cerdas, begitu cemerlang akademiknya namun bila tidak bisa mengelola emosinya,

seperti mudah marah, mudah putus atau angkuh dan sombong. Maka prestasi

tersebut tidak akan banyak bermanfaat untuk dirinya. Ternyata kecerdasan

emosional perlu lebih dihargai dan dikembangkan pada mahasiswa bahkan sejak

menjadi siswa (peserta didik) sehingga sedini mungkin mereka telah diberi

pengertian tentang kecerdasan emosional sanpai ke Perguruan Tinggi. Karena hal

inilah yang mendasari keterampilan seseorang di tengah masyarakat kelak,

sehingga akan membuat seluruh potensinya dapat berkembang secara lebih

optimal.50

48

Masganti Sit, Psikologi Agama (Medan: Perdana Publishing, 2015) 122.

49 Djazimi, Vol.10 No.2 Tahun 2016. Studia Didaktika Jurnal Ilmiah Pendidikan, Pengaruh Kecerdasan

Emosional terhadap Akhlak Siswa Madrasah Aliyah Al-Khairiyah Provinsi Banten

50 Iskandar, Psikologi Pendidikan: Sebuah Orientasi Baru, 61.

Page 43: KORELASI ANTARA PENGGUNAAN GADGET DAN KECERDASAN …

32

Pengembangan potensi diri adalah suatu metode untuk melepaskan,

mengarahkan, mengendalikan kekuatan pikiran bawah sadar, sehingga menjadi

suatu langkah nyata dalam kehidupan sehari-hari, sekaligus pola pengasahannya,

melalui berbagai aplikasi dan keilmuan canggih berdasar kekuatan doa dan dzikir

yang digali dari Al-Qu’an dan Hadits, menjadi modal dasar untuk pencapaian jalan

keluar terbaik, untuk mencapai kerukunan, team work, untuk mencapai harkat

kehidupan yang lebih tinggi dan sesuai sepanjang perjalanan hidup, dan lain-lain.

Bilamana setiap manusia bisa mengendalikan emosinya, maka kehidupan akan

menjadi lebih indah. Untuk itu setiap manusia perlu mendapatkan suatu pelatihan

dan pemahaman tentang kecerdasan emosi, dengan tujuan menciptakan manusia

yang memiliki karakter tangguh, luhur, bijaksana, pngertian, berdedikasi dan

beriman. Setiap manusia perlu mengetahui dan memahami bahwa kecerdasan

spiritual justru mampu meningkatkan kemampuan kecerdasan emosional sehingga

terjadi momentum peningkatan harkat kehidupan yang berjalan sepanjang hidup.

Menyeimbangkan rasionalitas duniawi dengan semangat spiritual, sehingga terjadi

suatu perbaduan yang dasyat untuk membangun karakter manusia yang sempurna,

baik didunia, dimasyarakat maupun dimata Tuhan Allah SWT.51

Akhlakul karimah dan kecerdasan emosional sangatlah berhubungan, sebab

adanya akhlakul karimah maka mahasiswa bisa mengontrol emosinya.

C. Kerangka Berpikir

Berdasarkan landasan teori dan telaah pustaka di atas, maka kerangka berpikir

dalam penelitian ini adalah:

1. Jika penggunaan gadget dilakukan dengan baik maka akhlakul karimah akan

terbentuk dengan baik.

51

Ibid, 67.

Page 44: KORELASI ANTARA PENGGUNAAN GADGET DAN KECERDASAN …

33

2. Jika kecerdasan emosional dilakukan dengan baik maka akhlakul karimah akan

terbentuk dengan baik.

3. Jika penggunaan gadget dan kecerdasan emosional dilakukan dengan baik maka

akhlakul karimah akan terbentuk baik.

D. Pengajuan Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan pendidikan yang

secara teoritis dianggap paling tinggi dan paling memungkinkan tingkat kebenarannya.

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

Berdasarkan kerangka berfikir di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam

penelitian ini adalah:

1. H0 : Tidak ada hubungan yang signifikan antara penggunaan gadget dengan

pembentukan akhlakul karimah mahasiswa semester VI jurusan Pendidikan Agama

Islam di IAIN Ponorogo tahun akademik 2019-2020

H1 : Ada hubungan yang signifikan antara penggunaan gadget dengan pembentukan

akhlakul karimah mahasiswa semester VI jurusan Pendidikan Agama Islam di IAIN

Ponorogo tahun akademik 2019-2020

2. H0 : Tidak ada hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosional dengan

pembentukan akhlakul karimah mahasiswa semester VI jurusan Pendidikan Agama

Islam di IAIN Ponorogo tahun akademik 2019-2020

H1 : Ada hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosional dengan

pembentukan akhlakul karimah mahasiswa semester VI jurusan Pendidikan Agama

Islam di IAIN Ponorogo tahun akademik 2019-2020

3. H0 : Tidak ada hubungan yang signifikan antara penggunaan gadget dan kecerdasan

emosional dengan pembentukan akhlakul karimah mahasiswa semester VI jurusan

Pendidikan Agama Islam di IAIN Ponorogo tahun akademik 2019-2020

Page 45: KORELASI ANTARA PENGGUNAAN GADGET DAN KECERDASAN …

34

H1: Ada hubungan yang signifikan antara penggunaan gadget dan kecerdasan

emosional dengan pembentukan akhlakul karimah mahasiswa semester VI jurusan

Pendidikan Agama Islam di IAIN Ponorogo tahun akademik 2019-2020

Page 46: KORELASI ANTARA PENGGUNAAN GADGET DAN KECERDASAN …

34

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan penggunaan gadget dan

kecerdasan emosional terhadap pembentukan akhlakul karimah mahasiswa semester VI

jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Ponorogo tahun akademik 2019-2020. Jenis

penelitian ini adalah penelitian dengan pendekatan kuantitatif korelasional, yaitu susatu

penelitian yang menggunakan statistik agar dapat menentukan apakah ada hubungan dan

tingkat hubungan antara tiga variabel. Metode ini melibatkan pengumpulan data untuk

menentukan apakah dan sampai sejauh mana tingkat hubungan yang ada antara dua

variabel atau lebih.

Rancangan penelitian adalah mencatat perencanaan dari cara berpikir dan

merancang suatu strategi untuk menemukan sesuatu. Dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan jenis penelitian kuantitatif, yaitu penelitian yang digunakan untuk meneliti

pada populasi dan sampel tertentu.1 Rancangan kuantitatif ini menggunakan rancangan

non eksperimen dikarenakan peneliti tidak terjun langsung dalam proses pembentukan

akhlakul karimah melainkan pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian

angket, analisis dan bersifat kuantitatif statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis

yang telah ditetapkan.2

Adapun variabel pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal

tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Variabel yang digunakan adalah variabel

bebas (independen) yaitu merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi

1 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. (Bandung:

Alfabeta, 2016), 115.

2 Ibid, 121.

34

Page 47: KORELASI ANTARA PENGGUNAAN GADGET DAN KECERDASAN …

35

sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat), dan variabel terikat

(dependen) yaitu variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya

variabel bebas. Variabel independen (bebas) adalah penggunaan gadget dan kecerdasan

emosional. Untuk mempermudah peneliti dalam mengolah dan menganalisis data maka

dalam variabel independen menggunakan simbol X1 sebagai penggunaan gadget dan X2

sebagai kecerdasan emosional, Sedangkan variabel dependen (terikat) adalah

pembentukan akhlakul karimah yang ditulis sebagai variabel Y.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi diartikan sebagai keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari

manusia, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai tes, atau

peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu di

dalam suatu penelitian yang telah ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan

kemudian ditarik kesimpulannya.3 Populasi merupakan wilayah generalisasi yang

terdiri atas objek/subjek yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang telah

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya.4

Dalam penelitian ini populasinya mencakup mahasiswa semester VI jurusan

Pendidikan Agama Islam tahun akademik 2019/2020 yang berada di IAIN Ponorogo

yang akan diambil secara acak dari 13 kelas yang mana jumlah mahasiswa berkisar

423 mahasiswa.

2. Sampel

Sampel yang diambil dalam penelitian ini berjumlah 85 responden yaitu

mahasiswa semester VI angkatan 2017 jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas

3 Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), 118.

4 Sugiyono, Metode Penelitian (Bandung: Alfabeta, 2013), 215.

Page 48: KORELASI ANTARA PENGGUNAAN GADGET DAN KECERDASAN …

36

Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, IAIN Ponorogo. Yang mana jumlah tersebut dijelaskan

pada bagian teknik sampling.

3. Teknik Sampling

Adapun teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah proportional stratified sampling yaitu anggota yang diambil dari skala besar,

yang memiliki strata atau tingkatan dan strata yang diambil sebagai sampel secara

proporsional berdasarkan ukuran persen. Dengan demikian, jumlah sampel yang

diambil pada tiap-tiap strata tidak sama tergantung pada jumlah populasi yang

terdapat pada strata tersebut.5

Suharsimi Arikunto berpendapat untuk sekedar perkiraan, maka apabila

subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semuanya. Selanjutnya jika subjeknya

besar, maka dapat diambil 0-15 % atau 20-25% atau lebih. Untuk itu, ukuran sampel

penelitian ini didasarkan dengan mengambil 20% dari 423. 423x20%=85, maka

sampel yang digunakan berjumlah 85 sampel.6

C. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen penelitian merupakan alat bantu yang digunakan oleh peneliti untuk

mengumpulkan data dengan cara melakukan pengukuran. Cara ini dilakukan untuk

memperoleh data yang objektif yang diperlukan untuk menghasilkan kesimpulan

penelitian yang objektif pula.

Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah:

1. Data tentang penggunaan gadget mahasiswa.

2. Data tentang kecerdasan emosional mahasiswa.

3. Data tentang pembentukan akhlakul karimah mahasiswa.

5 Endang Mulyatiningsih, Metode Penelitian Terapan Bidang Pendidikan. (Bandung: Penerbit Alfabeta,

2014), 13.

6 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), 120.

Page 49: KORELASI ANTARA PENGGUNAAN GADGET DAN KECERDASAN …

37

Tabel 3.1

Instrumen Pengumpulan Data

Judul Penelitian Variabel

Penelitian

Indikator Subjek Teknik

Korelasi Penggunaan

Gadget dan Kecerdasan

Emosional dengan

pembentukan Akhlakul

Karimah Mahasiswa

Semester VI Jurusan

Pendidikan Agama

Islam di IAIN Ponorogo

Tahun Akademik 2019-

2020

Variabel

Independen (X1 ):

Penggunaan

Gadget

1. Dampak

positif

2. Dampak

negatif

Mahasiswa

Semester VI

Jurusan PAI

IAIN

Ponorogo

tahun 2019

Angket

Variabel

Independen (X2):

Kecerdasan

Emosional

1. Kesadaran

diri

2. Memotivasi

diri

3. Kemampuan

mengelola

emosi

4. Mampu

berempati

5. Mampu

menjalin

sosial

dengan

orang lain

Mahasiswa

Semester VI

Jurusan PAI

IAIN

Ponorogo

tahun 2019

Angket

Page 50: KORELASI ANTARA PENGGUNAAN GADGET DAN KECERDASAN …

38

Variabel Dependen

(Y):

Pembentukan

Akhlakul Karimah

1. Faktor

Internal

2. Faktor

Eksternal

Mahasiswa

Semester VI

Jurusan PAI

IAIN

Ponorogo

tahun 2019

Angket

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang bersifat primer dalam penelitian ini adalah

Angket (Kuesioner). Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden

untuk dijawabnya. Kuesioner dapat berupa pertanyaan atau pernyataan tertutup atau

terbuka, dapat diberikan kepada responden secara langsung atau dikirim melalui pos, atau

internet.7

Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup, yaitu

angket yang telah dilengkapi dengan pilihan jawaban sehingga mahasiswa hanya

memberi tanda pada jawaban yang telah dipilih. Dalam penelitian ini terdapat tiga

jenis angket, yaitu angket untuk memperoleh data tentang penggunaan gadget,

kecerdasan emosional dan pembentukan akhlak mahasiswa. Angket ini berisi butir-

butir pernyataan yang berhubungan erat dengan masalah penelitian untuk diberi

tanggapan oleh subyek penelitian.

Adapun pelaksanaannya, angket diberikan kepada responden agar mereka

mengisi sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Skala yang digunakan adalah skala

Likert yaitu skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi

seseorang atau sekelompok tentang fenomena sosial. Dalam penelitian ini, fenomena

7Sugiyono, Metodologi Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif Kualitatif dan R&D, 199.

Page 51: KORELASI ANTARA PENGGUNAAN GADGET DAN KECERDASAN …

39

sosial telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai

variabel penelitian. Dengan skala Likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan

menjadi variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk

menyusun item-item instrument yang dapat berupa pertanyaan atau pernyataan.

Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala Likert mempunyai

gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif, yang dapat berupa kata-kata dan

untuk keperluan analisis kuantitatif, dan jawaban itu dapat diberi skor sebagai berikut:8

a. Selalu : skor 4

b. Sering : skor 3

c. Kadang-kadang : skor 2

d. Tidak pernah : skor 1

Selain itu peneliti juga menggunakan teknik pengumpulan data yang bersifat

sekunder berupa observasi (pengamatan) dan wawancara untuk mempertajam serta

memperbanyak referensi terkait variabel akhlakul karimah, kecerdasan emosional dan

penggunaan gadget yang dimiliki mahasiswa IAIN Ponorogo. Teknik wawancara

dalam penelitian ini digunakan untuk mendapatkan informasi-informasi secara

langsung pada objek penelitian untuk menunjang data penelitian.

Bentuk observasi yang digunakan ini adalah adalah observasi partisipan, yaitu

observer terlibat langsung dalam atau berpartisipasi dalam aktivitas yang dilakukan

oleh observe. Untuk menyempurnakan aktivitas pengamatan partisipatif ini, peneliti

mengikuti kegiatan yang dilakukan informan dalam waktu tertentu, memerhatikan apa

yang terjadi, mendengarkan apa yang dikatakan, dan mempertanyakan informasi yang

menarik.9

8 Ibid, 134–135.

9 Idrus Muhammad, Metode Penelitian Ilmu Sosial: Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif. (Yogyakarta:

Erlangga, 2009), 101.

Page 52: KORELASI ANTARA PENGGUNAAN GADGET DAN KECERDASAN …

40

E. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan proses pengolahan, penyajian, interpretasi dan analisis

data yang diperoleh dari lapangan dengan tujuan agar data yang disajikan mempunyai

makna, sehingga pembaca dapat mengetahui hasil penelitian kita. Dalam penelitian

kuantitatif, teknik analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh

responden atau sumber data lain terkumpul yang digunakan untuk menjawab rumusan

masalah dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan.10

Karena data penelitian adalah data kuantitatif, maka teknik analisis data

menggunakan statistik. Adapun analisis data dalam penelitian ini sebagai berikut:

a. Uji Coba Instrumen

1) Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkatan-tingkatan

kevalidan atau kesahihan. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat

mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat.11

Untuk pengujian

validitas instuksi pada penelitian ini, peneliti menggunakan rumus product moment,

dengan rumus sebagai berikut: 12

( ) ( )( )

√ ( ) ) ( ( )

Keterangan :

Rxy : Koefisien korelasi antara variabel X dan Y

n : Jumlah responden

Ʃx : Jumlah seluruh nilai X

Ʃy : Jumlah seluruh nilai Y

Ʃxy : Jumlah hasil perkalian antara X dan Y

10

Nanang Martono, Metodologi Penelitian Kuantitatif (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011), 143-144.

11 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. (Jakarta: Rineka Cipta, 2013), 211.

12 Retno Widyaningrum, Statistika. (Yogyakarta: Pustaka Felicha, 2015), 107.

Page 53: KORELASI ANTARA PENGGUNAAN GADGET DAN KECERDASAN …

41

Kriteria dari validitas setiap item pertanyaan adalah apabila koefisien

korelasi (rhitung) positif dan lebih besar atau sama dengan rhitung maka item tersebut

dikatakan valid dan sebaliknya apabila rhitung negatif atau lebih kecil dari rtabel maka

item tersebut dikatakan tidak valid. Selanjutnya apabila terdapat item-item

pertanyaan yang tidak memenuhi kriteria validitas (tidak valid), maka item tersebut

akan dikeluarkan dari angket. Nilai rtabel yang digunakan untuk subyek (N)

sebanyak 30 adalah mengikuti ketentuan df= N-2, berarti 30-2= 28 dengan

menggunakan taraf signifikan 5% maka diperoleh rtabel= 0,361.

Untuk keperluan uji validitas dan reliabilitas instrumen ini peneliti

mengambil sampel sebanyak 30 mahasiswa. Dari hasil perhitungan validitas item

instrumen terhadap 15 item pernyataan variabel penggunaan gadget dan seluruh

item pernyataan dinyatakan valid. Dari hasil perhitungan validitas item instrumen

dapat disimpulkan dalam tabel rekapitulasi di bawah ini.

Tabel 3.2

Rekapitulasi Uji Validitas Item Angket Penggunaan Gadget

No. Item “r” hitung “r” table Keterangan

1 0,673 0,361 Valid

2 0,373 0,361 Valid

3 0,469 0,361 Valid

4 0,448 0,361 Valid

5 0,377 0,361 Valid

6 0,586 0,361 Valid

7 0,434 0,361 Valid

8 0,670 0,361 Valid

9 0,383 0,361 Valid

Page 54: KORELASI ANTARA PENGGUNAAN GADGET DAN KECERDASAN …

42

10 0,368 0,361 Valid

11 0,762 0,361 Valid

12 0,666 0,361 Valid

13 0,738 0,361 Valid

14 0,836 0,361 Valid

15 0,477 0,361 Valid

Untuk variabel kecerdasan emosional, dari jumlah 15 item pernyataan

dinyatakan valid. Dari hasil perhitungan validitas item instrumen dapat disimpulkan

dalam tabel rekapitulasi di bawah ini.

Tabel 3.3

Rekapitulasi Uji Validitas Item Angket Kecerdasan Emosional

No. Item “r” hitung “r” tabel Keterangan

1 0,382 0,361 Valid

2 0,452 0,361 Valid

3 0,455 0,361 Valid

4 0,475 0,361 Valid

5 0,374 0,361 Valid

6 0,518 0,361 Valid

7 0,388 0,361 Valid

8 0,536 0,361 Valid

9 0,422 0,361 Valid

10 0,549 0,361 Valid

11 0,452 0,361 Valid

12 0,463 0,361 Valid

13 0,429 0,361 Valid

Page 55: KORELASI ANTARA PENGGUNAAN GADGET DAN KECERDASAN …

43

14 0,393 0,361 Valid

15 0,388 0,361 Valid

Untuk variabel pembentukan akhlakul karimah, dari jumlah 15 item

pernyataan seluruhnya dinyatakan valid. Dari hasil perhitungan validitas item

instrumen dapat disimpulkan dalam tabel rekapitulasi di bawah ini.

Tabel 3.4

Rekapitulasi Uji Validitas Item Angket Pembentukan Akhlakul Karimah

No. Item “r” hitung “r” tabel Keterangan

1 0,517 0,361 Valid

2 0,472 0,361 Valid

3 0,387 0,361 Valid

4 0,436 0,361 Valid

5 0,443 0,361 Valid

6 0,450 0,361 Valid

7 0,423 0,361 Valid

8 0,426 0,361 Valid

9 0,449 0,361 Valid

10 0,426 0,361 Valid

11 0,490 0,361 Valid

12 0,393 0,361 Valid

13 0,505 0,361 Valid

14 0,404 0,361 Valid

15 0,391 0,361 Valid

Page 56: KORELASI ANTARA PENGGUNAAN GADGET DAN KECERDASAN …

44

2) Uji Reliabilitas

Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup

dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen

tersebut adalah baik. Reliabilitas menunjuk pada tingkat keterandalan sesuatu.

Reliable artinya dapat dipercaya, jadi dapat diandalkan.13

Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali

untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Untuk

menguji reliabilitas instrumen dalam penelitian ini dilakukan secara internal

consistency, dengan cara mencobakan instrumen sekali saja, kemudian data yang

diperoleh dianalisis dengan teknik tertentu. Hasil analisis dapat digunakan untuk

memprediksi reliabilitas instrumen.14

Rumus yang digunakan untuk uji reliabilitas instrumen ini adalah rumus

alpha cronbach, yaitu:15

( ){

}

Keterangan:

ri : Reliabilitas instrument.

k : Banyaknya butir soal

: Jumlah varians butir

: Varians total

N : Jumlah Responden.

Setelah diperoleh angka kofisien reliabilitas, langkah selanjutnya adalah

mengkonsultasikan atau membandingkan dengan angka kritik atau batas minimal

13

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), 178.

14 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, kualitatif dan R&D , 185.

15 Ibid., 180 – 181.

Page 57: KORELASI ANTARA PENGGUNAAN GADGET DAN KECERDASAN …

45

reliabilitas. Menurut Wiratna Sujarweni (2014), kuesioner dikatakan reliabel jika nilai

Alpha Cronbach > 0,6.16

Hasil perhitungan uji reliabilitas pada masing-masing variabel dapat dilihat pada

tabel berikut:

Tabel 3.5

Rekapitulasi Uji Reliabilitas Item Instrumen

Variabel r total tes Angka Kritik Keterangan

Penggunaan Gadget 0,834 0,6 Reliabel

Kecerdasan Emosional 0,713 0,6 Reliabel

Pembentukan Akhlakul Karimah 0,696 0,6 Reliabel

Dari keterangan tabel di atas, diketahui bahwa masing-masing variabel memiliki

rtotal tes> 0,6. Dengan variabel penggunaan gadged, kecerdasan emosional, dan

pembentukan akhlakul karimah dapat dikatakan reliabel.

b. Uji Hipotesis

Teknis analisis data yang digunakan disini yaitu analisis statistik deskriptif

dengan menghitung mean dan standart deviasi yang digunakan untuk menentukan

kategori dengan rumus sebagai berikut: 17

Rumus Mean:

Mx=

dan My=

Keterangan:

Mx dan My = Mean yang dicari.

∑fx atau ∑fy = Jumlah dari hasil perkalian antara Midpoint masing-masing.

n = Number of cases.

16

V. Wiratna Sujarweni, Metodologi Penelitian Lengkap, Praktis dan Mudah. (Yogyakarta : Pustaka Baru

Press, 2014), 118.

17 Retno Widyaningrum, Statistika, 51.

Page 58: KORELASI ANTARA PENGGUNAAN GADGET DAN KECERDASAN …

46

Rumus Standart Deviasi (Data Tunggal) sebagai berikut:18

√ ( )

(

)

√ ( )

(

)

Keterangan:

SDx dan SDy = Standart Deviasi.

∑fx' dan ∑fy' = Jumlah perkalian frekuensi dengan deviasi yang telah

dikuadratkan.

X = X-Mx, dan Mx adalah mean.

N = Jumlah data.

Setelah perhitungan mean dan standar deviasi ditemukan hasilnya, kemudian

dibuat pengelompokkan dengan menggunakan rumus: 19

MX + 1. SD dikatakan tinggi.

Mx – 1. SD dikatakan rendah.

Diantara Mx + 1 sampai Mx – 1 dikatakan sedang.

Setelah dibuat pengelompokan kemudian dicari frekuensinya dan hasilnya

diprosentasikan dengan rumus:20

P =

Keterangan:

P = Angka Prosentasi

fi = Frekuensi

N = Number of cases

18

Ibid., 94.

19 Anas Sudijono, Pengantar Statiska Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo, 2008), 175 – 176.

20 Ibid, 177.

Page 59: KORELASI ANTARA PENGGUNAAN GADGET DAN KECERDASAN …

47

Sebelum menganalisis gasil penelitian, maka dilakukan uji normalitas data

terlebih dahulu. Hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah data yang diteliti

normal atau tidak. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan rumus kolmogorov

smirnov.

Dalam penelitian kuantitatif, analisis data merupakan kegiatan setelah data

dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul yang digunakan untuk

menjawab rumusan masalah dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis

yang telah diajukan.21

Adapun teknik analisis data yang digunakan untuk menjawab pengajuan

hipotesis atau rumusan masalah 1 dan 2 yang digunakan adalah teknik korelasi

product moment. Adapun rumusannya adalah sebagai berikut:

Rumus korelasi product moment: 22

( )( )

√( ( ))( ( ))

Keterangan:

rxy = Angka indeks korelasi product moment.

∑X = Jumlah seluruh nilai X

∑Y = Jumlah seluruh nilai Y

∑XY = Jumlah hasil perkalian antara nilai X dan nilai Y.

Adapun teknik analisis data yang digunakan untuk menjawab pengajuan hipotesis

atau rumusan masalah 3 menggunakan metode statistik dengan teknik korelasi berganda

guna untuk menunjukkan arah dan kuatnya hubungan antara dua variabel X secara

bersama-sama dengan variabel Y, dengan rumus sebagai berikut: 23

21

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, kualitatif dan R&D , 147.

22 Retno Widyaningrum, Statistik, 107.

23 Andhita Dessy Wulansari, Penelitian Pendidikan: Suatu Pendidikan Praktik dengan Menggunakan SPSS

(Ponorogo: STAIN Po Press, 2012), 106.

Page 60: KORELASI ANTARA PENGGUNAAN GADGET DAN KECERDASAN …

48

Keterangan:

= Korelasi antara variabel X1 dengan X2 secara bersama-sama dengan

variabel Y

= Korelasi Product Moment antara X1 dengan Y

= Korelasi Product Moment antara X2 dengan Y

= Korelasi Product Moment antara X1 dengan X2

Page 61: KORELASI ANTARA PENGGUNAAN GADGET DAN KECERDASAN …

49

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Sejarah Berdirinya IAIN Ponorogo

Sejarah berdirinya Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo tidak dapat

dipisahkan dari pasang surut perjalanan IAIN Sunan Ampel. Pada awal tahun 70-an

IAIN Sunan Ampel tumbuh dengan pesat dan berhasil membuka 18 fakultas yang

tersebar di tiga provinsi: Jawa Timur, Kalimantan Timur dan Nusa Tenggara Barat.

Salah satu fakultas yang dimaksud adalah Fakultas Syari’ah Ponorogo IAIN Sunan

Ampel, yang pada tanggal 6 Robiul Awal 1390 H bertepatan dengan 12 Mei 1970

diserah terimakan dari Panitia Persiapan kepada Menteri Agama Republik Indonesia

yang sekaligus dimulai secara resmi penyelenggaraannya dengan membuka Program

Sarjana Muda (SARMUD).

Fakultas Syari’ah Ponorogo IAIN Sunan Ampel selanjutnya tumbuh dan

berkembang, dan mulai tajun akademik 1985/1986 menyelenggarakan program

doctoral (S-1) dengan membuka jurusan Qadha’ dan Mu’amalah Jinayah. Selanjutnya

berdasarkan tuntutan perkembangan dan organisasi prguruan tinggi, maka

dikeluarkanlah Keputusan Presiden Nomor 11 tahun 1997 tentang Pendidikan

Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN), yang penyelenggaraannya secara

resmi ditandatangani oleh Menteri Agama pada tanggal 25 Shafar 1418 H bertepatan

dengan 30 Juni 1997.1

1 Tim Penyusun, Buku Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan STAIN Ponorogo Tahun Ajaran 2015/2016.

1-2.

49

Page 62: KORELASI ANTARA PENGGUNAAN GADGET DAN KECERDASAN …

50

Berdasarkan Keputusan Presiden sebagaimana tersebut di atas, pada tahun

akademik 1997/1998 Fakultas Syari’ah Ponorogo beralih status dari fakultas daerah

menjadi STAIN dan merupakan unit organik yang berdiri sendiri di lingkungan

Departemen Agama, dipimpin oleh ketua dan bertanggung jawab kepada Menteri.

Sedangkan pembinaan secara fungsional dilaksanakan oleh Direktorat Jendral

Kelembagaan Agama Islam. Proses alih status Fakultas Syari’ah Ponorogo IAIN

Sunan Ampel menjadi STAIN Ponorogo ditetapkan berdasarkan Surat Edaran

Direktur Jendral Kelembagaan Agama Islam Nomor E/136/1997. Sejak alih status

tersebut Sekolah Tinggi Agama Islam (STAIN) Ponorogo menyelenggarakan

pendidikan akademik dan professional dengan membuka tiga jurusan: Syari’ah,

Tarbiyah, dan Ushuluddin. Setelah melalui proses dan penilaian akhirnya pada tahun

2016, STAIN Ponorogo secara formal berganti status menjadi Institut Agama Islam

Negeri (IAIN) Ponorogo.2

Proses alih status dari STAIN ke IAIN ditetapkan berdasarkan Peraturan

Presiden RI No. 75 Tahun 2016. Dengan akreditasi Institusi B dari BAN-PT Nomor:

1146/SK/BAN-PT/Akred/PT/VII/2016. Sejak alih status tersebut Institusi Agama

Islam Negeri (IAIN) Ponorogo membuka beberapa fakultas yaitu: Fakultas Tarbiyah

dan Ilmu Keguruan, Fakultas Syari’ah, Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah,

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam. Selain membuka program Strata 1(S1) IAIN

Ponorogo juga membuka Program Magister (S2), dengan Jurusan sebagai berikut:

Ekonomi Syari’ah, Manajemen Pendidikan Islam, Pendidikan Bahasa Arab, Hukum

Keluarga (Akhwal Syakhsiyah).3

2. Letak Geografis IAIN Ponorogo

2Ibid, 2.

3 Profil IAIN Ponorogo. (http://iainponorogo.ac.id/, diakses pada tanggal 30 April 2020)

Page 63: KORELASI ANTARA PENGGUNAAN GADGET DAN KECERDASAN …

51

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo terletak di Jalan Pramuka No.

156 Kelurahan Ronowijayan Kecamatan Siman Kabupaten Ponorogo Jawa Timur.

Batas-batas wilayah:

Sebelah utara : Kelurahan Mangunsuman

Sebelah selatan : Kelurahan Sekaran

Sebelah barat : Kelurahan Kertosari

Sebelah timur : Kelurahan Singosaren

3. Visi, Misi, Tujuan, Sasaran IAIN Ponorogo

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo memiliki visi dan misi sebagai

berikut:

a. Visi

Sebagai Pusat Kajian dan Pengembangan Ilmu Keislaman yang Unggul dalam

Rangka Mewujudkan Masyarakat Madani

b. Misi

1) Menghasilkan sarjana-sarjana di bidang ilmu-ilmu keislaman yang unggul

dalam kajian materi dan penelitian

2) Menghasilkan sarjana yang mampu mewujudkan civil society

3) Menghasilkan sarjana yang berkarakter dan toleran.

c. Tujuan

1) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo bertujuan menjadi perguruan

tinggi yang lebih maju, berkualitas dan egaliter.

2) Tujuan Strategis I : Institusional re-engeneering melalui penguatan tata kelola

yang baik.

3) Tujuan Strategi II : Menguatkan keunggulan dan kualitas Akademik.

4) Tujuan Strategi III : Menjadikan PTAIN sebagai Excellent Islamis University.

Page 64: KORELASI ANTARA PENGGUNAAN GADGET DAN KECERDASAN …

52

5) Tujuan Strategi IV : Meningkatkan kuantitas dan kualitas pengabdian kepada

masyarakat dan dakwah islamiyah.

d. Sasaran

Terwujudnya sumber daya manusia yang berkualitas dibidang ilmu pengetahuan

adama Islam, memiliki kemantapan aqidah dan akhlak karimah serta komitmen

dalam melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi.4

4. Ketua STAIN Ponorogo Tahun 1997-2016

Keberadaan STAI Ponorogo berakhir pada tahun 2016 seiring dengan alih

status menjadi Institut Agama Islam Negeri Ponorogo. Selama berdiri kurang lebih 19

tahun, telah terjadi empat kali pergantian Ketua STAIN Ponorogo. Berikut adalah

daftar Ketiua STAIN Ponorogo sejak tahun 1997 hingga 2016.

a. Drs. H. Anshor M. Rusydi, Ketua STAIN Ponorogo Tahun 1998-2002.

b. Drs. H. Sugihanto, M.Ag., Ketua STAIN Ponorogo Tahun 2002-2006.

c. Drs. H. A. Rodli Makmun, M.Ag., Ketua STAIN Ponorogo Tahun 2006-2010.

d. Drs. Hj. S. Maryam Yusuf, M.Ag., Ketua STAIN Ponorogo Tahun 2010-2014

(Periode Pertama) dan Tahun 2014-2016 (Periode Kedua)

e. Drs. Hj. S. Maryam Yusuf, M.Ag. Rektor IAIN Ponorogo pertama, periode 2017-

2021. Dilantik tanggal 01 Februari 2017 oleh Menteri Agama RI.5

5. Organisasi IAIN Ponorogo

IAIN Ponorogo merupakan lembaga formal, maka untuk melaksanakan

program kerja, visi, dan misi secara baik menuju tujuan pendidikan IAIN Ponorogo.

Dibutuhkan struktur organisasi yang merupakan bagan tatanan pada lembaga atau

4 Tim Penyusun, Buku Kebijakan Akademik Institut Agama Islam Negeri Ponorogo Tahun Ajaran 2018/

2019, 7.

5Tim Penyusun, Buku Kebijakan Akademik Institut Agama Islam Negeri Ponorogo Tahun Ajaran 2018/

2019, 4

Page 65: KORELASI ANTARA PENGGUNAAN GADGET DAN KECERDASAN …

53

badan perkumpulan tertentu dalam menjalankan roda organisasi. Adapun struktur

organisasi fakultas tarbiyah dan ilmu keguruan periode 2017-2021 dapat dilihat

dalam lampiran 1.

6. Keadaan Mahasiswa dan Dosen PAI IAIN Ponorogo

a. Keadaan Mahasiswa

Mahasiswa merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam proses

pendidikan. Jumlah mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan di IAIN

Ponorogo kurang lebih sebanyak 1558 mahasiswa dan untuk mahasiswa jurusan

PAI Semester VI Tahun Akademik 2019-2020 kurang lebih berjumlah 423

mahasiswa.

b. Keadaan Dosen

Tabel 4.1

Keadaan Dosen PAI IAIN Ponorogo

Jumlah Pend.

Terakhir

Kepangkatan Sertifikasi

PNS S2 S3 Asisten

Ahli

Lektor Lektor

Kepala

Guru

Besar

Sudah Belum

109 14 51 89 35 0 100 29

DTPN 50

DLB 38 4

Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar kualifikasi kepangkatan

dosen Institut Agama Islam Negeri Ponorogo berada pada jenjang lektor,

sementara dengan jumlah yang minim yaitu lektor kepala sementara itu belum ada

berkualifikasi guru besar. Hal ini memerlukan perhatian serius untuk mendorong

para dosen melanjutkan studi ke jenjang lebih tinggi dengan menyediakan

Page 66: KORELASI ANTARA PENGGUNAAN GADGET DAN KECERDASAN …

54

beasiswa pendidikan, dan melakukan percepatan memperoleh gelar guru besar

dengan memberikan bantuan dana penelitian dan penerbitan karya ilmiah dosen

dalam jurnal bereputasi internasional. Besaran dan jenis bantuan tersebut

tercantum dalam DIPA Institut Agama Islam Negeri Ponorogo setiap tahunnya. 6

B. Deskripsi Data tentang Penggunaan Gadget dan Kecerdasan Emosional dengan

pembentukan Akhlakul Karimah Mahasiswa Semester VI Jurusan Pendidikan

Agama Islam di IAIN Ponorogo Tahun Akademik 2019-2020

Data penelitian dikumpulkan dengan angket yang dapat dilihat dilampiran 2. Data

tersebut meliputi data penggunaan gadget, kecerdasan emosional dan pembentukan

akhlakul karimah. Untuk memperoleh data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan

sampel dari mahasiswa semester VI Jurusam Pendidikan Agama Islam di IAIN Ponorogo

Tahun Akademik 2019-2020 dengan keseluruhan populasi sebanyak 423 mahasiswa dan

dengan jumlah responden sebanyak 85 responden.

Maksud dari deskripsi data dalam pembahasan ini, yaitu untuk memberikan

gambaran sejumlah data hasil penskoran tes yang telah diajukan pada mahasiswa

semester VI PAI sesuai dengan instrumen yang telah ditetapkan. Deskripsi data tersebut

diuraikan sebagai berikut:

1. Deskripsi Data Penggunaan Gadget

Deskripsi data dalam pembahasan kali ini adalah untuk memberikan

gambaran sejumlah data hasil penskoran angket yang telah disebarkan pada

mahasiswa Jurusan PAI Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam

Negeri Ponorogo Semester VI Tahun Akademik 2019-2020. Data tentang

6Tim Penyusun, Buku Kebijakan Akademik Institut Agama Islam Negeri Ponorogo Tahun Ajaran 2018/

2019, 30.

Page 67: KORELASI ANTARA PENGGUNAAN GADGET DAN KECERDASAN …

55

penggunaan gadget diperoleh melalui angket yang terdiri dari 15 item pernyataan.

Skor jawaban angket tersebutt berupa angka-angka yang diinterprestasikan, sehingga

mudah dipahami. Adapun sistem penyekoran dalam pengambilan data angket yaitu

dengan menggunakan skala Likert.

Adapun hasil skor penggunaan gadget mahasiswa semester VI PAI IAIN

Ponorogo dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.2

Skor Jawaban Angket Penggunaan Gadget Mahasiswa Semester VI PAI

IAIN Ponorogo Tahun Akademik 2019-2020

No Nilai Angket Frekuensi (F) Prosentasi

1 53 2 2,353%

2 52 1 1,176%

3 51 1 1,176%

4 49 4 4,706%

5 48 1 1,176%

6 47 1 1,176%

7 46 4 4,706%

8 45 2 2,353%

9 44 1 1,176%

10 43 2 2,353%

11 42 4 4,706%

Page 68: KORELASI ANTARA PENGGUNAAN GADGET DAN KECERDASAN …

56

12 41 7 8,235%

13 40 4 4,706%

14 39 5 5,882%

15 38 7 8,235%

16 37 7 8,235%

17 36 3 3,529%

18 35 5 5,882%

19 34 1 1,176%

20 33 8 9,412%

21 32 5 5,882%

22 30 3 3,529%

23 29 1 1,176%

24 28 3 3,529%

25 27 3 3,529%

Jumlah 85 100%

Dari tabel di atas dapat diperoleh data tentang penggunaan gadget mahasiswa,

nilai tertinggi dari penggunaan gadget mahasiswa adalah 53 poin dengan frekuensi

2orang dan nilai terendah adalah 27 poin dengan frekuensi 3 orang. Adapun secara

terperinci penskoran jawaban angket dari responden dapat dilihat pada lampiran 3.

Page 69: KORELASI ANTARA PENGGUNAAN GADGET DAN KECERDASAN …

57

Untuk menentukan kategori penggunaan gadget mahasiswa pada kategori

tinggi, sedang dan rendah, yaitu dengan menyusun urutan kedudukan atas tiga

tingkatan. Maka dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Memberi skor pada angket

b. Menyusun urutan kedudukan atas tiga tingkatan

Dalam penyusunan urutan kedudukan atas tiga tingkat dapat disusun menjadi

tiga kelompok yaitu tinggi, sedang dan rendah. Patokan yang digunakan untuk

menentukan rangking atas, tengah dan bawah adalah dengan cara mencari mean dan

standar deviasi dengan menggunakan tabel penolong sebagai berikut:

Tabel 4.3

Data perhitungan rata-rata dan standar deviasi penggunaan gadget

No X1 F F X1 X12

F X12

1 53 2 106 2809 5618

2 52 1 52 2704 2704

3 51 1 51 2601 2601

4 49 4 196 2401 9604

5 48 1 48 2304 2304

6 47 1 47 2209 2209

7 46 4 184 2116 8464

8 45 2 90 2025 4050

Page 70: KORELASI ANTARA PENGGUNAAN GADGET DAN KECERDASAN …

58

9 44 1 44 1936 1936

10 43 2 86 1849 3698

11 42 4 168 1764 7056

12 41 7 287 1681 11767

13 40 4 160 1600 6400

14 39 5 195 1521 7605

15 38 7 266 1444 10108

16 37 7 259 1369 9583

17 36 3 108 1296 3888

18 35 5 175 1225 6125

19 34 1 34 1156 1156

20 33 8 264 1089 8712

21 32 5 160 1024 5120

22 30 3 90 900 2700

23 29 1 29 841 841

24 28 3 84 784 2352

25 27 3 81 729 2187

Jumlah 85 3264 41377 128788

Dari data di atas kemudian dicari mean dan standar deviasinya dengan langkah-

langkah sebagai berikut:

a. Mencari mean dari variabel x1

Mx1 =∑

=

=38,4

Page 71: KORELASI ANTARA PENGGUNAAN GADGET DAN KECERDASAN …

59

b. Mencari standar deviasi dari variabel x1

SDx1 =√∑

(

)

=√

(

)

=√

=√

=6,371

Dari hasil diatas dapat diketahui Mx1 = 38,4dan SDx1 = 6,371. Untuk menentukan

kategori penggunaan gadget mahasiswa tinggi, sedang dan rendah, dibuat

pengelompokan dengan menggunakan rumus:

a. Skor lebih dari Mx1 +1. SDx1 adalah penggunaan gadget mahasiswa semester VI

jurusan PAI di IAIN Ponorogo termasuk kategori tinggi.

b. Skor kurang dari Mx1 -1. SDx1 adalah penggunaan gadget mahasiswa semester VI

jurusan PAI di IAIN Ponorogo termasuk kategori rendah.

c. Dan skor antara Mx1 -1. SDx1 sampai dengan Mx1 +1. SDx1 adalah penggunaan gadget

mahasiswa semester VI jurusan PAI di IAIN Ponorogo termasuk kategori cukup.

Mx1 +1. SDx1 = 38,4 + 1(6,371)

=38,4 + 6,371

= 44,771

= 45 (dibulatkan)

Mx1 -1. SDx1 = 38,4 - 1(6,371)

=38,4 - 6,371

=32, 029

= 32(dibulatkan)

Page 72: KORELASI ANTARA PENGGUNAAN GADGET DAN KECERDASAN …

60

Dengan demikian, dapat diketahui bahwa skor lebih dari 45 dikategorikan

penggunaan gadget pada kategori tinggi, sedangkan skor 45-32 dikategorikan

penggunaan gadget sedang dan skor kurang dari 32 dikategorikan penggunaan

gadget rendah.

Untuk mengetahui lebih jelas tentang kategori penggunaan gadget mahasiswa

semester VI PAI di IAIN Ponorogo dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.4

Kategori penggunaan gadget

No Nilai Frekuensi Persentase Kategori

1 >45 14 16,470% Tinggi

2 45-32 61 71,765% Sedang

3 <32 10 11,765% Rendah

Jumlah 85 100%

Dari tingkatan tersebut dapat diketahui bahwa yang menyatakan penggunaan

gadget mahasiswa semester VI PAI di IAIN Ponorogo dalam kategori tinggi dengan

frekuensi 14 responden (16,470%), kategori sedang dengan frekuensi sebanyak 61

responden (71,765%), dan kategori rendah dengan frekuensi sebanyak 10 responden

(11,765%). Dengan demikian, secara umum dapat dikatakan bahwa penggunaan

gadget mahasiswa semester VI PAI di IAIN Ponorogo adalah cukup karena

dinyatakan dalam kategorisasi menunjukkan persentasenya 71,765%.

2. Deskripsi Data Kecerdasan Emosional

Data tentang kecerdasan emosional diperoleh melalui angket yang terdiri dari

15 item pernyataan. Skor jawaban angket tersebut berupa angka-angka yang

Page 73: KORELASI ANTARA PENGGUNAAN GADGET DAN KECERDASAN …

61

diinterprestasikan, sehingga mudah dipahami. Adapun sistem penyekoran dalam

pengambilan data angket yaitu dengan menggunakan skala Likert.

Adapun hasil skor kecerdasan emosional mahasiswa semester VI di IAIN

Ponorogo tahun akademik 2019-2020 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.5

Skor jawaban angket kecerdasan emosional mahasiswa semester VI di IAIN

Ponorogo

No Nilai Angket Frekuensi (F) Presentasi

1 60 1 1,176%

2 52 2 2,353%

3 51 1 1,176%

4 50 3 3,529%

5 49 7 8,235%

6 48 4 4,706%

7 47 4 4,706%

8 46 6 7,059%

9 45 10 11,765

10 44 5 5,882%

11 43 2 2,353%

12 42 11 12,941%

13 41 5 5,882%

14 40 6 7,059%

15 39 8 9,412%

16 38 2 2,353%

Page 74: KORELASI ANTARA PENGGUNAAN GADGET DAN KECERDASAN …

62

17 37 3 3,529%

18 36 2 2,353%

19 35 1 1,176%

20 31 1 1,176%

21 29 1 1,176%

Jumlah 85 100%

Dari tabel di atas dapat diperoleh data tentang kecerdasan emosional

mahasiswa, nilai tertinggi dari kecerdasan emosional mahasiswa adalah 60 poin

dengan frekuensi 1orang dan nilai terendah adalah 29 poin dengan frekuensi 1 orang.

Adapun secara terperinci penskoran jawaban angket dari responden dapat dilihat pada

lampiran 4.

Untuk menentukan kategori kecerdasan emosional mahasiswa pada kategori

baik, cukup, dan kurang yaitu dengan menyusun urutan kedudukan atas tiga

tingkatan. Maka dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:

c. Memberi skor pada angket

d. Menyusun urutan kedudukan atas tiga tingkatan

Dalam penyusunan urutan kedudukan atas tiga tingkat dapat disusun menjadi

tiga kelompok yaitu baik, cukup, dan kurang. Patokan yang digunakan untuk

menentukan rangking atas, tengah dan bawah adalah dengan cara mencari mean dan

standar deviasi dengan menggunakan tabel penolong sebagai berikut:

Tabel 4.6

Data perhitungan rata-rata dan standar deviasi kecerdasan emosional

Page 75: KORELASI ANTARA PENGGUNAAN GADGET DAN KECERDASAN …

63

No X2 F F X2 X22

F X22

1 60 1 60 3600 3600

2 52 2 104 2704 5408

3 51 1 51 2601 2601

4 50 3 150 2500 7500

5 49 7 343 2401 16807

6 48 4 192 2304 9216

7 47 4 188 2209 8836

8 46 6 276 2116 12696

9 45 10 450 2025 20250

10 44 5 220 1936 9680

11 43 2 86 1849 3698

12 42 11 462 1764 19404

13 41 5 205 1681 8405

14 40 6 240 1600 9600

15 39 8 312 1521 12168

16 38 2 76 1444 2888

17 37 3 111 1369 4107

Page 76: KORELASI ANTARA PENGGUNAAN GADGET DAN KECERDASAN …

64

18 36 2 72 1296 2592

19 35 1 35 1225 1225

20 31 1 31 961 961

21 29 1 29 841 841

Jumlah 85 3693 39947 162483

Dari data di atas kemudian dicari mean dan standar deviasinya dengan langkah-

langkah sebagai berikut:

c. Mencari mean dari variabel x2

Mx2 =∑

=

=43,447

d. Mencari standar deviasi dari variabel x2

SDx2 =√∑

(

)

=√

(

)

=√

=√

=4,891

Page 77: KORELASI ANTARA PENGGUNAAN GADGET DAN KECERDASAN …

65

Dari hasil diatas dapat diketahui Mx2= 43,447 dan SDx2 = 4,891. Untuk

menentukan kategori kecerdasan emosional mahasiswa baik, cukup, dan kurang, dibuat

pengelompokan dengan menggunakan rumus:

a. Skor lebih dari Mx2+1. SDx2adalah kecerdasan emosional mahasiswa semester VI

jurusan PAI di IAIN Ponorogo termasuk kategori baik.

b. Skor kurang dari Mx2-1. SDx2adalah kecerdasan emosional mahasiswa semester VI

jurusan PAI di IAIN Ponorogo termasuk kategori kurang.

c. Dan skor antara Mx2-1. SDx2sampai dengan Mx2+1. SDx2adalah kecerdasan emosional

mahasiswa semester VI jurusan PAI di IAIN Ponorogo termasuk kategori cukup.

Mx2+1. SDx2 = 43,447 + 1 (4,891)

= 43,447 + 4,891

= 48, 338

= 48 (dibulatkan)

Mx2-1. SDx2 = 43,447 - 1 (4,891)

= 43,447 - 4,891

= 38,556

= 39 (dibulatkan)

Dengan demikian, dapat diketahui bahwa skor lebih dari 48 dikategorikan

kecerdasan emosional pada kategori baik, sedangkan skor 48-39 dikategorikan

kecerdasan emosional cukup dan skor kurang dari 39 dikategorikan kecerdasan

emosional kurang.

Untuk mengetahui lebih jelas tentang kategori kecerdasan emosional

mahasiswa semester VI PAI di IAIN Ponorogo dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.7

Page 78: KORELASI ANTARA PENGGUNAAN GADGET DAN KECERDASAN …

66

Kategori kecerdasan emosional

No Nilai Frekuensi Persentase Kategori

1 >48 14 16,470% Baik

2 48-39 61 71,765% Cukup

3 <39 10 11,765% Kurang

Jumlah 85 100%

Dari tingkatan tersebut dapat diketahui bahwa yang menyatakan kecerdasan

emosional mahasiswa semester VI PAI di IAIN Ponorogo dalam kategori baik

dengan frekuensi 14 responden (16,470%), kategori cukup dengan frekuensi

sebanyak 61 responden (71,765%), dan kategori kurang dengan frekuensi sebanyak

10 responden (11,765%). Dengan demikian, secara umum dapat dikatakan bahwa

kecerdasan emosional mahasiswa semester VI PAI di IAIN Ponorogo adalah cukup

karena dinyatakan dalam kategorisasi menunjukkan persentasenya 71,765%.

3. Deskripsi Data Pembentukan Akhlakul Karimah

Data tentang pembentukan akhlakul karimah diperoleh melalui angket yang

terdiri dari 15 item pernyataan. Skor jawaban angket tersebut berupa angka-angka

yang diinterprestasikan, sehingga mudah dipahami. Adapun sistem penyekoran dalam

pengambilan data angket yaitu dengan menggunakan skala Likert.

Adapun hasil skor pembentukan akhlakul karimah mahasiswa semester VI di

IAIN Ponorogo tahun akademik 2019-2020 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.8

Skor jawaban angket pembentukan akhlakul karimahmahasiswa

semester VI di IAIN Ponorogo

No Nilai Angket Frekuensi (F) Presentasi

Page 79: KORELASI ANTARA PENGGUNAAN GADGET DAN KECERDASAN …

67

1 60 4 4,709%

2 59 3 3,529%

3 58 5 5,882%

4 57 5 5,882%

5 56 4 4,709%

6 55 5 5,882%

7 54 3 3,529%

8 53 4 4,709%

9 52 6 7,059%

10 51 6 7,059%

11 50 3 3,529%

12 49 6 7,059%

13 48 7 8,235%

14 47 8 9,412%

15 46 5 5,882%

16 45 3 3,529%

17 44 5 5,882%

18 43 1 1,176%

19 42 1 1,176%

20 41 1 1,176%

Jumlah 85 100%

Dari tabel di atas dapat diperoleh data tentang pembentukan akhlakul karimah

mahasiswa, nilai tertinggi dari pembentukan akhlakul karimah mahasiswa adalah 60

poin dengan frekuensi 4 orang dan nilai terendah adalah 41 poin dengan frekuensi 1

orang. Adapun secara terperinci penskoran jawaban angket dari responden dapat

dilihat pada lampiran 5.

Page 80: KORELASI ANTARA PENGGUNAAN GADGET DAN KECERDASAN …

68

Untuk menentukan kategori pembentukan akhlakul karimah mahasiswa pada

kategori baik, cukup, dan kurang yaitu dengan menyusun urutan kedudukan atas tiga

tingkatan. Maka dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Memberi skor pada angket

b. Menyusun urutan kedudukan atas tiga tingkatan

Dalam penyusunan urutan kedudukan atas tiga tingkat dapat disusun menjadi

tiga kelompok yaitu baik, cukup, dan kurang. Patokan yang digunakan untuk

menentukan rangking atas, tengah dan bawah adalah dengan cara mencari mean dan

standar deviasi dengan menggunakan tabel penolong sebagai berikut:

Tabel 4.9

Data perhitungan rata-rata dan standar deviasi pembentukan akhlakul karimah

No Y F F Y Y2

F Y2

1 60 4 240 3600 14400

2 59 3 177 3481 10443

3 58 5 290 3364 16820

4 57 5 285 3249 16245

5 56 4 224 3136 12544

6 55 5 275 3025 15125

7 54 3 162 2916 8748

8 53 4 212 2809 11236

9 52 6 312 2704 16224

10 51 6 306 2601 15606

11 50 3 150 2500 7500

12 49 6 294 2401 14406

Page 81: KORELASI ANTARA PENGGUNAAN GADGET DAN KECERDASAN …

69

13 48 7 336 2304 16128

14 47 8 376 2209 17672

15 46 5 230 2116 10580

16 45 3 135 2025 6075

17 44 5 220 1936 9680

18 43 1 43 1849 1849

19 42 1 42 1764 1764

20 41 1 41 1681 1681

Jumlah 85 4350 51670 224726

Dari data di atas kemudian dicari mean dan standar deviasinya dengan langkah-

langkah sebagai berikut:

a. Mencari mean dari variabel y

My =∑

=

=51,176

b. Mencari standar deviasi dari variabel y

SDy =√∑

(

)

=√

(

)

=√

=√

=4,985

Page 82: KORELASI ANTARA PENGGUNAAN GADGET DAN KECERDASAN …

70

Dari hasil diatas dapat diketahui My= 51,176 dan SDy = 4,985. Untuk menentukan

kategori pembentukan akhlakul karimah mahasiswa baik, cukup, dan kurang, dibuat

pengelompokan dengan menggunakan rumus:

a. Skor lebih dari My+1. SDyadalah pembentukan akhlakul karimah mahasiswa

semester VI jurusan PAI di IAIN Ponorogo termasuk kategori baik.

b. Skor kurang dari My-1. SDyadalah penggunaan gadget mahasiswa semester VI

jurusan PAI di IAIN Ponorogo termasuk kategori kurang.

c. Dan skor antara My-1. SDysampai dengan My+1. SDyadalah pembentukan akhlakul

karimah mahasiswa semester VI jurusan PAI di IAIN Ponorogo termasuk kategori

cukup.

My+1. SDy = 51,176 + 1 (4,985)

= 51,176 + 4,985

=56, 161

= 56 (dibulatkan)

My-1. SDy =51,176 - 1 (4,985)

=51,176 - 4,985

=46,191

= 46 (dibulatkan)

Dengan demikian, dapat diketahui bahwa skor lebih dari 56 dikategorikan

pembentukan akhlakul karimah pada kategori baik, sedangkan skor 56-46

dikategorikan pembentukan akhlakul karimah cukup dan skor kurang dari 46

dikategorikan pembentukan akhlakul karimah kurang.

Untuk mengetahui lebih jelas tentang kategori pembentukan akhlakul

karimah mahasiswa semester VI PAI di IAIN Ponorogo dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 4.10

Page 83: KORELASI ANTARA PENGGUNAAN GADGET DAN KECERDASAN …

71

Kategori pembentukan akhlakul karimah

No Nilai Frekuensi Persentase Kategori

1 >56 17 20% Baik

2 56-46 57 67,059% Cukup

3 <46 11 12,941% Kurang

Jumlah 85 100%

Dari tingkatan tersebut dapat diketahui bahwa yang pembentukan akhlakul

karimahmahasiswa semester VI PAI di IAIN Ponorogo dalam kategori baik dengan

frekuensi 17 responden (20%), kategori cukup dengan frekuensi sebanyak 57

responden (67,059%), dan kategori kurang dengan frekuensi sebanyak 11 responden

(12,941%). Dengan demikian, secara umum dapat dikatakan bahwa pembentukan

akhlakul karimah mahasiswa semester VI PAI di IAIN Ponorogo adalah cukup

karena dinyatakan dalam kategorisasi menunjukkan persentasenya 67,059%.

C. Analisis Data (Pengujian Hipotesis)

Sebelum melakukan perhitungan untuk mengetahui hubungan dari penggunaan

gadget dan kecerdasan emosional dengan pembentukan akhlakul karimah mahasiswa

semester VI IAIN Ponorogo, maka dilakukan uji normalitas data terlebih dahulu.

1. Uji Normalitas

Normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data dari setiap variabel yang

diteliti tersebut normal atau tidak, dalam penelitian ini, peneliti menggunakan rumus

Kolmogorov-Smirnov. Uji normalitas ini dihitung dengan menggunakan bantuan

SPSS versi 24. Apabila jumlah perhitungan > 0,05 maka dinyatakan distribusi

normal, sebaliknya jika jumlah perhitungan < 0,05 maka dinyatakan distribusi tidak

normal. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.11

Page 84: KORELASI ANTARA PENGGUNAAN GADGET DAN KECERDASAN …

72

Hasil Uji Normalitas Keseluruhan

B

e

r

d

a

s

a

r

kan tabel output SPSS tersebut, diketahui bahwa nilai signifikansi Asymp. Sig (2-

tailed) sebesar 0.200 yang mana lebih besar dari 0,05. Maka sesuai dengan dasar

pengambilan keputusan dalam uji normalitas kolmogorov-smirnov di atas, dapat

disimpulkan bahwa data berdistribusi normal. Dengan demikian, asumsi atau

persyaratan normalitas dalam model regresi sudah terpenuhi.

Untuk lebih jelasnya, berikut akan disajikan hasil uji normalitas data masing-

masing variabel, sebagai berikut:

Tabel 4.12

Hasil Uji Normalitas Setiap Variabel

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 85

Normal Parametersa,b

Mean ,0000000

Std.

Deviation

4,71807021

Most Extreme

Differences

Absolute ,066

Positive ,066

Negative -,049

Test Statistic ,066

Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

c. Lilliefors Significance Correction.

d. This is a lower bound of the true significance.

Page 85: KORELASI ANTARA PENGGUNAAN GADGET DAN KECERDASAN …

73

2. A

n

a

l

i

s

is Data

a. Analisis Data Korelasi Penggunaan Gadget dengan Pembentukan Akhlakul

Karimah Mahasiswa Semester VI Jurusan Pendidikan Agama Islam di IAIN

Ponorogo

Analisis data dilakukan berdasarkan rumusan masalah pertama yakni

mengetahui apakah terdapat hubungan antara penggunaan gadget dengan

pembentukan akhlakul karimah mahasiswa semester VI PAI di IAIN Ponorogo

tahun akademik 2019-2020.

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

penggunaan

gadget

kecerdasan

emosional

pembentuk

an akhlakul

karimah

N 85 85 85

Normal

Parametersa,b

Mean 38,40 43,45 51,18

Std.

Deviation

6,409 4,920 5,010

Most Extreme

Differences

Absolute ,072 ,086 ,103

Positive ,072 ,086 ,103

Negative -,047 -,071 -,083

Test Statistic ,072 ,086 ,103

Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d

,171c ,026

c

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

c. Lilliefors Significance Correction.

d. This is a lower bound of the true significance.

Page 86: KORELASI ANTARA PENGGUNAAN GADGET DAN KECERDASAN …

74

Kemudian dilakukan pengujian kebenaran kepalsuan dari hipotesa. Oleh

karena itu, peneliti harus mengkonsultasikan hasil rhitung dengan rtabel. Namun

sebelum itu, peneliti harus mencari derajat bebas (db) atau degress of freedomnya

(df) dengan rumus db= n – nr, dimana db adalah derajat bebas, n adalah number

of cases, dan nr adalah banyaknya variabel yang dikorelasikan. Dalam penelitian

ini, n = 85 nr = 2 maka db = 85 – 2 = 83. Dengan nilai rtabel pada taraf signifikasi

sebesar 5% diperoleh rtabel 0,213.

Adapun perhitungan korelasi penggunaan gadget dengan pembentukan

akhlakul karimah mahasiswa, sebagai berikut:

Rx1y = ∑ ∑ ∑

√( ∑ (∑ ) )( ∑ (∑ ) )

= ( ) ( )( )

√( ( ) )( ( ) )

= ( ) ( )

√( )( )

=

√( )( )

=

√( )

=

=0,00098142521 (0,00098)

Dari perhitungan tersebut diperoleh nilai rtabel = 0,213 dan rhitung = 0,0098

dimana rhitung < rtabel maka Ho diterima. Kesimpulan dari perhitungan tersebut

tidak terdapat korelasi yang signifikan antara penggunaan gadget dengan

pembentukan akhlakul karimah mahasiswa semester VI PAI di IAIN Ponorogo

tahun akademik 2019-2020.

Page 87: KORELASI ANTARA PENGGUNAAN GADGET DAN KECERDASAN …

75

b. Analisis Data Korelasi Kecerdasan Emosional dengan Pembentukan

Akhlakul Karimah Mahasiswa Semester VI PAI di IAIN Ponorogo

Analisis data dilakukan berdasarkan rumusan masalah kedua yakni

mengetahui apakah terdapat hubungan antara kecerdasan emosional dengan

pembentukan akhlakul karimah mahasiswa semester VI PAI di IAIN Ponorogo.

Adapun perhitungan korelasi kecerdasan emosional dengan pembentukan

akhlakul karimah mahasiswa, sebagai berikut:

Rx2y = ∑ ∑ ∑

√( ∑ (∑ ) )( ∑ (∑ ) )

= ( ) ( )( )

√( ( ) ( ) )( ( ( ) )

=

√( )( )

=

√( )( )

=

√( )

=

=0,33052263228 (0,33)

Dari perhitungan tersebut diperoleh nilai rtabel = 0,213 dan rhitung = 0,330

dimana rhitung > rtabel maka Ho ditolak. Kesimpulan dari perhitungan tersebut

terdapat korelasi yang signifikan antara kecerdasan emosional dengan

pembentukan akhlakul karimah mahasiswa semester VI PAI di IAIN Ponorogo

tahun akademik 2019-2020.

Page 88: KORELASI ANTARA PENGGUNAAN GADGET DAN KECERDASAN …

76

c. Analisis Data Korelasi Penggunaan Gadget dan Kecerdasan Emosional

Mahasiswa Semester VI PAI di IAIN Ponorogo

Adapun perhitungan korelasi penggunaan gadget dengan kecerdasan

emosional mahasiswa, sebagai berikut:

Rx1x2 = ∑ ∑ ∑

√( ∑ (∑ ) )( ∑

(∑ ) )

= ( ) ( )( )

√( ( ) ( ) )( ( ) ( ) )

=

√( )( )

=

√( )( )

=

√( )

=

=0,19462735229 (0,195)

Dari perhitungan tersebut diperoleh nilai rtabel = 0,312 dan rhitung = 0,195

dimana rhitung < rtabel maka Ho diterima. Kesimpulan dari perhitungan tersebut

tidak terdapat korelasi yang signifikan antara penggunaan gadget dengan

kecerdasan emosional mahasiswa semester VI PAI di IAIN Ponorogo tahun

akademik 2019-2020.

d. Analisis Data Korelasi Penggunaan Gadget dan Kecerdasan Emosional

dengan Pembentukan Akhlakul Karimah Mahasiswa Semester VI PAI di

IAIN Ponorogo

Page 89: KORELASI ANTARA PENGGUNAAN GADGET DAN KECERDASAN …

77

Pada lampiran 6, dipaparkan tabel penolong mengenai perhitungan data

korelasi penggunaan gadget dan kecerdasan emosional dengan pembentukan

akhlakul karimah mahasiswa. Adapun perhitungannya adalah sebagai berikut:

1. Merumuskan Hipotesis

2. Ho: Tidak ada korelasi antara variabel X1 dan X2 dengan Y

3. Ha: Ada korelasi antara variabel X1 dan X2 dengan Y

rx1x2y = √( ) ( )

( )

= √( ) ( )

( )

= √( ) ( )

= √

= √

= 0,33777269723 (0,338)

Dari perhitungan tersebut diketahui bahwa korelasi antara penggunaan

gadget dan kecerdasan emosional dengan pembentukan akhlakul karimah

mahasiswa semester VI PAI di IAIN Ponorogo sebesar 0,338.

Langkah selanjutnya yaitu melakukan pengujian signifikasi terhadap hasil

di atas dengan menghitung Fhitung, sebagai berikut:

Fhitung =

( ) ( )

= ( )

( ) ( )

Page 90: KORELASI ANTARA PENGGUNAAN GADGET DAN KECERDASAN …

78

=

=

= 5,28011679 (5,28)

Dari hasil diatas, kemudian dibandingkan dengan harga Ftabel dengan db

pembilang = k dan dk sebagai penyebut = (r-k-1). Jadi dk pembilang = 2 dan db

penyebut = 82, dengan taraf kesalahan 5% maka Ftabel sebesar 3,11. Dari

perhitungan di atas ternyata Fhitung> Ftabel yakni 5,28 > 3,11 maka Ho ditolak

artinya terdapat korelasi yang signifikan antara penggunaan gadget dan

kecerdasan emosional dengan pembentukan akhlakul karimah mahasiswa

semester VI jurusan PAI di IAIN Ponorogo tahun ajaran 2019-2020.

D. Interpretasi dan Pembahasan

1. Korelasi antara Penggunaan Gadget dengan Pembentukan Akhlakul Karimah

Mahasiswa Semester VI Jurusan Pendidikan Agama Islam di IAIN Ponorogo

Tahun Akademik 2019-2020

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat korelasi antara

peenggunaan gadget dengan pembentukan akhlakul karimah mahasiswa semester VI

jurusan Pendidikan Agama Islam di IAIN Ponorogo tahun akademik 2019-2020. Hal

ini didukung dari hasil perhitungan nilai rtabel= 0,213 dan rhitung= 0,0098 dimana rhitung

< rtabel maka Ho diterima.

Deskripsi data penggunaan gadget menunjukkan sebagian besar mahasiswa

dalam kategori cukup terdapat 61 mahasiswa dengan persentase 71,765%. Deskripsi

data pembentukan akhlakul karimah menunjukkan sebagian besar mahasiswa dalam

kategori cukup terdapat 57 mahasiswa dengan persentase 67,058%. Hal ini

Page 91: KORELASI ANTARA PENGGUNAAN GADGET DAN KECERDASAN …

79

menunjukkan bahwasanya penggunaan gadget memang tidak memiliki hubungan

terhadap pembentukan akhlakul karimah mahasiswa yangmana sebagian besar

penggunaan gadget mahasiswa berpengaruh negatif sehingga berperilaku kurang

sesuai dengan akhlakul karimah.

Penelitian menunjukkan bahwa tidak ditemukan hubungan yang positif antara

penggunaan gadget terhadap akhlakul karimah mahasiswa. Hasil penelitian

menunjukan bahwa penggunaan gadget berdampak negatif bagi mahasiswa.

Penggunaan gadget yang berlebihan dapat membuat seseorang kurang bersosialisasi

dengan lingkungan sekitarnya. Selain itu, seseorang menjadi tidak mendengarkan

orang tua ketika mendapat nasihat atau perintah. Sedangkan yang diharapkan dengan

adanya gadget seseorang bisa lebih memiliki kepribadian baik dengan selalu berbuat

baik kepada siapa saja dalam kehidupan sehari-hari, terutama kepada orang tua.

Sebenarnya, melihat zaman yang semakin maju ini gadget memiliki dampak positif

yang cukup besar bagi kehidupan manusia. Banyak tersebar di jejaring sosial seperti

YouTube, blog pendidikan, google scholar, dan lain-lain yang mengedukasi kita

untuk berakhlakul karimah, yang hal tersebut dapat kita akses kapan saja dan di mana

saja. Selain itu, gadget juga memberikan kita informasi tanpa batas, mempermudah

kita berkomunikasi meskipun jarak jauh, serta mendapat pengetahuan yang cepat dan

aktual.

Pada penelitian ini tidak terdapat hubungan antara penggunaan gadget dengan

pembentukan akhlakul karimah, hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan

oleh Denak Sintia Rahmawati tahun 2018 yang mengatakan bahwa dampak dari

teknologi khususnya gadget terhadap pembentukan akhlak anak antara lain anak akan

menjadi lebih pemalas, kurangnya rasa percaya diri pada anak, berkurangnya

kemampuan berkomunikasi anak, anak akan lebih tertutup (introvert), ketergantungan

anak untuk terus bermain gadget, dan dampak negative yang paling berbahaya adalah

Page 92: KORELASI ANTARA PENGGUNAAN GADGET DAN KECERDASAN …

80

anak dengan bebas dapat mengakses situs-situs dewasa di internet yang dapat

merusak moral akhlak.

Sama halnya dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Irwansyah Suwahyu

tahun 2017 bahwa penggunaan media sosial yang berlebihan dapat mempengaruhi

akhlak peserta didik. Hal ini terjadi karena karena para peserta didik kurang mampu

menahan dirinya terhadap hal-hal negatif yang terdapat dalam penggunaan media

sosial. Secara khusus, akhlak mereka akan menjadi buruk saat para peserta didik tidak

membatasi penggunaan penggunaan media sosialnya baik itu secara waktu

pengunaan, isi atau konten yang dibuka, serta aktivitas mereka dalam menggunakan

media sosial.

2. Korelasi antara Kecerdasan Emosional dengan Pembentukan Akhlakul

Karimah Mahasiswa Semester VI Jurusan Pendidikan Agama Islam di IAIN

Ponorogo Tahun Akademik 2019-2020

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat korelasi antara kecerdasan

emosional dengan pembentukan akhlakul karimah mahasiswa semester VI jurusan

Pendidikan Agama Islam di IAIN Ponorogo tahun akademik 2019-2020. Hal ini

didukung dari hasil perhitungan nilai rtabel= 0,213 dan rhitung= 0,330 dimana rhitung >

rtabel maka Ho ditolak.

Deskripsi data kecerdasan emosional menunjukkan sebagian besar mahasiswa

dalam kategori cukup terdapat 61 mahasiswa dengan persentase 71,765%. Deskripsi

data pembentukan akhlakul karimah menunjukkan sebagian besar mahasiswa dalam

kategori cukup terdapat 57 mahasiswa dengan persentase 67,058%.

. Pada penelitian ini terdapat hubungan antara kecerdasan emosional dengan

pembentukan akhlakul karimah, hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan

oleh Nurul Hasanah tahun 2018 bahwa terdapat hubungan positif antara kecerdasan

emosional dengan akhlak siswa di SMA Swasta Harapan Paya Bakung. Hasil

Page 93: KORELASI ANTARA PENGGUNAAN GADGET DAN KECERDASAN …

81

penelitian dapat diketahui bahwa kecerdasan emosional merupakan salah satu faktor

yang memberi sumbangan terhadap akhlak siswa. Dapat diketahui bahwa kecerdasan

emosional bukanlah satu-satunya faktor mutlak, melainkan ada berbagai faktor lain

yang memberi sumbangsih terhadap tingkat akhlak siswa.

3. Korelasi antara Penggunaan Gadget dan Kecerdasan Emosional dengan

Pembentukan Akhlakul Karimah Mahasiswa Semester VI Jurusan Pendidikan

Agama Islam di IAIN Ponorogo Tahun Akademik 2019-2020

Berdasarkan perhitungan diperoleh nilai fhitung =5,28 dan ftabel =3,11 dimana

fhitung > ftabel maka Ho ditolak. Kesimpulan dari perhitungan tersebut terdapat korelasi

penggunaan gadget dan kecerdasan emosional dengan pembentukan akhlakul

karimah mahasiswa semester VI jurusan Pendidikan Agama Islam di IAIN Ponorogo

tahun akademik 2019-2020.

Penggunaan gadget memiliki hubungan dengan pembentukan akhlakul

karimah, apabila penggunaan gadget dilakukan dengan baik maka pembentukan

akhlakul karimah juga bisa terbentuk dengan mudah sedangkan penggunaan gadget

yang tidak baik maka untuk menuju akhlakul karimah seseorang juga sulit.

Dalam mengatasi penggunaan gadget, mahasiswa harus dapat mempengaruhi

diri sendiri untuk mengerti dan bijak dalam menggunakan gadget. Banyak sisi positif

yang bisa dilakukan mahasiswa dalam penggunaan gadget seperti memudahkan

dalam berkomunikasi sehingga silaturahmipun sangat mudah dilakukan, menmbah

wawasan dan pengetahuan demhan membuka web-web berpendidikan yang memiliki

berbagai informasi yang dibutuhkan dalam proses berpendidikan, memperluas

jaringan pertemanan, menjadi kreatif dengan banyaknya konten yang baik yang bisa

dilihat diberbagai media sosial.

Page 94: KORELASI ANTARA PENGGUNAAN GADGET DAN KECERDASAN …

82

Sedangkan kecerdasan emosional merupakan kecerdasan qalbiyah yang

memiliki potensi dalam mengembangkan akhlak (tingkah laku) lahiriah sehingga

menjadi baik sesuai fitrah aslinya. Dimana qalb berfungsi sebagai pemandu,

pengontrol, dan pengendali semua tingkah laku manusia. Yang mana kecerdasan

emosional memiliki hubungan yang sangat erat dengan pembentukan akhlakul

karimah itu sendiri.

Pada dasarnya memang terdapat hubungan antara penggunaan gadget dan

kecerdasan emosional dengan pembentukan akhlakul karimah mahasiswa karena

penggunaan gadget yang baik serta dapat mengontrol emosi dengan baik sehingga

muncul pembentukan akhlakul karimah. Maka penggunaan gadget yang baik dapat

mengontrol kecerdasan emosi mahasiswa sehingga terbentuklah akhlakul karimah

mahasiswa.

Page 95: KORELASI ANTARA PENGGUNAAN GADGET DAN KECERDASAN …

83

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berangkat dari masalah yang diajukan dalam bab pendahuluan pada skripsi ini

serta didukung oleh hasil penelitian yang telah diolah dan dianalisis dengan

menggunakan rumus “korelasi product moment” maka skripsi ini dapat disimpulkan

bahwa:

1. Tidak terdapat korelasi antara peenggunaan gadget dengan pembentukan akhlakul

karimah mahasiswa semester VI jurusan Pendidikan Agama Islam di IAIN Ponorogo

tahun akademik 2019-2020. Hal ini didukung dari hasil perhitungan nilai rtabel= 0,213

dan rhitung= 0,0098 dimana rhitung < rtabel maka Ho diterima.

2. Terdapat korelasi antara kecerdasan emosional dengan pembentukan akhlakul

karimah mahasiswa semester VI jurusan Pendidikan Agama Islam di IAIN Ponorogo

tahun akademik 2019-2020. Hal ini didukung dari hasil perhitungan nilai rtabel= 0,213

dan rhitung= 0,330 dimana rhitung > rtabel maka Ho ditolak.

3. Berdasarkan perhitungan diperoleh nilai fhitung =5,28 dan ftabel =3,11 dimana fhitung >

ftabel maka Ho ditolak. Kesimpulan dari perhitungan tersebut terdapat korelasi

penggunaan gadget dan kecerdasan emosional dengan pembentukan akhlakul

karimah mahasiswa semester VI jurusan Pendidikan Agama Islam di IAIN Ponorogo

tahun akademik 2019-2020.

85

Page 96: KORELASI ANTARA PENGGUNAAN GADGET DAN KECERDASAN …

84

B. Saran

Pada akhir skripsi ini penulis memberikan saran kepada pihak-pihak sebagai

berikut:

1. Bagi Dosen dan Mahasiswa

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan oleh peneliti pada bab sebelumnya

terdapat hasil pembentukan akhlakul karimah memiliki hubungan terhadap

penggunaan gadget dan kecerdasan emosional. Akhlakul karimah mahasiswa

terbentuk dengan baik jika bisa menggunakan gadget dalam sisi positif, bisa mebatasi

penggunaannya serta pandai dalam mengolah emosi sehingga apa yang muncul dalam

tingkahnya yaitu akhlakul karimah.

Untuk para dosen akan lebih baik jika menegaskan diawal perkuliahan apakah

saat perkuliahan diperbolehkan menggunakan gadget untuk kebutukan kuliah atau

tidak dan betapa pentingnya mengontrol emosi serta bagaimana berperilaku yang baik

sehingga terbentuknya akhlakul karimah mahasiswa.

2. Bagi Peneliti Selanjutmya

Peneliti hanya menggunakan dua variabel yang berhubungan dengan

pembentukan akhlakul karimah mahasiswa. Oleh karena itu, bagi peneliti selanjutnya

dapat mencari lebih banyak variabel lain yang berhubungan dengan pembentukan

akhlakul karimah mahasiswa sehingga semakin memperkaya hasil penelitian. Peneliti

selanjutnya diharapkan dapat memberikan hasil yang sesuai dalam mencari hubungan

penggunaan gadget dengan pembentukan akhlakul karimah mahasiswa, yang mana

penggunaan gadget hendaknya berkonotasi positif. Hal ini dikarenakan peneliti tidak

menemukan hubungan yang signifikan antara kedua variabel tersebut sebab yang

peneliti dapat dari penelitian adalah gadget berkonotasi negatif.

Page 97: KORELASI ANTARA PENGGUNAAN GADGET DAN KECERDASAN …

85

DAFTAR PUSTAKA

Abdusshomad, Muhyiddin. Etika Bergaul: di Tengah Gelombang Perubahan. Surabaya:

Khalista. 2007.

Arifin, Bambang Samsul. Psikologi Sosial. Bandung: CV Pustaka Setia. 2015.

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka

Cipta. 2013.

As, Asmaran. Pengantar Studi Akhlak. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. 2002.

Batitbang, SDM Kominfo. Dinamika Perkembangan Pemanfaatan Teknologi Komunikasi

Serta Implikasi di Masyarakat. Jakarta: Media Bangsa. 2013.

Chotimah, Chusnul. Komunikasi Pendidikan. Tulungagung: IAIN Tulungagung Press.

2015.

Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

2015.

Djazimi, Vol.10 No.2 Tahun 2016. Studia Didaktika Jurnal Ilmiah Pendidikan, Pengaruh

Kecerdasan Emosional terhadap Akhlak Siswa Madrasah Aliyah Al-Khairiyah

Provinsi Banten

Goleman, Daniel.Emotional Intelligence.terj. T. Hermaya. Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama. 1997.

Harfiyanto, Doni “Pola Interaksi Sosial Siswa Pengguna Gadget di SMA I Semarang,”

Edukasi, Vol 4 No 1 (Tahun 2016

Haris, Abd. Etika Hamka: Konstruksi Etik Berbasis Rasional Religius. Yogyakarta: PT.

LkiS Printing Cemerlang. 2010.

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Model_hiperpersonal diakses. 17 February 2020 pukul

07:30

Husna, Puji Asmaul. Pengaruh Penggunaan Media Gadget pada Perkembangan Karakter

Anak, Jurnal Dinamika Penelitian Media Komunikasi Sosial Keagamaan. Volume

17, Nomor 2, November 2017.

Iskandar. Psikologi Pendidikan: Sebuah Orientasi Baru. Jakarta: Referensi. 2012.

Juditha, Christiany. Hubungan Penggunaan Situs Jejaring Sosial Facebook terhadap

Perilaku Remaja di Kota Makasar. 2011. Jurnal Penelitian IPTEKKOM.

KBBI, http://kbbi.web.id/intensitas. Diakses pada 09 Januari 2020 pukul 22.17

Page 98: KORELASI ANTARA PENGGUNAAN GADGET DAN KECERDASAN …

86

Margono. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. 2003.

Martono. Nanang Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

2011.

Meyer, Henry R. Manajemen dengan Kecerdasan Emosional. Bandung: Nuansa Cendekia.

2008.

Miskawaih, Ibnu. Menuju Kesempurnaan Akhlak. Terj.Helmi Hidayat. Bandung: Mizan.

1994

Muhammad, Idrus. Metode Penelitian Ilmu Sosial: Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif.

Yogyakarta: Erlangga, 2009.

Mulyatiningsih, Endang. Metode Penelitian Terapan Bidang Pendidikan. Bandung:

Penerbit Alfabeta. 2014.

Munawwir, Ahmad Warson.Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia. Surabaya: Pustaka

Progressif. 1997

Nata, Abuddin.Manajemen Pendidikan: Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di

Indonesia. Jakarta: Kencana. 2003.

Nggermanto, Agus. Intellegent Qoutient, Kecerdasan Quantum, Cara Cepat Melejitkan IQ,

EQ, dan SQ secara Harmoni. Bandung: Nuansa Cendekia. 2001.

Novitasari, Wahyu “Dampak Penggunaan Gadget terhadap Interaksi Sosial Anak Usia 5-6

Tahun,” Jurnal PAUD Teratai, Vol 5 No 3 (Tahun 2016),

Pamungkas, M. Imam. Akhlak Muslim Modern: Membangun Karakter Generasi Muda.

Bandung: Penerbit Marja. 2012.

Prawira, Purwa Atmaja. Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Baru. Jogjakarta: Ar-Ruzz

Media. 2013.

Putra, Chandra Anugrah. Pemanfaatan Gadget sebagai Media Pembelajaran. jurnal,

Volume 2 , Nomor 2, t.t

Rachels, James. Filsafat Moral. Yogyakarta: Kanisius. 2004.

Rasyid, Abdullah. Akidah Akhlak. Bandung: Husaini. 1989.

Rizkyanto, Luqman. Pembinaan Akhlak Al-Karimah Siswa di Madrasah Ibtidaiyah Negeri

Sukosewu Blitar. Skripsi. Fakultas Tarbiyah UIN Malang.

Rozalia, Maya Ferdiana. “Hubungan Intensitas Pemanfaatan Gadget dengan Prestasi

Belajar Siswa Kelas V Sekolah Dasar,” Pemikiran dan Pengembangan Sekolah

Dasar(JP2SD) Vol. 5 No. 2. (September, 2017

Sabiq, Sayid. Islam: Dipandang dari Segi Rohani-Moral Sosial. Jakarta: PT Rineka Cipta,

1994.

Sit, Masganti. Psikologi Agama. Medan: Perdana Publishing. 2015

Page 99: KORELASI ANTARA PENGGUNAAN GADGET DAN KECERDASAN …

87

Sri, Tri Puspita. Et.al. “Pengaruh Penggunaan Gadget terhadap Personal Sosial Anak Usia

Pra Sekolah di TKIT Al-Mukmin.D-III Kebidanan Stikes PKU Muhammadiyah

Surakarta. vol. 13 No. 2, 2016.

Sudijono, Anas. Pengantar Statiska Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo. 2008.

Sugiyono. Metode Penelitian. Bandung: Alfabeta. 2013.

Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.

Bandung: Alfabeta. 2016.

Sujarweni, V. Wiratna. Metodologi Penelitian Lengkap, Praktis dan Mudah. Yogyakarta :

Pustaka Baru Press. 2014.

Suwito. Filsafah Pendidikan Akhlak Ibnu Miskawaih: Kajian atas Asumsi Dasar,

Paradigma dan Kerangka Teori Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta: Belukar. 2004.

Tridhonanto, Al & Agency, Beranda. Meraih Sukses dengan Kecerdasan Emosional

Jakarta: PT Alex Media Komputindo. 2010.

Uno, Hamzah B. Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara.

2010.

Widyaningrum, Retno. Statistika. Yogyakarta: PustakaFelicha. 2015.

Wulansari, Andhita Dessy. Penelitian Pendidikan: Suatu Pendidikan Praktik dengan

Menggunakan SPSS. Ponorogo: STAIN Po Press. 2012.