Upload
others
View
18
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
KREATIVITAS MATEMATIKA DAN KEMAMPUAN BERPIKIR TINGKAT
TINGGI MAHASISWA KELAS E PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS
SANATA DHARMA ANGKATAN 2016 MENGGUNAKAN PROBLEM POSING
PADA TOPIK PENGUBINAN
HALAMAN JUDUL
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Matematika
Disusun oleh:
Filiph Neri Tatag K. N.
151414017
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Dengan penuh rasa syukur dan kerendahan hati, kupersembahkan karya ini
kepada:
Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang selalu menyertai tiap langkah kecil dalam
perjalanan hidupku
Bapak, Ibu, dan Bima
Adi Wibowo Johanes
Mas Made partner Lab. Pengajaran Mikro PMAT dan PUBG
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTTO
Ad Maiorem
Dei Gloriam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, kasih sayang, dan
penyertaan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Kreativitas Matematika dan Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Mahasiswa
Kelas E Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma Angkatan 2016
Menggunakan Problem Posing pada Topik Pengubinan.” Skripsi yang telah
disusun ini berguna untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
Selama proses menyusun skripsi ini, penulis tidak terlepas dari banyak
pihak yang telah memberikan dukungan, bantuan, fasilitas, dan doa kepada
penulis. Maka dari itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku Dekan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
2. Bapak Dr. Marcellinus Andy Rudhito, S.Pd., selaku Ketua Jurusan
Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
3. Bapak Beni Utomo, M.Sc., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Matematika.
4. Ibu Cyrenia Novella K., M.Sc., selaku Dosen Pembimbing Akademik.
5. Bapak Febi Sanjaya, M.Sc., selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang
telah memberikan bimbingan, pengetahuan, dan motivasi kepada
penulis dalam penyusunan skripsi.
6. Bapak Dr. Hongki Julie, M.Si., selaku Dosen Pendidikan Matematika
Universitas Sanata Dharma yang telah membantu validasi instrumen
dalam penelitian skripsi.
7. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Matematika
Universitas Sanata Dharma yang memberikan pengetahuan dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
pengalaman dalam bidang pendidikan matematika sehingga menjadi
bekal untuk ke depannya.
8. Bapak Suwanto, Ibu Leocadia Widyastuti, dan Stanislas Kostka Bima
Adi Nugroho yang selalu mendukung dan mendoakan sehingga penulis
dapat menyelesaikan studi di Universitas Sanata Dharma.
9. Paman Adi Wibowo Johanes yang telah mendukung dan menjadi salah
satu sumber finansial untuk menyelesaikan studi di Universitas Sanata
Dharma.
10. Vicensius Adhi Ristanto, rekan seperjuangan di Program Studi,
Pendidikan Matematika yang telah banyak meluangkan waktu untuk
membantu dalam menyelesaikan studi di Universitas Sanata Dharma.
11. F.X. Made Setianto, selaku partner di Laboratorium Micro Teaching
Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma
yang telah mendukung, membantu, memfasilitasi, dan memotivasi.
12. Serta semua pihak yang tidak dapat dituliskan satu per satu yang telah
turut memberikan dukungan, bantuan, dan doa dalam menyelesaikan
skripsi ini.
Dengan penuh kesadaran, penulis merasa bahwa skripsi ini masih memiliki
banyak kekurangan dan masih jauh dari sempurna, maka dari itu diharapkan
adanya kritik dan saran. Semoga kritik dan saran dapat membangun dan
memberikan manfaat bagi penulis dalam penelitian-penelitian selanjutnya.
Diharapkan skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak.
Akhir kata, penulis mengucapkan mohon maaf sebesar-besarnya jika ada
kesalahan kata atau ucapan. Terima kasih.
Yogyakarta, 16 September 2019
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
ABSTRAK
Filiph Neri Tatag Kristanto Nugroho, 2019. Kreativitas Matematika dan
Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Mahasiswa Kelas E Pendidikan
Matematika Universitas Sanata Dharma Menggunakan Problem Posing pada
Topik Pengubinan.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui kreativitas matematika
mahasiswa kelas E Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma angkatan
2016, dan (2) mengetahui kemampuan berpikir tingkat tinggi mahasiswa kelas E
Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma Angkatan 2016 dengan
menggunakan problem posing pada topik pengubinan.
Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Subjek dalam
penelitian ini adalah mahasiswa kelas E Pendidikan Matematika Universitas
Sanata Dharma angkatan 2016 pada mata kuliah Pengajaran Mikro. Penelitian
dilakukan dengan mengambil data melalui instrumen lembar kerja topik
pengubinan. Instrumen rubrik penilaian kreativitas matematika digunakan untuk
penskoran kreativitas dari data tersebut. Wawancara kepada subjek penelitian dari
tiap kategori kreativitas digunakan untuk mengetahui permasalahan dengan
kemampuan berpikir tingkat tinggi yang telah dibuat.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) subjek penelitian yang
termasuk ke dalam kreativitas dengan kategori rendah hanya 1 mahasiswa atau
sebesar 4,35%, kreativitas dengan kategori sedang sebanyak 6 mahasiswa atau
sebesar 26,08%, dan kreativitas dengan kategori tinggi sebanyak 12 mahasiswa
atau sebesar 69,57%; (2) secara keseluruhan, subjek penelitian dari tiap kategori
kreativitas mampu membuat permasalahan dengan kemampuan berpikir tingkat
tinggi dari topik pengubinan. Namun, beberapa subjek belum menyadari bahwa
ada permasalahan ternyata perlu mencapai kemampuan berpikir tinggi.
Kata kunci: problem posing, kreativitas matematika, kemampuan berpikir tingkat
tinggi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
ABSTRACT
Filiph Neri Tatag Kristanto Nugroho, 2019. Mathematical Creativity and
Higher Order Thinking Skilss Students of Class E Mathematics Education of
Sanata Dharma University Batch 2016 Using Problem Posing to The
Tessellation Topics.
The aims of this research were (1) to find out the mathematics creativity
students of class E Mathematics Education of Sanata Dharma University batch
2016, and (2) to find out higher order thinking skills students of class E
Mathematics Education of Sanata Dharma University batch 2016 using problem
posing on the tessellation topics.
Type of this research were descriptive quantitative and qualitative research.
The subjects of this research were students of class E Mathematics Education of
Sanata Dharma University batch 2016 in Micro Teaching courses. This research
was conducted by taking data through worksheet with tessellation topics.
Assessment rubric of mathematical creativity is used to scoring creativity from the
data. Interview to the subjects of this research from each category of creativity
are used to find out the problems with higher order thinking skills that have been
made.
The results of this research showed that (1) students of class E Mathematics
Education of Sanata Dharma University who categorized into low category of
creativity only a student or by 4.35%, medium category of creativity were 6
students or by 26.08%, and high category of creativity were 12 students or
69.57%; (2) overall, students from each category of creativity able to created
problems with higher order thinking skills from the tessellation topics. However,
some subjects did not realize that there are problems that actually need to achieve
higher order thinking skills.
Keywords: problem posing, mathematical creativity, higher order thinking skills
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................ iv
MOTTO .................................................................................................................. v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................................ vi
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ......... vii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... viii
ABSTRAK .............................................................................................................. x
ABSTRACT ............................................................................................................. xi
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvi
DAFTAR DIAGRAM ......................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................................... 4
C. Rumusan Masalah ....................................................................................... 4
D. Batasan Penelitian ....................................................................................... 5
E. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 5
F. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA .................................................................................. 7
A. Hal-hal Teoritik ........................................................................................... 7
1. Kreativitas ................................................................................................ 7
2. Matematika ............................................................................................. 10
3. Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi .................................................... 11
4. Problem Posing ...................................................................................... 17
5. Teselasi atau Pengubinan ....................................................................... 20
B. Kerangka Berpikir ..................................................................................... 22
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 25
A. Jenis Penelitian .......................................................................................... 25
B. Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................... 26
C. Subjek Penelitian ....................................................................................... 26
D. Objek Penelitian ........................................................................................ 26
E. Instrumen Penelitian .................................................................................. 27
F. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 31
G. Teknik Analisis Data ................................................................................. 32
H. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ............................................................... 35
I. Penjadwalan Pelaksanaan Waktu Penelitian ............................................. 37
BAB IV DESKRIPSI PELAKSANAAN, ANALISIS DATA, DAN
PEMBAHASAN ................................................................................................... 38
A. Deskripsi Pelaksanaan ............................................................................... 38
B. Analisis Data ............................................................................................. 39
C. Pembahasan ............................................................................................... 81
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 99
A. Kesimpulan ................................................................................................ 99
B. Saran ........................................................................................................ 100
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 101
LAMPIRAN ........................................................................................................ 104
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Taksonomi Bloom Sesudah Revisi ............................................ 12
Tabel 2.2 Dimensi Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi ......................... 12
Tabel 3.1 Pertanyaan Wawancara .............................................................. 30
Tabel 3.2 Kategori Menurut Azwar ........................................................... 33
Tabel 3.3 Kategori Penilaian Kreativitas ................................................... 34
Tabel 3.4 Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi ........................................ 34
Tabel 3.5 Pelaksanaan Penelitian ............................................................... 37
Tabel 4.1 Hasil Penskoran Kreativitas ....................................................... 39
Tabel 4.2 Kategori Kreativitas Hasil Penskoran ........................................ 40
Tabel 4.3 Jumlah Subjek Penelitian Tiap Kategori .................................... 41
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Contoh Reguler Tessellation .............................................. 21
Gambar 2.2 Contoh Semireguler Tessellation ....................................... 22
Gambar 2.3 Contoh A Demi Reguler Tessellation ................................. 22
Gambar 3.1 Lembar Kerja Topik Pengubinan ....................................... 29
Gambar 4.1 Permasalahan Subjek Penelitian M096 .............................. 43
Gambar 4.2 Solusi Permasalahan Subjek Penelitian M096 ................... 43
Gambar 4.3 Permasalahan Pertama Subjek Penelitian M092 ................ 46
Gambar 4.4 Solusi Permasalahan Pertama Subjek Penelitian M092 ..... 47
Gambar 4.5 Permasalahan Kedua Subjek Penelitian M092 ................... 49
Gambar 4.6 Permasalahan Kedua Subjek Penelitian M092 ................... 52
Gambar 4.7 Permasalahan Subjek Penelitian M093 .............................. 55
Gambar 4.8 Solusi Permasalahan Subjek Penelitian M093 ................... 55
Gambar 4.9 Permasalahan Pertama Subjek Penelitian M106 ................ 58
Gambar 4.10 Solusi Permasalahan Pertama Subjek Penelitian M106 ... 59
Gambar 4.11 Permasalahan Kedua Subjek Penelitian M106 ................. 61
Gambar 4.12 Solusi Permasalahan Kedua Subjek Penelitian M106 ...... 61
Gambar 4.13 Permasalahan Ketiga Subjek Penelitian M106 ................. 63
Gambar 4.14 Solusi Permasalahan Ketiga Subjek Penelitian M106 ...... 64
Gambar 4.15 Permasalahan Keempat Subjek Penelitian M106 ............. 66
Gambar 4.16 Solusi Permasalahan Keempat Subjek Penelitian M096 .. 66
Gambar 4.17 Permasalahan Kelima Subjek Penelitian M106................ 68
Gambar 4.18 Permasalahan Keenam Subjek Penelitian M106 .............. 70
Gambar 4.19 Permasalahan Pertama Subjek Penelitian M107 .............. 72
Gambar 4.20 Solusi Permasalahan Pertama Subjek Penelitian M107 ... 72
Gambar 4.21 Permasalahan Kedua Subjek Penelitian M107 ................. 75
Gambar 4.22 Solusi Permasalahan Kedua Subjek Penelitian M107 ...... 75
Gambar 4.23 Permasalahan Ketiga Subjek Penelitian M107 ................. 78
Gambar 4.24 Solusi Permasalahan Ketiga Subjek Penelitian M107 ...... 78
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Lembar Validasi 1 ........................................................ 105
Lampiran 2. Lembar Validasi 2 ........................................................ 108
Lampiran 3. Lembar Kerja Topik Pengubinan ................................. 110
Lampiran 4. Rubrik Penilaian Kreativitas Mahasiswa ..................... 111
Lampiran 5. Daftar Pertanyaan Wawancara ..................................... 113
Lampiran 6. Profil Subjek Penelitian untuk Wawancara .................. 114
Lampiran 7. Transkrip Wawancara Subjek Penelitian M092 ........... 115
Lampiran 8. Transkrip Wawancara Subjek Penelitian M096 ........... 119
Lampiran 9. Lembar Kerja Subjek Penelitian M092 ........................ 122
Lampiran 10. Lembar Kerja Subjek Penelitian M093 ...................... 124
Lampiran 11. Lembar Kerja Subjek Penelitian M096 ...................... 125
Lampiran 12. Lembar Kerja Subjek Penelitian M106 ...................... 127
Lampiran 13. Lembar Kerja Subjek Penelitian M107 ...................... 129
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 2.1 Kerangka Berpikir ...................................................... 24
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini, di kalangan masyarakat Indonesia cukup marak dengan
adanya berita hoax. Berita hoax tersebut menimbulkan keresahan dan
dampak negatif karena isi informasi yang disebarkan tidak memiliki
pertanggungjawaban. Dalam hal ini, pendidikan berperan dalam
memberikan edukasi kepada individu untuk lebih kreatif dalam menggali
informasi dan mampu memilah-milah informasi. Oleh sebab itu, kreativitas
dan berpikir tingkat tinggi yang dimiliki suatu individu menjadi sangatlah
penting.
Kreativitas perlu dikembangkan karena dengan berkreasi maka orang
dapat mewujudkan dirinya dan kreativitaslah yang memungkin manusia
meningkatkan kualitas hidupnya. Para ahli juga berpendapat bahwa
pengembangan kreativitas dalam pendidikan dirasa masih kurang memadai.
Selain itu, kemampuan berpikir tingkat tinggi juga perlu dikembangkan agar
mampu memahami masalah, merencanakan strategi, dan menjalankan
strategi untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan hasil studi internasional Programme for International
Student Assessment (PISA) menunjukkan prestasi literasi membaca, literasi
matematika, dan literasi sains yang dicapai oleh peserta didik Indonesia
sangat rendah. Umumnya, kemampuan peserta didik Indonesia sangat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
rendah dalam: 1) memahami informasi yang kompleks; 2) teori, analisis dan
pemecahan masalah; 3) pemakaian alat, prosedur dan pemecahan masalah;
4) melakukan investigasi. Fakta tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran
yang dilaksanakan masih kurang mampu mengarahkan peserta didik untuk
berpikir tingkat tinggi, meningkatkan kreativitas, dan membangun
kemandirian peserta didik untuk menyelesaikan masalah (Kemendikbud,
2017).
Pada dasarnya, kreativitas merupakan aspek penting yang pastinya
dimiliki oleh tiap-tiap individu dan beragam antara individu yang satu
dengan yang lain. Pendidik sebagai fasilitator diharapkan tidak hanya
memberikan materi secara terus-menerus, tetapi mengajak peserta didiknya
menggali pengetahuan dan menggunakan kreativitas mereka. Pendidik dan
peserta didik juga dituntut dalam berpikir tingkat tinggi melalui masalah-
masalah yang kreatif. Oleh karena itu, problem posing digunakan pada
pembelajaran matematika untuk mengetahui sejauh mana kreativitas
matematika dan kemampuan berpikir tingkat tinggi dalam pendidikan
matematika. Secara umum, problem posing dipahami sebagai suatu
pengajuan masalah dari topik yang standar/biasa, tetapi topik tersebut
menyediakan pemahaman yang lebih dalam untuk dibawa ke suatu
pandangan baru.
Pembelajaran matematika merupakan salah satu cara untuk
mengembangkan kreativitas dan kemampuan berpikir tingkat tinggi melalui
cara-cara memecahkan masalah terkait pola-pola, barisan-barisan tertentu,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
bangun geometri, dll. Oleh sebab itu, mahasiswa kelas E Pendidikan
Matematika Universitas Sanata Dharma angkatan 2016 yang menempuh
mata kuliah Pengajaran Mikro menjadi salah satu subjek yang sesuai untuk
studi kasus dalam penelitian ini. Melalui pembelajaran matematika yang
didapatkan hingga saat ini, para mahasiswa dirasa mampu menghadirkan
kreativitas dan kemampuan berpikir tingkat tinggi khususnya pada mata
kuliah berorientasi simulasi mengajar tersebut. Lalu, para mahasiswa
sebagai pendidik matematika nantinya dapat menerapkan kedua hal tersebut
di sekolah.
Topik pengubinan yang mewakili problem posing dalam “Cognitive
Variety in-Rich Challenging Tasks” oleh Voica dan Singer (2018)
digunakan mengeksplorasi kreativitas matematika dan kemampuan berpikir
tinggi dari permasalahan yang dibuat oleh para mahasiswa. Pertama, gambar
tersebut kaya akan hubungan geometris dan aljabar yang menawarkan
kebebasan tingkat tinggi untuk merumuskan masalah baru. Kedua, situasi
problem posing memiliki peran utama dalam bidang matematika dengan
menawarkan eksplorasi geometrik untuk mengembangkan keterampilan
pemecahan masalah.
Dengan adanya permasalahan saat ini, maka pentingnya
mengedepankan kreativitas dan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Oleh
karena itu, penelitian ini mendeskripsikan kreativitas dan kemampuan
berpikir tinggi dapat dikembangkan melalui pembelajaran matematika
dengan menggunakan problem posing pada topik pengubinan. Peneliti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
tertarik untuk meneliti mahasiswa kelas E Pendidikan Matematika
Universitas Sanata Dharma angkatan 2016 sebagai pendidik matematika
nantinya apakah pada pembelajaran matematika di sekolah nantinya dapat
menghadirkan kreativitas matematika dan kemampuan berpikir tingkat
tinggi dari permasalahan-permasalahan yang disajikan.
B. Identifikasi Masalah
Sesuai dengan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat diidentifikasi
beberapa masalah sebagai berikut:
1. Permasalahan berita hoax perlu ditangani secara lebih kreatif dan
menggunakan berpikir tingkat tinggi.
2. Hasil studi internasional Programme for International Student
Assessment (PISA) menunjukkan prestasi literasi membaca, literasi
matematika, dan literasi sains yang dicapai oleh peserta didik Indonesia
sangat rendah.
3. Perlunya mengedepankan kreativitas matematika dan kemampuan
berpikir tingkat tinggi dalam pembelajaran matematika melalui problem
posing.
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kreativitas matematika mahasiswa kelas E Pendidikan
Matematika Universitas Sanata Dharma angkatan 2016 menggunakan
problem posing pada topik pengubinan?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
2. Bagaimana kemampuan berpikir tingkat tinggi mahasiswa kelas E
Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma Angkatan 2016
menggunakan problem posing pada topik pengubinan?
D. Batasan Penelitian
Peneliti membatasi penelitian ini agar lebih efektif dan efisien dalam
melaksanakan penelitian. Batasan tersebut berupa:
1. Subjek penelitian adalah mahasiswa kelas E Pendidikan Matematika
Universitas Sanata Dharma angkatan 2016 yang menempuh mata kuliah
Pengajaran Mikro.
2. Kreativitas matematika yang dituju berdasarkan definisi Torrance (1966),
yaitu orisinalitas, fleksibilitas, kefasihan, dan elaborasi.
3. Kemampuan berpikir tingkat tinggi terhadap permasalahan yang dibuat
oleh subjek penelitian berpedoman pada kemampuan berpikir tingkat
tinggi oleh Anderson & Krathwohl (2001).
E. Tujuan Penelitian
1. Kreativitas matematika oleh subjek penelitian mendeskripsikan sejauh
mana kreativitas melalui empat aspek pada pembelajaran matematika
yang telah dihadirkan selama ini.
2. Kemampuan berpikir tingkat tinggi oleh subjek penelitian mengetahui
sejauh mana permasalahan-permasalahan dengan kemampuan berpikir
tingkat tinggi yang mampu dihadirkan pada pembelajaran matematika.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
F. Manfaat Penelitian
1. Bagi pembaca
Menambah wawasan, khususnya bagi mahasiswa pendidikan matematika
dapat menghadirkan kreativitas matematika dan kemampuan berpikir
tingkat tinggi menggunakan problem posing pada topik pengubinan pada
pembelajaran matematika di sekolah.
2. Bagi peneliti
Menjadi bekal sebagai pendidik nantinya untuk menghadirkan
kreativitas matematika dan kemampuan berpikir tingkat tinggi
menggunakan problem posing pada pembelajaran matematika di kelas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Hal-hal Teoritik
1. Kreativitas
a. Definisi Kreativitas
Kreativitas adalah kegiatan yang mendatangkan hasil yang
sifatnya:
1) Baru: inovatif, belum ada sebelumnya, segar, menarik, aneh,
mengejutkan.
2) Berguna: lebih enak, lebih praktis, mempermudah,
memperlancar, mendorong, mengembangkan, mendidik,
memecahkan masalah, mengurangi hambatan, mengatasi
kesulitan, mendatangkan hasil lebih banyak/banyak.
3) Dapat dimengerti: hasil yang sama dapat dimengerti dan
dapat dibuat di lain waktu. Peristiwa-peristiwa yang terjadi
begitu saja, tak dapat dimengerti, tak dapat diramalkan, tak
dapat diulangi. Mungkin saja baru dan berguna, tetapi lebih
merupakan hasil keberuntungan (luck), bukan kreativitas
(Mangunhardjana, 1986: 11-12).
Menurut Selo Soemardjan (Alisjahbana, 1983), kreativitas
merupakan sifat pribadi seorang individu yang tercermin dari
kemampuannya untuk menciptakan sesuatu yang baru. Ditekankan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
pula bahwa timbul dan tumbuhnya krativitas dan selanjutnya
berkembangnya sesuatu kreasi yang diciptakan oleh seseorang
individu tidak dapat luput dari pengaruh kebudayaan serta pengaruh
masyarakat tempat individu itu hidup dan bekerja.
Definisi kreativitas juga dibedakan ke dalam definisi konsensual
dan definisi konseptual. Definsi konsensual menekankan segi produk
kreatif yang dinilai derajat kreativitasnya oleh pengamat yang ahli.
Menurut Amabile (Dedi Supriadi, 1994: 31) bahwa suatu produk atau
respon seseorang dikatakan kreatif apabila menurut orang yang ahli
atau pengamat yang mempunyai kewenangan dalam bidang tersebut
bahwa itu kreatif. Secara konseptual dijelaskan oleh Amabile (Dedi
Supriadi, 1994: 33) bahwa suatu produk dinilai kreatif apabila produk
tersebut bersifat baru, unik, berguna, benar, atau bernilai dilihat dari
segi kebutuhan tertentu; lebih bersifat heuristik, yaitu menampilkan
metode yang masih belum pernah atau jarang dilakukan oleh orang
lain sebelumnya.
Mengenai kreativitas sebagai kualitas individu berdasarkan
karya Guilford (1950) dan "Tes Torrance dari Pemikiran Kreatif"
menurut Torrance (1966) dalam “Mathematical Creativity and
Mathematical Giftedness: Enhancing Creative Capacities in
Mathematically Promising Students”, yaitu kefasihan, fleksibilitas,
orisinalitas dan elaborasi. Kefasihan mengacu pada kemampuan untuk
menghasilkan sebanyak mungkin asosiasi, pemikiran, dan gagasan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
tentang konten atau masalah dalam waktu singkat. Fleksibilitas dapat
digambarkan sebagai kemampuan untuk berpikir ke arah yang
berbeda, dengan mudah beralih dari satu kategori pemikiran ke yang
lain, dan untuk melihat masalah dari pandangan yang berbeda.
Orisinalitas adalah kemampuan untuk menghasilkan ide-ide yang dan
pendekatan solusi yang tidak biasa. "Ketidakmerataan",
"keterpencilan" dan "kepintaran" disebutkan sebagai kriteria
pengukuran untuk orisinalitas. Kemampuan untuk melanjutkan dari
ide ke rencana yang pasti dan, dengan demikian memperkaya dan
mengembangkan ide, dipahami sebagai elaborasi.
Pehnoken (Mahmudi, 2008) menyatakan kreativitas tidak hanya
ditemukan dalam bidang tertentu seperti seni dan sains, tetapi dapat
ditemukan dalam matematika. Menurut Kiesswetter (Mahmudi, 2008),
berdasarkan pengalamannya, kemampuan berpikir fleksibel yang
merupakan salah satu komponen kreativitas merupakan salah satu dari
kemampuan penting yang harus dimiliki individu dalam memecahkan
masalah matematika. Menurut Haylock (Mahmudi, 2008), kreativitas
dalam matematika harus didefinisikan dalam area kreativitas dan
matematika.
Umumnya, orang tidak melihat adanya suatu produk nyata
matematika yang dikategorikan kreatif, maka menurut Worthington
(Mahmudi, 2008) kreativitas perlu ditekankan pada proses.
Pembicaraan kreativitas dalam matematika lebih ditekankan pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
aspek prosesnya, yakni proses berpikir kreatif. Oleh karena itu,
kreativitas dalam matematika lebih tepat diistilahkan sebagai berpikir
kreatif matematis (mathematical creative thinking).
Krutetski (Mann, 2005) mengidentikkan berpikir kreatif
matematis dengan pembuatan soal, penenemuan, kebebasan, dan
keaslian. Sedangkan menurut Holland (Mann, 2005), berpikir kreatif
matematis mempunyai beberapa komponen, yaitu kelancara,
fleksibilitas, keaslian, elaborasi, dan sensitivitas. Dari beberapa
definisi di atas, terlihat bahwa kemampuan berpikir kreatif matematis
mempunyai kesamaan komponen dengan komponen kreativitas secara
umum. Dengan demikian, definisi kreativitas dalam “Mathematical
Creativity and Mathematical Giftedness: Enhancing Creative
Capacities in Mathematically Promising Students” diklaim untuk
mengukur kreativitas matematika sebagai berpikir kreatif matematis
pada pembelajaran matematika.
2. Matematika
Kata matematika berasal dari perkataan Latin mathematika yang
mulanya diambil dari perkataan Yunani mathematike yang berarti
mempelajari. Perkataan itu memiliki asal kata berupa mathema yang
artinya pengetahuan atau ilmu. Kata mathematike berhubungan juga
dengan mathein atau mathenein yang artinya belajar (berpikir). Jadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
berdasarkan asal katanya, matematika berarti ilmu pengetahuan yang
didapat dengan berpikir/bernalar (dalam Erna, 2012).
Menurut Russefendi (Erna, 2012), matematika tergorganisasikan
dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan, definisi-definisi, aksioma-
aksioma, dan dalil-dalil dimana dalil-dalil setelah dibuktikan
kebenarannya berlaku secara umum, karena itulah matematika sering
disebut ilmu deduktif.
Definisi atau pengertian tentang matematika oleh beberapa pakar
yang diungkapkan menurut Soedjadi (2000) adalah: 1) cabang ilmu
pengetahuan eksak dan teorganisir secara sistematik, 2) pengetahuan-
pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi, 3) pengetahuan tentang
penalaran logik dan berhubungan dengan bilangan, 4) pengetahuan
tentang fakta-fakta kuantitatif dan masalah tentang ruang dan bentuk, 5)
pengetahuan tentang struktur-struktur yang logik, 5) pengetahuan tentang
aturan-aturan ketat.
3. Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi
Kemendikbud (2017) menyatakan bahwa kemampuan berpikir
tingkat tinggi merupakan proses menganalisis, merefleksi, memberikan
argumen, menerapkan konsep pada situasi berbeda, menyusun, dan
menciptakan. Menurut Susan M. Brookhart (2010: 3), kemampuan
berpikir tingkat tinggi dapat didefinisikan dengan: 1) definisi
kemampuan berpikir tingkat tinggi pada kategori mentransfer, 2) definisi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
kemampuan berpikir tingkat tinggi pada berpikir kritis, dan 3)
kemampuan berpikir tingkat tinggi pada kategori pemecahan masalah.
Kemampuan berpikir tingkat tinggi sebagai kategori transfer
dipahami bahwa indivdu mampu menghubungkan atau mengaitkan
pembelajaran mereka dengan unsur-unsur lain di luar yang diajarkan.
Sebagai kategori berpikir kritis, dapat dipahami bahwa individu “mampu
berpikir” yang artinya dapat menerapkan penilaian yang bijak atau
menghasilkan kritik yang masuk akal. Sebagai kategori pemecahan
masalah, dapat dipahami bahwa individu mampu memecahkan
permasalahan dan melakukannya secara kreatif.
Anderson & Krathwohl (2001) mengklasifikasikan dimensi proses
kognitif sebagai berikut:
Tabel 2.1 Taksonomi Bloom Sesudah Revisi
Higher Order Thinking Skills
Mencipta
Mengevaluasi
Menganalisis
Middle Order Thinking Skills Mengaplikasikan
Memahami
Low Order Thinking Skills Mengingat
Taksonomi Bloom yang telah diperbarui menurut Anderson &
Krathwohl (2001), kemampuan berpikir tingkat tinggi termasuk dalam
proses kognitif Analisis, Evaluasi, dan Kreasi. Berikut adalah tabel 2.2
mengenai ketiga kategori proses kognitif tersebut:
Tabel 2.2 Dimensi Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi
No. Kategori dan Proses Kognitif Nama-nama Lain
1. Menganalisis Membedakan Menyendirikan, Memilih,
Memfokuskan, Memilih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Mengorganisasi Menemukan koherensi,
Memadukan, Membuat garis
besar, Mendeskripsikan peran,
Menstrukturkan
Mengatribusikan Mendekonstruksikan
2. Mengevaluasi Memeriksa Mengoordinasi, Mendeteksi,
Memonitor, Menguji
Mengkritik Menilai
3. Mencipta Merumuskan Membuat hipotesa
Merencanakan Mendesain
Memproduksi Mengkonstruksi
a. Menganalisis
Menganalisis melibatkan proses memecah materi menjadi
bagian-bagian kecil dan menentukan bagaimana hubungan antar
bagian dan antara setiap bagian dan struktur keseluruhannya. Kategori
proses menganalisis meliputi proses-proses kognitif membedakan,
mengorganisasi, dan mengatribusikan. Walaupun menganalisis dapat
dianggap sebagai tujuan itu sendiri, namun analisis dapat dipandang
sebagai perluasan dari memahami atau sebagai pembuka untuk
mengevaluasi atau mencipta
a.1. Membedakan
Membedakan melibatkan proses memilah-milah bagian-
bagian yang relevan atau penting dari sebuah struktur.
Membedakan melibatkan proses mengorganisasi secara struktural
dan terutama menentukan bagaimana bagian-bagian sesuai dengan
struktur keseluruhannya. Nama-nama lain untuk membedakan
adalah menyendirikan, memiliah, memfokuskan, dan memilih.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
a.2. Mengorganisasi
Mengorganisasi melibatkan proses mengidentifikasi elemen-
elemen komunikasi atau situasi dan proses mengenali bagaimana
elemen-elemen tersebut membentuk suatu struktur yang koheren.
Dalam mengorganisasi, siswa membangun hubungan-hubungan
yang sistematis dan koheren dari potongan-potongan informasi.
Nama-nama lain untuk mengorganisasi adalah menstrukturkan,
memadukan, menemukan koherensi, membuat garis besar, dan
mendeskripsikan peran.
a.3. Mengatribusikan
Mengatribusikan melibatkan proses menentukan sudut
pandang, pendapat, nilai, atau tujuan dibalik suatu informasi.
Berbeda dengan proses kognitif menafsirkan yang didalamnya
siswa berusaha memahami makna suatu tulisan, mengatribusikan
melampaui pemahaman dasar untuk menarik kesimpulan dengan
tujuan atau sudut pandang dibalik tulisan tersebut. Nama lain untuk
mengatribusikan adalah mendekonstruksikan.
b. Mengevaluasi
Mengevaluasi didefinisikan sebagai membuat keputusan
berdasarkan kriteria dan standar. Kriteria-kriteria yang sering
digunakan berupa kualitas, efektivitas, efisiensi, dan konsistensi.
Kategori mengevaluasi mencakup proses kognitif memerika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
(keputusan yang diambil berdasarkan kriteria internal) dan mengkritik
(keputusan yang diambl berdasarkan kriteria eksternal).
b.1. Memeriksa
Memeriksa melibatkan proses kognitif menguji inkonsistensi
atau kesalahan internal dalam suatu operasi atau produk. Jika
dipadukan dengan proses kognitif merencanakan (kategori
Mencipta) dan proses kognitif mengimplementasikan (kategori
Mengaplikasikan), memerika melibatkan proses menentukan
seberapa baik suatu rencana berjalan baik. Nama-nama lain untuk
memeriksa adalah menguji, mendeteksi, memonitor, dan
mengoordinasi.
b.2. Mengkritik
Mengkritik melibatkan proses penilaian suatu produk atau
proses berdasarkan kriteria dan standar eksternal. Mengkritik
merupakan inti dari yang namanya berpikir kritis. Nama lain dari
mengkritik adalah menilai.
c. Mencipta
Mencipta melibatkan proses menyusun elemen-elemen jadi
sebuah keseluruhan yang koheren atau fungsional. Mencipta meminta
siswa membuat produk baru dengan mereorganisasi sejumlah elemen
atau bagian jadi suatu pola atau struktur yang tidak pernah ada
sebelumnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Pada kategori mencipta, siswa harus mengumpulkan elemen-
elemen dari banyak sumber dan menggabungkan mereka jadi sebuah
struktur atau pola baru yang berkaitan dengan pengetahuan awal
siswa. Kita pun tahu ahwa pemahaman mendalam dan melampaui
pemahaman dasar bisa melibatkan proses-proses kognitif dalam
kategori mencipta. Namun, sejauh pemahaman mendalam merupakan
proses membuat, maka terlibatlah proses-proses kognitif yang
termasuk dalam kategori mencipta.
Proses mencipta dibagi menjadi tiga tahap: penggambaran
masalah, perencanaan solusi, dan eksekusi solusi. Dapat dikatakan
bahwa proses Mencipta dimulai dengan tahap divergen yang di
dalamnya memikirkan berbagai solusi ketika memahami tugas
(merumuskan). Selanjutnya, berpikir konvergen yang di dalamnya
merencanakan metode solusi dan mengubahnya jadi rencana aksi
(merencanakan). Terakhir, melaksanakan rencana dengan
mengkonstruksi solusi (memproduksi).
c.1. Merumuskan
Merumuskan melibatkan proses menggambarkan masalah
dan membuat pilihan atau hipotesis yang memenuhi kriteria-
kriteria tertentu. ketika merumuskan melampaui batas pengetahuan
lama dan teori yang ada, proses kognitif ini melibatkan proses
berpikir divergen dan menjadi inti dari berpikir kreatif. Nama lain
dari merumuskan adalah membuat hipotesis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
c.2. Merencanakan
Merencanakan melibatkan proses merencanakan metode
penyelesaian untuk menyelesaikan masalah. Merencanakan adalah
mempraktikkan langkah-langkah untuk menciptakan solusi yang
nyata bagi masalah. Nama lain dari merencanakan adalah
mendesain.
c.3. Memproduksi
Memproduksi melibatkan proses melaksanakan rencana
untuk menyelesaikan masalah yang memenuhi spesifikasi-
spesifikasi tertentu. Orisinalitas atau kekhasan bisa menjadi salah
satu spesifikasinya. Tujuan yang memasukkan orisinalitas atau
kekhasan merupakan tujuan memproduksi. Nama lain dari
memproduksi adalah mengkonstruksi.
Setelah mengetahui definisi kemampuan berpikir tingkat tinggi yang
telah diuraikan di atas, maka hal tersebut dapat digali melalui subbab 4,
yaitu mengenai Problem Posing.
4. Problem Posing
Problem posing memiliki kaitan erat dengan kreativitas. Menurut
Sheffield (Voica dan Singer, 2018), problem posing adalah alat utama
untuk melihat perkembangan kreativitas matematika; sesi problem posing
digunakan untuk mengidentifikasi manisfestasi kreatif yang ada atau
yang berpotensi berkembang. Problem posing (pengajuan masalah)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
merupakan proses yang berdasarkan dari pengalaman matematika, siswa
membangun interpretasi personalnya dari situasi konkret dan
merumuskannya ke dalam permasalahan matematika yang bermakna
(Stoyanova & Ellerton, 1996: 518).
Menurut Tobroni (Kholifah, 2016: 36), problem posing merupakan
model pembelajaran yang mengharuskan peserta menyusun pertanyaan
sendiri atau memecah suatu soal menjadi pertanyaan-pertanyaan yang
lebih sederhana yang mengacu pada penyelesaian soal tersebut. Menurut
Silver (Ahmad Luthfi, 2016: 89), problem posing mengarah pada dua hal,
yaitu pembuatan masalah dan perumusan ulang masalah yang diberikan.
Dengan demikian, problem posing dapat diartikan membuat atau
merumuskan masalah-masalah baru dari suatu topik atau situasi konkret
yang diberikan.
Silver (Stoyanova & Ellerton, 1996) mendalilkan bahwa tugas
problem posing memerlukan peserta untuk merumuskan pernyataan-
pernyataan masalah yang baru terhadap suatu masalah sulit berdasarkan
suatu set kondisi tertentu. Stoyanova dan Ellerton (1996)
mengelompokkan berbagai situasi problem posing menjadi tiga kategori:
bebas (ketika peserta dapat menimbulkan masalah tanpa kendala pada
konten), terstruktur (ketika peserta dapat mengajukan masalah mulai dari
solusi sendiri untuk masalah yang berbeda), atau semi-terstruktur (ketika
situasi terbuka diberikan dan meminta untuk mengeksplorasi struktur dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
untuk menyelesaikannya dengan menerapkan pengetahuan, keterampilan,
konsep dan hubungan dari pengalaman matematika mereka sebelumnya).
Menurut Brown & Walter (1990: 9), problem posing memiliki dua
perspektif, yaitu accepting (menerima) dan challenging (menantang).
Accepting (menerima) diartikan dengan kemampuan peserta didik
menerima dan memahami situasi atau masalah yang diberikan oleh
pendidik. Challenging (menantang) diartikan sebagai kemampuan peserta
didik untuk melahirkan atau mewujudkan masalah-masalah baru karena
merasa tertantang dari situasi atau masalah yang diberikan. Brown &
Walter (Ahmad Luthfi, 2016: 91) menjelaskan bahwa terdapat 5 langkah
mengenai problem posing, yaitu:
a. Choosing a starting point (memilih titik awal)
Pada langkah pertama ini, pendidik menyajikan situasi tertentu
kepada peserta didik. Situasi yang diberikan dapat berupa gambar,
teorema, soal, dan lain sebagainya.
b. Listing attributes (mendaftar sifat-sifat)
Pada langkah kedua, peserta didik diminta untuk mendaftar
sebanyak mungkin sifat yang dimiliki oleh situasi yang diberikan.
c. What-if-not-ing (pertanyaan “bagaimanakah jika tidak”)
Pada langkah ketiga, pendidik meminta kepada peserta didik
untuk membuat pertanyaan mengenai sifat-sifat yang mereka
dapatkan. Pertanyaan tersebut berupa “bagaimanakah yang terjadi jika
tidak sifat tersebut?”. Selanjutnya, peserta didik mencari dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
mendaftar sifat-sifat lain yang merupakan jawaban dari pertanyaan
tersebut.
d. Question asking or problems posing (membuat pertanyaan atau
pengajuan masalah)
Pada langkah keempat ini, pendidik meminta kepada siswa
untuk membuat pertanyaan atau mengajukan masalah terkait jawaban
atas pertanyaan “bagaimanakah jika tidak?”. Membuat sebanyak
mungkin pertanyaan adalah tujuan pada langkah ini.
e. Analyzing the problem (menganalisis masalah)
Langkah terakhir, peserta didik diminta untuk menganalisis
masalah. Setelah mereka menganalisisnya, kemudian menyelesaikan
masalah tersebut.
5. Teselasi atau Pengubinan
Menurut O’Daffer (Puspadewi & Putra, 2014: 81), teselasi adalah
suatu pola khusus yang terdiri dari bangun-bangun geometri yang
disusun tanpa pemisah/jarak untuk menutupi suatu bidang datar atau
istilah lainnya adalah pengubinan. Menurut Rokhmah (Puspadewi &
Putra, 2014: 82), teselasi atau pengubinan adalah konsep antar cabang
ilmu pengetahuan, yaitu matematika dan seni. Dengan demikian, teselasi
lebih mengacu pada konsep artistik bagi para seniman dan lebih mengacu
pada konsep-konsep matematika yang lebih mendalam pada
pembelajaran matematika.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Pada prinsipnya, teselasi banyak diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari, seperti pada teknik pemasangan ubin, pembuatan motif kain,
desain pola wallpaper dan lain- lain (Depdiknas, 2007). Beberapa macam
teselasi menurut O’Daffer (Puspadewi & Putra, 2014: 81) diuraikan
sebagai berikut:
a. Reguler Tessellation
Reguler tesselation atau teselasi reguler adalah teselasi
yang dibuat dari satu jenis poligon kongruen di mana semua
keseluruhan ujungnya yang saling bertemu adalah sama.
Terdapat tiga poligon beraturan yang dapat menteselasi bidang
datar, yaitu segitiga, persegi, dan segienam beraturan.
Gambar 2.1 Contoh Reguler Tessellation
(Sumber: Puspadewi dan Putra, 2014)
b. Semiregular Tessellation
Semireguler tesselation atau teselasi semireguler adalah
teselasi yang dibentuk dari dua jenis atau lebih poligon
beraturan di mana setiap puncak pada pertemuan poligon-
poligon ini adalah sama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Gambar 2.2 Contoh Semireguler Tessellation
(Sumber: Puspadewi dan Putra, 2014)
c. A Demi Regular Tessellation
Terakhir, a demi reguler tesselation adalah teselasi yang
dibentuk dari poligon reguler yang memiliki tepat dua atau tiga
pengaturan poligon yang berbeda tentang simpulnya.
Gambar 2.3 Contoh A Demi Reguler Tessellation
(Sumber: Puspadewi dan Putra, 2014)
B. Kerangka Berpikir
Penelitian ini dilatar belakangi dari penelitian “Cognitive Variety in-
Rich Challenging Tasks” oleh Voica dan Singer (2018). Pendidikan
ditujukan untuk memunculkan dan mengembangkan kreativitas baik oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
pendidik maupun peserta didik. Pembelajaran matematika menuntut adanya
permasalahan-permasalahan dengan kemampuan berpikir tingkat tinggi.
Mahasiswa kelas E Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma
angkatan 2016 tentunya telah mengembangkan kreativitasnya di dalam
perkuliahan dan mengenal permasalahan dengan tingkatan kemampuan
berpikir tingkat tinggi bagi dunia pendidikan. Oleh karena itu, problem
posing dengan permasalahan berupa topik pengubinan diterapkan kepada
para mahasiswa. Problem menuntut para mahasiswa untu dapat mengajukan
sebanyak mungkin permasalahan matematika. Di sisi lain, penelitian ini
untuk melihat tingkatan kemampuan berpikir tingkat tinggi dari
permasalahan yang dibuat oleh para mahasiswa tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Diagram 2.1 Kerangka Berpikir
Problem Posing Topik Pengubinan
Pentingnya kreativitas
matematika dalam
pendidikan
matematika.
Pembelajaran matematika
menuntut kemampuan
berpikir tingkat tinggi
melalui pemecahan masalah
Mahasiswa kelas E
Pendidikan Matematika
Universitas Sanata Dharma
angkatan 2016 pada mata
kuliah Pengajaran Mikro
Mengetahui kreativitas
matematika dan tingkatan
kemampuan berpikir tingkat
tinggi yang dibuat oleh
mahasiswa.
Penelitian “Cognitive Variety
in-Rich Challenging Tasks”
oleh C. Voica dan F.M. Singer
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dan
deskriptif kualitatif. Berdasarkan tingkat eksplanasinya, penelitian deskriptif
adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri,
baik satu variabel atau lebih tanpa membuat perbandingan atau
menghubungkan dengan variabel yang lain (Sugiyono, 2003). Menurut
Sugiyono (2014), jenis penelitian kuantitatif adalah penelitian yang
digunakan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data
menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat
kuantitatif/statistik. Sedangkan, penelitian kualitatif adalah penelitian yang
digunakan untuk meneliti suatu kondisi subjek atau objek secara alamiah,
peneliti sebagai instrumen kunci, dan analisis data bersifat kualitatif.
Awalnya, data yang diperoleh dari penelitian ini berupa angka yang
hasil penskoran menggunakan rubrik penilaian kreativitas. Lalu, data
tersebut digunakan untuk mendeskripsikan kreativitas matematika dari
subjek penelitian menggunakan problem posing pada topik pengubinan
secara kuantitatif. Kemudian, wawancara dilakukan kepada beberapa subjek
untuk menggali informasi dan mendalami kemampuan berpikir tingkat
tinggi. Data wawancara dan analisis proses kognitif oleh peneliti digunakan
untuk mendeskripsikan kemampuan berpikir tingkat tinggi dari beberapa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
subjek penelitian menggunakan problem posing pada topik pengubinan
secara kualitatif.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Untuk memperoleh data dalam penelitian ini, maka penelitian
dilaksanakan pada:
Waktu : Mei-Agustus 2019
Tempat : Kampus 3 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Alamat : Jl. Paingan, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta – 55281
C. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa kelas E Pendidikan
Matematika Universitas Sanata Dharma angkatan 2016 pada mata kuliah
Pengajaran Mikro yang diampu oleh Dr. M. Andy Rudhito, S.Pd. Jumlah
mahasiswa di kelas Pengajaran Mikro tersebut sebanyak 23 mahasiswa.
D. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah kreativitas mahasiswa dan tingkatan
kemampuan berpikir tingkat tinggi terhadap permasalahan yang dibuat oleh
mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma
angkatan 2016 di kelas E pada mata kuliah Pengajaran Mikro pada topik
pengubinan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
E. Instrumen Penelitian
1. Penyusunan Instrumen
Pada prinsipnya, meneliti adalah melakukan pengukuran terhadap
fenomena sosial maupun alam. Karena meneliti adalah melakukan
pengukuran, maka harus ada alat ukur yang baik. Alat ukur dalam
penelitian tersebut dinamakan instrumen penelitian (Sugiyono, 2014).
Jenis instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini,
yaitu:
a. Instrumen Deskriptif Kuantitatif
1) Rubrik Penilaian Kreativitas
Rubrik penilaian kreativitas matematika yang digunakan
berpedoman pada indikator untuk menilai kreativitas suatu individu
yang telah dinyatakan oleh Torrance (1966), yaitu orisinalitas,
fleksibilitas, kefasihan, dan elaborasi.
Rubrik ini menggunakan skala pengukuran berupa rating
scale yang memiliki tiga dan empat tingkatan pencapaian. Bentuk
kuantitatif dari tiga tingkatan pencapaian memiliki rentang dari 1
sampai 3, sedangkan empat tingkatan pencapaian memiliki rentang
dari 1 sampai 4.
Pada skala penilaian tiga tingkatan pencapaian diberikan pada
aspek orisinalitas dan elaborasi. Sedangkan, skala penilaian empat
tingkatan pencapaian diberikan pada aspek fleksibilitas dan
kefasihan. Jika keseluruhan aspek mendapatkan skor maksimal,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
maka diperoleh skor 14.Jika mendapatkan skor minimal pada
keseluruhan aspek, maka diperoleh skor minimal 4.
Rubrik penilaian kreativitas matematika dapat dilihat pada
Lampiran 4
b. Instrumen Deskriptif Kualitatif
1) Lembar Kerja Topik Pengubinan
Pada lembar kerja dengan permasalahan berupa topik
pengubinan dapat melihat kreativitas yang dihasilkan oleh para
mahasiswa. Melalui lembar kerja ini, akan terlihat bentuk
kreativitas dari tiap-tiap individu terhadap pengajuan masalah yang
beragam. Selain itu, permasalahan yang dibuat oleh mahasiswa
akan digunakan untuk mengetahui permasalahan dengan
kemampuan berpikir tingkat tinggi pada topik pengubinan tersebut.
Lembar Kerja Topik Pengubinan yang digunakan
mengadaptasi lembar kerja oleh C. Voica dan F. M. Singer pada
penelitian sebelumnya. Berikut adalah gambar dari lembar kerja
tersebut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Gambar 3.1 Lembar Kerja Topik Pengubinan
2) Wawancara
Wawancara berpedoman dengan dimensi proses kognitif
kemampuan berpikir tingkat tinggi.
Indikator:
a) Mengetahui kesulitan yang dialami oleh mahasiswa dalam
membuat permasalahan.
b) Memahami proses kognitif dalam menyelesaikan permasalahan
yang dibuat oleh mahasiswa tersebut.
c) Mengetahui mahasiswa membuat permasalahan dengan
kemampuan berpikir tingkat tinggi pada topik pengubinan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Tabel 3.1 Pertanyaan Wawancara
No.
Indikator Pertanyaan Wawancara
1.
Apakah topik pengubinan ini merupakan hal yang baru untuk
kalian?
Apakah kalian kesulitan dalam memahami masalah yang
diberikan? Apakah kalian mengalami kesulitan dalam membuat
permasalahan terkait matematika? Jelaskan!
Dimana letak kesulitan yang dialami oleh kalian? Jelaskan!
2.
Jelaskan bagaimana proses penyelesaian dari permasalahan
yang kalian buat pada nomor ...!
Apakah ada cara yang lain dalam menyelesaikan nomor ...? Jika
ada, silahkan kalian jelaskan!
3.
Apakah sebelumnya kalian mengetahui kemampuan berpikir
tingkat tinggi? Jelaskan apa yang telah kalian ketahui mengenai
pengertian kemampuan berpikir tingkat tinggi!
Menurut kalian, apakah topik pengubinan dapat memunculkan
permasalahan yang berkaitan dengan kemampuan berpikir
tingkat tinggi? Mengapa demikian?
Menurut kalian, apakah permasalahan yang kalian buat sudah
termasuk pada permasalahan dengan kemampuan berpikir
tingkat tinggi?
2. Pengujian Instrumen
Sugiyono (2014) menyatakan instrumen yang valid berarti alat ukur
untuk mendapatkan dara itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat
digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Oleh karena itu
perlu dilakukannya uji validitas isi terhadap instrumen-instrumen yang
akan digunakan dalam penelitian.
Validitas isi adalah pengujian validitas terhadap isi instrumen
penelitian yang digunakan dengan meminta pertimbangan para
pakar/ahli/dosen. Validitas isi untuk instrumen lembar kerja topik
pengubinan, rubrik penilaian kreativitas matematika, dan wawancara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
diperoleh dengan pertimbangan pendapat oleh dosen. Dosen yang
melakukan validitas isi yaitu Bapak Dr. Hongki Julie, M.Si.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Pengerjaan Lembar Kerja Topik Pengubinan
Lembar kerja dengan permasalahan berupa topik pengubinan
diberikan langsung kepada para mahasiswa. Peneliti memberikan
arahan kepada para mahasiswa untuk membaca mengenai
pengisian lembar kerja tersebut. Setelah mengerjakan lembar kerja
topik pengubinan, para mahasiswa mengumpulkan lembar kerja
topik pengubinan kepada peneliti dengan batas waktu yang telah
ditentukan. Hasil kerja yang terdapat dalam lembar kerja topik
pengubinan akan digunakan peneliti untuk diukur menggunakan
rubrik penilaian kreativitas.
2. Penilaian dengan Rubrik Penilaian Kreativitas Matematika
Rubrik penilaian kreativitas digunakan untuk mengukur kreativitas
mahasiswa terhadap lembar kerja topik pengubinan. Setiap lembar
kerja yang telah dikerjakan, diukur kreativitasnya dengan
memberikan skor yang mengacu pada instrumen rubrik penilaian
kreativitas matematika.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
3. Wawancara
Wawancara secara langsung kepada mahasiswa. Wawancara
tersebut dilakukan kepada mahasiswa yang telah dikelompokkan
dari tiap kategori kreativitas dengan cara purposive sampling.
G. Teknik Analisis Data
1. Analisis Data Kreativitas Mahasiswa
Analisis data kreativitas mahasiswa dilakukan secara kuantitatif
dengan statistik deskriptif. Data yang diperoleh dari lembar kerja dengan
permasalahan berupa topik pengubinan dianalisis dengan pemberian skor
menggunakan rubrik penilaian kreativitas matematika. Selanjutnya, skor
yang diperoleh digunakan untuk mengkategorikan mahasiswa
berdasarkan skala kategori kreativitas.
Adapun langkah-langkah untuk membuat kategori berdasarkan
Azwar (2012) dapat dilihat sebagai berikut:
a. Mean Teoritik (µ)
1) Menentukan skor minimum dan skor maksimum dari
keseluruhan item.
2) Untuk mencari mean teoritik, maka perlu mencari nilai
tengah dari skor.minimum sampai skor maksimum.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
b. Satuan Deviasi Standar ( )
Untuk mencari standar deviasi adalah dengan mencari rentang
dari skor maksimum dikurangi skor minimum kemudian dibagi
6.
Karena pengkategorian dibuat ke dalam 3 kategori, maka keenam satuan
deviasi standar dibagi ke dalam 3 bagian seperti berikut:
Tabel 3.2 Kategori Menurut Azwar
Kategori Kriteria
Rendah X < (µ – 1,0 × )
Sedang (µ – 1,0 × ) ≤ X < (µ + 1,0 × )
Tinggi X ≥ (µ + 1,0 × )
Selanjutnya, dilakukan penghitungan untuk menentukan kategori
kreativitas dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Mean teoritik (µ)
a) Skor minimum yang diperoleh adalah 4 dan skor maksimum
yang diperoleh adalah 14.
b) Mean teroritik (µ) = 9
b. Satuan Deviasi Standar ( )
Untuk mencari satuan deviasi standar, maka skor
maksimum dikurangi skor minimum, kemudian dibagi 6.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Maka didapatkan kategori kreativitas sebagai berikut:
Tabel 3.3 Kategori Penilaian Kreativitas
Kategori Kriteria
Rendah X < 7
Sedang 7 ≤ X < 11
Tinggi X ≥ 11
2. Analisis Permasalahan dengan Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi
Analisis kemampuan berpikir tinggi tersebut dilakukan
menggunakan purposive sampling. Sugiyono (2014), purposive sampling
adalah penentuan sumber data dipilih dengan pertimbangan dan tujuan
tertentu. Purposive sampling dilakukan untuk memilih subjek penelitian
dari tiap kategori pada kreativitas.
Analisis data terkait kemampuan berpikir tingkat tinggi mahasiswa
dilakukan secara kualitatif. Data kualitatif dapat diartikan bahwa analisis
data akan dijabarkan dengan kata-kata dan dideskripsikan secara jelas.
Analisis tersebut dideskripsikan secara jelas yang berpedoman pada teori
kemampuan berpikir tingkat tinggi menurut Anderson & Krathwohl
(2001):
Tabel 3.4 Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi
No. Kategori dan Proses Kognitif Nama-nama Lain
1. Menganalisis Membedakan Menyendirikan, Memilih,
Memfokuskan, Memilih
Mengorganisasi Menemukan koherensi,
Memadukan, Membuat garis
besar, Mendeskripsikan peran,
Menstrukturkan
Mengatribusikan Mendekonstruksikan
2. Mengevaluasi Memeriksa Mengoordinasi, Mendeteksi,
Memonitor, Menguji
Mengkritik Menilai
3. Mencipta Merumuskan Membuat hipotesa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Merencanakan Mendesain
Memproduksi Mengkonstruksi
3. Wawancara
Kegunaan wawancara adalah untuk menperdalam dan memperkuat
analisis kemampuan berpikir tingkat tinggi menurut Anderson &
Krathwohl (2001). Hasil wawancara dihubungkan dengan analisis
tersebut untuk mengetahui apakah mahasiswa membuat permasalahan
dengan kemampuan berpikir tingkat tinggi pada topik pengubinan.
H. Prosedur Pelaksanaan Penelitian
Prosedur penelitian merupakan penjelasan langkah-langkah yang
harus ditempuh dalam suatu penelitian. Langkah-langkah yang dilaksanakan
dalam penelitian ini meliputi:
1. Tahap Persiapan Penelitian
a. Melakukan kajian pustaka untuk mengetahui tahapan-tahapan
dalam penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif untuk
mengidentifikasi indikator kreativitas dan kemampuan berpikir
tingkat tingi.
b. Menyusun instrumen penelitian yang terdiri dari lembar kerja
mengenai topik pengubinan, rubrik penilaian kreativitas, dan
wawancara.
c. Melakukan konsultasi, vallidasi dan perbaikan instrumen
melalui bimbingan dosen.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
d. Memilih subjek penelitian untuk pengambilan data dalam
penelitian.
e. Meminta izin kepada dosen pengampu mata kuliah yang
bersangkutan.
f. Menghubungi subjek penelitian dengan meminta izin untuk
keterlaksanaan penelitian dan menentukan jadwal.
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian
a. Pemberian lembar kerja topik pengubinan kepada subjek
penelitian yang telah dipilih.
b. Melakukan penilaian lembar kerja topik pengubinan dengan
menggunakan rubrik penilaian kreativitas.
c. Mengelompokkan hasil dari rubrik penilaian kreativitas ke
dalam kategori kreativitas.
d. Memilih subjek penelitian berdasarkan pengelompokkan ke
dalam kategori kreativitas untuk wawancara.
e. Melakukan wawancara.
3. Tahap Akhir Penelitian
Pada tahap ini, peneliti melakukan analisis data dimulai dari
melakukan penskoran terhadap hasil lembar kerja yang dinilai
menggunakan rubrik penilaian kreativitas. Karena penelitian
bersifat kuantitatif, maka penelitian ini dilanjutkan dengan analisis
menggunakan statistik deskriptif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Selanjutnya, subjek penelitian yang telah dikelompokkan ke
dalam kategori kreativitas dipilih untuk dianalisis secara kualitatif
terkait kemampuan berpikir tingkat tinggi terhadap permasalahan
yang dibuat. Wawancara dilakukan untuk mengonfirmasi dan
memperkuat hasil analisis. Terakhir penarikan kesimpulan dari
keseluruhan hasil analisis dan pembahasan dalam penelitian.
I. Penjadwalan Pelaksanaan Waktu Penelitian
Berikut adalah penjadwalan mengenai pelaksanaan penelitian yang telah
dilakukan:
Tabel 3.5 Pelaksanaan Penelitian
No. Hari, tanggal Keterangan
1. Senin, 20 Mei 2019
Para mahasiswa mengerjakan lembar kerja
dengan permasalahan berupa topik
pengubinan
2. Rabu, 14 Agustus 2019 Wawancara dengan mahasiswa M092
Wawancara dengan mahasiswa M106
3. Kamis, 15 Agustus 2019
Wawancara dengan mahasiswa M093
Wawancara dengan mahasiswa M107
Wawancara dengan mahasiswa M096
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
BAB IV
DESKRIPSI PELAKSANAAN, ANALISIS DATA,
DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Pelaksanaan
Penelitian ini dilakukan di Universitas Sanata Dharma Kampus 3
Paingan, Yogyakarta. Subjek penelitian adalah mahasiswa Pendidikan
Matematika angkatan 2016. Subjek penelitian secara khusus adalah
mahasiswa kelas E pada mata kuliah Pengajaran Mikro yang berjumlah 23
mahasiswa. Mata kuliah Pengajaran Mikro di kelas E diampu oleh Bapak
Dr. M. Andy Rudhito, S.Pd.
Pengambilan data dilakukan pada hari Senin, 20 Mei 2019. Diawali
dengan memberikan lembar kerja topik pengubinan kepada sejumlah 23
mahasiswa. Subjek penelitian diberikan waktu mengerjakan sebanyak
kurang lebih 60 menit atau satu jam dan jika waktu telah habis maka hasil
pekerjaan dikumpulkan kepada peneliti.
Saat mengerjakan lembar kerja tersebut, subjek penelitian tidak
menggunakan alat bantu hitung atau sumber bacaan apapun. Subjek
penelitian secara murni menggunakan keterampilan terkait matematika. Dari
situ, diharapkan subjek penelitian dapat memunculkan kreativitas
matematika dari pembelajaran matematika yang telah dipelajari. Selain itu,
diharapkan subjek penelitian mampu membuat permasalahan dengan
kemampuan berpikir tingkat tinggi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Setelah pengambilan data dilakukan, maka didapatkan data untuk
kreativitas matematika dan permasalahan dengan kemampuan berpikir
tingkat tinggi. Data terkait kreativitas matematika tersebut berupa hasil
penskoran yang berpedoman pada rubrik penilaian kreativitas. Lalu, subjek
penelitian dikategorikan pada kreativitas dengan kategori rendah, sedang,
dan tinggi. Selanjutnya, dipilih beberapa subjek dari tiap kategori untuk
melihat kemampuan berpikir tingkat tinggi dari permasalahan yang dibuat.
Wawancara digunakan untuk memperkuat hasil analisis kemampuan
berpikir tingkat tinggi.
B. Analisis Data
1. Analisis Kreativitas
Data yang didapat dari lembar kerja topik pengubinan, selanjutnya
dilakukan analisis untuk kreativitas matematika. Analisis dilakukan dengan
berpedoman pada rubrik penilaian kreativitas. Berikut adalah data hasil
kreativitas para mahasiswa:
Tabel 4.1 Hasil Penskoran Kreativitas
No. Kode
Mahasiswa
Skor
Skor
Total
Ori
sin
alit
as
Fle
ksi
bil
itas
Kef
asih
an
Ela
bora
si
1. M076 3 2 3 3 11
2. M079 3 2 4 3 12
3. M090 3 2 4 3 12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
4. M091 3 2 4 3 12
5. M092 3 3 3 1 10
6. M093 2 1 1 3 7
7. M094 3 1 2 3 9
8. M095 3 2 2 2 9
9. M096 3 1 1 1 6
10. M098 3 3 4 3 13
11. M099 3 3 4 1 11
12. M100 2 2 3 2 9
13. M101 3 2 4 3 12
14. M102 3 4 4 1 12
15. M104 3 4 4 1 12
16. M105 3 3 4 3 13
17. M106 3 4 4 2 13
18. M107 3 3 3 3 12
19. M108 3 1 4 3 11
20. M109 3 4 4 3 14
21. M110 3 2 2 3 10
22. M111 3 2 4 2 11
23. M112 3 2 4 3 12
Jumlah 67 55 76 55 253
Selanjutnya, skor total yang diperoleh subjek penelitian dipadankan
dengan kategori kreativitas pada tabel 3.3 sehingga diperoleh hasil sebagai
berikut:
Tabel 4.2 Kategori Kreativitas Hasil Penskoran
Kode Siswa Skor Total Kategori
M076 11 Tinggi
M079 12 Tinggi
M090 12 Tinggi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
M091 12 Tinggi
M092 10 Sedang
M093 7 Sedang
M094 9 Sedang
M095 9 Sedang
M096 6 Rendah
M098 13 Tinggi
M099 11 Tinggi
M100 9 Sedang
M101 12 Tinggi
M102 12 Tinggi
M104 12 Tinggi
M105 13 Tinggi
M106 13 Tinggi
M107 12 Tinggi
M108 11 Tinggi
M109 14 Tinggi
M110 10 Sedang
M111 11 Tinggi
M112 12 Tinggi
Dari hasil pada tabel 4.2 di atas dapat dirangkum berdasarkan jumlah
subjek penelitian dan kategori kreativitas dari hasil skor total yang
diperoleh. Kemudian, dihitung persentase banyaknya subjek penelitian pada
setiap kategori yang sejenis. Berikut adalah hasil rangkuman yang disajikan
pada tabel 4.3:
Tabel 4.3 Jumlah Subjek Penelitian Tiap Kategori
Kategori Jumlah Subjek Penelitian Persentase
Tinggi 16 69,57%
Sedang 6 26,08%
Rendah 1 4,35%
Didapatkan jumlah subjek penelitian dari tiap kategori kreativitas. Kategori
tinggi diperoleh sebanyak 16 subjek penelitian atau sebesar 69,57%,
kategori sedang diperoleh sebanyak 6 subjek penelitian atau sebesar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
26,08%, dan kategori rendah diperoleh sebanyak 1 subjek penelitian atau
sebesar 4,35%
2. Analisis Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi
Pada bagian ini, peneliti ingin menganalisis kemampuan berpikir
tingkat tinggi. Hal itu dilakukan dengan menganalisis proses kognitif
terhadap solusi dari permasalahan yang dibuat oleh subjek penelitian.
Jika permasalahan yang dibuat oleh subjek penelitian tidak diberikan
solusinya, peneliti melakukan analisis proses kognitif berpedoman
kemampuan berpikir tingkat tinggi menurut Anderson & Krathwohl
(2001).
Selanjutnya, peneliti melakukan wawancara terhadap subjek
penelitian. Wawancara berguna untuk memperkuat dan memperdalam
proses kognitif yang dimaksud oleh subjek. Selain itu, kegunaan
wawancara juga untuk mengetahui kemampuan berpikir tingkat tinggi
dari permasalahan-permasalahan yang telah dibuat oleh subjek
penel;itian.
Dengan demikian, hasil analisis tersebut digunakan untuk melihat
apakah subjek penelitian membuat permasalahan dengan kemampuan
berpikir tingkat tinggi dari topik pengubinan.
a. Subjek Penelitian M096
Subjek penelitian dengan kode M096 adalah satu-satunya subjek
penelitian yang diambil dari kreativitas dengan kategori rendah.
Subjek penelitian M096 tersebut mampu menghasilkan sebuah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
permasalahan terkait matematika. Kalimat permasalahan yang
diajukan dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 4.1 Permasalahan Subjek Penelitian M096
Selanjutnya, subjek penelitian M096 menyajikan solusi terhadap
permasalahan yang telah diajukan tersebut. Berikut solusi dari
permasalahan mengenai banyaknya cara pewarnaan pada ubin:
Gambar 4.2 Solusi Permasalahan Subjek Penelitian M096
Dari solusi yang disajikan, maka peneliti melakukan analisis terhadap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
proses kognitif pada solusi tersebut.
Dalam menyajikan solusi seperti pada gambar 4.2, subjek
penelitian M096 memerlukan proses kogitif mengenali pola ubin pada
lembar kerja. Kemudian, kategori memahami digunakan proses
kognitif menyimpulkan pola ubin pada lembar kerja. Lalu, kategori
memahami masih diperlukan proses kognitif berupa merangkum.
Dalam hal ini, merangkum materi dan menyelesaikan permasalahan
banyaknya cara yang terjadi dalam suatu kejadian.
Selanjutnya, subjek penelitian M096 harus mencapai pada
kategori mengaplikasikan yang berupa proses kognitif mengeksekusi
dan mengimplementasikan. Proses kognitif mengimplementasikan
berupa menggunakan solusi berupa banyaknya cara yang terjadi dalam
suatu kejadian terkait banyaknya cara pewarnaan pada ubin.
Selanjutnya, pada proses penghitungan angka-angka melibatkan
proses kognitif mengeksekusi.
Perlu diperhatikan lagi bahwa kategori menganalisis juga
dibutuhkan. Proses kognitifnya berupa membedakan untuk
memfokuskan pada kalimat bahwa tidak boleh ada warna sama yang
berdekatan pada satu jenis ubin. Selain itu, proses kognitif tersebut
menuntut subjek penelitian M096 untuk menerapkan solusi dengan
cara memilah tiap jenis ubin untuk melakukan banyaknya cara
pewarnaan.
Namun, subjek penelitian M096 tidak dapat menyajikan solusi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
tersebut secara rinci. Subjek penelitian M096 menyajikan solusi dari
permasalahan pada gambar 4.2 hanya pada langkah-langkah awal
atau gambaran dari solusi atas permasalahan tersebut. Selanjutnya,
dilakukan wawancara kepada subjek penelitian M096 untuk
mengetahui proses kognitif menurut subjek tersebut.
Peneliti : “Boleh dijelasin nggak, sebenernya gimana
proses penyelesaian dari soal itu?”
Subjek : “Jadi kan di soal ini udah dibentuk melingkar
gini kan dari belah ketupat sama anak panah,
selang-seling gitu. Nah ketika cuma disediakan
14 warna, gimana caranya buat mewarnai tiap-
tiap ubin ini. Nah, dimana tiap warna yang sama
itu nggak boleh saling berdekatan di satu urutan.
Tapi boleh berdekatan kalo di urutan yang beda
jenis ubinnya, kak.”
Peneliti : “Kalau di permasalahanmu tuh berarti langsung
menerapkan konsep banyaknya cara untuk
pewarnaan pada ubin?”
Subjek : “Iya, kak”
Peneliti : “Lebih gunain ke filling slots?”
Subjek : “Iya filling slots.”
Peneliti : “Apakah permasalahan yang kamu buat itu
dapat kamu kategoriin ke permasalahan dengan
kemampuan berpikir tingkat tinggi atau nggak?”
Subjek : “Kalau menurutku sih kurang bisa dikategoriin
ke situ.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Dari hasil wawancara terhadap solusi tersebut, subjek penelitian
M096 menyatakan bahwa permasalahan yang dibuatnya mencapai
pada kategori mengaplikasikan.
b. Subjek Penelitian M092
Subjek penelitian dengan kode M092 adalah subjek penelitian
pertama yang dipilih dari kreativitas dengan kategori sedang.
Dibanding subjek penelitian pada kategori rendah, subjek penelitian
M092 tersebut mampu menghasilkan sebanyak tiga permasalahan.
Ketiga permasalahan tersebut akan dianalisis proses kognitifnya di
bawah ini:
1) Permasalahan pertama
Permasalahan pertama yang dihasilkan oleh subjek penelitian
M092 mengenai banyaknya keseluruhan potongan salah satu batu
untuk membuat pola secara lengkap. Kalimat permasalahan tersebut
dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 4.3 Permasalahan Pertama Subjek Penelitian M092
Untuk permasalahan pertama, subjek penelitian M092
memberikan solusi secara rinci. Solusi untuk permasalahan tersebut
dapat dilihat seperti berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Gambar 4.4 Solusi Permasalahan Pertama Subjek Penelitian
M092
Dari solusi di atas, peneliti melakukan analisis proses kognitif
subjek penelitian M092. Pertama, subjek penelitian M092 perlu
aktivitas kognitif mengenali pola ubin yang terdapat pada lembar
kerja. Kemudian, dilanjutkan dengan kategori memahami berupa
proses kognitif menyimpulkan pola ubin tersebut. Menyimpulkan pola
ubin berguna juga untuk mengetahui bagaimana cara menempatkan
banyaknya potongan ubin jenis kedua yang dibutuhkan.
Pada kategori mengaplikasikan, subjek penelitian M092
melanjutkan proses kognitif mengeksekusi dan mengimplementasikan.
Proses kognitif mengimplementasikan menuntut subjek penelitian
harus memahami permasalahan dan melengkapi potongan ubin
dengan alternatif prosedur yang tepat. Lalu, proses kognitif
mengeksekusi untuk menghitung jumlah keseluruhan potongan batu
jenis kedua pada pola ubin yang sudah lengkap.
Sebelumnya, subjek penelitian M092 perlu kategori
menganalisis. Proses kognitif membedakan kedua jenis ubin dan
memfokuskan banyaknya masing-masing jenis ubin pada tiap lapisan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Selain itu, proses kognitif tersebut untuk melihat secara mendetail
terbentuknya suatu pola pada tiap jenis ubin. Kemudian, berlanjut
proses kognitif mengimplementasikan prosedur melengkapi pola yang
belum utuh dengan menerapkan konsep barisan aritmatika. Terakhir,
proses kognitif mengeksekusi banyaknya keseluruhan potongan ubin
jenis pertama yang dibutuhkan saat pola ubin tersebut lengkap.
Selain itu, peneliti juga ingin melakukan wawancara untuk
mengetahui proses kognitif menurut subjek penelitian M092.
Wawancara tersebut berguna untuk mendalami permasalahan dengan
kemampuan berpikir tingkat tinggi atau bukan. Wawancara terkait
permasalahan gambar 4.3 dapat ditinjau seperti berikut:
Peneliti : “Kalau no. 1, menurutmu penyelesaiinnya
gimana?”
Subjek : “Yang pertama aku ngitung satu-satu. Tapi
sebelumnya dilengkapin dulu gambarnya. Ini
kan gambarnya kan belum penuh, jadi kalau
mau membentuk suatu pola harus dipenuhin
atau diselesaiin dulu. Tapi aku nyelesaiinnya
lihat pola sebelumnya. Berapa banyak yang
ke bawah dan berapa banyak yang ke atas
biar tahu letak batunya, terus kuhitungnya
manual.
Peneliti : “Ada cara penyelesaian yang lain nggak?”
Subjek : “Sampai saat ini yang aku tahu baru itu.”
Peneliti : “Menurutmu, permasalahan ini udah bisa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
dikategoriin ke permasalahan dengan
kemampuanberpikir tingkat tinggi? ”
Subjek : “Kalau yang nomer satu ini kayaknya belum.”
Dari hasil wawancara, subjek penelitian M092 mengatakan
bahwa solusi untuk permasalahan pertama mencapai kategori
mengaplikasikan.
2) Permasalahan kedua
Permasalahan kedua yang dibuat oleh subjek penelitian M092
mengenai mengapa ada perbedaan pola pada potongan batu kedua
pada lapisan kedua dari potongan tersebut. Kalimat permasalahan
yang dibuat dapat dilihat seperti berikut:
Gambar 4.5 Permasalahan Kedua Subjek Penelitian M092
Peneliti melakukan analisis proses kognitif terhadap solusi dari
permasalahan tersebut. Awalnya, diperlukan kategori mengingat
berupa proses kognitif mengenali pola yang dibentuk dari ubin pada
lembar kerja. Lalu, proses kognitif menyimpulkan pada kategori
memahami diperlukan untuk menyimpulkan bentuk pola ubin dan
bagaimana meletakkan potongan kedua jenis ubin agar lengkap.
Kemudian, dilanjutkan dengan kategori mengaplikasikan.
Pada kategori mengaplikasikan, diperlukan aktivitas kognitif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
mengeksekusi dan mengimplementasi seperti pada permasalahan
sebelumnya. Namun, diperlukan kategori menganalisis berupa proses
kognitif membedakan untuk memilah tiap jenis ubin. Proses
melengkapi pola ubin yang belum utuh masih sama seperti pada
proses kognitif dari solusi permasalahan pertama. Selanjutnya, perlu
mencapai kategori menganalisis dan mengevaluasi.
Kategori menganalisis menggunakan proses kognitif
membedakan dan mengorganisasi. Lalu, kategori mengevaluasi perlu
proses kognitif memeriksa. Proses kognitif memeriksa dilakukan dari
lapisan pusat ubin sampai lapisan keempat dengan potongan ubin jenis
kedua. Sedangkan, proses kognitif membedakan tersebut untuk
memfokuskan susunan pola ubin yang memengaruhi potongan batu
kedua pada lapisan keempat dari pusat susunan ubin. Selanjutnya,
proses kognitif mengorganisasi untuk mengetahui alasan perbedaan
susunan pola pada lapisan keempat dari pusat dibandingkan pola
lapisan kedua pada potongan ubin jenis kedua.
Namun, solusi untuk permasalahan ini tidak disajikan oleh
subjek penelitian M092. Oleh karena itu, peneliti melakukan
wawancara kepada subjek penelitian agar diketahui proses kognitif
solusi yang diinginkan subjek penelitian M092. Hasil wawancara
dapat ditinjau seperti berikut:
Peneliti : “Untuk no. 2 kan kamu nggak ngasih
solusinya, kenapa nggak dikasih solusinya?”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Subjek : “Aku nyoba mengamati polanya, kok
ternyata ada yang janggal. Nah ketemu
permasalahan itu, tapi aku tetep nggak tahu
jawabannya.”
Peneliti : “Aku nyoba menarik gambaran kasaran
penyelesaiannya ya ini. Kamu inget dulu
polanya?”
Subjek : “Iya.”
Peneliti : “Kedua, kamu paham dulu polanya?”
Subjek : “Iya”
Peneliti : “Terus kamu kan teliti dulu jadi nemu ada
yang janggal. Berarti kamu jawabnya perlu
cermati lebih dalam, dianalisis ya?”
Subjek : “Iya.”
Peneliti : “Menurutmu, permasalahan ini udah bisa
dikategoriin ke permasalahan dengan
kemampuanberpikir tingkat tinggi? ”
Subjek : “Kalau yang nomer dua udah. Menurutku
paling susah, aku aja belum dapat gambaran
jawabannya.”
Dari hasil analisis di atas, subjek penelitian M092 menyatakan
bahwa permasalahan kedua membutuhkan kategori menganalisis.
3) Permasalahan ketiga
Permasalahan ketiga yang dibuat oleh subjek penelitian M092
yaitu bagaimana pola yang dibentuk jika susunan pusat yang dibentuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
bukan dari jenis potongan batu pertama. Kalimat permasalahan yang
dibuat dapat dilihat seperti berikut:
Gambar 4.6 Permasalahan Kedua Subjek Penelitian M092
Peneliti menganalisis proses kognitif terhadap solusi dari
permasalahan tersebut. Pertama, proses kognitif mengenali pola dari
bentuk ubin pada lembar kerja dari kedua jenis ubin. Selanjutnya,
kategori memahami berupa proses kognitif menyimpulkan bentuk dari
pola ubin tersebut. Selain itu, menyimpulkan dapat membantu untuk
mengetahui bagaimana menempatkan potongan kedua jenis batu pada
pola yang belum utuh. Namun, hal tersebut tidak menjadi masalah
karena pola yang dibuat akan dimulai dari potongan batu kedua.
Pada kategori mengaplikasikan, dibutuhkan proses kognitif
mengeksekusi dan mengimplementasi. Proses kognitif
mengimplementasikan digunakan untuk mencari alternatif prosedur
dalam mencari kesesuaian sudut-sudut pada kedua jenis potongan
batu. Selanjutnya, proses kognitif mengeksekusi jika pusatnya dimulai
dengan potongan jenis kedua, sehingga perlu membagi sudut 360°
dengan sudut pada ujung potongan ubin jenis kedua. Dari situ, juga
didapatkan berapa banyaknya potongan batu kedua sebagai pusat.
Setelah itu, subjek penelitian M092 perlu mencapai kategori
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
menganalisis. Proses kognitif membedakan diperlukan untuk memilah
tiap potongan jenis ubin dan pola yang dibuat. Lalu, proses kognitif
meorganisasi keseluruhan bagian-bagian agar dapat terbentuknya pola
yang dimulai dari potongan batu jenis kedua dan dilanjutkan potongan
batu jenis pertama. Susunan pola ubin tetap sama dibuat secara
bergantian menyerupai pola sebelumnya.
Terakhir, subjek penelitian M092 harus mencapai pada kategori
mencipta. Proses kognitif yang dibutuhkan adalah merencanakan dan
memproduksi pola susunan ubin yang baru. Dengan demikian, proses
kognitif tersebut telah membuat subjek penelitian mampu
mereorganisasi sejumlah elemen atau bagian dan mendesain pola ubin
yang baru.
Sayangnya, subjek penelitian M092 tidak menyajikan solusi dari
permasalahan ketiga yang dibuat. Wawancara dilakukan untuk
mengetahui proses kognitif dari solusi yang tidak diberikan menurut
subjek penelitian tersebut. Wawancara terhadap subjek penelitian
M092 dapat dilihat sebagai berikut:
Peneliti : “Lalu, no. 3, kamu nggak ngasih solusi juga.
Karena apa nggak ngasih solusi?”
Subjek : “Sebenernya karena males gambar sih, kak.”
Peneliti : “Berarti kayak merancang pola baru ya ini?”
Subjek : “Iya.”
Peneliti : “Karena pola barunya untuk pusat bukan dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
belah ketupat, kamu perlu nyari sudut untuk
anak panah yang akan disusun dulu?”
Subjek : “Iya, kak.”
Peneliti : “Lalu, habis nyari itu semua baru kamu bikin
langkah-langkahnya kan? Terus tinggal
nyusun pola barunya?”
Subjek : “Iya bener kak.”
Peneliti : “Menurutmu, permasalahan ini udah bisa
dikategoriin ke permasalahan dengan
kemampuan berpikir tingkat tinggi? ”
Subjek : “Yang nomer tiga juga udah bisa.”
Subjek penelitian M092 menyatakan bahwa sebenarnya solusi
terhadap permasalahan ketiga diperlukan sampai kategori mencipta.
c. Subjek Penelitian M093
Subjek penelitian dengan kode M093 adalah subjek penelitian
kedua yang dipilih dari kreativitas dengan kategori sedang. Subjek
penelitian M093 tersebut hanya mampu menghasilkan sebuah
permasalahan. Permasalahan yang dihasilkan oleh subjek penelitian
M093 mengenai banyaknya potongan batu untuk melengkapi pola
ubin agar terlihat utuh. Kalimat permasalahan tersebut dapat dilihat
secara jelas pada gambar berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Gambar 4.7 Permasalahan Subjek Penelitian M093
Subjek penelitian M093 menyajikan solusi terhadap
permasalahan tersebut. Solusi yang disajikan oleh subjek penelitian
M093 dapat dikatakan disajikan secara rinci. Berikut adalah solusi
dari permasalahan yang dibuat:
Gambar 4.8 Solusi Permasalahan Subjek Penelitian M093
Dari solusi pada gambar 4.8, peneliti melakukan analisis
terhadap proses kognitif yang terdapat pada solusi tersebut. Awalnya,
perlu proses kogitif berupa mengenali pola ubin yang terdapat pada
lembar kerja. Lalu, dilanjutkan dengan kategori memahami berupa
proses kognitif menyimpulkan. Proses kognitif menyimpulkan
dilakukan untuk menyimpulkan bagaimana pola ubin pada lembar
kerja. Proses kognitif menyimpulkan dilakukan untuk mengetahui
bagaimana menempatkan kedua jenis ubin pada pola ubin yang belum
utuh.
Selanjutnya, subjek penelitian M093 menuju pada proses
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
kognitif mengeksekusi dan mengimplementasikan. Namun, sebelum
mencapai proses kognitif mengimplementasikan, diperlukan kategori
menganalisis. Subjek penelitian M093 perlu proses kognitif
membedakan untuk memfokuskan banyaknya masing-masing jenis
ubin pada tiap lapisan dan menemukan pola pada tiap jenis ubin.
Lalu, subjek penelitian M093 mencapai proses kognitif
mengimplementasikan. Proses kognitif tersebut untuk menggunakan
prosedur melengkapi pola yang belum utuh dengan menerapkan
konsep barisan aritmatika. Kemudian, proses kognitif mengeksekusi
untuk menghitung jumlah potongan batu pertama dan potongan batu
kedua yang dibutuhkan agar pola menjadi utuh.
Proses kognitif mengimplementasikan juga dapat memilih
prosedur untuk melengkapi pola dengan melihat potongan batu jenis
pertama. Kemudian menarik garis lurus pada kedua sisinya, sehingga
dapat melihat banyaknya kedua jenis potongan hingga lapisan terluar
ubin pada suatu bagian tersebut. Proses kognitif mengeksekusi untuk
menghitung banyaknya pola yang belum utuh dapat berpedoman pada
cara penyelesaian tersebut.
Selanjutnya, dilakukan wawancara terhadap subjek penelitian
M093 untuk melihat proses kognitif menurut subjek penelitian
tersebut. Hasil wawancara terhadap subjek penelitian M093 dapat
ditinjau sebagai berikut:
Peneliti : “Kan kamu bikin permasalahan seperti ini,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
gimana kamu nyelesaiin permasalahannya?”
Subjek : “Ngitung manual sih. Jadi aku gambar dulu ikut
polanya ini. Terus baru aku hitung manual.
Agak bingung juga sih ngitungnya, karena
gambar yang anak panah agak susah.”
Peneliti : “Berati step awal kamu ngenal polanya dulu
kan? ”
Subjek : “Iya”
Peneliti : “Terus paham polanya dulu kan? Selanjutnya
pas mau nggambar kamu perlu fokus banget
kayak analisis kalau aku gambar segini pas
nggak ya? Atau yang penting aku gambar aja
dulu yang penting sesuai?”
Subjek : “Dihitung sih. Jadi setelah aku gambar, ah ini
salah, nggak ketemu dibagian ujungnya. Terus
aku hapus lagi, gambar ulang lagi. Tapi aku
nggak menemukan kayak pola khusunya gitu.
Jadi asal gambar aja.”
Peneliti : “Berarti kamu nggak kepikiran kayak perlu
pola-polanya dicermatin dulu?”
Subjek : “Sempet kepikiran sana, tapi nggak sampe
menemukannya. Tapi lebih pilih hitung manual
gitu tadi.”
Peneliti : “Sebenernya permasalahan yang kamu buat ini
tuh bisa dikategoriin ke permasalahan dengan
kemampuan berpikir tingkat tinggi atau
belum?”
Subjek : “Belum sih, kak. Karena hanya sebatas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
melengkapi dan menghitung aja.”
Subjek penelitian M093 menyatakan bahwa dalam mencapai
solusi terhadap permasalahan tersebut diperlukan kategori
mengaplikasikan.
d. Subjek Penelitian M106
Subjek penelitian dengan kode M106 adalah subjek penelitian
penelitian pertama yang dipilih dari kreativitas dengan kategori tinggi.
Subjek penelitian M106 dapat membuat sebanyak enam permasalahan
terkait matematika. Keenam permasalahan tersebut akan dianalisis
proses kognitifnya seperti berikut:
1) Permasalahan pertama
Permasalahan yang dibuat oleh subjek penelitian M106
mengenai berapa banyaknya potongan batu jenis pertama untuk pola
berikutnya. Kalimat permasalahan tersebut dapat dilihat sebagai
berikut:
Gambar 4.9 Permasalahan Pertama Subjek Penelitian M106
Solusi yang disajikan pada kedua permasalahan dapat dilihat
pada gambar di bawah ini:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Gambar 4.10 Solusi Permasalahan Pertama Subjek Penelitian
M106
Dari solusi tersebut, peneliti menganalisis proses kognitif yang
dimaksud oleh subjek penelitian M106.
Awalnya, subjek penelitian M106 memerlukan proses kognitif
berupa mengenali pola ubin pada lembar kerja. Selanjutnya, perlu
mencapai kategori memahami. Kategori memahami menuntut proses
kognitif menyimpulkan pola ubin yang terbentuk. Selain itu, proses
kognitif menyimpulkan juga membantu untuk bagaimana
menempatkan kedua jenis potongan pada pola yang utuh.
Lalu, subjek penelitian perlu mencapai kategori
mengaplikasikan. Pada kategori mengaplikasikan, subjek penelitian
M106 perlu proses kognitif mengeksekusi dan mengimplementasikan.
Proses kognitif mengimplementasikan menuntut subjek penelitian
untuk menggunalan prosedur dalam menyelesaikan permasalahan
dengan menerapkan konsep barisan aritmatika. Lalu, proses kognitif
mengeksekusi untuk menghitung banyaknya potongan ubin yang
dibutuhkan agar pola ubin menjadi utuh.
Sebelum mencapai kategori mengaplikasikan, subjek penelitian
M106 memerlukan kategori menganalisis. Subjek penelitian M106
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
perlu proses kognitif membedakan untuk memfokuskan banyaknya
masing-masing jenis ubin pada tiap lapisan dan terbentuknya suatu
pola pada tiap jenis ubin. Selain itu, proses kognitif membedakan
dapat menarik garis lurus pada kedua sisinya, sehingga dapat melihat
banyaknya kedua jenis potongan hingga lapisan terluar ubin pada
suatu bagian tersebut. Kemudian, kembali pada proses kognitif
mengimplementasikan dan mengeksekusi untuk menghitung
banyaknya potongan ubin jenis pertama pada lapisan kelima dari
pusat.
Namun, wawancara juga dilakukan kepada subjek penelitian
M106. Wawancara digunakan untuk mengetahui proses kognitif
menurut subjek penelitian tersebut. Hasil wawancara dapat ditinjau
sebagai berikut:
Peneliti : “Untuk no. 1 dulu, ini gimana solusinya
menurutmu?”
Subjek : “Nah aku mencoba memikirkan, tapi kok
terlihat aneh untuk mencari polanya, Ya udah
tak gambar dulu, terus habis itu tak lengkapin ke
lapisan atasnya.”
Peneliti : “Berarti awalnya mengenali polanya dulu?”
Subjek : “Iya.”
Peneliti : “Terus kamu pahamin dulu buat nempatinnya
potongan ubinnya gimana?”
Subjek : “Iya, terus nyusun yang kosong.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Peneliti : “Tinggal lengkapin terus dihitung aja ini?”
Subjek : “Iya.”
Peneliti : “Menurutmu, apakah permasalahan yang kamu
buat itu termasuk permasalahan dengan
kemampuan berpikir tingkat tinggi atau nggak?”
Subjek : “Untuk yang nomer 1 belum.”
Dari hasil wawancara, subjek penelitian M106 menyatakan
bahwa solusi dari permasalahan tersebut hanya pada kategori
mengaplikasikan.
2) Permasalahan kedua
Lalu, permasalahan kedua hanya ditanyakan terkait banyaknya
potongan batu jenis kedua untuk pola berikutnya. Kalimat
permasalahan tersebut dapat dilihat di bawah ini:
Gambar 4.11 Permasalahan Kedua Subjek Penelitian M106
Solusi yang disajikan pada kedua permasalahan dapat dilihat
pada gambar di bawah ini:
Gambar 4.12 Solusi Permasalahan Kedua Subjek Penelitian M106
Dari solusi tersebut, peneliti menganalisis proses kognitif yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
dimaksud oleh subjek penelitian 106.
Pada awalnya, subjek penelitian M106 perlu proses kognitif
mengenali pola ubin yang ada pada lembar kerja. Selanjutnya,
kategori memahami diperlukan proses kognitif untuk menyimpulkan
pola susunan ubin tersebut. Kemudian, proses kognitif menyimpulkan
dapat mengarahkan subjek penelitian untuk mengetahui bagaimana
menempatkan kedua jenis potongan pada pola yang belum utuh.
Selanjutnya, subjek penelitian perlu mencapai kategori
menganalisis. Kategori menganalisis berupa proses kognitif
membedakan untuk memfokuskan banyaknya masing-masing jenis
ubin pada tiap lapisan dan terbentuknya suatu pola pada tiap jenis
ubin. Selain itu, proses kognitif membedakan dapat menarik garis
lurus pada kedua sisinya, sehingga dapat melihat banyaknya kedua
jenis potongan hingga lapisan terluar ubin yang dibutuhkan untuk
melengkapi.
Terakhir, kategori mengaplikasikan berupa proses kognitif
mengeksekusi dan mengimplementasikan. Kemudian proses kognitif
mengimplementasikan dapat menerapkan konsep barisan aritmatika
untuk mengetahui pola pada ubin jenis kedua. Selanjutnya,
mengeksekusi untuk menghitung banyaknya kedua jenis potongan
ubin pada lapisan keenam dari pusat.
Berikut adalah wawancara dengan subjek penelitian M106 untuk
mengetahui proses kognitif dari solusi yang disajikan:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Peneliti : “Terus untuk yang no. 2, menurutmu
penyelesaiannya gimana?”
Subjek : “Ngarang aja sih mas. Sebenernya ada
polanya gitu nggak sih mas, tapi aku lupa
gimana caranya, cuma kayak langsung tak
hitung aja.”
Peneliti : “Berarti kamu ngitung potongannya sambil
kamu ngikut polanya aja?”
Subjek : “Iya.”
Peneliti : “Menurutmu, apakah permasalahan yang
kamu buat itu termasuk permasalahan dengan
kemampuan berpikir tingkat tinggi atau
nggak?”
Subjek : “Nomer 2 belum bisa.
Dari hasil wawancara, subjek penelitian M106 menyatakan
bahwa solusi dari permasalahan kedua juga mencapai kategori
mengaplikasikan.
3) Permasalahan ketiga
Selanjutnya, permasalahan ketiga mengenai bangun datar apa
saja yang dapat dibentuk dari kedua jenis potongan batu. Kalimat
permasalahan ketiga dapat dilihat seperti berikut:
Gambar 4.13 Permasalahan Ketiga Subjek Penelitian M106
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Subjek penelitian M106 juga menyajikan solusi terhadap
permasalahan ini. Solusi yang disajikan seperti berikut:
Gambar 4.14 Solusi Permasalahan Ketiga Subjek Penelitian M106
Lalu, dilakukan analisis proses kognitifnya oleh peneliti terhadap
solusi yang disajikan.
Pertama, subjek penelitian M106 perlu proses kognitif
mengenali pola ubin. Selanjutnya, dilakukan proses kognitif untuk
menyimpulkan bentuk pola tersebut. Kemudian mencapai kategori
menganalisis berupa proses kognitif membedakan. Proses kognitif
tersebut untuk memfokuskan dan mencermati bangun-bangun datar
yang akan terbentuk dari kedua jenis potongan batu. Lalu, proses
kognitif mengorganisasi untuk menyusun bangun datar yang akan
dibentuk menggunakan sejumlah potongan ubin jenis pertama dan
jenis kedua. Kemudian, kembali pada proses kognitif mengingat
kembali untuk menyebutkan nama-nama bangun datar yang dibentuk
pada pola ubin tersebut.
Hasil wawancara kepada subjek penelitian M106 terkait proses
kognitif menurut subjek penelitian tersebut dapat ditinjau di bawah
ini:
Peneliti : “Sekarang untuk no. 3, gimana solusinya ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
menurutmu?”
Subjek : “Waktu itu aku mikirnya kayak gabungin dua
ubinnya itu jadi layang-layang. Terus kayak
yang disolusi itu bisa jadi bintang dari
gabungan potongan pertama, terus juga belah
ketupat dari gabungan potongan pertama
sama kedua mas.”
Peneliti : “Berarti awalnya ngenalin polanya sama
pahamin gambarnya juga?”
Subjek : “Iya.”
Peneliti : “Dari gabungannya itu kamu bisa lihat terus
inget-inget bisa jadi suatu bangun datar?”
Subjek : “Iya, mas.”
Peneliti : “Menurutmu, apakah permasalahan yang
kamu buat itu termasuk permasalahan dengan
kemampuan berpikir tingkat tinggi atau
nggak?”
Subjek : “Untuk yang nomer tiga, iya.”
Dari hasil wawancara, subjek penelitian M106 menyatakan
bahwa solusi dari permasalahan keempat perlu mencapai kategori
menganalisis.
4) Permasalahan keempat
Lalu, permasalahan ketiga mengenai mengapa terjadi
pertambahan banyak potongan batu jenis pertama pada lapisan ketiga
dari pusat. Kalimat permasalahan tersebut dapat dilihat sebagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
berikut:
Gambar 4.15 Permasalahan Keempat Subjek Penelitian M106
Subjek penelitian M106 memberikan solusi untuk permasalahan
di atas. Berikut adalah solusi yang disajikan:
Gambar 4.16 Solusi Permasalahan Keempat Subjek Penelitian
M096
Dari solusi yang disajikan, peneliti menganalisis proses kognitif
terkait solusi terhadap permasalahan tersebut.
Pada awalnya, subjek penelitian M106 memerlukan kategori
mengingat. Dibutuhkan proses kognitif mengenali pola ubin pada
lembar kerja. Selanjutnya, kategori memahami diperlukan proses
kognitif menyimpulkan pola ubin yang terbentuk. Lalu, kategori
mengaplikasikan diperlukan proses kognitif mengeksekusi dan
mengimplementasikan. Proses kognitif mengimplementasikan
menuntut subjek penelitian M106 dalam melengkapi gambar pada
lapisan ketiga dari pusat untuk potongan ubin jenis pertama.
Kemudian, proses kognitif mengeksekusi untuk menghitung
banyaknya potongan ubin jenis pertama untuk melengkapi lapisan
ketiga belum yang utuh.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Solusi yang diperlukan mencapai kategori menganalisis berupa
proses kognitif membedakan & mengorganisasi dan kategori
mengevaluasi berupa proses kognitif memeriksa. Proses kognitif
membedakan untuk memfokuskan susunan pola ubin pada lapisan
ketiga dari pusat yang memengaruhi potongan batu jenis pertama
dengan jumlah bertambah sebanyak 15 potongan. Proses kognitif
memeriksa untuk melihat urutan lapisan dari pusat yang berpengaruh
pada pada lapisan ketiga potongan ubin jenis pertama. Proses kognitif
mengorganisasi untuk menjawab sudut bertanda huruf “a” yang
memengaruhi susunan lapisan kedua. Dengan demikian, jumlah
potongan ubin jenis pertama bertambah akan bertambah sebanyak 15
buah pada lapisan ketiga potongan ubin jenis pertama.
Wawancara juga diperlukan untuk mengetahui proses kognitif
dari solusi yang diberikan menurut subjek penelitian M106. Hasil
wawancara dapat ditinjau seperti berikut:
Peneliti : “Sekarang yang no. 4, menurutmu gimana
solusinya ini?”
Subjek : “Nah ini pola yang aku temukan mas. Dari pola
di ruas itu yang ditandai “a” itu bikin
bertambahnya jumlah potongan. Terus dari pola
yang ditemuin itu jadi tahu kenapa bertambah
25 buah untuk bangun pertama.”
Peneliti : “Berarti kamu perlu sampai mencermati lebih
dalam lagi?”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Subjek : “Iya mencermati.”
Peneliti : “Menurutmu, apakah permasalahan yang kamu
buat itu termasuk permasalahan dengan
kemampuan berpikir tingkat tinggi atau nggak?”
Subjek : “Untuk nomer empat, iya. Karena butuh
mengevaluasi.”
Dari hasil wawancara, subjek penelitian M106 menyatakan
bahwa solusi dari permasalahan keempat perlu mencapai kategori
mengevaluasi.
5) Permasalahan kelima
Permasalahan keempat yang dibuat subjek penelitian M106
mengenai apa beda belah ketupat dan persegi. Kalimat permasalahan
dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Gambar 4.17 Permasalahan Kelima Subjek Penelitian M106
Namun, subjek penelitian M106 tidak menyajikan solusi dari
permasalahan di atas. Oleh karena itu, peneliti mengenai proses
kognitif untuk mencapai solusi tersebut.
Pertama, subjek penelitian M106 perlu kategori mengingat.
Proses kognitif berupa mengenali pola ubin pada lembar kerja. Masih
dengan kategori mengingat, subjek penelitian M106 perlu mengingat
kembali terkait pengertian dan ciri-ciri dari belah ketupat dan persegi.
Selanjutnya, kategori memahami diperlukan proses kognitif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
menyimpulkan perbedaan dari belah ketupat dan persegi. Dengan
demikian, subjek penelitian M106 dapat menyebutkan perbedaan
kedua jenis bangun datar tersebut.
Wawancara kepada subjek penelitian M106 dilakukan untuk
mengetahui proses kognitif terhadap solusi dari permasalahan di atas.
Hasil wawancara dapat dilihat di bawah ini:
Peneliti : “Sekarang no. 5, menurutmu gimana solusinya
ini?”
Subjek : “Cuma tinggal inget-inget ciri-cirinya aja ”
Peneliti : “Berarti kamu perlu mengingat kembali?”
Subjek : “Iya.”
Peneliti : “Menurutmu, apakah permasalahan yang kamu
buat itu termasuk permasalahan dengan
kemampuan berpikir tingkat tinggi atau nggak?”
Subjek : “Untuk nomer 5, nggak.”
Dari hasil wawancara, subjek penelitian M106 menyatakan
bahwa solusi dari permasalahan kelima perlu mencapai kategori
mengingat.
6) Permasalahan keenam
Terakhir, permasalahan keenam yang dibuat oleh subjek
penelitian M106 mengenai berapa banyaknya segitiga besar yang
terbentuk dari pola ubin tersebut. Kalimat permasalahan yang dibuat
dapat dilihat seperti berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Gambar 4.18 Permasalahan Keenam Subjek Penelitian M106
Subjek penelitian M106 tidak menyajikan solusi dari
permasalahan pada gambar ... di atas. Maka dari itu, peneliti
menganalisis proses kognitif dalam mencapai solusi dari
permasalahan tersebut.
Awalnya, subjek penelitian M106 perlu kategori mengingat.
Kategori ini, perlu proses kognitif berupa mengenali pola ubin pada
lembar kerja. Masih dengan kategori mengingat, subjek penelitian
M106 perlu mengingat kembali terkait konsep bangun datar segitiga.
Selanjutnya, kategori memahami diperlukan proses kognitif
menyimpulkan terbentuknya bangun datar segitiga dari pola ubin pada
lembar kerja.
Lalu, perlu kategori menganalisis berupa proses kognitif
membedakan. Proses kognnitif membedakan menuntut subjek
penelitian untuk memfokuskan kedua jenis potongan batu pada pola
agar terbentuk suatu segitiga dan segitiga besar yang dapat dibentuk.
Kemudian, subjek penelitian M106 dapat menyebutkan banyaknya
bangun datar segitiga besar yang terbentuk dari pola tersebut.
Karena tidak adanya solusi yang disajikan, maka peneliti
melakukan wawancara kepada subjek penelitian M106. Hasil
wawancara dapat dilihat sebagai berikut:
Peneliti : “Terus yang no. 6, menurutmu gimana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
solusinya?”
Subjek : “Sebenernya pengen liat bisa terbentuk segitiga
dari gabungan kedua potongan itu. Terus kalau
dipotong bisa dibentuk segitiga juga itu yang
bangun kedua.”
Peneliti : “Oh jadi yang dilihat juga kalau memotong
bangun kedua untuk lihat kemungkinannya jadi
segitga?”
Subjek : “Nah iya itu mas.”
Peneliti : “Jadi cuma pertanyaanmu yang nggak sesuai
dengan tujuannya.”
Subjek : “Iya nih mas.”
Peneliti : “Menurutmu, apakah permasalahan yang kamu
buat itu termasuk permasalahan dengan
kemampuan berpikir tingkat tinggi atau nggak?”
Subjek : “Terus yang nomer 6, iya.”
Dari hasil wawancara, subjek penelitian M106 menyatakan
bahwa solusi dari permasalahan keenam perlu mencapai kategori
menganalisis.
e. Subjek Penelitian M107
Subjek penelitian dengan kode M107 adalah subjek penelitian
kedua yang dipilih dari kreativitas dengan kategori tinggi. Subjek
penelitian M107 dapat menghasilkan tiga permasalahan terkait
matematika. Ketiga permasalahan tersebut akan dianalisis proses
kognitifnya di bawah ini:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
1) Permasalahan pertama
Permasalahan pertama yang dibuat oleh subjek penelitian M107
mengenai bagaimana cara awal menyusun kedua potongan ubin agar
terbentuk seperti pola pada lembar kerja. Berikut adalah gambar dari
permasalahan pertama:
Gambar 4.19 Permasalahan Pertama Subjek Penelitian M107
Subjek penelitian M107 memberikan solusi dari permasalahan
di atas. Solusi dari permasalahan yang dibuat dapat dilihat seperti
berikut:
Gambar 4.20 Solusi Permasalahan Pertama Subjek Penelitian
M107
Dari solusi yang disajikan oleh subjek penelitian tersebut, peneliti
melakukan analisis proses kognitifnya.
Subjek penelitian M107 perlu proses kognitif mengenali pola ubin
yang terbentuk. Selanjutnya, kategori memahami diperlukan pada
proses kognitif menyimpulkan pola ubin tersebut. Selanjutnya,
diperlukan proses kognitif mengeksekusi dan mengimplementasikan
untuk melengkapi pola ubin yang belum utuh. Proses kognitif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
mengimplentasikan lebih untuk memilih konsep barisan aritmatika
terkait melengkapi pola tersebut. Lalu, proses kognitif mengeksekusi
terhadap banyaknya potongan ubin pada kedua jenis potongan ubin.
Lalu, subjek penelitian harus mencapai kategori menganalisis.
Kategori tersebut berupa proses kognitif membedakan dengan
memilah bagian-bagian yang membentuk pola tersebut, terutama
terkait kedua jenis potongan ubin dan pola yang terbentuk. Proses
kognitif tersebut membantu melihat lapisan pusat yang harus dibagi
oleh lima buah ubin jenis pertama. Dalam hal ini, kategori
mengaplikasikan membantu dalam mencari kesesuaian sudut pada
kedua jenis potongan ubin agar dapat ditata seperti pola ubin pada
lembar kerja. Kemudian, proses mengorganisasi keseluruhan bagian
dari proses kognitif menganalisis untuk mencari garis besar dalam
menyusun pola ubin tersebut.
Selanjutnya, subjek penelitian M107 menuju pada kategori
mencipta. Proses kognitif yang diperlukan pada kategori mencipta
berupa merumuskan dan merencanakan langkah-langkah agar
terbentuk pola ubin pada lembar kerja tersebut. Proses kognitif
mencipta tersebut tidak terlepas dari proses kognitif menganalisis agar
dapat merencanakan langkah-langkah dalam menyusun kedua jenis
potongan ubin.
Peneliti masih perlu melakukan wawancara kepada subjek
penelitian M107. Wawancara ini untuk mengetahui proses kognitif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
menurut subjek penelitian tersebut. Hasil wawancara dapat dilihat
sebagai berikut:
Peneliti : “Sekarang untuk permasalahan no. 1,
menurutmu penyelesaiannya itu seperti
apa? Solusi untuk no. 1 bisa dijelasin dari
step awalnya.”
Subjek : “Kalau menurutku awalnya dari yang
mudah disusun, belah ketupat itu. Terus
untuk pengembangannya tinggal
menyesuaikan dengan sudut-sudutnya ini,
bisa dicocokkan tidak sama yang
sebelumnya. Selanjutnya begitu terus.”
Peneliti : “Berarti perlu analisis sudut-sudutnya atau
setiap bagiannya biar terhubung
semuanya?”
Subjek : “Iya.”
Peneliti : “Ini kan nggak ada acara nyusunnya, berarti
kamu bikin sendiri ini gimana cara
nyusunnya? Kayak menciptakan sesuatu
yang baru?”
Subjek : “Iya.”
Peneliti : “Menurutmu sekarang, apakah
permasalahan yang udah kamu buat itu
permasalahan dengan kemampuan berpikir
tingkat tinggi?”
Subjek : “Untuk yang nomer satu sih sudah mas.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Dari hasil wawancara, subjek penelitian M107 perlu mencapai
kategori mencipta untuk solusi yang diberikan.
2) Permasalahan kedua
Lalu, permasalahan kedua yang dibuat oleh subjek penelitian
M107 mengenai apakah dapat dibentuk pola yang baru. Berikut adalah
gambar dari permasalahan kedua:
Gambar 4.21 Permasalahan Kedua Subjek Penelitian M107
Subjek penelitian M107 masih menyajikan solusi dari
permasalahan pada gambar 4.21 di atas. Solusi yang disajikan sebagai
berikut:
Gambar 4.22 Solusi Permasalahan Kedua Subjek Penelitian
M107
Peneliti melakukan analisis proses kognitif pada permasalahan
kedua dari solusi pada gambar 4.22. Pertama, proses kognitif
mengenali pola ubin pada lembar kerja masih dibutuhkan. Dilanjutkan
pada proses kognitif menyimpulkan pola ubin yang dibentuk.
Selanjutnya, diperlukan kategori menganalisis. Kategori menganalisis
berupa proses kognitif membedakan dan mengorganisasi. Proses
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
kognitif membedakan untuk memilah tiap-tiap jenis ubin dan
memperhatikan pola yang terbentuk.
Kategori menganalisis juga melibatkan kategori
mengaplikasikan. Proses kognitif mengimplementasikan dan
mengeksekusi untuk mengetahui kesesuaian sudut-sudut pada kedua
jenis potongan ubin. Terlebih jika pola ubin tersebut diawali dengan
potongan ubin jenis kedua, perlu mencari sudut lancip pada potongan
jenis kedua untuk membagi sudut 360° sebagai pusat pola. Lalu,
proses kognitif mengorganisasi berguna untuk menghubungkan
informasi yang didapatkan dari proses kognitif membedakan. Proses
kognitif tersebut membantu dalam menyusun suatu pola ubin yang
baru.
Terakhir, proses kognitif mencipta berupa merencanakan suatu
pola ubin yang baru. Dalam proses kognitif merencanakan perlu
diperhatikan proses kategori proses kognitif yang sebelumnya
digunakan. Lalu, proses kognitif memproduksi suatu susunan pola
ubin yang baru. Dengan demikian, pola baru terbentuk menyerupai
pola sebelumnya yang disusun secara bergantian, hanya saja pusatnya
menggunakan potongan ubin jenis kedua.
Wawancara untuk mengetahui proses kognitif menurut subjek
penelitian M107 masih diperlukan. Hasil wawancara dapat ditinjau
seperti berikut:
Peneliti : “Untuk yang no. 3, penyelesaiannya dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
kamu gimana itu?”
Subjek : “Yang anak panah itu ditaruh dulu terus
selanjutnya ditaruh belah ketupat. Nah
terus selanjutnya yang anak panah bisa
diisikan ke sebelahnya, itu tadi jadi presisi
biar rapi susunannya. Begitu terus untuk
pengembangan polanya.”
Peneliti : “Sebelumnya, menurutmu perlu nggak sih
buat analisis mencari 360 derajat dibagi
sudut di ujung-ujung anak panah?”
Subjek : “Menurutku sih perlu biar rapi. Tapi
buatku lebih kesesuaian untuk digambar
aja.”
Peneliti : “Kelanjutan polanya selang-seling kan
ini?”
Subjek : “Iya, mas.”
Peneliti : “Ada cara lainnya nggak?”
Subjek : “Sebenernya bisa bikin macam-macam
mas. Tapi yang terpikirkan cuma itu.”
Peneliti : “Menurutmu sekarang, apakah
permasalahan yang udah kamu buat itu
permasalahan dengan kemampuan berpikir
tingkat tinggi?”
Subjek : “Yang nomer dua juga iya. Karena diminta
mencari bentuk lainnya gitu.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Subjek penelitian M107 menyatakan bahwa solusi dari
permasalahan kedua tersebut mencapai kategori mencipta.
3) Permasalahan ketiga
Permasalahan ketiga yang dibuat oleh subjek penelitian M107
mengenai apakah ada macam-macam bentuk potongan batu yang
dibuat dari pola tersebut. Berikut adalah gambar dari permasalahan
ketiga:
Gambar 4.23 Permasalahan Ketiga Subjek Penelitian M107
Subjek penelitian M107 juga menyajikan solusi terhadap
permasalahan ketiga. Solusi yang disajikan dapat dilihat di bawah ini:
Gambar 4.24 Solusi Permasalahan Ketiga Subjek Penelitian
M107
Peneliti menganalisis proses kognitif dari solusi pada gambar
4.24 di atas. Proses kognitif mengenali pola ubin, diperlukan subjek
penelitian di awal solusi. Selanjutnya, proses kognitif menyimpulkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
bentuk pola tersebut juga diperlukan. Lalu, proses kognitif
membedakan dan mengorganisasi. Proses kognitif membedakan untuk
memilah tiap jenis ubin dan mencari kesesuaian sudut-sudut pada
kedua jenis potongan ubin. Proses kognitif mengorganisasi untuk
menarik keterkaitan antara kedua jenis potongan ubin dan kesesuaian
sudut-sudut agar dapat terbentuk suatu pola baru.
Kemudian, subjek penelitian M107 mencapai kategori mencipta.
Diperlukan proses kognitif merencanakan dan memproduksi untuk
membuat suatu pola yang baru. Namun, kembali pada kategori
menganalisis untuk melihat bangun-bangun datar apa saja yang dapat
terbentuk selain kedua jenis potongan ubin. Terakhir, mengingat
kembali untuk menyebutkan nama-nama bangun datar yang dibentuk
pada pola ubin tersebut.
Dilanjutkan wawancara kepada subjek penelitian M107 untuk
mengetahui proses kognitif menurut subjek penelitian tersebut. Hasil
wawancara dapat ditinjau sebagai berikut:
Peneliti : “Lalu yang no.4, solusinya kayak gimana?
Cuma sebatas llihat pola terus diingat
bangun datar apa yang bisa dibentuk?”
Subjek : “Kalau ini aku udah buat bentuk lain dulu.
Terus udah beda pola dan terbentuk bentuk
batu yang beda juga.”
Peneliti : “Oh, jadi kamu bikin pola baru dulu?”
Subjek : “Iya, mas.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Peneliti : “Berarti bukan yang dari pola awal terus
bisa ditemukan bentuk bangun datar yang
baru ya?”
Subjek : “Bukan, mas.”
Peneliti : “Jadi kamu perlu kreasi pola yang baru
terus menemukan bangun datar yang baru,
lalu kamu analisis ingat kembali nama
bangun datarnya?”
Subjek : “Iya gitu, mas.”
Peneliti : “Menurutmu sekarang, apakah
permasalahan yang udah kamu buat itu
permasalahan dengan kemampuan berpikir
tingkat tinggi?”
Subjek : “Kalau yang nomer tiga ini juga. Karena
memunculkan sesuatu yang baru juga.”
Dari hasil wawancara di atas, solusi permasalahan ketiga
ternyata memerlukan kategori mencipta. Subjek penelitian M107 perlu
membuat suatu pola baru dan selanjutnya mencari bangun datar apa
saja yang dapat terbentuk dari pola tersebut. Oleh sebab itu, subjek
penelitian perlu kategori menganalisis untuk menemukan bangun-
bangun datar yang terbentuk.
Peneliti melalui analisis proses kognitif solusi dari permasalahan
tersebut, menganggap solusi hanya mencapai kategori menganalisis
saja. Karena subjek penelitian M107 hanya sampai pada proses
kognitif untuk memfokuskan secara mendetail untuk menemukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
suatu bangun datar. Ternyata diperlukan kreasi untuk pola ubin yang
baru. Hal itu dapat dilihat melalui cuplikan wawancara di atas.
Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa subjek penelitian M107
membuat permasalahan ketiga dengan tingkatan kemampuan berpikir
tingkat tinggi.
C. Pembahasan
1. Pembahasan Kreativitas
Dapat diuraikan mengenai aspek fleksibilitas pada tabel 4.1 bahwa
sebanyak 4 subjek penelitian mendapatkan skor 1 yang artinya para
subjek penelitian tersebut hanya menghasilkan satu topik permasalahan
terkait matematika. Sebanyak 10 subjek penelitian mendapatkan skor 2
yang artinya subjek penelitian tersebut menghasilkan dua topik
permasalahan terkait matematika. Sedangkan, sebanyak 5 subjek
penelitian mendapatkan skor 3 yang artinya subjek penelitian tersebut
menghasilkan tiga topik permasalahan terkait matematika. Lalu,
sebanyak 4 subjek penelitian mendapatkan skor 4 yang berarti subjek
penelitian tersebut menghasilkan empat atau lebih topik permasalahan
terkait matematika.
Secara keseluruhan mengenai aspek fleksibilitas, banyak subjek
penelitian yang mendapatkan skor 2 di antara skor yang lainnya, yaitu
skor 1, skor 3, maupun skor 4. Terdapat 10 subjek penelitian yang
mendapatkan skor 2 yang artinya paling banyak muncul dua macam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
topik permasalahan terkait matematika pada penelitian ini. Sisanya,
subjek penelitian terbagi cukup rata pada skor 1, skor 3, dan skor 4.
Ditunjukkan pada tabel 4.1 untuk aspek orisinalitas bahwa tidak
ada subjek penelitian yang mendapat skor 1 yang berarti subjek
penelitian tersebut mampu membuat permasalahan dengan keseluruhan
permasalahan dibuat oleh lebih besar atau sama dengan 67 %
mahasiswa. Sedangkan, sebanyak 2 subjek penelitian mendapat skor 2
yang artinya subjek penelitian tersebut mampu menghasilkan
permasalahan, tetapi terdapat permasalahan dibuat oleh 33 % sampai
kurang dari 67 % subjek penelitian. Sisanya, sebanyak 21 subjek
penelitian mendapatkan skor 3 yang artinya subjek penelitian tersebut
mampu membuat permasalahan, tetapi terdapat permasalahan dibuat
oleh kurang dari 33 % subjek penelitian.
Secara keseluruhan mengenai aspek orisinalitas, hampir seluruh
subjek penelitian mendapatkan skor 3 di antara skor yang lainnya, yaitu
skor 1 dan 2. Terdapat 21 subjek penelitian yang mendapatkan skor 3
yang artinya 21 subjek penelitian tersebut mampu membuat
permasalahan, tetapi terdapat permasalahan dibuat oleh kurang dari 33
% subjek penelitian. Bahkan, tidak ada subjek penelitian yang
mendapatkan skor 1 yang berarti tidak ada subjek penelitian yang
membuat permasalahan dengan keseluruhan permasalahan dibuat oleh
lebih besar atau sama dengan 67 % subjek penelitian. Dapat dikatakan
semua subjek penelitian mampu membuat permasalahan minimal dibuat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
oleh 33 % sampai kurang dari 67 %.
Dapat diuraikan dengan mengacu tabel 4.1 untuk aspek kefasihan
bahwa sebanyak 2 subjek penelitian mendapatkan skor 1 yang artinya
jumlah permasalahan terkait matematika yang dibuat hanya sebanyak
satu permasalahan. Kemudian, sebanyak 3 subjek
penelitianmendapatkan skor 2 yang artinya jumlah permasalahan terkait
matematika yang dibuat sebanyak dua permasalahan. Selanjutnya,
sebanyak 4 subjek penelitian mendapatkan skor 3 yang artinya jumlah
permasalahan terkait matematika yang dibuat sejumlah tiga
permasalahan. Lalu, yang mendapatkan skor 4 sebanyak 14 subjek
penelitian, artinya jumlah permasalahan terkait matematika yang dibuat
sejumlah empat atau lebih permasalahan.
Secara keseluruhan mengenai aspek kefasihan, banyak subjek
penelitian yang mendapatkan skor 4 dibanding skor 1, skor 2, dan skor
3. Terdapat 14 subjek penelitian yang mendapatkan skor 4 yang berarti
paling banyak muncul sejumlah empat atau lebih permasalahan terkait
matematika pada penelitian ini. Dengan demikian, hampir separuh lebih
dari keseluruhan subjek penelitian sangat lancar dalam membuat
permasalahan terkait matematika.
Dapat dilihat pada tabel 4.1 menunjukkan terkait aspek elaborasi
bahwa 5 subjek penelitian yang mendapatkan skor 1 yang artinya subjek
penelitian tersebut mampu menyajikan solusi secara rinci kurang dari 33
% keseluruhan permasalahan. Selanjutnya, sebanyak 4 subjek penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
mendapatkan skor 2 yang artinya para subjek penelitian tersebut mampu
menyajikan solusi secara rinci dengan solusi rinci 33 % sampai kurang
dari 67 % keseluruhan permasalahan. Sisanya, sebanyak 14 subjek
penelitian mendapatkan skor 3 yang artinya para subjek penelitian
tersebut mampu menyajikan solusi secara rinci dengan solusi rinci lebih
besar atau sama dengan 67 % keseluruhan permasalahan.
Secara keseluruhan mengenai aspek elaborasi, banyak subjek
penelitian yang mendapatkan skor 3 dibanding skor 1 dan skor 2.
Terdapat 14 subjek penelitian yang mendapatkan skor 4 yang berarti
banyak subjek penelitian yang mampu menyajikan solusi secara rinci
dengan solusi rinci oleh lebih besar atau sama dengan 67 % keseluruhan
permasalahan. Dengan demikian, hampir separuh lebih dari keseluruhan
subjek penelitian mampu menyajikan solusi secara rinci pada penelitian
ini.
Berdasarkan hasil dari keseluruhan analisis kreativitas di atas,
maka didapatkan banyaknya subjek penelitian yang termasuk ke dalam
kreativitas kategori rendah, kategori sedang, dan kategori tinggi. Pada
kreativitas dengan kategori rendah diperoleh banyaknya subjek
penelitian adalah 1 subjek penelitian atau sebesar 4,35% dari
keseluruhan subjek penelitian. Kreativitas dengan kategori sedang
diperoleh subjek penelitian sebanyak 6 subjek penelitian atau sebesar
26,08% dari keseluruhan subjek penelitian. Sisanya, untuk kreativitas
dengan kategori tinggi diperoleh subjek penelitian sebanyak 16 subjek
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
penelitian atau sebesar 69,57% dari keseluruhan subjek penelitian.
2. Pembahasan Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi
a. Subjek Penelitian M096
Pada hasil analisis di atas, subjek penelitian M096 hanya perlu
menerapkan kategori mengaplikasikan. Sedangkan, peneliti melalui
analisis proses kognitif untuk solusi terhadap permasalahan di atas
menyatakan bahwa tidak hanya mencapai kategori mengaplikasikan.
Subjek penelitian M096 perlu menerapkan filling slots sebagai
solusi dari permasalahan tersebut. Penerapan konsep tersebut berarti
kategori yang dicapai hanya sampai pada kategori mengaplikasikan.
Bagi peneliti, kategori menganalisis berupa proses kognitif
membedakan juga diperlukan. Dalam hal ini, proses kognitif
membedakan digunakan untuk memfokuskan pada kalimat tidak boleh
ada warna sama yang berdekatan pada satu jenis ubin. Maka dari itu,
subjek penelitian M092 perlu memilah-milah tiap lapisan untuk
menggunakan filling slots agar pewarnaan pada satu lapisan tidak ada
warna sama yang berdekatan. Dengan demikian, didapatkan
banyaknya cara untuk mewarnai ubin agar satu lapisan tidak ada
warna yang berdekatan.
Permasalahan yang dibuat subjek penelitian M096 pada topik
pengubinan ternyata perlu mencapai kategori menganalisis. Tetapi,
subjek penelitian M096 masih belum dapat mencapai kategori
tersebut. Dengan demikian, permasalahan yang dibuat dari topik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
pengubinan adalah permasalahan dengan kemampuan berpikir tingkat
tinggi.
b. Subjek Penelitian M092
1) Permasalahan pertama
Dari hasil analisis di atas, subjek penelitian M092 mencapai
kategori mengaplikasikan untuk solusi dari permasalahan pertama.
Bagi peneliti, analisis proses kognitif untuk solusi terhadap
permasalahan di atas mencapai kategori menganalisis.
Subjek penelitian M092 dalam menyajikan solusi tersebut perlu
melengkapi gambar dan menghitung manual. Subjek penelitian M092
juga menyebutkan perlu melihat polanya, tetapi tidak sampai pada
mencermati lebih dalam. Menurut peneliti diperlukan kategori
menganalisis. Proses kognitif membedakan diperlukan untuk
memfokuskan banyaknya masing-masing jenis ubin pada tiap lapisan
dan menemukan pola tiap jenis ubin. Dengan begitu, didapatkan
banyaknya potongan ubin jenis pertama.
Permasalahan pertama yang dibuat subjek penelitian M092 dari
topik pengubinan ternyata perlu mencapai kategori menganalisis.
Namun, subjek penelitian M092 masih belum dapat mencapai kategori
tersebut. Dengan demikian, permasalahan pertama yang dibuat dari
topik pengubinan adalah permasalahan dengan kemampuan berpikir
tingkat tinggi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
2) Permasalahan kedua
Pada hasil analisis di atas, sebenarnya subjek penelitian M092
mencapai kategori menganalisis untuk solusi dari permasalahan
kedua. Namun, subjek penelitian M092 memberikan solusi. Dalam
analisis proses kognitif oleh peneliti, solusi terhadap permasalahan di
atas tidak hanya mencapai kategori menganalisis, tetapi memerlukan
kategori mengevaluasi.
Subjek penelitian M092 tidak memberikan solusi dari
permasalahan kedua, meskipun subjek penelitian M092 sudah
mencapai pada kategori menganalisis. Subjek penelitian M092 hanya
sampai menyadari ada yang janggal dari pola ubin, tetapi tidak sampai
menemukan solusinya. Menurut peneliti, solusi permasalahan kedua
perlu kategori mengevaluasi untuk memeriksa pola lapisan pusat ubin
sampai lapisan keempat. Lalu, kategori menganalisis untuk
memfokuskan susunan pola ubin yang mempengaruhi untuk lapisan
selanjutnya. Dengan begitu, didapatkan alasan lapisan keempat
berbentuk potongan ubin jenis kedua memiliki perbedaan susunan
pola.
Permasalahan kedua yang dibuat subjek penelitian M092 dari
topik pengubinan ternyata perlu mencapai kategori menganalisis dan
mengevaluasi. Subjek penelitian M092 sudah dapat mencapai kategori
menganalisis, tetapi belum mencapai kategori mengevaluasi. Dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
demikian, permasalahan kedua yang dibuat dari topik pengubinan
adalah permasalahan dengan kemampuan berpikir tingkat tinggi.
3) Permasalahan ketiga
Hasil analisis permasalahan ketiga, subjek penelitian M092
sebenarnya perlu mencapai kategori mencipta untuk solusi yang
diberikan. Menurut peneliti, analisis proses kognitif dari solusi
permasalahan ketiga juga memerlukan kategori mencipta.
Dari permasalahan ketiga yang dibuat oleh subjek penelitian
M092, subjek penelitian tersebut tidak menyajikan solusi. Subjek
penelitian M092 menyadari bahwa solusi dari permasalahan ketiga
perlu kategori mencipta untuk memperoleh pola ubin yang baru.
Menurut peneliti, solusi permasalahan ketiga juga diperlukan kategori
mencipta. Kategori tersebut untuk merencanakan dan memproduksi
suatu pola ubin yang baru. Pola ubin yang berasal dari kedua jenis
potongan ubin.
Permasalahan ketiga yang dibuat oleh subjek penelitian M092
dari topik pengubinan perlu mencapai kategori mencipta. Subjek
penelitian M092 sudah menyadari untuk mencapai kategori mencipta
terkait solusi yang akan diberikan. Tetapi, subjek penelitian M092
hanya tidak menyajikan solusinya. Dengan demikian, permasalahan
ketiga yang dibuat dari topik pengubinan adalah permasalahan dengan
kemampuan berpikir tingkat tinggi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
c. Subjek Penelitian M093
Dari hasil analisis di atas, PM093 hanya memerlukan kategori
mengaplikasikan. Bagi peneliti, analisis proses kognitif untuk solusi
terhadap permasalahan di atas mencapai kategori menganalisis.
Subjek penelitian M093 perlu melengkapi dan menghitung
terkait solusi yang diberikan. Namun, subjek penelitian M093 tidak
perlu proses kognitif untuk mencermati lebih dalam terkait kesesuaian
sudut pada kedua jenis potongan batu. Sedangkan, menurut peneliti
diperlukan kategori menganalisis. Proses kognitif membedakan
diperlukan untuk memfokuskan banyaknya masing-masing jenis ubin
pada tiap lapisan dan menemukan pola tiap jenis ubin. Maka dari itu,
didapatkan banyaknya potongan kedua jenis ubin yang diperlukan
untuk melengkapi pola yang belum utuh.
Permasalahan yang dibuat subjek penelitian M093 pada topik
pengubinan ternyata perlu mencapai kemampuan berpikir tingkat
tinggi. Subjek penelitian M093 masih belum dapat mencapai
kemampuan berpikir tersebut. Sedangkan, subjek penelitian M093
hampir mencapai kategori menganalisis. Dengan demikian,
permasalahan yang dibuat dari topik pengubinan adalah permasalahan
dengan kemampuan berpikir tingkat tinggi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
d. Subjek Penelitian M106
1) Permasalahan pertama dan kedua
Dari hasil analisis di atas, subjek penelitian M106 mencapai
kategori mengaplikasikan untuk solusi dari permasalahan pertama dan
permasalahan kedua. Bagi peneliti, analisis proses kognitif untuk
solusi kedua permasalahan tersebut mencapai kategori menganalisis.
Subjek penelitian M106 menyajikan solusi permasalahan
pertama hanya dengan melengkapi pola yang belum utuh dan
menghitung banyaknya potongan ubin jenis pertama pada lapisan
kelima. Dalam hal ini, subjek penelitian M106 tidak menganalisis
lebih dalam untuk kesesuaian sudut kedua jenis potongan ubin. Hal itu
perlu dilakukan agar mendapatkan jumlah potongan yang dibutuhkan
untuk melengkapi, kemudian menghitung keseluruhan potongan ubin
jenis pertama. Menurut peneliti diperlukan kategori menganalisis.
Proses kognitif membedakan diperlukan untuk memfokuskan
potongan ubin jenis pertama pada lapisan kelima dan menemukan
kesesuaian sudutnya. Dengan begitu, didapatkan banyaknya potongan
ubin jenis pertama pada lapisan kelima.
Subjek penelitian M106 dalam menyajikan solusi permasalahan
kedua hanya menggambar dengan mengikuti kesesuaian pola dan
menghitung banyaknya potongan ubin jenis kedua pada lapisan
keenam. Dalam hal ini, subjek penelitian M106 juga masih tidak
menganalisis lebih dalam untuk kesesuaian sudut kedua jenis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
potongan. Menurut peneliti diperlukan kategori menganalisis. Proses
kognitif membedakan diperlukan untuk memfokuskan potongan ubin
jenis kedua pada lapisan sebelumnya. Nantinya, subjek penelitian
M106 menemukan kesesuaian sudutnya dan mendapatkan jumlah
yang tepat di lapisan keempat potongan jenis kedua. Dengan begitu,
didapatkan banyaknya potongan ubin jenis kedua pada lapisan keenam
dengan konsep barisan aritmatika.
Permasalahan pertama yang dibuat oleh subjek penelitian M106
dari topik pengubinan ternyata perlu mencapai kategori menganalisis.
Namun, subjek penelitian M106 masih dalam batas kategori
mengaplikasian untuk solusi yang diberikan. Dengan demikian,
permasalahan pertama yang dibuat dari topik pengubinan adalah
permasalahan dengan kemampuan berpikir tingkat tinggi.
Untuk permasalahan kedua yang dibuat oleh subjek penelitian
M106 dari topik pengubinan ternyata perlu mencapai kategori
menganalisis. Sedangkan, solusi yang dicapai oleh subjek penelitian
M106 hanya mencapai kategori mengaplikasikan. Oleh karena itu,
permasalahan kedua yang dibuat dari topik pengubinan adalah
permasalahan dengan kemampuan berpikir tingkat tinggi.
2) Permasalahan ketiga
Hasil analisis permasalahan ketiga, subjek penelitian M106
mencapai kategori menganalisis untuk solusi yang disajikan. Bagi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
peneliti, dari hasil analisis proses kognitif terkait solusi dari
permasalahan ketiga juga perlu mencapai kategori menganalisis.
Subjek penelitian M106 dalam menyajikan solusi dari
permasalahan adalah dengan menggabungkan kedua jenis potongan
untuk mendapatkan suatu bangun datar. Penggabungan kedua jenis
ubin perlu dicermati agar mendapatkan kesesuaian sudut dan
terbentuk suatu bangun datar yang lain. Menurut peneliti, kategori
menganalisis diperlukan untuk solusi yang disajikan. Proses kognitif
membedakan dan mengorganisasi untuk mencermati kedua jenis ubin
yang digabungkan dan membentuk suatu bangun datar yang lain.
Dengan begitu, dapat disebutkan bangun datar apa saja yang
terbentuk.
Untuk permasalahan ketiga yang dibuat oleh subjek penelitian
M106 dari topik pengubinan perlu mencapai kategori menganalisis.
Solusi yang dicapai oleh subjek penelitian M106 juga mencapai
kategori mnganalisis. Oleh karena itu, permasalahan kedua yang
dibuat dari topik pengubinan adalah permasalahan dengan
kemampuan berpikir tingkat tinggi.
3) Permasalahan keempat
Hasil analisis permasalahan keempat, subjek penelitian M106
mencapai kategori mengevaluasi untuk solusi yang disajikan. Dari
hasil analisis proses kognitif oleh peneliti terkait solusi dari
permasalahan kempat perlu mencapai kategori tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
Subjek penelitian M106 dalam menyajikan solusi dari
permasalahan keempat perlu kategori menganalisis. Kategori
menganalisis diperlukan subjek penelitian M106 untuk memfokuskan
pada tanda “a’. Tanda “a” adalah sudut di antara susunan potongan
ubin jenis pertama pada lapisan pusat. Kemudian, subjek penelitian
perlu mencapai kategori mengevaluasi untuk memeriksa sudut “a”
menjadi pengaruh bertambahnya potongan ubin jenis pertama pada
lapisan ketiga. Menurut peneliti, kategori menganalisis memang
diperlukan untuk mencermati pola susunan ubin dari pusat hingga
lapisan ketiga dan tanda “a” yang disajikan. Kemudian, kategori
mengaevaluasi untuk memeriksa potongan ubin jenis pertama pada
lapisan ketiga yang dipengaruhi dari tanda “a” tersebut. Dengan
begitu, didaptkan alasan terkait bertambahnya potongan batu jenis
pertama pada lapisan ketiga.
Untuk permasalahan kempat yang dibuat oleh subjek penelitian
M106 dari topik pengubinan perlu mencapai kategori mengevaluasi.
Solusi yang dicapai oleh subjek penelitian M106 juga sudah mencapai
kategori mengevaluasi. Oleh karena itu, permasalahan keempat yang
dibuat dari topik pengubinan adalah permasalahan dengan
kemampuan berpikir tingkat tinggi.
4) Permasalahan kelima
Pada analisis di atas, subjek penelitian M106 mencapai kategori
mengevaluasi untuk solusi yang disajikan. Dari hasil analisis proses
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
kognitif oleh peneliti terkait solusi dari permasalahan kelima juga
mencapai kategori mengingat.
Subjek penelitian M106 tidak menyajikan solusi dari
permasalahan kelima. Namun, subjek penelitian M106 menyadari
bahwa solusi yang disajikan perlu mengingat kembali dari ciri-ciri
bangun datar belah ketupat dan persegi. Bagi peneliti, solusi dari
permaslahan kelima diperluka kategori mengingat. Proses kognitif
mengingat kembali untuk menyebutkan perbedaan kedua bangun datar
yang ditanyakan.
Permasalahan kelima yang dibuat oleh subjek penelitian M106
dari topik pengubinan hanya pada kategori mengingat. Solusi yang
dicapai oleh subjek penelitian M106 juga mencapai kategori tersebut.
Oleh karena itu, permasalahan kelima yang dibuat dari topik
pengubinan adalah bukan permasalahan dengan kemampuan berpikir
tingkat tinggi.
5) Permasalahan keenam
Hasil analisis permasalahan keenam, subjek penelitian M106
mencapai kategori menganalisis untuk solusi yang disajikan.
Sedangkan, analisis proses kognitif oleh peneliti terhadap solusi
permasalahan keenam juga mencapai kategori menganalisis.
Subjek penelitian M106 perlu kategori menganalisis untuk
melihat banyaknya segitiga yang dapat terbentuk dari susunan ubin
tersebut. Menurut peneliti, kategori menganalisis diperlukan untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
mengetahui banyaknya segitiga besar yang tebentuk dari pola tersebut.
Kategori tersebut membantu kemungkinan terbentuknya segitiga besar
dari susunan yang ada.
Permasalahan keenam yang dibuat dari topik pengubinan adalah
permasalahan dengan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Namun,
kalimat dalam permasalahan tidak sesuai dengan tujuan dari subjek
penelitian M106. Hal itu terlihat pada tujuan dari permasalahan untuk
melihat segitiga besar yang mungkin terbentuk.
e. Subjek Penelitian M107
1) Permasalahan pertama
Pada analisis di atas, subjek penelitian M107 mencapai kategori
mencipta untuk solusi permasalahan pertama yang disajikan. Dari
hasil analisis proses kognitif oleh peneliti, permasalahan pertama juga
mencapai kategori mencipta.
Subjek penelitian M107 memerlukan kategori mencipta untuk
solusi yang disajikan. Kategori mencipta diperlukan untuk
merencanakan langkah-langkah menyusun pola ubin pada lembar
kerja. Tentunya pengembangan langkah-langkah tersebut perlu
menyesuaikan sudut kedua jenis potongan. Terlihat perlu proses
kognitif menganalisis sebelum kategori mencipta. Bagi peneliti, solusi
dari permasalahan pertama diperlukan kategori mencipta untuk
merumuskan dan merencanakan langkah-langkah untuk menyusun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
pola pada lembar kerja. Kemudian diperlukan kategori menganalisis
untuk mengorganisasi kedua jenis ubin agar tercipta pola tersebut.
Permasalahan pertama yang dibuat oleh subjek penelitian M107
dari topik pengubinan memang mencapai pada kategori mencipta.
Solusi yang dicapai oleh subjek penelitian M107 juga mencapai
kategori mencipta. Dengan demikian, permasalahan pertama yang
dibuat dari topik pengubinan adalah permasalahan dengan
kemampuan berpikir tingkat tinggi.
2) Permasalahan kedua
Dari analisis permasalahan kedua, subjek penelitian M107
mencapai kategori mencipta untuk solusi yang disajikan. Menurut
peneliti, hasil analisis proses kognitif terkait solusi dari permasalahan
kedua juga mencapai kategori tersebut.
Subjek penelitian M107 perlu kategori mencipta untuk
merencanakan dan memproduksi suatu pola ubin yang baru. Namun,
dalam membuat suatu pola ubin yang baru subjek penelitian hanya
melihat kesesuaian kedua jenis potongan ubin. Terlebih potongan ubin
jenis kedua menjadi pusat sehingga perlu menemukan berapa banyak
ubin tersebut sebagai pusat. Bagi peneliti, solusi dari permasalahan
kedua memerlukan kategori menganalisis untuk menyusun potongan
ubin jenis kedua sebagai pusat. Lalu, kategori mencipta untuk
memproduksi suatu pola yang baru dengan hasil kategori
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
menganalisis. Maka, didapatkan pola ubin baru dengan susunan
bergantian mirip dengan pola ubin pada lembar kerja.
Untuk permasalahan kedua yang dibuat oleh subjek penelitian
M107 dari topik pengubinan mencapai kategori mecipta. Solusi yang
dicapai oleh subjek penelitian M107 juga mencapai kategori tersebut.
Oleh karena itu, permasalahan kedua yang dibuat dari topik
pengubinan adalah permasalahan dengan kemampuan berpikir tingkat
tinggi.
3) Permasalahan ketiga
Pada analisis di atas, subjek penelitian M107 mencapai kategori
mencipta untuk solusi permasalahan ketiga yang disajikan. Dari hasil
analisis proses kognitif oleh peneliti terkait solusi dari permasalahan
ketiga hanya mencapai kategori menganalisis.
Subjek penelitian M107 ternyata mencapai kategori mencipta
untuk membuat susunan pola baru. Setelah mendapatkan suatu pola,
subjek penelitian M107 perlu kategori menganalisis untuk melihat
potongan ubin dengan bentuk yang lain. Sedangkan, menurut peneliti
hanya perlu kategori menganalisis untuk solusi dari permaslahan
ketiga. Kategori menganalisis untuk memfokuskan pada gabungan
kedua jenis potongan ubin sehingga dapat terbentuk bangun datar apa
saja.
Permasalahan ketiga yang dibuat oleh subjek penelitian M107
dari topik pengubinan perlu mencapai kategori menganalisis. Ternyata
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
solusi yang dicapai oleh subjek penelitian M107 perlu mencapai
kategori mencipta. Oleh karena itu, permasalahan ketiga yang dibuat
dari topik pengubinan adalah permasalahan dengan kemampuan
berpikir tingkat tinggi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan,
maka peneliti menarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Banyaknya subjek penelitian yang termasuk ke dalam kreativitas
dengan kategori rendah hanya 1 subjek penelitian atau sebesar
4,35%, kreativitas dengan kategori sedang sebanyak 6 subjek
penelitian atau sebesar 26,08%, dan kreativitas dengan kategori
tinggi sebanyak 12 subjek penelitian atau sebesar 69,57%.
2. Kesimpulan Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi
Subjek penelitian M096 yang termasuk dalam kreativitas
dengan kategori rendah dapat memunculkan permasalahan dengan
kemampuan berpikir tingkat tinggi dari topik pengubinan. Subjek
penelitian M092 dan subjek penelitian M093 dapat memunculkan
kemampuan berpikir tingkat tinggi. Subjek penelitian M106 dan
M107 dapat memunculkan permasalahan dengan kemampuan
berpikir tingkat tinggi. Secara keseluruhan, subjek penelitian dari
tiap kategori kreativitas mampu membuat permasalahan dengan
kemampuan berpikir tingkat tinggi dari topik pengubinan. Namun,
beberapa subjek penelitian belum menyadari bahwa ada
permasalahan ternyata perlu mencapai kemampuan berpikir tinggi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka peneliti dapat memberikan saran
terkait penelitian sebagai berikut:
1. Bagi pendidikan matematika
Kreativitas matematika melalui problem posing merupakan
suatu hal yang masih perlu dikembangkan secara terus-menerus.
Topik pengubinan mencakup materi cukup luas, sehingga dapat
dibagi-bagi menjadi beberapa materi untuk pembelajaran di kelas.
Selain itu, kemampuan membuat permasalahan dengan
kemampuan berpikir tinggi dapat dibiasakan melalui topik
pengubinan sederhana yang berkaitan dalam kehidupan sehari-hari.
2. Bagi penelitian selanjutnya
Kreativitas matematika melalui problem posing dengan topik
pengubinan dapat dibatasi pada materi pembelajaran tertentu.
Topik pengubinan masih dapat meningkatkan kemampuan berpikir
tingkat tinggi pada pembelajaran matematika.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
DAFTAR PUSTAKA
Alisjahbana, S. Takdir. 1983. Kreativitas. Jakarta: Penerbit Dian Rakyat.
Anderson, Harold H. 1959. Creativity and Its Cultivation. New York: Harper &
Brothers Publishers.
Assmus, Daniela and Torsten Fritzlar. 2018. “Mathematical Giftedness and
Creativity in Primary Grades,” Mathematical Creativity and
Mathematical Giftedness, chap. 3, pp. 55–81.
Azwar, Saifuddin. 2012. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Brookhart, S. M. 2010. How to Assess Higher Order Thinking Skills in Your
Classroom. Alexandria, VA: ASCD.
Brown, Stephen I. dan Marion Walter. 1990. The Art of Problem Posing Second
Edition. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates Publishers.
Davis, Gary A., Sylvia B. Rimm, and Del Siegle. 2011. Education of The Gifted
and Talented 6th
Edition). Boston: Pearson.
Djidu, Hasan & Jailani. 2016. Aktivitas Pembelajaran Matematika yang Dapat
Melatih Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa. Jurnal Matematika.
315.
Kahfi, M.S. 1996. Geometri Dasar dan Pengajarannya. Jurnal Ilmu Pendidikan,
3(4). 270.
Kemendikbud. 2017. Modul Penyusunan Soal Higher Order Thinking Skill
(HOTS). Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
Kholifah. 2016. Keefektifan Model Problem Posing Terhadap Aktivitas dan Hasil
Belajar Materi Pecahan Siswa Kelas IV SD Negeri 01 Wonopringgo
Kabupaten Pekalongan. PGSD. Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas
Negeri Semarang.
Lutfi, Ahmad. 2016. Problem Posing dan Berpikir Kreatif. Prosiding Seminar
Matematika dan Pendidikan Matematika. hal. 88-89.
Mangunhardjana, A. M. 1986. Mengembangkan Kreativitas. Yogyakarta:
Percetakan Kanisius.
Munandar, Utami. 1998. Kreativitas Sepanjang Masa. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan.
Olson, Robert W. 1989. Seni Berfikir Kreatif. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Puspadewi, Kadek Rahayu dan I Gusti Ngurah Nila Putra. 2014. Etnomatematika
di Balik Kerajinan Anyaman Bali. Jurnal Matematika, 4(2). 81-83
Sangadji, Etta Mamang dan Sopiah. 2010. Metodologi Penelitian dan Pendekatan
Praktis dalam Penelitian. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Singer, F. M. 2018. Mathematical Creativity and Mathematical Giftedness:
Enhancing Creative Capacities in Mathematically Promising Students.
Switzerland: Springer International Publishing AG.
Soedjadi, R. 2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia: Konstatasi
Keadaan Masaka Kini Menuju Harapan Bangsa. Jakarta: Depdiknas.
Stoyanova, E., & Ellerton, N. F. 1996. A framework for research into students’
problem posing. In P. Clarkson (Ed.), Technology in mathematics
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
education (pp. 518–525). Melbourne: Mathematics Education Research
Group of Australasia
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Kombinasi (Mixed
Methods). Bandung: Penerbit Alfabeta
Supriadi, Dedi. 1994. Kreativitas, Kebudayaan & Perkembangan Iptek. Bandung:
Alfbeta.
Suwaningsih, Erna. 2012. Modul Hakikat Matematika dan Pembelajarannya di
SD. Jakarta: Universitas Pendidikan Indonesia.
Voica, C., and F. M. Singer. 2018 “Cognitive Variety in Rich-Challenging,”
Mathematical Creativity and Mathematical Giftedness, chap. 4, pp. 83–
114.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
104
LAMPIRAN
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
Lampiran 1. Lembar Validasi 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
Lampiran 2. Lembar Validasi 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
Lampiran 3. Lembar Kerja Topik Pengubinan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
Lampiran 4. Rubrik Penilaian Kreativitas Mahasiswa
RUBRIK KREATIVITAS MATEMATIKA
No. Komponen Kreativitas Indikator Perilaku Mahasiswa yang Dinilai Nilai Perilaku
yang Dipenuhi
1. Keterampilan berpikir
orisinil (originality)
Mahasiswa mampu membuat permasalahan terkait
matematika dengan mengacu pada ketidakmerataan
terhadap keseluruhan permasalahan yang dibuat.
Jika mahasiswa tersebut mampu membuat
permasalahan dengan keseluruhan permasalahan
dibuat oleh lebih besar atau sama dengan 67 %
mahasiswa, maka skornya adalah 1.
Jika mahasiswa tersebut mampu membuat
permasalahan, tetapi terdapat permasalahan dibuat
oleh 33 % sampai kurang dari 67 % mahasiswa, maka
skornya adalah 2.
Jika mahasiswa tersebut mampu membuat
permasalahan, tetapi terdapat permasalahan dibuat
oleh kurang dari 33 % mahasiswa, maka skornya
adalah 3.
2. Keterampilan berpikir
luwes (fleksibility)
Mahasiswa mampu menghasilkan berbagai topik
permasalahan terkait matematika.
Jika mahasiswa menghasilkan satu topik permasalahan
terkait matematika, maka skornya adalah 1.
Jika mahasiswa menghasilkan dua macam topik
permasalahan terkait matematika, maka skornya
adalah 2.
Jika mahasiswa menghasilkan tiga macam topik
permasalahan terkait matematika, maka skornya
adalah 3.
Jika mahasiswa menghasilkan empat atau lebih topik
permasalahan terkait matematika, maka skornya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
adalah 4.
3. Keterampilan berpikir
lancar (fluency)
Mahasiswa mampu membuat sejumlah topik
permasalahan terkait matematika.
Jika mahasiswa membuat sebanyak satu permasalahan
matematika, maka skornya adalah 1.
Jika mahasiswa membuat sebanyak dua permasalahan
matematika, maka skornya adalah 2.
Jika mahasiswa membuat sebanyak tiga permasalahan,
maka skornya adalah 3.
Jika mahasiswa membuat sebanyak empat atau lebih
dari tiga permasalahan matematika, maka skornya
adalah 4.
4. Keterampilan berpikir rinci
(elaboration)
Mahasiswa mampu menyajikan solusi-solusinya
dengan keterangan atau langkah-langkah yang
rinci/detail.
Jika mahasiswa mampu menyajikan solusi secara rinci
dengan solusi rinci kurang dari 33 % keseluruhan
permasalahan, maka skornya adalah 1
Jika mahasiswa mampu menyajikan solusi secara rinci
dengan solusi rinci 33 % sampai kurang dari 67 %
keseluruhan permasalahan, maka skornya adalah 2.
Jika mahasiswa mampu menyajikan solusi secara rinci
dengan solusi rinci lebih besar atau sama dengan 67 %
keseluruhan permasalahan, maka skornya adalah 3.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
Lampiran 5. Daftar Pertanyaan Wawancara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
Lampiran 6. Profil Subjek Penelitian untuk Wawancara
1. Nama : Lusia Tri Avelia
NIM : 161414092
2. Nama : Efrem Alfandro Pascal Geong
NIM : 161414093
3. Nama : Agty Devina Puspitasari
NIM : 161414096
4. Nama : Angela Puan Tiara Gendis
NIM : 161414106
5. Nama : Maurinus Jemri Taur
NIM : 161414107
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
Lampiran 7. Transkrip Wawancara Subjek Penelitian M092
Transkip Wawancara
Subjek Penelitian M096
Peneliti : “Selamat siang, dek.”
Subjek : “Siang, kak.”
Peneliti : “Kita mulai aja ya.”
Subjek : “Oke”
Peneliti : “Jangan lupa ngomongnya agak keras ya”
Peneliti : “Nah, ini kan aku ambil topik pengubinan dari aku kapita semester 7,
menurutmu topik itu baru atau pernah lihat sebelumnya yang kayak
gitu?
Subjek : “Pengubinan tuh aku pernah lihat sebelumnya justru waktu kapita
matematika. Dulu aku juga mau ambil topik pengubinan juga, tapi
katanya Romo Eko udah terlalu banyak.”
Peneliti : “Oh, jadi kamu pernah lihat itu waktu kapita semester 5? Jadi bukan
sesuatu yang baru kan?”
Subjek : “Iya.”
Peneliti : “Terus, kalau dari awal nih, dari petunjuk yang ada di lembar kerja,
kamu kesulitan memahaminya nggak?”
Subjek : “Kalau menurutku ya kak, ini terlalu luas topiknya tuh. Kan ini
bentuknya lingkaran, tapi sebenernya masih bisa bentuknya lain-lain.
Jadi kesulitannya karena terlalu luas aja, jadi bingung.”
Peneliti : “Tapi kalau dari kalimatnya kamu disuruh bikin permasalahan,
bingung atau nggak?”
Subjek : “Eee.. enggak sih, kan bisa jadi macem-macem”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
Peneliti : “Ngomong-ngomong aku kemarin ngasih waktu satu jam, menurutmu
satu jam itu cukup nggak buat ngerjain ini?"
Subjek : “Eee… menurutku tergantung orang yang ngerjain sih, kak. Buatku sih
waktunya pas.”
Peneliti : “Kan itu waktunya satu jam, kenapa kamu cuma munculin satu
permasalahan?”
Subjek : “Ya itu tadi karena terlalu luas kan. Aku mikirnya apa ubinnya aku
susun bentuk lain atau pewarnaan atau apa kan masih macem-macem.
Karena aku kelamaan mikir nentuin apanya, jadi yang kepikiran cuma
satu pewarnaan aja deh. Solusinya juga bisa macem-macem.”
Peneliti : “Boleh dijelasin nggak, sebenernya gimana proses penyelesaian dari
soal itu?”
Subjek : “Jadi kan di soal ini udah dibentuk melingkar gini kan dari belah
ketupat sama anak panah, selang-seling gitu. Nah ketika cuma
disediakan 14 warna, gimana caranya buat mewarnai tiap-tiap ubin ini.
Nah, dimana tiap warna yang sama itu nggak boleh saling berdekatan
di satu urutan. Tapi boleh berdekatan kalo di urutan yang beda jenis
ubinnya, kak.”
Peneliti : “Kalau di permasalahanmu tuh berarti langsung menerapkan konsep
banyaknya cara untuk pewarnaan pada ubin?”
Subjek : “Iya, kak”
Peneliti : “Lebih gunain ke filling slots?”
Subjek : “Iya filling slots.”
Peneliti : “Menurutmu ada cara lain nggak selain yang kamu kerjain di situ?
Dijelasin sekilas aja.”
Subjek : “Ada, sebenernya itu udah belajar waktu ngambil RO/Riset dan
Operasi yang metode jaringan. Nah itu ada yang jelasin tentang teknik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
pewarnaan. Nah tapi waktu aku ngerjain ini juga udah lupa caranya.”
Peneliti : “Kalau sama satu cara yang dipelajari di RO lebih mudah yang mana?”
Subjek : “Kalau cara yang di peluang sama cara yang di RO itu jauh lebih
singkat yang di RO. Karena pake cara RO udah lebih dibagi-bagi lagi,
kalau cara ini tadi kan harus diitung satu-satu yang belah ketupat sama
yang anak panah. Yang di RO udah lebih spesifik lagi, dilihat dari
bentuk modelnya dulu, dari bentuk modelnya kita tentukan cara
pewarnaannya.”
Peneliti : “Berarti kayak lebih dipecah-pecah dulu kan?”
Subjek : “Iya”
Peneliti : “Berarti jauh lebih menganalisis yang di RO, tapi nyelesaiinnya lebih
mudah di RO?”
Subjek : “Iya, kak.”
Peneliti : “Sedangkan yang cara ini cuma kayak ngitung pake konsep yang udah
ada aja? Nggak perlu analisis? Lebih tinggal langsung pake filling
slots?”
Subjek : “Soalnya kalau yang di filling slots kan yang belah ketupat sama anak
panah bisa ada warna yang sama tuh berdekatan. Nah, sedangkan kalau
di RO tuh kita bener-bener bisa setiap ubinnya beda-beda warnanya
yang berdekatan.”
Peneliti : “Oke thank you penjelasannya ya. Nah, sekarang aku mau tanya nih
terkait kemampuan berpikir tingkat tinggi.”
Peneliti : “Boleh dijelasin nggak sepengetahuanmu kemampuan berpikir tingkat
tinggi itu apa?”
Subjek : “Berhubung aku udah ngalamin ngajar, soal-soal di LKS siswa tuh
disajiin rumus terus mereka tinggal terapin di soal itu. Sedangkan,
untuk soal HOTS menurutku nggak cuma sekedar menerapkan. Jadi,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
dianalisis soalnya tuh sebenernya udah pas atau belum sih, baru siswa
bisa menerapkan konsepnya dan bahkan seharusnya bisa
mengembangkan konsep dasarnya itu ke yang lebih lanjut lagi, lebih
spesifik.”
Peneliti : “Berarti nggak semata-mata bisa nyelesein dengan konsep atau rumus
kan?”
Subjek : “Iya kak.”
Peneliti : “Sekarang kalau menurutmu, topik permasalahan di lembar kerja dapat
memunculkan permasalahan terkait HOTS nggak?”
Subjek : “Bisa, kalau dilihat dari topik pewarnaan nih di filling slots, aku
nemuin kendala baru dimana yang belah ketupat ini bisa terjadi warna
sama yang berdekatan. Nah, sedangkan kalau kita menggunakan cara
yang pernah aku pelajarin di RO itu, sebenernya bisa berbeda. Aku
ngerjain dan nemu solusinya, eh ketemu masalah baru lagi. Jadi kayak
bisa memunculkan ide-ide baru lagi.”
Peneliti : “Terakhir nih, menurutmu apakah permasalahan yang kamu buat itu
bisa kamu kategoriin ke permasalahan kategori tingkat tinggi?”
Subjek : “Kalau jeli sih bisa, tapi soal yang dibuat belum bisa dikategoriin ke
situ.”
Peneliti : “Makasih untuk waktunya ya, dek.”
Subjek : “Iya sama-sama, kak.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
Lampiran 8. Transkrip Wawancara Subjek Penelitian M096
Transkip Wawancara
Subjek Penelitian M092
Peneliti : “Selamat pagi, dek.”
Subjek : “Selamat pagi, kak.”
Peneliti : “Aku mulai ya.”
Subjek : “Iya”
Peneliti : “Kamu sebelumnya udah pernah tahu tentang topik pengubinan
nggak?”
Subjek : “Ini baru pertama kali sih kak.”
Peneliti : “Kamu sempet kesulitan nggak pas pahamin permasalan ini? Dari
petunjuk awal sampe akhir di lembar kerjanya.”
Subjek : “Eee… kalau dari kalimat pertintahnya ini sih enggak. Jadi udah tahu
kalau suruh cari masalah terus jawabannya sendiri. Tapi bingung
waktu suruh nyari masalahnya. Nyoba itung-itung ubinnya ternyata
nemu ada perbedaan pola.”
Peneliti : “Ketika kamu suruh bikin permasalahannya, kamu kesulitan nggak?”
Subjek : “Menurutku kesulitan nyarinya, bingung letak kesalahannya dimana.
Jadi harus bener-bener teliti yang mau dijadiin masalah itu yang
apanya.”
Peneliti : “Kalau no. 1, menurutmu penyelesaiinnya gimana?”
Subjek : “Yang pertama aku ngitung satu-satu. Tapi sebelumnya dilengkapin
dulu gambarnya. Ini kan gambarnya kan belum penuh, jadi kalau mau
membentuk suatu pola harus dipenuhin atau diselesaiin dulu. Tapi aku
nyelesaiinnya liat pola sebelumnya. Berapa banyak yang ke bawah dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
berapa banyak yang ke atas biar tahu letak batunya, terus kuhitungnya
manual.
Peneliti : “Ada cara penyelesaian yang lain nggak?”
Subjek : “Sampai saat ini yang aku tahu baru itu.”
Peneliti : “Untuk no. 2 kan kamu nggak ngasih solusinya, kenapa nggak dikasih
solusinya?”
Subjek : “Aku nyoba mengamati polanya, kok ternyata ada yang janggal. Nah
ketemu permasalahan itu, tapi aku tetep nggak tahu jawabannya.”
Peneliti : “Aku nyoba menarik gambaran kasaran penyelesaiannya ya ini. Kamu
inget dulu polanya?”
Subjek : “Iya.”
Peneliti : “Kedua, kamu paham dulu polanya?”
Subjek : “Iya”
Peneliti : “Terus kamu kan teliti dulu jadi nemu ada yang janggal. Berarti kamu
jawabnya perlu cermati lebih dalam, dianalisis ya?”
Subjek : “Iya.”
Peneliti : “Lalu, no. 3, kamu nggak ngasih solusi juga. Karena apa nggak ngasih
solusi?”
Subjek : “Sebenernya karena males gambar sih, kak.”
Peneliti : “Berarti kayak merancang pola baru ya ini?”
Subjek : “Iya.”
Peneliti : “Karena pola barunya untuk pusat bukan dari belah ketupat, kamu
perlu nyari sudut untuk anak panah yang akan disusun dulu?”
Subjek : “Iya, kak.”
Peneliti : “Lalu, habis nyari itu semua baru kamu bikin langkah-langkahnya kan?
Terus tinggal nyusun pola barunya?”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
Subjek : “Iya bener kak.”
Peneliti : “Sebelumnya kamu familiar nggak sama yang namanya kemampuan
berpikir tingkat tinggi?”
Subjek : “Udah sering dibahas sama dosen terus temen-temen juga, cuma
kadang masih bingung aja.”
Peneliti : “Jelaskan kemampuan berpikir tingkat tinggi sepengetahuanmu!”
Subjek : “Sepengetahuanku, kalau kita menerapkan materi meskipun soalnya
gampang, tapi perlu sampe menganalisis dan lebih mikir lagi itu udah
bisa dibilang soal HOTS. Kayak permasalahan pola ini tadi, kayaknya
simple bisa nemuin perbedaan polanya. Tapi nggak semua orang bisa
sampe ke arah sini.”
Peneliti : “Kalau menurutmu, permasalahan topik pengubinan lembar kerja itu
bisa memunculkan permasalahan yang terkait kemampuan berpikir
tingkat tinggi nggak?”
Subjek : “Menurutku bisa, karena buat nyelesein masalahnya perlu mikir lebih
keras. Padahal mikirnya tuh kayak pola yang terbentuk pas dilihat
sekilas bakal sama, ternyata pas dilihat lagi polanya ada bedanya.”
Peneliti : “Dari ketiga permasalahan yang kamu buat, menurutmu apakah
permasalahan yang kamu buat itu udah bisa dikategoriin ke
permasalahan dengan kemampuan berpikir tingkat tinggi?”
Subjek : “Kalau yang no. 1 belum. Untuk no. 2 dan no. 3 udah.”
Peneliti : “Terima kasih banyak untuk waktunya ya.”
Subjek : “Sama-sama kak.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
Lampiran 9. Lembar Kerja Subjek Penelitian M092
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
Lampiran 10. Lembar Kerja Subjek Penelitian M093
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
Lampiran 11. Lembar Kerja Subjek Penelitian M096
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
Lampiran 12. Lembar Kerja Subjek Penelitian M106
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
Lampiran 13. Lembar Kerja Subjek Penelitian M107
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI