21
LAMPIRAN 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Sekolah : SMP PL Salatiga Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan Kelas/Semester : VIII/II Tahun Pelajaran : 2012/2013 A. STANDAR KOMPETENSI Memahami pelaksanaan demokrasi dalam berbagai kehidupan B. KOMPETENSI DASAR Menjelaskan pentingnya kehidupan demokratis dalam bermasyarakat berbangsa dan bernegara C. INDIKATOR Menjelaskan pentingnya kehidupan demokratis dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara D. Alokasi Waktu 4 x 40 menit (2 x Pertemuan) E. TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah proses pembelajaran siswa diharapkan dapat: Menjelaskan pentingnya kehidupan demokrasi Menampilkan sikap demokratis dalam berbagai kehidupan F. MATERI PEMBELAJARAN Pentingnya kehidupan demokrasi G. METODE PEMBELAJARAN Teknik klarifikasi nilai model reportase akurat Teknik klarifikasi nilai model kartu keyakinan Teknik klarifikasi nilai model analisis nilai akurat Teknik klarifikasi nilai model pungutan suara Ceramah diskusi

LAMPIRAN 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran A ......perumusan kejelasan tanggapan siswa menuju konsep c) Penyimpulan oleh guru dan pelurusan target nilai, siswa membuat catatan dengan

  • Upload
    others

  • View
    13

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • LAMPIRAN

    1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

    Sekolah : SMP PL Salatiga

    Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan

    Kelas/Semester : VIII/II

    Tahun Pelajaran : 2012/2013

    A. STANDAR KOMPETENSI

    Memahami pelaksanaan demokrasi dalam berbagai kehidupan

    B. KOMPETENSI DASAR

    Menjelaskan pentingnya kehidupan demokratis dalam bermasyarakat berbangsa dan bernegara

    C. INDIKATOR

    Menjelaskan pentingnya kehidupan demokratis dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara

    D. Alokasi Waktu

    4 x 40 menit (2 x Pertemuan)

    E. TUJUAN PEMBELAJARAN

    Setelah proses pembelajaran siswa diharapkan dapat:

    Menjelaskan pentingnya kehidupan demokrasi

    Menampilkan sikap demokratis dalam berbagai kehidupan

    F. MATERI PEMBELAJARAN

    Pentingnya kehidupan demokrasi

    G. METODE PEMBELAJARAN

    Teknik klarifikasi nilai model reportase akurat

    Teknik klarifikasi nilai model kartu keyakinan

    Teknik klarifikasi nilai model analisis nilai akurat

    Teknik klarifikasi nilai model pungutan suara

    Ceramah

    diskusi

  • H. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN

    Pertemuan Kegiatan pembelajaran Waktu

    1 Awal :

    a) Apersepsi ( mempersiapakn kelas

    dalam pembelajaran)

    b) Memotivasi (melakukan penjajakan

    kesiapan belajar siswa,

    mengimpormasikan

    kompetensi yang akan

    dicapai dan strategi

    pembelajaran)

    Inti:

    a) Menyajikan stimulus dengan mengedarkan

    gambar dan meminta

    siswa menganalisis

    gambar

    b) Melaksanakan klarifikasi masalah,

    perumusan kejelasan

    tanggapan siswa

    menuju konsep

    c) Penyimpulan oleh guru dan pelurusan target

    nilai, siswa membuat

    catatan dengan rapi.

    Penutup:

    a) Melaksanakan post test b) Melaksanakan tindak

    lanjut berupa

    pengayaan dan

    remedial dan uji coba

    sikap

    10 menit

    60 menit

    10 menit

    2 Awal:

    a) Apersepsi (mempersiapkan kelas

    dalam pembelajaran

    (absensi, kebersihan

    dan lain-lain)

    b) Memotivasi (melakukan penjajakan

    kesiapan belajar siswa

    dengan memberi

    10 menit

  • pertanyaan yang

    berkaitan dengan

    budaya demokrasi)

    Inti:

    a) Menyajikan beberapa permasalahan yang

    akan dianalisa siswa

    b) Siswa memilih alternatif masalah dan

    menganalisis dalam

    bentuk kartu keyakinan

    , guru mengamati

    kegiatan siswa

    c) Siswa diminta membacakan hasil

    analisa dengan cara

    ditukarkan

    d) Guru mencatat tanggapan siswa dan

    membuat kesimpulan

    dan mengarahkan

    menuju konsep

    Penutup:

    a) Guru memberikan post test

    b) Pelaksanaan remedial dan pengayaan

    c) Melaksanakan tindak lanjut berupa

    pengayaan dan

    remedial dan uji coba

    sikap

    60 menit

    10 menit

    Pertemuan Kegiatan pembelajaran Waktu

    1 Awal :

    a) Apersepsi (mempersiapkan kelas

    dalam pembelajaran)

    b) Memotivasi (melakukan penjajakan kesiapan

    belajar siswa,

    menginformasikan

    kompetensi dan target

    nilai yang akan dicapai)

    Inti :

    a) Guru menyajikan stimulus dan

    membiarkan siswa

    bergerombol, dan

    memberi komentar

    tentang media

    b) Siswa membuat kajian

    10 menit

    60 menit

  • terhadap media dan

    melaksanakan adu

    pendapat guru

    memfasilitasi

    c) Guru membuat kesimpulan dan

    membari pengarahan

    menuju konsep

    Penutup:

    a) Guru mengadakan post test

    b) Guru membarikan pengayaan dan remedial

    c) Tindakan uji coba terkait nilai moral yang

    di pelajari

    10 menit

    2 Awal:

    a) Apersepsi (mempersiapkan kelas

    dalam pembelajaran)

    b) Motivasi (melakukan penjajakan kesiapan

    belajar siswa,

    menginformasikan

    target nilai dan strategi

    pembelajaran)

    Inti:

    a) Guru menyajikan nilai yang kontras, siswa

    diminta

    mengidentifikasi

    b) Guru membrikan pertanyaan seputar

    media dan siswa

    menjawab secara lisan

    c) Menguji alasan siswa, dan siswa diminta

    dengan tegas dan berani

    disaksikan siswa lain

    d) Membuat kesimpulan dan mengarahkan

    menuju konsep

    Penutup:

    a) Melaksanakan post test b) Membrikan remedial

    dan pengayaan

    c) Melaksanakan tindakan uji coba sebagai tindak

    lanjutan proses belajar

    10 menit

    60 menit

    10 menit

  • I. Sumber Belajar

    Buku Pendidikan Kewarganegaraan: untuk SMP dan MTs Kelas VIII (ESIS, 2007), hlm. 100-118.

    Artikel media massa

    Keterangan:

    Media stimulus berupa gambar-gambar ketika kerusuhan yang terjadi pada bulan Mei 1998.

  • Berbagai Pola Kecurangan dalam Pemilu 2009

    Samaluddin Daeng, Researcher-Institute for Global Justice (IGJ)

    Pola rekayasa terhadap pemilih adalah salah satu pola kecurangan dalam pemilu 2009. Kurang

    tepatnya waktu penyelenggaraan pemilihan, telah mengakibatkan banyak masyarakat di berbagai

    daerah tidak dapat menggunakan hak pilihnya dikarenakan bertepatan dengan hari keagamaan. Ini

    terjadi pada umat Hindu di Bali dam masyarakat yang beragama Kristiani di NTT. Di Bali, hampir

    separuh masyarakatnya tidak menggunakan hak pilihnya, karena hari pemilihan bertepatan dengan

    hari suci agama Hindu, yang menyebabkan TPS-TPS menjadi sepi. Sementara, di NTT, pemilu harus

    ditunda dikarenakan umat Katolik harus merayakan hari Paskah. Kedua daerah tersebut pada pemilu

    sebelumnya harus diakui adalah wilayah yang menjadi kantong suara PDIP dan PDS. Pola

    kecurangan pemilu 2009 yang paling massif adalah melalui rekayasa DPT. Dari sinilaj semua

    kecurangan yang besar berawal dalam proses pemilu dimulai. Data adalah sumber informasi paling

    awal dan paling penting dalam seluruh proses pemilu, kemudian dimanipulasi sedemikain rupa

    sehingga lembaga pengawas pemilu dan partai-partai akan kehilangan jejak untuk menemukan bukti-

    bukti kecurangan. Meskipun bukti dapat diketemukan, akan tetapi pembuktian secara hukum dan

    penyelesaiannya akan membutuhkan waktu yang relatif lama dan seringkali tidak memiliki

    signifikansi dengan hasil pemilu. Langkah manipulasi DPT hanya dapat dilakukan oleh pihak yang

    memiliki otoritas atas lembaga yang melakukan pendataan dalam hal ini adalah pemerintah.

    Sebagaimana kita ketahui bahwa sumber data awal pemilu 2009 adalah berasal dari Departemen

    dalam negeri (Depdagri). Data tersebut yang kemudian disusun oleh KPU menjadi data daftar pemilu

    tetap dengan pemutakhiran ala kadarnya. Amburadulnya data kependudukan (demografi) dalam

    pemerintahan SBY-JK (entah disengaja untuk kepentingan legitimasi politik tertentu), ikut

    berkontribusi mempermudah manipulasi data dalam pemilu 2009.

    Langkah manipulasi yang berkaitan langsung dengan DPT dilakukan tiga cara yaitu:

    1. Penggelembungan data pemilih

    2. Pengurangan data pemilih

    3. Memanipulasi identitas pemilih tanpa atau dengan mengurangi atau menambah jumlah pemilih.

    Didalam DPT, di masing-masing TPS, jumlah pemilih tidak berkurang dan bahkan bertambah. Akan

    tetapi, dan hampir merata di setiap TPS, banyak pemilih yang tidak tercantum namanya. Hal ini

    berarti, banyak sekali nama-nama palsu didalam DPT tersebut. Jumlahnya diperkirakan dapat

    mencapai 20-30 % di setiap TPS. Banyaknya nama-nama palsu tersebut membuka peluang terjadinya

    kecuranagn yang dilakukan oleh penyelenggara pemilu. Ada beberapa pola yang paling umum

    digunakan, yaitu:

    1) Nama-nama palsu tersebut dicontreng oleh orang lain atau joki

    2) Kertas suara atas nama pemilih siluman dicontreng oleh penyelenggara pemilu

    Jika diteliti, maka akan tampak dengan mudah akan diketemukan jejak suara joki dari selisih antara

    jumlah orang menggunakan hak pilihnya dengan suara yang dihitung baik yang suara sah maupun

    suara tidak sah. Kecurangan dengan cara kedua umumnya memanfaatkan ketidaklengkapan data-data

    pengawas dan saksi partai mengenai kejadian di TPD (data 1-4) sehingga mereka tidak punya jejak

    sama sekali terhadap data-data pemilu siluman. Kecurangan semacam inilah diduga yang paling

    massif terjadi selama pemilu 2009. Wajar kemudian, banyak pengamat yang menyebut pemilu kali ini

    (2009) adalah pemilu yang paling buruk dalam sejarah 3 kali pemilu di reformasi. Kesemuanya

    bersumber dari amburadulnya DPT, yang oleh banyak ketua partai disebutkan sebagai rekayasa yang

    sitematis untuk memberikan keuntungan kepada partai penguasa (incumbent).

  • Kebobrokan Hukum

    Setidaknya ada tiga problem turunan yang akan terus menjadi permasalahan dalam sistem demokrasi

    sekular yang menyerahkan pembuatan hukum kepada manusia. Pertama: akan terus terjadi jual-beli

    pasal. Adanya kewenangan manusia membuat undang-undang akan membuka peluang negosiasi dari

    pihak-pihak yang memiliki kepentingan terhadap suatu undang-undang. Dengan nada bercanda,

    seorang teman mengatakan, di DPR itu “setiap pasal pasti ada pasar-nya”. Ungkapan tersebut bukan

    isapan jempol. Bahkan secara terbuka Ketua MK Mahfud MD menyebutkan beberapa contoh, yakni

    kasus korupsi aliran dana YPP BI yang diduga mengalir ke DPR sebesar Rp 31,5 miliar dan ke

    pengacara sekitar Rp 68 miliar. Berikutnya kasus di Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi,

    yakni dugaan suap untuk membayar Undang-Undang APBN Perubahan. Yang lebih memprihatinkan

    adalah penggunaan dana abadi umat sebesar Rp 1,5 miliar yang digunakan untuk membayar anggota

    dewan untuk mengegolkan Undang-Undang Wakaf.

    Kedua: materi UU yang dilahirkan pasti tidak sempurna dan banyak kekurangan.Suatu keniscayaan,

    jika manusia sebagai makhluk yang lemah dan banyak memiliki kekurangan membuat UU maka pasti

    UU yang dihasilkan jauh dari sempurna dan akan banyak terjadi kekurangan. Di Indonesia,sejak 2003

    hingga 9 November 2011 ada 406 kali pengajuan uji materil UU ke MK. Ini adalah bukti konkret,

    bahwa banyak ketidakpuasan publik terhadap UU yang dibuat.

    Ketiga: tak bisa dihindari, pembuat UU pasti akan menjamin bahwa UU yang dibuat akan

    menguntungkan diri dan kelompoknya. Sebagai contoh, pembahasan RUU perubahan UU Pemilu

    melahirkan tarik-menarik kepentingan. Partai-partai besar seperti Partai Demokrat, Partai Golkar dan

    PDI-P mengusulkan batas minimal perolehan suara partai (Parlementary Threshold) di DPR minimal

    5%, sedangkan partai-partai kecil tetap berjuang dan berharap angka 3% sebagai batas minimal.

    Masing-masing pihak mengajukan alasan. Namun, apapun alasan yang dikemukakan, alasan

    utamanya tetap satu: kepentingan. Karena itu, dalam sistem demokrasi, hukum sulit diharapkan

    menghadirkan keadilan, karena manusia sarat dengan kepentingan.

    Aparat dan Birokrat Korupsi

    Selain kebobrokan dan cacatnya hukum, banyaknya aparat hukum dan birokrasi yang korup semakin

    melengkapi keterpurukan bangsa ini. Di lembaga peradilan, Komisi Yudisial (KY) mengungkapkan

    percatur wulan kedua (Januari – Agustus 2011) pihaknya telah menerima laporan dari masyarakat dan

    data lainnya sebanyak 1.169 laporan. Kebobrokan aparat penegak hukum lainnya, yakni Jaksa, tak

    kalah memprihatinkan. Jaksa Agung Muda Pengawasan Marwan Effendy menyatakan, sepanjang

    tahun 2011 Komisi Kejaksaan Agung telah menerima sebanyak 1.500 laporan dari masyarakat terkait

    jaksa yang melakukan penyimpangan. Aparat penegak hukum lainnya di kepolisian pun tak lepas dari

    masalah. Bahkan hanya dalam waktu sebulan, Polda Metro Jaya menerima 26 kasus yang diduga

    melibatkan anggota kepolisian. Dari jumlah pengaduan tersebut, ada 38 anggota kepolisian yang

    diduga bermasalah. Yang lebih mengejutkan, tahun 2011 ini institusi kepolisian “diuji” dengan

    masalah besar, yakni terungkapnya aliran dana dari PT Freeport sebesar $14 Juta yang berpotensi

    melanggar hukum karena bisa terkategori gratifikasi.

    Partisipasi Politik sebagai Proses Penguatan Peran Rakyat dalam Pembangunan

    Oleh: Sugian Bahanan

    Secara harfiah partisipasi berarti keikutsertaan. Untuk memaknai partisipasi dalam konteks politik

    dapat dikatakan sebagai bentuk keikutsertaan warga dalam berbagai proses politik. Keikutsertaan

    warga yang dimaksud adalah kemauan warga untuk melihat, mengkritisi serta ikut terlibat secara aktif

    dalam setiap proses politik baik dalam proses Pemilihan Kepala Daerah maupun Pemilihan Umum.

  • Keterlibatan tersebut bukan berarti warga akan mendukung seluruh keputusan, kebijakan maupun

    pelaksanaan kebijakan/keputusan yang akan dan telah ditetapkan oleh pemimpinnya.

    Partisipasi politik dapat dilihat dari berbagai sisi yaitu partisipasi aktif dan pasif (Surbakti, 1992: 142).

    Partisipasi aktif menyangkut kegiatan warga Negara dalam mengajukan usul mengenai suatu

    kebijakan umum, mengajukan alternative kebijakan yang berbeda dengan kebijakan pemerintah,

    perbaikan dan saran terhadap kebijakan pemerintah. Sementara partisipasi pasif berupa kegiatan

    mentaati peraturan pemerintah, menerima dan melaksanakan begitu saja setiap keputusan pemerintah.

    Dalam bentuk yang hampir sama, model partisipasi yang dikembangkan pemerintah sebagai upaya

    melibatkan rakyat dalam pelaksanaan keputusan dapat menyebabkan jebakan partisipasi

    (participation trap) (APMD dan Ford Foundation, 2005: 194 – 196).

    Sementara itu menurut Milbarth dan Goel, mereka membedakan partisipasi menjadi beberapa kategori

    yaitu 1) apatis; orang yang menarik diri dari proses politik; 2) spectator; orang yang setidak-tidaknya

    pernah ikut dalam pemilu; 3) gladiator; orang-orang yang secara aktif terlibat dalam proses politik,

    yakni sebagai komunikator dengan tugas khusus, aktivis partai dan pekerja kampanye serta aktivis

    masyarakat bias dikatogorikan masuk dalam tipe gladiator; 4) pengkritik; orang-orang yang

    berpartisipasi dalam bentuk yang tidak konvensional. Beberapa julukan diberi kepada orang-orang

    yang tidak berpartisipasi dalam politik seperti apatis, sinis, alienasi dan anomie (terpisah).

    Berdasarkan pendapat diatas, LSM sebagai agen civil society sudah semestinya menjadi gladiator,

    secara aktif terlibat dalam proses politik baik dalam bentuk pendidikan pemilih maupun pemantauan

    sejak pra-pemilihan sampai pelaksanaan kebijakan public sebagai hasil/output dari sebuah proses

    politik. Bukan hanya berhenti pada system proyek dengan timing yang terbatas, namun dengan

    sungguh-sungguh membangun komunitas yang sadar politik dan lepas dari berbagai pembodohan atas

    nama apapun.

    Jika kita menarik kembali proses partisipasi ini dalam kondisi Indonesia, pola partisipasi yang

    dilaksanakan lebih banyak menerapkan pola partisipasi yang dimobilisasi. Belum jauh membuka

    ruang partisipasi masyarakat untuk terlibat di dalamnya meskipun banyak kebijakan yang

    memungkinkan pelibatan aktif masyarakat.

    PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PERUMUSAN KEBIJAKAN PUBLIK DI DAERAH

    Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), partisipasi berarti berperan serta (disuatu

    kegiatan), ikut seta: seluruh masyarakat harus menyukseskan pembangunan bangsa dan

    negara. Pengertian otonomi daerah, menurut Undang-Undang no. 32 tahun 2004, tentang

    pemerintah daerah pasal 1 ayat 5, otonomi daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban

    daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan

    masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Partisipasi dalam

    pelaksanaan otonomi daerah dapat diartikan sebagai kegiatan atau peran serta warga negara

    demi suksesnya pelaksanaan otonomi daerah.Partisipasi warga negara tidak hanya

    mendukung ddan mendorong agar daerah semakin maju dan mandiri tetapi juga membantu

    Negara atau pemerintah hanya mampu mengatasi permasalahan-permasalahan yang timbul

    akibat pelaksanaan otonomi daerah. Sedangkan kebijakan public adalah kebijakan yang di

    nyatakan di keluarkan , dilakukan atupun yang tidak di lakukan oleh pemerintah yang

    memuat program dan kegiatan atau program yang di jalankan. Kebijakan merupakan suatu

    kumpulan keputusan yang diambil seseorang atau badan atau lembaga yang pada umumnya

    memegang kekuasaan untuk mengatasi masalah atau tujuan tertentu terutama dalam

    kehidupan bermasyarakat,berbangsa dan bernegara. Dengan otonomi daerah diharapkan

    mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pemberdayaan dan

    peran serta masyarakat dalam pemerintahan. Kebijakan publik harus mendapat dukungan dari

    rakyat, apabila tidak ada partisipasi warga Negara tidak ada artinya, hanya berupa tulisan atau

    dokumen yang tidak bermakna.

  • Manfaat partisipasi dalam kebijakan pemerintah :

    a) Dapat membentuk perilaku atau budaya demokrasi

    b) Dapat membentuk masyarakat hukum

    c) Dapat membentuk masyarakat yang bermoral dan berakhlak mulia

    d) Dapat membentuk masyarakat madani.yaitu masyarakat yang memiliki kesukarelaan,tidak

    menggantungkan pada orang lain(keswasembadaan),tidak menggantungkan diri pada Negara

    (kemandirian),keterkaitan pada nilai-nilai yang disepakati.

    Wujud partisipasi dalam pelaksanaan otonomi daerah:

    a) Partisipasi tenaga, dapat dilakukan dengan cara menyumbang tenaganya misalnya aktif dalam kegiatan gotong-royong untuk mempelancar pembangunan di daerah-daerah.

    b) Partisipasi buah pikiran, dapat dilakukan dengan cara memberikan saran, gagasan, pendapat baik secara lisan ataupun tertulis kepada pihak-pihak yang berwenang agar

    otonomi daerah berjalan dengan lancer, sesuai dengan harapan.

    c) Partisipasiharta benda dan uang/modal, dapat dilakukan dengan cara memberikan sumbangan harta benda/uang kepada pemerintah atau badan/lembaga tertentu, atau

    menabung uang di bank-bank pemerintah, untuk menunjang dan mendorong agar

    otonomi daerah berjalan lancar dan pembangunan berjalan sesuai progam pemerintah.

    d) Partisipasi keterampilan, dapat dilakukan dengan menyumbang keterampilan/keahliannya kepada pemerintah demi kelancaran otonomi daerah/pembangunan nasional.

    J. Penilaian

    Penilaian dilaksanakan selama proses dan sesudah pembelajara

    Penilaian Aspek Kognitif

    TM I

    1) Sebutkan empat macam manfaat sikap demokratis dalam menyelenggarakan pemerintahan?

    2) Sebutkan dan jelaskan empat macam gaya kepemimpinan, dan tunjukkan kelebihana serta kelemahannya?

    3) Jelaskan perbedaan antara pemimpin polotik dan pejabat negara?

    4) Jelaskan mengapa sikap demokrasi perlu dilakukan sejak usia dini?

    5) Sebutkan tiga macam ciri-ciri negatif perekonomian di Indonesia?

    TM II

    1) Demokrasi berasal dari kata demos dan kratos. Demos berarti............

    a) Rakyat c) Berkuasa

    b) Pemeritahan d) Kekuasaan rakyat

    2) Pernyataan berikut ini yang bukan merupakan prinsip dasar demokrasi, yaitu...........

    a) Pemerintah berdasarkan kekuasaan

    b) Hak asasi manusia dijamin

    c) Peradilan yang bebas tidak memihak

    d) Adanya kebebasan pers

    3) Presiden tidak bertanggungjawab kepada parlemen merupakan ciri sistem pemerintahan.....................

    a) Liberal c) Terpimpin

    b) Presidensial d) Parlementer

    4) Berikut ini yang bukan merupakan pembagian kekuasaan negara menurut ajaran Trias Politika, yaitu .............

  • a) Kekuasaan legislatif c) Kekuasaan yudikatif

    b) Kekuasaan eksekutif d) Kekuasaan komutatif

    5) Pelaksanaan demokrasi liberal di Indonesia ditandai dengan keluarnya.............

    a) Keputusan presiden

    b) Maklumat pemerintah tanggal 14 November 1945

    c) Dekrit Presiden 5 Juli 1959

    d) Disahkan UUDS 1950

    6) Ciri khas demokrasi Pancasila adalah....................

    a) Musyawarah yang berpegang pada hikmat kebijaksanaan

    b) Musyawarah yang memperhatikan pendapat beberapa orang

    c) Pemegang kekuasaan adalah memperoleh suara terbanyak

    d) Musyawarah berlandaskan kebebsana dan persamaan

    7) Kebebasan yang terkandung di dalam demokrasi Pancasila ialah.................

    a) Kebebasan mutlak

    b) Kebebasan yang bertanggungjawab

    c) Kebebasan yang terbatas

    d) Kebebasan berpendapat

    8) Perilaku demokratis yang terlihat dalam kegiatan musyawarah antara lain................

    a) Menerima semua pendapat peserta musyawarah

    b) Mengikuti jalannya musyawarah sampai selesai

    c) Menghargai semua pendapat yang berbeda-beda

    d) Kebebasan yang memperhatikan norma-norma

    9) Tipe kepemimpinan yang menganggap kekuasaan dipegang dan dilaksankan oleh seorang pemimpin dengan tidak menghormati martabat manusia adalah.............

    a) Ekstremis c) demokratis

    b) Moderat d) diktator

    10) Pemimpin nasional yang dikenal secara luas, tidak arogan, memiliki karakter dan kepribadian baik, tidak korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) merupakan salah satu kriteria

    kepemimpinan nasional yang...................

    a) Resistensi rendah

    b) Bersih dan berwibawa

    c) Konsisten, tegas, tidak ambivalen

    d) Cerdas intelektual, emosional, spiritual

  • 2. Lembar Observasi Aktivitas Guru

    2.1. Model Reportase Akurat

    Kegiatan Langkah

    pembelajaran

    Penerapan Kendala Solusi

    Diterapkan Tidak

    diterapkan

    Awal Guru melakukan

    penjajakan

    kesiapan belajar

    siswa

    Guru mengkaji

    kejelasan target

    nilai yang akan

    dicapai serta

    strategi mengajar

    yang diterapkan

    Inti Guru menyajikan

    stimulus dengan

    mengedarkan

    gambar serta

    menempel gambar

    di papan tulis

    Guru

    melaksanakan

    klarifikasi

    masalah,

    melakukan

    perumusan

    kejelasan

    tanggapan siswa

    Guru membuat

    kesimpulan dan

    pelurusan target

    nilai

    Penutup

    Guru memberikan

    post test

    Guru mengadakan

    remedial dan

    pengayaan

    Guru

    melaksanakan

    tindakan uji coba

    nilai sebagai tindak

    lanjut

  • 2.2. Analisis Nilai Akurat

    Kegiatan Langkah

    pembelajaran

    Penerapan Kendala Solusi

    Diterapkan Tidak

    diterapkan

    Awal Guru mengkaji

    kejelasan target

    nilai yang akan

    dicapai, serta

    menyampaikan

    strategi mengajar

    yang diterapkan

    Inti Guru menyajikan

    stimulus, dan

    membiarkan

    siswa

    berkomentar dan

    bergerombol,

    serta memonitor

    raut wajah siswa

    Meminta siswa

    membuat kajian

    terhadap stimulus

    dan mencatatnya

    dengan rapi

    Guru mencatat

    hasil laporan

    siswa di papan

    tulis

    Menjadi

    fasilitator selama

    sesi adu pendapat

    serta mencatat

    argumentasi siswa

    yang mendekati

    target nilai

    Guru membuat

    kesimpulan dan

    memberikan

    pengarahan

    menuju konsep

    Penutup Guru memberikan

    post test

    Guru memberikan

    remedial dan

    pengayaan

    Guru

    melaksanakan

    tindakan uji coba

    sebagai tindakan

    lanjut

  • 2.3. Kartu Keyakinan

    Kegiatan Langkah pembelajaran Penerapan Kendala Solusi

    Diterapkan Tidak

    diterapkan

    Awal Guru mengkaji

    kejelasan target nilai

    yang akan dicapai,

    serta menyampaikan

    strategi mengajar yang

    diterapkan

    Memberikan

    kesempatan kepada

    siswa untuk memilih

    masalah yang akan

    dipecahkan

    Guru menjadi

    fasilitator selama

    proses pengisian kartu

    keyakinan serta

    mengamati kegiatan

    siswa

    Meminta siswa untuk

    menukarkan kartu

    keyakinannya dan

    membacakan hasil

    analisa siswa lain

    Guru mencatat

    jawaban yang

    mendekati target di

    papan tulis sebagai

    bahan penyimpulan

    Guru membuat

    kesimpulan dan

    mengarahkan kepada

    konsep

    Penutup Guru memberikan post

    test

    Guru mengadakan

    kegiatan pengayaan

    dan remedial

    Guru melaksanakan

    tindakan uji coba nilai

    sebagai tindakan lanjut

  • 2.4. Model Pungutan suara

    Kegiatan Langkah

    pembelajaran

    Penerapan Kendala Solusi

    Diterapkan Tidak

    diterapkan

    Awala Guru mengkaji

    kejelasan target

    nilai yang akan

    dicapai serta

    menyampaikan

    strategi mengajar

    yang diterapkan

    Inti Guru menyajikan

    nilai yang kontras

    Guru memberikan

    pertanyaan kepada

    siswa seputar

    media yang

    disajikan

    Menguji alasan

    siswa

    Guru bersama

    siswa membuat

    kesimpulan dan

    mengarahkan

    menuju konsep

    Penutup

    Guru melaksanakan

    post test

    Guru memberikan

    remedial dan

    pengayaan

    Guru

    melaksanakan

    tindakan uji coba

    sebagai tindak

    lanjut dari proses

    belajar mengajar

  • 3. Lembar Observasi Aktivitas Siswa

    3.1. Model Reportase Akurat

    Kegiatan Langkah

    pembelajaran

    Penerapan Kendala Solusi

    Diterapkan Tidak

    diterapkan

    Awal Siswa

    menempati

    tempat duduk

    dengan tertib

    Siswa meyimak

    dengan seksama

    penjelasan guru

    mengenai

    strategi

    pembelajaran

    Inti Siswa mampu

    mengidentifikasi

    stimulus yang

    disajikan

    dengan antusias

    Siswa

    menyimak

    dengan serius

    klarifikasi

    masalah

    pengarahan

    menuju konsep

    Siswa membuat

    catatan dengan

    rapi

    Penutup Siswa dapat

    mengikuti post

    test dengan

    tertib

    Siswa mengikuti

    pelaksanaan

    remedial dan

    pengayaan

    dengan tertib

    Siswa mampu

    bersikap serta

    bertindak sesuai

    nilai yang

    ditentukan

    dengan senang

    hati dan

    diharapkan

    menjadi

    kebiasaannya

  • 3.2. Analisis Nilai akurat

    Kegiatan Langkah

    pembelajaran

    Penerapan Kendala Solusi

    Diterapkan Tidak

    diterapkan

    Awal Siswa memasuki

    kelas dengan tertib

    dan menempati

    tempat duduk

    masing-masing

    Menyimak

    penjelasan guru

    mengenai target

    nilai dan strategi

    mengajar dengan

    seksama

    Inti Siswa menanggapi

    stimulus yang

    disajikan guru,

    dengam memberi

    komentar bebrapa

    saat

    Siswa membuat

    kajian terhadap

    media dan

    mencatatnya

    dengan rapi

    Siswa melaporkan

    hasil kajian dengan

    tertib

    siswa

    melaksanakan adu

    pendapat dnegan

    tertib dan mampu

    menghargai

    pendapat yang lain

    Siswa membuat

    catatan dengan rapi

    Penutup Siswa mengikuti

    post test dengan

    tertib

    Siswa dapat

    mengikuti kegiatan

    remedial dan

    pengayaan dengan

    tertib

    Siswa mampu

    bersikap serta

    bertindak sesuai

    nilai yang

    ditentukan dengan

    senang hati

  • 3.3. Kartu Keyakinan

    Kegiatan Langkah

    pembelajaran

    Penerapan Kendala Solusi

    Diterapkan Tidak

    diterapkan

    Awal Siswa memasuki

    kelas dan menempati

    tempat duduk

    masing-masing

    dengan tertib

    Siswa dapat

    menyimak

    penjelasan guru

    mengenai target nilai

    dan strategi

    pembelajaran

    Inti Siswa mampu

    menyimak

    penjelasan guru

    mengenai beberapa

    alternatif

    permasalahan yang

    akan di selesaikan

    Siswa memilih

    masalah yang ingin

    di analisis dengan

    tertib

    Siswa menganalisa

    masalah yang dipilih

    serta membuat

    kesimpulan dalam

    bentuk kartu

    keyakinan secara

    tertib

    Siswa menukarkan

    kartu keyakinan yang

    telah di isi dengan

    siswa lain dan

    membacakan

    hasilnya

    Siswa membuat

    catatan dengan

    lengkap dan rapi

    Penutup Siswa mengikuti

    remedial dan

    pengayaan dengan

    tertib

    Siswa mampu

    bersikap dan

    bertindak sesuai nilai

    yang ditentukan

    dengan antusias

  • 3.4. Model Pungutan suara

    Kegiatan Langkah pembelajaran Penerapan Kendala Solusi

    Diterapkan Tidak

    diterapkan

    Awal Siswa memasuki kelas

    dan menempati tempat

    duduk masing-masing

    dengan tertib

    Siswa mampu

    menyimak dengan

    seksama penjelasan

    guru mengenai target

    nilai dan strategi

    pembelajaran

    Inti Siswa

    mengidentifikasi

    media yang disajikan

    guru dengan seksama

    Siswa mampu

    menjawab pertanyaan

    yang di ajukan guru

    secara lisan

    Siswa mampu

    menegaskan kembali

    jawabannya dengan

    berani disaksikan oleh

    siswa lain

    Siswa membuat

    catatan dengan

    lengkap dan rapi

    Penutup Siswa mengikuti

    kegiatan remedial dan

    pengayaan dengan

    tertib

    Siswa diharapkan

    dapat bersikap dan

    bertindak sesuai nilai

    yang ditentukan

    dengan senang hati

    dan akan menjadi

    kebiasaan

  • 4. Lembar Observasi Pencapaian Tujuan Pembelajaran Aspek Afektif

    No Sikap Afektif Aktivitas yang diamati Jumlah

    siswa

    Keterangan

    (Kendala&

    Solusi)

    1 Menghargai 1) Menyampaikan salam dan menyapa siswa /guru dengan

    cara yang santun

    2) Menghargai pendapat siswa lain

    3) Mengerti keadaan siswa lain 4) Mengakui kelebihan atau

    keunggulan siswa lain

    5) Menghargai siswa lain

    2 Persahabatan 1) Membantu siswa lain dengan ikhlas

    2) Berperilaku penuh kasih 3) Bersimpati kepada siswa

    lain dalam keadaan sulit

    4) Mendukung/ memberikan kesempatan siswa lain

    untuk maju

    3 Toleransi 1) Bersikap terbuka 2) Menghargai keberagaman 3) Menghindari diskriminasi 4) Toleran terhadap

    kekeliruan siswa lain

    4 Sinergi 1) Meminta dan memberi pendapat dengan santun

    2) Mengingatkan siswa lain tentang sesuatu yang harus

    dilakukan

    5. Lembar Observasi Pencapaian Tujuan Pembelajaran Aspek Psikomotorik

    No Tindakan yang dinilai Jumlah siswa Keterangan (kendala& solusi)

    1 Tidak mendominasi

    dalam kelompok saat

    presentasi.

    Tidak memaksakan

    pendapat pribadi kepada

    kelompok.

    2 Menerima masukan dari

    guru dan teman.

    Menghargai teman saat

    mengemukakan

    pendapat.

    Jumlah siswa

  • 6. Tanggapan Siswa Terhadap Penerapan Teknik Klarifikasi Nilai

    N

    o

    Pernyataan Skala

    Sangat

    Setuju

    (4)

    Setuj

    u

    (3)

    Tidak

    Setuju

    (2)

    Sangat

    Tidak

    Setuju

    (1)

    1 Penerapan teknik klarifikasi nilai sangat

    membantu saya dalam memahami materi

    yang disampaikan oleh guru

    2 Dengan teknik klarifikasi nilai membuat

    saya lebih berani untuk mengemukakan

    pendapat

    3 Pembelajaran PKn dengan teknik

    klarifikasi nilai model reportase akurat

    memberi peluang kepada saya untuk

    membuat laporan mengenai apa yang telah

    saya lihat dan dengar

    4 Pembelajaran PKn dengan model analisa

    secara akurat memungkinkan saya untuk

    berimajinasi menyusun fakta dan konsep

    nilai tentang apa yang diperoleh sebagai

    hasil liputan secara akurat

    5 Penerapan teknik klarifikasi nilai model

    kartu keyakinan membantu saya untuk

    mengklarifikasi masalalah dan

    memberikan penilaian saya

    6 Pembelajaran PKn dengan menerapkan

    teknik klarifikasi nilai model pungutan

    suara membuat saya terlatih berani

    memiliki pendirian dengan dilihat oleh

    teman-teman lain serta menghargai

    tanggapan teman

    7 Penerapan teknik klarifikasi nilai

    membuat saya lebih bersemangat, dalam

    belajar PKn karena selalu disajikan dalam

    bentuk cerita atau gambar yang menarik

    8 Pada penerapan teknik klarifikasi nilai

    guru memberi kebebasan kepada siswa

    untuk memberikan pendapat

    9

    Dalam teknik klarifikasi nilai selain bisa

    memperoleh nilai yang baik ketika tes,

    saya juga merasa lebih bersemangat

    karena selalu ada masalah yang perlu

    dianalisis dan diklarifikasi atau problem

    solving

    10 Teknik klarifikasi nilai sangat tepat

    diterapkan dalam pembelajaran

    Pendidikan Kewarganegaraan dikelas

    VIII pada topik demokrasi

  • 7. Format Pedoman Wawancara

    No Aspek-aspek yang

    diwawancarai

    Ringkasan jawaban ket

    1 Kendala yang ditemukan

    dalam pembelajaran pada mata

    pelajaran PKn dalam berteknik

    klarifikasi nilai

    3 Solusi yang diberikan guna

    mengatasi kendala yang

    dihadapi dan mengatasi

    kendala