Upload
arifayuniarahma
View
246
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Lap Ektum 01 Amma
Citation preview
LAPORAN I
EKOLOGI TUMBUHAN
Disusun Oleh :
RAHMAWATI (121 404 1017)
PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2014
Abstrak
Some of the factors that led to the success of the distribution of vegetation in an environment that is: abiotic factors such as temperature, light, water, wind and others, as well as biotic factors such as human beings, animals and other plants that are also competing to live and thrive. Minimum area or species area curve is the initial step used untu analyzed using a vegetation sample plots (squares). In some areas, there are various types of plants as an object of observation.
Beberapa faktor yang menyebabkan banyak tidaknya sebaran vegetasi dalam suatu lingkungan yaitu: faktor abiotik misalnya suhu, cahaya, air, angin dan lain-lain, serta faktor biotik misalnya manusia, hewan maupun tumbuhan lain yang juga berkompetisi untuk hidup dan berkembang dengan baik. Luas minimum atau kurva spesies area merupakan langkah awal yang digunakan untu menganalisis suatu vegetasi yang menggunakan petak contoh (kuadrat). Dalam suatu area terdapat beragam jenis tumbuhan sebagai objek pengamatannya.
BAB IPENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari beberapa
jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme kehidupan
bersama tersebut terdapat interaksi yang erat baik diantara sesama individu penyusun
vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme lainnya sehingga merupakan suatu
sistem yang hidup dan tumbuh serta dinamis.
Analisa vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komponen jenis) dan bentuk
(struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Pengamatan parameter
vegetasi berdasarkan bentuk hidup pohon, perdu, serta herba. Suatu ekosistem alamiah
maupun binaan selalu terdiri dari dua komponen utama yaitu komponen biotik dan
abiotik. Vegetasi atau komunitas tumbuhan merupakan salah satu komponen biotik
yang menempati habitat tertentu seperti hutan, padang ilalang, semak belukar dan lain-
lain. Struktur dan komposisi vegetasi pada suatu wilayah dipengaruhi oleh komponen
ekosistem lainnya yang saling berinteraksi, sehingga vegetasi yang tumbuh secara
alami pada wilayah tersebut sesungguhnya merupakan pencerminan hasil interaksi
berbagai faktor lingkungan dan dapat mengalami perubahan drastis karena pengaruh
anthropogenik.
Dengan demikian pada suatu daerah vegetasi umumnya akan terdapat suatu luas
tertentu, dan daerah tadi sudah memperlihatkan kekhususan dari vegetasi secara
keseluruhan.yang disebut luas minimum area. Kemampuan untuk menyebar
merupakan salah satu siklus hidup yang sangat penting dalam organisme, merupakan
proses ekologis yang menghasilkan aliran gen (gen flow) diantara populasi lokal dan
membantu untuk menghindari terjadinya inbreeding. Penyebaran individu dalam
populasi dapat dibatasi oleh halangan geofrafis, dan berpengaruh terhadap komposisi
komunitas. Penyebaran spesies tumbuhan inilah yang melatar belakangi praktikum ini.
B. TUJUAN PRAKTIKUM
Untuk mengetahui perbandingan jumlah spesies pada kurva satu dengan yang
lainnya.
C. MANFAAT PRAKTiKUM
Mengetahui kurva spesies tumbuhan pada area tertentu.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Istilah ekologi pertama kali diperkenalkan pada tahun 1866 oleh E. Haeckel (ahli
biologi Jerman). Ekologi berasal dari dua akar kata Yunani (oikos = rumah dan
Logos=ilmu), sehingga secara harfiah bisa diartikan sebagai kajian organisme hidup dalam
rumahnya. Secara lebih formal ekologi didefenisikan sebagai kajian yang mempelajari
hubungan timbal balik antara organisme-organisme hidup dengan lingkungan fisik dan
biotik secara menyeluruh. Jadi, dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa ekologi itu adalah
ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara makhluk hidup dan lingkungannya
(biotik dan abiotik) dalam suatu ekosistem (Anonim, 2012).
Lokasi praktikum kami adalah lahan kosong yang berada di samping Mesjid Ulil
Albab yang berada di kampus Universitas Negeri Makassar Parang Tambung. Lahan ini
biasanya digunakan sebagai lapangan namun karena telah ditimbun maka lahan ini telah
ditumbuhi banyak tumbuhan liar yang dapat kita masukkan menjadi data praktikum ekologi
tumbuhan.
Disekeliling lahan ini terdapat pohon-pohon yang tumbuh rimbun sehingga saat
pengambilan data kami terlindungi oleh cahaya. Tumbuhan yang banyak kita jumpai disana
adalah tumbuhan yang menjalar, walaupun juga terdapat tumbuhan yang tegak. Rata-rata
tumbuhan yang tumbuh disana bersifat herba dan semak.
Menurut KBBI (2012), kurva adalah garis lengkung; grafik yg menggambarkan
variabel (msl yg memperlihatkan perkembangan) yg dipengaruhi oleh keadaan; garis yg
terdiri atas persambungan titik-titik. Di dalam populasi yang penting dipelajari bukan angka
kematian, tetapi bagaimana populasi tersebut dapat menghindari kematian (survival). Jika
angka kematian dilambangkan dengan M, maka laju kehidupan populasi (survival rate) =
1– M. Angka kehidupan atau laju kehidupan organisme secara umum digambarkan dalam
bentuk kurva kehidupan. Ada tiga tipe kurva kehidupan yaitu (a) kurva cembung, (b)
kurvacekung, (c) kurva diagonal. Tiga tipe kurva kehidupan (a) Kurva cembung:
merupakan kurva kehidupan suatu populasi dimana pada waktu muda laju kematian
populasi rendah, tetapi mendekati umur tua laju kematian populasi tinggi. Individu
cenderung berumur panjang. (b) Kurva cekung: menunjukkan bahwa laju kematian
populasi sangat tinggi pada waktu populasi berumur muda dan selanjutnya menjadi
menurun pada saat populasi mulai berumur tua.(c) Kurva diagonal: mempunyai umur
kehidupan yang relatif konstan, laju kematian populasi konstan. Jarang di alam ditemukan
populasi yang mempunyai laju kematian konstan, yang sering ditemui mendekati
konstan (Elfi, 2010).
Kurva kelangsungan hidup suatu populasi didapatkan dengan cara membuat
pengamatan terhadap populasi dalam bentuk tabel kehidupan (life table). Tabel kehidupan
memberikan informasi dasar untuk mempelajari perubahan kepadatan dan laju pertambahan
atau pengurangan suatu populasi. Model perkembangan populasi dapat disusun berdasarkan
hasil pengumpulan data kerapatan populasi atau jumlah individu (N) untuk waktu tertentu
(t) (Elfi, 2010).
Spesies adalah salah satu unit dasar klasifikasi biologi, dan paling sering mengacu
pada sekelompok organisme yang sama secara fisik yang dapat bertukar informasi genetik
dan menghasilkan keturunan yang subur. Untuk secara efisien menempatkan organisme
dalam kelompok-kelompok yang berbeda, para ilmuwan mengembangkan sistem
klasifikasi organisme ini. Sistem ini mengambil semua organisme di Bumi dan
menempatkan mereka dalam kelompok berdasarkan bentuk tubuh, kesamaan genetik, zat
kimia dalam tubuh, perkembangan, dan perilaku. Studi organisme dengan cara ini disebut
sistematika. Sistematika dimulai dengan kelompok yang sangat besar, berdasarkan kriteria
yang sangat luas, yang disebut Domain. Hanya ada tiga domain, dan semua kehidupan
seperti yang kita tahu itu cocok dengan salah satu dari tiga kelompok. Kelompok-kelompok
semakin kecil dan lebih spesifik, dan organisme di masing-masing kelompok mendapatkan
lebih banyak dan lebih mirip sampai kita mencapai kelompok terkecil, spesies. Para
ilmuwan memperkirakan ada 30 juta spesies makhluk hidup di Bumi (Sri, 2014).
Spesies atau jenis memiliki pengertian, individu yang mempunyai persamaan secara
morfologis, anatomis, fisiologis dan mampu saling kawin dengan sesamanya
(interhibridisasi) yang menghasilkan keturunan yang fertil (subur) untuk melanjutkan
generasinya. Kumpulan makhluk hidup satu spesies atau satu jenis inilah yang disebut
dengan populasi (BMC, 2012).
Individu di dalam populasi mencakup berbagai tingkat umur. Proporsi individu
dalam setiap kelompok umur disebut distribusi umur. Keadaan distribusi umur berpengaruh
terhadap tingkat kematian dan kelahiran. Rasio dari kelompok-kelompok umur dari
populasi menentukan status reproduktif yang sedang berlangsung dari populasi tersebut,
sehingga menentukan pertumbuhan populasi untuk waktu berikutnya. Dari distribusi umur
dapat diramalkan tingkat kelahiran dan kematian sehingga dapat diperkirakan keadaan
populasi masa yang akan datang, karena distribusi umur sangat besar pengaruhnya
perhadap pertumbuhan populasi dan dinamika populasi. (a) Populasi yang berkembang
dengan cepat, sebagian besar individu muda, (b) Populasi stasioner memiliki pembagian
kelas umur lebih merata, (c) Populasi menurun, sebagian besar individunya berusia
tua (Elfi, 2010).
Umur di dalam populasi dapat digambarkan dalam bentuk piramida yang disebut
dengan piramida umur populasi. Suatu model yang menggambarkan perbandingan geometri
dari perbedaan kelompok umur di dalam suatu populasi. (a) Piramida Bentuk Segitiga.
Piramida ini menunjukkan persentase individu muda di dalam populasi tinggi. Di dalam
populasi di mana kelompok umur individu muda tinggi biasanya laju kelahiran tinggi dan
dapat saja pertumbuhan populasi eksponensial, seperti pada populasi ragi, Paramaecium
dan sebagainya.Pada keadaan seperti ini setiap perubahan (regenerasi) akan lebih banyak
dari pendahulunya dan akan memberikan dasar piramida umur yang lebar. (b) Piramida
Bentuk Genta. Menunjukkan proporsi yang seimbang dari individu-individu muda sampai
tua. Selanjutnya laju pertumbuhan populasi konstan dan stabil. Fase kelompok umur
sebelum reproduksi dan reproduksi menjadi seimbang berbeda sedikit saja dan kelompok
umur populasi memberikan strukutur bentu genta atau lonceng. (c) Piramida Bentuk Kendi.
Menunjukkan persentase yang rendah untuk individu-individu muda dan proporsi besar
pada fase setelah reproduksi. Hal ini dapat terjadi jika laju kelahiran secara drastis
diturunkan, maka jumlah individu sebelum reproduksi menjadi lebih kecil dan lebih rendah
dari kelompok pos reproduksi (Elfi, 2010).
Tiga pola penyebaran populasi (a) Emigrasi. Suatu pergerakan individu ke luar dari
tempat atau daerah populasinya ke tempat lainnya dan individu tersebut tinggal secara
permanen di tempat baru tersebut. (b) Imigrasi. Suatu pergerakan individu populasi ke
dalam suatu daerah populasi dan individu tersebut meninggalkan daerah populasinya
selanjutnya tinggal di tempat baru. (c) Migrasi. Pergerakan dua arah, ke luar dan masuk
populasi atau populasi pergi dan datang secara periodik selama kondisi lingkungan tidak
menguntungkan maka individu-individu suatu populasi akan berpindah tempat, sedangkan
kalau suadah menguntungkan kembali ke tempat asal (Elfi, 2010).
Dalam kaitannya dengan ruang (skala kecil), individu-individu di dalam populasi
menyebar dengan tiga pola yaitu acak (random), seragam (uniform) dan mengelompok
(clumped). (a) Penyebran acak adalah jika individu-individu dalam populasi dapat hidup
dimana saja di dalam area yang ditempati oleh populasi tersebut (b) Penyebaran seragam
jika individu-individu tersebar secara seragam dalam area, dan (c) Penyebaran
mengelompok jika individu di dalam populasi lebih mudah ditemukan pada area tertentu
dibandingkan pada areal yang lain. Di alam penyebaran secara acak jarang terjadi,
penyebaran secara acak akan terjadi jika lingkungan homogen. Penyebaran individu di
dalam populasi seragam terjadi bilamana terjadi persaingan yang keras diantara individu-
individu di dalam populasi sehingga timbul kompetisi (pertentangan) yang positif, yang
mendorong pembagian ruang hidup yang sama. Penyebaran individu menggerombol umum
terjadi di alam, individu-individu dalam populasi menunjukkan derajad pengelompokan
karena adanya kebutuhan yang bersamaan akan faktor-faktor lingkungan (Elfi, 2010).
Tingginya angka kepadatan menyebabkan angka kelahiran berkurang atau akan
kematian akan meningkat dengan berbagai sebab (persaingan, penyakit etc). Model
matematika sederhana turunnya laju pertumbuhan tersebut berbentuk linier, dengan asumsi
bahwa adanya satu garis lurus yang menyatakan hubungan antara kepadatan dan angka
perkembangbiakan. Dalam hal ini dengan bertambahnya kepadatan maka angka
perkembangbiakannya akan semakin rendah. Laju reproduksi bersih (R0) sebagai fungsi
linier dari kepadatan populasi (N) pada waktu (t). Kurva pertumbuhan populasi pada
lingkungan yang terbatas disebut kurva bentuk S (sigmoid). Pada kurva ini dikenal laju
pertumbuhan pada (a) fase tersendat (lag phase), (b) fase menanjak naik (accelerating
growth phase), (c) fase pertumbuhan melambat (decelerating growth phase) dan (d) periode
keseimbangan (equilibrium period). Kurva Sigmoid berbeda dengan kurva geometrik
(bentuk J) dalam dua hal yaitu: (1) kurva ini memiliki asimptot atas (kurva tidak melebihi
titik maksimal tertentu), (2) kurva ini mendekati asimptot secara perlahan, tidak secara
mendadak atau tajam. Laju pertumbuhan dapat dikurangi dengan penambaan individu baru
dalam populasi, yang mengakibatkan pertambahan menjadi berkurang (Elfi, 2010).
Model logistik memperkirakan laju pertumbuhan yang berbeda untuk populasi
dengan kondisi kepadatan tinggi dan rendah relatif terhadap daya tampung lingkungan.
Pada populasi dengan kepadatan itnggi, masing-masing individu memiliki sedikit
sumberdaya yang tersedia dan populasi tersebut tumbuh secara lambat, atau bahkan
berhenti sama sekali. Pada populasi dengan kepadatan rendah, keadaan yang berlawanan
akan berlaku dimana sumberdaya berlimpah dan populasi tumbuh secara cepat. Selama
akhir tahun 1960-an, ahli ekologi populasi Martin Cody memperkenalkan konsep bahwa
adaptasi sejarah kehidupan yang berbeda akan lebih disukai pada kondisi-kondisi yang
berbeda tersebut. Ia berpendapat bahwa pada kepadatan populasi yang tinggi, seleksi akan
lebih menyukai adaptasi yang organismenya dapat bertahan hidup dan bereproduksi dengan
sedikit sumberdaya (Elfi, 2010).
Area adalah bagian permukaan bumi; daerah; wilayah geografis yg digunakan
untuk keperluan khusus: hutan ini akan dibuka untuk pertanian; Ling wilayah geografis yg
memiliki ciri-ciri tipologi bahasa yg bersamaan, spt ciri-ciri lafal, leksikal, atau
gramatikal (Artikata, 2013).
Luas minimum atau kurva spesies area merupakan langkah awal yang digunakan
untu menganalisis suatu vegetasi yang menggunakan petak contoh (kuadrat). Luas
minimum digunakan untuk memperoleh luasan petak contoh (sampling area) yang
dianggap representatif dengan suatu tipe vegetasi pada suatu habitat tertentu yang sedang
dipelajari. Luas petak contoh mempunyai hubungan erat dengan keanekaragaman jenis
yang terdapat pada areal tersebut. Makin tinggi keanekaragaman jenis yang terdapat pada
areal tersebut, maka makin luas petak contoh yang digunakan (Badriah, 2011).
Bentuk luas minimum dapat berbentuk bujur sangkar, empat persegi panjang dan
dapat pula berbentuk lingkaran. Luas petak contoh minimum yang mewakili vegetasi hasil
luas minimum, akan dijadikan patokan dalam analisis vegetasi dengan metode kuadrat.
Analisa vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komposisi jenis) dan bentuk (struktur)
vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Untuk suatu kondisi hutan yang luas, maka
kegiatan analisa vegetasi erat kaitannya dengan sampling, artinya kita cukup menempatkan
beberapa petak contoh untuk mewakili habitat tersebut (Badriah, 2011).
Dalam samping ini ada tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu jumlah petak contoh,
cara peletakan petak contoh dan teknik analisa vegetasi yang digunakan. Prinsip penentuan
ukuran petak adalah petak harus cukup besar agar individu jenis yang ada dalam contoh
dapat mewakili komunitas, tetapi harus cukup kecil agar individu yang ada dapat
dipisahkan, dihitung dan diukur tanpa duplikasi atau pengabaian. Karena titik berat analisa
vegetasi terletak pada komposisi jenis dan jika kita tidak bisa menentukan luas petak
contoh yang kita anggap dapat mewakili komunitas tersebut, maka dapat menggunakan
teknik Kurva Spesies Area (KSA). Dengan menggunakan kurva ini, maka dapat ditetapkan
Luas minimum atau kurva spesies area merupakan langkah awal yang digunakan untuk
menganalisis suatu vegetasi yang menggunakan petak contoh (kuadrat) (Badriah, 2011).
Luas minimum digunakan untuk memperoleh luasan petak contoh (sampling area)
yang dianggap representatif dengan suatu tipe vegetasi pada suatu habitat tertentu yang
sedang dipelajari. Luas petak contoh mempunyai hubungan erat dengan keanekaragaman
jenis yang terdapat pada areal tersebut. Makin tinggi keanekaragaman jenis yang terdapat
pada areal tersebut, makin luas petak contoh yang dgunakan. Bentuk luas minimum dapat
berbentuk bujur sangkar, empat persegi panjang dan dapat pula berbentuk
lingkaran (Badriah, 2011).
Menurut Badriah (2011), Luas petak contoh minimum yang mewakili vegetasi hasil
luas minimum, akan dijadikan patokan dalam analisis vegetasi dengan metode kuadrat.
1. Luas minimum suatu petak yang dapat mewakili habitat yang akan diukur
2. Jumlah minimal petak ukur agar hasilnya mewakili keadaan tegakan atau panjang
jalur yang mewakili jika menggunakan metode jalur.
Caranya adalah dengan mendaftarkan jenis-jenis yang terdapat pada petak kecil,
kemudian petak tersebut diperbesar dua kali dan jenis-jenis yang ditemukan kembali
didaftarkan. Pekerjaan berhenti sampai dimana penambahan luas petak tidak menyebabkan
penambahan yang berarti pada banyaknya jenis. Luas minimun ini ditetapkan dengan dasar
jika penambahan luas petak tidak menyebabkan kenaikan jumlah jenis lebih dari 5-10%
(Oosting, 1958; Cain & Castro, 1959). Untuk luas petak awal tergantung surveyor, bisa
menggunakan luas 1m x1m atau 2m x 2m atau 20m x 20m, karena yang penting adalah
konsistensi luas petak berikutnya yang merupakan dua kali luas petak awal dan kemampuan
pengerjaannya dilapangan (Badriah, 2011).
Metode luas minimum dilakukan dengan cara menentukan luas daerah contoh
vegetasi yang akan diambil dan didalamnya terdapat berbagai jenis vegetasi tumbuhan.
Syarat untuk pengambilan contoh haruslah representative bagi seluruh vegetasi yang
dianalisis. Keadaan ini dapat dikembalikan kepada sifat umum suatu vegetasi yaitu vegetasi
berupa komunitas tumbuhan yang dibentuk oleh beragam jenis populasi. Dengan kata lain
peranan individu suatu jenis tumbuhan sangat penting. Sifat komunitas akan ditentukan
oleh keadaan-keadaan individu dalam populasi (Badriah, 2011).
H.A. Gleason mengutarakan hipotesis individualistik (individualistric hypothesis),
yang menggambarkan komunitas sebagai suatu persekutuan yang terjadi secara kebetulan
pada spesies-spesies yang ditemukan di daerah yang sama, yang semata-mata karena
spesies-spesies itu kebetulan mempunyai kebutuhan abiotik yang sama, misalnya suhu,
curah hujan, dan jenis tanah (Kimball, 1990).
Adapun F.E. Clements mendukung pandangan lain yakni hipotesis interaktif
(interactive hypothesis), yang melihat komunitas sebagai suatu kumpulan spesies yang
berhubungan dekat, yang terlibat dalam persekutuan tersebut karena interaksi biotic yang
bersifat wajib, sehingga menyebabkan komunitas itu berfungsi sebagai suatu unit yang
bersatu padu (Kimball, 1990).
Vegetasi terbentuk oleh atau terdiri atas semua spesies tumbuhan dalam suatu
wilayah (flora) dan memperlihatkan pola distribusi menurut ruang (spatial) dan waktu
(temporal). Jika suatu wilayah berukuran luas/besar, vegetasinya terdiri atas beberapa
bagian vegetasi atau komunitas tumbuhan yang menonjol.Sehingga terdapat berbagai tipe
vegetasi.Tiap tipe vegetasi dicirikan oleh bentuk pertumbuhan (growth form atau life form)
tumbuhan dominan (terbesar, paling melimpah, dan tumbuhan karakteristik). Contoh
bentuk pertumbuhan (growth form): termasuk herba tahunan (annual), pohon selalu hijau
berdaun lebar, semak yang meranggas pada waktu kering, tumbuhan dengan umbi atau
rhizome, tumbuhan selalu hijau berdaun jarum, rumput menahun (perennial), dan semak
kerdil (Hardjosuwarno, 1990).
Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan atau komposisi
vegetasi secara bentuk (struktur) vegetasi dari kelompok tumbuh-tumbuhan. Untuk
mempelajari vegetasi, peneliti bekerja dengan melakukan pencuplikan (sampling) dalam
menganalisa vegetasi dapat berupa bidang(plot/kuadran) garis atau titik. Vegetasi dalam
(komunitas) tanaman diberi nama atau digolongkan berdasarkan spesies atau makhluk
hidup yang dominan, habitat fisik atau kekhasan yang fungsional. Hal ini dilakukan karena
pertimbangan kompleksitas, luas area, waktu dan biaya, sebab untuk mengamati semua
individu yang berada di tempat pengamatan dengan cara mengamati unit penyusun vegetasi
yang luas secara tepat akan sangat sulit (Suprianto, 2001).
Para ahli tidak hanya menggunakan luas minimum dalam meneliti vegetasi, tetapi
juga menggunakan luas tertentu yang sudah ditentukan, misalnya 10x20 meter pesegi untuk
komunitas hutan, dan kemudian melakukan pengulangan dengan ukuran tersebut sampai
didapat jumlah minimum yang mewakili vegetasi. Andaikan kita mengamati vegetasi
padang rumput, dengan ukuran 1x1 meter persegi, maka kita harus mencari beberapa
kuadrat yang diperlukan agar sebagian besar spesies yang di dalam komunitas termasuk ke
dalam pencuplikan. Dasar Pemikiran yang digunakan untuk menjawab hal ini semua, sama
dengan penetuan luas minimum yaitu berdasarkan jumlah percontoh yang diperkirakan
dapat mewakili seluruh karasterisik vegetasi. Akan tetapi perlu diingat bahwa kadangkala
kita tidak menggunakan luas minimum, jumlah kuadrat minimum maupun point frame
dalam meneliti vegetasi, tetapi menggunakan suatu metode analisa vegetasi dengan
menggunakan metode kuadrat. Gambaran suatu vegetasi dapat dilihat dari keadaan unit
penyusun vegetasi yang dicuplik. Hal tersebut dapat dinyatakan dengan variabel berupa
nilai dari kerapatan atau densitas, penutupan atau cover, dan frekuensi (Hiola, 2008).
. Suatu populasi tidak mungkin ada dalam sistem kehidupan tanpa keterlibatan dan
interaksi dari lingkungan fisik dan kimianya. Hubungan interaksi antara sistem kehidupan
dengan lingkungan fisik dan kimianya merupakan topik utama yang menjadi perhatian
ekologi-populasi yang sampai sekarang masih merupakan perhatian utama dari ekologi-
fisiologi. Sistem kehidupan tersebut tidak terlepas dari faktor-faktor pembatas yang turut
berpengaruh. Faktor-faktor tersebut antara lain iklim, suhu, presipitasi, cahaya, tanah dan
lain-lain (Wirakusumah, 2003).
Pembahasan ekologi tidak lepas dari pembahasan ekosistem dengan berbagai
komponen penyusunnya, yaitu faktor abiotik dan biotik. Faktor biotik antara lain suhu, air,
kelembapan, cahaya, dan topografi, sedangkan faktor biotik adalah makhluk hidup yang
terdiri dari manusia, hewan, tumbuhan, dan mikrobaIndeks Nilai penting atau biasa
disingkat dengan INP merupakan para meter kuantitaif yang dapat dipakai untuk
menyatakan tingkat dominansi spesies-spesies dalam suatu komunitas tumbuhan
(Hardjosuwarno, 1990).
Hardjosuwarno (1990), mengemukakan sejumlah istilah yang kemudian berkaitan
dengan pembahasan tersebut di atas:
1. Frekuensi mutlak adalah frekuensi munculnya satu spesies dari seluruh frekuensi total
tumbuhan. Frekuensi mutlak ini diperoleh dengan rumus jumlah frame yang ditempati
spesies A dibagi jumlah frame keseluruhan
2. Frekuensi relatif merupakan frekuensi satu spesies dalam bentuk persentase dari
frekuensi total tumbuhan. Jadi frekuensi relative disini dinyatakan dalam satuan persen.
Frekuensi relatif ini diperoleh dengan rumus jumlah frekuensi mutlak spesies A dibagi
jumlah keseluruhan frekuensi mutlak dikali seratus persen
3. Dominansi mutlak sering diartikan sebagai cover spesies tertentu pada suatu daerah dari
total cover tumbuhan. Dominansi mutlak diperoleh dengan rumus yaitu jumlah tusukan
yang mengenai spesies A dibagi dengan jumlah total tusukan.
4. Dominansi relatif sering disinonimkan dengan cover relative yaitu dominansi spesies
tertentu dalam bentuk persentase pada suatu vegetasi dari total cover tumbuhan.
Dominansi relatif diperoleh dengan rumus yaitu jumlah dominansi mutlak spesies A
dibagi jumlah keseluruhan DM.
5. Kerapatan Mutlak mempunyai pengertian yang sama dengan densitas mutlak yaitu
jumlah individu per satuan luas area. Jadi dalam hal ini kita berbicara mengenai
kepadatan suatu spesies dalam suatu vegetasi. Kerapatan mutlak dperoleh dengan
rumus jumlah tusukan yang mengenai spesies A dibagi dengan luas total area.
6. Kerapatan relatif mempunyai arti yang identik dengan densitas relatif yaitu jumlah
tumbuhan persatuan luas area yang dinyatakan dalam bentuk persentase dari densitas
total tumbuhan. Jadi dalam hal ini kita berbicara mengenai kepadatan suatu spesies
dalam suatu vegetasi yang dinyatakan dengan persen. Kerapatan mutlak dperoleh
dengan rumus jumlah tusukan yang mengenai spesies A dibagi dengan luas total area.
Menurut Campbell (2004) beberapa faktor abiotik utama yang mempengaruhi
persebaran organisme dalam biosfer antara lain :
1. Suhu, suhu berpengaruh pada proses biologis dan beberapa organisme tidak mampu
mengatur suhu tubuhnya dengan tepat.
2. Air, sifat-sifat air yang unik berpengaruh terhadap pada organisme dan lingkungannya.
Hal ini berkaitan dengan tekanan osmotik dan kemampuan organisme untuk
mendapatkan dan menyimpan air.
3. Cahaya matahari, penaungan oleh kanopi hutan membuat persaingan untuk
mendapatkan cahaya matahari dibawah naungan tersebut.
4. Angin, memperkuat pengaruh suhu lingkungan pada organisme dengan cara
meningkatkan hilangnya panas melalui penguapan (evaporasi) dan konveksi.
5. Batu dan tanah, struktur fisik, pH dan komposisi mineral batuan serta tanah akan
membatasi persebaran tumbuhan sehingga menjadi salah satu penyebab timbulnya
pola mengelompok pada area tertentu yang acak pada suatu ekosistem.
6. Gangguan periodik, gangguan yang sangat merusak seperti kebakaran, badai, tornado,
dan letusan gunung berapi dapat menghacurkan komunitas biologis.
BAB IIIMETODE PRAKTIKUM
A. Waktu dan Lokasi Praktikum
Waktu : Sabtu, 4 Oktober 2014
Lokasi : Lahan sebelah Mesjid Ulil Albab
B. Bahan dan alat praktikum
Alat :
1. Meteran (rol meter)
2. Plot ukuran 1 m x 1 m
3. Alat tulis
4. Pisau/gunting
5. Kamera
Bahan:
1. Lahan dengan komunitas vegetasi yang heterogen.
2. Tali rafia
3. Patok dari bambu
C. Analis Data
0,5 m Perluasan Kuadrat
III
IV
III
V
Tabel I : menentukan luas kurva minimum
Luas KuadratSpesies
Jumlah Spesies Hasil Pengamatan
I 5 Terdapat 5 spesies
I + II 7 Terdapat 7 spesies
I + II + III 10 Terdapat 10 spesies
I + II + III + IV 12 Terdapat 12 spesies
I + II + III + IV + V 13 Terdapat 13 spesies
BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
Kurva luas minimum
B. PEMBAHASAN
Teknik sampling kuadrat merupakan suatu teknik survey vegetasi yang sering
digunakan dalam semua tipe komunitas tumbuhan: Petak contoh yang dibuat dalam
teknik sampling ini bisa berupa petak tunggal atau beberapa petak. Petak tunggal
mungkin akan memberikan informasi yang baik bila komunitas vegetasi yang diteliti
bersifat homogen. Adapun petak-petak contoh yang dibuat dapat diletakkan secara
random atau beraturan sesuai dengan prinsip-prinsip teknik sampling. Bentuk petak
contoh yang dibuat tergantung pada bentuk morfologis vegetasi dan efisiensi sampling
pola penyebarannya. Sehubungan dengan efisiensi sampling banyak studi yang
dilakukan menunjukkan bahwa petak bentuk segi empat memberikan data komposisi
vegetasi yang lebih akurat dibanding petak berbentuk lingkaran, terutama bila sumbu
panjang dari petak sejajar dengan arah perubahan keadaan lingkungan atau habitat.
Metode seperti ini bisa dilakuakn di habitat darat seperti perkebunan dan hutan
yang luas, maka kegiatan analisa vegetasi erat kaitannya dengan sampling, artinya kita
cukup menempatkan beberapa petak contoh untuk mewakili habitat tersebut.
Keuntungan dan kekurangan metode kuadrat adalah sebagai berikut :
1. Keuntungan
a. Dapat dilakukan dengan mudah
b. Memberi informasi yang baik bila komunitas vegetasi yang diteliti bersifat
homogen
2. Kerugian
Terdapat kesulitan dalam menentukan bagian kurva yang mulai mendatar
Berdasarkan data yang diperoleh ma semakin luas kotak yang dibuat maka
semakin banyak macam spesies yang terdapat pada kotak tersebut. Artinya semakin
luas habitat tempat tersebut maka spesies yang kita temukan akan semakin banyak.
Berdasarkan hasil kurva yang di dapat maka perbandingan luas kurva semakin besar
maka spesies yang ada pada metode yang kita gunakan semakin banyak. Hal ini
mengindikasikan bahwa semakin banyak spesies yang kita temukan maka pada habitat
sebenarnya dapat kita temukan lebih banyak.
BAB VPENUTUP
A. KESIMPULAN
Spesies tanman yang terdapat pada kotak yang kita buat mewakili keseluruhan
spesies yang ada pada suatu habitat tersebut. Semakin luas kotak yang kita buat, maka
semakin banyak spesiesyangterdapat poada kotak tersebut. Artinya pada luas habitat
sebenarnya maka spesies tersebut semakin banyak.
Banyak tidaknya sebaran vegetasi dalam suatu lingkungan disebabkan oleh beberapa faktor
yaitu: faktor abiotik misalnya suhu, cahaya, air, angin dan lain-lain, serta faktor biotik
misalnya manusia, hewan maupun tumbuhan lain yang juga berkompetisi untuk hidup
dan berkembang dengan baik.
B. SARAN
1. Diharapkan agar adanya pembimbing yang dapat memberi arahan tiap kelompok
sehingga data yang diperoleh dan cara penyajiannya lebih dikuasai
2. Memilih lokasi praktikum yang lebih strategis agar diperoleh hasil data yang lebih
bagus.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2012. Ekologi Tumbuhan dan Ekosistem. http://rantanie.blogspot.com/. diakses pada tanggal 8 Oktober 2012.
Artikata, 2013). Arti Kata Area. http://www.artikata.com/arti-9884-area.html. Makassar, diakses pada tanggal 26 Oktober 2014.
Badriah, Nurul. 2011. Analisis Vegetasi (Kurva Spesies Area). Banda Aceh : Universitas Syiah Kuala
BMC, 2012. Keanekaragaman Hayati Biodiversitas. http://biologimediacentre.com/keanekaragaman-hayati-biodiversitas/. Makassar, diakses pada tanggal 26 Oktober 2014.
Campbell, Neil A, Reece, Mitchell. 2004. Biologi Edisi V Jilid 3. Jakarta: Erlangga.
Elfi, 2010. Ekologi Populasi. Riau : Jurusan Biologi Fkip Universitas Islam Riau.
Hardjosuwarno, Sunarto. 1990. Dasar-Dasar Ekologi Tumbuhan. Yogyakarta: Universitas Negeri Gadjah Mada.
Hiola, Fatma dan Djumarirmanto. 2008. Penuntun Ekologi Tumbuhan. Makassar: Jurusan Biologi FMIPA UNM.
KBBI, 2012. Arti Kata Kurva. http://kbbi.web.id/kurva . Makassar, diakses pada tanggal 26 Oktober 2014.
Kimball, John W. 1990. Biologi jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Sri, 2014. Pengertian Spesies. http://www.sridianti.com/apakah-pengertian-spesies.html. Makassar, diakses pada tanggal 26 Oktober 2014.
Suprianto. 2001. Penuntun Praktikum Ekologi Tumbuhan. Bogor: Jurusan Biologi Institutut Pertanian Bogor.
Wirakusumah, Sambas. 2003. Dasar-dasar Ekologi Bagi Populasi dan Komunitas. Jakarta: UI Press.
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih saya haturkan kepada :
1. Orang tua saya yaitu Hamzarullah dan Nurhaenah
2. Kepada saudara-saudara saya : Kak Hendra, Kak Rita, Kak Herwin, Kak Harsan,
Kak Nina, dan adek Ayyu.
3. Kepada sahabat-sahabat saya : A.Kastiar.L, Ummi Kalsum Basri, Resnawati, dan
Nurjayanti
4. Kepada kakanda saya Firmanto Marnur
5. Dan seluruh teman-teman KLOVER
Sehingga laporan Ekologi Tumbuhan ini dapat terselesaikan, dan saya haturkan
permohonan maaf jika didalam penyajiannya masih banyak kekurangan.