58
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PKL Kegiatan praktek kerja lapangan ini merupakan salah satu bagian dari kurikulum pendidikan politeknik negeri lhokseumawe. Hal ini bertujuan supaya mengenal lebih dekat suatu industri, baik dari segi teoritis maupun disektor lapangan, serta menerapkan teori-teori yang didapahami dari bangku kuliah yang membandingkan ketempat PKL yang sebenarnya dan mencari solusi terhadap permasalahan yang di hadapi sehingga nantinya akan menjadi ahli madya (Amd) yang berkulitas dan dapat mengabdikan ilmunya didalam kehidupan bermasyarakat. Setiap mahasiswa diwajibkan untuk mengikuti pembelajaran dilapangan agar terbiasa terlatih dan setelah lulus dari politeknik, ketika menuju kelapangan nanti tidak asing dengan dunia industri sehingga nantinya menjadi pekerja yang handal dan bisa menyelesaikam persoalan yang dihadapi. Apalagi persaingan dunia industri semakin melambung tinggi yang kelak nantinya menjadi peningkatan kemajuan dan juga para perancang menjadi mata tombak untuk menembus, 1

laparan pkllllllllllllllllllll aswa

Embed Size (px)

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang PKL

Kegiatan praktek kerja lapangan ini merupakan salah satu bagian

dari kurikulum pendidikan politeknik negeri lhokseumawe. Hal ini

bertujuan supaya mengenal lebih dekat suatu industri, baik dari segi

teoritis maupun disektor lapangan, serta menerapkan teori-teori yang

didapahami dari bangku kuliah yang membandingkan ketempat PKL yang

sebenarnya dan mencari solusi terhadap permasalahan yang di hadapi

sehingga nantinya akan menjadi ahli madya (Amd) yang berkulitas dan

dapat mengabdikan ilmunya didalam kehidupan bermasyarakat.

Setiap mahasiswa diwajibkan untuk mengikuti pembelajaran

dilapangan agar terbiasa terlatih dan setelah lulus dari politeknik, ketika

menuju kelapangan nanti tidak asing dengan dunia industri sehingga

nantinya menjadi pekerja yang handal dan bisa menyelesaikam persoalan

yang dihadapi. Apalagi persaingan dunia industri semakin melambung

tinggi yang kelak nantinya menjadi peningkatan kemajuan dan juga para

perancang menjadi mata tombak untuk menembus, mencari kemudahan

dalam pengoprasian dan mudah dalam perawaratan.

1.2 Tujuan Umum Paktek Kerja Lapangan

Adapun tujuan dari praktek kerja lapangan di pertamina drilling

services indonesia yaitu sebagai berikut:

Mengetahui serta memahami peralatan yang digunakan dan

permasalahan yang terjadi di lapangan.

Menyelesaikan salah satu tugas sebagai syarat-syarat untuk memenuhi

kurikulum Jurusan Teknik Mesin politeknik negeri lhokseumawe.

Membina hubungan dan kerja sama yang baik antara jurusan

teknik mesin Politeknik Negeri Lhokseumawe dengan PT.

Pertamina drilling services indonesia.

1

untuk meningkatkan pengetahuan mahasiswa tentang cara melakukan

pengeboran minyak dan gas bumi.

Untuk mengetahui alat-alat yang digunakan pada saat melakukan

pengeboran.

Untuk mengetahui mesin-mesin penggerak mula pada sistim

pengeboran.

1.3 manfaat praktek kerja lapangan

Manfaat yang diperoleh selama melakukan praktek kerja lapangan

di PT.pertamina drilling services indonesia adalah sebagai berikut :

Dapat mengenal lingkungan kerja PT.pertamina drilling services

indonesia area NAD-SUMBAGUT

Dapat mengetahui tentang keselamatan dan kesehatan kerja yang

diterapkan di PT.pertamina drilling services indonesia

Dapat mengenal tentang alat-alat pengeboran dan prinsip kerjanya

Dapat menambah wawasan serta pengalaman dibidang pengeboran

minyak dan gas bumi.

Disamping itu juga maksud dan tujuan dilaksanakanya kerja

praktek ini adalah untuk memberi pemahaman lebih lanjut kepada

mahasiswa mengenai teori-teori yang diproleh diperkuliahan yang

selanjutnya dapat diaplikasikan pada saat dilapangan dengan besar harapan

menambah wawasan dibidang pengeboran minyak dan gas bumi. praktek

kerja lapangan ini juga merupakan salah satu syarat yang harus

dilaksanakan oleh mahasiswa jurusan teknik mesin politeknik negeri

lhokseumawe untuk menyelesaikan studinya di politeknik negeri

lhokseumawe.

2

1.4 Pola/Kerangka Praktek Kerja Lapangan

Adapun metode yang diterapkan dalam Praktek Kerja Lapangan ini

meliputi beberapa tahap, antara lain:

1.4.1 Materi Kegiatan

a. Masa orientasi, yaitu pengenalan dengan karyawan dan senior-

senior serta pengarahan secara umum dari PJS Manager tentang

keselamatan kerja, dan pengambilan safety.

b. Penyampaain program kerja dan safety setiap pagi ( Tail gaet

meating).

c. Pengenalan tentang mesin-mesin yang ada di PT.Pertamina

Drilling Services Indonesia serta fungsinya.

d. Penyelesaian tugas khusus, materi dan judul tugas khusus ini

dilakukan dengan pengambilan data dari PT.Pertamina Drilling

Services Indonesia dan kunjungan ke perpustakaan yang

bertujuan untuk mendapatkan literature yang diperlukan.

1.4.2 Waktu Pelaksanaan

Praktek Kerja Lapangan di PT. PERTAMINA DRILLING

SERVICES INDONESIA ini dilaksanakan selama satu bulan.

Terhitung mulai tanggal 01 juni s/d 01 juli 2014 dengan pembagian

jadwal setiap kegiatan ditentukan oleh pembimbing selama Praktek

Kerja Lapangan berlangsung.

1.4.3 Jam Praktek Kerja Lapangan

Jam Praktek Kerja Lapangan disesuaikan dengan jam kerja

karyawan regular PT. Pertamina Drilling Services Indonesia sebagai

berikut:

3

Tabel 1.1 jam Praktek kerja Lapangan

No Hari Jam kerja praktek Istirahat

1 Senin s/d Kamis 07.15 s/d 15.00 12.00 s/d 13.00

2 Jum’at 07.15 s/d 15.00 11.45 s/d 14.00

4

BAB II

SEJARAH PERUSAHAAN

2.1 Sejarah Singkat PT. Pertamina

Usaha pencarian minyak bumi pertama kali di Indonesia dilakukan

dengan melakukan eksplorasi di kaki gunung Ceremai di Cirebon pada

tahun 1871 namun tidak berhasil. Usaha-usaha yang dilakukan selanjutnya

mulai membawa hasil. Hal ini terbukti dengan adanya mulai adanya

eksploitasi minyak bumi. Eksploitasi pertama dilakukan pada tanggal 15

Juni 1885 di Telaga Tunggal daerah Pangkalan Brandan oleh Aelko Jan

Zooen Zijkler dengan pengeboran di kedalaman 120 meter. Sumur tersebut

merupakan sumur minyak pertama di Hindia Belanda yang bertaraf

produksi komersial.

Penemuan-penemuan sumber minyak di daerah lain di Indonesia

mulai dilakukan, seperti di telaga Sahid daerah pantai Sumatera Utara

tahun 1885, di daerah Kruka sebelah selatan Surabaya tahun 1888, di desa

Minyak Hitam daerah Muara Enim-Sumatera Selatan tahun 1898, di

daerah Riam Kiwa dekat Sanga-Kalimantan Timur tahun 1897, dan di desa

Ledok-Jawa Timur tahun 1901. Dengan adanya penemuan sumber minyak

bumi di Indonesia tersebut mengakibatkan tumbuhnya perusahaan-

perusahaan minyak asing baik besar maupun kecil pada abad ke 19,

seperti:

KNPC (Klininklijke Nederlandsche Petroleum Company), pada tahun

1890

AS (Andrian Stoop), pada tahun 1887

STTC (Shell Transport and Trading Company), pada tahun 1890

TKSG (The Kloninklijke Shell Group), pada tahun 1894

BPM (Bataafsche Petroleum Company), pada tahun 1894

DPC (Dortsche Petroleum Company), pada tahun 1894

5

NKPM (Nederlandsche Koloniale Petroleum Maatschappij), pada

tahun 1894

NPPM (Nederlandsche Pacific Petroleum Maatschappij), pada tahun

1894

Awal didirikannya kilang minyak di Plaju oleh Shell pada tahun 1907

Kilang Sungai Gerong didirikan oler Stanvac pada tahun 1933

Setelah Indonesia merdeka, maka usaha-usaha untuk mengambil

alih kekuasaan di bidang industri minyak dan gas bumi mulai

dilaksanakan. Pada tanggal 10 Desember 1957, berdasarkan perintah dari

Kolonel Ibnu Sutowo, PT.EMTSU diambil alih oleh Indonesia dan diubah

namanya menjadi PN Permina. Tanggal ini lalu ditetapkan sebagai hari

lahirnya Pertamina. Ekspor pertama PN Permina dilakukan pada tanggal

24 Mei 1958.

Berdasarkan UU tahun 1960, dibentuklah tiga perusahaan negara di

sektor minyak dan gas bumi. Ketiga perusahaan negara itu adalah :

1. PN Pertamin didirikan berdasarkan PP No.3/1961.

2. PN Permina didirikan berdasarkan PP No.199/1961.

3. PN Permigan didirikan berdasarkan PP No.199/1961.

Pada tahun 1965 PN Permigan dibubarkan dengan menggunakan

SK Menteri Urusan Minyak dan Gas Bumi No.6/M/MIGAS/66 tanggal 4

Juni 1966. Semua kekayaan PN Permigan, yaitu sumur minyak dan

penyulingan di Cepu, diserahkan kepada Lemigas. Sedangkan fasilitas

produksinya diserahkan kepada PN Permina dan fasilitas pemasarannya

diserahkan kepada PN Pertamin. Berdasarkan PP No.27/1968 dibentuklah

Perusahaan Negara Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Nasional (PN

Pertamina) yang merupakan penggabungan dari PN Pertamin dan PN

Permina. Pembentukan ini dilakukan pada tanggal 20 Agustus 1968.

Sebagai landasan kerja bagi PN Pertamina dibuatlah UU No.8 tahun 1971

6

yang menyatakan bahwa Pertamina sebagai pengelola tunggal dibidang

pengusahaan minyak dan gas bumi di Indonesia.

Untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar minyak dalam negeri, Pertamina

hingga saat ini telah mengoperasikan tujuh Unit Pengolahan (UP) yang

tersebar di Indonesia. Ketujuh Unit Pengolahan itu adalah :

1. UP-I Pangkalan Brandan, Sumatera Utara2. UP-II Dumai, Riau3. UP-III Plaju-Sungai Gerong, Sumatera Selatan4. UP-IV Cilacap, Jawa Tengah5. UP-V Balikpapan, Kalimantan Timur6. UP-VI Balongan, Jawa Barat7. UP-VII Kasim, Papua

2.2 Sejarah Singkat PT. Pertamina Drilling Services Indonesia

Pertamina Drilling Sevices Indonesia yang merupakan salah satu

bagian PT.Pertamina (Persero), bergerak di bidang Drilling Services sesuai

dengan namanya, Drilling Services yang dimaksud adalah pekerjaan

Pemboran dan Kerja Ulang Pindah Lapisan sumur-sumur migas dan

geothermal. Salah satu bagian dari Direktorat Hulu setara dengan anak

perusahaan PT. Pertamina (Persero) lainnya seperti PT. Pertamina (EP),

PT. Pertagas, PT. EPTC dan lain-lain, namun bedanya PDSI masing

menjadi bagian dari induk perusahaan dan belum berdiri sendiri sebagai

Anak Perusahaan yang mempunyai badan usaha sendiri.

Sejarah berdirinya PDSI adalah berdasarkan Kebijakan Direksi

pada tahun 1999 yang mengubah Fungsi Bor menjadi fungsi atau bagian

Direktorat Operasi Hulu (DOH) Pertamina menjadi SBU. Perkembangan

terbentuknya Pertamina Drilling Services adalah sebagai berikut, pada

periode tahun 1978-1988 ada pengajuan untuk melakukan swastanisasi bor

namun mengalami kegagalan karena tidak dapat dukungan dari bawah,

periode 1993-1996 dibentuk Bor Mandiri namun gagal karena ditolak oleh

DKPP, periode 1996-1998 pengelolaan diambil alih oleh YKPP, namun

masih gagal karena tidak ada kesepakatan pembebanan, dan yang terakhir

7

adalah periode 1999-2007 proses pembentukan Unit Usaha Bor EP

mengalami keberhasilan berupa pembentukan organisasi Usaha Unit Bor

di Direktorat Hulu.

Unit Usaha Bor di Direktorat Hulu efektif berjalan terhitung mulai

tanggal 01 Januari 2001. Kemudian terjadi pembentukan organisasi

sementara Drilling Services Indonesia Direktorat Hulu. Organisasi

sementara tersebut kemudian dibentuk menjadi Organisasi Drilling

Services Direktorat Hulu.

Kini Pertamina Drilling Service Indonesia sudah diambang

kelahirannya sebagai benih baru Anak Perusahaan. Memiliki status baru

seperti 19 Anak Perusahaan PT. Pertamina. Mulai bersaing dalam bisnis

subur pemboran yang akhir-akhir ini mulai mencuat dan ramai. Pertamina

juga menyuntikkan dana Rp 500 miliar untuk pembentukkan anak usaha

terbarunya, Pertamina Drilling Service Indonesia (PDSI).

Dengan berubahnya status PERTAMINA sebagai suatu perseroan

BUMN, maka kini selain mengemban peran PSO (Public Service

Obligation), PERTAMINA dituntut untuk meraih laba dan menciptakan

nilai bagi negara dan para pemangku kepentingan. Oleh karena itu

PERTAMINA kini harus mampu mengelola keseluruhan spektrum

usahanya dengan efektif dan efisien. Salah satu kebijakan yang ditempuh

adalah dengan melakukan pemilahan segmen usaha dan pengelolaannya

agar dapat fokus dan tanggap terhadap persaingan usaha.

Pada awalnya Drilling Services merupakan fungsi bor di dalam

organisasi PERTAMINA Direktorat Eksplorasi & Produksi. Upaya

menjadikan Drilling Services sebagai anak perusahaan sudah lama

dilakukan, tetapi belum berhasil karena munculnya beberapa kendala pada

saat pelaksanaannya.

Menyikapi kondisi tersebut, pada tahun 1993 ada upaya untuk

mengubah fungsi bor menjadi bor mandiri. Upaya ini gagal karena ditolak

8

oleh DKPP. Pada tahun 1996 pernah dicoba untuk dialih kelola oleh

YKPP (SK.160/C00000/96-S0, tanggal 16 September 1996), tetapi upaya

inipun gagal karena tidak tercapainya kesepakatan pembebanan.

Lalu pada tahun 1999 mulai lagi dirintis pengelolaan fungsi bor

menjadi Unit Usaha Bor EP (Ref. SK Direktur Utama No.

Kpts-104/C0000/1999-S0 tanggal 29 Mei 1999). Ternyata langkah ini

membawa hasil yang positif (komparasi sebelum dan sesudah menjadi unit

usaha dapat dilihat di Tabel 1-1).

Selanjutnya pada tahun 2001, dibentuk organisasi sementara

dengan nama PERTAMINA Drilling Services Indonesia (PT. PDSI) (SK-

Kpts. 91/D00000/2001-S0, tanggal 18 Juli 2001). Lalu pada tahun 2002

berganti nama lagi menjadi Drilling Services Dit. Hulu (Ref. SK Dirut No.

Kpts-113/C00000/2001-S0, tanggal 23 Oktober 2001 dan SK Direktur

Hulu No. Kpts-011/D00000/2002-S0, tanggal 26 Februari 2002).

Dalam perkembangannya, Drilling Services menjadi unit usaha

Direktorat Hulu sampai dengan bulan September 2005 dan kemudian

beralih menjadi bagian dari Direktorat Pengembangan Usaha PT.

PERTAMINA EP. Akhirnya pada tanggal 17 Juli 2006, berdasarkan SK

Dirut No. Kpts-081/C00000/2006-S0, struktur organisasi Drilling Services

Dit Hulu dikembalikan menjadi unit usaha di bawah Direktorat Hulu

sebagai persiapan membentuk Anak Perusahaan di tahun 2007.

2.2.1 Wilayah Kerja

PT Pertamina Drilling Services Indonesia Area NAD –

SUMBAGUT yang semula di kenal dengan sebutan PT Pertamina

(Persero) Daerah Operasi Hulu Region Rantau Sumatera, sebelum

diberlakukannya SK Direktur Utama PT Pertamina EP No. Kpts-

04/EP0000/2006-S0 tanggal 20 Januari 2006 tentang Pedoman

Administrasi PT Pertamina Drilling Services Indonesia dan

berkantor pusat di Rantau, Aceh Tamiang,

9

Semasa Masih bernama PT Pertamina (Persero) Daerah

Operasi Hulu NAD – Sumbagut luas areal operasinya sekitar

18.360.003 Km2 mulai dari Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat

sampai ke sebagian Provinsi Riau Daratan termasuk Kepulauan

Natuna.

Table 2.1 wilayah kerja

10

Gambar 2.1 Wilayah Kerja

Gambar 2.2 Peta Lokasi PT PDSI

2.2.2 Lingkup Tugas

Tugas dan tanggung jawab PT Pertamina Drilling Services

Indonesia Area NAD-SUMBAGUT adalah meningkatkan atau

paling tidak mempertahankan pelayanan jasa melalui pelaksanaan

pemboran sumur baru, kerja ulang, reparasi, stimulasi dan

perawatan sumur minyak dan gas bumi.

2.2.3 Struktur

Sebagai Manager PT. Pertamina Drilling Services

Indonesia , Area NAD-SUMBAGUT posisi Manager berada di

bawah Vice President Drilling Operation PT. Pertamina Drilling

Services Indonesia (pusat). Sedangkan Pjs Manajer Area NAD-

SUMBAGUT membawahi Support Ass Manager,Rig

Superintendent,Onshore Maintenance SR Supervisor, SCM Ass

Manager, Finance Ass Manager,Security Ass Manager, HSE

Onshore Ast.Manager.

11

2.2.4 Kebijakan Health and Safety Executive (HSE)

Walaupun telah berubah statusnya menjadi perusahaan

perseroan, adanya komitmen manajemen PT Pertamina Drilling

Services Indonesia Area NAD_SUMBAGUT terhadap aspek HSE

adalah bukti kepedulian pimpinan perusahaan dan diperkuat lagi

untuk mengimplementasikan kebijakan baru tentang HSE yang

dikeluarkan oleh Direktur Hulu pada tanggal 25 april 2005. Materi

kebijakan itu adalah :

1. Menerapkan prinsip pembangunan yang berwawasan

lingkungan dan berkelanjutan serta mematuhi peraturan

perundangan dan standar K3LL yang berlaku.

2. Mencegah dan menanggulangi terjadinya kecelakaan kerja,

kabakaran, ledakan, kebocoran pipa, penyakit akibat kerja dan

pencemaran lingkungan, melalui upaya pembinaan serta

pengintegrasian aspek K3LL dalam teknologi dan kesisteman

sejak rancang bangun, konstruksi, operasi sampai tahap pasca

operasi secara berkelanjutan.

3. Menerapkan system manajemen K3LL dan pengelolaan aspek

K3LL di seluruh kegiatan operasi, secara konsisten dan

konsekuen guna mendukung kondisi operasi yang aman,

nyaman handal dan efisien.

4. Menjadikan aspek K3LL sebagai bagian yang tak terpisahkan

dari ukuran kinerja individu, pembinaan SDM dan budaya

perusahaan.

5. Bersikap tanggap dalam mengantisipasi apabila timbul masalah

yang berkaitan dengan dampak yang diakibatkan oleh kegiatan

12

operasi hulu.

6. Menggalang kemampuan untuk melaksanakan penanggulangan

keadaan darurat dalam rangka pengamanan asset, pencegahan

korban jiwa serta peningkatan citra perusahaan.

Menciptakan, membina dan memelihara hubungan yang

harmonis dengan intansi pemerintah, lembaga/institusi terkait dan

lingkungan masyarakat disekitar kegiatan operasi untuk

membangun kemitraan yang saling menguntungkan Kebijakan ini

menjadi tanggung jawab seluruh jajaran manajemen, pekerja dan

mitra kerja PT Pertamina Drilling Services Indonesia Area NAD-

SUMBAGUT serta menjadi kewajiban manajemen untuk

memantau pelaksanaannya secara konsisten.

2.3 Visi dan Misi Perusahaan

Adapun visi dan misi PT PERTAMINA drilling services indonesia

adalah adalah sebagai berikut :

VISI :

Perusahaan Penyedia Jasa Pemboran Dengan Reputasi Internasional.

MISI :

Menyediakan jasa solusi terpadu yang berkualitas tinggi di bidang

pemboran, kerja ulang dan reparasi sumur kepada pelanggan, untuk

memberi nilai tambah yang optimal bagi pemegang saham dan

pekerja, serta berkontribusi secara proporsional kepada pemangku

kepentingan lainnya.

13

2.4 Tata Kelola Perusahaan

Dalam menjalankan kegiatan operasinya PT. Pertamina Drilling

Services Indonesia (PDSI) berinteraksi secara kelembagaan dengan pihak-

pihak lain yang terkait (stakeholder), yang seringkali terjadi benturan

kepentingan. Di sinilah manajemen mengupayakan perlunya

keseimbangan perlakuan yang dimaksudkan agar perusahaan mampu

mempertahankan eksistensinya dan bermanfaat bagi seluruh entitas

masyarakat. Dalam konteks itulah, tata kelola perusahaan (corporate

governance) dijalankan, karena ia mengatur aspek-aspek yang terkait

dengan keseimbangan internal dan eksternal. Corporate governance

merupakan proses dan struktur yang digunakan untuk mengarahkan dan

mengelola bisnis dan urusan kegiatan perusahaan. Tujuannya tentu saja

untuk meningkatkan kemakmuran bisnis dan akuntabilitas perusahaan,

agar dapat mewujudkan value bagi pemegang saham dalam jangka

panjang dengn tetap mempertahankan kepentingan stakeholder lainnya.

Good corporate governance pada tataran PT. PDSI didefinisikan

sebagai pola pikir, pola tindak, dan pola kerja di seluruh jajaran fungsi

perusahaan, guna menciptakan system kerja yang efektif dan efisien, dalam

pengelolaan sumber daya dan usaha serta meningkatkan tanggungjawab

manajemen pada pemegang saham dan stakeholder lainnya.

Adapun tujuan penerapan GCG di PT. PDSI adalah dimaksudkan untuk :

Memaksimalkan value perusahaan dnegan cara meningkatkan

penerapan prinsip-prinsip transparansi, kemandirian, akuntabilitas,

pertanggungjawaban, dan kewajaran dalam pelaksanaan kegiatan

operasional perusahaan

Terlaksananya pengelolaan perusahaan secara professional dan

mandiri

14

Terciptanya pengambilan keputusan oleh seluruh organ perusahaan

yang didasarkan pada nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap

peraturan perundang-undangan yang berlaku

Terlaksananya tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social

responsibility) terhadap stakeholder

Meningkatkan iklim investasi nasional yang kondusif, khususnya di

bidang drilling

Adapun prinsip-prinsip GCG yang dijalankan PT. PDSI adalah :

Transparansi , Keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan

keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi materiil dan relevan

mengenai perusahaan.

Kemandirian, Perusahaan dikelola secara professional tanpa benturan

kepentingan dan pengaruh/ tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai

dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip

korporasi yang sehat

Akuntabilitas, Kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggungjawaban

organ sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif dan

efisien

Pertanggungjawaban, Kesesuaian dalam pengelolaan perusahaan

terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip

korporasi yang sehat

Kewajaran, Keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi hak-hak

stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian dan atau peraturan

perundang-undangan yang berlaku

Dalam menjalankan kegiatan operasinya PT. Pertamina Drilling Services

Indonesia (PDSI) berinteraksi secara kelembagaan dengan pihak-pihak lain yang

terkait (stakeholder), yang seringkali terjadi benturan kepentingan. Di sinilah

manajemen mengupayakan perlunya keseimbangan perlakuan yang dimaksudkan

agar perusahaan mampu mempertahankan eksistensinya dan bermanfaat bagi

15

seluruh entitas masyarakat. Dalam konteks itulah, tata kelola perusahaan

(corporate governance) dijalankan, karena ia mengatur aspek-aspek yang terkait

dengan keseimbangan internal dan eksternal. Corporate governance merupakan

proses dan struktur yang digunakan untuk mengarahkan dan mengelola bisnis dan

urusan kegiatan perusahaan. Tujuannya tentu saja untuk meningkatkan

kemakmuran bisnis dan akuntabilitas perusahaan, agar dapat mewujudkan value

bagi pemegang saham dalam jangka panjang dengn tetap mempertahankan

kepentingan stakeholder lainnya.

Good corporate governance pada tataran PT. PDSI didefinisikan sebagai

pola pikir, pola tindak, dan pola kerja di seluruh jajaran fungsi perusahaan, guna

menciptakan system kerja yang efektif dan efisien, dalam pengelolaan sumber

daya dan usaha serta meningkatkan tanggungjawab manajemen pada pemegang

saham dan stakeholder lainnya.

2.4.1 Dewan Komisaris

Dewan Komisaris memberikan pengarahan kepada Direksi dalam proses

penyusunan visi, misi serta rencana kerja dan anggaran perusahaan (RKAP).

Dewan Komisaris juga telah memberikan rekomendasi, mengevaluasi dan

menyetujui keputusan manajemen dan tindakan strategis yang diusulkan oleh

Direksi, memonitor praktek manajemen risiko dan mengawasi pelaksanaan tata

kelola perusahaan dan kinerja Direksi.

2.4.2 Direksi

Direksi bertanggungjawab menyusun strategi bisnis, anggaran dan rencana

kerja sesuai dengan visi, dan misi perusahaan serta RKAP dan RJPP. Direksi juga

bertanggung jawab terhadap struktur pengendalian internal dan penerapan

manajemen risiko dan praktek-praktek tata kelola perusahaan yang baik. Direksi

memastikan praktek akuntansi dan pembukuan perusahaan sesuai dengan

ketentuan yang berlaku, memberikan perhatian pada pelaksanaan audit internal,

melakukan tindak lanjut yang diperlukan sesuai arahan Dewan Komisaris dan

16

peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sesuai dengan peraturan yang ada

saat ini, Direksi bertanggungjawab terhadap laporan keuangan perusahaan dan

keputusan RUPS. Jajaran Direksi mengadakan rapat rutin seminggu sekali.

17

BAB III

TUGAS KHUSUS

PERAWATAN BERKALA ENGINE GENSET

3.1 Alasan Pemilihan Judul

Dikarenakan pada saat Praktek Kerja Lapangan banyak mencakup tentang

pompa, Engine genset,generator dan alat-alat pengeboran, maka penulis bertekat

dan memilih antara ketiga komponen tersebut yaitu tentang Engine. Secara garis

besar Engine dapat didefinisikan adalah sebagai suatu alat yang digunakan untuk

menghasilkan sebuah daya untuk melakukan kerja mekanis.

Pada kesempatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini, penulis ingin

mengkaji bagaimana cara atau upaya untuk menjaga Engine Genset agar bekerja

dengan stabil dan optimal dalam jangka waktu yang sangat lama. Berhubungan

dengan praktikum kali ini penulis mengkaji tentang Perwatan Berkala Pada

Engine Genset maka dalam pembahasan ini penulis membatasi pembahasannya,

penulis hanya membahas mengenai perawatan oli pelumas, perawatan air

pendingin dan perawatan baterai, Adapun Engine yang dipilih adalah engine yang

berfungsi untuk memproduksi energi listrik dari sumber energi mekanikal.

3.2 Spesifikasi Engine (CAT 3412 DITA)

Merek : Caterpillar

Model : CAT 3412 DITA

Efesiensi : 80%

Kerja Mesin : 250 jam

18

3.3 Dasar Teori

Gambar 3.1 Genset Diesel Jenis Caterpillar

Setiap instansi baik perhotelan, industri, rumah sakit atau gelanggang olah

raga memerlukn catu listrik yang handal. Pencatu listri yang utama adalah dari

PLN. Jika terjadi aliran listrik mati maka akan merugikan produksi, pelanggan

dan keselamatan jiwa. Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan power plant

cadanganyang disebut dengan generator set ( Genset ). Besar kecilnya daya listrik

cadangan disesuaikan dengan kebutuhan.

Genset terdiri dari dua bagian utama yaitu penggerak yang berasal dari

Mesin Diesel, bagian utama yang lain dalah generator atau dynamo listrik. Jika

penggerak utamanya Diesel maka disebut Diesel Genset.

3.4 Prinsib Kerja Mesin Diesel

Prinsip kerja mesin diesel adalah merubah energi kimia menjadi energi

mekanis. Energi kimia didapatkan melalui proses reaksi kimia (pembakaran) dari

bahan bakar (solar) dan oksigen (udara) di dalam silinder atau ruang bakar.

19

Mesin diesel merupakan 4 langkah dari piston atau 4 tak, dalam satu proses

kerja/ pembakalan memerlukan empat langkah dari piston atau torak. Bahan

bakar yang digunakan adalah solar.

Empat langkah tersebut antara lain :

Langkah isap

Langkah kompresi

Langkah usaha

Langkah pembuangan

Gambar 3.2 prinsip kerja mesin diesel

Langkah kerja pada mesin diesel ditunjukkan seperi pada gambar.

20

Gambar 3.3 Langkah kerja mesin diesel

Pada langkah pertama yaitu langkah isap, piston bergerak dari TMA

( titik mati atas ) ke TMB ( titk mati bawah ), katup masuk terbuka dan

katup buang tertutup, udara terhisap ke dalam silinder.

Langkah ke dua adalah langkah kompresi atau tekan, piston bergerak

dari TMB ke TMA, katup masuk dan katup buang tertutup, udara

terkompresi sehingga udar memiliki tekanan dan temperatur yang tinggi.

Langkah ke tiga yaitu usaha atau kerja. Pada temperatur udara yang

tinggi ini, bahan bakar/ solar disemprotkan melalui injector sehingga

solar terbakar dan menghasilkan tenaga,. Piston mpenggerak dari TMA

ke TMB memutar poros melalui poros engkol atau crank shaff.

Langkah keempat adalah langkah buang, yaitu piston bergerak dari

TMB ke TMA, katup masuk tertutup dan katup buang terbuka sehingga

gas sisa pembakaran dibuang ke luar.

3.5 Komponen-Komponen System Mekanis

Pada system bahan bakar mekanis terdapat:

Fuel injection pump

Timing advance

Governor dan

Fuel ration control

Keeempat komponen ini bekerja sama untuk mengontrol system

penyemprotan bahan bakar. Komponen-komponen tersebut berpengaruh langsung

terhadap performa engine. Saat beban dan kecepatan ngine berubah, sejumlah

bahan bakar tertentu harus disemprotkanpada waktu tertentu pula untuk menjaga

21

“burn window” yang tepat. Timing advance unit mengontrol kapan bahan bakar

mulai di semprotkan dan governor mengontrol beberapa lama dan eberapa banyak

bahan bakar yang harus dikirim keruang bakar engine .

3.6 System Pelumasan

Tujuan system pelumasa adalah mengalirkan oli keseluruh bagian engine,

oli harus bersih, dingin dan mampu melindungi dan mampu melindungi

komponen komponen engine dari keausan.

System pelimasan pada mesin diesel sangat penting karna tuntutan untuk

menciptakan tenaga engine yang besar dan kebutuhan emisi yang rendah,

sitempelumas tidak hanya diperlukan untuk menyediakan oli yang bersih

kebebrapa tempat yang ada pada engine, tetapi oli sendiri harus mampu bertahan

pada suhu yang lebih tinggi dan interval pergantian yang lama disamping menjaga

konsumsi oli yang rendah

System pelumas terdiri atas:

Oil pun atau sump

Suction bell

Oil pump

Pressure relief

Oil filter

3.7 Sistem Pendingin

System pendingin pada engine bertanggung jawap untuk mempertahankan

suhu engine yang sesuai. Jika system pendingin gagal kerusakan berat bisa terjadi.

System pendingin mensirkulasikan coolant keseluruh bagian engine untuk

menyerap panas yang dihasilkan oleh pembakaran dan gesekan dengan

memamfaatkan prinsip perpindahab panas. Air pendingin menerima panas yang

dilepaskan oleh komponen-komponen besi pada engine seperti engine block,

cylinder heat dan lain-lain. Air pendingin kemudian dialirkan oleh water pump

22

dari engine menuju radiator, energi panas dipindahkan secara konveksike udara

yang melintas ke fins radiator.

Gambar 3.4 Komponen System Pendingin

Komponen utama dari system pendingin adalah:

1) Water pump

2) Oil cooler

3) Saluran di sepanjang engine block dan cylinder head

4) Temperature regulator dan regulator housing

5) Radiator

6) Pressure cap

7) House dan pipa penghubung

23

5

7

3

1

6

2

3.8 Sistem Pemasukan Udara Dan Pengeluaran Gas Buang

Diesel engine membutuhkan udara untuk membakar bahan bakar, system

pemasukan udara harus mampu menyediakan udara bersih yang cukup untuk

pembakaran, sementara system pembuangannya harus membuang panas dan gas

hasil pembakaran. Aliran udara yang tidak mencukupi pada system akan dapat

mengurangi performa engine.

Umumnya system pemasukan dan pembuangan udara meliputi :

1) Precleaner

2) Air filter

3) Turbo charger

4) Intake manifolt

5) Aftercooler

6) Exhaust manifold

7) Exhaust stack

8) Muffler

3.9 Komponen-Komponen System Performa Mesin

3.9.1 Oil Filter

Oil filter merupakan suatu komponen engine yang berfungsi untuk

penyaringan oli, oli yang digunakan untuk melumasi bagian dalam mesin untuk

mengurangi gesekan akan menimbulkan serbuk besi akibat gesekan yang terjadi

di dalam engine, jika oli tidak di saring maka akan merusak komponen mesin.

Pergantian filter dilakukan setelah mesin bekerja selama 150 jam, cara

24

mengetahui kandungan mentalan dalam oli dari pressure filter, cara sederhan

dapat diketahui oleh bram disaat ganti oli atau di saat over houl, cek didalam filter

dengan cara di belah, lapisan dalam Mentalan akibat gesekan dari putaran mesin,

misalkan timah (berbentuk bulat dan berwaena putih) berarti mesin masih dalam

keadaan normal, dan misalkan aluminium berwarna putih dan berbentuk

serpihan, berarti mesin siap di over houl.

Gambar 3.5 Oil Filter

3.9.2 Turbocharger

Untuk mendapatkan tenaga lebih besar pada mesin diesel, maka dibutuhkan

komponen tambahan untuk mendongkrak tenaga. Turbocharger adalah sebuah

kompresor yang digunakan dalam mesin pembakaran dalam untuk meningkatkan

keluaran tenaga mesin dengan meningkatkan massa oksigen yang memasuki

mesin. Komponen utama dari turbocharge adalah kompressor dan turbin, seperti

yang terlihat pada gambar, gabungan kedua komponen tersebut sering juga

disebut sebagai turboblower. Turbocharger terdiri dari unit turbin dan unit

kompresor. Kompresor yang berfungsi untuk memampatkan udara digerakkan

oleh unit turbin. Unit turbin digerakkan oleh ekspansi udara yang mempunyai

kecepatan, temperatur dan tekanan tinggi yang merupakan udara hasil

pembakaran dari motor. Penggunaan turbocharger dapat meningkatkan tenaga

mesin sampai 30%

25

Gambar 3.6 Turbocharge

3.9.3 Oil Cooler

Coolant merupakan suatu komponen engine yang berfungsi untuk menyerap

panas dari oli engine yang menyelubungi tube, cooler menyerap panas pada oli

pelumas untuk menjaga suhu oli agar kekentalannya, permasalahan yang terjadi

pada coolant adalah kerusakan pada seal, kerusakan oring dan korosi

Gambar 3.7 Coolant

3.9.4 Radiator

System pendingin pada engine bertanggung jawap untuk mempertahankan

suhu engine yang sesuai. Jika system pendingin gagal kerusakan berat bisa terjadi.

Radiator adalah komponen engine untuk untuk sistem pendinginan pada mesin

dan menjaga mesin tetap dalam suhu normal agr tidak terjadi over heating,

permasalahan yang dapat terjadi pada radiator adalah kebocoran pada tube

radiator.

26

Gambar 3.8 Radiator

3.9.5 Air Cleaner

Air cleaner adalah tempat penyaringan udara untuk meperoleh udara yang

bersihyang akan di injeksikan kedalam silinder, jika udara yang masuk tidak di

saring maka akan berpengaruh besar terhadap proses pembakaran pada engine,

dan akan mengakibatkan kerusakan pada komponen piston dan silinder berupa

goresan.

Gambar 3.9 Air Cleaner

27

3.10 Alat Pengukur Pada Engine Genset

Untuk mengetahui perfomance Genset diperlukan beberapa alat ukur, antar

lain alat ukur volume bahan bakar, tekanan bahan bakar, ammeter, technometer,

tekanan oli dan temperatur pendingin.

Untuk mengetahui volume bahan bakar yang ada pada tangki ditunjukkan

oleh fuel meter, ditunjukkan seperi pada gambar.

Gambar 3.10 Fuel level meter

Untuk mengetahui tekanan bahan bakar,tekanan harus dalam posisi

normal. Jika tidak normal periksa fuel filter dan ganti atau bersihkan. Pengukur

tekanan bahan bakar ditunjukkan seperti pada gambar berikut.

Gamar 3.11 Barometer

Untuk mengetahui arus yang dihasilkkan oleh generator dapat dilihat dari

ammeter. Ditunjukkan seperti pada gambar.

Gambar 3.12 Amperemeter

28

Untuk mengetahui putaran mesin dapat dilihat dari alat pengukur putaran

yang disebut dengan tachometer. Ditunjukkan seperti pada gambar berikut.

Gambar 3.13 Tachometer

Tekanan pelumas sangat penting,sehingga perlu dimonitor setaip waktu.

Jika tekanan rendah maka tidak akan terjadi pelumasan. Pada saat mulai tekanan

akan tinggi berangsur-angsur akan turun dan mencapai normal opeerasi.

Ditunjukkan seperti pada gambar.

Gambar 3.14 Oil pressure gauge

Untuk mengetahui air pendingin dapat dilihat dari termometer yang diseut

water temperatur indicator. Ditunjukkan seperti pada gambar.

29

Gambar 3.15 Temperatur cooling water indicator

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Perawatan Berkala Engine Genset

Perawatan bertujuan agar mesin selalu siap operasi, memiliki keandalan

tinggi, mencegah terjadinya kerusakan tiba-tiba dan mendeteksi gejala kerusakan

sedini mungkin serta mengembalikan pada kondisi seperti semula.

Salah satu teknik perawatan yang digunakan untuk merawat Genset adalah

perawatan berkala atau scheduled maintenance.

Perawatan berkala pada genset dilakukan setiap 10, 50, 125, 250, 500, 1000,

2000 jam.

Kegiatan perawatan berkala pada genset antara lain :

Pemeriksaan

30

Pembersihan

Penggantian

Pengencangan

Penyetelan

Pengisian

Pelumasan

4.2 Metode Perawatan

Sistem perawatan yang dilakukan untuk memelihara mesin atau

generator agar selalu baik menggunakan metode sebagai berikut :

1. Preventive Maintenance

Pemeliharaan pencegahan yang meliputi lubrikasi (pelumasan,

pembersihan, inspeksi, check-up dan perbaikan) kegiatan dilakukan secara

kontinyu.

2. Prediktive Maintenance

Pemeliharaan terhadap apa yang diduga. Kegiatan ini merupakan

mengamati segala fisik melalui panca indera atau alat khusus tujuan tidak

terjadi pembongkaran lebih besar. Kegiatan ini dilakukan secara berkala,

contohnya menyelidiki keadaan atau kecepatan putar,tekanan

bantalan,temperatur dan lain-lain.

31

3. Repair maintenance

Perawatan dengan melakukan perbaikan setelah adanya kerusakan

atau penggantian pada waktunya atau menservis.

4. Corective maintenance

Pemeliharaan corective merupakan peningkatan sedemikian rupa

seperti perubahan-perubahan minor pada perancangan dan subtitusikan

dari komponen yang lebih cocok atau materi-materi kontruksi yang

ditingkatkan untuk menghapus suatu masalah.

5. Over houl

Perawatan dengan melakukan pergantian sperpark yang tidak

mungkin bisadipakai dan dipergunakan lagi.

Di PT. PDSI memiliki sistem perawatan terpadu yaitu dengan

menggunkana SMP (Setandar Maintenance Prosedure) untuk engine dan

Non-Engine. Berikut adalah SMP (Setandar Maintenance Prosedure) yang

ada di PT. PDSI :

PREVENTIVE MAINTENANCE PART LIST REQUIRET

INDUSTRIAL ENGINE & EPG

Tabel 4.1 SMP (Setandar Maintenance Prosedure)

ITE

MDESCRIPTION

PARTS NUMBER

QTY

PRICE.Rp

CURRENT

P/N

CHANGE

TOEST ACT

UNIT

PRICE

EXT.PRIC

E

 

EVERY 250 Hours

         

1 OIL FILTER 1R0716 - 2 Pcs    

2 COOLANT INHIBITOR 3P2044-

1 Pcs   

32

3BOTLE SOS HP427

- 1 Pcs    

4ENGINE OIL LUB

SAEW20/40-

CF.4 - 61 ltr    

5

AQUADEST ( AIR

ACCU ) - -   1 ltr    

             

 

EVERY 1000 Hours

         

1 OIL FILTER 1R0716 - 2 Pcs    

2 FUEL FILTER 1R0749 - 2 Pcs    

3 SEAL 8H2778 - 1 Pcs    

4 COOLANT INHIBITOR 3P2044 - 1 Pcs    

5 FILTER SHOOT 4N7808 - 2 Pcs    

6 BOTLE SOS HP427 - 1 Pcs    

7 OIL ENGINE

SAEW20/40-

CF.4 - 61 ltr    

8

OIL LUB.

T.CONVERTER - - -    

9

OIL FILTER

T.CONVERTER - - 1 Pcs    

  EVERY 2000 Hours          

1 OIL FILTER 1R0716 - 2 Pcs    

2 FUEL FILTER 1R0749 - 2 Pcs    

3 SEAL 8H2778 - 1 Pcs    

4 FILTER SHOOT 4N7808 - 2 Pcs    

5 AIR FILTER 3R0493 - 1 Pcs    

6 COOLANT INHIBITOR 3P2044 - 4 Pcs    

33

7 BOTLE SOS HP427 - 1 Pcs    

8 OIL ENGINE

SAEW 20/40-

CF.4 - 61 ltr    

9 LUBRICANT 2S3230 - 1 Pcs    

 

EVERY 4000 Hours

         

1 OIL FILTER 1R0716 - 2 Pcs    

2 FUEL FILTER 1R0749 - 2 Pcs    

3 SEAL 8H2778 - 1 Pcs    

4 FILTER SHOOT 4N7808 - 2 Pcs    

5 AIR FILTER 3R0493 - 1 Pcs    

6 COOLANT INHIBITOR 3P2044 - 4 Pcs    

7 REGULATOR 4W4794 - 2 Pcs    

8 GASKET REGULATOR - - 2 Pcs    

9 BOTLE SOS HP427 - 1 Pcs    

10 SEAL NOZZLE - -

12

Pcs    

11 OIL ENGINE

SAEW20/40-

CF.4 - 61 ltr    

12 LUBRICANT 2S3030 - 1 Pcs    

4.3 Permasalahan

Agar Generator dapat dioperasikan dengan aman dan lancar maka

diperlukan perawatan pada bagian-bagian sebagai berikut :

Perawatan komponen- kompoen

34

Membersihkan bekas oli agar tidak terjadi timbulnya karat memberikan

pelumas pada bagian-bagian tertentu seperti alat gerak ke alat yang di

gerakkan , agar mesin pada saat beroperasi berkerja secara optimal,

Perawatan oli pelumas

Pemeriksaan ketinggian oli pelumas. Oli pelumas berfungsi untuk

mengurangi gesekan, pendingin sehingga jika ketinggiannya kurang akan

menganggu jalannya mesin. Pemeriksan pelumas dengan melihat oil level

stake, pelumas dikatakan cukup jika terletak antara tanda medium atau

Add dan full.

Perawatan air pendingin

Air pendingin digunakan untuk pendinginan mesin agar tidak terjadi

over heating pada saat mesin di operasikan, Pemeriksaan ketinggian air

pendingin dilakukan ketika mesin dingin dan berhenti. Ketinggian air

pendingin juga dijaga 1 cm di bawah permukaan pipa

Perawatan baterai

Baterai digunakan untuk dipasang ke dynamo start untuk

menghidupkan engine, pengecekan baterai dilakukan setiap hari pada

terminal baterai dan air baterai. Kekurangan air baterai disebabkan panas

yang ditimbulkan elemen dalam baterai yang membuat air baterai memuai.

4.4 Pembahasan Perawatan Engine Genset Jeni Caterpillar

4.1.1 perawatan komponen-komponen dalam

35

Gambar: 4.1 bagian komponen-komponen dalam mesin genset

1. membersihkan bekas oli, mengamplas bagian kepala torak bagian-bagian

seal, ring,dan paking.

2. memberikan pelumas pada bagian-bagian bearing agar mesin pada saat

beroperasi berkerja secara optimal,

3. perawatan dalam dilakukan pada saat kondisi mesin beroperasi tidak

normal.

4.4.2 Perawatan Oli Pelumas

36

Gambar 4.1 Pemeriksaan ketinggian pelumas

1. Pemeriksaan oli dilakukan setiap hari nya, jika kurang maka perlu

ditambah

2. Setiap 10 jam sekali juga dilakukan pengecekan terhadap oli

3. Biasanya kekurangan oli terjadi dua atau tiga hari,maka dari itu

perlu penambahan oli

4. Penggantian oli dilakukan setiap 250 jam sekali

37

4.4.3 Perawatan Air Pendingin

Gambar 4.2 Pemeriksaan ketinggian air pendingin

1. Pemeriksaan ketinggian air pendingin dilakukan ketika mesin dingin dan

berhenti.

2. Ketinggian air pendingin harus dijaga 1 cm di bawah permukaan pipa.

3. Penggantian air pendingin biasanya dilakukan satu hari sekali atau setiap

harinya.

4. Apabila terjadi kebocoran pada pipa,maka dilakukan penggantian selama

satu jam sekali atau dua jam sekali.

38

4.4.4 Perawatan Baterai

Gambar 4.3 Pemeriksaan ketinggian air baterai sesuai dengan garis

ketinggian yang ditentukan

Pemeriksaan permukaan air baterai dilakukan dengan cara :

1. Bersihkan terminal baterai

2. Jaga ketinggian air baterei sesuai dengan garis ketinggian yangditentukan

3. Jika harus mengisi ulang gunakan air baterai yang direkomendasikan.

39

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Generator adalah sebuah alat yang memproduksi energi listrik dari sumber

energi mekanikal.

Perawatan merupakan suatu fungsi yang sangat penting pada suatu mesin.

Khususnya pada generator jenis caterpillar

Perawatan yang baik akan menghasilkan keuntungan yang lebih besar.

Perlu kebijakan-kebijakan yang di ambil dalam melaksanakan perawatan

pada suatu mesin.

5.2 Saran

Sebelum melakukan perawatan,sebaiknya setiap gejala kerusakan harus

diperhatikan dengan cermat. Agar tidak terjadi hal-hal yang tidak

diinginkan.

Lakukan perawatan yang teratur dan menyeluruh untuk mencegah

terjadinya kerusakan yang lebih parah.

Penggantian komponen mesin dilakukan sesuai petunjuk yang berlaku.

Gunakan pelumas yang sesuai dengan petunjuk penggunaan mesin,supaya

mesin dapat menjaga kestabilannya.

Utamakan kesehatan dan keselamatan kerja, selalu gunakan safety disaat

memulai pekerjaan.

40

DAFTAR PUSTAKA

Drs. Soeparno dan Drs. Bambang, Mesin Listrik 2, (Surabaya, 1979),p,88

Daryanto. 1987. Teknik pesawat tenaga. Jakarta : PT. Bina Aksara

Sugiona Bambang. 2000. Manajemen Pemeliharaan. Malang : Institut

Teknologi Malang

Sularso. 1991. Elemen Mesin. Jakarta : PT. Praditya paramita

Hand-book Trakindo. Diesel Engine Maintenance. Pertamina Drilling

Service Indonesia

www.Perawatan Dasar Generator.com

41