Upload
dafidef
View
63
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
aaa
Citation preview
BAB I : PENDAHULUAN
A. Judul Praktikum
Pembuatan infusum curcumae
B. Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum kali ini adalah agar mahasiswa dapat membuat infus dari rimpang
temulawak.
C. Dasar Teori
Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstaksi senyawa aktif dari
simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua
atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlukan
sedemikian sehingga memenuhi baku yang telah ditetapkan. Pemerian ekstrak meliputi
warna, bau dan rasa.
Parameter ekstrak meliputi parameter non spesifik dan parameter spesifik.
1. Parameter non spesifik
Parameter non spesifik terdiri atas parameter yang mempunyai batasan berbeda pada
setiap ekstrak seperti kadar air, kadar abu total, kadar abu tidak larut asam, residu
peptisida, cemaran logam berat, dan cemaran mikroba.
2. Parameter spesifik
Senyawa identifikasi dan kandungan kimia dalam ekstrak dipaparkan secara kualitatif
dengan profil kromatografi lapis tipis (KLT) dan secara kuantitatif dengan metode
penetapan kadar yang sesuai.
Simplisia adalah bahan baku alamiah yang digunakan untuk membuat ramuan obat
tradisional yang belum mengalami pengolahan apa pun kecuali proses pengeringan. Ditinjau
dari asalnya, simplisia digolongkan menjadi simplisian nabati dan simplisia hewani.
Simplisia hewani berasal dari hewan, baik yang masih utuh, organ-organnya, maupun zat-zat
yang dikandungnya yang berguna sebagai obat dan belum berupa zat kimia murni. Simplisia
nabati berasal dari tanaman, baik yang masih utuh, bagian-bagiannya, maupun zat-zat nabati
yang dipisahkan dari tanamannya dan belum berupa zat kimia murni. Sumber simplisia nabati
sampai saat ini berupa tumbuhan liar dan tanaman budi daya.
1
Infusa adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara mengekstrak sismplisia nabati dengan
air pada suhu 90˚ C selaam 15 menit.
Selain merupakan proses penyarian, hasil dari proses ini sudah dalam bentuk sediaan siap
dikonsumsi yang disebut infus.
Penyarian dengan cara ini menghasilkan sari yang tidak stabil dan muadah tercemar oleh
kuman dan kepang. Oleh sebab itu, sari yang diperoleh dengan cara ini tidak dapat disimpan
lebih dari 24 jam. Cara ini sangat sederhana dan sering digunakan untuk membuat ekstrak.
Teknik infusa mempunyai beberapa keuntungan bila dibandingkan dengan teknik
pembuatan ekstrak yaitu karena teknik infusa lebih murah, lebih cepat, dan alat serta caranya
sederhana. Sedangkan dalam pembuatan ekstrak, kandungan dari bahan tumbuhan dan
pelarut yang paling tepat untuk masing-masing kandungan harus diketahui lebih dahulu.
Dengan zat pelarut yang tepat, zat aktif yang diinginkan akan terpisah dari bahan aslinya dan
bercampur dengan pelarut yang digunakan. Selanjutnya pemisahan zat aktif dari pelarutnya
dengan lebih mudah dilakukan untuk memperoleh zat aktif yang benar-benar murni.
Metodenya dikenal dengan nama Sochlet, yaitu dengan menggunakan alat percolator dan
countercurrent screw extractor. Dari sini jelas terlihat bahwa metode pembuatan ekstrak lebih
rumit dan mahal dibandingkan dengan metode pembuatan infusa. (Santoso, 1993)
Hal-hal yang harus diperhatikan untuk membuat sediaan infusa adalah :
1. Jumlah simplisia
Kecuali dinyatakan lain, infus yang mengandung bukan bahan berkhasiat keras
dibuat dengan menggunakan 10% simplisia.Kecuali untuk simplisia yang tertera
pada tabel, untuk membuat 100 bagian infusa, digunakan sejumlah simplisia
seperti tabel.
Bahan – bahan Jumlah
Kulit Kina
Daun Digitalis
Akar Ipeka
Daun Kumis Kucing
Sekale Komutum
Daun sena
Temulawak
6 Bagian
0,5 Bagian
0,5 Bagian
0,5 Bagian
3 Bagian
4 Bagian
4 Bagian
2
2. Derajat halus simplisia
Yang digunakan untuk infus harus mempunyai derajat halus sebagai berikut:
a. Derajat kehalusan 2/3 ; untuk daun kumis kucing,daun sirih, akar manis.
b. Derajat kehalusan 3/6 ; Rimpang jaringau, akar kelembak.
c. Derajat kehalusan 6/8 ; Rimpang lengkuas, rimpang temulawak, rimpang jahe.
d. Derajat kehalusan 8/24 ; Kulit kina.
3. Banyaknya ekstra air
Umumnya untuk membuat sediaan infusa diperlukan penambahan air sebanayak 2
kali berat simplisia. Air ekstra ini perlu karena simplisia yang kita gunakan pada
umumnya dalam keadaan kering.
4. Cara menyerkai
Pada umumya infusa diserkai selagi panas, kecuali infusa simplisia yang mengandung
minyak aktsiri, diserkai setelah dingin.
5. Penambahan bahan-bahan lain
Pada pembuatan infus kulit kina ditambahkan asam sitrat 10% dari bobot bahan
berkhasiat dan pada pembuatan infus simplisia yang mengandung glikosida
antrakinon, ditambahkan natrium karbonat 10% dari bobot simplisia.
Infus dibuat dengan cara :
1. Membasahi bahan bakunya, biasanya dengan air 2 kali bobot bahan; untuk bunga
4 kali bobot bahan, dan unruk karogen 10 kali bobot bahan.
2. Bahan baku ditambahkan dengan air dan dipanaskan selama 15 menit pada suhu
90˚c. Umumnya untuk 100 bagian sari diperlukan 10 bagian bahan. Hal ini
disebabkan karena :
a. Kandungan simplisia kelarutannya terbatas, misalnya kulit kina digunakan
6 bagian.
b. Disesuaikan dengan cara penggunaannya dalam pengobatan, misalnya
daun kumis kucing sekali minum infus sebanyak 100 cc, karena bagian itu
diambil ½ bagian.
c. Berlendir, miasalnya karogen digunakan ½ bagian.
d. Daya kerjanya keras, misalnya digitalis digunakan digunakan 1 ½ bagian.
3
3. Untuk memindahkan penyarian kadang perlu ditambahkan bahan kimia misalnya :
a. Asam sitrat untuk infus kina
b. Kalium atau natrium karbonat untuk infus kelembak.
4. Penyarian dilakukan saat cairan masih panas, kecuali bahan – bahan yang
mengandung bahan yang mudah menguap.
Uraian Bahan / Simplisia yang digunakan :
1. TEMULAWAK ( Curcuma xanthorrhiza ROXB. )
A. SEJARAH SINGKAT
Temulawak merupakan tanaman obat berupa tumbuhan rumpun berbatang semu. Di daerah
Jawa Barat temulawak disebut sebagai koneng gede sedangkan di Madura disebut sebagai
temu lobak. Kawasan Indo-Malaysia merupakan tempat dari mana temulawak ini menyebar
ke seluruh dunia. Saat ini tanaman ini selain di Asia Tenggara dapat ditemui pula di Cina,
IndoCina, Bardabos, India, Jepang, Korea, di Amerika Serikat dan Beberapa negara Eropa.
B. DESKTIPSI TEMULAWAK
Tanaman terna berbatang semu dengan tinggi hingga lebih dari 1m tetapi kurang dari 2m,
berwarna hijau atau coklat gelap. Akar rimpang terbentuk dengan sempurna dan bercabang
kuat, berwarna hijau gelap. Tiap batang mempunyai daun 2 – 9 helai dengan bentuk bundar
memanjang sampai bangun lanset, warna daun hijau atau coklat keunguan terang sampai
gelap, panjang daun 31 – 84cm dan lebar 10 – 18cm, panjang tangkai daun termasuk helaian
43 – 80cm. Perbungaan lateral, tangkai ramping dan sisik berbentuk garis, panjang tangkai 9
– 23cm dan lebar 4 – 6cm, berdaun pelindung banyak yang panjangnya melebihi atau
sebanding dengan mahkota bunga. Kelopak bunga berwarna putih berbulu, panjang 8 –
13mm, mahkota bunga berbentuk tabung dengan panjang keseluruhan 4.5cm, helaian bunga
berbentuk bundar memanjang berwarna putih dengan ujung yang berwarna merah dadu atau
merah, panjang 1.25 – 2cm dan lebar 1cm
C. MANFAAT TANAMAN
Di Indonesia satu-satunya bagian yang dimanfaatkan adalah rimpang temulawak untuk
dibuat jamu godog. Rimpang ini mengandung 48-59,64 % zat tepung, 1,6-2,2 % kurkumin
dan 1,48-1,63 % minyak asiri dan dipercaya dapat meningkatkan kerja ginjal serta anti
inflamasi. Manfaat lain dari rimpang tanaman ini adalah sebagai obat jerawat, meningkatkan
nafsu makan, anti kolesterol, anti inflamasi, anemia, anti oksidan, pencegah kanker, dan anti
mikroba.
4
D. SENTRA PENANAMAN
Tanaman ini ditanam secara konvensional dalam skala kecil tanpa memanfaatkan teknik
budidaya yang standard, karena itu sulit menentukan dimana sentra penanaman temulawak di
Indonesia. Hampir di setiap daerah pedesaan terutama di dataran sedang dan tinggi, dapat
ditemukan temulawak terutama di lahan yang teduh.
Rimpang temulawak amat terkenal sebagai obat tradisional untuk gangguan pencernaan
yang berkaitan dengan kekurangan empedu. Merupakan contoh khas dari teori signature kuno
mengenai bentuk dan warnanya obat tanaman. Bentuk rimpangnya menyerupai kandung
empedu dan ditambah warna kuningnya. Maka digunakan pada penyakit kuning (hepatitis).
Berkhasiat cholekinetis, menstimulir pembentukan sekresi empedu oleh hati ke duodenum,
berdasarkan zat warna kuning curcumin, dan minyak-minyak atsiri yang ternyata juga
berkhasiat bakteriostatis terhadap bakteri gram positif. Banyak digunakan pada gangguan
kantung empeduyang bersifat ringan serta akibat sekresi empedu terlampau sedikit. Juga
untuk prevensi sekunder terjadinya batu empedu. Selain itu curcumin menghambat
penggumpalan pelat darah (antiagregasi) dan menurunkan kolesterol plasma dengan
menstimulasi pengubahannya menjadi asam empedu, disamping meningkatkan kelarutan
empedu dan dengan demikian melawan pembentukan batu empedu.
Pada tahun-tahun terakhir telah dibuktikan khasiat antioksidannya yang sangat kuat
terhadap radikal hidroksil, superoksida dan proses-proses peroksidasi. Berdasarkan efek
antioksidannya, curcumin dapat menghambat proliferasi sel-sel tumor dari kanker usus besar
dan panyudara, maka kini sering digunakan pada terapi alternative dari jenis kanker ini.
Lagipula sifat ini melindungi saraf otak terhadap lipida-peroksidasi dan produknya
aminoloid-β. Juga berkhasiat antiradang yang menyerupai efek NSAID dan juga diperkirakan
berfungsi menurunkan dengan kuat pertumbuhan plak di pembuluh dan otak. (Daftar Obat-
obat Penting hal 276)
Untuk infusum Curcuma xanthorrhiza dosis diambil dari Daftar Obat-obat Penting
yaitu godokan 5 gram dengan 500 mL air 3 dd 2 cangkir. Dan aturan mengenai pembuatan
infusum yang tertera pada FI IV adalah 4 bagian, sehingga dosis penggunaan infusum
menjadi 3 x 1 gelas sendok takar @ 20 mL.
5
BAB II METODE KERJA
A. Alat dan Bahan
1. Alat
Timbangan digital
Hot plate
Panci
Gelas beaker 250 ml
Gelas ukur 250 ml
Termometer
Batang pengaduk
Corong
Erlenmeyer
Stopwatch
Botol semprot
Pisau
Kertas saring
Gunting
Toples kaca
2. Bahan
Rimpang temulawak segar 20 gram
Gula putih 10 gram
Asam jawa 20 gram
Air / Aquades 250 ml
3. Prosedur Kerja
- Membuat infusum curcuma
Siapkan rimpang temulawak segar, lalu kupas kulitnya.
Haluskan sesuai dengan derajat kehalusanya yang sesuai, untuk temulawak derajat
kehalusannya 6/8.
Rimpang temulawak ditimbang yang telah dihaluskan sebanyak 20 gram, setelah
itu cuci dengan air yang mengalir.
Timbang bahan yang lain ; gula putih 10 gram, asam jawa yang dibuang bijinya
sebanyak 30 gram.
6
Siapkan kompor dan panci, masukkan semua bahan
Tambahkan dengan air sebanyak 250ml.
Panaskan pada suhu 90 ˚c selama15 menit.
Setelah 15 menit saring air rebusan dengan menggunakan kertas saring yang
sudah diletakkan diatas corong yang berada diatas erlenmeyer.
Setelah itu pindahkan air rebusan kedalam beakker glass 250ml .
Lakukan uji organoleptis pada air rebusan temulawak.
Catat hasil pengamatan
Uraian simplisia yang digunakan :
1. Temulawak (Curcuma xanthorrhiza ROXB)
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Upadivisi : Angiospermae
Ordo : Zingiberales
Kelas : Monocotyledonae
Famili : Zingiberaceae
Genus : Curcuma
Spesies Curcuma xanthorrhiza
Pemerian : Warna kuning, bau aromatik, rasa pahit
2. Asam Jawa
7
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
Upafamili: Caesalpinioideae
Bangsa : Daterieae
Genus : Tamarindus
Spesies : T. Indica
Pemerian : Rasa asam, warna coklat
3. Gula putih
Gula yang dikenal sehari-hari sebagai gula pasir atau gula meja adalah sukrosa yang
dibuat dari tebu.dalam nira tebu terdapat sedikitnya tiga macam gula yaitu
sukrosa,fruktosa,dan glukosa. Hanya sukrosa yang dapat dikristalkan menjadi gula pasir.
Sukrosa bening berwarna putih bening,tidak berbau dan manis rasanya.pabrik gula
mengolah nira tebu menjadi gula pasir dengan cara mengkristalkan sukrosanya.
4. Air / Aquades
Air / aquades adalah air suling yang dibuat dengan menyuling air yang dapat diminum.
Pemerian : cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai rasa.
BAB III HASIL PERCOBAAN
8
1. Penimbangan Bahan
NO BAHAN JUMBLAH (GRAM)
1 Rimpang temulawak 20
2 Gula putih 10
3 Asam jawa 30
4 Aquades Ad 250 ml
2. Hasil uji organoleptis
NO UJI ORGANOLEPTIS HASIL
1 Bentuk Liquid (cair)
2 Warna Kuning
3 Bau Khas aromatik
4 Rasa Asam-manis
GAMBAR PROSES PEMBUATAN INFUSUM
9
BAB IV PEMBAHASAN
Infusa (Infus) Infus adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara mengekstraksi simplisia
nabati dengan air pada suhu 90˚C selama 15 menit. Pembuatan infus merupakan cara yang
paling sederhana untuk membuat sediaan herbal dari bahan lunak seperti daun dan bunga.
Dapat diminum panas atau dingin. Sediaan herbal yang mengandung minyak atsiri akan
berkurang khasiatnya apabila tidak menggunakan penutup pada pembuatan infus.
Teknik infusa mempunyai beberapa keuntungan bila dibandingkan dengan teknik pembuatan
ekstrak yaitu karena teknik infusa lebih murah,proses pembuatan lebih cepat, caranya
sederhana dan alat yang digunakan juga sederhana.
Sedangkan dari segi kerugiannya sendiri, metode infusa ini menghasilkan ekstrak yang
mudah rusak yaitu mudah ditumbuhi jamur dan kepang sehingga penyimpanan dari ekstrak
ini tidak boleh lebih dari 24 jam.
Hal – hal yang harus diperhatikan dalam ekstrak dengan metode infusa diantaranya :
1. Jumblah simplisia
2. Derajat halus simplisia
3. Banyaknya ekstrak air
4. Cara menyerkai
5. Penambahan bahan lain.
Pembuatan infus : Campur simplisia dengan derajat halus yang sesuai dalam panci
dengan air secukupnya, panaskan di atas tangas air selama 15 menit terhitung mulai suhu
mencapai 90˚C sambil sekali-sekali diaduk-aduk. Serkai selagi panas menggunakan kertas
saring, tambahkan air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infus yang
dikehendaki. Infus simplisia yang mengandung minyak atsiri diserkai setelah dingin. Infus
simplisia yang mengandung lendir tidak boleh diperas. Infus simplisia yang mengandung
glikosida antarkinon, ditambah larutan natrium karbonat P 10% dari bobot simplisia. Kecuali
dinyatakan lain dan kecuali untuk simplisia yang tertera dibawah, infus yang mengandung
bukan bahan berkhasiat keras, dibuat dengan menggunakan 10% simplisia.
Perebusan juga dilakukan pasa suhu 90˚C , hal ini bertujuan agar bahan-bahan berkhasiat
yang terkandung didalam simplisia temulawak dapat keluar dengan sempurna dan didapatkan
hasil ekstrak temulawak yang baik.serta tidak merusak kandungan yang terdapat dalam
ekstrak temulawak akibat pemanasan yang berlebih atau terlalu tinggi.
10
Pada praktikum kali ini, simplisia yang kami gunakan adalah simplisia nabati dari rimpang
temulawak. Temulawak merupakan tanaman herbal yang banyak digunakan oleh masyarakat.
Kandungan utama rimpang temulawak adalah protein, karbohidrat, dan minyak atsiri yang
terdiri atas kamper, glukosida, turmerol dan kurkumin. Temulawak mempunyai efek
farmakologi yaitu, hepatoprotektor (mencegah penyakit hati), menurunkan kadar kolesterol,
anti inflamasi (anti radang), laxative (pencahar), diuretik (peluruh kencing), dan
menghilangkan nyeri sendi.
Cara pembuatan infus dari rimpang temulawak yaitu pertama – tama temulawak kita
bersihkan dari bahan pengotor menggunakan air yang sedang mengalir, lalu rimpang
dihaluskan / diiris kecil – kecil. Menimbang rimpang yang telah dihaluskan tadi sebanyak 20
gram lalu masukkan dalam panci. Setelah itu kita menimbang bahan – bahan tambahan lain
seperti gula putih sebanyak 10 gram, dimana gula putih ini fungsinya sebagai pemanis dan
pengental, untuk menghilangkan rasa pahit pada temulawak. Selain gula putih sebagai bahan
tambahan ada asam jawa yang kita timbang sebanyak 30 gram. Asam jawa berfungsi untuk
menambahkan rasa asam pada hasil ekstra sehingga akan ada rasa asam – manis.
Semua bahan kita masukkan dalam panci lalu tambahkan dengan air ad 250 ml setelah itu
kita panaskan pada suhu 90˚c selama 15 menit. Sekali – kali rebusan kita aduk dan sambil
mengukur suhunya. Hasil rebuasan / hasil infus ini kita serkai dengan kertas saring, setelah
itu dimasukkan kedalam beakerr glass untuk dilakukan uji organoleptis.
Hasil infus yang telah diperoleh lalu kita lakukan uji organoleptis, yang meliputi uji
bentuk,warna, bau dan rasa. Dari hasil uji organoleptis diperoleh bentuk ekstrak cairan,
kuning , bau khas aromatik, dan rasa asam – manis.
11
BAB V PENUTUP
1. KESIMPULAN
Dari hasil praktikum dapat disimpulkan infus adalah proses penyarian ekstrak dengan cara
panas yaitu simplisia direbus dengan menggunakan pelarut air sampai suhu 90˚c selama 15
menit. Ekstrak yang diperoleh berupa cairan yang berwarna kuning , mempunyai bau
aromatik dan rasanya asam-manis. Hasil dari infusum ini dapat digunakan / diminum pada
saat panas atau dingin, penyimpanannya tidak boleh leih dari 24 jam.
Temulawak merupakan tanaman herbal yang banyak digunakan oleh masyarakat.
Kandungan utama rimpang temulawak adalah protein, karbohidrat, dan minyak atsiri yang
terdiri atas kamper, glukosida, turmerol dan kurkumin. Temulawak mempunyai efek
farmakologi yaitu, hepatoprotektor (mencegah penyakit hati), menurunkan kadar kolestero,
anti inflamasi (anti radang), laxative (pencahar), diuretik (peluruh kencing), dan
menghilangkan nyeri sendi.
2. SARAN
Saran kami pada praktikum kali ini yaitu agar praktikan lebih siap lagi dan memperhatikan
dalam menyiapkan bahan yang akan digunakan untuk praktikum. Sehingga nantinya tidak
mengganggu proses pengamatan ataupun praktikum.
12
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.1979. Farmakope Indonesia Edisi III.DepartemenKesehatan: Jakarta.
Santoso, S. 1993. PerkembanganObatTradisionalDalamIlmuKedokteran di Indonesia
danUpayaPengembangannyaSebagaiObatAlternatif, Jakarta: FKUI.
Hariana, H.Arief..2008. TumbuhanObatdanKhasiatnya. Jakarta: PenebarSwadaya.
Muhammad Abu, Margareth h. 2010. Kamus Obat Herbal. Nuh Medika, Yogyakarta.
Anonim, 2010. Acuan Sediaan Herbal Volume ke- V. Badan Pengawasan Makanan
dan Obat RI. Jakarta
13