Lapkas Mioma Kibo

Embed Size (px)

DESCRIPTION

pejelasan lapkas mioma rsud djuhlam binjai

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN

EpidemiologiDiantara berbagai tumor yang penting artinya dalam hubungannya dengan proses reproduksi adalah mioma uteri, karsinoma serviks uteri, dan karsinoma korpus uteri.1Mioma uteri merupakan kelainan tumor jinak ginekologis yang paling sering dijumpai. Pada usia reproduksi 20-25% wanita mengidap penyakit tersebut dan kejadiannya meningkat 40% pada wanita dengan usia lebih dari 35 tahun. Di Amerika Serikat diperkirakan setiap 4-5 wanita mengidap kelainan ini dan menunjukkan kecenderungan pertumbuhan pada dekade usia ke-3 dan ke-4 dalam kurun kronologi kehidupan wanita. Usia termuda yang pernah dijumpai adalah 13 tahun dan tumor jinak ini mempunyai kecenderungan untuk regresi pada masa post menopause.2Pada kepustakaan menyebutkan berdasarkan hasil otopsi, ditemukan 27% wanita berumur 25 tahun mempunyai sarang mioma. Mioma uteri belum pernah (dilaporkan) terjadi sebelum menarche. Setelah menopause hanya kira-kira 10% mioma yang masih tumbuh. Di Indonesia, mioma uteri ditemukan 2,39-11,7% pada semua penderita ginekologi yang dirawat.3Dalam penulisan ini hanya kasus mioma uteri yang akan dibahas lebih lanjut. Kasus mioma uteri menarik untuk dipelajari karena umumnya adanya mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan ginekologis. Penderita datang umumnya bukan karena adanya tumor ini, tetapi karena keluhan lain, misalnya perdarahan pervaginam yang abnormal atau rasa nyeri pada perut bagian bawah yang seringkali mengganggu. Gejala yang muncul sangat tergantung pada lokasi, besarnya tumor, dan komplikasi yang terjadi.3Leiomyoma terdapat 20-25% pada seluruh wanita usia produktif dan dapat ditemukan secara kebetulan selama pemeriksaan tahunan rutin. Leiomyoma uteri 3-9 kali lebih sering ditemukan pada wanita amerika afrika (kulit hitam) daripada wanita kulit putih. Leiomyomata prevalensinya lebih sedikit pada populasi orang eropa, dan asia. Fibroid yang asimptomatik dapat timbul pada 40-50% wanita dengan usia diatas 35 tahun. 4Leimyoma uteri biasanya asimptomatik, jarang timbul sebelum pubertas dan biasanya menyusut setelah menopause. Tumor ini tergantung pada estrogen dan dapat tumbuh selama estrogen replacement therapy (peri dan post menopause) atau selama kehamilan. 5Insidensi di IndonesiaDi Indonesia, Mioma Uteri ditemukan 2,3011,7% pada semua penderita ginekologi yang dirawat. Mioma Uteri merupakan tumor pada pelvis yang paling sering dijumpai. Diperkirakan 1 dibanding 4 atau 5 wanita yang berumur lebih dari 35 tahun terdapat mioma uteri. Meskipun umumnya mioma tidak menunjukkan gejala, diperkirakan 60% dari laparotomi pelvis pada wanita dikerjakan dengan alasan Mioma Uteri. Lesi ini sering ditemukan pada dekade 4 atau 5. Umumnya Mioma Uteri tidak akan terdeteksi sebelum masa pubertas dan tumbuh selama masa reproduksi. Jarang sekali Mioma Uteri ditemukan pada wanita berumur 20 tahun atau kurang, paling banyak pada umur 35 45 tahun yaitu kurang dari 25 %. Dan setelah menopause banyak mioma menjadi lisut, hanya 10% saja yang masih dapat tumbuh lebih lanjut. Mioma uteri lebih sering dijumpai pada wanita nullipara atau yang kurang subur.3BAB II

PEMBAHASAN

Definisi

Leiomyoma pertama kali dideskripsikan oleh Virchow tahun 1854. Leiomyoma uteri (myoma, fibroid, fibromyoma) adalah tumor jinak yang tersusun oleh otot polos dan matriks ekstra seluler (kolagen, proteoglikan, fibronektin). Leimyoma jarang sekali menjadi ganas dan seringkali tumor ini tidak disertai gejala-gejala dan biasanya berhubungan dengan siklus menstruasi yang tidak teratur. Leimyoma dapat bersifat tunggal atau multiple, dan mencapai ukuran besar (100pon). Konsistensi keras dengan batas kapsel yang jelas sehingga dapat dilepaskan dari sekitarnya. Penampangnya berbentuk whorl like trabeculation yang jelas (seperti konde).6EtiologiPenyebab leiomyoma uteri belum diketahui, tapi beberapa penelitian mengatakan bahwa tiap leiomyoma berasal dari sel-sel otot yang belum matang. 7Faktor Resiko

PatogenesisBerdasarkan penelitian tidak ada bukti bahwa estrogen menyebabkan leiomyoma, Estrogen hanya berperan pada pertumbuhan myoma. Puukka dan kawan-kawan menyatakan bahwa myoma mengandung reseptor estrogen dengan konsentrasi yang tinggi dibandingkan dengan myometrium sekitarnya tetapi lebih rendah konsentrasinya dari endometrium. Menurut Meyer asal mioma adalah sel imatur, bukan dari selaput otot yang matur. 6,7Progesteron meningkatkan aktivitas mitosis myoma pada wanita muda, tetapi mekanisme dan faktor pertumbuhan belum diketahui. Progesteron juga berperan pada pembesaran tumor dengan cara menurunkan apoptosis pada tumor. Estrogen mempunyai kontribusi dalam pembesaran tumor dengan meningkatan matriks ekstraseluler.ukuran Leiomyoma dapat meningkat dengan therapy estrogen dan selama kehamilan tapi tidak selalu. Tumor ini menyusut setelah menopause. 7Hypothesis mengatakan bahwa human growth hormone (HGH) berhubungan dengan pertumbuhan Leiomyoma telah dibantah oleh penelitian radioimmunoassay HGH pada wanita hamil dan pasien penderita estrogen, tetapi ada spekulasi bahwa pertumbuhan leiomyoma pada kehamilan berhubungan dengan aktivitas sinergis antara estradiol dengan human placental lactogen (HPL). 4Leiomyoma biasanya multiple, berbatas jelas, bulat atau berlobus-lobus irregular. Leiomyoma ditutupi oleh pseudo kapsul dan tumor ini secara jelas terpisah dengan miometrium. Karena itu dapat dengan mudah di enukliasi dari miometrium sekitarnya. Pada pemeriksaan makroskopik dengan potongan melintang, berwarna tidak jelas, bulat, halus dan biasanya keras. Secara umum, tumor ini berwarna lebih terang dibandingkan dengan miometrium. 7Jarang sekali ditemukan satu macam mioma saja dalam satu uterus. Mioma pada servik dapat menonjol ke dalam saluran servik sehingga ostium uteri eksternum berbentuk bulan sabit. Pernah ditemukan 200 sarang mioma dalam satu uterus, namun biasanya hanya 5-20 sarang saja. Dengan pertumbuhan mioma dapat mencapai berat lebih dari 5 kg. jarang sekali mioma ditemukan pada wanita berumur 20 tahun, paling banyak pada umur 35-45 tahun (kurang lebih 25%). Pertumbuhan mioma diperkirakan memerlukan waktu 3 tahun agar dapat mencapai ukuran sebesar tinju, akan tetapi beberapa kasus ternyata tumbuh cepat. Setelah menopause banyak mioma menjadi lisut, hanya 10% saja yang masih dapat tumbuh lebih lanjut.3Mioma uteri ini lebih sering didapati pada wanita nullipara atau yang kurang subur. Faktor keturunan juga memegang peran. Perubahan sekunder pada mioma uteri yang terjadi sebagian besar bersifat degenerasi. Hal ini oleh karena berkurangnya pemberian darah pada sarang mioma.3Klasifikasi

Leiomyoma berdasarkan lokasinya dalam uterus :

1. Subserosa leiomyoma

Lokasinya dibawah permukan serosa, dapat kearah rongga peritoneum, dan tumbuh meluas atau bertankai (menempel pada permukaan dengan tangkai sempit). Leiomyoma yang berangkai dapat melekatkan diri pada struktur yang berdekatan seperti usus, omentum, mesenterium dan membentuk suplai darah sekunder (parasitic leiomyoma). Leiomyoma subseosa juga dapat melebar pada ligamentum latum (intraligamentary leiomyoma).42. Intramural leiomyoma

Lokasinya predominan pada miometrium tebal, dapat menyebabkan bentuk uterus bagian luar ireguler. 43. Submukosa leiomyoma

Terletak dibawah mukosa uterus atau endometrium, dapat menempel pada corpus uteri dengan dasar yang luas atau sempit, cenderung menekan endometrium disebelah bila dia tumbuh menuju lumen uterus, hal ini berdampak pada endometrium dan pasokan darahnya yang sering menimbulkan perdarahan pada uterus yang tidak teratur . Mioma submukosum dapat tumbuh bertangkai menjadi polip, kemudian dilahirkan melalui saluran servik (mioma geburt). 4

Perubahan Sekunder 31. Atrofi: sesudah menopause ataupun sesudah kehamilan mioma uteri menjadi kecil.2. Degenerasi hialin: perubahan ini sering terjadi terutama pada penderita berusia lanjut. Tumor kehilangan struktur aslinya menjadi homogen. Dapat meliputi sebagian besar atau hanya sebagian kecil daripadanya, seolah-olah memisahkan satu kelompok serabut otot dari kelompok lainnya.

3. Degenerasi kistik: dapat meliputi daerah kecil maupun luas, dimana sebagian dari mioma menjadi cair, sehingga terbentuk ruangan-ruangan yang tidak teratur berisi seperti agar-agar, dapat juga terjadi pembengkakan yang luas dan bendungan limfe sehingga menyerupai limfangioma. Dengan konsistensi yang lunak ini tumor sukar dibedakan dari kistoma ovarium atau suatu kehamilan.

4. Degenerasi membatu (calcireous degeneration): terutama terjadi pada wanita berusia lanjut oleh karena adanya gangguan dalam sirkulasi. Dengan adanya pengendapan garam kapur pada sarang mioma maka mioma menjadi keras dan memberikan bayangan pada foto Rontgen.

5. Degenerasi merah (carneous degeneration): perubahan ini biasanya terjadi pada kehamilan dan nifas. Patogenesis: diperkirakan karena suatu nekrosis subakut sebagai gangguan vaskularisasi. Pada pembelahan dapat dilihat sarang mioma seperti daging mentah berwarna merah disebabkan oleh pigmen hemosiderin dan hemofusin. Degenerasi merah tampak khas apabila terjadi pada kehamilan muda disertai emesis, haus, sedikit demam, kesakitan, tumor pada uterus membesar dan nyeri pada perabaan. Penampilan klinik ini seperti pada putaran tangkai tumor ovarium atau mioma bertangkai.6. Degenerasi lemak: jarang terjadi, merupakan kelanjutan degenerasi hialin.Diagnosis

A. Anamnesa : Gejala Klinis

Gejala-gejala timbul hanya pada 35-50% pasien dengan leiomyoma. Dengan demikian sebagian besar leiomyoma tidak menimbulkan gejala, bahkan leiomyoma berukuran besar dapat tidak terdeteksi terutama pada pasien gemuk. Gejala akibat leiomyoma tergantung pada lokasi, ukuran dan apakah pasien hamil atau tidak.

1. Perdarahan uterus abnormalAdalah gejala paling umum dan paling penting timbul pada 30% pasien leiomyoma. Perdarahan abnormal biasanya menimbulkan anemia defisiensi besi. Jika terjadi perdarahan banyak dan berkepanjangan anemia ini sulit terkontrol, bahkan dengan terapi Fe.

Perdarahan dari Leiomyoma submukosa dapat terjadi karena gangguan suplai darah ke endometrium, distorsi dan bendunagn pembuluh darah sekeliling, terutama vena atau ulserasi endometrium dibawahnya. Gejala yang umum adalah pasien menstruasi yang banyak dan berkepanjangan (Menorrhagia) dan premenstrual spotting, bercak darah yang berlanjut setelah menstruasi. 4,5,62. Nyeri

Leiomyoma dapat menyebabkan nyeri, jika terdapat gangguan vaskuler. Nyeri dapat diakibatkan oleh oklusi vaskuler, infeksi, pilinan tumor yang bertangkai atau kontraksi miometrium untuk mengeluarkan myoma dari cavum uteri.

Nyeri yang diikuti infark akibat puntiran atau degenerasi merah dapat sangat menyiksa dan menimbulkan gejala klinis yang mirip dengan akut abdomen.

Tumor berukuran besar dapat menghasilkan sensasi yang berat atau penuh pada pelvis; perasaan ada massa pada pelvis atau perasaan ada massa yang dapat diraba pada dinding perut. Tumor yang menekan pada tulang pelvis dapat pula menekan saraf dan menimbulkan nyeri menyebar ke punggung atau ekstremitas bawah. Oleh karena itu nyeri punggung juga merupakan gejala yang umum namun sulit dihubungkan secara spesifik kepada leiomyoma. Nyeri selama hubungan sex juga dapat timbul, berdasarkan pada posisi tumor dan tekanan yang ditimbulkan pada dinding vagina. 4,5,63. Gejala akibat penekanan tumor. Efek penekanan tumor tidak biasa dan sulit dihubungkan langsung dengan leiomyoma, kecuali ukuran tumor yang sangat besar. Intramural atau intraligament leiomyoma dapat mendistorsi dan menghalangi organ lain. Parasitic leiomioma dapat menyebabkan obstruksi intestinal jika berukuran besar atau berhubungan dengan omentum atau usus. Tumor pada cervix dapat menimbulkan discharge vagina yang serosanguinus, perdarahan vagina, dispareuni dan infertilitas. Tumor berukuran besar dapat mengisi true pelvis dan menggeser atau menekan ureter, vesica urinaria, atau rectum. Penekanan struktur disekeliling tumor dapat menimbulkan gejala saluran kemih atau hidroureter. Tumor besar dapat menyebabkan kongesti vena pelvis dan edema ekstremitas bawah atau konstipasi. Kadang-kadang leiomyoma pada fundus posterior menyebabkan uterus dalam posisi retrofleksi, mendistorsi basis vesica urinaria dan menimbulkan retensi urin. 4,5,64. Infertilitas

Hubungan antara fibroid dengan infertilitas masih belum jelas. Antara 27%-40% wanita dengan multiple leiomyoma didapatkan menjadi infertile. 4,5,65. Abortus spontan

Insidensi abortus spontan akibat leiomyoma belum diketahui, tapi kemungkinan 2x lebih banyak daripada wanita hamil normal lainnya. 4,5,6B. Pemeriksaan Fisik.8a. Palpasi abdomen

Kadang-kadang adanya myoma dapat diduga dengan pemeriksaan luar, sebagai tumor yang keras, bentuk tidak teratur, gerakan bebas, tidak sakit. Biasanya letak tumor ditengah-tengah.b. Pemeriksaan Bimanual

Dilakukan bila pemeriksaan belum jelas, terutama pada wanita gemuk. Kadang-kadang perlu anestesi. Corpus uteri tidak dapat teraba sendiri.

c. Sondage

Cavum uteri besar dan tidak rata.

C. Pemeriksaan penunjang :8 USG

Dapat menunjukkan adanya fibroid dan membedakannya antara ovarium dan uterus yang tumbuh

MRI dan CT scan

Dapat berguna untuk melihat obstruksi ureter dan adanya keterlibatan usus.

Laparoskopi

Jarang digunakan untuk diagnosis

PA

Untuk menyingkirkan adanya kemungkinan keganasan.

DIAGNOSIS BANDING1. Kehamilan.2. Inversio uteri.3. Adenomiosis.4. Koriokarsinoma.5. Karsinoma korpus uteri.6. Kista ovarium.7. Sarkoma uteri.8

Komplikasi 1. Degenerasi ganas

Mioma uteri yang menjadi leimiosarkoma ditemukan hanya 0,32-0,6% dari seluruh kasus mioma uteri serta merupakan 50-75% dari semua sarkoma uterus. Keganasan umumnya baru ditemukan pada pemeriksaan histologi uterus yang telah diangkat. Komplikasi ini dicurigai jika ada keluhan nyeri atau ukuran tumor yang semakin bertambah besar terutama jika dijumpai pada penderita yang sudah menopause.92. Anemia

Anemia timbul karena seringkali penderita mioma uteri mengalami perdarahan pervaginam yang abnormal. Perdarahan abnormal pada kasus mioma uteri akan mengakibatkan anemia defisiensi besi.103. Torsio

Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian timbul sindroma abdomen akut, mual, muntah dan shock.94. InfertilitasInfertilitas dapat terjadi apabila sarang mioma menutup atau menekan pars interstisialis tuba, sedangkan mioma uteri submukosum juga memudahkan terjadinya abortus oleh karena distorsi rongga uterus.9 Penegakkan diagnosis infertilitas yang dicurigai penyebabnya adalah mioma uteri maka penyebab lain harus disingkirkan.9PenatalaksanaanPemilihan penanganan dari mioma uteri tergantung pada usia penderita, paritas, status kehamilan,ukuran tumor, lokasi dan derajat keluhan.10Tidak semua mioma uteri memerlukan terapi pembedahan. Kurang lebih 55% dari semua kasus mioma uteri tidak membutuhkan suatu pengobatan apapun, apalagi jika ukuran mioma uteri masih kecil dan tidak menimbulkan keluhan. Tetapi walaupun demikian pada penderita-penderita ini tetap memerlukan pengawasan yang ketat sampai 3-6 bulan.9 Dalam menopause dapat terhenti pertumbuhannya atau menjadi lisut. Apabila terlihat adanya suatu perubahan yang berbahaya dapat terdeteksi dengan cepat agar dapat diadakan tindakan segera. Dalam dekade terakhir ini ada usaha mengobati mioma uterus dengan GnRH agonist (GnRHa). Hal ini didasarkan atas pemikiran leiomioma uterus terdiri atas sel-sel otot yang diperkirakan dipengaruhi oleh estrogen. GnRHa yang mengatur reseptor gonadotropin di hipofifis akan mengurangi sekresi gonadotropin yang mempengaruhi leiomioma.Pemberian GnRHa (buseriline acetate) selama 16 minggu pada mioma uteri menghasilkan degenerasi hialin di miometrium hingga uterus dalam keseluruhannya menjadi lebih kecil. Akan tetapi setelah pemberian GnRHa dihentikan, leiomioma yang lisut itu tumbuh kembali di bawah pengaruh estrogen oleh karena mioma itu masih mengandung reseptor estrogen dalam konsentrasi yang tinggi. Perlu diingat bahwa penderita mioma uteri sering mengalami menopause yang terlambat.Terapi pembedahan dilakukan dengan indikasi11a. Perdarahan pervaginam abnormal yang memberatb. Ukuran tumor yang besarc. Ada kecurigaan perubahan ke arah keganasan terutama jika pertambahan ukuran tumor setelah menopaused. Retensio urine. Tumor yang menghalangi proses persalinanf. Adanya torsi.Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma saja tanpa pengangkutan uterus, miomektomi dilakukan dengan pertimbangan jika diharapkan pada proses selanjutnya penderita masih menginginkan keturunan. Apabila miomektomi dikerjakan karena alasan keinginan memperoleh keturunan, maka kemungkinan akan terjadinya kehamilan setelah miomektomi berkisar 30% sampai 50%.2 Selain alasan tersebut, miomektomi juga dilakukan pada kasus mioma yang mengganggu proses persalinan. 2 Metode lain dari miomektomi adalah dengan ekstirpasi yang dilanjutkan dengan curetage. Metode ini dilakukan pada kasus mioma geburt dengan melakukan ekstirpasi lewat vagina.Histerektomi adalah pengangkatan uterus, yang umumnya merupakan tindakan terpilih. Histerektomi dikerjakan pada pasien dengan gejala dan keluhan yang jelas mengganggu. 2 Histerektomi bisa dilakukan pervaginam pada ukuran tumor yang kecil. Tetapi pada umumnya histerektomi dilakukan perabdomial karena lebih mudah dan pengangkatan sarang mioma dapat dilakukan lebih bersih dan teliti.10Radioterapi bertujuan agar ovarium tidak berfungsi lagi sehingga penderita mengalami menopause. Radioterapi ini umumnya hanya dikerjakan kalau terdapat kontraindikasi untuk tindakan operatif. Akhir-akhir ini kontraindikasi tersebut makin berkurang. Radioterapi hendaknya hanya dikerjakan apabila tidak ada keganasan pada uterus.KESIMPULAN

Kasus mioma uteri menarik untuk dipelajari karena umumnya adanya mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan ginekologis. Di Indonesia, Mioma Uteri ditemukan 2,3011,7% pada semua penderita ginekologi yang dirawat. Mioma Uteri merupakan tumor pada pelvis yang paling sering dijumpai.

Penyebab leiomyoma uteri belum diketahui, tapi beberapa penelitian mengatakan bahwa tiap leiomyoma berasal dari sel-sel otot yang belum matang.

Klasifikasi

Leiomyoma berdasarkan lokasinya dalam uterus :

1. Subserosa leiomyoma

2. Intramural leiomyoma

3. Submukosa leiomyoma

Diagnosis

A. Anamnesa : Gejala Klinis

1. Perdarahan uterus abnormal2. Nyeri

3. Gejala akibat penekanan tumor

4. Infertilitas

5. Abortus spontan

B. Pemeriksaan Fisik.

1. Palpasi abdomen

2. Pemeriksaan Bimanual

3. Sondage

C. Pemeriksaan penunjang USG

MRI dan CT scan

Laparoskopi

PA

D. Diagnosis banding1. Kehamilan2. Inversio uteri3. Adenomiosis4. koriokarsinoma5. Karsinoma korpus uteri6. kista ovarium7. sarkoma uteri E. Komplikasi 1. Degenerasi ganas

2. Anemia

3. Torsio

4. InfertilitasF.Terapi pembedahan dilakukan dengan indikasia. Perdarahan pervaginam abnormal yang memberatb. Ukuran tumor yang besarc. Ada kecurigaan perubahan ke arah keganasan terutama jika pertambahan ukuran tumor setelah menopaused. Retensio urine. Tumor yang menghalangi proses persalinanf. Adanya torsi.DAFTAR PUSTAKA1. Darmasetiawan SM dkk, Penggunaan Padanan Hormon Pelepas Gonadotropin Agonis (GNRH-A). Pada Kasus Fibroma Uterus dalam Majalah Kedokteran Indonesia, vol. 45, No. 8, IDI, Jakarta.

2. Merrill, J.A., Gusberg, S.B., Deppe, G. Lession of The Corpus Uteri, Obstetrik and Gynecologic, 4th ed. Harper & Row Publisher, Philadelphia, 1982, p : 1081-91.

3. Hillard, P.A. Benign Diseases of the Female Reproductives Tractus, Novaks Gynecology, 12th ed, William & Wilkins A Waverly Company, 1996, p : 359-61.

4. Jonathan S. Berek, Novak's Gynecology . Lippincott Williams & Wilkins. 2002 ; 21-44

5. Carol Havens et all. Manual of Outpatient Gynecology, 4th edition . Lippincott Williams & Wilkins Publishers. 2002; 20-226. Fieldman Sarah, et all.. Chapter 7 : Uterine Corpus ; Kistner's Gynecology & Women's Health, 7th ed. Mosby Inc . St. Louis, Missouri.1999 : hal 6-11

7. Alan H. DeCherney and Lauren Nathan. Leiomyoma Of The Uterus ; Current Obstetric & Gynecologic Diagnosis & Treatment, Ninth Edition . The McGraw-Hill Companies, Inc. 2003; 41-708. Bagian obstetric dan ginekologi fakultas kedokteran universitas padjajaran-bandung . Ginekologi. elstar. offset ,1981.

9. Sutoto, M.S.J. Tumor Jinak pada Alat-alat Genital, Ilmu Kandungan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 1994, p : 328-65.

10. Lacey, C.G., Benign Disorders of the Uterine Corpus, Current Obstetric and Gynecologic Diagnosa and Treatment, 6th ed, Aplleten & Lange, Norwalk Connectient, California, Los Atlas, 1987, p : 657-62.

11. Clayton, S.G., Lewis, T.L.T., Benign Tumors of the Uterus, Gynecology, 14th ed, English Language Book Society, 1985, p : 149-52.STATUS PASIEN I. ANAMNESE PASIEN

Pasien

Suami

Nama

:Nurjanah

Hadi

Umur

:43 tahun

45 tahun

Agama

:islam

islam

Suku

:jawa

jawa

Pendidikan:SMP

SMU

Pekerjaan:IRT

Petani

Alamat:

Jl. Tusam Jatinegara

Masuk RS:27 Januari 2013 pukul 13.20 wib di Ruang PinangNo. RM:07. 60. 42Paritas : 3 Abortus : 0II. Anamnesa Penyakit :

Keluhan Utama: Perdarahan pervaginam

Telaah

: Os datang ke RSUD Dr. RM. DJOELHAM pukuldengan keluhan perdarahan pervaginam yang di alami os sejak 10 bulan yang lalu. Dalam 1 hari os ganti duk tidak terhitung banyaknya. Darah yang keluar berbentuk gumpalan yang berwarna merah serta kadang kadang berwarna coklat kehitaman. Os juga mengeluh nyeri perut bagian bawah pada saat keluar darah.RPO

: Tidak ada

RPT

: Tidak ada

III. Riwayat Haid:

HPHT

:-

Siklus Haid:28 hari

Lama haid:7 hari

Menarche:14 tahun

Dismenorhe:-IV. PEMERIKSAAN FISIK:

A. STATUS PRESENT

Sensorium:Compos Mentis

Anemia

:(+)

TD

:120/80 mmHg

Ikterus

:(-)

Nadi

:82x/i

Cyanosis

:(-)

RR

:24x/i

Dypsnoe

:(-)

T

:36,80 C

Oedem

:(-)

B. STATUS LOKALISATA

Kepala:

Mata

: Refleks pupil (+) kanan=kiri, Conjungtiva palpebra inferior

anemis(+)

Telinga: Tdk ada kelainan

Hidung: Tdk ada kelainan

Mulut

: Tdk ada kelainan

Leher

: Simetris kanan&kiri,tdk ada pembesaran KGB.

Thoraks:

Inspeksi: Simetris Kanan&kiri

Palpasi

: Stem fremitus kanan=kiri

Perkusi: Sonor dikedua lapang paru

Auskultasi: Suara napas : vesikuler, Suara tambahan : tidak ada

Abdomen

Inspeksi: SimetrisPalpasi

: - Nyeri tekan perut bagian bawah (+)

Teraba benjolan di perut bag bawah dengan konsistensi kistik, permukaan berbenjol-benjol, berbatas tajam mobile atau masih dapat digerakkan.

Perkusi: Tidak dilakukan pemeriksaanAuskultasi: Peristaltik usus (+) normal Ekstremitas

Superior : tidak ada kelainan

Inferior : tidak ada kelainanV. PEMERIKSAAN GINEKOLOGI:

Inspeksi : darah (+) dari OUE Abdomen : Teraba benjolan di perut bagian bawah dengan konsistensi kistik, permukaan berbenjol-benjol, berbatas tajam mobile atau masih dapat digerakkan.

VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG:

Laboratorium (29 Januari 2013)

Darah rutin

Hb

: 6,5 gr/dl

WBC

: 10,6 x 103/mm3

RBC

: 3,6 x 106/mm3

HCT

: 29,8%

PLT

: 274 x 103/mm3

Urine

Warna

: Jernih kekuningan

Protein

: (-)

Reduksi : (-)

Bilirubin : (-)

Urobilinogen : (-) KGD Ad Random : 185 mg/dl USG (30 januari 2013): Besar Uterus 62,5 x 74 mm, kesimpulan : Mioma UteriVII. Resume

Keluhan Utama:Perdarahan pervaginam

Telaah

:

Hal ini sudah dialami oleh Os sejak 10 bulan yang lalu, disertai rasa nyeri didaerah perut bagian bawah. Darah yang keluar berbentuk gumpalan berwarna merah serta kadang-kadang berwarna coklat kehitaman. Dalam 1 hari os ganti duk tidak terhitung banyaknya.PEMERIKSAAN FISIK:

Kepala

Mata

: Conjungtiva palpebra inferior anemis(+)

Abdomen

Palpasi

: - Nyeri tekan perut bagian bawah (+)

Teraba benjolan di perut bag bawah dengan konsistensi kistik, permukaan berbenjol-benjol, berbatas tajam mobile atau masih dapat digerakkan.

PEMERIKSAAN GINEKOLOGI:

Inspeksikula : darah (+) dari OUE

Abdomen : Teraba benjolan di perut bagian bawah dengan konsistensi kistik, permukaan berbenjol-benjol, berbatas tajam mobile atau masih dapat digerakkan.

PEMERIKSAAN PENUNJANG:

Laboratorium (29 Januari 2013)

Darah rutin

Hb

: 6,5 gr/dl

WBC

: 10,6 x 103/mm3

RBC

: 3,6 x 106/mm3

USG (30 januari 2013): Besar Uterus 62,5 x 74 mm, kesimpulan : Mioma UteriVIII. Differensial Diagnosa:

- Myoma uteri

Adenomiosis Tumor Ovarium

Tumor intra abdomen

IX. Diagnosa Sementara

:Myoma uteri

X. Therapy Bed Rest

IVFD RL 20 gtt/i Transfusi PRC 3 bag Ergometrin 3x1

Kalnex 3x1 Sulfas Ferous 1x1XI. Anjuran Tranfusi darah

Operasi Laparatomi

FOLLOW UPTANGGALVITAL SIGNTERAPI

28- 01-2013KU: pusing (+), Mual (+)Perdarahan (+)

TD :120/70 mmHg

HR : 84x/i

RR : 22x/i

T : 36,50CBed restIVFD RL 20 gtt/i

Ergometrin 3x1

Kalnex 3x1

SF 1x1

29-01-2013KU: pusing (+), Perdarahan (+) 1x ganti dukTD :120/70 mmHg

HR : 80x/i

RR : 24x/i

T : 36,70CBed rest

IVFD RL 20 gtt/i

Norelut 2x1

Ergometrin 3x1

Kalnex 3x1

SF 1x1

30-01-2013KU: pusing (+), Perdarahan (+) 1x ganti duk

TD :120/80 mmHg

HR : 84x/i

RR : 20x/i

T : 36,70CBed rest

IVFD RL 20 gtt/i

Norelut 2x1

Ergometrin 3x1

Kalnex 3x1

SF 1x1

31-01-2013KU: pusing (+), Perdarahan (+) 1x ganti duk

TD :110/70 mmHg

HR : 88x/i

RR : 24x/i

T : 36,40CBed rest

IVFD RL 20 gtt/i

Norelut 2x1

Ergometrin 3x1

Kalnex 3x1

SF 1x1

01-02-2013

KU: Mual (+)

TD :120/80 mmHg

HR : 80x/i

RR : 24x/i

T : 36,50CBed rest

IVFD RL 20 gtt/i

Ciprofloxacin 2x500mg

Metronidazole 3x500mg

Antasida 3x1

SF 3x1Vit C 3x1

02-02-2013KU: BaikTD :120/70 mmHg

HR : 84x/i

RR : 28x/i

T : 36,50CCiprofloxacin 2x500mg

Metronidazole 3x500mg

Antasida 3x1

Asam Mefenamat 3x1

Vit C 3x1

KESIMPULAN1. Dari kasus diatas dapat disimpulkan bahwa pasien mengeluhkan perdarahan pervaginam yang disebabkan oleh Mioma Uteri Submukosa. Mioma Uteri Submukosa paling sering menyebabkan perdarahan yang banyak oleh karena terjadi perluasan permukaan endometrium. Mioma Uteri Intramural biasanya multipel apabila masih kecil tidak merubah bentuk uterus, tetapi bila besar akan menyebabkan uterus berbenjol-benjol, uterus bertambah besar dan berubah bentuknya menjadi irregular. Sedangkan Mioma Uteri Subserosa mioma tumbuh ke arah luar dan menonjol ke permukaan uterus. Mioma uteri subserosa bisa tumbuh di antara lapisan depan dan belakang ligamentum latum dan akan menjadi mioma uteri intraligamenter, yang dapat menekan ureter dan arteri iliaca. Kadang-kadang vena yang ada dipermukaan pecah dan menyebabkan perdarahan intraabdominal.2. Pada pasien ini mengalami anemia kronis sehingga diperlukan tranfusi PRC 3 bag atau lebih dikarenakan Hb pasien mencapai 6.5 gr/dl . Pemberian tranfusi darah untuk memperbaiki daya angkut oksigen, menambah volume, menambah komponen-komponen maupun memperbaiki fungsi darah lainnya. Apabila tidak dilakukan tranfusi darah ditakutkan pasien akan mengalami penurunan kesadaran, terjadinya kerusakan berbagai organ dan dapat menyebabkan kematian diakibatkan terus terjadinya perdarahan pervaginam.3. Tindakan yang dilakukan pada pasien ini adalah Histerektomi dikarenakan usia penderita diatas 40 tahun, penderita tidak menginginkan anak lagi. Sebaiknya dilakukan histerektomi totalis, kecuali bila keadaan tidak mengijinkan, dapat dilakukan histerektomi supravaginalis. Untuk menjaga kemungkinan keganasan pada cervix, sebaiknya dilakukan pap smear pada waktu tertentu.

PAGE 26KKS Bagian Obstetri dan Ginekologi RSUD.DR.R.M.DJOELHAMFakultas Kedokteran ABULYATAMA