Upload
whiwiksurwindah
View
77
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Kehidupan manusia sehari-hari banyak sekali ditemukan reaksi-reaksi kimia,
mulai dari proses metabolisme dalam tubuh hingga proses pembentukan batu bara di
alam. Elektrokimia adalah ilmu yang mempelajari bidang elektronik dari reaksi
kimia. Perubahan energi kimia menjadi energi listrik dinamakan sel volta atau sel
galvani, sedangkan perubahan energi listrik menjadi energi kimia disebut sel
elektrolisis. Umumnya, pertukaran energi pada reaksi kimia adalah dalam bentuk
energi panas, tetapi dalam sel elektrokimia pertukaran energi yang terjadi adalah
energi listrik. Salah satu jenis sel elektrokimia adalah sel galvani atau volta. Pada sel
volta, reaksi redoks berlangsung dalam elektroda. Elektroda dimana tempat
berlangsungnya reaksi oksidasi disebut anoda dan elektroda tempat terjadinya reaksi
reduksi disebut katoda.
Sel elektrokimia yang terjadi adalah sel galvani dimana terjadi perubahan
reaksi kimia menjadi energi listrik. Elektron akan mengalir dari anoda seng ke katoda
tembaga. Hal tersebut akan menimbulkan perbedaan potensial antara kedua
elektroda. Ketika tidak ada lagi arus listrik yang mengalir maka akan terjadi
perbedaan potensial maksimum yang dinamakan GGL sel atau Esel. Persamaan yang
menghubungkan konsentrasi dan beda potensial (Esel) disebut persamaan Nernst.
Peralatan yang paling sederhana untuk pengukuran potensial listrik adalah
multitester, tetapi harus ada arus listrik yang cukup agar multitester dapat mencatat
suatu harga. Untuk lebih memahami proses penentuan gaya gerak listrik, maka
percobaan ini dilakukan.
1.2 Maksud dan Tujuan percobaan
1.2.1 Maksud percobaan
Maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui dan mempelajari
pengukuran GGL sel elektrokimia dan hubungannya dengan persamaan Nernst.
1.2.2 Tujuan percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah :
1. Menyusun dan mengukur GGL sel elektrokimia.
2. Menguji persamaan Nernst.
1.2 Prinsip percobaan
Prinsip dari percobaan ini adalah menentukan besarnya nilai GGL dari suatu
sel elektrokimia yang terdiri dari dua elektroda, yakni Cu dan Zn, dimana untuk
elektroda Cu direndam ke dalam CuSO4 dan untuk elektroda Zn direndam dalam
larutan ZnSO4 yang dihubungkan dengan jembatan garam yaitu larutan ammonium
klorida dan nilai GGL dapat dilihat pada multimeter yang berhubungan dengan dua
larutan tersebut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Reaksi kimia dapat menghasilkan energi atau menyerap energi. Pertukaran
energi yang terjadi biasanya dalam bentuk panas, kadang-kadang dengan
mengadapan suatu modifikasi tertentu, energi yang dipertukarkan tersebut bias
diubah dalam bentuk energi listrik (Taba, dkk, 2012).
Semua reaksi yang tergolong ke dalam reaksi elektronik melibatkan
perpindahan elektron. Oksidasi adalah suatu proses, di mana suatu senyawa kimia
melepaskan elektron. Reduksi merupakan kebalikan dari proses oksidasi, yaitu
proses di mana suatu senyawa kimia menerima elektron (Bird, 1993).
Reaksi elektrokimia seperti reaksi reduksi dapat digunakan untuk mengubah
energi kimia menjadi energi listrik. Sel elektrokimia adalah alat yang digunakan
untuk melangsungkan perubahan di atas. Dalam sebuah sel, energi listrik dihasilkan
dengan jalan pelepasan elektron pada suatu elektroda (oksidasi) dan penerimaan
elektron lainnya (reduksi). Elektroda yang melepaskan dinamakan anoda sedangkan
elektroda yang menrima elektron dinamakan katoda. Jadi sebuah sel selalu terdiri
dari dua bagian atau dua elektroda setengah reaksi oksidasi akan berlangsung pada
anoda dan setengah reaksi reduksi akan berlangsung pada katoda. Dengan kata lain
pada sel elektroda kimia, kedua setengah rekasi dipisahkan dengan maksud agar
aliran listrik (elektron) yang ditimbulkan dapat dipergunakan. Salah satu faktor yang
mencirikan sebuah sel adalah gaya gerak listrik (GGL) perbedaan potensial listrik
antara anoda dan katoda (Bird, 1993).
Sel galvanik adalah sel dimana pada sel ini sebagian energi yang dilepaskan
secara spontan dalam suatu reaksi kimia dikonversi menjadi energi listrik sehingga
dapt digunakan untuk melaksanakan kerja. Sebaliknya, sebuah sel elektrokimia
dimana reaksi kimia dipaksa untuk berlangsung kearah nonspontan akan disebut
sebagai sel elektrolisis (Day dan Underwood, 1998).
Secara umum sel elektrokimia dibagi menjadi sel galvani atau sel elektrokimia dan
sel elektrolisis. Proses yang terjadi pada sel galvani ialah reaksi kimia berubah menjadi
energi listrik, sedangkan di dalam sel elektrolisis sebaliknya, dari energi listrik menjadi
energi kimia. Pada sel galvani elektroda positif menjadi katoda, dan elektroda negatif sebagai
anoda, sedangkan pada sel elektrolisis sebaliknya, yaitu elektroda negatif sebagai katoda, dan
elektroda positif sebagai anoda (Daryoko, dkk, 2009).
Elektroda adalah suatu sistem dua-fase yang terdiri dari sebuah penghantar
elektronik (misalnya logam) dan sebuah penghantar ionik (larutan). Penghantar
elektronik sifat logam, karena ia berikatan dengan perpindahan elektron melalui
penghantar padat. Sedangkan penghantaran ionik adalah sifat larutan (atau lelehan
zat), di sini ion-ion adalah muatan yang berpindah. Di sini reaksi elektrokimia
berlangsung sebagaimana ditunjukkan oleh perpindahan elektron dari penghantar
elektronik ke penghantar ionik atau sebaliknya (Rivai, 1995).
Potensial elektroda adalah ukuran kekuatan iksidasi-reduksi suatu elektroda
dan diukur dalam suatu volt. Potensial suatu elektroda tunggal tidak bias diukur
langsung karena jarak antara logam dan larutan sangat dekat. Akan tetapi, beda
potensial antara dua elektroda dapat diukur lebih mudah. Karena itu, harus dilakukan
pembandingan potensial satu sama lain atau dengan suatu elektroda diambil sebagai
elektroda baku pembanding (Rivai, 1995).
Hukum Faraday ditemukan oleh seorang kimiawan pada awal abad ke 19
melalui eksperimen elektrolisis yang mulanya menggunakan arus listrik. Titik
mulanya eksperimen ini adalah mengisolasi sebagian besar logam alkali dan alkali
yang dilakukan Humphry Davy. Asisten Davy, Michael Faraday melanjutkannya
dengan mempelajari aspek-aspek kuantitatif dari elektrolisis. Pada tahun 1830,
Faraday telah mengumpulkan semua data kemudian menyimpulkannya dengan dua
hukum: (1) Massa zat yang dibebaskan pada endapan atau pada elektroda sebanding
dengan muatan listrik yang melewati elektrolit. (2) Massa zat sebanding dengan
massa molar zat yang disesuaikan dengan jumlah elektron yang dibutuhkan untuk
proses oksidasi atau reduksi. Muatan pada 1 mol elektron adalah 1 Faraday . 1F =
96485 C / mol ( Rosenberg dan Epstein, 2000).
Menurut Day dan Underwood (1999), potensial dari sel galvani tergantung
pada aktivitas dari berbagai spesies yang menjalani reaksi di dalam sel. Persamaan
yang menyatakan hubungan ini disebut persamaan Nernst, mengikuti nama seorang
ahli kimia fisika, Nernst, yang pada tahun 1889 pertama kali menggunakan
persamaan ini untuk menyatakan hubungan antara potensial dari sebuah elektroda ion
metal-metal dan konsentrasi dari ion dalam sebuah larutan. Dalam sebuah reaksi
kimia seperti :
aA + bB cC + dD
Perubahan dari energi bebas didapat dari persamaan :
∆G = ∆Go + 2,3 RT log
aCc x a D
d
a Aa x aB
b
Dimana ∆Go adalah energibebas ketika semua reaktan dan produk berada dalam
kondisi standar (aktivitas satu), R adalah konstanta gas, 8,314 J/deg-mol, dan T
adalah suhu absolut.
Menurut Castellan (1983), Untuk setiap reaksi kimia energi Gibbs ditulis:
∆G = ∆Go + RT ln Q
Dimana Q adalah hasil bagi dari usaha. Dengan menggabung persamaan di atas
dengan persamaan ( nFEºsel = - ∆G), kita akan mendapatkan :
-nFEºsel = ∆Gº + RT ln Q
Potensial standar dari sel dapat didefinisikan sebagai :
-nFEºsel = ∆Gº
Dengan memasukkan nilai ∆Gº dan membagi dengan –nF, kita akan memperoleh :
RTEsel = Eºsel - ln Q ; nF
2,303 RTEsel = Eºsel - log10 Q ; nF
0,05916VEsel = Eºsel - log10 Q (pada 25 ºC) n
Persamaan diatas merupakan bentuka lain dari persamaan Nerst untuk sel
elktrokimia. Persamaan Nerst berhubungan dengan potensial sel sebagai nilai standar
Eºsel dan usaha yang dilakukan dalam reaksi sel elktrokimia. Dengan nilai Eºsel dan
usaha, kita dapat menghitung potensial sel.
Di Indonesia penerapan metode elektrokoagulasi untuk pengolahan limbah belum
banyak dilakukan, sehingga perlu dilakukan pengkajian proses melalui percobaan-percobaan
dan pengujian terhadap parameter yang berpengaruh. Proses elektrokoagulasi disusun
meliputi proses equalisasi, elektrokimia, sedimentasi dan proses filtrasi. Proses equalisasi
dimaksudkan untuk menyeragamkan limbah cair yang akan diolah terutama kondisi pH, pada
tahap ini tidakterjadi reaksi kimia. Pada proses elektrokimia akan terjadi pelepasan Al3+ dari
plat electrode (anoda) sehingga membentuk flok Al(OH)3 yang mampu mengikat
kontaminan dan partikel-partikel dalam limbah (Sunardi, 2007).
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Bahan Percobaan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalahakuades, larutan CuSO4
0,25 M, larutan ZnSO4 0,25 M, larutan NH4Cl, kertas saring, kertas amplas, kertas
label, dan tissue roll.
3.2 Alat Percobaan
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah termometer 110 ºC, labu
ukur 100 mL, gelas ukur 100 mL, pipet tetes, pipet volume 10 mL, bulb, gelas kimia
250 mL, gelas kimia 100 mL, lempeng Cu, lempeng Zn, multitester, kabel, pinset,
dan penjepit aligator.
3.3 Prosedur Percobaan
Disiapkan lempeng Cu dan lempeng Zn, kemudian dibersihkan
permukaannya dengan kertas amplas. Disiapkan dua buah gelas kimia 100 mL yang
telah dibersihkan sebelumnya. Gelas kimia yang satu diisi dengan larutan ZnSO4
0,25 M dan gelas kimia yang lain diisi dengan larutan CuSO4 0,25 M dengan volume
50 mL. Disiapkan pula larutan NH4Cl dalam gelas piala, kemudian kertas saring
digulung dan direkatkan. Kertas saring ini direndam beberapa saat di dalam larutan
NH4Cl yang digunakan sebagai jembatan garam. Kertas saring tersebut ditempatkan
sedemikian rupa sehingga kedua ujungnya tercelup ke dalam larutan CuSO4 dan
ZnSO4yang ada dalam gelas kimia. Ke dalam larutan CuSO4 dicelupkan lempeng Cu
dan pada larutan ZnSO4 dicelupkan lempeng Zn, kemudian dihubungkan dengan
kabel aligator dan multimeter, anoda untuk Zn dan katoda untuk Cu. Nilai GGL
dibaca pada multimeterkemudian dicatat. Larutan CuSO4 0,25 M diencerkan menjadi
CuSO40,025 M dengan cara dipipet 10 mL larutan CuSO4 0,25 M ke dalam labu
ukur100 mL lalu ditambahkan akuades sampai tanda batas. Kedua elektroda yang
digunakan dicuci dan dibersihkan permukaannya dengan kertas amplas. Jembatan
garam yang digunakan diganti dengan yang baru. Ke dalam larutan CuSO4 0,025 M
dicelupkan lempeng Cu dan pada larutan ZnSO4 0,25 M dicelupkan lempeng Zn
kemudian dihubungkan dengan kabel dan multimeter. Nilai GGL pada multimeter
dibaca dan dicatat. Percobaan tersebut diulangi dengan mengganti konsentrasi CuSO4
menjadi CuSO4 0,0025 M dan 0,00025 M. Setiap akan dilakukan pengukuran,
lempeng Cu dan lempeng Zn diamplas terlebih dahulu.
Gambar 1. Diagram alir proses elektrokimia
DAFTAR PUSTAKA
Bird, T., 1993, Kimia Fisik Untuk Universitas, PT. Gramedia, Jakarta.
Rivai, H., 1995, Asas Pemeriksaan Kimia, Universitas Indonesia, Jakarta.
Taba, P., Zakir, M., Kasim, H., dan Fauziah, S., 2011, Penuntun Praktikum Kimia Fisika, Universitas Hasanuddin, Makassar.
Day, R. A., dan Underwood, A. L., 1999, Analisa Kimia Kuantitatif, Erlangga, Jakarta.
Castellan, G. W., 1983, Physical Chemistry Third Edition, Addison-Wesley Publishing Company, London.
Rosenberg, J. L., and Epstein, L. M., 2000, College Chemistry Based on Schaum’s Outline of College Chemistry, The McGraw-Hill Companies, New York.
Daryoko, M., Sutoto, Heriyanto, K., dan Suwardiyono, 2009, Optimasi Proses Reaksi Pembangkitan Ag2+ Pada Sel Elektrolisis Berkapasitas Satu Liter (online), (http://jurnal.sttn-batan.ac.id/wp-content/uploads/2010/03/D-12%20_MULYONO_.pdf, diakses pada tanggal 19 Maret 2012 pukul 21.00 WITA), 1-6.
Sunardi, 2007, Pengaruh Tegangan Listrik dan Kecepatan Alir Terhadap Hasil Pengolahan Limbah Cair yang Mengandung Logam Pb, Cd dan TSS Menggunakan Alat Elektrokoagulasi (online), (http://jurnal.sttn-batan.ac.id/wp-content/uploads/2010/03/D-12%20_jurnalggl_.pdf, diakses pada tanggal 19 Maret 2012 pukul 23.00 WITA), 1-6.