Upload
others
View
17
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI PRODUK EKSPOR
(IbPE)
Pelaksanaan tahun ke 3 dari 3 tahun
IBPE-KERAJINAN ART-GLASS DI BELEGA-GIANYAR PROVINSI BALI
Ketua : Drs. Anjuman Zukhri, M.Pd (NIDN:0012055302)
Anggota: Drs. IB Mardana, M.Si (NIDN. 0027086402)
I Wayan Supir, S.Si, M.S (NIDN:0031126320)
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA TAHUN 2017
ii
10-08-2017 111
iii
HALAMAN SAMPUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
DAFTAR ISI iii
RINGKASAN iv
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Analisis Situasi 1 1.2 Pola Hubungan Kerja antar Kelompok UKM 5 1.3 Permasalahan UKM 6 1.4 Lokasi Mitra 8 1.5 IbPE di Perguruan Tinggi 9 1.6 Prioritas Penanganan Permasalahan UKM 10
BAB II. METODE PELAKSANAAN
2.1 Prioritas Masalah 14
2.2 Solusi Ipteks yang ditawarkan 14
BAB III. TARGET LUARAN
3.1 Target Luaran Keseluruhan 16
3.2 Target Luaran Setiap Tahun 16
BAB IV. KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI
4.1 Kinerja Lembaga Pengabdian Undiksha 17
4.2 Kepakaran Yang Diperlukan IbPE 18
4.3 Fasilitas Pendukung Yang ada di Undiksha 18
BAB V. HASIL KEGIATAN IbPE TAHUN-3 19
DAFTAR PUSTAKA
iv
ABSTRAK
Kerajinan Glass-art yang ada di desa Belega-Gianyar provinsi Bali merupakan usaha
produktif-ekonomi yang dikelola oleh 2 UKM, yakni UKM Wistaswari Art Glass dan
UKM Inti Bali Glass. Produk seni glass-art dibuat dari kaca sebagai material bahan baku
. Item produksi glass-art yang dihasilkan meliputi: botol, piring gelas, cangkir dan
mangkok, pas bunga/tanaman, serta cendramata dengan berbagai bentuk ukuran, desain,
dan artistik yang dikirim di pasar domestik dan ekspor. Meskipun sudah mampu
menembus pasar ekspor, namun margin keuntungan dan tingkat kesejahteraan buruh
relatif belum optimal. Hal ini disebabkan oleh sistem pengelolaan usaha dari hulu sampai
hilir masih konvensional, yakni (1) stasiun kerja yang kurang ergonomis, (2) penyiapan
bahan baku dilakukan secara manual, (3) proses produksi kerajinan glass art dilakukan
secara sederhana, menggunakan tungku pemanas (furnace) tanpa control suhu, aliran
oksigen dan LPG, serta tidak dilengkapi alat keamanan, keselamatan, dan kesehatan kerja
yang memadai, (4) proses kreasi, desain artistik dan pewarnaan masih klasik dan
tradisional, yang dilakukan secara mekanik sesuai dengan tingkat keahlian buruh; (5)
managemen produksi, administrasi, keuangan, dan pemasaran belum mengadopsi
managemen modern yang didukung teknologi ICT. Upaya pemecahan yang dilakukan
dalam program IbPE ini adalah (1) mewujudkan stasiun kerja yang ergonomis dan
melakukan transfusi ipteks ke dalam UKM Wistaswari Art Glass dan UKM Inti Bali
Glass, yang berkaitan dengan teknologi washing, melting, blowing, sandblasting,
coloring, packaging, dan marketing, dan (2) mengkapasitasi staf UKM dalam menguasai
kompetensi managemen usaha, administrasi, finansial, dan keselamatan kerja usaha
produksi glass-art yang profesional dengan dukungan ICT. Target luaran yang dihasilkan
dari program IbPE ini adalah (1) terwujudnya 2 unit mesin washing kaca dengan sistem
mekanik otomatis, (2) 2 reaktor “controlable glass furnace”, (3) diversifikasi produk
dengan desain artistik multicolor glass-art yang kreatif dan inovatif, (4) peningkatan
kompetensi proses produksi, managemen dan pemasaran usaha kerajinan glass-art bagi
pengelola UKM Wistaswari Art Glass dan Inti Bali Glass dengan dukungan teknologi
ICT, (5) peningkatan keamanan, keselamatan, dan kesehatan kerja secara ergonomis, (6)
standarisasi (SNI) produk glass-art, dan (7) Publikasi Ilmiah pada jurnal nasional dan
internasional.
Kata-kata kunci: IbPE, Glass-art, UKM, Wistaswari art glass, Inti Bali glass
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Analisis Situasi
Pulau Bali yang dikenal sebagai daerah seni dan tujuan wisata nasional maupun
internasional memiliki beraneka ragam bentuk kerajinan seni, seperti kerajinan ukir,
kerajinan anyaman, kerajinan seni bambu, kerajinan seni lukisan, kerajinan art-glass, dan
lain sebagainya. Produk seni kerajinan ini telah menopang pilar kepariwisataan Bali
dalam menggerakan perekonomian masyarakat Bali. Sentra-sentra usaha kerajinan
(Handy Craft) ini tersebar di tiap kabupaten yang ada di Pulau Bali. Handy Craft ini
sebagian besar merupakan UMK (Usaha Mikro Kecil) dalam bentuk Home Industry
berbasis ekonomi kerakyatan. (Departemen Pembinaan Koperasi, Usaha Kecil dan
Menengah Propinsi Bali, 2000). Pertumbuhan usaha kerajinan yang tergolong UMK di
kabupaten Gianyar jumlahnya telah mencapai 897 unit usaha ( Disperindag-Gianyar,
2013) . Jumlah tenaga kerja yang terlibat sebanyak 15.010 orang, dengan jumlah investasi
mencapai Rp. 98,760 M serta nilai produksi mencapai Rp.215,700 M
(Disperindag-Gianyar, 2013). Salah satu kerajinan seni yang mulai bersemai di Bali
adalah kerajinan art glass yang ada di desa Belaga-Gianyar, provinsi Bali. Pesatnya
pertumbuhan UMK dibidang kerajinan (handy craft ) ternyata tidak diikuti dengan
peningkatan kualitas, kuantitas serta pegetahuan di bidang teknologi dan manajemen
dari pengelola usaha kerajinan tersebut.
Kerajinan Glass-art yang ada di desa Belega-Gianyar merupakan usaha produktif
yang dikelola oleh 2(dua) UKM, yakni UKM Wistaswari Art Glass dan UKM Inti Bali
Glass. Pengembangan usaha kerajinan gelas seni (glass-art) pada awalnya timbul akibat
efek imbas dari eskalasi usaha kerajinan bambu, dimana produk glass-art digunakan
sebagai ornament artistik dalam pajangan produk seni bambu. Usaha kerajinan kaca
Wistaswari Art Glass didirikan oleh Nyoman Suar tahun 2000, sedangkan usaha kerajinan
kaca Inti Bali Glass didirikan oleh Wayan Sudiarsa tahun 1998. Pada awalnya produk
kerajinan seni kaca Wistaswari Art Glass dan Inti Bali Glass digunakan sebagai substasi
dekoratif dalam paket produk kerajinan bamboo dan rontal, kemudian berkembang
menjadi produk seni unik yang banyak diminati kolektor sebagai produk karya seni dan
2
atau digunakan sebagai item ornament untuk mempercantik tata ruang hotel, kantor,
perumahan, dan cindremata, yang sangat berpotensi ekspor untuk menghasilkan devisa,
mata pencaharian dan sumber kehidupan masyarakat di Belega dan sekitarnya. Item
produksi glass-art yang dihasilkan meliputi: botol, piring gelas, cangkir dan mangkok,
pas bunga/tanaman, pohon aquarium, serta cendramata dengan berbagai bentuk ukuran
dan desain.
Gambar 1. Usaha Kerajinan Glass-Art di Belega-Gianyar
Produk seni glass-art dibuat dari kaca sebagai material bahan baku seperti pecahan kaca,
botol bekas, toples atau apa saja yang berbahan kaca. Bahan baku tersebut dibersihkan
dari bahan kontaminan, dicuci hingga bersih dan dilebur dalam tungku pemanas bersuhu
1.500-2000 derajat Celcius selama 24 jam. Setelah benar-benar meleleh, selanjutnya kaca
itu dibentuk sesuai dengan keinginan, seperti ditunjukkan pada gambar 2. Bahan baku
dasar (material kaca) glass-art diperoleh dari limbah kaca toko kaca, dan limbah
kaca/botol gelas yang dikumpulkan pemulung di seluruh Bali. Dari hasil wawancara
dengan Nyoman Suar dan Wayan Sudiarsa, diperoleh informasi bahwa limbah kaca dari
toko dibeli Rp 800.000/colt, sedangkan dari pemulung dibeli limbah kaca Rp 1500/botol.
Bahan baku dari limbah kaca dan pemulung sebagian besar masih kotor. Proses
pencucian dan pembersihan bahan baku masih dilakukan secara manual dengan
melibatkan manusia, sehingga banyak melibatkan tenaga murah dan ongkos pencucian
yang tinggi. Bila terjadi order dalam jumlah besar, maka suplei bahan baku disubsidi dari
pembelian kaca original dari toko-toko kaca, dengan biaya yang relatif tinggi. Bahan
pendukung lain dalam proses produksi art glass adalah: gas oksigen dan gas LPG, cat
dan sebagainya. Peralatan/perkakas produksi yang digunakan selama ini terdiri dari :
3
tungku pembakaran, mesin bor bangku, gerinda bangku, gerinda potong, kompresor dan
sebagainya.
(a) Bahan baku (b) Proses melting, blowing, blasting c) Coloring Glass-art
Gambar 2. Proses Produksi Glass-Art di Belega-Gianyar
Proses produksi kerajinan glass-art dilakukan secara konvensional, yakni (1) proses
pelelehan (melting) bahan baku kaca dilakukan dengan tungku pemanas yang tidak
dilengkapi dengan control suhu dan aliran oksigen; (2) proses kreasi pembentuk desain
mengacu pada model yang sudah ada, yang dilakukan secara mekanik sesuai dengan
tingkat keahlian buruh, tanpa menggunakan alat-alat keamanan dan kesehatan, seperti
sarung tangan, penutup mulut dan pelindung kaca mata, sehingga berpotensi mengancam
kesehatan dan keselamatan tenaga kerja. Tungku pemanas (glass-furnace) yang ada di
setiap UKM hanya 2 unit. Terbatasnya jumlah unit furnace ini, menurut penuturan
Nyoman Suar dan Wayan Sudiarsa, selalu menghambat kelancaran produksi, khususnya
pada waktu beban produksi overload saat order maksimum. Produk glass-art belum
diberikan aksesori pewarna multicolor. Produk glass-art yang dihasilkan masih klasik
dan tradisional, yang hanya mengedepankan warna asli bahan baku dan campuranya,
pedahal ada permintaan dari costumer luar negeri yang menginginkan glass-art
kontemporer dengan sentuhan aksesori seni pewarna suplemen, (3) proses packaging
menggunakan serabut kertas, yang sangat berpotensi pecahnya glass-art dalam
pengiriman. Kedua UKM in masih kesulitan dalam pengadaan media pakacging dari
4
gabus/spon atau media lainnya, sehingga dapat menghindari pecahnya produk gelas
bernilai mahal.
Kondisi stasiun kerja pada UKM Wistaswari Art Glass dan UKM Inti Bali Glass
relatif sempit, mengkover area seluas 1,5 ha, dengan konfigurasi tidak beraturan sehingga
aliran bahan/material dalam proses produksi kurang efisien. Faktor-faktor keselamatan
kerja belum dilaksanakan dengan baik sesuai dengan standar kelayakan kerja dimana
proses kerja kerajinan ini sebagian besar menggunakan perkakas dengan risiko bahaya
kecelakaan yang relatif tinggi seperti tabung gas asetilin yang bersifat mudah terbakar
(flameable) dan bisa meledak (Explosive) tidak ditempatkan diruangan khusus, malah
posisinya didekat proses pembakaran yang mengeluarkan api dan panas yang cukup
tinggi. Proses coloring dan blasting glass masih dilakukan di ruangan yang terbuka
sehingga mencemari udara di lingkungan sekitarnya, seperti ditunjukkan pada gambar 3.
Gambar 3. Stasiun kerja UKM Wistaswari Art Glass dan Inti Bali Glass
Produksi glass-art UKM Wistaswari Art Glass dan UKM Inti Bali Glass meliputi
berbagai desain, bentuk, tipe, ukuran, sentuhan artistik art glass. Permintaan glass-art
yang paling banyak adalah item botol, mangkok, cangkir, gelas, piring untuk memenuhi
kebutuhan hotel. Kapasitas produksi usaha ini mencapai 60-75 pcs produk per hari dengan
nilai investasi sekitar Rp.80.000.000,00. Pemasaran produksi glass art Wistaswari Art
Glass dan Inti Bali glass masih terbatas pada pemasaran lokal dan pesanan dari
supplier/vendor. Daya beli konsumen lokal relatif kurang, karena kebutuhan akan barang-
barang dari bahan baku gelas relatif rendah untuk keperluan aktivitas kehidupan
masyarakat Bali. Sebagian besar produksi glass-art diminati konsumen dari praktisi
perhotelan lokal dan manca negara, sebagai barang koleksi bernilai seni dan piranti
perkantoran dan perhotelan. Dari hasil wawancara dan penelusuran dokumen terhadap
5
catatan cash-flow keuangan kedua UKM ini, menunjukkan bahwa rata-rata omzet
penjualan produksi glass art Wistaswari Art Glass dan Inti Bali Glass sebesar 70-90
juta/bulan. Biaya produksi yang diperlukan rata-rata 65-75 juta/bulan, sehingga neto
keuntungan kotor yang diperoleh hanya 10-15 juta/bulan. Jumlah buruh yang bekerja di
masing-masing usaha glass art tersebut sebanyak 10 orang, maka penghasilan buruh
setiap bulan rata-rata 1,2-2,0 juta/bulan, dengan jam kerja 8 jam/hari. Penghasilan ini
masih kecil bila dibandingkan dengan penghasilan yang diperoleh pengrajin lain, yang
hampir mencapai 1,5-3 juta/bulan. Untuk meningkat generate revenue dan keuntungan
dari UKM Wistaswari Art Glass dan Inti Bali Glass nampaknya peningkatan kualitas
bahan baku, produksi, promosi dan pemasaran merupakan permasalahan yang perlu
diupayakan pemecahannya.
1.2 Pola Hubungan Kerja antar UKM
Tidak ada hubungan kekerabatan dan kekeluargaan dari UKM Wistaswari Art Glass dan
Inti Bali Glass, dimana masing-masing memiliki managemen sendiri-sendiri. UKM Wistaswari
Art Glass dan Inti Bali Glass merupakan usaha yang sama-sama bergerak di bidang kerajinan
glass-art. Ditinjau dari sisi perolehan bahan baku, dan proses produksi, kedua UKM ini secara
kooperatif bersinergi satu sama lain, terutama terkait dalam kebutuhan pasokan bahan baku,
sharing sumber daya/tenaga kerja, dan peralatan. Tetapi dari sisi desain UKM Wistaswari Art
Glass lebih condong pada desain yang disukai kostumer Eropa, Amerika dan Timur Tengah,
tetapi UKM Inti Bali Glass lebih condong pada desain yang disukai kostumer Asia, Cina dan
Jepang. Meskipun demikian, bila terjadi pemesanan yang berlebihan di satu UKM, maka sharing
produksi dilakukan antara kedua UKM ini, sehingga dapat memenuhi dan menepati target waktu
pemesanan kostumer, dengan proporsi yang telah disepakati sebelumnya.
Dari sisi promosi dan pemasaran komoditas glass-art, UKM Wistaswari Art Glass
dan Inti Bali Glass sering mengikuti pameran(showroom) di tingkat lokal maupun
nasional baik yang dilakukan atas prakarsa sendiri ataupun undangan dari instansi tertentu
secara bergantian dengan materi yang dipamerkan tetap karya produk glass-art yang
dihasilkan masing-masing UKM. Dari pengakuan kedua UKM ini belum pernah
melaksanakan gelar produk seni di tingkat internasional, pedahal sering mendapat
undangan dari vendor untuk mengikuti pameran di luar negeri, khususnya dari Asia dan
Eropa.
6
1.3 Permasalahan UKM
Bahan baku gelas kaca (glass-art) yang diperoleh dari toko kaca dan pemulung,
sebagian masih terkontaminasi kotoran, dan harus dibersihkan sehingga tidak
mengganggu proses produksi. Proses pencucian dan pembersihan masih dilakukan secara
manual dengan durasi waktu yang lama dan melibatkan tenaga kerja pencuci yang
banyak. Pada fase washing ini, merupakan permasalahan produksi yang disadari oleh
kedua UKM, karena tidak efektif dan efisien, dari sisi penggunaan air, pembersih, dan
tenaga kerja, sehingga menggangu rantai produksi berikutnya, yakni melting dan blowing.
Mengingat tungku pembakaran (furnace) selalu dalam keadaan nyala (on) pada suhu leleh
kaca, ketidaktersediaan bahan baku akan menimbulkan loss-cost produksi, karena gas
LPG dan O2 akan terbuang dengan percuma.
Bahan baku limbah kaca yang sudah dibersihkan, kemudian dirubah menjadi butiran
serbuk kaca yang diproses secara mekanik, kemudian dilakukan proses pelelehan pada
tungku (furnace) yang masih konvensional, karena tidak dilengkapi dengan kontrol suhu
untuk pengaturan temperatur dan aliran gas LPG ke dalam tungku pembakaran
(uncontrolable glass furnace), sehingga kualitas lelehan kaca yang dihasilkan tidak dapat
terjaga dengan baik. Tungku pembakaran yang dimiliki Wistaswari Art Glass dan Inti
Bali Glass jumlahnya masing terbatas, yakni hanya 2 tungku furnace. Minimnya jumlah
tungku pembakaran sering menghambat ketercapaian target produksi dari kesepakatan
waktu yang telah disepakati dengan kostumer. Dalam satu hari, dua pasangan buruh
hanya mampu memproduksi 5-10 barang glass art. Terbatasnya jumlah tungku
merupakan kendala produksi yang dihadapi UKM Wistaswari Art Glass dan Inti Bali
Glass, yang sering menimbulkan komplain dari costumer/suplier.
Kawasan utama yang menjadi area produksi UKM Wistaswari Art Glass dan Inti Bali
Glass cukup sempit (seluas 1,5 are), dengan konfigurasi stasiun kerja yang kurang
ergonomis sering menimbulkan suasana kerja yang tidak sehat, aman dan nyaman. Hasil
wawancara dengan buruh kedua UKM terungkap bahwa mereka sering merasa cepat
lemas dan lelah, bahkan terkadang jatuh sakit akibat kurangnya asupan udara segar,
berserakannya pecahan kaca, tingginya temperatur pembakaran furnace, dan minimnya
asupan nutrisi. Dari catatan kehadiran buruh, banyak tenaga yang cuti, karena alasan
sakit dan kelelahan. Tentu hal ini dapat menurukan produktivitas UKM, apalagi saat order
art glass dalam kondisi optimal.
7
Dari sisi desain dan pewarnaan artistik, produk seni gelas yang dihasilkan Wistaswari
Art Glass dan Inti Bali Glass masih nampak monoton, kurang mampu menangkap selera
konsumen untuk trend produk yang diminati costumer, seperti pemberian sentuhan warna
gelas baik yang diberikan secara manual-artifisial melalui lukisan tangan maupun melalui
proses kimia dengan peleburan (melting), seperti ditunjukkan pada gambar 3. Improvisasi
dalam teknik pewarnaan dan desain akan memberikan sosok produk seni glass art yang
dapat menggoda costumer untuk membeli dan mengoleksi (James McKelvey, 2006;
Thomas Bolas, 2008). Hal ini akan dapat meningkatkan nilai jual produk kerajinan kaca
glass art Wistaswari Art Glass dan Inti Bali Glass di Belega-Gianyar. Saat ini,
perwarnaan art glass hanya terbatas pada pencampuran bahan dasar kaca warna netral
dengan kaca berwarna melalui proses pelelehan (melting), belum ada upaya untuk
menginfiltrasi warna gelas dengan zat kimia pada saat proses pelelehan.
Gambar 4. Wawancara Proses Produksi dan Suplier Pemasaran produk
Berdasarkan analasis situasi di atas, maka dapat dirumuskan secara operasional
permasalahan yang dihadapi mitra usaha kerajinan glass-art adalah
1. Kawasan utama produksi art glass relatif sempit (1,5 are) dengan konfigurasi
stasiun kerja yang tidak ergonomis kurang menjamin kesehatan dan keselamatan
kerja, sangat berpotensi mengancam produktivitas karyawan dan
kuantitas/kualitas komoditas art glass yang dihasilkan UKM Wistaswari Art
Glass dan Inti Bali Glass
2. Suplei bahan baku yang kurang lancar dan terkontaminasi kotoran belum bisa
langsung diolah dalam proses produksi. Bahan baku glass-art yang diperoleh dari
kelompok pemulung dan toko kaca harus dibersihkan dulu agar dalam proses
melting, kotoran tidak ikut melebur dan bersatu dengan lelehan kaca yang
8
berakibat cacat produksi. Proses pembersihan bahan baku yang masih dilakukan
secara manual sering menghambat kelancaran produksi glass-art.
3. Penerapan Iptek dalam sistem produksi glass-art, khususnya pada fase melting
dan fase blowing kaca masih menggunakan tungku pembakaran (furnace) yang
tidak dapat memiliki kemampuan mengontrol suhu maupun asupan bahan bakar
gas (uncotrolable furnace reactor) sehingga boros energi. Gas oksigen dan gas
LPG yang dialirkan ke tungku yang tidak terkontrol secara otomatis pada level
suhu tertentu, akan terbuang percuma dan panas berlebih akan berpotensi
merusak material glass-art (Clair Ivan Colvin. 2008)
4. Diversifikasi produk glass-art masih bersifat monoton, baik dari segi desain,
pewarnaan dan sentuhan artitistik sehingga kurang memiliki nilai jual yang
tinggi.
5. Dalam proses produksi, tenaga kerja UKM Wistaswari Art Glass dan Inti Bali
Glass belum memperhatikan keselamatan kerja yang baik, terutama proteksi
terhadap polusi, debu, uap panas yang dapat membayakan kesehatan, serta
penanganan pembuangan limbah produksi yang tidak ramah lingkungan.
6. Managemen usaha masih menggunakan managemen keluarga dengan sistem
pembukuan(administrasi) yang kurang memperhatikan kaidah usaha yang
professional. Kurangnya pemahaman tentang pengelolaan anggaran, cash-flow keuangan,
akuntansi biaya produksi, administrasi perpajakan, ekspor-impor, packing produk sering
berdampak sistemik UKM Wistaswari Art Glass dan Inti Bali Glass, yang dapat
menuai komplain dari costumer/vendor.
7. Pemasaran produksi kerajinan glass-art bersandar pada segmen pasar lokal dan
global, yang sangat bergantung pada pesanan supplier/vendor. Mitra belum
memiliki media pemasaran melalui jaringan internet (e-commerce), dan atau
panetrasi pasar melalui artshop/outlet sendiri. Kurangnya panetrasi pasar yang
mengglobal mengakibatkan margin keuntungan yang diperoleh pengrajin glass
art kedua UKM ini sangat kecil dibandingkan dengan biaya produksi.
8. Dalam konteks promosi dan pemasaran, UKM Wistaswari Art Glass dan Inti Bali
Glass belum pernah menginguti gelar produk/pameran secara regional maupun
internasional dalam rangka perluasan akses pemasaran, sekaligus menciptakan
segmen pasar di luar negeri.
9
9. Produk UKM Wistaswari Art Glass dan Inti Bali Glass belum terstandarisasi SNI.
1.4 Lokasi UKM
UKM Wistaswari Art Glass dan UKM Inti Bali Glass berlokasi di desa Belega, yang
berjarak 30 km dari kota Denpasar-Bali. Desa Belega yang berada di wilayah kecamatan
Blahbatuh kabupaten Gianyar provinsi Bali merupakan daerah yang sudah terkenal
dengan kerajinan kursi bambunya. Hasil produksi kerajinan bambo sudah mampu
menembus pasar Internasional baik melalui jaringan supplier, vendor, maupun kontak
langsung dengan vendor melalui jaringan pemasaran global (e-commerce), sehingga
penghasilan masyarakat dari kerajinan bamboo telah mampu mendongkrak
perekonomian komunitas masyarakat Belega secara signifikan. Banyak upaya-upaya
yang dilakukan masyarakat Belega untuk mempertahankan desa Belega sebagai lumbung
kerajinan yang menjadi penciri keunikan masyarakat melalui intensifikasi dan
ekstensifikasi produk kerajinan seni, salah satunya adalah pengembangan usaha
kerajinan gelas (glass art) sebagai suplemen produk seni bambo dan rontal, seperti yang
dilakukan UKM Wistaswari Art Glass dan UKM Inti Bali Glass.
Gambar 5. Lokasi (1) UKM Inti Bali Glass dan (2) UKM Wistaswari Art Glass
1.5 IbPE di Undiksha
Pada tahun 2014, Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) untuk pertama kalinya
memenangkan hibah IbPE-kerajinan Aluminium di desa Menyali. Meskipun hibah IbPE
yang dimenangkan relatif masih kecil, namun dalam konteksi penelitian dan pengabdian
kepada masyarakat, Udiksha telah berhasil mengembangkan produk komuditas bermutu,
seperti pigmen organik, modul/perangkat pembelajaran serta pengalaman menjalankan
10
kegiatan pengabdian yang berbasis pada aktivitas social-service dalam hibah IbM dan
IbW, dan kewirausahaan (entrepreneursip) dalam hibah IbIKK dan IbK. Hal ini
menunjukkan kematangan dan kemampuan civitas akademik Undiksha dalam
menciptakan atmosfir akademik berbingkai kewirausahaan sehingga dapat menciptakan
lapangan kerja yang mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat. Komoditas kerajinan
lukis kaca Depaha yang dihasilkan UKM lukisan kaca di Depaha dibawah asuhan
Undiksha, telah mampu mempenetrasi pasar luar negeri sebagai produk ekspor bermutu,
meskipun tidak dalam konteks hibah IbPE. Di samping itu, melalui program Voucer dan
IbM, Undiksha membina UKM pengrajin album di desa Sambangan kabupaten Buleleng
telah bisa mengantarkan UKM ini menghasilkan produk sourvernir berorientasi ekspor.
Berbekal pengalaman ini, maka Undiksha sangat prospektif dan visible mampu
mendampingi dan membina UKM Wistaswari Art Glass dan UKM Inti Bali Glass dalam
menghasilkan komoditas unggul berorientasi ekspor melalui program IbPE- kerajinan
Glass-Art.
1.6 Permasalahan Prioritas yang akan ditangani
Upaya pemecahan yang dapat diusulkan adalah memperbaiki kawasan dan stasiun
kerja yang lebih representatif dan ergonomis, dan melakukan transfusi IPTEK ke dalam
UKM Wistaswari Art Glass dan UKM Inti Bali Glass, sekaligus melakukan
pemberdayaan terhadap semua staf/karyawan pada kedua UKM tersebut sehingga dapat
melakukan pengelolaan usaha glass-art secara profesional. Perancangan tempat kerja
sangat penting diperhatikan dalam proses produksi agar semua faktor yang terlibat dalam
proses produksi berada dalam satu garis koordinasi sesuai dengan karakter manusia,
kapasitas dan keterbatasan terhadap desain pekerjaan, mesin, sistem dan ruangan serta
lingkungan kerja. Dengan demikian diharapkan pekerja dapat bekerja dengan aman,
nyaman, sehat dan efisien (Manuaba, 2004).
Produk teknologi sebagai bentuk solusi yang ditawarkan dalam mengatasi
permasalahan UKM Wistaswari Art Glass dan UKM Inti Bali Glass adalah (1) perluasan
dan penataan kawasan utama produksi art glass yang ergonomis, (2) perancangan dan
pembuatan instalasi pembakaran yang dapat dikontrol secara digital (controlable glass-
furnace) untuk (a) mengendalikan aliran gas LPG dalam pembakaran, (b) suhu untuk
mengatur range suhu reaktor yang diingini, dan (c) timer, untuk mengatur interval waktu
pembakaran; (3) Pemberdayaan pengelola UKM melalui pelatihan/pendampingan dalam
11
pembuatan glass-art inovatif dengan tampilan multiwarna yang dilabel dengan aksesori
lukisan kaca unik gaya lukisan desa Depeha; (4) eskalasi sentuhan artistic pada glass-art
dengan mentransfusi teknologi seni patri pada kaca, (5) magemen produksi yang efektif
dan efisien, (6) kesehan dan kelamatan kerja, (7) perancangan dan pembuatan Web (e-
commerce) pemasaran on line glass-art bagi kedua UKM tersebut.
Difusi teknologi dalam furnacing bahan baku kaca dilakukan dengan memodifikasi
tungku pembakaran yang sudah ada di kedua UKM tersebut dengan sistem control aliran
gas elpiji dalam pembakaran bertolak dari suhu dan lama waktu pembakaran yang
diperlukan, beserta sistem pembuangan gas pembakaran untuk mengurangi polusi.
Kondisi awal tungku pembakaran UKM glass-art di Belega-Gianyar hanya semata-mata
proses pembakaran tradisional, sehingga sering tidak efektif dan efisien dan sangat
berdampak pada tingginya ongkos produksi, karena pemborosan penggunaan gas LPG
dan waktu pembakaran, seperti ditunjukkan pada gambar 6. Kontrol temperatur, waktu
dan aliran gas elpiji dapat dilakukan secara elektronik yang dapat bekerja secara otomatis,
sesuai dengan perintah yang telah diprogramkan.
Gambar 6. Instalasi Reaktor Controlable Furnace-gass
Produk glass art yang dihasilkan UKM Wistaswari Art Glass dan UKM Inti Bali Glass
dapat dilakukan proses artistik dengan efek dekoratif pewarnaan melalui: (1) proses
pelelehan zat pewarna (melting-coloring process); dan (2) proses melukis glass secara
12
manual dengan zat pewarna. Cara melting-coloring process merupakan cara sederhana
untuk mendapatkan efek color dari glass-art dengan mencampur bahan baku kaca dari
warna yang berbeda, kemudian dilakukan peleburan sedemikian rupa, sehingga terjadi
pencampuran warna secara artifisial. Efek warna yang muncul hanya kombinasi dari
warna dasar bahan baku, dan intensitas dan kecerahannya dapat diatur secara mekanik
saat proses pelelehan. Proses pewarnaan ini relatif sulit untuk dapat memunculkan
gambar atau bentuk lukisan. Maka dari itu, untuk dapat memunculkan tampilan gambar,
maka produk gelas-art yang sudah terbentuk dilukis dengan zat kimia tertentu, kemudian
dibakar lagi, untuk menyatu-leburkan warna lukisan dengan gelas pada suhu tertentu,
sehingga warna lukisan dapat menyatu dengan warna bahan dasar, dan menawarkan
teknologi lukisan pateri pada gelas kaca untuk produk lukisan glass-art yang
menampilkan warna artistik original.
Di sisi yang lain, proses dekoratif untuk mengartistik produk glass-art dapat
dilakukan dengan melukis langsung glass-art dengan zat kimia pewarna tanpa perlu
proses pembakaran. Salah satu style lukisan, dimana kaca menjadi media kanvas yang
sangat disenangi costumer/colector adalah gaya lukisan Depeha, yang menonjolkan
gambar tokoh-tokong pewayangan dan patra-patra Bali yang sangat dikagumi di manca
negara.
Gambar 7. Efek dekoratif lukisan Depeha untuk Glass-Art
Pemasaran berbasis e-comerce merupakan sistem informasi penjualan dimana
pembuatan pernyataan penjualan, kegiatan jual-beli dijelaskan melalui prosedur-prosedur
yang meliputi urutan kegiatan sejak diterimanya pesanan dari pembeli, pengecekan
barang ada atau tidak ada dan diteruskan dengan pengiriman barang yang disertai dengan
13
pembuatan faktur dan mengadakan pencatatan atas penjualan yang berlaku (Niswonger,
1999) melalui internet. E-Commerce adalah konsep baru yang menggambarkan proses
pembelian dan penjualan atau pertukaran produk, jasa, dan informasi melalui jaringan
komputer termasuk internet (Turban, Efraim,2000). E-Commerce dapat diartikan secara
dekat. Itu dapat dikatakan mencakup hanya transaksi bisnis yang disetujui dengan
pelanggan dan pemasok dan sering digambarkan sebagai bagian dari internet, mengingat
tidak ada alternative lain untuk komunikasi. Ada tiga pilar elektronik yang menyokong
proses e-commerce yaitu: informasi elektronik, hubungan elektronik, dan transaksi
elektronik (McLeod, Raymond,1998). Program aplikasi web untuk mendukung
pemasaran berbasis web(e-commerce) dapat dibuat dengan menggunakan PHP dan
MySQL dengan menggunakan algoritma pemrograman yang disesuikan dengan
karakteristik tampilan dan bentuk interaksi yang akan difasilitasi dalam transaksi.
Gambar 8. Pemasaran Berbasis E-commerce Glass-art
14
BAB II
METODE PELAKSANAAN
2.1 Prioritas Masalah
Masalah prioritas yang harus dikedepankan dalam memperbaiki kinerja UKM
Wistaswari Art Glass dan UKM Inti Bali Glass adalah (1) penataan area produksi yang
ergonomis, (2) penyediaan peralatan yang bersifat urgen dan esensial dalam proses
produksi, seperti penyiapan bahan baku, tungku pembakaran, dan alat finishing, dan (3)
pengkapasitasan sumber daya manusia (staf dan karyawan) untuk menguasai kompetensi
standar dalam proses produksi komoditas art glass secara humanis dengan metode
PALS(Participatory Action Learning System). Prinsip dasar dari model PALS adalah
pelibatan komunitas pengrajin glass-art dalam proses pembelajaran aktif partisipan
dalam program aksi proses produksi dan pemasaran glass-art sehingga membentuk suatu
sistem interaksi pembelajaran komunitas secara partisipatif, baik secara personal maupun
komunal dalam usaha kerajinan glass-art.
2.2 Solusi IPTEKS Yang Ditawarkan
Solusi ipteks yang ditawarkan dalam memperkuat UKM Wistaswari Art Glass dan
UKM Inti Bali Glass untuk berkompetesi dalam pasar lokal, regional, dan global IbPE
adalah (1) desain dan penerapan stasiun kerja yang ergonomis, (2) pembuatan controlable
furnace reaktor, (3) desain produk, pewarnaan dan pencintraan glass (sandblasting), (4)
penerapan ICT dalam aspek managemen produksi, administrasi dan pemasaran. Di sisi
yang lain, juga dilakukan upgrading kuantitas dan kualitas SDM kedua UKM dengan
mengkapasitasi staf/karyawan/buruh melalui pelatihan untuk menguasai kompetensi
standar yang berkaitan dengan aspek (1) pengoperasian peralatan/perkakas produksi art
glass, (2) pengimplemetasian SOP (standar operasi prosedur) dalam setiap tahapan
produksi, (3) pengakomodasian sistem kerja berbasis ICT, dan (4) pembudayaan etos
kerja yang mengedepankan keselamatan, kesehatan dan kesejahteraan. Secara schematik,
transfusi ipteks yang bersentuhan dengan perangkat keras dan perangkat lunak produksi
art glass dalam memproses limbah kaca menjadi produk seni yang artistik dalam program
IbPE ini seperti ditunjukkan pada gambar 9.
15
Gambar 9. Skhema Mekanisme Pelaksanaan IbPE dengan Metode PALS
Potensi UKM Glass art Pemberdayaan
UKM-Glass art (PALS METHODE)
Program Aksi: (1) Pembuatan controlable furnace reaktor i
(2) Pembuatan prototyep diversifikasi design
produk glass art
(3) Pelatihan managemen produksi/marketing
(4)Pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja
(5)Pembuatan Web pemasaran produk (e-
commerce)
Terapan IPTEKS (1) Stasiun kerja ergonomis (2) Controlable furnace reaktor (3) Desin produk (4) Teknologi Pewarnaan dan
pencintraan (5) Teknologi Pemasaran berbasis ICT Web (e-commerce)
UKM Glass-art
(1) Peningkatan kualitas produksi
(2) Peningkatan kualitas pemasaran
(3) Peningkatan omzet penjualan dan keuntungan
16
BAB III
TARGER LUARAN
3.1 Target Luaran Keseluruhan
Terwujudnya UKM Wistaswari Art Glass dan UKM Inti Bali Glass dengan pola
managemen produksi dan marketing profesional berbasis ergonomis dan on line sistem ,
sehingga mampu menghasilkan komoditas kerajinan art glass berorientasi ekspor yang
comparable dan comparative di pasar lokal dan global.
3.2 Target Luaran Setiap Tahun
3.1 Luaran Tahun-1(2015)
(1) Terwujudnya kawasan dan stasiun kerja yang tertata sesuai dengan urutan proses
produksi yang ergonomis sehingga pola aliran bahan baku pada tiap tahapan
proses dari awal hingga akhir proses, dengan demikian waktu proses akan lebih
efisien.
(2) Terwujudnya 2 unit pencucian/pembersihan bahan baku kaca dengan sistem
mekanik otomatis, masing-masing 2(satu) unit di UKM Wistaswari Art Glass dan
UKM Inti Bali Glass.
(3) Terwujudnya 2 instalasi reaktor “controlable glass furnace” untuk proses
melting glass-art, masing-masing 1(satu) unit di UKM Wistaswari Art Glass dan
UKM Inti Bali Glass.
(4) Peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalan proses produksi, managemen
dan pemasaran usaha kerajinan glass-art bagi pengelola UKM Wistaswari Art
Glass dan Inti Bali Glass.
(5) Peningkatan omzet penjualan dan keuntungan yang diperoleh UKM Wistaswari
Art Glass dan Inti Bali Glass.
(6) Perbaikan kesehatan lingkungan kerja
(7) Terpublikasikannya hasil program IbPE pada 1 jurnal lokal dan 1 jurnal nasional
pengabdian terakreditasi.
17
3.2 Luaran Tahun-2 (2016)
(1) Pengadaan perkakas atau peralatan (tools) untuk penyempurnaan penataan stasiun
kerja. Tersedianya stasiun kerja dengan meja kerja beserta kelengkapannya
disertai dengan penambahan perkakas produksi maka kualitas dan kuantitas
produk kerajinan plat logam ini akan semakin meningkat.
(2) Peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalan proses produksi, managemen
dan pemasaran usaha kerajinan glass-art bagi pengelola UKM Wistaswari Art
Glass dan Inti Bali Glass.
(3) Terwujudnya model diversifikasi multicolor produk glass-art yang inovatif dan
WEB pemasaran glass-art berbasis e-commerce.
(4) Peningkatan omzet penjualan dan keuntungan yang diperoleh UKM Wistaswari
Art Glass dan Inti Bali Glass.
(5) Peningkatan jumlah tenaga kerja
(6) Peningkatan kesehatan lingkungan kerja
(7) Terpublikasikannya hasil program IbPE pada 1 jurnal nasional dan 1 jurnal
internasional.
3.3 Luaran Tahun-3 (2017)
(1) Perluasan Area produksi art glass dengan memanfaatkan lahan yang masih
tersedia.
(2) Instalasi managemen administrasi, produksi, dan pemasaran berbasis komputer
(on-line system)
(3) Standarisasi produk SNI glass art melalui jalinan kerjasama dengan Badan
Standarisasi Nasional.
(4) Terwujudnya model diversifikasi multicolor produk glass-art yang inovatif dan
WEB pemasaran glass-art berbasis e-commerce.
(5) Peningkatan omzet penjualan dan keuntungan yang diperoleh UKM Wistaswari
Art Glass dan Inti Bali Glass.
(6) Peningkatan jumlah tenaga kerja
(7) Peningkatan segmen pasar di dalam negeri dan luar negeri
(8) Terpublikasikannya hasil program IbPE pada 1 jurnal nasional terakreditasi dan 1
jurnal internasional.
18
BAB IV
KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI
4.1 Kinerja Lembaga Pengabdian Undiksha
Universitas Pendidikan Ganesha memiliki motivasi kuat dalam mengembangkan diri
sebagai sebuah universitas yang turut berperan aktif dalam meningkatkan daya saing
produk lokal baik di bidang pendidikan dan pengajaran maupun bidang non-kependidikan
untuk mampu berkontribusi dalam meningkatkan daya saing bangsa. Undiksha juga
mengembangkan berbagai program unggulan dan rintisan seperti pengembangan
komunitas (community development) yang diharapkan mampu menghasilkan aktivitas-
aktivitas yang mendatangkan revenue sendiri (self generating revenue activities), yang
dikoordinasikan oleh Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat (LPM) Undiksha
diantaranya adalah Pusat Layanan Pendidikan Sekolah dan Masyarakat, Pusat layanan
Penerapan IPTEK dan Dampak Lingkungan, Pusat layanan KKN dan KKL, dan Pusat
Layanan Kewirausahaan dan Konsultasi Bisnis, sehingga Undiksha untuk mampu
mensinergikan pemberdayaan sumberdaya (SDM dan good practices) yang ada di
Undiksha dengan pemberdayaan potensi stakeholder dan masyarakat sekitar dapat
diwujudkan. Beberapa hibah pemberdayaan untuk membantu dan mentrasformasi
masyarakat dalam berbagai aspek, seperti pendidikan, kemiskinan, kemelekan ipteks, dan
kesehatan, dalam program IbM, IbW, IbK, IbIKK, IbPE, KKN-PPM, Pengabdian DIPA
Undiksha, dan Hibah sosial lainnya telah mampu dimenangkan dan dilaksanakan oleh
civitas akademik Undiksha. Tentu hal ini menjadi jaminan akademis untuk kelayakan
Undiksha dalam menjalankan program-program pengabdian yang dicanangkan Dikti.
Berkaitan dengan usulan program IbPE ini, Undiksha memiliki komitmen dan
dorongan moril yang tinggi untuk untuk membantu UKM dari sisi bantuan ipteks untuk
mendorong perbaikan iklim produksi yang profesional, sehingga dapat menghasilkan
komoditas yang comparative dan comparable. Dari persepektif lain, program IbPE ini
merupakan wahana yang dapat menjalin harmonisasi hubungan PT dengan sektor swasta
dalam menciptakan insan pembangunan yang memiliki kemampuan techno-
entrepreneurship knowledge based dan pengabdian berbasis IPTEKS di kalangan
19
masyarakat kampus dan di luar kampus guna mendukung dan mendongkrak daya saing
bangsa.
4.2 Kepakaran Yang Diperlukan IbPE
Kepakaran yang diperlukan dalam program IbPE art glas seperti ditunjukkan pada
tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1. Kepakaran yang Diperlukan IbPE
Staf Akademik Kepakaran Keterangan
I Wayan Supir, S.Si, M.S
(NIDN:0031126320)
Bidang Seni, dengan
pengalaman dalam pembuatan
karya seni lukis yang kreatif dan
inovatif
Fakultas Bahasa dan Seni
Undiksha
Drs. Anjuman Zukhri, M.Pd
(NIDN:0012055302)
Bidang Ekonomi dan
Kewirausahaan, dengan
pengalaman dalam pengelolaan
usaha ekonomi/koperasi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Undiksha
Drs. IBP. Mardana, M.Si
(NIDN. 0027086402)
Bidang Instrumentasi dan
komputer, dengan penglaman
pembuatan alat kontro,
instrumentasi dan gelas
Fakultas MIPA(Teknik
Imfomatika)
Undiksha
4.3 Fasilitas Pendukung Yang ada di Undiksha
Mengacu pada permasalahan dan kebutuhan Ipteks dari UKM Wistaswari Art Glass
dan UKM Inti Bali Glass dalam upaya memperbaiki iklim usaha kerajinan glass-art,
maka Universitas Pendidikan Ganesha menyediakan fasilitas pendukung yang dapat
meng-upgrade kinerja kedua UKM mitra dalam program IbPE ini, seperti ditunjukkan
pada tabel 2 di bawah ini.
Tabel 2. Fasilitas Pendukung di Undiksha
Fasilitas Fungsional Keterangan
Mesin bubut dan las Pembuatan peralatan handling dan
cutting untuk proses melting, dan
blowing
Jurusan Fisika
(FMIPA)
Laboratorium seni lukis Desain dan pembuatan media cetak
seni glass-art
Jurusan Seni Rupa
(FBS)
Laboratorium Control dan
Instrumentasi
Pembuatan sistem kontrol otomatis
secara elektronik
Jurusan Teknik
Elektronika
(FTK)
Laboratorium Komputer
Akutansi
Pembuatan sistem administrasi,
keuangan, dan marketing berbantuan
komputer
Jurusan Akutansi
(FEB)
20
BAB V
HASIL KEGIATAN IbPE
Kegiatan program hibah Ipteks bagi Produk Ekspor (IbPE) dilaksana di 2(dua)
UKM mitra, yakni UKM Wistaswari Art Glass dan Inti Bali Glass yang berlokasi di desa
Belega kecamatan Blahbatuh kabupaten Gianya Provinsi Bali. Sampai laporan kemajuan
ini disusun, kegiatan IbPE Kerajinan Glass-Art yang dilaksanakan adalah sebagai berikut.
(1) Rapat koordinasi dan Sosialisasi program IbPE Kerajinan Glass Art, dilaksanakan
tanggal 10 Juni 2017. Kegiatan awal ini dilakukan sebagai starting point dalam
mendampingi dari sisi ipteks untuk meningkatan kapasitas managemen produksi dan
managemen pemasaran hasil kerajinannya kedua UKM. Dari hasil sosialisasi, dan diskusi
yang konstruktif disepakati penetapan prioritas penyelesain masalah produksi,
managemen dan pemasaran di kedua mitra UKM Inti Bali Glass dan Witaswari Glass Art
meliputi (1) perbaikan stasiun kerja, (2) teknologi penyiapan dan pembersihan bahan
baku (libah kaca), (3) teknologi alat produksi (furnace) dan percetakan, (4) teknologi
pencitraan (sundblasting), (5) teknologi pewarnaan dan dekorasi(coloring) dengan mesin
kompressor, dan (6) managemen pemasaran. Terkait dengan meningkatnya intensitas
produksi akibat pesanan yang tinggi, maka pada tahun-3 disepakati untuk menginstalasi
unit gudang penampungan hasil produksi sebelum dikirim ke vendor, seperti ditunjukkan
gambar 1 dan gambar 2.
Gambar 1. Instalasi unit gudang Produksi pada mitra Inti Bali Glass
javascript:__doPostBack('ctl00$ctl00$CP$CAp$gvCatatanHarian$ctl02$lbTgl','')
21
(2) Penataan stasiun kerja dilakukan secara ergonomis dilakukan selama selang
waktu 24-30 Juni 2017, dan pembangunan unit gudang produksi pada kedua mita, yang
berlangsung dari 3 juli-20 Juli 2017,sehingga meningkatkan efektifitas dan efisien
produktivitas dengan membuat aliran produksi bari tempat bahan baku, proses melting
dan pembentukan, proses pendinginan, pencitraan dan dekorasi. Disisi yang lain jugan
dilakukan penyuluhan/penyadaran managemen produksi dan pemasaran glass-art di
tempat Mitra. Pelatihan pembukuan untuk order dan kode produksi, dan pelatihan
pembukuan untuk standar financial report. Pelatihan managemen administrasi UKM
mitra dilaksanakan pada 10-13 Juli 2017. Teknik yang dilakukan adalah menunjukkan
contoh/model administrasi dan report finansial yang baku, kemudian melatih staf pegawai
kedua UKM menguasai kompetensi dalam managemen produksi dan akuntan finansial
yang standar. Dalam pelatihan ini dihasilkan model form dokumen administrasi produksi
dan pelaporan keuangan yang tertib dan taat azas.
Gambar 2. Unit Gudang Produksi pada Mitra Suar Glass-Art
(3) Pada tanggal 5-7 Agustus 2017 dilaksanakan kegiatan perancangan dan
pengadaan fabrikasi glass-art furnace dan pelatihan diversifikasi produk glass art, dengan
sentuhan kreasi seni yang inovatif sesuai dengan updating pasar. Dari hasil kesepakatan
dengan Mitra hasil desain diversifikasi produk glass art yang dikapasitasi pada tahun-3,
seperti terdokumentasi pada gambar 3 dan 4.
22
Gambar 3. Diversifikasi produk UKM Suar Glass Art
23
Gambar 4. Diversifikasi produk UKM Inti Bali Glass
(4) Perbaikan alat kompressor proses sund-blasting untuk UKM mitra untuk dapat
digunakan dalam pembuatan pencitraan glass dengan teknik sund-blasting menggunakan
kompressor dan pasir laut. Efek citra buram pada dekorasi hasil kerajinan Glass art
banyak diminati costumer. Pencintraan ini cukup sulit dilakukan secara tradisional
dengan omzet yang banyak. Kesulitan ini dapat diatasi dengan mengkapasitasi staff
produksi glass-art memanfaatkan kompressor sebagai penembak pasir sehingga dapat
menghilangkan lapisan kaca yang mengkilap pada detail-detail yang diinginkan.
Penghibahan investasi fisik kompresor dilakukan pada 15-16 September 2017.
24
(5) Pelatihan "pembukuan dan inventaris yang standar berbasis ICT" pada kedua
Mitra dengan sistem komputerisasi: Database administrasi managemen dengan sistem
komputerisasi dilatihkan pada keduan mitra UKM Suar Glass Art dan Inti Bali glass
dimaksudkan untuk menyediakan pangkalan data digital yang dapat memudahkan
managemen produksi dan pemasaran yang dapat diakses secara online(Web), seperti
terdokumentasi pada gambar 5.
Gambar 5. Pengadaan perangkat Komputer dan pelatihan managemen usaha berbasis
ICT di UKM Suar Glass Art dan Inti Bali Glass
25
Tabell 1. Dokumentasi Kegiatan IbPE
26
27
28
29
30
31
32
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2000. The Art of Making Glass. www.lamberts.de. Germany
Cecilia Cohen. 2011. The Glass Artis’s: Studio Handbook. Quayside Publishing Group.
USMA
Clair Ivan Colvin. 2008. Glass Blowing: An Introduction. Xclibris Coorporation. USA
Dan Hewak. 1998. Glass and Rare Earth-Doped Glasses for Optical Fibres. INSPEC,
The Institution of Electrical Engineers, London, United Kingdom
James McKelvey. 2006. The Art of Fire:Beginning Glassblowing.Third Degree Press.
Thomas Bolas. 2008. Glass Blowing & Working. Rough Draft Printing.
Junna-Annete Page, Stefano Carboni. 2006. The Art of Glass.
Manuaba, A. 2004. Pendekatan Ergonomi Holistik Satu Keharusan Dalam Otomasi
Untuk Mencapai Proses Kerja Dan Produk Yang Manusiawi, Kompetitif Dan
Lestari.Makalah. Dipresentasikan pada Seminar Nasional Ergonomi, Aplikasi
Ergonomidalam Industri, Forum Komunikasi Teknik Industri Yogyakarta dan
Perhimpunan Ergonomi Indonesia. Yogyakarta .
http://www.lamberts.de/