36
i LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI PRODUK EKSPOR (IbPE) Pelaksanaan tahun ke 3 dari 3 tahun I B PE-KERAJINAN ART-GLASS DI BELEGA-GIANYAR PROVINSI BALI Ketua : Drs. Anjuman Zukhri, M.Pd (NIDN:0012055302) Anggota: Drs. IB Mardana, M.Si (NIDN. 0027086402) I Wayan Supir, S.Si, M.S (NIDN:0031126320) UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA TAHUN 2017

LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI PRODUK EKSPOR (IbPE)fisika.undiksha.ac.id/wp-content/uploads/2020/08/7... · 2020. 8. 27. · LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI PRODUK EKSPOR (IbPE)

  • Upload
    others

  • View
    17

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • i

    LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI PRODUK EKSPOR

    (IbPE)

    Pelaksanaan tahun ke 3 dari 3 tahun

    IBPE-KERAJINAN ART-GLASS DI BELEGA-GIANYAR PROVINSI BALI

    Ketua : Drs. Anjuman Zukhri, M.Pd (NIDN:0012055302)

    Anggota: Drs. IB Mardana, M.Si (NIDN. 0027086402)

    I Wayan Supir, S.Si, M.S (NIDN:0031126320)

    UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA TAHUN 2017

  • ii

    10-08-2017 111

  • iii

    HALAMAN SAMPUL i

    HALAMAN PENGESAHAN ii

    DAFTAR ISI iii

    RINGKASAN iv

    BAB I. PENDAHULUAN

    1.1 Analisis Situasi 1 1.2 Pola Hubungan Kerja antar Kelompok UKM 5 1.3 Permasalahan UKM 6 1.4 Lokasi Mitra 8 1.5 IbPE di Perguruan Tinggi 9 1.6 Prioritas Penanganan Permasalahan UKM 10

    BAB II. METODE PELAKSANAAN

    2.1 Prioritas Masalah 14

    2.2 Solusi Ipteks yang ditawarkan 14

    BAB III. TARGET LUARAN

    3.1 Target Luaran Keseluruhan 16

    3.2 Target Luaran Setiap Tahun 16

    BAB IV. KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI

    4.1 Kinerja Lembaga Pengabdian Undiksha 17

    4.2 Kepakaran Yang Diperlukan IbPE 18

    4.3 Fasilitas Pendukung Yang ada di Undiksha 18

    BAB V. HASIL KEGIATAN IbPE TAHUN-3 19

    DAFTAR PUSTAKA

  • iv

    ABSTRAK

    Kerajinan Glass-art yang ada di desa Belega-Gianyar provinsi Bali merupakan usaha

    produktif-ekonomi yang dikelola oleh 2 UKM, yakni UKM Wistaswari Art Glass dan

    UKM Inti Bali Glass. Produk seni glass-art dibuat dari kaca sebagai material bahan baku

    . Item produksi glass-art yang dihasilkan meliputi: botol, piring gelas, cangkir dan

    mangkok, pas bunga/tanaman, serta cendramata dengan berbagai bentuk ukuran, desain,

    dan artistik yang dikirim di pasar domestik dan ekspor. Meskipun sudah mampu

    menembus pasar ekspor, namun margin keuntungan dan tingkat kesejahteraan buruh

    relatif belum optimal. Hal ini disebabkan oleh sistem pengelolaan usaha dari hulu sampai

    hilir masih konvensional, yakni (1) stasiun kerja yang kurang ergonomis, (2) penyiapan

    bahan baku dilakukan secara manual, (3) proses produksi kerajinan glass art dilakukan

    secara sederhana, menggunakan tungku pemanas (furnace) tanpa control suhu, aliran

    oksigen dan LPG, serta tidak dilengkapi alat keamanan, keselamatan, dan kesehatan kerja

    yang memadai, (4) proses kreasi, desain artistik dan pewarnaan masih klasik dan

    tradisional, yang dilakukan secara mekanik sesuai dengan tingkat keahlian buruh; (5)

    managemen produksi, administrasi, keuangan, dan pemasaran belum mengadopsi

    managemen modern yang didukung teknologi ICT. Upaya pemecahan yang dilakukan

    dalam program IbPE ini adalah (1) mewujudkan stasiun kerja yang ergonomis dan

    melakukan transfusi ipteks ke dalam UKM Wistaswari Art Glass dan UKM Inti Bali

    Glass, yang berkaitan dengan teknologi washing, melting, blowing, sandblasting,

    coloring, packaging, dan marketing, dan (2) mengkapasitasi staf UKM dalam menguasai

    kompetensi managemen usaha, administrasi, finansial, dan keselamatan kerja usaha

    produksi glass-art yang profesional dengan dukungan ICT. Target luaran yang dihasilkan

    dari program IbPE ini adalah (1) terwujudnya 2 unit mesin washing kaca dengan sistem

    mekanik otomatis, (2) 2 reaktor “controlable glass furnace”, (3) diversifikasi produk

    dengan desain artistik multicolor glass-art yang kreatif dan inovatif, (4) peningkatan

    kompetensi proses produksi, managemen dan pemasaran usaha kerajinan glass-art bagi

    pengelola UKM Wistaswari Art Glass dan Inti Bali Glass dengan dukungan teknologi

    ICT, (5) peningkatan keamanan, keselamatan, dan kesehatan kerja secara ergonomis, (6)

    standarisasi (SNI) produk glass-art, dan (7) Publikasi Ilmiah pada jurnal nasional dan

    internasional.

    Kata-kata kunci: IbPE, Glass-art, UKM, Wistaswari art glass, Inti Bali glass

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Analisis Situasi

    Pulau Bali yang dikenal sebagai daerah seni dan tujuan wisata nasional maupun

    internasional memiliki beraneka ragam bentuk kerajinan seni, seperti kerajinan ukir,

    kerajinan anyaman, kerajinan seni bambu, kerajinan seni lukisan, kerajinan art-glass, dan

    lain sebagainya. Produk seni kerajinan ini telah menopang pilar kepariwisataan Bali

    dalam menggerakan perekonomian masyarakat Bali. Sentra-sentra usaha kerajinan

    (Handy Craft) ini tersebar di tiap kabupaten yang ada di Pulau Bali. Handy Craft ini

    sebagian besar merupakan UMK (Usaha Mikro Kecil) dalam bentuk Home Industry

    berbasis ekonomi kerakyatan. (Departemen Pembinaan Koperasi, Usaha Kecil dan

    Menengah Propinsi Bali, 2000). Pertumbuhan usaha kerajinan yang tergolong UMK di

    kabupaten Gianyar jumlahnya telah mencapai 897 unit usaha ( Disperindag-Gianyar,

    2013) . Jumlah tenaga kerja yang terlibat sebanyak 15.010 orang, dengan jumlah investasi

    mencapai Rp. 98,760 M serta nilai produksi mencapai Rp.215,700 M

    (Disperindag-Gianyar, 2013). Salah satu kerajinan seni yang mulai bersemai di Bali

    adalah kerajinan art glass yang ada di desa Belaga-Gianyar, provinsi Bali. Pesatnya

    pertumbuhan UMK dibidang kerajinan (handy craft ) ternyata tidak diikuti dengan

    peningkatan kualitas, kuantitas serta pegetahuan di bidang teknologi dan manajemen

    dari pengelola usaha kerajinan tersebut.

    Kerajinan Glass-art yang ada di desa Belega-Gianyar merupakan usaha produktif

    yang dikelola oleh 2(dua) UKM, yakni UKM Wistaswari Art Glass dan UKM Inti Bali

    Glass. Pengembangan usaha kerajinan gelas seni (glass-art) pada awalnya timbul akibat

    efek imbas dari eskalasi usaha kerajinan bambu, dimana produk glass-art digunakan

    sebagai ornament artistik dalam pajangan produk seni bambu. Usaha kerajinan kaca

    Wistaswari Art Glass didirikan oleh Nyoman Suar tahun 2000, sedangkan usaha kerajinan

    kaca Inti Bali Glass didirikan oleh Wayan Sudiarsa tahun 1998. Pada awalnya produk

    kerajinan seni kaca Wistaswari Art Glass dan Inti Bali Glass digunakan sebagai substasi

    dekoratif dalam paket produk kerajinan bamboo dan rontal, kemudian berkembang

    menjadi produk seni unik yang banyak diminati kolektor sebagai produk karya seni dan

  • 2

    atau digunakan sebagai item ornament untuk mempercantik tata ruang hotel, kantor,

    perumahan, dan cindremata, yang sangat berpotensi ekspor untuk menghasilkan devisa,

    mata pencaharian dan sumber kehidupan masyarakat di Belega dan sekitarnya. Item

    produksi glass-art yang dihasilkan meliputi: botol, piring gelas, cangkir dan mangkok,

    pas bunga/tanaman, pohon aquarium, serta cendramata dengan berbagai bentuk ukuran

    dan desain.

    Gambar 1. Usaha Kerajinan Glass-Art di Belega-Gianyar

    Produk seni glass-art dibuat dari kaca sebagai material bahan baku seperti pecahan kaca,

    botol bekas, toples atau apa saja yang berbahan kaca. Bahan baku tersebut dibersihkan

    dari bahan kontaminan, dicuci hingga bersih dan dilebur dalam tungku pemanas bersuhu

    1.500-2000 derajat Celcius selama 24 jam. Setelah benar-benar meleleh, selanjutnya kaca

    itu dibentuk sesuai dengan keinginan, seperti ditunjukkan pada gambar 2. Bahan baku

    dasar (material kaca) glass-art diperoleh dari limbah kaca toko kaca, dan limbah

    kaca/botol gelas yang dikumpulkan pemulung di seluruh Bali. Dari hasil wawancara

    dengan Nyoman Suar dan Wayan Sudiarsa, diperoleh informasi bahwa limbah kaca dari

    toko dibeli Rp 800.000/colt, sedangkan dari pemulung dibeli limbah kaca Rp 1500/botol.

    Bahan baku dari limbah kaca dan pemulung sebagian besar masih kotor. Proses

    pencucian dan pembersihan bahan baku masih dilakukan secara manual dengan

    melibatkan manusia, sehingga banyak melibatkan tenaga murah dan ongkos pencucian

    yang tinggi. Bila terjadi order dalam jumlah besar, maka suplei bahan baku disubsidi dari

    pembelian kaca original dari toko-toko kaca, dengan biaya yang relatif tinggi. Bahan

    pendukung lain dalam proses produksi art glass adalah: gas oksigen dan gas LPG, cat

    dan sebagainya. Peralatan/perkakas produksi yang digunakan selama ini terdiri dari :

  • 3

    tungku pembakaran, mesin bor bangku, gerinda bangku, gerinda potong, kompresor dan

    sebagainya.

    (a) Bahan baku (b) Proses melting, blowing, blasting c) Coloring Glass-art

    Gambar 2. Proses Produksi Glass-Art di Belega-Gianyar

    Proses produksi kerajinan glass-art dilakukan secara konvensional, yakni (1) proses

    pelelehan (melting) bahan baku kaca dilakukan dengan tungku pemanas yang tidak

    dilengkapi dengan control suhu dan aliran oksigen; (2) proses kreasi pembentuk desain

    mengacu pada model yang sudah ada, yang dilakukan secara mekanik sesuai dengan

    tingkat keahlian buruh, tanpa menggunakan alat-alat keamanan dan kesehatan, seperti

    sarung tangan, penutup mulut dan pelindung kaca mata, sehingga berpotensi mengancam

    kesehatan dan keselamatan tenaga kerja. Tungku pemanas (glass-furnace) yang ada di

    setiap UKM hanya 2 unit. Terbatasnya jumlah unit furnace ini, menurut penuturan

    Nyoman Suar dan Wayan Sudiarsa, selalu menghambat kelancaran produksi, khususnya

    pada waktu beban produksi overload saat order maksimum. Produk glass-art belum

    diberikan aksesori pewarna multicolor. Produk glass-art yang dihasilkan masih klasik

    dan tradisional, yang hanya mengedepankan warna asli bahan baku dan campuranya,

    pedahal ada permintaan dari costumer luar negeri yang menginginkan glass-art

    kontemporer dengan sentuhan aksesori seni pewarna suplemen, (3) proses packaging

    menggunakan serabut kertas, yang sangat berpotensi pecahnya glass-art dalam

    pengiriman. Kedua UKM in masih kesulitan dalam pengadaan media pakacging dari

  • 4

    gabus/spon atau media lainnya, sehingga dapat menghindari pecahnya produk gelas

    bernilai mahal.

    Kondisi stasiun kerja pada UKM Wistaswari Art Glass dan UKM Inti Bali Glass

    relatif sempit, mengkover area seluas 1,5 ha, dengan konfigurasi tidak beraturan sehingga

    aliran bahan/material dalam proses produksi kurang efisien. Faktor-faktor keselamatan

    kerja belum dilaksanakan dengan baik sesuai dengan standar kelayakan kerja dimana

    proses kerja kerajinan ini sebagian besar menggunakan perkakas dengan risiko bahaya

    kecelakaan yang relatif tinggi seperti tabung gas asetilin yang bersifat mudah terbakar

    (flameable) dan bisa meledak (Explosive) tidak ditempatkan diruangan khusus, malah

    posisinya didekat proses pembakaran yang mengeluarkan api dan panas yang cukup

    tinggi. Proses coloring dan blasting glass masih dilakukan di ruangan yang terbuka

    sehingga mencemari udara di lingkungan sekitarnya, seperti ditunjukkan pada gambar 3.

    Gambar 3. Stasiun kerja UKM Wistaswari Art Glass dan Inti Bali Glass

    Produksi glass-art UKM Wistaswari Art Glass dan UKM Inti Bali Glass meliputi

    berbagai desain, bentuk, tipe, ukuran, sentuhan artistik art glass. Permintaan glass-art

    yang paling banyak adalah item botol, mangkok, cangkir, gelas, piring untuk memenuhi

    kebutuhan hotel. Kapasitas produksi usaha ini mencapai 60-75 pcs produk per hari dengan

    nilai investasi sekitar Rp.80.000.000,00. Pemasaran produksi glass art Wistaswari Art

    Glass dan Inti Bali glass masih terbatas pada pemasaran lokal dan pesanan dari

    supplier/vendor. Daya beli konsumen lokal relatif kurang, karena kebutuhan akan barang-

    barang dari bahan baku gelas relatif rendah untuk keperluan aktivitas kehidupan

    masyarakat Bali. Sebagian besar produksi glass-art diminati konsumen dari praktisi

    perhotelan lokal dan manca negara, sebagai barang koleksi bernilai seni dan piranti

    perkantoran dan perhotelan. Dari hasil wawancara dan penelusuran dokumen terhadap

  • 5

    catatan cash-flow keuangan kedua UKM ini, menunjukkan bahwa rata-rata omzet

    penjualan produksi glass art Wistaswari Art Glass dan Inti Bali Glass sebesar 70-90

    juta/bulan. Biaya produksi yang diperlukan rata-rata 65-75 juta/bulan, sehingga neto

    keuntungan kotor yang diperoleh hanya 10-15 juta/bulan. Jumlah buruh yang bekerja di

    masing-masing usaha glass art tersebut sebanyak 10 orang, maka penghasilan buruh

    setiap bulan rata-rata 1,2-2,0 juta/bulan, dengan jam kerja 8 jam/hari. Penghasilan ini

    masih kecil bila dibandingkan dengan penghasilan yang diperoleh pengrajin lain, yang

    hampir mencapai 1,5-3 juta/bulan. Untuk meningkat generate revenue dan keuntungan

    dari UKM Wistaswari Art Glass dan Inti Bali Glass nampaknya peningkatan kualitas

    bahan baku, produksi, promosi dan pemasaran merupakan permasalahan yang perlu

    diupayakan pemecahannya.

    1.2 Pola Hubungan Kerja antar UKM

    Tidak ada hubungan kekerabatan dan kekeluargaan dari UKM Wistaswari Art Glass dan

    Inti Bali Glass, dimana masing-masing memiliki managemen sendiri-sendiri. UKM Wistaswari

    Art Glass dan Inti Bali Glass merupakan usaha yang sama-sama bergerak di bidang kerajinan

    glass-art. Ditinjau dari sisi perolehan bahan baku, dan proses produksi, kedua UKM ini secara

    kooperatif bersinergi satu sama lain, terutama terkait dalam kebutuhan pasokan bahan baku,

    sharing sumber daya/tenaga kerja, dan peralatan. Tetapi dari sisi desain UKM Wistaswari Art

    Glass lebih condong pada desain yang disukai kostumer Eropa, Amerika dan Timur Tengah,

    tetapi UKM Inti Bali Glass lebih condong pada desain yang disukai kostumer Asia, Cina dan

    Jepang. Meskipun demikian, bila terjadi pemesanan yang berlebihan di satu UKM, maka sharing

    produksi dilakukan antara kedua UKM ini, sehingga dapat memenuhi dan menepati target waktu

    pemesanan kostumer, dengan proporsi yang telah disepakati sebelumnya.

    Dari sisi promosi dan pemasaran komoditas glass-art, UKM Wistaswari Art Glass

    dan Inti Bali Glass sering mengikuti pameran(showroom) di tingkat lokal maupun

    nasional baik yang dilakukan atas prakarsa sendiri ataupun undangan dari instansi tertentu

    secara bergantian dengan materi yang dipamerkan tetap karya produk glass-art yang

    dihasilkan masing-masing UKM. Dari pengakuan kedua UKM ini belum pernah

    melaksanakan gelar produk seni di tingkat internasional, pedahal sering mendapat

    undangan dari vendor untuk mengikuti pameran di luar negeri, khususnya dari Asia dan

    Eropa.

  • 6

    1.3 Permasalahan UKM

    Bahan baku gelas kaca (glass-art) yang diperoleh dari toko kaca dan pemulung,

    sebagian masih terkontaminasi kotoran, dan harus dibersihkan sehingga tidak

    mengganggu proses produksi. Proses pencucian dan pembersihan masih dilakukan secara

    manual dengan durasi waktu yang lama dan melibatkan tenaga kerja pencuci yang

    banyak. Pada fase washing ini, merupakan permasalahan produksi yang disadari oleh

    kedua UKM, karena tidak efektif dan efisien, dari sisi penggunaan air, pembersih, dan

    tenaga kerja, sehingga menggangu rantai produksi berikutnya, yakni melting dan blowing.

    Mengingat tungku pembakaran (furnace) selalu dalam keadaan nyala (on) pada suhu leleh

    kaca, ketidaktersediaan bahan baku akan menimbulkan loss-cost produksi, karena gas

    LPG dan O2 akan terbuang dengan percuma.

    Bahan baku limbah kaca yang sudah dibersihkan, kemudian dirubah menjadi butiran

    serbuk kaca yang diproses secara mekanik, kemudian dilakukan proses pelelehan pada

    tungku (furnace) yang masih konvensional, karena tidak dilengkapi dengan kontrol suhu

    untuk pengaturan temperatur dan aliran gas LPG ke dalam tungku pembakaran

    (uncontrolable glass furnace), sehingga kualitas lelehan kaca yang dihasilkan tidak dapat

    terjaga dengan baik. Tungku pembakaran yang dimiliki Wistaswari Art Glass dan Inti

    Bali Glass jumlahnya masing terbatas, yakni hanya 2 tungku furnace. Minimnya jumlah

    tungku pembakaran sering menghambat ketercapaian target produksi dari kesepakatan

    waktu yang telah disepakati dengan kostumer. Dalam satu hari, dua pasangan buruh

    hanya mampu memproduksi 5-10 barang glass art. Terbatasnya jumlah tungku

    merupakan kendala produksi yang dihadapi UKM Wistaswari Art Glass dan Inti Bali

    Glass, yang sering menimbulkan komplain dari costumer/suplier.

    Kawasan utama yang menjadi area produksi UKM Wistaswari Art Glass dan Inti Bali

    Glass cukup sempit (seluas 1,5 are), dengan konfigurasi stasiun kerja yang kurang

    ergonomis sering menimbulkan suasana kerja yang tidak sehat, aman dan nyaman. Hasil

    wawancara dengan buruh kedua UKM terungkap bahwa mereka sering merasa cepat

    lemas dan lelah, bahkan terkadang jatuh sakit akibat kurangnya asupan udara segar,

    berserakannya pecahan kaca, tingginya temperatur pembakaran furnace, dan minimnya

    asupan nutrisi. Dari catatan kehadiran buruh, banyak tenaga yang cuti, karena alasan

    sakit dan kelelahan. Tentu hal ini dapat menurukan produktivitas UKM, apalagi saat order

    art glass dalam kondisi optimal.

  • 7

    Dari sisi desain dan pewarnaan artistik, produk seni gelas yang dihasilkan Wistaswari

    Art Glass dan Inti Bali Glass masih nampak monoton, kurang mampu menangkap selera

    konsumen untuk trend produk yang diminati costumer, seperti pemberian sentuhan warna

    gelas baik yang diberikan secara manual-artifisial melalui lukisan tangan maupun melalui

    proses kimia dengan peleburan (melting), seperti ditunjukkan pada gambar 3. Improvisasi

    dalam teknik pewarnaan dan desain akan memberikan sosok produk seni glass art yang

    dapat menggoda costumer untuk membeli dan mengoleksi (James McKelvey, 2006;

    Thomas Bolas, 2008). Hal ini akan dapat meningkatkan nilai jual produk kerajinan kaca

    glass art Wistaswari Art Glass dan Inti Bali Glass di Belega-Gianyar. Saat ini,

    perwarnaan art glass hanya terbatas pada pencampuran bahan dasar kaca warna netral

    dengan kaca berwarna melalui proses pelelehan (melting), belum ada upaya untuk

    menginfiltrasi warna gelas dengan zat kimia pada saat proses pelelehan.

    Gambar 4. Wawancara Proses Produksi dan Suplier Pemasaran produk

    Berdasarkan analasis situasi di atas, maka dapat dirumuskan secara operasional

    permasalahan yang dihadapi mitra usaha kerajinan glass-art adalah

    1. Kawasan utama produksi art glass relatif sempit (1,5 are) dengan konfigurasi

    stasiun kerja yang tidak ergonomis kurang menjamin kesehatan dan keselamatan

    kerja, sangat berpotensi mengancam produktivitas karyawan dan

    kuantitas/kualitas komoditas art glass yang dihasilkan UKM Wistaswari Art

    Glass dan Inti Bali Glass

    2. Suplei bahan baku yang kurang lancar dan terkontaminasi kotoran belum bisa

    langsung diolah dalam proses produksi. Bahan baku glass-art yang diperoleh dari

    kelompok pemulung dan toko kaca harus dibersihkan dulu agar dalam proses

    melting, kotoran tidak ikut melebur dan bersatu dengan lelehan kaca yang

  • 8

    berakibat cacat produksi. Proses pembersihan bahan baku yang masih dilakukan

    secara manual sering menghambat kelancaran produksi glass-art.

    3. Penerapan Iptek dalam sistem produksi glass-art, khususnya pada fase melting

    dan fase blowing kaca masih menggunakan tungku pembakaran (furnace) yang

    tidak dapat memiliki kemampuan mengontrol suhu maupun asupan bahan bakar

    gas (uncotrolable furnace reactor) sehingga boros energi. Gas oksigen dan gas

    LPG yang dialirkan ke tungku yang tidak terkontrol secara otomatis pada level

    suhu tertentu, akan terbuang percuma dan panas berlebih akan berpotensi

    merusak material glass-art (Clair Ivan Colvin. 2008)

    4. Diversifikasi produk glass-art masih bersifat monoton, baik dari segi desain,

    pewarnaan dan sentuhan artitistik sehingga kurang memiliki nilai jual yang

    tinggi.

    5. Dalam proses produksi, tenaga kerja UKM Wistaswari Art Glass dan Inti Bali

    Glass belum memperhatikan keselamatan kerja yang baik, terutama proteksi

    terhadap polusi, debu, uap panas yang dapat membayakan kesehatan, serta

    penanganan pembuangan limbah produksi yang tidak ramah lingkungan.

    6. Managemen usaha masih menggunakan managemen keluarga dengan sistem

    pembukuan(administrasi) yang kurang memperhatikan kaidah usaha yang

    professional. Kurangnya pemahaman tentang pengelolaan anggaran, cash-flow keuangan,

    akuntansi biaya produksi, administrasi perpajakan, ekspor-impor, packing produk sering

    berdampak sistemik UKM Wistaswari Art Glass dan Inti Bali Glass, yang dapat

    menuai komplain dari costumer/vendor.

    7. Pemasaran produksi kerajinan glass-art bersandar pada segmen pasar lokal dan

    global, yang sangat bergantung pada pesanan supplier/vendor. Mitra belum

    memiliki media pemasaran melalui jaringan internet (e-commerce), dan atau

    panetrasi pasar melalui artshop/outlet sendiri. Kurangnya panetrasi pasar yang

    mengglobal mengakibatkan margin keuntungan yang diperoleh pengrajin glass

    art kedua UKM ini sangat kecil dibandingkan dengan biaya produksi.

    8. Dalam konteks promosi dan pemasaran, UKM Wistaswari Art Glass dan Inti Bali

    Glass belum pernah menginguti gelar produk/pameran secara regional maupun

    internasional dalam rangka perluasan akses pemasaran, sekaligus menciptakan

    segmen pasar di luar negeri.

  • 9

    9. Produk UKM Wistaswari Art Glass dan Inti Bali Glass belum terstandarisasi SNI.

    1.4 Lokasi UKM

    UKM Wistaswari Art Glass dan UKM Inti Bali Glass berlokasi di desa Belega, yang

    berjarak 30 km dari kota Denpasar-Bali. Desa Belega yang berada di wilayah kecamatan

    Blahbatuh kabupaten Gianyar provinsi Bali merupakan daerah yang sudah terkenal

    dengan kerajinan kursi bambunya. Hasil produksi kerajinan bambo sudah mampu

    menembus pasar Internasional baik melalui jaringan supplier, vendor, maupun kontak

    langsung dengan vendor melalui jaringan pemasaran global (e-commerce), sehingga

    penghasilan masyarakat dari kerajinan bamboo telah mampu mendongkrak

    perekonomian komunitas masyarakat Belega secara signifikan. Banyak upaya-upaya

    yang dilakukan masyarakat Belega untuk mempertahankan desa Belega sebagai lumbung

    kerajinan yang menjadi penciri keunikan masyarakat melalui intensifikasi dan

    ekstensifikasi produk kerajinan seni, salah satunya adalah pengembangan usaha

    kerajinan gelas (glass art) sebagai suplemen produk seni bambo dan rontal, seperti yang

    dilakukan UKM Wistaswari Art Glass dan UKM Inti Bali Glass.

    Gambar 5. Lokasi (1) UKM Inti Bali Glass dan (2) UKM Wistaswari Art Glass

    1.5 IbPE di Undiksha

    Pada tahun 2014, Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) untuk pertama kalinya

    memenangkan hibah IbPE-kerajinan Aluminium di desa Menyali. Meskipun hibah IbPE

    yang dimenangkan relatif masih kecil, namun dalam konteksi penelitian dan pengabdian

    kepada masyarakat, Udiksha telah berhasil mengembangkan produk komuditas bermutu,

    seperti pigmen organik, modul/perangkat pembelajaran serta pengalaman menjalankan

  • 10

    kegiatan pengabdian yang berbasis pada aktivitas social-service dalam hibah IbM dan

    IbW, dan kewirausahaan (entrepreneursip) dalam hibah IbIKK dan IbK. Hal ini

    menunjukkan kematangan dan kemampuan civitas akademik Undiksha dalam

    menciptakan atmosfir akademik berbingkai kewirausahaan sehingga dapat menciptakan

    lapangan kerja yang mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat. Komoditas kerajinan

    lukis kaca Depaha yang dihasilkan UKM lukisan kaca di Depaha dibawah asuhan

    Undiksha, telah mampu mempenetrasi pasar luar negeri sebagai produk ekspor bermutu,

    meskipun tidak dalam konteks hibah IbPE. Di samping itu, melalui program Voucer dan

    IbM, Undiksha membina UKM pengrajin album di desa Sambangan kabupaten Buleleng

    telah bisa mengantarkan UKM ini menghasilkan produk sourvernir berorientasi ekspor.

    Berbekal pengalaman ini, maka Undiksha sangat prospektif dan visible mampu

    mendampingi dan membina UKM Wistaswari Art Glass dan UKM Inti Bali Glass dalam

    menghasilkan komoditas unggul berorientasi ekspor melalui program IbPE- kerajinan

    Glass-Art.

    1.6 Permasalahan Prioritas yang akan ditangani

    Upaya pemecahan yang dapat diusulkan adalah memperbaiki kawasan dan stasiun

    kerja yang lebih representatif dan ergonomis, dan melakukan transfusi IPTEK ke dalam

    UKM Wistaswari Art Glass dan UKM Inti Bali Glass, sekaligus melakukan

    pemberdayaan terhadap semua staf/karyawan pada kedua UKM tersebut sehingga dapat

    melakukan pengelolaan usaha glass-art secara profesional. Perancangan tempat kerja

    sangat penting diperhatikan dalam proses produksi agar semua faktor yang terlibat dalam

    proses produksi berada dalam satu garis koordinasi sesuai dengan karakter manusia,

    kapasitas dan keterbatasan terhadap desain pekerjaan, mesin, sistem dan ruangan serta

    lingkungan kerja. Dengan demikian diharapkan pekerja dapat bekerja dengan aman,

    nyaman, sehat dan efisien (Manuaba, 2004).

    Produk teknologi sebagai bentuk solusi yang ditawarkan dalam mengatasi

    permasalahan UKM Wistaswari Art Glass dan UKM Inti Bali Glass adalah (1) perluasan

    dan penataan kawasan utama produksi art glass yang ergonomis, (2) perancangan dan

    pembuatan instalasi pembakaran yang dapat dikontrol secara digital (controlable glass-

    furnace) untuk (a) mengendalikan aliran gas LPG dalam pembakaran, (b) suhu untuk

    mengatur range suhu reaktor yang diingini, dan (c) timer, untuk mengatur interval waktu

    pembakaran; (3) Pemberdayaan pengelola UKM melalui pelatihan/pendampingan dalam

  • 11

    pembuatan glass-art inovatif dengan tampilan multiwarna yang dilabel dengan aksesori

    lukisan kaca unik gaya lukisan desa Depeha; (4) eskalasi sentuhan artistic pada glass-art

    dengan mentransfusi teknologi seni patri pada kaca, (5) magemen produksi yang efektif

    dan efisien, (6) kesehan dan kelamatan kerja, (7) perancangan dan pembuatan Web (e-

    commerce) pemasaran on line glass-art bagi kedua UKM tersebut.

    Difusi teknologi dalam furnacing bahan baku kaca dilakukan dengan memodifikasi

    tungku pembakaran yang sudah ada di kedua UKM tersebut dengan sistem control aliran

    gas elpiji dalam pembakaran bertolak dari suhu dan lama waktu pembakaran yang

    diperlukan, beserta sistem pembuangan gas pembakaran untuk mengurangi polusi.

    Kondisi awal tungku pembakaran UKM glass-art di Belega-Gianyar hanya semata-mata

    proses pembakaran tradisional, sehingga sering tidak efektif dan efisien dan sangat

    berdampak pada tingginya ongkos produksi, karena pemborosan penggunaan gas LPG

    dan waktu pembakaran, seperti ditunjukkan pada gambar 6. Kontrol temperatur, waktu

    dan aliran gas elpiji dapat dilakukan secara elektronik yang dapat bekerja secara otomatis,

    sesuai dengan perintah yang telah diprogramkan.

    Gambar 6. Instalasi Reaktor Controlable Furnace-gass

    Produk glass art yang dihasilkan UKM Wistaswari Art Glass dan UKM Inti Bali Glass

    dapat dilakukan proses artistik dengan efek dekoratif pewarnaan melalui: (1) proses

    pelelehan zat pewarna (melting-coloring process); dan (2) proses melukis glass secara

  • 12

    manual dengan zat pewarna. Cara melting-coloring process merupakan cara sederhana

    untuk mendapatkan efek color dari glass-art dengan mencampur bahan baku kaca dari

    warna yang berbeda, kemudian dilakukan peleburan sedemikian rupa, sehingga terjadi

    pencampuran warna secara artifisial. Efek warna yang muncul hanya kombinasi dari

    warna dasar bahan baku, dan intensitas dan kecerahannya dapat diatur secara mekanik

    saat proses pelelehan. Proses pewarnaan ini relatif sulit untuk dapat memunculkan

    gambar atau bentuk lukisan. Maka dari itu, untuk dapat memunculkan tampilan gambar,

    maka produk gelas-art yang sudah terbentuk dilukis dengan zat kimia tertentu, kemudian

    dibakar lagi, untuk menyatu-leburkan warna lukisan dengan gelas pada suhu tertentu,

    sehingga warna lukisan dapat menyatu dengan warna bahan dasar, dan menawarkan

    teknologi lukisan pateri pada gelas kaca untuk produk lukisan glass-art yang

    menampilkan warna artistik original.

    Di sisi yang lain, proses dekoratif untuk mengartistik produk glass-art dapat

    dilakukan dengan melukis langsung glass-art dengan zat kimia pewarna tanpa perlu

    proses pembakaran. Salah satu style lukisan, dimana kaca menjadi media kanvas yang

    sangat disenangi costumer/colector adalah gaya lukisan Depeha, yang menonjolkan

    gambar tokoh-tokong pewayangan dan patra-patra Bali yang sangat dikagumi di manca

    negara.

    Gambar 7. Efek dekoratif lukisan Depeha untuk Glass-Art

    Pemasaran berbasis e-comerce merupakan sistem informasi penjualan dimana

    pembuatan pernyataan penjualan, kegiatan jual-beli dijelaskan melalui prosedur-prosedur

    yang meliputi urutan kegiatan sejak diterimanya pesanan dari pembeli, pengecekan

    barang ada atau tidak ada dan diteruskan dengan pengiriman barang yang disertai dengan

  • 13

    pembuatan faktur dan mengadakan pencatatan atas penjualan yang berlaku (Niswonger,

    1999) melalui internet. E-Commerce adalah konsep baru yang menggambarkan proses

    pembelian dan penjualan atau pertukaran produk, jasa, dan informasi melalui jaringan

    komputer termasuk internet (Turban, Efraim,2000). E-Commerce dapat diartikan secara

    dekat. Itu dapat dikatakan mencakup hanya transaksi bisnis yang disetujui dengan

    pelanggan dan pemasok dan sering digambarkan sebagai bagian dari internet, mengingat

    tidak ada alternative lain untuk komunikasi. Ada tiga pilar elektronik yang menyokong

    proses e-commerce yaitu: informasi elektronik, hubungan elektronik, dan transaksi

    elektronik (McLeod, Raymond,1998). Program aplikasi web untuk mendukung

    pemasaran berbasis web(e-commerce) dapat dibuat dengan menggunakan PHP dan

    MySQL dengan menggunakan algoritma pemrograman yang disesuikan dengan

    karakteristik tampilan dan bentuk interaksi yang akan difasilitasi dalam transaksi.

    Gambar 8. Pemasaran Berbasis E-commerce Glass-art

  • 14

    BAB II

    METODE PELAKSANAAN

    2.1 Prioritas Masalah

    Masalah prioritas yang harus dikedepankan dalam memperbaiki kinerja UKM

    Wistaswari Art Glass dan UKM Inti Bali Glass adalah (1) penataan area produksi yang

    ergonomis, (2) penyediaan peralatan yang bersifat urgen dan esensial dalam proses

    produksi, seperti penyiapan bahan baku, tungku pembakaran, dan alat finishing, dan (3)

    pengkapasitasan sumber daya manusia (staf dan karyawan) untuk menguasai kompetensi

    standar dalam proses produksi komoditas art glass secara humanis dengan metode

    PALS(Participatory Action Learning System). Prinsip dasar dari model PALS adalah

    pelibatan komunitas pengrajin glass-art dalam proses pembelajaran aktif partisipan

    dalam program aksi proses produksi dan pemasaran glass-art sehingga membentuk suatu

    sistem interaksi pembelajaran komunitas secara partisipatif, baik secara personal maupun

    komunal dalam usaha kerajinan glass-art.

    2.2 Solusi IPTEKS Yang Ditawarkan

    Solusi ipteks yang ditawarkan dalam memperkuat UKM Wistaswari Art Glass dan

    UKM Inti Bali Glass untuk berkompetesi dalam pasar lokal, regional, dan global IbPE

    adalah (1) desain dan penerapan stasiun kerja yang ergonomis, (2) pembuatan controlable

    furnace reaktor, (3) desain produk, pewarnaan dan pencintraan glass (sandblasting), (4)

    penerapan ICT dalam aspek managemen produksi, administrasi dan pemasaran. Di sisi

    yang lain, juga dilakukan upgrading kuantitas dan kualitas SDM kedua UKM dengan

    mengkapasitasi staf/karyawan/buruh melalui pelatihan untuk menguasai kompetensi

    standar yang berkaitan dengan aspek (1) pengoperasian peralatan/perkakas produksi art

    glass, (2) pengimplemetasian SOP (standar operasi prosedur) dalam setiap tahapan

    produksi, (3) pengakomodasian sistem kerja berbasis ICT, dan (4) pembudayaan etos

    kerja yang mengedepankan keselamatan, kesehatan dan kesejahteraan. Secara schematik,

    transfusi ipteks yang bersentuhan dengan perangkat keras dan perangkat lunak produksi

    art glass dalam memproses limbah kaca menjadi produk seni yang artistik dalam program

    IbPE ini seperti ditunjukkan pada gambar 9.

  • 15

    Gambar 9. Skhema Mekanisme Pelaksanaan IbPE dengan Metode PALS

    Potensi UKM Glass art Pemberdayaan

    UKM-Glass art (PALS METHODE)

    Program Aksi: (1) Pembuatan controlable furnace reaktor i

    (2) Pembuatan prototyep diversifikasi design

    produk glass art

    (3) Pelatihan managemen produksi/marketing

    (4)Pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja

    (5)Pembuatan Web pemasaran produk (e-

    commerce)

    Terapan IPTEKS (1) Stasiun kerja ergonomis (2) Controlable furnace reaktor (3) Desin produk (4) Teknologi Pewarnaan dan

    pencintraan (5) Teknologi Pemasaran berbasis ICT Web (e-commerce)

    UKM Glass-art

    (1) Peningkatan kualitas produksi

    (2) Peningkatan kualitas pemasaran

    (3) Peningkatan omzet penjualan dan keuntungan

  • 16

    BAB III

    TARGER LUARAN

    3.1 Target Luaran Keseluruhan

    Terwujudnya UKM Wistaswari Art Glass dan UKM Inti Bali Glass dengan pola

    managemen produksi dan marketing profesional berbasis ergonomis dan on line sistem ,

    sehingga mampu menghasilkan komoditas kerajinan art glass berorientasi ekspor yang

    comparable dan comparative di pasar lokal dan global.

    3.2 Target Luaran Setiap Tahun

    3.1 Luaran Tahun-1(2015)

    (1) Terwujudnya kawasan dan stasiun kerja yang tertata sesuai dengan urutan proses

    produksi yang ergonomis sehingga pola aliran bahan baku pada tiap tahapan

    proses dari awal hingga akhir proses, dengan demikian waktu proses akan lebih

    efisien.

    (2) Terwujudnya 2 unit pencucian/pembersihan bahan baku kaca dengan sistem

    mekanik otomatis, masing-masing 2(satu) unit di UKM Wistaswari Art Glass dan

    UKM Inti Bali Glass.

    (3) Terwujudnya 2 instalasi reaktor “controlable glass furnace” untuk proses

    melting glass-art, masing-masing 1(satu) unit di UKM Wistaswari Art Glass dan

    UKM Inti Bali Glass.

    (4) Peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalan proses produksi, managemen

    dan pemasaran usaha kerajinan glass-art bagi pengelola UKM Wistaswari Art

    Glass dan Inti Bali Glass.

    (5) Peningkatan omzet penjualan dan keuntungan yang diperoleh UKM Wistaswari

    Art Glass dan Inti Bali Glass.

    (6) Perbaikan kesehatan lingkungan kerja

    (7) Terpublikasikannya hasil program IbPE pada 1 jurnal lokal dan 1 jurnal nasional

    pengabdian terakreditasi.

  • 17

    3.2 Luaran Tahun-2 (2016)

    (1) Pengadaan perkakas atau peralatan (tools) untuk penyempurnaan penataan stasiun

    kerja. Tersedianya stasiun kerja dengan meja kerja beserta kelengkapannya

    disertai dengan penambahan perkakas produksi maka kualitas dan kuantitas

    produk kerajinan plat logam ini akan semakin meningkat.

    (2) Peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalan proses produksi, managemen

    dan pemasaran usaha kerajinan glass-art bagi pengelola UKM Wistaswari Art

    Glass dan Inti Bali Glass.

    (3) Terwujudnya model diversifikasi multicolor produk glass-art yang inovatif dan

    WEB pemasaran glass-art berbasis e-commerce.

    (4) Peningkatan omzet penjualan dan keuntungan yang diperoleh UKM Wistaswari

    Art Glass dan Inti Bali Glass.

    (5) Peningkatan jumlah tenaga kerja

    (6) Peningkatan kesehatan lingkungan kerja

    (7) Terpublikasikannya hasil program IbPE pada 1 jurnal nasional dan 1 jurnal

    internasional.

    3.3 Luaran Tahun-3 (2017)

    (1) Perluasan Area produksi art glass dengan memanfaatkan lahan yang masih

    tersedia.

    (2) Instalasi managemen administrasi, produksi, dan pemasaran berbasis komputer

    (on-line system)

    (3) Standarisasi produk SNI glass art melalui jalinan kerjasama dengan Badan

    Standarisasi Nasional.

    (4) Terwujudnya model diversifikasi multicolor produk glass-art yang inovatif dan

    WEB pemasaran glass-art berbasis e-commerce.

    (5) Peningkatan omzet penjualan dan keuntungan yang diperoleh UKM Wistaswari

    Art Glass dan Inti Bali Glass.

    (6) Peningkatan jumlah tenaga kerja

    (7) Peningkatan segmen pasar di dalam negeri dan luar negeri

    (8) Terpublikasikannya hasil program IbPE pada 1 jurnal nasional terakreditasi dan 1

    jurnal internasional.

  • 18

    BAB IV

    KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI

    4.1 Kinerja Lembaga Pengabdian Undiksha

    Universitas Pendidikan Ganesha memiliki motivasi kuat dalam mengembangkan diri

    sebagai sebuah universitas yang turut berperan aktif dalam meningkatkan daya saing

    produk lokal baik di bidang pendidikan dan pengajaran maupun bidang non-kependidikan

    untuk mampu berkontribusi dalam meningkatkan daya saing bangsa. Undiksha juga

    mengembangkan berbagai program unggulan dan rintisan seperti pengembangan

    komunitas (community development) yang diharapkan mampu menghasilkan aktivitas-

    aktivitas yang mendatangkan revenue sendiri (self generating revenue activities), yang

    dikoordinasikan oleh Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat (LPM) Undiksha

    diantaranya adalah Pusat Layanan Pendidikan Sekolah dan Masyarakat, Pusat layanan

    Penerapan IPTEK dan Dampak Lingkungan, Pusat layanan KKN dan KKL, dan Pusat

    Layanan Kewirausahaan dan Konsultasi Bisnis, sehingga Undiksha untuk mampu

    mensinergikan pemberdayaan sumberdaya (SDM dan good practices) yang ada di

    Undiksha dengan pemberdayaan potensi stakeholder dan masyarakat sekitar dapat

    diwujudkan. Beberapa hibah pemberdayaan untuk membantu dan mentrasformasi

    masyarakat dalam berbagai aspek, seperti pendidikan, kemiskinan, kemelekan ipteks, dan

    kesehatan, dalam program IbM, IbW, IbK, IbIKK, IbPE, KKN-PPM, Pengabdian DIPA

    Undiksha, dan Hibah sosial lainnya telah mampu dimenangkan dan dilaksanakan oleh

    civitas akademik Undiksha. Tentu hal ini menjadi jaminan akademis untuk kelayakan

    Undiksha dalam menjalankan program-program pengabdian yang dicanangkan Dikti.

    Berkaitan dengan usulan program IbPE ini, Undiksha memiliki komitmen dan

    dorongan moril yang tinggi untuk untuk membantu UKM dari sisi bantuan ipteks untuk

    mendorong perbaikan iklim produksi yang profesional, sehingga dapat menghasilkan

    komoditas yang comparative dan comparable. Dari persepektif lain, program IbPE ini

    merupakan wahana yang dapat menjalin harmonisasi hubungan PT dengan sektor swasta

    dalam menciptakan insan pembangunan yang memiliki kemampuan techno-

    entrepreneurship knowledge based dan pengabdian berbasis IPTEKS di kalangan

  • 19

    masyarakat kampus dan di luar kampus guna mendukung dan mendongkrak daya saing

    bangsa.

    4.2 Kepakaran Yang Diperlukan IbPE

    Kepakaran yang diperlukan dalam program IbPE art glas seperti ditunjukkan pada

    tabel 1 di bawah ini.

    Tabel 1. Kepakaran yang Diperlukan IbPE

    Staf Akademik Kepakaran Keterangan

    I Wayan Supir, S.Si, M.S

    (NIDN:0031126320)

    Bidang Seni, dengan

    pengalaman dalam pembuatan

    karya seni lukis yang kreatif dan

    inovatif

    Fakultas Bahasa dan Seni

    Undiksha

    Drs. Anjuman Zukhri, M.Pd

    (NIDN:0012055302)

    Bidang Ekonomi dan

    Kewirausahaan, dengan

    pengalaman dalam pengelolaan

    usaha ekonomi/koperasi

    Fakultas Ekonomi dan Bisnis

    Undiksha

    Drs. IBP. Mardana, M.Si

    (NIDN. 0027086402)

    Bidang Instrumentasi dan

    komputer, dengan penglaman

    pembuatan alat kontro,

    instrumentasi dan gelas

    Fakultas MIPA(Teknik

    Imfomatika)

    Undiksha

    4.3 Fasilitas Pendukung Yang ada di Undiksha

    Mengacu pada permasalahan dan kebutuhan Ipteks dari UKM Wistaswari Art Glass

    dan UKM Inti Bali Glass dalam upaya memperbaiki iklim usaha kerajinan glass-art,

    maka Universitas Pendidikan Ganesha menyediakan fasilitas pendukung yang dapat

    meng-upgrade kinerja kedua UKM mitra dalam program IbPE ini, seperti ditunjukkan

    pada tabel 2 di bawah ini.

    Tabel 2. Fasilitas Pendukung di Undiksha

    Fasilitas Fungsional Keterangan

    Mesin bubut dan las Pembuatan peralatan handling dan

    cutting untuk proses melting, dan

    blowing

    Jurusan Fisika

    (FMIPA)

    Laboratorium seni lukis Desain dan pembuatan media cetak

    seni glass-art

    Jurusan Seni Rupa

    (FBS)

    Laboratorium Control dan

    Instrumentasi

    Pembuatan sistem kontrol otomatis

    secara elektronik

    Jurusan Teknik

    Elektronika

    (FTK)

    Laboratorium Komputer

    Akutansi

    Pembuatan sistem administrasi,

    keuangan, dan marketing berbantuan

    komputer

    Jurusan Akutansi

    (FEB)

  • 20

    BAB V

    HASIL KEGIATAN IbPE

    Kegiatan program hibah Ipteks bagi Produk Ekspor (IbPE) dilaksana di 2(dua)

    UKM mitra, yakni UKM Wistaswari Art Glass dan Inti Bali Glass yang berlokasi di desa

    Belega kecamatan Blahbatuh kabupaten Gianya Provinsi Bali. Sampai laporan kemajuan

    ini disusun, kegiatan IbPE Kerajinan Glass-Art yang dilaksanakan adalah sebagai berikut.

    (1) Rapat koordinasi dan Sosialisasi program IbPE Kerajinan Glass Art, dilaksanakan

    tanggal 10 Juni 2017. Kegiatan awal ini dilakukan sebagai starting point dalam

    mendampingi dari sisi ipteks untuk meningkatan kapasitas managemen produksi dan

    managemen pemasaran hasil kerajinannya kedua UKM. Dari hasil sosialisasi, dan diskusi

    yang konstruktif disepakati penetapan prioritas penyelesain masalah produksi,

    managemen dan pemasaran di kedua mitra UKM Inti Bali Glass dan Witaswari Glass Art

    meliputi (1) perbaikan stasiun kerja, (2) teknologi penyiapan dan pembersihan bahan

    baku (libah kaca), (3) teknologi alat produksi (furnace) dan percetakan, (4) teknologi

    pencitraan (sundblasting), (5) teknologi pewarnaan dan dekorasi(coloring) dengan mesin

    kompressor, dan (6) managemen pemasaran. Terkait dengan meningkatnya intensitas

    produksi akibat pesanan yang tinggi, maka pada tahun-3 disepakati untuk menginstalasi

    unit gudang penampungan hasil produksi sebelum dikirim ke vendor, seperti ditunjukkan

    gambar 1 dan gambar 2.

    Gambar 1. Instalasi unit gudang Produksi pada mitra Inti Bali Glass

    javascript:__doPostBack('ctl00$ctl00$CP$CAp$gvCatatanHarian$ctl02$lbTgl','')

  • 21

    (2) Penataan stasiun kerja dilakukan secara ergonomis dilakukan selama selang

    waktu 24-30 Juni 2017, dan pembangunan unit gudang produksi pada kedua mita, yang

    berlangsung dari 3 juli-20 Juli 2017,sehingga meningkatkan efektifitas dan efisien

    produktivitas dengan membuat aliran produksi bari tempat bahan baku, proses melting

    dan pembentukan, proses pendinginan, pencitraan dan dekorasi. Disisi yang lain jugan

    dilakukan penyuluhan/penyadaran managemen produksi dan pemasaran glass-art di

    tempat Mitra. Pelatihan pembukuan untuk order dan kode produksi, dan pelatihan

    pembukuan untuk standar financial report. Pelatihan managemen administrasi UKM

    mitra dilaksanakan pada 10-13 Juli 2017. Teknik yang dilakukan adalah menunjukkan

    contoh/model administrasi dan report finansial yang baku, kemudian melatih staf pegawai

    kedua UKM menguasai kompetensi dalam managemen produksi dan akuntan finansial

    yang standar. Dalam pelatihan ini dihasilkan model form dokumen administrasi produksi

    dan pelaporan keuangan yang tertib dan taat azas.

    Gambar 2. Unit Gudang Produksi pada Mitra Suar Glass-Art

    (3) Pada tanggal 5-7 Agustus 2017 dilaksanakan kegiatan perancangan dan

    pengadaan fabrikasi glass-art furnace dan pelatihan diversifikasi produk glass art, dengan

    sentuhan kreasi seni yang inovatif sesuai dengan updating pasar. Dari hasil kesepakatan

    dengan Mitra hasil desain diversifikasi produk glass art yang dikapasitasi pada tahun-3,

    seperti terdokumentasi pada gambar 3 dan 4.

  • 22

    Gambar 3. Diversifikasi produk UKM Suar Glass Art

  • 23

    Gambar 4. Diversifikasi produk UKM Inti Bali Glass

    (4) Perbaikan alat kompressor proses sund-blasting untuk UKM mitra untuk dapat

    digunakan dalam pembuatan pencitraan glass dengan teknik sund-blasting menggunakan

    kompressor dan pasir laut. Efek citra buram pada dekorasi hasil kerajinan Glass art

    banyak diminati costumer. Pencintraan ini cukup sulit dilakukan secara tradisional

    dengan omzet yang banyak. Kesulitan ini dapat diatasi dengan mengkapasitasi staff

    produksi glass-art memanfaatkan kompressor sebagai penembak pasir sehingga dapat

    menghilangkan lapisan kaca yang mengkilap pada detail-detail yang diinginkan.

    Penghibahan investasi fisik kompresor dilakukan pada 15-16 September 2017.

  • 24

    (5) Pelatihan "pembukuan dan inventaris yang standar berbasis ICT" pada kedua

    Mitra dengan sistem komputerisasi: Database administrasi managemen dengan sistem

    komputerisasi dilatihkan pada keduan mitra UKM Suar Glass Art dan Inti Bali glass

    dimaksudkan untuk menyediakan pangkalan data digital yang dapat memudahkan

    managemen produksi dan pemasaran yang dapat diakses secara online(Web), seperti

    terdokumentasi pada gambar 5.

    Gambar 5. Pengadaan perangkat Komputer dan pelatihan managemen usaha berbasis

    ICT di UKM Suar Glass Art dan Inti Bali Glass

  • 25

    Tabell 1. Dokumentasi Kegiatan IbPE

  • 26

  • 27

  • 28

  • 29

  • 30

  • 31

  • 32

    DAFTAR PUSTAKA

    Anonim. 2000. The Art of Making Glass. www.lamberts.de. Germany

    Cecilia Cohen. 2011. The Glass Artis’s: Studio Handbook. Quayside Publishing Group.

    USMA

    Clair Ivan Colvin. 2008. Glass Blowing: An Introduction. Xclibris Coorporation. USA

    Dan Hewak. 1998. Glass and Rare Earth-Doped Glasses for Optical Fibres. INSPEC,

    The Institution of Electrical Engineers, London, United Kingdom

    James McKelvey. 2006. The Art of Fire:Beginning Glassblowing.Third Degree Press.

    Thomas Bolas. 2008. Glass Blowing & Working. Rough Draft Printing.

    Junna-Annete Page, Stefano Carboni. 2006. The Art of Glass.

    Manuaba, A. 2004. Pendekatan Ergonomi Holistik Satu Keharusan Dalam Otomasi

    Untuk Mencapai Proses Kerja Dan Produk Yang Manusiawi, Kompetitif Dan

    Lestari.Makalah. Dipresentasikan pada Seminar Nasional Ergonomi, Aplikasi

    Ergonomidalam Industri, Forum Komunikasi Teknik Industri Yogyakarta dan

    Perhimpunan Ergonomi Indonesia. Yogyakarta .

    http://www.lamberts.de/