123
Laporan Akhir Tahun | 2011 SEPULUH TAHUN Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga

Laporan Akhir Tahun | 2011 · Laporan Akhir Tahun | 2011 SEPULUH TAHUN Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga

Embed Size (px)

Citation preview

Laporan Akhir Tahun | 2011 SEPULUH TAHUN

Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga

2

Daftar isi

SEPULUH TAHUN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN KEPALA KELUARGA (PEKKA) Desember 2001-Desember 2011

I. PENGANTAR ..................................................................................................... 12

II. PERJALANAN MENGGAPAI KEADILAN DAN MARTABAT ..................................... 16

1. APA ITU PEKKA? ................................................................................................... 16

2. MENGAPA PEKKA? ............................................................................................... 17

3. SIAPA PEREMPUAN KEPALA KELUARGA (PEKKA)? ............................................... 17

4. BAGAIMANA PROFIL PEREMPUAN KEPALA KELUARGA YANG DIDAMPINGI SEKNAS PEKKA? .................................................................................................... 17

5. APA TUJUAN PEMBERDAYAAN YANG DILAKUKAN OLEH SEKNAS PEKKA? ........... 23

6. APA TEORI PERUBAHAN YANG DIPERGUNAKAN PEKKA? .................................... 24

7. BAGAIMANA CARA SEKNAS PEKKA MENCAPAI TUJUANNYA? ............................. 25

8. APA SAJA KEGIATAN PEMBERDAYAAN YANG DILAKUKAN SEKNAS PEKKA? ........ 28

9. DIMANA WILAYAH KERJA PEKKA.......................................................................... 29

10. TONGGAK PERISTIWA PENTING DALAM PERJALANAN 10 TAHUN PEKKA .......... 30

11. APA HASIL PEKKA SELAMA 10 TAHUN? ................................................................ 35

12. PERUBAHAN YANG DIRASAKAN PEKKA ................................................................ 42

13. EKSISTENSI DAN KONTRIBUSI ............................................................................... 43

A. Keberadaan Organisasi Pekka ............................................................................... 43

B. Pemberitaan media massa.................................................................................... 47

C. Jaringan kerja ........................................................................................................ 47

D. Penghargaan ......................................................................................................... 49

E. Peran Penting Pusat Belajar Pekka (Center Pekka) ............................................... 49

III. APA YANG BISA DIPELAJARI DARI PEMBERDAYAAN PEKKA ................................ 51

1. Dari program pembangunan menjadi “gerakan kemasyarakatan” adalah mungkin! .............................................................................................................. 51

3

2. Aksi afirmasi (affirmative action) untuk mengangkat yang tak tersembunyi menjadi terlihat .................................................................................................... 58

3. Menerjemahkan konsep besar dan jargon ke dalam kegiatan praktis yang menjawab kebutuhan mendesak komunitas Pekka ............................................. 58

4. Menyadari peran penting Seknas PEKKA sebagai lembaga pengembangan dan pendukung gerakan yang otonom dari organisasi Pekka ..................................... 60

A. Pendamping lapang (PL); ...................................................................................... 60

B. Sekretariat dan tim koordinasi dan tenaga ahli .................................................... 60

5. Mengubah kebijakan dengan keterlibatan, komunikasi dan dialog ..................... 60

6. Mendapatkan pembiayaan multi aspek yang berkelanjutan adalah Hak. ........... 61

A. Dana langsung masyarakat (DLM) untuk sumberdaya ekonomi kolektif .............. 61

B. Dana Pelatihan dan pendampingan teknis ........................................................... 61

C. Dana untuk penunjang kesekretariatan ................................................................ 62

7. Apa Pengalaman yang menyebabkan kemunduran (backlash) di pekka? ............ 63

8. Sebagai “pilot proyek”, apakah pendekatan pekka telah diadaptasi oleh program lain? ...................................................................................................................... 65

9. Jadi.., apa fokus strategi pekka 10 tahun kedepan? ............................................ 67

A. Kemandirian gerakan Pekka (independency) ........................................................ 67

B. Keberlanjutan (sustainability) ............................................................................... 67

C. Perluasan manfaat (inclusiveness) ........................................................................ 68

D. Partisipasi, keterlibatan dan posisi politik (engagement) ..................................... 68

E. Melembagakan proses yang sudah berjalan ......................................................... 68

F. Memublikasikan pembelajaran yang dikumpulkan selama proses Pemberdayaan

Pekka .................................................................................................................... 69

IV. TENTANG DANA DAN PENDANAAN PEKKA ........................................................ 70

V. MENGENAL PEKKA LEBIH DEKAT MELALUI CERITA MEREKA ............................... 76

VI. ORGANISASI PEKKA .......................................................................................... 99

VII. LAMPIRAN ...................................................................................................... 107

4

SEPULUH TAHUN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN KEPALA KELUARGA (PEKKA)

Desember 2001-Desember 2011

“Kami bersama dengan tim pergi ke Desa Mutiara di Kabupaten Pidie, NAD beberapa tahun yang lalu. Dan kami duduk di mesjid di sana untuk berbicara dengan masyarakat. Dan muncul beberapa perempuan yang marah kepada saya. Mereka bilang kamu suka bicara tentang kemiskinan, tapi kami di sini ini cukup miskin tidak ada program untuk

membantu kami. Dan saya membuat refleksi dan memang mereka benar. Ketika kembali ke Jakarta dan saya membuat penelitian, ada banyak desa seperti itu, semua

bisa lihat yang miskin itu perempuan janda. Program lain tidak sampai ke mereka, oleh karena itu kami duduk bersama dengan orang dari Depdagri, Komnas Perempuan dan

ibu Nani Zulminarni untuk pikir bersama kalau bisa bangun salah satu proyek baru khusus untuk ibu janda”. (Scott Guggenheim, Bank Dunia, Jakarta 2004)

“Akhirnya saya bisa memiliki kapal motor sendiri untuk mengembangkan usaha rumput laut saya. Kegiatan simpan pinjam di Pekka memungkinkan saya meminjam untuk membeli kapal motor ini. Baru pertama kali janda seperti saya mampu memiliki kapal motor sendiri di wilayah ini” (Wa Ode Sahana, Sultra) Wa Ode Sahana masih dalam keadaan berduka karena suaminya terbunuh dalam konflik bersenjata di Maluku tahun 1999 yang lalu. Dia dan anaknya kemudian mengungsi ke Buton, di Sulawesi Tenggara, yang sebetulnya tanah kelahirannya. Disinilah Sahana kemudian bergabung dengan kelompok Pekka yang dikembangkan di wilayahnya pada tahun 2002.

Sahana bekerja bertanam rumput laut untuk menghidupi keluarganya. Dia harus ke

5

tengah laut agar rumput lautnya dapat tumbuh lebih baik. Sebelum membeli kapal motor, Sahana biasanya menggunakan perahu kecil yang didayung untuk mencapai tempatnya menanam rumput laut dan membawa hasil panennya ke pantai. Tahun 2004, Sahana memutuskan untuk meminjam modal usaha dari kelompok Pekka-nya sebesar Rp.6,000,000. Pinjaman ini dipergunakannya untuk membeli kapal motor sehingga dia bisa lebih cepat menjangkau tengah laut dan membawa hasil panen rumput lautnya dengan lebih leluasa. Dalam waktu satu tahun, Sahana telah mampu membayar cicilan pinjaman di kelompok simpan pinjam Pekka-nya. “Saya tak pernah membayangkan bisa memiliki kapal motor, rasanya seperti mimpi saja” begitu ucapnya. Memang biasanya hanya laki-lakilah yang memiliki kapal motor besar di kampungnya itu. Pendapatannya meningkat tiga kali lipat dibanding sebelumnya, dan dia telah menjadi inspirasi bagi banyak perempuan miskin di wilayahnya untuk menggapai mimpinya setinggi apapun.

6

“Tanpa PEKKA, saya tidak akan pernah menjadi janda pertama yang mampu dan diterima masyarakat untuk menjadi kepala desa di pulau ini. Saya bisa membawa banyak perubahan pada desa saya karena saya menerapkan banyak hal yang saya pelajari di Pekka” Petronela Peni (NTT)

Petronela Peni adalah seorang janda dari Desa Nulan di pulau Adonara, Flores Timur, NTT. Dia mulai bergabung dengan Pekka tahun 2006 dan kemudian mendapatkan beberapa akses pelatihan hingga ke tingkat Nasional yang diselenggarakan oleh Seknas PEKKA. Hal ini membuat Petronela Peni memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas serta menumbuhkan potensi kepemimpinan. Didukung oleh kelompok Pekka di wilayahnya, Petronela memberanikan diri untuk mengikuti pemilihan kepala desa di wilayahnya. Sebetulnya mereka tidak terlalu yakin akan menang karena belum pernah ada janda yang menjadi kepala desa, dan hal ini juga tabu. Namun mereka sangat surprise karena Petronela mendapatkan 72% suara mengalahkan lawannya yang laki-laki. Petronela menjadi janda pertama yang menjadi kepala desa di wilayahnya itu. Dia menerapkan semua pengetahuan yang diperolehnya dari pelatihan di Pekka seperti menerapkan pendekatan yang partisipatif dan transparan dalam memimpin desanya. Sebagai hasilnya, setelah dua tahun memimpin, Petronela mampu membangun jalan desa, dua puskesmas dan membawa listrik masuk desanya untuk pertama kali setelah lebih dari 60 tahun merdeka, hanya dengan dana pembangunan desa sebesar Rp.450 juta..

7

“Pekka telah mengubah hidup saya dari korban kekerasan rumah tangga yang terpuruk, menjadi paralegal yang membantu masyarakat mengakses keadilan” (Imas, Cianjur, Jawa Barat)

Imas sangat depresi dan marah, untuk ketiga kalinya suaminya memiliki perempuan lain bahkan menikahinya. Suaminya juga memukul Imas yang membuat nya memutuskan untuk berpisah dari suaminya itu. Tahun 2005, Imas bergabung dalam kelompok Pekka di Cianjur, dan di sinilah Imas banyak belajar pengetahuan dan keterampilan baru termasuk tentang hukum. Imas baru menyadari bahwa apa yang dilakukan suaminya adalah kekerasan dalam rumah tangga dan sudah ada perlindungan hukum baginya. Dengan kesadaran baru ini, Imas menggugat cerai suaminya dan melaporkan kasus kekerasan suaminya ke polisi. Imas termotivasi untuk terus mendalami soal hukum khususnya bagaimana mendapatkan akses keadilan dan perlindungan bagi perempuan dan anak. Meskipun hanya lulus SMP, Imas memiliki pengetahuan dan pengalaman yang mengantarkannya menjadi paralegal yang handal. Imas telah memfasilitasi dan mendampingi puluhan anggota Pekka dan masyarakat lainnya mengakses keadilan melalui sidang keliling serta membantu ratusan anak-anak miskin mendapatkan akte kelahiran secara gratis. Imas sekarang sangat mandiri dan penuh percaya diri, terus mendampingi masyarakat mendapatkan keadilan khususnya dalam persoalan keluarga.

8

“Sekarang saya dah bisa membaca, menulis, menghitung dan menggunakan kalkulator. Pekka memotivasi saya untuk belajar meskipun awalnya saya buta huruf. Dan pinjaman modal dari koperasi Pekka mengubah hidup saya dari buruh menjadi juragan” (Daryati, Jawa Tengah)

Daryati adalah seorang janda bercerai dari suaminya dan harus menghidupi 5 orang anaknya sendiri sebagai buruh bawang di kampungnya. Tahun 2004, Daryati bergabung dalam kelompok Pekka di wilayahnya, di Jawa Tengah. Daryati tidak pernah bersekolah sehingga dia tidak bisa baca tulis. Meskipun demikian, dia dipilih menjadi ketua kelompok oleh kawan-kawannya yang semuanya juga buta huruf. Untuk membantunya mencatat simpan pinjam,Daryati meminta bantuan tetangganya yang akhirnya membawa kabur uangnya. Sejak itu Daryati termotivasi untuk belajar baca tulis. Dia meminta dikembangkan kegiatan baca tulis di kelompoknya. Semangat belajarnya tinggi, dia berlatih membaca dari bungkus Koran dan bahan bacaan yang didapatkannya di lapangan. Dia belajar menulis dengan cara menuliskan kembali tulisan dari Koran bekas bungkus dan sampah. Saat ini Daryati sudah mahir membaca, menulis dan menghitung. Dengan pinjaman modal dari koperasi Pekka-nya, Daryati sekarang tak lagi memburuh namun menjadi juragan bawang. Dia juga menjadi motivator yang sangat aktif di kelompoknya.

9

KAMI BEKERJA KERAS UNTUK MEREALISASIKAN HARAPAN DAN DOA PARA TOKOH YANG DISAMPAIKAN 7 TAHUN LALU (2004)

“Kalau kita runut kembali dari awal, program Pekka ini, kan diadakan karena belajar dari belum optimalnya partisipasi kaum perempuan di dalam program PPK, kemudian dirancang program Pekka ini untuk mencari pendekatan baru. Sekarang kita lihat ternyata hasilnya jauh berbeda, kelompok-kelompok perempuan memang terorganisir, ibu-ibu kepala keluarga ini lebih percaya diri, lebih termotivasi, lebih berani untuk berbicara di muka forum-forum. (Bito Wikantosa, Pimpro PPK)

“Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga atau disingkat PEKKA ini langka terjadi, karena bukan merupakan data perempuan yang diolah secara ilmiah statistik empiris valid dan bukan hanya uraian tentang kemiskinan. Melalui Pekka kita mengenali, posisi perempuan kepala keluarga dan tantangan hidup mereka. Realitas hidup mereka belum banyak dikenal karena letak

geografis, kondisi sosial budaya desa asalnya dan kondisi daerah konflik. Tetapi juga karena paradigma pembangunan yang ditetapkan telah menyebabkan bahwa ada penduduk miskin yang telah atau jarang disentuh oleh pemerintah pusat atau daerah”. (Prof. Dr. Saparinah Sadli, Guru Besar UI, Tokoh Nasional Perempuan) “Diharapkan melalui advokasi dapat merubah cara berpikir, merubah kebijakan pihak-pihak pemerintah dan organisasi masyarakat yang sangat besar pengaruhnya, perubahan itu sesuai dengan aspirasi kita. Saya kira apa yang dilakukan oleh Pekka dalam forum ini secara jelas menyuarakan apa yang diinginkan apa yang dibutuhkan. Bicaralah sejelas mungkin tentang apa yang dianggap kebutuhan bagi para perempuan kepala keluarga yang selama ini belum dipenuhi. Memang ada kebutuhan yang sebenarnya bisa dipenuhi oleh diri kita sendiri. Karena kita sedang membangun kekuatan dalam diri kita dengan berorganisasi”. (Kamala Chandrakirana, ketua Komnas Perempuan) “Ini organisasi dari bawah dan memang berbeda dengan organisasi yang dari atas. Ini memang pada hakikatnya ‘kan keluar dari bawah yang tidak terkontaminasi ideologi politik manapun. Kalau PKK itu ‘kan sangat punya kepentingan politik. Semua

10

kegiatannya itu sangat semu tidak riil seperti ini, karena ini ‘kan lebih ke masalah yang sesungguhnya, bagaimana seseorang janda harus mandiri yang harus tegak berdiri dan harus mampu membiayai anak-anaknya sendiri dan itu telah dilakukan secara konkrit oleh Pekka” (Ahmad Tohari, Tokoh dan Budayawan Nasional) “Fenomena single parent itu fenomena sosial yang lebih sering dianggap sebagai masalah sosial yang perlu dicari solusinya . Yang mendapat vonis sosial adalah perempuannya, sering kali tanggungan anak juga pada perempuan. Persepsi sosial masih sering menempatkan bahwa laki-laki itu yang benar lalu kemudian menimpakan kesalahan pada perempuan itu begitu saja. Saya rasa sudah saatnya melakukan proses pencerahan bahwa ada persoalan-persoalan sosial yang harus kita cari solusinya. Mereka ini ternyata perempuan-perempuan hebat yang punya potensi keuletan dan perempuan yang mau bekerja keras” (Khofifah Indar Parawansa, mantan Menteri Pemberdayaan Perempuan, Anggota DPR) “Terus terang Pekka ini sangat berbeda dengan apa yang dilakukan oleh para NGO, karena kita mendekonstruksi banyak hal. Misalnya kita mendekonstruksi tentang perempuan kepala keluarga. Bahwa dalam dokumen negara, statistik itu selalu mengacu kepada laki-laki sebagai kepala keluarga. Yang kedua itu ini mendobrak unit analisa. Selama ini dalam ilmu sosial dan ilmu antropologi unit analisanya itu selalu keluarga, itu sebenarnya unit analisa itu tidak akurat sama sekali karena unit analisanya itu adalah individu yang bisa berarti bisa laki-laki dan bisa perempuan. Jadi sangat impress dan saya sangat senang dengan kegiatan ini dan sangat penting saya kira” (Natsir, anggota masyarakat, Jakarta) “Dari awalnya komnas perempuan sangat yakin bahwa ibu-ibu telah berjuang untuk menghidupkan keluarga. Oleh karena itulah Komnas perempuan mendukung adanya program pemberdayaan perempuan kepala keluarga. Perjuangan ibu-ibu ini adalah sebuah realita. Perjuangan ibu-ibu adalah perjuangan untuk menciptakan kehidupan tanpa kekerasan. Optimisme untuk menjadi kepala keluarga bukan hanya untuk diakui tapi harus diterima oleh masyarakat Indonesia”. (Samsidar, Pjs Sekjen Komnas Perempuan) “Saya optimis dengan program ini dan terus didampingi, akan membantu proses pengentasan kemiskinan di Klubagolit. Karena 70% warga sini tergolong keluarga prasejahtera. Dan kebanyakan memang perempuan kepala keluarga. Di lapangan

11

mungkin belum maksimal, tapi dalam hal berkoperasi, desa yang menjadi sasaran Pekka ini cukup berhasil. Ini dilihat dari kesadaran meminjam dan mengembalikan. Jadi saya kira jika program ini berjalan dengan baik, maka akan menjawab tantangan bahwa masyarakat Klubagolit miskin, sekaligus perempuan ditampilkan ke masyarakat dan menunjukkan bahwa mereka juga berperan dalam pembangunan, terutama pembangunan ekonomi”. (Dr. Yosef K, Camat Klubagolit, NTT) “Kalau menurut saya program itu bagus sekali membantu program ini membantu para janda yang telah ditinggal mati oleh suaminya dia berusaha bangkit untuk membantu ekonomi keluarganya, saya sendiri adanya program Pekka ini sangat mendukung sekali khususnya di kecamatan Tanjung siang ini”. (Nita Bambang, Ketua Tim Penggerak PKK Kecamatan Tanjungsiang, Jawa Barat) “Untuk melakukan perubahan sosial budaya terhadap nilai dan perilaku yang merugikan perempuan dan anak-anak ini memerlukan upaya serius dengan melibatkan berbagai pihak termasuk tokoh adat, tokoh agama, pemerintah, dan terutama masyarakat sendiri. Melalui forum yang ada, kelompok Pekka dapat memfasilitasi proses dialog untuk membicarakan hal ini”. (Kasmiati, aktivis perempuan, tokoh perempuan adat NTB) “Kalau menurut saya program itu bagus sekali membantu program ini membantu para janda yang telah ditinggal mati oleh suaminya dia berusaha bangkit untuk membantu ekonomi keluarganya, saya sendiri adanya program Pekka ini sangat mendukung sekali khususnya di kecamatan Tanjung siang ini”. (Nita Bambang, Ketua Tim Penggerak PKK Kecamatan Tanjungsiang, Jawa Barat) “Untuk melakukan perubahan sosial budaya terhadap nilai dan perilaku yang merugikan perempuan dan anak-anak ini memerlukan upaya serius dengan melibatkan berbagai fihak termasuk tokoh adat, tokoh agama, pemerintah, dan terutama masyarakat sendiri. Melalui forum yang ada, kelompok Pekka dapat memfasilitasi proses dialog untuk membicarakan hal ini”. (Kasmiati, aktivis perempuan, tokoh perempuan adat NTB)

12

I. PENGANTAR

“Pemberdayaan tidak boleh dibatasi oleh kerangka proyek karena pemberdayaan khususnya bagi perempuan bukanlah sebuah

tujuan, melainkan proses dan perjalanan kehidupan perempuan”

DARI MEJA KOORDINATOR NASIONAL PEKKA 10 Tahun yang penuh inspirasi

Wa Ode Sahana, Petronela Peni, Imas dan Daryati, hanyalah sebagian kecil dari ribuan perempuan kepala keluarga (Pekka) yang saya temui dalam perjalanan 10 tahun Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga (PEKKA), yang kisah hidupnya sangat menginspirasi. Ketika memulai PEKKA 10 tahun lalu, tidaklah serta-merta dapat dibayangkan bagaimana kehidupan Pekka yang sangat menyedihkan pada saat itu dapat

berubah. Tak terbayangkan bagaimana akan mengubah wajah suram, pesimis, sedih, minder dan tertekan menjadi raut optimis, penuh senyum dan semangat, serta gairah akan kehidupannya? Justru yang masih lekat teringat dan terasakan hingga saat ini adalah sesaknya dada dengan kemarahan, kesedihan, dan kekecewaan menyaksikan kehidupan Pekka yang sangat memprihatinkan, di tengah kemewahan hidup yang dapat diraih oleh warga masyarakat lainnya. Kehidupan Pekka seolah berhenti dari detak waktu, dan mereka larut dalam pusaran kerasnya kehidupan tanpa suami yang harus dijalaninya. Tidak hanya harus berjuang menafkahi anak dan anggota keluarganya saja, Pekka juga harus bertahan di tengah kejamnya “pelabelan negatif” yang harus disandang oleh perempuan tanpa suami di dalam tatanan nilai yang berlaku dalam masyarakat. “Mimpi”, inilah hal pertama yang menurut hemat kami harus dibangun dalam diri Pekka. Kehidupan yang begitu keras, telah membuat mereka kehilangan kepercayaan diri bahkan hanya untuk sekedar bermimpi pun mereka tidak berani. Dua tahun pertama, tim Seknas PEKKA menginvestasikan waktu untuk berproses bersama Pekka,

13

membangun mimpi dan impiannya setinggi mungkin. “Ingin punya uang banyak, ingin punya rumah, ingin punya center…..” begitulah sebagian mimpi yang terucap penuh keraguan dan ketidakyakinan mereka ketika kami mengajak mereka untuk membangun mimpi bersama. Membicarakan mimpi ini saja ternyata telah menjadi langkah awal untuk Pekka mengukir senyum di bibirnya. Mereka tertawa bersama membayangkan bahwa mimpi yang mereka katakan itu sepertinya mustahil untuk dicapai. Dan benar saja, jalan untuk mewujudkan mimpi itu tidaklah mudah. Namun, tidak ada yang tidak mungkin dalam kehidupan ini asal kita mau berusaha keras untuk meraihnya. Bermodal kepercayaan penuh dari lembaga dana, dukungan dari pihak terkait, tim kerja yang berdedikasi dan ahli, Seknas PEKKA bahu membahu dengan para kader, pemimpin dan anggota Pekka berusaha keras meraih mimpi ini. Jatuh bangun, pasang surut, sukses gagal, mewarnai hari-hari pemberdayaan Pekka di lapangan. Tidak ada “magic bullet”, tidak ada “resep jitu” yang dapat dipergunakan tim Seknas PEKKA dalam proses ini. Kami belajar dari proses bersama, bergerak menelusuri rentang spiral yang sangat dinamis, kadang sudah hampir sampai di puncak harus turun bahkan sangat drastis ke titik yang rendah. Upaya ini tidak hanya memberdayakan kelompok Pekka sebagai subyek utama program, namun juga sebagian besar tim Seknas PEKKA. Keberadaan Seknas PEKKA dan berbagai kegiatannya menjadi sekolah, lapangan kerja, dan rumah bagi sebagian besar penggiat PEKKA. Dan tanpa terasa, sepuluh tahun telah berlalu. Penting rasanya untuk berhenti sejenak, menelusuri kembali perjalanan itu, menandai semua pencapaian sebagai fondasi dan pilar-pilar mimpi yang pernah dibangun bersama dan masih akan terus diperjuangkan untuk dicapai. Ternyata juga tidak begitu mudah untuk menuliskan perjalanan sepuluh tahun tersebut dalam lembar kertas yang terbatas ini. Begitu banyak angka, cerita dan pelajaran penting yang tak boleh tersia-siakan. Sebagiannya, dituliskan dalam laporan ini, sebagai persembahan pada semua pihak yang dengan tak kenal lelah dan putus asa tetap konsisten mempercayai bahwa “Dari Program Pembangunan Menjadi Gerakan Sosial adalah Mungkin!!!”.

Selamat menjelajahi perjalanan 10 tahun Pekka Jakarta, 24 Februari 2012

Nani Zulminarni

Koordinator Sekretariat Nasional PEKKA

14

15

16

SEPULUH TAHUN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN KEPALA KELUARGA (PEKKA)

Desember 2001-Desember 2011

II. PERJALANAN MENGGAPAI KEADILAN DAN MARTABAT

“Pemberdayaan tidak boleh dibatasi oleh kerangka proyek karena pemberdayaan khususnya bagi perempuan bukanlah sebuah tujuan, melainkan proses dan perjalanan kehidupan perempuan untuk mencapai keadilan dan martabat (Nani Zulminarni, 2012)”

1. APA ITU PEKKA? PEKKA adalah sebuah inisiatif pemberdayaan perempuan kepala keluarga, yang mulai digagas pada akhir tahun 2000 dari rencana awal KOMNAS PEREMPUAN yang ingin mendokumentasikan kehidupan janda di wilayah konflik dan keinginan Bank Dunia melalui Program Pengembangan Kecamatan (PPK) merespons permintaan janda korban konflik di Aceh untuk memperoleh akses sumberdaya agar dapat mengatasi persoalan ekonomi dan trauma mereka. Semula upaya ini diberi nama “Widows Project” yang sepenuhnya didukung dana hibah dari Japan Social Development Fund (JSDF) melalui Trust Fund Bank Dunia. KOMNAS PEREMPUAN kemudian bekerjasama dengan Pusat Pengembangan Sumberdaya Wanita (PPSW), membentuk Sekretaris Nasional (Seknas) PEKKA untuk mengembangkan gagasan awal ini. “Widows Project” di transformasi menjadi Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga (PEKKA) oleh Nani Zulminarni yang kemudian menjadi Koordinator Nasional (Kornas) nya. Transformasi ini diharapkan membuat PEKKA menjadi lebih provokatif dan ideologis, yaitu dengan menempatkan janda lebih pada kedudukan, peran, dan tanggung jawabnya sebagai kepala keluarga. Selain itu, upaya ini diharapkan mampu pula membuat perubahan sosial dengan mengangkat martabat janda dalam masyarakat yang selama ini terlanjur mempunyai Stereotype negatif. Judul Program Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga atau disingkat Program PEKKA kemudian ditetapkan dan disepakati untuk menamai inisiatif baru ini. Selanjutnya kata Pekka juga dipergunakan untuk menyebut secara singkat istilah Perempuan Kepala Keluarga (Pekka).

17

2. MENGAPA PEKKA?

Data Susenas Indonesia tahun 2001 menunjukkan bahwa jumlah rumah tangga yang dikepalai perempuan mencapai 13%, dan pada tahun 2007 naik menjadi 13.6%, kemudian pada tahun 2010 diperkirakan telah mencapai 14%, yang menunjukkan kecenderungan peningkatan rumah tangga yang dikepalai perempuan rata-rata 0.1% per tahun. Padahal Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 tahun 1974 mengatakan bahwa, kepala keluarga adalah suami atau laki-laki. Oleh karena itu keberadaan perempuan sebagai kepala keluarga tidak sepenuhnya diakui baik dalam sistem hukum yang berlaku maupun dalam kehidupan sosial masyarakat. Sebagai akibatnya perempuan kepala keluarga menghadapi diskriminasi hak dalam kehidupan sosial politiknya.

3. SIAPA PEREMPUAN KEPALA KELUARGA (PEKKA)?

“Kepala Keluarga adalah Pencari nafkah dalam keluarga atau seseorang yang dianggap sebagai kepala keluarga” (Badan Pusat Statistik-BPS). Definisi Perempuan Kepala Keluarga (Pekka) menurut Seknas PEKKA adalah perempuan yang melaksanakan peran dan tanggungjawab sebagai pencari nafkah, pengelola rumah tangga, dan pengambil keputusan dalam keluarganya. Hal ini mengantarkan Seknas PEKKA pada komunitas dampingan yang mencakup:

Perempuan yang ditinggal/dicerai hidup oleh suaminya

Perempuan yang suaminya meninggal dunia

Perempuan yang membujang atau tidak menikah

Perempuan bersuami, tetapi oleh karena suatu hal, suaminya tidak dapat menjalankan fungsinya sebagai kepala keluarga

Perempuan bersuami, tetapi tidak mendapatkan nafkah lahir dan batin karena suaminya bepergian lebih dari satu tahun.

4. BAGAIMANA PROFIL PEREMPUAN KEPALA KELUARGA YANG DIDAMPINGI SEKNAS PEKKA?

Rumah tangga yang dikepalai perempuan umumnya miskin dan merupakan kelompok termiskin dalam strata sosial ekonomi di Indonesia. Hal ini sangat terkait dengan kualitas sumberdaya perempuan kepala keluarga (Pekka) yang rendah. Data dasar Sekretariat Nasional PEKKA di 19 Provinsi menunjukkan bahwa Pekka merupakan salah satu

18

kelompok masyarakat yang miskin di Indonesia. Hal ini ditunjukkan oleh indikator sosial ekonomi dan kemiskinan seperti pendapatan, pekerjaan dan pendidikan.

19

PENDIDIKAN

UMUR

20

SEB

AB

PEK

KA

Janda Meninggal

2002 53%

2011

39%

Janda Cerai

2002 23%

2011

13%

Janda Ditinggal

2002 10%

2011

7%

Suami Cacat/Sakit

2002 7%

2011

5%

21

Suami Merantau

2011 9%

Dimadu

2011

3%

Pencari Nafkah

2002 8%

Kawin

2011

2%

Lajang

2002 7%

2011

11%

Lain - lain 2011 2%

PEKERJAAN

2002 2011

BURUH

7%

10%

KARYAWAN 5%

BURUH TANI 5%

JASA 6% 7%

KERAJINAN

6% 9%

22

PENGOLAHAN MAKANAN 3%

PERDAGANGAN

33% 20%

PERTANIAN

43% 38%

TIDAK BEKERJA

4% 4%

23

5. APA TUJUAN PEMBERDAYAAN YANG DILAKUKAN OLEH SEKNAS PEKKA?

Seknas PEKKA mempunyai visi untuk pemberdayaan perempuan kepala keluarga dalam rangka ikut berkontribusi membangun tatanan masyarakat yang sejahtera, adil gender, dan bermartabat. Untuk mewujudkan visi tersebut, Seknas PEKKA mengemban misi untuk:

Meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan Perempuan Kepala Keluarga (Pekka)

2002 2011

<=7500 51% 38%

7501-

15000

33% 29%

15001-

22500

16% 18%

22501-

30000

6%

>30000 9%

Pendapatan

per Hari

24

Membuka akses Pekka terhadap berbagai sumberdaya

Membangun kesadaran kritis Pekka baik terhadap kesetaraan peran, posisi, dan status mereka, maupun terhadap kehidupan sosial politiknya.

Meningkatkan partisipasi Pekka dalam berbagai proses kehidupan sosial, ekonomi, politik dan budaya

Meningkatkan kontrol Pekka terhadap proses pengambilan keputusan mulai di tingkat rumah tangga hingga negara.

6. APA TEORI PERUBAHAN YANG DIPERGUNAKAN PEKKA? Identifikasi masalah yang dilakukan oleh komunitas Pekka di awal pelaksanaan program memperlihatkan bahwa berbagai persoalan yang dihadapi Pekka pada dasarnya disebabkan oleh tiga dimensi kekuasaan yang mengontrol kehidupan perempuan kepala keluarga, yaitu kekuasaan formal, non formal dan tatanan nilai. Oleh karena itu proses Pemberdayaan Pekka harus mampu meningkatkan kemampuan komunitas Pekka membangun kekuatan individu mau pun kolektifnya untuk mempengaruhi berbagai dimensi kekuasaan demi kesejahteraan, kesetaraan dan keadilan.

PEKKA Dinamika Perubahan Sosial

25

7. BAGAIMANA CARA SEKNAS PEKKA MENCAPAI TUJUANNYA? Seknas PEKKA mengembangkan strategi Empat Pilar Pemberdayaan Pekka. 1. Membangun Visi; pada dasarnya membangun kesadaran kritis Pekka terhadap hak

sebagai manusia, perempuan dan warga negara, menumbuhkan motivasi untuk memperbaiki kehidupan, dan pada akhirnya memfasilitasi mereka untuk membangun visi dan misi kehidupan. Visi dan Misi menjadi landasan utama Pekka untuk bergerak selanjutnya.

2. Peningkatan kemampuan; meningkatkan kapasitas Pekka untuk mengatasi berbagai persoalan kehidupan melalui pendampingan intensif, berbagai pelatihan dan lokakarya terkait dengan membangun kepercayaan diri, meningkatkan keterampilan teknis dan manajerial. Melatih dan mengembangkan pemimpin dan fasilitator masyarakat dari kalangan Pekka.

3. Pengembangan Organisasi dan Jaringan; melalui penumbuhan, pengembangan dan penguatan kelompok berbasis di masyarakat yang diberi nama Kelompok Perempuan Kepala Keluarga (Kelompok Pekka) di seluruh wilayah program. Kelompok-kelompok ini kemudian difasilitasi untuk mengembangkan organisasinya menjadi Serikat Pekka yang mandiri dan berjaringan mulai dari tingkat kecamatan hingga nasional, serta berjaringan dengan lembaga lain yang dapat mendukung kerja-kerja mereka.

26

4. Advokasi untuk Perubahan; Fokus pada akses terhadap informasi, sumberdaya kehidupan dan pengambilan keputusan serta akses terhadap keadilan hukum. Perubahan tata nilai negatif terhadap perempuan dan perempuan kepala keluarga melalui kampanye dan pendidikan pada masyarakat luas.

27

28

8. APA SAJA KEGIATAN PEMBERDAYAAN YANG DILAKUKAN SEKNAS PEKKA?

a. Pemberdayaan Ekonomi; Pengembangan

sumberdaya keuangan bersama Pekka melalui kegiatan simpan pinjam dengan sistem koperasi serta peningkatan sumber pendapatan keluarga Pekka melalui pengembangan usaha individu dan usaha bersama

b. Pendidikan Sepanjang Hayat; Pemberantasan buta huruf dan angka bagi keluarga Pekka melalui kelas keaksaraan fungsional dan akses program Penyetaraan Pendidikan serta akses pendidikan yang murah dan berkualitas termasuk akses beasiswa bagi anak-anak Pekka yang putus sekolah 9 tahun, Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), dan mengorganisir Kelas Belajar anak-anak Pekka.

c. Pemberdayaan Hukum; Kegiatan penyadaran tentang hak dan perlindungan hukum bagi Pekka, melatih kader Pekka menjadi Kader Hukum agar mampu mendampingi akses proses hukum yang adil bagi Pekka dan keluarganya dalam penyelesaian kasus kekerasan dalam rumah tangga serta advokasi reformasi hukum dan proses hukum yang adil gender

d. Pemberdayaan Politik; Penyadaran kritis akan hak politik Pekka, mengorganisir Pekka untuk terlibat dan mengawasi proses pengambilan keputusan di berbagai tingkatan dan terlibat dalam proses politik di berbagai tingkatan

e. Hak Kesehatan Sepanjang Masa; Gerakan hidup sehat dan berkualitas melalui kegiatan penyadaran kritis akan hak dan kesehatan khususnya kesehatan reproduksi; mengembangkan kader-kader kesehatan dari kalangan Pekka agar dapat mengorganisir akses pelayanan kesehatan yang murah dan berkualitas, advokasi kebijakan terkait hak pelayanan kesehatan yang mudah, murah dan berkualitas bagi masyarakat miskin

f. Media Komunitas; Sistem pendukung kegiatan pengorganisasian Pekka dan

memperjuangkan hak akses teknologi informasi bagi masyarakat miskin, melatih dan

mengembangkan kader-kader pengelola dan pengembang media rakyat termasuk

radio komunitas, video komunitas, fotografi, dan penulisan, mengembangkan

penggunaan media komunitas untuk kegiatan pendidikan bagi rakyat, kampanye

perubahan sosial, dan advokasi kebijakan

29

9. DIMANA WILAYAH KERJA PEKKA Hingga akhir tahun 2011, Seknas PEKKA telah menumbuhkan, mengembangkan dan mendampingi Pekka di 19 Provinsi di Indonesia. Kerja Seknas Pekka di awali di empat wilayah pada tahun 2002 yaitu:

Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) : Aceh Bireun, Aceh Barat Daya, Aceh Besar, Pidie, Aceh Timur, Aceh Jaya, Singkil, Aceh Selatan, Nagan Raya

Jawa Barat (JABAR) : Cianjur, Subang, Sukabumi, Karawang

Nusa Tenggara Timur (NTT) : Flores Timur

Sulawesi Tenggara (SULTRA) : Buton

Berkembang ke 4 provinsi berikutnya pada tahun 2003 yaitu:

Kalimantan Barat (KALBAR) : Kodya Pontianak, Kubu Raya

Jawa Tengah (JATENG) : Batang, Pemalang, Brebes

Tenggara Barat (NTB) : Lombok Barat, Lombok Tengah

Maluku Utara - (MALUT) : Halmahera Utara

Pada akhir tahun 2010, Seknas PEKKA memperluas wilayah kerja ke 6 provinsi lagi yaitu:

Sumatra Utara (SUMUT) : Asahan

Sumatra Selatan (SUMSEL) : Ogan Komering Ilir

Jawa Timur (JATIM) : Bangkalan

Sulawesi Selatan (SULSEL) : Bone

Sulawesi Utara (SULUT) : Bolaang Mongondow

Bali

Pada awal tahun 2011, Seknas PEKKA menjangkau 5 Provinsi lagi termasuk:

Sumatera Barat (Sumbar ): Sijunjung

Banten : Lebak

Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) : Bantul

Kalimantan Selatan (Kalsel) : Hulu Sungai Utara

Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI) : Kepulauan Seribu

30

10. TONGGAK PERISTIWA PENTING DALAM PERJALANAN 10 TAHUN PEKKA

Kejadian Penting dalam 10 Tahun

Pembentukan Sekretariat Nasional menumpang di kantor PPSW, Kornas PEKKA mulai

bekerja dibantu oleh seorang staf pendukung

Survey wilayah kerja di 4 provinsi pertama (NAD, Jabar, NTT, Sultra) dengan melibatkan

staf PPSW, sekalian rekrutmen staf lokal untuk menjadi pendamping lapang di

wilayahnya.

Pelatihan 15 orang staf pendamping lapang (PL) di Wisma Hijau selama satu bulan

(Desember 2001)

Mendapatkan dukungan pendanaan sebagai “Management Consultant of Widows and

Poverty Project” melalui Departemen Dalam Negeri.

Pembentukan kelompok-kelompok Perempuan Kepala Keluarga (Kelompok Pekka) oleh

PL di 4 Provinsi; NAD, Jawa Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Sulawesi Tenggara.

Kelompok pertama terbentuk di Kelubagolit, Flores Timur, NTT pada tanggal 4 Februari

2002

Terbentuk 123 Kelompok Pekka dengan total anggota 3,305 orang di 92 desa dan

kelurahan, 14 Kecamatan, 10 Kabupaten, di NAD, Jabar, Sultra dan NTT

Kegiatan simpan pinjam di kelompok meskipun awalnya mendapatkan tantangan dari

Pekka yang mengharapkan bantuan sebagaimana proyek pembangunan lainnya.

Terkumpul simpanan sejumlah Rp.46,263,950 dan telah diputarkan dalam bentuk

pinjaman dengan total perputaran Rp.97,826,550 dan jasa yang dibayarkan sebesar

Rp.13,024.150

Seknas PEKKA mengontrak kantor di wilayah Pondok Kelapa, Jakarta Timur.

Mendapatkan dukungan dana dari DVV Germany untuk melakukan perluasan wilayah

pengembangan Pekka di dua provinsi yaitu Jawa Tengah dan Kalimantan Barat.

Pelatihan Nasional kader lokal pertama di Bali; untuk pertama kalinya membawa Pekka

keluar dari wilayahnya dan ternyata memberikan dampak positif bagi pemberdayaan

selanjutnya.

Pekka belajar menulis buku yang kemudian kumpulan tulisan ini diterbitkan menjadi

sebuah buku berjudul “Sebuah Dunia tanpa Suami”.

Pekka belajar menjadi fotografer lokal dan foto-foto hasil karya Pekka dipamerkan di

forum wilayah, forum nasional hingga ke Amerika Serikat.

31

Pendokumentasian Pekka dalam bentuk video yang pertama berupa kisah Pekka di NTT.

Setelah itu, Seknas PEKKA secara berkesinambungan membuat video-video Pekka.

Penerbitan buletin pertama Pekka berjudul “Cermin”

Perluasan wilayah kerja Seknas PEKKA ke 2 Provinsi lagi yaitu Nusa Tenggara Barat

(NTB) dan Maluku Utara (Malut).

Kelompok Pekka mengakses dana bantuan langsung yang disediakan lembaga donor

melalui sistem di pemerintah Indonesia yaitu proyek PPK, total dana yang diakses

Rp.5,365,911,194.

Lokakarya Nasional Multistake Holder PEKKA; pemerintah, donor, dan LSM

Diselenggarakannya 11 forum wilayah Pekka di tingkat Kecamatan dan Kabupaten

Mengintegrasikan wilayah Kalbar dan Jateng ke dalam program PEKKA untuk provinsi

lainnya

Mendirikan Yayasan PEKKA sebagai badan hukum Seknas PEKKA sehingga dapat mandiri

dari PPSW yang selama ini telah menaunginya.

Kader foto Pekka dan pendamping kunjungan dan pameran foto ke Bank Dunia di

Washington DC

Forum Nasional Pekka pertama di Hotel Millenium Jakarta dengan tema “Saatnya Bicara

Perempuan Kepala Keluarga”, pameran foto dan produk, diskusi buku Sebuah Dunia

tanpa Suami, dan kunjungan ke lembaga pemerintah

Perintisan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) Pekka, yang mengelola dana simpan pinjam

dan BLM

Bencana gempa bumi dan Tsunami di Aceh; 11 orang anggota Pekka meninggal dan

hilang.

Berakhirnya dukungan pendanaan untuk Pekka yang diterima melalui Depdagri.

Seknas PEKKA pindah ke Duren Sawit bersebelahan dengan kantor PPSW.

Mengakses pendanaan proyek dari Japan Social Development Funds (JSDF) langsung

melalui trust fund Bank Dunia sehingga upaya yang telah dirintis dapat terus

dilanjutkan. Pendanaan ini kemudian disebut Pekka-2 oleh Seknas PEKKA.

Program tanggap darurat dan pemberdayaan Pekka Aceh paska Tsunami di mulai.

Memperoleh dana khusus untuk wilayah Aceh dari Japan Social Develoment Funds

(JSDF) yang oleh Seknas PEKKA disebut Pekka-3

Launching program pemberdayaan hukum Pekka bekerja sama dengan Justice for the

Poor Bank Dunia, untuk pilot di wilayah Cianjur, Lombok dan Brebes

Pekka Aceh berhasil membangun 9 rumah korban Tsunami di wilayah Biereun. Proses

32

pembangunan di rencanakan dan dipimpin oleh kader-kader Pekka sendiri. Ini

merupakan rumah pertama yang berdiri di wilayah Aceh pasca Tsunami.

Pekka wilayah NTT berhasil menguatkan posisi politiknya dengan melakukan kontrak

politik dengan calon bupati Flores Timur pada Pilkada tahun ini. Hal ini menjadi

inspirasi pemberdayaan politik Pekka selanjutnya.

Pengembangan SOP Seknas PEKKA yang menjadi acuan kelembagaan Seknas, serta

penguatan pengelolaan manajemen keuangan Seknas PEKKA.

Membentuk sekretariat Pekka Aceh di Biereun

Mulai pengembangan program pendidikan sepanjang hayat Pekka bekerjasama dengan

PPSW dengan dukungan JSDF; kegiatan keaksaraan dan pendidikan anak usia dini

Pengembangan Multi Stake Holder (MSF) penegak hukum di wilayah pilot program

Lima tahun pengembangan kelompok Pekka mencapai 244 desa, 330 kelompok Pekka,

dengan 7,912 anggota

Kegiatan simpan pinjam Pekka mampu memobilisasi simpanan anggota sejumlah

Rp.746,479,227 dan akses BLM mencapai Rp.6,774,753,820 dengan perputaran

pinjaman mencapai Rp.10,776,961,300 serta perolehan jasa pinjaman mencapai

Rp.370,256,665

Pengembangan komite pendidikan desa serta penyaluran beasiswa bagi anak-anak

Pekka dan anak miskin lainnya yang di koordinir oleh ibu-ibu Pekka.

Memindahkan sekretariat Pekka Aceh dari Biereun ke Aceh Besar dan menempatkan

seorang Koordinator Program untuk memimpin Sekwil Aceh

Pengembangan Website di Seknas PEKKA.

Forum Nasional (Fornas) Pekka yang ke-2 di Hotel Grand Cempaka, Jakarta diikuti oleh

354 perwakilan Pekka dari 8 Provinsi

Memberikan penghargaan UKM inovatif bagi Pekka pada acara Fornas

Penelitian tentang akses keadilan Pekka bekerjasama dengan IALDF (Indonesia Australia

Legal Development Facility) yang hasilnya dipergunakan untuk advokasi akses keadilan

berupa prodeo dan sidang keliling komunitas Pekka terkait hukum keluarga

Seknas PEKKA menjadi “host” pengembangan Jaringan Regional JASS-SEA (Just

Associate South East Asia)

Peresmian “Center pekka” pertama di Klubakgolit, NTT yang dibangun dengan dana

swadaya dan keuntungan LKM. Inisiatif ini menjadi inspirasi bagi wilayah lain untuk

mengembangkan Center mereka pula.

33

Sidang keliling sebagai strategi akses keadilan Pekka yang pertama di gelar di Cianjur

yang di organisir Pekka dan berhasil menyelesaikan 35 kasus hukum keluarga

Pengembangan program Perempuan Indonesia Memimpin (PRIME) yang fokus pada

pengembangan kepemimpinan perempuan di akar rumput dengan dukungan dana dari

JSDF melalui proyek PRIME.

Seknas PEKKA mulai mengembangkan program tematik Pemberdayaan Politik

Ada 44 orang Kader Pekka mulai terlibat di 11 Musrenbang di wilayahnya, dan 9 orang

kader Pekka terdaftar menjadi calon anggota legislative di wilayahnya

Pengembangan tim video komunitas di mana kader Pekka di latih untuk membuat video

komunitas di wilayah Aceh, NTB, NTT dan Jawa Barat

Pengembangan 8 stasiun radio komunitas di mulai di wilayah Aceh, Jawa Barat, Jawa

Tengah, Sultra dan Kalimantan Barat.

Kornas mendapatkan kesempatan untuk retret di Bellagio Center, Rockefeler

Foundation, menulis draft Buku PEKKA

Presentasi PEKKA di panel forum Internasional AWID di Cape Town, Afrika Selatan, oleh

Kornas

Perintisan pembentukan serikat Pekka dengan sosialisasi pertama di Aceh dan

Musyawarah pertama Serikat Pekka yang di mulai di Jawa barat dengan diakhiri

launching Serikat Pekka Jawa Barat di Karawang.

Mendapatkan “Best Practice Award” dari Pemerintah Jepang dinilai sebagai salah satu

proyek yang efektif enjangkau kelompok termiskin yang didanai melalui Japan Social

Development Funds (JSDF). Kornas dan Ketua Serikat Pekka menerima penghargaan

tersebut di Tokyo.

Proses pembentukan Serikat Pekka di 7 provinsi lainnya; Aceh, Jawa Tengah,

Kalimantan Barat, NTB, NTT, Sulawesi Tenggara dan Maluku.

Musyawarah Nasional Pertama pengurus Serikat Pekka dari 8 Provinsi di Bogor, dan

membentuk Federasi Serikat Pekka dan berhasil memilih 3 orang pengurusnya.

Federasi beranggotakan 9,699 anggota di 314 desa wilayah Pekka.

Pembangunan Center Pekka di berbagai wilayah

Pembentukan kelompok perempuan non-pekka di wilayah

Penerbitan buku seri sebuah dunia tanpa suami yang ke -2 dan 3 dari Aceh

Ikut mendirikan Alimat; Jaringan Nasional untuk pembelajaran dan advokasi keluarga

dalam Islam.

Evaluasi PEKKA oleh lembaga mandiri yaitu Women Research Institut (WRI)

34

Launching laporan penelitian akses keadilan dengan penyampaian “key note” oleh

ketua Mahkamah Agung, menjadi titik awal membangun kerjasama dengan penegak

hukum untuk akses keadilan

Mendapat dukungan pendanaan program untuk pemberdayaan hukum Pekka melalui

Justice for the Poor Bank Dunia

Pelibatan tokoh laki-laki yang berperan penting dalam penegakan keadilan bagi Pekka

seperti kepala desa, tokoh agama dan adat melalui lokakarya pengembangan

kepemimpinan yang berwawasan keadilan.

Pengembangan sistem data kebutuhan akses keadilan secara online bekerjasama

dengan Badilag (Badan Peradilan Agama)

Kornas PEKKA mendapatkan Saparinah Sadli Award

Memperluas wilayah kerja Pekka ke 6 Provinsi baru (Sumatera Utara, Sumatera Selatan,

Jawa Timur, Bali, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Utara) menjangkau 83 dengan

dukungan JSDF melalui proyek Sustaining Leaderships.

Penutupan proyek pemberdayaan Pekka Aceh pasca Tsunami. Seknas Terpaksa

memutuskan hubungan kerja dengan 5 orang pendamping lapang di Aceh.

Seminar Nasional akses keadilan di Jakarta bekerjasama dengan Alimat

Perluasan ke 4 provinsi baru yaitu di Sumatera Barat, Kalimantan Selatan, Banten, dan

Yogyakarta.

Perluasan ke DKI Jakarta yaitu di kepulauan seribu

Pelatihan kader tingkat Nasional untuk wilayah baru

Penutupan proyek pendidikan dan hukum yang didanai melalui trust fund Bank Dunia

Seknas PEKKA gagal mengakses PNPM Peduli

Mendapatkan penghargaan Internasional sebagai best practice dan program favorit dari

proyek-proyek JSDF di seluruh dunia. Kornas dan Petronela Peni mewakili Pekka

menerima award-nya di Washington DC.

Merintis pengembangan sekretariat wilayah, merekrut staf administrasi dan keuangan

untuk membantu koordinator wilayah

Penambahan staf di Seknas sehingga membutuhkan ruang yang lebih besar dengan

menyewa ruangan di kantor PPSW.

Asesmen 10 tahun Pekka oleh konsultan independen dari Bank Dunia, dan diskusi

terfokus yang difasilitasi tim Seknas PEKKA.

Mendapatkan dukungan pendanaan proyek dari AUSAID untuk meneruskan

pemberdayaan hukum selama 4 bulan kuartal terakhir

35

Mengembangkan program baru Sistem Pemantauan Kesejahteraan Berbasis Komunitas

(SPKBK) Pekka, dengan dukungan AUSAID bekerja sama dengan SMERU dan TNP2K,

hingga tahun 2014.

Pengembangan sistem pengelolaan data di Seknas (Data Center PEKKA) dengan dibantu

oleh volunteer dari Australia Volunteer International (AVI)

11. APA HASIL PEKKA SELAMA 10 TAHUN? Hasil yang dicapai dari proses pemberdayaan yang telah dilakukan selama 10 tahun terakhir dapat dilihat dari dua aspek yaitu analisa pencapaian tujuan dan perubahan yang dirasakan oleh Pekka. Guna mengetahui pencapaian tujuan program, dilibatkan evaluator independen serta analisa data-data kuantitatif yang telah dikumpulkan oleh Seknas PEKKA selama 10 tahun terakhir. Sedangkan informasi tentang perubahan yang dirasakan Pekka didapatkan melalui Survey pada anggota dan kader Pekka tentang beberapa indikator perubahan pengembangan diri, pengetahuan dan wawasan serta status mereka dalam masyarakat.

A. Pencapaian Tujuan Tujuan pemberdayaan Pekka dikembangkan dari 5 kerangka Pemberdayaan Sarah Longwe yaitu: Peningkatan kesejahteraan; ketersediaan sumber ekonomi, perlindungan dari risiko

kemiskinan Peningkatan akses terhadap sumber daya; pelayanan publik dan akses sumberdaya

ekonomi, perlindungan sosial, ekonomi dan politik. Peningkatan kesadaran kritis; kemampuan membangun kesadaran terkait relasi

kuasa adil gender Peningkatan partisipasi; kemampuan untuk hadir dan aktif serta mempengaruhi

kebijakan di berbagai arena dan berbagai tingkatan Peningkatan kontrol terhadap pengambilan keputusan; melakukan kontrol guna

menjamin kepentingan kaum perempuan dapat diimplementasikan sebagai kebijakan publik.

Untuk mengetahui pencapaian setiap tujuan, maka dikembangkan beberapa indikator

yang sejalan dengan “input” yang dilakukan oleh Seknas PEKKA dalam proses

pemberdayaannya, yang dijadikan rujukan dalam melihat pencapaian tujuan selama 10

tahun.

36

Tabel 1. Indikator Pencapaian Tujuan

No Tujuan Indikator

1 Kesejahteraan Peningkatan pendapatan

Peningkatan simpanan di kelompok

Peningkatan pinjaman di kelompok

Tingkat pengembalian pinjaman di atas 70%

Mampu mengakumulasi modal usaha

Peningkatan aset

2 Akses Sumberdaya Terbukanya akses sumberdaya bagi anggota dalam hal:

Dana Pemerintah (Dana Desa, APBD dll) untuk kegiatan hukum,

politik, sosial dan ekonomi.

Dana untuk layanan kesehatan gratis bagi perempuan miskin.

Pendidikan dan Pelatihan keterampilan yang diadakan oleh

pihak lain

Bantuan sarana dan prasarana bagi pengembangan program

Pekka

3 Partisipasi Tingkat kehadiran anggota dalam kegiatan kelompok mencapai

70%.

Tingkat keaktifan para anggota dalam kegiatan untuk

menyuarakan kebutuhannya dalam kelompok mencapai 70%.

Tingkat kehadiran dalam kegiatan yang diadakan pihak lain

seperti rapat desa, musrenbang dan lainnya terkait akses

sumberdaya

4 Kesadaran kritis Tumbuh kebutuhan belajar dan mendapat pengetahuan untuk

mengembangkan kapasitas diri.

Peningkatan jumlah masalah yang berhasil diidentifikasi, dan

yang berhasil diselesaikan.

Kemampuan mengadvokasi persoalan atau perlakuan tidak adil

yang mereka hadapi ke pihak berwenang untuk

menyelesaikannya.

5 Kontrol Mampu membuat keputusan diri sendiri dilingkup rumahtangga

Partisipasi aktif dalam mengawasi, mempertanyakan dan

menentukan kegiatan kelompok yang akan dilakukan.

Mampu mengusulkan dan mengawasi pembuatan kebijakan

lokal yang berhubungan dengan persoalan ketidakadilan yang

37

No Tujuan Indikator

mereka hadapi.

Indikator ini telah dipergunakan dalam evaluasi pemberdayaan Pekka baik yang

dilakukan oleh pihak mandiri di luar Pekka maupun oleh tim Seknas PEKKA dalam

mekanisme monitoring dan evaluasi internalnya.

a) Hasil Survey WRI 2009 Pada tahun 2009, Women Research Institute (WRI) telah melakukan evaluasi terhadap

pencapaian tujuan Pemberdayaan Pekka dengan mempergunakan indikator di atas.

Survey di lakukan di beberapa wilayah kerja Seknas PEKKA. Hasil survey WRI

menunjukkan bahwa sebagai besar indikator tujuan yang ditetapkan telah dapat dicapai

melalui proses pemberdayaan ini. Namun demikian, Survey WRI juga memperlihatkan

ada variasi di setiap wilayah terhadap pencapaian tujuan ini. Berikut ini tabel yang

menunjukkan hal tersebut.

Tabel 2. Pencapaian Tujuan Program berdasarkan Survey WRI tahun 2009

Wilayah Survey Kesejahteraan

Akses

Sumberdaya

Kesadaran

Kritis Partisipasi Kontrol

Aceh Timur (Aceh) ** * ** * ?

Cianjur (Jawa Barat) * *** ** ** **

Brebes (Jawa

Tengah)

** * ** ** **

Pontianak

(Kalimantan Barat)

** * ** * ?

Lombok Barat (NTB) *** ** ** ** **

Buton (sulawesi

Tenggara

** * ** ** *

Halmaherah Utara

(Maluku Utara)

** * ** * *

Adonara (NTT) *** ** *** *** ***

Keterangan:

38

*** = semua indikator terpenuhi

** =2 atau 3 indikator terpenuhi

* =1 indikator terpenuhi

? = tidak mengarah pada pencapaian tujuan

b) Hasil Survey 10 tahun Pekka oleh Megan Scalon Dengan metode yang sedikit berbeda, pada tahun 2011, dalam rangka 10 tahun

pemberdayaan Pekka, maka dilakukan lagi survey 10 tahun Pekka oleh evaluator

independen yaitu Megan Scalon yang juga mencoba menyoroti pencapaian tujuan

pemberdayaan dengan indikator yang sama. Dalam Surveynya, Megan memisahkan

responden survey anggota biasa dan kader. Hasil survye Megan menunjukkan bahwa

pencapaian tujuan sangat signifikan dicapai oleh kader-kader Pekka. Sedangkan untuk

anggota biasa masih bervariasi. Survey Megan di lakukan di 8 provinsi yang sama

dengan yang dilakukan oleh WRI. Berikut ini tabel hasil survey 10 tahun pemberdayaan

Pekka oleh Megan.

Tabel 3. Pencapaian Tujuan berdasarkan Survey 10 tahun Pekka oleh Megan Scalon tahun 2011

Tujuan Dampak pada anggota Dampak pada Kader

Penguatan Ekonomi Tidak signifikan Positif lemah Peningkatan Kesejahteraan Positif Positif Akses sumberdaya Positif lemah Positif cukup kuat Kesadaran kritis Tidak signifikan Positif Partisipasi Positif lemah Positif Kontrol di dalam Pekka Positif Positif Kontrol di rumah tangga Tidak ada informasi Positif Kontrol di masyarakat Tidak signifikan Positif menuju kuat Kontrol di tingkat kabupaten / provinsi

Tidak signifikan Positif lemah

c) Pencapaian tujuan dari Data di Seknas PEKKA Selama 10 tahun, Seknas PEKKA juga melakukan dokumentasi dan pencatatan hasil dari berbagai kegiatan yang telah dilakukan melalui program-program dikembangkan. Hal ini dilakukan dengan mendokumentasikan proses serta hasil dari implementasi kegiatan dalam setiap program yang dikembangkan dalam mekanisme monitoring dan evaluasi internal Pekka. Dengan mengacu pada kerangka tujuan di atas, tabel berikut ini dapat

39

melengkapi hasil survey evaluasi indepen yang dilakukan oleh pihak di luar Seknas PEKKA.

Tabel 4. Rekam Jejak Pencapaian Tujuan oleh Seknas PEKKA secara kuantitatif

No Tujuan Pencapaian

1 Kesejahteraan Tabungan anggota Pekka meningkat rata-rata 50% per tahun

Tabungan tertinggi anggota mencapai Rp.14.697.000,-

dibandingkan pada tahap awal hanya mencapai Rp.900.000

Total tabungan bersama mencapai Rp.3.551.349.024

Pinjaman anggota meningkat rata-rata 20% pertahun

Pinjaman tertinggi mencapai Rp.25,000,000 per tahun, dan

rata-rata pinjaman anggota mencapai Rp.1,500,000 di

bandingkan pada tahap awal yang hanya berkisar Rp.100,000

Penerimaan sisa hasil usaha (SHU) akhir tahun yang pernah

diterima anggota tertinggi adalah Rp Rp.2.345.071

Ada pergeseran jumlah Pekka yang berpenghasilan dibawah Rp

7,500 per hari dari 51% di tahap awal menjadi 38% pada

laporan ini, dan yang berpenghasilan di atas Rp.15,000

bergeser dari 16% menjadi 24%

Paska Tsunami Aceh, Pekka membangun dan merenovasi 284 rumah, membangun kembali usaha 840 anggota Pekka yang hancur, memberikan beasiswa pada 2,367 anak korban Tsunami.

2 Akses

Sumberdaya

Telah tumbuh dan berkembang 35 lembaga simpan pinjam dan

koperasi di 18 provinsi yang dimiliki dan dikontrol oleh Pekka

secara kolektif dengan Asset mencapai

Rp.11.655.302.874dengan total perputaran pinjaman secara

keseluruhan mencapai Rp.30.985.173.592

Telah berkembang 61 unit PAUD Pekka (Pendidikan Anak Usia Dini) yang menampung sekitar 2,343 murid dari keluarga miskin, dikelola oleh Pekka

Telah dikembangkan 92 pusat belajar baca tulis yang menampung 2,562 perempuan buta aksara, dikelola oleh Pekka

Ada 233 anggota Pekka yang putus sekolah mendapatkan beasiswa sehingga dapat mengikuti program persamaan paket A,B,C dan mendapatkan ijazah SD, SMP dan SMA

40

No Tujuan Pencapaian

Ada 15,450 anak Pekka dan keluarga miskin lainnya mendapatkan beasiswa SD dan SMP

Telah tumbuh dan berkembang 60 Center Pekka(Pusat Belajar Pekka); 25 Center utama dan 35 Center pendukung, yang diakses tidak kurang dari 7,000 Pekka dan anggota masyarakat lain (10%-nya laki-laki), setiap tahunnya.

Ada 9 stasiun radio komunitas Pekka dengan rata-rata penyiaran mencapai 8,5 jam perhari menjangkau lebih dari 7,700 pendengar setia, dan dikelola oleh Pekka

Ada 7 studio video komunitas yang dikelola oleh Pekka dan mampu memproduksi rata-rata 10 video komunitas setiap tahunnya.

3 Partisipasi Minimal telah tumbuh dan berkembang 749 kelompok Pekka

dengan jumlah anggota mencapai 16,833 perempuan kepala

keluarga miskin dan sekitar 100,000 anggota keluarganya yang

mendapatkan dari berbagai kegiatan Pekka, di 471 desa, 19

Provinsi di Indonesia.

Tidak kurang dari 1,500 orang kader, pemimpin dan anggota

Pekka dipilih menjadi pemimpin di berbagai aktivitas publik,

sosial kemasyarakatan termasuk sebagai pengurus ormas,

pengelola program pembangunan seperti PNPM, pengurus

RT/RW, staf di kantor pemerintahan desa, pengurus PKK dan

kegiatan sosial dan keagamaan lainnya.

Ada 2,948 orang anggota, kader dan pemimpin serikat Pekka

yang terlibat secara aktif dalam berbagai proses di tingkat

masyarakat termasuk dalam musrenbang hingga ke tingkat

kabupaten dan dialog-dialog dengan pemerintah lokal

membahas berbagai persoalan sosial ekonomi masyarakat.

4 Kesadaran

Kritis

48 jenis pelatihan telah diberikan pada Pekka yang mencakup

analisa sosial, motivasi bekerja dalam kelompok,

kepemimpinan transformatif, hak kesehatan reproduksi,

hukum dan hak perempuan, gender budget, advokasi,

kesadaran gender, dengan total kepesertaan pelatihan

mencapai 44,148 partisipasi.

Melalui pemberdayaan hukum, 6,639 anak dari keluarga miskin

41

No Tujuan Pencapaian

memperoleh akte kelahirannya secara gratis, 2,423 masyarakat desa mendapatkan penyelesaian persoalan perkawinan melalui persidangan keliling, dan rata-rata 14 kasus kekerasan terhadap perempuan di bawa ke proses peradilan setiap tahun.

5 Kontrol Ada 8 jenis kelompok kepentingan yang telah dikembangkan di

seluruh wilayah Pekka termasuk kelompok sadar hukum,

kelompok pengembangan pendidikan, kelompok pendidikan

politik, dan kelompok peduli Pekka.

Telah terbangun forum pemangku kepentingan untuk akses

keadilan bagi Pekka dan masyarakat miskin lainnya di 18

Provinsi.

Khusus dalam aspek penguatan ekonomi, perubahan yang paling signifikan dalam hidup Pekka adalah berkembangnya Asset keuangan kolektif yang dimiliki dan dikontrol oleh Pekka sendiri. Aset keuangan ini tumbuh rata-rata setiap tahunnya di atas 2.5%.Berikut ini data Asset keuangan Pekka yang tersebar di wilayah di mana Pekka berada pada tahun 2010 dan 2011.

Tabel 5. Aset Keuangan Kolektif Pekka 2010-2011

No Wilayah 2010 2011

1 Aceh 3.712.519.630 3.670.395.650

2 Jawa Barat 1.060.137.340 1.074.223.540

3 Jawa Tengah 499.636.926 519.319.326

4 Kalimantan Barat 414.942.187 184.822.850

5 Nusa Tenggara Barat 1.000.801.503 1.099.640.859

6 Nusa Tenggara Timur 3.403.666.203 3.915.767.593

7 Sulawesi Tenggara 891.619.460 908.337.085

8 Maluku Utara 370.003.721 242.510.971

9 Sumatera Utara 2.413.000

10 Sumatera Selatan 11.174.000

11 Sumatera Barat 7.342.000

12 Banten 12.853.000

13 Yogyakarta 1.274.000

14 Jawa Timur -

15 Kalimantan Selatan 1.665.000

16 Sulawesi Selatan 3.564.000

42

No Wilayah 2010 2011

17 Sulawesi utara -

18 Bali -

Jumlah 11.353.326.970 11.655.302.874

12. PERUBAHAN YANG DIRASAKAN PEKKA Hasil 10 tahun pemberdayaan Pekka juga dapat dilihat dari perubahan yang terjadi pada Pekka yang diorganisir melalui upaya pemberdayaan selama ini. Beberapa indikator perubahan yang dikembangkan Seknas PEKKA mencakup pengembangan diri, keterampilan kehidupan, pengetahuan dan wawasan serta status sosial dalam masyarakat. Indikator ini dikembangkan berdasarkan identifikasi awal berbagai persoalan yang dirasakan oleh Pekka miskin ketika mereka belum terorganisir. Dalam proses identifikasi masalah yang dihadapi Pekka miskin di awal pelaksanaan program, diperoleh informasi bahwa Pekka miskin menghadapi persoalan seperti kemiskinan, hilangnya kepercayaan diri, pengucilan, pelabelan dan pelecehan, serta kesendirian. Oleh karena itu, Seknas PEKKA melihat perubahan positif dari berbagai aspek kehidupan Pekka tersebut, baik yang dialami secara personal maupun kolektif, dapat dilihat sebagai pencapaian pemberdayaan Pekka. Seknas PEKKA telah melakukan dua kali survey yaitu survey 5 tahun dan 10 tahun Pekka untuk mengetahui perubahan yang dirasakan Pekka. Hasil kedua survey ini umumnya menunjukkan perubahan positif yang terjadi pada Pekka, serta peningkatan jumlah Pekka yang mengalami perubahan positif pada survey 10 tahun dibandingkan dengan survey 5 tahunnya.

Tabel 6. Perubahan yang dirasakan anggota Pekka setelah pemberdayaan

Indikator Survey 5 tahun

Survey 10 tahun

Pengembangan diri

Merasa lebih baik dan jauh lebih baik dalam hal kepercayaan diri 67% 80.8%

Merasa lebih baik dan jauh lebih baik dalam keberanian bicara didepan publik

65% 78.4%

Merasa lebih baik dan jauh lebih baik dalam keberanian mengambil keputusan

- 78.1%

Merasa lebih jelas tujuan menjalani kehidupan 70% 82.1%

Keterampilan kehidupan

Meningkat kapasitas dan keterampilan kehidupan 69% 75.1%

43

Meningkat skala usaha menjadi lebih baik dan jauh lebih baik 51% 70.8%

Meningkat kemampuan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari 51% 71.7%

Meningkat dan jauh lebih meningkat dalam mendapatkan akses berbagai sumberdaya

54% 75.1%

Ilmu pengetahuan dan wawasan

Lebih faham dan jauh lebih faham masalah politik dan kepemimpinan

40% 74.5%

Lebih faham dan jauh lebih faham soal hak sebagai manusia dan warga negara

38.6% 76.4%

Lebih baik dan jauh lebih baik dalam hal kepekaan terhadap persoalan sosial disekitar

52% 79.6%

Status Sosial

Meningkat jumlah teman - 85.1%

Meningkat status sosial dalam masyarakat menjadi lebih baik dan jauh lebih baik

49% 79.2%

Lebih baik dan jauh lebih baik dalam hal keterlibatan di masyarakat 39% 79.9%

Lebih baik dan jauh lebih baik dalam hal penghormatan dari masyarakat

56% 81.1%

13. EKSISTENSI DAN KONTRIBUSI Aspek lain yang cukup signifikan sebagai hasil dari pemberdayaan Pekka selama 10 tahun adalah eksistensi dan pengakuan terhadap keberadaan perempuan kepala keluarga yang cukup meluas. Keberadaan perempuan kepala keluarga hampir tidak teperhatikan sebelum pemberdayaan Pekka di lakukan. Istilah Pekka baru pertama kali dipergunakan pada inisiatif ini. Sebelumnya, masyarakat memiliki stereotype yang umumnya negatif terhadap perempuan tanpa suami seperti janda dan lajang yang telah berumur di atas 25 tahun. Meskipun masih terbatas, paling tidak di wilayah-wilayah Pekka berada, secara perlahan masyarakat mulai mengakui Pekka dan menghargai keberadaannya sebagai kontribusi signifikan dalam kehidupan bermasyarakat.

A. Keberadaan Organisasi Pekka Keberadaan organisasi Pekka di tingkat akar rumput yang menjangkau lebih dari separuh wilayah Indonesia menjadi aset sosial kolektif yang sangat penting, dan menjadi potensi penggerak perubahan sosial secara luas. Di hampir seluruh wilayah pemberdayaan Pekka, para kader dan pemimpin Pekka telah menunjukkan kiprah yang luas dalam menggerakkan tidak hanya anggota Pekka namun juga masyarakat miskin lainnya. Meskipun perlahan, namun pertumbuhan komunitas Pekka yang terorganisir dalam kelompok Pekka secara konsisten terus bertambah rata-rata 15% setiap

44

tahunnya, baik yang dilakukan oleh Seknas sendiri maupun yang dilakukan atas inisiatif kelompok masyarakat lainnya. Tabel dan grafik di bawah ini menunjukkan hal ini.

45

Tabel 7. Keberadaan Kelompok Pekka selama 10 tahun

No Provinsi Kabupaten Kecamatan Desa Kelompok Anggota

1 Aceh 10 28 134 144 3,737 2 Jawa Barat 4 10 42 87 1,860 3 Nusa Tenggara Timur 1 8 50 84 2,281 4 Sulawesi Tenggara 1 13 44 53 1,431 5 Kalimantan Barat 3 7 19 41 1,040 6 Jawa Tengah 3 6 23 45 873 7 Nusa Tenggara Barat 2 7 32 67 2,351 8 Maluku Utara 1 6 31 35 554 9 Sumatera Utara 1 4 14 40 556

10 Sumatera Selatan 1 5 18 19 372 11 Jawa Timur 2 7 10 34 477 12 Sulawesi Selatan 1 3 4 12 204 13 Sulawesi Utara 1 3 10 14 189 14 Bali 3 3 3 3 88 15 Sumatera Barat 1 1 4 11 202 16 Banten 1 3 8 12 168 17 Yogyakarta 1 3 7 14 276 18 Kalimantan Selatan 1 1 11 12 148 19 Jakarta 1 3 2 3 26 Total 39 121 471 749 16,833

Setelah berkelompok lebih dari 5 tahun, Pekka di 8 provinsi awal membentuk Serikat Pekka sebagai organisasi massa yang mandiri di tingkat Provinsi. Pembentukan serikat Pekka telah di deklarasikan di wilayah masing-masing, dan setiap Serikat Pekka memiliki kepemimpinan yang mereka pilih sendiri, anggaran dasar dan anggaran rumah tangga yang disepakati bersama. Meskipun semua serikat memiliki visi dan misi yang sama,

-

5.000

10.000

15.000

20.000

2011 2010 2009 2008 2007 2006 2005 2004 2003 2002

749 473 455 400 367 344 269 239 139 123

16.833

10.008 9.883 9.492 8.204 7.798

6.572 5.482

3.547 3003

Kelompok

Anggota

46

namun keragaman Serikat Pekka ditunjukkan dengan slogan dan simbol yang dipilih oleh setiap serikat, yang umumnya memiliki ciri khas daerahnya masing-masing. Serikat Pekka dari 8 provinsi, kemudian membentuk Federasi di tingkat Nasional dan memilih secara demokratis kepengurusannya. Tabel di bawah ini memuat secara detail tentang Serikat Pekka dan Federasi Serikat Pekka.

Tabel 8. Serikat Pekka dan Federasi Serikat Pekka

No Wilayah Tanggal Deklarasi

Semboyan Bendera

1 NAD 6 Januari 2009 Bersatu pakat, Makmur Bersama, Adil Merata (Beursaboh Pakat, Makmu Beusare, Ade Berata)

2 Jabar 28 November

2008 Sareundeuk Saigel, Sabobot Sapihanean (Satu ikatan, satu tujuan, satu irama)

3 Jateng 9 Pebruari

2009 Anggayuh Kamulyan lan Pakerti Luhur (Berjuang Menggapai Kemuliaan dan Pekerti yang luhur)

4 Kalbar 19 Maret 2009 Bersatu, Mandiri dalam

Keberagaman

5 NTB 25 Februari

2009 “Cerminan Tiang Berjuang Beriuq Pesopoq Kemeleq” (Lihatlah saya berjuang bersama satukan tujuan)

6 NTT 21 Januari

2009 satukan hati, samakan langkah, raih kemenangan

7 Sultra 1 April 2009 Taposaangu Tapobhangu

Kadangiata” (“Bersatu memperjuangkan hakat dan martabat”)

8 Malut 1 Juli 2009 Mari Torang Biking Perubahan Supaya Torang Mandiri” (Mari Kita Melakukan Perubahan Untuk Menuju Kemandirian)

47

9 Nasional 26 Juli 2009

Setiap serikat Pekka memiliki anggaran dasar dan anggaran rumah tangga sendiri. Dan di tingkat Federasi (Nasional) Pekka juga telah memiliki anggaran dasarnya yang dapat dilihat di lampiran laporan ini.

B. Pemberitaan media massa Keberadaan dan kiprah Pekka dalam masyarakat juga diapresiasi oleh media massa baik cetak maupun elektronik di tingkat Nasional maupun lokal dalam kurun waktu 10 tahun ini. Tidak kurang dari 95 artikel, berita dan profil terkait Pekka di media cetak seperti koran dan majalah telah dipublikasikan sejak tahun 2002. Selain itu tidak kurang dari 10 berita dan cerita seputar Pekka juga diliput oleh televisi Nasional dan lokal. Kemunculan Pekka di media massa membuat Pekka semakin dikenal dan menginspirasi banyak pihak khususnya perempuan kepala keluarga untuk mengembangkan hal serupa.

Tabel 9. Jumlah Pekka dalam Liputan Media Massa 2001 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

Jumlah liputan 1 1 8 16 7 13 6 9 26 8

C. Jaringan kerja Sebagai bagian dari gerakan masyarakat sipil, Pekka juga mulai diakui keberadaan pentingnya. Untuk memperluas wawasan dan dukungan dalam kerja-kerjanya, maka Seknas PEKKA telah membangun Jaringan Kerja baik di tingkat lokal, Nasional, dan Internasional. Keberadaan Pekka dalam Jaringan-jaringan ini cukup diakui dan bahkan di beberapa Jaringan Pekka menjadi salah satu issue sentral dalam upaya advokasi secara kolektifnya.

Tabel 10. Jaringan Kerja Seknas PEKKA hingga 2011

No Nama Jaringan Cakupan Fokus

1 Alimaat – Gerakan Keadilan Keluarga Indonesia

Nasional Advokasi hukum keluarga berbasis agama Islam

2 SEAPCP – South East Asia Popular Communication Program

Regional Asia Tenggara

Pengorganisasian Basis dengan pendekatan pendidikan dan komunikasi populer

3 ASPBAE – Asia South Pacific Bureau for Adult Education

Regional Asia Pacific

Hak Pendidikan Sepanjang Hayat

4 JASS – Just Associates Global Hak perempuan dan nilai – nilai feminis dalam gerakan perubahan sosial

48

No Nama Jaringan Cakupan Fokus

5 AWID-Association for Women in Development

Global Hak asasi perempuan dalam pembangunan dan keadilan

6 Sosial Watch Global Advokasi hak-hak dasar manusia

7 Jaringan Pemberdayaan Ekonomi Perempuan

Nasional Pengembangan Ekonomi mikro perempuan

8 Pengembangan Usaha Kecil Mikro Perempuan – KPPA

Nasional Pengembangan UKM Perempuan

9 Suara Komunitas Nasional Penguatan Kapasitas Radio Komunitas

10 Satu Dunia Nasional Berbagi pengetahuan dan informasi untuk pemanfaatan teknologi

11 ICT4W Information Communication Technology For Women

Nasional Penguatan akses perempuan terhadap Teknologi Informasi Komunikasi (TIK)

12 We Watch – Jaringan masyarakat sipil untuk keaksaraan perempuan

Nasional Advokasi Pendidikan untuk keaksaraan

13 Jaringan Kerja Gender dan Pengurangan Resiko Bencana

Nasional Pengurus utama gender untuk penanggulangan bencana

14 Jaringan Paralegal Indonesia Nasional Advokasi pengakuan terhadap paralegal dalam sistem hukum Indonesia

15 Jaringan kerja perlindungan perempuan pekerja rumahan

Nasional Pengembangan naskah akdemik dan keputusan menteri untuk perlindungan pekerja rumahan

16 Jaringan kerja untuk bantuan hukum

Nasional Pengembangan kebijakan, peraturan pemerintah dan peraturan menteri untuk bantuan hukum

17 Jaringan perempuan dan pangan

Nasional Penguatan perempuan untuk ketahanan pangan dalam konteks perubahan iklim

18 Jaringan gerakan anti korupsi Provinsi Jawa Tengah

Advokasi sistem yang transparan

19 Gerakan Perempuan Aceh Provinsi Aceh Perjuangan perempuan Aceh untuk hak perempuan Aceh

20 Jaringan Radio Komunitas Provinsi Jawa Barat

Pengembangan Radio Komunitas

21 Engage Media Internasional Social and environmental change using video, internet technology

22 Kampoeng Halaman Nasional Pendidikan remaja dan masyarakat berbasis komunitas

49

No Nama Jaringan Cakupan Fokus

23 Combine Resources Nasional Pengembangan media komunitas dan pemanfaatan tekhnologi informasi komunikasi

24 VHR Media Nasional Hak asasi manusia

D. Penghargaan Melalui program-program yang dikembangkan, komunitas Pekka telah melakukan banyak hal dalam masyarakat, dan membawa perubahan yang cukup signifikan. Hal ini mendorong beberapa pihak yang mencermati perkembangan Pekka untuk memberikan apresiasinya dalam bentuk penghargaan atau “award”. Dalam 10 tahun ini, pemberdayaan Pekka telah menerima berbagai bentuk penghargaan yang diberikan pihak - pihak terkait. Bentuk penghargaan pun beragam termasuk penghargaan khusus untuk aspek tertentu dalam pengembangan Pekka dan penghargaan umum untuk program-program yang dikembangkan. Tabel berikut ini berisi informasi penghargaan yang diterima Pekka hingga saat ini.

Tabel 11. Penghargaan Terkait Pekka

Oktober 2009, International Award for “Best Practice Award in Supporting the most vulnerable group using JSDF”; Pemerintah Jepang

September 2010, dari GRM Internasional; Penghargaan Nasional “Outstanding Achievement Award”

Januari 2011, International Award for “Best Practice and Most Favourite JSDF Program” JSDF dan Bank Dunia

E. Peran Penting Pusat Belajar Pekka (Center Pekka) Kontribusi penting Pekka yang membuat Pekka lebih dikenal dan diakui oleh masyarakat adalah keberadaan pusat belajar Pekka atau yang lebih dikenal dengan Center Pekka”. Di Center Pekka dikembangkan berbagai program dan kegiatan yang melibatkan masyarakat luas seperti Pendidikan anak usia dini (PAUD), kelas buta huruf, kelas belajar anak, radio komunitas, dan studio video komunitas.

Tabel 12. Keberadaan Pusat Belajar Pekka (Center Pekka)

Propinsi Center Utama

Center Pendukung

PAUD Kelas Keaksaraan

Kelas belajar

Taman Bacaan

Vikom Rakom

Aceh 8 7 7 9 17 7 4 3

Jabar 4 5 20 9 1 4 1 1

Jateng 3 0 7 6 2 3 - 1

50

Kalbar 3 1 11 - - 3 - 1

NTB 2 10 - 31 - 3 1 1

NTT 3 8 9 29 17 3 1 2

Sultra 2 3 7 8 1 3 - 1

Malut 1 1 - 1 - - - -

51

III. APA YANG BISA DIPELAJARI DARI PEMBERDAYAAN PEKKA

1. Dari program pembangunan menjadi “gerakan kemasyarakatan” adalah mungkin!

“Gerakan adalah kumpulan masyarakat yang terorganisir dan bersatu

memperjuangkan satu agenda melalui aksi bersama guna mencapai suatu untuk perubahan” (S. Batliwala, 2011)

Program Pemberdayaan Pekka memang terlahir dari sudut pandang keprihatinan program pembangunan. Oleh karena itu, pemberdayaan Pekka diawali dengan pendekatan pembangunan yaitu mengorganisir Pekka seputar persoalan ekonomi dan pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari. Namun, sejak awal mengembangkan upaya ini, kerangka pemberdayaan Pekka telah dikembangkan sebagai sebuah proses untuk membangun gerakan kemasyarakatan untuk perubahan sosial yang lebih besar dan berkelanjutan. Hal ini terlihat dari perubahan nama dari “proyek janda” menjadi “pemberdayaan perempuan kepala keluarga”. Peralihan nama dari “janda” menjadi “perempuan kelapa keluarga (Pekka) sangat ideologis dan mengandung agenda politis gugatan terhadap konsep kepala keluarga adalah laki-laki yang dianut negara dan diterjemahkan dalam bentuk undang-undang perkawinan serta penerapan nilai-nilai sosial budaya yang men-subordinasi posisi penting perempuan dalam keluarga. Transformasi Pemberdayaan Pekka dari program pembangunan menjadi gerakan tidak terjadi secara serta-merta, namun melalui proses dan tahapan yang dibangun secara sadar, bersama dan konsisten oleh tim di Seknas serta kader dan pemimpin di Pekka. Pada saat ini, Pekka telah dapat dikategorikan sebagai sebuah gerakan sosial kemasyarakatan untuk perubahan sosial yang berkelanjutan. Menggunakan cek list gerakan perempuan yang dikembangkan oleh Srilata Batliwala (2010), sebagian besar elemen pemberdayaan Pekka merupakan elemen gerakan perempuan.

52

Tabel 13. Cek list Pemberdayaan Pekka sebagai Gerakan Perempuan

No Elemen Gerakan Perempuan

Cek Elemen Pekka

1 Berbasis keanggotaan atau konstituen perempuan

v Sejak awal Pekka dikembangkan dengan pendekatan kelompok afiniti beranggotakan khusus perempuan kepala keluarga (Pekka).

2 Ada bentuk organisasinya baik formal maupun informal

v Pada tahap awal Pekka berbentuk kelompok swadaya yang terorganisir, dan kemudian mentransformasi diri menjadi Serikat Pekka organisasi formal

3 Memiliki agenda politik yang jelas terkait dengan keadilan gender

v Agenda politik Pekka sangat jelas yaitu memperjuangkan pengakuan, kesetaraan dan keadilan perempuan sebagai kepala keluarga

4 Kepemimpinan perempuan di setiap tingkatannya

v Organisasi Pekka dipimpin oleh kader-kader Pekka yang dipilih langsung oleh komunitas Pekka sendiri

5 Melakukan aksi secara kolektif atau bersama dengan mengusung agenda kesetaraan dan keadilan bagi perempuan

v Pergerakan Pekka selalu dilakukan bersama dalam kelompok, mulai dari upaya pemenuhan kebutuhan praktis, hingga upaya-upaya advokasinya.

6 Berkesinambungan v Hingga 10 tahun Pekka terus tumbuh dan berkembang meskipun fluktuasi tetap ada.

7 Menerapkan kombinasi berbagai strategi untuk perubahan dan pelibatan perempuan di setiap tahapannya

v Pekka menerapkan paling tidak empat strategi berbeda yang saling berkaitan yaitu penyadaran kritis untuk membangun visi, peningkatan kapasitas, pengembangan organisasi dan jaringan, advokasi dan kampanye perubahan sosial

8 Mengusung nilai-nilai perjuangan feminis

v Meskipun tidak selalu mudah untuk membangun kesadaran akan nilai kesetaraan dan keadilan yang menjadi inti dari perjuangan feminis, namun sepanjang proses pemberdayaan yang dilakukan, nilai-nilai inilah yang selalu dikedepankan dalam Pekka

Tentu saja apa yang dilakukan melalui pemberdayaan Pekka bukan sesuatu yang mudah,

apalagi cita-citanya sejak awal adalah mentransformasi pendekatan pembangunan

menjadi gerakan sosial kemasyarakatan. Keberhasilan Pekka menjadi gerakan jika boleh

di klaim seperti itu, tentunya di dukung oleh berbagai faktor terutama yang terkait

53

dengan proses pemberdayaannya. Pengembangan dan penerapan strategi empat pilar

pemberdayaan Pekka yang dilakukan sejak awal merupakan kunci dari keberhasilan

mentransformasikan upaya pembangunan menjadi gerakan sosial kemasyarakatan.

Pilar pertama membangun visi dan misi bersama melalui proses

penyadaran kritis terhadap keberadaan, hak, posisi dan status Pekka dalam

konstruksi sosial masyarakat

Paling tidak satu tahun pertama proses pengorganisasian yang dilakukan oleh Tim

Seknas PEKKA di lapangan di dedikasikan untuk hal ini. Secara terus menerus dengan

berbagai macam pendekatan termasuk pelatihan dalam kelas, diskusi informal, dan

diskusi terfokus, Pekka digugah perasaannya dan di bangun pemahamannya tentang arti

penting keberadaan mereka sebagai manusia, perempuan dan kepala keluarga,

sehingga berbagai bentuk ketidakadilan yang mereka hadapi merupakan hal yang bisa

diperjuangkan dan diubah. Pekka juga diajak untuk membangun cita-cita dan impiannya

tanpa batas, melalui kekuatan kolektif yang akan mereka bangun. Mimpi inilah yang

menjadi motivasi dan juga semangat bagi mereka dan Seknas PEKKA selanjutnya

Pilar yang kedua membangun kemampuan Pekka untuk

menghadapi kehidupannya, baik secara personal maupun kolektif.

Seknas PEKKA mengembangkan berbagai modul pelatihan untuk peningkatan keterampilan kehidupan, pengembangan diri, pengetahuan dan wawasan Pekka, serta pengembangan kepemimpinan dan manajerial. Setiap anggota paling tidak mengikuti satu jenis pelatihan. Lebih dari separuh mereka telah mendapatkan minimal 2 kali pelatihan.

Tabel 14. Jumlah jenis pelatihan yang diikuti Pekka

Mengikuti

lebih dari 5 kali

pelatihan

(23%)

Mengikuti 4-5

kali pelatihan

(9%)

Mengikuti 2-3

kali pelatihan

(26%)

Mengikuti

minimal 1kali

pelatihan

(25%)

Tidak pernah

mengikuti

pelatihan

(17%)

54

Kelas-kelas membangun kapasitas tidak selalu hal yang datang dari luar dan baru bagi

Pekka. Metode pendidikan orang dewasa dan media populer yang menekankan pada

pentingnya belajar dari pengalaman mereka, merupakan kekuatan yang membuat Pekka

sadar akan potensi diri dan dapat saling mendukung untuk meningkatkan kapasitas

mereka. Selain itu mengembangkan “proses belajar dari sesama” atau “peer learning”

merupakan cara mengakumulasi berbagai pengalaman dan pengetahuan kaya mereka

menjadi pembelajaran kolektif mereka. Paling sedikit 51 paket modul sudah

dikembangkan oleh Seknas PEKKA yang dapat dikategorikan dalam 10 topik seperti pada

tabel di bawah ini.

Tabel 15. Modul dan Kurikulum peningkatan kapasitas kehidupan Pekka

No Topik Jumlah Modul

Tujuan

1 Bagaimana Mengorganisir Pekka (CO)

7 modul Bagaimana proses mengorganisir Pekka mulai pendekatan, memotivasi, membangun visi dan misi hingga pengelolaan kelompoknya

2 Membangun Asset ekonomi bersama

5 modul Mengembangkan koperasi simpan pinjam, mengelola dana bergulir, pembukuan, dan sistem akuntabilitasnya

3 Pengembangan usaha mikro

6 modul Kewirausahaan, manajemen usaha, keterampilan usaha, usaha bersama

4 Pendidikan sepanjang hayat

6 modul Bagaimana mengembangkan kelas keaksaraan fungsional, pendidikan anak usia dini, pengelolaan beasiswa

5 Akses Keadilan 6 modul Penyadaran hukum, pengembangan paralegal, membangun jaringan pemangku kepentingan, perangkat hukum

6 Partisipasi politik 4 modul Memahami anggaran yang adil gender, sistem politik Indonesia, menjadi pemilih dan pemantau, mengikuti musrenbang

7 Kepemimpinan 4 modul Memimpin dan dipimpin, pengembangan sikap percaya diri dan tegas, manajemen kelompok swadaya, kaderisasi

8 Media Komunitas Pekka 7 modul Rakom, vikom, fotokom, mediakom, penulisan, internet, perpustakaan

9 Sehat sepanjang hayat 3 modul Kesehatan reproduksi, ibu dan anak, menjadi penyuluh kesehatan

10 Advokasi 3 modul Memahami advokasi, strategi advokasi, membangun aliansi dan jaringan

55

Pilar yang ketiga, pengembangan organisasi, kepemimpinan dan

jaringan Pekka

Strategi ini menjadi penyumbang yang paling efektif dalam membangun basis gerakan Pekka. Kelompok-kelompok swadaya dan simpan pinjam yang dijadikan pintu masuk oleh Seknas PEKKA terbukti cukup efektif dalam menggalang kekuatan kolektif, solidaritas, serta proses membangun kepercayaan di antara Pekka. Kelompok juga menjadi “rumah” bagi Pekka untuk mengembangkan kapasitas kepemimpinannya, berlatih mengelola organisasi dan sumberdaya serta berlatih menyoal persoalan sosial politik dan mengembangkan agenda advokasinya. Dengan demikian, ketika kelompok sudah cukup matang mereka lebih mudah untuk difasilitasi mentransformasikan kelompoknya menjadi organisasi otonom dalam sistem sosial yang ada. Selain itu, sejak awal Seknas PEKKA juga sudah mengembangkan kepemimpinan dari kalangan Pekka sendiri. Dalam kelompok swadaya, mereka harus memilih secara demokratis seorang ketua di antara mereka dengan kriteria yang dibangun bersama. Pengalaman perempuan yang terbatas dalam memimpin kelompok di luar rumah tangganya, menjadi tantangan tersendiri dalam proses mengembangkan pemimpin dari kalangan Pekka. Dengan demikian, di banyak kelompok kaderisasi dan pergantian pemimpin memang berjalan lambat. Meskipun demikian, satu prinsip tetap dipegang bahwa pemimpin mereka harus dari kalangan mereka sendiri. Melalui proses pelatihan dan pendampingan yang intensif, pemimpin Pekka pada akhirnya juga mampu menjadi pemimpin di arena publik yang lebih luas. Lebih dari 800 orang kader Pekka telah secara aktif memegang peranan penting dalam kepemimpinan di masyarakat yang lebih luas. Tabel berikut ini menunjukkan hal itu.

Tabel 16. Pemimpin dan Kader Pekka dalam Kepemimpinan Publik

NO RUANG PUBLIK KADER PEKKA

1 Kader Posyandu / Kesehatan Desa / Kader Poslansia/Kader KB/ Kader Bina Keluarga Balita (BKB)/ Kader Kesehatan dalam Program-Program khusus

253

2 Kader/ Pengurus PKK tingkat desa hingga kecamatan/ Dasa Wisma 77

3 Pengurus organisasi Keagamaan (Majlis Taklim/Pengajian/Gereja) 29

4 Kader PNPM / UPK/ PPK/ P2TK 70

5 Kader FKPM (Forum Kemitraan Polisi dan Masyarakat) / Polisi Masyarakat (POLMAS)

1

56

NO RUANG PUBLIK KADER PEKKA

6 Anggota Badan Perwakilan Desa (BPD) / Tuha Peut / Badan Permusyawaratan Gampong (di NAD)

13

7 Anggota Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) 5

8 Kepala Desa 1

9 Staf Desa atau Kelurahan 10

10 Pengurus RT & RW 14

11 Calon Kepala Desa / Kepala Dusun 3

12 Peserta MUSRENBANG 264

13 Pengurus Kelompok Non PEKKA (K Tani, KPI, dll) 11

14 Calon Anggota Legislatif dalam PEMILU LEGISLATIF (2009) 14

15 Panitia KPPS PEMILU, PILKADA 41

16 Pengurus HIMPAUDI / Tutor PAUD/ Kejar Paket 32

TOTAL 838

Otonomi penuh dari organisasi yang dibangun Pekka merupakan hal mutlak. Pekka yang

telah berserikat mengembangkan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga yang

menjadi acuan organisasi mereka sehingga tidak dapat di campuri oleh pihak lain.

Kekuasaan tertinggi di Pekka adalah dalam rapat anggota tahunan di tingkat Serikat dan

tiga tahun sekali di tingkat Federasi. Memang pada tahap awal, secara jujur harus diakui

bahwa penumbuhan dan pengembangan Pekka bukanlah inisiatif yang muncul dari

Pekka sendiri melainkan dari Seknas PEKKA. Demikian pula dengan beberapa fokus

belajar yang dijadikan jalan bagi Seknas PEKKA untuk mendampingi dan

memberdayakan Pekka merupakan inisiatif yang dikembangkan oleh Seknas PEKKA

berdasarkan analisa dan kecermatan pengamatan yang dilakukan secara intensif di

lapangan. Jadi tidak sepenuhnya proses yang terjadi di Pekka merupakan proses dari

bawah. Akan tetapi, di tingkat kelompok, seluruh proses merupakan proses partisipatif

dari seluruh anggota khususnya dalam pengelolaan sumberdaya dan pengembangan

organisasinya.

Pilar ke empat, advokasi dan sosialisasi untuk perubahan sosial

Sudah cukup jelas bahwa dari teori perubahan yang dikembangkan sebagai acuan untuk proses pemberdayaan Pekka terlihat bahwa kehidupan Pekka sangat dipengaruhi oleh tiga dimensi kekuasaan yang tidak serta-merta dapat di taklukan ketika mereka telah memiliki sumberdaya, kapasitas, dan terorganisir. Oleh karena itu advokasi dan proses

57

sosialisasi untuk menyoal berbagai aspek kehidupan akibat pengaruh tiga dimensi kuasa itu menjadi hal yang mutlak harus dilakukan Pekka. Kekuatan Pekka selama ini adalah di dalam upaya mengubah pelabelan negatif tentang janda menjadi peran penting kepala keluarga. Perubahan ini mereka capai dengan kerja keras menunjukkan hasil karya nyata mereka dalam masyarakat, dan menyosialisasikannya pada masyarakat. Pekka juga menjangkau masyarakat yang lebih luas melalui dokumentasi baik yang dibuat oleh Seknas PEKKA maupun oleh kader Pekka dalam bentuk video, foto dan buku. Selain itu, Pekka juga mempergunakan radio komunitasnya untuk menyebarluaskan agenda, pengetahuan, dan wawasan tentang nilai keadilan yang mereka perjuangkan. Advokasi terkait kebijakan pemerintah sebagai pemilik kekuasaan yang nyata, juga mulai dirintis Pekka melalui upaya dialog dan kunjungan ke pemerintah terkait persoalan yang dihadapi. Dikembangkannya forum pemangku kepentingan untuk akses keadilan, menjadi area yang efektif bagi Pekka untuk menyuarakan kepentingan mereka serta kepentingan masyarakat miskin lainnya. Melalui interaksi dan komunikasi intensif dengan forum inilah, Pekka mempengaruhi kebijakan khususnya terkait akses keadilan masyarakat miskin.

Tabel 17. Kegiatan Advokasi Pekka

No Bentuk Kegiatan Kelembagaan Terlibat Pekka Terlibat

1 Forum Wilayah Pemerintah daerah, dinas-dinas teknis daerah, aparat penegak hukum, tokoh agama dan tokoh adat

5,775

2 Forum Nasional Pemerintah pusat, kementrian terkait, departemen tekhnis, aparat penegak hukum, tokoh

703

3 Musrenbang dan SKPD

Pemerintah desa, kecamatan, kabupaten, SKPD, tokoh masyarakat

2,955

4 Dialog, kunjungan dan audiensi

BUPATI, Wakil Bupati, Badan Pemberdayaan Perempuan Anak dan KB, BPMD / BPM/ BAPERMAS/Kesbanglinmas, BAPPEDA/SETDA, Dinas Kabupaten tingkat II, Penegak Hukum (Kepolisian, PN, Kejaksaan), Catatan Sipil, P2TP2A, Pemuka Agama/Depag/KUA, Camat, Kementrian PP, Istri Wakil Gubernur, TP PKK Kabupaten,

8,392

5 Hearing legislatif DPRD 481

6 Pemilu / Pilkada Parpol, caleg, calon bupati, PPK, Panwaslu, KPU 2,167

7 Umum Lintas agama, panitia APBD, asosiasi LPM 111

58

2. Aksi afirmasi (affirmative action) untuk mengangkat yang tak tersembunyi menjadi terlihat

Dengan melakukan pengorganisasian eksklusif perempuan kepala keluarga miskin, memberikan banyak ruang dan kesempatan bagi kelompok khusus ini untuk berkembang termasuk membangun kekuatan diri dan kolektif, serta memperoleh akses terhadap berbagai sumberdaya yang hampir tidak pernah mereka peroleh sebelumnya. Pelajaran dari Pekka menunjukkan bahwa aksi afirmasi sangat efektif untuk mengorganisir kelompok paling rentan dalam masyarakat yang tidak mampu bersaing dengan kelompok mainstream lainnya. Proses pengorganisasian menjadi lebih efektif dengan pendekatan kelompok berdasarkan tempat tinggal Pekka. Dengan berkelompok, Pekka sejak awal telah dipersiapkan untuk mengembangkan organisasi dan kepemimpinan mereka. Melalui kelompok mereka juga membangun kekuatan kolektif, menghimpun swadaya, mengangkat keberadaan mereka agar dikenal dan dipahami dalam masyarakat. Aksi afirmasi juga sangat strategis untuk menumbuhkembangkan kepemimpinan perempuan yang masih sangat langka. Dalam kelompok khusus Pekka, pengembangan kader lokal dan pemimpin dari kalangan Pekka dapat lebih fokus. Sumberdaya yang ada dapat diinvestasikan secara maksimal untuk melatih dan memfasilitasi kader Pekka secara intensif agar dapat mengembangkan diri menjadi penggerak kelompok masyarakat yang mampu mentransfer pengetahuan dan keterampilan langsung kepada sesamanya di dalam masyarakat.

3. Menerjemahkan konsep besar dan jargon ke dalam kegiatan praktis yang menjawab kebutuhan mendesak komunitas Pekka

Pemberdayaan Pekka tidak dimulai dengan diskusi konsep-konsep besar dan jargon-jargon pembangunan seperti demokrasi, keadilan, hak asasi manusia, kesetaraan gender dan sebagainya. Pengembangan Pekka dimulai dengan kegiatan sederhana yang berakar dalam tradisi masyarakat pada umumnya yaitu simpan pinjam. Selain mampu menumbuhkan jiwa keswadayaan, simpan pinjam juga menjadi sarana saling bantu dalam mengatasi persoalan ekonomi anggota. Waktu menyimpan dan meminjam merupakan ruang bagi anggota untuk bertemu secara rutin sehingga ikatan kepercayaan dalam kelompok dapat dibangun. Pengelolaan simpan pinjam juga menjadi sarana berlatih “manajemen” bagi pengurus khususnya dan anggota pada umumnya. Lebih dari

59

sekedar kegiatan, simpan pinjam telah mampu mengubah perilaku konsumtif menjadi produktif. Kewajiban menyimpan sebelum meminjam memaksa anggota kelompok untuk belajar cermat mengelola keuangannya agar dapat menabung. Kebiasaan menabung dalam kelompok juga membantu anggota melawan pemborosan dari pembelanjaan yang tidak berguna. Sistem koperasi yang diterapkan dalam kegiatan simpan pinjam Pekka merupakan arena nyata Pekka belajar berdemokrasi dalam pembangunan sumberdaya ekonomi mereka. Prinsip satu orang satu suara tanpa memperhatikan seberapa besar tabungannya di kelompok simpan pinjam, menjadi jaminan kesetaraan kekuasaan pengambilan keputusan di dalam kelompok baik dalam kepemimpinan maupun dalam mengelola sumberdaya keuangannya. Pemimpin yang dipilih oleh anggota, pengambilan keputusan berdasarkan suara terbanyak, jumlah simpanan pokok dan wajib yang sama untuk setiap orang, menjadi dasar untuk membangun kesetaraan dan demokratisasi proses pengambilan keputusan dalam kelompok serta rasa memiliki dan tanggung jawab kolektif terhadap perkembangan kelompok. Rapat tahunan anggota dalam sistem ini, mengajarkan Pekka membangun sistem pertanggungjawaban yang transparan. Pergantian kepemimpinan secara berkala dapat memberi kesempatan pada banyak orang untuk berlatih memimpin dan menghalangi munculnya elit yang terlalu berkuasa dan cenderung status quo. Seknas PEKKA melakukan berbagai bentuk kegiatan sebagai arena pengikat Pekka untuk bekerja dalam kelompok. Meskipun tidak semua Pekka bisa mengikuti semua kegiatan yang diselenggarakan Seknas PEKKA, lebih dari 75% Pekka mengikuti kegiatan utama termasuk simpan pinjam, pertemuan rutin, dan forum wilayah. Berikut tabel jenis kegiatan Pekka dan persentase Pekka yang mengikutinya.

Tabel 18. Jenis Kegiatan Pekka dan Partisipan Pekka-nya.

Nama Kegiatan

Pelatihan Pertemuan rutin

Simpan Pinjam

Forum Wilayah

Studi Banding

rekreasi Fornas Lain-lain

Presentase Pekka yang mengikuti

62.6% 77.3% 76.1% 75.9% 10.6% 17.3% 19.4% 3.8%

60

4. Menyadari peran penting Seknas PEKKA sebagai lembaga pengembangan dan pendukung gerakan yang otonom dari organisasi Pekka

Gerakan sosial perempuan kepala keluarga tidak mungkin ada tanpa keberadaan Seknas PEKKA. Berbagai elemen penting dalam Seknas PEKKA yang diperlukan untuk menjaga proses dan keberlanjutannya adalah:

A. Pendamping lapang (PL); Pendamping lapang yang langsung bekerja dan hidup di tengah masyarakat bekerja purna waktu, merupakan keharusan. Merekalah yang melakukan aktivitas sehari-hari di tingkat lapang termasuk mengorganisir, melatih dan mendampingi.PL berfungsi sebagai fasilitator yang mengarahkan kelompok dan kader-kader untuk mengembangkan kegiatan mereka. Yang terpenting dari seorang PL adalah dedikasi dan motivasi yang kuat untuk bekerja di tengah masyarakat yang penuh tantangan dan hambatan. Keterampilan dan pengetahuan bisa ditingkatkan melalui berbagai pelatihan.

B. Sekretariat dan tim koordinasi dan tenaga ahli PL harus di dukung sebuah sistem untuk pengembangan konsep, kerangka, metodologi dan konten karena rutinitas dan letak yang jauh dari berbagai sumber informasi menyebabkan PL sulit untuk mengembangkan diri. Oleh karena itu keberadaan sekretariat nasional dengan tim koordinasi yang terdiri dari ahli berbagai aspek pemberdayaan yang dilakukan dilapang menjadi perlu. Tugas tim ini adalah mendukung kerja PL termasuk meningkatkan kapasitas PL secara terus menerus agar mampu melaksanakan fungsinya. Tim juga bertanggungjawab terhadap pengembangan kader dan memastikan bahwa program berjalan mencapai tujuan yang digariskan

5. Mengubah kebijakan dengan keterlibatan, komunikasi dan dialog Pekka menempatkan pemerintah sebagai pemegang kekuasaan formal yang dapat memberikan kontribusi besar dalam mengubah hidup Pekka menjadi lebih baik. Membangun komunikasi dan dialog yang konstruktif menjadi pilihan Pekka mengingat rentan dan lemahnya posisi Pekka dalam konstruksi sosial yang ada. Sepuluh tahun pertama ini, Pekka fokus pada membangun komunikasi dan dialog intensif dengan aparat penegak hukum dan pemerintah daerah dalam rangka membuka akses keadilan bagi Pekka dan masyarakat miskin lainnya. Forum komunikasi dengan pemangku kepentingan penegakan hukum ini diadakan dalam bentuk forum rutin dan berkala.

61

Melalui forum ini masyarakat dan pemerintah sama-sama mendapatkan informasi dan pembelajaran tentang kondisi, sumberdaya, dan hal-hal yang harusnya terjadi dalam membuka akses keadilan bagi masyarakat.

6. Mendapatkan pembiayaan multi aspek yang berkelanjutan adalah Hak. Proses pemberdayaan bagi masyarakat rentan dan marjinal tidaklah murah karena melibatkan multi dimensi persoalan yang harus diatasi. Pengalaman pemberdayaan Pekka selama 10 tahun, paling tidak ada tiga komponen pendanaan yang dibutuhkan untuk upaya pemberdayaan masyarakat termiskin seperti Pekka.

A. Dana langsung masyarakat (DLM) untuk sumberdaya ekonomi kolektif DLM merupakan pendanaan yang dibutuhkan dalam proses pemberdayaan masyarakat khususnya kelompok termiskin. DLM disediakan sebagai dana stimulan sampai masyarakat mampu mengembangkan dan mengelola sumberdaya lokal, dan pemerintah daerah setempat berkomitmen untuk mengintegrasikan kepentingan mereka dalam pendanaan daerah secara rutin. Ada tiga macam dana DLM yang harus disediakan yaitu dana bergulir untuk modal usaha, dana kegiatan untuk membiayai berbagai inisiatif yang muncul dalam masyarakat serta dana beasiswa belajar bagi Pekka. Dana bergulir dialokasikan untuk modal usaha simpan pinjam kelompok yang selanjutnya digulirkan untuk modal usaha anggota. Dana kegiatan dikelola kelompok Pekka untuk mengatasi kebutuhan biaya-biaya seperti transportasi, konsumsi, bahan dan peralatan kegiatan, pembangunan sarana dan prasarana bagi pemberdayaan perempuan dan masyarakat, kesehatan dan kebutuhan pangan pada kondisi ekstrim. Dana beasiswa dapat diberikan untuk mendukung, pendidikan anak-anak dan perempuan. Anggota kelompok Pekka di latih untuk mempertahankan dan menuntut haknya serta mempertanggungjawabkan BLM secara transparan. BLM haruslah merupakan komponen pendanaan terbesar dalam pemberdayaan masyarakat miskin. BLM tidak seharusnya hanya di peruntukan bagi modal usaha, pangan, perumahan dan pembangunan fisik, namun juga untuk pengembangan sumberdaya manusia seperti kegiatan pembiayaan pelatihan, pengembangan pusat informasi dan pembelajaran.

B. Dana Pelatihan dan pendampingan teknis Dana untuk pelatihan dan pendampingan teknis secara intensif sangat dibutuhkan untuk program pemberdayaan paling sedikit selama lima tahun. Dana pelatihan dan pendampingan teknis harus dinilai sebagai investasi yang tak ternilai untuk proses

62

pemberdayaan yang bertitik berat pada pengembangan sumberdaya manusianya. Dana pelatihan untuk memenuhi kebutuhan logistik seperti akomodasi, konsumsi, peralatan dan perlengkapan pelatihan, sedangkan dana pendampingan teknis untuk membayar honor, transportasi dan operasional pendamping lapang, tim koordinasi dan tenaga ahli yang umumnya melakukan pelatihan di tingkat basis. Idealnya dana pelatihan dan pendampingan teknis besarnya berkisar 25-40% dari total biaya program. Hal ini mengingat dibutuhkannya upaya yang sangat intensif untuk membangun kapasitas kelompok termiskin dan termarjinal.

C. Dana untuk penunjang kesekretariatan Seluruh proses pemberdayaan membutuhkan dukungan kesekretariatan yang mengelola administrasi dan keuangan program serta dokumentasi, agar sistem transparansi program dapat dikembangkan dan dijaga dengan baik. Peruntukan dana ini termasuk untuk sewa kantor, kebutuhan komunikasi, bahan dan peralatan perkantoran, sarana transportasi, produksi dan distribusi produk dokumentasi program. Banyak program yang tidak mau mendukung pembiayaan kesekretariatan, padahal komponen ini sama pentingnya dengan komponen lainnya. Memberikan alokasi khusus untuk kesekretariatan dapat membantu mencegah penyalahgunaan alokasi pendanaan lainnya. Idealnya peruntukan kesekretariatan berkisar 10% - 15% dari total biaya program.

Sumber pendanaan merupakan tantangan terberat yang harus dihadapi terutama menjaga kesinambungan sebuah program di masyarakat. Lembaga donor dengan dana hibah merupakan sumber dana ideal untuk upaya seperti ini karena lebih fleksibel pengelolaannya. Fleksibilitas pendanaan, artinya dapat dilakukan penyesuaian dengan perkembangan di lapangan sangat dibutuhkan untuk sebuah pemberdayaan. Selain itu, prosedur yang sederhana namun akurat juga menjadi syarat penting karena dinamisnya kondisi di masyarakat, dan terbatasnya kapasitas masyarakat miskin mengelola sistem administrasi keuangan. Sumber pendanaan lainnya adalah dari anggaran pemerintah dengan mengintegrasikan proses pemberdayaan pada upaya pembangunan secara umum. Sumber dana ini akan lebih rumit dalam mengaksesnya. Swadaya masyarakat dan donasi pihak - pihak independen yang tidak mengikat dapat menjadi sumber alternatif pemberdayaan. Dari mana pun sumbernya, yang terpenting adalah pengelolaan dan pengadministrasiannya haruslah cepat, fleksibel, dan transparan. Tabel berikut ini menunjukkan jenis manfaat langsung yang diterima Pekka sesuai dengan alokasi peruntukan anggaran.

63

Tabel 19. Manfaat Langsung yang diterima Pekka dalam alokasi Peruntukan Pendanaan

Modal

bergulir

Beasiswa

anak

Perbaikan

rumah

Makanan

dan

kesehatan

Kebutuhan

darurat

musibah

Lain-lain

Persentase

Pekka

penerima

manfaat 68.5% 49% 5.8% 15.9% 2.2% 1.5%

7. Apa Pengalaman yang menyebabkan kemunduran (backlash) di pekka? Pemberdayaan Pekka hingga ke tahap ini tidaklah selalu lancar. Hambatan dan tantangan selalu ada di setiap strategi yang dikembangkan. Di banyak kasus, tantangan yang muncul kadang melemahkan bahkan menghancurkan apa yang sudah dibangun dengan susah payah melalui proses pemberdayaan yang panjang. Berikut ini catatan Pekka tentang beberapa aspek yang menyebabkan kemunduran pada pemberdayaan Pekka dan bagaimana pengalaman Seknas PEKKA meresponsnya.

Tabel 20. Tantangan Kemunduran (Backlash Pekka)

Aspek penyebab kemunduran Respon Seknas PEKKA

Aksi afirmasi menyebabkan kecemburuan sosial. Pembentukan kelompok eksklusif Pekka pada tahap tertentu ketika Pekka sudah berkembang menyebabkan kecemburuan sosial dalam masyarakat. Akses dan perlakuan khusus yang diperoleh Pekka meninggalkan kelompok masyarakat lainnya yang mungkin saja menghadapi persoalan serupa.

Untuk mengatasi kecemburuan sosial yang muncul, secara bertahap, Pekka membagi sumberdaya yang ada untuk anggota masyarakat miskin lainnya termasuk sumberdana, informasi, pengetahuan dan kesempatan, melalui kegiatan belajar di Center - Center Pekka.

Pengembangan pemimpin dari kalangan Pekka terhambat dari terbatasnya sumberdaya manusia yang mau dan mampu. Pendidikan, wawasan dan pengalaman yang sangat terbatas menjadi tantangan terbesarnya.

Melatih secara bertahap dan mendampingi secara intensif Pekka potensial agar dapat tumbuh dan berkembang potensi kepemimpinannya. Eksposure keluar daerah hingga ke tingkat nasional untuk membangun rasa percaya dirinya.

Pengembangan kader secara intensif menghadapi tantangan dengan

Di Pekka hal ini coba diatasi dengan mengembangkan kader secara berlapis

64

Aspek penyebab kemunduran Respon Seknas PEKKA

munculnya “elit” dalam kelompok Pekka. Karena memiliki pengetahuan, wawasan dan pengalaman yang lebih banyak dibandingkan dengan yang lain, ada saja kader yang menjadi “pongah” merasa diri hebat, dan menyalahgunakan kekuasaan yang diberikan melakukan tindakan yang merugikan masyarakat termasuk korupsi.

dan dalam jumlah yang banyak sehingga keberadaan mereka bukan lagi merupakan kelompok yang istimewa di tengah yang lainnya. Selain itu sangsi tegas juga diterapkan bagi kader yang terbukti melanggar dengan menutup penuh akses mereka terhadap berbagai sumberdaya.

Memilih simpan pinjam sebagai pintu masuk pengorganisasian Pekka merupakan upaya melawan arus karena program pembangunan lain selalu datang dengan memberikan sesuatu pada tahap awal.

Menumbuhkan motivasi swadaya dengan memberikan contoh - contoh kisah sukses proses yang diawali dengan penumbuhan swadaya melalui menabung bersama. Meninggalkan kelompok masyarakat yang merongrong dengan meminta bantuan di tahap awal.

Sebagai kelompok miskin, Pekka selalu merasa tidak memiliki uang untuk mulai menabung sebagai alasan penolakan terhadap pendekatan simpan pinjam, dan mengharapkan bantuan langsung

Hal ini diatasi dengan memberikan beberapa alternatif cara menabung, misalnya menabung barang, menabung dalam jumlah kecil, dan menabung harian. Penghargaan terhadap anggota yang rajin menabung dengan mendapatkan sisa hasil usaha di akhir tahun juga dapat memotivasi anggota untuk menabung

Kegiatan simpan pinjam juga dapat menyebabkan Pekka terperangkap pada rutinitas simpan pinjam saja sehingga lupa mengembangkan agenda politik yang lebih besar.

Di Pekka hal ini diatasi dengan mengembangkan kegiatan-kegiatan tematik seperti kesehatan, pemberdayaan hukum, pendidikan, dan politik. Kegiatan tematik ini efektif menggiring Pekka untuk terus bergerak melakukan pemberdayaan secara komprehensif meskipun ada keluhan padatnya kegiatan di tingkat lapangan.

Pengorganisasian intensif membutuhkan organizer di lapangan. Tidaklah mudah untuk menemukan sumberdaya manusia yang mempunyai komitmen bekerja untuk jangka waktu tertentu di tingkat lapang, .mempunyai tingkat kejujuran dan tanggung jawab yang tinggi, harus mampu bekerja dengan penuh rasa

Membangun motivasi terus menerus arti penting pekerjaan ini, mengembangkan perangkat komunikasi dan pelaporan, melakukan untuk Monitoring lapang secara intensif dan pertukaran PL antar wilayah merupakan beberapa pendekatan yang dilakukan Seknas PEKKA..

65

Aspek penyebab kemunduran Respon Seknas PEKKA

tanggung jawab tanpa pengawasan yang melekat mengingat lokasinya berjauhan.

Insentif atau honor pada pendamping lapang sering menjadi persoalan dalam program Pekka. Perbedaan sistem penggajian di Pekka dengan program serupa lainnya, kadang menimbulkan gejolak di kalangan pendamping lapang

Hal ini diatasi oleh Pekka dengan memberikan kompensasi lain berupa peningkatan kapasitas dan kesempatan pada PL untuk berkembang serta fleksibilitas waktu dalam bekerja.

Kesulitan mengembangkan forum pemangku kepentingan karena kelompok Pekka dan pihak pemerintah sudah memiliki stereotype dan kesan negatif satu sama lainnya.

Memfasilitasi dialog rutin kelompok Pekka dengan aparat pemerintah, mengajak aparat pemerintah untuk terjun langsung ke lapangan bertemu dengan kelompok Pekka

Adanya alokasi dana langsung masyarakat, membuat motivasi dan fokus sebagian Pekka dan masyarakat hanya pada upaya mendapatkan dana tersebut dan mengabaikan proses pemberdayaan yang akan dilakukan.

Sejak awal mulai mengorganisir, tidak diberikan janji keberadaan dana langsung masyarakat. Dengan demikian, kelompok yang memang berorientasi pada bantuan cuma-cuma akan terseleksi dengan sendirinya. Selain itu, dana langsung masyarakat ini diberikan bersyarat yaitu jika kelompok sudah mampu mengakumulasi dan mengelola dana swadaya mereka paling sedikit selama satu tahun.

Dana langsung masyarakat akan habis tanpa bekas karena persiapan sosial yang tidak matang, dan kegiatan terhenti ketika dana telah habis

Komponen terbesar dana langsung masyarakat haruslah untuk dana berputar di kegiatan simpan pinjam kelompok sehingga dapat diakses secara merata dan bergantian oleh anggota kelompok, dan dana tidak habis

Potensi korupsi di berbagai tingkatan ketika dana langsung masyarakat turun ke kelompok Pekka.

Dana langsung dialirkan melalui transfer bank dan sampai kepada penerima manfaat langsung sehingga tidak dapat diselewengkan oleh yang tidak berhak

8. Sebagai “pilot proyek”, apakah pendekatan pekka telah diadaptasi oleh program lain?

66

Pemberdayaan Pekka adalah sebuah gagasan “pilot” dalam kerangka Proyek Pengembangan Kecamatan (PPK) yang pada saat itu merupakan upaya utama pemerintah untuk pembangunan wilayah dengan pendekatan partisipatif. Sebagai sebuah pilot proyek, diharapkan pemberdayaan Pekka dapat memberikan banyak pelajaran penting bagi peningkatan pendekatan program-program pembangunan khususnya dalam upaya menjangkau kelompok masyarakat rentan, terpinggirkan, dan termiskin. PPK sendiri telah berkembang dan ditransformasikan sebagai Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM), yang menjadi kerangka Nasional untuk pengentasan kemiskinan dengan berbagai macam inisiatif di dalamnya. Di lain sisi, sejak fase pertama pengembangan Pekka (2001-2004) berakhir, pemberdayaan Pekka telah bergerak mandiri dan secara perlahan bertransformasi menjadi gerakan sosial di masyarakat. Seknas PEKKA berupaya untuk mendokumentasikan semua proses, hasil dan pembelajaran dalam Pekka ke dalam berbagai format, termasuk buku, video, foto dan laporan, yang dapat diakses secara luas melalui website Seknas Pekka. Dokumentasi tidak hanya dilakukan oleh tim Seknas PEKKA, namun juga oleh kader-kader Pekka secara langsung melalui kegiatan media komunitas yang dikembangkan Seknas PEKKA. Dokumentasi berisi cerita keberhasilan dan kegagalan, profil Pekka, proses yang dilakukan, serta dinamika yang terjadi selama kurun waktu 10 tahun. Tabel di bawah ini menyajikan statistik berbagai dokumentasi yang telah dibuat Seknas PEKKA dan kader Pekka. Detail informasi terkait dokumentasi ini dapat dilihat di lampiran.

Tabel 21. Dokumentasi Pekka

Buku Buletin Laporan Video Foto

Dokumenter Dokumentasi Program Komunitas

4 judul 8 judul 79 unit 9 judul 33 judul 21 Judul 54 judul 150,000

unit

Seknas PEKKA juga telah melakukan banyak upaya untuk membagi pelajaran penting dari “pilot proyek” Pekka khususnya kepada pihak pemerintah agar dapat dijadikan referensi dalam meningkatkan upaya memberdayakan kelompok rentan di Indonesia. Namun apakah ada pelajaran dari Pekka menjadi inspirasi bagi program lainnya tidaklah bisa dijawab hingga saat ini. Pendekatan model Pekka membutuhkan perubahan yang cukup mendasar terutama dalam struktur pengorganisasiannya di lapangan, yang tidak mudah untuk diterapkan dengan birokrasi dan sistem pemerintahan yang ada saat ini. Namun demikian, Seknas PEKKA mencatat beberapa inisiatif untuk mengembangkan Pekka termasuk dari pemerintah daerah, individu dan kelompok masyarakat. Tabel berikut ini menyajikan inisiatif terkait Pekka yang dilakukan di luar Seknas PEKKA.

67

Tabel 22. Inisiatif Pengembangan Pekka oleh Pihak Lain

No Bentuk Inisiatif Wilayah

1 Pemerintah daerah mengembangkan 25 kelompok Pekka di 22 Kabupaten di Jawa Barat dengan anggaran pemerintah daerah

Jawa Barat

2 Pemerintah daerah mengembangkan kelompok perempuan kepala rumah tangga dengan anggaran pemerintah daerah

Flores Timur

3 Kelompok masyarakat mengembangkan kelompok Pekka dengan pendanaan swadaya

Malang, Jawa Timur

4 Kelompok masyarakat mengembangkan kelompok Pekka dengan pendanaan swadaya

Bali

9. Jadi.., apa fokus strategi pekka 10 tahun kedepan?

Pekka telah melampaui 10 tahun pertama dan melewati masa-masa kritis sebuah upaya

membangun fondasi yang kuat untuk sebuah gerakan sosial kemasyarakatan yang

berkelanjutan. Sepuluh tahun ke depan, pastinya akan menjadi tahapan yang sangat

penting bagi kiprah Pekka di dalam perkembangan masyarakat seputarnya dan bangsa

ini secara umumnya. Sebagai sebuah gerakan, Pekka harus menerjemahkan tantangan

yang telah diidentifikasi selama ini menjadi strategi dan rencana aksi yang konkret.

Paling tidak ada empat fokus strategi yang harus dikembangkan Pekka untuk menjawab

tantangan 10 tahun ke depan.

A. Kemandirian gerakan Pekka (independency) Kemandirian terkait dengan kemampuan Pekka mengakses, mengelola, mengembangkan dan mempertanggungjawabkan semua sumberdaya yang dibutuhkan oleh mereka maupun masyarakat miskin lain dengan bantuan minimal dari pihak luar. Hal ini terkait dengan kapasitas individu dan kolektif Pekka dan masyarakat baik dalam hal teknis, manajerial, pengambilan keputusan, dan keyakinan diri untuk mengatasi berbagai persoalan kehidupan yang dihadapi secara mandiri.

B. Keberlanjutan (sustainability) Keberlanjutan terkait dengan efisiensi dan efektivitas pengelolaan sumberdaya dan pengembangannya, perluasan jangkauan pemanfaat sumberdaya, serta kaderisasi kepemimpinan yang berlangsung secara terus menerus dan terencana dengan baik. Hal

68

ini terkait dengan kemampuan Pekka dan masyarakat menerjemahkan visi dan misi yang telah terbangun dalam konteks sosial kemasyarakatan yang lebih luas, pengembangan kemampuan untuk mengambil alih fungsi-fungsi pendampingan menjadi bagian dari kehidupan masyarakat seharí-hari, serta kemampuan mengintegrasikan gerakan yang dipelopori Pekka dalam kehidupan masyarakat secara umum.

C. Perluasan manfaat (inclusiveness) Pengembangan PEKKA pada awalnya merupakan upaya “Affirmative Action” bagi kelompok marginal perempuan kepala keluarga dalam proses pembangunan. Oleh karena itu, pendekatan yang dilakukan memang pendekatan eksklusif yang artinya seluruh sumberdaya yang ada untuk program ini hanya diperuntukkan bagi kelompok Pekka. Setelah lima tahun berjalan, sumberdaya yang ada telah semakin berkembang, dan banyak anggota masyarakat lain yang hidup dalam kondisi setara Pekka sebelumnya. Oleh karena itu, proses yang lebih “inclusive” (melibatkan masyarakat umum) harus segera dilakukan agar “multiple impact” dari program ini dapat dicapai. Upaya ini terkait dengan kemampuan Pekka untuk membuka diri dan membangun visi dan misi masyarakat luas untuk berproses bersama dalam mengembangkan berbagai sumberdaya yang ada.

D. Partisipasi, keterlibatan dan posisi politik (engagement) Selama lima tahun baik individu maupun kolektif telah mampu mengembangkan kemampuan sumberdaya manusianya dengan baik. Telah cukup banyak pemimpin-pemimpin potensial yang lahir dari kalangan Pekka. Dengan kemampuan yang ada saat ini, PEKKA tentunya dapat ikut memainkan peran-peran strategis dalam masyarakat termasuk dalam mengambil keputusan, memfasilitasi masyarakat serta memimpin masyarakat untuk proses perubahan sosial. Hal ini tentunya terkait juga dengan kemauan politik para pengambil keputusan dan masyarakat untuk memberikan kesempatan pada Pekka untuk bergerak vertikal memainkan peran-peran yang lebih strategis dalam kehidupan sosial politik di wilayahnya.

E. Melembagakan proses yang sudah berjalan Berbagai sumberdaya yang tumbuh dan berkembang selama 10 tahun pertama proses pemberdayaan Pekka harus dipandang dan diperlakukan sebagai aset gerakan sosial yang harus dipertahankan dan dijaga keberlanjutan. Sekretariat Nasional PEKKA misalnya, harus mentransformasi peran dan fungsinya agar dapat memainkan peran yang lebih luas sebagai lembaga untuk peningkatan kapasitas pemimpin perempuan, pengembang gerakan, dan sistem pendukung bagi gerakan sosial kemasyarakatan. Dan Serikat Pekka harus menjadi salah satu pelopor gerakan sosial di tingkat akar rumput dalam menyoal relasi kuasa yang menyebabkan ketidakadilan dalam masyarakat.

69

F. Memublikasikan pembelajaran yang dikumpulkan selama proses Pemberdayaan Pekka

Pengalaman dan pembelajaran berharga dari proses Pekka harus dipublikasikan agar dapat dijadikan inspirasi oleh banyak pihak yang memiliki keprihatinan dan misi yang sama dalam pembangunan sosial. Seknas PEKKA harus bisa mengompilasi semua alat, bahan dan materi pemberdayaan yang dipergunakan selama ini, cerita-cerita kaya dari lapangan, profil, dan kasus-kasus yang relevan. Publikasi dapat juga dibuat dari berbagai sudut pandang termasuk sudut pandang masyarakat, lembaga donor dan pemerintah.

70

IV. TENTANG DANA DAN PENDANAAN PEKKA Pemberdayaan Pekka dapat secara terus menerus dilakukan selama 10 tahun berkat dukungan pendanaan melalui proyek-proyek yang dikembangkan Seknas PEKKA. Japan Social Development Funds (JSDF) merupakan donor utama Seknas PEKKA selama 10 tahun terakhir. Berikut ini daftar proyek-proyek Seknas PEKKA selama 10 tahun terakhir. Sebagian proyek telah selesai dan ditutup, sebagian lagi masih berjalan. Pendanaan proyek di Seknas dilakukan secara bertahap oleh lembaga donor. Sebagian besar pendanaan adalah untuk kegiatan langsung komunitas Pekka baik berupa dana bergulir dalam koperasi simpan pinjam Pekka, maupun dana kegiatan yang dikelola langsung oleh komunitas Pekka dengan dampingan tim Seknas Pekka. Pada periode 2001-2004, Dana Langsung Pekka di salurkan melalui mekanisme Proyek Pemerintah yaitu PPK. Peran Seknas PEKKA adalah melatih Pekka agar mampu membuat perencanaan kegiatan dan penggunaan dana, serta mendampingi Pekka dalam mengakses dana tersebut guna memastikan tidak ada dana yang bocor di tengah jalan (di korupsi oknum aparat). Berikut tabel pendanaan kegiatan Pekka selama 10 tahun terakhir dan peruntukannya.

71

Tabel 23. List of PEKKA Project 2001 - 2011

No. Project Title Donor Period 1. Management Consultant of Widows and

Poverty Project TF026564 – The World Bank 2002 - 2004

2. Female Headed Household Poverty Allevation and Empowerment Program

DVV/IIZ 2003 - 2004

3. Komnas Perempuan Komnas Perempuan 2002 – 2004 4. JSDF Grant for the Second Support for

Female Headed Households in Conflict Areas Project

TF 53442 – The World Bank 15 Oct 2004 – 31 Dec 2008

5. JSDF Grant for Support for Female Headed Households during Aceh Reconstruction

TF 055749 – The World Bank 27 Sep 2005 – 31 Dec 2010

6. Education for Verry Poor Children TF55900 – The World Bank 30 Mar 2006 – 30 Jun 2011

7. Proverty Reduction and Women’s Leadership – The PRIME

TF 91171 – The World Bank 5 Jun 2008 – 5 Jun 2012

8. Women’s Legal Empowerment Phase I (WLE)

J4P – The World Bank 2005, 2006, 2008

9. PNPM from the Eyes of PEKKA : a Community Photography Project (PNPM)

PNPM - The World Bank February 2008 – December 2009

10. Pengembangan usaha kecil mikro Menneg PP 2008 11. Bantuan bagi kelompok Pekka Dove 2010 12. JSDF Grant for Sustaining Women’s

Leadership Project TF 095058 – The World Bank 26 Apr 2010 – 26

Apr 2014 13. Trust Fund for the Building Public

Demand for Legal and Judicial Reform, Women’s Legal Empowerment Project Phase II

TF 96440 – The World Bank 17 May 2010 – 30 Jun 2011

14. Transition Programme : Access to Justice (GRM)

AUSAID-GRM 2010

15. Grant for Cianjur Community Center Australian AID 2011 16. TOT pengorganisasian Manula Ashoka 2011 17. Access to Justice for Women Heads of

Family and Poor Communities AUSAID – CARDNO September –

December 2011 18. Strengthening PEKKA Governance and

Independence Through Improvements to Financial Management

AUSAID - CARDNO November 2011 – August 2012

19. PEKKA Community Poverty Monitoring and Advocacy Program

AUSAID – GRM December 2011 – November 2014

72

Tabel 24. Alokasi Pendanaan Pekka 2001-2011

Alokasi Pendanaan Kegiatan PEKKA 2001 – 2011

No. Kategori Kegiatan

Tahun Total 2001 -

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

1. Subgrant (BLM) 67,500,000 -

1,540,643,109 5,781,163,097 1,193,937,421 2,170,889,511 6,586,170,156 7,089,808,747 21,430,112,042

2. Training and Workshop

3,754,022,275 1,432,277,350 1,478,812,193 1,374,698,770 2,478,422,251 2,009,703,141 2,142,785,017 4,160,254,489 18,830,975,486

3. Consultant Services

2,452,111,908 547,867,570 1,548,924,831 1,350,675,441 1,682,379,568 1,930,294,602 2,863,601,433 3,123,152,592 15,499,007,946

4. Goods 134,511,750 103,934,759 12,332,076 128,122,000 70,544,500 132,748,000 83,965,000 666,158,085

5. Operational Cost

348,428,825 1,404,251,568 2,217,294,254 2,130,008,929 1,408,299,436 1,469,216,097 1,544,968,942 1,328,407,081 11,850,875,133

Total 6,622,063,008 3,518,908,238 6,889,609,147 10,648,878,314 6,891,160,678 7,650,647,850 13,270,273,548 12,746,687,909 68,238,128,692

73

Di tingkat komunitas Pekka, pendanaan juga diperoleh dari simpanan swadaya yang dijadikan sumber pendanaan pinjaman bagi anggota kelompok Pekka. Meskipun ada fluktuasi, pendanaan simpan pinjam masih terus berkembang. Modal bergulir yang diperoleh dari pendanaan proyek baik yang diterima melalui Seknas PEKKA maupun yang diterima melalui mekanisme pemerintah, diakumulasikan dalam modal simpan pinjam dan terus berkembang hingga saat ini.

31,39 %

27,58 %

22,70 %

0,98 % 17,36 %

Prosentase Pendanaan PEKKA 2001 - 2011

Subgrant

Training & Workshop

Consultant Services

Goods

Operating Cost

74

Tabel 25. Perkembangan simpanan kolektif Pekka

No Wilayah 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

1 Aceh 7.998.700 7.998.700 22.113.100 38.561.400 58.295.200 75.109.650 86.296.400 254.887.542 489.878.280 447.754.300

2 JABAR 7.200.500 7.200.500 84.687.000 50.040.550 100.102.750 61.354.900 76.538.050 107.772.650 133.591.900 147.678.100

3 JATENG - - 3.785.500 12.258.300 21.156.050 19.007.250 37.057.350 88.677.750 124.097.000 179.529.400

4 KALBAR - - 191.000 19.151.600 22.728.000 50.830.600 38.232.450 65.348.450 120.313.775 184.822.850

5 NTB - - 3.763.800 10.251.750 22.961.450 27.717.550 24.628.100 74.801.000 90.121.600 188.960.956

6 NTT 23.439.300 23.439.300 61.191.225 105.202.835 188.846.735 376.832.040 577.840.359 970.486.650 1.597.070.403 2.109.171.793

7 SULTRA 7.625.450 7.625.450 19.568.400 51.566.450 61.512.450 87.323.725 124.704.525 153.978.925 187.798.500 204.516.125

8 MALUT - - 5.293.000 23.416.500 38.510.500 6.854.012 41.036.500 48.541.500 48.630.500 48.630.500

9 SUMUT 2.413.000

10 SUMSEL 11.174.000

11 SUMBAR 7.342.000

12 Banten 12.853.000

13 Yogyakarta 1.274.000

14 JATIM -

15 KALSEL 1.665.000

16 SULSEL 3.564.000

17 SULUT

18 Bali

Jumlah 46.263.950 46.263.950 200.593.025 310.449.385 514.113.135 705.029.727 1.006.333.734 1.764.494.467 2.791.501.958 3.551.349.024

Prosentase kenaikan

-

334

55

66

37

43

75

58

27

75

Tabel 26. Perkembangan pinjaman kumulatif Pekka 2002-2011

No Wilayah Total pinjaman Kelompok

2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 1 Aceh 7.149.400 124.481.750 547.468.000 1.452.374.000 2.475.001.000 2.890.365.300 3.261.614.000 3.816.271.250 3.916.362.700 4.162.801.000

2 JABAR 2.625.000 340.329.000 432.547.500 743.699.000 1.212.173.000 1.291.111.100 2.137.168.900 2.448.728.500 2.535.527.600 2.023.735.200

3 JATENG - - 132.238.500 293.437.500 359.722.000 385.565.500 1.178.253.000 1.180.711.000 2.105.594.000 3.357.165.900

4 KALBAR - - 45.770.000 94.974.520 235.869.500 243.714.600 301.880.500 619.770.500 546.315.000 1.318.713.550

5 NTB - 4.665.500 21.112.500 672.371.250 684.421.750 718.052.600 1.103.613.800 1.148.175.200 2.258.598.400 2.959.332.292

6 NTT 81.414.150 667.198.400 1.338.880.400 2.351.701.850 4.368.187.550 6.048.876.050 7.675.534.050 10.701.985.800 10.924.641.050 12.713.111.650

7 SUKTRA 9.430.000 170.384.000 606.474.000 898.611.800 1.158.270.400 1.919.695.100 2.233.627.000 2.895.347.000 3.092.414.000 4.060.852.900

8 MALUT - 3.005.000 20.625.000 269.036.100 283.316.100 472.329.041 389.971.100 389.461.100 389.461.100 389.461.100

9 SUMUT 436.000

10 SUMSEL 19.992.000

11 SUMBAR

12 Banten

13 JOGJA

14 JATIM

15 KALSEL

16 SULSEL

17 SULUT 6.893.000

18 Bali

Jumlah 100.618.550 1.310.063.650 3.145.115.900 6.776.206.020 10.776.961.300 13.969.709.291 18.281.662.350 23.200.450.350 25.768.913.850 30.985.173.592

Prosentase kenaikan

1.202

140

115

59

30

31

27

11

20

76

V. MENGENAL PEKKA LEBIH DEKAT MELALUI CERITA MEREKA Jika kita membaca dan mencermati laporan ini dari awal, maka semua yang tersaji adalah perubahan baik positif maupun negatif yang terjadi pada komunitas Pekka yang menjadi subyek utama PEKKA selama ini. Adalah wajar sebagai sebuah lembaga yang harus mempertanggung jawabkan kerja, karya dan sumberdaya nya melakukan hal ini, menitik beratkan pada pencapaian tujuan yang telah digariskan sejak awal. Namun, ada aspek yang kerap ter-remehkan, bahkan terabaikan dan luput dari perhatian, yaitu peran penting orang-orang digaris depan dan belakang yang memungkinkan semau proses berjalan. Ratusan cerita juga lahir dan berkembang dari mereka, dari kami, tim yang menggerakan proses selama ini. Sangatlah menginspirasi untuk mengikuti kisah, cerita dan perjalanan setiap individu yang bekerja di Seknas PEKKA. Banyak suka, duka, haru, airmata, dan perayaan di sana. Seknas PEKKA juga berarti besar bagi setiap individu yang bekerja di sini. Selain memberikan tenaga, pikiran dan waktunya, setiap orang yang bekerja di Seknas PEKKA juga menerima banyak hal, pengetahuan, pengalaman, pelajaran kehidupan, dan bahkan nilai-nilai kehidupan yang menjadi bekal untuk menjadikan setiap orang menjadi lebih baik. Dan setiap rupiah yang diperoleh karena bekerja di Seknas PEKKA, sangatlah berarti bagi setiap penggiat di Seknas PEKKA, karena ini juga berarti makan sehari-hari, sekolah anak dan adik, tempat berteduh, dan cita-cita kehidupan. Oleh karena itu di Seknas PEKKA, kami tidak hanya bekerja, namun mencoba membangun satu keluarga, di mana harapan dan impian di rajut bersama gerakan dan dinamika ibu-ibu Pekka yang menjadi subyek utama dalam PEKKA. Berikut ini cuplikan kisah-kisah inspiratif yang pernah dituliskan oleh beberapa penggiat PEKKA. Semoga dapat menjadi pelajaran berharga bagi semua yang membaca.

77

Tidaklah mudah menjadi pengorganisir perempuan kepala keluarga di lapangan.

Keteguhan mental sangat dibutuhkan. Menempatkan kerja ini tidak hanya sebagai

“pekerjaan” saja, menjadi energi positif yang memotivasi para pendamping untuk

bertahan hingga 10 tahun.

Sang Boss Janda Oleh: Bernadette Deram

Koordinator Wilayah PEKKA NTT

Namaku Bernadete Deram. Aku anak ke dua dari enam bersaudara, 3 orang perempuan dan 3 laki-laki. Aku berasal dari sebuah pulau kecil di ujung Flores yeng terkenal dengan proses penangkapan ikan pausnya yaitu, pulau yang dulunya disebut Pulau Lomleu. Tanah kelahiranku itu sekarang sudah menjadi kabupaten sendiri, terpisah dari Flores Timur dan dikenal dengan nama Mawa Lambata. Tempat aku dilahirkan di sebuah kecamatan yang terletak di kaki gunung, namun punya iklim yang sangat kering dan gersang. Sumber mata air satu-satunya yang ada di kampungku berasal sumur gali. Airnya terasa agak asin atau payau. Desa itu bernama Bunga Muda, Kecamatan Ile Ape. Aku terlahir dari keluarga yang sangat patriarki, di mana kakek menerapkan budaya itu sangat kuat, sehingga anak-anak perempuan kakek yang sebenarnya pintar dan berani hanya bisa tamat SD dan tidak bisa sekolah lagi. Namun aku bersyukur karena kedua orangtuaku tidak mewariskan budaya kakek, tapi sayang kakakku yang perempuan hanya bisa sampai tamat SD karena dia sangat penurut dan cengeng. Dia juga tidak bisa jauh dari orang tua, karena jika mau sekolah SMP harus meninggalkan orang tua dan tinggal di kota, hanya bila liburan sekolah baru bisa pulang ke desa. Aku lahir dari keluarga petani dan nelayan, namun patut dibanggakan karena kedua orangtuaku tetap gigih memperjuangkan agar kami semua bisa sekolah tanpa membedakan dia anak laki-laki atau perempuan, yang penting pintar dan punya kemauan untuk sekolah yang lebih tinggi. Buktinya, aku dan adik perempuanku bisa merasakan bangku kuliah hingga tamat, sedang adik laki-lakiku hanya mau sampai SMA. Walau orang tuaku masih mampu menyekolahkan mereka lebih tinggi, namun itu pilihan mereka untuk sekolah hanya sampai SMA. Sejak kecil aku tidak suka dengan pekerjaan yang terlalu diatur dan selalu

78

berseragam. Aku lebih senang hidup bebas dan bisa menentukan pilihan sendiri tanpa harus diperintah atau disetir oleh orang lain. Karena itu pekerjaan menjadi pegawai negeri atau swasta yang berseragam tidak menjadi pilihanku. Pilihan pekerjaan seperti ini, menjadi pengorganisir, berkebun, ternyata mendapat tantangan dari saudara, orang tua dan juga masyarakat di sekitarku. Mereka sering berucap, “Itu kasih orang tua sekolah anak perempuan tinggi-tinggi, datang kerjanya tidak jelas, setiap hari ke kebun-kebun, ke desa-desa, apa itu pekerjaan dia?” Tapi aku bersyukur karena orang tua dan adikku tidak pernah mempersoalkan itu, bahkan pernah sekali, karena adikku perempuan mungkin batas kesabarannya sudah hilang, dia menjawab. “Justru pekerjaan kakakku yang tidak jelas itu, dia hampir tiap bulan terbang dengan pesawat ke Jakarta, ke Kuala Lumpur, bahkan ke Amerika. Di mana kamu yang ber-NIP dan berseragam belum tentu merasakan hal yang sama seperti dia.” Aku sendiri selalu menguatkan diri dengan tekad, apapun anggapan orang tentang pekerjaanku, selama yang saya lakukan ini tidak merugikan orang dan yang terpenting saya bisa bermanfaat buat orang lain, untuk apa dipikirkan. Adapula bahasa yang dilontarkan oleh anak-anak muda di jalanan dan juga orang yang mengerti tapi pura-pura tidak mengerti seperti, “Wa, masih muda dan cantik tapi mau juga mengurus janda. Jangan-jangan dia juga janda.” Ada lagi yang berteriak “He, bos janda, bisa ajak kita tidak, biar bayarannya lebih mahal.” Tapi semua itu tetap saja kuanggap angin lalu karena toh yang kukerjakan ini tidak membuat orang lain susah. Dan selama yang kulakukan ini baik di mata Tuhan dan banyak yang ikut merasakan apa yang aku kerjakan, biarlah anjing menggonggong dan kafilah berlalu. Setiap kali aku juga selalu berdoa pada Tuhan, semoga Tuhan bisa memberikan hari lebih buatku dalam sebulan agar aku bisa istirahat dan bisa sekolah lagi. Namun, semua lelah dan jenuhku itu akan hilang begitu sampai di kelompok dan bertemu dengan ina-ina yang ternyata punya semangat yang begitu besar, walau beban di pundaknya lebih berat dari apa yang kurasakan. Jika ada persoalan dan masalah yang tak kunjung selesai dan juga ada ulah kader atau pengurus yang sangat menjengkelkan yang membuat energi dan emosiku bisa habis terkuras. Ada cara yang kupakai agar semuanya bisa kembali normal yaitu, ke pantai dan melihat deburan ombak atau asyik dengan tanaman hias di depan kosku. Dengan cara memangkas atau pun menyiram, kadang menghabiskan uang dengan membeli pot-pot bunga untuk menanam bunga yang ku suka, aku menjadi lebih lega dan tenang.

79

Untuk menenangkan suasana hati sebelum ke lokasi agar jangan sampai persoalan yang kemarin masih terbawa emosi, aku harus memandang bunga-bunga yang kutanam di depan kosku sampai puas. Itu membuatku lega, baru aku memulai menstarter sepeda motorku menuju ke tempat kerjaku. Dalam perjalanan juga harus selalu berkonsentrasi karena sudah 3 kali aku jatuh dari motor, Peristiwa itu ternyata membuatku selalu berwaspada, agar bisa bertahan sampai usia mengharuskan aku istirahat dari pekerjaan ini. Pekerjaan ini walaupun capai namun memberikan kenikmatan tersendiri karena yang kita kerjakan bukan untuk kepuasan orang lain, tapi ternyata pekerjaan seperti ini lebih kepada untuk kepuasan kita sendiri. Janganlah takut bayangan dan menjalani tantangan ganasnya gelombang sebelum masuk ke dalam laut, tapi berusahalah untuk masuk dan menyelam ke dasar laut yang lebih dalam lagi, karena di sana anda akan melihat keindahan, kemilaunya mutiara berharganya mahal yang letaknya di dasar laut.

80

Gugur satu tumbuh seribu tidaklah berlaku dalam mengembangkan Pekka di tahap awal.

Sikap mental yang ingin semua serba diberi dan instan, telah terbangun begitu lama dari

proses pendekatan pembangunan rezim orde baru. Seberapa canggih pun metode, media

dan pendekatan yang dipergunakan di lapangan, pada akhirnya ketekunan, kesabaran,

kegigihan dan sikap pantang menyerah dari tim di lapanganlah yang mampu membuat

pemberdayaan Pekka terus berjalan hingga 10 tahun. Ini salah satu ceritanya.

”Isi ranselnya uang ya?”

Oleh: Oemi Faezhati Supervisor Divisi Pengorganisasian Basis Seknas PEKKA

Target 10 kelompok Pekka di 10 desa selama 1 tahun di Cianjur, dengan proses pengorganisasian masyarakat. Mision Impossible buatku!

Selama beberapa bulan di sini, aku berhasil membentuk beberapa kelompok di 6 Desa. Seluruh tahapan dari mulai sosialisasi hingga pembentukan kelompok bisa dilakukan. Salah satu pendekatan pada program melalui entry poin (pintu masuk) simpan pinjam. Pekka mengajak menabung untuk membangun swadaya dan sejauh mana bisa dipercaya. Dari sini, 1 bulan, 2 bulan, 3 bulan, kelompokku masih bisa bertahan. Herannya, umur kelompok tidak bertahan lama begitu menginjak bulan ke empat, kadang kurang dari itu, satu persatu kelompokku berguguran. Ada apa gerangan?

”Loh, Bu, ke mana ibu-ibu Pekka lainnya, kok sedikit yang hadir anggotanya, ke mana anggota lainnya?”

”Biasa, Mbak, masih belum beres di dapur.”

Minggu berikutnya, ”Ga bisa, Mbak, lembur kerja.”

Selanjutnya, ”Iya tuu, Mbak, pada lupa kalau sekarang jadwal pertemuan.”

Begitulah. Ada saja alasannya. Kalau dipikir kurang bagaimana lagi? Sebelum pembentukan kelompok, sudah dilatih dan difasilitasi. Kegiatan pertemuan rutin sudah dilakukan, apalagi berdasarkan kesepakatan. Berbagai media telah dilakukan

81

dalam proses penyadaran kelompok. Artinya, secara metode dan prosedur teknis sesuai dengan pendekatan yang seharusnya. Jadi apa lagi yah? Aduuh, bukannya hilang satu tumbuh seribu, malah makin rontok kelompokku berguguran. Kejadian ini nyaris membuatku patah semangat. Bongkar pasang kelompok terjadi berulang kali, nama kelompok berganti pada setiap bulannya. Ada saja masalahnya, yang gak ada waktulah, lupalah, lembur kerjalah, gak ada liburnyalah, gak ada uang untuk nabunglah. Kebanyakan salah sangka karena menganggap akan segera menerima bantuan, tetapi hingga 1 tahun lebih belum ada bantuan. Padahal aku tidak pernah mengatakan secara langsung kalau nantinya bantuan grant dari Jepang dalam persiapan untuk diakses.

Kata-kata usil dari mereka yang penasaran adanya bantuan instant kadang diungkapkan seperti "Eleuh Neng Oemi tas na meni ageung bangunna eusina artos.” Di antara mereka sepertinya penasaran juga apa isi tas ranselku, ternyata buku lagi, buku lagi, kapan bagi bagi duitnya? Aku tidak begitu meladeni dengan urusan ini, walaupun akhirnya berdampak pada bubarnya kelompok. Seleksi alam pun terjadi, dari 40 anggota yang terdaftar, paling-paling hanya 15 orang yang tersisa.

Bahkan yang lebih mengagetkan lagi,ada satu kelompok bubar karena pengurusnya tidak jujur, uang sebesar 75 ribu rupiah, uang simpanan kelompok raib diselundupkan. Ditambah sebuah peringatan teguran dari Mbak Mien untuk segera melakukan perubahan membuatku makin frustrasi. Lengkap sudah penderitaanku.”OoohDesperate, PL! ( PL putus Asa)

Mati kutu rasanya. Siasat apa lagi yang harus kutempuh. Hingga pernah suatu hari, kujemput anggota Pekka satu persatu ke rumahnya. Bahkan sebelum waktu pertemuan, aku sempat membantu beberapa anggota Pekka untuk membereskan pekerjaan rumahnya. Ada juga yang kuingatkan melalui undangan atau panggilan dari toa di masjid.

Dalam hal menumbuhkan minat menabung, aku melakukan beberapa alternatif. Seperti tawaran untuk menabung dalam bentuk beras dan barang yang bisa dijual, kemudian uangnya di tabung. Seperti kelompok di Desa Sukatani yang merupakan sentra wortel, pernah mencoba menabung dalam bentuk wortel.

82

PEKKA datang ke masyarakat tanpa membawa janji dan bantuan apapun, hanya

mengajak mereka berkelompok dan menabung. Melawan arus!! Karena hampir semua

proyek pemerintah yang datang ke desa selalu membawa bantuan dan janji-janji. Sudah

pasti, PEKKA tidaklah populer, dan kerap ditolak dan di tinggalkan masyarakat di tahap

awalnya. Ini ceritanya.

Tanpa membawa bantuan, dalam 20 menit pertemuan janda bubar!! Oleh: Reny

Koordinator Wilayah PEKKA NTB

Pertengahan tahun 2003, tepatnya bulan Mei, aku memulai pengorganisasian. Oleh seknas Pekka aku ditugaskan sebagai PL (Pendamping Lapang). Bermodal pelatihan yang difasilitasi oleh seknas, aku berkunjung ke perkampungan. Tubuh kecilku dengan gampang dibawa lari motorku, yang kata teman-teman, ”Motor kamu kebesaran. Kamu kalau naik motor keliatan lucu, kayak dibawa lari.” Pagi hari, aku mendatangi salah satu tokoh, dengan maksud untuk permisi (“tabeq walar” bahasa Sasaknya). Dia adalah Kepala Dusun (Kadus) Sandongan Desa Lingsar. Aku menceritakan sedikit tentang program Pekka serta sasarannya. Setelah berbincang-bincang sekitar 10 menit, Pak Kadus mengatakan, “Bu Reni, nanti jam 14.00 wita, aku akan umumkan lewat masjid untuk menyuruh perempuan berstatus janda berkumpul di sini, di rumah aku saja, kan cukup luas di sini.”

Karena pertemuan dengan perempuan janda itu nanti siang, maka akupun pamit dan berjanji akan balik siang nanti. Tepat pukul 13.30 wita, aku datang ke rumah kadus. Aku mendengar suara Pak Kadus melalui lousdpeker masjid memanggil perempuan janda untuk berkumpul. Waktu yang sangat singkat untuk menunggu perempuan janda untuk

berkumpul, kira-kira 10 menit setelah diumumkan, berkumpullah sekitar 70-80 janda. Usia mereka antara 20 – 60 tahun, tua muda seimbang jumlahnya. “Assalamualakum wr wb…..”aku membuka pertemuan dengan salam dengan wajah tersenyum walau pun panas dan gerahnya minta ampun.

83

Tapi buat perempuan di desa ini, panas tidak masalah buat mereka. Mereka sudah terbiasa di tengah sawah yang panas, karena mereka mayoritas buruh tani. “Nama aku Reni, aku bertempat tinggal di Kecamatan Sandubaya, tepatnya di BTN Sweta, sekitar 7 km dari sini, dekat pasar itu bu….” kata aku memperkenalkan diri. Lalu aku memulai mensosialisasikan program Pekka, mensosilaisasikan kriteria perempuan yang dikatakan berstatus kepala keluarga. Nampak wajah-wajah yang bingung terbaca di muka mereka. Dengan bahasa Sasak aku menyampaikan kata demi kata dengan lembut, pelan, sekata demi sekata dan hati-hati. Aku sadar, berkelompok untuk berkegiatan adalah hal yang tidak menarik buat perempuan, karena memang ini tidak pernah terjadi di wilayah ini. Jadi buat mereka aneh, ogah. Apalagi jika memulai kegiatan dengan swadaya seperti kegiatan ekonomi atau simpan pinjam. Aku pribadi pun ragu, di benakku. “Masak sih masyarakat mau diajak berkelompok, apalagi menabung.” Tapi, saat aku dilatih pertama kali oleh koordinator Pekka di Jakarta, bagaimana menjadi pendamping lapang dan bagaimana langkah-langkah pengorganisasian, aku mendapat ilmunya begitu. Tapi di sisi lain, aku berpikir, ”Yang latih aku sebagai pengorganisir adalah orang yang telah berpengalaman lebih dari 20 tahun bergerak di pengorganisasian masyarakat akar rumput, kenapa aku ragu?”Pemikiran ini yang mendorong aku untuk mencoba teori yang aku dapatkan. Saat aku bersosialisasi, terdengar suara sepintas, dan juga pengakuan mereka yang mengatakan, ”Kita orang miskin, kok diajak menabung. Apa yang mau ditabung, buat makan saja susah, buat sekolah anak saja ngutang, araq-araq bae (ada-ada saja).” “Aku kira. kita dikumpulkan sama Pak Kadus untuk dibagikan sesuatu, ya beras atau uang. E, malah disuruh nabung, disuruh ngeluarin uang, jari ape, ndek kukawe (buat apa, aku tidak mau), kalau nabung di rumah juga bisa, nabung di bawah bantal.” “Wah, bahaya itu, kalau kita tabung uang kita di ibu itu. Jangan-jangan uang kita nanti dibawa lari, dibawa hilang, seperti orang yang dulu itu, dibawa uang masyarakat sama petugas. Sampai sekarang petugas itu kabur tidak kembali.” Aku melihat jam tangan, sudah menit ke 15 jalannya sosialisasi, aku menyampaikan untuk menwarkan perempuan tersebut berkegiatan simpan pinjam. Pada menit ke 20, satu persatu dan dalam hitungan 5 menit, hampir semua masyarakat perempuan yang berkumpul memutar balik arah sandal jepitnya untuk kemudian dipasang di kakinya dan meninggalkan aku tanpa permisi, tanpa kata kata, tanpa senyum dan tanpa pandangan ramah. Hatiku saat itu sedih, kalut, lutut aku sedikit gemetar, bayangkan saja, sekitar 70–80

84

perempuan yang berkumpul di depanku hilang kabur tanpa dikomandoi. Yang tersisa tinggal 7 orang, 3 diantaranya berusia sekitar 25-30 tahun dan yang 4 orang usia 40–50 tahun. Aku sedih, aku merasa ditolak oleh banyak orang, aku merasa dipantati, dalam hati aku mengatakan mungkin aku salah ucap, salah penampilan, aku malu… malu dan sebel. Aku kalut, lutut aku gemetar…. ternyata aku tidak bisa, aku tidak mampu, aku gagal…aku gagal. Air mata ini serasa ingin keluar dari kelopaknya, namun aku tahan, bersabar dan bertahan, karena masih ada 7 orang perempuan di depan aku, yang masih duduk manis untuk mau mendengarkan aku. Dengan wajah kebingungan, dengan kepala yang diangguk-anggukkan, perempuan yang ada di depanku tersenyum antara paham dan tidak dengan apa yang aku sampaikan. Aku bersosialisasi selama 1 jam, lalu aku berpesan kepada 7 perempuan tadi, “Inaq, tiang akan datang kembali nanti 5 hari lagi, nanti kita ketemu di sini lagi ya?” kataku berjanji. Setelah bersalaman pamit, akupun pamit ke Pak Kadus dan ke 7 perempuan itu. “Bu Reni, aku minta maaf dengan sikap masyarakatku tadi yang meninggalkan ibu, memang mereka sering di kelompokkan, tapi ya, anget anget tai ayam, tidak ada yang bertahan.” Kemudian, akupun pulang, meluncur dengan sepeda motor, melewati bebatuan dan jalan tanah berdebu. Jalan bebatuan itu tidak aku rasakan, yang ada dalam hati pikiran saat itu hanyalah rasa sedih, tidak percaya diri, prasaan gagal, malu, marah, dan pesimis. Sepeda motor aku jalankan pelan-pelan, sambil berusaha tersenyum menyapa masyarakat di desa itu, namun tanpa balasan, mereka melihat aku seolah-olah tidak suka. Sesampai di rumah, aku merenung, apa langkah selanjutnya agar perempuan kepala keluarga tadi mau diorganisir. Terkadang tumbuh di hati, keegoisan diri, Buat apa susah-susah, kalau memang tidak mau berkelompok, ya sudah, EGP…emang gue pikirin, masih banyak desa yang mengharap kedatangan aku, masih banyak yang harus dipikirkan. Namun, keegoisan diri, aku obati dengan kembali menasehati diri. Bukan saja karena kesadaran akan tugas sebagai PL Pekka yang mengantarkan aku kembali mencoba membujuk mereka untuk berkelompok, tapi aku termotivasi oleh kondisi wilayah kampung itu. Secara fisik banyak bangunan rumah yang tidak layak di huni, raut wajah perempuan kepala keluarga yang mengkilat hitam, lusuh, pakaian suram, memotivasi aku mengatakan, aku harus bisa membujuk mereka berkelompok. Aku tidak akan pindah ke desa lain sebelum mereka berkelompok.

85

Tidak ada sekolahan khusus yang bisa langsung mencetak orang untuk bisa menjadi

pendamping masyarakat, khususnya yang rentan dan marjinal seperti Pekka, karena

pemberdayaan adalah proses bersama. Di Seknas PEKKA, tidak hanya para pendamping

dan koordinator program saja yang harus bisa melatih dan mendampingi Pekka, staf

pendukung lainnya seperti staf administrasi, operator komputer, dan staf keuangan, juga

dituntut untuk bisa memfasilitasi Pekka dalam keterbatasannya. Oleh karena itu, Seknas

PEKKA selain sebagai tempat bekerja, bagi banyak staf juga merupakan sekolah yang

paling nyata. Salah satu ceritanya berikut ini.

Bersekolah di Seknas PEKKA Oleh: Anwar

Supervisi Divisi Publikasi dan Dokumentasi Seknas PEKKA

Melatih ibu-ibu PEKKA memang cukup berat, selain harus sabar dan berulang- ulang, juga dikarenakan tingkat pendidikan yang berbeda beda dan banyak diantara mereka ini merupakan pertama kali mereka mengenal dan menggunakan komputer. Untunglah teman-teman suporting seknas membantuku dalam mendampingi ibu-ibu belajar komputer dan Ms. Exel. Mencari huruf untuk dirangkai kata seolah mereka sedang belajar baca. Bersusah payah menekan dan mencari huruf di papan ketik (keyboard). Keringat dingin mulai keluar diantara jemari-jemari tangan kasar dan kaku, tangan mereka tak seperti orang kantoran, tak lentik atau halus. Berjuang menggerakkan mouse untuk mengarahkan kursor atau pointer di komputer. Belum sempat menguasai mouse,

mereka sudah berhadapan dengan keyboard. Mereka tertatih-tatih, hanya dua jari telunjuk yang digunakan, mengetik “sebelas jari”, biasa candaan buat mereka mengetik dengan dua telunjuk. Mereka berperang menaklukan keyboard, tak heran sesekali terdengar “tak,tik,tok” kencang sekali. Semangat terlihat di muka mereka, apalagi ini pertama kali memegang komputer. Walau letih dan kaki pegal harus mondar-mandir, tapi tetap senang karena aku bisa berbagi ilmu, ditambah ke ibu-ibu PEKKA yang terus bertanya.

Kerja di PEKKA tak hanya bekerja dan bekerja, tapi aku bisa banyak belajar.

86

PEKKA memberikan kebebasan kepada kami untuk berlajar dan berlatih. Aku juga diberi kesempatan dan dibiayai oleh PEKKA untuk mengikuti kursus Webdesign di luar selama 6 bulan. Saat ini, aku bisa membuat website sendiri, dan aku sudah bisa membuat website untuk PEKKA dan mengelolah website. Tak hanya aku yang mendapat kesempatan itu, teman-teman seknas lain juga ada yang dapat tentunya dengan kursus yang berbeda satu sama lainnya. Buat Seknas PEKKA yang disampaikan Kornas, “Itu merupakan investasi, bukan menjadi beban, jadi memberi kesempatan pada karyawan itu adalah investasi ke depan.”

Untuk itulah banyak teman di Seknas

PEKKA yang punya banyak keahlian lain di luar tugas pekerjaannya, ini dikarenakan adanya kesempatan yang diberikan. Selama kita masih mau belajar dan kreatif, kesempatan itu terbuka untuk digunakan dengan maksimal dan bermanfaat menjadikan keterampilan-keterampilan baru. Di PEKKA, siapa yang rajin dan kreatif, dia akan jadi orang yang mempunyai keahlian lain. Akan tetapi jika dia malas dan hanya terpaku dengan pekerjaannya saja, maka

ia tidak akan berkembang dan tidak mendapatkan ilmu yang baru. Aku ingat pertama kali bergabung di PEKKA sangat sedikit yang aku bisa, hanya sekedar bisa saja tak lebih dari itu. Menggunakan komputer hanya sebatas menggunakan, itu pun hanya Ms.Exel. Jika komputer rusak kebingungan, alhasil panggil teknisi. Tapi sekarang, aku bisa lebih dari itu, tak hanya program Ms.Exel, hampir semua program standar komputer aku bisa gunakan. Jika komputer rusak ringan, hanya sekedar heng atau eror, aku bisa mencoba perbaiki sendiri. Internet buatku dulu asing. Mau menghubungkan internet saja aku tidak bisa, apalagi buat akun email atau browsing. Aku punya akun email setelah masuk di PEKKA, waktu itu pun aku diajari Pak Adi membuat akun email di Yahoo. Sekarang jangankan satu akun email yang mau dibuat, lebih dari itu aku bisa kerjakan sendiri. Dulu mau bicara saja susah, tapi sekarang aku bisa memfasilitasi ibu-ibu PEKKA, walau kadang grogi alias gemetaran juga. Semua itu aku dapat dari PEKKA yang telah banyak memberikan keleluasaan untukku mencoba dan belajar.

87

Multitugas, merupakan salah satu cara yang dilakuka di Seknas PEKKA untuk

mengoptimalkan sumberdaya manusia yang ada. Ketika ada program batru yang

dikembangkan, dan belum ada staf yang bisa di rekrtu atau untuk merekrut ahli biayanya

mahal, maka biasanya, dilatihlah sumberdaya manusia yang ada agar menjadi ahli. Dan

setiap orang harus bersedia mengembangkan kemampuan bahkan di luar bidang ahli

yang telah dimilikinta sekalipun. Ini salah satu kisahnya.

“Menjadi Video Maker dan Video Trainer” Oleh: Rudianto

Manager Keuangan Seknas PEKKA

Kalau dihitung waktu, sebenarnya belum lama aku bergabung dengan PEKKA, namun aku perlu membuka email pribadi, membaca catatan harianku yang intensitasnya tidak beraturan untuk mengingat kembali perjalananku hingga aku bergabung dengan PEKKA. Memang PEKKA bukanlah rumahku yang pertama. Sebagian besar memori di kepalaku dipenuhi rangkaian perjalanan hidupku ketika aku bergabung di rumah pertamaku PPSW karena di sanalah tempat aku dibesarkan. Di sanalah sebagian besar cerita hidupku tersimpan. Butuh waktu panjang untuk bercerita perjalananku selama aku di PPSW. Namun rumahku yang sekarang -aku menyebutnya rumah karena PEKKA aku anggap sebagai rumahku yang lain, selain rumah tempat aku dan keluargaku tinggal- meskipun belum lama aku bergabung, sangat memberiku warna dan mengajariku banyak hal. Bagiku rumah ini adalah tempatku bernaung, berlindung dari panas terik dan gigil karena dinginnya hujan. Dengan menganggapnya sebagai rumah, aku merasa memiliki, aku merasa punya kewajiban untuk membersihkannya ketika banyak debu yang mengotori, aku punya kewajiban untuk membuat rumah ini terasa nyaman dan tempat yang aman untuk bernaung. Bagiku, teman-teman di kantor, staf administrasi, keuangan, pubdok, tim koordinator, maupun kornas adalah saudara-saudara kandungku. Mereka adalah bagian dari perjalanan hidupku yang tak terpisahkan. Dalam persaudaraan, ada suka yang dirasakan bersama, juga ada duka yang bisa dicari solusinya bersama.

“Oke, kamera siap? Rolling….!!!

Bu, mohon ibu memperkenalkan diri, nama, alamat, dari kelompok mana dan sejak kapan bergabung dengan PEKKA.” Aku menyutradarai film. Di hadapanku duduk Elsie seorang narasumber yang menjadi tokoh dalam film dokumenter pertamaku. Di belakangku berdiri Een,

88

kawanku di tim pubdok dengan kamera PD170 dan headphone di kepalanya, mengampu tugas sebagai penata kamera. Dengan lancar Elsie bercerita tentang perjalanan hidupnya, tentang segala permasalahannya, tentang awal bergabung di kelompok PEKKA, tentang rentetan kegiatan yang ia lakukan sebagai seorang kader PEKKA. Aku mengangkat kisah Elsie untuk memberikan gambaran tentang perkembangan mereka setelah didampingi PEKKA selama 5 tahun, dan Elsie dipilih menjadi tokoh dalam film itu karena kami pernah membuat film dokumenter tentang kisahnya di awal produksi PEKKA.

Kegiatan pengambilan gambar Elsie

bersamaan waktunya dengan kegiatan forum wilayah di NTT. Dalam kegiatan forum wilayah itu, aku bisa menyaksikan sendiri perubahan mereka setelah 5 tahun berjalan bersama PEKKA. Aku tidak lagi melihat perempuan-perempuan yang dulu hanya bisa menunduk dalam-dalam, diam dan tenang dengan kepasrahan tanpa syarat. Mereka telah menjadi sosok yang berani berteriak lantang menuntut keadilan dan persamaan hak. Mereka telah diperhitungkan dan menjadi unsur penting di masyarakat. Sebuah perubahan yang sangat dahsyat. Aku merasa bangga sekaligus iri dengan mereka.

Aku menatap layar televisi di ruangan kerjaku, menonton kembali video-video

hasil kreasi ibu-ibu PEKKA. Saat itu aku merasa sangat terharu dan mengapresiasi apa yang mereka buat. Aku seakan tidak yakin dengan apa yang kutonton. Ah.. mereka sudah bisa bikin film, gumamku. Aku merasa yakin dan optimis, jika mereka punya kemauan untuk terus belajar, maka mereka tidak akan kalah dengan kami dalam membuat video dokumenter.

Terjadinya pengembangan fokus kerja di tim pubdok di awal tahun 2008, bukan

lagi sebatas support systemdalam proses pengorganisasian yang dilakukan oleh PEKKA, namun kami mulai mengembangkan media komunitas sebagai salah satu fokus program. Ada dua media yang mulai kami kembangkan, video dan radio komunitas, sesuatu hal yang baru buat aku dan teman-teman di pubdok. Kami betul-betul memulai mengembangkannya dari nol, kecuali video yang memang sudah menjadi pekerjaan kami sehari-hari. Namun aku tidak menganggapnya ini sebagai beban, tetapi lahan untuk belajar.

Aku belajar bagaimana mengajarkan teknologi kepada ibu-ibu PEKKA. Aku ingat

bagaimana mereka yang sehari-hari akrab dengan pisau, cangkul dan kebun belajar

89

menggunakan kamera, mengambil gambar dan mengeditnya di komputer. Semula aku tidak yakin program ini akan berjalan dengan baik. Namun tidak sepenuhnya benar dugaanku karena mereka bukanlah manusia yang terbuat dari bahan yang gampang meleleh, mereka orang-orang kuat yang tak mau menyerah. Aku bangga dengan mereka, beberapa video dokumenter sudah mereka hasilkan, tinggal memfasilitasi mereka bagaimana mereka menggunakan video yang mereka buat sebagai alat untuk proses perubahan di masyarakat.

Bukan itu saja, di beberapa wilayah mereka sudah mempunyai studio radio,

tempat mereka menyampaikan informasi, mengundang narasumber untuk melakukan dialog. Aku sangat yakin kalau radio komunitas yang kami rintis akan sangat efektif dan ibu-ibu PEKKA bisa memanfaatkannya dengan maksimal. Aku yakin bahwa pengembangan radio ini bisa menjadi salah satu program yang bisa dibanggakan.

Pubdok dan media komunitas saat ini bukan lagi menjadi tanggungjawabku

secara langsung, Mas Adi yang menggantikanku posisiku. Kini aku harus rela meninggalkan pekerjaan yang terus terang sangat aku sukai untuk sementara waktu. Aku harus kembali menggeluti deretan angka-angka dan garis-garis yang tegas dan pasti. Tapi bagiku sama saja, aku masih bisa banyak berkontribusi untuk PEKKA dan ibu-ibu PEKKA dengan posisiku saat ini. Manjaer Keuangan, tanpa kemeja rapi, tanpa dasi.

90

Setiap orang diupayakan memiliki ruang untuk diberdayakan. Tidak masalah dari titik mana seorang staf mulai bergabung di Seknas PEKKA, dalam prosesnya dia harus punya motivasi untuk belajar dan memberdayakan diri sehingga tidak tetap di posisi tersebut. Bahkan seorang pramuwisma yang awalnya bertugas menjaga kebersihan kantor dapat belajar menjadi staf administrasi di Seknas PEKKA. Simak cerita ini.

Dari Pramuwisma menjadi Staf Administrasi Oleh : Endah Kusmawati

Staf Administrasi Seknas PEKKA

Dalam bergabung dengan PEKKA banyak pelajaran yang kudapat, mulai dari meng-entri data, mengefax surat ke PL PEKKA, dan melihat cara Mbak Mul memesankan tiket. Aku diajari Mbak Mul meng-abjad kata seperti alpa, delta, hotel dan lain-lain. Aku tidak tahu apa ejaan itu, padahal yang kutahu Mbak Mul sedang memberitahu nama orang yang akan dipesankan tiket, tapi kata-kata itu dieja oleh Mbak Mul, aku tidak terlalu peduli pada saat itu. Ketika Mbak Mul meminta tolong untuk mengurus tiket, kebetulan Mbak Mul sedang tidak di kantor karena dia panitia pelatihan di Wisma Hijau. Aku bingung ketika ada travel menelepon dan mengabjadkan kata-kata itu. Aku menulisnya apa yang disebut seperti; zulu, ultra, london, mama, india, nofember, alpa, romeo, November, india. Aku hanya menulis dan mengiyakan, sambil berpikir apa maksudnya ini. Ketika aku pikir - pikir dan kupelajari, “Oh, ternyata ini sebuah nama. Kuambil huruf depannya dan kugabungkan; Zulminarni. Oh, begitu ya.“ Dari situ, aku bisa mengabjadkan kalimat dengan ejaan tersebut. Hingga saat ini aku sudah terbiasa mengurus tiket-tiket ibu-ibu koordinator dan yang lainnya bila ingin ke lapang, dan juga bila ada pelatihan aku yang memesankan tiket untuk peserta. Aku juga membantu Mbak Mul untuk ke bank, menyairkan cek, transfer ke PL dan lain-lain yang berurusan dengan bank, padahal aku tidak pernah membawa uang sebegitu banyak. Ada rasa was-was ketika aku membawa uang banyak ke kantor.

Di awal tahun 2003, ada penambahan staf baru, Suhendri namanya. Ia di bagian

data membantu Mbak Kodar. Bulan Mei 2003, ada perubahan sistem di PEKKA. Aku menggantikan Diana di bagian administrasi, Diana menggantikan Mbak Mul sebagai kasir, Mbak Mul dan Anwar bagian pembukuan dan menyusun laporan keuangan untuk dikirim ke PMD. Ada yang menggantikan aku, yaitu Purwanto, tubuhnya kecil dan masih malu-malu. Aku mengajarinya bagaimana mengurus kantor mulai bersih-bersih, membeli makan, dan lain-lain hingga dia terbiasa mengerjakan itu. Sebelum Pur, ada 2 orang hanya bertahan satu Minggu bekerja di PEKKA, entah apa sebabnya mereka tidak bertahan lama, mudah-mudahan Poer bertahan lama doaku dalam hati.

91

Di tahun 2004, kantor kami

pindah dekat dengan PPSW, di Duren Sawit, Jakarta Timur. Repot juga ya pindahan kantor, banyak barang-barang yang harus dirapikan dan membereskannya lagi di kantor yang baru. Di situ kekeluargaan di Seknas PEKKA terlihat, bagaimana kita saling peduli satu sama lain dan saling membantu. Kantor ini adalah rumah kedua kita setelah keluarga di rumah. Karyawan terus bertambah ada Markedly di bagian keuangan, Mas Samsul bertugas membawa kendaraan PEKKA, dan Fuad sebagai keamanan penjaga kantor. Kesibukan bertambah, seknas akan mengadakan Fornas Nasional dengan tema ”Saatnya Perempuan Bicara.” bertempat di Hotel Milenium, Jakarta. Yang akan menghadiri peserta dari seluruh wilayah PEKKA, jumlahnya sekitar 350 peserta. Dapat dibayangkan bagaimana repotnya, mulai dari urus tiket, hotel, undangan, dan persiapan yang lainnya. Dengan jumlah panitia yang sedikit, kami dibantu oleh teman-teman dari PPSW, sampai pulang malam dan tetap masuk pada hari libur. Kami menjalankan bersama-sama, saling membantu satu sama lain seperti suatu keluarga yang akan membuat hajatan besar. Dengan kerjasama yang baik dan kekompakan di Seknas PEKKA dan PPSW, acara dapat berjalan dengan baik dan sukses.

Banyak pelatihan-pelatihan yang lakukan oleh seknas dan aku terlibat di

dalamnya sebagai panitia, dan banyak pelajaran-pelajaran berharga kudapat dari pelatihan ini, karena tidak ada pelatihan seperti ini di tempat lain bila aku tidak bergabung di PEKKA. Waktu terus berganti bulan berganti bulan hingga tahun berganti.

Pada tahun 2005, ada penambahan staf seknas PEKKA. Ada Mbak Villa yang

bertanggung jawab di bagian program hukum, dan Mas Yanto di bagian Pubdok. Mereka berdua berasal dari PPSW. Ada juga Mbak Fella yang tidak lama bergabung dengan PEKKA. Karena program PEKKA bertambah banyak dan seknas butuh banyak staf, maka bulan April, ada penambahan karyawan baru, ada Fery yang mengelola data, Sari sebagai sekretaris Mbak Nani, dan Mbak Nenny sebagai manajer keuangan. Ada lagi, Bu Karti yang menggantikan Poer di dalam urusan rumah tangga karena Poer membantu bagian keuangan. Kebersamaan di seknas PEKKA semakin besar karena yang tadinya hanya 9 orang, kini sudah menjadi 22 orang. Tak terasa memang perkembangan seknas PEKKA sama dengan perkembangan anggota-anggota kelompok PEKKA yang terus bertambah dan PEKKA semakin besar.

92

Perubahan yang terus berkembang di PEKKA dan banyak yang ingin tahu apa

itu PEKKA, maka seknas membuat fornas kedua, yang bertema “Saatnya Menggugat”. Ternyata tema itu sangat menyentuh dan mengejutkan orang banyak, dan membuat penasaran orang, terutama instansi - instansi pemerintah. Sekitar 400 peserta kami datangkan ke Jakarta di Hotel Grand Cempaka. Walau Seknas sudah banyak orang, kami tetap melibatkan PPSW untuk membantu sebagai panitia fornas PEKKA. PEKKA dan PPSW adalah keluarga besar yang sama-sama dibangun dan dibesarkan oleh Mbak Nani dan itu tidak boleh pecah, maka setiap ada acara besar, PEKKA selalu melibatkan PPSW di dalamnya, agar keakraban di dua lembaga besar terus bersama. Fornas kedua pun berjalan dengan lancar dan banyak lembaga-lembaga lain menjadi tahu PEKKA.

Tahun 2008 staf pun bertambah, ada Adam bergabung di bagian Pubdok dan

Nursiana di bagian keuangan karena ada staf keuangan yang keluar. Ada pekerjaan yang begitu banyak, maka harus ada staf baru yang menggantikan Markedly, karena banyaknya program, banyak pula laporan keuangan yang harus dipertanggungjawabkan.

Tak terasa sudah 7 tahun aku bergabung dengan PEKKA, dari aku belum

memiliki anak sampai sekarang anakku sudah 3. Aku betah dan bertahan di rumah itu, rumah yang telah menghidupi keluargaku, dan menambah pengetahuanku. Aku ingin rumah itu tetap terus bertahan dan lebih besar. Aku yakin itu akan terwujud karena di awal tahun 2010, program baru sudah menanti dan menunggu kedatangan PEKKA di 9 wilayah baru. Tinggal bagaimana kita melakukan dan bekerja lebih keras lagi. Tapi akankah program ini akan berjalan lancar? Sempat terbesit dalam pikiranku. Tapi aku yakin dari kegigihan Mbak Nani dibantu oleh koordinator yang berpengalaman dan tim suporting yang solid, PEKKA akan terus berkembang dan kita dapat membantu perempuan Indonesia yang mengalami nasib yang sama dengan perempuan kepala keluarga yang ada di PEKKA.

93

Setiap orang yang bekerja di Seknas PEKKA harus bersentuhan langsung dengan ibu-ibu Pekka, apapun posisinya termasuk pengemudi. Dari sinilah setiap orang belajar untuk menghayati arti penitng tugasnya di Seknas PEKKA, yang harus melayani dan memfasilitasi ibu-ibu Pekka. Selain itu setiap orang juga akan belajar banyak arti kehidupan setelah berinetraksi langsung dengan ibu-ibu Pekka, berbagi cerita, tawa, dan canda. Cerita berikut ini merupakan salah satu contohnya.

Menyetir Mobil dan Belajar tentang Kehidupan dari Ibu Pekka Oleh: Samsul Hadi

Pengemudi Mobil Seknas PEKKA

Dulu rutinitas saya sehari-hari mengatar – jemput anak sekolah. Penghasilanku cukup dibilang lumayan, tapi pertumbuhan ekonomi meningkat pesat. Sedikit demi sedikit pendapatanku berkurang, persaingan usaha semakin ketat dengan adanya angkot yang mulai masuk ke dalam perumahan. Pertama kali aku masuk PEKKA, aku diajak adikku, yaitu Endah yang sudah lebih dulu bergabung masuk PEKKA. Sebelum bergabung di PEKKA kegiatan cuma antar jemput anak sekolah. Tadinya aku tidak tertarik untuk bekerja di PEKKA, setelah aku pikir panjang lebar, aku jadi berkeinginan bekerja di PEKKA.

Aku ikut bergabung di PEKKA pertengahan tahun 2004. Dulu PEKKA masih

beralamat di Pondok Bambu, tepatnya di jalan Lidi. Waktu itu PEKKA kantornya masih kecil, sekarang kantornya sudah besar, stafnya pun sudah bertambah banyak. Pendapatanku terus berkurang, sedang biaya operasional lebih besar. Aku ingin ada perubahan dalam hidupku, makanya kuputuskan bergabung di PEKKA. Setelah aku bergabung di PEKKA, aku tidak tahu apa itu PEKKA. Tapi lama-kelamaan aku jadi tahu walaupun hanya sebatas tahu. Yang penting aku tahu, intinya kalau ada orang yang Tanya, aku bisa menjawab walaupun jawaban itu belum tentu benar 100%. Tapi aku yakin dengan jawabanku. Di PEKKA, aku bisa belajar apa saja. Tergantung punya kemauan, kalau ada kemauan pasti ada jalan! Apapun itu, sedikit demi sedikit, aku jadi lebih tahu apa itu komputer, bagaimana mengoperasikannya walaupun hanya sebatas menyalakan dan menghidupkan komputer. Tadinya aku nol besar, tidak mengerti komputer, yang aku tahu hanyalah stir mobil dan mesin mobil. Kalau soal mobil aku jangan ditanya, aku ahlinya. Bukan nyombong lo?

94

Sedikit demi sedikit pengetahuanku bertambah. Itu sangat berarti buatku.

Sepenggal ilmu sangat bermanfaat untuk kehidupanku ke depan. Tidak hanya itu, aku juga jadi tahu lebih banyak ruang lingkup kehidupan di masyarakat luas. Dengan adanya PEKKA, pengetahuanku tentang kehidupan di masyarakat bertambah, terutama masyarakat miskin yang hidup di daerah terpencil; bagaimana penderitaan perempuan–perempuan kepala keluarga bertahan hidup, membiayai anak sekolah demi masa depan anak-anaknya. Melihat itu, aku jadi ingin lebih banyak tahu kehidupan di masyarakat.

Di PEKKA aku bisa belajar lebih

banyak lagi. Apalagi PEKKA memberikan kebebasan pada stafnya yang mau belajar. Tidak ada batasan di PEKKA untuk belajar, yang penting punya kemauan dan bisa membagi waktu. Dari PEKKA aku sudah banyak berubah dan banyak sekali perubahan pada diriku, yaitu perubahan pengalaman. Pengalamanku bertambah. Aku ucapkan terima kasih PEKKA. Dengan adanya PEKKA aku jadi tahu berbagai macam kehidupan di wilayah–wilayah

terpencil, bagaimana seorang ibu yang sudah tua menanggung hidup anak-anaknya seorang diri. PEKKA mengorganisir perempuan - perempuan kepala keluarga di wilayah–wilayah miskin dan wilayah konflik. Antara belajar dan bekerja dan mau banyak bertanya dan bertanya, kalau tidak bertanya akan ketinggalan. Di PEKKA, aku jadi tahu jalan–jalan dan gedung-gedung perkantoran di Jakarta. Semenjak di PEKKA, aku sering keluar kantor. Tugasku di PEKKA supir dan ekdedisi, jadi aku sekarang jadi lebih tahu. Dulu, aku sama sekali tidak pernah masuk ke gedung –gedung tinggi di Jakarta. Setelah aku masuk PEKKA pengalamanku bertambah. Cuma yang aku tahu dulu keluar masuk mobil saja dan aku tahunya cuma seputar Bekasi saja. Jarang sekali aku ke Jakarta kalau tidak ada yang carter mobil yang mau jalan–jalan sama keluarganya. Aku sangat bersyukur sekali bisa bergabung di PEKKA, dulu kehidupanku lebih banyak di jalan. Setelah aku di PEKKA antara di kantor dan di jalan lebih banyak di kantor. Aku suka bekerja di PEKKA karena di PEKKA, aku bisa bekerja sambil belajar dan menambah pengalaman. Aku berharap PEKKA bisa lebih besar lagi dan lebih luas wilayah jangkauan kerjanya. Aku juga ingin ikut andil untuk membangun PEKKA untuk lebih besar lagi. Aku hanya bisa membangun PEKKA dengan kemampuan yang aku bisa.

95

Tidak terasa sudah lima tahun aku bergabung di PEKKA. Belum ada yang dapat aku sumbangkan untuk kemajuan lembaga ini. Jadi aku harus banyak belajar lagi, yah belajar dan belajar agar ada yang aku banggakan ketika aku bekerja di PEKKA. Untuk itu aku harus banyak bertanya lagi pada teman. Di PEKKA harus banyak bertanya agar dapat lebih tahu dan berkembang. Aku berharap dapat menyumbangkan pikiran dan tenagaku untuk lembaga ini, agar lembaga ini bisa lebih besar lagi. Dengan adanya pelatihan–pelatihan yang diadakan PEKKA pengetahuanku jadi bertambah. Alhamdulillah dan aku bersyukur sekali bisa bergabung di PEKKA. Aku berharap lembaga ini dapat bertahan lama.

PERUBAHAN

Semenjak bergabung di PEKKA dan sering ikut pelatihan-pelatihan, aku jadi lebih percaya diri. Aku tidak malu-malu lagi, dulu tuh aku orangnya pemalu dan pendiam. Tapi setelah bergabung di PEKKA, aku lebih yakin dengan diriku sendiri. Pengalaman dan pengetahuanku bertambah karena PEKKA. Adanya PEKKA, aku jadi kenal beragam kehidupan di kalangan ibu-ibu PEKKA. PEKKA sudah menjadi bagian hidupku saat ini dan seterusnya. Saat ini, aku sudah punya rumah, dulu aku hanya bisa mengontrak saja karena untuk memiliki rumah harus punya persyaratan-persyaratan. Setelah aku bergabung di PEKKA, impian saya terwujud. walaupun itu masih nyicil, tapi aku sangat bahagia sudah memiliki rumah sendiri.

Aku berharap PEKKA bisa lebih besar lagi dan dapat membantu ibu-ibu dengan

program-programnya. Semoga program-program PEKKA akan lebih banyak lagi dan bermanfaat bagi seluruh lapisan masyarakat.

Agar pengetahuanku bertambah, aku bisa membaginya kepada orang yang

membutuhkannya. Berjuanglah PEKKA agar tetap jaya selalu. Inilah yang dapat aku berikan untuk PEKKA saat ini..Sekali lagi terima kasih PEKKA.

96

Seknas PEKKA memang ingin dikembangkan sebagai organisasi pembelajaran.Oleh karena itu, pada waktu-waktu tertentu, Seknas PEKKA memberikan kesempatan pada kaum muda yang ingin belajar untuk magang di Seknas.Kesempatan ini dipergunakan Seknas untuk mengenali potensi pemagang, dan jika memang memungkinkan merekrut yang bersangkutan untuk bekerja di Seknas.Dengan cara seperti ini Seknas PEKKA bisa memberikan kesempatan pada orang-orang yang mau dan membutuhkan penghasilan untuk bekerja di Seknas PEKKA tanpa harsu bersaing keras dengan orang-orang yang lebih mampu.Cerita berikut ini mungkin dapat memberikan gambaran arti pentingnya Seknas PEKKA sebagai Organisasi Pembelajaran.

Magang yang Berujung Oleh: Adam Saputra

Staf Pubdok Seknas PEKKA.

Aku menerima gaji pertamaku, Rp.400.000. Besar sekali jumlahnya, dibanding aku hanya menerima Rp.75.000 perminggunya sewaktu magang di perusahaan air conditioner “Daikin”. Dengan hati penuh gembira aku menerimanya dan teramat bersyukur karena setidaknya aku bisa membawa pulang sejumlah uang. Aku menepati janji dalam hatiku, aku mengganti semua uang yang dikorbankan ibuku, uang untuk ongkosku bekerja. Aku yakin, rezeki ini tak lepas dari pengorbanan dan doa ibuku. Jadi tak ada salahnya aku menambahkan beberapa jumlah yang telah aku pinjam itu. Akhirnya selesai juga men-scan foto-foto yang begitu banyak. Sekarang tugasku hanya melogging saja, tapi kalau nanti loggingan ku juga telah selesai, apa lagi tugasku berikutnya. Aku berpikir tidak bisa hanya menunggu tugas saja, bagaimana kalau aku diberi tugas yang lebih berat, sementara aku tidak bisa menerimanya. Jadi aku berpikir dari video itu, aku penasaran bagaimana cara menggunakan kamera, kamera untuk merekam bentuknya sangat asing buatku. Aku hanya bisa melihat dan memegangnya saja tanpa bisa menggunakannya. Tidak tahu dari mana, ada rasa ingin sekali untuk menggunakan kamera itu, belum lagi kalau melihat Om Een dan Mas Yanto bekerja, aku tak tahu apa yang sedang mereka melakukan. Ternyata setelah aku Tanya, mereka itu sedang mengedit video yang telah mereka rekam di lapang. Sepertinya menarik dan aku yakin ini juga bersangkutan dengan apa yang aku biasa kerjakan dengan kamera.

Ternyata loggingan itu masih menumpuk, aku harus cepat mengerjakannya.

97

Ada fungsinya juga aku chating dengan yahoo messanger itu, ternyata tidak disadari kecepatanku mengetik itu bertambah cepat. Aku sempat dijuluki tukang logging. Bagaimana tidak, kita harus mengetik semua omongan yang ada di video itu, apa lagi sewaktu wawancara. Rasanya sehari itu tidak akan cukup untuk menyelesaikan 1 kaset saja.

Aku tertarik waktu melihat sebuah sampul dari video yang di buat Om Een, begitu menarik. Bagaimana cara membuatnya. Aku ingin sekali mengerjakan yang lain selain melogging. Akhirnya aku meminta diajarkan kepada Ferry. Dia memasukan program itu di komputerku dan sedikit mengajariku. Itu ilmu yang berharga, aku coba untuk membuat sebuah gambar sampul seperti yang Om Een buat, tapi rasanya susah sekali. Rasa penasaran yang begitu besar. Aku terus mencobanya, tentunya aku tidak meminta bantuan siapapun saat itu, karena aku menganggapnya bukan bagian dari pekerjaanku. Dan sekali lagi aku ditegur oleh Om Een untuk segera menyelesaikan tugasku melogging. Orang yang satu ini tegas sekali, tapi itu mengajarkanku untuk lebih fokus terhadap pekerjaanku.

Setiap hari Jum’at sore, aku tak pernah langsung pulang jika waktu kerja sudah selesai. Aku menggunakan waktu itu untuk belajar photoshop program untuk membuat sampul atau cover itu. Ini adalah sebuah program yang khusus untuk mengedit foto, bukan hanya membuat sampul saja. Aku jadi lebih banyak mengedit fotoku sendiri di banding belajar membuat sampul, tapi itu membuatku jadi lebih mengenal alat-alat yang ada di program itu.

Berikutnya kamera foto digital, aku selalu kagum jika melihat seorang photographer yang kulihat di televisi. Aku sudah lebih nyaman di sini dan sedikit diberi kepercayaan. Aku coba untuk minta diajari bagaimana cara menggunakan kamera foto tersebut. Ternyata tidak terlalu susah karena prosesnya otomatis. Hanya tinggal bagaimana memposisikan objeknya yang tepat agar bisa mendapatkan hasil yang menarik.

Ini dia, sebuah kamera perekam yang aku impi-impikan bisa menggunakannya. Tapi aku harus menahan angan-angan itu. Karena aku yakin, aku pasti akan bisa menggunakan kamera itu. Yang terpenting aku harus fokus dengan tugasku saat ini, yaitu melogging.

Aku tidak akan menyangka akan melangkah sejauh ini. Aku merasakan seperti di tempat kursus, aku diberikan keleluasaan untuk berekspresi. Aku bisa mengenal semua alat-alat yang ada di sana dan bisa menggunakannya. Terus belajar dan tak pernah menyerah itu tak lepas dari bimbingan Mas Yanto dan Om Een yang selalu sabar menghadapi ulah-ulahku.

Akhirnya tak terasa sudah hampir setahun aku magang di sini, tapi kenapa aku tidak di angkat menjadi staf? Atau mungkin karena kapasitasku yang belum mencukupi? Memang aku sadar betul akan kapasitasku yang kurang. Tapi aku ingin sekali menjadi bagian dari kantor ini, kantor yang sudah aku anggap seperti keluargaku, keluarga kedua. Mungkin aku harus lebih bersabar lagi dan terus meningkatkan kapasitasku. Aku mensyukuri yang sudah aku dapat sekarang. Mungkin kalau di kuliah semua pelajaran ini tidak akan pernah aku dapatkan. Aku sudah bisa

98

men-scan foto, melogging, membuat cover video, menggunakan kamera foto dan menggunakan kamera perekam itu hingga mengedit hasil video yang kurekam di lapang.

Akhirnya Januari 2008, aku diangkat menjadi staf PEKKA. Rasanya senang sekali dan ini merupakan berita gembira buat keluargaku. Itu karena secara tidak langsung aku dapat memenuhi janjiku untuk membantu ibu, ayah dan adikku. Aku sudah bagian dari keluarga ini, mungkin sebagai adik yang paling kecil. Aku akan terus menjaga kepercayaan yang telah diberikan padaku, meskipun kadang aku susah untuk mengerti. Tapi aku berjanji, aku akan bertanggung jawab dengan tugasku di sini. Semenjak aku diangkat menjadi staf, aku bisa keluar pulau, seperti ke NTT dan Maluku. Itu adalah sebuah kenangan yang tidak akan pernah aku lupakan. Sekarang aku menjuluki diriku itu seorang kameramen dan photographer, meskipun dalam taraf yang amatir. Tapi, tukang logging itu akan selalu menjadi julukanku.

Aku berharap akan lebih banyak lagi pelajaran yang akan kudapatkan di sini, terus mengembangkan kapastitasku agar aku juga terus dapat membantu keluarga keduaku ini dengan semua kapasitas yang aku punya saat ini. Aku berharap semua masalah yang ada bisa diselesaikan bersama-sama. Layaknya seperti keluarga yang harmonis, setiap masalah pasti akan diselesaikan bersama-sama.

99

VI. ORGANISASI PEKKA

PENGAWAS

KOORDINATOR

NASIONAL

KEPALA DIVISI

PENGEMBANGAN PENGORGANISASIAN

MASYARAKAT BASIAS

KEPALA DIVISI

PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN

PENGEMBANGAN PUSAT DATA DAN

INFORMASI

PENGEMBANGAN MEDIA KOMUNITAS

PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN SEKWIL

DAN SUMBERDAYA EKONOMI PEKKA

MANAGER

KESEKRETARIATAN

MANAGER

KEUANGAN

100

Nani Zulminarni

Community organizing, gender justice and women empowerment, popular education, organizational development. Pengalaman sejak 1987

l

Mien Rianingsih

Community organizing, gender justice and women empowerment, Pengalaman sejak 1986

Kodar Tri Wusananingsih

Community organizing, gender justice and women empowerment, Pengalaman sejak 1989

Adi Nugroho

Community organizing, pengembangan usaha kecil dan mikro, Pengalaman sejak 1990

Romlawati

Community organizing, pengembangan usaha kecil dan mikro, Pengalaman sejak 1991

Rudianto

Management keuangan nirlaba. Video komunitas. Pengalaman sejak 1996

Chairil Anwar

Management data based untuk organisasi nirlaba, sistem informasi dan publikasi, desain grafis, sejak 2002

Mulyati

Manajemen koperasi bagi kelompok basis, sejak 2002

101

Nenny Prabandini

Manajemen keuangan, sejak 2006

Suhendri

Media Komunitas PEKKA (video,radio & foto), video editor, pengalaman sejak 2003

Nunik Sri Harini

Community organizing dan women empowerment sejak 2003

Oemi Faezathi

Community organizing dan women empowerment sejak 2002

Adam Saputra

Dukumentor video dan foto, video editor, sejak 2008

Endah Kusmawati

Staf administrasi, sejak 2003

Fuad Zein

Staf administrasi, sejak 2004

Nining Mulyaningsih

Staf keuangan sejak 2010

102

Nursiana Simanullang

Staf keuangan sejak 2008

Hagus Ralia

Staf keuangan sejak 2009

Retno Indah Tri K

Staf keuangan sejak 2010

Rika Mamesti

Staf keuangan sejak 2011

Superyana Panjaitan

Staf keuangan sejak 2010

Dwi Indah Wilujeng

Pemberdayaan hukum dan pemberdayaan perempuan; sejak 2009

Kurniawati

Communty organizing dan women empowerment, sejak 1994

M. Samsul Hadi

Driver, sejak 2004

103

Roliati

Pramuwisma; sejak 2007

Abdul Muin

Security; sejak 2011

Afrida Purnama

Pengorganisasian kelompok perempuan basis dan pemberdayaan perempuan; sejak 2002

Baralia

Pengorganisasian kelompok perempuan basis dan pemberdayaan perempuan; sejak 2002

Bernadette Deram

Pengorganisasian kelompok perempuan basis dan pemberdayaan perempuan; sejak 2002

Dhesy Vienayanti

Pengorganisasian kelompok perempuan basis dan pemberdayaan perempuan; sejak 2003

Dani Fitriyana

Pengorganisasian kelompok perempuan basis dan pemberdayaan perempuan; sejak 2003

Sitti Zamreini Alauthi

Pengorganisasian kelompok perempuan basis dan pemberdayaan perempuan; sejak 2003

104

Mibnasah Rukamah

Pengorganisasian kelompok perempuan basis dan pemberdayaan perempuan; sejak 2003

Diana Lestary

Pengorganisasian kelompok perempuan basis dan pemberdayaan perempuan; sejak 2003

Fazriah

Pengorganisasian kelompok perempuan basis dan pemberdayaan perempuan; sejak 2006

Firta Nurcita A.

Pengorganisasian kelompok perempuan basis dan pemberdayaan perempuan; sejak 2008

Kholilah

Pengorganisasian kelompok perempuan basis dan pemberdayaan perempuan; sejak 2003

Keumalawati

Pengorganisasian kelompok perempuan basis dan pemberdayaan perempuan; sejak 2005

Mardhiah

Pengorganisasian kelompok perempuan basis dan pemberdayaan perempuan; sejak 2007

105

Nunung N.

Pengorganisasian kelompok perempuan basis dan pemberdayaan perempuan; sejak 2005

Riadul W.

Pengorganisasian kelompok perempuan basis dan pemberdayaan perempuan; sejak 2003

Sri Urianti

Pengorganisasian kelompok perempuan basis dan pemberdayaan perempuan; sejak 2003

Susana Rawa

Pengorganisasian kelompok perempuan basis dan pemberdayaan perempuan; sejak 2005

Ornila Hanim

Pengorganisasian kelompok perempuan basis dan pemberdayaan perempuan; sejak 2003

Wa Ode Salawati

Pengorganisasian kelompok perempuan basis dan pemberdayaan perempuan; sejak 2003

Yusnia Afif

Pengorganisasian kelompok perempuan basis dan pemberdayaan perempuan; sejak 2004

106

Asrida

Staf administrasi keuangan sejak 2008

Yuni Karina

Staf administrasi keuangan sejak 2011

Eli Hartika Rini

Staf administrasi keuangan sejak 2011

Emerentiana S. Bala

Staf administrasi keuangan sejak 2011

Novita Indra

Staf administrasi keuangan sejak 2011

Rini Meriyani

Staf administrasi keuangan sejak 2011

Ratna Sari

Staf administrasi keuangan sejak 2011

107

VII. LAMPIRAN Lampiran Program Pendidikan Sepanjang Hayat, Penerima Program Beasiswa Pekka per Desember 2011

No Wilayah Jumlah siswa penerima

Total Dana

SD SMP Total SD SMP Total

1 Jabar 1,416 684 2,100 330,663,000 217,104,000 547,767,000

2 NTB 2,950 1,234 4,193 337,896,000 195,274,800 533,170,800

3 NTT 1,366 456 1,822 392,150,000 175,000,000 567,150,000

4 Kalbar 829 272 1,101 183,537,250 85,638,450 269,175,700

5 Sultra 907 477 1,384 233,644,400 177,202,000 410,846,400

6 Jateng 1,726 644 2,370 262,887,000 213,063,000 475,950,000

7 NAD 1,574 915 2,489 571,701,558 597,753,342 1,169,454,900

Total 10,768 4,682 15,450 2,312,479,208 1,661,035,592 3,973,514,800

Lampiran Program Pemberdayaan Hukum; Akses Keadilan Pekka per Desember 2011

No Wilayah Gugat Cerai

Itsbat Nikah Akte kelahiran Pengesahan Perkawinan

dan anak

Dokumen kependudukan

P R P R P R P R P R

1 Jabar 39 10 760 1,850 2,075 1,537 - - - -

2 Sultra 10 1 117 - 1,193 197 - - - -

3 NTT - - 28 23 488 3,472 198 96 - 106

4 Aceh 10 0 105 48 1,291 34 - - - -

5 NTB 140 27 613 244 3,046 - - - - -

6 Kalbar 19 - 109 - 87 41 - - - -

7 Jateng 14 18 2 - 140 540 - - - -

8 Sumut - - - - - 818 - - - -

9 Sumbar 9 - 69 - 265 - - - - -

10 Sumsel 2 - 76 - 501 - - - - -

11 Jatim - - 201 - 17 - - - - -

12 Kalsel - - - - 1 - - - - -

13 Sulut - - - - 54 - - - - -

14 Malut - - 2 - 76 - - - - -

243 56 2.082 317 1.637 1.635 198 96 106

P: Permohonan R: Realisasi

108

Lampiran Produksi Video Seknas PEKKA

No Judul Deskripsi Kategori

Tahun 2003

1 Melawan Bayangan, Menenun Masa Depan

Kisah 3 org perempuan di Flores Timur yang ditinggal suami ke luar negeri tanpa kabar berita.

Dokumenter

2 Menyemai Benih di Padang Ilalang

Kisah 3 org perempuan di Jawa Barat yang dicerai lelaki dalam kemiskinan.

Dokumenter

3 Bertahan Di Tengah Badai

Mengisahkan tentang perjuangan para perempuan janda memulai hidup baru di daerah asalnya, Buton, setelah menerima dampak konflik di Ambon.

Dokumenter

Tahun 2004

1 Korban Yang Tidak Dihitung

Menceritakan tentang 3 org perempuan yang terpaksa menjadi kepala keluarga akibat konflik di Aceh.

Dokumenter

2 Melupakan, Memaafkan, dan Melanjutkan Kehidupan

Menceritakan tentang kehidupan Markonah yang kehilangan suami pada peristiwa kerusuhan Sambas pada th 1999-2000 di Kalimantan Barat.

Dokumenter

3 Dari Bawah Akar Rumput Menceritakan tentang program pekka Program

4 Bargerak Dari Garis Kemiskinan Pengorganisasian PEKKA di wilayah Jawa Tengah

Program

5 Picturing Indonesia Aktivitas kader foto dalm program PEKKA Program

6 Di Antara Dua Dunia Perjalanan Pekka ke USA Program

7 Banyak Permasalahan, Satu Pemecahan

Kegiatan forum wilayah di seluruh wilayah dampingan PEKKA

Program

8 Saatnya Bicara! Kegiatan Forum Nasional I PEKKA Program

Tahun 2005

1 Beudeoeh Dampak Tsunami di wilayah dampingan PEKKA

Program

2 Peugoet

Pembangunan rumah oleh Program PEKKA di wilayah Aceh pasca tsunami

Program

3 Sang Penyintas Dari Aceh Profil Aisyah Sabi Dokumenter

4 Sampoe Niet Profil Pekka Aceh-English Version Dokumenter

5 The Journey Perjalanan Pekka ke India-Afrika Selatan. Video KOMNAS Perempuan

Program

6 Su Geutanyoe Radio Komunitas-World Bank Program

7 Menjemput Perubahan Forum Wilayah Jawa Barat Dokumentasi

8 Beudeoeh Pekka Aceh Forum Wilayah NAD Dokumentasi

9 Kami Ada Perempuan Kepala Keluarga

Forum Wilayah NTT Dokumentasi

10 Bolimo Karo Somanamo Lipu Forum Wilayah Sulawesi Tenggara Dokumentasi

11 Bersama Raih Cita Forum Wilayah jawa Tengah Dokumentasi

Tahun 2006

109

No Judul Deskripsi Kategori

1 Tidak Ada Jalan Pintas Program PPK-World Bank Program

2 Pekka Merintis Keadilan Justice for the Poor-PEKKA Program

3 Cerita Elsie

Profil Elsie-perempuan yang menjadi kepala keluarga karena ditinggal lelaki yang tidak bertanggungjawab

Dokumenter

4 Kame Ade, Dengarlah Kame Forum wilayah Kalimantan Barat Dokumentasi

5 Serminan Tiang Berjuang Forum Wilayah NTB Dokumentasi

6 Hulen Tede Jaga Gerian Kame, Liko Lapak Gerian Kewasa

Forum Wilayah NTT Dokumentasi

7 Bergerak Bersama Memimpin Perubahan

Forum Wilayah Jawa Barat Dokumentasi

8 Forwil Malut Forum Wilayah Maluku Utara Dokumentasi

Tahun 2007

1 Ikhtiyeu Keu Jroh (Tidak Ada Jalan Pintas)

Program TAF di Aceh Program

2 Saatnya Menggugat! Perjalanan 5 Tahun PEKKA Program

3 That’s What Empowerment Mean For Us

Photo Slide Program PEKKA Program

4 Makaryo Sesarengan Pinuju Kemandirian

Forum Wilayah Jawa Tengah Dokumentasi

5 Pengembangan Potensi dan Kualitas Perempuan Halmahera Utara untuk Peningkatan Kesejahteraan

Forum Wilayah Maluku Utara Dokumentasi

6 Topobhawa Pekka, Mai Topiameae Lalonto Mingku Pi Gaunto

Forum Wilayah Sulawesi Tenggara Dokumentasi

7 Bersatu Menuju Cita Forum Wilayah Kalimantan Barat Dokumentasi

8 Ta Samboet Pekka Yang Ade Ngoen Bermartabat

Forum Wilayah NAD Dokumentasi

9 Refleksi & Revitalisasi Feminis Muda Indonesia

Workshop JASS, Bogor Dokumentasi

10 Basic Leadership Workshop ASPBAE Dokumentasi

11 Tiang Araq, Dengah Suare Tiang Forum Wilayah NTB Dokumentasi

12 Bangun Swadaya, Jelang Kemandirian

Forum Wilayah Jawa Barat Dokumentasi

Tahun 2008

1 Video Trailler Media Komunitas Seknas PEKKA Program

2 Voicess from Southeast Asia Workshop JASS Regional Dokumentasi

3 Pelatihan Kader Tematik TOT Kader & PL Dokumentasi

4 Peningkatan Kapasitas Feminis Muda dan Dialog Antar Generasi Perempuan Indonesia.

Workshop JASS Dokumentasi

5 Seiring Seirama Untuk Satu Tujuan

Forum Wilayah Jawa Barat Dokumentasi

110

No Judul Deskripsi Kategori

Tahun 2009

1 Napak Tilas PEKKA 2001-2009 Photoslide Program

2 Media Pengorganisasian Seknas PEKKA Program

3 Sejarah Pergerakan Perempuan Yuyut Indiawahyuni Dokumentasi

4 Peran & Posisi Gerakan Perempuan

Masruchah Dokumentasi

5 Sharing Pengalaman Dengan HAPSARI

Lely Zailani Dokumentasi

6 Semiloka & Munas Federasi Serikat PEKKA

Seknas PEKKA Dokumentasi

7 Change Through Empowerment JSDF Dokumentasi

8 Peningkatan Kapasitas Feminis Muda dan Dialog Antar Generasi Perempuan Indonesia

Workshop JASS Dokumentasi

9 Kunjungan Menteri Keadilan Belanda ke Cianjur

Seknas PEKKA Dokumentasi

Tahun 2010

1 Sidang Keliling Informasi tentang mekanisme sidang keliling yang dilakukan oleh Pengadilan Agama RI

Program

2 Forum Nasional PEKKA 2007 Penyelenggaraan Forum Nasional PEKKA ke 2 Dokumentasi

3 Keadilan Untuk Semua Peluncuran Laporan Hasil Penelitian Akses Terhadap Keadilan

Dokumentasi

Tahun 2011

1 Perempuan Menjadi Kepala Keluarga Tanpa Saputangan, Pecut, dan Kipas

Video Profil Siti Nurhalimah - Perempuan Kepala Keluarga NTB

Dokumenter

2 Mengelola Sumberdaya, Melawan Kemiskinan

Video Simpan Pinjam Program

3 Pengorganisasian Masyarakat Video tentang Pengorganisasian yang dilakukan oleh Pekka

Program

Lampiran Radio Komunitas Pekka

No Nama Stasiun Radio Lokasi Durasi Siaran (per hari)

Jml Pendengar

1 Khairatunnisa FM Kuala Batee, NAD 10 jam 1300

2 Srikandi FM Tangantangan, NAD 10 jam 1500

3 Barona FM Labuan Haji, NAD 10 jam 400

4 Pekka Jaya FM Subang, Jabar 9 jam 2400

5 Khatulistiwa FM Pontianak, Kalbar 5 jam 600

6 Pekka FM Gerung, NTB 5 jam 1800

7 Maiandea FM Pasarwajo, Sultra

8 Ratu Pekka FM Batang, Jateng

9 Rakom Ina Puken Kelubagolit, NTT 4 jam 300

10 Rakom Harapan Ibu Ile Boleng, NTT 4jam 250

111

112

Lampiran Studio Video Komunitas Pekka

No Nama Tim Video Lokasi

1 Sukma Production Aceh Besar – NAD

2 Kembang Production Pidie – NAD

3 Jeumpa Production Bireuen – NAD

4 Irak Production Aceh Timur – NAD

5 Lodaya Production Karawang – Jabar

6 Lelani Production Lingsar – NTB

7 Lolon Lae Production Kelubagolit – NTT

Lampiran Pekka dalam Liputan Berita NO TOPIK MEDIA TANGGAL TERBIT

2011

1. Perempuan Inspiratif Kartini Edisi Khusus

2. Single Fighter Let’s Go Wanita Indonesia 17-23 Desember

3. Outreach Tempo 4 Oktober

4. Kiai Said Masuk Tokoh Muslim Paling Berpengaruh di Dunia

NU Online 8 Juli

5. Obedient wives club? PEKKA says husbands should obey too

The Jakarta Post 30 Juni

6. Kepercayaan dirinya tumbuh makin berkobar Tokoh 27 Maret – 2 April 2011

7. Status Janda Sering Dilecehkan Tokoh 20-26 Maret 2011

8. Kami Tidak Mau Lagi Jadi Korban Femina 12-18 Maret

2010

9. PEKKA: Lejitkan Potensi Kaum Janda Majalah Ummi Desember

10. Nani Zulminarni, Koordinator PEKKA yang Peduli Janda

Web Badilag.net 15 Desember

11. PEKKA, Memang Bukan Main Web Badilag.net 14 Desember

12. Improving women's access to justice in Indonesia

Web www.ausaid.gov.au 10 Desember

13. Outreach (Families in Women's Hands) TEMPO Magazine 23 November

14. Nani Zulminarni -Pemimpin Para Janda Majalah Pesona November

15. Ketika Ibu-Ibu Memotret Web Jurnal Perempuan 21 Oktober

16. PNPM Mandiri Beri Motivasi Kaum Perempuan Web sigapbencana-bansos.info

20 Oktober

17. Perempuan Kepala Keluarga Dari Balik Lensa Web Kominfo-Newsroom 20 Oktober

18. PNPM Mandiri luncurkan buku perempuan Web Bisnis Indonesia 20 Oktober

19. Nani Zulminarni: Dare to be a woman Web The Jakarta Post 13 September

20. Women’s activists decry conservatism Web The Jakarta Post 26 Agustus

21. SAPARINAH SADLI AWARD 2010 Zulminarni Membumikan MDGs

Cetak Kompas 27 Agustus

22. Akses Keadilan dan Martabat Perempuan Cetak Kompas 23 Juli

113

NO TOPIK MEDIA TANGGAL TERBIT

23. Anatomi Pengguna Pengadilan Agama Dibedah Kembali

Web www.badilag.net 20 Juli

24. Zulminarni - Membongkar Ketakberdayaan Cetak Kompas 13 Juni

25. Mimpi Mereka, Mimpi Saya Cetak Kompas 13 Juni

26. Sembako Gratis Untuk Seribu Janda Web www.kompas.com 16 Mei

27. DOVE Sisterhood Serahkan Donasi Sebesar Rp 100 Juta untuk Bantu Perempuan Kepala Keluarga

Web www.perempuan.com 29 Maret

28. Pertemuan Serikat PEKKA dengan Pelaku PNPM dan BAPPEDA Abdya

Web www.suarakomunitas.net

28 Maret

29. Dove Sisterhood Gelar Aksi Sosial Web lifestyle.okezone.com 26 Maret

30. Just me and my baby Web The Jakarta Post 25 Februari

31. Menggalang Delapan Ribu Janda Majalah Elshinta 2 Februari

32. Serikat Pekka Aceh Luncurkan Buku 'Sebuah Dunia tanpa Suami'

Web www.suarakomunitas.net

26 Januari

33. Menuju Janda Bermartabat dan Berdaya koran Pendidikan , Malang 4 Januari

34. Dare to be a Women The Jakarta Post

2009

35. Nani Zulminarni: Empowering vulnerable families

The Jakarta Post 14 Juni

36. Turning harassment into empowerment The Jakarta Post 14 Juni

37. Sujana Royat: These empowered women are good assets

The Jakarta Post 14 Juni

38. Serikat Perempuan Kepala Keluarga Dideklarasikan

Borneo Tribune 20 Maret

39. Perempuan Desa Lombok Perkuat Kemandirian Melalui Radio

www.langitperempuan.com

15 Februari

40. Sejumput Impian Para "Ina" dari Adonara Kompas 20 Januari

41. Gubenur Minta Keuchik Libatkan Perempuan Serambi 7 Januari

42. PEKKA Dan PPSW Aceh Bersilaturrahmi Ke Mahkamah Syariah Aceh

www.mahkamahsyariahaceh.go.id

7 Januari

43. Special Report: Adonara women find voice through others

The Jakarta Post 3 Januari

2008

44. Ketika perempuan harus menjadi kepala keluarga

Kartini Edisi November

45. Female breadwinners call for funds, social justice

The Jakarta Post 29 November

46. Most powerful women " Empowering Women" Globe Asia Oktober

47. Women's right recognized but not completely fulfilled

The Jakarta Post 17 Oktober

48. Gerakan Perempuan membangun " Rumah Kertas"??

kompas 25 Agustus

49. Wawancara Nani "satu cinta di Larantuka" Nebula Februari

2007

114

NO TOPIK MEDIA TANGGAL TERBIT

50. Kembalikan Harkat para janda Sinar harapan 26 Desember

51. Lima Perempuan Indonesia Dianugerahi Global Ashoka

Liputan6.com 26 November

52. Peran perempun "Merebut control pengambilan keputusan"

Kompas 9 November

53. Pekka Menggugat Hak, Martabat, dan Keadilan Kompas 5 November

54. Rencanakan dan Nikmati Bersama (Tentang Petronella Peni)

Kompas 2 November

55. Women ask the tough questions at support forum?"

The Jakarta Post 1 November

56. Women learn their rights thanks to PEKKA?" The Jakarta Post 30 Oktober

57. Women lear their rights thanks to PEKKA Natiaonal News 30 oktober

58. Program empowers windows to evercome poverty

The Jakarta Post 4 Juli

59. Program pekka di tanjung siang, subang The Jakarta Post 4 Juli

60. People (diah pitaloka) Helping single mothers stand on their own feet

The Jakarta Post 28 Juni

61. Shattering the myth of the 'rapacious widow' The Jakarta Post 15 April

62. Indonesian : Single mothers fight back The Jakarta Post 2 April

2006

63. Preseden World Bank di Tiro "Rekonstruksi terkait perdamaian"

Serambi 7 April

64. Wawancara Nani"bercermin pada ibu" Republika 7 Mei

65. Chasing The Dream World Bank Web Site 6 April

66. Pekka "sebuah mimpi yang terwujud" Jurnal perempuan

67. Perempuan sebagai penggerak ekonomi Paras Februari

68. The Widows of Tampoek Blang World Bank Web Site 30 Maret

69. Perempuan Aceh "dengarkan suara kami" Kompas 1 April

2005

70. Merajut harkat perempuan kepala keluarga Salam Desember

71. Indahnya Berjaringan untuk Kemajuan Perempuan

Kompas 11 Oktober

72. Mengikuti gerak Pekka NTT Kompas 13 Agustus

73. Acehnese Women Build Their Own Homes World Bank Web Site 12 Agustus

74. 'Kumpul Janda' di Bumi Kitri Republika Online 19 Juli

75. Kegairahan perempuan Aceh memutar roda perekonomian

Kompas 20 Juni

76. Meniti tali di Labuapi Kompas 20 Juni

77. Pertemuan para janda dilaporkan ke panwas pilkada

Flores Pos 28 Mei

78. Peugoet Kompas 23 Mei

79. Kemandirian Perempuan, Merupakan "Nyawa" Sebuah Otonomi Daerah

Kompas 18 Mei

80. Pameran Foto "Perempuan dalam bingkai" kompas 1 April

81. Yang Takluk pada Nasib " perempuan miskin Kompas 7 Maret

115

NO TOPIK MEDIA TANGGAL TERBIT

Kepala Rumah Tangga

82. Potret ekonomi perempuan Kompas 7 Maret

83. Para Ibu Itu Tetap Optimistis Melihat Masa Depan

Kompas 24 Januari

84. Perjalanan nani ke aceh pasca stunami kompas 10 Januari

85. Perempuan menyiapkan langkah Strategis untuk Aceh

Kompas 10 Januari

2004

86. Wawancara nani "fenomena perempuan bekerja"

Rahimah September

87. Pergulatan PEKKA menemukan identitas Kompas Agustus

88. Perempuan "Hilang "di dalam produksi pangan Kompas 23 Agustus

89. Membongkar sebuah dunia tanpa suami Kompas 9 Agustus

90. Komnas perempuan Fasilitasi perempuan kepala keluarga

Merdeka 7 agustus

91. 6 Juta Rumahtangga di Indonesia Dikepalai Perempuan

www.eramuslim.com 06 Agustus

92. 40 Juta Wanita Jadi Kepala Keluarga Pikiran Rakyat 02 Juni

93. Indonesia: Photographing Poverty and Exclusion World Bank Web Site 13 Mei

2003

94. Menolak perang menolak menjadi korban Kompas 31 Maret

2001

95. Menumbuhkan kesadaran Krisis di kelompok basis

Kompas 25 Januari

Lampiran Produksi Video Komunitas 2008-2011

No Judul Video Tim Produksi Sinopsis

2008

1 Udeep di Lapak (Hidup di Lapak)

Jeumpa Production. Kisah perseteruan para pedagang kaki lima dengan Satpol PP.

2 Saboh Glah Ie Kupie (Segelas Air Kopi)

Sukma Production Kisah tentang kebiasaan para di lelaki aceh yg gemar menghabiskan waktunya di warung kopi.

3 Toeh Ek Koen Bak Tempat Droe (Buang Kotoran Sembarangan)

Irak Production, Potret salah satu sudut kota idi Rayeuk di mana masyarkatnya masih sering buang air besar sembarangan.

4 Sikula Masa Depan Loen (Sekolah Masa Depanku)

Kembang Production

5 Harga Sebuah Surat (1) Lodaya Production

Menceritakan tentang pentingnya memiliki legalitas, disertai dampak jika tidak memilikinya.

6 “Podium” Lelani Production

Cerita tentang kebiasaan masyarakat yang sering buang air besar di atas kali karena ketiadaan MCK

7 PKBM Lolon Lae Production

Mengangkat cerita tentang keberhasilan sepasang suami istri mendirikan sebuah pusat belajar secara

116

swadaya

8 Hana Ie Hanjeut Taudeep (Tak Ada Air, Tak Ada Kehidupan)

Sukma Producton

Kisah tentang pentingnya ketersediaan air sebagai tonggak utama kehidupan.

9 Meureunoe Hana Eu Umue (Belajar tak Mengenal Batas Usia

Kembang Production

Mengangkat tentang kisah para wanita lanjut usia yang masih semangat dalam menimba ilmu.

10 Kaween Loom (Kawin Lagi..)

Jeumpa Production

Cerita tentang tradisi laki-laki di Bireuen yang ‘gemar’ berpoligami.

11 Ina Puken Tula Tuen Lewotana (Perempuan Mengubah Dunia)

Lolon Lae Production

Kisah tentang perjuangan seorang wanita di NTT yang berhasil menjadi kepala desa.

12 Harga Sebuah Surat (2) Lodaya Production

Menceritakan tentang pentingnya memiliki legalitas, disertai dampak jika tidak memilikinya.

13 Geger Berajah (Semangat Belajar)

Lelani Production

Cerita tentang perempuan-perempuan NTB yang tetap semangat belajar walaupun tidak ada iming-iming uang.

2009

1 Satukan Hati, Samakan Langkah, Raih Kemenangan

Lolon Lae Production

Kegiatan Forum Wilayah NTT

2 Dialog Dengan PP Jeumpa Production Sosialisasi PEKKA dengan PP, di mana Ibu Zahra selaku Kepala PP sangat senang dengan kehadiran Pekka dan mengharapkan Pekka dan PP bisa saling bekerjasama.

3 Dialog Dengan Kapolres Sosialisasi Pekka dan tanya jawab tentang narkoba, KDRT, Qanun

4 Dialog dengan Mahkamah Syariah

Jeumpa Production

2010

1 Bakat yang Harus Digali Lolon Lae Production

Bagaimana anak-anak muda memanfaatkan waktu mereka untuk belajar musik dan komputer di center pekka

2 Anak Muda & Impian Lolon Lae Production

Kisah tentang anak-anak pengangguran yang mengikuti pendidikan paket C, yang pada akhirnya menjadi motivator bagi anak-anak yang lain.

3 Kartini Muda Merubah Dunia Lolon Lae Production

Perlombaan menulis, musik, penyusunan makalah pada perayaan hari Kartini

4 Menyingkap Tabir Bakat Di Pekka Lodan Doe

Lolon Lae Production

Menyingkap bakat-bakat terpendam Pekka Lodan Doe, seperti: menulis, musik, dan komputer.

5 Kemenangan fitri Pedoman Hari Esok

Lolon Lae Production

Membangun solidaritas antarumat beragama

6 Deklarasi Serikat PEKKA Aceh Tim Vikom Aceh (Sukma, Kembang, Jeumpa, Irak)

Dokumentasi kegiatan Forum Wilayah Aceh & Deklarasi Serikat PEKKA Aceh

7 Musrenbang Jeumpa Production Kegiatan Musrenbang di wilayah Bireuen yg berlangsung ricuh karena beberapa peserta yang tidak menyetujui hasil keputusan instansi.

117

8 Putus Sekolah Jeumpa Production Profil Sulaiman, Nuarani, dan Neung. Kisah tentang anak-anak putus sekolah karena ketiadaan biaya. Saat ini mereka bekerja sebagai buruh tani.

9 PAUD Pekka ‘Cahaya’ Jeumpa Production Aktifitas PAUD ‘Cahaya’ dengan ragam kegiatannya, seperti Membaca, Menghitung, Menyanyi, dan Bahasa Arab

10 Keaksaraan Fungsional Jeumpa Production Kisah tentang Bu Nurma, seorang tutor KF yang menggunakan sistem pengenalan bahan-bahan kue dalam proses belajar, agar ibu-ibu lebih cepat mengingat.

11 Kue Pekka Jeumpa Production Praktek pembuatan kue kering dan kue basah di Center oleh klp Rahmat Mulia, dengan tutor Ibu Suryani.

12 Kunjungan ke Mahkamah Syariah

Jeumpa Production Dialog dengan Ketua, Wakil, hakim, dan Panitera. Ibu-ibu bertanya tentang Itsbat Nikah, Prodeo, dan Harta Warisan.

13 Dialog Sosial Jeumpa Production Sosialisasi pekka dan dialog dengan SKB, PKBM, dan Sekcam. Dinas Sosial meminta ibu-ibu untuk membuat proposal.

14 Perempuan Tangguh Penjual Ikan

IRAK Production Profil tentang seorang perempuan penjual ikan keliling yang harus rebutan ikan dengan kaum lelaki di tempat penampungan ikan. Pekerjaan ini sangat jarang dilakukan oleh perempuan, terutama di wilayah Idi Rayeuk.

15 Anak Miskin Juga Berhak Sekolah

IRAK Production Kisah tentang anak-anak miskin yang mendapatkan beasiswa dari Pekka. Orang tua mereka sangat gembira karena anak-mereka bisa melanjutkan sekolah melalui beasiswa.

16 Akte Lahir Kembang Production

17 Dialog Dengan KUA & Mahkamah Syariah

Kembang Production

Mengenai pentingnya buku nikah, Gugat cerai, Itsbat Nikah, dan mengenai prodeo

18 Dialog Dengan Dinas Pertanian

Kembang Production

Mengenai cara bertani yang baik, dan cara mengatasi hama dan permasalahan pertanian lainnya.

19 Profil Rohamah Sukma Production Kisah tentang perjuangan hidup Ibu Rohamah hingga mampu menyekolahkan anak-anaknya

2011

1 WC Umum Sukma Production Mengangkat tentang banyaknya masyarakat yang belum mempunyai wc dirumah, dan membuang hajat disembarang tempat

2 PAUD Pekka Kembang Production

Kegiatan anak-anak paud pekka dengan keterbatasan dan kekuarangan masih tetap berjalan.

3 Pembuatan Akte Kelahiran IRAK Production Video tentang bagaimana proses mengakses akte kelahiran

4 Pentingnya Legalitas Lodaya Production Proses pengajuan gugat cerai dan itsbat nikah

5 Keadilan Bagi Masyarakat Lodaya Production Video tentang sosialisasi politik bersih

6 Mencari Ilmu Lodaya Production Video tentang sosialisasi PAUD di karawang

118

Lampiran Rincian alokasi anggaran dan penerima manfaat program Paska Tsunami Aceh

No Keterangan Jumlah Dana Penerima Manfaat

(Rp) (Orang)

1. UEP (Usaha Ekonomi Produktif) 1,560,402,650 830

2. Makanan dan Kesehatan 211,300,900 1,639

3. Perumahan 1,520,740,200 284

4. Beasiswa anak 1,169,454,900 2,367

5. Peningkatan Kapasitas Perempuan 3,684,185,094 3,505

6. Fasilitas Masyarakat 2,209,701,657 4,060

7 Pelatihan Penetasan Telor Bebek

Lodaya Production Video Usaha - Kerjasama dengan KBPP

8 Pelatihan Pembuatan Obat Organik

Lodaya Production Pembuatan pupuk sawah cair.

9 Teknologi Tepat Guna Lelani Production Video tentang cara/tekhnis penggunaan kompor dan air saringan (TTG) dan bgm manfaat, kelebihan, kerugian. Dalam rangka mempermudah sosialisasi di berbagai tempat/wilayah dengan jangkauan yang lebih jauh, dengan harapan koperasi bisa meraih keuntungan

10 Sidang Keliling Lelani Production Video tentang proses sidang keliling: syarat yang diperlukan, pentingnya pencatatan perkawinan, perceraian dan akte lahir

11 Anak Muda dan Impian – 2 Lolon Lae Production

Kisah tentang anak-anak pengangguran yang mengikuti pendidikan paket C, yang pada akhirnya menjadi motivator bagi anak-anak yang lain.

12 Menghalau Ketakutan Meraih sukses

Lolon Lae Production

Membangun Kepercayaan Diri Para Kader Agar Bisa Menjadi Pemimpin Kelak.

13 Perempuan Perantara Teknologi, Perempuan Pembawa Perubahan

Lolon Lae Production

Bagaimana Perempuan Bisa Membangun Jaringan Di Masyarakat.

14 Kemerdekaanmu, Kemerdekaanku, Kemerdekaan Kita Semua

Lolon Lae Production

Tahun 2002 Menjadi Momentum Kemerdekaan Ina-Ina Pekka, Tahun 2011 Ina-Ina Pekka Mengajak Semua Masyarakat Untuk Memerdekakan Diri Dengan Selalu Berpikir Kritis, Kreatif & Inovatif.

15 Ina Puken Tan One Tou Tulan Tuen Lewo Tanah

Lolon Lae Production

Proses Rapat Tahunan Sampai Malam Budaya Dan Pawai/Kompanye Dan Sosialisasi Pekka

16 Dialog dengan Bupati dan MSF Hukum

Lolon Lae Production

Membangun Jaringan Kerjasama Dengan Pemangku Kepentingan

17 Nulu Ina Ake Doan Wale Ama Ake Gelupak

Lolon Lae Production

Mengangkat Kembali Budaya Lokal

18 RAT Kelompok Pekka Lolon Lae Production

Bagaimana Ina-Ina Mempertanggunjawabkan Hasil Kegiatannya Selama Setahun

119

Jumlah 10,355,785,401 12,685 Lampiran Anggaran Dasar Federasi Serikat PEKKA

ANGGARAN DASAR (AD) FEDERASI SERIKAT PEREMPUAN KEPALA KELUARGA

2009 - 2012

BAB I NAMA, BENTUK, KEDUDUKAN DAN WAKTU

Pasal 1 Nama

1. Organisasi ini bernama Federasi Serikat Perempuan Kepala Keluarga atau Federasi Serikat PEKKA 2. Federasi Serikat PEKKA berbadan hukum Organisasi Kemasyarakatan (ORMAS) 3. Federasi Serikat PEKKA berkedudukan di Jakarta dan dapat saja berpindah ke tempat lain di Indonesia

sesuai dengan perkembangan keadaan, kebutuhan, dan kesepakatan seluruh organisasi anggota. 4. Federasi Serikat PEKKA didirikan untuk waktu yang tidak ditentukan lamanya.

BAB II ASAS DAN LAMBANG

Pasal 2

Asas

Asas Federasi Serikat PEKKA adalah Pancasila dan UUD 45 dengan menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi, hak asasi manusia, kesetaraan dan keadilan gender, serta keberagaman.

Pasal 3

Lambang 1. Lambang Federasi Serikat PEKKA adalah Tulisan Federasi Serikat berbentuk setengah lingkaran dan

tulisan Pekka dengan garis bawah mengarah ke atas, pangkal garis tebal dengan ujung menipis. 2. Bentuk dan Makna Lambang serta Bendera Federasi Serikat PEKKA diatur dalam Anggaran Rumah

Tangga

BAB III VISI DAN MISI ORGANISASI

1. Visi Federasi Serikat PEKKA adalah pemberdayaan perempuan kepala keluarga dalam rangka ikut

berkontribusi membangun tatanan masyarakat yang sejahtera, adil gender, dan bermartabat. 2. Misi Federasi Serikat PEKKA adalah:

a. Meningkatkan kesejahteraan b. Membuka akses terhadap berbagai sumberdaya c. Meningkatkan partisipasi aktif dalam seluruh proses kehidupan sosial politik d. Membangun kesadaran kritis akan hak azasi manusia dan hak sebagai warga negara

120

e. Meningkatkan kontrol terhadap diri dan proses pengambilan keputusan baik di dalam keluarga maupun di dalam masyarakat

BAB IV STRATEGI & KEGIATAN

Pasal 4

STRATEGI

Federasi Serikat PEKKA mengembangkan strategi pengorganisasian basis dengan memfokuskan pada isue-isue tematik sesuai kebutuhan dan kondisi yang berkembang termasuk dalam bidang Politik, Ekonomi, Hukum, Kesehatan, Pendidikan, Agama, Sosial dan Budaya serta Lingkungan Hidup.

Pasal 5

Kegiatan

Federasi Serikat PEKKA melakukan empat kegiatan utama sebagai berikut: 1. Pendidikan kritis untuk penyadaran 2. Peningkatan kapasitas untuk mengatasi persoalan kehidupan 3. Penguatan organisasi dan pengembangan jaringan 4. Advokasi kebijakan dan kampanye perubahan

BAB V KEANGGOTAAN

Pasal 6

Pengertian 1. Anggota Federasi Serikat PEKKA adalah SERIKAT PEKKA yang memiliki visi yang sama 2. SERIKAT PEKKA yang menjadi anggota harus memenuhi syarat sebagai berikut:

a. Memiliki basis anggota Pekka minimal di 3 kecamatan dan telah melakukan pengorganisasian masyarakat minimal 1 tahun

b. Memiliki visi yang sama dengan visi Federasi Serikat PEKKA c. Bersedia mematuhi AD/ART d. Disetujui dan ditetapkan dalam MUNAS

3. Hal lain terkait persyaratan, hak dan kewajiban diatur dalam Anggaran Rumah Tangga (ART)

BAB VI

SUSUNAN DAN PERANGKAT ORGANISASI

Pasal 7 Susunan dan Perangkat Organisasi

Susunan dan Perangkat Organisasi terdiri dari :

121

1. Badan Pengurus 2. Wali Amanah 3. Badan Pelaksana Harian

Pasal 8 Badan Pengurus

1. Badan Pengurus adalah pemegang mandat Musyawarah Nasional atau Musyawarah Nasional Luar

Biasa, yang diusulkan oleh organisasi anggota dan ditetapkan dalam Musyawarah Nasional. 2. Badan Pengurus melakukan tugasnya sesuai dengan mandat yang diberikan. 3. Ketentuan lain yang lebih rinci mengenai Badan Pengurus ini akan dibahas dalam Anggaran Rumah

Tangga.

Pasal 9 Wali Amanah

1. Wali Amanah adalah Badan pengawas dan penasehat yang dipilih dalam Musyawarah Nasional atau

Musyawarah Nasional Luar Biasa 2. Wali Amanah melakukan tugasnya sesuai dengan mandat yang diberikan. 3. Ketentuan lain yang lebih rinci mengenai Wali Amanah akan dibahas dalam Anggaran Rumah

Tangga.

Pasal 10 Badan Pelaksana Harian

1. Badan Pelaksana adalah Badan pelaksana Federasi Serikat PEKKA yang diangkat dan diawasi oleh

Badan Pengurus 2. Ketentuan lain yang lebih rinci mengenai Badan Pelaksana diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.

BAB VII

PERMUSYAWARATAN

Pasal 11 Musyawarah Nasional

1. Musyawarah Nasional adalah forum kekuasaan dan keputusan tertinggi Federasi Serikat PEKKA 2. Musyawarah Nasional dilaksanakan 3 tahun sekali untuk memusyawarahkan dan memutuskan

garis-garis besar kebijakan dan strategi jangka menengah dan jangka panjang yang akan ditempuh oleh Federasi Serikat PEKKA dan semua organisasi anggota.

3. Ketentuan lain terkait Musyawarah Nasional diatur dalam Anggaran Rumah Tangga

Pasal 12 Musyawarah Nasional Luar Biasa

1. Musyawarah Nasional Luar Biasa dapat diadakan sesegera mungkin di masa sela antara dua

Musyawarah Nasional jika terjadi sesuatu yang luar biasa dan bersifat darurat serta mendesak yang mengancam keberlanjutan Federasi Serikat PEKKA, sebagai akibat dari digunakannya Hak Mosi dan

122

Hak Petisi oleh 2/3 dari organisasi anggota Federasi Serikat PEKKA atau dalam rangka pembubaran organisasi.

2. Ketentuan lain terkait Musyawarah Nasional diatur dalam Anggaran Rumah Tangga

123

Pasal 13 Rapat-Rapat

1. Jenis Rapat-rapat yang diselenggarakan oleh Federasi Serikat PEKKA adalah :

a. Rapat Badan Pengurus b. Rapat Koordinasi Badan Pengurus dan Wali Amanah c. Rapat Tahunan

2. Pelaksanaan Rapat-Rapat diatur lebih lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga

BAB VIII KEUANGAN DAN KEKAYAAN

Pasal 14 Pengertian

1. Keuangan dan kekayaan Federasi Serikat PEKKA adalah semua harta benda yang diperoleh dari sumber yang sah dan halal serta digunakan untuk kepentingan pelaksanaan usaha, program, dan kegiatan Federasi Serikat PEKKA.

2. Hal lain terkait Sumber, pengelolaan serta pegawasan keuangan diatur dalam Anggaran Rumah Tangga

Pasal 15 Ketentuan Tambahan

1. Anggaran Dasar ini dirumuskan dan dapat dirubah dalam Musyawarah Nasional sebagai konstitusi

Federasi Serikat PEKKA. 2. Segala sesuatu yang belum tercakup dalam Anggaran Dasar akan diatur lebih lanjut dalam Anggaran

Rumah Tangga.

Pasal 16 Penutup

Anggaran Dasar ini berlaku setelah disahkan dalam Musyawarah Nasional Federasi Serikat PEKKA tanggal 26 Juli 2009.