32
LAPORAN PRAKTIKUM BAHAN PAKAN DAN FORMULASI RANSUM Disusun oleh: Fajar Eka Ramadhan 11/317673/PT/06151 Kelompok XXI Asisten pendamping : Restu Padmonobo

laporan BPFR 06151

Embed Size (px)

DESCRIPTION

task

Citation preview

Page 1: laporan BPFR 06151

LAPORAN PRAKTIKUMBAHAN PAKAN DAN FORMULASI RANSUM

Disusun oleh:

Fajar Eka Ramadhan

11/317673/PT/06151

Kelompok XXI

Asisten pendamping : Restu Padmonobo

LABORATORIUM TEKNOLOGI MAKANAN TERNAKBAGIAN NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK

FAKULTAS PETERNAKANUNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA2013

Page 2: laporan BPFR 06151

PENDAHULUAN

Bahan pakan merupakan suatu bahan yang dapat dimakan,disukai,

dan dapat dicerna sebagian atau seluruhnya, dapat diabsorbsi,

bermanfaat bagi ternak dan tidak menganggu kesehatan ternak tersebut.

Secara umum bahan pakan terbagi dalam delapan kelas yaitu: hijauan

kering atau jerami padi, hijauan segar, silage, sumber energi, sumber

protein, sumber mineral, sumber vitamin, dan aditif pakan(Kamal, 1994).

Pakan merupakan komponen penting di dalam industri peternakan.

Sumber bahan pakan dapat diperoleh dengan cara memanfaatkan limbah,

baik limbah pertanian maupun limbah perkebunan yang masih belum

lazim digunakan. Tanaman kelapa (Cocos nucifera L) termasuk jenis

tanaman yang multi fungsi, hal ini karena hampir semua bagian

daritanaman tersebut dapat dimanfaatkan, dan banyak dijumpai di

Indonesia yangmerupakan penghasil kopra terbesar kedua didunia. Usaha

budidayatanaman kelapa melalui perkebunan terutamadilakukan untuk

memproduksi minyak kelapadengan hasilsamping salah satunya berupa

bungkil kelapa. Bungkil kelapa yang dihasilkan masih memiliki kandungan

nutrisi yang cukup tinggi terutama protein. Hal ini menyebabkan bungkil

kelapa berpotensi untuk diolah menjadi pakan.

Tujuan dari praktikum Analisis Proksimat ini adalah untuk

mengetahui kandungan nutrien yang terkandung dalam suatu sampel

bahan pakan yang belum diketahui jenisnya sebelumnya.Kandungan

nutrien dalam suatu pakan dapat dianalisis dengan metode yang disebut

“Analisis Proksimat” yaitu analisis yang dilakukan untuk mengetahui

kandungan nutrien dalam bahan pakan, namun nilai yang diperoleh hanya

mendekati nilai komposisi yang sebenarnya.

Manfaat praktikum adalah agar mahasiswa dapat membedakan

berbagai macam bahan pakan menurut kelasnya, serta pada akhirnya

dapat menyusun ransum berdasarkan kandungan nutrien yang ada di

dalam masing-masing bahan pakan.

Page 3: laporan BPFR 06151

TINJAUAN PUSTAKA

Bahan pakan atau yang dulu disebut bahan makanan ternak

(feed)adalah segala sesuatu yang dapat dimakan, dapat dicerna sebagian

atau seluruhnya, dan tidak mengganggu kesehatan pemakannya (Utomo,

2008).Bahan pakan terdapat zat-zat yang dinamakan nutrient yang

dibutuhkan oleh ternak untuk metabolisme yang menghasilkan energi

untuk hidup pokok dan untuk produksi.

Nutrient-nutrient tersebut adalah karbohidrat, protein, lemak,

vitamin, mineral dan air. Energi tidak termasuk kedalam nutrientnya

karena energi diperoleh dari pembakaran zat makanan tersebut.

Perbedaan bahan pakan yang dikonsumsi oleh ternal antara lain ternak

ruminan dengan unggas hanyalah perbedaan bentuk/ struktur bahan

pakan tetapi kandungan yang dibutuhkan oleh ternak tidak berbeda.

Bungkil kelapa adalah hasil ikutan yang didapat dari ekstraksi

daging buah kelapa segar atau kering. Mutu standar bungkil kelapa

meliputi kandungan nutrisi dan batas tolerasi aflatoxin (Chuzaemi et al.,

1997). Bungkil kelapa diperoleh dari ampas kopra. Bungkil kelapa

mengandung 11% air, minyak 20%, protein 45%, karbohidrat 12%, abu

5%, BO 84% dan BETN 45,5%. Bungkil kelapa banyak dimanfaatkan

sebagai pakan ternak karena memiliki kandungan protein yang cukup

tinggi (Hamid et al., 1999).

Analisis proksimat merupakan dasar analisis kimia dari pakan,

jaringan tubuh, feses ataupun ekskretel yang diantaranya berguna untuk

menentukan estimasi nilai kecernaan dan manfaat pakan, juga untuk

menentukan kadar standar. Analisis proksimat dikembangkan dari

Weende Experiment Station Jerman oleh Henneberg dan Stokman pada

tahun 1865, yaitu metode analisis yang menggolongkan komponen yang

ada pada makanan. Analisis ini didasarkan atas komposisi susunan kimia

dan kegunaannya (Tillman et al., 1998), yang kemudian disebut sistem

analisis proksimat karena nilai yang diperoleh hanya mendekati nilai

Page 4: laporan BPFR 06151

komposisi yang sebenarnya. Sistem analisis proksimat dapat untuk

mengetahui 6 macam fraksi, yaitu 1) air, 2) abu, 3) protein kasar, 4) lemak

kasar, 5) serat kasar, 6) ekstrak tanpa nitrogen. Khusus untuk ekstrak

tanpa nitrogen nilainya dapatdicari hanya berdasarkan perhitungan 100%

dikurangi jumlah dari kelima fraksi yang lain.

Page 5: laporan BPFR 06151

MATERI DAN METODE

Penentuan kadar air

Alat. Alat-alat yang digunakan dalam penentuan kadar airadalah

gelas timbang (Vochdoss), desikator, tang penjepit, oven pengering (105-

110 oC), dan timbangan analitik.

Bahan. Bahan yang digunakan adalah bungkil kelapa.

Penentuan kadar abu

Alat. Alat yang digunakan dalam penentuan kadar abu ini adalah

silikadisk, desikator, tanur, tang penjepit, oven pengering (105-110o C),

kompor, dan timbangan analitik.

Bahan. Bahan yang digunakan adalah bungkil kelapa.

Penentuan kadar serat kasar

Alat. Alat yang digunakan dalam penentuan serat kasar adalah

becker glass 600 ml, pemanas, saringan linen, serat gelas (glass wool),

alat penyaring, Bucher atau Gooch crucible, gelas arloji, tang penjepit,

desikator, pompa vacum, tanur 550-600 oC, dan timbangan analitik.

Bahan. Bahan-bahan yang digunakan adalah bungkil kelapa,

H2SO4 1,25% (0,255 N), NaOH 1,25% (0,313 N), dan ethyl alkohol 95%.

Penentuan kadar protein kasar

Alat. Alat-alat yang digunakan dalam penentuan kadar protein

kasar adalah labu kjeldahl 650 ml, labu erlenmeyer 650 ml dan 300 ml,

gelas ukur 100 ml, buret, corong, pipet volume 25/50 ml, alat destruksi

dan destilasi, kertas saring, dan timbangan analitik.

Bahan. Bahan-bahan yang digunakan adalah bungkil kelapa,

H2SO4 pekat, CuSO4, K2SO4, NaOH 50%, HCl 0,1 N, H3BO3 0,1 N,

indikator mix, dan Zn logam.

Page 6: laporan BPFR 06151

Penentuan kadar lemak kasar

Alat. Alat-alat yang digunakan dalam penentuan kadar lemak kasar

adalah seperangkat alat ekstraksi dan selongsong dari Soxhlet, labu

penampung, alat pendingin, oven pengering, desikator, tang penjepit,

tabung analitik, gelas arloji, dan kertas saring bebas lemak.

Bahan. Bahan-bahan yang digunakan adalah bungkil kelapa dan

pelarut lemak berupa petroleum benzen.

Metode

Penentuan kadar air. Dikeringkan gelas timbang yang sudah

bersih bersama tutup yang dilepaas dalam oven pengering (105-110C)

selama satu jam, lalu gelas timbang didinginkan dalam desikator selama

satu jam dan ditimbang (X gram). Kemudian cuplikan bahan (bungkil

kelapa) ditimbang 2 gram (Y gram) dan dimasukkan dalam gelas

timbang dan dikeringkan bersama tutup yang dilepas dalam oven

pengering selama 8-24 jam (105-110C). Setelah itu gelas timbang berisi

cuplikan dikeluarkan dari dalam oven dan didinginkan dalam desikator

dengan tutup dilepas selama satu jam, kemudian gelas timbang berisi

cuplikan ditimbang dalam keadaan dingin dan tertutup (Z gram).

Kadar air =

X + Y - ZY

×100 %

X = bobot gelas timbang (vochdoos)

Y = bobot cuplikan pakan

Z = bobot vochdoos + cuplikan setelah oven 105-110 oC

Kadar Bahan Kering (BK) = 100% - kadar air

Penentuan kadar abu. Silikadisk yang sudah bersih dikeringkan

dalam oven (105-110C) selama satu jam. Silikadiskdidinginkan dalam

desikator selama satu jam lalu ditimbang (X gram). Cuplikan bahan pakan

ditimbang seberat 1,5-2 gram (Y gram) dan dimasukkan ke dalam

Page 7: laporan BPFR 06151

silikadisklalu dimasukkan silikadiskke dalam tanur pada suhu 550-600C

selama lebih dari 12 jam hingga cuplikan berwarna putih kemudian suhu

diturunkan sampai 120C lalu dimasukkan dalam desikator dan setelah

dingin ditimbang (Z gram).

Kadar Abu =

Z - XY

×100 %

X = bobot silikadisk

Y = bobot sampel sebelum tanur

Z = bobot sampel + silikadisk setelah tanur

Penentuan kadar serat kasar. Sebanyak 1,5-2 gram (X gram)

cuplikan bahan ditimbang dan dimasukkan dalam becker glass 600 ml lalu

ditambahkan 200 ml H2SO4 1,25% dan dipanaskan hingga mendidih

selama 30 menit. Kemudian disaring melalui saringan linen dengan

bantuan pompa vacum dan hasil saringan dimasukkan ke dalam becker

glass yang kemudiann ditambahkan 200 ml NaOH 1,25% lalu dididihkan

selama 30 menit. Setelah itu disaring kembali menggunakan crucible yang

dilapisi glass wool lalu dicuci dengan air panas dan ethyl alkohol 95%.

Hasil saringan (termasuk glass wool) dimasukkan pada alat pengering

(105-110C) selama satu malam kemudian didinginkan dalam desikator

selama satu jam dan ditimbang (Y gram). Lalu crucible bersama isinya

dibakar di tanur (550-600C). Setelah itu didinginkan dalam desikator dan

setelah dingin ditimbang (Z gram).

Kadar Serat Kasar =

Y - ZX

×100 %

X = bobot sampel awal

Y = bobot sampel setelah oven 105-110 oC

Z = bobot sisa pembakaran tanur 550 – 600 oC

Page 8: laporan BPFR 06151

Penentuan kadar protein kasar. Sebanyak 0,5 gram (Z gram)

cuplikan bahan pakan ditimbang lalu disiapkan 2 butir batu didih, 20 ml

H2SO4 pekat dan ¼ tablet Kjeltab yang dimasukkan dalam tabung

destruksi yang telah bersih dan kering. Kemudian kompor destruksi

dihidupkan dan tabung-tabung destruksi di tempatkan di tempatnya.

Setelah itu hasil destruksi diencerkan dengan air sampai 300 ml, digojog

agar homogen kemudian disiapkan erlenmeyer 650 ml yang diisi 50 ml

H3BO3 0,1 N, 100 ml air dan 3 tetes indikator mix. Lalu dipasang

penampung dan labu kjeltab dalam alat destilasi. Kemudian dihidupkan air

pendingin dan dimasukkan NaOH 50% melalui diding. Setelah itu handle

stream diturunkan hingga larutan mendidih lalu dibuat blanko dengan

menggunakan cuplikan berupa H2O. Kemudian hasil destilasi diatas

dititrasi dengan HCl 0,1 N sampai berwarna.

Kadar Protein Kasar =

(X-Y )× N × 0,014 × 6,25 × 100% Z

X = jumlah titrasi sampel

Y = jumlah titrasi blanko

Z = bobot sampel (gram)

N = Normalitas HCl

Penentuan kadar lemak kasar. Sebanyak 0,5 gram (X gram)

cuplikan ditimbang dan dibungkus kertas saring bebeas lemak sebanyak 3

bungkus lalu masing-masing cuplikan dimasukkan oven pengering 105-

110C selama semalam. Kemudian cuplikan itu ditimbang panas-panas (Y

gram) dan dimasukkan dalam alat ekstraksi soxhlet. Kemudian labu

penampung diisi petroleum benzen ½ volume labu dan alat ekstraksi juga

diisi ½ volume petroleum benzen. Setelah itu labu penampung dan tabung

soxhlet dipasang dan diekstraksi sekitar 16 jam kemudian sampel diambil

dan dipanaskan dalam oven 105-110C selama semalam, dimasukkan

desikator dan ditimbang (Z gram).

Page 9: laporan BPFR 06151

Kadar Ekstrak Ether =

Y - ZX

×100 %

X = bobot sampel awal

Y = bobot sampel + kertas saring bebas lemak setelah oven 105 oC

(belum diekstraksi)

Z = bobot sampel + kertas saring bebas lemak setelah oven 105 oC

(setelah diekstraksi)

Kadar Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (BETN). Kadar BETN ini

didapatkan dari rumus perhitungan sebagai berikut:

ETN = 100 – (% Kadar air + % Kadar abu + % Kadar SK + % Kadar SK +

% Kadar EE)

Page 10: laporan BPFR 06151

ANALISIS PROKSIMAT

BUNGKIL KELAPA

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bungkil Kelapa

Bungkil kelapa adalah hasil ikutan yang didapat dari ekstraksi

daging buah kelapa segar atau kering. Mutu standar bungkil kelapa

meliputi kandungan nutrisi dan batas tolerasi aflatoxin (Chuzaemi et al.,

1997). Bungkil kelapa diperoleh dari ampas kopra. Penambahan bungkil

kelapa dapat meningkatkan konsumsi pakan, kecernaan pakan dan

pertambahan bobot badan harian. Ternak ruminansia yang mendapatkan

pakan berkualitas rendah sebaiknya diberikan pakan tambahan yang kaya

akan nitrogen untuk merangsang pertumbuhan dan aktivitas mikroba di

dalam rumen (Marsetyo, 2006).

Pengamatan fisik yang dilakukan pada cuplikan bahan pakan

menggunakan parameter tekstur, warna, bau, dan, rasa yaitu dengan

menggunakan panca indera secara langsung oleh manusia. Berdasarkan

pengamatan diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 1. Pengamatan fisik bahan pakanParameter Pengamatan

Tekstur Agak kasarCoklat tua

Seperti Coklat BubukPahit

WarnaBauRasa

Berdasarkan tabel di atas diperoleh data pengamatan fisik yang

menghubungkan antara parameter yang diberikan dengan pengamatan

secara langsung yaitu tekstur kasar, warna coklat tua, bau wangi khas dan

rasanya pahit.Maka dapat diambil kesimpulan bahwa bahan pakan yang

diamati adalah bungkil kelapa.

Page 11: laporan BPFR 06151

Tabel 2. Kandungan nutrisi bungkil kelapa

Parameter % StandarBahan kering 84,40 %a

Kadar abu 4,01 %b

Kadar protein kasar 21,00 %a

Kadar lemak kasar 1,8 %a

Kadar serat kasar 15,00 %a

BETN 45,5 % c

a :NRC (1995)b :Suhartatik (1991)c :Hamid et al.,(1999)

Bungkil kelapa mengandung 11% air, minyak 20%, protein 21%,

karbohidrat 12%, abu 5%, BO 84% dan BETN 45,5%. Bungkil kelapa

banyak dimanfaatkan sebagai pakan ternak karena memiliki kandungan

protein yang cukup tinggi (Hamid et al., 1999).

Analisis Proksimat

Analisis proksimat merupakan dasar analisis kimia dari pakan,

jaringan tubuh, feses ataupun ekskretel yang diantaranya berguna untuk

menentukan estimasi nilai kecernaan dan manfaat pakan, juga untuk

menentukan kadar standar.

Analisis proksimat dikembangkan dari Weende Experiment Station

Jerman oleh Henneberg dan Stokman pada tahun 1865, yaitu metode

analisis yang menggolongkan komponen yang ada pada makanan.

Analisis ini didasarkan atas komposisi susunan kimia dan kegunaannya

(Tillman et al., 1998), yang kemudian disebut sistem analisis proksimat

karena nilai yang diperoleh hanya mendekati nilai komposisi yang

sebenarnya. Sistem analisis proksimat dapat untuk mengetahui 6 macam

fraksi, yaitu 1) air, 2) abu, 3) protein kasar, 4) lemak kasar, 5) serat kasar,

6) ekstrak tanpa nitrogen. Khusus untuk ekstrak tanpa nitrogen nilainya

dapatdicari hanya berdasarkan perhitungan 100% dikurangi jumlah dari

kelima fraksi yang lain. Berdasarkan pengamatan diperoleh data hasil

sebagai berikut:

Page 12: laporan BPFR 06151

Tabel 3.Hasil analisis proksimat

ParameterNilai (%)

I IIBahan Kering 57,85 90,5821

Abu 2,0117 6,7171Serat Kasar 13,5124 13,266

Protein Kasar 17,2319 15,302Lemak Kasar 8,4347 -

BETN 58,8099 -Total 100 100

Penetapan kadar air. Air adalah nutrien yang paling sederhana

namun sukar penentuannya dalam analisis proksimat. Penentuan air

dilakukan dengan pemanasan 105°C secara terus-menerus sampai

sampel bahan beratnya tetap (konstan) (Tillman et al., 1998). Menurut

Kamal (1994), yang dimaksud dengan air adalah semua cairan yang

menguap pada pemanasan selama beberapa waktu pada suhu 100

sampai 110oC dengan tekanan udara bebas sampai sisanya yang tidak

menguap mempunyai bobot tetap. Penentuan kandungan air dari suatu

bahan sebenarnya bertujuan untuk menentukan kadar bahan kering dari

suatu bahan.

Alat yang digunakan dalam penentuan kadar air antara lain silica

disk yang berfungsi sebagai tempat sampel yang tidak mudah rusak

karena memiliki titik leleh lebih dari 1000oC sehingga dapat digunakan

dalam menentukan analisis proksimat dan merusak sampel pada suhu

yang tinggi, desikator yang digunakan untuk mendinginkan bahan pakan

agar tidak menyerap uap air dari lingkungan luar, tang penjepit untuk

mengangkat silika disk panas setelah dioven, dan timbangan analitik

untuk menimbang bahan pakan sebelum dan setelah dioven.

Berdasarkan percobaan analisis proksimat menggunakan sampel

bungkil kelapa dapat diketahui kadar air sebesar 42,15% sehingga kadar

bahan keringnya 57,85%. Kadar air untuk kelompok II sebesar 9,4179%

sehingga kadar bahan keringnya 90,5821% sedangkan menurut

NRC(1995), kadar air dalam bungkil kelapa adalah 15,6% hingga dapat

Page 13: laporan BPFR 06151

diketahui kadar bahan keringnya 84,40%. Kadar air suatu bahan pakan

besarnya dipengaruhi oleh cara penyimpanannya dan kemasan. Menurut

Kamal (1994), kandungan air yang berlebihan akan menyebabkan

tumbuhnya jamur saat penyimpanan. Jamur ini dapat mempengaruhi

produksi toksin, perubahan komposisi nutrien dalam pakan dan turunnya

nilai nutritif pakan bagi ternak. Untuk mencegah timbulnya jamur dapat

dilakukan dengan pengurangan kadar air pakan hingga tinggal 12%,

karena pada kondisi tersebut jumlah air dalam bahan pakan sudah tidak

memungkinkan lagi untuk ditumbuhi mikroorganisme. Kadar air yang

tinggi dalam pakan tidak akan terjadi proses fermentasi karena akan

timbul jamur yang seperti kita tahu akan mempengaruhi produksi toksik

yang dapat mematikan aktifitas bakteri fermentasi.

Penetapan kadar abu. Abu adalah sisa pembakaran sempurna

dari suatu bahan. Suatu bahan apabila dibakar sempurna pada suhu 550

sampai 600oC selama beberapa waktu maka semua senyawa organiknya

akan terbakar menjadi CO2 dan H2O dan gas lain yang menguap, sedang

sisanya yang tidak menguap itulah yang disebut abu. Abu adalah

campuran dari berbagai oksida mineral sesuai dengan macam mineral

yang terkandung dalam bahannya (Kamal, 1994).

Menurut Tillman et al., (1998), abu bagi ternak memiliki fungsi

sebagai: 1) bahan pembentuk tulang dan gigi yang menyebabkan adanya

jaringan yang keras dan kuat, 2) mempertahankan keadaan koloidal dari

beberapa senyawa dalam tubuh, 3) memelihara keseimbangan asam

basa dalam tubuh, 4) aktivator sistem enzim tertentu, 5) komponen sistem

enzim, 6) mempunyai sifat karakteristik terhadap kepekaan otot dan

syaraf.

Penetapan kadar abu dapat dihitung dengan menghitung bobot

sampel dan silica disk setelah ditanur 550 sampai 600oC, kemudian

dikurangi bobot silica disk kosong sebelum ditanur dan dikali 100% dan

dibagi bobot sampel sebelum ditanur.

Page 14: laporan BPFR 06151

Alat yang digunakan dalam penentuan kadar abu antara lain silika

disk yang digunakan untuk menempatkan bahan pakan ketika dioven dan

ditanur, desikator yang digunakan untuk mendinginkan bahan pakan agar

tidak menyerap uap air dari lingkungan luar, tang penjepit untuk

mengangkat silika disk panas setelah ditanur dan timbangan analitik untuk

menimbang bahan pakan sebelum dan setelah dioven.

Kadar abu dari bungkil kelapayang diperoleh adalah 2,01167 %

dan dari kelompok II sebesar 6,717 %. Menurut Suhartatik (1991), kadar

abu pada bungkil kelapa sekitar 4,01%. Kadar abu dalam bahan pakan

tergantung dari spesies bahan penyusun ransum dan bagian dari tanaman

(Kamal, 1994).Menurut Hartadi et al.,(2005), kadar abu suatu bahan

pakan ditentukan oleh keadaan spesies dan varietas tanaman, umur

tanaman, komposisi tanah, bagian mana yang dianalisis, persediaan air

dan pemupukan. Ditambahkan pula bahwa semakin tinggi kadar mineral

bisa pula disebabkan oleh tersedianya air yang cukup sehingga

penyerapan mineral meningkat.

Penetapan kadar serat kasar.Penentuan kadar serat kasar pada

bahan pakan dilakukan dengan melakukan perebusan bahan pakan

dengan H2SO4 1,25 % dan NaOH 1,25 % masing-masing selama 30

menit, kemudian bahan organik yang tertinggal disaring dengan glass

wool dan crucible kemudian ditanur dengan suhu 550 sampai 600oC,

hilangnya bobot setelah tanur adalah serat kasar. Menurut Tillman et al.,

(1998), perbedaan antara berat endapan sebelum dibakar dan berat abu

disebut serat kasar. Serat kasar adalah bahan organik yang tidak larut

saat dihidrolisis dengan H2SO4 1,25% dan NaOH 1,25%. Perebusan

dengan menggunakan H2SO4 1,25% setelah itu diberi NaOH 1,25%

supaya suasananya asam menjadi basa sesuai dengan suasana

pencernaan pada ruminansia yang di dalam rumen yang asam dan usus

halus suasana basa.

Menurut Hartadi et al., (2005), serat kasar mengandung selulose,

hemiselulose, dan lignin. Selulose dan hemiselulose adalah komponen

Page 15: laporan BPFR 06151

penyusun dinding sel dan tidak dapat dicerna oleh hewan monogastrik.

Serat kasar tercerna oleh hewan ruminansia karena mempunyai

mikroorganisme rumen yang merubah selulosa dan hemiselulosa menjadi

VFA (Volatile Fatty Acids), maka ternak ruminansia mempunyai

kemampuan untuk mencerna serat kasar (selulose dan hemiselulose)

secara enzimatik. VFA (Volatile Fatty Acids) adalah hasil pemecahan dari

dinding sel tumbuhan yang dapat berupa asam asetat, asam propionat

maupun asam butirat, VFAinilah yang kemudian dapat dimanfaatkan oleh

ternak sebagai sumber energi.

Hartadi et al., (2005), juga mengemukakan fungsi serat kasar bagi

ternak antara lain memacu pertumbuhan otot-otot saluran pencernaan

pada ternak muda, dapat meningkatkan gerak peristaltik pada saluran

pencernaan dan berperan sebagai bulky, pada ternak ruminansia

berperan dalam menjaga ekologi rumen, dan sebagai sumber energi bagi

mikroorganisme rumen.

Perebusan menggunakan larutan asam dan basa disesuaikan

dengan proses pencernaan pada ternak, dimana terjadi pencernaan

secara asam (dilambung) kemudian secara basa (diusus). Proses

perebusan tersebut semua senyawa organik akan larut kecuali serat

kasar. H2SO4 1,25 % berfungsi untuk menghidrolisis karbohidrat dan

protein sedangkan NaOH 1,25 % berfungsi dalam penyabunan lemak,

ethyl alkohol 95 % dan pencucian menggunakan air panas pada crucible

berlapis glass wool.

Semua senyawa organik kecuali serat kasar akan larut bila direbus

dalam H2SO4 1,25% (0,255N) dan NaOH 1,25% (0,313N)  yang berurutan

masing-masing selama 30 menit. Bahan organik yang tertinggal disaring

dengan glass wool dan gooch crucible. Hilangnya bobot setelah dibakar 

550oC sampai 600oC adalah serat kasar. Berdasarkan data-data yang

diperoleh, maka kadar serat kasar dapat dihitung dengan menghitung

bobot sampel setelah dioven 105oC dikurangi bobot sisa pembakaran 550

sampai 600oC dan dikali 100% dan dibagi bobot sampel awal.

Page 16: laporan BPFR 06151

Kadar serat kasar dari bungkil kelapa yang diperoleh adalah

13,5124% dan kadar serat kasar kelompok II sebesar 13,266%,

sedangkan kadar serat kasar bungkil kelapa menurut NRC (1995),

sebesar15%. Perbedaan kadar serat kasar dapat dikarenakan perbedaan

proses pengeringan dan penyimpanan yang berbeda. Faktor yang

membedakan kadar serat kasar yaitu jenis tanaman, umur tanaman, dan

bagian yang akan dianalisis. Menurut Hartadi et al., 1998, semakin tua

umur tanaman maka semakin tinggi kadar serat kasar tanaman tersebut.

Penetapan kadar protein kasar. Protein kasar adalah nilai hasil

bagi dari total nitrogen dengan faktor 16% atau hasil kali dari total nitrogen

ammonia dengan faktor 6,25 (100/lt) (Kamal, 1994). Menurut Tillman et

al.,(1998), menyatakan bahwa analisis bahan pakan ternak dipakai istilah

protein kasar, protein murni dan non protein (NPN).Senyawa NPN adalah

senyawa bukan protein.Termasuk dalam NPN adalah asam-asam amino,

nitrogen lipid, amin-amin, amida-amida, alkaloid dan lain-lain.

Penetapan kadar protein dimulai dengan proses destruksi,

destruksi bertujuan untuk melepaskan N organik sampel dengan adanya

penambahan CuSO4, K2SO4, dan kjeltab yang berfungsi sebagai

katalisator, penggunaan kjeltab yang hanya seperempat bagian

dimaksudkan agar penggunaan kjeltab tersebut efisien karena

penggunaan kjeltab yang berlebihan atau kurang tidak akan berpengaruh

terhadap kecepatan reaksi. Seperti halnya pada serat kasar H2SO4 akan

menghidrolisis protein dan N organik sampel akan berikatan dengan

H2SO4 dan membentuk amonium sulfat (NH4)2SO4, air, nitrat, dan nitrit.

Kemudian dilanjutkan dengan proses destilasi, destilasi bertujuan untuk

melepaskan senyawa amin dari proses destruksi untuk kemudian

ditangkap oleh H3BO3. Pada proses destilasi juga ditambahkan NaOH dan

indikator Mix yang merupakan gabungan antara metil red dengan brom

kresol green dan menimbulkan warna biru. NaOH berfungsi untuk

melepaskan NH3 dari (NH4)2SO4, karena asam borat tidak dapat secara

langsung mengikat NH3 dari (NH4)2SO4 sedangkan indikator Mix digunakan

Page 17: laporan BPFR 06151

sebagai indikator warna saat proses titrasi. Proses terakhir dari penetapan

kadar protein adalah titrasi yang bertujuan untuk mengetahui jumlah N

yang telah terdestilasi. Titrasi ini menggunakan HCl untuk dititrasikan

terhadap (NH4)2BO3. HCl digunakan karena mampu berikatan dengan

(NH4)2BO3 membentuk NH4Cl. Pada titrasi ini juga akan terjadi perubahan

warna dari biru menjadi merah silver dan apabila kelebihan dalam

melakukan titrasi akan menimbulkan warna merah muda.

Berdasarkan praktikum dapat diketahui kadar protein kasar dari

bungkil kelapa adalah 17,2319% dan dari kelompok II adalah 15,302%.

Menurut NRC (1995), kadar protein kasar bungkil kelapa adalah 21%.

Perbedaan kandungan protein kasar antara teori dan praktikum ini dapat

disebabkan karena perbedaan jenis dan bagian kelapa yang digunakan

dalam pembuatan bungkil kelapa, selain itu proses titrasi yang berlebihan

juga dapat mempengaruhi hasil kandungan protein pada bahan pakan

sehingga hasilnya menjadi berbeda.

Penetapan kadar lemak kasar. Prinsip kerja dalam analisis kadar

lemak kasar yaitu lemak dapat diekstraksi dengan menggunakan ether

atau zat pelarut lemak lain menurut Soxhlet kemudian ether diuapkan dan

lemak dapat diketahui bobotnya.

Menurut Kamal (1994), dalam tubuh ternak, lemak mempunyai

peran biologis yang penting yaitu 1) sebagai pembentuk energi cadangan,

2) sumber asam lemak essensial, 3) pelarut dan pengangkut vitamin yang

larut dalam lemak, 4) komponen struktur membran, 5) komponen

permukaan sel yang berperan sebagai pelindung dalam proses interaksi

sel dengan luar sel, dan 6) sumber prostaglandin. Bila lemak ditambahkan

pada pakan maka akan dapat mengurangi heat increament sehingga

dapat menaikkan efisiensi pakan.

Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah timbangan analitik,

tang penjepit, oven pengering, desikator, seperangkat alat ekstraksi dan

selongsong dari soxhlet  yang berfungsi untuk ekstraksi lemak, labu

penampung yang berfungsi menampung sisa petroleum benzene yang

Page 18: laporan BPFR 06151

jatuh dari soxhlet , alat pendingin yang berfungsi untuk mengkondensari

uap hasil penguapan petroleum benzen agar tidak mencemari lingkungan,

dan kertas saring bebas lemak yang berfungsi untuk menyaring ekstrak.

Prinsip kerja penetapan kadar lemak kasar yaitu lemak dapat

diekstraksi dengan menggunakan eter atau zat pelarut lemak lain,

kemudian eter diuapkan dan lemak dapat diketahui bobotnya. Cuplikan

bahan yang telah ditimbang kemudian dibungkus dengan menggunakan

kertas saring bebas lemak supaya tidak mempengaruhi bobot sampel

bahan pakan yang akan diketahui kadar lemak kasarnya, kemudian

cuplikan di masukkan dalam oven pengering 105o sampai 110oC setekah

itu ditimbang dalam keadaan panas karena sifat lemak yang cepat

menguap sehingga bobot tidak banyak berkurang. Tahap penetapan

kadar lemak kasar selanjutnya yaitu ekstraksi dengan reagen Petroleum

benzene pada alat soxhlet yang berfungsi sebagai pelarut lemak yang

terdapat dalam bahan pakan.

Kadar lemak kasar dapat dihitung dengan menghitung bobot

sampel dan kertas saring bebas lemak setelah oven 105°C (sebelum

diekstraksi), kemudian dikurangi bobot sampel dan kertas saring bebas

lemak setelah oven 105°C (setelah diekstraksi) dan dikali 100% dan

dibagi bobot sampel sebelum ditanur. Bahan yang digunakan dalam

praktikum ini adalah petroleum benzene yang berfungsi sebagai pelarut

lemak.

Berdasarkan percobaan diperoleh kadar lemak kasar bungkil

kelapa adalah 8,4347%,sedangkan lemak kasar dengan perhitungan

berdasarkan NRC (1995), adalah 1,8%. Perbedaan ini terjadi karena

proses ekstraksi yang berjalan kurang sempurna ataupun proses

pengeringan bahan yang kurang baik.

Penetapan ETN (Ekstrak Tanpa Nitrogen).

Penetapan dilakukan setelah seluruh fraksi dari analisis proksimat

diketahui yaitu dengan cara mengurangkan kondisi 100% bahan pakan

dengan seluruh fraksi yang diperoleh dalam analisis proksimat, sehingga

Page 19: laporan BPFR 06151

didapatkan hasil atau kadar ETN dalam bungkil kelapa adalah 58,8099%.

Menurut Hamid et al.,(1999), kadar ETN bungkil kelapa yaitu sekitar

45,5%, perhitungan BETN diperoleh dari total 100 % BK dikurangi dengan

kadar abu, protein kasar, lemak kasar dan serat kasar. Perbedaan atau

selisih tersebut dapat terjadi karena adanya fraksi-fraksi lainnya yaitu

spesies tanaman, umur tanaman dan bagian tanaman sampel

(Kamal,1994). Hasil ETN yang diperoleh berada dibawaah referensi yang

ada, hal ini terjadi karena adanya perbedaan kadar abu, EE, PK, SK

maupun kadar air yang merupakan komponen penentu kadar ETN suatu

bahan pakan. Perbedaan juga dipengaruhi oleh umur tanaman penyusun

ransum (makin tua umur tanaman, kadar ETN makin tinggi). Jenis

tanaman, dimana tanaman umbi dan butir-butiran berkadar ETN lebih

tinggi. Varietas tanaman, pengambilan sampel dan proses analisis

penentuan kadar fraksi yang lain juga berpengaruh (Tillman et al., 1998).

Page 20: laporan BPFR 06151

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum diperoleh hasil pengamatan bahan

pakan terlihat yaitu teksturnya agak kasar, memiliki warnacoklat tua, bau

yang seperti coklat bubuk dan memiliki rasa yang pahit. Hasil analisis

proksimat menggunakan sampel bahan pakan diperoleh data yaitu kadar

bahan kering 57,85 %, kadar air 42,15 %, kadar abu 2,0117 %, kadar

serat kasar 13,5124 %,kadar protein kasar 17,2319 %, kadar ekstrak ether

atau lemak kasar 8,4347%, serta kadar ETN 58,8099%. Berdasarkan data

analisis proksimat di atas, bahan pakan yang dianalisis adalah bungkil

kelapa. Bungkil kelapa termasuk bahan pakan kelas 4 dan merupakan

sumber energi. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kadar

nutrien dalam bahan pakan yang diantaranya adalah asal dari bahan

pakan, metode pengeringan bahan pakan, usia pemanenan dan jenis dari

bahan pakan tersebut.

Saran

Saran pada praktikum Bahan Pakan dan Formulasi Ransum ini

yaitu pada para asisten dimohon untuk menyamakan persepsi

perhitungan yang digunakan untuk menghitung bahan kering maupun

dalam menyusun ransum.

Page 21: laporan BPFR 06151

DAFTAR PUSTAKA

Chuzaemi, S., Hermanto, Soebarinoto, H. Sudarwati. 1997. Evaluasi Protein Pakan Ruminansia Melalui Pendekatan Sintesis Protein Mikrobial di dalam Rumen. Evaluasi Kandungan RDP dan UDP pada Beberapa Jenis Hijauan Segar, Limbah Pertanian dan Konsentrat. Jurnal Penelitian Ilmu-ilmu Hayati (Life Science) 9:77-89.

Hamid, H., T. Purwandaria, T. Haryati dan A.P. Sinurat. 1999. Perubahan Nilai Bilangan Peroksida Bungkil Kelapa dalam Proses Penyimpanan dan Fermentasi. JITV4(2): 102-106.

Hari Hartadi, S. Reksohadiprojo, AD. Tilman. 2005. Tabel Komposisi Pakan Untuk Indonesia. Cetakan Kelima, Gadjah Mada Univesity Press, Yogyakarta.

Kamal, M. 1994. Nutrisi Ternak 1. Lab. Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Marsetyo. 2006. Pengaruh Penambahan Daun Lamtoro atau Bungkil Kelapa Terhadap Konsumsi, Kecernaan Pakan dan Pertambahan Bobot Kambing Betina Lokal yang Mendapatkan Pakan Dasar Jerami Jagung. Program Studi Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Pertanian Universitas Tadulako, Palu. Jurnal Protein 13(1):7.

National Research Council. 1995. Nutrien Requirement of Laboratory Animals. 4rd Edition. National Academy Press, Washington.

Suhartatik, 1991. Pengaruh pemberian infus tapak dara (Catharanthus roseus)proposal sebagai obat hipoglisemic. Pusat Penelitian dan PembangunanFarmasi. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. DepartemenKesehatan RI. Jakarta.

Tillman, A.D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawiro Kusuma Dan S. Lebdosoekoekojo. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Utomo, R. 2008. Buku Ajar Bahan Pakan dan Formulasi Ransum.Lab. Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Page 22: laporan BPFR 06151

LAMPIRAN

Perhitungan bungkil kelapa

Penentuan kadar air

Diketahui:

- bobot sampel = 1,0038 gr

- bobot silica disc + sampel ( sebelum oven) = 20,9502 gr

- bobot silica disc + sampel (oven 105 oC) = 20,8091 gr

Kadar air =

sampel + sd sebelum oven - sampel + sd setelah oven 105bobot awal

×100 %

=

19,3181- 18,89661,0016

×100 %

= 42,15 %

Kadar bahan kering = 100% - kadar air

100 % - 42,15 % = 57,85 %

Penentuan kadar abu

Diketahui :

- bobot silica disc = 18,8966 gr

- bobot sampel sebelum tanur = 19,3181 gr

- bobot silika + sampel (tanur) (Z) = 18,9296 gr

Kadar abu =

( bobot sampel + sd setelah tanur ) - bobot sdsampel sebelum dibakar

×100 %

=

18,9296 - 18,89661,0016

×100 %

= 2,01167 %

Penentuan kadar serat kasar

Diketahui:

- bobot sampel oven 105 = 21,4147 gram

- bobot sampel setelah tanur = 21.2794 gram

- bobot sampel awal = 1,0013 gram

Page 23: laporan BPFR 06151

Kadar serat kasar =

bobot sampel oven 105 - bobot sampel tanurbobot sapel awal

×100 %

=

21,4147 - 21,27941,0013

×100 %

= 13,5124%

Penentuan kadar protein kasar

Diketahui:

- bobot sampel = 0,5027 gram

- volume titrasi blanko = 0,3 ml

- volume sampel titrasi = 10,2 ml

Kadar protein kasar =

(X-Y )× N × 0,014 × 6,25 × 100% Z

=

(10,3-0,3 )× 0,1 × 0,014 × 6,25 × 100% 0,5027

= 17,2319%

Penentuan kadar eter

Diketahui:

- bobot sampel sebelum ekstraksi = 1,0737 gram

- bobot sampel setelah ekstraksi = 1,0144 gram

- bobot sampel awal = 0,7042 gram

Kadar Ekstrak Eter =

bobot sblm ekstraksi - bobot stlh ekstraksibobot awal sampel

×100 %

=

1,0737 - 1,1440,7042

×100 %

= 8,43467%

Penentuan kadar Ekstrak Tanpa Nitrogen

ETN = 100 % – (% Kadar abu + % Kadar SK + % Kadar SK + %

Kadar EE)

= 100 % – (2,0117 + 13,5124 + 17,2319 + 8,4347)%

= 58,8099 %

Page 24: laporan BPFR 06151