18
STIMULAN SISTEM SYARAF PUSAT DAN ANTIEPILEPTIKA I. Tujuan Percobaan 1. Mahasiswa mengerti dan memahami manifestasi stimulant system saraf pusat secara berlebih lebihan pada makhluk hidup. 2. Mahasiswa memperoleh gambaran bagaimana manifestasi stimulasi berlebih lebihan ini dapat diatasi dan konsep farmakodinamik yang melandasinya. 3. Mahasiswa sanggup mendiagnosa sebab kematian hewan percobaan. II. Tinjauan Pustaka Obat perangsang atau stimulan adalah obat-obatan yang menaikkan tingkat kewaspadaan di dalam rentang waktu singkat. Stimulan biasanya menaikkan efek samping dengan menaikkan efektivitas, dan berbagai jenis yang lebih hebat seringkali disalahgunakan menjadi obat yang ilegal atau dipakai tanpa resep dokter. Stimulan menaikkan kegiatan sistem saraf simpatetik, sistem saraf pusat (CNS), atau kedua-duanya sekaligus. Beberapa stimulan menghasilkan sensasi kegirangan yang berlebihan, khususnya jenis-jenis yang memberikan pengaruh terhadap CNS. Stimulan dipakai di dalam terapi untuk menaikkan atau memelihara kewaspadaan, untuk menjadi penawar rasa lelah, di dalam situasi yang menyulitkan tidur (misalnya saat otot-otot bekerja), untuk menjadi penawar keadaan tidak normal yang mengurangi kewaspadaan atau kesadaran (seperti di dalam narkolepsi), untuk menurunkan bobot tubuh (phentermine), juga untuk 1

Laporan Farmakologi 2 Stimulan Ssp Dan Antiepileptika

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Laporan Farmakologi 2 Stimulan Ssp Dan Antiepileptika

STIMULAN SISTEM SYARAF PUSAT DAN ANTIEPILEPTIKA

I. Tujuan Percobaan

1. Mahasiswa mengerti dan memahami manifestasi stimulant system saraf pusat

secara berlebih lebihan pada makhluk hidup.

2. Mahasiswa memperoleh gambaran bagaimana manifestasi stimulasi berlebih

lebihan ini dapat diatasi dan konsep farmakodinamik yang melandasinya.

3. Mahasiswa sanggup mendiagnosa sebab kematian hewan percobaan.

II. Tinjauan Pustaka

Obat perangsang atau stimulan adalah obat-obatan yang menaikkan tingkat

kewaspadaan di dalam rentang waktu singkat. Stimulan biasanya menaikkan efek

samping dengan menaikkan efektivitas, dan berbagai jenis yang lebih hebat seringkali

disalahgunakan menjadi obat yang ilegal atau dipakai tanpa resep dokter. Stimulan

menaikkan kegiatan sistem saraf simpatetik, sistem saraf pusat (CNS), atau kedua-

duanya sekaligus. Beberapa stimulan menghasilkan sensasi kegirangan yang berlebihan,

khususnya jenis-jenis yang memberikan pengaruh terhadap CNS. Stimulan dipakai di

dalam terapi untuk menaikkan atau memelihara kewaspadaan, untuk menjadi penawar

rasa lelah, di dalam situasi yang menyulitkan tidur (misalnya saat otot-otot bekerja),

untuk menjadi penawar keadaan tidak normal yang mengurangi kewaspadaan atau

kesadaran (seperti di dalam narkolepsi), untuk menurunkan bobot tubuh (phentermine),

juga untuk memperbaiki kemampuan berkonsentrasi bagi orang-orang yang didiagnosis

sulit memusatkan perhatian (terutama ADHD).

Neurotransmitter dan obat-obatan yang mempunyai titik tangkap pada reseptor neuronal

sinaptik, dapat meningkatkan atau menurunkan permeabilitas chanel ion dan

merangsang atau menghambat messenger sitoplasmik. Obat-obat golongan antidepresan

juga mempunyai titik tangkap pada neurotransmitter dengan cara menghambat reuptake.

( Tuti Pahria, 1996 ) Impuls yang terdapat di suatu neuron akan diteruskan ke neuron

lain . Hubungan satu neuron

dengan neuron yang lain /tempat terjadinya pengantaran impuls disebut sinaps. Ujung

dari akson mengandung substansi kimia ( neurotransmitter ) yang mempunyai sifat

eksitasi dan inhibisi. Neurotransmitter yang bersifat eksitasi adalah asetilkolin ,

norepinefrin, dopamine, dan serotonin. Sedangkan yang bersifat inhibisi adalah GABA

pada jaringan otak dan glisin pada medulla spinalis. ( Tuti Pahria, 1996 ).

1

Page 2: Laporan Farmakologi 2 Stimulan Ssp Dan Antiepileptika

Reseptor GABA

GABA disintesis pada tahun 1883, dan jauh sebelum itu telah diketahui GABA adalah

produk mikrobia dan hasil metabolisme tanaman. Tidak sampai pada tahun 1950, atas

kerja keras investigator, GABA diidentifikasi sebagai konstituen SSP mamalia dan tidak

ditemukan pada jaringan lain. Maknanya penyebarannya, tidak seperti substans lainnya,

yang tersebar baik di SSP dan system saraf tepi, sudah barang tentu GABA mempunyai

beberapa karakteristik dan efek fisiologik yang khas, yang menjadikan fungsinya sangat

penting dalam SSP (Harahap, 1999). GABA (gamma-aminobutyric acid) merupakan

neurotransmiter inhibitor utama di sistim saraf pusat mamalia dan terdapat pada hampir

40% saraf. Peran GABA sebagai neurotransmitter inhibitor didukung fakta bahwa

banyak penyakit saraf yang disebabkan karena adanya degeneratif saraf GABAenergik,

contohnya epilepsi, gangguan tidur, dan tardive dyskinesia.GABA bekerja pada

reseptornya yaitu reseptor GABA. Reseptor GABA terdapat dalam tiga tipe,

Epilepsi adalah suatu penyakit yang ditandai dengan kecenderungan untuk

mengalami kejang berulang. Kejang merupakan akibat dari pembebasan listrik yang

tidak terkontrol dari sel saraf korteks serebral yang ditandai dengan serangan tiba-tiba,

terjadi gangguan kesadaran ringan, aktivitas motorik, atau gangguan fenomena sensori.

Epilepsi juga merupakan suatu gangguan saraf yang timbul secara tiba-tiba dan

berkala, biasanya dengan perubahan kesadaran. Penyebabnya adalah aksi serentak dan

mendadak dari sekelompok besar sel-sel saraf di otak. Aksi ini disertai pelepasan

muatan listrik. 2% dari penduduk dewasa pernah mengalami kejang. Sepertiga dari

kelompok tersebut mengalami epilepsi.

Kejang merupakan respon terhadap muatan listrik abnormal di dalam otak.

Secara pasti, apa yang terjadi selama kejang tergantung kepada bagian otak yang

memiliki muatan listrik abnormal. Jika hanya melibatkan daerah yang sempit, maka

penderita hanya merasakan bau atau rasa yang aneh. Jika melibatkan daerah yang luas,

maka akan terjadi sentakan dan kejang otot di seluruh tubuh. Penderita juga bisa

merasakan perubahan kesadaran, kehilangan kesadaran, kehilangan pengendalian otot

atau kandung kemih dan menjadi linglung. (Medicastore, 2008)

Konvulsi adalah gerak otot klonik atau tonik yang involuntar. Konvulsi dapat

timbul karena anoksia serebri, intoksikasi sereberi hysteria, atau berbagai manifestasi

epilepsi. Epilepsi ialah manifestasi gangguan otak dengan berbagai etiologi namun

2

Page 3: Laporan Farmakologi 2 Stimulan Ssp Dan Antiepileptika

dengan gejala tunggal yang khas, yaitu serangan berkala yang disebabkan oleh lepas

muatan listrik neuron kortikal secara berlebihan. (Mardjono, 1988)

Kejang yang timbul sekali, belum boleh dianggap sebagai epilepsi. Timbulnya

parestesia yang mendadak, belum boleh dianggap sebagai manifetasi epileptic. Tetapi

suatu manifestasi motorik dan sensorik ataupun sensomotorik ataupun yang timbulnya

secara tiba-tiba dan berkala adalah epilepsi. (Mardjono, 1988)

Bangkitan epilepsi merupakan fenomena klinis yang berkaitan dengan letupan

listrik atau depolarisasi abnormal yang eksesif, terjadi di suatu focus dalam otak yang

menyebabkan bangkitan paroksismal. Fokus ini merupakan neuron epileptic yang

sensitif terhadap rangsang disebut neuron epileptic. Neuron inilah yang menjadi sumber

bangkitan epilepsi. (Utama dan Gan, 2007)

Sistem saraf pusat merupakan pusat pengaturan informasi, dimana seluruh

aktivitas tubuh dikendalikan oleh sistem saraf pusat. Sistem saraf pusat terdiri atas otak

dan sumsum tulang belakang. Otak dilingdungi oleh tengkorak dan sumsum tulang

belakang dilindungi oleh ruas-ruas tulang belakang. Otak dan sumsum tulang belakang

dibungkus oleh selaput meningia yang melindungi sistem saraf halus, membawa

pembuluh darah, dan dengan mensekresi sejenis cairan yang disebut serebrospinal,

selaput meningia dapat memperkecil benturan dan guncangan. Meningia terdiri ata tiga

lapisan, yaitu piamater, arachnoid, dan duramater.

Susunan saraf pusat berkaitan dengan sistem saraf manusia yang merupakan

suatu jaringan saraf yang kompleks, sangat khusus dan saling berhubungan satu dengan

yang lain. Fungsi sistem saraf antara lain : mengkoordinasi, menafsirkan dan

mengontrol interaksi antara individu dengan lingkungan sekitarnya.

Stimulan sistem saraf pusat (SSP) adalah obat yang dapat merangsang serebrum

medula dan sumsum tulang belakang. Stimulasi daerah korteks otak-depan oleh se-

nyawa stimulan SSP akan meningkatkan kewaspadaan, pengurangan kelelahan pikiran

dan semangat bertambah. Contoh senyawa stimulan SSP yaitu kafein dan amfetamin.

Sistem saraf dapat dibagi menjadi sistem saraf pusat atau sentral dan sistem saraf

tepi (SST). Pada sistem syaraf pusat, rangsang seperti sakit, panas, rasa, cahaya, dan

suara mula- mula diterima oleh reseptor, kemudian dilanjutkan ke otak dan sumsum

tulang belakang. Rasa sakit disebabkan oleh perangsangan rasa sakit diotak besar.

Sedangkan analgetik narkotik menekan reaksi emosional yang ditimbulkan rasa sakit

tersebut. Sistem syaraf pusat dapat ditekan seluruhnya oleh penekan saraf pusat yang

tidak spesifik, misalnya sedatif hipnotik.

3

Page 4: Laporan Farmakologi 2 Stimulan Ssp Dan Antiepileptika

Obat – obat yang bekerja terhadap susunan saraf pusat berdasarkan efek

farmakodinamiknya dibagi atas dua golongan besar yaitu :

1. Merangsang atau menstimulasi yang secara langsung maupun tidak langsung

merangsang aktivitas otak, sumsum tulang belakang beserta syarafnya.

2. Menghambat atau mendepresi, yang secara langsung maupun tidak lansung

memblokir proses proses tertentu pada aktivitas otak, sumsum tulang belakang dan

saraf- sarafnya.

Obat yang bekerja pada susunan saraf pusat memperlihatkan efek yang sangat

luas (merangsang atau menghambat secara spesifik atau secara umum). Kelompok obat

memperlihatkan selektifitas yang jelas misalnya analgesik antipiretik khusus

mempengaruhi pusat pengatur suhu pusat nyeri tanpa pengaruh jelas.

Obat Susunan Saraf Pusat (SSP) adalah semua obat yang berpengaruh terhadap

sistem saraf pusat. Obat tersebut bereaksi terhadap otak dan dapat mempengaruhi

pikiran seseorang yaitu perasaan atau tingkah laku. Obat yang dapat merangsang SSP

disebut analeptika.

Klasifikasi Sistem Saraf Pusat

Obat yang bekerja terhadap SSP dapat dibagi dalam beberapa golongan besar,

yaitu:

a. Psikofarmaka (psikotropika), yang meliputi Psikoleptika (menekan atau

menghambat fungsi-fungsi tertentu dari SSP seperti hipnotika, sedativa dan

tranquillizers, dan antipsikotika); Psiko-analeptika (menstimulasi seluruh SSP, yakni

antidepresiva dan psikostimulansia (wekamin)).

b. Untuk gangguan neurologis, seperti antiepileptika, MS (multiple sclerosis), dan

penyakit Parkinson.

c. Jenis yang memblokir perasaan sakit: analgetika, anestetika umum, dan lokal.

d. Jenis obat vertigo dan obat migrain (Tjay, 2002).

Umumnya semua obat yang bekerja pada SSP menimbulkan efeknya

dengan mengubah sejumlah tahapan dalam hantaran kimia sinap (tergantung kerja

transmitter).

Pembagian obat susunan syaraf pusat:

• Anestetika

• Hipnotiv sedativ

• Antikonvulsan

• Antipartinson

4

Page 5: Laporan Farmakologi 2 Stimulan Ssp Dan Antiepileptika

• Antiepileptika

DIAZEPAM

Diazepam termasuk golongan obat benzidiazepin. Diazepam terutama digunakan

untuk terapi konvulsi rekuren, miksalnya status epileptikus. Obat ini juga bermanfaat

untuk terapi bangkitan parsial sederhana misalnya bangkitan klonik fokal dan

hipsaritmia yang refrrakter terhadap terapi lazim. Diazepam efektif pada bangkitan lena

karena menekan 3 gelombang paku dan ombak yang terjadi dalam satu detik. (Utama

dan Gan, 2007)

Untuk mengatasi bangkitan status epileptikus pada orang dewasa, disuntikkan

0,2 mg/kgBB dengan kecepatan 5 mg/menit diazepam IV secara lambat. Dosis ini dapat

diulang seperlunya dengan tenggang waktu 15-20 menit sampai beberapa jam. Dosis

maksimal 20-30 mg. Sedangkan pada anak-anak dapat diberikan diazepam IV dengan

dosis 0,15-0,30 mb/kgBB selama 2 menit dan dosis maksimal 5-10 mg.

Diazepam dapat mengendalikan 80-90% pasien bangkitan rekuren. Pemberian

per rektal dengan dosis 0,5 mg atau 1 mg/kgBB diazepam untuk bayi dan anak di bawah

11 tahun dapat menghasilkan kadar 500 μg/mL dalam waktu 2-6 menit bagi anak yang

lebih besar dan orang dewasa pemberian rektal tidak bermanfaat untuk mengatasi

kejang akut, karena kadar puncak lambat tercapai dan kadar plasmanya rendah.

Walaupun diazepam telah sering digunakan untuk mengatasi konvulsi rekuren,

belum dapat dipastikan kelebihan manfaatnya dibandingkan obat lain, seperti barbiturat

atau anastesi umum; untuk ini masih diperlukan suatu uji terkendali perbandingan

efektivitas.(UtamadanGan,2007).

III. Alat dan Bahan

a. Bahan

- Jarum suntik

- Papan bedah

- Timbangan

- Gunting bedah

- Tikus

b. Alat

- Amfetamin

- Luminal

- Diazepam

5

Page 6: Laporan Farmakologi 2 Stimulan Ssp Dan Antiepileptika

IV. Prosedur Kerja

Timbang berat badan tikus

Hitung VAO obat yang akan disuntikkan

Suntikkan Amfetamin 0,3 ml

Tunggu selama 5 menit

Setelah itu suntikkan obat secara IP

Amati

V. Hasil dan Pembahasan

1. Hasil

Kelompok Dosis BB VAOWaktu

15 menit 30 menit 45 menit 60 menit

1 Luminal 3,5 mg/200 g 156 g 0,39 ml

A GT A GT A GT A GT T F T F T F T F

EG RIT EG

RIT EG RIT EG

RIT

2 Luminal 3,5 mg/200 g 170 g 0,51 ml

A R A R A ET A K T F T RIT F JM R EG

EG RIT GP

R ET

MATI

GP

3 Diazepam 0,56 mg/200 g

184 g 0,515 mlA − R A − R A R A R T GP T − GP − T − GP − T − GP F − EG − F − EG F − EG F − EG

4Diazepam 0,7 mg/200

g 156 g 0,55 ml

A AG A AG A AG A AG T F T F T F T F −

GP TN GP

TN GP TN GP

TN

EG RIT EG

RIT EG − RIT EG −

RIT

5Diazepam 0,84

mg/200 g 181 g 0,76 ml

Ag R Ag

R Ag R Ag

R

RIT GP RIT

GP RIT GP RIT

GP

A GJM

A GJM

A GJM

A GJM

T BD T BD T BD T BD

6 Kontrol 169 g 1,69 ml

A GP A GP A GP A GP

RIT R RIT

R RIT R RIT

R

T F T F T F T F

6

Page 7: Laporan Farmakologi 2 Stimulan Ssp Dan Antiepileptika

CG CG

CG CG

Perhitungan :

ETANOL = 169 g x 0,5ml

10g /BB

= 8,45 ml

NaCl = 1% BB

= 1% x 169 g

= 1,69 ml

2. Pembahasan

Kejang merupakan respon terhadap muatan listrik abnormal di dalam otak.

Secara pasti, apa yang terjadi selama kejang tergantung kepada bagian otak yang

memiliki muatan listrik abnormal. Jika hanya melibatkan daerah yang sempit, maka

penderita hanya merasakan bau atau rasa yang aneh. Jika melibatkan daerah yang

luas, maka akan terjadi sentakan dan kejang otot di seluruh tubuh. Penderita juga

bisa merasakan perubahan kesadaran, kehilangan kesadaran, kehilangan

pengendalian otot atau kandung kemih dan menjadi linglung.

Antiepileptika adalah obat yang dapat menanggulangi serangan epilepsi

berkat khasiat antikonvulsinya, yakni meredakan konvulsi (kejang klonus hebat).

Semua obat antikonvulsi memiliki waktu paruh panjang, dieliminasi dengan lambat

dan berakumulasi dalam tubuh pada penggunaan kronis.

Pada praktikum kali ini tikus diberi obat amfetamin sebanyak 0,3 ml secara

ip sebagai penginduksi kejang. Setelah 5 menit tikus diberi obat diazepam sebagai

penenang. Diazepam termasuk golongan obat benzidiazepin. Diazepam terutama

digunakan untuk terapi konvulsi rekuren, miksalnya status epileptikus. Obat ini juga

bermanfaat untuk terapi bangkitan parsial sederhana misalnya bangkitan klonik

fokal dan hipsaritmia yang refrrakter terhadap terapi lazim. Diazepam efektif pada

bangkitan lena karena menekan 3 gelombang paku dan ombak yang terjadi dalam

satu detik.

7

Page 8: Laporan Farmakologi 2 Stimulan Ssp Dan Antiepileptika

Untuk memastikan daya kerja obat, dipastikan dengan melihat parameter

SSP yang terjadi pada tikus tersebut yaitu :

- Aktifitas meningkat

- Konvulsi

- Tremor

- Ekor Bergelombang

- Gerak Berputar

- Respirasi meningkat

- Aktivitas menurun

- Respirasi menurun

- Vasikulasi

- Rasa ingin tahu

- Jalan mundur

- Ekor tegang

- Kejang

Pada praktikum ini, kelompok kami mengerjakan kontrol dengan di

suntikkan NaCl 1,69 ml secara ip, dan dengan pengamatan selama 60’. Dalam 15

menit pertama sampai menit ke 60’, tikus percobaan kelompok kami rasa ingin

tahunya meningkat, tonus (otot) meningkat, aktivitasnya meningkat, terjadi tremor,

gerak berputar dan agresif. Kemudian fasikulasi dari menit ke 15 hingga ke 45’ serta

ekor bergelombang dari menit ke 15’ hingga menit ke 30’.

VI. Kesimpulan

1. Epilepsi adalah suatu penyakit yang ditandai dengan kecenderungan untuk

mengalami kejang berulang. Kejang merupakan akibat dari pembebasan listrik

yang tidak terkontrol dari sel saraf korteks serebral yang ditandai dengan

serangan tiba-tiba, terjadi gangguan kesadaran ringan, aktivitas motorik, atau

gangguan fenomena sensori.

2. Sistem saraf pusat merupakan pusat pengaturan informasi, dimana seluruh

aktivitas tubuh dikendalikan oleh sistem saraf pusat. Sistem saraf pusat terdiri

atas otak dan sumsum tulang belakang.

3. Untuk memastikan daya kerja obat, dipastikan dengan melihat parameter SSP

yang terjadi pada tikus tersebut yaitu :

Aktifitas meningkat

8

Page 9: Laporan Farmakologi 2 Stimulan Ssp Dan Antiepileptika

Konvulsi

Tremor

Ekor Bergelombang

Gerak Berputar

Respirasi meningkat

Aktivitas menurun

Respirasi menurun

Vasikulasi

Rasa ingin tahu

Jalan mundur

Ekor tegang

Kejang

4. Obat yang digunakan pada praktikum ini yaitu :

Diazepam

Luminal

Obat yang digunakan sebagai penginduksi kejang yaitu amfetamin

VII. Jawaban Pertanyaan

1. Diskusikan tipe kejangan yang diamati !

Jawab :

Tipe kejangan yang diamati adalah kejangan tonik dan klonik. Dimana

kematian terjadi apabila kejangan tonik yang meliputi pola keseluruhan otot

kerangka, termasuk otot pernafasan, sehingga kematian makhluk hidup terjadi

sebagai akibat tidak bernafas. Kesukaran bernafas merupakan kejangan apabila ikut

terlibat otot otot pernafasan.

2. Diskusikan apakah menurut saudara barbital sama efektif dengan diazepam untuk

mengatasi stimulant SSP oleh pentetrazol?

Jawab :

Golongan barbiturat, sangat efektif sebagi anti konvulsi, paling sering

digunakan pada serangan grand mal. Contoh fenobarbital dan piramidon.   Grand

mal (tonik-tonik umum ) Timbul serangan-serangan yang dimulai dengan kejang-

kejang otot hebat dengan pergerakan kaki tangan tak sadar yang disertai jeritan,

mulut berbusa,mata membeliak dan disusul dengan pingsan dan sadar kembali.

9

Page 10: Laporan Farmakologi 2 Stimulan Ssp Dan Antiepileptika

Berdasarkan efek kejang yang dapat diatasi oleh barbital maka barbital dapat

dikatakan sama efektif dengan diazepam dalam mengatasi kejang, terutama kejang

yang bermula pada otot ataupun yang disebabkan oleh pentetrazol.

3. Obat obat lain apa sajakah yang dapat menggantikan peranan diazepam dalam

eksperimen ini?

Jawab :

Golongan hidantoin, adalah obat utama yang digunakan pada hamper semua

jenis epilepsi. Contoh fenitoin.

Golongan barbiturat, sangat efektif sebagi anti konvulsi, paling sering digunakan

pada serangan grand mal. Contoh fenobarbital dan piramidon.

Golongan karbamazepin, senyawa trisiklis ini berkhasiat antidepresif dan anti

konvulsif.

Golongan benzodiazepine, memiliki khasiat relaksasi otot, hipnotika dan

antikonvulsiv yang termasuk golongan ini adalah desmetildiazepam yang

aktif,klorazepam, klobazepam.

Golongan asam valproat, terutama efektif untuk terapi epilepsy umum tetapi

kurang efektif terhadap serangan psikomotor. Efek anti konvulsi asam valproat

didasarkan meningkatkan kadar asam gama amino butirat acid.

4. Diskusikan apa saja criteria farmakodinamik untuk suatu obat antiepileptic.

Sehubungan dengan isu apakah diazepam cukup baik sebagai antiepileptika.

Jawab :

Criteria farmakodinamik untuk obat antiepileptika adalah memberikan efek

antikonvulsi tanpa menyebabkan depresi pada system SSP. Obat antiepileptika

hendaknya bisa berefek ketika digunakan dalam dosis yang rendah dan terendah.

5. Diskusikan cara lain untuk mengevaluasi efek suatu antiepileptika prospektif.

Jawab :

Cara untuk mengevaluasi efek suatu antiepileptika adalah dengan

mencobakan pada hewan percobaan yang telah diinduksi dengan pentetrazol (obat

yang dalam dosis tinggi dapat menyebabkan kejang) ataupun seperti dalam

praktikum menggunakan amphetamine sebagai penginduksi kejang sehingga didapat

10

Page 11: Laporan Farmakologi 2 Stimulan Ssp Dan Antiepileptika

hasil bahwa obat tersebut dalam dosis yang telah ditentukan memberikan efek yang

diinginkan.

Sehingga didapatkan perbandingan efektivitas obat dengan berbagai konsentrasi dan

dosis, dan juga untuk pemakain dalam jangka waktu lama.

11

Page 12: Laporan Farmakologi 2 Stimulan Ssp Dan Antiepileptika

DAFTAR PUSTAKA

Farmakologi.1995.Farmakologi dan Terapi.Edisi 4.Gaya Baru:Jakarta

Katzung, Bertram G, (2004), Basic & clinical pharmacology, 9th Edition, Lange

Medical Books/Mcgraw-Hill: New York, Hal : 6, 152 (e-book version of the text).

Kee,Hayes.1996.Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan.Jakarta:EGC

Louisa M & Dewoto HR . 2007. Perangsangan Susunan Saraf Pusat . Dalam :

Farmakologi dan Terapi, edisi 5. Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta, hal. 247-248

Mardjono, M. 1988. Neurologi Klinis Dasar. Dian Rakyat : Jakarta, hal. 439-441; 444

Medicastore. 2008. Kejang. Apotek Online dan Media Informasi Obat Penyakit.

(online), (http://www.medicastore.com, diakses 4 Mei 2008)

Nurmeilis, dkk. 2009. Penuntun Praktikum Farmakologi. Program Studi Farmasi FKIK

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Universitas Indonesia. 2008. Farmakologi dan Terapi. Departemen Farmakologi dan

Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Tan hoan tjay DRS.&Kirana rahardja DRS.1978, Obat-obat penting,edisi ke lima,PT

Elex Media Konputindo ,Gramedia,Jakarta.

12