Upload
eful-dave
View
547
Download
29
Embed Size (px)
Citation preview
Tanggal Praktikum : 23 April 2012
Penentuan Kadar Vitamin C, Kafein, dan Natrium Benzoat Dalam Sampel Minuman
Dengan Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (HPLC)
A. Tujuan Praktikum
1. Memahami cara kerja instrumen HPLC untuk analisis kuantitatif.
2. Mempreparasi sampel minuman dengan tepat dan akurat, serta dapat mengikuti
manual pengoperasian HPLC.
3. Menentukan kadar vitamain C, Kafein, dan Natrium Benzoat dalam sampel
minuman.
B. Tinjauan Pustaka
Teknik HPLC merupakan suatu metode kromatografi cair-cair, yang dapat
digunakan baik untuk keperluan pemisahan maupun analisis kuantitatif. Kromatografi
sendiri merupakan metode analisis yang didasarkan pada pemisahan komponen-
komponen dalam campuran (zat terlarut) karena perbedaan laju migrasi komponen-
komponen yang melalui dua fasa berbeda yaitu fasa diam dan fasa gerak.
Kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) banyak digunakan secara luas untuk
berbagai macam keperluan analisis, diantaranya untuk menetapkan kadar senyawa-
senyawa tertentu seperti asam-asam amino, asam-asam nukleat dan protein-protein
dalam cairan fisiologis, serta untuk menentukan kadar senyawa-senyawa aktif dalam
obat dan lain-lain.
Jenis interaksi antara komponen-komponen dalam suatu sampel diantara fasa
diam dan fasa gerak atau perbedaan distribusi komponen sampel diantara dua fasa
sangat menentukan hasil analisis dari HPLC ini. Terdapat berbagai macam interaksi
atau jenis retensi solut diantara dua fasa yang berbeda, jenis interaksi tersebut
digolongkan kedalam jenis kromatografi sebagai berikut:
1. Kromatografi Adsorpsi
Kromatografi ini sangat cocok untuk memisahkan senyawa-senyawa yang
relatif polar. Biasanya kromatografi jenis ini menggunakan fasa gerak nonpolar
dan fasa diam polar sehingga sering disebut sebagai HPLC fasa normal. Pada
kromatografi jenis ini digunakan fasa diam berupa suatu adsorben, adsorben yang
banyak digunakan yakni partikel-partikel silika atau alumina. Untuk mengontrol
retensi solut, biasanya ditambahkan sedikit senyawa polar kepada fasa gerak
sebagai modifier. Modifier akan bersaing dengan molekul-molekul solut untuk
berinteraksi dengan adsorben.
2. Kromatografi partisi
Kromatografi partisi merupakan kromatografi fasa terbalik dimana fasa gerak
lebih polar daripada fasa diamnya. Fasa geraknya harus dijenuhkan dengan zat
cair fasa diam untuk mengurangi erosi lapisan fasa diam. Fasa gerak dan fasa
diam beberapa senyawa sangat kuat atau tidak tertahan sama sekali pada fasa
diamnya.
3. Kromatografi fasa terikat
Kromatografi ini adalah jenis kromatgrafi yang cukup sering digunakan,
kromatografi fasa terikat memiliki persamaan dengan kromatografi partisi. Pada
kromatografi ini, adsorben fasa terikat terdiri dari partikel silika yang
dimodifikasi secara kimia dengan rantai alkil. Fasa terikat merupakan fasa yang
stabil. Jenis kromatografi ini memiliki keterulangan waktu retensi yang baik.
4. Kromatografi penukar ion
Fasa gerak dalam kromatografi penukaran ion yang sering digunakan adalah
campuran air yang mengandung sedikit metanol atau pelarut organik lain yang
bercampur dengan air. Pelarut ini juga mengandung senyawa-senyawa ionisasi
dalam bentuk buffer. Kekuatan pelarut dan selektivitas ditentukan oleh jenis dan
konsentrasi bahan-bahan tambahan ini. Umunya, ion-ion dari fasa gerak bersaing
dengan ion analit untuk memperebutkan tempat paking panukaran ion. Fasa diam
dalam kromatografi penukaran ion dapat berupa penukaran ion asam sulfonat
untuk kation atau penukar ion amin untuk anion.
Terdpat beberapa hal yang perlu diperhatikan saat pemilihan komponen
penyusun instrumen HPLC, diantaranya:
1. Memilih Fase Diam
Fase diam adalah adsorben dan pemisahan didasarkan pada adsorpsi berulang
dan desorpsi bahan terlarut (analit). Bahan terlarut ditambahkan ke sistem padat
(misal silika) cair atau seton.
2. Memilih Fase Gerak
Di dalam kromatografi cair komposisi dari solven atau fasa gerak adalah salah
satu dari variabel yang mempengaruhi pemisahan. Terdapat variasi yang sangat
luas pada solven yang digunakan untuk KCKT, tetapi ada beberapa sifat umum
yang harus dipenuhi, diantaranya :
a. Murni, tidak terdapat kontaminan
b. Tidak bereaksi dengan wadah (packing)
c. Sesuai dengan detektor
d. Melarutkan sampel
e. Memiliki visikositas rendah
f. Bila diperlukan, memudahkan "sample recovery"
g. Diperdagangan dapat diperoleh dengan harga murah (reasonable price)
Umumnya, semua solven yang sudah digunakan langsung dibuang karena
prosedur pemuriannya kembali mahal biayanya.
Penerapan kromatografi cairan kinerja tinggi dapat dilakukan dengan dua
mode oprasional, yaitu :
1. Cara Isokratik
Dimana aliran elusi tetap (konstan) dan ketetapan komposisi dari fase gerak
tetap berlaku.
2. Cara Gradient Elution
Dimana aliran konstan dan perubahan komposisi dari fase gerak terjadi. Elusi
Gradien didefinisikan sebagai penambahan kekuatan fasa gerak selama analisis
kromatografi berlangsung. Efek dari Elusi Gradien adalah mempersingkat waktu
retensi dari senyawa-senyawa yang tertahan kuat pada kolom. Apabila
dibandingkan dengan elusi isokratik, elusi gradien menawarkan beberapa
keuntungan :
a. Total waktu analisis dapat direduksi
b. Resolusi persatuan waktu setiap senyawa dalam campuran bertambah
c. Ketajaman Peak bertambah (menghilangkan tailing)
d. Efek sensitivitas bertambah karena sedikit variasi pada peak
Perlu diperhatikan juga bahwa pada KCKT jenis elusi yang sering digunakan
adalah elusi fase terbalik atau “reverse phase chromatography”. Jenis elusi ini
menunjukkan bahwa fase diam yang digunakan bersifat non-polar dan fase gerak
bersifat polar.
Pada analisis menggunakan jenis elusi terbalik akan menyebabkan komponen
yang bersifat polar akan terelusi terlebih dahulu. Hal ini diakibatkan oleh semakin
polar sifat suatu komponen, maka semakin lemah interaksi yang terjadi dengan fasa
diam yang bersifat non polar dan hal ini menyebabkan komponen yang bersifat lebih
polar akan terelusi lebih dulu. Artinya komponen yang lebih polar akan lebih kuat
terdistribusi pada fasa geraknya.
Secara umum mekanisme kerja alat HPLC dimulai dengan pelarut sebagai fasa
gerak akan dialirkan dengan menggunakan bantuan pompa bertekanan tinggi,
akibatnya laju alir dari fasa gerak akan bergerak secara cepat. Selanjutnya sampel
akan dinjeksikan pada bagian alat injektor, dengan adanya fasa gerak sampel tersebut
akan terbawa kedalam kolom HPLC. Didalam kolom akan terjadi proses pemisahan
komponen-komponen sampel berdasarkan distribusinya didalam dua fasa yang
berbeda. Kemudian komponen-komponen sampel yang telah dipisahkan dan yang
terelusi terlebih dahulu akan mencapai detektor dan diterjemahkan dalam bentuk
kromatogram. Berikut bagan skematis kerja alat HPLC.
Gambar 1. Bagan skematis kerja alat HPLC secara umum
Gambar 2. Skema lengkap alat HPLC
Adapun bagian-bagian dari alat HPLC dijelaskan sebagai berikut:
1. Unit pendorong eluen
Unit ini terdiri dari peralatan reservoir yang berupa pompa bertekanan tinggi.
Uni HPLC ini berfungsi untuk mengalirkan fasa gerak cair malalui kolom yang
berisi serbuk halus. Pompa yang dapat digunakan dalam HPLC harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
a. Menghasilkan tekanan sampai 600 psi.
b. Kecepatan alir berkisar antara 0,1-10 mL/menit.
c. Bahan tahan korosi.
Biasanya pada alat reservoir tersebut dilengkapi dengan sistem penghilang gas
terlarut. Karena jika adanya gas yang ikut kedalam alat HPLC dapat
menyebabkan gangguan pada sistem kolom sehingga mempengaruhi hasil
pengukuran yang dapat dilihat dari adanya pelebaran puncak (peak)
kromatogram.
2. Sistem pemasukan cuplikan
Kebanyakan pemasukan cuplikan ke dalam kolom dapat menyebabkan band
broadening. Oleh karena itu, cuplikan yang dimasukan harus sekecil mungkin,
hanya beberapa puluh mikroliter saja. Teknik pemasukan cuplikan kedalam sistem
HPLC dapat dilakukan dengan cara injeksi srynge, injeksi “stop-flow”, atau kran
cuplikan.
Alat yang sering digunakan untuk memasukkan cuplikan adalah syringe.
Syringe disuntikkan melalui septum (seal karet) dan untuk ini dirancang syringe
yang tahan tekanan sampai 1500 psi.
Injeksi stop-flow adalah jenis injeksi syringe kedua tapi di sini aliran pelarut
dihentikan sementara, sambungan pada ujung kolom dibuka dan cuplikan
disuntikan langsung ke dalam ujung kolom. Setelah menyambungkan kembali
kolom maka pelarut dialirkan kembali.
Injeksi kran cuplikan. Jenis pemasukan cuplikan ini disebut juga loop dan
paling banyak digunakan. Untuk memasukan cuplikan ke dalam aliran fasa gerak
melalui injeksi kran dapat dilakukan dengan cara Sejumlah volume cuplikan
disuntikkan ke dalam loop dalam posisi “load”, cuplikan masih berada dalam
loop. Kemudian Kran diputar untuk mengubah cuplikan “load” menjadi posisi
“injeksi” kemudian sampel diinjeksikan dan fasa gerak membawa cuplikan ke
dalam kolom.
3. Unit Kolom
Sampel yang telah diinjeksikan melalui unit injeksi selanjutnya akan dibawa
oleh fasa gerak kemudian masuk ke unit kolom. Pada unit klom ini terjadi
pemisahan komponen-komponen sampel berdasarkan kekuatan distribusi setiap
komponen pada dua fasa yang berbeda. Pada HPLC biasanya digunakan fasa diam
berupa zat cair yang bersifat non-polar dan fasa gerak berupa zat cair yang bersifat
polar. Komponen-komponen dari sampel yang memiliki sifat lebih non-polar akan
tertahan lebih lama dikolom atau distribusinya lebih banyak pada fasa diam,
sedangkan komponen yang lebih bersifat polar akan terelusi lebih cepat karena
distribusinya lebih banyak pada fasa geraknya. Komponen yang bersifat lebih
polar tersebut akan lebih cepat mencapai detektor. Lamanya suatu komponen
sampel tertahan didalam kolom atau terdistribusi didalam fasa diam disebut waktu
retensi. Waktu retensi ini bersifat spesifik untuk setiap analit. Fasa diam yang
banyak digunakan adalah C-18. Selain C-18 terdapat pula berbagai macam fasa
diam diantaranya C-8 dan cyanopropyl. Inti dari HPLC ini sama dengan
kromatografi GC yakni terlatak pada unit pemisahan pada kolom.
4. Detektor
Komponen-komponen sampel yang lebih dahulu terelusi akan mencapai
detektor. Jenis detektor yang digunalkan harus disesuaikan dengan dengan analit
yang akan ditentukan, namun secara umum ada beberapa hal yang menjadi
pertimbangan dalam pemilihan detektor, antara lain:
a. Detektor harus cukup sensitif
b. Stabilitas dan keterulangan tinggi
c. Respon linear terhadap solut
d. Waktu respon pendek sehingga tidak bergantung alir
e. Reliabilitas tinggi dan mudah digunakan
f. Tidak merusak cuplikan.
Terdapat berbagai macam detektor seperti detektor UV, detekot elekrokimia,
dan detektor fluorometrik. Namun yang paling banyak digunakan adalah jenis
detektor UV. Detektor UV terutama digunakan untuk pendeteksian senyawa-
senyawa organik. Detektor UV dilengkapi dengan pengatur panjang gelombang
sehingga panjang gelombang UV yang digunakan dapat dipilih disesuaikan
dengan jenis cuplikan yang diukur.
5. Rekorder
Hasil pembacaan oleh detektor selanjutnya akan diterjemahkan oleh alat
rekorder dalam bentuk kromatogram. Hasil pembacaan alat rekoder dalam bentuk
kromatogram tersebut memuat informasi mengenai waktu retensi dan lebar
puncak tiap analit. Dengan data-data tersebut penentuan secara kuantitaif analit
yang ada didalam sampel dapat dilakukan. Dengan waktu retensi sebagai identitas
dari setiap analit sehingga dapat ditentukan jenis analit secara kaualitatif,
sedangkan lebar puncak tiap analit dapat digunakan dalam perhitungan jumlah
tiap-tiap analit yang terdapat didalam sampel
C. Alat dan Bahan praktikum
Alat:
1. Perangkat alat HPLC 1 set
2. Gelas ukur 50 ml 1 buah
3. Gelas ukur 10 ml 5 buah
4. Spatula 1 buah
5. Gelas kmia 100 ml 1 buah
6. Pipet tetes 2 buah
7. Neracaanalitik 1 set
8. Alat vibrator 1 set
9. Membran PTFE
Bahan:
1. Padatan vitamin C 1,4 mg
2. Padatan kafein 5,3 mg
3. Padatan natrium benzoat 2,6 mg
4. Aqudes
5. sampel minuman kratingdeng
D. Prosedur Kerja Praktikum
1. Pembuatan larutan induk vitamin C, kafein, dan asam benzoat
Ditimbang vitamin C sebanyak 1 mg, kafein sebanyak 5 mg, dan natrium
benzoat sebanyak 2,5 mg. Kemudian ketiga nya dicampurkan dalam gelas kimia
100 ml, lalu dilarutkan dengan fasa gerak yang telah disediakan dan diaduk
hingga larutan homogen. Kemudian dimasukan kedalam labu takar 50 ml.
Selanjutnya diencerkan dengan menambahkan fasa gerak sampai tanda batas.
Larutan induk vitamin C, kafein, dan asam benzoat siap digunakan.
2. Pembuatan deret larutan standar
Dipipet larutan induk masing-masing sebanyak 1 ml, 2 ml, 3 ml,4 ml dan 5 ml.
Kemudian masing-masing dimasukan kedalam labu takar 10 ml. Selanjutnya
diencerkan dengan larutan fasa gerak yang telah disediakan hingga tanda batas.
Lalu masing-masing larutan tersebut di saring dengan PTFE dan hasil saringan
dimasukan ke dalam masing-masing botol vial yang telah diberi label. Selanjutnya
larutan deret standar didegassing selama 7 menit. Larutan standar siap ukur.
3. Pembuatan larutan sampel dari sampel minuman
Dipipet sebanyak 5 ml sampel minuman kratingdeng. Kemudian dimasukan
kedalam labu takar 10 ml dan dencerkan dengan larutan fasa gerak hingga tanda
batas. Kemudian disaring dengan PTFE dan hasil saringan ditampung dalam botol
vial. Selanjutnya sampel yang ada dalam botol vial didegassing dengan alat
ultrasobic vibrator selama 7 menit. Larutan sampel siap ukur.
4. Pengukuran dengan alat instrumen HPLC
Instrumen HPLC dihidupkan kemudian kondisikan instrument HPLC sesuai
Dengan parameter pengukuran yang dikehendaki. Fasa gerak diatur dengan sistem
elusi gradien. Kolom yang digunakan C-18. Panjang gelombang diatur pada 254
nm. Laju alir sebesar 0,75 ml/menit. Volume injeksi sebanyak 25 mikroliter.
Pastikan kabel penghubung listrik telah tersambung dengan benar. Setelah itu
tekan tombol “ON” pada sakelar listrik. Isi botol fasa gerak dengan volume
memadai dan kosongkan botol penampung. Tekan tombol “ON” pada alat,
berturut-turut untuk power, detektor dan pompa. Lakukan pemograman alat
dengan computer. Ikuti langkahnya sesuai dengan instruksi computer. Pilih mode
yang digunakan sesuai dengan parameter kondisi instrument. Apabila
kromatogram telah menunjukkan base line mendatar, maka instrument siap
digunakan. Injeksikan larutan standar secarea berurutan (mulai dari konsentrasi
terendah) dan larutan sampel. Cetak hasil pengukuran dan catat kondisi
percobaannya.
E. Hasil dan Analisis Data
Hasil percobaan
1. Data hasil analisis larutan standar Vitamin C
Tabel Data Pengukuran Larutan deret Standar Vitamin CC area
2.8 2372515.6 4557828.4 699365
11.2 96123214 1157044
Kurva kalibrasi larutan deret standar Vitamin C
2 4 6 8 10 12 14 160
200000
400000
600000
800000
1000000
1200000
1400000
f(x) = 83617.2597402598 xR² = 0.999678234545798
VITAMIN C
VITAMIN C
Linear (VITAMIN C)
Berdasarkan kurva yang dihasilkan, maka persamaan garis yang didapatkan
adalah y = 83617x ; y= luas area Maka,
Maka, y = 83617x
21146= 83617x
X= 0.2528 ppm
Jadi, konsentrasi vit C dalam sampel = 0.2528 ppm
2. Data hasil analisis larutan standar Kafein
TabeldatapengukuranLarutan Derat standar kafein
Kurva kalibrasi larutan deret standar Kafein
0 10 20 30 40 50 600
500000
1000000
1500000
2000000
2500000
f(x) = 40377.5334476844 xR² = 0.999660451255852
KAFEIN
KAFEINLinear (KAFEIN)
Berdasarkan kurva yang dihasilkan, maka persamaan garis yang didapatkan
adalah y = 40378x ; y= luas area Maka,
Maka, y = 40378x
84518= 40378x
X= 20.9317 ppm
Jadi, konsentrasi Kafein dalam sampel = 20.9317 ppm
c area10.6 45801121.2 81294631.8 128028142.4 173677453 2133652
3. Data hasil analisis larutan standar Natrium Benzoat
Tabel Data Pengukuran Larutan deret Standar Natrium BenzoatC area
5.2 4098810.4 8795115.6 12897320.8 17783226 215248
Kurva kalibrasi larutan deret standar Natrium Benzoat
0 5 10 15 20 25 300
50000
100000
150000
200000
250000
f(x) = 8361.45804195804 xR² = 0.999718484942364
NATRIUM BENZOAT
NATRIUM BENZOATLinear (NATRIUM BENZOAT)
Berdasarkan kurva yang dihasilkan, maka persamaan garis yang didapatkan
adalah y = 8361.x; y= luas area Maka,
Maka, y = 8361.x
75969= 8361.x
X= 9.0855 ppm
Jadi, konsentrasi Kafein dalam sampel = 9.0855 ppm
Analisis Data
Percobaan yang telah dilakukan adalah penentuan kadar vitamin c, kafein, dan
natrium benzoate dalam sampel minuman Kratingdieng dengan metode HPLC. Tujuan
dari praktikum ini untuk menentukan kadar vitamin c, kafein, dan natrium benzoate dalam
botol minuman kratingdieng dengan teknik HPLC.
Mekanisme pemisahan yang dilakukan adalah partisi, kerena fasa gerak dan fasa diam
dalam metoda HPLC berupa cair-cair. Sampel yang digunakan adalah minuman
kratingdieng yang mengandung kafein 50 mg dan zat lain dalam tiap sajinya (keterangan
dari botolnya). Jenis HPLC yang digunakan adalah fasa terbalik, yaitu fasa diam non polar
dan fasa gerak bersifat polar. Fasa gerak yang digunakan adalah campuran antara larutan
KH2PO4 dan asetonitril dengan perbandingan 60:40. Sedangkan fasa diamnya berupa
cairan yang permukaannya dilapisi okta desil silan (C18) yang bersifa non polar. jadi
senyawa non polar akan tertahan lebih lama di dalam kolom yang non-polar sedangkan
senyawa yang polar akan keluar lebih cepat dan mencapai detector lebih dulu.
Sampel yang akan digunakan disaring terlebih dahulu dengan membrane PTFE untuk
menghindari partikel-partikel kecil/ pengotor yang dapat menyumbat kolom ketika fasa
gerak dialirkan dan akan mengacaukan analisis sampel. Selain melakukan penyaringan ada
juga perlakuan yang lain yaitu larutan didegassing menggunakan ultrasonic vibrator. Hal
ini dilakukan untuk menghomogenkan larutan dan menghilangkan gas-gas yang mungkin
aa dalam larutan. Karena jika terdapat gas dalam larutan yang akan diinjeksikan pada alat
HPLC, gas tersebut akan berkumpul terutama dan detector sehingga akan mengganggu
interpretasi kromatogram.
Didalam larutan sampel terdapat senyawa yang memiliki gugus kromofor berupa
gugus benze, ikatan rangkap dll. Adanya gugus kromofor tersebut menyebabkan senyawa
ini dapat menyerap sinar uv. Dengan menyerap sinar uv akan terjadi transisi electron.
Absorbsi akibat transisi electron inilah yang akan menunjukkan konsentrasi senyawa
tersebut. Hal ini sesuai dengan hokum lambert-Beer. A=ε . b. c dimana absorbansi
sebanding dengan konsentrasi. Karena dapat menyerap sinar uv. Maka detector yang
digunakan detector uv.
Instrument HPLC dapat digunakan untuk analisis kualitatif maupun analisis
kuantitatif. Analisis kuantitatif dapat dilihat dari pengukuran luas puncak/area dari analit
pada kromatogram yang dibandingkan dengan luas area standar dengan menggunakan
kurva kalibrasi, pada percobaan kali ini digunakan dua deret larutan standar. Analisis
Kualitatif dapat dilihat dari waktu retensinya yang dibandingkan dengan standar.
Pada perhitungan konsentrasi vitamin c, kafein dan natrium benzoate, konsentrasi data
yang terhitung secara berturut-turut adalah 0.2528 ppm, 20.9317 ppm, dan 9.0855 ppm.
Dari hasil perhitungan tersebut adanya ketidak sesuaian kadar yang tertera pada botol
minuman tersebut dengan hasil perhitungan yang diperoleh. hal ini kemungkinan terjadi
disebabkan karena beberapa factor, diantaranya adanya unsur kesengajaan dari petugas/
pegawai dalam pembuatan minuman tersebut. Selain itu dimungkinkan kurangnya
ketelitian dalam melakukan pekerjaan pada saat pengujian minuman tersebut.
Setelah sampel diukur, didapat kromatogram dari sampel. Kemudian dibuat kurva
kalibrasi dari larutan standar. Setelah dilakukan pengolahan data, maka didapatlah kadar
perhitungan konsentrasi vitamin c, kafein dan natrium benzoate, konsentrasi data yang
terhitung secara berturut-turut adalah 0.2528 ppm, 20.9317 ppm, dan 9.0855 ppm.
F. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan penetuan kadar vitamin c, kafein dan natrium benzooat dalam
sampel minuman kratingdieng menggunakan instrument HPLC, didapatkan kadar vitamin c
dalam sampel sebesar 0.2528 ppm, untuk Kafein 20.9317 ppm, dan untuk natrium benzoate
sebesar 9.0855 ppm
G. Daftar Pustaka
Hendayana, Sumar. (1994). Kmia Instrumen Edisi Kesatu. Semarang : IKIP Semarang Press.
Hendayana, Sumar. (2006). Kimia Pemisahan Metode Kromatografi
dan Elektroforensis Modern.Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Putra, Effendy De Lux. (2004). Kromatografi Cair Kinerja Tinggi dalam Bidang Farmasi.
Sumatera Utara : Jurusan Farmasi FMIPA USU.
Suhanda, Hokcu. (2001). Handout Perkuliahan Kimia Analitik Instrumen :KCKT/HPLC.
Jurusan Pendidikan Kimia UPI : tidak diterbitkan.
Tim Kimia Analitik Instrumen. (2010). Penuntun Praktikum Kimia Analitik Instrumen
(KI-431).Bandung : Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI
H. Lampiran
Perhitungan
1. Pembuatan larutan KH2PO4
Diketahui: [KH2PO4] = 0.01 M
Volume =500 ml=0.5 ml
Ditanya :massa KH2PO4?
Penyelesaian : Mol KH2PO4=Molaritas x volume
=0.01 M x 0.5 L
=0.005 mol
Massa KH2PO4= mol x massa relarif (Mr)
= 0.05 mol x 136 g/mol
=0.68 gram
Jadi, massa untuk pembuatan larutan KH2PO4 sebesar 0.68 gram
2. Perhitungan Konsentrasi Vitamin C, Kafein, Natrium Benzoat
Vitamin C
Diketahui : massa vit.c = 1.4 mg
Volume =50 ml=0.05 L
Ditantanya :konsentrasi vit. C?
Penyelesaian : konsentrasi vit.c = mgl
=1.4 mg0.05 L
=28 ppm
Kafein
Diketahui : massa kafein = 5.3 mg
Volume =50 ml=0.05 L
Ditantanya :konsentrasi Kafein?
Penyelesaian : konsentrasi vit.c = mgl
=5.3 mg0.05 L
=106 ppm
Natrium Benzoat
Diketahui : massa Natrium Benzoat = 1.4 mg
Volume =50 ml=0.05 L
Ditantanya :konsentrasi Natrium Benzoat?
Penyelesaian : konsentrasi Natrium Benzoat= mgl
=2.6 mg0.05 L
=52 ppm
3. Pengenceran untuk Vitamin C, Kafein, Natrium Benzoat untuk yang 1 ml
Vitamin C
M1.V1= M2. V2
28 ppm. 1ml= M2. 10 ml
M2=28 ppm .1 ml
10 ml
M2=2.8 ppm
Kafein
M1.V1= M2. V2
106 ppm. 1ml= M2. 10 ml
M2=106 ppm .1ml
10 ml
M2=10.6 ppm
Natrium Benzoat
M1.V1= M2. V2
52 ppm. 1ml = M2. 10 ml
M2=52 ppm .1 ml
10 ml
M2=5.2 ppm
4. Pengenceran untuk Vitamin C, Kafein, Natrium Benzoat untuk yang 2 ml
Vitamin C
M1.V1= M2. V2
28 ppm. 2 ml = M2. 10 ml
M2=28 ppm .2 ml
10 ml
M2=5.6 ppm
Kafein
M1.V1= M2. V2
106 ppm. 2 ml= M2. 10 ml
M2=106 ppm .2ml
10 ml
M2=21.2 ppm
Natrium Benzoat
M1.V1= M2. V2
52 ppm. 2 ml = M2. 10 ml
M2=52 ppm .2 ml
10 ml
M2=15.6 ppm
5. Pengenceran untuk Vitamin C, Kafein, Natrium Benzoat untuk yang 3 ml
Vitamin C
M1.V1= M2. V2
28 ppm. 3 ml = M2. 10 ml
M2=28 ppm .3 ml
10 ml
M2=8.4 ppm
Kafein
M1.V1= M2. V2
106 ppm. 3 ml= M2. 10 ml
M2=106 ppm .3 ml
10 ml
M2=31.8 ppm
Natrium Benzoat
M1.V1= M2. V2
52 ppm. 3 ml = M2. 10 ml
M2=52 ppm .3ml
10 ml
M2=15.6 ppm
6. Pengenceran untuk Vitamin C, Kafein, Natrium Benzoat untuk yang 4 ml
Vitamin C
M1.V1= M2. V2
28 ppm. 4 ml = M2. 10 ml
M2=28 ppm .4 ml
10 ml
M2=11.2 ppm
Kafein
M1.V1= M2. V2
106 ppm. 4 ml= M2. 10 ml
M2=106 ppm .4ml
10 ml
M2=42.4 ppm
Natrium Benzoat
M1.V1= M2. V2
52 ppm. 4 ml = M2. 10 ml
M2=52 ppm .4 ml
10 ml
M2=20.8 ppm
7. Pengenceran untuk Vitamin C, Kafein, Natrium Benzoat untuk yang 5 ml
Vitamin C
M1.V1= M2. V2
28 ppm. 5 ml = M2. 10 ml
M2=28 ppm .5 ml
10 ml
M2=14 ppm
Kafein
M1.V1= M2. V2
106 ppm. 5 ml= M2. 10 ml
M2=106 ppm .5 ml
10 ml
M2=53 ppm
Natrium Benzoat
M1.V1= M2. V2
52 ppm. 5 ml = M2. 10 ml
M2=52 ppm .5 ml
10 ml
M2=26 ppm
Data Pengamatan
1. Data hasil analisis larutan standar Vitamin C
Tabel Data Pengukuran Larutan deret Standar Vitamin CC area
2.8 2372515.6 4557828.4 699365
11.2 96123214 1157044
Kurva kalibrasi larutan deret standar Vitamin C
2 4 6 8 10 12 14 160
500000
1000000
1500000
f(x) = 83617.2597402598 xR² = 0.999678234545798
VITAMIN C
VITAMIN C
Linear (VITAMIN C)
Berdasarkan kurva yang dihasilkan, maka persamaan garis yang didapatkan
adalah y = 83617x ; y= luas area Maka,
Maka, y = 83617x
21146= 83617x
X= 0.2528 ppm
Jadi, konsentrasi vit C dalam sampel = 0.2528 ppm
2. Data hasil analisis larutan standar Kafein
TabeldatapengukuranLarutan Derat standar kafein
Kurva kalibrasi larutan deret standar Kafein
0 10 20 30 40 50 600
500000
1000000
1500000
2000000
2500000
f(x) = 40377.5334476844 xR² = 0.999660451255852
KAFEIN
KAFEINLinear (KAFEIN)
Berdasarkan kurva yang dihasilkan, maka persamaan garis yang didapatkan
adalah y = 40378x ; y= luas area Maka,
Maka, y = 40378x
84518= 40378x
X= 20.9317 ppm
Jadi, konsentrasi Kafein dalam sampel = 20.9317 ppm
3. Data hasil analisis larutan standar Natrium Benzoat
Tabel Data Pengukuran Larutan deret Standar Natrium Benzoat
C area5.2 40988
10.4 8795115.6 12897320.8 17783226 215248
Kurva kalibrasi larutan deret standar Natrium Benzoat
c area10.6 45801121.2 81294631.8 128028142.4 173677453 2133652
0 5 10 15 20 25 300
50000100000150000200000250000
f(x) = 8361.45804195804 xR² = 0.999718484942364
NATRIUM BENZOAT
NATRIUM BENZOATLinear (NATRIUM BENZOAT)
Berdasarkan kurva yang dihasilkan, maka persamaan garis yang didapatkan
adalah y = 8361.x; y= luas area Maka,
Maka, y = 8361.x
75969= 8361.x
X= 9.0855 ppm
Jadi, konsentrasi Kafein dalam sampel = 9.0855 ppm
Foto Pengamatan
Sampel Sampel dalam labu ukur Fasa Gerak
Larutaan standard dan sampel pada saat melakukan degassing
Set alat HPLC tampak dari luar