39
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ilmu ukur tanah adalah bagian dari ilmu geodesi yang mempelajari cara-cara pengukuran di permukaan bumi dan di bawah tanah untuk menentukan posisi relatif atau absolut titik-titik pada permukaan tanah, di atasnya atau di bawahnya, dalam memenuhi kebutuhan seperti pemetaan dan penentuan posisi relatif suatu daerah. Pengukuran sudut pada pemetaan digunakan sebagai bagian dari penentuan kerangka dasar bagi pemetaan daerah yang bersangkutan. Salah satu cara dalam menentukan koordinat - koordinat dari beberapa titik adalah dengan menggunakan cara pengukuran yang dinamakan Metode Poligon. Metode ini diterapkan dengan membuat titik sepanjang lokasi proyek dan dihubungkan satu sama lain secara berturutan sehingga terbentuk gambaran segi banyak. Suatu proses pengukuran memiliki 3 bagian dalam pembuatan suatu peta, yaitu tahapan pengukuran, pengolahan, dan penggambaran. Dalam pelaksanaannya ketiga bagian ini selalu

Laporan Ilmu Ukur Tanah I

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Ilmu Ukur Tanah I

Citation preview

15

BAB IPENDAHULUAN

1.1. Latar BelakangIlmu ukur tanah adalah bagian dari ilmu geodesi yang mempelajari cara-cara pengukuran di permukaan bumi dan di bawah tanah untuk menentukan posisi relatif atau absolut titik-titik pada permukaan tanah, di atasnya atau di bawahnya, dalam memenuhi kebutuhan seperti pemetaan dan penentuan posisi relatif suatu daerah.Pengukuran sudut pada pemetaan digunakan sebagai bagian dari penentuan kerangka dasar bagi pemetaan daerah yang bersangkutan. Salah satu cara dalam menentukan koordinat - koordinat dari beberapa titik adalah dengan menggunakan cara pengukuran yang dinamakan Metode Poligon. Metode ini diterapkan dengan membuat titik sepanjang lokasi proyek dan dihubungkan satu sama lain secara berturutan sehingga terbentuk gambaran segi banyak.Suatu proses pengukuran memiliki 3 bagian dalam pembuatan suatu peta, yaitu tahapan pengukuran, pengolahan, dan penggambaran. Dalam pelaksanaannya ketiga bagian ini selalu mengalami gangguan baik oleh manusia, alam, maupun alat yang digunakan dalam pelaksanaan pengukuran. Sehingga selalu dituntut pelaksanaan yang cermat berdasarkan perhitungan yang mantap agar didapatkan hasil yang sesuai dengan yang dikehendaki oleh pemberi pekerjaan, yaitu sesuai dengan persyaratan yang tersedia.

1.2. Tujuan PraktikumPraktikum ini memiliki tujuan sebagai berikut :1. Syarat menempuh ujian akhir semester mata kuliah Ilmu Ukur Tanah II dan syarat sidang nol/tugas akhir.2. Mempraktekkan teknik pengukuran, perhitungan, penggambaran poligon dan pemetaan situasi agar mampu melaksanakan secara terampil dan benar3. Agar mampu menghitung koordinat titik titik poligon berdasarkan data ukur dan menuliskannya pada tabel hitungan secara benar, rapi dan memperoleh data yang akurat dari hasil pengukuran sudut yang dilakukan .

1.3. Volume PekerjaanVolume pekerjaan yang diterapkan / dilaksanakan pada praktikum Ilmu Ukur Tanah II ini adalah :a. Orientasi Lapanganb. Pengenalan Alatc. Pengukuran Poligon Tertutupd. Perhitungan dan Analisa Datae. Penggambaran Data Hitungan

1.4. Metode PenulisanDalam penyusunan laporan ini diperoleh data berdasarkan data yang diperoleh dari lapangan dan data dui literatur yang dikumpulkan oleh penyusun sebagai penuntun atau bahan bantuan dalam penyelesaian laporan ini.

1.4.1. Studi LapanganDalam penyusunan laporan ini diperoleh data dari hasil pengukuran di lapangan. Yaitu berupa data hasil pengukuran poligon tertutup.

1.4.2. Studi LiteraturDalam penyusunan laporan ini didukung sumber-sumber tertulis yang membantu dalam pelaksanaan praktikum dan mengandalkan bahan-bahan yang ada kaitannya dengan pelaksanaan pengukuran.

BAB IIDASAR TEORI

2.1. Orientasi LapanganSebelum kita mengadakan pengukuran langsung kelapangan perlu diadakan orientasi lapangan yang bertujuan supaya kita mengetahui bentuk lapangan , posisi patok yang akan dipasang serta menganalisa biaya, tenaga dan waktu untuk pengukuran lanjutan. Perlu diingat pada saat pemasangan patok yang akan diukur, sebelumnya kita sudah mempunyai titik referensi/ ikatan supaya dalam perhitungan dan pengukuran kita mempunyai titik koordinat X, Y dan tinggi tanah yang mengikat antara titik 1 ke titik yang lainnya. Setelah itu ada beberapa hal yang harus dipersiapkan yaitu mengidentifikasi jenis data pada saat pengukuran, selain itu perlu disiapakan peralatan dan bahan yang akan digunakan untuk pengukuran adalah:1. Survei Lapangan.2. Menentukan jalur pengukuran.3. Menentukan titik- titik pengukuran.4. Mempersiapkan alat- alat yang digunakan dalam pengukuran.5. Menyiapkan akomodasi.

2.2. Pengenalan PoligonPoligon adalah serangkaian garis berurutan yang panjang dan arahnya telah ditentukan dari pengukuran di lapangan. Pengukuran poligon dilakukan untuk membuat kerangka peta, pengukuran titik tetap, pengukuran rencana jalan raya, kereta api, irigasi, perumahan, daerah industri, dll.Pengukuran metode poligon ini sesungguhnya salah satu cara penyajian sebaran titik ikat di daerah pengukuran secara berurutan. Selain melakukan sudut juga dilakukan pengukuran jarak terdapat 2 jenis teknik pengukuran yaitu :

1. Poligon TerbukaPoligon terbuka adalah poligon yang tidak berbentuk sirkuit atau yang titik-titik ujungnya tidak saling berimpit. Poligon terbuka dapat dibedakan menjadi : Poligon terbuka terikat sebagian adalah poligon yang mengacu pada satu atau beberapa titik yang diketahui koordinatnya.

0UP1P2P3P4

Gambar 2.1 : Pengukuran Poligon Terbuka Terikat SebagianPoligon terikat sempurna adalah poligon yang mana baik titik awal maupun titik akhir poligon tersebut masing masing terikat pada dua titik yang diketahui koordinatnya.Dari titik tetap tersebut pengukuran diarahkan ke titik lainnya. Kemudian diukur sudut sudut pada titik tersebut, sehingga mendapatkan sisi sudut jurusan yang berhubungan. Untuk jenis poligon ini sudut maupun jarak dapat dikoreksi.

P1P2P3P4

Gambar 2.2 : PengukuranPoligon Terikat Sempurna2. Poligon TertutupPoligon tertutup adalah poligon yang berbentuk sirkuit atau yang titik titik ujungnya saling berimpit Biasanya poligon tertutup dipakai di daerah yang jarang atau bahkan tidak ada titik kontrolnya. Hanya diperlukan sebuah titik koordinat dan titik azimut. Titik awal dan titik akhir merupakan titik yang sama.Untuk pengukuran sudut yang dilaksanakan sudut luar, maka kesalahan dapat dikontrol dari pengukuran karena jumlah sudut luar dari segi n harus sama dengan (2n 4). 90 atau (n + 2). 180. Sedangkan untuk pengukuran sudut yang dilaksanakan sudut dalam, maka kesalahan pengukuran dapat dikontrol, dimana jumlah sudut dalam harus sama dengan (2n 4). 90 atau (n 2).180.Sudut-sudut poligon harus diratakan sesuai dengan penjumlahan geometrik yang benar sebelum sudut arah dihitung. Jika sudut-sudut poligon tidak menutup karena misalnya ada perbedaan 2 detik dan tidak diratakan sebelum menghitung sudut arah maka sudut arah asli dan pengecekan yang dihitung untuk sudut arah AB juga akan berselisih 2 detik, dengan anggapan tidak ada kesalahan hitung yang lainnya.

Gambar 2.3: Pengukuran Poligon TertutupPada dasarnya pengukuran poligon tertutup merupakan pengukuran sudut yang dibagi menjadi dua yaitu pengukuran sudut horizontal dan pengukuran sudut vertikal. Sudut horizontal adalah pengukuran dasar yang diperlukan untuk penentuan sudut arah dan azimut, sementara sudut vertikal untuk penentuan sudut zenith.Jenis jenis sudut horizontal yang paling biasa diukur dalam pekerjaan pengukuran tanah adalah sudut dalam, sudut ke kanan dan sudut belokan. Karena ketiga jenis sudut diatas sangat berbeda maka jenis sudut yang dipakai hams ditunjukkan dengan jelas dalam catatan lapangan.Dalam pelaksanaan pengukuran sudut vertikal dengan sasaran yang jauh sulit dilakukan karena kondisi udara yang tidak stabil, terutama pada pagi hari dan malam hari, sehingga sebaiknya pengukuran pada waktu-waktu tersebut dihindari Posisi titik-titik dan orientasi garis tergantung pada pengukuran sudut dan arah. Dalam pekerjaan pengukuran tanah, arah ditentukan oleh sudut arah dan azimut.Untuk pengukuran poligon tertutup, dilakukan minimal 2 (dua) kali pengukuran yaitu pengukuran sudut datar posisi biasa dan pengukuran sudut datar posisi luar biasa. Semakin banyak bacaan sudut yang diambil, maka kita dapat membandingkan bacaan sudut yang paling teliti. Selisih bacaan posisi biasa dan luar biasa adalah 180.

2.3 Pengenalan Alat UkurJenis alat ukur yang digunakan dalam praktikum Ilmu Ukur Tanah II ini adalah theodolit yang dibantu oleh alat pembantu lainnya seperti statip, rambu ukur, paku, payung, tabel pengukuran dan alat tulis. a. Theodolit

Gambar 2.4 : Gambar Alat Ukur (Theodolit)

Alat ukur ini dilengkapi dengan 2 (dua) buah lingkaran pembacaan yang digunakan untuk penentuan sudut vertikal dan horizontal. Bagian bagian penting dari theodolit diuraikan sebagai berikut :1. Sekrup-sekrup setel.2. Permukaan nivo pesawat.3. Jepitan untuk lingkaran mendatar.4. Sekrup mikrometer untuk lingkaran mendatar.5. Jepitan untuk lingkaran tegak.6. Sekrup mikrometer untuk lingkarantegak.7. Tombol untuk memainkan permukaan 8. Permukaan untuk pinggiran tegak.9. Okuler dari teropong arah.10. Cincin untuk pengatur diafragma.11. Mikroskop untuk pinggiran tegak.12. Okuler untuk pinggiran busole.13. Tombol untuk mengubah arah sinarsinarcahaya.14. Jendela penerangan.15. Tombol mikrometer.16. Tuas untuk mengeratkan busole pada bagian bawah

Keterangan1. Nivo teropong.2. Lensa oculair.3. Sekrup pengunci teropong.4. Skrup pengatur diafragma.5. Sekrup gerak halus naik-turun garisbidik.6. Nivo pesawat.7. Nonius sudut datar.

Gambar 2.5 : Gambar Alat Ukur (Theodolit)8. Sekrup gerak halus lingkaran dalam.9. Sekrup pengunci lingkaran dalam.10. Sekrup pengunci piringan dasar.11. Sekrup penyetel peasawat.12. Nivo pesawat.13. Sekrup pengunci magnit.14. Sekrup gerak halus lingkaran luar.15. Sekrup pengunci lingkaran luar.16. Nivius sudut tegak.17. Lensa pembidik titik polygon.18. Utara magnit.

b. Statip

Gambar 2.6 : Gambar Statip

Statip digunakan untuk mendatarkan alat ukur theodolit agar dapat digunakan sesuai dengan fungsinya.c. Rambu Ukur

Gambar 2.7 : Gambar Rambu Ukur

Umumnya alat ukur ini berbentuk sebuah mistar ukur yang besar dengan satuan panjang terkecilnya adalah centimeter, namun untuk pengukuran sipat datar teliti juga dipakai rambu ukur yang satuan skalanya 0,5 centimeter.Satu bagian skala rambu besarnya 10 centimeter dan ditandai oleh dua bagian yang dihubungkan dan terpisah. Masing-masing bagian mempunyai lebar 5 centimeter.d. Paku

Gambar 2. 8 : Gambar PakuPaku digunakan sebagai patok yang merupakan titik sudut yang akan diukur atau merupakan pusat alat yang menyatakan wakil titik sudut yang akan diukur.e. Payung

Gambar 2.9 : Gambar Payung

Payung digunakan untuk melindungi alat agar tidak terkena sinar matahari secara langsung atau melindungi alat dari hujan.

f. Tabel Pengukuran dan Alat TulisData-data yang kita peroleh dari hasil pengukuran poligon tertutup dimasukkan dalam tabel pengukuran agar memudahkan dalam perhitungan selanjutnya.

BAB IIIPELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1. Persiapan PengukuranDalam pelaksanan pengukuran poligon tertutup, diperlukan lebih dulu persiapan terhadap perlengkapan yang diperlukan, misalnya : alat theodolit, statip, rambu ukur, payung, data board, paku, tabel pengukuran dah hitungan, alat tulis dan alat hitung. Kemudian dapat dilakukan dengan langkah-langkah selanjutnya seperti berikut:1. Pemeriksaan terhadap alat theodolit, sebelum melakukan pengukuran seorang juru ukur alangkah baiknya memperhatikan keadaan alat dan penyetelan sekrup.2. Pemasangan paku terhadap medan / tanah yang akan diukur.3. Persiapan tabel pengukuran peyipat datar yang dibuat secara sistematis untuk memudahkan para juru ukur memasukkan data.4. Setelah persiapan awal pengukuran dilaksanakan maka dapat dilakukan pelaksanaan pengukuran poligon tertutup.

3.2. Pelaksanaan Pengukuran Poligon TertutupLangkah kerja pengukuran polygon tertutup adalah sebagai berikut:1. Memperhatikan dan mendengarkan ptunjuk serta pengarahan dari pembimbing pada saat pembekalan sebelum pengukuran.2. Menyiapkan alat alat yang digunakan untuk praktek polygon tertutup di lapangan.3. Memeriksa kelengkapan dan kondisi alat yang akan digunakan di lapangan.4. Membuat sketsa gambar lokasi yang akan digunakan untuk praktek polygon tertutup di lapangan.5. Menentukan titik P1 sebagai kedudukan pesawat6. Membuat kedataran pesawat dengan cara :a. Menancapkan kaki statif kurang lebih bersudut 60b. Tinggi statif disesuaikan dengan tinggi pembidikc. Kepala statif diletakkan pada posisi datard. Setelah benar-benar datar baru kita pasang pesawat diatas statif dengan mengoperasikan sekrup penghubung dengan kedudukan pesawat di tengah-tengah serta ketiga sekrup penyetel nivo tepat berada pada ketiga kaki statife. Memasang unting untingf. Memutar teropong pesawat arah horisontol sehingga posisinya segaris dengan salah satu sekrup penyetel kedataran pesawat, kemudian mengunci sekrup penggerak arah horizontalg. Menyetel kedataran pesawat dengan memutar dua sekrup penyetel nivo (selain sekrup pedoman ) dengan arah keluar atau kedalam, sehingga posisi gelembung nivo berada ditengah tengah antara dua sekrup penyetel tersebuth.Memutar sau sekrup penyetel lain ( sekrup pedoman ) sehingga gelembung nivo tepat berada ditenggah-tengah indek nivo kotaki.Lepaskan sekrup pengunci arah horizontal lalu putar pesawat ke segala arah bila kedudukan gelembung nivo mash tetap ditengah-tengah berarti pesawat sudah dalam keadaan datar.7. Buka sekrup pengunci arah vertikal teropong dan tempatkan posisi lensa obyektif di bawah dan lensa okuler berada di atas sehingga tepat pada arah vertikal, kemudian kunci dan amati dari kedua sisi pesawat apakah posisi teropong sudah berada di tengah badan pesawat, apabila posisi teropong belum berada di tengah maka tengahkan dengan menggunakan penggerak halus arah vertikal teropong. 8. Menentukan arah utara 0000000 dengan cara : a. Sesuaikan arah kompas sehingga menunjukkan arah utara dengan indikator jarum kompas berada di tengah garis indeks kompas, kemudian kunci sekrup pengunci arah horisontal. Apabila posisi kompas belum benar benar di tengah garis indeks maka putar penggerak halus arah horizontal sehingga jarum kompas berada di tengah garis indeks kompas.b. Tekan tombol power sehingga muncul sudut horizontal dan vertikal 000000 yaitu sudut pesawat terhadap arah utara. 9.Buka kunci arah vertikal teropong kemudian gerakan teropong mendekati 9000000 mengunci arah vertikal.10. Mengukur dan mencatat tingggi pesawat pada P1.11. membidik bak ukur dan dibaca benang atas, benang tengah, benang bawah dan nonius.12. Memindah arah teropong ke titik B dan membaca benang atas, benang tengah, benang bawah dan nonius.13. Memindah pesawat ke titik P2, kemudian menyetel alat hingga siap untuk dioperasikan, mengukur dan mencatat tinggi pesawat. Melakukan pembidikan terhadap titik B, dan melakukan pembacaan benang atas, benang tengah, benang bawah dan nonius (seperti no 6-10 ) 14. Membidik titik C dan membaca benang atas, benang bawah, benang tengah dan nonius.15. Pindahkan pesawat ke titik P3 kemudian melakukan penyetelan alat hingga dapat dioperasikan dan mencatat tinggi pesawat (seperti no 6-10)16. Mengarahkan teropong ke titik C kemudian melakukan pembidikan terhadap titik C dan melakukan pembacaan benang atas, benang tengah, benang bawah serta nonius 17.Mengarahkan teropong ketitik D dan melakukan pembacaan benang atas, benang tengah, benang bawah dan nonius.18. Menentukan letak P4 dengan rumus :BLK + x = MK + ( L x )Dimana :MK = jumlah jarak mukaBLK = jumlah jarak belakangx = jarak P4 dari DL = jarak D-A menggunakan rool meter19. Menempatkan pesawat di titik P4 yang berjarak x meter dari titik D kemudian melakukan penyetelan pesawat hingga pesawat siap dioperasikan20. Mengukur tinggi pesawat P4, melakukan pembidikan terhadap titik D sebagai bacaan belakang.21. Mengarahkan teropong ke titik A dan melakukan pembacaan benang atas, benang tengah, benang bawah dan nonius ( bacaan muka )22. Memasukkan semua data hasil pengukuran kedalam tabel.

BAB IVPERHITUNGAN

Tabel 4.1 Pengukuran Poligon Tertutup

TABEL PENGUKURAN POLIGON

Juru Ukur : Mohamad ImamsyahLokasi: Kampus FT

Nama Alat: Theodolit Jalur:1 s/d 6

Tanggal: 6 Desember 2013

No. TitikArah MendatarSudut MendatarJarak (m)Azimuth

BiasaLuar BiasaBiasa luar biasa Rata-rata

Q017959'55"40

123317'50"23317'45"23317'47,5"

212642'10"30642'10"50

112642'10"30642'10"50

27348'46"7348'45''7348'45,5''

322614'19"4614'20"50

212417'20"30417'20"50

313622'05"13622'00"13622'2,5"

434755'15"16755'20"50

38325'10"26325'10"50

410944'20"10944'15"10944'17,5"

533340'50"15340'55"50

43729'10"21729'10"50

54531'50"4531'50"4531'50"

635157'20"17157'20"50

524115'45"6115'50"50

61116'10"1116'14"1116'12"

122959'35''4959'36"36,5

63431'22"21431'25"36,5

120957'17"20957'15"20957'16"

Q18434'05"0434'10"40

4.1. Menghitung Sudut Rata-RataUntuk menghitung sudut rata-rata dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:Dari data diketahui:P1 265o40`07`` 95o40`02``170o00`05``Untuk perhitungan selanjutnya, dilakukan dengan cara yang sama.

4.2. Menghitung Koreksi Sudut Rata-RataRumus: ; dimana n = banyaknya data/titik koreksi= = 1622o20`34`` 1440o00`00``= 182o20`34``Koreksi tiap titik:

10=182o20`34``

= 17o45`44``

4.3. Menghitung AzimuthPada perhitungan polygon tertutup azimuth awal dan akhir harus sama. Langkah-langkah dalam menghitung azimuth seperti di bawah ini:Diketahui:Azimuth awal = 00o00`00``(Azimuth awal (sudut rata-rata Po Koreksi tiap sudut) + 180o atau 360o BM Po : 00o00`00`` - 170o00`05``+ 17o45`44``) + 180o = 7o45`49``Perhitungan selanjutnya dapat dilakukan dengan langkah yang sama, lebih jelas dapat dilihat pada tabel pengukuran.

4.4. Menghitung Titik KoordinatSebelum menghitung koordinat titik terlebih dahulu menghitung D sin dan D cos . Dimana:D = Jarak = AzimuthContoh:D sin = 43 x sin 00o00`00``= 0D cos = 34 x cos 00o00`00``= 0Dan seterusnya dilakukan dengan cara yang sama. Setelah semua D sin dan D cos dihitung, cari koreksinya.

1,4336koreksi14,336Jumlah titik10==Koreksi , atau

1,4336Koreksi tiap titik

Setelah semua selesai dihitung, kemudian menghitung koordinat titik x dan koordinat titik y. Langkah menghitung:Titik awal BM koordinat titik x dan titik y sudah diketahui, Titik P1x = 4750,021 + 0 14,336= 4735,686y = 8046,741+ 0 +(-27,610) = 8019,132Dan seterusnya, sampai selesai untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel pengukuran.

4.5. Data pengukuran dilapangan Kedudukan BM P1ba=2.28bt=2.07bb=1.85Jarak Optis= (batas atas batas bawah) x 100= (2.28 1.85) x 100= 43 m Kedudukan P1 BMba=1.18bt=0.975bb=0.75Jarak Optis= (batas atas batas bawah) x 100= (1.18 0.76) x 100= 42 m P2ba=1.660bt=1.38bb=1.10

Jarak Optis= (batas atas batas bawah) x 100= (1.660 1.10) x 100= 56 m Kedudukan P2 P1ba=1.77bt=1.50bb=1.22Jarak Optis= (batas atas batas bawah) x 100= (1.77 1.22) x 100= 55 m P3ba=1.97bt=1.53bb=1.105Jarak Optis= (batas atas batas bawah) x 100= (1.97 1.105) x 100= 86.5 m Kedudukan P3 P2ba=1.285bt=0.845bb=0.42Jarak Optis= (batas atas batas bawah) x 100= (1.285 0.42) x 100= 86.5 m

P4ba=2.39bt=1.9bb=1.41Jarak Optis= (batas atas batas bawah) x 100= (2.39 1.41) x 100= 98 m Kedudukan P4 P3ba=2.13bt=1.66bb=1.15Jarak Optis= (batas atas batas bawah) x 100= (2.13 1.15) x 100= 98m P5ba=2.06bt=1.55bb=1.055Jarak Optis= (batas atas batas bawah) x 100= (2.06 1.055) x 100= 100.5 m Kedudukan P5 P4ba=1.74bt=1.25bb=0.74Jarak Optis= (batas atas batas bawah) x 100= (1.74 0.74) x 100= 100 m P6ba=2.19bt=1.595bb=1.00Jarak Optis= (batas atas batas bawah) x 100= (2.19 1) x 100= 119 m Kedudukan P6 P5ba=2.165bt=1.57bb=0.98Jarak Optis= (batas atas batas bawah) x 100= (2.165 1.44) x 100= 118.5 m P7ba=2.35bt=2.00bb=1.61Jarak Optis= (batas atas batas bawah) x 100= (2.35 1.60) x 100= 75 m Kedudukan P7 P6ba=1.785bt=1.41bb=1.045Jarak Optis= (batas atas batas bawah) x 100= (1.785 1.045) x 100= 74 m P8ba=1.5bt=0.82bb=0.12Jarak Optis= (batas atas batas bawah) x 100= (1.5 0.12) x 100= 138 m Kedudukan P8 P7ba=2.25bt=1.37bb=0.88Jarak Optis= (batas atas batas bawah) x 100= (2.25 0.88) x 100= 137 m P9ba=2.235bt=1.465bb=0.7Jarak Optis= (batas atas batas bawah) x 100= (2.235 0.7) x 100= 153.5 m Kedudukan P9 P8ba=1.885bt=1.11bb=0.34Jarak Optis= (batas atas batas bawah) x 100= (1.885 0.34) x 100= 154.5 m P10ba=1.50bt=1.31bb=1.17Jarak Optis= (batas atas batas bawah) x 100= (1.50 1.17) x 100= 33 m Kedudukan P10 P9ba=1.825bt=1.65bb=1.50Jarak Optis= (batas atas batas bawah) x 100= (1.825 1.50) x 100= 32.5 m

BM2ba=1.205bt=1.03bb=0.86Jarak Optis= (batas atas batas bawah) x 100= (1.205 0.86) x 100= 34.5 m

BAB VPENUTUP5.1. Kesimpulana. Dalam setiap pengamatan ataupun pengukuran yang telah kami lakukan, penggambaran polygon dan pemetaan situasi serta mampu menghitung koordinat titik-titik polygon yang berdasarkan data ukur dan penulisan pada tabel hitungan secara benar dan rapi.b. Berdasarkan hasil data yang kami dapatkan dari pengukuran dilapangan diareal jalan UNPAR (daerah UNPAR) kami mendapatkan berupa data mentah untuk mencari nilai jarak, sudut mendatar dan koreksi azimuth. Dan data tersebut disajikan dalam bentuk tabel pada Bab IV Analisis Data.c. Diketahui data: Menghitung Sudut Rata-RataDari data diketahui:P1 265o40`07`` 95o40`02``170o00`05``Berdasarkan uraian kegiatan praktikum Ilmu Ukur Tanah II yang telah dilaksanakan didapat: n = 12 d = 907 m sebelumdikoreksi= 1622 20' 34" sesudahdikoreksi= 1829 8' 5" koreksisudut= 17737' 26" koreksi X= 157.678 koreksi Y= 303.704 X awal + NIM= 4642,97 +107,051 = 4750,021 X akhir= 4814,750 Y awal + NIM= 7939,69 + 107,051 = 8046,741 Y akhir= 7984,981

Kontrol Bacaan Sudut =akhir - a awal + 10. 1803420 00' 00" =000 00' 00" + 1803420 00' 00" =3420 00' 00"

Menghitung Koreksi Sudut Rata-RataRumus: ; dimana n = banyaknya data/titik koreksi= = 1622o20`34`` 1440o00`00``= 182o20`34``Koreksi tiap titik:

10=182o20`34``

= 17o45`44``

Menghitung AzimuthAzimuth awal = 00o00`00``(Azimuth awal (sudut rata-rata Po Koreksi tiap sudut) + 180o atau 360o BM Po : 00o00`00`` - 170o00`05``+ 17o45`44``) + 180o = 7o45`49``Perhitungan selanjutnya dapat dilakukan dengan langkah yang sama, lebih jelas dapat dilihat pada tabel pengukuran. Menghitung Titik KoordinatSebelum menghitung koordinat titik terlebih dahulu menghitung D sin dan D cos . Dimana:D = Jarak = AzimuthContoh:D sin = 43 x sin 00o00`00``= 0D cos = 34 x cos 00o00`00``= 0Dan seterusnya dilakukan dengan cara yang sama. Setelah semua D sin dan D cos dihitung, cari koreksinya.

1,4336koreksi14,336Jumlah titik10==Koreksi , atau

1,4336Koreksi tiap titik

Setelah semua selesai dihitung, kemudian menghitung koordinat titik x dan koordinat titik y. Langkah menghitung:Titik awal BM koordinat titik x dan titik y sudah diketahui,Titik P1x = 4750,021 + 0 14,336= 4735,686y = 8046,741+ 0 +(-27,610) = 8019,132Dan seterusnya, sampai selesai untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel pengukuran.Penjelasan untuk korelasi yang besar : Banyaknya kendaraan sehingga alat tidak sentring Cuaca yang panas membuat alat tidak stabil Getaran bahu jalan mempengaruhi alat baca theodolit Kurangnya pengalaman peserta dalam pelaksanaan praktikum Ilmu Ukur Tanah Keterbatasan alat pengukuran dan sarana penunjang yang mengakibatkan kurang efesiennya pengukuran, waktu, dan tenaga pada saat dilapangan.

5.2. Saran Dalam pelaksanaan praktikum ini sudah dilakukan dengan cukup baik, namun tidak dapat dipungkiri masih ada beberapa hal yang harus diperhatikan, maka kami menyarankan:a. Setiap mahasiswa mengikuti dan memahami petunjuk praktikum dengan baik, supaya pelaksanaan praktikum mendapat hasil yang maksimal.b. Memperbanyak jumlah alat ukur yang ada di laboratorium.