65
LAPORAN KASUS EPISTAKSIS ANTERIOR SARTIKA SABHINAYA 1120221174

LAPORAN KASUS EPISTAKSIS

Embed Size (px)

Citation preview

LAPORAN KASUSEPISTAKSIS ANTERIOR

SARTIKA SABHINAYA1120221174

IDENTITAS PASIEN

•Nama : Tn.JH•Jenis kelamin : Laki-laki•Usia : 27 tahun•Alamat : Asrama Yonarmed 11•Pekerjaan: Tentara (Pratu)•Agama : Islam

ANAMNESIS• KU : mimisan• RPS :

Pasien datang ke UGD RST dr.Soedjono tanggal 8Juli 2013 pukul 16.20 WIB. Pasien mengeluh mimisan yang keluar dari kedua lubang hidung sudah 2 hari, awalnya pada hari minggu sore setelah pasien berpergian jauh, perdarahan yang keluar sedikit, lalu berhenti sendiri dengan memencet hidung dan menyumpalnya dengan tisu, lalu pada senin pagi dan pada senin siang kembali lagi mimisan, perdarahan yang keluar juga sedikit dan berheti dengan memasukkan daun sirih ke dalam hidung. Badan terasa tidak enak, pasien juga mengeluh batuk tidak berdahak, pasien merasa sedikit pusing.

• RPD :sebelumnya tidak pernah seperti ini, HT, DM (-), riw trauma pada daerah wajah/hidung (-), menderita penyakit kelainan darah (-)

• RPO :tidak sedang mengkonsumsi obat-obatan seperti aspirin, belum pernah diobati

• RPK :dikeluarga tidak ada yang seperti ini

• SoSek :pasien berekonomi cukup

Tanda Vital

•TD : 130/80 mmHg•N : 88 x/min•S : 36.2oC•RR : 20x/min

Status Generalis

▫Kesadaran : Compos mentis ▫Aktivitas : Normoaktif ▫Sikap : Kooperatif ▫Status gizi : Baik

Status Lokalis THT

Kepala & leher •Kepala : mesocephale •Wajah : simetris •Leher : pembesaran kelj.limfe (-)

TelingaBagian Auricula Dextra Sinistra

Auricula

Bentuk normal,

nyeri tarik (-)

nyeri tragus (-)

Bentuk normal

nyeri tarik (-)

nyeri tragus (-)

Pre auricular

Bengkak (-)

nyeri tekan (-)

fistula (-)

Bengkak (-)

nyeri tekan (-)

fistula (-)

Retro auricularBengkak (-)

Nyeri tekan (-)

Bengkak (-)

Nyeri tekan (-)

MastoidBengkak (-)

Nyeri tekan (-)

Bengkak (-),

Nyeri tekan (-)

CAE

Serumen (-)

hiperemis (-)

Sekret (-)

Serumen (-)

hiperemis (-)

Sekret (-)

Membran timpani

Intak

putih mengkilat

refleks cahaya (+)

Intak

putih mengkilat

refleks cahaya (+)

HidungLuar: Kanan Kiri

Bentuk Normal Normal

Sinus Nyeri tekan (-) Nyeri tekan (-)

Inflamasi/tumor (-) (-)

Rhinoskopi Anterior Kanan Kiri

Sekret (-) (-)

Mukosa hiperemis (-)edema (-)basah (-)pucat (-)

hiperemis (-)edema (-)basah (-)pucat (-)

Konka Media hipertrofi (-) hiperemis (-)

hipertrofi (-) hiperemis (-)

Konka Inferior hipertrofi (-) hiperemis (-)

hipertrofi (-) hiperemis (-)

Tumor (-) (-)

Septum Deviasi (-)

Massa (-) (-)

TenggorokanLidah Ulcus (-) Stomatitis (-)

Uvula Bentuk normal, di tengah, hiperemis (-)

Tonsil Dextra Sinistra

Ukuran T1 T1

Permukaan Rata Rata

Warna Hiperemis (-) Hiperemis (-)

Kripte Melebar (-) Melebar (-)

Detritus (-) (-)

Faring Mukosa hiperemis (-), dinding rata, granular (-)

Parameter Hasil Nilai rujukan

WBC (103/mm3) 9.1 4.0-10.0

RBC (106/mm3) 5.98 ↑ 3.50 – 5.50

HGB (gr/dl) 15.3 ↑ 11.0 – 15.0

HCT (%) 47.4 36.8 – 48.0

PLT (103/mm3) 256 158 - 458

PCT (%) 0.29 ↑ .18 - .28

MCV (µm3) 79.4 ↓ 80.0 – 99.0

MCH (pg) 25.5 ↓ 26.0 – 32.0

MCHC (gr/dl) 32.2 32.0 – 36.0

RDW (%) 11.4 ↓ 11.5 – 14.5

MPV ( µm3) 11.7 ↑ 7.4 – 10.4

PDW (%) 15.8 ↑ 10.0 – 14.0

% Lym 16.3 ↓ 20.0 – 40.0

% Mon 11.4 1.0 – 15.0

% Gran 72.3 ↑ 50.0 – 70.0

# Lym 1.5 0.6 - 4.1

# Mon 1.0 0.1 – 1.8

# Gran 6.6 2.8 – 7.0

Ringkasan Anamnesis :• Epistaksis (+), pada kedua lubang hidung, darah

yang keluar sedikit, dapat berhenti sendiri dengan melakukan tekanan pada hidung

• Seperti ini baru pertama kali• Trauma hidung (-)• Riw HT, DM dan penyakit kelainan darah (-)• Riw konsumsi obat-obatan seperti aspirin (-)

Pemeriksaan Fisik Pada pemeriksaan hidung tidak ditemukan kelainan, tidak ditemukan darah

Usulan Pemeriksaan

•Darah Lengkap•GDS•Ureum/Creatinin•SGPT/SGOT•CT/BT

Diagnosis Banding

•Epistaksis Anterior•Epistaksis Posterior

Diagnosis Sementara

•Epistaksis Anterior

Usulan Terapi

•Nonmedikamentosa

▫Pasang tampon

•Medikamentosa

▫Infus RL 20 tpm

▫Antibiotik (cefotaxim 2x1 gr)

Edukasi

•Segera hubungi dokter apabila terjadi mimisan kembali

Prognosis

Quo ad vitam : dubia ad bonamQuo ad sanam : dubia ad bonamQuo ad fungsionam : dubia ad bonam

Follow UP

9/7/2013S : sudah tidak mimisan, batuk (+)O :St generalis dbn TD 130/90 mmHg, , N 88x/min, S 36oC, RR 20x/min St THT :TelingaSekret -/-, serumen -/-, m timpani intak/intakHidung Sekret -/-, konka hiperemis -/-, konka hipertrofi -/-TenggorokanUvula ditengah, T1/T1, detritus -, kripte melebar -

• A : epistaksis anterior

• P :TerapiInfus RL 20 tpmZibac 2x1 grKalnex 3x1 ampDycinon 3x1 amp

10/7/2013S : hidung mimisan (-), batuk (-) kepala terasa

sedikit beratO :St generalis dbn TD 130/80 mmHg, N 80 x/min, S 36oC, RR 20x/minSt THT :TelingaSekret -/-, serumen -/-, m timpani intak/intakHidung Sekret -/-, konka hiperemis -/-, konka hipertrofi -/-TenggorokanUvula ditengah, T1/T1, detritus -, kripte melebar -

A : epistaksis anterior

P : boleh pulang, kontrol ke poli hari Senin 15/7/2013

TINJAUAN PUSTAKA

Bagian atas rongga hidung mendapat vaskularisasi dari a.etmoid aanterior dan posterior yang merupakan cabang dari a.oftalmika dari a.karotis interna

Bagian depan septum, terdapat anastomosis dari cabang-cabang :

a.sfenopalatina

a.etmoid anterior

a.labialis superior

a.palatina mayor

•Vena-vena dihidung mempunyai nama yang sama dan berjalan berdampingan dengan arterinya.

•Vena di estibulum & struktur luar hidung bermuara ke v.oftalmika yang berhubungan dengan sinus kavernosus.

•Pleksus Kiesselbach letaknya superfisial & mudah cedera oleh trauma, sehingga sering menjadi sumber epistaksis (perdarahan hidung), terutama pada anak.

Epistaksis

Definisi

•Merupakan perdarahan hidung, bukanlah merupakan suatu penyakit, melainkan sebagai gejala dari suatu kelainan

Etiologi

lokal

sistemik

lokal

Trauma lokal misalnya setelah membuang

ingus dengan keras, mengorek hidung,

fraktur hidung atau trauma maksilofasia

lainnya

Idiopatik yang merupakan 85% kasus epistaksis, biasanya

ringan dan berulang pada anak dan remaja. Ketiga diatas ini merupakan penyebab lokal

tersering.

D

Tumor, baik tumor hidung maupun sinus yang jinak dan yang ganas. Tersering adalah tumor pembuluh darah seperti angiofibroma dengan ciri perdarahan yang hebat dan karsinoma nasofaring dengan ciri

perdarahan berulang ringan bercampur lendir atau ingus.

Etiologi lainnya :

▫ Iritasi gas atau zat kimia yang merangsang

ataupun udara panas pada mukosa hidung

▫Keadaan lingkungan yang sangat dingin

▫Tinggal di daerah yang tinggi atau perubahan

tekanan atmosfir yang tiba tiba

▫Pemakaian semprot hidung steroid jangka lama

▫Benda asing atau rinolit dengan keluhan epistaksi

ringan unilateral clsertai Ingus berbau busuk

Etiologi sistemik

▫Hipertensi dan penyakit kardiovaskuler lainnya

seperti arteriosklerosis. Hipertensi yang disertai

atau tanpa arteriosklerosis rnerupakan penyebab

epistaksis tersering pada usia 60-70 lahun.

▫Kelainan perdarahan misalnya leukemia,

hemofilia, trombositopenia dll.

▫ Infeksi, misalnya demam berdarah disertai

trombositopenia, morbili, demam tifoid dll.

Etiologi sistemik lainnya :

▫Lebih jarang terjadi adalah gangguan

keseimbangan hormon misalnya pada

kehamilan, menarke dan menopause

▫Peninggian tekanan vena seperti pada

emfisema, bronkitis, pertusis, pneumonia,

tumor leher dan penyakit jantung

▫pada pasien dengan pengobatan

antikoagulansia.

Epidemiologi

•Epistaksis atau perdarahan hidung dilaporkan timbul pada 60% populasi umum

•Epistaksis anterior lebih sering terjadi pada anak- anak dan dewasa muda, sedangkan epistaksis posterior lebih sering terjadi pada usia lebih tua, terutama berusia ≥ 50 tahun dengan penyakit hipertensi dan arteriosklerosis.

2 sumber perdarahanEpistaksis Anterior Epistaksis Posterior

pleksus Kiesselbach atau dari a.etmoidalis anterior

a. Sfenopalatina & a.etmoidalis posterior

perdarahan tidak begitu hebat, sering berhenti spontan

Perdarahan biasanya hebat & jarang berhenti spontan

sering terjadi pada anak biasanya pada orang tua

Trauma nasal

Pecahnya pleksus Kiesselbach atau a.etmoidalis anterior

Epitaksis

Hipertensi

Peningkatan resistensi P.darah (ex. a.sfenopalatina)

P. darah mudah pecah

Epiktaksis

Anamnesis

• Riwayat perdarahan sebelumnya

• Lokasi perdarahan

• Apakah darah terutama mengalir ke dalam

tenggorokan (ke posterior) ataukah keluar dari

hidung depan (anterior) bila pasien duduk tegak?

• Lama perdarahan dan frekuensinya

• Kecenderungan perdarahan

Anamnesis

• Hipertensi

• Diabetes mellitus

• Penyakit hati

• Penggunaan antikoagulan

• Trauma hidung yang belum lama

• Obat-obatan, seperti aspirin, fenibutazon

Pemeriksaan fisik

•Pada pemeriksaan fisik diawali dengan kesadaran, tanda vital, pemeriksaan kepala sampai ekstremitas

Pemeriksaan

•Rinoskopi anterior•Rinoskopi posterior•Pengukuran TD•Rontgen sinus•Skrining koagulopati

Penatalaksanaan

3 prinsip utama dalam menanggulangi epistaksis :

•Menghentikan perdarahan•Mencegah komplikasi•Mencegah berulang nya epistaksis

Epistaksis anterior• Pada anak-anak menekan hidung luar selama 10-15

menit

• Gulungan kapas yang telah dibasahi larutan kokain 4% dimasukkan dengan hati-hati ke dalam hidung sambil mengaaspirasi darah yang berlebihan.

• Bila sumber perdarahan dapat terlihat, tempat asal perdarahan dikaustik dengan larutan Nitras Argenti (AgNO3) 25-30%. Sesudahnya area tersebut diberi krim antibiotik.

•pemasangan tampon anterior yang dibuat dari kapas atau kasa yang diberi pelumas vaselin atau salep antibiotik

•Tampon dimasukkan sebanyak 2-4 buah, disusun dengan teratur dari dasar hingga atap hidung dan meluas hingga ke seluruh panjang rongga hidung, serta harus dapat menekan asal perdarahan.

Menghentikan Perdarahan

Epistaksis posterior

•blok ganglion sfenopalatinum•tampon hidung posterior• ligase pembuluh spesifik

Blok Ganglion Sfenopalatinum

•Pada kasus epistaksis posterior, blok sfenopalatinum dapat bersifat diagnostik dan terapeutik.

•Injeksi 0,5 ml Xilokain 1% dengan epinefrin 1:100.000 secara hati-hati ke dalam kanalis palatina mayor yang akan menyebabkan vasokontriksi arteri sfenopalatina

Tampon hidung posterior• Suatu tampon posterior yang dimasukkan melalui mulut dapat

ditarik memakai kateter melalui hidung ke dalam koana posterior

• Suatu spons berukuran 4x4 inchi yang digulung erat dan diikat dengan benang sutera No.1 merupakan tampon yang baik

• Dapat diolesi dengan salep antibiotic topikal untuk mengurangi insidens infeksi

• Untuk menanggulangi perdarahan posterior dilakukan pemasangan tampon posterior (tampon Bellocq)

• Tampon ini dibuat dari kasa padat dibentuk kubus atau bulat dengan diameter 3 cm. Pada tampon ini terikat 3 utas benang, 2 buah di satu sisi dan sebuah di sisi berlawanan.

Perdarahan 1 sisi• digunakan bantuan kateter karet yang dimasukan dari

lubang hidung sampai tampak di orofaring, lalu ditarik keluar dari mulut.

• Pada ujung kateter ini diikatkan 2 benang tampon Bellocq tadi, kemudian kateter ditarik kembali melalui hidung sampai benang keluar dan dapat ditarik.

• Tampon perlu didorong dengan bantuan jari telunjuk untuk dapat melewati palatum mole masuk ke nasofaring. Bila masih ada perdarahan, maka dapat ditambah tampon anterior ke dalam kavum nasi.

•Kedua benang yang keluar dari hidung diikat pada sebuah gulungan kain kasa di depan nares anterior, supaya tampon yang terletak di nasofaring tetap ditempatnya.

•Benang lain yang keluar dari mulut diikatkan secara longgar pada pipi pasien. Gunanya ialah untuk menarik tampon keluar melalui mulut setelah 2-3 hari.

Perdarahan 2 sisi• bantuan dua kateter masing-masing melalui

kavum nasi kanan dan kiri, dan tampon posterior terpasang di tengah-tengah nasofaring

• Sebagai pengganti tampon Bellocq, dapat digunakan kateter Folley dengan balon

• Dengan semakin meningkatnya pemakaian endoskop, akhir-akhir ini juga dikembangkan teknik kauterisasi atau ligasi a. sfenopalatina dengan panduan endoskop

Ligasi pembuluh spesifik

•Bila tampon posterior dan anterior gagal mengendalikan epistaksis, maka perlu dilakukan ligase arteri spesifik.

•Arteri tersebut antara lain arteri karotis eksterna, arteri maksilaris interna dengan cabang terminusnya, arteri sfenopalatina dan arteri etmoidalis posterior anterior.

Komplikasi

•Aspirasi•Syok•Anemia•Infeksi•Laserasi palatum mole atau sudut bibir

karena pemasangan tampaon posterior•Hematimpanum

PEMBAHASAN

Etiologi↓

Pecahnya pleksus Kiesselbach atau a.etmoidalis anterior

↓Epiktaksis

Infus RL

•Mengandung Na laktat, NaCl, KCl, CaCl

•Diindikasikan untuk mengembalikan keseimbangan elektrolit pada keadaan dehidrasi dan syok hipovolemik

Zibac

•Mengandung ceftrazidime pentahydrate

•Diindikasikan untuk infeksi saluran pernafasan bagian bawah, ISK, infeksi kulit, infeksi abdominal, dialisis

•Dosis :1 gr tiap 8-12 jam

Kalnex•Mengandung asam traneksamat

•Diindikasikan untuk fibrinolisis lokal (epistaksis), edema angioneurotik hereditas, perdarahan abnormal sesudah operasi, perdarahan setelah operasi, menoragia

•Dosis :injeksi 1-2 x/hr oral 3-4 x 500 mg

Dicynone•Mengandung etamsilat

• I : perdarahan efusi (pencegahan & pengobatan pada bedah umum, bedah saraf, THT, mata, & rongga mulut), pengobatan internal (perdarahan pada pencernaan, mimisan), dan kandungan, pengobatan kerapuhan pembuluh kapiler

•Dosis : 3x500 mg

TERIMAKASIH