44
LAPORAN KASUS JIWA SKIZOFRENIA PARANOID DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SYARAT DOKTER INTERNSHIP DI RS DINAS KESEHATAN TENTARA DI BANDAR LAMPUNG PENDAMPING : Dr. Imelda Meilina Dr. Khaeriyah PENYUSUN : Dr. Gita Aryanti RUMAH SAKIT TINGKAT IV 02.07.04 DINAS KESEHATAN TENTARA PERIODE 21 APRIL 2014 – 21 APRIL 2015 BANDAR LAMPUNG

LAPORAN KASUS JIWA.doc

Embed Size (px)

Citation preview

LAPORAN KASUS JIWA

SKIZOFRENIA PARANOID

DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SYARAT DOKTER INTERNSHIP

DI RS DINAS KESEHATAN TENTARA DI BANDAR LAMPUNG

PENDAMPING :

Dr. Imelda Meilina

Dr. KhaeriyahPENYUSUN :Dr. Gita Aryanti

RUMAH SAKIT TINGKAT IV 02.07.04

DINAS KESEHATAN TENTARAPERIODE 21 APRIL 2014 21 APRIL 2015

BANDAR LAMPUNG

LEMBAR PENGESAHANLAPORAN KASUS JIWA

SKIZOFRENIA PARANOID

Telah disusun oleh:

Dr. Gita Aryanti

Tanggal : Januari 2015

Tempat : RS DKT Bandar Lampung

Pendamping :

(dr. Imelda Meilina)

(dr.Khairiyah)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat dan rahmatnya saya dapat menyelesaikan laporan kasus ini dengan baik.

Laporan kasus ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan dokter internsip di RS DKT Bandar Lampung. Dalam pelaksanaan laporan kasus ini penulis banyak menerima bantuan dan dorongan baik secara moril maupun materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Imelda dan dr. Khairiyah selaku pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dan pikiran dengan penuh kesabaran untuk membimbing penulis demi kesempurnaan laporan kasus ini, dan semua pihak yang telah banyak membantu penyelesaian laporan kasus ini.

Kami menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan laporan kasus ini dan kami berharap semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bandar Lampung, Januari 2015

Penyusun

BAB I

STATUS PSIKIATRI

I. IDENTITAS

Nama

: Tn. J

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Umur

: 26 th

Tempat/Tanggal Lahir

: Bandar Lampung, 07 September 1985

Agama

: Islam

Suku bangsa /warga Negara : Sunda / Indonesia

Status Pernikahan

: Menikah

Pendidikan Terakhir

: Tamat SD

Alamat: Teluk Betung SelatanPekerjaan

: Supir angkot

Tanggal Masuk

: IGD tanggal 4 Januari 2015II. RIWAYAT PSIKIATRI

Autoanamnesa di IGD RS DKTpada tanggal 4 Januari 2015 pada pukul 11:30 wib.

A. Keluhan Utama

Pasien banyak bicara , marah-marah, dan mengamuk dirumah sejak 3 hari SMRS.

Keluhan Tambahan

Pasien sulit tidur, nafsu makan berkurang

B. Riwayat Gangguan Sekarang

Pasien datang ke IGD RS DKT pada tanggal 4 Januari 2015 diantar oleh keluarga dan petugas dengan keluhan mengamuk dan marah-marah sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit.Satu bulan sebelum masuk rumah sakit pasien mengaku sering marah-marah dan mengamuk pasien juga mengaku sering keluar rumah karena mendengar bisikan-bisikan yang menyuruhnya untuk keluar rumah.Pasien juga sering merusak alat-alat rumah tangga.Pasien juga sering membuat keributan di lingkungan tempat tinggalnya karena merasa dirinya adalah titisan Prabu Siliwangi.

Pasien juga mengaku sulit tidur karena mendengar bisikan-bisikan tersebut.Pasien juga tidak napsu makan dan tidak mampu mengurus dirinya sendiri.

Pasien mendengar suara-suara tersebut pada saat sedang sedang beraktivitas atau sedang sendirian di kamar. Pasien juga mengatakan mendengar suara yang menyuruh pasien untuk mengamuk dan memukul orang. Suara tersebut menyuruh pasien pukul dan bunuh. Terutama bila pasien bertemu dengan orang yang dianggap pasien sebagai musuh. Pasien merasakan terhasut juga mendengar suara tersebut dan melakukan hal yang disuruh oleh suara yang dia dengar. Pasien juga yakin kalau ada musuh yang ingin membunuhnya. Tapi pasien tidak tau kenapa dia ingin dibunuh.

Pasien mengatakan sudah 2 bulan SMRS sulit untuk tidur karna pasien merasa tidak tenang karna selalu mendengar suara yang mengangu. Pasien mengatakan sudah bosan minum obat dan tidak mau minum obat lagi. Pasien mengatakan sudah 3 bulan SMRS tidak mau minum obat. Alasannya karna pasien sudah jenuh minum obat terus.

C. Riwayat Gangguan Sebelumnya

1. Riwayat Psikiatri SebelumnyaPasien sudah mengalami gangguan kejiwaan sejak lebih kurang 1 tahun sebelum masuk rumah sakit.Pasien mendengar bisikan-bisikan yang mengatakan bahwa dirinya adalah titisan Prabu Siliwangi .Pasien sering marah-marah dan mengamuk hingga merusak alat-alat rumah tangga.

Pada bulan Desember 2014 pasien dibawa keluarga ke Rumah Sakit Jiwa Bandar Lampung, dan dirawat. Pasien diperbolehkan pulang dengan mengkonsumsi obat tetapi kemudian diketahui pasien putus obat.

Pasien marah marah dan mengamuk dirumah. Pasien juga memukul tetangga di samping rumahnya. Pasien tidak merasa salah ketika memukul tetangganya karna pasien yakin tetangganya sebagai musuh yang berniat jahat kepadanya.

2. Riwayat Penyakit Medis

Pasien mengatakan tidak pernah mengalami kecelakaan, terjatuh atau terbentur yang mengakibatkan luka / cedera pada daerah kepala.

Os juga mengatakan tidak pernah mengalami demam tinggi sampai kejang, penyakit berat lainnya seperti diabetes melitus maupun darah tinggi.

3. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif dan Alkohol

Pasien mengatakan pernah menggunakan obat obatan seperti pil BK, esstacy ataupun jenis obat-obatan terlarang yang lain dan menggunakan ganja saat bekerja sebagai supir angkot Pasien mengatakan pernah meminum minuman alkohol seperti bir bintang, anggur cap orang tua, atau minuman keras merek topi miring. Pasien mengatakan merokok sejak kelas I SMP karena ajakan teman. Pasien merokok 2 bungkus dalam sehari. D. Riwayat Kehidupan Pribadi

1. Riwayat Prenatal dan perinatal

Pasien lahir di dukun beranak atau paraji secara spontan normal, tidak ada trauma waktu lahir, cacat dan cukup bulan.

Pasien merupakan anak ke 2 dari 3 bersaudara.

Pasien merupakan anak yang diharapkan karena Ayah dan Ibu pasien menginginkan keluarga dengan banyak anak.

2. Masa Kanak Awal (0 3 tahun)

Pasien minum ASI sampai umur 2 tahun.

Riwayat tumbuh kembang pasien saat masa kanak awal dalam keadaan normal sesuai dengan tumbuh kembang anak seusianya.

Pasien sewaktu kecil seorang anak yang aktif, tak bisa diam selalu senang bermain di luar rumah.

3. Masa Kanak Pertengahan (3 11 tahun)

Pasien mengatakan tidak pernah tinggal kelas selama duduk di bangku sekolah, pasien merupakan siswa dengan prestasi di sekolah dengan nilai rata rata, tidak terlalu menonjol.

Pasien merasa senang kalau pergi kesekolah karena bisa bertemu dan bermain bersama teman temannya

Pasien agak sulit beradaptasi dengan lingkungan yang baru dan menghadapi banyak orang.

Pasien di sekolah sering kena hukuman karena tidak mengerjakan pekerjaan rumah.

4. Masa Kanak Akhir (pubertas dan remaja)

a. Hubungan Sosial

Pasien tidak terlalu dekat dengan saudara kandungannya dan tidak bisa berteman lama dengan orang, Pasien selalu berganti ganti teman. Baik di sekolah maupun di lingkungan sekitar jarang mempunyai sahabat atau teman dekat.

Pasien sering bertengkar baik dengan saudara kandung maupun teman disekolah. Pasien sering dihukum karena sering bertengkar. Namun pasien tak pernah merasa takut dan jera dengan perbuatannya karena pasien merasa dirinya tidak bersalah.

Pasien mudah untuk marah, dan mudah untuk pasien memukul orang lain yang membuat dia marah atau emosi.

b. Riwayat Pendidikan

Pasien bersekolah sampai tamat SD. Pasien tidak bisa melanjutkan lagi sekolahnya karena tidak ada biaya.

Pasien sulit beradaptasi dengan lingkungan sekolah yang banyak aturan.

Pasien kurang suka dengan guru di SD karena suka memarahi dan menasehati pasien kalau pasien melawan dan tak mengikuti aturan di sekolah.

Pasien paling suka pelajaran kesenian seperti menyanyi dan bermain gitar.

Pasien suka bermain sepak bola

c. Perkembangan kognitif dan motorik

Pasien masih bisa membaca dan menulis dengan cukup baik.

Tidak terdapat disfungsi otak dan ganguan perkembangan spesifik.

d. Problem emosi atau fisik khusus remaja

Pasien tidak mempunyai ketakutan tertentu terhadap sesuatu, tidak kuatir akan dihukum dan tidak merasa sekitpun salah.

Pasien menggunakan obat obatan seperti pil BK , esstaccy maupun obat obat terlarang.

Pasien merokok sejak SMP kelas I sebanyak dua bungkus rokok dalam sehari karena ajakan temannya.

Pasien mengkonsumi minuman berakohol seperti topi miring, anggur cap orang tua.

Pasien tidak pernah merasa rendah diri dan tidak mengalami persoalan berat.

e. Riwayat Psikoseksual:

Pasien mengatakan mulai jatuh cinta pada saat berumur 15 tahun dengan teman pasien.

Pasien juga pernah beberapa kali berganti pacar.

Pasien mengatakan tidak pernah berhubungan seksual sebelum menikah.

Pasien menikah dengan wanita yang dia sukai selama ini, diusia yang relatif muda yaitu 18 tahun.

d. Latar Belakang Agama

Pasien beragama Islam namun pasien jarang melakukan ibadah shalat 5 waktu.

Pasien juga jarang melaksanakan puasa di bulan ramadhan.

5. Masa dewasa

a. Riwayat Pekerjaan

Pasien setelah lulus SD pasien sempat bekerja sebagai pedagang mie ayam keliling bersama dengan saudara laki laki pasien selama 5 tahun,

Karena pasien merasa kurang menguntungkan jualan mie ayam keliling dan bosan kemudian pasien menjadi tukang parkir selama 3 tahun.

Pasien kemudian mengikuti tawaran kawannya menjadi supir angkot 4 tahun.

b. Aktivitas sosial

Pasien mengatakan tidak memiliki banyak teman, jarang dapat berteman dengan baik. Pasien sering berganti ganti teman.

Pasein mengatakan temannya kebanyakan laki laki. Pasien suka bergaul dengan orang yang asyik dan tidak membosankan.

Pasien tidak suka dengan teman atau grup / gang yang banyak aturan.

Pasien mengatakan punya beberapa musuh dan sering berkelahi dengan teman atau orang lain dan terkadang tanpa alasan yang jelas.

c. Kehidupan Seksual masa dewasa

Pasien tidak pernah berhubungan seks sebelum menikah.

Pasien menikah pada usia 18 tahun (tahun 1992) dengan seorang wanita berumur 15 tahun.

Pasien mempunyai dua orang anak perempuan. Anak pasien sekarang berusia 5 tahun dan 3 tahun.

d. Riwayat kemiliteran

Pasien tidak mempunyai riwayat pendidikan militer.

E. Riwayat Keluarga

Pasien mengatakan tidak ada riwayat keluarga yang mengalami gangguan jiwa.

Pasien merupakan anak enam dari enam bersaudara. Sejak lahir pasien diasuh oleh ibu dan ayahnya.Pasien setelah menikah hidup terpisah dari kedua orangtuanya.

Pohon Keluarga:

F. Riwayat Sosial Ekonomi

Pasien tinggal bersama istri dan anak perempuan pasien. Dengan lingkungan rumah yang padat, satu sama lain rumah saling berdekatan. Sumber pendapatan berasal dari pasien yang bekerja sebagai supir angkot Penghasilan sehari hari digunakan anak pasien untuk mencukupi kehidupan sehari hari dia,istri dan anak-anaknya. Terkadang ayah dan ibu pasien ikut membantu dengan memberikan bahan makanan atau masakan matang untuk dimakan pasien dan anak perempuannya, karena rumah pasien dengan ayah dan ibunya tidak terlalu jauh. Pasien dan anak perempuannya hidup dalam keadaan ekonomi yang cukup sulit.

G. Persepsi Pasien Terhadap Dirinya Dan Kehidupan

1. impiaan:Pasien ingin bercita cita ingin menjadi polisi atau tni.

2. Fantasi:Pasien bisa bekerja lagi sebagai supir angkot dan ingin taat beribadah

3. Sistem nilai: Merasa senang karena masih ada anak perempuan yang menemani pasien di rumah.

Pasien tidak merasa sendirian.

Pasien terkadang ingin membantu anak perempuannya dan bekerja agar pasien tidak merasa menjadi beban.

4. Dorongan kehendak:

Pasien merasa malas untuk mencari pekerjaan lagi.

5. Hal yang menjadi sumber kejengkelan atau frustasi dan yang membuat bahagia atau senang:

Pasien merasa kesal dan jengkel kalau ada orang lain atau tetangga lingkungan yang membicarakan penyakit pasien

Pasien senang jika mengingat masa - masa bersama istri dan anaknya dulu.

II. STATUS MENTAL

Dilakukan pada tanggal 28 November 2011 di ruang Yudistira RSMM pada pukul 11.30 WIB

A. Deskripsi Umum

1. Kesadaran

Compos Mentis

2. Penampilan Umum

Pasien seorang laki-laki berumur 26 tahun, berpenampilan fisik terlihat lebih tua dari usianya, kulit kuning langsat, rambut berwarna hitam pendek.

Pasien memakai kaos berwarna putih polos dan menggunakan celana pendek berwarna coklat muda.

Pasien memakai sendal jepit berwarna biru.

Kebersihan dan kerapihan diri baik.

3. Perilaku dan Aktivitas Motorik Sebelum wawancara, pasien sedang duduk di lantai ruangan Yudistira.

Selama wawancara, pasien duduk, kontak mata baik, bicara volume cukup, agak terlambat dalam merespon pertanyaan. Pasien menjawab semua pertanyaan yang diajukan..

Selama wawancara pasien sangat kooperatif dalam menjawab pertanyaan, dan banyak tersenyum.

Setelah wawancara, pasien duduk lagi di lantai ruangan arimbi.

4.Pembicaraan

Pasien menjawab semua pertanyaan yang diajukan dengan artikulasi yang jelas.

Walaupun agak kurang lancar tapi pemeriksa masih dapat menangkap maksud dari pembicaraan pasien.

5.Sikap Terhadap Pemeriksa: Cukup kooperatif

C. Fungsi Intelektual

1. Taraf pendidikan, pengetahuan dan kecerdasan :

Taraf Pendidikan

: Tamat SD

Pengetahuan Umum

: Baik

(pasien dapat menyebutkan nama nama presiden yang pernah memimpin indonesia )

Kecerdasan

: Baik

(pasien mampu mengikuti gambar yang

memberikan dan menjumlahkan angka angka)

2. Daya konsentrasi: Baik ( pasien dapat mengurangi 100 dengan 7 secara berurut ).3. Orientasi :

Daya Orientasi Waktu

: Baik

(pasien dapat menyebutkan sekarang siang

atau malam dan dapat menyebutkan tanggal, bulan dan tahun)

Daya Orientasi Tempat

: Baik

(pasien mengetahui dirinya berada di

Rumah Sakit Marzoeki Mahdi )

Daya Orientasi Personal

: Baik

(pasien mengetahui siapa yang memeriksany dan Pasien mengenal teman-teman satu perawatan).

4.Daya ingat:

Daya Ingat Jangka Panjang: Baik

(masih ingat tempat pasien bersekolah waktu SD dimana )

Daya Ingat Jangka Pendek: Baik

(pasien ingat hari ini makan sudah berapa kali dan makan dengan lauk pauk apa saja)

Daya Ingat Sesaat

: Baik

(pasien mampu mengingat nama

pemeriksa setelah beberapa menit)5. Pikiran Abstrak

: Tidak Baik

(Saat wawancara pasien tidak mampu mengartikan : besar pasak dari pada tiang

(pasien menjawab kalau pasak lebih besar dari pada tiang

6.Kemampuan Menolong Diri: Tidak baik

(tercium bau badan selama wawancara)

D. Gangguan Persepsi

1.Halusinasi: Halusinasi auditorik: Berupa suara laki laki yang mengatakan pasien adalah titisan Prabu Siliwangi

Mendengar suara yang menyuruh pasien pukul dan bunuh. Terutama bila melihat orang yang dianggap pasien sebagai musuh. Pasien merasakan terhasut dan melakukan hal yang disuruh oleh suara yang

Ilusi

: Tidak ada

2. Depersonalisasi

: Tidak ada

Derealisasi

: Tidak ada

E. Proses Pikir

1. Arus Pikir

Produktivitas

: Kurang.

Pasien bicara dan menjawab pertanyaan

yang ditanya, respon jawabnnya agak lambat.

Kontinuitas Pikiran: Terganggu ( assosiasi longgar

Setiap jawaban yang diberikan, pasien menjawab namun jawabannya tidak tepat dengan maksud / pertanyaan.

Hendaya Berbahasa: Tidak ada.

Pasien tidak menggunakan bahasa yang tidak dimengerti/kata kata baru yang hanya pasien mengerti (neologisme) atau pasien mengunakan bahasa secara lazim sesuai dengan tata bahasa.

2. Isi Pikir

Preokupasi: Tidak ada

Waham: waham kebesaran

Pasien yakin kalau dirinya adalah titisan Prabu Siliwangi

F. Pengendalian Impuls:Baik. selama wawancara pasien duduk tenang .

G. Daya Nilai

1. Daya nilai sosial

Baik (ketika diberi pertanyaan mengenai apakah marah-marah pada orang tua itu baik atau tidak, pasien menjawab hal tersebut tidak baik).

2. Uji daya nilai

Baik (pasien mengatakan bahwa apabila ditengah jalan pasien melihat sepucuk surat dan ada perangko serta alamat lengkapnya, pasien mengatakan akan memasukan ke kotak surat terdekat )

3. Penilaian realita

Terganggu, karena terdapat halusinasi auditorik dan adanya waham kejar.

H. Tilikan

: Derajat 5

Pasien menyadari kalau pasien mengalami ganguan jiwa dan gejala-gejala yang dideritanya

I. Taraf Dapat Dipercaya

: Dapat dipercayaIV. STATUS FISIK

Pemeriksaan fisik dilakukan tanggal 4 Januari 2015.

Jam 12:15 wib

A. Status Internus

Keadaan umum

: Baik

Kesadaran

: Kompos mentis

Tekanan darah

: 120/80 mmHg

Frekuensi napas

: 22x/menit

Frekuensi nadi

: 86 x/menit

Suhu

: afebris

Status gizi

: Kesan gizi cukup(normal)

BB 170 cm BB =70 kg: IMT = 24.2

Kulit

: sawo matang

Kepala

: Tidak ada deformitas

Rambut

: Hitam, lurus, pendek

Mata

: Konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik

THT

: Dalam batas normalGigi dan mulut

: Dalam batas normal

Leher

: Pembesaran KGB (-)

Jantung

: Bunyi jantung I-II normal, murmur (-), gallop (-)

Paru

: Simetris, vesikuler, rh-/-, wh-/-

Abdomen

: Buncit, supel, bising usus normal, hepatomegali (-)

Ekstremitas

: Akral hangat, edema (-)

B. Status Neurologis

GCS

: 15 (E4,V5,M6)

Kaku kuduk

: (-)

Pupil

: Bulat, isokor

Kesan parase nervus kranialis: (-)

Motorik : Kekuatan (5), tonus baik, rigiditas (-), spasme (-), hipotoni (-), eutrofi, tidak ada gangguan keseimbangan dan koordinasi

Sensorik

: Tidak ada gangguan sensibilitas

Reflex fisiologis

: Normal

Reflex patologis

: (-)

Gejala ekstrapiramidal

: (-)

Gaya berjalan dan postur tubuh: Normal

Stabilitas postur tubuh

: Normal

Tremor di kedua tangan

: (-)

V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA

Pasien adalah seorang laki-laki berusia 26 tahun datang ke IGD RS DKT dengan keluhan mengamuk dan menghancurkan barang barang dirumah,tidak mau mandi,berkeliaran disekitar rumah dan menganggu tetangga sejak 3 hari SMRS. Sudah 2 bulan pasien sering merasa marah tanpa sebab yang jelas, gampang tersinggung, sulit tidur. Pasien telah 3 bulan SMRS pasien tidak minum obat. Halusinasi auditorik(+),Waham kebesaran (+).

Pasien pernah dirawat di RSJ Bandar Lampung dengan keluhan yang sama seperti ini. Pasien sudah ke dua kalinya dirawat di rumah sakit tersebut ,yaitu Desember 2014 pertama kali .Pada status mental ditemukan :

- Penampilan

Pasien berumur 26 tahun., berpenampilan fisik lebih tua dari.Rambut hitam pendek, warna kulit sawo matang, kebersihan dan perawatan kurang baik.

- Pembicaraan

Pasien menjawab pertanyaan yang diajukan pemeriksa respon yang agak lambat. Pasien menjawab pertanyaan dengan intonasi jelas, volume suara terdengar jelas .Pasien menjawab pertanyaan namun kadang terdengar jawaban pasien tidak berhubungan atau aneh.( asosiasi longgar). Pemeriksa masih dapat menangkap maksud dari pembicaraan pasien. Kontak mata dengan pewawancara cukup baik. Selama wawancara terlihat gerakan pasien yang menggerakan jari jari tangannya seperti menghitung uang dan pasien menggoyang-goyangkan kakinya. (stereotipik)

- Kesadaran ( Compos mentis

- Gangguan alam perasaan berupa Afek

: terbatas

Mood

: Euthym

Keserasian: Tidak serasi antara emosi dan isi pembicaraan- Gangguan Alam pikiran berupa:

- Gangguan isi pikir :

Waham kebesaran Preokupasi : tidak ada - Gangguan persepsi: Halusinasi auditorik berupa perintah

- Gangguan Alam Perbuatan (-)

Pengendalian impuls baik

- Daya Nilai Realita: Terganggu

- Tilikan

: Derajat V

- Taraf dapat dipercaya: Dapat dipercaya

VI. FORMULASI DIAGNOSTIK

Diagnosis Aksis I : skizofrenia tipe paranoid

Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, pasien tidak memiliki riwayat cedera kepala, riwayat tindakan operatif, dan riwayat kondisi medik lain yang dapat secara langsung ataupun tidak langsung mempengaruhi fungsi otak. Oleh karena itu, gangguan mental organik (F00-09) dapat disingkirkan.

Pada pasien mempunyai riwayat penggunaan zat psikoaktif tetapi sudah lama berhenti menggunakan obat-obat tersebut dan gejala muncul setelah pasien berhenti menggunakan obat-obatan tersebut, Sehingga diagnosis gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat psikoaktif (F10-19) dapat disingkirkan. Diagnosis lebih diberatkan pada F20.0 skizofrenia paranoid.

Digolongkan dalam : Gangguan psikosis karena ada hendaya berat dalam menilai realitas yang ditandai dengan: Waham: waham kebesaran( pasien yakin kalau dirinya adalah Prabu Siliwangi Halusinasi: Halusinasi auditorik berupa perintah untuk memukul orang lain. Perilaku terdisorganisasi: marah-marah, sulit tidur, tidak mau mandi, berkeliaran diluar rumah. Gejala Negatif : afek terbatas, kesulitan dalam pemikiran abstrak, kurangnya spontanitas dan arus pikir percakapan, perilaku yang steriotipik.Psikosis fungsional oleh karena: Tidak ada penurunan kesadaran neurologik. Tidak ada fungsi organik spesifik yang dinilai memiliki hubungan etiologi dengan gangguan tersebut Diagnosis aksis II : ganguan kepribadian dissosial

Pada pasien ditemukan gangguan kepribadian dissosial F60.2 karena pada pasien ditemukan gejala:

Pasien jarang masuk ke sekolah, sering membolos tidak masuk ke sekolah.

Pasien sering bertengkar dengan teman satu sekolahnya sampai nyaris dikeluarkan dari sekolah. Namun pasien tak pernah merasa takut dan jera dengan perbuatannya karena pasien merasa dirinya tidak bersalah.

Pasien tidak mempunyai ketakutan tertentu terhadap sesuatu, tidak kuatir akan dihukum dan tidak merasa sekitpun salah.

Pasien tidak terlalu dekat dengan saudara kandungannya dan tidak bisa berteman lama dengan orang,

Pasien selalu berganti ganti teman. Baik di sekolah maupun di lingkungan sekitar jarang mempunyai sahabat atau teman dekat..

Pasien mudah untuk marah, dan mudah untuk pasien memukul orang lain yang membuat dia marah atau emosi.

Diagnosis aksis III

Pada pemeriksaan fisik dan pemeriksaan neurologis tidak ditemukan kondisi medik yang berhubungan dengan kondisi pasien pada saat ini, dapat disimpulkan tak ada diagnosis pada aksis III.

Diagnosis aksis IV Ditemukan factor pencetus atau stressor berupa masalah pergaulan dimana lingkungan pergaulan pasien yang buruk yaitu teman-teman pasien rata-rata adalah pemakai obat-obatan dan sering membuat kerusuhan.Diagnosis aksis V

Skala GAF :GAF HLPY

: 70

( beberapa gejala ringan dan menetap dengan, disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum masih baik)

Fungsi Pekerjaan

: pasien bekerja membantu pekerjaan rumah.Fungsi sosial/keluarga : pasien dapat bekomunikasi dan berinteraksi dengan keluarga dan lingkunganFungsi perawatan diri

: pasien masih dapat merawat dirinya sendiri. GAF Current

: 58

(Gejala sedang moderat, disabilitas sedang) Fungsi pekerjaan

: pasien saat ini tidak bekerja.Fungsi sosial/keluarga:pasien mengalami gangguan dalam komunikasi dengan keluarga dan lingkungan sekitarnya.

Fungsi perawatan diri

: pasien tidak dapat merawat dirinya sendiri.VII. EVALUASI MULTIAKSIAL

Aksis I

: Skizofrenia tipe paranoidAksis II: Ganguan kepri badian dissosial

Aksis III: Tidak ada diagnosis Aksis IV: Masalah kepergian istrinya dengan lelaki lain.

Aksis V: GAF HLPY

: 7O

( beberapa gejala ringan dan menetap dengan, disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum masih baik)

GAF Current : 58

(Gejala sedang moderat, disabilitas sedang) VIII. DAFTAR PROBLEM

Organobiologis: Tidak terdapat faktor herediter Psikologis: waham kebesaran

halusinasi auditorik berupa perintah.

Sosiobudaya

: Hendaya dalam fungsi sosial

IX.PROGNOSIS

Ad vitam

: Bonam

Ad fungtionam : Dubia ad bonam

Ad sanationam : Dubia

A. Faktor yang memperingan:

Tidak terdapat faktor herediter

Diketahuinya faktor pencetus timbulnya gangguan

Pasien pernah bekerjaB. Faktor yang memperberat:

Bukan serangan yang pertama

Terdapat gejala negatif

Pasien tidak patuh minum obat( Sering putus obat..

X. PENATALAKSANAAN

Psikofarmaka

:

Haloperidol

3x5 mg

Clorpromazine

1x100 mg

Rujuk ke RS Jiwa Bandar Lampung untuk mendapatkan Psikoterapi:

Psikoterapi suportif:Memberikan pasien kesempatan untuk menceritakan masalahnya dan meyakinkan pasien bahwa ia sanggup menghadapi masalah yang ada. Memotivasi pasien untuk rajin minum obat secara teratur dan jangan bosan untuk minum obat karna obat yang diberikan merupakan pengontrol agar tidak timbulnya gejala atau bisa mengurangi gejala yang dirasakan pasien. Memberikan edukasi pada pasien bahwa obat yang diminum tidak menimbulkan ketergantungan, justru sebagai pengontrol agar gejala yang dialami pasien bisa terkontrol dan pasien bisa menjalani kegiatan sehari hari seperti sebelum sakit. Memberikan dukungan kepada pasien bahwa ia dapat kembali melakukan aktivitas seperti sebelum sakit kalau gejala yang dirasakan pasien bisa terkontrol. Sosioterapi:

Memberi saran kepada keluarga pasien agar mengerti keadaan pasien dan selalu memberi dukungan kepada pasien. Mengikut sertakan pasien dalam kegiatan RS agar dapat berinteraksi dengan baik, dengan orang lain, Menganjurkan pasien untuk lebih mendalami agama sesuai dengan kepercayaannya

Mengingatkan keluarga pasien untuk rajin kontrol ke Puskesmas yang terdekat dan mengambil obat secara teratur

Mengajarkan keterampilan yang sesuai dengan kemampuan dan pendidikannya

Memberikan informasi pentingnya aktivitas daily living dalam kehidupannya sehari-hari karena bisa mengalihakan perhatiaan pasien kepada hal hal yang positif.

Meyakinkan pasien agar mau melaksanakan kegiatan kegiatan yang bermanfaat bagi pasien.

BAB IIITINJAUAN PUSTAKASkizofrenia Paranoid adalah gangguan psikotik yang disebabkan oleh kelainan pada otak, yang kemudian memunculkan kesalahan persepsi pada panca indera selanjutnya mengakibatkan gangguan yang khas dalam berpikir (delusi), persepsi (halusinasi), pembicaraan, emosi dan perilaku.

Ciri utama skizofrenia tipe paranoid ini adalah adanya waham yang mencolok atau halusinasi auditorik dalam konteks terdapatnya fungsi kognitif dan afek yang relatif masih terjaga, sedangkan katatonik relatif tidak menonjol.

Kriteria Diagnostik Skizofrenia Paranoid. Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia yaitu harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala atau lebih, bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):1. Adanya delusi atau waham, yakni keyakinan palsu yang dipertahankan.

Waham curiga , Yaitu keyakinan bahwa orang atau kelompok tertentu sedang mengancam atau berencana membahayakan dirinya. Waham ini menjadikan penderita paranoid selalu curiga akan segala hal dan berada dalam ketakutan karena merasa diperhatikan, diikuti, serta diawasi.

Waham Kebesaran (delusion of grandeur), Yaitu keyakinan bahwa dirinya memiliki suatu kelebihan dan kekuatan serta menjadi orang penting.

Waham Pengaruh (delusion of influence), Adalah keyakinan bahwa kekuatan dari luar sedang mencoba mengendalikan pikiran dan tindakannya.

2. Adanya halusinasi, yaitu persepsi palsu atau menganggap suatu hal ada dan nyata padahal kenyataannya hal tersebut hanyalah khayalan.

Halusinasi auditorik: suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku pasien, atau mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri (di antara berbagai suara yang berbicara), atau jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.

3. Gejala motorik dapat dilihat dari ekpresi wajah yang aneh dan khas diikuti dengan gerakan tangan, jari dan lengan yg aneh dan juga dapat dilihat dari cara berjalannya.

4.Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor.

5. Penarikan sosial (social withdrawl), pada umumnya tidak menyukai orang lain dan menganggap orang lain tidak menyukai dirinya sehingga dia hanya memiliki sedikit teman.

Diduga, penyebab gangguan kepribadian ini disebabkan oleh respon pertahanan psikologis (mekanisme pertahanan diri) yang berlebihan terhadap berbagai stress atau konflik terhadap egonya dan biasanya sudah terbentuk sejak usia muda.

1)"Thought echo" = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya. 2)"Thought insertion or withdrawal" = isi pikiran yang asing dari luar masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal), dan

2)"Thought broadcasting" = isi pikirannya tersiar ke luar sehingga orang lain atau umum mengetahuinya . "Delusion of control" = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan tertentu dari luar, atau "delusion of influence" = waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan tertentu dari luar, atau "delusion of passivity" = waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap sesuatu kekuatan dari luar, (tentang "dirinya" = secara jelas merujuk ke pergerakan tubuh atau anggota gerak atau ke pikiran, tindakan, atau penginderaan khusus). "Delusional perception" = pengalaman inderawi yang tak wajar, yang bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat.

3) Halusinasi auditorik: suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku pasien, atau mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri (di antara berbagai suara yang berbicara), atau jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.

4) Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan mahluk asing dari dunia lain). Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas:

5) Halusinasi yang menetap dari panca-indera apa saja, apabila disertai baik oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa konten afektif yang jelas, atau disertai oleh ide-ide berlebihan (over-Valued ideas) yang menetap, atau ketika terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus menerus.

6) Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan (interpolation), yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan, atau neologisme.

7) Gejala "negatif", seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan respon emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika.

Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala katatonik secara relatif tidak menonjol. Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodromal). Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal behaviour), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri (self-absorbed attitude), dan penarikan diri secara sosial.BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

1. Kaplan, Saddock, Grebb. Sinopsis Psikiatri. Jilid II. Edisi ketujuh. Bina Rupa Aksara. Jakarta.1997: 276-303

2. Maramis. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Airlangga University Press. Surabaya 1980:339-3713. Budihalim S, Sukatman D. Psikofarmaka dan Psikosamatik. Dalam : Ilmu Penyakit Dalam jilid II, FK UI Jakarta 1999: 602-03PAGE