27
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP) Bidang Studi : Keperawatan Jiwa Topik : Manajemen Stress Sasaran : Pasien dan Keluarga di Ruang Jiwa Sejahtera RSUD dr.Soetomo Surabaya Tempat : Gazebo Ruang Jiwa Sejahtera RSUD dr.Soetomo Surabaya Hari/Tanggal : Jumat, 04/09/2015 Waktu : 10.00 WIB s.d 10.30 WIB Durasi : 30 menit 1. ANALISA SITUASIONAL Penyuluh : Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan. Peserta: Pasien dan Keluarga di Ruang Jiwa Sejahtera RS dr.Soetomo 2. TUJUAN INSTRUKSIONAL 1) Tujuan Instruksional Umum Untuk meningkatkan pengetahuan keluarga klien tentang manajemen stress dan teknik melakukan manajemen stress. 2) Tujuan Instruksional Khusus Setelah dilakukan promosi kesehatan tentang Manajemen stress, peserta dapat :

SAP PKRS JIWA.doc

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: SAP PKRS JIWA.doc

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP)

Bidang Studi : Keperawatan Jiwa

Topik : Manajemen Stress

Sasaran : Pasien dan Keluarga di Ruang Jiwa Sejahtera RSUD dr.Soetomo

Surabaya

Tempat : Gazebo Ruang Jiwa Sejahtera RSUD dr.Soetomo Surabaya

Hari/Tanggal : Jumat, 04/09/2015

Waktu : 10.00 WIB s.d 10.30 WIB

Durasi : 30 menit

1. ANALISA SITUASIONAL

Penyuluh : Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan.

Peserta : Pasien dan Keluarga di Ruang Jiwa Sejahtera RS dr.Soetomo

2. TUJUAN INSTRUKSIONAL

1) Tujuan Instruksional Umum

Untuk meningkatkan pengetahuan keluarga klien tentang manajemen

stress dan teknik melakukan manajemen stress.

2) Tujuan Instruksional Khusus

Setelah dilakukan promosi kesehatan tentang Manajemen stress,

peserta dapat :

(1) Mengetahui dan menyebutkan pengertian stress

(2) Mengetahui dan menyebutkan penyebab stress

(3) Mengetahui dan menyebutkan tingkatan stress

(4) Mengetahui dan melakukan teknik-teknik manajemen stress

3. MATERI

a. Pengertian stress

b. Penyebab stress

c. Tingkatan stress

d. Tahapan stress

Page 2: SAP PKRS JIWA.doc

e. Manajemen stress dan teknik-teknik manajemen stress

4. METODE

1) Ceramah

2) Tanya jawab

5. ALAT DAN MEDIA

1) Banner

2) Leaflet

3) Absen

6. KEGIATAN PELATIHAN

NOTAHAP

KEGIATANPenyuluh Peserta Petugas

1 Pembukaan 2 menit

1) Menyampaikan salam pembuka2) Memperkenalkan diri 3) Menyampaikan tujuan promosi kesehatan

dengan metode ceramah dan tanya jawab4) Kontrak waktu

1) Menjawab salam2) Mendengarkan3) Memperhatikan4) Menyepakati kontrak

waktu

Moderator

2 Pelaksanaan 14 menit

1) Tahap pertama: OrientasiMenjelaskan tata cara jalannya promosi kesehatan

2) Mengkaji pengetahuan pasien dan keluarga mengenai Manajemen stress

3) Tahap kedua: Penyampaian materia. Pengertian stressb. Penyebab stressc. Tingkatan stressd. Tahapan stresse. Manajemen stressdan teknik-teknik

manajemen stress

1) Memperhatikan dan mendengarkan

2) Menjawab pertanyaan pemateri

3) Memperhatikan dan mendengarkan

Pemateri

3 Diskusi dan Tanya jawab10 menit

1) Memberikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya menegenai materi yang sudah disampaikan

1) Bertanya seputar Manajemen stress

Fasilitator dan pemateri

4 Evaluasi 2 menit

1) Penyuluh memberikan pertanyaan singkat tentang Manajemen stress

2) Menyimpulkan kegiatan promosi kesehatan

1) Menjawab pertanyaan

Moderator

5. Terminasi 2 menit

1) Mengucapkan terima kasih atas peran serta peserta

2) Do’a3) Menyampaikan salam penutup

1) Mendengarkan2) Menjawab salam

Moderator

Page 3: SAP PKRS JIWA.doc

7. PENGORGANISASIAN

Pembimbing: 1) Pembimbing Pendidikan :

Rizki Fitryasari, S.Kep. Ns., M.Kep

2) Pembimbing Klinik

Mangkurela, S.Kep.,Ns

Sri Kusmawati, S.Kep.,Ns

Moderator : Dahlia Ulfa, S.Kep

Penyaji : Imam Tri Sutrisno, S.Kep

Observer : Masruroh Vivianti, S.Kep

Fasilitator : Dwi Yuni Astuti, S.Kep

Happy Restu Widayati, S.Kep

Nunung Firda Istiqomah, S.Kep

Rafika Rosyda, S.Kep

Yeni Rachmawati, S.Kep

Wieji Santoso, S.Kep

8. DESKRIPSI PENGORGANISASIAN

a. Moderator

Tugas:

1) Mengatur jalannya penyuluhan.

2) Menyampaikan judul materi.

3) Mengatur kontrak waktu.

4) Menjelaskan tujuan umum dan tujuan khusus.

5) Memperkenalkan penyaji materi, fasilitator, memberi salam pembuka

b. Penyaji

Tugas:

1) Menyajikan materi penyuluhan.

2) Menjawab pertanyaan dari peserta.

c. Observer

Tugas: Mengamati dan menilai proses penyuluhan.

d. Fasilitator

Tugas: Menstimulasi peserta yang tidak aktif.

Page 4: SAP PKRS JIWA.doc

9. SETTING TEMPAT

Keterangan Gambar :

: Audience : Fasilitator

: Moderator : Observer

: Penyuluh

10. EVALUASI

1) Evaluasi struktur

(1) Peserta hadir ditempat 15 menit sebelum kegiatan.

(2) Penyelenggaraan promosi kesehatan di Gazebo Ruang Jiwa Sejahtera

RSUD dr.Soetomo Surabaya

(3) Pengorganisasian penyelenggara dilakukan sebelum dilakukan promosi

kesehatan.

(4) SAP dan leaflet dibuat sebelum promosi kesehatan.

(5) Tim promosi kesehatan

Pembimbing Pendidikan : Rizki Fitryasari, S.Kep. Ns., M.Kep

Pembimbing Klinik : Mangkurela, S.Kep.,Ns

Sri Kusmawati, S.Kep.,Ns

Moderator : Imam Tri Sutrisno, S.Kep

Penyaji : Dahlia Ulfa, S.Kep

Observer : Masruroh Vivianti, S.Kep

Fasilitator : Dwi Yuni Astuti, S.Kep

Happy Restu Widayati, S.Kep

Banner

Page 5: SAP PKRS JIWA.doc

Nunung Firda Istiqomah, S.Kep

Rafika Rosyda, S.Kep

Yeni Rachmawati, S.Kep

Wieji Santosa, S.Kep

(6) Peralatan atau media tersedia dengan lengkap (banner, leaflet, absen).

(7) Tim promosi kesehatan melakukan kontrak waktu pada hari dilakukan

kegiatan.

2) Evaluasi proses

(1) Kegiatan dapat berjalan dengan lancar dan tujuan pembelajaran dapat

tercapai

(2) Peserta antusias terhadap materi yang disampaikan.

(3) Peserta mengikuti jalannya kegiatan sampai selesai.

(4) Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar.

3) Evaluasi Hasil

(1) 80% peserta mampu memahami pengertian stress dan manajemen stress

(2) 80% peserta mampu memahami penyebab stress

(3) 80% peserta dapat memahami tingkatan stress

(4) 80% peserta mampu memahami dan melakukan teknik-teknik

manajemen stress

Page 6: SAP PKRS JIWA.doc

MATERI

MANAJEMEN STRESS

1. Pengertian

Stress merupakan suatu respon adaptif individu terhadap situasi yang

diterima seseorang sebagai suatu tantangan atau ancaman keberadaannya. Stress

adalah suatu tanggapan dalam menyesuaikan diri yang dipengaruhi oleh

perbedaan individu dan proses psikologis, sebagai konsekuensi tindakan

lingkungan, situasi atau peristiwa yang terlalu banyak ditimpa seseorang (Yulianti

2010).

Manajemen stress adalah kemampuan penggunaan sumber daya (manusia)

secara efektif untuk mengatasi gangguan atau kekacauan mental dan emosional

yang muncul karena tanggapan (respon). Tujuan dari manajemen stress adalah

untuk memperbaiki kualitas hidup individu agar lebih baik. Manajemen stress

adalah kecakapan menghadapi tantangan dengan cara mengendalikan tanggapan

secara proporsional (Amirul, 2012)

Stres merupakan hal menjadi bagian dari kehidupan manusia. Berikut ini

akan kita bahas mengenai definisi stres, stres psychological and physical strain or

tensien generated by physical,emotional,social,economic, or occupational

circumstances, evects, or experiences that are difficult to manage or endure.

Makna dari kalimat tersebut adalah bahwa stres psikologis dan fisik merupakan

ketegangan yang disebabkan oleh fisik, emosi, sosial, ekonomi, pekerjaan atau

keadaan, peristiwa, atau pengalaman yang sulit untuk mengelola atau bertahan

(Nasir, 2011)

2. Etiologi Stress

Stresor adalah faktor-faktor dalam kehidupan manusia yang mengakibatkan

terjadinya respons stres. Stresor dapat berasal dari berbagai sumber, baiknya dari

kondisi fisik, psikologis, maupun sosial dan juga muncul pda situasi kerja,

dirumah, dalam kehidupan sosila, dan lingkungan luar lainya ( Patel, 1996 dalam

Nasir, 2011).

Secara garis besar, stresor bisa dikelompokan menjadi dua, yaitu :

Page 7: SAP PKRS JIWA.doc

a. Stresor mayor, yang berupa major live events yang meliputi peristiwa

kematian orang yang disayang, masuk sekolah untuk pertama kali, dan

perpisahan.

b. Stresor minor, yang biasanya berawal dari stimulus tentang masalah

kehidupan sehari-hari, misalnya ketidaksenangan emosional terhadap hal hal

tertentu sehingga menyebabkan munculnya stres (Brantley,dkk, 1988, dalam

Nasir, 2011).

Taylor (1991) dalam Nasir (2011) merinci beberapa karakteristik kejadianya yang

berpotensial dan dinilai dapat menciptakan stresor.

a. Kejadian negatif agaknya lebih banyak menimbulkan stress daripada kejadian

positif.

b. Kejadian yang tidak terkontrol dan tidak terprediksi lebih membuat stres

daripada kejadian yang terkontrol dan terprediksi.

c. Kejadian “ambigu” sering kali di[andang lebih mengakibatkan stres daripada

kejadian yang jelas.

d. Manusia yang tugasnya melebihi kapasitas (oveload) lebih muda mengalami

stres daripada orang yang memiliki tuugas lebih sedikit.

Ada beberapa sumber stres yang berasal  dari lingkungan, di antaranya adalah

lingkungan fisik, sepert: polusi udara, kebisingan, kesesakan, lingkungan kontak

sosial yang bervariasi, serta kompetis hidup yang tinggi (Howart dan Gillham,

1981 dalam Nasir, 2011). Selain itu, sumber stres yang lain meliputi hal-hal

berikut.

a. Dalam diri individu

Hal ini berkaitan dengan adanya konflik. Pendorong dan penarik konflik

menghasilkan dua kecendrungan yang berkebalikan, yaitu approach dan

avoidance. Kecendrungan ini menghasilkan tipe dasar konflik, yaitu sebagai

berikut:

a) Approach-approach conflict. Muncul ketika kita tertarik terhadap dua

tujuan yang sama-sama baik.

b) Avoidance-avoidance conflict. Muncul ketika kita dihadapkan pada satu

pilihan antara dua situasi yang tidak menyenangkan.

Page 8: SAP PKRS JIWA.doc

c) Approach-avoidance conflict. Muncul ketika kita melihat kondisi yang

menarik dan tidak menarik dalam satu tujuan atau situasi.

b. Dalam keluarga.

Dari keluarga ini yang cenderung memungkinkan munculnya stres adalah

hadirnya anggota baru, sakit, dan kematian dalam keluarga.

c. Dalam komunitas dan masyarakat.

Kontak dengan orang di luar keluarga merupakan banyak sumber stres,

misalnya pengalaman anak di sekolah dan persaingan. Berdasarkan

penjelasan di atas, maka stresor atau hal-hal yang dapat menyebabkan

terjadinya stres dapat berupa faktor-faktor fiologis, psikologis, dan

lingkungan di sekitar individu baik fisik tidak, bergantung pada bagaimana

individu menyikapi stresor itu.

3. Tingkatan Stress

Terdapat dua tingkatan stress yaitu eustress dan distress.

1) Eustress

Eustress adalah stress positif yang terjadi ketika tingkatan stress cukup

tinggi untuk memotivasi agar bertindak mencapai sesuatu. Eustress adalah

stress yang baik yang menguntungkan kesehatan seperti latihan fisik atau

mencapai promosi dan menyelesaikan tugas yang dibebankan.

2) Distress

Distress atau stress negatif terjadi ketika tingkatan stress terlalu tinggi

atau terlalu rendah dan tubuh dan pikiran mulai menanggapi stressor

dengan negatif. Distress di lain pihak merupakan stress yang mengganggu

kesehatan dan sering menyebabkan ketidakseimbangan antara tuntuntan

stress dan kemampuan untuk memenuhi tuntutan.

Dengan demikian penanganan stress dapat meningkatkan motivasi dan

stimulus. Apabila kita memiliki kemampuan untuk memenuhi tuntutan

lingkungan, kita dapat mengatasi stress dengan cara yang efektif.

Page 9: SAP PKRS JIWA.doc

4. Tahapan Stress

Terdapat tiga tahapan stress yaitu alarmstage, resistensi, exhaustion.

1) Tahap Alarmstage

Apabila anda mulai mengalami kejadian yang menyebabkan stress atu

sesuatu yang menyebabkan perubahan psikologi tubuh anda, stressor ini

mengganggu keseimbangan badan dan tubuh merespon stressor dengan

segera dan seefektif mungkin. Hal yang dapat terjadi akibat stress ini

contohnya, peningkatan denyut jantung, peningkatan pernafasan,

penurunan suhu badan, peningkatan stimulasi dengan adrenal yang

meningkatkan hormon adrenalin.

2) Tahap Resistensi

Pada tahap ini tubuh anda mencoba untuk menyesuaikan dengan stressor

dengan memulai proses dan memperbaiki kerusakan yang diakibatkan

oleh stessor. Rekan dan keluarga anda mengetahui perubahan sebelum

anda melakukannya. Dengan demikian penting untuk menguji akibat-

akibatnya untuk memastikan bahwa anda tidak berlebihan. Indikator

perilaku dari tahap ini adalah kurang perhatian terhadap keluarga,

sekolah, kehidupan, perubahan kebiasaan makan, insomnis,

hiperinsomnia, kemarahan, dan fatique.

Indikator kognitif meliputi kesulitan memecahkan masalah, bingung,

mimpi buruk. Indikator emosi adalah kesedihan, ketakutan, kecemasan,

panik, depresi.

3) Tahap Exhaustion

Selama tahap ini stressor tidak diatur dengan efektif, tubuh dan pikiran

mengalami kelemahan atau tidak mampu menyelesaikan pekerjaan ringan

dan sederhana. Pada tahap ini terjadi gangguan pencernaan, sakit kepala,

tekanan darah naik, insomnia dan lepas kendali. Pada tahap ini stress

dapat menimbulkan dampak buruk pada kondisi mental, fisik, dan

spiritual.

5. Manajemen dan Teknik-teknik Manajemen Stress

Dalam keperawatan terdapat beberapa teknik manajemen stress yang dapat

dilakukan antara lain :

Page 10: SAP PKRS JIWA.doc

1) Relaksasi Progresif

Teknik relaksasi progresif adalah memusatkan perhatian pada suatu

aktifitas otot, dengan mengidentifikasi otot yang tegang kemudian

menurunkan ketegangan dengan melakukan teknik relaksasi untuk

mendapatkan perasaan relaks.

Manfaat teknik relaksasi progresif, antara lain :

(1) Bagi individu yang menggunakan latihan relaksasi progresif akan

memberikan kesempatan yang baik untuk latihan, dengan demikian

akan meningkatkan keterampilan dasar relaksasi

(2) Bagi individu yang mengalami ketegangan kronis akan menolong

untuk mengelola melemahkan rangsangan sehari – hari

(3) Bagi individu yang menjadi tegang dalam situasi-situasi khusus

Cara melakukan teknik relaksasi progresif adalah :

(1) Posisi tubuh senyaman mungkin, bisa berbaring dengan bantal

dibawah kepala dan lutut, atau duduk di kursi dengan kepala ditopang.

(2) Kepalkan kedua telapak tangan, kencangkan bisep dan lengan bawah

(sikap Charles Atlas) selama lima sampai tujuh detik. Kemudian

tegangkan otot sepenuhnya lalu relaks selama 12 sampai 30 detik.

(Greenberg, 2002).

(3) Kerutkan dahi ke atas, pada saat yang sama tekan kepala sejauh

mungkin ke belakang, putar searah jarum jam dan kebalikannya

selanjutnya relaks; kemudian kerutkan otot muka seperti menari:

cemberut, mata dikedipkan, bibir dimonyongkan kedepan, lidah

ditekan di langit-langit, dan bahu dibungkukkan selama masing-

masing lima sampai tujuh detik. Anjurkan klien untuk merasakan dan

tegangkan otot sepenuhnya kemudian relaks selama 12 sampai 30

detik. (Greenberg, 2002).

(4) Lengkungkan punggung ke belakang sambil menarik napas dalam

masuk, tekan keluar lambung, ditahan. Relaks. Nafas dalam, tekan

keluar perut, tahan, relaks; (Greenberg, 2002).

(5) Tarik kaki dan ibu jari ke belakang mengarah ke muka, tahan, relaks.

Lipat ibu jari, secara serentak kencangkan betis, paha, dan pantat

Page 11: SAP PKRS JIWA.doc

selama lima sampai tujuh detik. Anjur klien untuk memikirkan

rasanya dan tegangkan otot sepenuhnya kemudian relaks selama 12

sampai 30 detik. (Greenberg, 2002).

Selama melakukan teknik relaksasi catat respon non verbal klien, jika

klien menjadi agitasi atau tidak nyaman, hentikan latihan, dan jika

klien terlihat kesulitan relaxing hanya sebagian tubuh, perawat

melambatkan kecepatan latihan dan berkonsentrasi pada bagian tubuh

yang tegang.

2) Imajinasi Terbimbing

Imajinasi terbimbing adalah sebuah teknik relaksasi yang bertujuan untuk

mengurangi stress dan meningkatkan perasaan tenang dan damai serta

merupakan obat penenang untuk situasi yang sulit dalam kehidupan.

Imajinasi terbimbing atau imajinasi mental merupakan suatu teknik untuk

mengkaji kekuatan pikiran saat sadar maupun tidak sadar untuk

menciptakan bayangan gambar yang membawa ketenangan dan

keheningan (National Safety Council,2004).

Manfaat imajinasi terbimbing pada umumnya sama dengan teknik

relaksasi yang lain. Teknik ini dapat mengurangu nyeri, mempercepat

penyembuhan, dan membantu tubuh mengurangi berbagai macam penyakit

seperti depresi, alergi, dan asma (Holistic-online, 2006)

Teknik atau cara melakukan imajinasi terbimbing yaitu :

(1) Guided Walking Imagery : teknik ini ditemukan oleh psikoleuner. Pada

teknik ini pasien dianjurkan untuk mengimajinasikan pemandangan

standar seperti padang rumput, pegunungan, pantai dll. kemudian

imajinasi pasien dikaji untuk mengetahui sumber konflik.

(2) Autogenic Abeaction : dalam teknik ini pasien diminta untuk memilih

sebuah perilaku negatif yang ada dalam pikirannya kemudian pasien

mengungkapkan secara verbal tanpa batasan. Bila berhasil akan

tampak perubahan dalam hal emosional dan raut muka pasien

(3) Covert sensitization : teknik ini berdasar pada paradigma

reinforcement yang menyimpulkan bahwa proses imajinasi dapat

Page 12: SAP PKRS JIWA.doc

dimodifikasi berdasarkan pada prinsip yang sama dalam modifikasi

perilaku.

(4) Covert Behaviour Rehearsal : teknik ini mengajak seseorang untuk

mengimajinasikan perilaku koping yang dia inginkan. Teknik ini lebih

banyak digunakan.

3) Nafas Dalam

Teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan

keperawatan, yang dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien

bagaimana cara melakukan napas dalam, napas lambat (menahan inspirasi

secara maksimal) dan bagaimana menghembuskan napas secara perlahan.

Selain dapat menurunkan intensitas nyeri, teknik relaksasi napas dalam

juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi

darah (Smeltzer & Bare, 2002).

Manfaat teknik relaksasi nafas dalam antara lain :

(1) Ketentraman hati

(2) Berkurangnya rasa cemas, khawatir dan gelisah

(3) Tekanan dan ketegangan jiwa berkurang

(4) Detak jantung stabil

(5) Mengurangi tekanan darah

(6) Kesehatan mental lebih baik

(7) Meningkatkan daya berpikir logis

(8) Meningkatkan kemampuan berhubungan dengan orang lain

Bentuk pernafasan yang digunakan pada prosedur ini adalah pernafasan

diafragma yang mengacu pada pendataran kubah diafragma selama

inspirasi yang mengakibatkan pembesaran abdomen bagian atas sejalan

dengan desakan udara masuk selama inspirasi. Teknik atau cara

melakukan nafas dalam yaitu :

(1) Ciptakan lingkungan yang tenang

(2) Usahakan tetap rileks dan tenang

(3) Menarik nafas dalam dari hidung dan mengisi paru-paru dengan udara

melalui hitungan 1,2,3 (3 detik)

Page 13: SAP PKRS JIWA.doc

(4) Perlahan-lahan udara dihembuskan melalui mulut sambil merasakan

ekstremitas atas dan bawah rileks

(5) Anjurkan bernafas normal sebanyak 3 kali

(6) Menarik nafas lagi melalui hidng dan menghembuskan melalui mulut

secara perlahan-lahan

(7) Membiarkan telapak tangan dan kaki rileks

(8) Usahakan agar tetap konsentrasi atau mata sambil terpejam

(9) Ulangi sampai 15 kali, dengan diselingi istirahat singkat setiap 5 kali

4) Psikoterapi

Pada pasien yang mengalami stres, kecemasan dan atau depresi selain

diberikan terapi psikofarmaka (anti cemas danb anti depresi) dan terapi

somatik, juga diberikan terapi kejiwaan (psikologik) yang dinamakan

psikoterapi.Psikoterapi ini banyak macam ragamnya tergantung dari

kebutuhan baik individual maupun keluarga, misalnya :

(1) Psikoterapi suportif

Terapi ini memberikan motivasi, semangat, dan dorongan agar pasien

yang bersangkutan tidak merasa putus asa dan diberi keyakinan serta

percaya diri (self confindence) bahwa dia mampu mengatasi stresor

psikososial yang sedang dihadapinya.

(2) Psikoterapi re-edukatif

Terapi ini memberikan pendidikan ulang dan koreksi bila dinilai

bahwa ketidakmampuan mengatasi stres, kecemasan, dan depresinya

itu dikarenakan faktor psiko-edukatif masa lalu dikala yang

bersangkutan dalam periode anak dan remaja. Dari terapi ini

diharapkan yang bersangkutan mampu mengatasi stresor psikososial

yang sedang dihadapinya.

(3) Psikoterapi re-konstruktif

Terapi dimaksudkan untuk memperbaiki kembali kepribadian yang

telah mengalami goncangan akibat stresor psikososial yang tidak

mampu diatasi oleh pasien yang bersangkutan.

Page 14: SAP PKRS JIWA.doc

(4) Psikoterapi kognitif

Terapi digunakan untuk memulihkan fungsi kognitif pasien, yaitu

kemampuan untuk berpikir secara rasional, konsentrasi, dan daya

ingat. Selain itu yang bersangkutan mampu membedakan nilai – nilai

moral etika mana yang baik dan buruk, mana yang boleh dan tidak,

mana yang haram dan halal.

(5) Psikoterapi psiko-dinamik

Terapi ini dimanfaatkan untuk menganalisa proses dan menguraikan

proses dinamika kejiwaan yang dapat menjelaskan mengapa seseorang

itu tidak mampu menghadapi stresor psikososial sehingga dia jatuh

sakit (stres, cemas, dan atau depresi). Dengan mengetahui dinamika

psikologis itu diharapkan yang bersangkutan mencari jalan keluarnya.

(6) Psikoterapi perilaku

Dengan terapi ini diharapkan agar dapat memulihkan gangguan

perilaku yang maladaptif (ketidakmampuan beradaptasi) akibat stresor

psikososial yang dideritanya.Dengan terapi ini diharapkan pasien yang

bersangkutan dapat beradaptasi dengan kondisi yang baru sehingga

bisa berfungsi kembali secara wajar dalam kehidupannya sehari-hari

baik di rumah, di sekolah atau kampus, di tempat kerja, dan

lingkungan sosialnya.

(7) Psikoterapi keluarga

Seseorang dapat jatuh dalam keadaan stres, kecemasan dan atau

depresi yang disebabkan oleh stresor psikososial faktor

keluarga. Dengan terapi digunakan untuk memperbaiki hubungan

kekeluargaan, agar faktor tidak lagi menjadi faktor penyebab dan

faktor keluarga dapat dijadikan sebagai faktor pendukung bagi

pemulihan pasien yang bersangkutan. Pada terapi ini tidak hanya

ditujukan pada pasien yang bersangkutan saja, tetapi juga terhadap

anggota keluarga lainnya.

5) Terapi Psikoreligius

Aktifitas spiritual dapat juga mempunyai efek yang positif dalam

menurunkan stress. Praktik seperti berdoa, meditasi, atau membaca bahan

Page 15: SAP PKRS JIWA.doc

bacaan keagamaan dapat menjadi sumber yang bermanfaat bagi klien.

Pada penelitian (Young, 1993) praktik spiritual klien lansia dapat

meningkatkan perasaan produktifitas dan kemampuan beradaptasi yang

membantu dalam menghadapi individu sakit kronis.

Indikator Spiritual:

Orang menggunakan sumber spiritual untuk mengadaptasi stress dalam

banyak cara, tetapi stress dapat juga bermanifestasi dalam dimensi

spiritual. Stress dapat mengakibatkan kemarahan pada Tuhan, atau

individu mungkin memandang stressor sebagai hukuman. Stressor seperti

penyakit akut atau kematian dari orang yang disayangi dapat mengganggu

makna hidup seseorang dan dan dapat meyebabkan depresi. Ketika

memberikan perawatan pada klien yang mengalami gangguan spiritual,

perawat tidak boleh menilai kesesuaian perasaan atau praktik keagamaan

klien tetapi harus memeriksa bagaimana keyakinan dan nilai telah

berubah.

6) Hypnotherapy

Metode hypnoteraphy yang paling mudah diterapkan adalahself-hypnosis,

metode ini memungkinkan seseorang melakukan hipnosis pada diri

sendiri, metode itu dinamakan Autohipnosis diterjemahkan sebagai swa-

upaya-terarah yaitu keadaan hipnosis yang dibangkitkan tanpa bantuan

orang lain. Dalam pengertian ilmiah dapat diartikan sebagai upaya

sistimatis dan terprogram yang dilakukan sendiri dengan memasukkan

program-program positif sebagai usaha untuk lebih meningkatkan faktor

positif diri sendiri.

Cara ini diketahui dapat menetralisir ketegangan (stress) kehidupan yang

dialami sehari-hari, dan merelaksasikan 3 unsur jiwa raga, yaitu; nafas,

gerak, dan nalar. Ketika seseorang berada dalam kondisi ini, dan diperiksa

dengan mesin EEG (Elektro-Ensefalo-Grafi) akan terlihat dominasi

gelombang Alfa, yaitu gelombang setengah lingkaran (sinusoid, tumpul)

dengan frekuensi 8 – 12 silkus perdetik. Situasi yang akan dicapai

seseorang dalam keadaan sangat tenang. Jika telah trampil melakukan

metode ini, maka relaksasi akan mudah dicapai ketika kita menglami stres

Page 16: SAP PKRS JIWA.doc

atau saat menghadapi masalah psikomatik seperti sulit tidur, sulit

konsentrasi, emosi tidak stabil dan sebagainya. Self –hypnosissebenarnya

bisa dilakukan kapan saja, dan dimana saja, oleh siapa saja.

Langkah self-hypnosis Menurut Linda-Ann Stewart, salah seorang 

hypnoterapist penulis buku Self healing, cara-cara self-hypnosis adalah

sebagai berikut:

(1) Posisikan tubuh senyaman mungkin

(2) Pejamkan mata. Tarik nafas dalam-dalam dari hidung dan

hembuskan melalui mulut, ulangi hingga 3 kali

(3) Fokuskanlah perhatian pada organ tubuh Anda, bisa dimulai dari

yang paling atas (kepala) atau sebaliknya dari bawah (ujung kaki).

Perintahkanlah setiap bagian tubuh untuk relaks. Misalnya; Kepala,

relaks; Dahi, relaks. Lakukanlah untuk setiap bagian tubuh, sambil

berusaha menvisualisasikan setiap otot berubah dari tegang menjadi

lentur

(4) Kemudian bayangkan bahwa sekeliling Anda sangat nyaman dan

aman. Langkah ini perlu dilakukan untuk melindungi diri dari faktor

eksternal yang akan mengganggu

(5) Lakukanlah perhitungan mundur dari 10 hingga 1,bayangkan diri

Anda sedang menuruni tangga, ataueskalator. Dan setiap perhitungan

mundur membuat Anda berada semakin rendah. Jika Anda

masihmerasa tegang, lakukanlah langkah ini 2 kali

(6) Atur waktu biologis Anda, pastikan berapa lama Anda ingin

melakukan relaksasi

(7) Kemudian bayangkan Anda berada di tempat yang aman, dan

damai. Cobalah menikmatinya

(8) Kemudian bayangkan tujuan Anda beberapa kali. Visualisasikan

keinginan Anda, atau ucapkan hal yang menjadi tujuan Anda.

Gunakan seluruh pancar indera untuk menghayati tujuan itu, dan

lakukan penguatan yang positif

(9) Secara otomatis setelah waktu biologis yang Anda atur habis, Anda

akan terjaga, dan lakukan perhitungan mundur dari 7 hingga 1; dan

Page 17: SAP PKRS JIWA.doc

lakukan sugesti pada diri sendiri bahwa setelah selesai melakukan

self hypnosis, Anda akan menjadi lebih segar, peka, damai dan

merasa sangat bahagia

Beberapa manfaat self-hypnosis setelah mencapai ketenangan adalah

dampak lanjutan menerapkan self-hypnosis :

(1) Peningkatan potensi dan rasa percaya diri

(2) Memperbaiki kualitas tidur (jika seseorang memiliki gangguan tidur)

(3) Mengendalikan emosi, sehingga meminimalkan stres

(4) Menetralisir kebiasaan buruk yang dipicu stres berkepanjangan,

misalnya perasaan sedih, cemas dan ketakutan, kemarahan yang sulit

diungkapkan 

Page 18: SAP PKRS JIWA.doc

DAFTAR PUSTAKA

Nacional Safety Council. 2003. Manajemen stress. Alih bahasa Widyastuti, Palupi. Jakarta : EGC.

Hawari, D. 2008. Manajemen Stress Cemas dan Depresi. Ed II. Jakarta. FKUIChomaria, Nurul. 2009. Tips Jitu & Praktis Mengusir Stres: Plus Cara mengelola

dan Mengatasi Tekanan Stress Menjadi Energi Positif. Jogjakarta: Diva Press.

Manktelow, James. 2007. Mengendalikan Stres. Jakarta: ErlanggaBenson, H dan Proktor, W. 2000. Dasar – Dasar Relaksasi (Nurhasan, Ed).

Bandung: Kaif