25
LAPORAN KASUS IDENTITAS 29 Maret 2012 Nama : Efendi Umur : 47 tahun Alamat : Desa Mekasari Kumpeh Pendidikan : SD Pekerjaan : Petani Status : Menikah ANAMNESA (Autoanamnesa) Keluhan Utama : Pandangan kabur dan ada rasa mengganjal di mata sebelah kiri Anamnesa Khusus Pada tanggal 15 maret mata sebelah kiri os masuk serbuk kayu, kemudian os merendam matanya dengan air dan terasa berkurang. Keesokan harinya os memasang tenda dan kemasukan serbuk lagi dan os merasa mata kirinya pedih sekali, os pun mengucek matanya dan dibawak berobat ke bidan diberi obat tetes penisilin tapi malam harinya os tetap merasa pedih. Pada 1

LAPORAN KASUS ULKUS KORNEA.doc

Embed Size (px)

Citation preview

LAPORAN KASUS

IDENTITAS29 Maret 2012

Nama : Efendi

Umur : 47 tahun

Alamat : Desa Mekasari Kumpeh

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Petani

Status : Menikah

ANAMNESA (Autoanamnesa)

Keluhan Utama : Pandangan kabur dan ada rasa mengganjal di mata sebelah kiri

Anamnesa KhususPada tanggal 15 maret mata sebelah kiri os masuk serbuk kayu, kemudian os merendam matanya dengan air dan terasa berkurang. Keesokan harinya os memasang tenda dan kemasukan serbuk lagi dan os merasa mata kirinya pedih sekali, os pun mengucek matanya dan dibawak berobat ke bidan diberi obat tetes penisilin tapi malam harinya os tetap merasa pedih. Pada tanggal 20 maret os datang untuk kontrol ke rumah sakit umum daerah Jambi.

Riwayat Penyakit Yang Lalu :Os tidak pernah mengalami keluhan yang sma sebelumnya.

Anamnesa Keluarga :Keluarga os tidak ada yang mengalami keluhan yang sama dg os.

Riwayat Gizi :Baik

Keadaan Sosial Ekonomi :Os menggunakan jamkesmas

Penyakit Sistemik :Tidak ada keluhan lain

I. Pemeriksaan Visus dan Refraksi

OD OS

Visus : 6/6Visus :

1/300Os hanya bisa melihat lambaian tangan.

II. Muscle Balance

Pergerakan Bola Mata

Baik

Baik

III. Pemeriksaan Eksternal

Palpebra Superior : Hiperemis (-), edema (-)Hiperemis (+), edema (+)

Palpebra Inferior : Hiperemis (-), edema (-)Hiperemis (+), edema (-)

Cilia : Trikiasis (-)Trikiasis (-)

Ap. Lacrimalis : Sumbatan (-)Sumbatan (-)

Conj. Tars Sup : papil (-), folikel (-)Papil (-), folikel (-)

Conj. Tars Inf : papil (-), folikel (-)Papil (-), folikel (-)

Conj. Bulbi : injeksi siliar (-), injeksi konjungtiva (-)Injeksi konjungtiva (+), injeksi siliar (+)

Kornea : JernihKeruh, terdapat infitrat berbentuk tidak teratur berwarna putih keabu-abuan di daerah sentral dan bintik-bintik putih di sekelilingnya

Coa : sedangSedang

Pupil : bulatSulit dinilai

Diameter : 3 mmSulit dinilai

Refleks cahaya

(+)Sulit dinilai

Iris : Kripta iris jelas, warna coklatKripta iris jelas, warna coklat.

Lensa : jernihSulit dinilai

IV. Pemeriksaan Slit Lamp dan Biomicroscopy

Cilia : Trikiasis (-)Trikiasis (-)

Conjungtiva : hiperemis (-), injeksi siliar (-), injeksi palpebra (-)Hiperemis (+), injeksi siliar (+), injeksi palpebra (+).

Cornea : JernihKeruh, terdapat infitrat berbentuk tidak teratur berwarna putih keabu-abuan di daerah sentral dan bintik-bintik putih di sekelilingnya

COA : sedangSulit dinilai

Iris : kripta iris jelas dan berwarna coklatKripta iris jelas dan berwarna coklat

Lensa : jernihSulit dinilai

V. Pemeriksaan Umum

Berat badan :59 Kg

Tekanan darah140/90 mmHg

Nadi 80x/menit

SuhuAfebris

Pernapasan

VI. DiagnosaUlkus kornea sentral jamur

VII. Anjuran pemeriksaanPemeriksaan kultur mencari penyebab pasti ulkus

VIII. PengobatanDiberikan anti jamur

IX. PrognosaDubia ad bonam

TINJAUAN PUSTAKAPENDAHULUAN

Di Indonesia, kekeruhan kornea masih merupakan masalah kesehatan mata sebab kelainan ini menempati urutan kedua dalam penyebab utama kebutaan. Kekeruhan kornea ini terutama disebabkan oleh infeksi mikroorganisme berupa bakteri, jamur dan virus dan bila terlambat didiagnosis atau diterapi secara tepat akan mengakibatkan kerusakan stroma dan meninggalkan jaringan parut yang luas. Infeksi jamur pada kornea atau keratomikosis merupakan masalah tersendiri secara oftalmologik, karena sulit menegakkan diagnosis keratomikosis ini, padahal keratomikosis cukup tinggi kemungkinan kejadiannya sesuai dengan lingkungan masyarakat Indonesia yang agraris dan iklimnya yang tropis dengan kelembaban tinggi.1ANATOMI DAN FISIOLOGI KORNEA

Kornea merupakan jaringan yang jernih dan bening, bentuknya hampir sebagai lingkaran dan sedikit lebih lebar pada arah transversal (12 mm) dibanding arah vertikal. Batas kornea dan sklera disebut limbus. Tebal kornea (0,6 1,0).2,3Kornea terdiri dari 5 lapisan, dari luar ke dalam :

1. Epitel

Epitel kornea merupakan lapis paling luar kornea dan berbentuk epitel gepeng berlapis tanpa tanduk. Setiap gangguan epitel akan memberikan gangguan sensibilitas kornea berupa sakit atau mengganjal. Daya regenerasi epitel cukup besar sehingga apabila terjadi kerusakan akan diperbaiki dalam beberapa hari tanpa membentuk jaringan parut.

2. Membran Bowman

Membran bowman yang terletak di bawah epitel merupakan suatu membran tipis yang homogen terdiri atas susunan serat kolagen kuat yang mempertahankan bentuk kornea. Bila terjadi kerusakan pada membran Bowman maka akan berakhir dengan terbentuknya jaringan parut.3. Stroma

Merupakan lapisan yang paling tebal dari kornea dan terdiri atas jaringan kolagen yang tersusun dalam lamel-lamel dan berjalan sejajar dengan permukaan kornea. Stroma bersifat higroskopik yang menarik air dari bilik mata depan. Kadar air dalam stroma kurang lebih70%. Kadar air dalam stroma relatif tetap yang diatur oleh fungsi pompa sel endotel. Apabila fungsi sel endotel kurang baik maka akan terjadi kelebihan kadar air sehingga timbul sembab kornea (edema kornea). Serat di dalam stroma demikian teratur sehingga memberikan gambaran kornea yang transparan atau jernih.

4. Membran Descement

Merupakan suatu lapisan tipis yang bersifat kenyal, kuat, tidak berstruktur dan bening, terletak di bawah stroma, lapisan ini merupakan pelindung atau barier infeksi dan masuknya pembuluh darah.

5. Endotel

Terdiri atas satu lapis sel yang merupakan jaringan terpenting untuk mempertahankan kejernihan kornea. Sel endotel adalah sel yang mengatur cairan di dalam stroma kornea. Endotel tidak mempunyai daya regenerasi sehingga bila terjadi kerusakan, endotel tidak akan normal lagi. Endotel dapat rusak akan terganggu fungsinya akibat trauma bedah, penyakit intraokular. Usia lanjut akan mengakibatkan jumlah endotel berkurang.2,3,4

Gambar anatomi kornea

DEFINISI

Ulkus kornea adalah hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian jaringan kornea pada infeksi ataupun alergi, yang akan memberikan hasil uji fluoresein positif.4Terjadinya ulkus kornea biasanya didahului oleh faktor pencetus yaitu rusaknya sistem barier epitel kornea oleh penyebab-penyebab seperti :

Kelainan pada bulu mata (trikiasis) dan sistem air mata (insufisiensi air mata, sumbatan saluran lakrimal).

Oleh faktor eksternal yaitu : luka pada kornea (erosio kornea) karena trauma, penggunaan lensa kontak, luka bakar pada daerah muka.

Kelainan-kelainan kornea yang disebabkan oleh edema kornea, exposure-keratitits (pada lagoftalmus, bius umum, koma), keratitis karena defisiensi vitamin A, keratitis neuropalitik, keratitis superfisialis virus.

Kelainan-kelainan sistemik : malnutrisi, alkoholisme, sindrom Steven-Jhonson, sindrom defisiensi imun.

Obat-obatan yang menurunkan mekanisme imun, misalnya : kortikosteroid, anestetik lokal dan golongan imunosupresif.2ETIOLOGI

Secara etiologik ulkus kornea dapat disebabkan oleh :

Bakteri : kuman yang murni dapat menyebabkan ulkus kornea adalah strepkokok pneumonia, pseudomonas dan lain-lain.

Virus : herpes simpleks, zoster, vaksinia, variola.

Jamur : golongan kandida, fusarium, aspergilus, sefalosporium.

Reaksi hipersensitifitas : terhadap stafilokokus (ulkus marginal), TBC (keratokonjungtivitis flikten), alergen tak diketahui (ulkus cincin).2,5PATOFISIOLOGI

Karena kornea avaskuler, maka pertahanan pada waktu peradangan tak dapat segera datang pada jaringan lain, yang mengandung banyak vaskularisasi. Maka badan kornea, wandering cells dan sel-sel lain yang terdapat di dalam stroma kornea, segera bekerja sebagai makrofag, baru kemudian disusul dengan dilatasi dari pembuluh darah yang terdapat di limbus dan tampak sebagai injeksi perikornea. Sesudahnya baru terjadi infiltrasi dari mononuklier, sel plasma, leukosit poli morfonuklear (PMN), yang mengakibatkan timbulnya infiltrat, yang tampak sebagai bercak berwarna kelabu, keruh dengan batas-batas tak jelas dan permukaan tidak licin, kemudian dapat terjadi kerusakan epitel dan timbullah ulkus (tukak) kornea.4

MANIFESTASI KLINIS Gejala klinis pada ulkus kornea secara umum dapat berupa :

Gejala Subjektif

Eritema pada kelopak mata dan konjungtiva

Sekret mukopurulen

Merasa ada benda asing di mata

Pandangan kabur

Mata berair

Bintik putih pada kornea, sesuai lokasi ulkus

Silau

Nyeri

Infiltat yang steril dapat menimbulkan sedikit nyeri, jika ulkus terdapat pada perifer kornea dan tidak disertai dengan robekan lapisan epitel kornea.4Gejala Objektif

Injeksi siliar

Hilangnya sebagian jaringan kornea, dan adanya infiltrat

Hipopion4VII. KLASIFIKASI

Berdasarkan lokasi , dikenal ada 2 bentuk ulkus kornea , yaitu:

1. Ulkus kornea sentral

a. Ulkus kornea bakterialis (pseudomonas, pneumococcus, moraxella liquefaciens, streptococcus beta hemolyticus, klebsiela pneumonia, escherchia coli, proteus, dll).b. Ulkus kornea fungi (Candida albicans, Fusarium solani, Nocardia, Cepalosporium, Aspergilus)c. Ulkus kornea virus (Herpes simplex, Herpes zoster)2. Ulkus kornea perifer

a. Ulkus mooren (ulkus serpinginosa kronik/ulkus roden)

b. Ulkus cincin (ring ulcer)

c. Ulkus kornea marginal akibat hipersensitivitas pada StafilococusUlkus Kornea Sentral

a.Ulkus Kornea BakterialisUlkus Streptokokus pneumonia (pneumokokal)Biasanya uncul 24-48 jam setelah inoklusi pada kornea yang mengalami abrasi. Infeksi ini secara khas menimbulkan sebuah ulkus kelabu dengan batas cukup tegas yang cenderung menyabar secara tak teratur dari tempat infeksi ke sentral kornea. Kornea di sekeliling ulkus sering kali jernih, biasanya ada hipopion. Kerokan dari tepian depan ulkus kornea pneumokokal biasanya mengandung diplokokus gram positif berbentuk lancet. Ulkus bewarna kuning keabu-abuan berbentuk cakram dengan tepi ulkus yang menggaung. Ulkus cepat menjalar ke dalam dan menyebabkan perforasi kornea, karena eksotoksin yang dihasilkan oleh streptokok pneumonia. Pada infeksi Pneumococcus dapat diberi penisilin, tetrasiklin, kloramfenikol, eritromisin dan sefalosporin. Pada infeksi ini juga dapat diberikan basitrasin atau sulfonamide.6,7Ulkus PseudomonasBerawal sebagai infiltrat kelabu atau kuning di tempat epitel kornea yang retak. Biasanya terasa sangat nyeri. Lesi pada ulkus ini dimulai dari daerah sentral kornea. ulkus sentral ini dapat menyebar ke samping dan ke dalam kornea. Penyerbukan ke dalam dapat mengakibatkan perforasi kornea dalam waktu 48 jam. gambaran berupa ulkus yang berwarna abu-abu dengan kotoran yang dikeluarkan berwarna kehijauan. Kadang-kadang bentuk ulkus ini seperti cincin. Dalam bilik mata depan dapat terlihat hipopion yang banyak. Pseudomonas bereaksi baik terhadap polimiksin B, dan diberikan dalam bentuk tetes mata atau salep dan subkonjungtiva 10-40 mg setiap 2-3 hari. Diberi gentamisin dan karbenisilin local subkonjuntiva atau IV.6,7

Gambar Ulkus Kornea Bakterialis Gambar Ulkus Kornea PseudomonasUlkus Kornea Moraxella liquefaciens

Menimbulkan ulkus lonjong indolen yang umumnya mengenai kornea bagian inferior dan meluas ke stroma dalam setelah beberapa hari. Biasanya tidak ada hipopion atau bila ada hanya sedikit kornea di sekitarnya umumnya jernih. Ulkus M. liquefaciens hamper selalu terjadi pada pasien peminum alcohol, diabetes atau dengan penyebab imunosupresi lainnya. Kerokan menampilkan diplobacilli gram negative besar denga ujung persegi. Obat-obat yang disarankan dapat diberikan moxifloxacin, gatifloxacin atau tobramycin,6b..Ulkus Kornea Fungi

Ulkus kornea jamur biasanya dimulai dengan suatu ruda paksa pada kornea oleh ranting pohon, daun, dan bagian tumbuh-tumbuhan, pada masa sekarang infeksi jamur bertambah dengan pesat dan dianggap sebagai akibat pemakaian antibiotik dan steroid yang tidak tepat. Pada ulkus kornea akibat jamur, mata dapat tidak memberikan gejala selama beberapa hari sampai beberapa minggu sesudah trauma yang dapat menimbulkan infeksi jamur ini yang dirasakan sakit hebat pada mata dan silau. Pada ulkus jamur ini penting ditanyakan riwayat trauma terutama tumbuhan atau penggunaan steroid jangka panjang.5,6,7Ulkus jamur tersebut indolen, dengan infiltrat keabu-abuan dan agak kering, tukak terlihat menonjol di tengah kornea dan bercabang-cabang dengan endothelium plaque sering dengan hipopion, peradangan nyata pada bola mata, ulserasi superficial dan terlihat suatu daerah tempat asal penyebaran di bagian sentral sehingga terdapat satelit-satelit disekitarnya. Pada infeksi kandida bentuk tukak lonjong dengan permukaan naik. Dapat terjadi neovaskularisasi akibat rangsangan radang. Reaksi tersebut timbul akibat investasi jamur pada kornea yang memproduksi mikotoksin, enzim-enzim serta antigen jamur sehingga terjadi nekrosis kornea dan reaksi radang yang cukup berat.6,7

Kerokan dari ulkus kornea jamur, kecuali yang disebabkan oleh candida mengandung unsur-unsur hifa, kerokan dari ulkus candida, umumnya mengandung pseudohifa atau bentuk ragi, yang menampakan kuncup-kuncup khas. Pengobatan diberikan obat anti jamur dengan spektrum luas (nistatin, griseofulvin dan amfoterisin) dengan anti jamur bentuk salep dikenal : thimerosal.6

Gambar 4. Ulkus Kornea Fungic. Ulkus Kornea Virus

Ulkus Kornea Herpes simplex

Infeksi primer yang diberikan oleh virus herpes simplex dapat terjadi tanpa gejala klinik. Biasanya gejala dini dimulai dengan tanda injeksi siliar yang kuat disertai terdapatnya suatu dataran sel di permukaan epitel kornea disusul dengan bentuk dendrit atau bintang infiltrasi. terdapat hipertesi pada kornea secara lokal kemudian menyeluruh. Terdapat pembesaran kelenjar preaurikel. Bentuk dendrit herpes simplex kecil, ulceratif, jelas diwarnai dengan fluoresin dengan benjolan diujungnya.7

Pengobatan pada herpes simplex biasanya diberikan pengobatan I.D.U (5 iodo 2 dioxy uridin), di pasaran dikenal sebagai dendrit herplex yang diteteskan setiap jam satu tetes siang, dan setiap dua jam satu tetes pada malam harinya, sampai tes fluoresein (-). Kemudian dosis dikurangi setiap 2 jam siang dan setiap 4 jam malam harinya, sampai sembuh total. Dapat juga diberikan sulfas atropine 1% 3 kali sehari. Pada kasus-kasus yang tidak bias disembuhkan dengan obat-obatan dapat dilakukan kauterisasi dengan iodium, debridement dan salep antibiotika untuk menghindarkan infeksi sekunder.4

Ulkus Kornea Herpes Zoster

Biasanya diawali rasa sakit pada kulit dengan perasaan lesu. Gejala ini timbul satu 1-3 hari sebelum timbulnya gejala kulit. Pada mata ditemukan vesikel kulit dan edem palpebra, konjungtiva hiperemis, kornea keruh akibat terdapatnya infiltrat subepitel dan stroma. Infiltrat dapat berbentuk dendrit yang bentuknya berbeda dengan dendrit herpes simplex. Dendrit herpes zoster berwarna abu-abu kotor dengan fluoresin yang lemah. Kornea hipestesi tetapi dengan rasa sakit keadaan yang berat pada kornea biasanya disertai dengan infeksi sekunder. 7

Pengobatan dapat diberikan antivirus acyclovir salep mata 3%, sedative analgetika oleh karena sakit, steroid local untuk mengurangi gejala dan antibiotic untuk infeksi sekunder.4Ulkus Kornea Perifer

Ulkus Mooren

Merupakan ulkus yang berjalan progresif dari perifer kornea kearah sentral. ulkus mooren terutama terdapat pada usia lanjut. Penyebabnya sampai sekarang belum diketahui. Banyak teori yang diajukan dan salah satu adalah teori hipersensitivitas tuberculosis, virus, alergi dan autoimun. Biasanya menyerang satu mata. Perasaan sakit sekali. Sering menyerang seluruh permukaan kornea dan kadang meninggalkan satu pulau yang sehat pada bagian yang sentral.7

Banyak pengobatan yang dicoba seperti steroid, antibiotika, anti virus, anti jamur, kolagenase inhibitor, heparin dan pembedahan keratektomi, lamellar keratoplasti dan eksisi konjungtiva. Semua cara pengobatan biasanya belum member hasil yang memuaskan.5

Gambar Ulkus Mooren

Ring Ulcer

Terlihat injeksi perikorneal sekitar limbus. Di kornea terdapat ulkus yang berbentuk melingkar dipinggir kornea, di dalam limbus, bisa dangkal atau dalam, kadang-kadang timbul perforasi.Ulkus marginal yang banyak kadang-kadang dapat menjadi satu menyerupai ring ulcer. Tetapi pada ring ulcer yang sebetulnya tak ada hubungan dengan konjungtivitis kataral. Perjalanan penyakitnya menahun. Pengobatannya dapat diberikan sufas atropine, antibiotika, dan mata ditutup.4Ulkus Marginal

Ulkus marginal merupakan peradagan kornea bagian perifer berbntuk khas yang biasanya terdapat daerah jernih antara limbus kornea dengan tempat kelainannya. Sumbu memanjang daerah peradangan biasanya sejajar dengan limbus kornea . diduga dasar kelainannya ialah suatu reaksi hipersensitivitas terhadap eksotoksin stafilokokus.

Infiltrat dan tukak yang terlihat diduga merupakan timbunan kompleks antigen-antibodi. Secara histopatologik terlihat sebagai ulkus atau abses yang epithelial atau subepitelial. Penglihatan pasien akan menurun disertai dengan rasa sakit, fotofobia dan lakrimasi. Terdapat pada satu mata blefarospasme, injeksi konjungtiva, infiltrat atau ulkus yang memanjang, dan dangkal.

Pengbatan ulkus ini adalah antibiotic dengan steroid local dapat diberikan sesudah kemungkinan infeksi virus herpes simpleks disingkirkan. Pemberian steroid sebaiknya dalam waktu yang singkat disertai dengan pemberian vitamin B dan C dosis tinggi.5

Gambar Ulkus Marginal

DIAGNOSIS

Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan klinis dengan menggunakan slit lamp dan pemeriksaan laboratorium. Anamnesis pasien penting pada penyakit kornea, sering dapat diungkapkan adanya riwayat trauma, benda asing, abrasi, adanya riwayat penyakit kornea yang bermanfaat, misalnya keratitis akibat infeksi virus herpes simplek yang sering kambuh. Hendaknya pula ditanyakan riwayat pemakaian obat topikal oleh pasien seperti kortikosteroid yang merupakan predisposisi bagi penyakit bakteri, fungi, virus terutama keratitis herpes simplek. Juga mungkin terjadi imunosupresi akibat penyakit sistemik seperti diabetes, AIDS, keganasan, selain oleh terapi imunosupresi khusus.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan gejala obyektif berupa adanya injeksi siliar, kornea edema, terdapat infiltrat, hilangnya jaringan kornea. Pada kasus berat dapat terjadi iritis yang disertai dengan hipopion. Disamping itu perlu juga dilakukan pemeriksaan diagnostik seperti :

Ketajaman penglihatan

Pemeriksaan slit-lamp

Pewarnaan kornea dengan zat fluoresensi.

Pemeriksaan kultur untuk mencari penyebab ulkus.5,6PENATALAKSANAAN

Pengobatan ulkus pada umumnya :

1. Pengobatan konstitusi :

Oleh karena ulkus biasanya timbul pada orang-orang dengan keadaan umum yang kurang dari normal, maka keadaan umumnya harus diperbaiki dengan makanan yang bergizi, udara yang baik, lingkungan yang sehat, pemberian roboransia yang mengandung vitamin A, B kompleks dan vitamin C.

2. Terhadap keadaan lokal

Benda asing dan bahan yang merangsang harus lekas dihilangkan. Erosi kornea yang sekecil apapun harus diperhatikan dan diobati dengan sebaik-baiknya. Pada mata, harus diberikan sulfas atropine sebagai salep atau larutan, atau skopolamin sebagai midriatika. Kebanyakan digunakan sulfas atropine karena bekerjanya lama 1-2 minggu. Bekerjanya sulfas atropine untuk menghilangkan rasa sakit dan menurunkan tanda radang.3. Untuk menghindari penjalaran ulkus dapat dilakukan kautrisasi atau bisa dilakukan pengerokan epitel yang sakit. Parasentesa dilakukan kalau pengobatan dengan obat-obatan tidak menunjukkan perbaikan dengan maksud mengganti cairan coa yang lama dengan yang baru, yang banyak banyak mengandung antibody dengan harapan luka cepat sembuh.3PROGNOSIS

Apabila penatalaksanaan pada ulkus kornea ini sesuai dengan etiologinya cepat dan tepat maka prognosanya dapat lebih baik.PEMBAHASAN

Hasil dari pemeriksaan yang dilakukan, pasien mengalami ulkus kornea. Dari pemeriksaan eksternal di kornea didapatkan infiltrat berbentuk tidak teratur berwarna putih keabu-abuan disertai dengan adanya fenomena satelit. Dari gambaran ulkusnya terdiagnosa pasien mengalami ulkus kornea et causa jamur.

Pasien datang pada hari kamis tanggal 29 maret 2012 dan pasien dianjurkan untuk di rawat inap di RSUD Raden Mattaher. Pasien mendapatkan pengobatan immatrol, sufas atropine, kloramfenikol. Sebaiknya disarankan pada pasien ulkus kornea untuk melakukan pemeriksaan kultur guna mengetahui penyebab pasti ulkus.

Pada tanggal 30 maret 2012 setelah mendapatkan pengobatan visus membaik menjadi 1/60 yakni pasien dapat menghitung jari dengan jarak 1 meter. Pasien terus mendapatkan pengobatan lanjutan berupa salap klorampenikol dan pada tanggal 4 April 2012 visus pasien semakin membaik yakni 6/60 dan diizinkan pulang.DAFTAR PUSTAKA

1. Susetio, B. Penatalaksanaan Infeksi Jamur. Cermin Dunia Kedokteran. 1993. Diunduh dari http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/11InfeksiJamur087.pdf/11InfeksiJamur087.pdf

2. Perhimpunan Dokter Spesialis Mata. Ilmu Penyakit Mata Untuk Dokter Umum dan Mahasiswa Kedokteran. Jakarta : CV. Sagung Seto; 2002.

3. Wijaya, N. Ilmu Penyakit Mata, cetakan ke-6. 1993.

4. Ilyas, S. Ilmu Penyakit Mata Edisi ke-3. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2004.

5. Vaughan & Asbury. Oftalmologi Umum. Edisi 17. Jakarta: EGC. 2009.

6. Vaughan D. Opthalmologi Umum. Edisi 14. Jakarta : Widya Medika; 2000.

7. Ilyas, S. Kedaruratan Dalam Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2009.

17