Upload
duongnhan
View
228
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
0
KODE/NAMA BIDANG ILMU : 699/KEPARIWISATAAN
LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN DOSEN MUDA 2015
OPTIMALISASI PENGEMBANGAN KAIN TENUN BALI SEBAGAI INDUSTRI KREATIF DALAM MENUNJANG PARIWISATA BUDAYA
DI KOTA DENPASAR
TIM PENELITI
1. Yayu Indrawati, SS., M.Par NIDN. 0008037606 Ketua Penelitian 2. Drs. I Ketut Suwena, M.Hum NIDN. 00311226066 Anggota Penelitian 1 3.W. Citra Juwitasari, SH., M.Par NIDN. 9908419705 Anggota Penelitian 2
Dibiyai Oleh : DIPA PNBP Universitas Udayana sesuai dengan Surat Perjanjian Penugasan Pelaksanaan
Penelitian Nomor : 246-90/UN14.2/PNL.01.03.00/2015, tanggal 21 April 2015
PROGRAM STUDI S1 INDUSTRI PERJALANAN WISATA FAKULTAS PARIWISATA UNIVERSITAS UDAYANA
2015
1
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Penelitian : Optimalisasi Pengembangan Kain Tenun Bali Sebagai Industri Kreatif Dalam Menunjang Pariwisata Budaya di Kota Denpasar
Bidang Ilmu : Kepariwisataan /699 Ketua Peneliti a. Nama lengkap dengan gelar : Yayu Indrawati, SS., M.Par b. Pangkat / Gol. : Penata /III c
c. NIP/NIDN : 197603082003122002/ 0008037606 d. Jabatan Fungsional/Struktural : Lektor e. Pengalaman Penelitian : (terlampir dalam CV) f. Program Studi/Jurusan : S1 Industri Perjalanan Wisata g. Fakultas : Pariwisata h. Alamat rumah /HP : Jl. Sidakarya No. 73 Denpasar i. E-mail : [email protected] Jumlah Tim Peneliti : 3 ( tiga ) orang Pembimbing a. Nama Lengkap dengan gelar : Dra. Ni Made Oka Karini, M.Par b. NIP/NIDN : 19580614 1986032001/ 0014065808 c. Pangkat/Gol : Pembina/IV/a d. Jabatan Fungsional/Struktural : Lektor Kepala e. Pengalaman Penelitian : ( terlampir dalam CV) f. Program Studi/Jurusan : S1 Industri Perjalanan Wisata g. Fakultas : Pariwisata Lokasi Penelitian : Kota Denpasar Kerjasama ( jika ada) a. Nama Instansi : - b. Alamat : - Jangka Waktu Penelitian : 6 bulan Biaya Penelitian : Rp. 10.000.000,- ( sepuluh juta rupiah )
Denpasar, 29 Juli 2015
Mengetahui, Ketua PS S1Industri Perjalanan Wisata Ketua Peneliti,
( I Made Kusuma Negara, SE., M.Par ) ( Yayu Indrawati, SS., M.Par ) NIP. 197805292003121001 NIP. 197603082003122002
Mengetahui, Dekan Fakultas Pariwisata
Universitas Udayana
( Drs. I Made Sendra, M.Si ) NIP. 196508222000031001
2
DAFTAR ISI H A L
HALAMAN
JUDUL………………………………………………………………………..1
HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………….…2 DAFTAR ISI……..…………………………………………………………..3
RINGKASAN..................................................................................................5
BAB I. PENDAHULUAN….………………………………………...……6
1.1. Latar Belakang Masalah..……………………..…………….6
1.2. Perumusan Masalah……...……………………….….………8
1.3. Tujuan Penelitian……………………..……………..……….8
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA..................................................................8
2.1. Pariwisata Budaya ......................……………………............8
2.2. Optimalisasi………………......………………………............9
2.3. Industri Pariwisata Kreatif......................................................10
2.4 Cenderamata…………………………………………………8
2.5 Kain Tenun Bali……………………………………………...9
BAB III. METODE PENELITIAN.......…………......……………….......10
3.1. Lokasi Penelitian ……..……………………….………........10
3.2. Definisi Operasional Variable….……………………….......10
3.3. Jenis dan Sumber Data ….....................................................10
3.4. Populasi dan sample…….......................................................11
3.5. Teknik Pengumpulan data......................................................11
3.6. Teknik Analisis data………………………………………....11
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ………...….……………………14
4.1. Gambaran Umum Lokasi……………………………………14
4.2. Eksistensi Kain Tenun Bali …….…………………………...16
3
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………............17
4
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I………………………………………………………………. ……….. 19 Lampiran II.................................................................................................................20 Lampiran III ………………………………………………………………………. 21
5
RINGKASAN
Industri Pariwisata bukanlah industri yang berdiri sendiri, tetapi merupakan serangkaian perusahaan yang menghasilkan jasa dan produk wisata yang berbeda satu dengan lainnya. Jadi bisa dikatakan bahwa industri pariwisata adalah industri yang menjual barang dan jasa yang diperlukan wisatawan selama dalam melakukan perjalanan wisata hingga kembali ke daerah asalnya. Dengan bertumbuhnya pesaing – pesaing baru di bisnis pariwisata, maka dibutuhkan suatu ide baru yang terkait dengan kreatifitas stakeholders yang terlibat di dunia pariwisata. Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa kegiatan wisata harus meliputi kegiatan something to see, something to do dan something to buy. Untuk dapat memenuhi aspek something to buy maka dibutuhkan suatu cenderamata dengan ciri khas tertentu. Industri Kreatif nasional yang diperoleh dari nilai tambah yang dihasilkan oleh 14 industri kreatif, salah satunya adalah industri kerajinan. Karena itu perlu dilakukan penelitian tentang optimalisasi pengembangan industri kreatif kain tenun Bali yang berfokus di Kota Denpasar.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana eksistensi kain tenun Bali sebagai industri kreatif di Kota Denpasar, dan optimalisasi pengembangan kain tenun Bali dalam menunjang pariwisata. Sedangkan tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui eksistensi kain tenun Bali sebagai industri kreatif dan untuk mengkaji optimalisasi pengembangan kain tenun Bali dalam menunjang pariwisata. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara terstruktur dan studi kepusatakaan. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif dengan menguraikan produk, harga, promosi, dan distribusi serta cakupan pasar kain tenun Bali.
Hasil penelitian ini diharapkan mampu membentuk suatu model pengembangan industri kreatif khususnya kain tenun Bali yang dapat menjadi suatu branding bagi pariwisata Bali khususnya di Kota Denpasar. Sehingga dapat memberikan manfaat yang berkelanjutan bagi stakeholders yang berkecimpung di Industri Kreatif.
Keywords: Optimalisasi, Pengembangan, Industri Kreatif , Pariwisata Budaya
6
JUDUL : OPTIMALISASI PENGEMBANGAN KAIN TENUN BALI SEBAGAI
INDUSTRI KREATIF DALAM MENUNJANG PARIWISATA BUDAYA DI
KOTA DENPASAR BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pariwisata tidak bisa terlepas dari kegiatan something to see, something to
do, something to buy. Dari ketiga kegiatan tersebut, tidak bisa dipungkiri, bahwa
pariwisata mampu meningkat taraf kehidupan masyarakat yang terlibat di sektor
pariwisata melalui penyediaan sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh
wisatawan di suatu destinasi tertentu. Perkembangan pariwisata secara global
telah memacu tumbuhnya industri kreatif di bidang pariwisata. Studi Pemetaan
Industri Kreatif ( Departemen Perdagangan RI ) tahun 2007 menyatakan bahwa
terdapat beberapa industry kreatif yang terkait erat dengan industri pariwisata,
seperti kerajinan, seni pertunjukan, music, barang seni, fesyen dan arsitektur.
Hasil dari industri kreatif ini memiliki competitive advantage yang dapat
memberikan nilai tambah pada sebuah daerah tujuan wisata.
Bali memiliki aneka ragam hasil industri kreatif mulai dari
kerajinan yang terbuat dari bahan alami seperti kayu yang terbentuk dalam
wujud patung dan meubel, kemudian dari bahan kaca seperti frame, lukisan –
lukisan, hingga bahan serat kain yang tercipta menjadi kain tenun. Keberadaan
kain tenun Bali juga semakin dikenal dan banyak digunakan sebagai buah
tangan yang bisa dibawa oleh wisatawan pada saat mereka kembali ke negara
atau daerah asalnya. Motif yang terdapat pada kain tenun Bali memiliki ciri
khas tersendiri dan terdapat makna dari setiap polanya. Eksistensi kain tenun
Bali juga merupakan hasil upaya pengembangan industri di Kota Denpasar.
Seiring dengan semakin populernya Kota Denpasar sebagai daerah tujuan
Wisata Budaya yang menawarkan daya tarik kota dengan sejarah Puri, Pura
dan Museumnya, maka permintaan akan penyediaan produk kain tenun yang
7
beragam baik untuk konsumsi masyarakat lokal maupun sebagai buah tangan
yang unik tidak dapat dihindari. Keberadaan kain tenun Bali apabila
dibandingkan dengan cenderamata lainnya belum terlalu diminati oleh
wisatawan, sedangkan di satu sisi kain tenun Bali memiliki potensi yang dapat
dikembangkan menjadi cenderamata khas yang memiliki keunikan tersendiri,
pola tenunan yang beragam, dan warna serta bahan yang menarik.
Terdapat keterkaitan yang sifatnya relevan antara pariwisata dan
industri kreatif yang sedang berkembang saat ini. Tumbuhnya industri
pariwisata juga membawa perubahan, terutama dengan masuknya unsur asing
berupa ide atau gagasan baru serta investasi yang menyebabkan perubahan
orientasi yang didasari pada motif – motif ekonomi. Akibat nyata dari
perkembangan tersebut, mendesak para pelaku seni dan industri rumah tangga
untuk memenuhi tuntutan industri pariwisata. Kebutuhan untuk penyediaan kain
tenun yang berbeda dan innovative merupakan suatu kebutuhan yang mutlak
dilakukan sehingga kejenuhan pasar tidak terjadi. Dengan kondisi tersebut
diatas, maka perlu dilakukan upaya untuk mendukung berkembangnya industri
kreatif kain tenun Bali sehingga mampu memberikan kontribusi dalam
perkembangan pariwisata budaya di Kota Denpasar.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana eksistensi kain tenun Bali sebagai industri kreatif di Denpasar?
2. Bagaimana optimalisasi pengembangan kain tenun Bali dalam menunjang
pariwisata budaya di Kota Denpasar ?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui eksistensi kain tenun Bali sebagai industri kreatif di
Denpasar.
2. Untuk mengetahui optimalisasi pengembangan kain tenun Bali dalam
menunjang pariwisata budaya di Kota Denpasar.
8
BAB. II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Pariwisata Budaya
Pariwisata adalah segala kegiatan dalam masyarakat yang berhubungan dengan
wisatawan. Tanpa adanya wisatawan semua kegiatan pembangunan dan pemugaran
obyek – obyek kebudayaan, penyediaan hotel, sarana angkutan dan lain sebagainya
tidak memiliki makna kepariwisataan. Sebaliknya, begitu ada wisatawan yang
mengunjungi obyek tersebut dan memanfaatkan fasilitas yang ada maka semua
kegiatan itu mendapat arti kepariwisataan dan lahirlah apa yang disebut pariwisata (
RG. Soekadijo 2000:1-2).
Wisata adalah salah satu kegiatan yang dibutuhkan oleh manusia. Dalam Undang –
Undang No. 10 Tahun 2009 wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh
sesorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan
rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang
dikunjungi untuk sementara.
Goeldner (2003) melihat pariwisata dari empat perspektif yang berbeda yaitu
wisatawan, pebisnis, pemerintah setempat dan masayrakat. Dengan melijat keempat
persepektif tersebut maka dapat dikatakn pariwisata merupakan suatu interaksi dari
keempat unsur tadi yang melibatkan pengunjung , masyarakat setempat, tuann rumah
dan pemerintah.
Salah satu jenis pariwisata yang sedang berkembang saat ini adalah pariwisata
budaya, yang merupakan satu jenis pariwisata dan menjadikan budaya sebagai daya
tarik utama. Pariwisata budaya meliputi semua pengalaman yang didapat oleh
pengunjung dari sebuah tempat yang berbeda dari lingkungan tempat tinggalnya.
Dalam pariwisata budaya pengunjung diajak mengenali budaya dan komunitas lokal,
pemandangan, nilai dan gaya hidup lokal, museum dan tempat sejarah, seni
pertunjukan, tradisi dan kuliner dari populasi lokal atau komunitas asli. Pariwisata
budaya mencakup semua aspek dalam perjalanan untuk saling mempelajari gaya hidup
maupun pemikiran. (Goeldner, 2003).
9
Timothy dan Nyaupane (2009 ) menyebutkan bahwa pariwisata budaya yang
disebut sebagai heritage tourism biasanya tergantung kepada elemen hidup atau
8
terbangun dari budaya dan mengarah pada penggunaan masa lalu yang tangible dan
intangible sebagai riset pariwisata. Hal tersebut meliputi budaya yang ada sekarang,
yang diturunkan dari masa lalu, pusakan on material seperti musik, tari bahasa, agama,
kuliner, tradsisi artistik, festival dan pusaka material.
Untuk mempertahankan keberadanan suatu wisata budaya maka budaya
harus menjadi daya tarik utama dari wisata ini. Dengan kata lain harus ada
pengelolaan pusaka yang baik.
2.2 Optimalisasi
Optimalisasi berasal dari kata dasar optimal yang yang berarti yang terbaik. Jadi
proses optimalisasi adalah proses pencapaian suatu pekerjaan dengan hasil dan
keuntungan yang besar tanpa harus mengurangi mutu kualitas dari suatu pekerjaan.
Pengertian optimalisasi dalam Kamus besar Bahasa Indonesia adalah optimal berasal
dari kata optimal yang berarti yang terbaik, tertinggi jadi optimalisasi adalah sebuah
proses meninggikan atau meningkatkan.
Pengertian optimalisasi menurut Wikipedia adalah serangkaian proses yag
dilakukan secara sistematis yang bertujuan untuk meninggikan volume dan kuantitas
tarif kunjungan melalui mesin pencari menuju situs web tertentu dengan memanfaatkan
mekanisme kerja atau elogaritma mesin pencari tersebut.
Berdasarkan pengertian diatas penulis menyimpulkan pengertian Optimalisasi
adalah suatu proses ang dilakukan dengan cara terbaik dalam suatu pekerjaan untuk
mendapatkan keuntungan tanpa harus mengurangi kualitas pekerjaan.
2.3 Industri Pariwisata Kreatif
Terminologi Industri Kreatif mempunyai dua variabel utama, yaitu ”
Pariwisata” dan ”Industri Kreatif”. Keduanya termasuk industri yang berkembang pesat
dewasa ini. Pariwisata umumnya terkenal sebagai industri yang tumbuh cepat. Di sisi
lain, Industri Kratif baru tumbuh sekitar 10 tahun yang lalu. Keduanya memiliki nilai
yang sangant strategis khususnya dalam mengkombinasikan antara Pariwisata dan
Industri Kreatif.
Kualitas tinggi Industri Kreatif Pariwisata dibentuk dari kombinasi Pariwisata &
Industri Kreatif keduanya mempunyai komponen terintegrasi ke dalam sistem. Itulah
keunikan dari kedua industri tersebut dan komponen pembentuk yang mempunyai
9
kesamaan dan saling terhubung. Industri Kreatif Pariwisata merupakan sistem yang
terdiri dari beberapa komponen khusus, dan proses terkait alur pembuatan kebijakan
sampai pada evaluasi dan saji balik.
Kesempatan untuk mendesain sebuah Industri Kreatif Pariwisata berkapasitas
baik, mempunyai posisi tawar yang kuat diantara industri yang lain, harus
dikombinasikan antara sektor utama dan sub bagiannya, seperti sektor pariwisata,
perdagangan dan industri, sektor hubungan luar negeri dan sektor tenaga kerja.
Lembaga yang mampu mengembangkan Industri Kreatif Pariwisata diharapkan dapat
mencapai hasil yang luar biasa berupa produk kualitas tinggi di Industri Kreatif dan
juga menguntungkan sebagai paket wisata.
Jadi kombinasi Industri Kreatif dan Pariwisata mempunyai dua tujuan utama
berupa sasaran jangka pendek dan jangka panjang. Tujuan jangka pendek untuk
menghasilkan keuntungan yang optimal dalam promosi produk dan pemasaran, serta
mencapai keuntungan berganda dan pemberdayaan masyarakat. Pariwisata akan
meningkatkan kualitas produk apabila dimasukkan ke dalam produksi.
2.3. Cenderamata
Secara umum, cenderamata memiliki arti yang sama dengan suvenir, yaitu
kenang – kenangan atau oleh – oleh. Menurut Nyoman S Pendit ( 1996:78 ),
cenderamata adalah tanda mata yang diberikan antara dua orang atau lebih yang
bertemu atau berpisah dalam keadaan yang sangat istimewa sehingga pemberian
tersebut dikenang dalam waktu yang lama.
Sedangkan Damardjati (1995) mengatakan bahwa cenderamata adalah benda
kenangan yang diperoleh atau dibeli ditempat yang dikunjungi dan memiliki kaitan
khusus dengan tempat tersebut.
Jadi cenderamata adalah suatu benda kenangan yang dibeli di tempat yang
dikunjungi untuk diberikan diantara dua orang atau lebih ketika bertemu atau berpisah
sehingga cinderamata tersebut dikenang dalam waktu yang cukup lama.
2.4 Kain Tenun Bali
Pada mulanya Kain tenun Bali hanya digunakan sebagai pakaian adat untuk
kepentingan upacara keagamaan. Penggunaannya hanya dikalangan tertentu seperti
kaum bangsawan dan orang tua. Kain Endek Bali dibuat dengan alat yang disebut
10
ATBM ( Alat Tenun Bukan Mesin ) dan tidak bisa digunakan dengan Alat Tenun
Modern (ATM).
Sebagai bahan baku, Kain Endek Bali membutuhkan bahan yang tidak biasa
seperti Mercharized Cotton No 100/2, 80/2, dan 64/2, Sutra/ Spun Silk No. 120 dan 140
dan Cotton dan rayon. Sedangkan untuk menghasilkan warna yang baik dibutuhkan
Neptol, Prosion dan Indatren.
11
BAB. III
METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi Penelitian
Penelitian berlokasi di sentra – sentra kerajinan industri kreatif kain tenun Bali yang
tersebar di kota Denpasar. Disamping itu penelitian ini juga dilakukan di pusat
penjualan cenderamata khas Bali.
3.2. Definisi Operasional Variabel
1). Keberadaan atau eksistensi kain tenun Bali sebagai komoditas industri kreatif
sangat penting untuk diteliti, sehingga dapat diketahui awal perkembangan kain tenun
Bali hingga perkembangan saat ini, dan posisi penjualan di tengah pasar import dan
eksport.
2). Strategi meningkatkan atau optimalisasi kain tenun Bali sebagai cenderamata khas
yang dapat menunjang pariwisata Bali.
3.3. Jenis dan Sumber Data
Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah Data Kualitatif yaitu data
berupa informasi yang relevan yang diperoleh dari wawancara mendalam dengan
narasumber yang dapat memberikan informasi terkait keberadaan kain tenun Bali dan
perkembangannya sebagai industri kreatif di Kota Denpasar.
Selain itu sumber dari data kuatitatif juga diperlukan dalam penelitian ini yaitu
berupa angka – angka yang dapat dihitung seperti jumlah perajin kain tenun Bali dan
rata – rata permintaan wisatawan terhadap kain tenun Bali.
12
3.4 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pemilik sentra kain tenun
Bali yang ada di kota Denpasar. Sampel diambil dengan cara purposive sampling yaitu
sampling ditentukan sesuai dengan tujuan penelitian. Penelitian ini menggunakan
rancangan sampel nonprobabilitas, suatu rancangan pengambilan sampel yang tidak
menggunakan teknik random (Faisal, 2001: 67). Teknik pengambilan sampel purposif
(purposial sampling), atau sering disebut dengan Judment Sampling (Jennings, 2001:
139) responden ditetapkan secara secara sengaja oleh peneliti (Faisal, 2001: 67), yang
didasarkan pada pertimbangan tertentu, dalam hal ini adalah pemilik sentra kerajinan
kain tenun Bali.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :
1) Observasi, yaitu mengadakan pengamatan langsung terhadap fisik atau obyek
penelitian. Observasi ini akan disertai dengan mencermati, memaknai, dan
mencatat menggunakan alat bantu observasi. Catatan merekam hasil observasi
tersebut berupa dokumentasi dan catatan panjang yang merupakan daftar subjek
yang telah diamati. Dengan cara ini, maka data yang diperoleh adalah data
faktual dan aktual, yaitu data yang dikumpulkan dan diperoleh pada saat
peristiwa berlangsung.
2) Wawancara terstruktur yaitu mengadakan wawancara dengan informan kunci
dalm hal ini pemilik sentra industri kreatif kain tenun Bali yang dipakai sebagai
sampel dengan berpedoman pada kuesioner yang telah disusun.
3) Studi Kepustakaan, dalam penelitian ini banyak menggunakan buku-buku dan
makalah –makalah yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.
3.6. Teknik Analisis Data
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif, maka data yang di dapat
selama penelitian akan dianalis kemudian di urutkan sesuai perkembangan Kain Tenun
Bali dari awal perkembangan hingga keberadaan saat ini. Kemudian dilakukan
positioning untuk mengetahui dimana letak Kain Tenun Bali di pasar lokal. Dari hasil
positioning tersebut maka dapat dibuatkan sebuah formulasi sebagai kerangka
pengembangan Industri Kreatif Kain Tenun Bali sehingga mampu menjadikan potensi
13
industry kreatif kain tenun sebagai industry unggulan yang mampu menunjang
pariwisata budaya di Kota Denpasar. Dari hasil analisis tersebut diharapkan industry
kreatif kain teun Bali dapat dijadikan sebagai entitas pariwisata budaya di Kota
Denpsar.
14
BAB IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi 4.1.1 Gambaran Umum Kota Denpasar
Kota Denpasar merupakan sebuah kota di PulauBali dan sekaligus menjadi
ibukota provinsi Bali, Indonesia. Pembangunan pariwisata memiliki pengaruh yang besar
terhadap perubahan struktur dan perekonomian masyarakat di Kota Denpasar. Tetapi
terdapat sedikit perbedaan antara tata perekonomian Kota Denpasar dengan kota lainnya
di Provinsi Bali pada umumnya. Di Kota Denpasar sector yang paling mendominasi
dalam pembentukan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah dari sector
perdagangan, hotel dan restaurant. Hal ini dikarenakan terdapat jumlah yang cukup
significant dari usaha jenis ini di Kota Denpasar.
Secara administrative Kota Denpasar terdiri dari 4 kecamatan, 43 desa atau
kelurahan dengan 209 dusun. Saat ini pemerintah Kota Denpasar sedang secara giat
mendorong masayarakatnya khususnya masayrakat yang berkecimpung di Industri
Kerajinan untuk ikut mengembangkan berbagai inovasi dalam meningkatkan layanan
kepada masyarakatnya, salah satu diantaranya memperbaiki system administrasi
kependudukan.
Terkait dengan Produk Domestik Bruto Kota Denpasar yang mayoritas dihasilkan
dari perdagagan, hotel dan restaurant, di Kota Denpasar juga terdapat sector lain yang
mampu menunjang perekonomian kota ini berupa barang kerajinan dalam bentuk
cinderamata, seperti ukiran dan patung. Hanya saja saat ini usaha di bidang ukiran dan
kayu saat ini dalam situasi penurunan yang disebabkan oleh berbagai factor diantaranya
dampak krisis serta persaingan antar daerah. Hal yang juga memberi pengaruh terhadap
turunnya minat dan pendatan usaha bidang ini disebabkan oleh persaingan antara negara
berkembang Asia lainnya seperti Vietnam, Thailand, Malaysia, India dan tentu saja
China.
15
Negara – negara Asia tersebut diatas yang menjadi competitor Indonesia saat ini lebih
mengoptimalkan kuantitas dari segi jumlah produksi dengan memaksimalkan jumlah
produksi dengan menggunakan alat dan kecanggihan teknologi yang mereka miliki.
Hal ini tentu saja berbanding terbalik dengan kondisi pengerjaan industry kayu ukiran
dan patung yang ada di Kota Denpasar, yang masih mengutamakan pengerjaan dengan
tangan ( handmade) sehingga hal ini tentu saja menjadi salah satu factor yang
memperlambat tingkat produksi dalam segi kuantitas atau jumlahnya.
Perkembangan pariwisata dan daya tarik Pulau Bali, secara tidak langsung juga
berdampak pada kemajuan pembangunan Kota Denpasar. Pada tahun 2000 jumlah
wisatawan mancanegara yang mengunjungi Kota Denpasar mencapai 1.413.513 orang
dan menempatkan jumlah wisatawan terbanyak dari Jepang kemudian disusul dari
Australia, Taiwan, Eropa, Inggris, Amerika, Singapura dan Malaysia.
Kebijakan pemgembangan Pariwisata Kota Denpasar bertumpu pada pengembangan
pariwisata budaya berwawasan lingkungan. Sebagai salah satu sentra pengembangan
pariwisata, Kota Denpasar menjadi barometer bagi kemajuan pariwisata di Bali, hal ini
dapat dilihat dengan dibangunnya berbagai hotel berbintang sebagai sarana penunjang
aktivitas pariwisata tersebut. Pantai Sanur yang merupakan salah satu icon pariwisata
yang sering dikunjungi oleh wisatawan baik domestic maupun mancanegara. Sedangkan
Lapangan Puputan Badung adalah ruang terbuka hijau di Kota Denpasar yang juga
memiliki fungsi sebagai paru – paru kota Denpasar.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Eksistensi Kain Tenun Bali sebagai Industri Kreatif
Program Pengembangan Tenun Tradisional untuk Penguatan Ekonomi Lokal adalah
program untuk membangkitkan geliat kain tenun tradisional khususnya tenun endek
melalui penguatan pengrajin maupun promosi secara gencar ke berbagai kalangan.Kain
tenun endek telah mengalami penurunan dan kehilangan popularitasnya. Harga tenun
endek relatif lebih mahal karena bahan baku benangnya masih diimpor, waktu
pengerjaannya membutuhkan waktu lama, butuh ketelitian dan ketrampilan khusus,
mayoritas pekerjaan tenun adalah generasi tua dan semakin langka. Kain tenun endek
16
juga belum mampu merambah pasar nasional dan belum dikembangkan menjadi produk
jadi.
Perkembangan Kain Tenun Bali sendiri dimulai dari sekitar awal tahun 90-
an, Kain Tenun Bali merupakan salah satu warisan budaya masyarakat Bali namun
di tahun – tahun sebelumnya keberadaan kain tenun Bali sangat jarang dapat
ditemui. Hal ini dikarenakan pada saat itu keberadaan Kain Batik masih lebih
unggul dibandingkan dengan kain Tenun Bali. Hingga akhirnya di Tahun 1990 ada
sebuah sentra kerajinan industry kain tenun Bali Sekar Jepun, sebuah industry kain
tenun terbesar di Denpasar yang dengan giat membuat dan memasarkan Kain
Tenun Bali namun penjualannya hanya terbatas pada orang – orang terdekat saja.
Namun semakin lama, banyak orang yang makin mengenal Kain Tenun Bali
produksi Sekar Jepun. Keberadaan industry ini akhirnya didengar oleh Dewan
Kerajinan Nasional Daerah Bali (Dekranasda) Bali dan pihak Dekranasda
melakukan kunjungan ke industry kerajinan Sekar Jepun. Pihak Dekranasda menilai
industry kain tenun Bali yang dibuat oleh Sekar Jepun memiliki ciri khas sendiri dan
sangat inovatif dalam bidang pengembangan motifnya.
Dalam pertemuan tersebut pihak Dekranasda mengajak industry ini untuk
bekerjasama dalam memasarkan dan melesatarikan Kain tenun Bali. Kemudian muncul
sebuah ide untuk mendirikan Asosiasi Bordir, Endek dan Songket Denpasar (ASBES )
Denpasar yang menaungi pengrajin – pengrajin tenun lainnya. Anggota yang tergabung
dalam ASBES dibimbing oleh Dekranasda yang dalam saluran distribusi pemasarannya
dibantu oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan. Mulai dari masa didirikannya
ASBES adalah masa dimulai dikembangkannya Industri Kain Tenun Bali di Denpasar.
Di masa awal meningkatnya popularitas Kain Tenun Bali, produk ini hanya digunakan
oleh kalangan terbatas seperti kalangan menengah keatas. Namun seiring dengan
bertambahnya jumlah pengrajin Kain Tenun Bali yang tergabung dalam Asosisasi Bordir
dan Endek dan Songket Bali, serta dibantu oleh pihak Dinas Perindustian dan
Perdagangan serta dibimbing oleh Dewan Kerajinan Nasional Daerah Bali maka
terdapat peningkatan jumlah produksi kain tenun Bali di Kota Denpasar.
Pemerintah Kota Denpasar melalui Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kota Denpasar terus berupaya meningkatkan daya saing para pengusaha kecil yang ada di Kota Denpasar. Denpasar merupakan daerah heterogen yang
mempunyai beragam kreativitas. Sepadan dengan visinya sebagai kota berbudaya, maka
17
denpasar terus mengeliatkan diri untuk menggali khasanah budaya tradisional bali.Tidak
hanya dalam seni dan budaya.
Produk kain tenun Bali yang dihasilkan hanya terbatas pada tiga jenis yaitu; Katun,
Katun Sutera dan Sutera. Kain Tenun Bali jenis katun merupakan Kain Endek Bali yang
100% Katun, kemudian jenis sutera merupakan campuran 50% katun dan 50% sutera.
Dan yang terakhir merupakan Kain Tenun Bali yang 100% sutera.
18
DAFTAR PUSTAKA
Damardjati, R.S. 1995. Istilah – Istilah Dunia Pariwisata. Jakarta : Pradnyana
Paramitha
Departemen Perdagangan Republik Indonesia. 2007. Industri Kreatif Indonesia Di
Masa Datang. Buletin Depdagri; Jakarta.
Goeldner, C., & Ritchie, J.R ( 2003) Tourism Principles, Practices and Philosophies.
New Jersey : John Wiley & Sons.
http://en.m.wikipedia.org/wiki/Industri_Kreatif; diakese pada 05
februari 2015
Jenning, Gayle, 2001. Tourism Research, Australia: John Willey and Sons
Salah Wahab, 2003. Manajemen Pariwisata, Jakarta : PT. Pradnya Paramita
Soekadijo, RG, 2000. Anatomi Pariwisata ( Memahami Pariwisata Sebagai ” Systemic
Linkage”) Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama
Timothy, D. J., & Nyaupane, G. P ( 2009 ) Cultural Heritage and Tourism in
Developing World : A Regional Perspective Taylor &
Francis. Undang _ Undang No. 10 Tahun 2009 tentang
Kepariwisataan.
Website Resmi ICOMOS. http://www.icomos-ictc.org/diakses februari,20
Lampiran I
PEDOMAN WAWANCARA DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN
Nama :
Usia :
Jenis Kelamin :
Pendidikan :
1. Bagaimana sejarah perkembangan Kain Tenun Bali khususnya di Denpasar ?
2. Berapa jumlah pengrajin Kain Tenun Bali yang sudah terdaftar di Disperindag
Denpasar ?
3. Bagaimana upaya yang dilakukan Dinas Perindustrian dan Perdagangan dalam
mendukung berkembangnya Industri Kain Tenun Bali?
4. Apakah Dinas Perindustrian dan Perdagangan juga menyediakan sarana
promosi yang bisa diikuti oleh pengrajin kain tenun?
5. Apakah Dinas Perindustrian dan Perdagangan juga memberikan fasilitas
kemudahan dalam memperoleh ijin untuk mendirikan usaha bagi pengrajin
kain tenun khususnya di wilayah Kota Denpasar.
6. Apakah ada upaya Dinas Perindustrian dan Perdagangan untuk memberikan
pelatihan – pelatihan bagi pengrajin?
7. Bentuk bantuan apa saja yang diberikan Disperindag kepada pengrajin dalam
usaha melestarikan Kain Tenun Bali di Kota Denpasar?
8. Sebagai instansi yang menaungi bidang Pengembangan Kerajinan bagaimana
Disperindag menilai perkembangan industry kain tenun Bali yang ada saat ini?
9. Dari segi kualitas apakah Kain Tenun Bali sudah cukup bersaing di tingkat
nasional maupun internasional dan layak untuk dijadikan produk unggulan dan
dieksport ke Mancanegara?
10. Apakah Disperindag mendukung upaya Pemerintah Kota Denpasar untuk
menjadikan Kain Tenun Bali sebagai icon Kota Denpasar.
PEDOMAN PERTANYAAN DEWAN KERAJINAN NASIONAL DAERAH BALI
Nama : Usia : Jenis Kelamin : Pendidikan :
1. Bagaimana sejarah perkembangan Kain Tenun Bali khususnya di Denpasar ?
2. Bagaimana upaya yang dilakukan Dewan Kerajinan Nasional Daerah Bali dalam
mendukung berkembangnya Industri Kain Tenun Bali?
3. Apakah Dewan Kerajinan Nasional Daerah Bali juga menyediakan sarana
promosi yang bisa diikuti oleh pengrajin kain tenun?
4. Apakah Dekranasda Bali juga memberikan fasilitas kemudahan dalam mengajak
pengrajin untuk melakukan pameran – pameran?
5. Apakah ada upaya Dekranasda berkerja sama dengan instansi terkait dalam hal
ini Dinas Perindustrian dan Perdagangan untuk memberikan pelatihan –
pelatihan bagi pengrajin?
6. Bentuk bantuan apa saja yang diberikan Dekranasda kepada pengrajin dalam
usaha melestarikan Kain Tenun Bali di Kota Denpasar?
7. Sebagai wadah yang menaungi Pengembangan Kerajinan umumnya dan
Industri Kain Tenun Bali khusunya bagaimana Dekranasda menilai
perkembangan industry kain tenun Bali yang ada saat ini?
8. Dari segi kualitas apakah Kain Tenun Bali sudah cukup bersaing di tingkat
nasional maupun internasional dan layak untuk dijadikan produk unggulan dan
dieksport ke Mancanegara?
9. Apakah Dekranasda mendukung upaya Pemerintah Kota Denpasar untuk
menjadikan Kain Tenun Bali sebagai icon Kota Denpasar?
PEDOMAN PERTANYAAN KE PENGRAJIN Nama : Usia : Jenis Kelamin : Pendidikan :
1. Bagaimana sejarah perkembangan Kain Tenun Bali hingga berdirinya perusahaan Ibu/Bapak
?
2. Bagaimana proses pembuatan Kain Tenun Bali di perusahaan ini dan apa alat
yang digunakan ?
3. Apakah saja produk yang dihasilkan oleh Pengrajin Kain Tenun Bali di
perusahaan ini ?
4. Apakah ada bentuk promosi yang diikuti oleh perusahaan ini?
5. Apa saja saluran distribusi yang digunakan oleh perusahaan ini dalam
memasarkan produknya?
6. Apakah perusahaan ini bekerjasama dengan instansi terkait dalam memasarkan
produknya?
7. Apa saja kendala dalam memproduksi dan memasarkan Kain Tenun Bali?
8. Apakah perusahaan ini ikut berperan aktif dalam kegiatan – kegiatan pameran
yang diselenggarakan oleh Pemerintah ?
9. Apakah bentuk bantuan yang diberikan oleh instansi terkait dalam upaya
produksi maupun pemasaran Kain Tenun Bali ?
10. Dari segi kualitas apakah Kain Tenun Bali sudah cukup bersaing di tingkat
nasional maupun internasional dan layak untuk dijadikan produk unggulan dan
dieksport ke Mancanegara?
11. Bagaimana pendapat anda mengenai upaya Pemerintah Kota Denpasar untuk
menjadikan Kain Tenun Bali sebagai icon Kota Denpasar?