Upload
duta-msp
View
293
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8/10/2019 LAPORAN KETIK EKOPER
1/70
1 | P a g e Laporan ketik ekologi perairan kelompok 25
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Suatu konsep sentral dalam ekologi adalah ekosistem (sistem ekologi yang
terbentuk oleh hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya.
Oleh karena itu ekosistem adalah tatanan kesatuan secara utuh menyeluruh antara
segenap unsur lingkungan yang saling mempengaruhi. Berdasarkan pengertian di
atas, suatu sistem terdiri dari komponen-komponen yang bekerja secara teratur
sebagai suatu kesatuan. Ekosistem terbentuk oleh komponen hidup (biotik) dan tak
hidup (abiotik) yang berinteraksi membentuk suatu kesatuan yang teratur (Riberu,
2002).
Menurut Campbell, et al. (2004), ekologi adalah kajian ilmiah mengenai
interaksi antara organisme dan lingkungannya. Sebagai suatu bidang kajian ilmiah,
ekologi menggabungkan pendekatan hipotesis-deduktif, yang menggunakan
pengamatan dan eksperimen untuk menguji penjelasan hipotesis dari fenomena-
fenomena ekologis. Banyak ahli ekologi merancang model matematis yang
memungkinkan mereka membuat stimulasi eksperimen dalam skala besar yang
tidak mungkin dilakukan di lapangan. Dengan pendekatan ini, variabel penting dan
hubungan hipotesisnya dijelaskan melalui persamaan matematis.
Menurut Burnie (2005), kata ekologi atau Oecologie dalam bahasa Jerman
ditelurkan oleh seorang naturalis bernama Ernst Haeckel pada tahun 1866. Ia
menciptakan kata itu dengan cara menggabungkan oikos , kata Yunani yang berarti
rumah atau rumah tangga, dengan logos , sebuah kata lain Yunani yang digunakan
untuk mnyebutkan bidang ilmu apa saja. Secara harfiah, ekologi berarti ilmu yang
mempelajari rumah.
1.2 Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk melatih dan meningkatkan
kemampuan mahasiswa dalam :a. Keterampilan Kognitif
Komparansi antara teori dan kondisi di lapangan
Pengintegrasian pemahaman berbagai teori
Penerapan teori pada keadaan nyata di lapangan
8/10/2019 LAPORAN KETIK EKOPER
2/70
2 | P a g e Laporan ketik ekologi perairan kelompok 25
b. Keterampilan Afektif
Perencanaan kegiatan secra mandiri
Kemampuan bekerja sama
Pengkomunikasian hasil belajarc. Keterampilan Psikomotorik
Penguasaan pemasangan peralatan
Penggunaan peralatan dan instrument tertentu.
1.3 Kegunaan Praktikum
Kegunaan dari kegiatan praktikum ini adalah :
1. Mengenalkan sekaligus menumbuhkan rasa empati mahasiswa terhadap
ekosistem sungai dan ekosistem kolam.
2. Meningkatkan kemampuan teknis dalam mengukur parametyer fisika, kimia
dan biologi.
3. Bagi peneliti atau lembaga ilmiah, sebagai sumber informasi keilmuan dan
dasar untuk penulisan ataupun penelitian lebih lanjut berkaitan dengan
ekosistem sungai dan ekosistem kolam.
1.4 Waktu dan Tempat
Praktikum Ekologi Perairan di lapang dilaksanakan pada tanggal 9 November
2014 pada pukul 07.00-12.00 WIB di Sumber Awan dan untuk praktikumLaboratorium dilaksanakan pada tanggal 11 November 2014 pada pukul 10.30-
11.00 WIB di Laboratorium Reproduksi, Pembenihan, Pemulian Ikan Gedung D
lantai 1, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya, Malang.
8/10/2019 LAPORAN KETIK EKOPER
3/70
3 | P a g e Laporan ketik ekologi perairan kelompok 25
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Ekologi Perairan
Kata Ekologi pertama kali diperkenalkan oleh Ernest Haekel, ahli biologi
Jerman tahun 1869. Arti kata Oikos yang berarti rumah atau tempat tinggal, dan
logos bersifat telaah atau studi. Jadi ekologi adalah ilmu tentang rumah atau tempat
tinggal makhluk. Biasanya ekologi didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari
hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Yang dimaksud
disini adalah kelompok makhluk hidup (Resosoedarmo,1987).
Menurut Rand (2003), komponen biotik atau komponen hidup terdiri atas
banyak kombinasi dari tanaman, hewan, dan mikroorganisme yang menghuni ruang
ekologi tertentu di setiap ekosistem. Komponen abiotik atau tak hidup meliputi
lingkungan fisik (contoh: air, sedimen substrat, dan materi partikulat tersuspensi)
dalam batas-batas ekosistem. Setiap ekosistem perairan itu adalah produk dinamis
dari interaksi kompleks antara komponen hidup dan tak hidup, yang keduanya
konstan dan mengubah ciri dalam waktu dan ruangnya.
Menurut Arfiati (2009) dalam Trimulya (2013), ekosistem air tawar di ikuti
oleh organisme dari tingkat sederhana seperti bakteri, jamur dan lainnya sampai
organisme tingkat tinggi. Ekologi Perairan adalah ilmu tentang lingkungan yang
mempelajari hubungan timbal balik / interaksi antara organisme dan lingkungan.
Dimana lingkungan tersebut akan mempengaruhi kenyamanan hidup organisme
dengan faktor-faktor yang terdapat didalamnya meliputi faktor fisika (Suhu,
Kecerahan, Arus), faktor kimia (DO, pH), faktor biologi (plankton, substrat, bentos).
2.2 Ciri Ciri Ekologi Sungai
Menurut Hafidin (2011), sungai termasuk kedalam perairan tawar dan dapat
dibedakan dengan sistem air tawar lainnya, karena sungai merupakan perairan yang
bergerak dan biasanya mengalir dari tempat tinggi menuju ketempat yang rendah.
Bioma lotik (air yang mengalir ) dipengaruhi oleh jatuhnya aliran atau perubahanvertikel persatuan panjang. Selama transisi dari sungai yang alirannya cepat dan
bergelombang ke sungai yang tenang dan alirannya lambat temperautur
cenderung menigkat, oksigen yang tersedia menurun dan dasar sungai berubah dari
berbatu ke berlumpur.
8/10/2019 LAPORAN KETIK EKOPER
4/70
4 | P a g e Laporan ketik ekologi perairan kelompok 25
Menurut Hutabarat, (2000) dalam Katili, (2011), ekosistem air mengalir
(lotik) misalnya sungai dan air terjun. Ciri-ciri ekosistem air tawar yaitu kadar
garam atau salinitasnya sangat rendah, variasi suhu sangat rendah, penetrasi
cahaya matahari kurang dan dipengaruhi oleh iklim serta cuaca. Ekosistem airtawar salah satunya adalah sungai yang mempunyai fungsi sebagai tempat
hidup organisme seperti hewan-hewan akuatik.
Sungai merupakan suatu bentuk ekosistem akuatik yang mempunyai peran
penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan air
(catchment area) bagi daerah disekitarnya, sehingga kondisi suatu sungai sangat
dipengaruhi oleh karakteristik yang dimiliki oleh lingkungan disekitarnya. Sebagai
suatu ekosistem, perairan sungai mempunyai berbagai komponen biotik dan abiotik
yang saling berinteraksi membentuk suatu jalinan fungsional yang salingmempengaruhi. Komponen pada ekosistem sungai akan terintegrasi satu sama
lainnya membentuk suatu aliran energi yang akan mendukung stabilitas ekosistem
tersebut (Setiawan 2009).
2.3 Ciri Ciri Ekologi Kolam
Menurut Pamungkas, et al. (2011), air menggenang atau habitat lentik
berasal dari kata lenis yang berarti tenang, contohnya adalah danau, kolam, rawa,
atau pasir terapung. Stratifikasi vertikal kolam air pada perairan menggenang yang
diakibatkan oleh intensitas cahaya yang masuk ke perairan dibagi menjadi tiga
kelompok, yaitu: lapisan eufotik yang merupakan lapisan yang masih mendapatkan
cukup cahaya matahari, lapisan kompensasi yang merupakan lapisan dengan
intensitas cahaya sebesar 1% dari intensitas cahaya permukaan, dan lapisan
profundal yang merupakan lapisan yang terletak di bawah lapisan kompensasi
dengan intensitas cahaya sangat kecil bahkan tidak mendapatkan cahaya (afotik).
Menurut Chrismadha dan Ali (2007), sistem arus deras karakter kolam lebih
mendekati tipe ekosistem perairan mengalir (lentik) yang berbeda dengan tipe
kolam-kolam perikanan pada umumnya. Nilai konduktivitas air kolam cenderung naik
secara stabil, sementara uji korelasi memperlihatkan tingkat keterkaitan yang tinggi
antara keberadaan fitoplankton dengan nilai konduktivitas perairan tersebut. Nilai
konduktivitas dapat diartikan sebagai tingkat ketersediaan mineral dalam perairan
kolam. Dari aspek fisiologis berbagai mineral dikenal sebagai unsur mikro, yaitu
8/10/2019 LAPORAN KETIK EKOPER
5/70
5 | P a g e Laporan ketik ekologi perairan kelompok 25
unsur nutrien yang diperlukan dalam jumlah sangat sedikit oleh tumbuhan, termasuk
fitoplankton.
Kolam merupakan lahan yang dibuat untuk menampung air dalam jumlah
tertentu sehingga dapat dipergunakan untuk pemeliharaan ikan dan atau hewan airlainnya. Berdasarkan pengertian teknis. Kolam merupakan suatu perairan buatan
yang luasnya terbatas dan sengaja dibuatmanusia agar mudah dikelola dalam hal
pengaturan air, jenis hewan budidaya, dan target produksinya.Kolam selain sebagai
media hidup ikan juga harus dapat berfungsi sebagai sumber makanan alami bagi
ikan, artinya kolam harus berpotensi untuk dapat menumbuhkan makanan alami
(Susanto, 1992 dalam Puspita et. al., 2005).
2.4 Siklus Hidrologi (Beserta Gambar)
Menurut Achmad (2011), siklus hidrologi adalah pergerakan air di bumi
berupa cair, gas, dan padat baik proses di atmosfir, tanah dan badan-badan air yang
tidak terputus melalui proses kondensasi, presipitasi, evaporasi dan transpirasi.
Pemanasan air samudera oleh sinar matahari merupakan kunci proses siklus
hidrologi tersebut dapat berjalan secara kontinu. Air berevaporasi, kemudian jatuh
sebagai presipitasi dalam bentuk air, es, atau kabut. Pada perjalanan menuju bumi
beberapa presipitasi dapat berevaporasi kembali ke atas atau langsung jatuh yang
kemudian diintersepsi oleh tanaman sebelum mencapai tanah.
Menurut Effendi (2003), siklus hidrologi air tergantung pada proses evaporasi
dan presipitasi. Air yang terdapat dipermukaan bumi berubah menjadi uap air di
lapisan atmosfer melalui proses evaporasi (penguapan) air sungai, danau, dan laut,
serta proses evapotranspirasi atau penguapan air oleh tanaman. Uap air bergerak
ke atas hingga membentuk awan yang dapat berpindah karena tiupan angin. Ruang
udara yang mendapat akumulasi uap air secara kontinyu akan menjadi jenuh. Oleh
pengaruh udara dingin pada lapisan atmosfer, uap air tersebut mengalami sublimasi
sehingga butiran-butiran uap air membesar dan akhirnya jatuh sebagai hujan.
Siklus dimulai dari penguapan air di permukaan bumi atau di permukaan
tubuh air yang lain menjadi titik-titik uap. Titik-titik uap ini karena mengalami
penurunan temperatur akibat perubahan ketinggian berubah menjadi awan. Dengan
adanya berbagai proses kodensasi, awan tersebut selanjutnya jatuh di permukaan
bumi sebagai hujan. Ada sebagian air yang tidak sempat jatuh di permukaan bumi
8/10/2019 LAPORAN KETIK EKOPER
6/70
6 | P a g e Laporan ketik ekologi perairan kelompok 25
akibat peguapan, uap air tersebut selajutnya membentuk titik-titik uap dan kembali
bersiklus. Air yang jatuh dipermukaan bumi sebagian ada yang langsung mengalir
sebagai limpasan permukaan (surface run off), sebagian ada yang menjadi limpasan
bawah permukaan (subsurface run off), dan sebagian menjadi aliran air tanah(ground water run off). Limpasan permukaan tersebut selanjutnya mengalir menuju
ke sungai dan bermuara ke laut, saat dalam perjalanan air tersebut dapat tertahan
apabila pada suatu kondisi air tersebut mengalir di daerah yang jenuh dengan air
dan topografi relatif cekung. Limpasan permukaan tersebut akan tertahan menjadi
deposit air permukaan (surface water storage). Limpasan bawah permukaan
tersebut oleh gaya grafitasi akan bergerak kebawah menuju zona jenuh (saturated
zone) dan menjadi aliran air tanah. Arah aliran air tanah tersebut dipengaruhi oleh
struktur geologi dan topografi daerah secara regional, aliran air tanah ini selanjutnyabermuara di laut sungai, atau pada deposit air permukaan (Jarwanto, 2008).
(Google image,2014)
2.5 Rantai Makanan (Beserta Gambar)
Menurut Pratikno dan Sunarsih (2010), ekologi merupakan cabang ilmu
dalam biologi yang mempelajari tentang hubungan makhluk hidup dengan
habitatnya. Dalam ekologi, dikenal istilah rantai makanan. Rantai makanan
merupakan lintasan konsumsi makanan yang terdiri dari beberapa spesies
organisme. Bagian paling sederhana dari suatu rantai makanan berupa interaksi dua
spesies yaitu interaksi antara spesies mangsa ( prey ) dengan pemangsa ( predator ).
Kehadiran predator memberikan pengaruh pada jumlah prey .
8/10/2019 LAPORAN KETIK EKOPER
7/70
7 | P a g e Laporan ketik ekologi perairan kelompok 25
Di alam terjadi proses makan memakan. Tumbuhan hijau dimakan ulat.Ulat
dimakan burung prenjak dan burung prenjak dimakan ular. Proses makan memakan
disebut rantai makanan, karena terdiri atas banyak rantai. Rantai makanan itu
bercabang-cabang merupakan jaring-jaring, sehingga disebut jaring-jaring makanan.Materi mengalir dari mata rantai makanan yang satu ke mata rantai yang lain.
Apabila makhluk mati, tidak berarti aliran materi terhenti, melainkan makhluk yang
mati menjadi makanan makhluk lainnya (Riberu, 2002).
Rantai makanan merupakan lintasan konsumsi makanan yang terdiri dari
beberapa spesies organisme.Bagian paling sederhana dari suatu rantai makanan
berupa interaksi dua spesies yaitu interaksi antara spesies mangsa (prey) dengan
pemangsa (predator). Model yang mendiskripsi kan interaksi dua spesies yang
terdiri dari prey dan predator adalah model rantai makanan dua spesies. Kehadiranpredator memberikan pengaruh pada jumlah prey. Pada interaksi tiga spesies,
kehadiran predator keduaberpengaruh pada jumlah predator pertama dan prey
sehingga dalam rantai makanan setiap komponennya saling memberikan pengaruh.
Model yang mendiskripsikan interaksi tiga spesies yang terdiri dari prey, predator
pertama, dan predator kedua adalah model rantai makanan tiga spesies (Wiji Budi
Pratikno dan Sunarsih , 2010).
(Google image,2014)
8/10/2019 LAPORAN KETIK EKOPER
8/70
8 | P a g e Laporan ketik ekologi perairan kelompok 25
2.6 Hubungan Interaksi Antar Organisme
Menurut Elfidasari (2007), interaksi adalah hubungan antara makhluk hidup
yang satu dengan yang lainnya. Ada dua macam interaksi berdasarkan jenis
organisme yaitu intraspesies dan interspesies. Interaksi intraspesies adalah
hubungan antara organisme yang berasal dari satu spesies, sedangkan interaksi
interspesies adalah hubungan yang terjadi antara organisme yang berasal dari
spesies yang berbeda.
Menurut Arbi dan Vimono (2010), suatu ekosistem, khususnya ekosistem
perairan, terjadi interaksi antara satu jenis organisme dengan jenis organisme
lainnya (simbiosis), baik itu berupa hubungan yang bersifat mutualisme,
komensalisme, maupun parasitisme. Di dalam hubungan parasitisme, organisme
parasit memanfaatkan organisme lainnya (inang) sebagai tempat hidup untuk
melangsungkan sebagian besar siklus hidupnya. Inang seringkali merupakan tempat
tinggal sekaligus sebagai sumber makanan bagi parasit.
Menurut (J Cole,1982) Banyak interaksi antara bakteri dan fitoplankton yang
dapat menjadi kategori system yang cukup baik dan biasa digunakan oleh bakteri
dan tanaman tingkat tinggi. Hidup di pikosfer bagaimanapun terdapat perbedaan
yang keberlanjutan dengan hidup di pilosfer atau rizosfer dengan beberapa resiko.
Difusi plankton dan perputaran air untuk menyebarkan material terlarut dan
organisme lain, sel fitoplankton yang membutuhkan nutrisi juga dapat disebabkan
karena perputaran local.
2.7. Faktor Faktor Ekosistem Sungai
2.7.1 Fisika
Menurut Ajeng, et al . (2010), masuknya bahan pencemar baik dari limbah
rumah tangga, pertanian, perikanan, dan / atau industri ke dalam perairan dapat
mempengaruhi kualitas perairan. Parameter lingkungan abiotik yang umum di
jadikan perwakilan diantaranya seperti yang diukur dalam penelitian ini, yakniparameter suhu, kejernihan, dan substrat sebagai perwakilan parameter fisik serta
pH, DO, Nitrat, Kalsium, Phospat, dan Magnesium sebagai perwakilan parameter
kimia.
8/10/2019 LAPORAN KETIK EKOPER
9/70
9 | P a g e Laporan ketik ekologi perairan kelompok 25
Menurut Basahudin (2009), faktor utama yang harus diperhatikan dari air sungai
adalah kualitasnya. Tiga sifat air yang perlu diperhatikan, yaitu sifa fisika, kimia, dan
sifat biologi. Parameter sifat fisika bisa dilihat dari warna, kekeruhan, dan suhu.
Parameter sifat kimia bisa dilihat dari oksigen, karbondioksida, pH, amoniak, danalkalinitas. Sementara parameter sifat biologi bisa dilihat dari adanya binatang-
binatang yang hidup di perairan tersebut.
Menurut Rakhmanda (2011), sifat fisik perairan seperti kedalaman, kecepatan
arus, warna, kecerahan dan suhu air. Suhu dapat menjadi faktor penentu atau
pengendali kehidupan flora dan fauna akuatis, terutama suhu di dalam air yang telah
melampaui ambang batas (terlalu hangat atau dingin). Jenis, jumlah, dan
keberadaan flora dan fauna akuatis seringkali berubah dengan adanya perubahan
suhu air, terutama oleh adanya kenaikan suhu dalam air.
2.7.2 Kimia
Menurut Ajeng, et al . (2010), masuknya bahan pencemar baik dari limbah rumah
tangga, pertanian, perikanan, dan / atau industri ke dalam perairan dapat
mempengaruhi kualitas perairan. Parameter lingkungan abiotik yang umum di
jadikan perwakilan diantaranya seperti yang diukur dalam penelitian ini, yakni
parameter suhu, kejernihan, dan substrat sebagai perwakilan parameter fisik serta
pH, DO, Nitrat, Kalsium, Phospat, dan Magnesium sebagai perwakilan parameter
kimia.
Menurut Basahudin (2009), faktor utama yang harus diperhatikan dari air sungai
adalah kualitasnya. Tiga sifat air yang perlu diperhatikan, yaitu sifa fisika, kimia, dan
sifat biologi. Parameter sifat fisika bisa dilihat dari warna, kekeruhan, dan suhu.
Parameter sifat kimia bisa dilihat dari oksigen, karbondioksida, pH, amoniak, dan
alkalinitas. Sementara parameter sifat biologi bisa dilihat dari adanya binatang-
binatang yang hidup di perairan tersebut.
Menurut (Kendouci, et al . 2013), Parameter kimia ditentukan adalah sulfat,
klorida, nitrat, nitrit, amonium, COD, BODmenggunakan teknikstandaranalisis.
Metode pengujiandigunakan adalah sebagai berikut:
pH, salinitas, TDSdan konduktivitas, metode potensiometri
MineralisasinitrogensetelahAFNORT90-110
Spektrofotometridigunakanuntuk penentuansulfat
8/10/2019 LAPORAN KETIK EKOPER
10/70
10 | P a g e Laporan ketik ekologi perairan kelompok 25
2.7.3 Biologi
Menurut Indrowati, et al. (2012), adanya limbah berpengaruh pada kualitas
lingkungan perairan yang diantaranya dapat ditunjukkan dengan parameter kimia,
fisika dan biologi. Parameter biologi dalam hal ini bioindikator sering dipergunakan
sebagai salah satu parameter kualitas perairan. Bioindikator dapat berupa
organisme atau respon biologi yang keberadaannya menjadi penanda kondisi
lingkungan.
Kualitas air suatu badan perairan dapat ditentukan oleh banyak faktor seperti zat
terlarut, zat yang tersuspensi dan makhluk hidup yang ada di dalam badan perairan
tersebut. Indikator biologi merupakan kelompok atau komunitas organisme yang
kehadirannya atau perilakunya di alam berkorelasi dengan kondisi lingkungan. Yang
dapat digunakan sebagai indikator biologi dalam suatu badan perairan adalah
phytoplankton, zooplankton, bentos dan nekton (Asra, 2009).
Sebagaimana kehidupan biota lainnya, penyebaran jenis dan populasi
komunitas bentos ditentukan oleh sifat fisika, kimia dan biologi perairan. Sifat
fisik perairan seperti kedalaman, kecepatan arus, warna, kecerahan dan suhu air.
Sifat kimia perairan antara lain, kandungan gas terlarut, bahan organik, pH,
kandungan hara dan faktor biologi yang berpengaruh adalah komposisi jenis
hewan dalam perairan diantaranya adalah produsen yang merupakan sumber
makanan bagi hewan bentos dan hewan predator yang akan mempengaruhi
kelimpahan bentos (Setyobudiandi, 1997 dalam Rakhmanda, 2011).
2.8 Faktor Faktor Ekosistem Kolam
2.8.1 Fisika
Menurut Sitanggang dan Sarwono (2007), ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan terhadap kualitas air ditinjau dari sudut kepentingan budidaya dan
produktifitas kolam. Kualitas air antara lain di pengaruhi faktor fisik lingkungan
seperti suhu, kandungan oksigen, keasaman dan kedalaman air. Selain faktor fisiklingkungan, faktor biologi memegang peranan penting di dalam mempengaruhi
produktifitas kolam. Salah satunya adalah jasad renik di perairan yaitu berupa
fitoplankton, zooplankton dan benthos.
8/10/2019 LAPORAN KETIK EKOPER
11/70
11 | P a g e Laporan ketik ekologi perairan kelompok 25
Menurut Yumame, et.al. (2013), adapun jenis ikan yang dibudidaya yaitu, ikan
as, ikan lele, ikan Patin dan lain sebagainya dengan bentuk kolam sistem
perkolaman.Faktor-faktor pendukung yang berhubungan dengan budidaya perairan
perlu diperhatikan antara lain, oksigen terlarut (DO), suhu, pH, amoniak, dan lain-lain. Sumber air yang diperlukan dalam kegiatan budidaya ikan harus memenuhi
beberapa kriteria paremeter yang mendukung kualitas air. Hal tersebut meliputi sifat
kimia dan fisika, yang meliputi suhu, kekeruhan, kecerahan, derajat keasaman (pH),
oksigen terlarut (DO), karbondioksida, BOD, alkalinitas total, fosfat (PO ), nitrit
(NO ), nitrat (NO ).
Faktor fisika air merupakan variabel kualitas air yang penting karenadapat
mempengaruhi variabel kualitas air yang lainnya. Faktor fisika yang
besarpengaruhnya terhadap kualitas air adalah cahaya matahari dan suhu air.Keduafaktor ini berkaitan erat, dimana suhu air terutama tergantung dari
intensitascahaya matahari yang masuk ke dalam air. Cahaya matahari dan suhu
airmerupakan faktor alam yang sampai saat belum bisa dikendalikan (Supono, 2008)
2.8.2 Kimia
Menurut Hendriana (2005), Kualitas air dalam kolam bisa diukur secara fisik dan
kimia. Pengukuran parameter kualitas air secara kimia yaitu sebagai berikut :
Bebas dari senyawa beracun seperti amoniak
Mempunyai suhu optimal (22-26 0C). Suhu air akan mempengaruhi laju
pertumbuhan, laju metabolisme ikan, nafsu makan ikan, dan kelarutan oksigen
didalam air.
Menurut Yumame, et.al. (2013), adapun jenis ikan yang dibudidaya yaitu, ikan
as, ikan lele, ikan Patin dan lain sebagainya dengan bentuk kolam sistem
perkolaman.Faktor-faktor pendukung yang berhubungan dengan budidaya perairan
perlu diperhatikan antara lain, oksigen terlarut (DO), suhu, pH, amoniak, dan lain-
lain. Sumber air yang diperlukan dalam kegiatan budidaya ikan harus memenuhi
beberapa kriteria paremeter yang mendukung kualitas air. Hal tersebut meliputi sifat
kimia dan fisika, yang meliputi suhu, kekeruhan, kecerahan, derajat keasaman (pH),
oksigen terlarut (DO), karbondioksida, BOD, alkalinitas total, fosfat (PO ), nitrit
(NO ), nitrat (NO ).
8/10/2019 LAPORAN KETIK EKOPER
12/70
12 | P a g e Laporan ketik ekologi perairan kelompok 25
Menurut Supono (2008), air yang digunakan untuk budidaya organisme
perairan yang lain mempunyai komposisi dan sifat-sifat kimia yang berbeda dan
tidak konstan. Komposisi dan sifat-sifat kimia air ini dapat diketahui melalui analisis
kimia air. Dengan demikian apabila ada parameter kimia yang keluar dari batas yangtelah ditentukan dapat segera dikendalikan. Parameter-parameter kimia yang
digunakan untuk menganalisis air bagi kepentingan budidaya antara lain :
Salinitas
pH
alkalinitas
Disolvedoksigen ( DO )
BOD
2.8.3 Biologi
Menurut Sitanggang dan Sarwono (2007), ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan terhadap kualitas air ditinjau dari sudut kepentingan budidaya dan
produktifitas kolam. Kualitas air antara lain di pengaruhi faktor fisik lingkungan
seperti suhu, kandungan oksigen, keasaman dan kedalaman air. Selain faktor fisik
lingkungan, faktor biologi memegang peranan penting di dalam mempengaruhi
produktifitas kolam. Salah satunya adalah jasad renik di perairan yaitu berupa
fitoplankton, zooplankton dan benthos.
Menurut Khairuman dan Amri (2010), kualitas air adalah jumlah air yang tersedia
yang berasal dari sumbernya, seperti sungai atau saluran untuk mengaliri kolam.
Kualitas air adalah variabel-variabel yang dapat mempengaruhi kehidupan lele.
Variabel tersebut dapat berupa sifat kimia, fisika dan biologi air. Sifat biologi meliputi
jenis dan jumlah binatang air (binatang renik) seperti plankton yang hidup disuatu
perairan.
Sebagai suatu ekosistem, perairan laut memiliki komponen-komponen
sebagaimana ekosistem lain yaitu komponen biotik dan abiotik. Pada ekosistem
perairan komponen biotik yang berperan adalah tumbuhan hijau sebagai produser,
bermacam-macam kelompok hewan sebagai konsumer, dan bakteri serta fungi
sebagai dekomposer (Collier, et al . 1973).
8/10/2019 LAPORAN KETIK EKOPER
13/70
13 | P a g e Laporan ketik ekologi perairan kelompok 25
2.9 Bentos
2.9.1 Definisi Bentos
Menurut Pratiwi, et al . (2004) dalam Rakhmanda (2011), hewan yang hidup di
dasar perairan adalah makrozoobentos. Makrozoobentos merupakan salah satukelompok terpenting dalam ekosistem perairan sehubungan dengan peranannya
sebagai organisme kunci dalam jaring makanan. Selain itu tingkat keanekaragaman
yang terdapat di lingkungan perairan dapat digunakan sebagai indikator
pencemaran. Hewan bentos seringkali digunakan sebagai petunjuk bagi penilaian
kualitas air.
Menurut Zulkifli, et al. (2009), hewan makrobentos adalah hewan yang hidup di
dasar perairan dan biasanya menempel pada dasar substrat sungai yang berupa,
batu, pasir, dan lumpur. Struktur komunitas hewan makrobentos dapat diketahuiberdasarkan komposisi, kelimpahan, keanekaragaman, distribusi, dan aliran energi
di dalamnya. Kelompok makrozoobenthos merupakan kelompok hewan yang relatif
menetap di dasar perairan dan kerap digunakan sebagai petunjuk biologis (indikator)
kualitas perairan.
Benthos adalah organisme yang mendiami dasar perairan dan tinggal di dalam
atau pada sedimen dasar perairan. Berdasarkan sifat fisiknya, benthos dibedakan
menjadi dua kelompok diantaranya fitobenthos yaitu benthos yang bersifat
tumbuhan dan zoobenthos yaitu organisme benthos yang bersifat hewan. (Barus,
2004 dalam simamora, 2009).
Menurut Nybakken (1992) dalam simamora (2009), menurut habitatnya
makrozoobenthos dapat dikelompokkan menjadi infauna dan epifauna. Infauna
adalah makrozoobenthos yang hidupnya terpendam di dalam substrat perairan
dengan cara menggalilubang, sebagian besar hewan tersebut hidup sesil dan tinggal
di suatu tempat. Sedangkan epifauna adalah makrozoobenthos yang hidup di
permukaan dasar perairan yang bergerak dengan lambat di atas permukaan dari
sedimen yang lunak atau menempel pada substrat yang keras dan melimpah di
daerah intertidal.
2.9.2 Ciri Ciri Bentos
Menurut Indrowati, et al. (2012), sementara itu bentos juga memiliki sifat
istimewa di mana kondisi makroskopisnya memungkinkan untuk digunakan sebagai
8/10/2019 LAPORAN KETIK EKOPER
14/70
14 | P a g e Laporan ketik ekologi perairan kelompok 25
biomonitor yaitu metode pemantauan kualitas air dengan menggunakan indikator
biologis dengan memanfaatkan partisipasi masyarakat. Selain itu bentos juga efektif
sebagai bioindikator dikarenakan memiliki respon yang berbeda respon yang
berbeda terhadap suatu bahan pencemar yang masuk dalam perairan sungai danbersifat immobile. Hasil-hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa plankton dan
bentos terbukti efektif sebagi bioindikator perairan sungai.
Menurut Asra (2009), penggunaan bentos terutama makrozoobentos sebagai
indikator biologi kualitas perairan bukanlah merupakan hal yang baru. Beberapa sifat
hidup hewan bentos ini memberikan keuntungan untuk digunakan sebagai indikator
biologi diantaranya mempunyai habitat relatif menetap. Dengan demikian,
perubahan-perubahan kualitas air tempat hidupnya akan berpengaruh terhadap
komposisi dan kelimpahannya.Menurut Oktarina (2011), makrozoobenthos terdistribusi di seluruh badan sungai
mulai dari hulu sampai kehilir, hidup menetap dengan waktu yang relatif lama.
Komposisi dan struktur komunitas makrozoobenthos ditentukan oleh lingkungannya.
Oleh Karena itu, makrozoobenthos ini dapat digunakan untuk menduga status suatu
perairan. Beberapa sifat hewan benthos memberikan keuntungan untuk digunakan
sebagai indicator biologi di antaranya hewan benthos bersifat ubiquitous atau
terdapat dimana-mana, jumlah spesies lebih banyak dapat memberikan spectrum
respon terhadap stress lingkungan, hidup relative menetap (sedentary) pada
habitatnya sehingga memungkinkan menjelaskan perubahan spatial dan juga
memiliki siklus hidup lebih panjang memungkinkan menjelaskan perubahan
temporal.
2.9.3 Peranan Bentos di Perairan
Menurut Rakhmanda (2011), makrozoobentos merupakan salah satu kelompok
terpenting dalam ekosistem perairan sehubungan dengan perannya sebagai
organisme kunci dalam jaring makanan. Tingkat keanekaragaman yang terdapat di
lingkungan perairan dapat digunakan sebagai indikator pencemaran. Makrobentos
memiliki peranan ekologis dan struktur spesifik dihubungkan dengan makrofita air
yang merupakan materi autochthon. Karakteristik dari masing-masing bagian
makrofita akuatik ini bervariasi, sehingga membentuk substratum dinamis yang
komplek yang membantu pembentukan interaksi-interaksi makroinvertebrata
8/10/2019 LAPORAN KETIK EKOPER
15/70
15 | P a g e Laporan ketik ekologi perairan kelompok 25
terhadap kepadatan dan keragamannya sebagai sumber energi rantai makanan
pada perairan akuatik.
Menurut Alis dan Fajar (2007) dalam Zulkifli, et al. (2009), kelompok
makrozoobenthos merupakan kelompok hewan yang relatif menetap di dasarperairan dan kerap digunakan sebagai petunjuk biologis (indikator) kualitas perairan.
Pada saat ini penggunaan bioindikator menjadi sangat penting untuk
memperlihatkan hubungan antara lingkungan biotik dengan non-biotik. Bioindikator
atau indicator ekologis merupakan taksa atau kelompok organisme yang sensitif dan
dapat dijadikan petunjuk bahwa mereka dipengaruhi oleh tekanan lingkungan akibat
dari kegiatan manusia dan destruksi sistem biotic.
Menurut Tobing (2009) kondisi perairan dapat dinilai dengan berbagai
metode serta sudut pandang. Pendugaan kondisi perairan dapat didasarkan padasifat fisika dan kimia air, namun dapat juga berdasarkan data biotik penghuni
perairan tersebut. Berbagai jenis organisme dapat dijadikan sebagai indikator
kondisi lingkungan perairan seperti plankton, bentos, nekton maupun organisme
akuatik yang lainnya. Namun, secara umum bentos memiliki kelebihan karena sifat
hidupnya yang menetap didasar perairan, sehingga ideal untuk mengetahui kondisi
perairan.
2.9.4 Jenis Bentos di Perairan
Menurut Pratiwi, et al . (2004) dalam Rakhmanda (2011), hewan bentos
seringkali digunakan sebagai petunjuk bagi penilaian kualitas air. Jika ditemukan
limpet air tawar, kijing, kerang, cacing pipih siput memiliki operkulum dan siput tidak
beroperkulum yang hidup di perairan tersebut maka dapat digolongkan kedalam
perairan yang berkualitas sedang. Sebagaimana kehidupan biota lainnya,
penyebaran jenis dan populasi komunitas bentos ditentukan oleh sifat fisika, kimia
dan biologi perairan.
Di perairan waduk, ditemukan sebelas jenis bentos yang berasal dari lima
phylum. Jenis yang ditemukan adalah Tubifex sp, Pheritima sp (cacing tanah) dari
phylum Annelida ; Schistosoma haematobium (cacing darah) dan
Acanthomacrostamum sp dari Phylum Platyhelmintes; Helix pomatia (sumpil),
Bellamy javanica (tutut), dan Pila scutata (keong sawah/Gondang Undak) dari
phylum Molusca; Cambarus virilis (udang), Parathelpusa maculata (yuyu), dan
8/10/2019 LAPORAN KETIK EKOPER
16/70
16 | P a g e Laporan ketik ekologi perairan kelompok 25
Spesies x dari Phylum Arthropoda; dan Stentor sp dari Phylum Protozoa (Purnami,
et al ., 2010).
Menurut Sagala (2012) bahwa secara mikroskopis dapat diidentifikasi sebanyak
11 spesies benthos yang terdiri dari 3 spesies gastropoda, 3 spesies odonata, 2spesies bivalvia, dan masing-masing 1 spesies dari dipthera, coleopthera dan
decapoda. Semua jenis benthos yang teridentifikasi termasuk kedalam 7 kategori
taksonomi atau taksa. Kelimpahan benthos pada substrat lumpur sungai adalah 12
individu/liter (kiri sungai), 4 individu/liter (tengah sungai) dan 19 individu/liter (kanan
sungai).
2.10 Perifiton
2.10.1 Definisi Perifiton
Menurut Mills, et al. (2002) dalam Octania, et al . (2011), sebagai suatu
ekosistem, perairan sungai mempunyai berbagai komponen biotik dan abiotik yang
saling berinteraksi membentuk suatu jalinan fungsional yang saling mempengaruhi.
Jika sungai tercemar akibat aktifitas manusia maka organisme yang ada didalamnya
terganggu. Salah satu ekosistem sungai yaitu perifiton. Alga perifiton adalah alga
yang hidup melekat pada substrat baik berupa benda hidup maupun benda mati
yang terdapat dibawah permukaan air.
Salah satu organisme yang erat kaitannya dengan tumbuhan lamun ialah
perifiton. Perifiton merupakan jasad jasad yang dapat hidup melekat pada
permukaan daun lamun. Organisme perifiton mempunyai peranan penting dalam
penyedia produktivitas perairan, karena dapat melakukan proses fotosintesis yang
dapat membentuk zat organik dari zat anorganik. Organisme ini juga memanfaatkan
nutrien yang ada di ekosistem lamun (Novianti, et al ., 2013).
Istilah perifiton meskipun digunakan secara bervariasi, namun lebih ditujukan
kepada flora yang tumbuh diatas substrat di perairan.Perifiton adalah mikroalgae
menempel yang umumnya merupakan sumber energi utama di perairan, sangat
melimpah dan memiliki peranan yang lebih besar dalam menentukan produktivitas
primer dibanding fitoplankton. Istilah perifiton digunakan untuk algae yang tumbuh
dipermukaan substrat buatan (bewuch) atau substrat alami (aufwuch). Istilah
perifiton yang lain untuk algae mikroskopis yang hidup menempel pada daun lamun
(Hill dan Webster,1982 dalam Hertanto,2008).
8/10/2019 LAPORAN KETIK EKOPER
17/70
17 | P a g e Laporan ketik ekologi perairan kelompok 25
2.10.2 Ciri Ciri Perifiton
Menurut Novianti, et al . (2013), beberapa perifiton diantaranya ada yang
berbentuk koloni, yang memiliki kemampuan melekat pada permukaan substrat lebih
baik daripada mikroalga lainnya. Diatom perifiton merupakan indikator biologi yang
baik untuk mengetahui tingkat pencemaran yang terjadi pada suatu badan air.
Perubahan kandungan senyawa kimia yang masuk ke dalam suatu perairan
merupakan faktor penting dalam mempelajari perkembangan komunitas diatom
perifiton.
Perifiton merupakan sebagai aufwuchs yaitu sekelompok organisme
(umumnya mikroskopis) yang hidup menempel pada benda atau pada permukaan
tumbuhan air yang terendam; tidak menembus subtrat; diam atau bergerak
dipermukaan subtrat tersebut. Sementara menyatakan bahwa istilah aufwuchs
dipergunakan secara umum untuk seluruh organisme yang berasosiasi dengan
permukaan padat tetapi tidak sampai menembus subtrat tersebut. Perkembangan
perifiton dipandang sebagai proses akumulasi, yaitu proses peningkatan biomassa
dengan bertambahnya waktu (Wetzel, 1982 dalam Arman dan Supriyanti, 2007).
Menurut Osborn (1983) dalam Hertanto (2008), proses kolonialisasi
merupakan pembentukan koloni perifiton pada subsrat yang sangat menentukan
proses kolonialisasi dan komposisi perifiton, hal ini berkaitan erat dengan
kemampuan dan alat penempelannya. Kemampuan perifiton menempel pada
substrat menentukan eksistensinya terhadap pencucian oleh arus atau gelombang
yang dapat memusnahkannya. Untuk menempel pada substrat, perifiton mempunyai
berbagai alat penempel, Yaitu:
Rhizoid, seperti pada oedogonium dan Ulothrix
Tangkai bergelatin panjang atau pendek, seperti pada Cymbella,
Ghomphonema, dan Achanthes
Bantalan gelatin berbentuk setengah bulatan (Sphaerical) yang
diperkuat dengan kapur atau tidak seperti pada Rivularia, Chaetophora,
dan Ophyrydium
8/10/2019 LAPORAN KETIK EKOPER
18/70
18 | P a g e Laporan ketik ekologi perairan kelompok 25
2.10.3 Peranan Perifiton di Perairan
Menurut Hartoto, et al . (1995) dalam Masitho, et al . (1995), secara limnologis,
untuk menggambarkan sifat dan potensi produktivitas primer organisme mikroskopis
di perairan mengalir lebih tepat bila melalui pengamatan terhadap komunitasperifiton dan bukan komunitas planktonnya. Hal tersebut disebabkan perifiton yang
ditemukan disuatu tempat atau stasiun lebih dapat mewakili keadaan perairan
mengalir tersebut karena relatif tidak berpindah-pindah, dibandingkan dengan
plankton. Suatu sampel plankton yang diambil di suatu stasiun dalam perairan
mengalir mungkin saja dari tempat yang jauh di hulu sungai, tetapi hanyut oleh arus
dan tertangkap di badan air yang diplot sebagai stasiun.
Perifiton adalah bagian dari trofic level yang memiliki peranan baik secara
langsung ataupun tidak langsung. Biomassa yang terbentuk merupakan sumbermakanan alami bagi biota air yang lebih tinggi yaitu zooplankton, juvenil udang,
moluska dan ikan. Sehingga sangat menarik apabila dilakukan kajian mengenai
organisme perifiton ini yang memiliki peranan penting dalam ekosistem perairan laut
dangkal. Berbagai upaya harus dilakukan demi menjaga kelestarian perifiton yaitu
dengan membudidayakan substratnya yang salah satunya adalah lamun, karena
perkembangan perifiton juga tergantung pada kemantapan substratnya (Zulkifli,
2000 dalam Novianti, et al ., 2013).
Perifiton adalah mikroflora dan mikrofauna yang tumbuh diatas substrat di
bawah permukaan perairan.Organisme yang berukuran kecil ini hidup pada perairan
dengan cara menempel pada berbagai macam subsrat. Perifitonmerupakan salah
satu bagian dari komponen autotrof dalam suatu perairankarena mampu membentuk
bahan-bahan organik dari bahan-bahan anorganik melalui proses fotosintesis
dengan bantuan sinar matahari (wahyuni, et al 2012)
2.10.4 Jenis Perifiton di Perairan
Menurut Arman dan Supriyanti (2007), perifiton merupakan organisme perintis
juga dapat digunakan untuk menilai karakteristik suatu perairan, karena hidupnya
yang menempel pada subtract yang keras dan sessil. Komunitas perifiton umumnya
terdiri dari alga mikroskopis yang menempel, baik satu sel maupun alga benang
terutama dari jenis diatom, jenis alga Conjugales, Cyanophyceae, Euglena-phyceae,
Xanthophyceae, dan Chryssophyceae. Zonasi yang berperan untuk pembentukan
8/10/2019 LAPORAN KETIK EKOPER
19/70
19 | P a g e Laporan ketik ekologi perairan kelompok 25
struktur komunitas perifiton yaitu zona eutoral, zona sublitoral, zona sublitoral bawah
dan zona air gelap.
Menurut Yuhana, et al. (2011), empat divisi mikroalga yang ditemukan dalam
perifi ton yang melekat pada permukaan bambu di kolam tilapia adalah:Cyanobacteria (Cyanophyta), Euglenophyta, Chlorophyta, Chrysophyta. Dominansi
jenis mikroalga yang ditemukan di kedua kolam adalah genus dari divisi Chlorophyta
dan Chrysophyta. Keanekaragaman taksonomik dan kelimpahan pada perifiton
dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti habitat, tipe substrat, intensitas cahaya,
intensitas grazing , perubahan musim, suhu, ketersediaan nutrien, derajat keasaman,
dan gangguan fisik.
Menurut Weitzel dan Welch (1952) dalam Wijaya (2009), perifiton terdiri dari
mikroflora yang tumbuh pada semua substrat tenggelam. Pada umumnya perifitondi perairan mengalir tediri dari diatom (Bacillariophyceae), alga biru berfilamen
(Myxophyceae), alga hijau berfilamen (Chlorophyceae), bakteri atau jamur
berfilamen, protozoa dan rotifer (tidak banyak pada perairan tidak tercemar), serta
beberapa jenis serangga.
2.11 Plankton
2.11.1 Definisi Plankton
Menurut Nontji (2008), plankton adalah makhluk (tumbuhan atau hewan) yang
hidupnya mengapung, mengambang, atau melayang di dalam air yang kemampuan
renangnya (kalaupun ada) sangat terbatas hingga selalu terbawa hanyut oleh arus.
Istilah plankton diperkenalkan oleh Victor Hense n tahun 1887, yang berasal dari
bahasa Yunani planktos , yang berarti menghanyut atau mengembara. Plankton
berbeda dengan nekton yang merupakan hewan yang mempunyai kemampuan aktif
berenang bebas, tidak bergantung pada arus, seperti misalnya ikan, cumi-cumi,
paus.
Menurut Hutabarat (2000) dalam Utomo (2013), plankton merupakan
organisme mikroskopis yang hidup melayang-layang di perairan. Fitoplankton dan
zooplankton merupakan plankton yang saling berkaitan, fitoplankton bersifat autotrof
sedangkan zooplankton bersifat heterotrofik yang artinya tidak dapat memproduksi
sendiri bahan organik dari bahan inorganik. Oleh karena itu, untuk kelangsungan
8/10/2019 LAPORAN KETIK EKOPER
20/70
8/10/2019 LAPORAN KETIK EKOPER
21/70
21 | P a g e Laporan ketik ekologi perairan kelompok 25
millimeter dan dapat dikumpulkan dengan banyak macam jaring
plankton.Makroplankton berukuran besar, baik berupa tumbuh-tumbuhan maupun
hewan.
2.11.3 Peranan Plankton Perairan
Menurut Paerl dan Justic (2011) dalam Hasrun, et al. (2013), fitoplankton
secara langsung dapat mempengaruhi kualitas air, siklus biogeokimia dari unsur
penting dan menjadi makanan bagi organisme konsumen. Kelimpahan dan
penyebaran fitoplankton mempunyai peran penting dalam rantai makanan di
perairan dan juga dapat mempengaruhi siklus biogeokimia serta mempunyai peran
penting dalam menentukan kondisi suatu perairan. Fitoplankton mempunyai klorofil
dan mampu melakukan fotosintesis sehingga fitoplankton merupakan organisme
produsen dan menjadi dasar dari rantai makanan di perairan.
Menurut Kingsford (2000), dalam Thoha dan Amri (2011), plankton terbagi atas
dua kelompok yaitu fitoplankton (plankton nabati) dan zooplankton (plankton hewani)
merupakan komponen utama dalam rantai makanan ekosistem perairan.
Fitoplankton berperan sebagai produsen primer dan zooplankton sebagai konsumen
pertama yang menghubungkan dengan biota pada tingkat trofik yang lebih tinggi.
Fitoplankton sebagai tumbuhan yang mengandung pigmen klorofil mampu
melaksanakan reaksi fotosintesis dimana air dan karbondioksida dengan adanya
sinar surya dan garam-garam hara dapat menghasilkan senyawa organik seperti
karbohidrat.
Disamping itu plankton juga memiliki peranan terhadap oksigen terlarut seperti
menurunnya kadar oksigen terlarut pada malam hari karena oksigen terlarut
digunakanuntuk respirasi dan bertambahnya oksigen terlarut karena terjadinya
proses fotosintesis pada siang hari. Penurunan kadar oksigen terlarut dalam jumlah
yang sedang akan menurunkan kegiatan fisiologis mahluk hidup dalam air
diantaranya terjadinya penurunan pada nafsu makan, pertumbuhan dan kecepatan
berenang ikan (Simanjuntak, 2009).
2.11.4 Jenis Plankton di Perairan
Menurut Rahayu, et al. (2013), zooplankton yang mendiami ekosistem perairan
sebagian besar didominansi oleh filum Arthropoda yaitu sebanyak 70-90%.
8/10/2019 LAPORAN KETIK EKOPER
22/70
8/10/2019 LAPORAN KETIK EKOPER
23/70
23 | P a g e Laporan ketik ekologi perairan kelompok 25
3. METODOLOGI
3.1 Fungsi alat
3.1.1 Parameter fisika
3.1.1.1 Suhu
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum Ekologi Perairan dalam parameter
suhu adalah:
- Termometer Hg : untuk mengukur suhu perairan
- Tali raffia : untuk mengikat ujung thermometer
- Stopwatch : untuk menghitung waktu pengamatan
3.1.1.2 Kecepatan Arus
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum Ekologi Perairan dalam
parameter kecepatan arus adalah:
- Stopwatch : untuk menghitung waktu saat pengukuran
- 2 botol air mineral 600m : sebagai pelampung dan pemberat dalam mengukur
kecepatan arus
- Tali raffia (5m) : untuk mengikat botol mineral
3.1.1.3 Kecerahan
Alat-alat yang di gunakan dalam praktikum Ekologi Perairan dalamparameter kecerahan adalah :
- secchi disk : untuk mengukur kecerahan suatu perairan
- penggaris : untuk mengukur panjang
- tali : untuk mengikat secchi disk
3.1.2 Parameter Kimia
3.1.2.1 pH
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ekologi perairan dalam
parameter pH adalah:
- pH box : untuk mencocokkan perubahan warna pada pH paper
- stopwatch :untuk menghitung waktu
- Ph paper : untuk mungukur ph perairan
8/10/2019 LAPORAN KETIK EKOPER
24/70
24 | P a g e Laporan ketik ekologi perairan kelompok 25
3.1.2.2 DO
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum Ekologi Perairan dalam
parameter DO adalah:- Botol DO 250 ml : sebagai wadah sampel saat pengukuran DO
- Pipet tetes : untuk mengambil larutan dalam skala kecil
- Buret : untuk mentitrasi larutan
- Statif : untuk menyangga buret saat titrasi
- Washing bottle : Sebagai tempat aquadest
- Corong : Untuk membantu memasukkan larutan titran ke
dalam buret
- Nampan : sebagai wadah alat dan bahan
3.1.2.3 CO2
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum Ekologi Perairan dalam
parameter CO2 adalah:
- Gelas ukur : untuk mengukur banyaknya air sampel yang akan digunakan
secara tepat
- Erlenmeyer 50ml : sebagai wadahlarutan sampel saat pengukuran
- Pipet tetes : untuk mengambil larutan dalam skala kecil
- Buret : untuk mentitrasi larutan
- Statif : untuk menyangga buret saat titrasi
- Botol air mineral : sebagai wadah sampel
- Corong : untuk membantu memasukkan larutan titran kedalam buret
- Washing bottle : sebagai wadah aquadest
- Nampan : sebagai tempat alat dan bahan
3.1.2.4 TOM
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ekologi perairan dalamparameter TOM adalah :
- Erlenmeyer : sebagai tempat air sampel
- Buret : untuk mentitrasi larutan
- Statif : untuk menyangga buret saat titrasi
8/10/2019 LAPORAN KETIK EKOPER
25/70
25 | P a g e Laporan ketik ekologi perairan kelompok 25
- Waterbath : untuk menginkubasi media cair
- Pipet volume :untuk mengambil larutan dengan volume tertentu
- Thermometer Hg : untuk mengukur suhu air sampel
- Gelas ukur : untuk mengukur volume air sampel yang digunakan- Bola hisap : untuk membantu dalam mengambil larutan menggunakan
pipet volume
- Washing bottle : sebagai tempat aquades
- Nampan : sebagai tempat alat dan bahan
3.1.2.5 Amonia
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum Ekologi Perairan dalam
parameter amonia adalah:
- Erlenmeyer : sebagai tempat air sampel
- Cuvet : sebagai tempat pengukuran
- Raktabung cuvet : untuk meletakkan cuvet
- Pipet tetes : untuk mengambil larutan dalam skala kecil
- Gelas ukur : untuk mengukur sampel
- Spektrofotometer : untuk menghitung kadar amonia dengan panjang gelombang
1,95 m
3.1.2.6 Nitrat Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ekologi perairan dalam
parameter nitrat adalah:
- Cawan porselin : sebagai tempat untuk membuat kerak nitrat
- Cuvet : sebagai wadah larutan sampel
- Raktabung cuvet : untuk meletakkan cuvet
- Spektrofotometer : untuk menegtahui kadar nitrat nitrogen dengan
panjang gelombang 410 m
- Gelas ukur : sebagai wadah air sampel- Spatula : untuk membantu menghomogenkan larutan
- Hot plate : untuk menguapkan air sampel
- Pipet tetes : untuk mengambil larutan dalam skala kecil
- Washing bottle : sebagai tempat aquadest
8/10/2019 LAPORAN KETIK EKOPER
26/70
26 | P a g e Laporan ketik ekologi perairan kelompok 25
- Nampan : sebagai tempat alat dan bahan
3.1.2.7 Orthofosfat
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ekologi perairan dalam
parameter Orthofosfat adalah:- Erlenmeyer : sebagai tempat air sampel saat pengukuran
- Cuvet : sebagai tempat larutan yang akan diuji
- Rak tabung cuvet : untuk meletakkan cuvet
- Spektofotometer : untuk mengukur kadar fosfat dengan panjang gelombang
690 m
- Pipet tetes : untuk mengambil larutan dalam skala kecil
- Spatula : untuk membantu menghomogenkan larutan
- Nampan : sebagai tempat alat dan bahan
3.1.3 Parameter Biologi
3.1.3.1 Plankton
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ekologi perairan dalam
parameter plankton adalah :
1. Pengambilan sampel plankton
- Botol film : sebagai wadah sampel
- Ember 5 liter : untuk mengambil air untuk sampel plankton
- Pipet tetes : untuk mengambil larutan lugol dalam skala kecil
- Cool box : untuk menyimpan sampel plankton
- Planktonet : untuk menyaring plankton yang tertampung dalam air
2. Pengamatan sampel plankton di Laboratorium
- Mikroskop binokuler : untuk mengamati sampel plankton
- Botol film : sebagai wadah sampel plankton yang akan diamati
- Pipet tetes : untuk mengambil larutan sampel dalam skala kecil
- Objek glass : untuk tempat sampel plankton saat diamati dibawah
Mikroskop
- Cover glass : untuk menututp objek glass
- Washing bottle : sebagai wadah aquadest
- Nampan : sebagai tempat alat dan bahan
- Buku Presscott : untuk mengidentifikasi jenis plankton
8/10/2019 LAPORAN KETIK EKOPER
27/70
27 | P a g e Laporan ketik ekologi perairan kelompok 25
3.1.3.2. Perifiton
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ekologi perairan dalam
parameter Perifiton adalah:1. Pengambilan sampel perifiton
- Botol film : sebagi tempat perifiton yang akan diamati
- Pipet tetes : untuk mengambil larutan lugol dalam skala kecil
- Pinset : untuk membantu mengambil batu
- Cool box : sebagai wadah menyimpan sampel
2. Pengamatan perifiton di Laboratorium
- Mikroskop binokuler : untuk mengamati sampel perifiton
- Botol film : sebagai wadah sampel yang akan diamati- Pipet tetes : untuk mengambil air sampel dalam skala kecil
- Objek glass : untuk tempat sampel plankton saat diamati dibawah
mikroskop
- Cover glass : untuk menututp objek glass
- Nampan : sebagai tempat alat dan bahan
3.1.3.3 Bentos
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ekologi perairan dalam
parameter bentos adalah:
1. Pengambilan sampel bentos
- Jarring bentos : untuk menjaring bentos dalam perairan
- Tiang jala : untuk mengambil sampel bentos dalam perairan
- Botol film : sebagai tempat menyimpan benthos
- Nampan : untuk tempat mengoyak bentos
- Cool box : untuk menyimpan sampel
- Pipet tetes : untuk mengambil larutan dalam skala kecil
- Sepatu boot : untuk membantu dalam proses pengambilan bentos
8/10/2019 LAPORAN KETIK EKOPER
28/70
28 | P a g e Laporan ketik ekologi perairan kelompok 25
2. Pengamatan bentos di Laboratorium
- Nampan : sebagai wadah sampel
- Pinset : untuk membantu dalam mengamati bentos- Kaca pembesar : untuk mengamati sampel bentos
- Botol film : sebagai wadah sampel
3.2 Fungsi bahan
3.2.1 Parameter fisika
3.2.1.1 Suhu
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ekologi perairan dalam
parameter suhu adalah:- Air sungai : sebagai sampel yang diukur suhunya
3.2.1.2 Kecepatan arus
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ekologi perairan dalam
parameter kecepatan arus adalah:
- Air sungai : sebagai sampel yang diukur kecepatan arusnya
3.2.1.3 KecerahanBahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ekologi perairan dalam
parameter kecerahan adalah:
- Air sampel : sebagai bahan sampel yang akan di amati
- Karet : untuk menandai D1 dan D2
3.2.2 Parameter Kimia
3.2.2.1 pH
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ekologi perairan dalam
parameter pH adalah:
- Air sungai : sebagai sampel yang diukur pHnya
- pH paper : untuk mengukur pH perairan
8/10/2019 LAPORAN KETIK EKOPER
29/70
29 | P a g e Laporan ketik ekologi perairan kelompok 25
3.2.2.2 DO
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ekologi perairan dalam
parameter DO adalah:- Air sungai : sebagai sampel yang diukur DOnya
- MnSO 4 : untuk mengikat oksigen perairan
- NaOH+KI : untuk melepaskan I2 dan membentuk endapan coklat
- H 2SO 4 : untuk pengkondisian asam
- Amilum :untuk membentuk warna ungu kehitam-hitaman dan sebagai
indicator basa
- Na 2S 2O 3 : sebagai larutan titran
- Kertas label : untuk menandai botol DO agar tidak tertukar- Tissu : untuk membersihkan alat yang telah digunakan
3.2.2.3 CO2
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ekologi perairan dalam
parameter CO2 adalah:
- Air sungai : sebagai sampel yang diukur CO2nya
- Na 2CO 3 : untuk mengikat CO2 bebas di perairan dan sebagai larutan titrasi
- Indicator PP : sebagai indicator suasana basa dan indikator warna pink- Tissu : untuk membersihkan alat yang telah digunakan
3.2.2.4 TOM
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ekologi perairan dalam
parameter TOM adalah:
- Air sungai : sebagai sampel yang diukur TOMnya
- KMnSO 4 : sebagai oksidator dan pengikat bahan organic
- H 2SO 4 : sebagai katalisator dan mempercepat reaksi
- Na-oxalat : sebagai reduktor
- Aquades : untuk mengukur ketetapan Y dalam perhitungan
- Tissu : untuk membersihkan alat yang telah digunakan
8/10/2019 LAPORAN KETIK EKOPER
30/70
30 | P a g e Laporan ketik ekologi perairan kelompok 25
3.2.2.5 Amonia
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ekologi perairan dalam
parameter ammonia adalah:
- Air sungai : sebagai sampel yang diukur amonianya
- Pereaksi nessler : untuk mengikat ammonia dan indicator warna ungu
- Kertas saring : untuk menyaring kotoran yang ada pada sampel air
- Larutan baku : sebagai larutan pembanding
- Kertas label : untuk menandai larutan agar tidak tertukar
- Tissu : untuk membersihkan alat yang telah digunakan
3.2.2.6 Nitrat
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ekologi perairan dalamparameter nitrat adalah:
- Air sungai : sebagai sampel yang diukur nitratnya
- Aquades : untuk mengencerkan larutan fenol disulfonik
- Kertas saring : untuk menyaring air sungai sebelum diamati
- Asam fenol disulfonik : untuk melaruntukan kerak nitrat
- Larutan baku : sebagai larutan pembanding
- NH 4OH : sebagai indikator warna kuning dan melarutkan lemak
- Kertas label : untuk menandai larutan agar tidak tertukar- Tissu : untuk membersihkan alat yang telah digunakan
3.2.2.7 Orthofosfat
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ekologi perairan dalam
parameter orthofosfatnya adalah:
- Air sungai : sebagai sampel yang diukur orthofosfatnya
- Ammonium molybdat : untuk mengikat fosfat dan membentuk amonium
fosfomolybdate- SnCl 2 : sebagai indicator warna biru
- Larutan blanko : sebagai larutan pembanding
- Kertas label : untuk menandai larutan agar tidak tertukar
- Tissu : untuk membersihkan alat yang telah digunakan
8/10/2019 LAPORAN KETIK EKOPER
31/70
31 | P a g e Laporan ketik ekologi perairan kelompok 25
3.2.3 Parameter Biologi
3.2.3.1 Plankton
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ekologi perairan dalamparameter plankton nya adalah:
1. Pengambilan sampel plankton
- Lugol : sebagai bahan preservasi
- Air kolam : sebagai air sampel yang akan diamati planktonnya
- Kertas label : untuk menandai botol film agar tidak tertukar
2. Pengamatan plankton di laboratorium
- Sampel plankton : sebagai sampel yang akan diamati jenis planktonnya
- Aquadest : untuk mengkalibrasi alat yang digunakan- Tissu untuk membersihkan alat yang telah digunakan
3.2.3.2 Perifiton
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ekologi perairan dalam
parameter perifitonnya nya adalah:
1. Pengambilan sampel perifiton
- Sampel perifiton : sebagai sampel yang diukur perifitonnya
- Lugol : untuk mengawetkan sampel perifiton
- Kertas label :untuk member tanda pada botol film
- Tissu : untuk membersihkan alat yang telah digunakan
2. Pengamatan perifiton di laboratorium
- Sampel perifiton : sebagai sampel yang diamati jenis perifitonnya
- Aquadest : untuk mengkalibrasi alat yang digunakan
- Tissu : untuk membersihkan alat yang telah digunakan
3.2.3.3 Benthos
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ekologi perairan dalamparameter benthos nya adalah:
1. Pengambilan sampel bentos
- Sampel bentos : sebagai sampel yang diamati benthosnya
- Lugol : sebagai pengawet/untuk mengawetkan benthos
8/10/2019 LAPORAN KETIK EKOPER
32/70
32 | P a g e Laporan ketik ekologi perairan kelompok 25
- Kertas label : untuk memberi tanda pada botol film
- Tissu : untuk membersihkan alat yang telah digunakan
2. Pengamatan bentos di laboratorium
- Sampel bentos : sebagai sampel yang diamatijenis benthosnya- Aquadest : untuk mengkalibrasi alat yang digunakan
- Tissu : untuk membersihkan alat yang telah digunakan
3.3 Skema Kerja
3.3.1 parameter fisika
3.3.1.1 Suhu
dimasukkan / dicelupkan ke dalam air selama 1 menit dengan posisi
membelakangi matahari
diusahakan jangan menyentuh tangan secara langsung
ditunggu hingga 1-2 menit
dilakukan pembacaan di dalam perairan
dicatat dalam skala 0C
Thermomete
Hasil
8/10/2019 LAPORAN KETIK EKOPER
33/70
33 | P a g e Laporan ketik ekologi perairan kelompok 25
3.3.1.2 Kecerahan
dimasukkan ke dalam perairan sungaidilihat sampai secchi disk tidak tampak pertama kali
ditandai dengan karet gelang sebagai
ditenggelamkan secchi disk hingga benar-benar tidak tampak
diangkat pelan-pelan secchi disk hingga pertama kali terlihat
ditandai dengan karet gelang sebagai
dihitung kecerahan dengan rumus
3.3.1.3 Kecepatan Arus
Diisi air secukupnya botol 1 sebagai pemberat dan botol 2 sebagai
pelampung
Dirangkai kedua botol dan diikat menggunakan tali rafiah sepanjang 5m
Dihanyutkan kesungai dalam jarak (s) tertentu dan dihitung waktu
(t)dengan menggunakan stopwatch sampai tali rapiah merenggang
sempurna
Dihitung menggunakan rumus
Hasi
Secchi Disk
D1+D22
Botol air mineral ( 600 ml
Hasil
V= St
8/10/2019 LAPORAN KETIK EKOPER
34/70
34 | P a g e Laporan ketik ekologi perairan kelompok 25
3.3.2 Parameter Fisika
3.3.2.1 pH
dimasukkan ke dalam perairan
ditunggu hinga 1-2 menit
diangkat dari air dan dikibas-kibaskan hingga setengah kering
dicocokkan warnanya dengan warna yang tertera pada kotak pH (Ph
standart)
dicatat kadar pHnya
3.3.2.2 DO ( Disolve Oksigen )
Dicatat volume botol
Dimasukkan ke dalam perairan, dimiringkan sebesar 45 secara perlahan
Ditunggu sampai penuh hingga tidak ada gelembung
Ditutup botol do di perairan, jika terjadi gelembung pada botol do ulangi
sekali lagi pengambilan sampelnya
Dibuka botol DO
Ditambah 2 ml MnSO 4
Ditambah 2 ml NaOH+KI
Dihomogenkan sampai membentuk endapan coklat
Diendapkan sekitar 30 menit
Dibuang air yang bening diatas endapan
Tambahkan 2 ml larutan H 2SO 4
Tambahkan 3-4 tetes amylum
Dititrasi dengan Na 2S 2O 3 sampai jernih pertama kali
Dicatat volume larutan Na 2S 2O 3 yang dipakai dalam titrasi
pH
Hasil
BOTOL
Botol DO yang Terbentuk Endapan Coklat
Botol DO yang Sudah Terisi Air Sampel Botol
8/10/2019 LAPORAN KETIK EKOPER
35/70
35 | P a g e Laporan ketik ekologi perairan kelompok 25
Dihitung dengan rumus
3.3.2.3 CO 2( Karbondioksida) Air Kolam
Diambil dari perairan dengan botol 600 ml
Diukur 25 ml dengan gelas ukur
Dimasukkan kedalam Erlenmeyer
Ditambahkan 2-3 tetes pp Jika berwarna pink maka tidak perlu dititrasi
langsung diamati
Tapi jika tidak berwarna pink maka dititrasi dahulu dengan Na 2CO 3 hingga
berwarna pink pertama kaliDihitung volume Na 2CO 3 yang dikeluarkan
Dihitung dengan rumus
3.3.2.4 TOM ( Total Organic Metter)
Air Kolam
Diambil air sampel 25 ml dengan gelas ukur
Dimasukkan ke dalam Erlenmeyer
Ditambahkan 5 ml H 2SO 4 dengan pipet volume dan dihomogenkan
Dipanaskan diatas hotplate hingga suhu70 o-80 o C
Diangkat dan didiamkan hingga suhu turun 60 o-70 o C
Ditambahkan Na-oxalate 0,01 N sampai tidak berwarna
Dititrasi dengan KMNO 4 0,01 N sampai berwarna pink pertama kali sebagai x
ml
Diambil 2 ml aquadest dan larutan prosedur (1-7) dan dicatat titran yang
digunakan sebagai y ml dan Dihitung V.titran yang terpakai
Dihitung dengan rumus ( )
Hasil
Hasil
hasil
8/10/2019 LAPORAN KETIK EKOPER
36/70
36 | P a g e Laporan ketik ekologi perairan kelompok 25
3.3.2.5 Amonia
Diukur 25ml air sampel dan dituangkan dalam erlenmeyerDitambahkan 1ml larutan nessler dan dihimogenkan
Didiamkan selama 10 menit lalu dimasukkan kedalam cuvet
Dihitung kadar amonia dengan spektrofotometer panjang
gelombangnya 425 m
3.3.2.6 Nitrat
Air Kolam
Diambil air sampel sebanyak 12,5 ml dengan gelas ukur 12,5 ml
Disaring air sampel dengan kertas saring
Dituangkan pada cawan porselen
Dipanaskan diatas hotplate
Diuapkan sampai terbentuk kerak nitrat
Diangkat dan didinginkan
Kerak Nitrat
Ditambahkan 0,5 ml asam fenol disulfonik dengan pipet volume
Diaduk dengan spatula sampai kerak terlarut
Diencerkan dengan 2,5 ml aquades
Dimasukkan ke beaker glass
Ditambahkan NH 4OH sampai terbentuk warna kuning yang konstan
Dipindahkan ke gelas ukur
Diencerkan dengan akuades sampai 12,5 ml
Dimasukkan ke dalam cuvet
Dihitung nitrat nitrogen dengan spektrofotometer, = 410 m dan diperoleh
nilai y
Dihitung dengan rumus Y=ax + b
Hasil
Air kolam
Hasil
8/10/2019 LAPORAN KETIK EKOPER
37/70
37 | P a g e Laporan ketik ekologi perairan kelompok 25
3.3.2.7 Orthofosfat
Air Kolam
Diambil air sampel 12,5 ml dengan gelas ukurDituangkan ke dalam Erlenmeyer
Ditambahkan 1 ml ammonium molybdat dan dihomogenkan
Diberi 2 tetes SnCl 2 dan dihomogenkan hingga berubah warna menjadi biru
Dimasukkan ke dalam cuvet
Diukur orthofosfat dengan spektrofotometer, = 690 m
Dihitung dengan rumus Y=ax + b
Hasil
8/10/2019 LAPORAN KETIK EKOPER
38/70
38 | P a g e Laporan ketik ekologi perairan kelompok 25
3.3.3 parameter Biologi
3.3.3.1 Benthos
Pengambilan Sampel Benthos
JalaDipegang tiangnya dengan melawan arus
Diaduk dasar perairan dengan dua kaki secara bersamaan
Bila dalam jala ada batu dan ranting maka di cuci ketika masih berada di
dalam jala
Organisme dicuci dan dikumpulkan pada salah satu sudut jala sambil terus
disiram
Jala dibalik untuk mempermudah pengambilan sampel
Dimasukkan kedalam botol film dan diawetkan dengan alcohol 90%Hasil
Pengamatan benthos di laboratorium
Sampel Benthos
Diambil sampel benthos
Diamati secara langsung dengan lup atau kaca pembesar
Dicocokkan dengan buku identifikasi benthos
Hasil
3.3.3.2 Perifiton
Pengambilan Sampel Perifiton
Substrat
Diambi dari dalam lingkungan dan dikerik bagian permukaannya seluas 2x2
cm 2
Dimasukkan hasil kerikan pada botol film dan diberi air
Diawetkan dengan lugol sebanyak 3 tetesHasil
8/10/2019 LAPORAN KETIK EKOPER
39/70
39 | P a g e Laporan ketik ekologi perairan kelompok 25
Pengamatan Perifiton di Laboratorium
Sampel Benthos Awetan
Diambil dengan pipet tetes sebanyak 1 tetes
Diteteskan pada objek glass kemudian ditutp dengan cover glassDiamati pada 5 bidang pandang
Digambar dan dihitung jumlah perifiton yang ada pada bidang
pengamatan
Dicocokkan dengan buku identifikasi Prescott kemudian di catat
3.3.3.3 Plankton
Pengambilan Sampel Plankton Air Kolam
Kalibrasi terlebih dahulu plankton net dengan air yang akan diamati
Botol film dipasang pada ujung plankton net dan diikat
Ambil sampel air dengan ember 5 L sebanyak 25 L
Saring menggunakan plankton net
Sampel disaring dengan cara menggoyangkan plankton net
Tutup botol film dari dalam plankton net
Diberi bahan pengawet 3-4 tetesDiberi label
Masukkan ke dalam cool box yang berisi es batu
Disimpan dalam refrige dengan suhu 4 o C
Hasil
Pengamatan Plankton di Laboratorium
Plankton sampel
Dikocok dan diambil 1 tetes menggunakan pipet tetes
Diteteskan pada objek glass kemudian ditutup dengan cover glassDiamati pada 5 bidang pandang
Digambar dan dihitung jumlah plankton yang di amati
Dicocokkan dengan buku Prescott dan dicata
Hasil
Hasil
8/10/2019 LAPORAN KETIK EKOPER
40/70
40 | P a g e Laporan ketik ekologi perairan kelompok 25
3.3 Analisa Prosedur
3.4.1 Parameter Fisika
3.4.1.1 Suhu
Pada pengukuran suhu hal pertama yang dilakukan adalah menyiapkan alatdan bahan. Pada pengukuran suhu disiapkan thermometer Hg sebagai alat ukur
suhu dalam perairan. Selanjutnya dimasukkan kedalam perairan yang akan diukur
suhunya dengan cara membelakangi matahari agar suhu matahari tidak
mempengaruhi hasil begitu pula jangan sampai thermometer tersebut tersentuh
tangan agar tidak terpengaruhi hasilnya. Kemudian ditunggu sampai air raksa stabil
pada suatu skala selama 2-5 menit. Pembacaan suhu tetap dalam perairan dan
dicatat hasilnya.
3.4.1.2 Kecerahan
Pada pengukuran kecerahan yaitu disiapkan alat dan bahan yang
dibutuhkan sebagai langkah awal. Kemudian dimasukkan secchi disk berwarna
hitam untuk mengikat panas dan warna putih untuk membiaskan cahaya ke dalam
perairan. Dan diamati untuk pertama kali secchi disk tidak terlihat, lalu ditandai
dengan karet gelang dan diukur serta dicatat sebagai D1. Selanjutnya secchi disk
dimasukkan lagi dalam perairan dan tali ditarik perlahan. Kemudian diamati untuk
pertama kali tampak dan dicatat sebagai D2. Kemudian dihitung nilai kecerahan
dengan rumus :
Keterangan: D1= batas tidak tampak pertama kali
D2= batas tampak pertama kali
3.4.1.3 Kecepatan Arus
Pada Praktikum Ekologi Perairan dengan materi kecepatan arus, hal pertama
yang disiapkan adalah alat dan bahan. Adapun alat yang digunakan adalah botol
akua, stopwatch, dan bahan yang digunakan adalah air sungai. Selanjutnya botolbekas 600 ml di rangkai dan diikat dengan rafia. Salah satu sisi lain dari botol bekas
diisi air lokal sebagai pemberat dan salah satunya lagi digunakan untuk pelampung.
Kemudian dihanyutkan disungai hingga tali rafianya menegang dan kemudian
D1 + D22
8/10/2019 LAPORAN KETIK EKOPER
41/70
41 | P a g e Laporan ketik ekologi perairan kelompok 25
dihitung waktu tempuhnya hingga merenggang. Terakhir, hitung kecepatan arus
dengan rumus:
( ) ( )
( )
3.4.2 Parameter Kimia
3.4.2.1 pH
Pada Praktikum Ekologi Perairan dengan materi pH, pertama-tama yang
harus disiapkan adalah alat dan bahan. Alat yang digunakan adalah kotak pH
standart, sedangkan bahan yang digunakan adalah pH paper dan air sampel.
Selanjutnya pH paper dimasukkan kedalam perairan selama 1 menit. Kemudian
dikibas-kibaskan pH paper sampai setengah kering. Dan dicocokkan perubahan
warna pada pH paper dengan kotak standart.
3.4.2.2 DO
Pada praktikum ekologi perairan pengukuran nilai DO hal yang pertama kali
dilakukan adalah menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan. Selanjutnya
mencatat volume botol DO dan dimasukkan dalam perairan secara perlahan dengan
melawan arus dengan kemiringan 45. Setelah penuh ditutup botol DO dalam
perairan agar tidak timbul gelembung, kerena gelembung udara tersebut
mempengaruhi jumlah oksigen yang terdapat dalam botol DO. Setelah itu botol DO
diangkat dari perairan dan dilihat apakah ada gelembung udaranya dengan
membolak-balikkan botol DO, apabila ada gelembung maka harus diulangi kembali
pengambilan air sampel hingga tidak ada gelembungnya.
Lalu dibuka botol DO, kemudia air sample dalam botol DO kemudian ditetesi
dengan 2 ml MnSO 4 untuk mengikat oksigen terlarut yang terkandung dalam air
sampel. Kemudian ditambah 2 ml NaOH+KI yang berfungsi untuk melepaskan I 2 dan
membentuk endapan coklat, kemudian dihomogenkan dengan cara dibolak-balik.Kemudian di diamkan selama jangka waktu tertentu agar endapan coklat terbentuk
secara sempurna, setelah terbentuk endapan, bagian air yang bening dibuang.
Endapan yang tersisa didalam botol DO ditetesi dengan H 2SO 4 pekat sebanyak 2 ml
yang berfungsi sebagai pengkondisian asam dan melarutkan endapan coklat,
8/10/2019 LAPORAN KETIK EKOPER
42/70
42 | P a g e Laporan ketik ekologi perairan kelompok 25
kemudian dihomogenkan agar tercampur hingga larutan larut. Setelah larut diberi 3-
4 tetes amylum yang berfungsi sebagai pemberi warna dan pengkondisian basa,
kemudian larutan tersebut dititrasi dengan menggunakan Na 2S 2O 3 untuk mengikat I 2
dan membentuk Na 2I2 juga sebagai titran sampai air jernih pada saat pertama kali,kemudian dicatat ml titran yang terpakai dan dihitung DO menggunakan rumus
sebagai berikut: DO =
V titran x N titran x 8 x 1000
Vbotol DO-4
Keterangan :
Vtitran : V2 V1
Ntitran : Normalitas Na-Thiosulfat (0,025 N)1000 : Volume air
8 : Nilai Oksigen dibagi 2
Vbotol DO : Volume botol DO yang akan digunakan untuk pengukuran DO
4 (koefisien) : Asumsi air yang tumpah
3.4.2.3 CO2
Pada pengukuran CO 2 bebas diperairan, disiapkan alat dan bahan yang
dibutuhkan sebagai langkah awal. Selanjutnya air sampel yang diukur diambil 25 ml
dengan gelas ukur dan dimasukkan pada erlenmeyer 50 ml, lalu ditambahkan 1-2
tetes PP ( Penol Ptailin ) sebagai indikator suasana basa. Dan dititrasi dengan
Na2SO3 0,045 N hingga berwarna pink untuk pertama kali. Dan dihitung CO 2 bebas
dengan rumus, yaitu :
V titran x N titran x 22x 1000
V air sampel
3.4.2.4 TOM
Pada pengukuran TOM, langkah pertama yang dilakukan adalah menyiapkanalat dan bahan yang dibutuhkan. Kemudian diambil air sampel sebanyak 12,5 ml
dengan gelas ukur lalu dipindahkan dalam erlenmeyer. Selanjutnya ditambahkan
4,75 ml KMnO 4 sebagai indikator dan ditambahkan 5 ml H 2SO 4 sebagai
pengkondisian asam dan mempercepat reaksi. Lalu dipanaskan sampai suhu 75C.
8/10/2019 LAPORAN KETIK EKOPER
43/70
43 | P a g e Laporan ketik ekologi perairan kelompok 25
Kemudian ditunggu hingga turun menjadi 65C suhunya setelah itu baru
ditambahkan Na-Oxalate 0,1 N sebagai reduktor sampai tak berwarna. Dan ditirasi
dengan KMnO 4 serta dicatat volume titrannya dan dihitung nilai TOM dengan rumus:
( x-y ) x 31,6 x 0,01 x 1000Ml air sampel
3.4.2.5 Amonia
Pada praktikum ekologi perairan tentang amonia langkah pertama yang
harus di lakukan adalah menyiapkan alat dan bahan.Alat-alat yang di gunakan
antara lain gelas ukur,botol 600 ml,erlenmeyer,pipet tetes,cuvet,rak cuvet dan
spektrofotometer.Sedangkan bahan-bahan yang di gunakan antara lain air sungai
dan larutan nessler.Setelah itu diambil 50 ml air sampe,kemudian dimasukan ke dalam
erlenmeyer berukuran 250 ml.Setelah itu ditambahkan 1 ml larutan nessler untuk
mengikat amonia dan indikator larutan warna kuning, kemudian didiamkan kurang
lebih 10 menit dan di masukan ke dalam cuvet,kemudian dihitung kadar amonia
menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 425 m.Setelah itu
dicatat hasilnya.
Sedangkan penggunaan spektrofotometer yaitu hubungkan spektrofotometer
dengan stop kontak,kemudian tekan power dan tunggu hingga menunjukan angka 0(nol) dan setelah muncul METHOD tekan program sesuai parameter yang di uji
kemudian tekan enter , kemudian sesuaikan gelombang (nm) dengan memutar
penunjuk dan tekan READ ENTER.Setelah itu tekan SHIFT TIMER,masukan
larutan blanko pada SEL HOLDER,jika periodik timer selesai tekan CLEAR ZERO
hingga muncul 0,00 mg/l.Setelah itu keluarkan botol sampel blanko kemudian
masukan botol sampel dan tekan READ ENTER,tunggu hingga pada layar muncul
angka hasil analisa selanjutnya tekan CONFIR METHOD dua kali jika ingin
menguji ulang dan tekan POWER untuk mematikan.
3.4.2.6 Nitrat
Pada praktikum ekologi perairan tentang nitrat langkah pertama yang harus
dilakukan adalah menyiapkan alat dan bahan.Alat-alat yang di gunakan antara lain
botol 600 ml,gelas ukur,cawan porselen,hot plate,pipet tetes,washing bottle,pipet
8/10/2019 LAPORAN KETIK EKOPER
44/70
44 | P a g e Laporan ketik ekologi perairan kelompok 25
volume,bola hisap,spatula,cuvet,rak cuvet dan spektrofotometer sedangkan bahan
yang digunakan antara lain air sampel,kertas saring,aquades,asam fenol disulfonik
dan larutan NH4OH.
Setelah itu air sampel sebanyak 12,5 ml di saring dan dituangkan ke dalamcawan porselen kemudian diuapkan di atas pemanas sampai kering.Namun hati-hati
jangan sampai pecah dan didinginkan.Kemudian di tambahkan 0,5 ml (11 tetes)
asam fenol disulfonik untuk melarutkan lemak nirat dan aduk dengan pengaduk
gelas dan diencerkan dengan 5 ml aquades,setelah itu ditambahkan (dengan
meneteskan) NH4OH ( 1:1 ) sampai terbentuk warna untuk melarutkan lemak dan
diencerkan dengan aquades sampai 12,5 ml dan masukan ke dalam cuvet setelah
itu di hitung kadar nitrat menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang
410 m.Kemudian catat hasilnya.Sedangkan penggunaan spektrofotometer yaitu hubungkan spektrofotometer
dengan stop kontak,kemudian tekan power dan tunggu hingga menunjukan angka 0
(nol) dan setelah muncul METHOD tekan program sesuai parameter yang di uji
kemudian tekan enter , kemudian sesuaikan gelombang (nm) dengan memutar
penunjuk dan tekan READ ENTER.Setelah itu tekan SHIFT TIMER,masukan
larutan blanko pada SEL HOLDER,jika periodik timer selesai tekan CLEAR ZERO
hingga muncul 0,00 mg/l.Setelah itu keluarkan botol sampel blanko kemudian
masukan botol sampel dan tekan READ ENTER,tunggu hingga pada layar muncul
angka hasil analisa selanjutnya tekan CONFIR METHOD dua kali jika ingin
menguji ulang dan tekan POWER untuk mematikan.
3.4.2.7 Orthofosfat
Pada praktikum Ekologi Perairan dengan materi Orthofosfat, langkah
pertama yang harus dilakukan adalah menyiapkan alat dan bahan. Lalu diukur air
sampel sebanyak 25 ml dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer berukuran 50 ml.
Lalu ditambahkan 1 ml ammonium molybdate untuk mengikat unsur fosfat dalam
perairan dan dihomogenkan. Lalu ditambahkan 2 ml SnCl 2 untuk indikator warna
biru dan dihomogenkan. Setelah itu dimasukkan air sampel ke dalam cuvet untuk
dihitung kadar orthofosfatnya menggunakan spektofotometer dengan panjang
gelombang 690 m dan dicatat hasilnya.
8/10/2019 LAPORAN KETIK EKOPER
45/70
45 | P a g e Laporan ketik ekologi perairan kelompok 25
3.4.3 Parameter Biologi
3.4.3.1 Bentos
Pada praktikum Ekologi Perairan tentang pengamatan Bentos,
langkah pertama menyiapkan alat dan bahan. Selanjutnya tiang dipegang denganarah melawan arus. Dasar perairan diaduk dengan dua kaki secara bersamaan
untuk melepas organisme dari dasar perairan, sehingga organisme akan masuk ke
jala. Kemudian diperiksa di dalam jala, kalau ada batu dan ranting, maka batu dan
ranting dicuci di dalam jala. Dicuci organisme dengan air dan mengumpulkannya.
Pada sudut jala dengan terus menyiram air untuk memudahkan pengambilan
sampel dari dalam jala. Jala dibalik ke arah luar untuk memindahkan sampel ke
dalam wadah sampel dan diberi preservasi alkohol 96%.
Sedangkan pengamatan di laboratorium, untuk bentos yang berukuran kecildapat diamati secara langsung dengan bantuan mikroskop okuler. Dan bentuk serta
jenis bentos yang diamati dapat dicocokkan dengan buku identifikasi bentos.
3.4.3.2 Perifiton
Pada praktikum Ekologi Perairan tentang pengamatan perifiton, pertama
adalah disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Selanjutnya diambil salah
satu substrat yang ada pada perairan . kemudian substrat tersebut dikerik pada
bagiian permukaan seluas 2 x 2 cm. Lalu hasil kerikan tersebut dimasukkan ke
dalam botol film yang diberi air dan diawetkan dengan larutan lugol.
Pengamatan di laboratorium langkah awal adalah sampel yang telah
diawetkan dalam lugol diambil menggunakan pipet tetes dan dibuat preparat pada
objek glas. Lalu diamati dengan menggunakan mikroskop dengan perbesaran 400-
1000 kali. Diamati cirri-cirinya dan dicocokan dengan buku Prescott.
3.4.3.3 Plankton
Dalam praktikum ekologi perairan untuk pengamatan plankton, langkah awal
yang dilakukan adalah menyiapkann alat dan bahan. Adapun alat dan bahan yangdihungakan yaitu planktonet, timba, botol film, pipet tetes, air sampel, lugol dan
kertas label. Setelah alat dan bahan siap langkah selanjutnya yaitu planktonet
dikalibrasi dengan air kolam untuk mendapatkan sampel plankton pada botol film
yang telah di pasang diujung planktonet. Kalibrasi dilakukan dengan cara mengambil
8/10/2019 LAPORAN KETIK EKOPER
46/70
46 | P a g e Laporan ketik ekologi perairan kelompok 25
air sampel dari beberapa titik yang berbeda dan kemudian air sampel di ambil
dengan menggunakan timba kemudian disaring menggunakan planktonet. Setelah
mendapatkan sampel plankton dalam wadah botol film, kemudian sampel diberi
lugol 3-4 tetes untuk diawetkan, dan kemudian botol film diberi kertas label sebagaipenanda dan kemudian dimasukkan ke collbox.
Untuk identifikasi jenis plankton langkah pertama yang dilakukan adalah
menyiapkan alat dan bahan. Adapun alat dan bahan yang digunakan antara lain,
mikroskop, buku identifikasi, object glass, cover glass, pipet tetes, air sampel, tissue,
dan aquadest. Setelah alat dan bahan disiapkan bersihkan object glass terlebih
dahulu dengan menggunakan aquadest dan kemudian di bersihkan mengggunakan
tissue. Setelah itu sampel awetan diambil menggunakan pipet tetes dan diteteskan
pada object glass dan kemudian ditutup dengan menggunakan cover glass. Setelahpreparat jadi kemudian diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 90-100 kali
perbesaran. Kemudian diamati gambar dan ciri-cirinya. Kemudian species plankton
yang didapat tersebut di cocokkan dengan buku presscot untuk mengetahui jenis
filum dan nama species dari plankton tersebut. Kemudian dicatat hasilnya dan
digambar.
8/10/2019 LAPORAN KETIK EKOPER
47/70
47 | P a g e Laporan ketik ekologi perairan kelompok 25
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Hasil Pengamatan4.1.1 Bentos
Gambar lokasi pengambilan sampel
Deskripsi lingkungan
Cuaca saat praktikum
Cuacanya cerah dan terang tetapi terdapat angin sehingga menjadikan udara sejuk.
Selain itu adanya vegetasi yang cukup banyak. Vegetasi ini menaungi tempat
pengambilan sampel bentos.
Waktu Pengambilan sampelPengambilan sampel dilakukan pada pukul 08.15 WIB
Deskripsi Lingkungan Sekitar
Lingkungan sekitar terdapat tumbuhan hijau, di samping sungai terdapat tumbuhan
yang merambat berwarna hijau, di sekitar sungai (terletak tidak jauh dari sungai)
terdapat jembatan, pagar dengan suasana udara yang asri dan sejuk.
Deskripsi Lingkungan Stasiun
Disekitar tempat pengambilan sampel substrat dasar perairannya berupa batu,
berlumpur. Kondisi airnya jernih tapi setelah dilakukan pengambilan sampel dengancara kicking air sungai menjadi keruh. Di aliran sungai terdapat sampah sampah
daun yang berguguran serta terdapat batu batu yang berukuran kecil sampai
besar.
8/10/2019 LAPORAN KETIK EKOPER
48/70
48 | P a g e Laporan ketik ekologi perairan kelompok 25
Data Parameter Fisika dan Kimia Air
No. Parameter Hasil Pengukuran dan Pengamatan
1. Suhu 222. Kecepatan Arus 0.22 m/s
3. pH 7
4. DO 8,45 mg/l
5. CO 2 43,94 mg/l
6. TOM 3,7
7. Amonia 0,05
8. Nitrat 0.11
9. Orthofosfat 0.0310. Kecerahan 100 %
Data Pengamatan Organisme (Bentos yang diperoleh)
No. Organisme (Bentos) Jumlah Klasifikasi
1. 3 Kingdom : Metazoa
Phylum : Mollusca
Class : Gastropoda
Family : Vivipiridae
Genus : Bellamnya
8/10/2019 LAPORAN KETIK EKOPER
49/70
49 | P a g e Laporan ketik ekologi perairan kelompok 25
4.1.2 Perifiton
Gambar Lokasi Pengambilan Sampel
Deskripsi lingkungan
Cuaca saat praktikum
Cuaca lingkungan sekitar saat praktikum berlangsung cukup cerah dan lumayan
panas.
Waktu Pengambilan sampel
Pengambilan sampel dilakukan pada pukul 08.15 WIB
Deskripsi Lingkungan Sekitar
Di sekitar sungai terdapat semak semak, udara sekitar saat praktikum berlansung
cukup sejuk, ada banyak vegetasi seperti pepohonan, tanaman rindang karena
terdapat vegetasi yang lumayan banyak. Selain itu juga di sekeliling terdapat sawah.
Deskripsi Lingkungan Stasiun
Di lingkungan stasiun airnya jernih, pematang terbuat dari beton. Arus sungai
lumayan deras, suhu sungai stasiun pengamatan relative rendah. Substrat dasar
sungai berupa pasir dan kerikil kerikil kecil dan terdapat batu yang berukuran
sedang.
8/10/2019 LAPORAN KETIK EKOPER
50/70
50 | P a g e Laporan ketik ekologi perairan kelompok 25
Data Parameter Fisika dan Kimia Air
No. Parameter Hasil Pengukuran dan Pengamatan
1. Suhu 22 OC
2. Kecepatan Arus 0,225 m/s3. pH 7
4. DO 8,45
5. CO 2 35,9
6. TOM 5,056
7. Amonia 1,04
8. Nitrat 0.13
9. Orthofosfat 0.14
10. Kecerahan 100 %
Data Pengamatan Organisme (Perifiton yang diperoleh)
No
.
Organisme (Perifiton) Jumlah Klasifikasi
1. 1 Kingdom : Protozoa
Phylum : Ciliophora
Class : Gymnostomatea
Order : SpathidiiaFamily : Trachelophyllidae
Genus : Trachelophyllum
Spesies : Trachelophyllum
apiculatum
2. 1 Kingdom : Protista
Phylum : EuglenoideaClass : Mastigophora
Order : Euglenoidida
Family : Euglenoidae
Genus : Euglena
8/10/2019 LAPORAN KETIK EKOPER
51/70
51 | P a g e Laporan ketik ekologi perairan kelompok 25
Spesies : Euglena viridis
3. 1 Kingdom : Protista
Phylum : EuglenophytaClass : Euglenophyceae
Order : Euglenales
Family : Euglenidae
Genus : Euglena
Spesies : Euglena gracilis
4. 1 Kingdom : Plantae
Phylum : Chlorophyta
Class : ChlorophyceaeOrder : Chaetophorales
Family : Schizomeridaceae
Genus : Schizomeris
Spesies : Schizomeris
leibleinii
8/10/2019 LAPORAN KETIK EKOPER
52/70
52 | P a g e Laporan ketik ekologi perairan kelompok 25
4.1.3 Plankton
Gambar Lokasi Pengambilan Sampel
Deskripsi lingkungan
Cuaca saat praktikum
Cuaca lingkungan sekitar saat praktikum cerah, suhu lingkungan relatif panas
Waktu Pengambilan sampel
Pengambilan sampel dilakukan pada pukul 08.00 WIBDeskripsi Lingkungan Sekitar
Dilingkungan sekitar terdapat banyak vegetasi mulai dari pepohonan sampai semak
belukar.
Deskripsi Lingkungan Stasiun
Di lingkungan stasiun kolam termasuk kolam semi intensif, pematang kolam terbuat
dari beton dan dasarnya dari tanah. Air kolam berwarna hijau. Pada kolam terjadi
blooming Azolla pinnata.
Data Parameter Fisika dan Kimia AirNo. Parameter Hasil Pengukuran dan Pengamatan
1. Suhu 23 0C
2. Kecepatan Arus -
3. pH 7
8/10/2019 LAPORAN KETIK EKOPER
53/70
53 | P a g e Laporan ketik ekologi perairan kelompok 25
4. DO 7,8
5. CO 2 0
6. TOM 5,056
7. Amonia 0,968. Nitrat 0,24
9. Orthofosfat 0.23
10. Kecerahan 106,5 cm
Data Pengamatan Organisme (Plankton yang diperoleh)
No. Organisme (Plankton) Jumlah Klasifikasi
1. 9 Kingdom : Chromista
Phylum : OchrophytaClass :
Coscinodiscophyceae
Order : Melosirales
Family : Melosiraceae
Genus : Melosira
Spesies : Melosira
varians
2. 1 Kingdom : ChromistaPhylum : Ochrophyta
Class : Fragilariophyceae
Order : Fragilariales
Family : Fragilariaceae
Genus : Synedra
Spesies : Synedra
tabulata
8/10/2019 LAPORAN KETIK EKOPER
54/70
54 | P a g e Laporan ketik ekologi perairan kelompok 25
4.2 Analisa Hasil4.2.1 Parameter Fisika4.2.1.1 Suhu
Dari praktikum lapang ekologi perairan di ketahui bahwa pada stasiun 3
pengamatan plankton diperoleh suhu sebesar 23 0C kemudian hasil yang diperoleh
pada stasiun 3 perifiton diperoleh suhu 22 0C pada stasiun 3 bentos diperoleh suhu
22 0C dari ketiga stasiun menunjukkan suhu yang berbeda-beda. Menurut Effendi
(2003) dalam Ali dan, suhu sangat berperan mengendalikan kondisi ekosistem
perairan. Peningkatan suhu juga menyebabkan terjadinya peningkatan dekomposisi
bahan organik oleh mikroba. Kisaran suhu optimum bagi pertumbuhan fitoplankton
di perairan adalah 20 0C 30 0C.
4.2.1.2 Kecerahan
Dari praktikum lapang ekologi perairan di ketahui bahwa pada stasiun 3
pengamatan plankton diperoleh ke