25
LAPORAN PRAKTIKUM PEMBIAKAN TANAMAN ACARA 1 PEMBIAKAN VEGETATIF DENGAN CARA MERUNDUK (LAYERING) DAN MENCANGKOK (AIR LAYERING) URIFA 131510501204 GOLONGAN C / KELOMPOK 6 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

laporan PEMBIAKAN VEGETATIF DENGAN CARA MERUNDUK (LAYERING) DAN MENCANGKOK (AIR LAYERING)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Mencangkok merupakan salah satu teknik perbanyakan tumbuhan atau perkembangan vegetatif dengan cara pelukaan atau pengeratan cabang pohon induk dan dibungkus media tanam untuk merangsang terbentuknya akar. Pada teknik ini tidak dikenal istilah batang bawah dan batang atas

Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUMPEMBIAKAN TANAMAN

ACARA 1

PEMBIAKAN VEGETATIF DENGAN CARA MERUNDUK (LAYERING) DAN MENCANGKOK (AIR LAYERING)

URIFA131510501204

GOLONGAN C / KELOMPOK 6

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGIFAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS JEMBER

2014

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangTanaman perlu pembiakan dalam rangka mempertahankan jenisnya dan

peningkatan produksinya. Ada dua cara pembiakan tanaman yaitu Secara

generatif/reproduktif (secara kawin) dengan menggunakan benih (biji yang

memenuhi persyaratan sebagai bahan tanaman; serta Secara vegetatif (secara tak

kawin) dengan menggunakan organ vegetatif. Pembiakan Generatif merupakan

Pembentukan biji melalui proses penyerbukan (jatuhnya tepung sari pada kepala

putik) kemudian dilanjutkan dengan pembuahan (peleburan antara gamet jantan

dari tepung sari dan gamet betina dari putik). Sedangkan pada Pembiakan

Vegetatif, Cara pembiakan vegetatif meliputi Secara alami dengan penggunaan

biji apomiktik (terbentuk tanpa pembuahan dan merupakan bentuk vegetatif) dan

penggunaan organ-organ khusus tanaman (hasil modifikasi batang atau akar,

misalnya: bulb, tuber, rhizome, dll) dan secara buatan dengan stimulasi akar dan

tunas adventif ialah ”layerage”, ”cuttage”, atau setek, penyambungan tanaman dan

kultur jaringan.

Perbanyakan tanaman secara vegetatif merupakan suatu cara-cara

perbanyakan atau perkembangbiakan tanaman dengan menggunakan bagian-

bagian tanaman seperti  batang, cabang, ranting, pucuk,  daun, umbi  dan akar,

untuk menghasilkan tanaman yang baru, yang sama dengan induknya.

Perbanyakan tanaman secara vegetatif tersebut tanpa melalui perkawinan atau

tidak menggunakan biji dari tanaman induk. Bagian-bagian tanaman yang

digunakan adalah cabang/batang, pucuk, daun, umbi dan akar yang dapat

dilakukan dengan cara stek, cangkok, akulasi, rundukan dan kultur jaringan.

Cara memperbanyak tanaman sangat beragam, salah satu diantaranya

adalah Merunduk (Layerage) merupakan salah satu cara pembiakan vegetatif

buatan, yang dapat pula terjadi secara alamiah. Bagian tepi atau ujung batang

yang terkulai cenderung berakar bila bersentuhan dengan tanah. Bagian vegetatif

ini masih berhubungan dan mendapat makanan dari induknya, waktu serta teknik

melakukan layerage ini dapat dipermudah dengan dengan perlakuan seperti

pelukan, pengikatan, etiolasi, dan penyalah arahan dari batang, yang

mempengaruhi gerakan dan penumpukan auxin serta karbohidrat pada bagian

batang tersebut.  Pembiakan vegetatif dengan cara merunduk ini sering juga

disebut dengan cangkok tanah, cangkok runduk, atau membumbun.

Selain itu terdapat teknik lain dalam perbanyakan tumbuhan yakni

dilakukan pencangkokan. Tidak semua tanaman bisa dikembangbiakkan dengan

mencangkok, umumnya tanaman yang bisa dicangkok adalah tanaman yang

memiliki percabangan batang cukup besar dan berkambium. Dalam aplikasinya,

teknik mencangkok dilakukan dengan cara sedikit melukai batang tanaman

dengan posisi memanjang dan mengelilingi bagian batang yang disayat, kemudian

dibalut dengan tanah atau media tanam lain yang sesuai, sehingga dalam beberapa

waktu akan muncul tunas yang merupakan anakannya, yang kemudian bisa

dibudidayakan. Mencangkok memiliki beberapa kelebihan, yaitu mendapatkan

anakan dengan cepat, cepat berbuah, anakannya sama persis dengan sifat-sifat

indukannya, dan perkembangbiakannya lebih cepat.

1.2 Tujuan

1. Untuk mengetahui dan mempelajari cara mencangkok dan merunduk, serta

untuk mengetahui pertumbuhan akar cangkokan dan rundukan.

2. Untuk mengetahui pengaruh media cangkokan dan rundukan terhadap

pembentukan sistem perakaran pada batang.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Mencangkok

Penerapan teknik pembiakan vegetatif diperlukan dalam pengembangan

tanaman, karena dapat dilakukan secara kontinyu, tanaman dapat lebih cepat

berbuah, caranya cukup mudah dan biayanya relatif murah (low cost technology)

serta tidak tergantung pada musim buah. Teknik mencangkok diterapkan untuk

memperbanyak pohon induk nyamplung yang telah diseleksi mengingat

penggunaan teknik lainnya seperti stek cabang dan stek pucuk sulit

tumbuh/berakar apabila diambil dari pohon dewasa (Adinugraha dkk., 2012).

Perbanyakan tanaman secara vegetatif mempunyao keuntungan yaitu:

lebih cepat berbuah, sifat turunan sesuai dengan induk, dapat digabung sifat-sifat

yang diinginkan dan kerugian yaitu: perakaran kurang baik, lebih sulit dikerjakan

karena membutuhkan keahlian tertentu. Perkembangbiakan secara vegetatif

seperti cangkok, stek, merunduk dan sebagainya (Taihuttu, 2013).

Mencangkok merupakan salah satu teknik perbanyakan tumbuhan atau

perkembangan vegetatif dengan cara pelukaan atau pengeratan cabang pohon

induk dan dibungkus media tanam untuk merangsang terbentuknya akar. Pada

teknik ini tidak dikenal istilah batang bawah dan batang atas. Mencangkok sangat

dikenal oleh petani karena caranya yang relative mudah dan tingkat

keberhasilannya lebih tinggi, karena pada cara mencangkok akar tumbuh ketika

masih berada di pohon induk (Prastowo, 2006).

Pencangkokan adalah teknik perkembangbiakan secara vegetatif yang

ditandai dengan inisiasi akar adventif pada salah satu bagian dari cabang pohon in

situ. Bagian akar (marcott) keluar dari pohon dan ditransplantasi di mana ia

tumbuh secara mandiri dari pohon induknya (Tchoundjeu et al, 2010).

Metode mencangkok ini tingkat keberhasilannya lebuh tinggi dari

biasanya (Gandev, 2009). Waktu melakukan pencangkokan sangat mempengaruhi

hasil dari pencangkokan. Menurut Gandev dan V. Arnaudov (2011), waktu

penyambungan diberikan efek pada persentase tingkat kelangsungan hidup,

mencangkok pada akhir Maret menyebabkan mendapatkan persentase yang lebih

tinggi dibandingkan dengan pencangkokan dilakukan pada

akhir April. perbedaan besarnya ukuran diameter bahan rootstock berpengaruh

terhadap persen keberhasilan grafting dan ketahanan penyakit, perbedaan fase

jenis scion akan memberikan pengaruh terhadap tingkat keberhasilan grafting

(Sukendro, dkk., 2010).

Perbanyakan tanaman dengan cara cangkok mepunyai ke unggulan antara

lain sifat tanaman baru sama dengan tanan induknya, tanaman baru memiliki masa

remaja relative pendek sehingga cepat berbuah, waktu relative singkat, dapat

menuai hasil dalam waktu yang relative singkat. Kelemahan dari

perkembangbiakan ini yaitu tidak dapat dilakukan secara besar-besaran, bibit

cangkok sulit hidup di daerah yang air tanahnya rendah karena perakarannya

pendek (Balaj, 2011). Cangkok sayuran dilakukan untuk mengendalikan penyakit

tular tanah dan nematoda, baik rumah kaca tempat pertumbuhan dan dilapangan.

Selain itu, Pencangkokan tanaman dapat menghasilkan lebih banyak tanaman dan

meningkatkan toleransi terhadap salinitas tanah, cekaman lingkungan dan suhu

rendah tanah (Rodriquez et al, 2010).

1.2 Merunduk

Faktor genetik sangat menentukan sifat dari tanaman. Untuk mendapatkan

hasil yang baik harus memperhatikan sifat dari pohon induknya. Sifat unggul yang

sama debgab induk dapat diperoleh dengan cara perbanyakan atau pembiakan

tanaman. Faktor tersebut perlu diperhatikan apakah cocok/kontapibel digunakan

(Hayati, 2012). Menurut Hendalastuti (2010), Teknik perbanyakan yang sesuai

dengan jenis tanaman yang terancam punah merupakan salah satu kontribusi yang

sangat penting dalam pelestarian jenis tanaman tersebut. Teknik perbanyakan

dengan penyetekan merupakan teknik yang paling populer dalam memperbanyak

tanaman secara vegetatif, namun bisa juga menggunakan teknik perundukan.

Perundukan merupakan salah satu cara perkembangbiakan tumbuhan

dengan cara melengkungkan cabang atau ranting tumbuhan yang berada di bawah

kemudian menimbunnya dengan tanah. Perundukan menggunakan metode induksi

akar dimana batang yang dapat membentuk akar sementara masih mengambil

makanannya dari tanaman induk sampai batang tersebut berakar dan mampu

memcukupi pertumbuhannya sendiri dan dilepas dari induknya. Tata cara

merunduk dapat dilakukan pada berbagai jenis tanaman hias yang memiliki

percabangan panjang dan lentur. Tanaman hias yang dapat diperbanyak dengan

cara merunduk antara lain melati, alamanda, dan mawar pagar (Rukmana, 1997).

BAB 3. METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan TempatPraktikum pembiakan tanaman ini dilaksanakan pada tanggal 24

September 2014 pada hari rabu siang pukul 12.00 hingga selesai, bertempat di

Laboratorium Pembiakan Tanaman di Gedung Agonomi Fakultas Pertanian,

Universitas Jember.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

1. Tali rafia

2. Plastik Gelap

3. Pisau tajam (cutter) baru

4. Timba/Sprayer

5. Pengait

3.2.2 Bahan

1. Tanaman yang akan di cangkok dan dirundukkan

2. Serabut Kelapa

3. Pupuk kompos

4. Tanah

3.3 Cara Kerja3.3.1 Mencangkok (Air Layerage)1. Menyiapkan bahan media tanam dan alat yang diperlukan

2. Memilih batang dan cabang yang tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda.

3. Menyayat/menghilangkan kambium kulit dan kambium pada batang atau

cabang tersebut sepanjang ± 10 cm

4. Memberi media pada bagian yang luka secukupnya dengan pupuk kompos dan

tanah.

5. Menjaga kelembapan tanah dengan melakukan penyiraman air

3.3.2 Merunduk (Layerage)

1. Menyiapkan bahan media tanam dan alat yang diperlukan

2. Memilih batang dan cabang yang tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda Pilih

batang tanaman uang dapat dirundukkan kedalam tanah dan tidak patah.

3. Menyayat/menghilangkan kulit dan kambium pada batang atau cabang pada

bagian ujung tanaman tersebut sepanjang ± 10 cm

4. Memberikan media tanam yang dapat dibenamkan kedalam tanah dan kompos

sedalam 3-5 cm.

5. Menjaga kelembapan tanah dengan melakukan menyiram air.

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Tabel 1. Hasil Pengamatan air layerage

Media

Tanam

Perlakuan

Pembungkus

Ulangan /

Kelompok

Parameter Pengamatan

Jumlah akarPanjang akar

(cm)

Kompos

+ Tanah

Serabut

Kelapa

1 3 0,1

2 0 0

3 8 0,1

4 0 0

5 0 0

6 0 0

Rerata 1,8 0,03

Kompos

+ Tanah

Plastik

Gelap

1 7 0,01

2 0 0

3 0 0

4 0 0

5 24 0,2

6 1 0,1

Rerata 5,3 0,05

Tabel 2. Tabel Pengamatan Layerage

Media

Tanam

Ulangan /

Kelompok

Parameter Pengamatan

Jumlah akar Panjang akar (cm)

Tanah

1 4 1,15

3 1 0,1

5 11 0

Rerata 5,3 0,42

2 3 6,5

4 0 0

6 0 0

Rerata 1 2,17

Kompos

+ Tanah

1 4 1,15

3 1 0,1

5 11 0

Rerata 5,3 0,42

2 3 6,5

4 0 0

6 0 0

Rerata 1 2,17

4.2 Pembahasan

Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif merupakan salah satu bagian yang

penting dalam kegiatan perbanyakan tanaman secara vegetatif. Pengetahuan

tentang konsep perbanyakan tanaman secara vegetatif sangat penting untuk

diketahui agar dapat dipahami pengertian perbanyakan tanaman secara vegetatif

dan membedakan pengelompokan dalam perbanyakan tanaman secara vegetatif.

Selain itu, juga perlu didukung pengetahuan tentang arti penting dari perbanyakan

tanaman secara vegetatif agar dapat dipahami perlunya dilakukan perbanyakan

tanaman secara vegetatif ditinjau dari aspek anatomi, fisiologi, dan genetik.

Pemahaman tentang konsep perbanyakan tanaman secara vegetatif juga perlu

didukung dengan pengetahuan tentang teknik-teknik yang dapat digunakan dalam

perbanyakan tanaman secara vegetatif. Perbanyakan secara vegetatif tanaman

dapat terjadi secara alamiah atau dibuat oleh manusia. Secara alamiah,

perkembangan terjadi melalui pembelahan sel, spora, tunas, rhizome, dan geragih.

Pembiakan vegetatif buatan dimanfaatkan melalui cara stek, cangkok, okulasi dan

sambung. Keuntungan pembiakan vegetatif antara lain adalah bahan-bahan

heterozigot dapat dilestarikan tanpa pengubahan dan pembiakan vegetatif lebih

baik dibandingkan pembiakan secara generatif. Pada pembiakan vegetatif satu

tumbuhan induk dapat menghasilkan beberapa individu baru dalam waktu yang

cukup singkat. Tanaman yang dikembangkan secara vegetatif bersifat

melestarikan sifat hasil tanaman induk. Kekurangan dari pembiakan vegetatif

adalah merusak tanaman yang berfungsi sebagai tanaman induk, jumlah biji yang

diperoleh terbatas, perakaran tanaman hasil biakan vegetatif kurang, dan umur

tanaman lebih pendek.

Menurut Bautista dkk., (2011), cangkok merupakan proses perbanyakan

keturunan akibat rpengaruh batang bawah dicangkokkan fisiologi tanaman.

Respon dicangkokkan biologis merupakan puncak dari serangkaian acara fisik,

biokimia, dan fisiologis, dimulai dengan koneksi vaskular pada antarmuka batang

bawah,keturunan dan berakhir dengan efek pada hasil tanaman. Koneksi cukup

ikatan pembuluh antara batang bawah dan keturunan meningkatkan air dan aliran

nutrisi, memungkinkan peningkatan fotosintesis, dan sebagai konsekuensinya,

ketersediaan karbohidrat sebagai sumber energi untuk ion serapan aktif yang

menyebabkan kenaikan pertumbuhan tanaman.  Mencangkok merupakan usaha

perbanyakan tanaman dengan cara membuat perakaran baru diatas permukaan

tanah. Sehingga, bagian tanaman yang dicangkok memiliki akar, dan dapat

tumbuh menjadi tanaman baru. Tanaman yang dapat dicangkok merupakan

tanaman dikotil karena memiliki batang yang bercabang dan berkambium. Teknik

mencangkok banyak dilakukan untuk memperbanyak tanaman hias atau tanaman

buah yang sulit diperbanyak dengan cara lain seperti melalui biji, stek, atau

sambung. Mencangkok adalah membuat cabang batang tanaman menjadi berakar.

Mencangkok dilakukan pada cabang dekat dengan batang. (Rukmana, 2010).

Perbanyakan dengan cara mencangkok akan menumbuhkan akar dari

batang dari batang yang telah dilukai dan ditutup media. Pemotongan jaringan

pengangkut melalui penyayatan kulit cabang berarti pembuangan lapisan

kambium ataupun pembelahan batang yang berarti pemutusan hubungan jaringan

vascular akan menciptakan suatu fenomena bahwa zat-zat makanan (fotosintat)

berasal dari bagian atas cabang yang disayat. Dibelah tersebut akan menunmpuk

pada tepi sayatan bagian atas. Artinya, fotosintat tidak dapat ditersukan ke bagian

bawah daripada sayatan tersebut. Akibat dari penumpukan tersebut, maka kulit

kayu cabang di bagian atas sayatan akan membengkak karena terjadinya

pembelahan sel yang cepat. Pembelahan sel ini dipacu dengan adanya auksin dan

karbonhidrat yang tertumpuk. Fotosintat yang sebagian besar berupa karbonhidrat

akan tertumpuk pada bagian yang disayat atau luka. Pada bagian tersebut

kemudian akan terjadi differensiasi sel-sel yang merupakan tempat inisiasi akar.

Sel-sel terus mengalami pembelahan dan berdifferensiasi membentuk jaringan

primordia akar. Pembentukan primordia akar yang kemudian terus berkembang

membentuk akar biasanya terjadi pada jaringan dekat dengan jaringa pembuluh

pengangkutan. Tanaman berkayu yang telah memiliki dua lapisan atau lebih

pembuluh floem dan xylem, akar-akar akan tumbuh dari jaringan floem sekunder

atau pada pembuluh vaskuler, atau pada kambium.

Berdasarkan hasil praktikum mencangkok yang dilakukan, kebanyakan

tanaman yang dicangkok mengalami kegagalan atau mati. Kegagalan ini dapat

dilihat dari bagian tanaman di atasa keratan/luka yang kering atau mati.

Batangnya terlalu tua, kurangnya air maupun kelebihan air yang menyebabkan

tumbuhnya jamur merupakan salah satu penyebab dari gagalnya pencangkokan.

Selain itu kegagalan juga bisa dari cara/teknik dalam pencangkokan tersebut.

Cangkok sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan faktor dari teknik

pencangkokannya.

Merunduk adalah metode pembiakan vegetatif tanaman dengan cara

melengkungkan cabang tanaman hingga masuk ke dalam (atau ditimbun) tanah

sampai terbentuk akar. Setelah itu, cabang yang telah berakar tersebut dipotong

dari pohon induknya. Keuntungannya adalah keberhasilannya sangat tinggi.

Kerugiannya tidak banyak bibit yang dihasilkan. Hal yang harus diperhatikan

dalam merunduk adalah bagian tanaman (cabang) yang dibenamkan harus

mengandung mata. Setelah bagian tanaman yang ditimbun tanah tampak bertunas

dan berakarm barulah dipisahkan dari pohon induknya untuk dijadikan bibit.

Kebanyakan, perbanyakan tanaman dengan cara vegetatif bertujuan agar

memperoleh hasil anakan yang sama dengan induknya.

Perbanyakan vegetatif secara merunduk dan mencangkok sangatlah

berbeda. Jika cangkok caranya sebagian kulit cabang dibuang dan kemudian

dibalut dengan tanah serta tujuan mencangkok adalah agar diperoleh tumbuhan

baru yang cepat berbuah dan sifatnya sama dengan induknya. Merunduk adalah

membengkokkan sebagian cabang kemudian membenamkannya ke dalam tanah.

Cara merunduk yaitu dengan merundukkan batang tanaman, kemudian

membenamkan batangnya di dalam tanah. Setelah itu memotong batang yang

dirundukkan jika sudah mengeluarkan banyak akar dan tanaman dari hasil

rundukkan ditempatkan di tempat lain. Pada perbanyakan melalui merunduk

terdapay 5 teknik antar lain;

1. Tip Layerage, teknik penimbunan ini dilakukan dengan cara merunduk cabang

tanaman kearah permukaan tanah sehingga bagian ujung cabang tersebut dapat

dibenamkan (3-5) cm.

2. Simple Layerage, perbanyakan tanaman dengann menggunakan teknik ini

hampir mirip dengan Tip Layerage. Namun penimbunan bagian cabang yang

cukup panjang dilakukan dengan kedalaman 10-25 cm dengan membiarkan

ujung cabang muncul dipermukaan tanah hingga 10-25 cm.

3. Trench Layerage, pada teknik ini cabang tanamn yang timbun lebih panjang

dari pada kedua teknik diatas. Penanaman cabang berkisar 10-15 cm bahkan

pada beberapa tanaman dapat 25-50 cm dengan kedalaman tanam 10 cm

dibawah permukaan tanah.

4. Serpentive Layerage, sering disebut sebagai compound layarage yaitu cabang

tanaman yang dilengkungkan secara memanjang denagan kemudian

dibenamkan tanah secara berselang seling ditibun dan muncul, kemudian

ditimbun lagi.

5. Mound Layarage, perbanyakan tanaman yang hampir sama dengan teknik

ratoon pada padi. Teknik ini dapat dilakukan dengan cara batang utama pohon

induk dipotong, kemudian di sekitar batang tersebut ditimbun tanah.

Berdasarkan hasil yang dilakukan, terlihat jika sebagian besar tanaman

yang dilakukan teknik perundukan mengalami keberhasilan serta tumbuh akar

pada batang tanaman yang telah dilukai sebelumnya dan dirundukkan ke tanah,

namun ada juga tanaman yang gagal dimana ditunjukkan dengan tanaman tersebut

tidak tumbuh akar pada bagian batang yang telah dilukainnya. Keberhasilan dari

teknik perundukan ini bisa dipengaruhi beberapa faktor diantaranya cara/teknik

perundukan sudah benar, bisa juga dari faktor lingkungan serta pemeliharaan

tanaman.

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Mencangkok merupakan usaha perbanyakan tanaman dengan cara membuat

perakaran baru diatas permukaan tanah

2. Perbanyakan dengan cara mencangkok akan menumbuhkan akar dari batang

dari batang yang telah dilukai dan ditutup media

3. Beberapa faktor yang mempengaruhi kegagalan mencangkok seperti batangnya

terlalu tua, kurangnya air maupun kelebihan air yang menyebabkan tumbuhnya

jamur.

4. Merunduk adalah metode pembiakan vegetatif tanaman dengan cara

melengkungkan cabang tanaman hingga masuk ke dalam (atau ditimbun) tanah

sampai terbentuk akar.

5. Merunduk terdapat 5 teknik antar lain Tip Layerage, Simple Layerage, Trench Layerage, Serpentive Layerage, dan Mound Layarage.

6. Keberhasilan dari teknik perundukan ini bisa dipengaruhi beberapa faktor

diantaranya cara/teknik perundukan sudah benar, bisa juga dari faktor lingkungan

serta pemeliharaan tanaman.

5.2 Saran

Sebaiknya saat dilakukan pencangkokan diharapkan bisa dilakukan di

areal kampus/fakultas saja agar memudahkan bagi praktikan dan tim asisten juga

bisa ikut mengamati.

DAFTAR PUSTAKA

Adinugraha, Hamdan A., Mahfudz, E. W. Muchtiari dan S. Huda. 2012. Pertumbuhan Dan Perkembangan Tunas Pada Bibit Nyamplung Hasil Pembiakan Dengan Teknik Sambungan. Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan, 6 (2) : 91-102

Balaj, Nexhat dan Refki Zogaj. 2011. Production Seedlings Of Roses By Grafting With Bud For Hybrid Teas And Climbing Roses Cultivars. Agricultural Science, 43 (2) : 155-160

Butar, Maksrios Butar., Balonggu Siagian.,Irsal. 2013. Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao. L) Pada Media Subsoil Ultisol Dengan Pemberian Pupuk NPKMg dan Pupuk Kandang Ayam. Online Agroteknologi, 2 (1) : 213-224.

Gandev, S. and V. Arnaudov. 2011. Propagation Method Of Epicotyl Grafting In Walnut (Juglans Regia L.) Under Production Condition. Agricultural Science, 17 (2), 173-176

Gandev. S. 2009. Propagation Of Walnut (Juglans Regia L.) Under Controlled Temperature By The Methods Of Omega Bench Grafting, Hot Callus And Epicotyl Grafting. Agricultural Science, 15 (2), 105-108

Hayati, Erita., Sabaruddim, dan Rahwati. 2012. Pengaruh Jumlah Mata Tunas Dan Komposisi Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Setek Tanaman Jarak Pagar (Jatropha Curcas L.). Agrista, 16 (3) : 129-135

Hendalastuti, Henti, A. Subiakto, I. Z. Siregar, Dan Supriyanto. 2010. Uji Pertumbuhan Stek Cemara Sumatra Taxus Sumatrana (Miquel) De Laub. Penelitian Hutan Dan Konservasi Alam, 7 (3) : 289-298

Nugroho H. Prastowo, James M. Roshetko, Gerhard E.S Maurung, Erry Nugraha, Joel M. Tukan Frasiskus Harum. 2006. Tehnik Pembibitan dan Perbanyakan Vegetatif Tanaman Buah. Bogor : World Agroforestry Centre

Rodriquez, Maria Maribel dan Bosland, Paul W. 2010. Grafting Capsicum to Tomato Rootstocks. Young Investigator, 20 (2) : 1-6

Rukaman, Rahmat. 1997. Teknik Perbanyakan Tanaman Hias. Yogyakarta : Kanisius

Sukendro, Andi, Irdika Mansur & Risna Trisnawati. 2010. Studi Pembiakan Vegetatif Intsia bijuga (Colebr.) O.K. Melalui Grafting. Silvukar Tropika 1 (1) 6-10

Taihuttu, Hermina N. 2013. Budidaya Tanaman Gandaria (Bouea Macrophylla Griff) Di Desa Hative Besar Kecamatan Teluk Ambon, Kota Ambo. Budidaya Pertanian, 9 (1) : 43-46.

Tchoundjeu, Zac., A. C. Tsoberg, E. Asaah, dan P. Anegbeh. 2010. Domestication of Irvingia gabonensis (Aubry Lecomte) by air layering. Horticulture and Forestry, 2(7) : 171-179