15
LAPORAN PENDAHULUAN CA PARU DISUSUN OLEH: MURSADA 09.IK.024 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SARI MULIA

Laporan Pendahuluan CA Paru

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Laporan Pendahuluan CA Paru

LAPORAN PENDAHULUAN

CA PARU

DISUSUN OLEH:

MURSADA

09.IK.024

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SARI MULIA

BANJARMASIN

2011

Page 2: Laporan Pendahuluan CA Paru

LAPORAN PENDAHULUAN CA PARU

A. Pengertian

Menurut Hood Alsagaff, dkk. 1993, karsinoma bronkogenik adalah

tumor ganas paru primer yang berasal dari saluran napas. Sedangkan

menurut Susan Wilson dan June Thompson, 1990, kanker paru

adalah suatu pertumbuhan yang tidak terkontrol dari sel anaplastik

dalam paru.

Kanker paru-paru adalah pertumbuhan sel kanker yang tidak

terkendali dalam jaringan paru. (Wikipedia)

Kanker paru merupakan abnormalitas dari sel – sel yang mengalami

proliferasi dalam paru (Underwood, Patologi, 2000).

B. Etiologi

Seperti kanker pada umumnya, etiologi yang pasti dari karsinoma

bronkogenik masih belum diketahui, namun diperkirakan bahwa

inhalasi jangka panjang dari bahan karsinogenik merupakan faktor

utama, tanpa mengesampingkan kemungkinan peranan predisposisi

hubungan keluarga ataupun suku bangsa/ ras serta status

immunologis. Bahan inhalasi karsinogenik yang banyak disorot adalah

rokok. Selain itu beberapa factor yang dimungkinkan dapat ikut

berperan dalam peningkatan angka kejadian kanker paru antara lain:

asap dari pabrik/ industri yang mengandung asbestos, bahan

radioaktif, uranium; penyakit TB paru, serta factor lingkungan lainnya.

C. Patofisiologi

Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus

menyebabkan cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi

pengendapan karsinogen. Dengan adanya pengendapan karsinogen

maka menyebabkan metaplasia,hyperplasia dan displasia. Bila lesi

Page 3: Laporan Pendahuluan CA Paru

perifer yang disebabkan oleh metaplasia, hyperplasia dan displasia

menembus ruang pleura, biasa timbul efusi pleura, dan bisa diikuti

invasi langsung pada kosta dan korpus vertebra.

Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus

yang terbesar. Lesi ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus

dengan diikuti dengan supurasi di bagian distal. Gejala – gejala yang

timbul dapat berupa batuk, hemoptysis, dispneu, demam, dan

dingin.Wheezing unilateral dapat terdengan pada auskultasi.

Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya menunjukkan

adanya metastase, khususnya pada hati. Kanker paru dapat

bermetastase ke struktur – struktur terdekat seperti kelenjar limfe,

dinding esofagus, pericardium, otak, tulang rangka.

D. Pathways

E. Manifestasi klinik

1) Gejala awal.

Stridor lokal dan dispnea ringan yang mungkin disebabkan oleh

obstruksi bronkus.

2) Gejala umum.

a. Batuk

Kemungkinan akibat iritasi yang disebabkan oleh massa tumor.

Batuk mulai sebagai batuk kering tanpa membentuk sputum,

tetapi berkembang sampai titik dimana dibentuk sputum yang

kental dan purulen dalam berespon terhadap infeksi sekunder.

b. Hemoptisis

Sputum bersemu darah karena sputum melalui permukaan

tumor yang mengalami ulserasi.

c. Anoreksia, lelah, berkurangnya berat badan.

Page 4: Laporan Pendahuluan CA Paru

F. Komplikasi

1) Efusi pleura

2) Sindroma vena superior

3) Sidrom penekanan tulang belakang

G. Penatalaksanaan

1) Radiologi

a. Foto thorax posterior – anterior (PA) dan leteral serta Tomografi

dada.

Merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat

mendeteksi adanya kanker paru. Menggambarkan bentuk,

ukuran dan lokasi lesi. Dapat menyatakan massa udara pada

bagian hilus, effuse pleural, atelektasis erosi tulang rusuk atau

vertebra.

b. Bronkhografi.

Untuk melihat tumor di percabangan bronkus.

2) Laboratorium.

a. Sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe).

Dilakukan untuk mengkaji adanya/ tahap karsinoma.

b. Pemeriksaan fungsi paru dan GDA

Dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas untuk memenuhi

kebutuhan ventilasi.

c. Tes kulit, jumlah absolute limfosit.

Dapat dilakukan untuk mengevaluasi kompetensi imun (umum

pada kanker paru).

3) Histopatologi.

a. Bronkoskopi.

Memungkinkan visualisasi, pencucian bagian,dan pembersihan

sitologi lesi (besarnya karsinoma bronkogenik dapat diketahui).

b. Biopsi Trans Torakal (TTB).

Page 5: Laporan Pendahuluan CA Paru

Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer

dengan ukuran <>b. Paliatif. Mengurangi dampak kanker,

meningkatkan kualitas hidup.

c. Rawat rumah (Hospice care) pada kasus terminal.

Mengurangi dampak fisis maupun psikologis kanker baik pada

pasien maupun keluarga.

d. Supotif.

Menunjang pengobatan kuratif, paliatif dan terminal sepertia

pemberian nutrisi, tranfusi darah dan komponen darah, obat

anti nyeri dan anti infeksi. (Ilmu Penyakit Dalam, 2001 dan

Doenges, rencana Asuhan Keperawatan, 2000)

(1) Pembedahan.

Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti

penyakit paru lain, untuk mengankat semua jaringan yang

sakit sementara mempertahankan sebanyak mungkin fungsi

paru – paru yang tidak terkena kanker.

(a) Toraktomi eksplorasi.

Untuk mengkomfirmasi diagnosa tersangka penyakit

paru atau toraks khususnya karsinoma, untuk melakukan

biopsy.

(b) Pneumonektomi pengangkatan paru).

Karsinoma bronkogenik bilaman dengan lobektomi tidak

semua lesi bisa diangkat.

(c) Lobektomi (pengangkatan lobus paru).

Karsinoma bronkogenik yang terbatas pada satu lobus,

bronkiaktesis bleb atau bula emfisematosa; abses paru;

infeksi jamur; tumor jinak tuberkulois.

(d) Resesi segmental.

Merupakan pengankatan satau atau lebih segmen paru.

(e) Resesi baji.

Page 6: Laporan Pendahuluan CA Paru

Tumor jinak dengan batas tegas, tumor metas metik,

atau penyakit peradangan yang terlokalisir. Merupakan

pengangkatan dari permukaan paru – paru berbentuk

baji (potongan es).

(f) Dekortikasi.

Merupakan pengangkatan bahan – bahan fibrin dari

pleura viscelaris)

(2) Radiasi

Pada beberapa kasus, radioterapi dilakukan sebagai

pengobatan kuratif dan bisa juga sebagai terapi adjuvant/

paliatif pada tumor dengan komplikasi, seperti mengurangi

efek obstruksi/ penekanan terhadap pembuluh darah/

bronkus.

(3) Kemoterafi.

Kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola

pertumbuhan tumor, untuk menangani pasien dengan tumor

paru sel kecil atau dengan metastasi luas serta untuk

melengkapi bedah atau terapi radiasi.

H. Diagnose keperawatan

1) Nyeri akut/kronis b.d agen cidera: biologis

NOC:

- Tingkat kenyamanan perasaan senang secara fisik &

psikologis

- Prilaku mengendalikan nyeri

- Nyeri: efek merusak terhadap emosi dan prilaku yang diamati

- Tingkat nyeri: jumlah nyeri yang dilaporkan

Kriteria evaluasi:

- Menunjukkan nyeri efek merusak dengan skala 1-5: ekstrim,

berat, sedang, ringan, atau tidak ada

- Menunjukkan teknik relaksasi secara individu yang efektif

Page 7: Laporan Pendahuluan CA Paru

- Mengenali factor penyebab dan menggunakan tindakan untuk

mencegah nyeri.

NIC:

- Pemberian analgesik

- Sedasi sadar

- Penatalaksanaan nyeri

- Bantuan Analgesika yang Dikendalikan oleh Pasien

Aktivitas keperawatan:

- Minta pasien untuk menilai nyeri/ketidak nyamanan pada

skala 0 sampai 10

- Lakukan pengkajian nyeri yang komprehensif

- Observasi isyarat ketidak nyamanan nonverbal

2) Ansietas b.d perubahan dalam: status kesehatan

NOC:

Kontrol Agresi: Kemampuan untuk menahan perilaku kekerasan,

kekacauan, atau perilaku destruktif pada orang lain.

Kontrol Ansietas: Kemampuan untuk menghilangkan atau

mengurangi perasaan khawatir dan tegang dari suatu sumber

yang tidak dapat diidentifikasi.

Koping: Tindakan untuk mengatasi stressor yang membebani

sumber-sumber individu.

Kontrol Impuls: Kemampuan untuk menahan diri dari perilaku

kompulsif atau impulsive.

Penahanan Mutilasi Diri: Kemampuan untuk berhenti dari tindakan

yang mengakibatkan cedera diri sendiri (non-letal) yang tidak

diperhatikan.

Keterampilan Interaksi Sosial: Penggunaan diri untuk melakukan

interaksi yang efektif.

Tuuan/Kriteria Hasil:

- Ansietas berkurang

- Menunjukkan Kontrol Ansietas

Page 8: Laporan Pendahuluan CA Paru

NIC:

Pengurangan Ansietas: Minimalkan kekhawatiran, ketakutan,

berprasangka atau rasa gelisah yang dikaitkan dengan sumber

bahaya yang tidak dapat diidentifikasi dari bahaya yang dapat

diantisipasi.

Aktivitas Keperawatan:

- Kaji dan dokumentasikan tingkat kecemasan pasien secara

berkala

- Menentukan kemampuan pengambilan keputusan pada

pasien.

- Aktivitas Kolaboratif: Berikan pengobatan untuk mengurangi

ansietas, sesuai dengan kebutuhan

3) Difisiensi pengetahuan b.d keterbatasan kognitif

NOC:

Pengetahuan: Pengendalian infeksi : tingkat pemahaman pada

apa yang disampaikan.

Tujuan/Kriterioa Hasil:

- Menunjukkan pengetahuan: Pengendalian Infeksi: dibuktikan

dengan indicator 1-5: tidak ada, terbatas, cukup, banyak, atau

luas.

- Mengidentifikasi keperluan untuk penambahan informasi

menurut penanganan yang dianjurkan.

NIC:

Panduan Sistem Kesehatan: memfasilitasi daerah pasien dan

penggunaan layanan kesehatan yang tepat.

Pengajaran, Proses Penyakit: Membantu pasien dalam

memahami informasi yang berhubungan dengan proses timbulnya

penyakit secara khusus.

Pengajaran, Individu: Perencanaan, implementasi, dan evaluasi

penyusunan program pengajaran yang dirancang uuntuk

kebutuhan khusus pasien.

Page 9: Laporan Pendahuluan CA Paru

Aktivitas Keperawatan:

- Tentukan kebutuhan pengajaran pasien

- Lakukan penilaian tingkat pengetahuan pasien dan pahami

isinya

- Tentukan kemampuan pasien untuk mempelajari informasi

khusus

- Berinteraksi kepada pasien dengan cara yang tidak

menghakimi untuk memfasilitasi pengajaran

4) Risiko infeksi

NOC:

Status imun: Keadekuatan alami yang didapat dan secara tepat

ditujukan untuk menahan antigen-antigen internal maupun

eksternal.

Pengetahuan: Pengendalian Infeksi: tingkat pemahaman

mengenai pencegahan dan pengendalian infeksi.

Pengendalian resiko: tindakan untuk menghilangkan atau

mengurangi ancaman kesehatan akual, pribadi, serta dapat

dimodifikasi.

Deteksi Resiko: indakan yang dilakukan untuk mengidentifikasi

ancaman kesehatan seseorang.

Tujuan/Kriteria Evaluasi:

- Fakto resiko infeksi akan hilang dengan dibuktikan oleh

keadekuatan status imun pasien.

- Pasien menunjukkan Pengendalian Risiko.

NIC:

Pemberian Imunisasi/Vaksinasi: Pemberian imunisasi untuk

mencegah penyakit menuar.

Pengendalian Infeksi: Meminimalkan penularan agen infeksius.

Perlindungan terhadap Infeksi: Mencegah dan mendeteksi dini

infeksi pada pasien yang berisiko.

Aktivitas Keperawatan:

Page 10: Laporan Pendahuluan CA Paru

- Pantau tanda gejala infeksi

- Kaji factor yang meningkatkan serangan infeksi

- Patau hasil laboratorium

- Amati penampilan praktik hygiene pribadi untuk perlindungan

terhadap infeksi

- Aktivitas Kolaboratif: Berikan terapi antibiotic, bila diperlukan

5) Gangguan pola tidur b.d gangguan (nyeri yang dirasakan)

NOC:

Tingkat Kenyamanan: Perasaan fisik dan psikologis yang nyaman.

Tingkat Nyeri: Banyaknya nyeri yang dilaporkan atau diperlihatkan.

Penyesuaian Psikososial: Perubahan Hidup: Adaptasi psikososial

dar seseorang terhadap perubahan hidup.

Kepuasan Hidup: Pengungkapan kepuasan individu dengan

kehidupan saat ini.

Istirahat: Tingkat dan pola berkurangya aktivitas untuk pemulihan

fisik dan mental.

Tidur: Tingkat dan pola tidur untuk pemulihan fisik dan mental.

Kesejahteraan: Pengungkapan kepuasan individu terhadap status

kesehatannya.

Tujuan/Krieria Evaluasi:

- Pasien menunjukkan tidur, ditandai dengan indicator berikut

(sebutkan nilainya 1-5: ekstrem, berat, sedang, ringan, atau

tidak ada gangguan)

- Mengidentifikasi tindakan yang dapat meningkatkan

tidur/istirahat

- Menunukan kesejahteraan fisik dan psikologis.

NIC:

Peningkatan Tidur: Fasilitas siklus tidur/bangun yang teratur.

Aktivitas Keperawatan:

- Pantau pola tidur pasien dan catat factor-faktor fisik (mis.

Apnea saat tidur, sumbatan jalan nafas, nyeri/ketidak

Page 11: Laporan Pendahuluan CA Paru

nyamanan, dan sering berkemih) atau fakto-faktor psikologis

(mis. Ketakutan ansietas) yang dapat menggangu pola tidur

pasien

- Diskusikan dengan dokter tentang perlunya meninjau kembali

program pengobatan jika berpengaruh pada pola tidur.

- Dukung penggunaan obat tidur yang tidak mengandung

supresor fase tidur REM.

- Hindari suara keras dan penggunaan lampu saat tidu malam,

berikan lingkungan yang tenang, damai, dan minimalkan

gangguan.

- Cari teman sekamar yang cocok bagi pasien, jika

memungkinkan.

- Ajarkan pasien untuk menghindari makanan dan minuman

pada jam tidur yang dapat mengganggu tidur.

- Lakukan pijatan yang nyaman, pengaturan posisi, dan

sentuhan efektif.

- Berikan tidur siang, jika diperlukan untuk memenuhi kebutuhan

tidur.

Daftar Pustaka

Herdman, Heather T. 2010. Diagnosis Keperawatan Definisi dan

Klasifikasi 2009-2011. Jakarta : EGC. Allih bahasa: Made

Sumarwati, Dwi Widiarti, Etsu Tiar.

Page 12: Laporan Pendahuluan CA Paru

Wilkinson, M. Judith. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan edisi 7.

Jakarta : EGC.