35
LAPORAN PENDAHULUAN A. KONSEP DASAR MEDIS 1. Pengertian Hipertensi merupakan suatu gangguan pada sistem peredaran darah pada usia pertengahan atau lebih tua. Defenisi hipertensi adalah peningkatan tekanan darah dimana tekanan sistolnya diatas 140 mmHg dan tekanan diastolnya diatas 90 mmHg. Sedangkan pada populasi manula, hipertensi didefenisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg, dan tekanan diastolik 90 mmHg. Pada tahun 1997 JNC/DETH membuat klasifikasi tekanan darah untuk yang berumur 18 tahun atau lebih. Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg) Optimal Normal Normal tinggi Hipertensi Derajat 1 Derajat 2 < 120 < 130 130 – 139 140 – 159 160 – 179 > 180 dan dan atau atau atau < 80 < 85 85 – 95 90 – 99 100 – 109 > 110

laporan pendahuluan HIPERTENSI

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: laporan pendahuluan HIPERTENSI

LAPORAN PENDAHULUAN

A. KONSEP DASAR MEDIS

1. Pengertian

Hipertensi merupakan suatu gangguan pada sistem peredaran darah pada usia

pertengahan atau lebih tua.

Defenisi hipertensi adalah peningkatan tekanan darah dimana tekanan sistolnya

diatas 140 mmHg dan tekanan diastolnya diatas 90 mmHg. Sedangkan pada populasi

manula, hipertensi didefenisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg, dan tekanan

diastolik 90 mmHg.

Pada tahun 1997 JNC/DETH membuat klasifikasi tekanan darah untuk yang

berumur 18 tahun atau lebih.

Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Optimal

Normal

Normal – tinggi

Hipertensi

Derajat 1

Derajat 2

Derajat 3

< 120

< 130

130 – 139

140 – 159

160 – 179

> 180

dan

dan

atau

atau

atau

< 80

< 85

85 – 95

90 – 99

100 – 109

> 110

2. Etiologi

Dikenal 2 kelompok hipertensi yaitu hipertensi essensial (primer) yang meliputi 90

– 99% dari semua kasus – kasus hipertensi dan hipertensi sekunder yang meliputi 5 –

10% kasus.

Page 2: laporan pendahuluan HIPERTENSI

Hipertensi primer disebabkan oleh dua keadaan yang saling berpengaruh yaitu

faktor keturunan dan faktor lingkungan (faktor stress, konsumsi garam yang tinggi dan

kegemukan/cholesterol dan merokok). Sedangkan hipertensi sekunder disebabkan oleh

penyakit – penyakit seperti penyempitan arteri renalis atau penyakit parenkim ginjal,

berbagai obat, disfungsi organ, tumor dan kehamilan.

3. Pembagian hipertensi

a. Hipertensi primer atau hipertensi essensial

Hipertensi primer meliputi lebih kurang 90 % dari seluruh pasien hipertensi dan

penyebab dari hipertensi ini tidak diketahui. Namun ada sejumlah faktor resiko yaitu

usia, jenis kelamin dan turunan, stress psikologis, sosial dan stress seputar pekerjaan,

komsumsi garam, alkohol dan kopi yang berlebihan, obesitas dan gaya hidup yang

lebih banyak duduk.

b. Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder adalah keadaan terjadinya tekanan darah tinggi akibat

penyakit tertentu. Angka kekerapan berkisar 10 % dari semua penderita hipertensi.

Penyebab hipertensi sekunder yaitu :

1) Ginjal

(a) Glomerulonefritis.

(b) Pielonefritis.

(c) Nefritis tubulointerstisial.

(d) Nekrosis tubular akut.

(e) Kista.

(f) Nefrocalsinosis.

Page 3: laporan pendahuluan HIPERTENSI

(g) Tumor.

(h) Radiasi.

(i) Diabetes nefropati.

2) Renovaskuler

a) Atherosclerosis.

b) Hiperplasia.

c) Trombosis.

d) Aneurisma.

e) Emboli cholesterole.

f) Vaskulitis.

g) Rejeksi akut sesudah transplantasi.

3) Adrenal

a) Feokromositoma.

b) Aldosteronisme.

c) Syndrom cushing.

4) Aorta

a) Koartasio aorta.

b) Arteritis takayasu.

5) Neoplasma

a) Tumor William.

b) Tumor yang mensekresi renin.

6) Kelainan endokrin lain

a) Obesitas.

Page 4: laporan pendahuluan HIPERTENSI

b) Resistensi insulin.

c) Hypertiroidisme.

d) Hyperkalsemia.

e) Akromegali.

f) Syndrom carsinoid.

7) Saraf

a) Stress berat, psikosis.

b) Tekanan intra kranial meninggi.

c) Stroke.

d) Ensefalitis.

8) Toksemia pada kehamilan

9) Obat-obatan

a) Kontrasepsi oral.

b) Kortikosteroid.

4. Patofisiologi

Sampai sekarang pengetahuan tentang patofisiologi hipertensi primer terus

berkembang karena belum didapat jawaban yang memuaskan yang dapat menerangkan

terjadinya peningkatan tekanan darah.

Tekanan darah ditentukan oleh 2 faktor yaitu curah jantung dan tahanan perifer.

Berbagai faktor yang mempengaruhi curah jantung dan tahanan perifer akan

mempengaruhi tekanan darah.

Pada tahap awal hipertensi, curah jantung meningkat sedangkan tahanan perifer

normal, keadaan ini disebabkan oleh peningkatan aktivitas tonus simpatis pada tahap

Page 5: laporan pendahuluan HIPERTENSI

selanjutnya curah jantung kembali normal sedangkan tahanan perifer meningkat yang

disebabkan oleh refleks autoregulasi. Yang dimaksud dengan refleks autoregulasi ialah

mekanisme tubuh untuk mempertahankan keadaan hemodinamik yang normal. Oleh

karena curah jantung yang meningkat terjadi kontriksi sfingter prekapiler yang

mengakibatkan penurunan curah jantung dan peninggian tahanan perifer.

Peningkatan tahanan perifer pada hipertensi primer terjadi secara bertahap dalam

waktu yang lama sedangkan proses autoregulasi terjadi dalam waktu yang singkat. Oleh

karena itu, diduga terdapat faktor lain selain faktor hemodinamik yang berperan pada

hipertensi primer. Secara pasti belum diketahui faktor hormonal atau perubahan anatomi

yang terjadi pada pembuluh darah yang terpengaruh pada proses tersebut. kelainan

hemodinamik tersebut diikuti pula kelainan struktural pada pembuluh darah dan jantung.

Pada pembuluh darah terjadi hipertropi dinding sedangkan pada jantung terjadi penebalan

dinding ventrikel.

Sistem renin, angiotensin dan aldosteron berperan pada timbulnya hipertensi.

Produksi renin dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain stimulasi saraf simpatis.

Renin berperan pada proses konversi angiotensin I menjadi angiotensin II menyebabkan

sekresi aldosteron yang mengakibatkan retensi natrium dan air. Keadaan tersebut

berperan pada timbulnya hypertensi.

Intoleransi glukosa terjadi bersamaan dengan peningkatan kadar insulin dalam

plasma yang disebut sebagai hyperinsulinisme. Keadaan ini menunjukkan adanya

gangguan pengambilan glukosa oleh jaringan. Kadar glukosa darah yang tinggi

menyebabkan peningkatan produksi insulin oleh sel beta pangkreas sehingga terjadi

hiperinsulinisme tersebut. Terdapat beberapa kemungkinan mekanisme yang bekerja

Page 6: laporan pendahuluan HIPERTENSI

dalam pengaturan tekanan darah pada keadaan hiperinsulinisme ini, diantaranya adalah

pengaktifan saraf simpatis, peningkatan reabsorpsi natrium oleh tubulus proksimal ginjal.

Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalui saraf simpatis yang dapat

meningkatkan tekanan darah secara intermitten. Apabila stres berlangsung lama dapat

mengakibatkan peninggian tekanan darah yang menetap.

Olah raga lebih banyak dihubungkan dengan pengelolaan hipertensi karena olah

raga isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan

tekanan darah.

Rokok juga dihubungkan dengan hipertensi meskipun mekanisme yang pasti pada

manusia belum diketahui.

5. Gambaran klinis

Peninggian tekanan darah tidak jarang merupakan satu – satunya tanda pada

hipertensi primer. Bergantung pada tingginya tekanan darah, gejala yang timbul dapat

berbeda. Kadang – kadang hipertensi primer berjalan tanpa gejala, dan baru timbul gejala

setelah terjadi komplikasi pada organ target seperti pada ginjal, mata, otak dan jantung.

Gejala seperti sakit kepala, epistaksis, pusing, telinga berdengung, rasa berat

ditengkuk, sukar tidur, obesitas dan ansietas dapat ditemukan sebagai gejala klinis

hipertensi primer meskipun tidak jarang yang tanpa gejala.

6. Diagnosis

Diagnosis hipertensi tidak dapat ditegakkan dalam 1 kali pengukuran, hanya dapat

ditegakkan setelah 2 kali atau lebih pengukuran pada kunjungan yang berbeda, kecuali

terdapat kenaikan yang tinggi atau gejal-gejala klinis. Oleh karena itu setiap pasien

hipertensi harus diperiksa secara keseluruhan yang meliputi :

Page 7: laporan pendahuluan HIPERTENSI

a. Riwayat penyakit

Pada pasien hipertensi perlu ditonjolkan lamanya penderita, riwayat penderita, dan

gejala penyakit yang berkaitan dengan penyakit jantung koroner, jantung dan lain –

lain., riwayat penyakit dalam keluarga, gejala-gejala yang berkaitan dengan

hipertensi, perubahan aktifitas, kebiasaan seperti merokok, konsumsi makanan

(khususnya yang mengandung garam dan protein), faktor genetik dan psikososial.

b. Pemeriksaan fisik

Dalam pemeriksaan fisik perlu dilakukan pengukuran tekanan darah 2 kali dengan

jarak 5 menit, kemudian diperiksa. Dalam hal ini juga dilakukan pengukuran berat

badan untuk membandingkan antara berat badan dengan tinggi badan pasien karena

obesitas dan hipertensi mempunyai prognosa yang kurang baik. Kemudian dilakukan

pemeriksaan funduskopi untuk mengetahui adanya retinopati hipertensi.

c. Pemeriksaan laboratorium

Dalam pemeriksaan laboratorium rutin yang dilakukan sebelum melakukan terapi

bertujuan menentukan adanya kerusakan otak dan faktor resiko klien atau mencari

penyebab hipertensi. Biasanya diperiksa urine analisa, darah perifer lengkap, kimia

darah (kalsium, natrium, kreatini, gula darah puasa, kolesterol total,dan kolesterol

HDL dan EKG).

d. Pemeriksaan radiologi

Untuk melihat adanya pembesaran jantung pada hipertensi kronis dengan tanda –

tanda bendungan pembuluh darah pada stadium payah jantung hipertensi.

e. Pemeriksaan ekokardiografi

Page 8: laporan pendahuluan HIPERTENSI

Ekokardiografi merupakan salah satu pemeriksaan penunjang yang akurat untuk

memantau terjadinya hipertrofi ventrikel. Hemodinamik kardiovaskuler dan tanda –

tanda iskemia miokard yang menyertai penyakit jantung hipertensi pada stadium

lanjut.

f. Pemeriksaan khusus

1) Pielografi intravena

Menilai keadaan ginjal dan dilihat fungsi ekskresi ginjal dan ureter serta bentuk

dan besarnya ginjal.

2) Arteriografi renal

Dilakukan bila ada dugaan stenosis arteri renalis.

3) Pemeriksaan kadar renin plasma

Untuk mengevaluasi pasien oleh stenosis arteri renalis juga dipakai untuk

menentukan pola pengobatan.

7. Pengobatan dan perawatan

a. Pengobatan

Antihipertensi yang saat ini dipakai dapat dibagi atas :

1) Diuretik

Trazit, menghambat natrium di segmen kortikal ascending limb, loop henle dan

pada bagian awal tubulus distal.

Diuretik furosemid.

Diuretik dan aldakton dan triamferen, menghambat ekskresi natrium, sekresi

kalium dan hidrogen pada tubulus distal.

Page 9: laporan pendahuluan HIPERTENSI

2) Golongan penghambat simpatik

Menghambat aktivitas simpatis dapat terjadi pada pusat vasomotor otak seperti

metildopa dan klonidin atau pada akhir saraf perifer, seperti golongan reserpin

dan guanetidin.

3) Beta bloker

Menurunkan curah jantung dan efek penekanan sekresi renin yaitu jenis

penghambat reseptor beta 1 dan penghambat reseptor beda 1 dan 2 dan golongan

yang larut dalam lemak dan dalam air seperti asebutatol.

4) Vasodilator

Bekerja pada pembuluh dengan relaksasi otot polos dan akan mengakibatkan

penurunan resistensi vaskuler seperti prasosin dan minoksidil.

5) Penghambat enzim konversi angiotensin

Enzim konversi angiotensin, mengubah angiotensin I menjadi angiotensin II yang

aktif dan mempunyai efek vasokontriksi pembuluh darah seperti kaptopril dan

endapril.

6) Antagonis kalsium

Antagonis kalsium menghambat perpindahan kalsium melalui saluran kalsium,

menghambat pengeluaran kalsium dari pemecahan retikulum sarkoplasma dan

pengikat kalsium pada otot polos, pembuluh darah, golongan obat ini menurunkan

curah jantung dengan cara menghambat kontraktilitas dengan menggunakan

antagonis kalsium seperti : nifedifin, diltiazem atau verapamil.

Page 10: laporan pendahuluan HIPERTENSI

b. Perawatan

1) Menurunkan berat badan pada penderita hipertensi yang gemuk

2) Olah raga secara teratur.

3) Diet tinggi kalium, kalsium, magnesium dan serat.

4) Diet tinggi lemak tak jenuh.

5) Menghindari alkohol, minum kopi, merokok dan kolesterol (lemak).

6) Istirahat cukup

7) Monitor tekanan darah.

8) Teratur check up ke petugas kesehatan

9) Hindari stress.

8. Komplikasi

Pada hipertensi ringan dan sedang, komplikasi jantung koroner lebih banyak

ditemukan dibandingkan komplikasi lain yang timbul akibat hipertensi berat.

Alat tubuh yang sering terserang akibat hipertensi adalah mata, ginjal, jantung dan

otak.

a. Pada mata berupa perdarahan retina, gangguan penglihatan sampai kebutaan.

b. Payah jantung merupakan kelainan yang sering ditemukan pada hipertensi berat

disamping kelainan koroner dan miokard.

c. Pada otak sering terjadi perdarahan akibat pecahnya mikroaneurisma yang dapat

mengakibatkan kematian. Kelainan lain disebut stroke.

Page 11: laporan pendahuluan HIPERTENSI

d. Pada kelainan lain dapat terjadi adalah proses tromboemboli dan serangan iskemia

otak sementara maupun permanen.

e. Gagal ginjal sering dijumpai sebagai komplikasi hipertensi lama maupun pada proses

akut seperti pada hipertensi maligna.

B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN

1. Pengkajian

Dasar Data Pengkajian Pasien

a. Aktifitas

Gejala : Kelemahan, letih nafas pendek, gaya hidup monoton.

Tanda : Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, tachypnea.

b. Sirkulasi

Gejala : Riwayat hipertensi, atherosklerosis, penyakit jantung kongesti/katup dan

penyakit serebrovaskuler.

Tanda : Kenaikan tekanan darah.

Nadi: denyutan jelas dari karotis, jugularis, radialis, perbedaan denyut.

Denyut apical: titik point of maksimum impuls, mungki bergeser atau

sangat kuat.

Frekuensi/irama: takikardia, berbagai disritmia.

Bunyi jantung: tidak terdengar bunyi jantung I, pada dasar bunyi jantung

II dan bunyi jantung III.

Murmur stenosis valvular.

Distensi vena jugularis/kongesti vena.

Page 12: laporan pendahuluan HIPERTENSI

Desiran vaskuler tidak terdengar di atas karotis, femoralis atau epigastrium

(stenosis arteri).

Ekstremitas: perubahan warna kulit, suhu dingin, pengisian kapiler

mungkin lambat atau tertunda.

c. Integritas ego

Gejala : Riwayat kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, marah kronik, factor

stress multiple.

Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinu perhatian, tangisan

yang meledak, gerak tangan empati, muka tegang, gerak fisik, pernafasan

menghela nafas, penurunan pola bicara.

d. Eliminasi

Gejala : Gejala ginjal saat ini atau yang lalu (misalnya: infeksi, obstruksi atau

riwayat penyakit ginjal masa lalu).

e. Makanan dan cairan

Gejala : Makanan yang disukai mencakup makanan tinggi garam, lemak, kolesterol

serta makanan dengan kandungan tinggi kalori.

Tanda : Berat badan normal atau obesitas.

Adanya edema, kongesti vena, distensi vena jugulalaris, glikosuria.

f. Neurosensori

Gejala : Keluhan pening/ pusing, berdenyut, sakit kepala sub occipital.

Episode bebas atau kelemahan pada satu sisi tubuh.

Gangguan penglihatan dan episode statis staksis.

Page 13: laporan pendahuluan HIPERTENSI

Tanda : Status mental: perubahan keterjagaaan, orientasi. Pola/isi bicara, afek,

proses fikir atau memori.

Respon motorik: penurunan kekuatan, genggaman tangan

Perubahan retinal optik: sclerosis, penyempitan arteri ringan – mendatar,

edema, papiladema, exudat, hemorgi.

g. Nyeri/ketidaknyamanan

Gejala : Angina (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung).

Nyeri tungkai yang hilang timbul/klaudasi.

Sakit kepala oxipital berat.

Nyeri abdomen/massa.

h. Pernafasan (berhubungan dengan efek cardiopulmonal tahap lanjut dari hipertensi

menetap/berat).

Gejala : Dispnea yang berkaitan dengan aktifitas/kerja tachypnea, ortopnea,

dispnea, nocturnal paroxysmal, batuk dengan/tanpa pembentukan sputum,

riwayat merokok.

Tanda : Distress respirasi/penggunaan otot aksesori pernafasan, bunyi nafas

tambahan, sianosis.

i. Keamanan

Keluhan : Gangguan koordinasi/cara berjalan.

Gejala : Episode parastesia unilateral transien, hypotensi postural.

Diagnosa keperawatan

a. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung

b. Intolerans aktifitas

Page 14: laporan pendahuluan HIPERTENSI

c. Nyeri (akut)

d. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh.

e. Koping individual tidak efektif

f. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi rencana pengobatan.

2. Perencanaan

a. Curah jantung, penurunan, resti, terhadap.

Berhubungan dengan : Peningkatan afterload, vasokontriksi, iskemia myokardia,

hypertropi/rigiditas (kekakuan) ventrikuler,

Tujuan:

- Mempertahankan tekanan darah dalam rentang individu yang dapat diterima.

- Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil dalam rentang dan pasien.

Intervensi dan rasional:

1.) Pantau tekanan darah.

Rasional: perbandingan dari tekanan memberikan gambaran yang lebih lengkap

tentang keterlibatan/bidang masalah vaskuler.

2.) Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer.

Rasional: denyutan karotis, jugularis, radialis, dan femoralis mungkin diamati

atau tekanan palpasi. Denyutan pada tungkai mungkin menurun: efek

dari vasokontraksi.

3.) Auskultasi tonus jantung dan bunyi nafas.

Rasional:bunyi jantung IV umum terdengar pada hipertensi berat dan kerusakan

fungsi adanya krakels mengi dapat mengindikasi kongesti paru

sekunder terhadap atau gagal jantung kronik.

Page 15: laporan pendahuluan HIPERTENSI

4.) Amati warna kulit, kelembaban suhu, dan masa pengisian kapiler.

Rasional: mungkin berkaitan dengan vasokontraksi atau mencerminkan

dekompensasi atau penurunan curah jantung.

5.) Catat edema umum/tertentu.

Rasional: mengindikasi gagal jantung, kerusakan ginjal atau vaskuler.

6.) Beri lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktifitas/keributan lingkungan dan

batasi jumlah pengunjung dan lamannya tinggal.

Rasional: membantu untuk menurunkan rangsangan simpatis, menurunkan

relaksasi.

7.) Pertahankan pembatasan aktifitas (jadwal istirahat tanpa gangguan, istirahat di

tempat tidur/kursi), bantu pasien melakukan aktifitas perawatan diri sesuai

kebutuhan.

Rasional: menurunkan stress dan ketegangan yang mempengaruhi tekanan darah

dan perjalanan penyakit hipertensi.

8.) Lakukan tindakan yang nyaman (pijatan punggung dan leher, meninggikan kepala

tempat tidur).

Rasional: mengurangi ketidaknyamanan dan dapat menurunkan rangsang

simpatis.

9.) Anjurkan tehnik relaksasi, distraksi, dan panduan imajinasi.

Rasional: menurunkan rangsangan stress membuat efek tenang, sehingga akan

menurunkan tekanan darah.

10.) Pantau respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah.

Page 16: laporan pendahuluan HIPERTENSI

Rasional: respon terhadap terapi obat tergantung pada individu dan efek sinergis

obat.

Kolaborasi:

11.) Berikan obat-obat sesuai indikasi seperti:

Diuretik tiazoid: diuril, esidrix, bendroflumentiazoid

Rasional: dapat memperkuat agen antihipertensi lain dengan membatasi retensi

cairan.

Diuretic loop: furosemid, etakrinic, bumetanoid, dan lain-lain.

Rasional: menghasilkan diuresis kuat dengan menghambat resorpsi natrium dan

klorida.

12.) Berikan pembatasan cairan dan diet natrium sesuai indikasi.

Rasional: dapat menangani retensi cairan dengan respon hipertensi yang dapat

melibatkan beban kerja jantung.

13.) Siapkan untuk pembedahan bila ada indikasi.

Rasional: bila hipertensi berhubungan dengan adanya fcokromositoma maka

pengangkatan tumor dapat memperbaiki kondisi.

b. Intoleran aktifitas

Berhubungan dengan: kelemahan umum, ketidakseimbangan antara suplai dan

kebutuhan O2

Tujuan: Berpartisipasi dalam aktifitas yang diinginkan/diperlukan.

Melaporkan peningkatan dalam toleransi aktifitas yang dapat diukur.

Menunjukkan penurunan dalam tanda-tanda toleransi fisiologis.

Intervensi dan rasional:

Page 17: laporan pendahuluan HIPERTENSI

1.) Kaji respon pasien terhadap aktifitas frekuensi nadi, peningkatan tekanan darah

yang nyata selama/sesudah aktifitas, dyspnea, nyeri dada, keletihan, dan

kelemahan, diasporesis, pusing, dan pingsan.

Rasional: menyebutkan parameter membantu dalam mengkaji respon fisiologis

stress terhadap aktifitas dan bila ada merupakan indicator dari kelebihan

kerja yang berkaitan dengan tingkat aktifitas.

2.) Instruksikan tehnik penghematan energi (menggunakan kursi saat mandi, duduk,

menyisir rambut atau menyikat gigi, lakukan aktifitas dengan perlahan.

Rasional: dapat mengurangi penggunaan energi dan membantu keseimbangan

antara suplai antara suplai dan kebutuhan O2.

3.) Berikan dorongan untuk melakukan aktifitas/perawatan diri bertahap jika dapat

ditoleransi. Berikan bantuan sesuai kebutuhan.

Rasional: kemajuan aktifitas bertahap mencegah penurunan kerja jantung tiba.

c. Nyeri (akut), sakit kepala berhubungan dengan: peningkatan tekanan vaskuler

serebral.

Tujuan: melaporkan nyeri/ketidaknyamanan hilang/tidak terkontrol

Mengungkapkan metode yang memberikan pengurangan

Intervensi dan rasional:

1.) Mempertahankan tirah baring selama fase akut.

Rasional: meminimalkan stimulasi atau menurunkan relaksasi.

2.) Berikan kompres dingin pada dahi, pijat punggung, dan leher, tenang, redupkan

lampu kamar, tehnik relaksasi.

Page 18: laporan pendahuluan HIPERTENSI

Rasional: menurunkan tekanan vaskuler serebral dan yang memperlambat/

memblok respon simpatis efektif dalam menghilangkan sakit kepala dan

komplikasi.

3.) Hilangnya/minimalkan aktifitas vasokonstriksi yang dapat menurunkan dan sakit

kepala, misalnya: batuk panjang, mengejan saat BAB, dan lain-lain.

Rasional: menyebabkan sakit kepala pada adanya tekanan vaskuler serebral

karena aktifitas yang meningkatkan vaskonotraksi.

4.) Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan.

Rasional: pusing dan pengelihatan kabur sering berhubungan dengan sakit kepala.

5.) Berikan cairan, makanan lunak, perawatan mulut yang teratur bila terjadi

perdarahan hidung atau kompres di hidung telah dilakukan untuk menghentikan

perdarahan.

Rasional: menaikkan kenyamanan kompres hidung dapat mengganggu menelan

atau membutuhkan nafas dengan mulut, menimbulkan stagnasi sekresi

oral dan mengeringkan mukosa.

Kolaborasi:

6.) Berikan sesuai indikasi:

- Analgesik menurunkan/mengontrol nyeri dan menurunkan rangsangan system

saraf simpatis.

- Antiancietas (diazepam, lorazepam)

Rasional: dapat mengurangi tegangan dan ketidaknyamanan yang diperbuat oleh

stress.

Page 19: laporan pendahuluan HIPERTENSI

d. Nutrisi, perubahan, lebih dari kebutuhan tubuh

Berhubungan dengan: Masukan berlebihan sehubungan dengan metabolic

Pola hidup monoton.

Keyakinan budaya.

Tujuan:

- Mengidentifikasi hubungan antara hipertensi dan kegemukan.

- Menunjukkan perubahan pola makan.

- Mempertahankan berat badan yang diinginkan dengan pemeliharaan kesehatan

optimal.

- Melakukan/mempertahankan program olahraga yang tepat.

Intervensi dan rasional:

1.) Kaji pemahaman pasien tentang hubungan langsung antara hipertensi dan

kegemukan.

Rasional: kegemukan adalah resiko tambahan pada hipertensi karena kondisi

proporsi antara kapasitas aorta dan peningkatan curah jantung

berkaitan dengan peningkatan massa tubuh.

2.) Bicarakan pentingnya menurunkan masukan kalori dan batasi masukan lemak,

garam, gula sesuai indikasi.

Rasional: kesalahan kebiasaan maksimum menunjang terjadinya atherosklerosis

dan kegemukan yang merupakan predisposisi untuk hipertensi dan

komplikasinya.

3.) Tetapkan keinginan pasien untuk menurunkan berat badan.

Page 20: laporan pendahuluan HIPERTENSI

Rasional: motivasi penurunan berat badan adalah internal. Individu harus

berkeinginan untuk menurunkan berat badan bila tidak maka program

sama sekali tidak berhasil.

4.) Kaji ulang masukan kalori harian dan pilihan diet.

Rasional: membantu dalam menentukan kebutuhan individu untuk

penyesuaian/penyuluhan dan mengidentifikasi kekuatan/ kelemahan

dalam program diet terakhir.

5.) Instruksikan dan bantu memilih makanan yang tepat, hindari makanan dengan

kejenuhan lemak tinggi dan kolesterol.

Rasional: penting untuk mencegah perkembangan aterogenesis.

Kolaboratif

6.) Rujuk ke ahli gizi sesuai indikasi.

Rasional: memberikan konseling dan bantuan dengan memenuhi kebutuhan diet

individual.

e. Koping individual, inefektif berhubungan dengan:

- Krisis situasional/diaturasional.

- Perubahan hidup beragam.

- Relaksasi tidak adekuat.

- System pendukung tidak adekuat.

- Persepsi tidak realistic.

- Sedikit atau tidak pernah olahraga.

- Nutrisi buruk.

- Harapan yang tidak terpenuhi.

Page 21: laporan pendahuluan HIPERTENSI

- Kerja tidak berlebihan.

- Metode koping tidak efektif.

Tujuan:

- Mengidentifikasi kesadaran kemampuan koping/kekuatan pribadi.

- Mengidentifikasi potensial situasi stress dan mengambil langkah untuk

menghindari/mengubahnya.

- Mendemonstrasikan penggunaan keterampilan/metode koping efektif.

Intervensi dan rasional:

1.) Kaji keefektifan strategi koping dengan mengobservasi perilaku, misalnya:

kemampuan menyatakan perasaan dan perhatian, keinginan berpartisipasi dalam

rencana pengobatan.

Rasional: mekanisme adaptif perlu untuk mengubah pola hidup seseorang,

mengatasi hipertensi kronik, dan mengintegrasikan terapi yang

diharuskan ke dalam kehidupan sehari-hari.

2.) Catat laporan gangguan tidur, peningkatan keletihan, kerusakan konsentrasi,

peka rangsang, penurunan toleransi sakit kepala, ketidakmampuan untuk

mengatasi atau menyelesaikan masalah.

Rasional: manifestasi mekanisme koping maladaptik mungkin merupakan

indicator marah yang ditekan dan diketahui telah menjadi penentu

utama tekanan darah diastolic.

3.) Bantu pasien untuk mengidentifikasi stressor spesifik dan kemungkinan strategi

untuk mengatasi atau menyelesaikan masalah.

Page 22: laporan pendahuluan HIPERTENSI

Rasional: pengenalan terhadap stressor adalah langkah pertama dalam mengubah

respon seseorang terhadap stressor.

4.) Libatkan pasien dalam perencanaan perawatan dan berikan dorongan partisipasi

maksimum dalam rencana pengobatan.

Rasional: memperbaiki keterampilan koping dan dapat meningkatkan kerjasama

dalam regimen teraupetik.

5.) Dorong pasien untuk mengevaluasi prioritas atau tujuan hidup.

Rasional: focus perhatian pasien pada realitas situasi yang ada relatif terhadap

pandangan pasien tentang apa yang diinginkan.

f. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar), mengenai kondisi rencana pengobatan

berhubungan dengan:

- Kurang pengetahuan/daya ingat

- Misinterpretasi informasi

- Keterbatasan kopnitif.

- Menyangkal diagnosa.

Tujuan:

- Menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan regimen pengobatan

- Mempertahankan tekanan darah dalam parameter normal.

- Mengidentifikasi efek samping obat dan kemungkinan komplikasi yang perlu

diperhatikan.

Intervensi:

1.) Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar, termasuk orang terdekat.

Rasional : Mengidentifikasi kemampuan klien dalam menerima pembelajaran.

Page 23: laporan pendahuluan HIPERTENSI

2.) Tetapkan dan nyatakan batas tekanan darah normal, jelaskan tentang hipertensi dan

efeknya pada jantung, pembuluh darah, ginjal, dan otak.

Rasional : Meningkatkan pengetahuan klien tentang tekanan darah normal dan

efek hipertensi.

3.) Hindari mengatakan tekanan darah normal dan gunakan istilah terkontrol dengan baik

saat menggambarkan tekanan darah pasien dalam batas yang diinginkan.

Rasional : Tekanan darah normal pada setiap orang berbeda tergantung pada

banyak faktor.

4.) Bantu pasien dalam mengidentifikasi factor-faktor resiko kardiovaskuler yang dapat

diubah misalnya obesitas, diet, tinggi lemak jenuh, kolesterol, pola hidup monoton,

dan minum alcohol, pola hidup stress.

Rasional : Mencegah meningkatnya tekanan darah dengan memperhatikan faktor –

faktor resiko.

5.) Rekomendasikan untuk menghindari mandi air panas, ruang penguapan, penggunaan

alcohol yang berlebihan.

Rasional : Dapat menyebabkan tekanan darah berubah – ubah.

6) Anjurkan pasien untuk berkonsultasi dengan pemberi perawatan sebelum

menggunakan obat.

Rasional : Menghindari terjadinya resiko overdosis obat.

7) Instruksikan pasien tentang peningkatan masukan makanan atau cairan tinggi kalium.

Rasional : Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh.

Page 24: laporan pendahuluan HIPERTENSI

Daftar Pustaka

Corwin, Elizabeth J. 2000. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC

Doenges, EM(2000). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta. EGC.

Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius

Price, Silvia A & Wilson, Lorraine M. 2006. Patofisiologi Edisi 6.Jakarta: EGC

Smeltzer, Suzame C. 2001. Buku Ajar Medikal Bedah. Jakarta: EGC

www.google.com/search/ASKEP%20HIPERTENSI%20«%20Moveamura’s%20Weblog.mhtdiakses tanggal 21 oktober 2012. Pukul 22.15 wita