Upload
chairunisa-anggraini
View
336
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
laporanm
Citation preview
PENDARAHAN DI LUAR HAID KARENA POLIP
I. LAPORAN PENDAHULUAN PENDARAHAN di LUAR KARENA POLIP
A. HIPERMENOROE
1. PENGERTIAN:
Pendarahan di luar haid (hipermenorea) ialah pendarahan haid yang lebih
bayak dari noramal atau lebih lama dari normal (lebih dari 8 hari). Merupakan
perdarahan yang terjadi diluar haid dengan penyebab kelainan hormonal atau kelainan organ
genitalia
Pada haid normal, jumlah darah yang keluar tidak lebih dari 40 ml dan
berhenti setelah proses pengelupasan endometrium berakhir.
Perdarahan terjadi dalam masa antara 2 haid. Perdarahan ini tampak terpisah dan
dapat dibedakan dari haid, atau 2 jenis pendarahan ini menjadi satu; yang pertama dinamakan
metroragia, yang kedua menometroragia.
2. PENYEBAB
Sebab-sebab organicPerdarahan dari uterus, tuba dan ovarium disebabkan oleh
kelainan pada :
a) serviks uteri, seperti polipus servisis uteri, erosio porsionis uteri, ulkus pada
porsio uteri, karsinoma sevisis uteri.
b) Korpus uteri, seperti polip endometrium, abortus imminens, abortus sedang
berlangsung, abortus inkompletus, mola hidatidosa, koriokarsinoma,
subinvolusio uteri, karsinoma korporis, uteri, sarcoma uteri, mioma uteri.
c) Tuba fallopi, seperti kehamilan ektopik terganggu, radang tuba, tumor tuba;
d) Ovarium, seperti radang ovarium, tumor ovarium.
Sebab-sebab fungsional
Perdarahan dari uterus yang tidak ada hubungannya dengan sebab organic dinamakan
perdarahan disfungsional. Perdarahan disfungsional dapat terjadi pada setiap umur
antara menarche dan menopause.
3. PATOLOGI
Schroder pada tahun 1915, setelah penelitian histopatologik pada uterus dan ovarium
pada waktu yang sama, menarik kesimpulan bahwa gangguan perdarahan yang dinamakan
metropatia hemoragika terjadi karena persistensi folikel yang tidak pecah sehingga tidak
terjadi ovulasi dan pembentukan korpus liteum. Akibatnya terjadilan hyperplasia
endometrium karena stimulasi estrogen yang berlebihan dan terus menerus. Penjelasan ini
masih dapat diterima untuk sebagian besar kasus-kasus perdarahan disfungsional.
Pembagian endometrium dalam endometrium jenis non sekresi penting artinya, karena ,
karena dengan demikian dapat dibedakan perdarahan yang anovulatoar dari yang uvoltoar,
klasifikasi ini mempunyai nilai-nilai klinik karena kedua jenis perdarahan disfungsional ini
mempunyai dasar etiologi yang berlainan dan memerlukan penanganan yang berbeda. Pada
perdarahan disfungsional yang ovulatoar, gangguan dianggap berasal dari faktor-faktor
neuromuscular, vasomotorik, atau hematoogik, yang mekanismenya be,um seberapa
dimengerti, sedangkan perdarahan anovulaoar biasanya dianggap bersumber pada gangguan
endokrin.
4. GAMBARAN KLINIK
a. Perdarahan ovulatoar
Perdarahan ini merupakan kurang lebih 10% dari perdarahan disfungsional dengan siklus
pendek (polimenorea) atau panjang (oligomenorea), perdarahan ovulatoar perlu dilakukan
kerokan pada masa mendekati haid. Jika karena perdarahan yang lama dan tidak teratur
siklus haid tidak dikenali lagi.
Perdarahan berasal dari endometrium tipe sekresi tanpa adanya sebab organik, maka
harus dipikirkan sebagai etiologinya :
1. Korpus leteum persistens; dalam hal ini dijumpai perdarahan kedang-kadang
bersamaan dengan ovarium membesar. Sindrom ini harus dibedakan dari kehamilan
ektopik.
2. Insifisiensi korpus luteum dapat menyebabkan premenstrual spotting, menoragia atau
polimenorea
3. Apopleksia uteri; pada wanita dengan hipertensi dapat terjadi pecahnya pembuluh
darah dalam uterus.
4. Kelainan darah; seperti anemia, purpura trombositopenik, dan gangguan dalam
mekanisme pembekuan darah.
b. Perdarahan anovulatoar
Stimulasi dengan estrogen menyebabkan tumbuhnya endometrium. Dengan menurunnya
kadar estrogen di bawah tingkat tertentu, timbul perdarahan yang kadang-kadang bersifat
siklis, kadang-kadang tidak teratur sama sekali. Fluktuasi kadar estrogen ada sangkut
pautnya dengan jumlah folikel yang pada suatu waktu fungsional aktif.
4. DiAGNOSIS
Perlu ditanyakan bagaimana mulainya perdarahan, apakah didahului oleh siklus yang
pendek atau oleh oligomenorea/amenorea, sefat perdarahan (banyak atau sedikit-sedikit, sakit
atau tidak), lama perdarahan dan sebagainya. Kecurigaan terhadap salah satu penyakit
tersebut hendaknya menjadi dorongan untuk melakukan pemeriksaan dengan teliti kearah
penyakit yang bersangkutan.
5. PENANGANAN
Pengeluaran darah pada perdarahan disfungsional sangat banyak, dalam hal ini
penderita harus istirahat baring dan diberi transfuse darah. Setelah pemeriksaan ginekologik
menunjukan bahwa perdarahan berasal dari uterus dan tidak ada abortus incomplete,
perdarahan untuk sementara waktu dapat dipengaruhi dengan hormon steroid.
Dapat diberikan :
a. Estroten dalam dosis tinggi, supaya kadarnya dalam darah meningkat dan perdarahan
berhenti. Dapat diberikan secara intramuskulus dipriopionas estradiol 2,5 mg, atau
benzoas estradiol1,5 mg, atau valeras estradiol 20 mg. keberatan terapi ini adalah
bahwa setelah suntikan dihentikan, perdarahan timbul lagi.
b. Progesteron: pertimbangan disini adalah bahwa sebagian besar perdarahan fungsional
bersifat anovulatoar, sehingga pemberian progesterone mengimbangan pengaruh
estrogen terhadap endometrium. Dapat diberikan kaproas hidrokksi-progesteron 125
mg, secara intramuscular, atau dapat diberikan per os sehari norethondrone 15 mg
atau asetas medroksi-progesteron (Provera) 10 mg, yang dapat diulangi. Terapi ini
berguna pada wanita dalam masa pubertas.
B. . POLIP
1. PENGERTIAN
Polip adalah pertumbuhan bertangkai vaskular jinak yang biasanya muncul
pada endometrium serviks dan menonjol melebihi ostium uteri eksternaum. Polip
lazim menyebabkan pendarahan serviks, karena ujungnya cenderung mudah berdarah
pada sentuhan (pencuncian atau sanggama). Polip juga sering berdarah beberapa hari
setelah atau sebelum haid.
Polip-polip kandungan adalah pertumbuhan-pertumbuhan yang terlalu cepat,
atau tonjolan-tonjolan yang tidak berbahaya dari jaringan normal yang melapisi
kandungan kedalam rongga kandungan. Polip-polip mungkin juga ditemukan pada
cervix kandungan. Polip-polip biasanya melekat pada kandungan yang mendasarinya
dengan dasar atau batang, dan mereka bervariasi dalam ukuran. Polip-polip hanya
jarang mengandung sel-sel kanker. Mereka adalah paling umum pada wanita-wanita
berumur 40an.
2. GEJALA
Polip-polip kandungan mungkin tidak menghasilkan segala gejala-gejala.
Bagaimanapun, beberapa wanita-wanita mungkin mengalami:
perdarahan vagina yang tidak beraturan,
perdarahan setelah hubungan seksual, atau
perdarahan menstruasi yang berat.
3. DIAGNOSA
Adakalanya, polip-polip keluar melalui mulut cervix (leher rahim) sehingga
mereka terlihat sewaktu pemeriksaan speculum, seperti sewaktu pap smear. Diagnosis
adalah dengan ultrasound atau pemeriksaan dibawah mikroskop dari jaringan yang
dikeluarkan sewaktu sampling (pengambilan contoh) kandungan. Diagnosis dapat
juga dibuat dengan hysteroscopy, pemasukan dari scope yang mengizinkan
visualisasi dari rongga kandungan dari dalam. Adalah seringkali mungkin untuk
mengeluarkan polip-polip sewaktu prosedur ini. Curettage, prosedur dimana lapisan
kandungan dikeluarkan, dapat digunakan untuk menyembuhkan polip-polip
endometrial pada kebanyakan kasus-kasus.
Tes Sitologi serviks (Apusan Pap): Apusan sitologi serviks dan sambungan
skuamolummer dan endoserviks sangat bermaat untuk evaluasi penyakit
serviks yang tidak terlihat. Gambaran dysplasia atau kemungkinan keganasan
menunjukkan kebutuhan untuk evaluasi diagnostic tambahan.
Biakan serviks: memberikan diagnosi bakteriologi spesifik bila diduga gonorre
atau bila terlihat secret purulen.
Kolposkopi : sering dianjurkan untuk evaluasi lesi pada serviks yang
mencurigakan atau apusan sitologi yang abnormal.
Biopsi : memberikan diagnosis histologi definitive. Biopsi yang diarahkan
dengan kolkoskopi ditambah kuretase endoserviks dpat menyingkirkan atau
memastikan keganasan serviks.
4. MACAM-MACAM POLIP
POLIP SERVIKS
Polip yang berukuran kecil, tumbuh tumbuh di muka serviks atau pada saat
endoservik dan menonjol pada mulut serviks. Polip serviks adalah proliferasi local
mukosa servikal yang muncul sebagai lesi lunak, merah, ludah berdarah, yang
biasanya menggantung. Lesi ini biasanya bertingkai pendek tetapi dasar yang
lebar.ujungnya bertangkai berasal dari mukosa intraservikal tapi dapat pula tumbuh
dari portio.
MAKROKOSPIS
Ini biasanya hanya berdiameter beberapa millimeter tetapi dapat
mencapai beberapa sentimeter, dapat tunggal atau multiple dan rapuh kadang-
kadang tangkainya jadi panjang dan menonjol dari introitus. Kalau asalnya
dari portio konsistensinya lebih keras dan pucat dengan tangkai yang tebal.
Vaskularisasai, ulserasi, dan infeksi sekunder menerangkan pendarahan yang
ditimbulkan oleh lesi yang kecil ini. Meskipun keganasan sangat rendah,
karsinoma skuama dan adenokarsinoma dapat berkembang pada polip ini.
PENYEBAB
Belum jelas meskipun penampilannya menggambarkan respon epitel
endoservix terhadap peradangan.
TANDA dan GEJALA
Polip servix menimbulkan pendarahan pada vagina. Pendarahan pasca
coitus atau pada saat pencuciaan merupakan gejala yang tersering dijumpai.
Banyak polip sevix tidak memberikan gejala, tetapi ada gejala utama adalah
dasar diagnose pendarahan intermiten dan gejala-gajal umum ketiga bentuk
abnormal tersebut:
- Leukorea yang sulit disembuhkan.
- Terasa discomfort dalam vagina.
- Kontak berdarah.
- Terdapat infeksi.
.DIAGNOSA
Diagnosisnya dibuat dengan menginspeksi servik. Jika terdapat
perdarahan, harus dilakukan pemeriksaan untuk menyingkirkan kelainan,
terutama keganasan serviks dan endometrium. Diagnosis dibuat dengan
melakukan inspeksi pada servik. Diagnosa secara mikroskopis
- Asal/patologi : serviks
- Asal : - servik - bertangkai
- Identitas : - agak padat - tertutup epitel - Bernanah - Warna merah
PENAGANAN atau TERAPI
Bila polip mempunyai tangkai kurus, tangkainya digenggam dengan
forsep polip dan diputar beberapa kali sampai dasar polipnya terlepas dari
jaringan servik dasarnya. Bila terdapat perdarahan pervaginam abnormal,
maka diperlukan curettage di RS untuk menyingkirkan keganasan servik dan
endometrium.
TERAPI:
- Dilakukan ekstervasi pada tangkainya
- Dilakukan curettage sehingga seluruhnya dapat dikeluarkan
-Cauterisasi
POLIP ENDOMETRIUM
Polip endometrium menggambarkan diagnosis dini nyata. Polip yang muncul
di daerah endometrium dapat berupa suatu mioma, karsinoma, karsinokarsinoma, atau
hanya suatu hyperplasia endometrium polipoid,. Histerektomi memberikan diagnosis
nyata dan tepat, tetapi diagnosis patologik hanya dapat dilakukan dengan pemeriksaan
histologi.
Sekitar 5 % dari polip endometrium disertai dengan keganasan, kebanyakan
pada pada wanita pasca menopause. Sebagian besar polip endometrium terdiridari
jaringan endometrium yang benigna dan cukup banyak diantaranya yang
asimptomatik. Tetapi sebagian besar disertai dengan pendarahan abnormal (terutama
perdarahan antar haid atau pasca menopause) terutama kalau polip itu cukup besar
untuk menonjol keluar menembus mulut serviks. Diagnosis danterapi harus berupa D
dan C fraksional dengan menggunakan forsep polip endometrium. Polip endometrium
dapat terlewatkan pada D dan C yang tidak dilakukan dalam hubungannya dengan
histerektomi.
5. PENATALAKSANAAN
Dapat diavulsi dengan memutar tangkai lepas dari perlekatannya ke
endoserviks. Dengan pedikel yang lebar maka titik perlekatan diklem dan ikatan
dibuat antara klem dan serviks. Polip yang dieksisi dikirimkan ke laboratorium
patologi untuk pemeriksaan mikroskopi. Jika tangkainya lebar atau ada riwayat
pendarahan yang abnormal maka pengangkatan dalam kamar operasi lebih disuka
DAFTAR PUSTAKA
Cunningham, Gary, dkk.2006. Obstetri William ed.21. Jakarta: Kebidanan ECG
Mochtar, Rustam. 1989. Sinopsis Obstetri.Jakarta: ECG
Prawiroharjo, Sarwono.2003. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Varney, Helen Dkk.2007. Buku4 Ajar Asuhan Kebidanan ed. 4 vol. Jakarta:ECG
Manuaba, Ida Bgus Gede. 1999. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita.
Jakarta :Arcan
http://www.frenszone.com/blogs.php?
action=show_member_post&ownerID=39025&post_id=4358
http://www.drdidispog.com/2008/07/polyp-cervix-polip-serviks.html
II. KONSEP ASUHAN KEBIDANAN MENURUT VARNEY
Asuhan kebidanan yang diberikan pada ibu hamil dilakukan dengan pendekatan
manajemen Varney. Penerapan 7 langkah manajemen menurut Varney di dalam
memberi asuhan kebidanan pada ibu hamil secara sistematis sebagai berikut:
I. Pengumpulan Data
Mengumpulkan data subyektif dan data obyektif, berupa data focus yang
dibutuhkan untuk menilai keadaan ibu sesuai dengan kondisinya, menggunakann
anamnesa, pemeriksaan fisik, penimbangan berat badan, tinggi badan, dan
pemeriksaan laboratorium. Jenis data yang dikumpulkan adalah :
a. Data subyektif yang terdiri dari :
- Biodata ibu dan suami
- Alasan ibu memeriksakan diri
Ibu biasanya mengeluh adanya perdarahan yang abnormal : hipermenore.
Mengeluh pada saat coitus mengalami pendarahan, terjadi keputihan yang lama
tidak sembuh-sembuh.
- Riwayat menstruasi
Menarche. Siklus : tidak teratur. Lamanya haid 20 hari. Banyaknya : 3-4 x ganti
pembalut tiap hari. Warna darah : merah kehitaman kadang bergumpal.
Dismenore : ya, pada saat sebelum, selama maupun setelah haid. Flor albus :
kadang-kadang terdapat flour albus. HPHT
- Riwayat perkawinan
Kawin/tidak, usia pertama kali menikah, lamanya menikah, berapa kali
menikah.
- Riwayat kehamilan sekarang (jika ada)
- Riwayat kebidanan yang lalu
- Riwayat pemakaian alat kontrasepsi
- Riwayat kesehatan
Klien : Jantung, DM, TBC, Hepatitis, Ginjal, Asma, (tidak ada). Biasanya
mengalami gangguan dalam siklus haid seperti Hipermenore.
Keluarga : Jantung, DM, TBC, Hepatitis, Ginjal, Asma, (tidak ada). Biasanya
dalam keluarga terdapat salah satu anggota keluarga yang menderita sakit yang
sama seperti polip
- Riwayat biopsikososial spiritual
Pola nutrisi, pola eliminasi : nyeri pada saat BAK, poli uri, retensi urine, pola
istirahat : pola aktivitas, pola spritual, pola hubungan seksual.
- Pengetahuan ibu tentang tanda bahaya kehamilan.
Tehnik yang digunakan untuk mengumpulan data subyektif yaitu dengan anamnesa.
Keadaan Umum
Kesadaran
Tanda-tanda Vital
Tekanan darah, nadi, suhu, berat badan, tinggi badan
Pemeriksaan Fisik
1. Kepala dan muka : tidak ada masalah
2. Mata : kalau perdarahan banyak biasanya konjungtiva pucat, sklera putih.
3. Telinga : tidak terdapat masalah
4. Hidung : tidak terdapat masalah
5. Mulut dan Gigi : tidak terdapat masalah
6. Leher : tidak terdapat masalah
7. Dada : tidak ada masalah
8. Abdomen : terdapat nyeri tekan pada perut bagian bawah, teraba massa
pada uterus
9. Genetalia : adanya keluaran darah
10. Anus : timbul rasa sakit saat defekasi
11. Ekstremitas : atas : kadang terdapat oedem
bawah : kadang terdapat edema tungkai
Pemeriksaan Dalam
portio konsistensinya lebih keras dan pucat dengan tangkai yang tebal.
Pemeriksaan Penunjang
1. USG
2. Biopsi
3. Hb
II. Interpretasi data dasar/analisa data
Dalam langkah ini data subjektif dan data objektif yang sudah dikaji kemudian
dianalisa menggunakan teori-teori fisiologis dan teori-teori patologis sesuai dengan
perkembangan kehamilan berdasarkan umur kehamilan ibu pada saat diberi asuhan.
Hasil analisis dan interpretasi data menghasilkan rumusan diagnosis kehamilan.
a. Diagnosa kebidanan
Diagnosa kebidanan adalah merupakan kesimpulan yang ditegakkan oleh bidan
dalam lingkup praktik kebidanan dengan memenuhi standar diagnosa nomenklatur
kebidanan.
b. Masalah
Masalah merupakan suatu kondisi yang tidak sesuai dengan perkembangan
fisiologis kehamilan, adaptasi ibu yang tidak positif terhadap kehamilannya.
c. Kebutuhan
Merupakan hal-hal yang dibutuhkan oleh ibu atau menurut bidan hal itu harus
diketahui oleh ibu tapi tidak dirasakn oleh ibu hamil. Hal yang dibutuhkan oleh ibu
hamil dapat berupa informasi/tindakan.
III. Merumuskan diagnosa/masalah potensial
Pada tahap ini setelah bidan merumuskan diagnosa atau masalah dituntut untuk
memikirkan masalah atau diagnosa potensial yang merupakan akibat dari
masalah/diagnosa yang ada. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila
memungkinkan dilakukan pencegahan. Bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila
diagnosa atau masalah potensial ini benar-benar terjadi.
IV. Merumuskan kebutuhan akan tindakan segera, tindakan kolaborasi dan
rujukan
Kebutuhan akan tindakan segera untuk mengantisipasi ancaman yang fatal,
sehingga nyawa ibu dan janin dapat terselamatkan. Tindakan segera bisa merupakan
intervensi langsung oleh bidan bisa juga berdasarkan hasil kolaborasi dengan profesi
lain.
V. Menyusun rencana asuhan yang menyeluruh
Dalam menyusun rencana asuhan yang menyeluruh mengacu kepada diagnosa,
masalah asuhan serta kebutuhan yang telah sesuai dengan kondisi klien saat diberi
asuhan.
VI. Pelaksanaan asuhan sesuai dengan perencanaan secara efisien
Pada langkah ini bidan melaksanakan langsung tindakan yang telah direncanakan
pada langkah sebelumnya, baik yang bersifat antisipasi, tindakan segera, support,
kolaborasi, bimbingan konseling, pemeriksaan dan follow up.
VII. Evaluasi
Pada langkah terakhir ini melakukan evaluasi terhadap keefektifan dari asuhan
yang sudah diberikan. Hal ini menyangkut apakah kebutuhan klien terpenuhi, masalah
yang ada terpecahkan, masalah potensial dihindari, klien dan keluarga mengetahui
kondisi kesehatannya dan klien mengetahui apa yang harus dilakukan dalam rangka
menjaga kesehatannya.