33
LAPORAN PENDAHULUAN JURUSAN ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA Nama : Ika Choiriyah Lusiati Nim : 0810720037 Masakah Utama : Tumor Otak A. DEFINISI 1.Tumor cerebri / tumor otak adalah lesi intracranial setempat yang menempati ruang didalam tulang tengkorak (Baughman, 2000). 2.Tumor cerebri adalah lesi desak ruang jinak maupun ganas, yang tumbuh di otak, meningen dan tengkorak (Price , 2000). 3.Tumor otak adalah sebuah lesi terletak pada intrakranial yang menempati ruang di dalam tengkorak (Brunner & Suddarth, 2002). 4.Tumor otak adalah neoplasma yang berasal dari sel saraf, neuro epithelium, sel glia, saraf kranial, pembuluh darah, kelenjar pineal, hipofisis (Donna L. Wong, 2002). Tumor otak adalah suatu lesi ekspansif yang bersifat jinak (benigna) ataupun ganas (maligna), membentuk massa dalam ruang tengkorak kepala (intra cranial) atau di sumsum tulang belakang (medulla spinalis). Neoplasma pada jaringan otak dan selaputnya dapat berupa tumor primer maupun metastase. Apabila sel-sel tumor berasal dari jaringan otak itu sendiri, disebut tumor otak primer dan bila berasal dari organ-organ lain (metastase) seperti ; kanker paru, payudara, prostate, ginjal dan lain-lain, disebut tumor otak sekunder (Black, 1991)

LAPORAN PENDAHULUAN.docx

Embed Size (px)

DESCRIPTION

LP

Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN

JURUSAN ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Nama : Ika Choiriyah Lusiati

Nim : 0810720037

Masakah Utama : Tumor Otak

A. DEFINISI

1. Tumor cerebri / tumor otak adalah lesi intracranial setempat yang menempati

ruang didalam tulang tengkorak (Baughman, 2000).

2. Tumor cerebri adalah lesi desak ruang jinak maupun ganas, yang tumbuh di

otak, meningen dan tengkorak (Price , 2000).

3. Tumor otak adalah sebuah lesi terletak pada intrakranial yang menempati ruang

di dalam tengkorak (Brunner & Suddarth, 2002).

4. Tumor otak adalah neoplasma yang berasal dari sel saraf, neuro epithelium, sel

glia, saraf kranial, pembuluh darah, kelenjar pineal, hipofisis (Donna L. Wong,

2002).

Tumor otak adalah suatu lesi ekspansif yang bersifat jinak (benigna) ataupun

ganas (maligna), membentuk massa dalam ruang tengkorak kepala (intra cranial)

atau di sumsum tulang belakang (medulla spinalis). Neoplasma pada jaringan otak

dan selaputnya dapat berupa tumor primer maupun metastase. Apabila sel-sel

tumor berasal dari jaringan otak itu sendiri, disebut tumor otak primer dan bila

berasal dari organ-organ lain (metastase) seperti ; kanker paru, payudara,

prostate, ginjal dan lain-lain, disebut tumor otak sekunder (Black, 1991)

B. EPIDEMIOLOGI

Penderita tumor otak lebih banyak pada laki-laki (60,74 persen) dibanding

perempuan (39,26 persen) dengan kelompok usia terbanyak 51 sampai ≥60 tahun

(31,85 persen); selebihnya terdiri dari berbagai kelompok usia yang bervariasi dari 3

bulan sampai usia 50 tahun. Dari 135 penderita tumor otak, hanya 100 penderita

(74,1 persen) yang dioperasi penuli,s dan lainnya (26,9 persen) tidak dilakukan

operasi karena berbagai alasan, seperti; inoperable atau tumor metastase

(sekunder). Lokasi tumor terbanyak berada di lobus parietalis (18,2 persen),

sedangkan tumor-tumor lainnya tersebar di beberapa lobus otak, suprasellar,

medulla spinalis, cerebellum, brainstem, cerebellopontine angle dan multiple. Dari

hasil pemeriksaan Patologi Anatomi (PA), jenis tumor terbanyak yang dijumpai

adalah; Meningioma (39-26%), sisanya terdiri dari berbagai jenis tumor dan lain-lain

yang tak dapat ditentukan

.

C. KLASIFIKASI

1. Berdasarkan jenis tumor

Jinak

a. Acoustic neuroma

b. Meningioma

c. Pituitary adenoma

d. Astrocytoma (grade I)

Malignant

a. Astrocytoma (grade 2,3,4)

b. Oligodendroglioma

c. Apendymoma

2. Berdasarkan lokasi

Tumor intradural

a. Ekstramedular

b. Cleurofibroma

c. Meningioma

d. Intramedular

e. Apendymoma

f. Astrocytoma

g. Oligodendroglioma

h. Hemangioblastoma

Tumor ekstradural

Merupakan metastase dari lesi primer, biasanya pada payudara,

prostal, tiroid, paru – paru, ginjal dan lambung.

D. ETIOLOGI

Penyebab tumor hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti, walaupun

telah banyak penyelidikan yang dilakukan. Adapun faktor-faktor yang perlu ditinjau,

yaitu :

1. Herediter

Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan

kecuali pada meningioma, astrositoma dan neurofibroma dapat dijumpai pada

anggota-anggota sekeluarga.Sklerosis tuberose atau penyakit Sturge-Weber

yang dapat dianggap sebagai manifestasi pertumbuhan baru, memperlihatkan

faktor familial yang jelas.Selain jenis-jenis neoplasma tersebut tidak ada bukti-

buakti yang kuat untuk memikirkan adanya faktor-faktor hereditas yang kuat

pada neoplasma.

2. Sisa-sisa Sel Embrional (Embryonic Cell Rest)

Bangunan-bangunan embrional berkembang menjadi bangunan-

bangunan yang mempunyai morfologi dan fungsi yang terintegrasi dalam

tubuh.Tetapi ada kalanya sebagian dari bangunan embrional tertinggal dalam

tubuh, menjadi ganas dan merusak bangunan di sekitarnya.Perkembangan

abnormal itu dapat terjadi pada kraniofaringioma, teratoma intrakranial dan

kordoma.

3. Radiasi

Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat

mengalami perubahan degenerasi, namun belum ada bukti radiasi dapat

memicu terjadinya suatu glioma.Pernah dilaporkan bahwa meningioma terjadi

setelah timbulnya suatu radiasi.

4. Virus

Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan besar

yang dilakukan dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi virus dalam

proses terjadinya neoplasma, tetapi hingga saat ini belum ditemukan hubungan

antara infeksi virus dengan perkembangan tumor pada sistem saraf pusat.

5. Substansi-substansi Karsinogenik

Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas

dilakukan.Kini telah diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik seperti

methylcholanthrone, nitroso-ethyl-urea.Ini berdasarkan percobaan yang

dilakukan pada hewan.

6. Trauma

Trauma yang berulang menyebabkan terjadinya meningioma

(neoplasma selaput otak).Pengaruh trauma pada patogenesis neoplasma

susunan saraf pusat belum diketahui

E. PATOFISIOLOFI

Tumor otak menyebabkan gangguan neurologik progresif. Gangguan

neurologik pada tumor otak biasanya dianggap disebabkan oleh dua factor

gangguan fokal disebebkan oleh tumor dan kenaikan tekanan intracranial.

Gangguan fokal terjadi apabila terdapat penekanan pada jaringan otak, dan infiltrasi

atau invasi langsung pada parenkim otak dengan kerusakan jaringan neuron.

Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang bertumbuh

menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai darah arteri pada umumnya

bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi secara akut dan mungkin dapat

dikacaukan dengan gangguan serebrovaskuler primer.

Serangan kejang sebagai gejala perunahan kepekaan neuron dihubungkan

dengan kompesi invasi dan perubahan suplai darah ke jaringan otak.Bebrapa tumor

membentuk kista yang juga menekan parenkim otak sekitarnya sehingga

memperberat ganggguan neurologist fokal.

Peningkatan tekanan intrakranial dapat diakibatkan oleh beberapa faktor :

bertambahnya massa dalam tengkorak, terbentuknya edema sekitar tumor, dan

perubahan sirkulasi cairan serebrospinal.

Beberapa tumor dapat menyebabkan perdarahan. Obstruksi vena dan edema

yang disebabkan oleh kerusakan sawar darah otak, semuanya menimbulkan

kenaikan volume intracranial dan meningkatkan tekanan intracranial. Obstruksi

sirkulasi cairan serebrospinal dari ventrikel lateral ke ruangan subaraknoid

menimbulkan hidrosefalus.Peningkatan tekanan intracranial akan membahayakan

jiwa. Mekanisme kompensasi memerlukan waktu lama untuk menjadi efektif dan

oleh karena itu tak berguna apabila tekanan intrakranial timbul cepat.

Mekanisme kompensasi ini antara lain bekerja menurunkan volume darah

intracranial, volume cairan serebrospinal, kandungan cairan intrasel dan

mengurangi sel-sel parenkim, kenaikan tekanan yang tidak diobati mengakibatkan

herniasi unkus atau serebelum yang timbul bilagirus medialis lobus temporalis

bergeser ke inferior melalui insisura tentorial oleh massa dalam hemisfer otak.

Herniasi menekan mesensenfalon, menyebabkan hilangnya kesadaran dan

menekan saraf otak ketiga.Kompresi medula oblogata dan henti pernafasan terjadi

dengan cepat.

Perubahan fisiologi lain terjadi akibat peningkatan intracranial yang cepat

adalah bradikardia progresif, hipertensi sistemik (pelebaran tekanan nadi), dan

gangguan pernafasan.

Pathway terlampir

F. MANIFESTASI KLINIS

Tumor otak menunjukkan gejala klinis yang tersebar bila tumor ini

menyebabkan peningkatan TIK serta tanda dan gejala local sebagai akibat dari

tumor yang mengganggu bagian spesifik dari otak.

a) Gejala peningkatan tekanan intracranial

Gejala – gejala peningkatan tekanan intracranial disebabkan oleh

tekanan yang berangsur-angsur terhadap otak akibat pertumbuhan tumor.

Pengaruhnya adalah gangguan keseimbangan yang nyata antara otak, cairan

serebrospinal dan darah serebral. Semua terletak di tengkorak.

Gejala yang banyak terjadi akibat tekanan intra cranial yaitu :

Sakit kepala

Meskipun tidak selalu ada tetapi ini banyak terjadi pada pagi hari dan

menjadi buruk oleh karena batuk,menegang atau melakukan gerakan yang

tiba-tiba. Keadaan ini disebabkan oleh serangan tumor, tekanan atau

penyimpangan struktur sensitive nyeri, atau oleh karena edema yang

mengiringi adanya tumor.

Muntah

Kadang-kadang dipengaruhi oleh asupan makanan,yang selalu

disebabkan adanya iritasi pada pusat vagal di medulla.

Papiledema (edema pada saraf optic)

Ada sekitar 70%-75% dari pasien dan dihubungkan dengan gangguan

penglihatan seperti penurunan tajam penglihatan, diplopia (pandangan

ganda) dan penurunan lapang pandangan.

Perubahan kepribadian

Adanya variasi penurunan focal motorik,sensor dan disfungsi saraf cranial

b) Gejala terlokalisasi

Lokasi gejala-gejala terjadi spesifik sesuai dengan gangguan daerah otak

yang terkena,menyebabkan tanda-tanda yang ditunjukkan local,seperti pada

ketidaknormalan sensori dan motorik, perubahan penglihatan dan kejang.

Tumor korteks motorik memanifestasikan diri dengan menyebabkan

gerakan seperti kejang yang terletak pada satu sisi tubuh yang disebut

kejang jacksonian.

Tumor lobus oksipital menimbulkan manifestasi visual, hemianopsia

homonimus kontralateral (hilangnya penglihatan pada setengah lapang

pandangan pada sisi yang berlawanan dari tumor) dan halusinasi

penglihatan.

Tumor serebelum menyebabkan pusing, ataksia (kehilangan

keseimbangan) atau gaya berjalan yang sempoyongan dengan

kecenderungan jatuh kesisi yang lesi, otot-otot tidak terkoordinasi dan

mistagmus (gerakan mata berirama tidak disengaja) biasanya

menimbulkan gerakan horizontal.

Tumor lobus frontal sering menyebabkan gangguan kepribadian,

perubahan status emosional dan tingkah laku, dan disintegrasi perilaku

mental, pasien kurang merawat diri.

Tumor sudut serebropontin biasanya diawali pada sarung saraf akustik dan

memberikan rangkaian gejala yang timbul dengan semua karakteristik

gejala pada tumor otak. Yaitu: tisnitus dan kelihatan vertigo, kesemutan

dan terasa gatal-gatal pada wajah dan lidah, terjadi kelemahan atau

paralisis , karena pembesaran tumor menyerang serebelum mungkin ada

abnormalitas pada fungsi motorik.

Tumor intracranial dapat menghasilkan gangguan kepribadian, konfusi,

gangguan funsi bicara dan gangguan gaya berjalan teutama pada pasien

lansia.

G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

o Elektroensefalografi (EEG), memberi informasi mengenai perubahankepekaan

neuron.

o Foto polos kepala, memberikan informasi yang sangat berharga mengenai

struktur, penebalan dan klasifikasi; posisi kelenjar pinelal yang mengapur; dan

posisi selatursika.

o Arteriografi, untuk mendeteksi kondisi patologi pada sistem ventrikel dan

cisterna.

o Computerized Tomografi (CT Scan), dasar dalam menentukan diagnosa.

o Magnetic Resonance Imaging (MRI), memperlihatkan daerah-daerah akumulasi

abnormal dari zat radioaktif. Tumor otak mengakibatkan kerusakan sawar

darah otak yang menyebabkan akumulasi abnormal zat radioaktif

o Biopsi dilakukan untuk menentukan jenis tumor dan sifatnya (ganas atau jinak).

o Kadang pemeriksaan mikroskopik dari cairan serebrospinal yang diperoleh

melalui pungsi lumbal, bisa menunjukkan adanya sel-sel kanker.Jika terdapat

peningkatan tekanan di dalam tengkorak, maka tidak dapat dilakukan pungsi

lumbal karena perubahan tekanan yang tiba-tiba bisa menyebabkan herniasi.

Pada herniasi, tekanan yang meningkat di dalam tengkorak mendorong

jaringan otak ke bawah melalui lubang sempit di dasar tengkorak, sehingga

menekan otak bagian bawah (batang otak). Sebagai akibatnya, fungsi yang

dikendalikan oleh batang otak (pernafasan, denyut jantung dan tekanan darah)

akan mengalami gangguan. Jika tidak segera diatasi, herniasi bisa

menyebabkan koma dan kematian

H. PENATALAKSANAAN MEDIS

Tindakan terhadap tumor otak adalah paliatip dan melibatkan penghilangan

atau mengurangi simtomatologi serius. Pendekatan terapeutik ini mencakup radiasi,

yang menjadi dasar pengobatan, pembedahan (biasanya pada metastase

intracranial tunggal), kemoterapi. Kortikosteroid dapat membantu mengurangi sakit

kepala dan perubahan kesadaran. Hal ini dianggap bahwa kortikosteroid

(deksametason, prednison) menurunkan radang sekitar pusat metastase dan

menurunkan edema sekitarnya. Obat-obat lain mencakup agen-agen osmotic

(manitol, gliserol) untuk menurunkan cairan pada otak, yang ditunjukkan dengan

penurunan TIK. Obat-obat anti kejang (penitoin) digunakan untuk mencegah dan

mengobati kejang. Bila pasien mempunyai nyeri hebat, morfin dapat diinfuskan

kedalam ruang epidural atau subaraknoid melalui jarum spinal dan kateter sedekat

mungkin ke segmen spinal dimana nyeri dirasakan. Morfin disis kecil diberikan pada

interval yang ditentukan

Untuk tumor otak ada tiga metode utama yang digunakan dalam penatalaksaannya,

yaitu

a. Surgery

Terapi Pre-Surgery :

o Steroid ® Menghilangkan swelling, contoh dexamethasone

o Anticonvulsant ® Untuk mencegah dan mengontrol kejang, seperti

carbamazepine

o Shunt ® Digunakan untuk mengalirkan cairan cerebrospinal

Pembedahan merupakan pilihan utama untuk mengangkat tumor.

Pembedahan pada tumor otak bertujuan utama untuk melakukan dekompresi

dengan cara mereduksi efek massa sebagai upaya menyelamatkan nyawa serta

memperoleh efek paliasi. Dengan pengambilan massa tumor sebanyak mungkin

diharapkan pula jaringan hipoksik akan terikut serta sehingga akan diperoleh

efek radiasi yang optimal. Diperolehnya banyak jaringan tumor akan

memudahkan evaluasi histopatologik, sehingga diagnosis patologi anatomi

diharapkan akan menjadi lebih sempurna. Namun pada tindakan pengangkatan

tumor jarang sekali menghilangkan gejala-gelaja yang ada pada penderita.

b. Radiotherapi

Radioterapi merupakan salah satu modalitas penting dalam

penatalaksanaan proses keganasan. Berbagai penelitian klinis telah

membuktikan bahwa modalitas terapi pembedahan akan memberikan hasil

yang lebih optimal jika diberikan kombinasi terapi dengan kemoterapi dan

radioterapi.

Sebagian besar tumor otak bersifat radioresponsif (moderately

sensitive), sehingga pada tumor dengan ukuran terbatas pemberian dosis tinggi

radiasi diharapkan dapat mengeradikasi semua sel tumor. Namun demikian

pemberian dosis ini dibatasi oleh toleransi jaringan sehat disekitarnya. Semakin

dikit jaringan sehat yang terkena maka makin tinggi dosis yang diberikan. Guna

menyiasati hal ini maka diperlukan metode serta teknik pemberian radiasi

dengan tingkat presisi yang tinggi.

Glioma dapat diterapi dengan radioterapi yang diarahkan pada tumor

sementara metastasis diterapi dengan radiasi seluruh otak. Radioterapi jyga

digunakan dalam tata laksana beberapa tumor jinak, misalnya adenoma

hipofisis.

c. Chemotherapy

Pada kemoterapi dapat menggunakan powerfull drugs, bisa

menggunakan satu atau dikombinasikan. Tindakan ini dilakukan dengan tujuan

untuk membunuh sel tumor pada klien. Diberikan secara oral, IV, atau bisa juga

secara shunt. Tindakan ini diberikan dalam siklus, satu siklus terdiri dari

treatment intensif dalam waktu yang singkat, diikuti waktu istirahat dan

pemulihan. Saat siklus dua sampai empat telah lengkap dilakukan, pasien

dianjurkan untuk istirahat dan dilihat apakah tumor berespon terhadap terapi

yang dilakukan ataukah tidak.

I. KOMPLIKASI

Edema Serebral

Peningkatan cairan otak yang berlebih yang menumpuk disekitar lesi sehingga

menambah efek masa yang mendesak (space-occupying). Edema Serebri dapat

terjadi ekstrasel (vasogenik) atau intrasel (sitotoksik).

Hidrosefalus

Peningkatan intracranial yang disebabkan oleh ekspansin massa dalam rongga

cranium yang tertutup dapat di eksaserbasi jika terjadi obstruksi pada aliran

cairan serebrospinal akibat massa.

Herniasi Otak

Peningkatan intracranial yang terdiri dari herniasi sentra, unkus, dan singuli.

Epilepsi

Metastase ketempat lain

J. ASUHAN KEPERAWATAN

Pengkajian

a. Anamnesis : nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, status

perkawinan, pendidikan, pekerjaan, golongan darah, penghasilan,

alamat, penanggung jawab, tanggal dan jam masuk rumah sakit, nomor

register, diagnosa medis.

b. Riwayat kesehatan :

Keluhan utama

Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien untuk meminta

pertolongan kesehatan biasanya berhubungan dengan peningkatan

TIK dan adanya gangguan fokal sepeti nyeri kepala hebat, muntah-

muntah, kejang dan penurunan tingkat kesadaran.

Riwayat kesehatan sekarang

Kaji bagaimana terjadi nyei kepala, mual, muntah, kejang dan

penurunan tingkat keasadaran. Adanya penurunan atau perubahan

pada tingkat kesadaran dihubungkan dengan perubahan didalam

ntrakranial. Keluhan perubahan perilaku juga umum terjadi. Sesuai

perkembangan penyakit, dapat terjadi letargi, tidak responsive dan

koma.

Riwayat Kesehatan lalu

Kaji adanya riwayat nyeri kepala sebelumnya. Pengkajian riwayat ini

dapat mendukung pengkajian dari riwayat penyakit saat ini dan

merupakan data dasar untuk mengkaji lebih jauh dan untuk

memberikan tindakan selanjutnya.

Riwayat Kesehatan Keluarga

Untuk mengetahui adanya tumor otak pada generasi sebelumnya

Diagnosa keperawatan

1. Risiko peningkatan tekanan intracranial berhubungan dengan desak ruang

oleh masa tumor intracranial dan edema serebral.

2. Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan kompresi pada

pusat pernapasan di medulla oblongata, kelemahan otot-otot pernapasan,

kegagalan fungsi pernapasan.

3. Risiko cedera yang berhubungan dengan gangguan dalam cara berjalan,

vertigo, dan/ atau gangguan penglihatan, sekunder akibat kompresi/

perubahan tempat jaringan otak.

4. Ansietas yang berhubungan dengan implikasi kondisi dan ketidakpastian

masa yang akan datang.

5. Deficit perawatan diri yang berhubungan dengan ketidakmampuan untuk

melakukan/ kesulitan dalam pelaksanaan aktivitas hidup sehari-hari

sekunder akibat kerusakan sensorik-motorik.

6. Gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d peningkatan

pemakaian energi untuk metabolism, asupan nutrisi yang kurang, mual,

muntah.

7. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan sensorik-motorik.

8. Nyeri akut: sakit kepala yang berhubungan dengan kompresi/ perubahan

tempat jaringan otak dan peningkatan tekanan intrakranial.

9. Risiko kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan muntah

sekunder akibat peningkatan tekanan intracranial

Rencana Keperawatan

a. Dx : Risiko tinggi peningkatan tekanan intrakranial berhubungan dengan

desak ruang oleh massa tumor intrakranial dan edema serebral.

Tujuan : Tidak terjadi peningkatan TIK pada klien.

Kriteria hasil :Klien tidak gelisah , klien tidak mengeluh nyeri kepala, mual-

muntah, dan muntah GCS :4,5,6, tidak terdapat papilidema,

TTV dalam batas normal.

Intervensi Rasionalisasi

Kaji factor penyebab dari situasi /

keadaan dari individu / penyebab koma /

penurunan perfusi jaringan dan

kemungkinan penyebab peningkatan

TIK.

Deteksi dini untuk memprioritaskan

intervensi, mengkaji status neurologis /

tanda-tanda kegagalan untuk

menentukan perawatan kegawatan atau

tindakan pembedahan.

Monitor ttv tiap 4 jam Suatui keadaan normal bila sirkulasi

serebral terpelihara dengan baik atau

fluktasi ditandai dengan tekanan darah

sistemik, penurunan dari otoregulator

kebanyakan merupakan tanda

penurunan difusi local vaskularisasi

darah serebral. Dengan peningkatan

tekanan darah (diastolic) maka dibarengi

dengan peningkatan tekanan darah

intracranial. Adanya peningkatan

tekanan darah, bradikardi, distrimia,

dispnea merupakan tanda terjadinya

peningkatan TIK

Evaluasi pupil Reaksi pupil dan pergerakan kembali

dari pergerakan bola mata merupakan

tanda dari gangguan saraf jika batang

otak terkoyak. Keseeimbangan saraf

antara simpatik dan parasimpatik

merupakan respons reflex saraf cranial.

Monitor temperature dan pengaturan

suhu lingkungan.

Panas merupakan reflex dari

hipotalamus.

Peningkatan kebutuhan metabolism dan

O₂ akan menunjang peningkatan TIK

Berikan periode istirahat antara tindakan

perawatan dan batasi lamanya prosedur.

Tindakan terus-menerus dapat

meningkatkan TIK oleh efek rangsangan

kumulatif.

Kurangi rangsangan ekstra dan berikan

rasa nyaman seperti massage

punggung, lingkungan , lingkungan yang

tenang, sentuhan yang ramah, dan

suasana yang tidk gaduh.

Memberikan suasana yang tenang dapat

mengurangi respon psikologis dan

memberikan istirahat untuk

mempertahankan TIK yang rendah.

Cegah / hindarkan terjadinya valsava

maneuver.

Mengurangi tekanan intrathorakal dan

intraabdominal sehingga menghindarkan

peningkatan TIK

Bantu klien jika batuk,muntah Aktivitas ini dapat meningkatkan

intrathoraks/tekanan dalam thoraks dan

tekanan dalam abdomen dimana

aktivitas ini dapat meningkatkan tekanan

TIK.

Kaji peningkatan istirahat dan tingkah

laku pada pagi hari.

Tingkah nonverbal ini dapat merupakan

indikasi peningkatan TIK atau

memberikan repleks nyeri di mana klien

tidak mampu mengungkapkan keluhan

secara verbal, nyeri yang tidak menurun

dapat meningkatkan TIK.

Palpasi pada pembesaran atau

pelebaran bladder , pertahankan

drainase urine secara paten jika

digunakan dan juga monitor terdapatnya

Dapat meningkatkan respon otomatis

yang potensial menaikkan TIK.

konstipasi.

Berikan penjelasan pada pasien dan

keluarga tentang sebab akibat

peningkatan TIK

Meningkatkan kerjasama dalam

meningkatkan perawatan klien dan

mengurangi kecemasan.

Observasi tingkat kesadaran GCS Perubahan kesadaran menunjukkan

peningkatan TIK dan berguna

menentukan lokasi dan perkembangan

penyakit.

Kolaborasi pemberian O₂ sesuai indikasi. Mengurangi hipokemia, dimana dapat

meningkatkan vasodilatasi serebral , dan

volume darah serta menaikkan TIK.

Berikan cairan intravena sesuai dengan

yang diindikasikan.

Pemberian cairan mungkin diinginkan

untuk mengurangi edema serebral ,

peningkatan minuman pada pembuluh

darah , tekanan darah, dan TIK.

Berikan obat deuritik osmotic contohnya

dexametason, metal prednisolon.

Deuretik mungkin digunakan pada fase

akut untuk mengalirkan air dari sel otak

dan mengurangi edema serebral dan

TIK.

Berikan analgesic narkotik contoh

kodein.

Untuk menurunkan inflamasi (radang)

dan mengurangi edema jaringan.

Berikan antipiretik contohnya

asetaminofen.

Mengurangi/ mengontrol hari dan pada

metabolisme serebral/oksigen yang

diinginkan.

Monitor hasil laboratorium sesuai dengan

indikasi seperti protombin, LED.

Membantu memberikan informasi

tentang efektivitas pemberian obat.

b. Dx: Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan kompresi pada

pusat pernapasan di medulla oblongata, kelemahan otot-otot

pernapasan, kegagalan fungsi pernapasan.

Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan adanya

peningkatan pola napas kembali efektif.

Kriteria hasil : Pasien memperlihatkan frekuensi pernapasan yang efektif,

mengalami perbaikan pertukaran gas-gas pada paru, adaptif

mengatasi factor-faktor penyebab.

Intervensi Rasionalisasi

Berikan posisi yang nyaman , biasanya

dengan peninggian kepala tempat tidur. Baik

kesisi yang sakit. Dukung klien untuk duduk

klien untuk duduk sebanyak mungkin.

Meningkatkan inspirasi maksimal,

meningkatkan ekspansi paru dan

ventilasi pada sisi yang tidak sakit.

Observasi fungsi pernapasan , catat

frekuensi pernapasan , dispnea atau

perubahan TTV

Disters pernapasan dan perubahan

pada tanda vital dapat terjadi sebagai

akibat stres fisiologi dan nyeri atau

dapat menunjukkan terjadinya syok

sehubungan dengan hipoksia.

Jelaskan pada klien bahwa tindakan

tersebut dilakukan untuk menjamin

keamanan.

Pengetahuan apa yang diharapkan

dapat mengurangi ansietas dan

mengembangkan kepatuhan klien

terhadap rencana terapeutik.

Jelaskan pada klien tentang etiologi / factor

pencetus adanya sesak atau kolaps paru-

paru.

Pengetahuan apa yang diharapkan

dapat mengurangi ansietas dan

mengembangkan kepatuhan klien

terhadap rencana terapeutik

Pertahankan prilaku tenang, bantu klien

untuk mengontrol diri dengan menggunakan

pernapasan lebih lambat dan dalam.

Membantu klien mengalami efek

fisiologi hipoksia yang dapat

dimanifestasikan sebagai ketakutan /

ansietas.

Taruhlah kantung resusitasi di samping

tempat tidur dan manual ventilasi untuk

sewaktu-waktu dapat digunakan.

Kantung resusitasi / manual ventilasi

sangat berguna untuk

mempertahankan fungsi pernapasan

jika terjadi gangguan pada alat

ventilator secara mendadak.

Kolaborasi dengan tim kesehatan lain

misalnya dokter, radiologi, dan fisioterapi.

Pemberian antibiotic

Pemberian analgesic

Fisioterapi dada

Konsul foto thoraks.

Kolaborasi dengan tim kesehatan lain

untuk mengevaluasi perbaikan

kondisi klien atas pengembangan

parunya.

c. Dx :Risiko cedera yang berhubungan dengan gangguan dalam cara

berjalan, vertigo, dan/ atau gangguan penglihatan, sekunder akibat

kompresi/ perubahan tempat jaringan otak.

Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan tidak terjadi

cedera.

Kriteria hasil : Pasien mampu menyatakan pemahaman faktor ang terlibat

dalam kemungkinan cidera.

Menunjukkan perubahan perilaku, pola hidup untuk

menurunkan faktor risiko dan untuk melindungi diri dari

cedera.

Mengubah lingkungan sesuai indikasi untuk meningkatkan

keamanan.

Intervensi Rasional

Jauhkan dari benda-benda tajam Meminimalkan risiko cedera

Berikan penerangan yang cukup Meminimalkan terjadinya benturan

Usahakan lantai tidak licin dan basah Meminimalkan klien jatuh

Pasang side rail Menghindari klien terjatuh pada saat

istirahat

Anjurkan pada keluarga klien untuk

selalu menemani klien dalam

beraktivitas.

Untuk meningkatkan menjaga

keamanan

d. Dx : Ansietas yang berhubungan dengan implikasi kondisi dan

ketidakpastian masa yang akan datang.

Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan rasa cemas

klien berkurang.

Kriteria hasil : klien dapat mengakui dan mendiskusikan rasa takut

mengungkapkan keakuratan pengetahuan tentang situasi

tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang sampai

pada tingkat dapat diatasi.

intervensi Rasional

Kaji status mental tingkat ansietas dari

pasien/keluarga.

Catat adanya tanda-tanda verbal atau

non verbal.

Gangguan tingkat kesadaran dapat

mempengaruhi ekspresi rasa takut tetapi

tidak menyangkal keberadaannya. Derajat

ansietas akan dipengaruhi bagaimana

informasi tersebut diterima oleh individu.

Berikan penjelasan hubungan antara

proses penyakit dan gejalanya.

Meningkatkan pemahaman, mengurangi

rasa takut karena ketidaktahuan dan dapat

membantu menurunkan ansietas.

Jawab setiap pertanyaan dengan

penuh perhatian dan barikan informasi

tentang prognosa penyakit.

Penting u/ menciptakan kepercayaan

karena diagnosa tumor otak mungkin

menakutkan, ketulusan dan informasi yg

akurat dapat memberikan keyakinan pd

pasien dan juga keluarga.

Jelaskan dan siapkan u/ tindakan

prosedur sebelum dilakukan

Dapat meringankan ansietas terutama

ketika pemeriksaan tersebut melibatkan

otak.

Berikan kesempatanpasien u/

mengungkapkan isi pikiran dan

perasaan takutnya.

Mengungkapkan rasa takut secara terbuka

dimana rasa takut dapat titujukan.

Libatkan pasien/ keluarga dalam

perawatan, perencanaan kehidupan

Meningkatkan perasaan kontrol terhadap

diri dan meningkatkan kemandirian.

sehari-hari, membuat keputusan

sebanyak mungkin.

Berikan dukungan terhadap

perencanaan gaya hidup yang nyata

setelah sakit dalam dalam

keterbatasannya tetapi sepenuhnya

menggunakan kemampuan/ kapasitas

pasien.

Meningkatkan perasaan akan keberhasilan

dalam penyembuhan.

e. Dx : Deficit perawatan diri yang berhubungan dengan ketidakmampuan

untuk melakukan/ kesulitan dalam pelaksanaan aktivitas hidup sehari-

hari sekunder akibat kerusakan sensorik-motorik.

Tujuan: setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan personal

hygiene terpenuhi.

Kriteria hasil : klien dapat menunjukkan gaya hidup untuk kebutuhan

merawat diri

Klien mampu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai

dengan tingkat kemampuan

intervensi Rasionalisasi

Kaji kemampuan dan tingkat

penurunan dalam melakukan ADL

Membantu dalam mengantisipasi dan

merencanakan pertemuan kebutuhan

individual

Hindari apa yang tidak dapat dilakukan

klien dan bantu bila perlu

Klien dalam keadaan cemas dan

ketergantungan, hal ini dilakukan untuk

mencegah frustasi dan harga diri klien

Menyadarkan tingkah laku / sugesti

tindakan pada penindungan

kelemahan. Pertahankan support pola

Klien memerlukan empati, tetapi perlu

mengetahui perawatan yang konsisten

dalam menangani klien. Sekaligus

pikir, izinkan klien melakukan tugas,

beri umpan balik positif untuk

usahanya

meningkatkan harga diri, memandirikan

klien, dan menganjurkan klien untuk terus

mencoba

Rencanakan tindakan untuk

menangani defisit penglihatan

Klien akan mampu melihat dan memakan

makanan, akan mampu melihat keluar

masuknya orang ke ruangan

Tempatkan perabotan ke dinding,

jauhkan dari jalan

Menjaga keamanan klien bergerak di

sekitar tempat tidur menurunkan resiko

tertimpa perabotan

Beri kesempatan untuk menolong diri

seperti ekstensi untuk berpijak pada

lantai atau ke toilet

Mengurangi ketergantungan

Kaji kemampuan komunikasi untuk

BAK

Ketidakmampuan berkomunikasi dengan

perawat dapat menimbulkan masalah

pengosongan kandung kemih oleh karena

masalah neurogenik

Identifikasi kebiasaan BAB. Anjurkan

minum dan meningkatkan istirahat

Meningkatkan latihan dan menolong

mencegah konstipasi

Pemberian supositoria dan pelumas

feses / pencahar

Pertolongan utama terhadap fungsi bowell

atau BAB

Konsul ke dokter terapi okupasi Untuk mengembangkan terapi dan

melengkapi kebutuhan khusus

f. Dx : Gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d peningkatan

pemakaian energi untuk metabolism, asupan nutrisi yang kurang,

mual, muntah.

Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan kebutuhan

nutrisi klien terpenuhi.

Kriteria hasil: Pasien mengerti tentang pentingnya nurisi bagi tubuh.

Memperlihatkan kenaikan berat badan sesuai dengan hasil

pemeriksaan laboraturium.

Intervensi Rasionalisasi

Evaluasi kemampuan makan klien Klien dengan tracheostomy tube mungkin

sulit untuk makan, tetapi klien dengan

endotracheal tube dapat menggunakan

mag slang atau member makanan

parenteral

Observasi atau timbang berat badan

jika memungkinkan

Tanda kehilangan berat badan dan

kekurangan intake nutrisi menunjang

terjadinya masalh katabolisme, kandungan

glikogen dalam otot dan kepekaan

terhadap pemasangan ventilator.

Monitor keadaan otot yang menurun

dan kehilangan lemak subkutan

Menunjukkan indikasi kekurangan energy

otot dan mengurangi fungsi otot-otot

pernapasan.

Catat pemasukan peroral jika

diindikasikan. Anjurkan klien untuk

makan.

Nafsu makan biasanya berkurang dan

nurisi yang masukpun berkurang. Anjurkan

klien memilih makanan yang disenangi

dapat di makan (bila sesuai anjuran)

Berikan makanan kecil dan lunak. Mencegah terjadinya kelelahan,

memudahkan masuknya makanan, dan

mencegah ganggu.an pada lambung

Kajilah fungsi system gastrointestinal

yang meliputi suara bising usus, catat

terjadi perubahan di dalam lambung

seperti mual dan muntah. Observasi

perubahan pergerakan usus misalnya

diare , konstipasi.

Fungsi system gastrointestinal sangat

penting untuk memasukan makanan.

Ventilator dapat menyebabkan kembung

pada lambung dan perdarahan lambung.

Anjurkan pemberian cairan 2500

cc/hari selama tidak terjadi gangguan

jantung.

Mencegah terjadinya dehidrasi akibat

penggunan ventilator selama tidak sadar

dan mencegah terjadinya konstipasi.

Kolaborasi

a. Aturlah diet yang diberikan sesuai

keadaan klien

b. Lakukan pemeriksaan laboratorium

yang diindikasikan seperti serum,

transferin, BUN/Creatinin, dan

glukosa

a.Diet tinggi kalori, protein, karbohidrat

sangat diperlukan selama pemasangan

ventilator untuk mempertahankan fungsi

otot-otot respirasi.

b.Memberikan informasi yang tepat

tentang keadaan nutrisi yang dibutuhkan

klien

g. Dx : Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan sensorik-

motorik.

Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan Klien mampu

melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuannya.

Kriteria hasil: Tidak terjadi kontraktur sendi

Bertambahnya kekuatan otot

Klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas.

Intervensi Rasional

Kaji kemampuan secara

fungsional/luasnya kerusakan awal dan

dg cara yang teratur.

Mengidentifikasi kekuatan/kelemahan dan

dapat memberikan informasi mengenai

pemulihan.

Ubah posisi minimal setiap 2 jam Menurunkan risiko terjadinya

trauma/iskemia jaringan.

Letakkan pada posisi telungkup satu

atau dua kali sehari jika pasien dapat

mentoleransinya.

Membantu mempertahankan ekstensi

pinggul fungsional.

Mulailah melakukan laihan rentang Meminimalkan atropi otot, meningkatkan

gerak aktif dan pasif pada semua

ekstrimitas saat masuk.

sirkulasi, membantu mencegah kontraktur.

Sokong ekstrimitas dalam posisi

fungsionalnya, gunakan papan kaki

selama periode paralisis flaksid.

Mencegah kontraktur dan memfasilitasi

kegunaannya jika berfungsi kembali.

Tempatkan bantal di bawah aksila u/

malakukan abduksi pada tangan.

Mencegah adduksi bahu dan fleksi siku.

Tinggikan tangan dan kepala. Meningkatkan aliran balik vena dan

membantu mencegah terjadinya edema.

Bantu u/ mengembangkan

keseimbangan duduk.

Membantu dalam melatih kembali saraf,

meningkatkan respons proprioseptik dan

motorik.

Posisikan lutut dan panggul dalam

posisi ekstensi.

Mempertahankan posisi fungsional.

h. Nyeri akut: sakit kepala yang berhubungan dengan kompresi/ perubahan

tempat jaringan otak dan peningkatan tekanan intrakranial.

Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan nyeri dapat

berkurang / hilang

Kriteria hasil : secara subjektif melaporkan nyeri berkurang atau dapat

mengidentifikasikan aktivitas yang meningkat atau

menurunkan nyeri, klien tidak gelisah, skala nyeri 0.

intervensi Rasional

Jelaskan dan bantu klien dengan

tindakan pereda nyeri non

farmakologi dan non invasive

Pendekatan dengan menggunakan non

farmakologi telah menunjukkan keefektifan

dalam mengurangi nyeri

Ajarkan teknik relaksasi masase Dapat melancarkan peredaran darah

sehingga kebutuhan oksigen oleh jaringan

akan terpenuhi dan akan dapat mengurangi

nyerinya

Ajarkan metode distraksi selama

nyeri akut

Mengalihkan perhatian ke hal-hal yang

menyenangkan

Berikan kesempatan waktu istirahat

bila terasa nyeri dan berikan posisi

yang nyaman

Istirahat akan merelaksasikan semua

jaringan sehingga akan meningkatkan

kenyamanan

Tingkatkan pengetahuan tentang

penyebab nyeri dan menghubungkan

berapa nyeri akan berlangsung

Pengetahuan yang akan dirasakan

membantu mengurangi nyerinya, dan dapat

membantu mengembangkan kepatuhan klien

terhadap rencana terapeutik

Observasi nyeri dan tingkat respon

motorik klien

Untuk mencegah kemungkinan komplikasi

dan melakukan intervensi yang tepat

Kolaborasi pemberian analgesik Analgesik memblok lintasan nyeri sehingga

nyeri akan berkurang

i. Dx : Risiko kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan muntah

sekunder akibat peningkatan tekanan intrakranial.

Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan kebutuhan

cairan terpenuhi.

Kriteria hasil : Menunjukkan perubahan keseimbangan cairan, dibuktikan

oleh haluaran urine adekuat, tanda vital stabil, membran

mukosa lembab, turgor kulit baik.

Intervensi Rasional

Awasi tanda vital, pengisian kapiler, status

membran mukusa, turgor kulit.

Indikator keadekuatan volume sirkulasi.

Awasi jumlah dan tipe masukan cairan. Pasien tidak mengkonsumsi cairan

Ukur haluaran urine dengan adekuat. sama sekali mengakibatkan dehidrasi

atau mengganti cairan untuk masukan

kalori yang berdampak

padakeseimbangan elektrolit.

Diskusikan strategi untuk menghentikan

muntah dan penggunaan laktasik/ diuretik.

Membantu pasien menerima perasaan

bahwa akibat muntah dan/atau

penggunaan laksatif/ diuretik mencegah

kehilangan cairan lanjut.

Identifikasi rencana untuk meningkatkan

atau mempertahankan keseimbangan

cairan optimal misal jadwal masukan

cairan.

Melibatkan pasien dalam rencana untuk

memperbaiki ketidakseimbangan akan

lebih besar kesempatan untuk

berhasilnya.

DAFTAR PUSTAKA

Black PB. 1991. Brain tumor, review article. The NEJM (324):1471-1472

Brunner, Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan medical Bedah Edisi 8 Volume

2.Jakarta : EGC.

Carpenito, Linda Jual. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC

Doenges, E Marylin (1999). Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta: EGC

Donna, L.Wong.2002.Keperawatan Pediatrik.Jakarta : EGC

Engram, Barbara (1998). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC

FKUI, Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta : Media Gesapius

Ganong, WF, (1996). Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC

Reeves C, J, (2001),. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika

Talbot, LA (1997. Pengkajian Keperawatan Kritis, Jakarta: EGC