31
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, kebutuhan akan sayuran di Indonesia terus meningkat, Masyarakat semakin menyadari dan mengerti arti penting sayuran bagi pertumbuhan dan kesehatan, karena sayuran mengandung gizi yang sangat diperlukan bagi manusia baik untuk sumber energi, protein nabati dan mineral yang dibutuhkan untuk tubuh. Kentang , tidak seperti tanaman sayuran lainnya, kentang mengandung vitamin A, B, dan C ini adalah merupakan gudang karbohidrat dan banyak mengandung unsur-unsur yang diperlukan oleh tubuh kita, selain itu kentang mempunyai zat penghasil kalori yang mampu menggeser kedudukan beras sebagai bahan makanan pokok sehari-hari. Produktivitas kentang di Indonesia masih rendah jika dibandingkan dengan produktivitas di negara maju. Pada umumnya masyaratakat tani penanam kentang masih menggunakan bibit dari hasil tanaman sendiri yang tidak jelas asal-usul dan turunannya. Hal ini dapat dipahami karena penyediaan benih masih sangat terbatas. Permintaan kentang baik untuk konsumsi langsung maupun untuk keperluan industri terus meningkat karena kentang dapat 1

Laporan Pengamatan Tbt

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Laporan Pengamatan Tbt

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Dewasa ini, kebutuhan akan sayuran di Indonesia terus meningkat,

Masyarakat semakin menyadari dan mengerti arti penting sayuran bagi

pertumbuhan dan kesehatan, karena sayuran mengandung gizi yang sangat

diperlukan bagi manusia baik untuk sumber energi, protein nabati dan mineral yang

dibutuhkan untuk tubuh.

Kentang , tidak seperti tanaman sayuran lainnya, kentang mengandung

vitamin A, B, dan C ini adalah merupakan gudang karbohidrat dan banyak

mengandung unsur-unsur yang diperlukan oleh tubuh kita, selain itu kentang

mempunyai zat penghasil kalori yang mampu menggeser kedudukan beras sebagai

bahan makanan pokok sehari-hari.

Produktivitas kentang di Indonesia masih rendah jika dibandingkan dengan

produktivitas di negara maju. Pada umumnya masyaratakat tani penanam kentang

masih menggunakan bibit dari hasil tanaman sendiri yang tidak jelas asal-usul dan

turunannya. Hal ini dapat dipahami karena penyediaan benih masih sangat terbatas.

Permintaan kentang baik untuk konsumsi langsung maupun untuk keperluan

industri terus meningkat karena kentang dapat mensubstitusi beras sebagai bahan

makanan pokok. Selain untuk keperluan dalam negeri, kentang juga merupakan

komoditas ekspor, yang sudah tentu dapat menambah devisa negara.

Prospek pengembangan agribisnis kentang sangat cerah. Di Indonesia,

kebutuhan konsumsi kentang diperkirakan meningkat dua kali lipat pada lima tahun

sampai sepuluh tahun yang akan datang. Meningkatnya permintaan kentang

disebabkan antara lain oleh makin meluasnya pendayagunaan jenis kentang untuk

berbagai bahan makanan, baik sebagai bahan sayuran maupun makanan ringan.

Disamping itu kentang merupakan komoditas ekspor dan impor antar negara di

dunia (Rukmana, 1997).

1

Page 2: Laporan Pengamatan Tbt

1.2Tujuan

Laporan ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas mata kuliah Teknik

Budidaya Tanaman serta dimaksudkan untuk dijadikan bahan pembelajaran oleh

mahasiswa Fakultas Pertanian.

2

Page 3: Laporan Pengamatan Tbt

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Morfologi Tanaman Kentang

Di Indonesia, kentang pertama kali ditemukan pada tahun 1794 di daerah

Cisarua, Cimahi (Bandung). Jenis kentang yang ditanam di Cisarua diduga berasal

dari Amerika Serikat, yang dibawa oleh orang-orang Eropa. Varietas kentang yang

pertama kali didatangkan ke Indonesia adalah Eigenheimer. Pada tahun 1811

kentang sudah ditanam secara luas di berbagai daerah, terutama di pegunungan

(dataran tinggi) Pacet, Lembang, Pengalengan (Jawa Barat), Wonosobo,

Tawangmangu (Jawa Tengah), Batu, Tengger (Jawa Timur), Aceh, Tanah Karo,

Padang, Bengkulu, Sumatera Selatan, Minahasa, Bali, dan Flores (Rukmana, 1997).

Kentang (Solanum tuberosum L) merupakan tanaman sayuran semusim,

berumur pendek kurang lebih hanya 90- 180 hari dan berbentuk perdu atau semak.

bervariasi sesuai varietasnya (Samadi, 1997).

Menurut Rukmana (1997), dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan kentang

diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)

Divisio : Spermatophyta (Tumbuhan berbiji)

Subdivisio : Angiospermae (Berbiji tertutup)

Classis : Dicotyledonae (Biji berkeping dua)

Ordo : Solanales

Familia : Solanaceae

Genus : Solanum

Spesies : Solanum tuberosum Linn.

3

Page 4: Laporan Pengamatan Tbt

1. Daun

Tanaman kentang umumnya berdaun rimbun. Helaian daun berbentuk

poling atau bulat lonjong, dengan ujung meruncing, memiliki anak daun primer

dan sekunder, tersusun dalam tangkai daun secara berhadap-hadapan (daun

majemuk) yang menyirip ganjil. Warna daun hijau atau hijau keputih-putihan.

Posisi tangkai utama terhadap batang tanaman membentuk sudut kurang dari

45o atau lebih besar dari 45o. Pada dasar tangkai daun terdapat tunas ketiak

yang dapat berkembang menjadi cabang sekunder (Rukmana, 1997). Daun

berkerut-kerut dan permukaan bagian bawah daun berbulu.

Daun tanaman berfungsi sebagai tempat proses asimilasi untuk

pembentukan karbohidrat, lemak, protein dan vitamin yang digunakan untuk

pertumbuhan vegetatif, respirasi, dan persediaan makanan.

2. Batang

Batang tanaman berfungsi sebagai jalan zat-zat hara dari tanah ke daun

dan untuk menyalurkan hasil fotosintesis dari daun ke bagian tanaman yang lain.

Batang tanaman berbentuk segi empat atau segi lima, tergantung pada

varietasnya. Batang tanaman berbuku-buku, berongga, dan tidak berkayu,

namun agak keras apabila dipijat. Diameter batang kecil dengan tinggi dapat

mencapai 50-120 cm, tumbuh menjalar. Warna batang hijau : hijau kemerah-

merahan atau hijau keungu-unguan (Rukmana, 1997).

3. Akar

Tanaman kentang memiliki sistem perakaran tunggang dan serabut. Akar

tunggang dapat menembus tanah sampai kedalaman 45 cm, sedangkan akar

serabut umumnya tumbuh menyebar (menjalar) ke samping dan menembus

tanah dangkal. Akar tanaman berwarna keputih-putihan dan halus berukuran

sangat kecil. Diantara akar-akar tersebut ada yang akan berubah bentuk dan

fungsinya menjadi umbi (stolon) yang selanjutnya akan menjadi umbi kentang.

Akar tanaman berfungsi untuk menyerap zat-zat hara yang diperlukan tanaman

dan untuk memperkokoh berdirinya tanaman (Samadi, 1997).

4

Page 5: Laporan Pengamatan Tbt

4. Bunga

Bunga kentang berkelamin dua (hermaphroditus) yang tersusun dalam

rangkaian bunga atau karangan bunga yang tumbuh pada ujung batang dengan

tiap karangan bunga memiliki 7-15 kuntum bunga. Warna bunga bervariasi :

putih, merah, biru. Struktur bunga terdiri dari daun kelopak (calyx), daun mahkota

(corolla), benang sari (stamen), yang masing-masing berjumlah 5 buah serta

putih 1 buah. Bunga bersifat protogami, yakni putik lebih cepat masak daripada

tepung sari. Sistem penyerbukannya dapat menyerbuk sendiri ataupun silang

(Rukmana, 1997).

Bunga kentang yang telah mengalami penyerbukan akan menghasilkan

buah dan biji-biji (Samadi, 1997). Buah kentang berbentuk bulat, bergaris tengah

kurang lebih dua setengah cm, berwarna hijau tua sampai keungu-unguan dan

tiap buah berisi 500 bakal biji. Bakal biji yang dapat menjadi biji hanya berkisar

10 butir sampai dengan 300 butir. Biji kentang berukuran kecil, bergaris tengah

kurang lebih 0,5 mm, berwarna krem, dan memiliki masa istirahat (dormansi)

sekitar 6 bulan (Rukmana, 1997).

5. Umbi

Umbi terbentuk dari cabang samping diantara akar-akar. Proses

pembentukan umbi ditandai dengan terhentinya pertumbuhan memanjang dari

rhizome atau stolon yang diikuti pembesaran sehingga rhizome membengkak.

Umbi berfungsi menyimpan bahan makanan seperti karbohidrat, protein, lemak,

vitamin, mineral, dan air (Samadi, 1997).

Rukmana (1997) menyatakan bahwa umbi kentang memiliki morfologi

bervariasi, dilihat dari bentuk warna kulit, warna daging, dan mata tunasnya

seperti disajikan pada tabel 1.

5

Page 6: Laporan Pengamatan Tbt

Tabel 1. Keragaman morfologis umbi kentang

Bagian umbi Ciri-ciri visual

1. Bentuk

umbi

2. Warna

kulit umbi

3. Warna

daging

umbi

4. Mata tunas

Bulat, bulat lonjong, dan lonjong

memanjang

Putih, kuning, dan merah

Putih, putih kekuning-kuningan dan

kuning

Dangkal, menengah (medium) dan

dalam

Selain mengandung zat gizi, umbi kentang mengandung zat solanin yang

beracun dan berbahaya bagi yang memakannya. Racun solanin akan berkurang

atau hilang apabila umbi telah tua sehingga aman untuk dimakan. Tetapi racun

solani tidak dapat hilang apabila umbi tersembul keluar dari tanah dan terkena

sinar matahari. Umbi kentang yang masih mengandung racun solanin berwarna

hijau walaupun telah tua (Samadi, 1997).

B. Syarat Tumbuh Tanaman Kentang

Daerah yang cocok untuk menanam kentang adalah dataran tinggi atau

daerah pegunungan dengan ketinggian 1000-3000 m diatas permukaan laut (dpl).

Ketinggian tempat yang ideal berkisar antara 1000-1300 m dpl dan untuk dataran

medium pada ketinggian 300-700 m dpl (Samadi, 1997).

Keadaan iklim yang ideal untuk tanaman kentang adalah suhu rendah

(dingin) dengan suhu rata-rata harian antara 15-20 oC. Kelembaban udara 80-90 %,

cukup mendapat sinar matahari (moderat) dan curah hujan 200-300 mm per bulan

atau rata-rata 1000 mm selama pertumbuhan (Rukmana, 1997). Suhu tanah

6

Page 7: Laporan Pengamatan Tbt

optimum untuk pembentukan umbi yang normal berkisar antara 15-18 oC.

Pertumbuhan umbi akan sangat terhambat apabila suhu tanah kurang dari 10oC dan

lebih dari 30oC (Samadi, 1997).

Tanaman kentang membutuhkan tanah yang subur, gembur, banyak

mengandung bahan organik, bersolum dalam, aerasi dan drainasenya baik dengan

reaksi tanah (pH) 5-6,5. Jenis tanah yang paling baik adalah Andosol dengan ciri-ciri

solum tanah agak tebal antara 1-2 m, berwarna hitam atau kelabu sampai coklat

tua, bertekstur debu atau lempung berdebu sampai lempung dan bertekstur remah.

Jenis tanah andosol memiliki kandungan unsur hara sedang sampai tinggi,

produktivitas sedang sampai tinggi dan reaksi tanah masam sampai netral

(Rukmana, 1997).

Di daerah yang berangin kencang harus dilakukan pemberian air pengairan

yang cukup dan sering dilakukan pengontrolan keadaan tanah karena angin

kencang yang berkelanjutan berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung

terhadap pertumbuhan tanaman dan penularan bibit penyakit ke tanaman dan ke

areal pertanaman yang lain.

C. Tata Laksana Budidaya Kentang

1. Penyiapan lahan

Lokasi penanaman kentang yang paling baik adalah tanah bekas sawah

karena hama atau penyakit berkurang akibat sawah selalu berada dalam kondisi

anaerob (Samadi, 1997). Kegiatan persiapan lahan tanaman kentang hingga

siap tanam dilakukan melalui beberapa tahapan. Tahap awal dari kegiatan

tersebut adalah perencanaan yang meliputi penentuan arah bedengan, terutama

pada lahan berbukit, pembuatan selokan, pemeliharaan tanaman dan

pemupukan.

Tahap berikutnya ialah pengolahan tanah dengan cara pembajakan atau

pencangkulan sedalam kurang lebih 30 cm hingga gembur, kemudian

diistirahatkan selama 1 sampai 2 mingu. Pengolahan tanah dapat diulangi sekali

lagi hingga tanah benar-benar gembur sambil meratakan tanah dengan garu

atau cangkul untuk memecah bongkahan tanah berukuran besar.

7

Page 8: Laporan Pengamatan Tbt

Dua minggu setelah pembajakan tanah dan penggemburan, dilakukan

pembuatan bedengan dan selokan untuk irigasi atau pengairan. Bedengan

dibuat membujur searah Timur-Barat, agar penyebaran cahaya matahari dapat

merata mengenai seluruh tanaman. Bedengan berukuran lebar 70-100 cm, tinggi

30 cm, jarak antar bedeng yang merupakan lebar selokan adalah 40 cm dan

panjangnya disesuaikan dengan kondisi lahan. Kedalaman selokan sama

dengan tinggi bedengan (30 cm). Selanjutnya di sekeliling petak-petak bedengan

dibuat selokan untuk pembuangan air (drainase) sedalam 50 cm dengan lebar

50 cm (Samadi, 1997).

Pemupukan dasar adalah tahapan terakhir dari kegiatan persiapan lahan.

Pupuk dasar yang terdiri dari pupuk organik dan anorganik diberikan sebelum

tanam. Pupuk organik diberikan pada permukaan bedengan kira-kira satu

minggu sebelum tanam. Pemberian pupuk organik dapat dilakukan dengan dua

cara, yaitu dengan dicampurkan dengan tanah bedengan sampai kedalaman 20

cm ketika penggemburan tanah yang terakhir dan dengan diberikan pada lubang

tanam. Pupuk anorganik yang berupa TSP diberikan sebagai pupuk dasar

sebanyak 300 kg sampai 350 kg per hektar bersamaan dengan pemberian

pupuk organik (Samadi, 1997). Kebutuhan pupuk organik mencapai 20-30 ton

per hektar.

2. Penyiapan bibit

Dalam mempersiapkan bibit perlu dilaksanakan pemeliharaan terhadap

bibit sebelum dilaksanakan penanaman, dalam hal ini dilakuan seleksi untuk

membuang yang rusak atau sakit secara visual atau terlihat oleh mata telanjang

sehingga akan diperoleh bibit yang berkualitas baik dan dapat berproduksi tinggi

serta memberikan keuntungan yang besar.

Menurut Rukmana (1997), bibit kentang bermutu harus memenuhi syarat

sebagai berikut :

a. Bibit bebas hama dan penyakit

b. Bibit tidak tercampur varietas lain atau klon lain (murni)

8

Page 9: Laporan Pengamatan Tbt

c. Ukuran umbi 30-45 gram berdiameter 35-45 mm (bibit kelas I) dan 45-60

gram berdiameter 45-55 (bibit kelas II) atau umbi belah dengan berat minimal

30 gram.

d. Umbi bibit tidak cacat dan kulitnya kuat.

Ciri umbi bibit yang siap tanam adalah telah melampaui masa istirahat

atau masa dormansi selama 4 bulan sampai 6 bulan dan telah bertunas sekitar 2

cm. Penanaman umbi bibit yang masih dalam masa dormanis atau belum

bertunas pertumbuhannya akan lambat dan produktivitasnya rendah. Umbi bibit

yang disimpan terlalu lama sampai pertumbuhan tunasnya panjang-panjang

harus dilakukan perompesan lebih dulu yang dikerjakan sebulan sebelum tanam.

Tanpa perompesan, tanaman akan tumbuh lemah.

3. Penanaman

Waktu tanam yang sesuai sangat berpengaruh terhadap produktivitas

tanaman. di Indonesia dikenal dua musim, yaitu musim kemarau dan penghujan.

Di dataran tinggi waktu tanam yang paling baik adalah pada akhir musim hujan.

Khusus di dataran menengah waktu tanam yang paling tepat adalah musim

kemarau agar apda saat pembentukan umbi kentang keadaan suhu malam hari

paling rendah.

Penanaman bibit kentang di kebun baik dilakukan pada pagi atau sore

hari. Penanaman pada siang hari seringkali menyebabkan kelayuan sehingga

tanaman terhambat pertumbuhannya, bahkan terjadi kematian (Samadi, 1997).

Jarak tanam pada penanaman kentang sangat bervariasi tergantung

varietasnya. Untuk varietas Granola yang dibudidayakan di BBH Tawangmangu

ditanam dengan jarak tanam 30 x 70 cm dengan kedalaman lubang tanam

antara 8-10 cm.

Penanaman bibit kentang sangat sederhana, yaitu dengan cara umbi bibit

diletakkan dalam alur tepat di tengah-tengah dengan posisi tunas menghadap ke

atas dan jarak antara umbi bibit dalam alur adalah 25-30 cm. Khusus di dataran

menengah, jarak tanam diatur 50 x 30 cm untuk sistem bedengan atau 60-70 cm

x 30 cm untuk sistem guludan (Rukmana, 1997).

9

Page 10: Laporan Pengamatan Tbt

4. Pemeliharaan tanaman

Kegiatan pemeliharaan tanaman meliputi hal-hal sebagai berikut :

a. Pengairan

Pada awal pertumbuhan diperlukan ketersediaan air yang memadai.

Pengairan harus kontinu sekali seminggu atau tiap hari, tergantung cuaca

dan keadaan air tanah. Waktu pengairan yang paling baik adalah pagi atau

sore hari saat udara dan penguapan tidak terlalu tinggi dan penyinaran

matahari tidak terlalu terik. Cara pengairan adalah dileb (digenangi) hingga

tanah basah, kemudian air dibuang melalui saluran pembuangan air

(Rukmana, 1997).

b. Penyulaman

Bibit yang tumbuh abnormal atau mati harus segera diganti atau

disulam dengan bibit yang baru. Waktu atau periode penyulaman maksimum

15 hari setelah tanam. Cara menyulam ialah dengan mengambil bibit yang

mati, kemudian meletakkan umbi bibit yang baru dan menimbunnya sedalam

kurang lebih 7 ½ cm. Penyulaman dilakukan pagi atau sore hari (Rukmana,

1997).

c. Penyiangan

Dilakukan segera setelah terlihat adanya pertumbuhan rumput dengan

memperhitungkan pula bila selesai kegiatan ini akan dilanjutkan dengan

pembumbunan. Waktu penyiangan umumnya saat tanaman kentang

berumur 1 bulan. Cara menyiangi adalah mencabut atau membersihkan

rumput dengan alat bantu tangan atau kored. Penyiangan dilakukan secara

hati-hati agar tidak merusak perakaran tanaman kentang (Rukmana, 1997).

Penyiangan sebaiknya dilakukan pada daerah kira-kira 15 cm di sekitar

tanaman.

d. Pembumbunan

Pembumbunan dilakukan sebanyak 2 kali selama satu musim tanam

yaitu pembumbunan pertama dilakukan pada umur 30 hari setelah tanam,

pembumbunan kedua dilakukan pada umur 40 hari setelah tanam atau 10

hari setelah pembumbunan pertama (Anonim, 1989).

10

Page 11: Laporan Pengamatan Tbt

Tujuan pembumbunan ialah memberikan kesempatan agar stolon dan

umbi berkembang dengan baik, memperbaiki drainase tanah, mencegah

umbi kentang yang terbentuk terkena sinar matahari dan mencegah

serangan hama penggerek umbi (Phithorimaea opercuella).

Cara pembumbunan adalah menimbun bagian pangkal tanaman

dengan tanah hingga terbentuk guludan-guludan (Rukmana, 1997).

Ketebalan pembumbunan pertama kira-kira 10 cm, pembumbunan kedua

juga kira-kira 10 cm sehingga ketinggian pembumbunan mencapai kira-kira

20 cm.

e. Pemupukan

Pemupukan susulan hanya dilakukan pada saat tanam dan

pemberiannya sangat bervariasi, ada yang menggunakan kombinasi Urea,

TSP, KCl, atau ZA, TSP, KCl dengan waktu dan dosis pemberian pupuk

seperti pada tabel 2.

Tabel 2. Jadwal pemberian pupuk anorganik dan PPC pada tanaman kentang per hektar

No Perlakuan Waktu Pemberian (HST)

0 21 45

1

2

3

Pupuk

Kandang

Pupuk

anorganik

a. Urea /

Za

b. TSP

c. KCl

PPC

(Supermes)

15-20 ton

400 kg

7-10 hari

sekali

165 / 350

kg

100 kg

165 / 365

kg

100 kg

Sumber : Samadi (1997)

11

Page 12: Laporan Pengamatan Tbt

Keterangan : HST : Hari Setelah Tanam

PPC : pupuk pelengkap cair.

Pemberian pupuk susulan dilakukan dengan menyebar pupuk itu di

sekeliling tanaman pada jarak 10 cm dari batang tanaman dengan dosis

sekitar 10 - 20 g per tanaman atau diberikan pada barisan diantara tanaman

kurang lebih 20 - 25 cm, kemudian segera menimbunnya dengan tanah

sambil membumbun.

f. Hama dan Penyakit

Menurut Rukmana (1997), hama dan penyakit yang menyerang

tanaman kentang antara lain :

1. Hama biasanya kutu daun persik, penggerek daun dan umbi kentang,

kumbang kentang, thrips, tungau kuning, uret, anjing tanah, ulat tanah.

2. Penyakit biasanya busuk daun, layu bakteri, layu fusarium, bercak kering

alternaria, kudis atau burik, rhizoctonia, busuk basah, virus, dan bintil

akar.

12

Page 13: Laporan Pengamatan Tbt

BAB III

TEKNIS BUDIDAYA TANAMAN KENTANG

Dalam proses perbanyakan benih kentang memerlukan cara budidaya

yang benar agar bisa mendapatkan benih yang bermutu tinggi. Disamping itu

juga dibutuhkan cara penanganan benih kentang pada periode pra panen, panen

dan pasca panen yang dapat menentukan dan menjaga mutu benih agar lebih

baik.

Teknis Budidaya Benih Kentang:

1. Pengolahan lahan

Tanah harus dicangkul sedalam 30-40 cm setelah dicangkul tanah

dibiarkan beberapa hari agar mendapatkan sinar matahari sehingga aerasi udara

lancar, hama atau bakteri dapat terbunuh. Setelah pencangkulan tanah

digemburkan sampai lembut karena tanaman kentang membutuhkan tanah yang

gembur, untuk perkembangan akar sebagai asal terjadinya umbi. Tanah yang

kurang gembur dapat menghambat proses terjadinya umbi, tanah yang baik

untuk pertumbuhan kentang yaitu tanah yang gembur dan agak berpasir.

Bedengan dan saluran air perlu dibuat karena sebagai tempat

penanaman, bedengan juga dapat mencegah agar tanaman tidak tergenang air

bila hujan turun, dan memudahkan untuk pemeliharaan tanaman.Tinggi

bedengan kurang lebih 20 cm, dan lebarnya kurang lebih 70 cm, panjang

bedengan menyesuaikan ukuran tanah, dengan lebar parit 25 cm. Parit-parit

bedengan selain berfungsi sebagai jalan dalam merawat tanaman , juga sebagai

saluran air oleh karena itu parit-parit bedengan ini dibuat sedemikian rupa agar

air dapat mengalir lancar bila turun hujan.

2. Pembibitan dan Penanaman

Bibit adalah bakal terjadinya tanaman, oleh karena itu sangat menentukan

sekali terhadap hasil yang dicapai. Bibit yang tidak baik hasilnya pun akan

mengecewakan. Tanaman kentang ditanam melalui umbinya, yang langsung

pada lahan tanpa melalui persemaian terlebih dahulu. Jauh sebelum

penanaman, bibit harus dipersiapkan terlebih dahulu dengan memilih umbi-umbi

kentang yang baik, besar, dan tidak banyak matanya.

13

Page 14: Laporan Pengamatan Tbt

Umbi-umbi calon bibit tersebut ditempatkan pada bakul-bakul lalu

diletakkan pada para-para yang tempatnya kering dan hanya segar. Kemudian

dibawah para-para tersebut dibuat perapian yang hanya mengeluarkan asap

saja. Pembibitan ini memakan waktu kurang lebih 3 bulan lamanya.

Yang harus dikerjakan dahulu dalam penanaman ini, yaitu membuat

lubang-lubang tanam dalam bedengan dengan jarak tanam kurang lebih 60-70

cm. Setiap lubang tanam diberi pupuk kandang sebanyak 0,5 kg, bibit-bibit

diletakkan di atas pupuk kandang dengan kedalaman 7-12 cm, dan diusahakan

agar tunas-tunasnya menghadap ke atas dan sebelah kanan dan kirinya diberi

pupuk ZA dan NPK sebanyak 16 g dengan jarak 5 cm dari bibit, setelah itu

lubang-lubang tanam tersebut ditutup dengan tanah.

3. Pemeliharaan

Pemeliharaan ini meliputi penyiraman, pendangiran, pemberantasan

hama dan penyebab penyakit. Pemeliharaan ini sangat perlu dilakukan karena

berpengaruh pada produksi hasil, pemeliharaan yang kurang sempurna hasil

produktifitasnya pun kurang memuaskan.

a. Penyiraman

Tanaman kentang tidak menghendaki kekeringan, walaupun tanaman

ini juga sangat peka terhadap air yang berlebihan terutama terhadap air yang

menggenang. Pada tanah yang terlalu kering suhu tanah akan menjadi

panas dan kelembabannyapun menjadi turun. Umbi kentang memerlukan

suhu dingin dengan kelembaban yang tinggi. Pada tanah yang tidak stabil

suhu dan kelembabannya tanaman kentang akan menghasilkan umbi yang

kurang bagus.

Penyiraman harus diperhatikan, terutama bila tidak turun hujan.

b. Pendangiran.

Setelah tanaman berumur 1 bulan, maka dilakukan pendangiran.

Rumput-rumput yang mengganggu dibersihkan dan tanah disekitar tanaman

digemburkan sambil meninggikan gundukan tanah atau bedengan agar umbi

tanaman selalu terkubur, bila tidak tertutup tanah maka umbi kentang akan

berwarna hijau dan kualitasnya rendah.

14

Page 15: Laporan Pengamatan Tbt

c. Pemberantasan hama dan penyebab penyakit

Hama dan penyakt tanaman harus diberantas. Bila tidak diberantas,

maka tanaman dapat gagal dan merugikan usaha bercocok tanam.

Pengendalian hama penyakit sebaiknya dilakukan sesuai jadwal,

pengendalian terlebih dahulu dilakukan dengan pengamatan di lahan guna

menentukan hama penyakit apa yang menyerang (menentukan insektisida

dan fungisida apa yang akan digunakan) Hama yang mengganggu tanaman

kentang biasanya ulat daun, orong-orong dan ulat tanah. Cara pengendalian

hama ini dengan Diazinon 0,2%, buldox atau curacron, sedangkan untuk

orong-orong pengendaliannya dengan diberi furadan 3 G, sebaiknya

pemberian furadan ini dilakukan pada saat pemberian pupuk kandang

(sewaktu mengolah tanah). Sedangkan penyakit yang biasa menyerang yaitu

busuk daun, mozaik dan pusarium. Cara pengendalian penyakit ini dengan

menggunakan Dithane M-45, Antracol dan Daconil.Untuk mozaik obat

pembasmi ampuh belum ditemukan, hanya untuk menghindari semacam ini

harus memilih bibit tanaman yang baik dan bebas virus serta mencabut

tanaman yang sudah terjangkit biar tidak menular ke tanaman yang lain.

4. Pra panen

Pada periode pra panen terdapat tiga kegiatan yang meliputi:

a. Penghitungan populasi

Dalam proses perbanyakan bibit kentang jumlah bibit yang ditanam

mungkin tidak akan tumbuh baik secara keseluruhan karena pengaruh

berbagai faktor baik lingkungan, cuaca, hama, penyakit. Dengan

penghitungan populasi dapat diketahui populasi tanaman produktif.

Penghitungan populasi dilaksanakan pada umur 50-60 hari setelah tanam.

Dalam penghitungan populasi, selain dapat diketahui populasi

tanaman produktif juga dapat diperkirakan jumlah knol (umbi) yang akan

dihasilkan dengan mengalikan jumlah populasi tanaman dengan jumlah umbi

yang dihasilkan oleh tanaman yang biasanya menghasilkan umbi kurang

lebih sekitar 7-8 umbi.

15

Page 16: Laporan Pengamatan Tbt

b. Panen percobaan

Hasil produksi umbi sebanyak 80 % sampai 90 % harus dalam ukuran

standar bibit. Untuk mengetahui keadaan umbi dalam tanah baik

kesehatannya maupun ukurannya perlu dilakukan panen percobaan. Panen

percobaan dilakukan pada umur 70-75 hari setelah tanam. Pada umur

tersebut keadaan umbi sudah matang secara fisiologis bisa digunakan

sebagai bibit. Panen percobaan dilakukan guna menentukan waktu pangkas

batang dan untuk membuat angka ramalan produksi mengenai jumlah knol

dari tiap kelas bibit, jumlah berat dari tiap kelas bibit dan jumlah total hasil

produksi yang akan diperoleh baik jumlah knol atau jumlah berat.

c. Pemangkasan batang

Pemangkasan batang harus dilakukan pada umur 70-85 hari setelah

tanam kurang dari 70 hari ukuran umbi biasanya masih kecil-kecil, kalau

lebih dari 85 hari ukuran umbi biasanya lebih besar dari ukuran bibit.

Varietas granola yang dibudidayakan di BBH Tawangmangu,

pemangkasan batangnya dilaksanakan pada umur 85-90 hari setelah tanam.

Hal ini dilakukan dengan memperhatikan umur panen tanaman kentang

varietas granola dan biasanya diambil umur maksimumnya.

Pemangkasan batang dilakukan dengan menggunakan sabit yang

bersih dan tajam atau gunting potong. Tinggi batang yang dipangkas sekitar

5 cm dari permukaan tanah. Semua batang hasil pangkasan harus dibuang

atau dikubur agar tidak menjadi sumber penyakit.

Keuntungan dari pemangkasan batang antara lain :

1. Menghambat infeksi penyakit yang dapat terjadi dari bagian atas tanaman

turun ke umbi.

2. Menghentikan pembesaran umbi dan mempertahankan ukuran umbi

sesuai dengan ukuran bibit yang diinginkan.

3. Menghentikan proses pertumbuhan tanaman agar kulit umbi menjadi kuat

dan tidak mudah terkelupas pada saat panen.

5. Panen

Tanaman kentang varietas granola yang dibudidayakan di BBH

Tawangmangu dipanen 10 hari setelah dilaksanakan pemangkasan batang atau

kurang lebih pada saat tanaman berumur antara 100-115 hari setelah tanam.

16

Page 17: Laporan Pengamatan Tbt

Waktu paling baik untuk panen kentang adalah pada saat cuaca terang di

pagi hari. Hindar waktu panen kena hujan karena bila waktu panen terkena hujan

pada saat umbi masih terhampar di tanah dapat menyebabkan kerusakan umbi

pada saat penyimpanan di gudang.

Panen dapat dilakukan dengan jalan menggemburkan guludan dengan

cara mencangkul pinggirannya lalu mengangkatnya. Pencangkulan dilakukan

pada setiap tempat untuk menghidari kerusakan umbi oleh cangkul. Selain itu,

cara panen dapat dilakukan dengan menggunakan tangan dengan cara

membongkar guludan atau menggalinya langsung.

Setelah penggalian dan pengumpulan umbi oleh tangan, umbi dibarkan

saja merata di lahan, maksudnya agar umbi terangin-anginkan dan terkena sinar

matahari langsung sehingga kulit umbi menjadi kering

Setelah umbi kering dan tanah tidak menempel lagi, segera dilakukan

pewadahan umbi sekaligus melaksanakan seleksi lapangan, maksudnya sambil

melakukan pewadahan juga memilih umbi yang secara visual kondisi fisiknya

baik dan sehat. Sisa tanaman kentang yang berupa bekas bibit dan umbi yang

rusak dikumpulkan sehingga tidak ada lagi yang tertinggal di kebun karena

dikhawatirkan nantinya tumbuh volunteer atau kireura yang bisa terinfeksi

penyakit dan jadi sumber penyakit pada pembibitan periode selanjutnya.

Pengangkutan umbi bibit kentang ke gudang yang sudah dipersiapkan

dalam keadaan bersih dilakukan setelah pewadahan dan seleksi lapangan. Umbi

bibit yang sudah sampai di gudang dihamparkan di lantai gudang untuk diangin-

anginkan lagi. Lamanya pengangin-anginan ini cukup dua hari saja atau paling

lama 5 sampai 7 hari. Sebelum umbi diangin-anginkan di gudang perlu dilakukan

penimbangan untuk mengetahui berat benih setelah panen.

6. Pasca Panen

Kerusakan umbi kentang dapat terjadi mulai periode pra panen hingga

pasca panen. Besarnya tingkat kerusakan ditentukan oleh berbagai faktor,

antara lain cara budidaya, iklim, hama, penyakit, umur panen, kerusakan selama

panen dan perlakuan pasca panen. Penanganan pasca panen yang tidak baik

menyebabkan kerusakan umbi kentang antara 2-10% dan bagian yang terbuang

kurang lebih 10 %, oleh karena itu untuk mengurangi tingkat kerusakan umbi

17

Page 18: Laporan Pengamatan Tbt

kentang setelah panen, perlu langkah-langkah penanganan pasca panen yang

baik dan memadai.

Kegiatan penanganan pasca panen umbi benih kentang meliputi a)

persiapan gudang, b) perlakuan benih di gudang, c) pemeliharaan benih selama

di gudang penyimpanan, dan d) pengemasan dan pengangkutan benih.

a. Persiapan gudang

Gudang yang disiapkan untuk menyimpan benih kentang harus

memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

1. Ventilasi udara dan penyebaran cahaya yang baik

2. Kebersihan gudang dan rak penyimpanan. Bersih dari kotoran dan sisa-

sisa umbi yang busuk.

3. Sebelum benih disimpan, gudang harus disterilkan khususnya untuk

pengendalian penggerek umbi (Phthorimaea perculella) minimal satu

minggu sebelum panen dengan cara pencucian gudang dan rak

penyimpanan serta penyemprotan pestisida.

Kegiatan persiapan gudang biasanya dilakukan pada masa pra panen.

b. Perlakuan benih di gudang

Setelah benih disimpan di gudang dan diangin-anginkan, dilakukan :

1. Seleksi atau sortasi

Seleksi atau sortasi yaitu memisahkan umbi yang sehat, busuk

(penyakit) dan kerusakan fisik (hama dan mekanis). Seleksi harus

dilaksanakan di tempat seleksi atau gudang penyimpanan dengan

keadaan ruangan yang cukup terang supaya umbi kentang yang akan

diseleksi mudah untuk dilihat kerusakannya.

2. Grading

Menentukan umbi untuk benih, tergantung dari diri sendiri. Menurut

petani, umbi yang baik untuk benih adalah yang sehat, bermutu super,

mempunyai 3 sampai 5 mata tunas dan bobotnya 80-100 g.

Pengkelasan benih kentang berdasarkan berat umbi (g) adalah

sebagai berikut :

- Ukuran SS : Lebih kecil dari 10 g

- Ukuran S : 11-30 g

- Ukuran M : 31-60 g

18

Page 19: Laporan Pengamatan Tbt

- Ukuran L : 61-120 g

- Ukuran LL : lebih besar dari 121 g

3. Pencelupan benih

Sebelum dilakukan pencelupan umbi dengan insektisida, sebaiknya

dicuci terlebih dahulu dengan menggunakan air bersih untuk

membersihkan tanah yang menempel pada umbi karena tanah tersebut

mempunyai kemungkinan tercampur dengan nematoda atau telur-telur

nematoda, sehingga dengan pencucian tersebut umbi menjadi bersih dan

insektisida yang diberikan pada waktu pencelupan lebih efektif.

Pencelupan dengan menggunakan insektisida bertujuan untuk

pengendalian hama penggerek umbi (Phthorimaea operculella Zeller).

Yang perlu diperhatikan dalam pencelupan antara lain :

- Air yang digunakan harus bersih

- Cuaca dalam keadaan kering

- Lama pencelupan kira-kira 10 detik

- Suhu terbaik 10-20 oC

- Benih yang telah dicelup dibiarkan, dijemur 1 sampai 2 jam

dibawah sinar matahari, selanjutnya disimpan dan dikeringanginkan di

dalam gudang.

4. Penaburan insektisida dan penimbangan

Penaburan insektisida dan penimbangan dilakukan setelah

pencelupan benih dan benih sudah kering. Setelah benih kering dilakukan

penimbangan dan ditaburi insektisida. Penaburan insektisida dilakukan

untuk mencegah hama penggerek umbi yang biasa menyerang tanaman

kentang dan umbi baik di kebun maupun pada saat penyimpanan.

Penimbangan dilakukuan untuk mengetahui jumlah berat tiap kelas benih

dan jumlah total hasil produksi serta untuk mengetahui besarnya

penyusutan atau besarnya umbi yang rusak.

5. Penyimpanan

Penyimpanan benih dilakukan dengan cara meletakkan masing-

masing kelas umbi dalam rak penyimpanan yang terdiri dari 3 sampai 4

lapis umbi dan rak-rak tersebut disusun secara rapi untuk memudahkan

pengontrolan. Benih kentang yang sudah diletakkan di dalam rak

19

Page 20: Laporan Pengamatan Tbt

penyimpanan ditutup dengan kain kasa yang kemudian dilakukan

penyemprotan insektisida. Hal ini dilakukan untuk pengendalian hama

penggerek umbi selama penyimpanan.

c. Pemeliharaan benih selama di gudang penyimpanan

Benih yang sudah disimpan di gudang penyimpanan tidak dibiarkan

begitu saja tetapi perlu dilakukan pemeriksaan benih secara teratur (minimal

1 minggu 3 kali) dan pergiliran rak penyimpanan (box atau krat) selama 7

sampai 10 hari sekali untuk mengontrol benih dari serangan hama penggerek

umbi. Apabila ada gejala serangan hama penggerek umbi harus dilakukan

penyemprotan.

Pemeliharaan sanitas gudang perlu dilakukan agar tetap bersih dari

kotoran serta umbi-umbi yang busuk. Suhu, cahaya, dan kelembaban udara

harus dijaga sesuai dengan yang diperlukan untuk menunjang pertumbuhan

tunas.

d. Pengemasan dan pengangkutan benih

Benih kentang yang telah lulus seleksi dan mendapatkan sertifikat

benih dari Balai Pengawasan dan Sertifikat Benih Tanaman Pangan

Hortikultura (BPSBTPH) dikemas dengan menggunakan karung jaring

(waring) dengan ukuran setiap kemasan 20 kg dan dilakukan pelabelan

dengan cara dijahit serta disaksikan oleh BPSBTPH. Dalam pengangkutan

benih harus diperhatikan cara penyusunan kemasan dan alat angkut yang

digunakan untuk menghindari kerusakan benih.

Penanaman tanaman kentang yang dijadikan bibit di BBH Tawangmangu

sudah memenuhi persyaratan, misalnya lahan untuk bercocok tanam dengan teori

hampir sama, tinggi tempat dan curah hujan sudah sesuai.

20

SORTASI

GRADING

Page 21: Laporan Pengamatan Tbt

Gbr. MEKANISME PASCA PANEN TANAMAN KENTANG

21

PENCUCIAN

PENABURAN INSEKTISIDA PENIMBANGAN

PENYIMPANANN

PENGEMASAN

Page 22: Laporan Pengamatan Tbt

DAFTAR PUSTAKA

Clickwok.com. 2002. Empat cara memanfaatkan kentang sebagai obat.

http://www.hanyawanita.com. [ 02 Februari 2013 ].

Departemen Pertanian. 2008. Data konsumsi per kapita kentang dan volume ekspor.

http://www.deptan.go.id. [ 02 Februari 2013 ].

Hartus, T. 2001. Usaha Pembibitan Kentang Bebas Virus. Penebar Swadaya. Jakarta.

136 hal.

Jumin, Hasan Basri. 2005. Dasar-Dasar Agronomi. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

250 hal.

PUSTEKKOM. 2005. Usaha mengurangi erosi tanah. http://www.e-dukasi.net.

[ 02 Februari 2013 ].

Samadi, B. 2004. Usaha Tani Kentang. Kanisius. Yogyakarta.

The Agricoach Inc. 2008. Perlakuan pengolahan tanah. http://www.agricoach-inc.com.

[02 Februari 2013].

Winarno, F.G., dan M. Aman. 1981. Fisiologi Lepas Panen. Sastra Hudaya. Jakarta.

22