Upload
sulfiani01
View
242
Download
16
Embed Size (px)
DESCRIPTION
laporang orbital molekul kimia fisika
Citation preview
LAPORAN PRAKTIKUMKIMIA FISIKA
PERCOBAAN VIIIPERHITUNGAN ORBITAL MOLEKUL
NAMA : GISELLA TAMARA MNIM : H311 12 259KELOMPOK/ REGU : III (TIGA)/ 5HARI/ TANGGAL PERCOBAAN: SELASA/ 22 APRIL 2014ASISTEN : HERLINA RASYID
LABORATORIUM KIMIA FISIKAJURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sekitar abad ke-17 diperkenalkan suatu teori mengenai gerakan partikel atom
dan subatom yang dapat dinyatakan dengan hukum mekanika klasik yang didasarkan
pada penemuan Isaac Newton. Hal ini disebabkan hukum ini sangat berhasil dalam
menerangkan berbagai obyek dalam kehidupan sehari-hari yakni mampu
meramalkan lintasan dengan tepat dan memungkinkan cara gerak translasi, rotasi,
dan vibrasi untuk diterapkan ke sebarang energi hanya dengan mengontrol gaya,
momen putar, dan impuls yang diberikan.
Hingga pada abad ke-19, sekitar tahun 1926 ditemukanlah konsep dan
persamaan yang sesuai untuk menjelaskan mengenai transfer energi dan kebiasaan
dari atom-atom dan partikel-partikel penyusunnya yang disebut dengan konsep
mekanikan kuantum. Teori kuantum pertama kali diungkapkan oleh Max Planck
yang mengasumsikan bahwa energi bersifat kontinu.
Berdasarkan teori mekanika kuantum, maka energi-energi dalam tingkatan
atom hingga molekul dapat diperhitungkan secara matematika melalui suatu
persamaan dalam bentuk fungsi gelombang. Dewasa ini ada dua teori mekanika
kuantum yang membahas struktur elektronik molekul yaitu teori ikatan valensi dan
teori orbital molekul. Orbital molekul itu sendiri merupakan suatu fungsi gelombang
yang melingkupi keseluruhan atom dalam molekul. Salah satu aplikasi yang paling
sering digunakan adalah software HyperChem. Untuk mempelajari aplikasi
Hyperchem dan menghitung fungsi gelombang serta menentukan bentuk orbital
molekul H2O, maka dilakukanlah percobaan ini.
1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan
1.2.1 Maksud Percobaan
Maksud dilakukannya percobaan ini adalah :
1. Mengetahui dan mempelajari aplikasi software Hyperchem.
2. Mengetahui dan mempelajari cara menghitung fungsi gelombang molekul.
3. Mengetahui dan mempelajari cara menghitung orbital molekul.
1.2.2 Tujuan Percobaan
Tujuan dilakukannya percobaan ini adalah :
1. Menentukan fungsi gelombang H2O.
2. Menentukan bentuk orbital molekul H2O.
3. Menentukan muatan atomik.
4. Menentukan penjajaran struktur.
1.3 Prinsip Percobaan
Membuat orbital molekul H2O dengan menggunakan software Hyperchem
Release 7 kemudian menghitung fungsi gelombang molekul dan orbital molekul serta
membandingkannya dengan teori.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dewasa ini ada dua teori mekanika kuantum yang membahas struktur
elektronik molekul. Teori tersebut adalah teori ikatan valensi dan teori orbital
molekul. Teori ikatan valensi berangkat dari konsep pembagian pasangan elektron
dalam ikatan. Setiap pasangan elektron dalam suatu molekul digambarkan oleh
fungsi gelombang yang memungkinkan setiap elektron dapat dilacak pada kedua
atom yang digabungkan oleh ikatan kimia. Dalam teori orbital molekul dianggap
bahwa elektron tidak dimiliki oleh atom tertentu tetapi tersebar dalam keseluruhan
sistem molekul. Dalam teori ini konsep orbital atom diperluas menjadi orbital
molekul, yaitu suatu fungsi gelombang yang melingkupi keseluruhan atom di dalam
molekul (Taba dkk., 2014).
Penggunaan teori variasi berakibat dalam konstruksi orbital molekul dari
orbital atom, dan jumlah orbital molekul. Separuh dari orbital molekul mempunyai
energi yang lebih rendah dari energi orbital atom, dan separuh lainnya mempunyai
energi yang lebih besar daripada energi orbital atom. Yang pertama disebut orbital
molekul pengikatan dan yang lain disebut orbital molekul anti pengikatan. Elektron
yang tidak berperan dalam pengikatan disebut elektron tidak berikatan dan
mempunyai energi yang sama dengan yang dipunyai oleh atom-atom yang terpisah.
Orbital atom yang berperan dalam pembentukan orbital molekul harus memenuhi
persyaratan berikut (Dogra dan Dogra, 1984):
a. Orbital atom yang membentuk orbital molekul harus mempunyai energi yang
dapat dibandingkan.
b. Fungsi gelombang dari masing-masing orbital atom harus bertumpang-tindih
dalam ruangan sebanyak mungkin.
c. Fungsi gelombang orbital atom harus mempunyai simetri yang relatif sama
dengan sumbu molekul.
Orbital yang paling umum membentuk orbital molekul adalah sigma dan phi.
Orbital sigma simetris di sekitar sumbu antarnuklir. Penampang tegak lurus terhadap
sumbu antarnuklir (biasanya sumbu x) memberikan suatu bentuk elips. Ini terbentuk
dari orbital s maupun dari p dan orbital d yang mempunyai telinga sepanjang sumbu
antarnuklir. Orbital phi terbentuk ketika orbital p pada setiap atom mengarah tegak
lurus terhadap sumbu antarnuklir. Kerapatan muatan ada di atas dan di bawah bidang
singgung dari orbital p (Dogra dan Dogra, 1984).
Tidak hanya radiasi elektromagnetik yang memiliki karakter klasik yang
dianggap berasal dari partikel, tetapi elektron dan semua partikel lain memiliki
karakteristik klasik dianggap berasal dari gelombang. Partikel dan karakter
gelombang dari materi dan juga radiasi ini disebut dualitas gelombang-partikel. Inti
dari dualitas dalam fisika klasik, di mana partikel dan gelombang merupakan suatu
entitas yang sama sekali berbeda. Energi dari radiasi elektromagnetik dan materi
tidak dapat divariasikan terus menerus, dan untuk benda kecil mendeskritkan energi
sangat signifikan. Dalam mekanika klasik, sebaliknya, energi dapat bervariasi terus
menerus (Atkins dan Paula, 2006).
Semakin besar selisih antara energi total dengan energi potensial, semakin
kecil panjang gelombang dari fungsi gelombangnya. Dengan kata lain, semakin besar
energi kinetiknya, semakin makin kecil panjang gelombangnya. Partikel diam, yaitu
partikel dengan energi kinetik nol, mempunyai panjang gelombang tak terhingga,
yang berarti nilai fungsi gelombangnya selalu bernilai sama. Jadi, untuk partikel
diam, ψ = konstan (Atkins dan Paula, 2006).
Menurut Atkins dan de Paula (2006), dalil-dalil yang menjadi dasar dalam
mekanika kuantum diantaranya:
1. Fungsi gelombang. Semua informasi dinamis terkandung dalam fungsi
gelombang untuk sistem, yang merupakan fungsi matematika yang ditemukan
dengan memecahkan persamaan Schrödinger. Dalam satu dimensi:
−h2 d2Ψ2 m dx2 +V ( x ) Ψ=EΨ (3)
2. Interpretasi Born. Jika fungsi gelombang partikel memiliki nilai Ψ di beberapa
titik r, maka probabilitas untuk menemukan partikel dalam volume yang
sangat kecil dτ = dxdydz pada titik ini sesuai dengan ׀Ψ 2׀ dτ.
3. Fungsi gelombang yang diterima. Sebuah fungsi gelombang diterima harus
kontinyu, memiliki turunan pertama terus menerus, memiliki nilai tunggal,
dan menjadi kuadrat integrasi.
4. Teramati. Ω, diwakili oleh operator, Ω, dibangun dari posisi dan operator
momentum bentuk atau lebih umum dari operator yang memenuhi hubungan
pergantian dalam bentuk:
x̂=x × p̂x= hdi dx (4)
5. Prinsip ketidakpastian Heisenberg. Tidak mungkin untuk menentukan secara
bersamaan, dengan presisi berubah-ubah, baik momentum dan posisi partikel
dan, lebih umumnya, setiap pasang diamati dengan operator yang tidak bolak-
balik.
Orbital atomik adalah fungsi gelombang yang menyatakan gerakan elektron
dalam sebuah atom dan orbital atomik diklasifikasikan ke dalam beberapa jenis
terhadap bilangan kuantum utama dan bilangan kuantum azimut (Ohno, 2004).
Orbital molekul (MO) tersusun atas orbital atom (AO), kombinasi linear
fungsi, superposisi secara fisik gelombang elektron, dan campuran secara kimia
penyusunnya. Penyusunan orbital molekul dari orbital atom biasanya diatur dengan
interaksi antar orbital. Tumpang tindih orbital akan menyebabkan interaksi dan
pencampuran orbital, yang menghasilkan pembentukan orbital baru (Ohno, 2004).
Fungsi gelombang tergantung waktu, (x, t), dapat dinyatakan sebagai
superposisi dari keadaan energi yang tetap, E (x), masing-masing berkembang
dalam waktu sebagai eiet, (x, t) (Petridis dkk., 2010):
(x, t) = ∫−∞
∞
φ (E ) E ( x )e−iEt dE ,
dimana E (x) adalah tetap stasioner pada persamaan Schrödinger untuk diberikan
Hamiltonian dan (E) adalah distribusi energi (Petridis dkk., 2010).
Pada saat besar meluruh sebagai t, untuk memastikan persegi luas persegi
fungsi spektral harus 0 dan menurun menjadi 0, maka pada energi besar terbatas di E
lebih cepat dari 1/e. Hal ini menunjukkan bahwa perilaku ini berkaitan dengan
semua persegi fungsi gelombang yang 0. Solusi untuk masalah ini fungsi spektral
yang lain menghasilkan bervariasi sebagai t-n dengan n lebih besar dari 3. Numerik
potensial yang terbatas menunjukkan bahwa kerusakan non-eksponensial berlaku
pada waktu yang singkat dan (Petridis dkk., 2010).
Perbedaan prinsip antara sistem diatomik dengan poliatomik adalah bentuk
molekul. Dalam sistem diatomik, molekul pasti linear, namun untuk sistem triatomik,
mungkin saja linear atau tidak, dengan sudut ikatan yang terkarakteristik. Bentuk
molekul poliatomik dapat diprediksi dengan menghitung total energi dari molekul
untuk beberapa variasi posisi inti, dan selanjutnya mengidentifikasi konformasi yang
terkait dengan energi terendah (Taba, dkk., 2014).
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Alat Percobaan
Adapun alat-alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu laptop dengan
software HyperChem Release 7 dan molekul yang digunakan yaitu air (H2O).
3.2 Bahan Percobaan
Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah software HyperChem
Release 7 dan molekul yang digunakan yaitu air (H2O).
3.2 Prosedur Percobaan
3.2.1 Membuat Molekul Air
- Dibuka software Hyperchem Release 7
- Dari menu Display, dipastikan perintah Show Hydrogen aktif dan perintah
Perspective tidak aktif pada kotak dialog Rendering.
- Pada kotak dialog Default Element. Dinonaktifkan Explicit Hydrogen, lalu
dipilih Oksigen dan ditutup.
- Digambar atom oksigen dengan mengklik kiri pada daerah kerja dengan kursor
gambar.
- Diklik ganda tool Selection untuk menginvoke Model Builder.
- Diberikan label molekul dengan simbol.
- Tombol Print Screen pada keyboard ditekan, lalu paste pada Ms. Word.
3.2.2 Menggunakan Structure Alignment
- Dipilih perintah Align Molecule pada menu Edit.
- Dari kotak Align dipilih Secondary, dan dari kotak With dipilih Y axis.
- Perintah Minor dipastikan tidak aktif.
- Diklik OK.
- Ditekan tombol Print Screen pada keyboard lalu paste pada Ms. Word.
3.2.3. Menghitung Fungsi Gelombang
- Dipilih perintah Semi-emperical dari menu Setup
- Dipilih CNDO (Complete Neglect of Differential Overlap) sebagai metode
kalkulasi, lalu dipilih Options.
- Pada kotak dialog Semi-emperical Option, digunakan nilai 0,0001 pada kotak
Converege limit, nilai 50 pada kotak Iteration limit, 0 pada Total charge dan 1
pada kotak Spin multiplicity. Pada pilihan Spin Pairing dipilih RHF, dan pada
pilihan State dipilih Lowest.
- Diklik OK untuk menutup kotak dialog Semi-emperical Options dan kotak
dialog Semi-emperical Method.
- Dipilih Single-point pada menu Compute.
- Tombol Print Screen pada keyboard ditekan, lalu paste pada Ms.Word.
3.2.4 Membuat Orbital Molekul Individual
- Dipilih Selection Tool dan diklik kiri pada daerah kosong untuk membersihkan
daerah kerja.
- Dibuka kotak dialog Orbital dengan memilih Orbitals pada menu Compute.
- Dipilih HOMO-, lalu diklik kiri pada kotak teks untuk orbital off-set dan diset
nilai 3.
- Dipilih perintah 3D Isosuface.
- Dinonaktifkan perintah Orbital squared.
- Diklik OK.
- Dibuka kotak dialog Isosurface option dengan dipilih Isosurface pada menu
Display.
- Dipilih Wire mesh sebagai opsi Rendering, digunakan Orbital contour value
0,05, lalu diklik OK. Tombol Print Screen pada keyboard ditekan lalu Paste
pada Ms. Word.
- Dibuka kembali kotak dialog orbital dan dimasukkan nilai 1 untuk HOMO- off-
set. Diklik Options dan digunakan nilai yang sama seperti langkah ke tujuh dan
delapan di atas, tetapi rendering diubah menjadi Jorgensen - Salem.
- Tombol Print Screen ditekan pada keyboard, lalu paste pada Ms. Word.
- Diulangi kalkulasi dengan menggunakan nilai 2 untuk HOMO- offset dan dipilih
Lines sebagai opsi Rendering pada kotak dialog Options.
- Dibuka kotak dialog Orbital dan digunakan nilai 0 untuk HOMO- offset. Dipilih
Flat surface, dimasukkan nilai 0,05 dan diklik OK.
- Tombol Print Screen ditekan pada keyboard, lalu paste pada Ms. Word.
- Diklik kiri pada LUMO+ dan digunakan nilai offset 0 dan 1.
- Pada kotak dialog Options, dipilih Shaded surface sebagai opsi Rendering dan
digunakan nilai 0,05. Selanjutnya, dipilih Transculent surface untuk isosurface
rendering. Dibuka kotak dialog File/Preferences dan dipilih Isosurface Colours.
Warna positif dan negatif diubah menjadi hitam dan biru muda.
- Tombol Print Screen ditekan pada keyboard, lalu paste pada Ms. Word.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
1.4 Hasil Percobaan
1.4.1 Bentuk Molekul Air (H2O)
1.4.2 Bentuk Penjajaran Struktur (Structure Alignment) H2O
1.4.3 Fungsi Gelombang H2O
1.4.4 Gambar Orbital Molekul Individual
a. Gambar HOMO -3, Wire Mesh
b. Gambar Orbital HOMO -1, Jorgensen-Salem
c. Gambar Orbital HOMO -2 dengan Rendering Lines
d. Gambar Orbital HOMO 0 dengan Rendering Flat Surface
e. Gambar Orbital LUMO 0 dengan Rendering Sadded Surface
f. Gambar Orbital LUMO 1 dengan Rendering Transculent Surface
Isosurface Color Positif dan Negatif
g. Gambar Orbital LUMO 1 dengan Rendering Balls and Cylinders
4.2. Nilai Orbital Molekul H2O
No. Orbital Molekul Energi Orbital
1 LUMO +1 9,775138 (eV)
2 LUMO 0 8,857153 (eV)
3 HOMO 0 -17,777170 (eV)
4 HOMO -1 -19,132719 (eV)
5 HOMO -2 -21,634296 (eV)
6 HOMO -3 -40,284111 (eV)
4.3 Pembahasan
Percobaan perhitungan orbital molekul ini digunakan software Hyperchem
Release 7. Program ini merupakan program yang sangat teliti yang digunakan
untuk mengetahui struktur, stabilitas dan sifat molekul dengan menggunakan
perhitungan mekanika molekular maupun mekanika kuantum. Pada penentuan energi
dari molekul air sendiri kita menggunakan perhitungan single point yang bertujuan
untuk menentukan energi molekul dari struktur yang telah ditemukan dalam hal ini
molekul air tanpa proses optimalisasi. Molekul yang digunakan dalam percobaan ini
adalah molekul air (H2O). Setelah molekul H2O dibuat, molekul H2O harus dibuat
dalam orientasi standar sebelum menghitung fungsi gelombangnya. Orientasi standar
dilakukan dengan menggunakan structure alignment.
Orbital molekul yang dihasilkan adalah akibat interaksi orbital-orbital atom
dari atom-atom yang berikatan dan yang terkait dengan molekul secara keseluruhan.
Pada penggunaan program Hyperchem, tahap awal pembentukan molekul air H2O
dilakukan menentukan Default Element pada software yaitu oksigen, kemudian
menjajarkan strukturnya dengan mengatur alignment structure yang memperlihatkan
bentuk molekul H2O yang berbentuk seperti huruf V. Bentuk V ini disebabkan orbital
ikatan antara atom H dan O saling berikatan dengan ikatan rangkap yang merupakan
orbital sp2 yang membentuk sudut ikatan 180o. Namun, sudut ikatannya justru tidak
membentuk sudut 180o dikarenakan adanya pasangan elektron bebas dari atom O
yang memiliki tolakan yang besar terhadap orbital ikatan sehingga sudut yang
terbentuk bukan 180o tapi mendekati sudut tetrahedral yaitu 109,5o.
Fungsi gelombang dihitung utuk keseluruhan molekul air. Perhitungan fungsi
gelombang dilakukan dengan menggunakan Semi-emperical. Perhitungan Semi-
emperical memecahkan persamaan Schrodinger dengan perkiraan pasti untuk
menjelaskan sifat elektron dari atom dan molekul. Dalam Semi-emperical ini
digunakan CNDO (Complete Neglect of Differential Overlap) sebagai metoda
kalkulasi. CNDO adalah metoda yang paling sederhana dari SCF (Self Consistent
Field), berguna untuk menghitung sifat elektron pada keadaan dasar dari sistem
terbuka ataupun tertutup, optimisasi geometri, dan energi total. Pada menu Compute
dipilih Single-point sebagai metode kalkulasi. Perhitungan Single-point
memberikan data statistik molekul, seperti energi potensial, potensial elektrostatik,
energi orbital molekul pada keadaan dasar atau tereksistasi.
Selanjutnya, dibentuk orbital molekul H2O yang dispesifikasi relatif terhadap
HOMO (Highest Occupied Molecular Orbital) dan LUMO (Lowest Unoccupied
Molecular Orbital) yaitu suatu jenis orbital dengan tingkat energi terendah yang
terisis elektron dan yang tidak terisi elektron. Pada tahapan ini, orbital molekul H2O
dibuat berdasarkan kenaikan energinya. CNDO (Complate Neglect of Differential
Overlap) digunakan untuk menghitung sifat keadaan dasar elektronik dari sistem
molekul terbuka dan tertutup, mengoptimasi bentuk molekul serta perhitungan energi
total molekul. CNDO menggunakan basis set 6 orbital atom (2s dan 2p dari O, dan 1s
dari H) dan menghitung 6 orbital molekul. Empat dari orbital molekul tersebut (2a1,1
b2, 3a1, dan 1b1 – berdasarkan kenaikan energinya) adalah occupied (terisi) dan dua
(4a1 dan 2b2) adalah unoccupied (tidak terisi). HOMO adalah 1 b1 sedang LUMO
adalah 4a1. Elektron 1s oksigen yang tidak termuat pada OM akan membentuk
orbital molekul 1a1.
HOMO yang lebih tinggi (energi ionisasi yang lebih kecil) memberikan
kemampuan yang lebih kuat untuk memberikan elektron pada spesies yang lain.
Sedangkan LUMO yang lebih rendah (afinitas elektron yang lebih besar)
memberikan kemampuan yang lebih kuat untuk menerima elektron dari spesies yang
lain. HOMO sangat rendah (hampir tidak memiliki kemampuan untuk pemberian
elekton yang disebabkan energi ionisasi yang terlalu besar). LUMO sangat tinggi
(tidak memiliki kemampuan untuk menerima elektron, disebabkan efek afinitas
elektron negatif).
Berdasarkan hasil yang diperoleh pada percobaan ini didapatkan molekul
H2O energinya = -320,414120, gradien = 124,403095, dan simetri C2V. Orbital
molekul HOMO -3 energinya -40,284115 eV, orbital molekul HOMO -2 energinya
-21,634298 eV, orbital molekul HOMO -1 energinya -19,132719 eV, dan orbital
molekul HOMO 0 energinya -17,777170 eV. Sedangkan orbital molekul LUMO 0
energinya 8,857154 eV, dan orbital molekul LUMO +1 energinya 9,775139 eV.
Pada hasil akhir pembentukan molekul H2O berbentuk V, yang disebabkan oleh
adanya orbital sp3 dari atom O yang juga memiliki 2 elektron tunggal yang
selanjutnya akan bertumpang-tindih masing-masing dengan orbital 1s dari atom H
membentuk molekul H2O dan tersisa 2 pasangan elektron bebas.
Proses pembentukan molekulnya, dapat kita ketahui bahwa air dalam bentuk
senyawa akan membentuk ikatan hidrogen untuk mengikat molekul-molekulnya
dalam struktur yang kaku tetapi terbuka, membangun struktur tetrahedral.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari percobaan ini, antara lain:
1. Fungsi gelombang H2O dapat dihitung melalui bentuk orbital molekulnya,
dimana energinya sebesar sebesar -320,414150 dan gradiennya adalah
124,402943 dan simetri C2V.
2. Bentuk orbital molekul H2O dapat dibuat melalui komputer dengan menggunakan
aplikasi software Hyperchem.
3. Muatan atomik dapat dihitung berdasarkan HOMO dan LUMO,
a. HOMO- = 3, energinya sebesar = - 40,284111 (eV), dan orbital index = 1
b. HOMO- = 2, energinya sebesar = - 21,634296 (eV), dan orbital index = 2
c. HOMO- = 1, energinya sebesar = - 19,132719 (eV), dan orbital index = 3
d. HOMO- = 0, energinya sebesar = - 17,777170 (eV), dan orbital index = 4
e. LUMO+ = 0, energinya sebesar = 8,857153 (eV) dan orbital index = 5
f. LUMO+ = 1, energinya sebesar = 9,775139 (eV) dan orbital index = 6
4. Penjajaran struktur (structure alignment) digunakan untuk menghitung fungsi
gelombang.
5.2 Saran
Saran untuk laboratorium, agar kebersihan laboratorium tetap terjaga demi
kenyamanan dalam kegiatan praktikum.
Saran untuk percobaan, agar pada percobaan ini digunakan pula contoh
molekul lain sehingga praktikan dapat membandingkan hasilnya.
Saran untuk asisten lebih ditingkatkan lagi dalam memberikan penjelasan
sehingga praktikan bisa lebih mengerti.
DAFTAR PUSTAKA
Atkins, P., and de Paula, J., 2006, Physical Chemistry, Eight Edition, W. H. Freeman and Company, New York.
Dogra, S. K., dan Dogra, S., 1990, Kimia Fisik dan Soal-soal, UI-Press, Jakarta.
Ohno, K., 2004, Buku Teks Online Kimia Kuantum, diterjemahkan dari versi bahasa Inggris oleh Bambang Prijamboedi, Iwanami Publishing Company, Tokyo.
Petridis, Athanasios, N., Staunton1, Lawrence P., dan Vermedahl1, J., 2010, Exact Analytical and Numerical Solutions to the Time-Dependent Schrödinger Equation for a One-Dimensional Potential Exhibiting Non-Exponential Decay at All Times, J. Modern Physics, 1 (10): 124-136.
Taba, P., Zakir, M., Kasim, A.H., dan Fauziah, S., 2014, Penuntun Praktikum Kimia Fisika, Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin, Makassar.
LEMBAR PENGESAHAN
Makassar, 24 April 2014
Asisten Praktikan
HERLINA RASYID GISELLA TAMARA MNIM H311 10 904 NIM H311 12 259