22
LAPORAN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK BILIRUBIN DAN TRANSAMINASE Nama : Charlina Amelia Br Barus NIM : 41090003 Kel/Tgl : B/08 Februari 2011 Asisten : Dian Candra

Laporan PK Bilirubin

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Laporan PK Bilirubin

LAPORAN PRAKTIKUM

PATOLOGI KLINIK

BILIRUBIN DAN TRANSAMINASE

Nama : Charlina Amelia Br Barus

NIM : 41090003

Kel/Tgl : B/08 Februari 2011

Asisten : Dian Candra

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTERUNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA YOGYAKARTA

2009/2010

Page 2: Laporan PK Bilirubin

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemeriksaan laboratorium klinik merupakan salah satu faktor penunjang yang

sangat penting dalam membantu diagnosis suatu penyakit. Pelayanan pemeriksaan

laboratorium klinik biasanya dilakukan sesuai dengan permintaan dokter sehubungan

dengan gejala klinis dari penderita.

Pemeriksaan bilirubin total adalah salah satu pemeriksaan laboratorium untuk

menegakkan diagnosis suatu penyakit hati. Pada saat ini banyak test faal hati yang dapat

dilakukan, salah satu test faal hati adalah pemeriksaan kadar bilirubin dalam serum.

Pemeriksaan bilirubin dalam serum dapat menggambarkan faal sekresi hati, dan dapat

memberikan informasi tentang kesanggupan hati mengangkut empedu secara umum

disamping memberikan informasi tentang kesanggupan untuk mengkonjugasi bilirubin

dan diekresikan ke empedu. Pemeriksaan bilirubin direct dan indirect digunakan untuk

menentukan lokasi gangguan aliran darah, apa kah berada di lokasi sebelum, dalam, atau

sesudah organ hati). Batas normal bilirubin total: 0,3-1 mg/l. Bila lebih tinggi dari

normal, kemungkinan terjadi penyumbatan atau gangguan aliran bilirubin. Pemeriksaan

lain yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan bilirubin dalam urin, jika didapatkan

bilirubin maka menunjukkan adanya kelainan hati atau saluran empedu.

Ada dua parameter berupa enzim yang dapat dijadikan sebagai indikator

terhadap adanya kerusakan sel hati.. Keduanya sangat membantu dalam mengenali

adanya penyakit pada hati. Enzim-enzim tersebut adalah aspartat aminotransferase

(AST/SGOT) dan alanin aminotransferase (ALT/SGPT). Peningkatan kadar enzim-

enzim tersebut mencerminkan adanya kerusakan sel-sel hati. Dalam uji SGOT dan

SGPT, hati dapat dikatakan rusak bila jumlah enzim tersebut dalam plasma lebih besar

dari kadar normalnya.

B. Tujuan

1. Mengetahui dan mengukur kadar bilirubin total, direct dan indirect pada serum.

2. Mengetahui pemeriksaan bilirubin dalam urin.

3. Mengetahui pemeriksaan GOT dan GPT untuk melihat adanya kerusakan pada sel-sel

hati.

Page 3: Laporan PK Bilirubin

BAB II

DASAR TEORI

BILIRUBIN

Bilirubin adalah pigmen kuning yang berasal dari perombakan heme dari

hemoglobin dalam proses pemecahan eritrosit oleh sel retikuloendotel. Di samping itu sekitar

20% bilirubin berasal dari perombakan zat-zat lain. Sel retikuloendotel membuat bilirubin

tidak larut dalam air; bilirubin yang disekresikan dalam darah harus diikatkan kepada

albumin untuk diangkut dalam plasma menuju hati. Di dalam hati, hepatosit melepaskan

ikatan itu dan mengkonjugasinya dengan asam glukoronat sehingga bersifat larut air. Proses

konjugasi ini melibatkan enzim glukoroniltransferase.(Joyce,2007)

Bilirubin terkonjugasi (bilirubin glukoronida atau hepatobilirubin) masuk ke saluran

empedu dan diekskresikan ke usus. Selanjutnya flora usus akan mengubahnya menjadi

urobilinogen dan dibuang melalui feses serta sebagian kecil melalui urin. Bilirubin

terkonjugasi bereaksi cepat dengan asam sulfanilat yang terdiazotasi membentuk azobilirubin

(reaksi van den Bergh), karena itu sering dinamakan bilirubin direk atau bilirubin langsung.

Bilirubin tak terkonjugasi (hematobilirubin) yang merupakan bilirubin bebas yang terikat

albumin harus lebih dulu dicampur dengan alkohol, kafein atau pelarut lain sebelum dapat

bereaksi, karena itu dinamakan bilirubin indirek atau bilirubin tidak langsung. (Joyce,2007)

Peningkatan kadar bilirubin direk menunjukkan adanya gangguan pada hati

(kerusakan sel hati) atau saluran empedu (batu atau tumor). Bilirubin terkonjugasi tidak dapat

keluar dari empedu menuju usus sehingga akan masuk kembali dan terabsorbsi ke dalam

aliran darah. (Joyce,2007)

Peningkatan kadar bilirubin indirek sering dikaitkan dengan peningkatan destruksi

eritrosit (hemolisis), seperti pada penyakit hemolitik oleh autoimun, transfusi, atau

eritroblastosis fatalis. Peningkatan destruksi eritrosit tidak diimbangi dengan kecepatan

kunjugasi dan ekskresi ke saluran empedu sehingga terjadi peningkatan kadar bilirubin

indirek. (Joyce,2007)

Hati bayi yang baru lahir belum berkembang sempurna sehingga jika kadar bilirubin

yang ditemukan sangat tinggi, bayi akan mengalami kerusakan neurologis permanen yang

lazim disebut kenikterus. Kadar bilirubin (total) pada bayi baru lahir bisa mencapai 12 mg/dl;

kadar yang menimbulkan kepanikan adalah > 15 mg/dl. Ikterik kerap nampak jika kadar

bilirubin mencapai > 3 mg/dl. Kenaikan ikterus timbul karena bilirubin yang berlebihan larut

dalam lipid ganglia basalis. (calbe.co.id)

Page 4: Laporan PK Bilirubin

Peningkatan kadar bilirubin umum terjadi pada setiap bayi baru lahir, karena:

1) Hemolisis yang disebabkan oleh jumlah sel darah merah lebih banyak dan berumur lebih

pendek.

2) Fungsi hepar yang belum sempurna (jumlah dan fungsi enzim glukuronil transferase,

UDPG/T dan ligand dalam protein belum adekuat) sehingga terjadi penurunan ambilan

bilirubin oleh hepatosit dan konjugasi.

3) Sirkulus enterohepatikus meningkat karena masih berfungsinya enzim akibat

glukuronidase di usus dan belum ada nutrien.(calbe.co.id)

Peningkatan kadar bilirubin yang berlebihan (ikterus nonfisiologis) dapat disebabkan oleh

faktor/keadaan:

1) Hemolisis akibat inkompatibilitas ABO atau isoimunisasi Rhesus, defisiensi G6PD,

sferositosis herediter dan pengaruh obat.

2) Infeksi, septikemia, sepsis, meningitis, infeksi saluran kemih, infeksi intra uterin.

3) Polisitemia.

4) Ekstravasasi sel darah merah, sefalhematom, kontusio, trauma lahir.

5) Ibu diabetes.

6) Asidosis.

7) Hipoksia/asfiksia.

8) Sumbatan traktus digestif yang mengakibatkan peningkatan sirkulasi enterohepatik.

Dalam uji laboratorium, bilirubin diperiksa sebagai bilirubin total dan bilirubin direk.

Sedangkan bilirubin indirek diperhitungkan dari selisih antara bilirubin total dan bilirubin

direk. Metode pengukuran yang digunakan adalah fotometri atau spektrofotometri yang

mengukur intensitas warna azobilirubin. (Joyce,2007)

Nilai Rujukan

DEWASA : total : 0.1 – 1.2 mg/dl, direk : 0.1 – 0.3 mg/dl, indirek : 0.1 – 1.0 mg/dl

ANAK : total : 0.2 – 0.8 mg/dl, indirek : sama dengan dewasa.

BAYI BARU LAHIR : total : 1 – 12 mg/dl, indirek : sama dengan dewasa. (Joyce,2007)

Page 5: Laporan PK Bilirubin

Masalah Klinis

Bilirubin Total dan Direk

1. PENINGKATAN KADAR : ikterik obstruktif karena batu atau neoplasma, hepatitis,

sirosis hati, mononucleosis infeksiosa, metastasis (kanker) hati, penyakit Wilson.

Pengaruh obat : antibiotic (amfoterisin B, klindamisin, eritromisin, gentamisin,

linkomisin, oksasilin, tetrasiklin), sulfonamide, obat antituberkulosis ( asam para-

aminosalisilat, isoniazid), alopurinol, diuretic (asetazolamid, asam etakrinat), mitramisin,

dekstran, diazepam (valium), barbiturate, narkotik (kodein, morfin, meperidin),

flurazepam, indometasin, metotreksat, metildopa, papaverin, prokainamid, steroid,

kontrasepsi oral, tolbutamid, vitamin A, C, K.

2. PENURUNAN KADAR : anemia defisiensi besi. Pengaruh obat : barbiturate, salisilat

(aspirin), penisilin, kafein dalam dosis tinggi. (Joyce,2007)

Bilirubin Indirek

1. PENINGKATAN KADAR : eritroblastosis fetalis, anemia sel sabit, reaksi transfuse,

malaria, anemia pernisiosa, septicemia, anemia hemolitik, talasemia, CHF, sirosis

terdekompensasi, hepatitis. Pengaruh obat : aspirin, rifampin, fenotiazin.

2. PENURUNAN KADAR : pengaruh obat (Joyce,2007)

Pemeriksaan bilirubin dalam urin berdasarkan reaksi antara garam diazonium dengan

bilirubin dalam suasana asam, yang menimbulkan warna biru atau ungu tua. Garam

diazonium terdiri dari p-nitrobenzene diazonium dan p-toluene sulfonate, sedangkan asam

yang dipakai adalah asam sulfo salisilat. Adanya bilirubin 0,05-1 mg/dl urin akan

memberikan hasil positif dan keadaan ini menunjukkan kelainan hati atau saluran empedu.

Hasil positif palsu dapat terjadi bila dalam urin terdapat mefenamic acid, chlorpromazine

dengan kadar yang tinggi sedangkan negatif palsu dapat terjadi bila urin mengandung

metabolit pyridium atau serenium. (Joyce,2007)

Faktor yang dapat mempengaruhi temuan laboratorium :

1. Makan malam yang mengandung tinggi lemak sebelum pemeriksaan dapat

mempengaruhi kadar bilirubin.

2. Hemolisis pada sampel darah dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan.

3. Sampel darah yang terpapar sinar matahari atau terang lampu, kandungan pigmen

empedunya akan menurun.

4. Obat-obatan tertentu dapat meningkatkan atau menurunkan kadar bilirubin. (Joyce,2007)

Page 6: Laporan PK Bilirubin

Aminotransferase (transminase)

Ada dua parameter berupa enzim yang dapat dijadikan sebagai indikator terhadap

adanya kerusakan sel hati (liver). Keduanya sangat membantu dalam mengenali adanya

penyakit pada hati (liver). Enzim-enzim tersebut adalah aspartat aminotransferase

(AST/SGOT) dan alanin aminotransferase (ALT/SGPT). Peningkatan kadar enzim-enzim

tersebut mencerminkan adanya kerusakan sel-sel hati (liver). Namun demikian derajat ALT 

lebih dipercaya dalam menentukan adanya kerusakan sel hati (liver) dibanding AST.

ALT ditemukan terutama di hati (liver), sedangkan AST selain dapat ditemukan di

hati (liver) juga dapat ditemukan di otot jantung, otot rangka, ginjal, pankreas, otak, paru, sel

darah putih dan sel darah merah. Jika terjadi peningkatan kadar AST bisa jadi yang

mengalami kerusakan adalah sel-sel organ lain yang mengandung AST. Pada penyakit hati

akut, kadar ALT lebih tinggi atau sama dengan kadar AST.

(http://www.penyakithepatitis.com/)

Pemeriksaan SGPT/SGOT 

SGOT (Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase), sebuah enzim yang biasanya hadir

dalam dan jantung sel-sel hati. SGOT dilepaskan ke dalam darah ketika hati atau jantung

rusak. Tingkat darah SGOT ini adalah demikian tinggi dengan kerusakan hati ( misalnya,dari

hepatitis virus ) atau dari serangan jantung. Beberapa obat juga dapat meningkatkan kadar

SGOT. SGOT juga disebut aspartateaminotransferase (AST). Sedangkan SGPT adalah Serum

Glutamic Piruvic Transaminase. SGPT atau juga dinamakan ALT (alanin aminotransferase)

merupakan enzim yang banyak ditemukan pada sel hati serta efektif untuk mendiagnosis

destruksi hepatoseluler. Enzim ini dalam jumlah yang kecil dijumpai pada otot jantung, ginjal

dan otot rangka. Pada umumnya nilai tes SGPT/ALT lebih tinggi daripada SGOT/AST pada

kerusakan parenkim hati akut, sedangkan pada proses kronis didapat sebaliknya. SGPT/ALT

serum umumnya diperiksa secara fotometri atau spektrofotometri, secara semi otomatis atau

otomatis. Batas normal SGOT: 0-37 U/L dan batas normal SGPT : 0-45 U/L.

(http://www.penyakithepatitis.com/)

Nilai rujukan untuk SGPT/ALT adalah :

Laki-laki : 0 - 50 U/L

Perempuan : 0 - 35 U/L

Dalam uji SGOT dan SGPT, hati dapat dikatakan rusak bila jumlah enzim tersebut dalam

plasma lebih besar dari kadar normalnya. (Joyce,2007)

Page 7: Laporan PK Bilirubin

Kondisi yang meningkatkan kadar SGPT/ALT adalah :

1) Peningkatan SGOT/SGPT > 20 kali normal : hepatitis viral akut, nekrosis hati

(toksisitasobat atau kimia)

2) Peningkatan 3-10 kali normal : infeksi mononuklear, hepatitis kronis aktif,

sumbatanempedu ekstra hepatik, sindrom Reye, dan infark miokard (SGOT>SGPT)

3) Peningkatan 1-3 kali normal : pankreatitis, perlemakan hati, sirosis Laennec,

sirosisbiliaris. (http://www.penyakithepatitis.com/)

Faktor yang dapat mempengaruhi temuan laboratorium :

1) Pengambilan darah pada area yang terpasang jalur intra-vena dapat menurunkan kadar 

2) Trauma pada proses pengambilan sampel akibat tidak sekali tusuk kena dapat

meningkatkan kadar 

3) Hemolisis sampel

4) Obat-obatan dapat meningkatkan kadar : antibiotik (klindamisin, karbenisilin,eritromisin,

gentamisin, linkomisin, mitramisin, spektinomisin, tetrasiklin), narkotika

(meperidin/demerol, morfin, kodein), antihipertensi (metildopa, guanetidin),

preparatdigitalis, indometasin (Indosin), salisilat, rifampin, flurazepam (Dalmane),

propanolol(Inderal), kontrasepsi oral (progestin-estrogen), lead, heparin.

5) Aspirin dapat meningkatkan atau menurunkan kadar.

Pemeriksaan SGOT dan SGPT yang berkala juga akan membantu menduga

transformasi sirosis hepatis menjadi kanker hati. Pada hepatitis kronis dan sirosis hepatis,

akan didapatkan peninggian SGOT dan SGPT. Tetapi apabila terdapat peninggian SGOT

yang melebihi SGPT dan rasio De Ritis, yaitu SGOT/SGPT melebihi 2 atau 3, maka

dicurigai kanker hati. Peninggian SGOT yang berlebihan ini diduga karena nekrosis sel hati

yang luas tidak saja pada bagian yang ada karsinoma, tetapi juga pada bagian hati yang tidak

ada jaringan tumornya. (http://www.penyakithepatitis.com/)

Page 8: Laporan PK Bilirubin

BAB III

METODELOGI

1. Pemeriksaan bilirubin urin

A. Alat dan Bahan

1) Specimen : urin

2) Reagen Fouchet

3) Larutan barium klorid 10%

4) Tabung reaksi

5) Kertas saring

6) Pipet

B. Cara Kerja

Masukkan 10 ml urin ke dalam tabung reaksi (erlemeyer).

Tambahkan larutan barium klorid yang sama banyak. Campur merata, kemudian disaring dengan kertas saring.

Letakkan kertas saring tersebut di atas kertas saring lain yang kering hingga benar- benar tersisa endapan.

Endapan di atas kertas saring ditetesi reagen Fouchet 1 tetes, kemudian tunggu ± 1menit.

Jika urin mengandung bilirubin, akan timbul warna biru atau hijau.

Page 9: Laporan PK Bilirubin

2. Pemeriksaan bilirubin total

A. Alat dan Bahan

1) Reagen blanko

2) Calibrator

3) Spesimen : serum

4) Air / aquadest

5) Tabung reaksi

6) Pipet

7) Fotometer

B. Cara Kerja

1) Dengan menggunakan pipet, masukkan RB (reagen blanko), K (calibrator), dan S

(sample) pada tabung reaksi dan berikan label, masukkan sesuai dengan petunjuk

pada table dibawah ini.

RB(cc) K(cc) S(cc)

“ Total” reagen 1 1 1

Oxidant 1 1 1

Air 0,05 - -

Kalibrator - 0,05 -

Serum - - 0,05

2) Inkubasi atau tunggu selama ± 5 menit pada suhu kamar.

3) Baca RB, K dan S pada fotometer dengan gelombang 540 nm.

3. Pemeriksaan bilirubin direct

A. Alat dan Bahan

1) Reagen blanko

2) Calibrator

3) Spesimen : serum

4) Air / aquadest

5) Tabung reaksi

6) Pipet

7) Fotometer

B. Cara Kerja

Page 10: Laporan PK Bilirubin

1) Dengan menggunakan pipet, masukkan RB (reagen blanko), K (calibrator), SB

(specimen blanko), dan S (sample) pada tabung reaksi dan berikan label,

masukkan sesuai dengan petunjuk pada table dibawah ini.

RB(cc) K(cc) SB(cc) S(cc)

“ Total” reagen 1 1 1 1

Oxidant 1 1 - 1

Air 0,1 - - -

Kalibrator - 0,1 - -

Serum - - 0,1 0,1

2) Inkubasi atau tunggu selama ± 3 menit pada suhu kamar.

3) Baca RB, K, SB, dan S pada fotometer dengan gelombang 540 nm.

4. Pemeriksaan GOT dan GPT

A. Alat dan Bahan

1) Larutan buffer-enzim

2) Koenzim

3) Specimen : serum

4) Larutan 2 oxoglutarate

5) Tabung reaksi

6) Stopwatch

7) Penangas air

8) Fotometer

B. Cara Kerja

Siapkan reagen kerja AST/GOT dan ALT/GPT

Untuk setiap sampel dan kontrol, tambahkan 1 ml reagen kerja pada cuvett dan inkubasi 370C selama 3 menit

Tambahkan 100 ml serum pada masing-masing tabung dan campur perlahan.

Baca dan absorbansi dengan fotometer pada gelombang 540 nm pada 1 menit pertama,kemudian ulangi lagi pada menit ke 2 dan 3.

Tentukan rata-rata absorbansi per menit, kemudian kalikan dengan faktor 1746 untuk hasil dalam U / L

Page 11: Laporan PK Bilirubin

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Page 12: Laporan PK Bilirubin

A. Hasil

Probandus urine : Charlina

Probandus serum : Anita

1) Pemeriksaan bilirubin urin

Tidak ada perubahan warna setelah endapan ditetesi larutan Fouchet, bilirubin(-) =

tidak terdapat bilirubin pada urin.

2) Pemeriksaan bilirubin total

Hasil yang dibaca pada fotometer (540nm) :

a. Sample : λ = 98 0,09

b. Kalibrator : λ = 63 0,201

c. Reagen blanko : λ = 100

Bilirubin total = Absorbance sample−Ab . specimen blanko

Absorbancekalibrator x 10

= 0,09−0,71

0,201 x 10

= 0,94

3) Pemeriksaan bilirubin direct

Hasil yang dibaca pada fotometer (540nm) :

a. Sample : λ = 98 0,09

b. Specimen blanko: λ = 85 0,071

c. Kalibrator : λ = 17 0,767

d. Reagen blanko : λ = 100

Bilirubin direct = Absorbance sample−Ab . specimen blanko

Absorbancekalibrator x 10

= 0,09 – 0,071

0,767 x 10

= 0,25

Bilirubin indirect = bilirubin total – bilirubin direct

= 0,94 – 0,25

= 0,69

4) Pemeriksaan SGOT

Page 13: Laporan PK Bilirubin

Menit 1 : λ = 88 0,56

Menit 2 : λ = 88 0,56

Menit 3 : λ = 89 0,051

U/L = ΔAMin

x 1.746 0,05

3 x 1.746 = 29,1

5) Pemeriksaan SGPT

Menit 1 : λ = 84 0,76

Menit 2 : λ = 84 0,76

Menit 3 : λ = 82 0,086

U/L = ΔAMin

x 1.746 0,01

3 x 1.746 = 5,82

B. Pembahasan

Pada pemeriksaan bilirubin pada urin didapatkan hasil yaitu tidak ada perubahan

warna setelah endapan ditetesi larutan Fouchet, bilirubin(-) atau menunjukkan tidak terdapat

bilirubin pada urin. Hal ini dikarenakan dalam kondisi normal bilirubin tidak melewati

glomerulus. Apabila terjadi perubahan warna menjadi hijau atau biru memberikan hasil

positif dan keadaan ini menunjukkan adanya kelainan hati atau saluran empedu.

Pada pemeriksaan bilirubin total didapatkan hasil 0,94 mg/dl. Berdasarkan dasar

teori hal ini menunjukkan bilirubin total probandus (dewasa) adalah normal karena masih

dalam batas nilai rujukan yaitu 0,1 – 1,2 mg/dl. Pada pemeriksaan bilirubin direct didapatkan

hasil 0,25 mg/dl. Berdasarkan dasar teori hal ini menunjukkan bilirubin direct probandus

(dewasa) adalah normal karena masih dalam batas nilai rujukan yaitu 0,1 – 0,3 mg/dl. Jika

hasil tersebut didapatkan pada anak-anak maka bisa disimpulkan anak tersebut mengalami

ikterik obstruktif karena batu atau neoplasma, hepatitis, sirosis hati, mononucleosis

infeksiosa, metastasis (kanker) hati, dan penyakit Wilson.

Bilirubin indirect dapat diketahui dengan menghitung selisih antara bilirubin total

dan bilirubin direct. Sehingga didapatkan bilirubin indirect = bilirubin total – bilirubin direct

adalah 0,94 – 0,25 = 0,69 mg/dl. Berdasarkan dasar teori hal ini menunjukkan bilirubin

indirect probandus (dewasa) adalah normal karena masih dalam batas nilai rujukan yaitu 0,1

– 1,0 mg/dl. Peningkatan kadar bilirubin indirect dapat menunjukkan adanya eritroblastosis

fetalis, anemia sel sabit, reaksi transfuse, malaria, anemia pernisiosa, septicemia, anemia

0,05

0,01

Page 14: Laporan PK Bilirubin

hemolitik, talasemia, CHF, sirosis terdekompensasi, hepatitis, ataupun pengaruh obat seperti

aspirin, rifampin, fenotiazin.

Untuk pemeriksaan SGOT/AST didapatkan hasil berturut-turut setiap menitnya

adalah 0.056, 0,056 dan 0,051, sehingga didapatkan rata-rata atau selisihnya 0,05 yang

kemudian dihitung dengan rumus U/L = ΔAMin

x 1.746 0,05

3 x 1.746 = 29,1 U/L.

Berdasarkan dasar teori hal ini menunjukkan nilai SGOT probandus adalah normal karena

masih dalam batas normal nilai rujukan yaitu 0 - 37 U/L.

Sedangkan untuk pemeriksaan SGPT/ALT didapatkan hasil berturut-turut setiap

menitnya adalah 0.076, 0,076 dan 0,086, sehingga didapatkan rata-rata atau selisihnya 0,01

yang kemudian dihitung dengan rumus U/L = ΔAMin

x 1.746 0,01

3 x 1.746 = 5,82 U/L.

Berdasarkan dasar teori hal ini menunjukkan nilai SGPT probandus (perempuan) adalah

normal karena masih dalam batas normal nilai rujukan yaitu 0 - 35 U/L. Pada umumnya nilai

tes SGPT/ALT lebih tinggi daripada SGOT/AST merupakan pada kerusakan parenkim hati

akut, sedangkan pada proses kronis didapatkan sebaliknya. Namun hal ini juga bisa

disebabkan karena kesalahan dalam pengambilan darah pada area yang terpasang jalur intra-

vena yang dapat menurunkan kadar SGPT atau kesalahan dalam membaca hasil absorbansi

pada fotometer akibat waktu yang tidak tepat.

BAB V

Page 15: Laporan PK Bilirubin

KESIMPULAN

1) Pada bilirubin urin tidak ada perubahan warna setelah endapan ditetesi larutan Fouchet,

atau menunjukkan tidak terdapat bilirubin pada urin. Hal ini dikarenakan dalam kondisi

normal bilirubin tidak melewati glomerulus.

2) Bilirubin total dan direct dihitung dengan rumus :

Absorbance sample−Ab . specimen blanko

Absorbancekalibrator x 10

3) Bilirubin indirect dapat diketahui dengan menghitung selisih antara bilirubin total dan

bilirubin direct.

4) Hasil pemeriksaan bilirubin total, direct dan indirect pada probandus menunjukkan

hasilnya adalah normal, karena masih didalam batas normal nilai rujukan.

5) Nilai SGPT dan SGOT dapat dihitung dengan rumus: U/L = ΔAMin

x 1.746

6) Hasil dari uji SGOT dan SGPT pada probandus mendapatkan nilai tes SGPT/ALT lebih

tinggi daripada SGOT/AST yang dapat menunjukkan adanya kerusakan parenkim hati,

namun hal ini juga bisa disebabkan karena kesalahan dalam pengambilan darah pada area

yang terpasang jalur intra-vena yang dapat menurunkan kadar SGPT atau kesalahan

dalam membaca hasil absorbansi pada fotometer akibat waktu yang tidak tepat.

DAFTAR PUSTAKA

Page 16: Laporan PK Bilirubin

Joyce LeFever Kee. 2007. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium & Diagnostik, edisi 6, EGC: Jakarta.

http://www.penyakithepatitis.com/