Laporan Prakikum Enzim 1 (Uji Konsentrasi Enzim)

Embed Size (px)

Citation preview

Laboratorium Biokimia pangan Enzim I (Uji konsentrasi Enzim)

Laboratorium Biokimia pangan Karbohidrat I (Uji Barfoed)

LAPORANPRAKTIKUM BIOKIMIA PANGANENZIM 1UJI KONSENTRASI ENZIM

Diajuakan untuk memenuhi persyaratan Praktikum Biokimia Pangan

Oleh :Nama : Shinta SelvianaNRP :123020011Kel /Meja: A/5 (Lima)Asisten :Noorman Adhi TridharTgl . Percobaan:21 April 2014

LABORATORIUM BIOKIMIA PANGANJURUSAN TEKNOLOGI PANGANFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PASUNDAN BANDUNG 2014I PENDAHULUAN

Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang percobaan, (2) Tujuan Percobaan, (3) Prinsip Percobaan, dan (4)Reaksi Percobaan.

1.1. Latar Belakang Percobaan

1.2. Tujuan PercobaanTujuan percobaan uji konsentrasi enzim adalah untuk mengetahui pengaruh konsentrasi enzim terhadap aktivitas enzim.1.3 Prinsip PercobaanPrinsip percobaan uji konsentrasi enzim yang dapat mempengaruhi kecepatan reaksi.

1.4 Reaksi percobaan

E + SESES E + P

Gambar 1. Reaksi Uji Konsentasi Enzim

II METODE PERCOBAANBab ini akan menguraikan mengenai : (1) Bahan yang Digunakan, (2) Pereaksi yang Digunakan, (3) Alat yang Digunakan, dan (4) Metode percobaan2.1. Bahan yang Digunakan Bahan yang di gunakan dalam Uji Konsentrasi enzim adalah sampel A (kacang koro) , sampel B (apel), sampel C (kentang).2.2. Pereaksi yang Digunakan Pereaksi yang digunakan dalam uji.Konsentrasi Enzim adalah urea, katekol, fenol, dan PP2.3. Alat yang DigunakanPeralatan yang digunakan pada uji Konsentrasi Enzim adalah pipet dan tabung reaksi sejumblah sampel yang di butuhkan, rak tabung reaksi

2.4. Metode PercobaanMetode percobaan yang digunakan dalam Uji Konsentrasi Enzim adalah seperti gambar di bawah ini:

Gambar 2. Metode Percobaan Uji Konsentasi EnzimIII HASIL PENGAMATANBab ini akan menguraikan mengenai : (1) Hasil Pengamatan dan, (2) Pembahasan.3.1. Hasil Pengamatan Tabel 1. Hasil Pengamatan Uji Benedict BahankonsentrasisubstratWarnaHasilKet

Substrataquades

A15tetes14 tetesUreaUngu muda+Tidak aktif bekerja

A5 tetes10 tetesUreaUngu tua++Kurang aktif bekerja

A15 tetes0 tetesUreaPink keruh+++Aktif bekerja

B1 tetes14 tetesKatekolCoklat muda+Tidak aktif bekerja

B5 tetes10 tetesKatekolcoklat++Kurang aktif bekerja

B15 tetes0 tetesKatekolCoklat keruh+++Aktif bekerja

C1 tetes14 tetesKatekolCoklat muda+Tidak aktif bekerja

C5 tetes10 tetesKatekolcoklat++Kurang aktif bekerja

C15 tetes0 tetesKatekolCoklat keruh+++Aktif bekerja

Keterangan : + :tidak aktif bekerja++:kurang aktif bekerja +++:aktif bekerjaSumber : Hasil I : Shinta dan Fitriani, Kelompok A, Meja 5, 2014Hasil II : Laboratorium Biokimia Pangan, 2014

Gambar 3. Hasil Pengamatan Uji 3.2 Pembahasan Berdasarkan hasil pengamatan uji konsenterasi enzim ekstrak apel dengan substrat katekol 15 tetes aktif bekerja, dan katekol 5 tetes kurang aktif bekerja, sedangkan ekstrak apel dengan substrat katekol 1 tetes tidak aktif bekerja. Ekstrak kentang dengan substrat katekol 15 tetes aktif bekerja, dan ekstrak kentang dengan substrat 5 tetes kurang aktif bekerja, sedangkan dengan katekol 1 tetes tidak aktif bekerja. Ekstrak kacang koro dengan urea 15 tetes aktif bekerja, dan ekstrak kedelai dengan katekol 5 tetes kurang aktif bekerja, sedangkan ekstrak kedelai dengan katekol 1 tetes tidak aktif bekerja

Substrat urease menggunakan 1 tetes PP yang berfungsi sebagai indikator, sehingga enzim terlihat aktif bekerja spesifik, PP dapat diganti dengan menggunakan methilens blue karena sama-sama bersifat basa, sedangkan tidak dapat menggunakan indikator metal merah karena substrat urea dan metal merah bersifat asam sehingga tidak dapat terlihat enzim bekerja secara spesifik.

Waktu yang diberikan setelah pencampuran yaitu sebesar 5 menit, ini dibagi menjadi dua macam yaitu, 5 menit pertama yang berfungsi agar substrat beradaptasi dengan lingkungan, dan 5 menit kedua yang berfungsi agar substrat bereaksi secara sempurna.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kerja enzim yaitu, konsenterasi enzim, konsenterasi substrat, suhu, pengaruh pH, dan pengaruh inhibitor.

Seperti halnya pada katalis lain, kecepatan suatu reaksi yang menggunakan enzim tergantung pada konsenterasi enzim tersebut. Pada suatu konsenterasi substrat tertentu, kecepatan reaksi bertambah dengan bertambahnya konsenterasi enzim (Poedjiadi, hlm: 158, 2005).

Pada umumnya terdapat 2 mekanisme kerja enzim dalam mempengaruhi reaksi katalis, yaitu:1. Enzim meningkatkan kemungkinan molekul-molekul yang bereaksi saling bertemu dengan permukaan yang saling berorientasi. Hal ini terjadi sebab: enzim mempunyai suatu afinitas yang tinggi terhadap substrat dan mempunyai kemampuan mengikat substrat walaupun bersifat sementara. Penyatuan antara substrat enzim tidak seenaknya, melainkan substrat terorientasi seczra tepat untuk terjadi reaksi.2. Pembentukkan ikatan yang sementara (biasanya ikatan nonkovalen) antara substrat dengan enzim menimbulkan penyebaran electron dalam molekul substrat dan penyebaran ini menyebabkan suatu regangan pada ikatan kovalen tersebut menjadi mudah terpecah. Para ahli biokimia menamakan keadaan dimana terjadi regangan ikatan molekul substrat setelah berinteraksi dengan enzim disebut, pengaktifan substrat.Dapat disimpulkan bahwa enzim mempercepat laju reaksi agar keseimbangan reaksi (equilibrium) tercapai, tetapi tidak mempengaruhi konstanta keseimbangan (Yuniastui, hlm: 38-39, 2006).

Lokasi enzim didalam sel tersebar diseluruh komponennya dan memberikan petunjuk tentang fungsi komponen sel tersebut. Contoh berikut ini adalah hubungan lokasi enzim dengan fungsinya:

Enzim yang terdapat didalam inti pada umumnya terlibat dalam proses untuk mempertahankan, menyusun dan melindungi materi genetik Enzim yang terdapat didalam mitokondria pada umumnya ada kaitannya dengan proses oksidasi. Enzim mikrosom bertanggung jawab terhadap reaksi hidroksilasi, termasuk biosintesis hormone steroid, metabolisme obat atau proses yang menjadikan obat tidak aktif. Enzim yang berkaitan dengan badan golgi penting untuk sekresi protein Enzim yang terdapat didalam lisosom berfungsi memecah dan menghidrolisis suatu substansi sehingga dapat dicerna oleh sel (Yuniastuti, hlm:39, 2006).

Untuk memperoleh enzim yang murni, maka enzim harus diisolasi dari jaringan dengan cara mengisolasi sel atau jaringan, sehingga komponen sel dapat dipisah-pisahkan disesuaikan dengan lokasi enzim yang diinginkan. Untuk mengubah jumlah enzim didalam ekstrak jaringan atau cairan tubuh yang diukur adalah kecepatan reaksi. Kecepatan reaksi yang diukur sesuai dengan jumlah enzim yang ada. Satuan kecepatan reaksi dinyatakan dalam unit. Satu unit adalah menyatakan jumlah enzim yang mengubah 1 m mol substrat per menit pada kondisi tertentu (Yuniastuti, hlm:40, 2006).

Model lock and key dari Fischer. Substrat memiliki daerah polar (- dan +) da non polar (H, hidrofobik) diletakkan pada tempat aktif yang baik bentuk maupun muatannya merupakan pasangan atau komplementer dari substrat tersebut (Yuniastuti, hlm: 45-46, 2006).

Gambar 52. Cara Kerja Enzim Teori Kunci Gembok dan Teori Kecocokan Induksi.Model anak kunci dan kunci menerangkan adanya kespesifikan suatu enzim, karena senyawa yang tidak cocok bentuknya dengan tempat aktif, baik karena terlalu besar maupun karena terlalu kecil tidak dapat terikat pada tempat aktif (yuniastuti, hlm: 48, 2006).

Model induced-fit dari Koshland. Menurut teori ini senyawa-senyawa yang lebih besar atau lebih kecil daripada substrat yang asli ataupun mempunyai sifat kimia berbeda, masih dapat berinteraksi dengan tempat aktif meskipun tidak membentuk produk. Model ini menerangkan dimana tempat aktif pada mulanya belum sesuai dengan bentuk substrat, tetapi setelah substrat menempel pada bagian tertentu dari tempat aktif barulah terinduksi dan menyesuaikan dengan bentuk substrat. Hal ini dimisalkan seperti jari tangan menyesuaikan bentuk dengan sarung tangan. Jadi sesuai dengan teori Koshland, enzim atau tempat aktif bersifat fleksibel (Yuniastuti, hlm: 48, 2006).Oleh Commision on Enzyme of the International Union of Biochemistry, enzim dibagi dalam enam golongan besar. Penggolongan ini didasarkan atas reaksi kimia dimana enzim memegang peranan.

Golongan I OksidureduktaseEnzim-enzim yang termasuk golongan ini dapat dibagi dalam dua bagian yaitu dehidrogenase dan oksidase. Dehidrogease bekerja pada reaksi-reaksi dehidrogenase yeitu, reaksi pengambilan atom hidrogen dari suatu senyawa (donor). Hidrogen yang dilepas diterima oleh senyawa lain (akseptor). Reaksi pembentukkan aldehida dari alkohol adalah contoh reaksi dehidrogenase (Poedjiadi, hlm: 152, 2005).

Glutamat dehidrogenase adalah contoh enzim dehidrogenase yang bekerja terhadap asam glutamate sebagai substrat. Enzim ini banyak terdapat pada mitokondria dalam semua sel jaringan (Poedjiadi, hlm: 153, 2005).

Enzim-enzim oksidase juga bekerja sebagai katalis pada reaksi pengambilan hidrogen dari suatu substrat. Xantin oksidase ialah enzim yang bekerja pada reaksi oksidasi xantin menjadi asam urat. Contoh lain enzim oksidase yang bekerja sebagai katalis adalah enzim pada reaksi oksidasi asam-asam amino. Glisin oksidase adalah enzim pada reaksi oksidasi glisin menjadi asam glikosilat (Poedjiadi, hlm:153, 2005).

Golongan II TransferaseEnzim yang termasuk golongan ini bekerja sebagai katalis pada reaksi pemindahan suatu senyawa kepada senyawa lain. Beberapa contoh enzim yang termasuk golongan ini, ialah metiltransferase, hidroksimetiltransferase, karboksiltransferase, asiltransferase, dan amino transferase atau sering disebut juga transaminase (Poedjiadi, hlm: 153, 2005).Enzim transaminase bekerja pada reaksi transaminasi yaitu suatu reaksi pemindahan gugus amino dari suatu asam amino kepada senyawa lain (Poedjiadi, hlm: 154, 2005).

Golongan III HIdrolase Enzim yang termasuk dalam kelompok ini bekerja sebagai katalis pada reaksi hidrolisis. Ada tiga jenis hidrolase, yaitu yang memecah ikatan ester, memecah glikosida, dan yang memecah ikatan peptide. Beberapa enzim sebagai contoh ialah esterase, lipase, fosfatase, amylase, amino peptidase, karboksi peptidase, pepsin, tripsin, dan kimotripsin (Poedjiadi, hlm: 155, 2005).Esterase ialah enzim yang memecah ikatan ester dengan cara hidrolisis. Esterase yang terdapat dalam hati dapat memecah ester sederhana, misalnya etil butirat menjadi etanol dan asam butirat. Lipase ialah enzim yang memecah ikatan ester pada lemak, sehingga terjadi asam lemak dan gliserol. Fosfatase adalah enzim yang dapat memecah ikatan fosfat pada suatu senyawa, misalnya glukosa 6-fosfat dapat dipecah menjadi glukosa dan asam fosfat (Poedjiadi, hlm: 155, 2005).Ada dua macam peptidase, yaitu endopeptidase dan eksopeptidase. Endopeptidase memecah protein pada tempat-tempat tertentu dalam molekul protein dan biasanya tidak mempengaruhi gugus yang terletak diujung molekul. Sebagai contoh endopeptidase ialah enzim pepsin yang terdapat dalam usus halus dan papain, suatu enzim yang terdapat dalam papaya. Eksopeptidase bekerja terhadap kedua ujung molekul protein. Karboksipeptidase dapat melepaskan asam amino yang memiliki gugus COOH bebas pada ujung molekul protein, sedangkan amino peptidase dapat melepaskan asam amino pada ujung lain yang memiliki gugus NH2 bebas (Poedjiadi, hlm: 155-156, 2005).

Golongan IV LiaseEnzim yang termasuk golongan ini mempunyai peranan penting dalam reaksi pemisahan suatu gugus dari suatu substrat (bukan cara hidrolisis) atau sebaliknya. Contoh enzim golongan ini antara lain dekarboksilase, aldolase, dan hidratase (Poedjiadi, hlm: 156, 2005).

Piruvat dekarboksilase adalah enzim yang bekerja pada reaksi dekarboksilasi asam piruvat dan menghasilkan aldehida. Enzim aldolase bekerja pada reaksi pemecahan molekul fruktosa 1,6-difosfat menjadi dua molekul triosa yaitu dihidroksi aseton fosfat dan gliseraldehida-3-fosfat. Adapun enzim fumarat ghidratase berperan dalam reaksi penggabungan satu molekul H2O kepada molekul asam fumarat dan membentuk asam malat (Poedjiadi, hlm: 156-157, 2005).

Golongan V IsomeraseEnzm yang termasuk golongan ini bekerja pada reaksi perubahan intramolekuler, misalnya reaksi perubahan glukosa menjadi fruktosa, perubahan senyawa L menjadi senyawa D, senyawa sis menjadi senyawa trans dan lain-lain (Poedjiadi, hlm: 157, 2005).Contoh enzim yang termasuk golongan isomerase antara lain ialah ribolosafosfat epimerase dan glukosafosfat isomerase. Enzim ribulosa epimerase merupakan katalis bagi reaksi epimerisasi ribulosa (Poedjiadi, hlm: 157, 2005).

Golongan VI LigaseEnzim yang termasuk golongan ini bekerja pada reaksi-reaksi penggabungan dua molekul. Oleh karenanya enzim-enzim tersebut juga dinamakan sintetase. Ikatan yang terbentuk dari penggabungan tersebut adalah ikatan C-O, C-S, C-N atau C-C. Contoh enzim golongan ini antara lain ialah glutamin sintetase dan piruvat karboksilase. Enzim glutamin sintetase yang terdapat dalam otak dan hati merupakan katalis dalam reaksi pembentukkan glutamin dari asam glutamate (Poedjiadi, hlm: 157-158, 2005). Seperti pada katalis lain, kecepatan suatu reaksi yang menggunakan enzim tergantung pada konsentrasi enzim tersebut. Pada suatu konsentrasi substrat tertentu, kecepatan reaksi bertambah dengan bertambahnya konsentrasi enzim (Poedjiadi, 2006, hal 158).

Kecepatan reaksi suatu enzim secara langsung dapat dipengaruhi oleh konsentrasi enzim. Jika konsentrasi enzimbanyak, maka reaksi akan lebih cepat. Jika jumlah enzim dua kali lipat, maka kecepatan reaksi akan menjadi dua kali lipat. Jadi ada hubungan linier antara kecepatan reaksi enzim dengan jumlah enzim (Anonim, 2007).

Pengaruh konsentrasi enzim pada laju aktivitas enzim denganenzim yang derajat kemurniannya tinggi. Didalam batas-batastertentu terdapat suatu hububgan linear antara jumlah enzim dan taraf aktivitasnya. Aktivitas enzim merupakan ukuran lenyapnya reaktan atau munculnya produk dari reaksi yang dikatalisis (Pelczar, 1988).

Aktivitas enzim dipengaruhi oleh kadar enzim. Aktivitas enzimdan kadar enzim memiliki hubungan perbandingan yang lurus. Hal ini berarti semakin besar kadar enzim, semakin besar aktivitas enzim dan semakin cepat reaksi yang dikatalisis enzim.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kerja enzim adalah sebagaiberikut.

Konsentrasi Enzim

Seperti pada katalis lain, kecepatan suatu reaksi yang menggunakan enzim tergantung pada konsentrasi enzimtersebut. Pada suatu konsentrasi substrat tertentu, kecepatan reaksi bertambah dengan bertambahnya konsentrasi enzim (Poedjiadi, 2006, hal 158).

Gambar 4. Kurva Aktivitas Enzim terhadap KonsentrasiSubstrat

Konsentrasi Substrat

Hasil eksperimen menunjukan bahwa dengan konsentrasi enzim yang tetap, maka pertambahan konsentrasi substrat akan menaikkan kecepatan reaksi. Akan tetapi batas konsentrasi tertentu, tidak terjadi kenaikan kecepatan reaksi walaupun konsentrasi substrat diperbesar. Keadaan ini telah diterangkan oleh Michaelis-Menten dengan hipotesis mereka tentang terjadinya kompleks enzim substrat (Poedjiadi, 2006, hal 159).

Untuk dapat terjadi kompleks substrat, diperlukan adanya kontak antara enzim dengan substrat. Kontak ini terjadi pada suatu tempat atau bagian enzim yang disebut bagian aktif. Pada konsentrasi substrat rendah, bagian aktif enzim ini hanya menampung substrat sedikit. Bila konsentrasi substrat diperbesar, makin banyak substrat yang dapat berhubungan dengan enzim pada bagian aktif tersebut. Dengan demikian konsentrasi kompleks enzim substrat makin besar dan hal ini menyebabkan makin besarnya kecepatan reaksi. Pada suatu batas konsentrasi substrat tertentu, semua bagian aktif telah dipenuhi oleh substrata tau telah jenuh dengan substrat. Dalam keadaan ini, bertambah besarnya konsentrasi substrat tidak menyebabkan bertambah besarnya konsentrasi kompleks enzim substrat, sehingga jumlah hasil reaksinya pun tidak bertambah (Poedjiadi, 2006, hal 159).

Suhu

Oleh karena reaksi kimia itu dapat dipengaruhi oleh sushu, maka reaksi yang menggunakan katalis enzim yang dapat dipengaruhi oleh suhu. Pada suhu rendah reaksi kimia berlangsung lambat, sedangkan pada suhu yang lebih tinggi reaksi berlangsung lebih cepat (Poedjiadi, 2006, hal 161).

Di samping itu, karena enzim itu adalah suatu protein, maka kenaikan suhu dapat menyebabkan denaturasi. Apabila terjadi proses denaturasi, maka bagian aktif enzim terganggu dan dengan konsentrasi efektif enzim menjadi berkurang dan kecepatan reaksi pun akan menurun (Poedjiadi, 2006, hal 161).

Kenaikan suhu sebelum terjadinya proses denaturasi dapat menaikkan kecepatan reaksi. Kenaikan suhu pada saat mulai terjadinya proses denaturasi akan mengurangi kecepatan reaksi. Akibat ada dua pengaruh yang berlawanan, maka akan terjadi suatu titik optimum, yaitu suhu yang paling tepat bagi suatu reaksi yang menggunakan enzim tertentu (Poedjiadi, 2006, hal 161).

Pengaruh pHSeperti protein pada umumnya, struktur ion enzim tergantung pada pH lingkungannya. Enzim dapat berbentuk ion positif, ionnegatif atau ion bermuatan ganda (zwitter ion). Dengan demikian, perubahan pH lingkungan akan berpengaruh terhadap efektivitas bagian aktif enzim dalam membentuk kompleks enzim substrat (Poedjiadi, 2006, hal 162).

Di samping pengaruh terhadap struktur ion pada enzim, pH rendah atau pH tinggi dapat pula menyebabkan terjadinya proses denaturasi dan ini akan mengakibatkan menurunnya aktivitas enzim (Poedjiadi, 2006, hal 162).

Pengaruh InhibitorTelah dijelaskan bahwa mekanisme enzim dalam suatu reaksi ialah melalui pembentukan kompleks enzim-substrat, ES. Oleh karena itu hambatan atau inhibisi pada suatu reaksi yangmenggunakan enzim sebagai katalis dapat terjadi apanila penggabungan substrat pada bagian aktif enzim mengalami hambatan. Molekul atau ion yang dapat menghambat reaksi tersebut dinamakan inhibitor. Hambatan terhadap aktivitas enzim dalam suatu reaksi kimia ini mempunyai arti yang penting, karena hambatan tersebut juga merupakan mekanisme pengaturan reaksi-reaksi yang terjadi dalam tubuh kita. Di samping itu hambatan ini dapat memberikan gambaran lebih jelas tentang mekanisme kerja enzim (Poedjiadi, 2006, hal 163).

Hambatan yang dilakukan oleh inhibitor dapat berupa hambatan tidak reversibel atau hambatan reversibel. Hambatan tidak reversible pada umumnya disebabkan oleh terjadinya proses denaturasi atau modifikasi sebuah gugus fungsi atau lebih yang terdapat pada molekul enzim. Hambatan reversibel dapat berupa hambatan bersaing ataua hambatan tidak bersaing (Poedjiadi, 2006, hal 164)

IV KESIMPULAN DAN SARANBab ini akan menguraikan mengenai : (1) Kesimpulan dan (2) Saran.4.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pengamatan uji konsenterasi enzim ekstrak apel dengan substrat katekol 15 tetes aktif bekerja, dan katekol 5 tetes kurang aktif bekerja, sedangkan ekstrak apel dengan substrat katekol 1 tetes tidak aktif bekerja. Ekstrak kentang dengan substrat katekol 15 tetes aktif bekerja, dan ekstrak kentang dengan substrat 5 tetes kurang aktif bekerja, sedangkan dengan katekol 1 tetes tidak aktif bekerja. Ekstrak kacang koro dengan urea 15 tetes aktif bekerja, dan ekstrak 5 tetes tidak aktif bekerja..4.2 SaranSeharusnya pada saat melakukan praktikum, praktikkan harus lebih teliti dalam melihat perubahan warna serta diiringi dengan waktu yang telah ditentukan, sehingga tidak terjadi kesalahan pada saat mengamati perubahan warna yang terjad

DAFTAR PUSTAKAAkhyasrinuki, 2011. Definisi dan Fungsi Enzim, Pengertian Koenzim dan Sifat-sifat Khusus. http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/2150299-definisi-dan-fungsi-enzim-pengertian/ Diakses: 24/4-2014.Ashfar, 2011. Pencoklatan Enzimatis. http://muhammadasfar.blogspot.com/2011_01_01_archive.html Diakses: 24/4-2014.Musyaffa, 2010. Identifikasi Golongan Fenol. http://ripanimusyaffalab.blogspot.com/2010/02/identifikasi-gol-fenol-farmasi.html Diakses: 24/4-2014.Novianti Novi, 2011. Urea Formaldehid. http://nova-novianti.blogspot.com/2011/04/laporan-praktikum-urea-formaldehid.html Diakses: 24/4-2014.Poedjiadi Anna, 2005. Dasar-Dasar Biokimia. UI-Press: Jakarta.Wirahadikusumah, 1989. Biokimia (Protein, Enzim, dan Asam Nukleat). ITB: Bandung.Yuniastuti Ari, 2006. Biokimia. Graha Ilmu: Yogyakarta.

Laboratorium Biokimia pangan Enzim I (Uji konsentrasi Enzim)

Laboratorium Biokimia pangan Enzim I (Uji konsentrasi Enzim)

15 tts

1

2

3

Aquadest

14 tts

10 tts

1 tts

5 tts

Simpa di suhu kamar