Laporan Praktek Fiswan 2

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/17/2019 Laporan Praktek Fiswan 2

    1/21

    1

    I. PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Dalam proses kehidupannya, organisme senantiasa berusaha

    mempertahankan kelangsungan hidupnya tak terkecuali pada ikan. Salah satu

    mekanisme dalam menjaga kelangsungan hidup adalah dengan melakukan proses

    metabolisme yang didapat dari asupan makanan. Organisme mememerlukan

    makanan dan oksigen untuk melakukan metabolisme di seluruh tubuhnya.

    Berbagai proses metabolisme menghasilkan sisa (sampah) yang harus dikeluarkan

    oleh tubuh. Peredaran materi, baik berupa bahan-bahan yang diperlukan oleh

    tubuh seperti oksigen maupun hasil metabolisme dan sisa-sisanya dilakukan oleh

    sistem peredaran darah.

    Darah merupakan cairan terpenting dalam tubuh makhluk hidup. Darah

    mengangkut oksigen, hormone, nutrien, dan hasil buangan. Darah merupakan

    salah satu parameter yang dapat digunakan untuk melihat kelainan yang

    terjadi pada ikan, baik yang terjadi karena penyakit ataupun karena keadaan

    lingkungan. Sehingga dengan mengetahui kondisi gambaran darah kita dapat

    mengetahui kondisi kesehatan suatu organisme (Delmann and Brown, 1989).

    Pada ikan yang terserang penyakit terjadi perubahan pada nilai hematokrit

    ,kadar hemoglobin, jumlah sel darah merah dan jumlah sel darah putih.

    Pemeriksaan darah (hematologis) dapat digunakan sebagai indikator tingkat

    keparahan suatu penyakit (Bastiawan, dkk., 2001). Studi hematologis merupakan

    kriteria penting untuk diagnosis dan penentuan kesehatan ikan (Lestari, 2001).

  • 8/17/2019 Laporan Praktek Fiswan 2

    2/21

    2

    Oleh karena itu, penting bagi kita melakukan pengujian terhadap kualitas

    darah dari suatu jenis ikan atau organisme akuatik lainnya untuk mengetahui dan

    menyimpulkan kondisi dari organisme tersebut. Pengujian tersebut dapat

    dilakukan dengan menghitung jumlah sel darah merah (eritrosit) dan sel darah

    putih (leukosit) dari suatu sampel ikan. Eritrosit merupakan salah satu sel darah

    yang berperan dalam proses pengangkutan materi-materi di dalam tubuh. Eritrosit

    mengandung hemoglobin yang memungkinkannya mampu mengangkut oksigen

    lebih banyak daripada oksigen tersebut bergerak sendiri dalam plasma darah.

    Hemoglobin juga menyebabkan warna merah pada darah,sehingga eritrosit

    disebut dengan sel darah merah. Sedangkan leukosit merupakan salah satu sel

    darah lainnya yang sangat berperan sebagai benteng tubuh dari berbagai ancaman.

    1.2. Tujuan Praktikum

    Tujuan dari praktikum ini adalah menghitung jumlah sel darah merah dan

    sel darah putih pada ikan lele (Clarias bathracus).

    1.3. Manfaat Praktikum

    Manfaat dari praktikum yang kami lakukan adalah praktikan dapat

    menghitung dan mengetahui jumlah sel darah merah dan sel darah putih pada ikan

    lele (  Clarias bathracus). Praktikan juga dapat mengetahui dan menyimpulkan

    kondisi ikan dari hasi l perh itungan jumlah sel darah merah dan sel darah putih

    ini.

  • 8/17/2019 Laporan Praktek Fiswan 2

    3/21

    3

    II.TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Darah Ikan

    Darah ikan mengalir dari jantung melalui aorta ventral dan arteri – arteri

    brankhial menuju ke insang untuk keperluan oksigenasi (Irianto 2005). Darah

    ikan tersusun dari sel  – sel darah yang tersuspensi dalam plasma yang diedarkan

    ke seluruh jaringan tubuh (Moyle dan Cech 1988). Fungsi darah ikan antara lain

    mengedarkan sari makanan dan oksigen ke seluruh tubuh (Lagler et al. 1977).

    Darah ikan terdiri dari atas komponen cairan (plasma) dan

    komponen seluler (sel-sel darah). Sel-sel darah terdiri dari eritrosit (sel darah

    merah), leukosit (sel darah putih) dan trombosit (keping darah), yang diedarkan

    ke seluruh tubuh melalui sistem sirkulasi tertutup (Wedemeyer et al., 1990). Sel

    dan plasma darah mempunyai peranan fisiologis yang sangat penting. Plasma

    darah adalah suatu cairan jernih yang mengandung mineral terlarut, hasil

    absorpsi dari pencernaan makanan, buangan hasil metabolisme, serta gas terlarut

    (Lagler et al., 1977).

    Leukosit dikelompokkan ke dalam granulosit dan agranulosit berdasarkan

    ada tidaknya butir  –  butir (granul) di dalam sitoplasma. Termasuk ke dalam

    kelompok granulosit yaitu heterofil, eosinofil dan basofil. Jenis leukosit ini

    memiliki sifat reaksi terhadap zat tertentu yaitu eosinofil yang bersifat asidofil

    (berwarna merah oleh eosin), basofil berwarna basofil (ungu), dan heterofil

    bersifat tidak basofil maupun asidofil (Dellman dan Brown 1989). Agranulosit

    dibagi menjadi monosit dan limfosit (Lagler   et al., 1977). Agranulosit tidak 

    memiliki butir sitoplasmik spesifik dan ditandai dengan inti berbentuk lonjong,

    bulat dengan lekuk yang khas (Dellman dan Brown 1992).

  • 8/17/2019 Laporan Praktek Fiswan 2

    4/21

    4

    Chinabut et al. (1991) melaporkan bahwa trombosit pada ikan berbentuk 

    bulat memanjang atau lonjong dan berperan dalam proses pembekuan

    darah karena ikut serta dalam mengaktifkan protrombin menjadi trombin. Ciri

    khusus trombosit adalah adanya lingkaran sitoplasma tipis di sekeliling inti yang

    akan berwarna ungu tua saat diwarnai dengan Giemsa. Ukuran rata  –  rata

    trombosit berkisar antara (4 x 7 μm) – (5 x 13 μm).

    Wedemeyer  et al. (1990) melaporkan bahwa pemeriksaan darah penting

    untuk membantu peneguhan diagnosa suatu penyakit. Penyimpangan fisiologis

    ikan akan menyebabkan terjadinya perubahan pada gambaran darah, baik 

    secara kualitatif maupun kuantitatif. Darah akan mengalami perubahan yang

    serius khususnya apabila terkena penyakit infeksi (Amlacher 1970). Parameter

    darah yang dapat memperlihatkan adanya gangguan adalah nilai hematokrit,

    konsentrasi hemoglobin, jumlah eritrosit (sel darah merah) dan jumlah leukosit

    (sel darah putih) (Lagler et al., 1977).

    2.2. Sistem Peredaran Darah pada Ikan

    Seperti pada golongan vertebrata lainnya, ikan mempunyai sistem

    peredaran darah tertutup, artinya darah tidak pernah keluar dari pembulunya, jadi

    tidak ada hubungan langsung dengan sel tubuh sekitarnya. Darah memberi bahan

    materi dengan perantaraan difusi melalui dinding yang tipis dari kapiler

    darah, dan kembali ke jantung melalui pembulu yang ke dua. Seri pertama

    dinamakan sistem arteri dan seri ke dua disebut sistem vena.

    Sistem peredaran darah, organ utamanya adalah jantung yang bertindak 

    sebagai pompa tekan merangkap pompa hisap. Darah ditekan mengalir keluar

    dari jantung melalui pembuluh arteri ke seluruh tubuh sampai ke kapiler darah,

    kemudian dihisap melalui pembuluh vena dan kembali ke jantung. Sistem

  • 8/17/2019 Laporan Praktek Fiswan 2

    5/21

    5

    peredaran darah ini disebut sistem peredaran darah tunggal.

    Peredaran darah mempunyai peranan penting terutama dalam

    pengangkutan oksige hasil respirasi, pengangkutan nutrien hasil proses

    pencernaan, dan pengangkutan sisa metabolisme yang selanjutnya dibuang

    melalui insang, kulit dan ginjal. Oleh karena itu sistem sirkulasi erat kaitannya

    dengan proses pernapasan, sekresi, pencernaan dan osmoregulasi.

    2.3. Sel Darah Merah (Eritrosit)

    Eritrosit pada ikan merupakan jenis sel darah yang paling banyak 

     jumlahnya. Bentuk eritrosit pada semua jenis ikan hampir sama. Eritrosit pada

    ikan memiliki inti, seperti pada bangsa burung dan reptil. Jumlah eritrosit pada

    ikan teleostei berkisar antara (1,05 - 3,0) x 106sel/mm3(Irianto 2005). Eritrosit

    berwarna kekuningan, berbentuk lonjong, kecil, dengan ukuran berkisar antara 7-

    36 μm (Lagler  et al. 1977). Eritrosit yang sudah matang berbentuk oval sampai

    bundar, inti berukuran kecil dengan sitoplasma besar. Ukuran eritrosit ikan lele

    (Clarias ssp) berkisar antara (10 x 11 μm) – (12 x 13 μm), dengan diameter inti

    berkisar antara 4 – 5 μm. Jumlah eritrosit ikan lele (Clarias ssp) adalah 3,18 x 106

    sel/ml (Angka et al., 1985). Jika diwarnai dengan pewarnaan Giemsa, inti sel akan

    berwarna ungu dan dikelilingi oleh plasma berwarna biru muda (Chinabut   et 

    al.1991). Rendahnya eritrosit merupakan indikator terjadinya anemia, sedangkan

    tingginya jumlah eritrosit menandakan ikan dalam keadaan stres (Wedemeyer dan

    Yasutake 1977).

    2.4. Nilai Hematokrit

    Hematokrit adalah persentase eritrosit di dalam darah (Guyton 1997).

    Hematokrit digunakan untuk mengukur perbandingan antara eritrosit dengan

  • 8/17/2019 Laporan Praktek Fiswan 2

    6/21

    6

    plasma, sehingga hematokrit memberikan rasio total eritrosit dengan total volume

    darah dalam tubuh. Nilai hematokrit dipengaruhi oleh ukuran dan jumlah eritrosit

    (Ganong 1995). Nilai hematokrit pada ikan teleostei berkisar antara 20 - 30% dan

    pada ikan laut bernilai sekitar 42% (Bond 1979). Presentase nilai hematokrit ikan

    lele (Clarias spp) normal berkisar antara 30,8 - 45,5% (Angka et al., 1985). Nilai

    hematokrit secara langsung berhubungan dengan jumlah eritrosit dan konsentrasi

    hemoglobin (Swenson 1977). Nilai hematokrit di bawah 30% menunjukan adanya

    defisiensi eritrosit (Nabib dan Pasaribu 1989). Amlacher (1970) melaporkan

    bahwa selain infeksi bakteri, nafsu makan juga berpengaruh pada jumlah eritrosit

    sehingga berpengaruh pula terhadap nilai hematokrit dan konsentrasi hemoglobin

    di dalam sirkulasi darah.

    2.5.Sel Darah Putih (Leukosit)

    Leukosit merupakan jenis sel yang aktif di dalam sistem pertahanan tubuh.

    Setelah dihasilkan di organ timus dan ginjal, leukosit kemudian diangkut dalam

    darah menuju ke seluruh tubuh (Irianto 2005). Leukosit akan ditanspor secara

    khusus ke daerah yang mengalami peradangan yang serius (Guyton 1997).

    Leukosit tidak berwarna dan jumlah leukosit total ikan teleostei berkisar

    antara 20.000-150.000 butir tiap mm3. Leukosit berbentuk lonjong sampai bulat

    (Moyle dan Chech 1988). Pada ikan lele, mas, dan nila, leukosit jenis eosinofil

    dan basofil jarang ditemukan, kecuali bila ada reaksi kekebalan dengan

    perantaraan sel (Nabib dan pasaribu 1989).

    Limfosit, dengan pewarnaan Giemsa, berbentuk bundar dengan sejumlah

    kecil sitoplasma non granula berwarna biru cerah atau ungu pucat (Chinabut  et 

    al.1991). Limfosit bersifat aktif dan mempunyai kemampuan berubah bentuk dan

  • 8/17/2019 Laporan Praktek Fiswan 2

    7/21

    7

    ukuran. Limfosit mampu menerobos jaringan atau organ tubuh yang lunak untuk 

    pertahanan tubuh (Dellman dan Brown 1992). Ukuran rata  – rata limfosit berkisar

    antara 4,5 - 12 μm (Moyle dan Chech 1988). Persentase normal limfosit pada ikan

    teleostei berkisar antara 71,12  –  82,88% (Affandi dan Tang 2002). Jumlah

    limfosit di dalam darah ikan lebih banyak dibandingkan dengan limfosit pada

    mamalia. Kepadatan limfosit pada ikan sebesar 48 x 103 sel/mm3, sedangkan pada

    mamalia sekitar 2 x 103sel/mm3 (Roberts 1978).

    Monosit berbentuk oval atau bundar, dengan diameter berkisar antara 6-15

    mikron, memiliki inti berbentuk oval. Inti terletak berdekatan dengan tepi sel dan

    mengisi sebagian isi sel. Persentase monosit pada ikan teleostei sekitar 0,1% dari

    seluruh populasi leukosit yang bersirkulasi. Monosit pada ikan memiliki

    morfologi yang hampir sama dengan monosit pada mamalia (Roberts 1978).

    Nabib dan Pasaribu (1989) melaporkan bahwa monosit bersama makrofag akan

    memfagositosis sisa – sisa jaringan dan agen penyebab penyakit.

    2.6.Penghitungan Jumlah Eritrosit (Svobodova et al ., 1991)

    Penghitungan jumlah eritrosit yaitu darah sampel dihisap dengan pipet

    yang berisi bulir pengaduk warna merah sampai skala 0,5, selanjutnya ditambah

    Larutan Hayem sampai skala 101. Darah dalam pipet diaduk dengan cara

    menggoyangkan pipet membentuk angka delapan selama 3-5 menit sehingga

    darah tercampur rata. Dua tetes pertama larutan darah dalam pipet tersebut

    dibuang, selanjutnya larutan darah tersebut diteteskan di atas haemocytometer

    yang telah diletakkan gelas penutup di atasnya. Jumlah sel darah merah dapat

    dihitung dengan bantuan mikroskop dengan pembesaran 400x. Perhitungan

    dilakukan pada 5 kotak besar haemocytometer.

  • 8/17/2019 Laporan Praktek Fiswan 2

    8/21

    8

    2.7.Penghitungan Total leukosit (Svobodova et al ., 1991)

    Penghitungan jumlah leukosit yaitu darah sampel dihisap dengan pipet

    yang berisi bulir pengaduk warna putih sampai skala 0,5 kemudian ditambahkan

    Larutan Turk’s (Lampiran 3) sampai skala 11. Darah dalam pipet diaduk dengan

    cara menggoyangkan pipet membentuk angka delapan selama 3-5 menit sehingga

    darah tercampur rata. Dua tetes pertama larutan darah dalam pipet tersebut

    dibuang, selanjutnya larutan darah tersebut diteteskan di atas   haemocytometer 

    yang telah diletakkan gelas penutup di atasnya. Jumlah sel darah merah dapat

    dihitung dengan bantuan mikroskop dengan pembesaran 400x. Perhitungan

    dilakukan pada 5 kotak besar haemocytometer.

    2.8. Larutan Hayem’s

    Larutan hayem merupakan larutan yang digunakan untuk mencegah

    penggumpalan darah saat akan dihitung jumlah eritrositnya. Selain itu, larutan

    hayem juga berfungsi sebagai pewarna agar eritrosit dapat terlihat jelas

    bentuknya. Komposisi larutan hayem menurut Anonim (2007) terdiri atas 5 gram

    Na2SO4, 1 gram NaCl, 0.5 gram HgCl2, dan 200 ml akuades atau larutan

    hayem’s terdiri dari HgCl 25 gram, NaCl 5 gram, Na2SO4 2,5 gram dan Akuades

    1000 ml.

    2.9. Larutan Turks

    Sampel darah diencerkan dengan larutan Turks untuk menghancurkan sel

    darah merah agar jumlah sel darah putih dapat dihitung. Komposisi larutan turks

    menurut Anonim (2007) terdiri atas Acetil Acid Glacial 2 ml, Gentian Violet 1

    ml, dan Akuades 100 ml.

  • 8/17/2019 Laporan Praktek Fiswan 2

    9/21

    9

    2.10. Haemacytometer

    Haemacytometer merupakan alat yang didesain khusus untuk menghitung

    sel darah tetapi haemocytometer juga dapat digunakan untuk menghitung sel tipe

    lain yang berukuran mikroskopik (Anonim, 2008).

    Haemacytometer ditemukan oleh Louis Charles Malassez dan terdiri atas

    gelas kaca mikroskop dengan bentuk seperti empat persegi panjang dengan

    lekukan yang membentuk kamar. Kamar diukir dengan menggoreskan laser yang

    membentuk garis tegak lurus. Alat ini dibuat dengan sangat hati-hati oleh orang

    yang ahli sehingga batas area bergaris diketahui dan kedalaman kamar diketahui.

  • 8/17/2019 Laporan Praktek Fiswan 2

    10/21

    10

    III. METODE PRAKTIKUM

    3.1. Waktu dan Tempat

    Praktikum Fisiologi Hewan Air ini dilaksanakan pada hari Selasa, 08

    Maret 2016 pukul 13.30 sd selesai. Bertempat di Laboratorium Biologi Perairan

    Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan , Universitas Riau Pekanbaru.

    3.2. Bahan dan Alat

    Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum Fisiologi Hewan Air ini

    adalah darah ikan yang sudah dibebaskan fibrine dalam hal ini adalah ikan lele

    (Clarias sp), larutan hayem, larutan turk, bahan  – bahan desinfektan. Sedangkan

    alat-alat yang digunakan adalah suntikan yang dipakai untuk mengambil darah

    ikan, test tube, counter, mikroskop, objek glass, cover glass, pipet batu merah,

    pipet batu putih, burker (kamar hitung), baki sebagai tempat menaruh ikan, serbet

    untuk membersihkan alat-alat yang telah digunakan, Penggaris untuk mengukur

    ikan, Buku gambar untuk menggambar hasil pengamatan, buku penuntun, tisue.

    3.3. Metode Praktikum

    Metode praktikum yang digunakan adalah metode pengamatan langsung

    mikrokopis terhadap objek di Laboratorium Biologi Perikanan Fakultas Perikanan

    dan Ilmu Kelautan Universitas Riau Pekanbaru.

    3.4. Prosedur Praktikum

    Untuk menghitung sel darah merah yang harus dilakukan pengambilan

    darah terlebih dahulu. Darah diisap menggunakan pipet batu merah sampai strip

    0,5. Bekerja dilakukan secepat mungkin dan pengisapan dilakukan dengan hati  – 

    hati jangan sampai darah membeku. Kemudian dilakukan pengisapan larutan

    hayem sampai strip 101. Pengenceran yang dilakukan adalah 200 kali . Kedua

  • 8/17/2019 Laporan Praktek Fiswan 2

    11/21

    11

    ujung pipet ditutup dengan jari jempol dan jari telunjuk atau jari tengah dan

    digoyangkan dengan gerakan seperi membentuk angka delapan, agar larutan

    bercampur dengan darah secara merata . Lalu kamar hitung burker diambil

    lengkap dengan cover glassnya. Kemudian 1 tetes darah dibuang dan tetesan

    selanjutnya diteteskan ke dalam kamar hitung untuk pemeriksaan selanjutnya.

    Selanjutnya dilakukan pengamatan di bawah mikroskop.

    Tidak jauh berbeda dengan menghitung sel darah putih yang harus

    dilakukan sama juga prosedurnya hanya saja larutan yang digunakan untuk 

    memnghitung sel darah putih yaitu larutan turk.

  • 8/17/2019 Laporan Praktek Fiswan 2

    12/21

    12

    IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1. Hasil

    Dari pengamatan sel darah merah di bawah mikroskop di dapatkan gambaran

    seperti di bawah ini:

    Gambar 1. Sel darah merah Gambar 2. Sel darah putih

    Berikut adalah hasil perhitungan sel darah merah dan putih:

    Sel darah Yang di temukan Hasil

    Merah 216 2160000 sel/ml

    Putih 102 51000 sel/ml

    4.2. Pembahasan

    Pada dasarnya darah terdiri dari plasma, sel darah merah dan sel darah

    putih. Jumlah sel darah ini bervariasi, tergantung dari musim, spesies serta kondisi

    kesehatan ikan. Pada ikan- ikan budidaya di Pekanbaru, seperti ikan mas, nila,

    baung, patin, lele, dan bawal, jumlah sel darah merah sekitar 2-3 juta sel/ ml.

    Sedangkan jumlah sel putih sekitar 200.000- 300.000 sel/ ml (Lukistyowati et al,

    2006).

    Eritrosit (sel darah merah) ikan berinti, bewarna merah kekuningan.

    Eritrosit dewasa berbentuk lonjong, kecil dan berdiameter 7-36 mikron

  • 8/17/2019 Laporan Praktek Fiswan 2

    13/21

    13

    bergantung kepada spesies ikannya. Jumlah eritrosit tiap-tiap mm3

    darah berkisar

    antara 20.000-3.000.000. pangangkutan oksigen dalam darah bergantung kepada

     jumlah hemoglobin (pigmen pernapasan) yan terdapat didalam eritrosit

    (Mudjiman, 2001).

    Sel darah merah ikan berinti berfungsi untuk mengikat oksigen. Eritrosit

    berwarna merah kekuningan, bentuknya lonjong, kecil dan ukurannya sekitar 7-36

    µm. Jumlah eritrosit tiap mm3

    darah ikan sekitar 20.000-3.000.000 butir (Leager

    et al, 2002) tergantung pada jenis dan ukuran ikan.

    Sel darah putih pada ikan tidak berwarna. Jumlah sel darah putih tiap

    mm3

    darah ikan terdapat sekitar 20.000-150.000 butir. Bentuk sel darah putih ini

    lonjong sampai bulat (Leager et al, 2005).

    Chinabut et al (2000) menyatakan bahwa untuk ikan dewasa yang sehat

    total leukosit yang terdapat pada tubuh berkisar antara 20.000-150.000 sel/ mm3.

    meningkatnya jumlah leukosit dapat dijadikan petunjuk adanya fase pertama

    infeksi, stess maupun leukemia.Anonim (2009) menyebutkan Fungsi darah adalah

    sebagai berikut:

    a.Membawa zat-zat makanan dari saluran pencernaan ke jaringan-jaringan

    b.Mengangkut O2 dari paru-paru ke jaringan-jaringan

    c.Membawa dan membuang zat-zat yang tidak berguna dari jaringan ke organ ke

    arah eksresi

    d.Mengangkut sekresi kelenjer endokrin

    e.Membantu menyelenggarakan keseimbangan komposisi air dalam berbagai

    organ tubuh

    f.Mempertahankan temperatur tubuh dalam kondisi relatif konstan

  • 8/17/2019 Laporan Praktek Fiswan 2

    14/21

    14

    h.Membantu tubuh mempertahankan diri dari serangan mikroorganisme

    Sel darah terdiri atas :a.Sel darah merah (erytrosit), b.Sel darah putih (leukosit),

    c.Sel pembeku darah (trombosit)

    Eritrosit pada ikan berinti, berwarna merah kekuningan. Eritrosit dewasa

    berbentuk lonjong, kecil dan berdiameter 7  – 36 mikron (tergantung pada spesies

    ikan. Sedangkan Leukosit tidak berwarna.leukosit dapat dibedakan menjadi dua

    yaitu granulocyte dan agranulocyte (Tim Iktiologi, 2008)

    Pada pengamatan yang dilakukan di praktikum kali ini diketahui bahwa

    hasil penghitungan sel darah merah dan putih yang dilakukan di bawah mikroskop

    dan setelah dimasukkan ke dalam rumus penghitungan didapatkan hasil yakni

    darah merah 2.160.000 sel/ml dan sel darah putih yang di dapatkan yaitu 51.000

    sel/ml.

  • 8/17/2019 Laporan Praktek Fiswan 2

    15/21

    15

    V. KESIMPULAN DAN SARAN

    5.1. Kesimpulan

    Setelah melakukan praktikum ini terdapat beberapa kesimpulan yang dapat

    diambil, diantaranya :

    Untuk mengetahui kondisi kesehatan ikan kita dapat mengetahuinya dengan

    menguji sampel darah. Hal ini berdasarkan hasil penelitian bahwa darah

    merupakan salah satu parameter yang dapat digunakan untuk melihat kelainan

    yang terjadi pada ikan, baik yang terjadi karena penyakit ataupun karena keadaan

    lingkungan.

    Ciri-ciri ikan yang terserang penyakit jika dilihat dari hasil uji darahnya

    adalah adanya perubahan pada nilai hematokrit, kadar hemoglobin, jumlah sel

    darah merah dan jumlah sel darah putih.

    Alat untuk menghitung jumlah sel darah merah adalah Haemacytometer

    yang terdiri dari kamar hitung tipe “improved Neubauer” dan pipet Thomma.

    Larutan yang digunakan untuk penghitungan sel darah merah adalah larutan

    Hayem’s.

    Untuk menghitung jumlah sel darah merah per millimeter kubik yaitu

    dengan cara mengalikan jumlah rata-rata sel darah merah dari kamar hitung yang

    digunakan dengan faktor pengali. Faktor pengali terdiri dari faktor pengenceran,

     jumlah kotak hitung dan ketebalan Haemacytometer.

    Jumlah sel darah merah dari ikan lele yang kami uji sampel darahnya

    adalah 2.160.000 sel/mm dan sel darah putih yang didapatkan yakni 51.000

    sel/ml.

  • 8/17/2019 Laporan Praktek Fiswan 2

    16/21

    16

    5.2. Saran

    Dalam pelaksanaan praktikum Fisiologi Hewan Air ini hendaknya

    persiapan harus tepat. Namun pada saat pengambilan darah ikan dengan suntikan

    dan ketika memasukkannya ke dalam pipet batu merah dan batu putih harus

    dilakukan dengan benar dan hati-hati dan memperhatikan petunjuk-petunjuk yang

    ada. Pengamatan dibawah mikroskop juga harus dilakukan secara teliti supaya

    mendapatkan data yang akurat.

  • 8/17/2019 Laporan Praktek Fiswan 2

    17/21

    17

    DAFTAR PUSTAKA

    Abdullah Yusuf. 2008.   Efektivitas Ekstrak Daun Paci  –   Paci Leucas Lavandulaefolia Untuk Pencegahan dan Pengobatan Infeksi Penyakit Mas

     Motile Aeromonad Septicaemia Ditunjau Dari Patologi makro Dan

     Hematologi Ikan Lele Dumbo Clarias Sp. Skripsi Fakultas Perikanan Dan

    Ilmu Kelautan. IPB : Bogor.

    Affandi R, Tang UM.2002. Fisiologi Hewan Air. Riau : Uni Press.

    Arry. 2007.   Pengaruh Suplementasi Zat Besi (Fe) Dalam Pakan Buatan

    Terhadap Kinerja Pertumbuhan dan Imunitas Ikan Kerapu Bebek 

    Cromileptes Altivelis. Skripsi Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan.

    Institut Pertanian Bogor.

    Blaxhall PC. 1972.  The Haemothological Assessment of The Health of Fresh

    Water Fish. A Review of Selected Literature. Journal of Fish Biology 4 :

    593-604.

    Boyd CE. 1990. Water Quality Management For Pond Fish Culture. Elsevier

    Science Publishing Company Inc, New York. Hal 146 – 159.

    Chinabut S, Limsuwan C, and Kiswatat P. 1991.  Histology of The Walking

    Catfish, Clarias bathracus. IDRC Canada. hlm 96.

    Dellman HD, Brown EM. 1992.   Buku Teks Histologi Veteriner. Edisi 3.

    Hartono (Penerjemah). UI Press, Jakarta.

    Fujaya Y. 2004. Fisiologi Ikan : Dasar Pengembangan Teknologi Perikanan.

    Penerbit Rineka Cipta, Jakarta. Hal 95-109.

    Susanto. 2008. Budidaya Ikan di Pekarangan. Penebar Swadaya. Jakarta. 152 hal.

    Tim Iktiologi, 2011. Iktiologi. Institut Pertanian Bogor, Bogor. 163 hal.

    Wedemeyer GA, Yasutke. 1977.  Clinical Methods for The Assessment on The

     Effect of Enviromental Stress on Fish Health. Technical Paper of The USDepartement of The Interior Fish ang the Wildlife Service, 89 : 1-17.

    Wells RMG, Baldwin J, Seymour RS, Chirtian K, Britain T. 2005. Blood Cell

    Function and Haematology In Two Tropical Frehswater Fishes

    From Australia. Comparative Biochemistry and Physiology.

  • 8/17/2019 Laporan Praktek Fiswan 2

    18/21

    18

    LAMPIRAN

  • 8/17/2019 Laporan Praktek Fiswan 2

    19/21

    19

    Alat dan Bahan

    Haemacytometer Pipet Thomma Mikroskop

    Hand counter Pipet tetes Cover glass

    Alat tulis Serbet Nampan

    darah ikan larutan turk,hayem,dan EDTA ikan lele ( Clarias sp)

  • 8/17/2019 Laporan Praktek Fiswan 2

    20/21

    20

    Rumus yang digunakan:

    1.

    2.

  • 8/17/2019 Laporan Praktek Fiswan 2

    21/21

    21

    Hasil Gambar Praktikum:

    Gambar 1. Sel darah merah Gambar 2. Sel darah putih