24

Click here to load reader

Laporan Praktikum Evaluasi Kimia 1

Embed Size (px)

DESCRIPTION

laporan uji kualitatif

Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUMEVALUASI TEKSTIL KIMIA IAnalisa Kerusakan Serat Selulosa secara Kualitatif

Nama: Gina PuspitasariN P M: 13020039Grup: 2K2Dosen: Luciana, S.Teks, M.Pd..Asisten: Samuel M Eka S.SiT.Tgl. Praktikum: 9 April 2015 16 April 2015 23 April 2015Tgl. Penyerahan laporan : 30 April 2015

POLITEKNIK STTT B A N D U N G2015

BAB I PENDAHULUANI.MAKSUD DAN TUJUAN1.1 MaksudMaksud dari praktikum ini adalah untuk mengidentifikasi jenis-jenis kerusakan serat selulosa ,penyebab kerusakan serat selulosa tersebut dan gugus yang terkandung dalam jenis kerusakan serat selulosa tersebut.

1.2 Tujuana) Pengujian pewarnaan dengan Cara uji Harrizon,Perak Nitrat Amoniakal dan dengan pereaksi fehling Pengujian dilakukan untuk menunjukan adanya gugus pereduksi pada serat yang rusak karena zat kimia.b) Pengujian pewarnaan dengan Cara Pencelupan Tolak , Cara biru trunbuli , Na Kromat dan dengan Metilen Blue Pengujian dilakukan untuk menunjukkan adanya karboksilat pada serat selulosa yang rusak karena zat kimia.c) Pengujian penggelembungan dengan NaOH dan Pengujian pewarnaan dengan Congo red Pengujian dilakukan untuk membedakan kerusakan serat kapas karena zat kimia dan mekanika.

BAB II DASAR TEORI

2.1 Serat Kapas

Serat kapas dihasilkan dari rambut biji tanaman yang termasuk ke dalam jenis Gossypium ,yaitu:a. Gossypium aeboreumb. Gossypium herbariumc. Gossypium barbadensed. Gossypium hirsutum Gossypium hirsutum berhasil dikembangkan menjadi tanaman Industri.

2.1.1 Morfologi Serat kapas

a. MemanjangBentuk memanjang serat kapas, pipih seperti pita yang terpuntir.Bentuk memanjang serat,dibagi menjadi tiga bagian ,ialah : DasarBerbentuk kerucut pendek yang selama pertumbuhan serat tetap tertanam diantara sel-sel epidermis BadanKira-kira sampai 15/16 panjang serat.Mempunyai diameter yang sama ,dinding yang tebal dan lumen yang tipis. UjungMemounyai sedikit konvolusi dan mempunyai lumen

b. MelintangBentuk penampang serat secara melintang sangat bervariasi dari pipih sampai bulat tetapi pada umumnya berbentuk seperti ginjal. Serat kapas dewasa ,penampang melintangnya terdiri dari 6 bagian yaitu: KutikulaMerupakan lapisan terluar yang mengandung lilin ,pectin dan protein. Dinding primer Lapisan antaraMerupakan bagian pertama dari dinding sekunder Dinding sekunder Dinding lumenLebih tahan terhadap pereaksi pereaksi tertentu dibandingkan dinding sekunder.. LumenMerupakan ruangan kosong di dalam serat.

2.1.2 Sifat sifata. Sifat Fisika Warna kapas tidak betul-betul putih biasanya sedikit krem 2-3 gram/denier ,kekuatan akan meningkat 10 % ketika basah Mulur berkisar antara 4-13 % bergantung pada jenisnya dengan mulur rata-rata 7 % MR7-8,5 % . Serat kapas mempunyai afinitas yang tinggi terhadap air.Hampir semua pectin dapat dihilangkan dalam pemasakan kapas dengan larutan natrium hidroksida. Proses penghilangan pectin tidak banyak mempengaruhi kekuatan maupun kerusakan serat Mudah kusut, untuk mengurangi kekusutan dapat dicampur dengan serat polyester.b. Sifat Kimia Terhidrolisis dalam asam kuat sehingga kekuatan turun Oksidator berlebih menghasilkan oksiselulosa Menggembung dalam larutan alkali.2.2 Identifikasi Kerusakan Serat Selulosa ( kapas )

Kerusakan bahan tekstil dapat terjadi pada setiap tingkat proses bahan tekstil, mulai dari bahan baku (serat) sampai menjadi bahan jadi (kain), dengan demikian kerusakan serat mungkin terjadi pada setiap tingkat pengolahan, sedangkan jenis kerusakannya bergantung pada jenis pengolahannya. Kerusakan ini dapat terjadi pada serat selulosa (kapas), serat protein (wool), serat buatan (poliamida).Analisa kerusakan serat ini yakni bertujuan untuk mengetahui jenis kerusakan yang terjadi dan penyebab kerusakan tersebut.Kerusakan bahan tekstil dapat terjadi pada setiap tingkat proses pengolahan bahan tekstil, dari bahan baku (serat) sampai menjadi bahan jadi (kain), sehingga kerusakan serat mungkin terjadi pada setiap tingkat pengolahan, sedangkan jenis kerusakannya tergantung pada jenis pengolahannya.Jenis kerusakan pada bahan tekstil dibagi dua golongan, yaitu :1. Kerusakan mekanika.a. serangan serangga.b. Gesekan..c. Tusukan.d. Putus karena tarikan dan potongan2. Kerusakan kimiaa. Serangan jasad renik.b. Pengolahan kimia.c. Cahaya.d. Panas.Zat-zat penyempurnaan pada bahan tekstil akan mempengaruhi hasil analisa. Oleh karena itu sebelum analisa dilakukan, zat-zat tersebut harus dihilangkan dahulu dengan diekstraksi. Sedapat mungkin diketahui jenis serat dan jenis proses yang dialami, sehingga lebih memudahkan dalam menentukan penyebab kerusakan tersebut.

Kerusakan mekanika.a. serangan serangga.Serangan serangga dapat ditentukan dengan adanya bekas gigitan dan jaring sarang serangga pada bagian serat yang rusak.b. Gesekan.Gesekan benang dapat terjadi selama proses pengerjaan benang sampai menjadi kain. Pengamatan dibawah mikroskop menunjukkan benang yang tergesek permukaannya lebih berbulu, serat tampak terpotong-potong, tersikat atau terkoyak-koyak.c. Tusukan.Kerusakan dapat dilihat dengan adanya tusukan atau lubang kecil pada kain. Dibawah mikroskop terlihat adanya serat yang terpotong-potong atau hancur.d. Putus karena tarikan dan potonganKerusakan ini dapat dibedakan dengan melihat ujung serat dibawah mikroskop. Kerusakan karena tarikan ujung serat biasanya tercabik-cabik dan terdiri dari campuran seratputus dan tidak putus. Sedangkan serat terpotong biasanya ujungnya rata.

Kerusakan kimia

a. Serangan jasad renik.Kerusakan disebabkan karena jasad renik tersebut mengeluarkan enzim yang menyebabkan kerusakan kimia. Degradasi selulosa oleh enzim sama dengan degradasi oleh asam, hanya enzim terregenerasi secara tetap. Adanya zimasa dapat mengubah selulosa menjadi glukosa. Selulosa yang terregenerasi (misal rayon viskosa atau rayon kupro) lebih mudah terkena jasad renik daripada selulosa alam (makin rendah polimer makin mudah diserang).b. Pengolahan kimia.Serat selulosa dapat rusak karena asam maupun zat oksidator. Asam menyebabkan terjadinya hidroselulosa yang mempunyai gugus pereduksi. Proses oksidasi baik dalam suasana asam maupun basa menimbulkan oksiselulosa yang mempunyai gugus pereduksi maupun karboksilat.c. Cahaya.Kerusakan disebabkan oleh terjadinya pemutusan ikatan primer pada selulosa.d. Panas.Kerusakan karena panas dapat dilihat dengan terjadinya perubahan pada dinding primer selulosa.

Untuk dapat menganalisa berbagai kerusakan tersebut telah disusun beberapa cara pengujian yang masing-masing cara mempunyai derajat ketelitian hasil pengujian yang berbeda. Contoh uji harus bebas dari zat lain seperti zat penyempurnaan, kanji, lemak, lilin, dsb, karena zat tersebut kadang-kadang mempengaruhi hasil pengujian atau memberi hasil sama dengan oksiselulosa dan hidroselulosa. Dalam beberapa hal, pencelupan juga berpengaruh terhadap pengujian ini, karena pengujian kebanyakan dilakukan dengan cara penodaan, sedangkan zat warna yang ada pada selulosa, pada umumnya tidak dapat dihilangkan tanpa merusak selulosa.Kerusakan serat kapas yang disebabkan oleh zat kimia dapat dibedakan dari kerusakan mekanika, dengan cara pewarnaan dengan zat warna Congo Red (C.I. Direct Red) dan penggelembungan oleh natrium hidroksida. Pengujian untuk gugus pereduksi antara lain dengan menggunakan larutan fehling, perak nitrat amonikal dan uji horizon. Untuk pengujian gugus karbonil antara lain digunakan uji trunbull dan pencelupan tolak (resist dyeing). Uji trunbull memberikan hasil yang terbaik untuk perbedaan kadar karboksil. Untuk membedakan antara oksiselulosa dan hidroselulosa, uji Muller memberikan hasil yang memuaskan.

BAB III PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan A. Pengujian penggelembungan dengan NaOHAlat : - Mikroskop- Kaca objek dan kaca penutup- Kertas hisapPereaksi : -Larutan NaOH 18%

B. Pengujian pewarnaan dengan congo redAlat : - Mikroskop- Kaca objek dan kaca penutup- Kertas hisapPereaksi : - Larutan zat warna Congo Red 1%

C. Pengujian pewarnaan dengan cara uji harrizonAlat : - Tabung reaksi - Pembakar bunsenPereaksi : - Pelarut A : (AgNO3 80 g/l)Pelarut B : ( Na tiosulfat 200g/l dan NaOH 200 g/l)

D. Pengujian pewarnaan dengan perak nitrat amonikalAlat : - Tabung reaksi- Pembakar bunsenPereaksi : AgNO3 Amonikal NH4OH 10%

E. Pengujian pewarnaan dengan pereaksi fehlingAlat : - Tabung reaksi - Pembakar bunsenPereaksi : - Fehling A : (60 g/l CuSO4) - Fehling B : (346 g kalium natrium tartrat dan 100 g NaOH /L air)

F. Pengujian pewarnaan dengan cara pencelupan tolakAlat : - Tabung reaksi- Pembakar bunsenPereaksi : Larutan Chlorazol Sky Blue FF 5 g/l (C.I Direct Blue 1)

G. Pengujian pewarnaan dengan cara biru trunbullAlat : - Tabung reaksi - Pembakar bunsenPereaksi : Ferro sulfat 10 g/l Kalium ferri sianida 10 g/l

H. Pengujian pewarnaan dengan Na-kromatAlat : - Tabung reaksi - Pembakar bunsenPereaksi : - Natrium khromat 10 g/l - Pb asetat 10 g/l

I. Pengujian pewarnaan dengan metilen biruAlat : Tabung reaksiPereaksi : Larutan Metilen biru 10 g/l yang diasamkan dengan H2SO4 2N (10ml/l)3.2 Cara KerjaA. Pengujian penggelembungan dengan NaOH Potong kapas pendek-pendek kira-kira 0,5 mm. Letakan diatas objek; tetesi dengan NaOH sebagai medium, tutup dengan kaca penutup. Biarkan beberapa menit. Amati dibawah mikroskop. Gambarkan pada jurnal.

B. Pengujian pewarnaan dengan CongoRed Rendam contoh uji dengan NaOH 2% selama 5 menit. Cuci sampai bebas NaOH (uji dengan lakmus). Keringkan dengan kertas penghisap. Rendam dalam larutan Congo Red selama 5 menit. Cuci bersih dengan air. Rendam didalam NaOH 18% selama 3-5 menit. Amati dibawah mikroskop. Gambarkan pada jurnal.

C. Pengujian pewarnaan dengan cara uji harrizon Campurkan 1 ml larutan A dalam 20 ml air dengan 2 ml larutan B dalam 20 ml Didihkan contoh uji didalam campuran satu mi larutan A ditambah 20 ml air dengan dua ml larutan B dalam 20 ml air selama lima menit. Cuci didalam larutan B (1 ml dalam 10ml). Cuci dengan air panas suhu 70oC. Adanya endapan abu-abu hitam menunjukkan adanya gugus aldehida (kerusakan karena zat kimia).

D. Pengujian pewarnaan dengan perak nitrat amonikal Contoh uji dikerjakan dalam larutan AgNO3 amonikal pada suhu 80oC selama 3-5 menit. Cuci dengan air dingin. Cuci dengan larutan amoniak 10%. Serat rusak akan berwarna kuning atau coklat, serat yang baik warna akan hilang setelah pencucian.

E. Pengujian pewarnaan dengan pereaksi fehling Campurkan 5 ml fehling A dan 5 ml fehling B encerkan dengan 10 ml air suling. Bagi menurut kebutuhan dan masukkan contoh uji ke dalamnya didihkan selama 5 menit. Cuci dengan air panas 70oC selama 10 menit. Adanya endapan kupro oksida yang berwarna merah muda-merah, menunjukkan adanya gugus pereduksi.

F. Pengujian pewarnaan dengan cara pencelupan tolak Contoh uji direndam dalam larutan Chlorazol Sky Blue FF pada suhu mendidih selama 5 menit. Cuci dengan air panas pada suhu 70oC. Amati warna yang terjadi. Adanya gugus karbonil ditunjukkan dengan adanya titik warna muda didaerah yang rusak.

G. Pengujian pewarnaan dengan cara biru trunbull Contoh uji direndam dalam larutan fero sulfat selama 5 menit pada suhu kamar. Cuci dengan air pada suhu 70oC. Pindahkan contoh uji dalam larutan kalium ferri sianida kemudian rendam dalam larutan tersebut selama 5 menit pada suhu kamar. Cuci dengan air pada suhu 70oC. Keringkan. Amati warna yang terjadi ; warna biru tua menunjukkan adanya gugus karbonil pada bahan.

H. Pengujian pewarnaan dengan Na-kromat Contoh uji direndam dalam larutan Pb asetat selama 5 menit pada suhu kamar. Bilas dengan air dingin. Pindahkan contoh uji dalam larutan Na khromat kemudian rendam dalam larutan tersebut selama 5 menit pada suhu kamar. Cuci dengan air dingin dan keringkan. Amati warna yang terjadi ; adanya pereduksi menyebabkan Pb asetat terserap sedikit sehingga warnanya cream, warna kuning tua menunjukkan adanya gugus karboksilat.

I. Pengujian pewarnaan dengan metilen biru Contoh uji direndam dalam larutan pereaksi metilen biru selama 5-10 menit pada suhu kamar. Cuci dengan air mengalir. Amati warna yang terjadi ; warna biru tua menunjukkan adanya gugus karboksil.

BAB IV PENUTUP

4.1 DISKUSI

Pada pengujian pewarnaan dengan harrizon, serat kapas yang mengandung gugus aldehida ditunjukkan dengan adanya endapan abu-abu atau hitam.,tetapi kebanyakan endapan tersebut sulit untuk diamati. Besar kecilnya endapan abu yang ada pada serat tersebut menentukan seberapa besar kerusakan kimia yang di alami serat.Serat-serat kapas yang mengandung gugus aldehida adalah serat serat yang mengalami kerusakan : rusak oleh kaporit, rusak oleh pukulan , rusak oleh alkali, rusak oleh oksidator H2O2 , dan rusak oleh jamur . Pada pengujian dengan Perak Nitrat Amoniakal semua serat rata-rata rusak hebat, hal ini dapat ditunjukan hampir semua kapas yang di uji berwarna coklat. Tingkat kerusakan yang paling dalam disini di tunjukan pada kapas rusak alkali dan kapas rusak panas dengan ditunjukan warna yang paling pekat dan tingkat kerusakan terendah ditunjukan pada kapas baik, karena tingkatan warnanya masih kuning dibanding kapas rusak lain. Seperti yang kita ketahui bahwa warna pun mempengaruhi tingkat kerusakan pada serat. Pada pengujian fehling, gugus pereduksi ditunjukkan oleh adanya endapan merah muda atau merah pada serat. Semakin banyak warna merah muda atau merah yang terbentuk semakin banyak gugus pereduksi yang terdapat pada serat, yang berarti serat selulosa tersebut semakin rusak oleh zat kimia. Pada pengujian ini yang mengandung gugus pereduksi adalah serat-serat kapas yang rusak oleh reduktor KMnO4 ,dan yang rusak oleh panas. Pengujian pewarnaan dengan cara pencelupan tolak gugus karboksil dilakukan untuk menunjukkan adanya gugus karboksilat pada serat selulosa yang rusak karena kimia yaitu ditunjukkan dengan adanya titik warna muda pada daerah yang rusak. Makin muda warnanya maka serat tersebut makin besar kerusakannya.Selain itu pada saat pengujian hendaknya perendaman contoh uji pada larutan Chlorazol Sky blue FF mendidih tidak lebih dari 5 menit karena jika terlalu lama akan merusak warna yang seharusnya dihasilkan. Dan serat serat yang mengandung gugus karbokslat terdapat pada kapas dengan jenis kerusakan yaitu rusak karena jamur ,rusak karena panas ,rusak karena hipoklorit dan rusak karena kaporit. Pengujian pewarnaan dengan cara biru trunbuli dilakukan untuk menunjukkan adanya gugus karboksilat pada serat serat yang di uji,yaitu ditunjukkan dengan adanya perubahan menjadi warna biru tua pada bahan.Pada pengujian ini yang menunjukkan adanya gugus karboksilat terdapat pada kapas dengan jenis kerusakan yairu rusak karena alkali ,rusak karena hipoklorit,rusak karena kaporit,rusak karena H2O2, dan rusak karena asam. Pengujian pewarnaan dengan Na-Kromat dilakukan untuk menujukkan adanya gugus karboksilat pada serat serat yang di uji,yaitu ditunjukkan dengan adanya perubahan menjadi warna kuning tua sedangkan perubahan menjadi warna cream menunjukkan adanya gugus pereduksi. Pada pengujian ini yang menunjukkan adanya gugus karboksilat terdapat pada kapas dengan jenis kerusakan yairu rusak karena panas,rusak karena pukulan ,rusak karena hipoklorit ,rusak karena kaporit dan rusak karena H2O2 .Sedangkan yang menunjukkan adanya gugus pereduksi terdapat pada kapas dengan jenis kerusakan yairu rusak karena jamur , rusak karena reduktor KMnO4 ,rusak karena alkali dan rusak karena H2O2. Pengujian pewarnaan dengan metilen blue dilakukan untuk menunjukkan adanya gugus karboksilat pada serat serat yang di uji ,yaitu ditunjukkan denagn adanya perubahan menjadi warna biru tua . Pada pengujian ini yang menunjukkan adanya gugus karboksilat terdapat pada kapas dengan jenis kerusakan yairu rusak karena reduktor KMnO4 , rusak karena hipoklorit,rusak karena kaporit dan rusak karena H2O2. Pengujian penggelembungan dengan NaOH dilakukan untuk membedakan kerusakan serat kapas karena zat kimia dan mekanika.Saat diamati dengan mikroskop adanya kepala jamur (dumble) pada ujung serat baik atau serat yang mengalami kerusakan mekanik ,sedangkan jika tidak ada kepala jamur pada ujung serat menunjukkan kerusakan kimia yang hebat .Besar kcilnya kepala jamur menentukan kerusakan kimia dari serat. Yang menunjukkan adanya kepala jamur (dumble ) adalah kapas baik,kapas rusak karena pukulan ,kapas rusak karena hipoklorit dan kapas rusak karena reduktor. Sedangkan yang tidak memiliki dumble yaitu kapas yang rusak karena asam , rusak karena oksidator ,rusak karena jamur ,rusak karena kaporit dan rusak karena panas/ Pada pengujian pewarnaan dengan congo red ,serat yang terlihat sobek dan putus serta terbentuk dumble adalah kapas yang rusak karena pukulan. Sedangkan kapas yang rusak karena kimia dan tidak terbentuk dumble yaitu kapas yang rusak karena asam ,rusak karena oksidator ,rusak karena hipoklorit ,rusak karena jamur dan rusak karena alkali.

4.2 KESIMPULAN

Dari hasil praktikum dapat diambil kesimpulan : Kerusakan selulosa 21. Pada uji horizon, tingkat kerusakan serat dari yang paling rusak ke yang baik adalah kapas:1. KMNO42. Jamur3. Baik4. Kaporit5. Alkali6. Panas7. Asam8. H2O29. Pukulan

10. Hipoklorit

2. Pada uji perak nitrat amonikal, tingkat kerusakan serat dari yang paling rusak ke baik adalah kapas :1. Panas 2. Hipoklorit3. Alkali4. Baik5. Kaporit6. Pukulan7. Jamur8. H2O29. KMNO410. Asam 3. Pada uji fehling, tingkat kerusakan serat dari yang paling rusak ke baik adalah kapas :1. Asam2. Panas3. Pukulan4. Alkali5. Baik6. H2O27. KMNO48. Kaporit9. Jamur10. Hipoklorit

Kerusakan selulosa 34. Pada uji pencelupan tolak, urutan perubahan warna dari muda ke tua adalah kapas:1. Asam2. Jamur3. Kaporit4. KMNO45. Pukulan6. Kaporit7. Hipoklorit8. Baik9. Panas10. H2O25. Pada uji biru trunbull, urutan perubahan warna dari tua ke muda adalah kapas:1. Kaporit2. Alkali 3. Hipoklorit 4. Jamur 5. H2O26. Asam7. KMNO48. Panas9. Baik10. Pukulan6. Pada uji kromat, urutan perubahan warna dari kuning tua ke kuning muda adalah kapas:1. Pukulan2. Panas3. Asam4. Jamur5. KMNO46. Kaporit7. alkali8. Hipoklorit9. Baik10. H2O27. Pada uji metilen biru, urutan perubahan warna dari biru tua ke muda adalah kapas :1. KMNO42. Alkali3. Pukulan4. Kaporit5. Hipoklorit6. H2O27. Jamur8. Baik9. Panas10. Asam

Kerusakan selusosa 18. Pada uji penggelembungan dengan NaOH, serat yang baik / mengalami kerusakan mekanik adalah serat yang memiliki kepala jdan rusak karena amur atau dumble, sedangkan serat yang rusak karena kimia seluruh bagian serat menggelembung dan tidak adanya dumble. Berikut serat yang baik: Kapas baik - kapas rusak pukulan Kapas rusak reduktor KMnO4 - kapas rusak hipokloritsedangkan kapas yang rusak karena kimia adalah : Kapas rusak kaporit - Kapas rusak panas Kapas rusak H2O2 - Kapas rusak jamur Kapas rusak oksidator

9. Pada uji pewarnaan dengan congo red, pada kapas yang rusak karena mekanika akan terlihat adanya serat-serat yang sobek atau putus. Sedangkan pada kapas yang rusak karena kimia akan terlihat adanya retakan memanjang, celah atau adanya bagian-bagian serat berwarna merah. Pada serat yang rusak karena jamur (jasad renik), timbul bintik-bintik jamur dan permukaan serat yang aus. Kerusakan karena panas terlihat adanya noda spiral pada serat, tetapi pola ini juga terdapat pada serat yang rusak karena kimia. Berikut kapas yang menunjukan kerusakan mekanik: Kapas rusak alkali - kapas rusak kaporit Kapas rusak hipoklorit - kapas rusak KMNO4 Kapas rusak panas - kapas rusak jamur Kapas yang menunjukan kerusakan kimia yakni : Kapas rusak Oksidator H2O2 Kapas rusak hipoklorit Kapas rusak asam Kapas jamur Kapas rusak alkali

DAFTAR PUSTAKA

Evaluasi Tekstil Bagian Kimia, Institut Teknologi Tekstil, Bandung, 1975.Penuntun Praktikum Evaluasi Kimia Tekstil I, Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil, Bandung, 1993.