Upload
rezki-arham-ar
View
2.966
Download
15
Embed Size (px)
Citation preview
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai
tempat tumbuh & berkembangnya perakaran penopang tegak tumbuhnya tanaman
dan menyuplai kebutuhan air dan udara; secara kimiawi berfungsi sebagai gudang
dan penyuplai hara atau nutrisi (senyawa organik an anorganik sederhana dan unsur-
unsur esensial seperti: N, P, K, Ca, Mg, S, Cu, Zn, Fe, Mn, B, Cl); dan secara biologi
berfungsi sebagai habitat biota (organisme) yang berpartisipasi aktif dalam
penyediaan hara tersebut dan zat-zat aditif (pemacu tumbuh, proteksi) bagi tanaman,
yang ketiganya secara integral mampu menunjang produktivitas tanah untuk
menghasilkan biomass dan produksi baik tanaman pangan, tanaman obat-obatan,
industri perkebunan, maupun kehutanan.
Kesuburan tanah tidak terlepas dari keseimbangan biologi, fisika dan kimia;
ketiga unsur tersebut saling berkaitan dan sangat menentukan tingkat kesuburan lahan
pertanian. Tanpa disadari selama ini sebagian besar pelaku tani di Indonesia hanya
mementingkan kesuburan yang bersifat kimia saja, yaitu dengan memberikan pupuk
anorganik seperti : urea, TSP/SP36, KCL dan NPK secara terus menerus dengan
dosis yang berlebihan.
Pemupukan akan efektif jika pupuk yang ditebarkan dapat menambah atau
melengkapi unsur hara yang telah tersedia di dalam tanah. Karena hanya bersifat
menambah atau melengkapi unsur hara, maka sebelum digunakan harus diketahui
gambaran keadaan tanahnya, khususnya kemampuan awal untuk mendukung
1
pertumbuhan tanaman. Dalam mendukung kehidupan tanaman, tanah memiliki empat
fungsi utama yaitu : memberi unsur hara dan sebagai media perakaran, menyediakan
air dan sebagai tempat penampung (reservoir) air, menyediakan udara untuk respirasi
(pernafasan) akar, dan sebagai media tumbuhan tanaman
Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang
terpenting, selain gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika
Tengah dan Selatan, jagung juga menjadi alternatif sumber pangan di Amerika
Serikat. Penduduk beberapa daerah di Indonesia (misalnya di Madura dan Nusa
Tenggara) juga menggunakan jagung sebagai pangan pokok. Selain sebagai sumber
karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan ternak (hijauan maupun tongkolnya).
Tanaman jagung tidak akan memberikan hasil maksimal manakala unsur hara yang
diperlukan tidak cukup tersedia. Pemupukan dapat meningkatkan hasil panen secara
kuantitatif maupun kualitatif. Pemberian pupuk Nitrogen merupakan, kunci utama
dalam usaha meningkatkan produksi. Pemberian pupuk phosphat dan kalium
bersama-sama dengan nitrogen memberikari hasil yang lebih baik.
Berdasarkan uraian diatas maka praktikum pupuk dan pemupukan serta
pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman perlu untuk dilakukan mengingat
pentingnya pemupukan terhadap pertumbuhan tanaman.
A. Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dilaksanakannya praktikum ini adalah untuk mengetahui pengaruh
dari pupuk N, P, K terhadap pertumbuhan tanaman jagung pada tanah Alfisol,
inceptisol dan alluvial
2
Kegunaan dilaksanakannya praktikum ini adalah dapat dijadikan sebagai
bahan informasi tentang pengaruh pupuk N, P dan K pada pertumbuhan tanaman
jagung.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanah Alfisol
Tanah Alfisols adalah tanah yang telah mengalami perkembangan struktur
lanjut, dicirikan oleh terbentuknya horison B-argilik, selaput liat/organik jelas,
berstruktur cukup kuat. Alfisols terbentuk pada daerah semiarid ke daerah-daerah
lembab. Alfisol kaya bahan lempung dan lapisan tanah sebelah bawah relatif tinggi
tingkat kesuburan. Alfisols merupakan salah satu tanah penting untuk produksi
makanan dan serat. Alfisols di daerah tropis, memiliki kecenderungan bersifat
masam, terutama ketika pupuk N digunakan (Yoky, 2007).
Tanah kebun disebut juga sebagai tanah alfisol. Tanah-tanah yang mempunyai
kandungan liat tinggi di horizon B (horizon argilik). Tanah alfisol kebanyakan
ditemukan didaerah yang berilim sedang, tetapi dapat pula ditemukan didaerah tropic
dan subtropik terutama ditempat-tempat denagan tingkat pelapukan sedang. Alfisol
ditemukan dibanyak zona iklim, tetapi yang utama adalah didaerah yang beriklim
sedabg yang bersifat humid dengan bahan induk relative muda dan stabil paling
3
sedikit selama beberapa ribu tahun. Oleh karena itu alfisol adalah tanah yang relatif
muda, masih banyak mengandung mineral yang mudah lapuk, mineral liat kristalin
dan kaya dengan unsur hara (Hardjawigeno, 2003).
Tanah Alfisols merupakan tanah-tanah dimana terdapat penimbunan liat di
horison bawah (horison argilik) dan mempunyai kejenuhan basa (berdasarkan jumlah
kation) tinggi yaitu lebih dari35% pada ke dalaman 180 cm dari permukaan tanah.
Liat yang tertimbun di horison bawah ini berasal dari horison di atasnya dan tercuci
ke bawah bersama dengan gerakan air. Tanah ini dulu termasuk tanah Mediteran
(Hardjowigeno, 2007).
Tanah yang termasuk ordo Alfisol merupakan tanah-tanah yang terdapat
penimbunan liat di horison bawah (terdapat horison argilik)dan mempunyai
kejenuhan basa tinggi yaitu lebih dari 35% pada kedalaman 180 cm dari permukaan
tanah. Liat yang tertimbun di horison bawah ini berasal dari horison di atasnya dan
tercuci kebawah bersama dengan gerakan air. Padanan dengan sistem klasifikasi yang
lama adalah termasuk tanah Mediteran Merah Kuning, Latosol, kadang-kadang juga
Podzolik Merah Kuning.
2.2 Tanah Inceptisol
Inceptisol adalah tanah muda dan mulai berkembang. Propfilnyamempunyai
horizon yang dianggap pembentukannya agak lamban sebagai hasil alterasi bahan induk.
Horizon-horizonnya tidak memperlihatkan hasil hancuran ekstrim. Horizon timbunan liat
dan besi aluminium oksida yang jelas tidak ada pada golongan ini. Perkembangan profil
golongan ini lebih berkembang bila dibandingkan dengan entisol. Tanah-tanah yanh dulunya
4
dikelaskan sebagai hutan coklat, andosol, dan tanah coklat dapat dimasukkan ke dalam
Inceptisol (Hardjowigeno, 1992)
Kebanyakan
Tanah yang termasuk ordo Inceptisol merupakan tanah muda, tetapi lebih
berkembang daripada Entisol. Kata Inceptisol berasal dari kata Inceptum yang berarti
permulaan. Umumnya mempunyai horison kambik. Tanah ini belum berkembang lanjut,
sehingga kebanyakan dari tanah ini cukup subur. Padanan dengan sistem klasifikasi lama
adalah termasuk tanah Aluvial, Andosol, Regosol, Gleihumus, dll.
2.3 Tanah Alluvial
Aluvial ialah tanah muda yang berasal dari hasil pengendapan. Sifatnya tergantung dari
asalnya yang dibawa oleh sungai. Tanah aluvial yang berasal dari gunung api umumnya
subur karena banyak mengandung mineral. Tanah ini sangat cocok untuk persawahan.
Penyebarannya di lembah-lembah sungai dan dataran pantai. Tanah Alluvial adalah tanah
yang terbentuk dari hasil pengendapan lumpur sungai yang terdapat di dataran rendah.
Tanah ini tergolong sangat subut dan baik untuk daerah pertanian padi.
Jenis tanah Alluvial disebut juga sebagai tubuh tanah endapan, kandungan bahan
organiknya rendah, reaksi tanahnya masam sampai netral, struktur tanahnya pejal
atau tanpa struktur dan konsistensinya keras waktu kering, teguh waktu lembab,
kandungan unsure haranya relative kaya dan banyak tergantung pada bahan induknya.
Secara keseluruhan tanah alluvial mempunyai sifat fisika kurang baik sampai sedang,
sifat kimia sedang sampai baik, sehingga produktivitas tanahnya sedang sampai
tinggi, menempati areal seluas 120.290 Ha (32,26 % dari luas lautan).
5
2.4 Pupuk Anorganik
2.4.1 Pupuk Nitrogen
Pupuk nitrogen merupakan pupuk yang penggunaannya sangat luas, tetapi
harga semakin mahal, penggunaan yang berlebihan menyebabkan polusi
lingkungan. Secara alami sebenarnya dapat diambil dari udara, karena sumber utama
nitrogen adalah dari udara, pengambilan N dari udara dapat dilakukan oleh bakteri
penambat nitrogen, seperti Rhizobium, Azotobacter, Anabaena. Pupuk N bersifat
mudah menguap di udara (Sumarsih, 2007).
Meskipun peranan nitrogen sebagai unsur hara esensial tanaman telah dikenal,
namun selama bertahun-tahun kebutuhan suplai pupuk ini masih menduduki urutan
nomor dua. Suplai yang diperoleh secara alami melalui sistem rotasi tanaman masih
dianggap cukup. Pengambilan sisa tanaman serta bahan-bahan buangan turut
membantu suplai nitrogen. Suplai alami demikian ditambah pula dengan pemberian
pupuk nitrogen dalam jumlah kecil yang berasal dari guano, nitrat soda serta berbagai
sisa buangan organik.(Hasibuan,2006)
2.4.2 Pupuk Fospor
Pupuk Fosfor (P) dibuat dengan menggunakan bahan baku batuan fosfat
(apatit) dan diasamkan dengan asam sulfat untuk mengubah P yang tidak tersedia
menjadi tersedia untuk tanaman. Bentuk pupuk ini berupa tepung berwarna putih
kelabu. Sedikit larut dalam air reaksi, fisiologis netral atau agak masam. Dalam
penyimpanan sering mengalami kerusakan fisik tetapi tidak mengalami perubahan
6
khimianya. Dalam pemakaiannya dianjurkan sebagai pupuk dasar yaitu pemupukan
sebelum ada tanaman agar pada saat tanaman mulai tumbuh P sudah dapat diserap
oleh akar tanaman (Yuwono, 2006).
3. Pupuk Kalium
Kalium merupakan h ara makro bagi tanaman dan dibutuhkan dalam jumlah
banyak setelah N dan P. Tidak seperti halnya N, P, S, dan hara lainnya, kalium
bukanlah bagian integral dari protoplasma, pati, atau selulosa tanaman, tetapi
merupakan agen katalis yang berperan dalam proses metabolisme tanaman. Dalam
proses ini kalium berperan antara lain meningkatkan aktivasi enzim, mengurangi
kehilangan air transpirasi melalui pengaturan stomata, meningkatkan produksi
adenosine triphosphate (ATP), membantu translokasi asimilat, dan meningkatkan
serapan N dan sintesis protein (Havlin, 1999).
2.5 Tanaman Jagung
2.5.1 Fisiologi dan Klasifikasi Jagung
Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya
diselesaikan dalam 80-150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap
pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk tahap pertumbuhan generatif. Tinggi
tanaman jagung sangat bervariasi. Meskipun tanaman jagung umumnya berketinggian
antara 1m sampai 3m, ada varietas yang dapat mencapai tinggi 6m. Tinggi tanaman
biasa diukur dari permukaan tanah hingga ruas teratas sebelum bunga jantan.
Meskipun beberapa varietas dapat menghasilkan anakan (seperti padi), pada
7
umumnya jagung tidak memiliki kemampuan ini. Akar jagung tergolong akar serabut
yang dapat mencapai kedalaman 8 m meskipun sebagian besar berada pada kisaran 2
m. Pada tanaman yang sudah cukup dewasa muncul akar adventif dari buku-buku
batang bagian bawah yang membantu menyangga tegaknya tanaman. Batang jagung
tegak dan mudah terlihat, sebagaimana sorgum dan tebu, namun tidak seperti padi
atau gandum. Terdapat mutan yang batangnya tidak tumbuh pesat sehingga tanaman
berbentuk roset. Batang beruas-ruas. Ruas terbungkus pelepah daun yang muncul dari
buku. Batang jagung cukup kokoh namun tidak banyak mengandung lignin
(Harizamry, 2007).
Kekurangan nitrogen dalam tanaman walaupun dalam stadia permulaan
akan menurunkan hasil. Sebelum berbunga tanaman jagung sudah mengambil kira-
kira 25% dari seluruh N yang dibutuhkan. Setelah tongkol jagung terbentuk maka 2/3
dari seluruh keperluan N telah diisapnya. Kebutuhan N ini perlu dipenuhi sebab bila
kekurangan N, tanaman akan menjadi kerdil, daun menjadi sempit (Ishikawa, 2005).
Jagung memiliki bunga jantan dan bunga betina yang terpisah (diklin) dalam
satu tanaman (monoecious). Tiap kuntum bunga memiliki struktur khas bunga dari
suku Poaceae, yang disebut floret. Pada jagung, dua floret dibatasi oleh sepasang
glumae (tunggal: gluma). Bunga jantan tumbuh di bagian puncak tanaman, berupa
karangan bunga (inflorescence). Serbuk sari berwarna kuning dan beraroma khas.
Bunga betina tersusun dalam tongkol. Tongkol tumbuh dari buku, di antara batang
dan pelepah daun. Pada umumnya, satu tanaman hanya dapat menghasilkan satu
tongkol produktif meskipun memiliki sejumlah bunga betina. Beberapa varietas
8
unggul dapat menghasilkan lebih dari satu tongkol produktif, dan disebut sebagai
varietas prolifik. Bunga jantan jagung cenderung siap untuk penyerbukan 2-5 hari
lebih dini daripada bunga betinanya (protandri) (Sitompul, 2004).
2.5.2 Syarat Tumbuh Jagung
Pupuk kompos merupakan dekomposisi bahan – bahan organik atau proses
perombakan senyawa yang komplek menjadi senyawa yang sederhana dengan
bantuan mikroorganisme. Bahan dasar pembuatan kompos ini adalah kotoran sapi dan
bahan seperti serbuk gergaji atau sekam, jerami padi dll, yang didekomposisi dengan
bahan pemacu mikroorganisme dalam tanah (misalnya stardec atau bahan
sejenis).Sifat dari pupuk kompos yaitu dapat menguapkan N karena selama proses
perombakan berlangsung, selain itu pupuk kompos sukar larut dalam air (Wahyu,
2008).
b. Aplikasi Pemupukan
Pemupukan yang ditebarkan langsung ke permukaan tanah. Cara pemupukan
yang satu ini boleh dikatakan yang paling sering dilakukan oleh para petani.
Umumnya, pemupukan dengan cara ditebarkan langsung ke permukaan tanah bisa
diterapkan pada tanaman dengan jarak tanam rapat, pupuk dasar di perkebunan, atau
di tanah bedengan. Bisa juga pemupukan dilakukan pada tanaman yang sudah
tumbuh (side dress) atau langsung ditebarkan ke tanaman (top dress). Biasanya,
pemupukan dilakukan pada tanaman muda. Agar pupuk tidak terbuang percuma,
sebaiknya tanah diolah terlebih dahulu sebelum dilakukan dilakukan pemupukan.
Terutama untuk jenis pupuk yang bersifat higroskopis seperti urea, ZA, KCI, dan
9
NPK. Karena itu, pemberian pupuk pada tanaman yang sudah tumbuh dilakukan pada
saat penyiangan gulma. Hal ini berguna agar pupuk tertimbun di dalam tanah
(Newsroom, 2007).
Dosis pupuk yang diperlukan berbeda-beda tergantung dari pada tingkat
kesuburan dan jenis tanah. Untuk sementara secara umum dapat dianjurkan,
pemakaian pupuk sebanyak 90-120 kg.N, 30 – 45 kg P2O5 dan 0-25 kg K2O per Ha.
Pada tanah-tanah yang cukup mengandung akan kalium, pemupukan dengan unsur ini
dapat ditiadakan (Anonim, 2008).
10
III. METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan tempat
Praktikum kesuburan berlangsung pada tanggal November sampai Desember,
pukul 16:00 WITA sampai selesai. Yang bertempat di Green House Jurusan Ilmu
Tanah Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin, Makassar.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini pada praktikum Pupuk dan
Pemupukan adalah cangkul, ayakan, polybag, timbangan, oven, dan alat tulis
menulis.
Bahan yang digunakan dalalm praktikum ini adalah sampel tanah Alfisols,
benih tanaman jagung, pupuk N, pupuk P dan kompos serta air.
3.3 Metode Praktikum
Prosedur kerja dalam praktikum ini adalah :
1. Mengambil sampel tanah alfisol dan mengering udarakannya.
2. Menghaluskan tanah dengan cara mengayaknya dan memasukkannya kedalam
polibag.
3. Menimbang pupuk kompos, pupuk urea (N) dan TSP (P).
4. Mencampurkan pupuk kompos pada tanah yang telah diayak kemudian
menjenuhkannya dengan air.
5. Mencampurkan pupuk N dan P pada tanah yang telah terlebih dahulu diberikan
pupuk kompos kemudian menanam bibit tanaman jagung.
6. Melakukan pemeliharaan dengan cara menyiramnya tiap minggu.
11
7. Melakukan pengamatan dengan mengukur tinggi dan jumlah daun.
D. Parameter Pengamatan
1. Pertumbuhan Tanaman
a. Tinggi Tanaman
Tinggi tanaman pada minggu pertama dalam pertumbuhan tanaman jagung
adalah 8 cm, minggu ke dua tingginya mencapai 46 cm dan minggu ke tiga tingginya
mencapai 58 cm.
b. Jumlah Daun
Jumlah daun pada minggu pertama dalam pertumbuhan tanaman jagung adalah
2 helai, minggu ke dua jumlah daun bertambah sebanyak 5 helai dan minggu ketiga
jumlah daunnya 5 helai.
c. Berat Kering
Berat kering pada tanaman jagung adalah 0,6 ons.
2. Gejala Fisiologis Tanaman (Termasuk warna)
Pada minggu pertama belum terdapat gejala fisiologis pada tanaman jagung.
Setelah minggu kedua mulai terdapat gejala fisiologis, terlihat dari adanya batang
yang roboh. Ini disebabkan karena tanaman jagung kelebihan nitrogen. Pada minggu
ketiga tanaman jagung terserang penyakit bulai (Sclerospora maydis Palm). Tanaman
yang terserang daun-daunnya herwarna kuning keputih-putihan bergaris-garis klorotis
sejajar dengan arah urat daun.
12
13
14