31
LAPORAN PRAKTIKUM PRODUKSI TANAMAN II TEKNOLOGI PENGELOLAAN PEMUPUKAN Oleh : Nama : Puspa Perwira NIM : 091510501093 Gol/ Kelompok : Selasa/3 Asisten : 1. Oki Yulianto 2. Grace T. S. A 3. Lazuardi Cahya 4. Andika Septa 5. Wanda Destyan 6. Ristika Wulandari PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

laporan prodtan tanah

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: laporan prodtan tanah

LAPORAN PRAKTIKUM

PRODUKSI TANAMAN IITEKNOLOGI PENGELOLAAN PEMUPUKAN

Oleh :

Nama : Puspa Perwira

NIM : 091510501093

Gol/ Kelompok : Selasa/3

Asisten : 1. Oki Yulianto

2. Grace T. S. A

3. Lazuardi Cahya

4. Andika Septa

5. Wanda Destyan

6. Ristika Wulandari

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGIFAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS JEMBER

2011

Page 2: laporan prodtan tanah

LAPORAN PRAKTIKUM

PRODUKSI TANAMAN IITEKNOLOGI PENGELOLAAN PEMUPUKAN

Oleh :

Nama : Isti Liescahyani

NIM : 091510501035

Gol/ Kelompok : Selasa/3

Asisten : 1. Oki Yulianto

2. Grace T. S. A

3. Lazuardi Cahya

4. Andika Septa

5. Wanda Destyan

6. Ristika Wulandari

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGIFAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS JEMBER

2011

Page 3: laporan prodtan tanah

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kangkung termasuk suku Convolvulaceae atau keluarga kangkung-

kangkungan. Merupakan tanaman yang tumbuh cepat dan memberikan hasil

dalam waktu 4-6 minggu sejak dari benih. Tanaman bernama Latin Ipomoea

reptans ini terdiri dari dua varietas, yakni kangkung darat yang disebut kangkung

cina dan kangkung air yang tumbuh secara alami di sawah, rawa, atau parit.

Perbedaan antara kangkung darat dan kangkung air terletak pada warna bunga.

Kangkung air berbunga putih kemerah-merahan, sedangkan kangkung darat

bunga putih bersih.

Perbedaan lainnya pada bentuk daun dan batang. Kangkung air berbatang

dan berdaun lebih besar daripada kangkung darat. Warna batangnya juga berbeda.

Kangkung air berbatang hijau, sedangkan kangkung darat putih kehijau-hijauan.

Lainnya, kebiasaan berbiji. Kangkung darat lebih banyak bijinya daripada

kangkung air. Itu sebabnya kangkung darat diperbanyak lewat biji, sedangkan

kangkung air dengan stek pucuk batang.

Tanaman kangkung membutuhkan lahan yang terbuka atau mendapat

sinar matahari yang cukup. Di tempat yang terlindung (ternaungi) tanaman

kangkung akan tumbuh memanjang (tinggi) tetapi kurus-kurus. Kangkung sangat

kuat menghadapi panas terik dan kemarau yang panjang. Namun apabila ditanam

di tempat yang agak terlindung, maka kualitas daun bagus dan lemas sehingga

disukai konsumen.

Pemeliharaan yang perlu dilakukan terutama adalah menjaga

ketersediaan air pada kangkung darat. Apabila tidak turun hujan, harus segera

dilakukan penyiraman. Hal lain yang perlu diperhatikan yaitu pengendalian gulma

pada waktu tanaman masih muda atau belum menutup tanah  dan menjaga

tanaman dari serangan hama dan penyakit.

Untuk penanaman dilakukan pengolahan tanah terlebih dahulu. Lahan

dicangkul sedalam 20-30 cm supaya gembur, setelah itu dibuat bedengan

membujur dari Barat ke Timur agar mendapatkan cahaya penuh. Lahan yang asam

Page 4: laporan prodtan tanah

(pH rendah) dilakukan pengapuran dengan kapur kalsit atau dolomite. Untuk

pemupukkan, tanah diberikan pupuk kandang atau pupuk kompos organik hasil

fermentasi. Sebagai starter ditambahkan pupuk anorganik sebelum tanam dan

pada umur 15 hari setelah tanam. Agar pemberian pupuk lebih merata, pupuk

Urea diaduk dengan pupuk organik kemudian diberikan secara larikan disamping

barisan tanaman, jika perlu tambahkan pupuk cair 3 liter/ha (0,3 ml/m2) pada

umur 1 dan 2 minggu setelah tanam.

1.2 Tujuan

1. Mengetahui dan mengerti tujuan dari pemupukan.

2. Mengerti tentang pengelolaan pupuk yang sesuai.

Page 5: laporan prodtan tanah

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Kangkung tergolong sayur yang sangat populer, karena banyak

peminatnya. Kangkung disebut juga Swamp cabbage, Water convovulus, Water

spinach. Berasal dari India yang kemudian menyebar ke Malaysia, Burma,

Indonesia, China Selatan Australia dan bagian negara Afrika.

Kangkung banyak ditanam di Pulau Jawa khususnya di Jawa Barat, juga di Irian

Jaya di Kecamatan Muting Kabupaten Merauke kangkung merupakan lumbung

hidup sehari-hari. Di Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar tanaman

kangkung darat banyak ditanam penduduk untuk konsumsi keluarga maupun

untuk dijual ke pasar (Heru dan Yovita, 2003).

Kangkung termasuk suku Convolvulaceae (Adiyoga, 1999). Kedudukan

tanaman kangkung dalam sistematika tumbuh-tumbuhan diklasifikasikan ke

dalam:

a) Divisio : Spermatophyta

b) Sub-divisio : Angiospermae

c) Kelas : Dicotyledonae

d) Famili : Convolvulaceae

e) Genus : Ipomoea

f) Species : Ipomoea reptans

Kangkung merupakan tanaman yang tumbuh cepat yang memberikan hasil

dalam waktu 4-6 minggu sejak dari benih. Kangkung yang dikenal dengan nama

Latin Ipomoea reptans terdiri dari 2 (dua) varietas, yaitu Kangkung Darat yang

disebut Kangkung Cina dan Kangkung Air yang tumbuh secara alami di sawah,

rawa atau parit-parit.

Jumlah curah hujan yang baik untuk pertumbuhan tanaman ini berkisar

antara 500-5000 mm/tahun. Pada musim hujan tanaman kangkung

pertumbuhannya sangat cepat dan subur, asalkan di sekelilingnya tidak tumbuh

rumput liar. Dengan demikian, kangkung pada umumnya kuat menghadapi

rumput liar, sehingga kangkung dapat tumbuh di padang rumput, kebun/ladang

yang agak rimbun.

Page 6: laporan prodtan tanah

Tanaman kangkung membutuhkan lahan yang terbuka atau mendapat sinar

matahari yang cukup. Di tempat yang terlindung (ternaungi) tanaman kangkung

akan tumbuh memanjang (tinggi) tetapi kurus-kurus. Kangkung sangat kuat

menghadapi panas terik dan kemarau yang panjang. Apabila ditanam di tempat

yang agak terlindung, maka kualitas daun bagus dan lemas sehingga disukai

konsumen. Suhu udara dipengaruhi oleh ketinggian tempat, setiap naik 100 m

tinggi tempat, maka temperatur udara turun 1 derajat C. Apabila kangkung

ditanam di tempat yang terlalu panas, maka batang dan daunnya menjadi agak

keras, sehingga tidak disukai konsumen.

Kangkung darat menghendaki tanah yang subur, gembur banyak

mengandung bahan organik dan tidak dipengaruhi keasaman tanah.

Tanaman kangkung darat tidak menghendaki tanah yang tergenang, karena akar

akan mudah membusuk. Sedangkan kangkung air membutuhkan tanah yang selalu

tergenang air.

Biji kangkung darat ditanam pada tanah tegalan yang telah dipersiapkan.

Tanah tegalan tersebut dicangkul sedalam 30 cm, dan diberi pupuk kandang kuda

atau domba sebanyak 1 kg/m2 atau 10 ton/ha. Setelah tanah diratakan kemudian

dibuat bedengan pertanaman dengan lebar 60 cm atau 1 m. Pada bedengan-

bedengan tersebut dibuat lubang-lubang tanam dengan jarak 20 cm antar barisan

dan 20 cm antara tanaman. Tiap lubang diberi 2–7 biji kangkung. Sistem

penanaman dilakukan dengan zig-zag atau sitem garitan (baris). Pemupukan yang

digunakan yaitu Urea 200 kg, TSP  200 kg dan KCl 100 kg per hektar (Hasibuan,

2010).

Tanaman kangkung membutuhkan tanah datar bagi pertumbuhannya,

sebab tanah yang memiliki kelerengan tinggi tidak dapat mempertahankan

kandungan air secara baik. Kangkung dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik

di dataran rendah sampai dataran tinggi (pegunungan) ± 2000 meter dpl. Baik

kangkung darat maupun kangkung air, kedua varietas tersebut dapat tumbuh di

mana saja, baik di dataran rendah maupun di dataran tinggi. Hasilnya akan tetap

sama asal jangan dicampur aduk (Danarti dan Najiyati, 1994).

Page 7: laporan prodtan tanah

Pemeliharaan yang perlu dilakukan terutama adalah menjaga ketersediaan

air pada kangkung darat. Apabila tidak turun hujan, harus segera dilakukan

penyiraman. Hal lain yang perlu diperhatikan yaitu pengendalian gulma pada

waktu tanaman masih muda atau belum menutup tanah  dan menjaga tanaman dari

serangan hama dan penyakit.

Pengamatan tanaman dapat dilakukan dengan pengukuran kandungan air

yang berada dalam bahan ataupun sediaan yang dilakukan dengan cara yang tepat

diantaranya cara titrasi, destilasi atau gravimetri yang bertujuan memberikan

batasan minimal atau rentang tentang besarnya kandungan air dalam bahan,

dimana nilai maksimal atau rentang yang diperbolehkan terkait dengan

kemurniaan dan kontaminasi (Dirjen POM, 1995).

Penetapan kandungan air dapat dilakukan beberapa cara, hal ini

tergantung pada sifat bahannya. Pada umumnya penentuan kadar air dilakukan

dengan mengeringkan bahan dalam oven pada suhu (105-110) 0C selama 3 jam

atau didapat berat yang konstan. Selisih berat sebelum dan sesudah pengeringan

adalah banyaknya air yang diuapkan. Untuk bahan-bahan yang tidak tahan panas,

seperti bahan berkadar gula tinggi, minyak, daging, kecap, dan lain-lain

pemanasan dilakukan dalam oven vakum dengan suhu yang lebih rendah. Kadang

-kadang pengeringan dilakukan tanpa pemanasan, bahan dimasukkan dalam

eksikator dengan H2SO4 pekat sebagai pengering, hingga mencapai berat yang

konstan (Winarno, 1984).

Penentuan kadar air dari bahan-bahan yang kadar airnya tinggi dan

mengandung senyawa-senyawa yang mudah menguap ( volatile ) seperti sayuran

dan susu, menggunakan cara destilasi dengan pelarut tertentu, misalnya toluen,

xilol, dan heptana yang berat jenisnya lebih rendah daripada air. Contoh (sample)

dimasukkan dalam tabung bola (flask), kemudian dipanaskan. Air dan pelarut

menguap, diembunkan, dan jatuh pada tabung Aufhauser yang berskala. Air yang

mempunyai berat jenis lebih besar ada di bagian bawah, sehingga jumlah air yang

diuapkan dapat dilihat pada skala tabung aufhauser tersebut (Syamsir, 2008).

Di samping cara-cara fisik, adapula cara-cara kimia untuk menentukan

kadar air. Mc. Neil mengukur kadar air berdasarkan volume gas asetilen yang

Page 8: laporan prodtan tanah

dihasilkan dari reaksi kalsium karbonat dengan bahan yang akan diperiksa. Cara

ini dipergunakan untuk bahan-bahan seperti sabun, tepung, bubuk biji vanili,

mentega dan sari buah. Karl fischer pada tahun 1935 mengunakan cara

pengeringan berdasarkan reaksi kimia air dengan titrasi langsung dari bahan basah

dengan larutan iodin, sulfur dioksida, dan piridina dalam metanol. Perubahan

warna menunjukan titik akhir titrasi.

Page 9: laporan prodtan tanah

BAB 3. METODOLOGI

3.1 Tempat dan Waktu

Tempat praktikum di Fakultas Pertanian dan Agrotechnopark Universitas

Jember pada pukul 14.00 tangal 19 April 2011 yaitu dalam semester genap antara

April hingga Juli 2011.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

1. Cangkul

2. Ember

3. Timbangan

3.2.2 Bahan

1. Benih kangkung

2. Pupuk kandang

3. Urea

4. KCl

5. SP-36

3.3 Cara Kerja

A. Persiapan Bahan dan Perlakuan

1. Menentukan luas lahan dan buat peta lahan beserta ukurannya/skalanya.

2. Menggambarkan karakteristik tanah secara visual mengenai tekstur, struktur,

bahan organik dan kelembaban.

3. Menentukan jenis tanaman dan kebutuhan unsur hara.

4. Menentukan rekomendasi yang umum berlaku dan perlakuan.

B. Perhitungan Kebutuhan Pupuk

1. Menghitung unsur hara (NPK) yang diberikan.

2. Menghitung kebutuhan pupuk dalam petak yang digunakan.

Page 10: laporan prodtan tanah

3. Menghitung kebutuhan unsur hara tersebut dalam petak yang digunakan.

4. Menghitung kebutuhan pupuk N apabila dari sumber ZA NS (21:24); pupuk

P dan K dari phonska NPKS (15:15:15:10); serta NPK (16:4:8).

5. Menghitung pemberian pupuk untuk setiap tanaman.

C. Aplikasi 5 Tepat Pemupukan

1. Menjelaskan macam/jenis pupuk yang diberikan pada sayuran.

2. Menjelaskan dosis/konsentrasi unsur hara yang diberikan pada sayuran.

3. Menjelaskan cara pemberian pupuk pada sayuran.

4. Menjelaskan waktu pemberian pupuk pada sayuran.

5. Menjelaskan tempat pemberian pupuk pada sayuran.

D. Evaluasi Pengaruh Pemupukan Pada Pertumbuhan dan Produksi

Tanaman

1. Menjelaskan kenampakkan secara visual pertumbuhan dan warna tanaman

terhadap perlakuan, khususnya dihubungkan dengan pupuk atau acara-acara

sebelumnya.

2. Menghitung serapan NPK sayuran dan mengukur bobot basah/ segar

kemudian melanjutkan dengan bobot kering (60-70) oC.

3. Membandingkan antara hara yang diberikan dengan hara yang diserap.

Page 11: laporan prodtan tanah

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

a. Jarak Tanam 30x20 cm (Bedengan 30 Tanaman)

Kel

.

Berat

Blangko

Berat

Basah

Total

Jumlah

Tanaman

Sampel

Berat

Basah 5

Sampel

Berat

Rata-rata

5 Sampel

Berat

Basah 2

Sampel

Berat

Kering 2

Sanpel

1 6,2 gr 3000 gr 5 202,5 gr 40,5 gr 92,76 gr 10,52 gr

2 5,43 gr 2500 gr 5 193,5 gr 38,76 gr 158,92 gr 19,71 gr

3 6,2 gr 2850 gr 5 436,87 gr 51,76 gr 155,39 gr 15,02 gr

4 5,46 gr 3200 gr 5 670,53 gr 134,106 gr 79,81 gr 9,94 gr

b. Jarak Tanam 20x20 cm (Bedengan 50 Tanaman)

Kel

.

Berat

Blangko

Berat

Basah

Total

Jumlah

Tanaman

Sampel

Berat

Basah 5

Sampel

Berat

Rata-rata

5 Sampel

Berat

Basah 2

Sampel

Berat

Kering 2

Sanpel

1 5,62 gr 3700 gr 5 189,754 gr 37,95 gr 63,5 gr 5,67 gr

2 5,45 gr 1700 gr 5 163,75 gr 32,92 gr 148,73 gr 9,92 gr

3 5,62 gr 3800 gr 5 337,6 gr 40,5 gr 113,68 gr 40,5 gr

4 5,46 gr 3450 gr 5 623,55 gr 124,71 gr 77,13 gr 14,18 gr

4.2 Pembahasan

Praktikum ini terdiri dari beberapa kegiatan dan dijadikan beberapa

pengamatan lapang. Pengamatan pertama yakni pada waktu pembenihan, hal-hal

yang diperhatikan adalah penambahan pupuk sebagai starter dan karakteristik

tanah. Pupuk starter yang diberikan adalah pupuk organik dan pupuk anorganik

yaitu urea, KCl, dan SP-36. Adapun pemberian pupuk kandang yaitu 1200

gram/4m2 atau 3000 kg/ha, urea yaitu 20 gram / 4 m2 atau 50 kg/ha, pupuk KCl

yaitu 30 gram/ 4 m2 atau 75 kg/ha dan pupuk SP-36 yaitu 40 gram / 4m2 atau 100

kg/ha. Warna tanah pada lahan yang digunakan yaitu cokelat kehitaman dan

Page 12: laporan prodtan tanah

bertekstur geluh berpasir. Penanaman dilakukan dengan pembuatan dua bedengan

dengan jarak tanam berbeda yaitu 20 x 20 cm dan 20 x 30 cm (Lihat lampiran).

Pengamatan kedua dilakukan dengan mengamati pertumbuhan tanaman

terbaik dan terburuk. Beberapa tanaman tumbuh dengan normal, daun berwara

hijau, batangnya kuat dan tegap sedangkan tanaman yang kurang normal, daunnya

berwarna kuning dan daun tampak keriting. Hal ini bisa terjadi karena kedalaman

tanam yang terlalu dalam, jarak tanam yang terlalu dekat, serangan OPT,

kurangnya kualitas benih, intensitas cahaya maupun air serta nutrisi. Pemupukan

yang dilakukan bisa menjadi salah satu faktor penyebab pertumbuhan tidak

normal tersebut. Salah satunya dari penyebaran pupuk, nutrisi yang diberikan, dan

jumlah aplikasi. Pemupukan yang berimbang dan tepat memberikan pertumbuhan

yang baik bagi tanaman yakni pertumbuhan daun, batang dan akar yang

sempurna, tidak terjadi klorosis, tanaman tidak mudah terserang penyakit, dll.

Pada pengamatan ini persentase perkecambahan pada jarak tanam 20 x 20 adalah

70% dan jarak tanam 20 x 20 adalah 88%.

Pada pengamatan selanjutnya, persentase pertumbuhan tanaman pada

kedua lahan tidak terjadi peningkatan. Pertumbuhan pada lahan 20 x 20 masih

sebesar 88% sama seperti persentase perkecambahan dan pada lahan 20 x 30

persentase pertumbuhan yaitu 70%. Pada pengamatan ini dilakukan pemberian

pupuk susulan dengan tujuan untuk menambah nutrisi pada lahan yang nutrisinya

telah berkurang akibat pencucian, menguap, ataupun dserap oleh tanaman. Pupuk

susulan yang diberikan adalah pupuk anorganik yaitu urea dan KCl. Adapun

pemberian pupuk pada bedengan 20 x 20 yaitu urea 7 gram / 2 m2 atau 200 kg/ha

dan pupuk KCl yaitu 3,5 gram/ 2 m2 atau 100 kg/ha. Adapun pemberian pupuk

pada bedengan 20 x 30 yaitu urea 10 gram / 2 m2 atau 200 kg/ha dan pupuk KCl

yaitu 5 gram/ 2 m2 atau 100 kg/ha. Selanjutnya pengamatan dilakukan terhadap

persentase tanaman yang mati yaitu pada jarak tanam 20 x 20 ditemukan 5 benih

yang mengalami kematian dengan persentase 10% dan pada jarak tanam 20 x 30

benih mati berjumlah 4 dengan persentase benih mati 13,33%.

Pada pengamatan keempat, persentase pertumbuhan tanaman semakin

meningkat akibat adanya penyulaman. Pada bedengan 20 x 30, pertumbuhan

Page 13: laporan prodtan tanah

tanaman meningkat menjadi 97% dan pada jarak tanam 20 x 20, tidak ditemukan

adanya tanaman yang mati. Namun persentase pertumbuhan menurun pada

pengamatan selanjutnya yakni 93% pada bedengan 20 x 30 dan 92% pada

bedengan 20 x 20. Namun pada pengamatan terakhir, jumlah tanaman mati tidak

bertambah sehingga persentase pertumbuhan tidak menurun. Kematian pada

tanaman pada pengamatan adalah akibat kerusakan mekanis saat pengamatan.

Rimbunnya tanaman dan rapatnya kanopi daun menyulitkan pengamatan sehingga

terjadilah kerusakan mekanis yang tidak diinginkan.

Pada waktu tertentu, produktivitas tanah semakin lama akan semakin

menurun. Hal tersebut sebagai akibat dari faktor-faktor seperti usaha budidaya

pertanian, pengikisan top soil, pencemaran lingkungan, bencana alam, dan

pengaruh Iklim. Pemberian pupuk dilakukan untuk memenuhi kebutuhan tanah

dalam meningkatkan produktivitas tanah. Pemupukan yang seimbang adalah

pemupukan yang memperhatikan kebutuhan tanaman juga ekologi. Bila pupuk

yang digunakan terlalu banyak maka akan meracun, namun bila kekurangan maka

pertumbuhan tanaman akan terhambat. Berikut adalah 5 tepat pemupukan:

1. Tepat Jenis yaitu jenis pupuk disesuaikan dengan unsur hara yang dibutuhkan

tanaman.

2. Tepat Dosis yaitu pemberian pupuk harus tepat takarannya, disesuaikan

dengan jumlah unsur hara yang dibutuhkan tanaman pada setiap fase

pertumbuhan tanaman.

3. Tepat Waktu yaitu harus sesuai dengan masa kebutuhan hara pada setiap

fase/umur tanaman, dan kondisi iklim/cuaca. Misalnya pemupukan yang baik

dilakukan di awal musim penghujan atau akhir musim kemarau dan

pengaplikasian PPC sebaiknya dilakukan pada pagi hari sebelum jam 11

siang.

4. Tepat Cara yaitu pengaplikasian pupuk disesuaikan dengan bentuk fisik

pupuk, pola tanam, kondisi lahan dan sifat-sifat fisik , kimia tanah dan

biologi tanah.

5. Tepat Sasaran yaitu harus tepat pada sasaran yg ingin dipupuk, misalnya jika

yang ingin dipupuk adalah tanaman, maka pemberian pupuk harus berada

Page 14: laporan prodtan tanah

didalam radius daerah perakaran tanaman, dan sebelum dilakukan

pemupukan maka areal pertanaman harus bersih dari gulma-gulma

pengganggu kemudian jika pemupukan ditujukan untuk tanah, maka

aplikasinya dilakukan pada saat pengolahan tanah, dan berdasarkan pada

hasil analisa kondisi fisik & kimia tanah.

Dalam praktikum ini dilakukan pemupukan menggunakan kompos yang

merupakan salah satu suplai bahan organik. Bahan organik merupakan bahan

penting dalam menciptakan kesuburan tanah baik secara fisik, kimia, maupun

biologis. Bahan organik adalah bahan pemantap agregat tanah dan merupakan

sumber hara tanaman disamping itu sebagai sumber energi dari sebagian besar

organisme tanah.

Selain kompos, pupuk yang mengandung P (fosfor) juga digunakan yakni

SP-36. Fosfor tersedia di dalam tanah dapat diartikan sebagai P tanah yang dapat

diekstraksikan atau larut dalam air dan asam sitrat. Ketersediaan fosfor anorganik

tanah sangat ditentukan oleh faktor-faktor seperti pH tanah, ion Fe, Al dan Mn

larut, kemudian adanya mineral yang mengandung Fe, Al dan Mn, tersedianya Ca,

jumlah dan tingkat dekomposisi bahan organik, dan kegiatan jenis renik.

Selanjutnya pupuk yang ditambahkan adalah pupuk KCl yang

mengandung unsur makro Kalium (K). Secara alami, kalium ditemukan

sebagai senyawa dengan unsur lain dalam air laut atau mineral

lainnya. Selain itu, kalium dalam tanah ditemukan dalam mineral-

mineral yang terlapuk dan melepaskan ion-ion kalium.

Kalium diserap oleh tanaman dalam bentuk ion K+ dengan

contoh pupuk komersil KCl 80, KCl 90, ZK 90 dan ZK 96 (Thika, 2009).

Secara fisiologis, kalium mempengaruhi susunan dan pengedaran

karbohidrat di dalam tanaman. Selain itu kalium juga mempercepat

metabolisme unsur nitrogen, mencegah bunga dan buah agar tidak

mudah gugur (Thika, 2009), membantu pembentukan protein dan

karbohidrat, memperkuat tubuh tanaman, serta dapat meningkatkan

daya tahan tanaman terhadap kekeringan dan penyakit (Prasetyo,

2009). Unsur kalium juga membantu proses transportasi dalam tubuh

Page 15: laporan prodtan tanah

tanaman sehingga hasil-hasil fotosintesis dapat dibawa dan

diakumulasi pada tempat-tempat penyimpanan. Ion Kalium

mempunyai fungsi psikologis pada asimilasi zat arang. Kalium

berfungsi pula pada pembelahan sel dan pada sintesa putih telur.

Fungsi lain dari Kalium adalah pada pembentukan jaringan penguat.

Tanaman yang kekurangan Kalium akan cepat mengayu atau

menggabus, hal ini disebabkan kadar lengasnya yang lebih rendah

(Santosa, 2010).

Gejala kekurangan Kalium yang terdapat pada daun terjadi

secara setempat-setempat. Pada permulaannya tampak agak

mengkerut dan kadang-kadang mengkilap, selanjutnya ujung dan tepi

daun tampak menguning. Warna seperti ini tampak pula diantara

tulang-tulang daun hingga pada akhirnya daun tampak bercak-bercak

kotor berwarna coklat. Sering pula bagian bercak ini jatuh sehingga

daun tampak bergerigi, dan kemudian mati. Gejala yang terdapat pada

batang yaitu batangnya lemah dan pendek-pendek, sehingga tanaman

tampak kerdil. Sedangkan gejala yang tampak pada buah, banyak

yang berjatuhan sebelum masak, sedang masaknya buahpun

berlangsung lambat. Bagi tanaman yang berumbi yang menderita

defisiensi K hasil umbinya sangat kurang dan kadar hidrat arangnya

demikian rendah (Frandho, 2010).

Pada tanah-tanah tertentu, pupuk ZK yang berbentuk butiran

halus berwarna krem tidak digunakan karena meskipun reaksinya

bersifat netral, namun penggunaan secara berkelanjutan akan

menyebabkan pH tanah menjadi asam. Selain itu penggunaan pupuk

KCI juga harus lebih hati-hati, ini dikarenakan KCl mengandung klor (Cl)

yang cukup tinggi, sehingga dapat berpengaruh negatif terhadap

tanaman yang peka terhadap clor (Davied, 2011). Kelebihan kalium

juga menyebabkan daun cepat menua sebagai akibat kadar

magnesium daun dapat menurun, kadang-kadang menjadi tingkat

terendah sehingga aktifitas fotosintesa terganggu (Arif, 2010).

Menurut Syafruddin et al . (2007) kelebihan N membuat daun

berwarna hijau gelap. Apabila dilihat dari kadar klorofil yang ada pada

Page 16: laporan prodtan tanah

daun, perlakuan ketiga menunjukkan kadar klorofil tertinggi meskipun

pada bagian daun tua masih ditemukan adanya klorosis dan

pertumbuhan vegetatif tanaman tidak sebaik perlakuan 4. Hal ini bisa

disebabkan oleh kesalahan pengukuran, kesalahan dalam pengambilan

sampel daun, bias cahaya, sensitifitas alat, dll.

Tanaman menyerap hara biasanya dalam bentuk ion-ion. Unsur hara N

diserap tanaman dalam bentuk kation (NH4+) dan anion nitrat (NO3

-). Fiksasi N

merupakan sumber utama N tanah yaitu suatu aktifitas mikrobial untuk menambat

N2 udara/udara tanah dan merubahnya menjadi bentuk yang dapat digunakan

tanaman. Tanaman memperoleh nutrient/hara dengan penyerapan melalui daun

dan akar.

Nutrient/hara mensuplai tanaman dengan mekanisme mass flow, diffuse,

dan intersepsi akar. Sejumlah air ditranspirasikan oleh tanaman. Umumnya air

diserap dulu oleh akar tanaman, bergerak melalui akar dan batang, dan akhirnya

hilang sebagai uap melalui stomata daun. Absorpsi dan transpirasi air secara

kontinyu oleh tanaman menyebabkan sejumlah besar air harus bergerak melalui

tanah. Air beserta nutrient yang terlarut di dalamnya, disebut larutan tanah,

bergerak melalui tanah mencapai akar tanaman. Bergeraknya nutrient/hara melalui

tanah dalam massa air yang bergerak disebut mass flow.

Jika akar tanaman menyerap nutrient dari larutan tanah, nutrient terlarut

lainnya bergerak menuju akar tanpa aliran massa air karena hukum-hukum diffuse

yaitu dari area dengan konsentrasi setiap elemen lebih tinggi ke area dengan

konsentrasi setiap elemen lebih rendah. Perluasan akar tanaman mengurangi jarak

yang diperlukan nutrient/hara tanaman untuk bergerak dengan mass flow atau

diffuse untuk mencapai permukaan akar tanaman. Penyerapan hara/nutrient

tanaman oleh perkembangan dan perluasan akar disebut intersepsi akar.

Akar merupakan kombinasi suatu kisi (lattice) (dinding sel) pasif yang

berkontak dengan larutan tanah dan sel protoplasma yang dikelilingi membran.

Penyerapan ion-ion esensiil yang selektif dan deskreminan terjadi melalui

membran sel tersebut dengan proses yang belum diketahui. Tetapi banyak carriers

kimia diketahui bergabung/menyatu dengan elemen/ion-ion untuk bergerak

Page 17: laporan prodtan tanah

menyebrangi membran. Saat akar menyerap nutrient, mereka melepaskan kation

H+ setara banyaknya kation nutrient atau melepas anion HCO3- setara banyaknya

anion yang diserap.

Hampir pada semua jenis tanaman, nitrogen merupakan pengatur terhadap

penggunaan kalium, fosfat dan bahan penyusun lainnya. Tanaman yang

kekurangan nitrogen akan tumbuh kerdil, kecepatan pertumbuhan yang rendah,

daun hijau kekuningan dan mudah rontok, akan tetapi jika kelebihan nitrogen

tanaman akan mudah rebah dan mudah terserang hama penyakit.

Ada beberapa kejelekan dari pupuk nitrogen ini jika diberi melebihi batas,

di antaranya sebagai berikut:

1. Tanaman menjadi rebah karena ruas bagian bawah menjadi lemah.

2. Daya tahan tanaman terhadap penyakit menurun karena kondisi tanaman

sangat rendah, sedangkan tumbuhnya sangat subur.

3. Buah terlambat matang karena masih merangsang pertumbuhan cabang,

ranting, dan daun, sedangkan pembentukan buah terabaikan.

4. Kualitas hasil panen kurang baik.

Rasio atau perbandingan daun dan akar sangat ditentukan oleh konsentrasi

nitrogen (N) di dalam tanah. Semakin rendah konsentrasinya, akan menyebabkan

turunnya rasio daun dan akar. Hal ini erat kaitannya dengan jumlah N yang

diserap oleh akar karena akan segera dipergunakan untuk pembentukan asam

amino di dalam akar bersama – sama dengan karbohidrat yang turun dari daun

membentuk protein melalui proses pembelahan dan pembesaran sel yang pada

akhirnya akan dipergunakan untuk proses pembentukan akar. Karena itu, bila

kadar N dalam tanah rendah, akar akan tumbuh relatif lebih cepat, lebih besar

serta lebih pesat ketimbang pertumbuhan daunnya.

Sebaliknya bila konsentrasi N di dalam tanah terlalu tinggi, maka sebagian

besar akan diserap oleh akar untuk diangkut ke daun bersama karbohidrat. Dalam

daun tersebut, karbohidrat yang terbawa dari akar ditambah dengan karbohidrat

yang sudah ada pada daun akan membentuk protein untuk proses pembentukan

pucuk. Karena pertumbuhan vegetatif begitu pesat, maka karbohidrat yang

diangkut ke akar menjadi lebih sedikit. Hal ini menyebabkan akar akan

Page 18: laporan prodtan tanah

kekurangan karbohidrat yang dengan sendirinya pertumbuhan akar akan berjalan

lebih lambat dibandingkan pertumbuhan daun.

Selain pupuk, jarak tanam juga mempengaruhi pertumbuhan tanaman.

Pemupukan yang dilakukan akan dapat diserap dengan baik oleh tanaman saat

jarak tanam tidak terlalu dekat. Akibat jarak tanam yang terlalu rapat maka

persaingan unsur hara akan terjadi. Namun tanaman kangkung bukan tanaman

yang sangat sensitif terhadap kekurangan unsur hara. Selain itu kondisi tanah yang

mengandung humus juga menyebabkan adanya cadangan makanan. Meskipun

persentase pertumbuhan tanaman adalah yang paling kecil, namun bedengan

dengan jarak tanam rapat yakni 20 x 20 masih mampu hidup dengan baik.

Pada pengamatan terakhir dilengkapi dengan berat basah dan berat kering.

Pada jaringan tanaman, pertumbuhan yang baik dapat dibandingkan dengan berat

basah dan berat kering. Berat kering yang tinggi diasumsikan sebagai

pertumbuhan yang baik karena jumlah jaringan pada tubuh tanaman memberikan

berat sebagai tanda bahwa jaringan tubuhnya berkembang.

Rekomendasi yang dapat diberikan yaitu pada budidaya kangkung

sebaiknya diberi pupuk starter pada hari pembibitan menggunakan pupuk

kandang, urea, KCl, dan SP-36. Kemudian dilanjutkan dengan pupuk susulan

yakni pada 15 HST dengan pupuk urea dan KCl. Perawatan dilakukan dengan

penyiraman saat hujan tidak turun dan pengendalian OPT.

Page 19: laporan prodtan tanah

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Perlakuan yang memberikan hasil terbaik adalah bedengan 20 x 20 cm

namun pertumbuhan terbaik ada pada bedengan 20 x 30.

2. Dalam pemupukan ada lima hal yang harus diperhatikan yaitu tepat dosis,

tepat waktu, tepat macam/jenis, tepat tempat, dan tepat cara.

3. Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti

intensitas cahaya, unsur hara, kemudian air dan jarak tanam serta OPT.

5.2 Saran

Sebaiknya dalam pengamatan diberikan tabel pengamatan agar data yang

didapat akurat.

Page 20: laporan prodtan tanah

DAFTAR PUSTAKA

Adiyoga, W. 1999. Pola Pertumbuhan Produksi Beberapa Jenis Sayuran di Indonesia. Jurnal Hortikultura 9(2): 258-265

Danarti dan S. Najiyati. 1994. Budidaya dan Analisa Usaha Tani. Jakarta : Penebar Swadaya.

Dirjen POM. 1995. Farkamope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Hasibuan, B. 2010. Pupuk dan Pemupukan. Universitas Sumatera Utara. Fakultas Pertanian. Medan

Heru, P dan Yovita, H. 2003. Hidroponik Sayuran Semusim Untuk Hobi dan Bisnis. Jakarta : Gramedia.

Syamsir, E. (2008). Prinsip Pengeringan (Dehidrasi) Pangan. http://id.shvoong.com/exact-sciences/1799733-prinsip-pengeringan-dehidrasi - pangan/. Diakses tanggal 28 Mei 2011.

Winarno, F.G. (1984). Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.